Kelompok 7:
1. Erlinawati P07124118189
2. Norhayati P07124118220
3. Putu Angriani P07124118228
4. Riska Amalia P07124118232
TAHUN 2020
2
PEMBERDAYAAN KELUARGA DAN GENDER DALAM
PENDAMPING BUKU KIA
3
2. Gender
4
maupun keluarga. Melalui pemahaman yang benar mengenai gender
diharapkan secara bertahap diskriminasi perlakuan terhadap
perempuan dapat diperkecil sehingga perempuan dapat memanfaatkan
kesempatan dan peluang yang diberikan untuk berperan lebih besar
dalam berbagai aspek kehidupan. Gender adalah perbedaan jenis
kelamin berdasarkan budaya, di mana laki lakidan perempuan
dibedakan sesuai dengan perannya masing-masing yang
dikonstruksikan oleh kultur setempat yang berkaitan dengan peran,
sifat, kedudukan, dan posisi dalam masyarakat tersebut. Seks atau
jenis kelamin merupakan perbedaan antara laki-laki dengan
perempuan berdasarkan ciri biologisnya. Manusia yang berjenis
kelamin laki-laki adalah manusia yang bercirikan memiliki penis,
memiliki jakala (kala menjing), dan memproduksi sperma. Perempuan
memiliki alat reproduksi seperti rahim dan saluran untuk melahirkan,
memproduksi telur, memiliki vagina, dan memiliki alat menyusui
(Mansour Fakih, 2008: 8). Pembedaan laki-laki dengan perempuan
berdasarkan sex atau jenis kelamin merupakan suatu kodrat atau
ketentuan dari Tuhan. Ciri-ciri biologis yang melekat pada masing-
masing jenis kelamin tidak dapat dipertukarkan. Alat-alat yang
dimiliki laki-laki maupun perempuan tidak akan pernah berubah atau
bersifat permanen. Dalam konsep gender, pembedaan antara laki-laki
dengan perempuan berdasarkan konstruksi secara sosial maupun
budaya. Perilaku yang menjadi identitas laki-laki maupun perempuan
dibentuk melalui proses sosial dan budaya yang telah diperkenalkan
sejak lahir. Ketika terlahir bayi laki-laki maka orang tua akan
mengecat kamar bayi dengan warna biru, dihiasi dengan gambar
mobil-mobilan dan pesawat, serta memberikannya mainan seperti
bola, robot-robotan, dan tamia. Apabila terlahir bayi perempuan maka
orang tua akan mengecat kamar bayinya dengan warna merah jambu,
menghiasinya dengan gambar hello kitty, dan menyiapkan boneka-
boneka lucu untuk putrinya. Watak sosial budaya selalu mengalami
perubahan dalam sejarah, gender juga berubah dari waktu ke waktu,
5
dari satu tempat ke tempat lain. Sementara jenis kelamin sebagai
kodrat Tuhan tidak mengalami perubahan dengan konsekuensi-
konsekuensi logisnya (Elfi Muawanah, 2009: 8).
B. Jenis Keluarga
Ada beberapa jenis keluarga, yakni:
1. Keluarga inti yang terdiri dari suami, istri, dan anak.
2. Keluarga konjugal yang terdiri dari pasangan dewasa (ibu dan ayah)
dan anak mereka yang terdapat interaksi dengan kerabat dari salah
satu atau dua pihak orang tua.
3. Keluarga luas yang ditarik atas dasar garis keturunan di atas keluarga
aslinya.Keluarga luas meliputi hubungan antara paman, bibi, keluarga
kakek, dan keluarga nenek.
C. Peran Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi,
sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi
tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola
perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.Berbagai peranan yang
terdapat dalam keluarga adalah sebagai berikut:
1. Ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anaknya, berperan
sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman,
sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya
serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya.
2. Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peran
untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-
anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan
sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, di
samping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan
dalam keluarganya.
3. Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.
6
D. Tugas Keluarga
Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut :
1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
3. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan
kedudukannya masing-masing.
4. Sosialisasi antar anggota keluarga.
5. Pengaturan jumlah anggota keluarga.
6. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
7. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih
luas.
8. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.
E. Peran Gender Dalam Keluarga
Peran gender adalah dimana peran laki-laki dan perempuan yang
dirumuskan oleh masyarakat berdasarkan tipe seksual maskulin dan
feminitasnya. Misal peran laki-laki ditempatkan sebagai pemimpin dan
pencari nafkah karena dikaitkan dengan anggapan bahwa laki-laki adalah
makhluk yang lebih kuat, dan identik dengan sifat-sifatnya yang super
dibandingkan dengan perempuan. Didalam undang-undang perkawinan
ditetapkan bahwa peran suami adalah sebagai kepala keluarga dan istri
sebagai ibu rumah tangga. suami wajib melindungi istri, dan memberikan
segala sesuatu sesuai dengan keperluannya, sedangkan kewajiban istri
adalah mengatur urusan rumah tangga dengan sebaik-baiknya. dengan
pembagian peran tersebut, berarti peran perempuan yang resmi diakui
yaitu peran mengatur urusan rumah tangga seperti membersihkan rumah,
mencuci baju, memasak, merawat anak. Pembedaan peran antara laki-laki
dan perempuan berdasarkan gender dapat dibagi menjadi 4:
Pembedaan peran dalam hal pekerjaan, misalnya laki-laki dianggap
pekerja yang
7
1. produktif yakni jenis pekerjaan yang menghasilkan uang (dibayar),
sedangkan perempuan disebut sebagai pekerja reproduktif yakni kerja
yang menjamin pengelolaan seperti mengurusi pekerjaan rumah
tangga dan biasanya tidak menghasilkan uang
2. Pembedaan wilayah kerja, laki-laki berada diwilayah publik atau luar
rumah dan
3. perempuan hanya berada didalam rumah atau ruang pribadi.
4. Pembedaan status, laki-laki disini berperan sebagai aktor utama dan
perempuan hanya sebagai pemain pelengkap.
5. Pembedaan sifat, perempuan dilekati dengan sifat dan atribut feminin
seperti halus, sopan, penakut, "cantik" memakai perhiasan dan
cocoknya memakai rok. dan laki-laki dilekati dengan sifat
maskulinnya, keras, kuat, berani, dan memakai pakaian yang praktis.
F. Pemberdayaan Keluarga dan Pendamping Buku KIA
1. Pengertian Pemberdayaan
Pemberdayaan merupakan sebuah kata yang sering kali mempunyai arti
yang kurang baik. Hal ini disebabkan karena kata pemberdayaan
menunjukkan bahwa ada pihak-pihak tertentu yang perlu ditolong
karena ketidakmampuannya. Kata pemberdayaan merupakan
terjemahan dari kata “empowerment” yang lebih menekankan pada
“mengambil alih kekuasaan” (Ratna Saptari, 1997). Jadi pengertian
pemberdayaan seolah mempunyai konotasi negatif, yaitu mengambil
alih kekausaan yang dilakukan oleh satu pihak terhadap pihak lain yang
dirasakan mempunyai kekuasaan yang lebih banyak. Pengertian
tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh Tan yang melihat
pemberdayaan sebagai suatu proses menantang hubungan kekuasaan
yang ada dan memperoleh penguasaan yang lebih besar atas sumber-
sumber kekuasaan. Dengan demikian pemberdayaan merupakan suatu
redistribusi kekuasaan yang ada, dalam kasus di sini kekuasaan yang
ada dalam keluarga.
8
2. Pemberdayaan perempuan dalam Pendamping Buku KIA
Pemanfaatan buku KIA oleh ibu dapat dinilai dengan ibu/ pengasuh
membawa buku saat melakukankunjungan pada fasilitas kesehatan
membaca, memahami pesan, danmenerapkan pesan- pesan
yangterdapat dalam buku KIA. DiIndonesia data terkait buku KIA
hanyasebatas cakupan kepemilikan bukuKIA dan cakupan penggunaan
buku
KIA yang digunakan untuk menilaipemanfaatan buku KIA oleh
DinasKesehatan Kabupaten atau Kota,Puskesmas dan penanggung
jawabkesehatan lainnya dan belum terdapatevaluasi untuk menilai
pemanfaaanbuku KIA oleh ibu/ pengasuh(Kemenkes, 2015).
Partisipasi merupakan komponen penting dalam meningkatkan
kemandirian dan pemberdayaan (Craig dan May, dalam Hikmat,
2004). Partisipasi merupakan pengambilan bagian dalam suatu tahap
atau lebih dari suatu proses dalam hal ini pemberdayaan perempuan
yang berhubungan dengan pendamping buku KIA.
Partisipasi perempuan dalam pendamping buku KIA ini tentunya harus
didukung oleh anggota keluarga yang lain. Partisipasi perempuan
dalam pendamping buku KIA bukan semata-mata partisipasi yang
terpaksa karena kondisi perempuan dalam keluarga yang menjadi
subordinat dan terjadi ketimpangan dalam kekuasaan. Partisipasi
9
perempuan dalam pendamping buku KIA justru harus menjadi
pendorong untuk meningkatkan keberdayaan perempuan dalam
mengambil keputusan baik itu untuk dirinya maupun untuk
keluaganya.
10
DAFTAR PUSTAKA
11