FAKULTAS KESEHATAN
BANJARMASIN
2021
Informasi Artikel Yang Di Review
Artikel Pertama
Tema : Pijat Oketani terhadap Bendungan Asi pada Ibu
Post Partum
Judul : Efektifitas Pijat Oketani Terhadap Bendungan
Asi Pada Ibu Postpartum Di Rsb.Masyita
Makassar
Penulis : Fatma Jama dan Suhermi.S
Tahun : 2019
Nama Jurnal, Vol, No., ISSN/ISBN, DOI : Journal Of Islamic Nursing, Volume 4 Nomor 1,
10.24252/join.v4i1.7931
Situs/Website Sumber Data : Mendeley
Artikel Kedua
Tema : Pijat Oketani terhadap Bendungan Asi pada Ibu
Post Partum
Judul : Efektifitas Pijat Oketani Terhadap Pencegahan
Bendungan ASI Pada Ibu Postpartum
Penulis : Kusumastuti, Umi Laelatul Qomar, Pratiwi.
Tahun : 2018
Nama Jurnal, Vol, No., ISSN/ISBN, DOI : University Research Colloqium, 2407-9189
Situs/Website Sumber Data : Mendeley
Artikel Ketiga
Tema : Pijat Oketani terhadap Bendungan Asi pada Ibu
Post Partum
Judul : Pijat Oketani Menurunkan Kadar Hormon
Kortisol Pada Ibu Menyusui Di Kota Semarang
Penulis : Machmudah, Nikmatul Khayati, Sri Widodo, Elsi
Dwi Hapsari, dan Fitri Haryanti
Tahun : 2018
Nama Jurnal, Vol, No., ISSN/ISBN, DOI : Jurnal Keperawatan dan Pemikiran Ilmiah,
4(2).66-71,
Situs/Website Sumber Data : Google Scholar
Artikel Keempat
Tema : Pijat Oketani terhadap Bendungan Asi pada Ibu
Post Partum
Judul : Pengaruh Pijat Oketani Terhadap Kelancaran
Asi Dan Tingkat Kecemasan Pada Ibu Nifas
Penulis :Siti Novy Romlah dan Junaida Rahmi
Tahun : 2019
Nama Jurnal, Vol, No., ISSN/ISBN, DOI : Edudharma Journal, Vol 3 No 2,page 90-102
Situs/Website Sumber Data : Google Scholar
Artikel Kelima
Tema : Pijat Oketani terhadap Bendungan Asi pada Ibu
Post Partum
Judul : Influence Breast Care Massage Methods To
Increase Production Oketani mother's milk
(ASI) On Mother Post Partum In Puskesmas
Gunungsitoli-Nias
Penulis : Jernihati Krisniat Harefa, Anita Deborah
Anwar,Tania Novi, Hidayat Wijayanegara, Leri
Septiani, dan Herry Garna
Tahun : 2019
Nama Jurnal, Vol, No., ISSN/ISBN, DOI : Journal Of Nursing And Midwifery Vol 2, No. 1
D, 2656-0739.
Situs/Website Sumber Data : Google Scholar
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas (puerperum) adalah masa pulihnya Rahim dan organ kewanitaan setelah
melahirkan dan disertai dengan darah nifas, lama periode masa nifas yaitu sekitar 6-8
minggu. Pada masa permulaan masa nifas apabila bayi belum menyusu dengan baik atau
apabila kelenjar kelenjar payudara tidak dikosongkan dengan sempurna, akan terjadi
pembendungan air susu, mammae panas serta keras pada perabaan nyeri, puting susu
bisa mendatar sehingga dapat menyukarkan bayi untuk menyusui (Lina Fitriani & Sry
Wahyuni, 2021)
Menyusui merupakan salah satu cara yang tidak ada duanya dalam memberikan
makanan yang ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat. Selain itu,
mempunyai pengaruh biologis serta kejiwaaan yang unik terhadap kesehatan ibu dan
bayi. Akan tetapi menyusui tidak selamanya berjalan dengan baik ada beberapa masalah
yang terjadi pada masa menyusui diantarannya adalah tersumbatnya saluran asi yang
menyebabkan rasa sakit, demam, payudara berwarna merah teraba adanya benjolan
yang terasa sakit atau bengkak dan payudara mengeras, yang biasa disebut dengan
bendungan asi (Indah et al., 2019)
Bendungan ASI karena penyempitan duktus laktiferus oleh kelenjar-kelenjar yang
tidak dikosongkan dengan sempurna atau kelainan pada putting susu. Payudara yang
bengkak biasanya terjadi sesudah melahirkan pada hari ketiga atau keempat. Bendungan
ASI merupakan peningkatan aliran vena dari limfe pada payudara dalam ragka
mempersiapkan diri untuk proses laktasi, bisa juga karena adanya penyempitan duktus
lactiferous pada payudara ibu serta dapat terjadi pula bila memiliki kelainan puting susu
seperti putting susu datar dan terbenam. Bendungan ASI menyebabkan demam,
payudara terasa sakit, payudara berwarna merah, payudara bengkak dan payudara
mengeras, hal tersebut dapat mempengaruhi proses pemberian ASI (Jama & Sudirman,
2019)
Menurut data Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) pada tahun 2014
bahwa presentase cakupan kasus bendungan ASI pada ibu nifas di beberapa negara
yaitu Indonesia, Thailand, Malaysia, Singapura, Filipina, Brunei Darussalam, Vietnam,
Laos, Myanmar dan Kamboja tercatat 107.654 ibu nifas, pada tahun 2015 terdapat ibu
nifas yang mengalami bendungan ASI sebanyak 95.698 (66,87%) ibu nifas, serta pada
tahun 2016 ibu yang mengalami bendungan ASI sebanyak 76.543 (71,10%) (Munawaroh
et al., 2019)
Menurut Data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2015
menyebutkan bahwa pada tahun 2014 terdapat ibu nifas yang mengalami Bendungan ASI
sebanyak 35.985 (15,60 %) ibu nifas, serta pada tahun 2015 ibu nifas yang mengalami
bendungan ASI sebanyak 77.231 (37, 12 %) ibu nifas (SDKI, 2015). Menurut Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI pada tahun 2018 kejadian bendungan ASI
di Indonesia terbanyak terjadi pada ibu-ibu bekerja sebanyak 16% dari ibu menyusui
(Munawaroh et al., 2019)
Pengosongan payudara yang tidak sempurna, hisapan bayi, putting susu terbenam,
dan putting susu terlalu panjang adalah factor dari terjadinya bendungan ASI pada ibu
menyusui. Dampak yang akan ditimbulkan jika bendungan ASI tidak teratasi yaitu akan
terjadi mastitis dan abses payudara. Mastitis merupakan inflamasi atau infeksi payudara
dimana gejalanya yaitu payudara keras, memerah, dan nyeri, dapat disertai demam >38
0 C . Sedangkan abses payudara merupakan komplikasi lanjutan setelah terjadinya
mastitis dimana terjadi penimbunan nanah didalam payudara. Selain berdampak pada
ibu, bendungan ASI juga berdampak pada bayi dimana kebutuhan nutrisi bayi akan
kurang terpenuhi karena kurangnya asupan yang didapatkan oleh bayi. Upaya
penanganan bendungan ASI untuk mengurangi pembengkakan payudara dapat dilkukan
dengan perbaikan cara menyusui, perawatan payudara konvensional (kompres panas
dikombinasikan dengan pijatan), kompres panas dan dingin secara bergantian, dan pijat
oketani. Pijat oketani merupakan salah satu metode breast care yang tidak menimbulkan
rasa nyeri. Pijat oketani dapat menstimulus kekuatan otot pectoralis untuk meningkatkan
produksi ASI dan membuat payudara menjadi lebih lembut dan elastis sehingga
memudahkan bayi untuk mengisap ASI (Munawaroh et al., 2019)
Pijat Oketani merupakan perawatan payudara yang unik yang pertama kali
dipopulerkan oleh Sotomi Oketani dari Jepang dan sudah dilaksanakan dibeberapa
Negara antara lain Korea, Jepang dan Bangladesh. Pijat oketani akan membuat payudara
menjadi lebih lembut, areola dan puting menjadi lebih elastis sehingga memudahkan bayi
untuk menyusu. Aliran susu menjadi lebih lancar(Machmudah, 2017).
Pijat oketani juga akan memberikan rasa lega dan nyaman secara, meningkatkan
kualitas ASI, mencegah putting susu lecet dan mastitis serta dapa memperbaiki/
mengurangi masalah laktasi yang disebabkan oleh puting yang rata (flat nipple), putting
yang masuk kedalam (inverted). Pijat oketani merupakan manajemen keterampilan untuk
mengatasi masalah laktasi seperti produksi ASI yang tidak cukup, pembengkakan
payudara, pijat oketani akan menyebabkan payudara menjadi lunak, lentur dan areola
akan menjadi elastis, duktus lactiferous dan putting susu juga menjadi elastis. Seluruh
payudara menjadi lentur dan menghasilkan ASI berkualitas baik karena kandungan total
solids, konsentrasi lemak dan gross energy meningkat (Sudirman & Jama, 2019)
Hasil yang didapatkan setelah pemberian Pijat Oketani adalah ibumengatakan
nyeripada payudaranyasudah mulai berkurang, ibu merasa nyaman dan frekuensi
menyusui meningkat ≥ 8 kali dalam sehari atau setiap 2-3 jam bayi diberikan ASI. Pada
bayi hasil yang didapatkan adalahfrekuensi BAB bayi meningkat 3-4 kali perhari dan BAK
7-8 kali perhari.(Sudirman & Jama, 2019)
Beberapa penelitian penerapan pijat payudara dengan metode pijat Oketani efektif
dalam penanggulangan masalah-masalah payudara seperti putting inverted, ASI tidak
keluar dan menghindarkan ibu nifas dari bendungan ASI. Pijat Oketani sendiri adalah pijat
tanpa rasa nyeri, berbeda dengan pijat konvensional biasa. Pijat oketani ini di stimulasikan
untuk mengatasi masalah payudara seperti putting inverted dan ASI tidak keluar yang
akan menjadikan ibu bendungan ASI. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik
melakukan Review Artikel Ilmiah dalam Asuhan Kebidanan Dengan Tema “Pijat Oketani
terhadap Bendungan Asi pada Ibu Post Partum” untuk mengetahui Pengaruh Pijat
Oketani Terhadap Kejadian Bendungan ASI Pada Ibu Postpartum.
B. Metode
Metode yang digunakan dalam artikel ini adalah Literature review yang merupakan
rangkuman menyeluruh beberapa studi penelitian / artikel yang ditentukan berdasarkan
tema tertentu. Pencarian literatur dilakukan pada bulan Desember 2021 – Januari 2022.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh bukan dari
pengamatan langsung, akan tetapi diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
peneliti- peneliti terdahulu. Pendekatan literature review yang digunakan adalah narrative.
Sumber data sekunder yang didapat berupa artikel jurnal bereputasi baik nasional
maupun internasional dengan tema yang sudah ditentukan. Pencarian literatur dalam
literature review ini menggunakan dua data base yaitu mendeley dan google scholar,
dengan kata kunci oketani massage, breat milk dam. Pemilihan literatur berdasarkan
kriteria yang ditetapkan, mulai dari judul, kata kunci, tahun artikel, dst.
Tabel 1.1 Hasil Penilaian Studi Untuk Systematic Review Menggunakan The JBI Critical
Appraisal Tools
D. Pembahasan
Dari hasil penelitian yang telah dipaparkan, semua artikel menejelaskan hasil dari
penelitian menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang signifikan dari ibu post partum
yang diberi pijat oketani dan tanpa diberi pijat oketani terhadap pencegahan bendungan
ASI. Dari kelima jurnal metode yang digunakan dalam penelitian yaitu dengan
menggunakan metode quasi eksperimen. Objek yang digunakan pada artikel dilakukan
pada ibu post partum dengan bendungan asi yang dipijat oketani dan tanpa dipijat oketani.
Berdasarkan hasil penelitian setelah terapi pijat oketani dilakukan pada ibu post
partum dengan bendungan ASI, responden yang mengalami bendungan ASI dalam
penelitian ini mengalami perubahan yang signifikan, yaitu bendungan asi yang dialami
oleh responden mengalami penurunan yang signifikan setelah terapi pijat Oketani
dilakukan dan seluruh responden mengalami peningkatan produksi ASI. Selain itu,
penelitian menujukkan hasil bahwa payudara responden yang teraba keras dan kaku
menjadi lembek/elastis, produsi ASI menjadi lancar serta responden merasa rileks dan
nyaman.
Dalam teknik pijat Oketani, payudara dibagi menjadi menjadi dua, yaitu sisi
sebelah kiri dan sisi sebelah kanan. Pertama garis tegak lurus ditarik dari putting kea rah
garus payudara. Menggunakan ini sebagai garis dasar dengan luas area 105º diukur pada
kedua sisi dan diberi nama B dan C. A singkatan dari sisanya 150º di bagian atas kedua
payudara, B berdiri untuk bagian dalam sisi kanan payudara dan sisi luar kiri payudara,
sementara C berdiri di sisi luar kanan payudara dan sisi dalam payudara kiri. Baik B dan
C adalah 105º di setiap sisinya. Kemudian masing-masing bagian A, B dan C terbagi
menjadi tiga bagian lagi. Di kedua payudara kiri dan kanan. Bagian A dibagi menjadi tiga
bagian yang sama 1, 2, dan 3 searah jarum jam, sedangkan bagian B dan C adalah dibagi
rata dari atas ke bawah (1), (2) dan (3). Yaitu, B- (3) dan C- (3) saling berdekatan satu
sama lain dan tentukan batas B dan C di tengahnya. B (3) dan C- (3) berada pada poros
payudara yang mendukung saat berdiri.
Payudara terdiri dari kelenjar susu yang ada dikelilingi kulit, jaringan ikat dan
adiposa tisu. Di posterior, kelenjar susu bersifat longgar terhubung ke fasia dalam dari
pectoralis mayor.Payudara bisa bergerak melawan pektoralis mayor otot dan toraks.
Lokasi payudara itu diikat oleh jaringan ikat ke kulit dan dada otot. Jaringan pengikat ini
mendukung elastisitas dan secara spontan berkembang dan berkontraksi
mengakomodasi fungsi fisiologis payudara. Fasia bertindak sebagai dasar payudara. Jika
dasar kehilangan elastisitasnya karena sebab apapun, akan nampak patahan fasia
pektoralis utama. Jika ASI tidak diekskresikan dalam kondisi seperti tekanan di payudara
naik, sirkulasi darah vena akan terganggu dan pembuluh darah mamaria menjadi padat.
Pada saat yang sama areola dan puting susu menjadi indurated (mengeras). Teknik
manual Oketani membubarkan gangguan tersebut dengan pemisahan pemisahan adhesi
antara payudara secara manual dasar dan pektoral fasia utama membantu
mengembalikan fungsi payudara secara normal. Tehnik ini disebut pembukaan
kedalaman.mammae. Mekanisme dasar payudara adalah push up dan pull ups. Idenya
adalah memobilisasi payudara dari basisnya meningkatkan vaskularitasnya dan dengan
demikian meningkatkan aliran susu.
Menurut (Machmudah, 2017) adapun langkah-lamgkah untuk melakukan pijat
oketani, yaitu :
Langkah I: Mendorong area C dan menariknya ke atas (arah A1) dan B2 dengan
menggunakan ketiga jari tangan kanan dan jari kelingking tangan kiri ke arah bahu.
Langkah II: Mendorong ke arah C 1-2 dan menariknya ke atas dari bagian tengah A (1-2)
dengan menggunakan jari kedua tangan ke arah ketiak kiri.
Langkah III: Mendorong C (2) dan menariknya ke atas A (3) dan B (1) dengan
menggunakan jari dan ibu jari tangan kanan dan jari ketiga tangan kiri menempatkan ibu
jari di atas sendi kedua dari jempol kanan. Kemudian mendorong dan menarik sejajar
dengan payudara yang berlawanan.
Mendorong dan menarik nomor (1) , (2) dan (3) digunakan untuk memisahkan bagian
keras dari payudara dari fasia dari pectoralis utama.
Langkah IV Menekan seluruh payudara menuju umbilicus, menempatkan ibu jari kanan
pada C (1), tengah, ketiga, dan jari kelingking di sisi B dan ibu jari kiri pada C (1), tengah,
ketia, dan kelingking di sisi A.
Langkah V: Menarik payudara menuju arah praktisi dengan tangan kanan sementara
dengan lembut memutar itu dari pinggiran atas untuk memegang margin yang lebih
rendah payudara seperti langkah 4.
Langkah VI: Menarik payudara ke arah praktisi dengan tangan kiri sambil memutarnya
dengan lembut dari pinggiran atas ke pegangan margin bawah payudara seperti tehnik
no 5. Ini adalah prosedur yang berlawanan dengan langkah no 5.
Langkah VII: Merobohkan payudara menuju arah praktisi dengan tangan kiri sementara
lembut memutar itu dari pinggiran atas untuk memegang margin yang lebih rendah
payudara seperti manipulasi 5. Ini adalah prosedur berlawanan dengan prosedur (5) .
Prosedur manual (5) dan (6) adalah teknik untuk mengisolasi bagian dasar keras dari C-
payudara (2) ke C (1) dari fascia pectoralis utama.
Gambar: langkah pijat oketani
Sumber : Ikatan Bidan Indonesia, 2021
Pijat oketani dapat menstimulus kekuatan otot pectoralis untuk meningkatkan
produksi ASI dan membuat payudara menjadi lebih lembut dan elastis sehingga
memudahkan bayi untuk mengisap ASI. Pijat oketani juga akan memberikan rasa lega
dan nyaman secara, meningkatkan kualitas ASI, mencegah putting susu lecet dan mastitis
serta dapa memperbaiki/ mengurangi masalah laktasi yang disebabkan oleh puting yang
rata (flat nipple), putting yang masuk kedalam (inverted) (Jama & Sudirman, 2019).
Menurut (Jama & Sudirman, 2019) bendungan ASI disebabkan oleh pengeluaran
air susu yang tidak lancar, karena bayi tidak cukup sering menyusu, produksi meningkat,
terlambat menyususkan, hubungan dengan bayi (bonding) kurang baik, dan dapat pula
karena adanya pembatasan waktu menyusui. Selama 24 hingga 48 jam pertama sesudah
terlihatnya sekresi lakteal, payudara sering mengalami distensi menjadi keras dan
berbenjol-benjol. Keadaan ini yang disebut dengan bendungan air susu atau “caked
breast”, sering menyebabkan rasa nyeri yang cukup hebat dan bisa disertai dengan
kenaikan suhu. Kelainan tersebut meggambarkan aliran darah vena normal yang
berlebihan dan penggembungan limfatik dalam payudara, yang merupakan prekusor
regular untuk terjadinya laktasi.
Pijat oketani merupakan manajemen keterampilan untuk mengatasi masalah
laktasi seperti bendungan ASI dan produksi ASI yang tidak cukup. Pijat oketani akan
menyebabkan payudara menjadi lunak, lentur dan areola akan menjadi elastis, duktus
lactiferous dan putting susu juga menjadi elastis. Seluruh payudara menjadi lentur dan
menghasilkan ASI berkualitas baik karena kandungan total solids, konsentrasi lemak dan
gross energy meningkat (Jama & Sudirman, 2019).
E. Keterbatasan
Bedasarkan dari hasil review yang dilakukan keterbatasan dalam proses pebuatan
laporan review jurnal ini adalah kurangnya jurnal ilmiah dengan metode Randomized
Control Trial (RCT), sehingga membuat 5 jurnal yang direview tidak ada yang
menggunakan metode Randomized Control Trial (RCT).
F. Kesimpulan
Berdasarkan hasil review yang dilakukan menunjukan keefektifan hasil dari
tindakan pemijatan Oketani pada ibu postpartum dapat mencegah dan mengatasi
terjadinya bendungan ASI serta membantu dalam memperlancar produksi ASI. Oleh
karena itu, berdasarkan hasil dari review jurnal mengenai pijat Okteni pada ibu postpartum
dengan bendungan ASI mendapatkan hasil pijat oketani mampu mengatasi bendungan
ASI pada ibu post partum.
Harefa, J. K., Anwar, A. D., Novi, T., Septiani, L., & Garna, H. (2019). Influence Breast Care
Massage Methods To Increase Production Oketani mother ’ s milk ( ASI ) On Mother
Post Partum In Puskesmas. Journal of Midwifery and Nursing, 2(1), 105–109.
Indah, Firdayanti, & Nadyah. (2019). Jurnal midwifery. Akademi Bidan, 1(2), 68–78.
https://doi.org/10.24252/jm.v3i1a2
Jama, F., & Sudirman, S. (2019). EFEKTIFITAS PIJAT OKETANI TERHADAP
BENDUNGAN ASI PADA IBU POSTPARTUM DI RSB.MASYITA MAKASSAR. Journal
of Islamic Nursing, 4(1). https://doi.org/10.24252/join.v4i1.7931
Lina Fitriani, S. S. T. M. K., & Sry Wahyuni, S. S. T. M. K. (2021). Buku Ajar Asuhan
Kebidanan Masa Nifas. Deepublish.
https://books.google.co.id/books?id=8RRIEAAAQBAJ
Machmudah. (2017). Sukses Menyusui dengan Pijat Oketani. Prosiding Seminar Nasional
Publikasi Hasil-Hasil Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat, September, 220–225.
diakses 15 Januari 2022 jam 14.30 WITA
Munawaroh, S. F., Herniyatun, & Kusumastuti. (2019). Gambaran Kejadian Bendungan ASI
pada Ibu Nifas Di RS PKU Muhammadiyah Gombong. Urecol, 1(1), 10.
Romlah, S. N., & Rahmi, J. (2019). PENGARUH PIJAT OKETANI TERHADAP
KELANCARAN ASI DAN TINGKAT KECEMASAN PADA IBU NIFAS. Edu Dharma
Journal: Jurnal Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat, 3(2).
https://doi.org/10.52031/edj.v3i2.10
Sudirman, S., & Jama, F. (2019). Pelatihan Terapi Pijat Oketani Ibu Postpartum Pada
Perawat/ Bidan Di Rs Bersalin Masyita Makassar. Jurnal Pengabdian Kesehatan, 2(2).
https://doi.org/10.31596/jpk.v2i2.49
H. Lampiran
JOURNAL OF ISLAMIC
NURSING
Abstract
Exclusive breastfeeding is influenced by several factors, including breast milk does not immediately
come out on the first day after childbirth, the mother feels the milk comes out a little, the difficulty of
the baby in sucking, the condition of putting breast milk and the promotion of breast milk substitute.
The conditions in the field indicate that the success of early breastfeeding is also influenced by the
condition of the mother and baby. Working mothers and low level of mother and family’s knowledges
regard the benefits and appropriate ways of breastfeeding.
The application of oketani massage to post partum mothers is still rarely done because usually mothers
only do regular breast massage. Oketani massage is a management skill to overcome the problem of
lactation such as inadequate breast milk production, breast swelling, oketani massage will cause the
breasts to become soft, supple and the areola will become elastic, the lactiferous duct and the nipple
also become elastic.
The research design used was quasi experimental with a pre-test and post-test design. This study only
used one group, namely the intervention group without the control group to see the effectiveness of the
ASI dam in the intervention group. The sampling technique used was consecutive sampling, the sample
in this study were 15 postpartum mothers.
The results of this study found that all postpartum mothers after doing Oketani massage therapy
experienced changes in ASI dam results from the T-test analysis obtained a mean value = 4,800, SD =
1.46 and p value = 0,000 <= 0,05, indicating that Oketani massage therapy effective in changing ASI
dams in post partum mothers. Conclusion from this study that the incidence of effective ASI dams can
be overcome with Oketani massage.
bahwa beberapa bendungan ASI disebabkan penurunan yang signifikan setelah dilakukan
oleh pengeluaran air susu yang tidak lancar, terapi pijat oketani, hal ini menandakan bahwa
karena bayi tidak cukup sering menyusu, terapi pijat oketani dapat Melancarkan ASI
produksi meningkat, terlambat menyususkan, pada ibu postpartum. Namun dalam penelitian
hubungan dengan bayi (bonding) kurang baik, ini dari 15 responden terdapat 2 responden yang
dan dapat pula karena adanya pembatasan tidak mengalami perubahan bendungan ASI,
waktu menyusui. hal ini dipengaruhi oleh beberapa factor, yang
WHO Bendungan ASI terjadi sejak hari ketiga pertama adalah pada saat dilakukan terapi pijat
sampai hari keenam setelah persalinan, ketika oketani waktu yang digunakan sangat singkat
ASI secara normal dihasilkan, payudara dari waktu yang ditetapkan sesuai dengan SOP
menjadi sangat penuh. Hal in bersifat fisiologis terapi pijat oketani, yang kedua adalah pada
dan dengan pengisapan yang efektif dan saat dilakukan terapi pijat oketani bayi ibu
pengeluaran ASI oleh bayi, rasa penuh tersebut terbangun sehingga ibu harus menyusui bayinya
terisi sangat penuh dengan ASI dan cairan terlebih dahulu, yang ketiga adalah ibu
jaringan. postpartum tidak rileks.
Payudara yang tidak dikosongkan seluruhnya
Bila tidak dikeluarkan saat ASI terbentuk, maka 3. Efektifitas Pijat Oketani Terhadap
volume ASI dalam payudara akan melebihi Bendungan ASI
kapasitas alveoli untuk penyimpanannya Pijat oketani merupakan salah satu metode
sehingga bila situasi saat ini tidak diatasi, maka breast care yang tidak menimbulkan rasa nyeri.
akan menyebabkan bendungan dan masitis Pijat oketani dapat menstimulus kekuatan otot
dalam waktu singkat, dan mempengaruhi pectoralis untuk meningkatkan produksi ASI
kelanjutan produksi ASI dalam jangka panjang dan membuat payudara menjadi lebih lembut
dan elastis sehingga memudahkan bayi untuk
2. Bendungan ASI Setelah Pijat Oketani mengisap ASI. Pijat oketani juga akan
Berdasarkan hasil penelitian setelah dilakukan memberikan rasa lega dan nyaman secara,
terapi pijat oketani pada ibu post partum yang meningkatkan kualitas ASI, mencegah putting
mengalami bendungan ASI mengalami susu lecet dan mastitis serta dapa memperbaiki/
perubahan yang signifikan dari nilai mean mengurangi masalah laktasi yang disebabkan
=7.73 menjadi mean =2.93. peneliti oleh puting yang rata (flat nipple), putting yang
menyimpulkan bahwa ada perubahan yang masuk kedalam (inverted) (Machmudah&
signifikan bendungan ASI pada ibu postpartum Khayati, 2014)
sebelum dan setelah dilakukan terapi pijat Menurut Tasmin&Kabir (2009) bahwa tujuan
oketani dari pijat oketani adalah meningkatkan kualitas
Penelitian yang dilakukan oleh Kabir & Tasnim ASI, mencegah putting lecet dan bendungan
(2009), bahwa sebanyak 8 dari 10 sampel yang ASI serta dapat mempebaiki atau mengurangi
diteliti menyatakan bahwa pijat oketani 80% masalah laktasi yang disebabkan oleh putting
efektif mengatasi masalah payudara diantaranya yang rata (flat nipple) atau putting susu yang
untuk kelancaran ASI, mencegah bendungan masuk kedalam (inverted). Tanda dan geajalah
ASI dan putting yang tidak menonjol . tersebut merupakan masalah yang
menyebabkan ibu mengalami masalah payudara
Jeongsug et al (2012) dalam jurnalnya yang salah satunya bendungan ASI Hasil penelitian
berjudul “Effect of Oketani Breast Massage on menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
Breast pain, the Breast milk Ph of Mothers, and perubahan bendungan ASI sebelum dan
the Sucking Speed of Neonates” diperoleh nilai sesudah dilakukan terapi pijat oketani hasil uji
p <0,001, yang berarti ada perbedaan setelah statistik T-test diperoleh nilai mean =4,800,
dilakukan pijat oketani yaitu seluruh partisipan SD= 1,46 p =0,000 < =0,05 yang berarti
mengalami peningkatan produksi ASI, terjadi perubahan bendungan ASI pada ibu post
perubahan pada putting payudara, dan tidak partum sebelum setelah dilakukan pijat oketani.
adanya bendungan ASI setelah diberikan pijat Penelitian ini sejalan dengan penelitian yg
oketani. dilakukan oleh Oketani dalam Jeongsug et al
Berdasarkan analisa peneliti bendungan ASI (2012) dalam jurnalnya yang berjudul “Effect
yang dialami oleh ibu postpartum mengalami of Oketani Breast Massage on Breast pain, the
Volume 4 Nomor 1, Juli 2019 81
JOURNAL OF ISLAMIC
NURSING
5. KESIMPULAN
Sebelum dilakukan Pijat oketani nilai Mean
adalah 7,73 dengan SD 1, 1632.
1. Setelah dilakukan Pijat oketani, bendungan
ASI yang dialamai oleh ibu postpartum
mengalami perubahan yang signifiakan
yaitu nilai Mean 2,93 dengan SD 1,580
2. pijat oketani efektif dalam perubahan
Bendungan ASI pada ibu postpartum
dengan nilai ρ.Value 0.0
Abstrak
1. PENDAHULUAN
Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih cukup tinggi yaitu 32 per 1000
kelahiran hidup (SDKI, 2012). Data World Health Organization (WHO) (2003) dalam Profil
Kesehatan Indonesia 2012 bahwa AKB di Indonesia sebagian besar terkait dengan faktor
nutrisi yaitu sebesar 53%. Beberapa penyakit yang timbul akibat malnutrisi antara lain
pneumonia (20%), diare (15%), kematian perinatal (23%), merupakan penyakit yang dapat
dicegah dengan pemberian ASI secara dini. Berdasarkan data Susenas tahun 2015, cakupan
ASI eksklusif di Indonesia dinilai masih sangat rendah yaitu 33,6 % atau sekitar sepertiga
bayi yang mendapatkan ASI eksklusif mulai lahir hingga berusia enam bulan.
271
The 7th University Research Colloqium 2018
STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta
Pemberian ASI eksklusif dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain ASI tidak segera
keluar, ibu merasa nyeri saat menyusui, bayi kesulitan dalam menghisap, keadaan putting
susu ibu dan pengaruh promosi susu pengganti ASI (Siregar,2007). Kegagalan dalam
proses menyusui sering disebabkan karena timbulnya beberapa masalah. Adapun masalah
yang menyebabkan ibu gagal dalam menyusui adalah puting susu lecet, payudara bengkak
(bendungan ASI), mastitis dan abses payudara (Sulystyawati, 2009).
Menurut Manuaba (2010) bendungan ASI adalah pembendungan ASI karena
penyempitan duktus laktiferus oleh kelenjar-kelenjar yang tidak dikosongkan dengan
sempurna atau karena kelainan pada puting susu. Payudara yang membengkak biasanya
terjadi sesudah melahirkan pada hari ketiga atau keempat. Prawiroharjo (2011) menambah
bahwa beberapa faktor yang dapat menyebabkan bendungan ASI adalah pengosongan
payudara yang tidak sempurna, faktor hisapan bayi yang tidak aktif, faktor posisi menyusui
bayi yang tidak benar ,puting susu terbenam, dan puting susu terlalu panjang.
Bendungan ASI merupakan peningkatan aliran vena dari limfe pada payudara dalam
rangka mempersiapkan diri untuk proses laktasi, bisa juga karena adanya penyempitan
duktus lactiferous pada payudara ibu serta dapat terjadi pula bila memiliki kelainan putting
susu seperti putting susu datar dan terbenam (Admin,2007). Bendungan ASI menyebabkan
demam, payudara terasa sakit, payudara berwarna merah, payudara bengkak dan payudara
mengeras, hal tersebut dapat mempengaruhi proses pemberian ASI (Riksani,2012).
Pijat oketani merupakan salah satu metode breast care yang tidak menimbulkan rasa
nyeri. Pijat oketani dapat menstimulus kekuatan otot pectoralis untuk meningkatkan
produksi ASI dan membuat payudara menjadi lebih lembut dan elastic. Sebanyak 8
sampel dari 10 sampel yang diteliti menyatakan bahwa hasil pijat oketani 80% efektif
mengatasi masalaah payudara diantaranya untuk kelancaran ASI, mencegah bendungan ASI
dan putting yang tidak menonjol (Kabir & Tasnim, 2009). Hasil penelitian Cho, Ahn Hye,
Lee, Ahn Sukhee and Hur (2012) dalam jurnalnya yang berjudul “Effects of Oketani Breast
Massage on Breast pain, the Breast milk pH of Mothers, and the Sucking Speed of
Neonates” diperoleh nilai p <.001, yang berarti ada perbedaan setelah dilakukan pijat
oketani yaitu seluruh partisipan mengalami peningkatan produksi ASI, perubahan pada
putting payudara, dan tidak adanya tanda gejala bendungan ASI setelah diberikan pijat
oketani.
Studi pendahuluan yang dilakukan di salah satu Bidan Praktek Mandiri wilayah
Puskesmas Kebumen II selama bulan Mei 2017 diperoleh jumlah ibu postpartum sebanyak
18 orang dan 12 diantaranya mengalami bendungan ASI pada awal minggu setelah
kelahiran. Dari latar belakang tersebut, penulis tertarik melakukan penelitian untuk
Mengetahui Efektifitas Pijat Oketani Menggunakan Minyak Zaitun Terhadap Pencegahan
Bendungan ASI Pada Ibu Post Partum di Bidan Praktek Mandiri wilayah Puskesmas
Kebumen II Kabupaten Kebumen.
2. METODE
Penelitian ini menggunakan quasi eksperimen post test only non-equivalent control
groupdesign. Penelitian ini melihat perbedaan efektifitas pencegahan terjadinya bendungan
ASI pada kelompok intervensi yang dilakukan pijat oketani dengan kelompok kontrol tanpa
perlakuan pijat.
Subjek penelitian adalah ibu post partum yang sesuai dengan kriteria inklusi. Teknik
pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling. Jumlah subjek penelitian ini
adalah 22 responden pada masing-masing kelompok. Lokasi penelitian dilaksanakan di BPM
wilayah Puskesmas Kebumen II Kabupaten Kebumen. Waktu penelitian adalah Juni -
Agustus 2017.
Definisi operasional dari pijat oketani adalah suatu alternative cara yang dilakukan
untuk menstimulasi proses produksi ASI dengan menekan otot pectoralis. Dilakukan pada
hari pertama post partum sampai dengan hari ke tiga dengan frekuensi 1x dalam sehari
dengan skala ukur nominal. Sedangkan definisi operasional pencegahan bendungan ASI
272
The 7th University Research Colloqium 2018
STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta
yaitu Upaya yang dilakukan untuk mencegah pembendungan air susu karena penyempitan
duktus laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena
kelainan pada puting susu. Observasi dilakukan pada hari ke 4 sampai hari ke 7 dengan skala
ukur interval.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan lembar observasi pijat
oketani dan lembar observasi untuk mengetahui tanda gejala bendungan ASI. Tehnik analisis
data menggunakan paired t-test.
Tabel 1. Bendungan ASI pada ibu post partum yang di pijat Oketani
Kelompok
Intervensi Kontrol
Variabel n % n %
Bendungan ASI 0 0 17 77,3
Normal 22 100 5 22,7
273
The 7th University Research Colloqium 2018
STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta
memperbaiki atau mengurangi masalah laktasi yang disebabkan oleh putting yang rata
(flat nipple) atau putting yang masuk kedalam (inverted). Tanda gejala tersebut
merupakan masalah yang menyebabkan ibu mengalami masalah payudara salah satunya
bendungan ASI.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencegah bendungan ASI adalah pijat
oketani yang di mulai pada hari pertama setelah melahirkan. Pijat oketani dilakukan
dengan cara masase payudara selama 3x berturut-turut dengan waktu pemijatan 30
menit, 15 menit untuk setiap payudara.. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak
17 responden (77,3%) yang mengalami bendungan ASI adalah reponden yang tidak
dilakukan pijat oketani.
Pada responden yang dilakukan pijat oketani di dapatkan 100% responden tidak
mengalami bendungan ASI. Hal ini sesuai dengan Oketani (2008) bahwa manipulasi
payudara melalui metode oketani tidak memberikan rasa sakit sehingga payudara
menjadi lebih lembut dan puting susu menjadi lebih elastis, aliran susu menjadi lancar
dan bayi lebih mudah untuk menyusu. Sehingga masalah laktasi seperti inversi dan
putting susu tidak menonjol, puting retak, puting lecet, pembengkakan atau bendungan
ASI dapat dicegah.
3.2. Efektifitas Pijat Oketani Menggunakan Minyak Zaitun Untuk Mencegah Bendungan
ASI Pada Ibu Post Partum
Berdasarkan tabel 2. hasil uji paired t-test didapatkan pada ibu post partum yang
dipijat oketani dengan nilai p-value 0,021 dengan taraf signifikansi p < 0,005. Sehingga
pijat oketani pada ibu post partum efektif dalam mencegah bendungan ASI.
Menurut Soejiningsih (2012) ASI merupakan suatu interaksi yang sangat komplek
antara rangsangan mekanik, syaraf, dan bermacam – macam hormone yang berpengaruh
terhadap pengeluaran oksitosin. Pengeluaran hormone oksitosin dipengaruhi oleh
reseptor yang terletak pada sistem duktus, bila duktus melebar atau menjadi lunak maka
secara reflektoris dikeluarkan oleh hipofise yang berperan untuk memeras air susu dari
alveoli.
Payudara terdiri dari kelenjar susu yang dikelilingi oleh kulit, jaringan ikat dan
jaringan adiposa. Kelenjar susu yang longgar terhubung ke fasia mendalam dari
pectoralis utama. Lokasi payudara ditetapkan oleh jaringan ikat pada kulit dan otot-otot
dada. Jaringan ikat penyangga ini memiliki elastisitas dan spontan mengembang untuk
mengakomodasi fungsi fisiologis payudara. Fasia profunda bertindak sebagai dasar
payudara. Jika dasar payudara kehilangan elastisitasnya karena sebab apapun, maka
akan mempengaruhi fungsi utama payudara yaitu memproduksi ASI. Jika ASI tidak
dikeluarkan, maka kondisi dasar payudara seperti ada tekanan, sirkulasi darah vena
terganggu dan vena susu menjadi padat. Keadaan payudara yang padat karena ASI
terhambat keluar sering disebut bendungan ASI (Soejiningsih, 2012).
Pemijatan pada payudara merupakan suatu tindakan perawatan payudara yang di
mulai pada hari pertama atau kedua setelah melahirkan. Perawatan payudara bertujuan
untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya aliran susu sehingga
mempelancar pengeluaran ASI. Selain itu menghindari terjadinya pembekakan
274
The 7th University Research Colloqium 2018
STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta
payudara dan kesulitan menyusui, serta menjaga kebersihan payudara agar tidak mudah
terkena infeksi (Anggraini Y, 2010).
Salah satu bentuk perawatan payudara pada ibu nifas adalah pijat oketani. Pijat
oketani dapat menstimulus kekuatan otot pectoralis untuk meningkatkan produksi ASI
dan membuat payudara menjadi lebih lembut dan elastis sehingga meumudahkan bayi
untuk mengisap ASI. Pijat oketani juga memberikan rasa lega dan nyaman secara
keseluruhan pada ibu, meningkatkan kualitas ASI, mencegah putting lecet dan
bendungan ASI serta dapat memperbaiki/mengurangi masalah laktasi yang disebabkan
oleh putting yang rata (flat nipple) dan putting yang masuk kedalam (inverted)
(Machmudah dan Khayati, 2014).
Sebanyak 22 responden yang diberikan intervensi pijat oketani berespon positif
terhadap pemijatan yang diberikan. Kabir dan Tasnim (2009) menambahkan bahwa
pijat oketani merupakan salah satu metode breast care yang tidak menimbulkan rasa
nyeri. Sebanyak 8 sampel dari 10 sampel yang diteliti menyatakan bahwa hasil pijat
oketani 80% efektif mengatasi masalah payudara diantaranya untuk kelancaran ASI dan
putting yang tidak menonjol.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis menunjukkan bahwa uji paired t-test
pada ibu post partum yang dipijat oketani dengan nilai p-value 0,021 dengan taraf
signifikansi p < 0,005. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pijat oketani pada ibu post
partum efektif dalam mencegah bendungan ASI. Hasil penelitian ini sudah sesuai
dengan jurnal penelitian Cho, Ahn Hye, Lee, Ahn Sukhee and Hur (2012) dalam
jurnalnya yang berjudul “Effects of Oketani Breast Massage on Breast pain, the Breast
milk pH of Mothers, and the Sucking Speed of Neonates” diperoleh nilai p <.001, yang
berarti ada perbedaan setelah dilakukan pijat oketani yaitu seluruh partisipan mengalami
peningkatan produksi ASI, perubahan pada putting payudara, dan tidak adanya tanda
gejala bendungan ASI setelah diberikan pijat oketani.
Oleh sebab itu, pemberian inovasi pijat oketani sangat membantu untuk
melancarkan produksi ASI dan ekresi ASI sehingga dapat mencegah terjadinya
bendungan ASI. Penelitian dari Desmawati (2009) tentang efektifitas pijat oketani
terhadap pengeluaran ASI secara dini pada ibu postpartum di Puskesmas Pamulang dan
Cikupa Banten menunjukkan bahwa ibu-ibu yang diberikan intervensi pijat oketani
mempunyai peluang 5,146 kali untuk terjadinya pengeluaran ASI.
4. KESIMPULAN
a. Seluruh ibu post partum yang dilakukan pijat oketani sebanyak 22 responden (100%)
tidak mengalami bendungan ASI. Sedangkan dari 22 orang ibu post partum yang tidak
dilakukan pijat oketani didapatkan hasil 5 (22,7%) orang tidak mengalami bendungan
ASI dan 17 (77,3%) orang mengalami bendungan ASI.
b. Hasil analisis Paired t-test diperoleh p-value = 0,021 menunjukkan bahwa pijat oketani
pada ibu post partum efektif dalam mencegah bendungan ASI.
UCAPAN TERIMAKASIH
Peneliti mengucapkan terimakasih kepada STIKES Muhammadiyah Gombong dan
Puskesmas Kebumen II Kabupaten Kebumen yang telah memberikan ijin dan memberikan
dukungan dalam penelitian ini.
REFERENSI
Admin, H. 2007. Konsep Penerapan ASI Eksklusif. Jakarta : EGC
Anonim. (2009). Minyak Zaitun Ekstra Virgine Olive Oil.
http://duniaherba.wordpress.com/2009/10/03/minyak-zaitun-olive-oil
275
The 7th University Research Colloqium 2018
STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta
Andriani, A. dkk. (2015). Efektifitas Minyak Zaitun Untuk Mencegah Kerusakan Kulit pada
Penyakit Kusta. http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=18467
Anggraini, Yetti. (2010). Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Pustaka Rihama
Ambarwati, E. (2009). Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta : Mitra Cendekia Press
Budiarti. (2009). Efektifitas pemberian paket “Sukses ASI” terhadap produksi ASI ibu menyusui
dengan section caesarea di wilayah Depok Jawa Barat. http://morningcamp.com.
Diakses 20 Mei 2016
Cunningham, F. G. (2006). Obstetri Williams. Jakarta: EGC
Deswani, Gustina, Rochimah. 2014. Efek Plasebo Kompre Daun Kol Dalam Mengatasi
Pembengkakan Payudara Pada Ibu Postpartum. Jurnal Keperawatan Vol 2 (3).
Poltekkes Kemenkes Jakarta III.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI). 2013. Angka Kematian Ibu.
http//www.depkesri.aki.com. Di akses 26 Februari 2016
Dinas Kesehatan Provinsi (Dinkes Prov) Jawa Tengah. 2014. Buku Saku Jawa Tengah Triwulan
II Tahun 2014. Available online on: http://bukusakujawatengahtriwulanII.com. Diakses
21 Maret 2016
Dinas Kesehatan Kabupaten (Dinkes Kab) Kebumen. (2014). Profil Kesehatan Kebumen 2014.
Kebumen: Dinkes Kab Kebumen
Dewi dan Sunarsih. (2011). Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Jeongsung, C,dkk. (2012). Effect of Oketani Breast Massage on Breast Pain, The Breast Milk
pH of Mothers, and the Sucking Speed of Neonates.
https://www.researchgate.net/publication/262911856_Effect_of_Oketani_Breast_Massa
ge_on_Breast_Pain_The_Breast_Milk_pH_of_Mothers_and_the_Sucking_Speed_of_N
eonates
Machmudah, dkk. (2007). Pijat Oketani dan Oksitosin terhadap Parameter Produksi ASI pada
Ibu Post Secsio Saesarea.
http://www.journal.stikesmuhpkj.ac.id/journal/index.phd/jik/article/download/26/24
Manuaba, 2008. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
Maryunani, A. 2010. Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas (Postpartum). Jakarta: Trans Info
Media
Nangili. (2013). Manfaat Pemberian Minyak Zaitun untuk Kulit.
http://nangilidi.com/2013/02/manfaat pemberian minyak zaitun.
Notoatmodjo, S. (2010). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rienika Cipta.
Pediastuti. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika
Prawirohardjo, Sarwono. (2011). Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta: YBP-
SP
Roesli, Utami. (2008). Inisiasi Menyusui Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka
Pembangunan Swadaya Nusantara
Saifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keprawatan. Jakarta: EGC
276
The 7th University Research Colloqium 2018
STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta
Siregar, M Arifin. (2007). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI oleh Ibu
Melahirkan. http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-arifin.pdf. Diakses tangga 20
Februari 2016
Sugiyono, A. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
Surg.J Bangladhesh Coll Phys. (2009). Oketani Lactation Management : A New Method To
Augment Breast Milk.
http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.619.3420&rep=rep1&type=p
df
Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI). 2012. Data SDKI 2012 kematian ibu melonjak.
Avaiable Online On: http://nasional.sindonews.com/read/787480/15/data-sdki-2012-
angka-kematian-ibu-melonjak-1380122625. Diakses 27 Februari 2016
Suherni et al. (2009). Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya
Sulistyawati, A. (2009). Asuhan Kebidanan dan Ibu Nifas. Jakarta : Salemba Medika
Wiknjosastro, H. 2005. Ilmu Kebidanan, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
277
PIJAT OKETANI MENURUNKAN NURSCOPE
Jurnal Keperawatan dan Pemikiran Ilmiah
KADAR HORMON KORTISOL PADA Machmudah, Khayati, N., Widodo, S.,
IBU MENYUSUI DI KOTA SEMARANG Hapsari, E.D., & Haryanti, F. (2018). Pijat
Oketani Menurunkan Kadar Hormon
Kortisol pada Ibu Menyusui di Kota
Semarang.
Nurscope. Jurnal Keperawatan Pemikiran
Ilmiah. 4(2).66-71
Machmudah1, Nikmatul Khayati2, Sri Widodo3, Elsi Dwi Hapsari4, Fitri Haryanti5
1,2,3
Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang
4,5
Program Studi Ilmu Keperawatan FK-KMK Universitas Gajah Mada Yogyakarta
ABSTRAK
Pendahuluan: Salah satu tugas baru bagi seorang ibu setelah melahirkan adalah menyusui bayinya disamping
tugas rumah tangga lainnya. Kondisi ini akan menyebabkan ibu kelelahan dan stress. Pijat oketani selain
bermanfaat untuk meningkatkan produksi ASI dapat juga memberikan rasa nyaman dan perasaan relaks pada
ibu. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan kadar hormon kortisol pada ibu menyusui yang diberikan
terapi pijat oketani dan akupresur di titik GB-21. Metodologi: Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen
dengan rancangan yang digunakan adalah post test design with control group dengan jumlah sampel 20
responden pada masing-masing kelompok. Uji statistik menggunakan uji independent T test. Hasil: terdapat
perbedaan rerata kadar hormon kortisol yang bermakna antara kelompok kontrol, kelompok pijat oketani dan
GB 21 (p=0,003). Diskusi: Pijat oketani dapat memberikan rasa nyaman, menghilangkan rasa nyeri dan
membuat tubuh ibu postpartum menjadi lebih relaks. Kondisi ini akan menurunkan kadar hormon kortisol dan
akan meningkatkan aliran darah ke payudara.
Kata kunci: Pijat oketani, titik GB-21, kortisol
OKETANI MASSAGE REDUCES CORTISOL HORMONE LEVELS AMONG BREASTFEEDING MOTHERS IN CITY OF
SEMARANG
ABSTRACT
Introduction: A new role of a mother after giving birth is to breastfeed her baby instead of doing other
household choirs. This condition will bring stress and tiredness to a mother. Oketani massage not only being
useful for increasing breastmilk production but also provide comfort and a feeling of relaxation for the mother.
Aim of this study was to describe cortisol levels in breastfeeding mothers who were given oketani massage
therapy combine with acupressure at the GB-21 point. Methodology: This research was a quasi experiment with
post test design with a control group with a sample of 20 respondents at each group. Statistical analysis using
independent T-test. Results: There was a significant difference in the levels of cortisol between control group
and oketani massage combine with acupressure group (p = 0.003). Discussion: Oketani massage works well as
a pain reliever, providing comfort, relaxation for the post partum mothers. This condition will reduce the level
of cortisol hormone and increase blood flow to breasts.
Keywords: Oketani massage, GB-21 point, cortisol
Corresponding Author
Machmudah1, Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang,
Jalan Kedungmundu Raya No. 18, Semarang, Jawa Tengah, E-mail: machmudah@unimus.ac.id
66
PENDAHULUAN
Masa setelah melahirkan merupakan masa dimana seorang ibu akan mengalami masa transisi, yaitu
perubahan fisik, psikologis dan sosiokultural. Ibu akan mengalami beberapa perubahan besar dalam
hidupnya, antara lain perubahan identitas, peran, hubungan, kemampuan, dan perilaku. Perubahan-
perubahan tersebut memerlukan penyesuaian diri (adaptasi) sehingga ibu dapat mencapai status
kesehatan yang optimal dan berhasil mencapai peran baru menjadi seorang ibu.
Salah satu tugas baru bagi seorang ibu setelah melahirkan adalah menyusui bayinya. Menyusui
merupakan salah satu tugas reproduksi bagi seorang perempuan. Begitu ibu dinyatakan hamil, maka
tubuhnya akan dipersiapkan untuk proses menyusui. Tingginya kadar hormon estrogen dan
progesteron pada saat hamil akan menyebabkan pembesaran payudara, dan pertumbuhan kelenjar-
kelenjar susu. Begitu bayi lahir dan plasenta dilepaskan, kadar hormon prolaktin dan oksitosin yang
tinggi akan membantu produksi dan ejeksi ASI. Sejak itu, dimulailah tugas baru seorang ibu untuk
menyusui bayinya.
Pemberian ASI dilakukan selama enam bulan (pemberian ASI Eksklusif) yaitu pemberian ASI saja tanpa
menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain (kecuali obat, vitamin, dan
mineral) (Depkes, 2017). Setelah enam bulan, bayi mulai mendapat makan tambahan (Makanan
Pendamping ASI/MP-ASI) dan ASI tetap diberikan sampai bayi berusia dua tahun.Perjalanan panjang
proses menyusui ini akan menjadi rutinitas yang melelahkan bagi seorang ibu. Selain menyusui, ibu
juga mempunyai tugas dalam tumah tangga yang lain, seperti memasak, membersihkan rumah, dan
sebaginya. Tugas multi fungsi ini akan menyebabkan ibu merasa lelah dan stress. Kelelahan dan stres
yang dialami ibu akan mempengaruhi produksi ASI.
Kecukupan produksi ASI dipengaruhi oleh sekresi hormon prolaktin dan oksitosin. Sekresi kedua
hormon ini dipengaruhi oleh kondisi psikologis ibu. Ketika ibu mengalami ketegangan psikologis
(stress) maka akan menekan fungsi kerja hypothalamus, sehingga akan menghambat sekresi hormon
prolaktin dan oksitosin oleh kelenjar pituitary. Salah satu cara untuk merangsang hormon oksitosin
adalah dengan memijat (WHO, 2009; Lund 2002). Ibu menyusui membutuhkan lebih banyak stimulasi
oksitosin untuk mengurangi stres dan menciptakan sensasi santai.
Pijat dapat meningkatkan perilaku prososial seperti kepercayaan, kemurahan hati dan empati.
Perilaku prososial ini membantu mempertahankan hubungan sosial. Morhenn, et al, 2012
menjelaskan bahwa pijat dapat meningkatkan produksi oksitosin dan menurunkan 6% penanda stres
yaitu hormon adrecorticotropin (ACTH). Pijat akan menurunkan kadar hormon stress (cortisol) dan
memberikan efek relaksasi bagi otot-otot yang tegang dan memperlancar aliran darah (Wahyuni,
2014). Stimulasi taktil yang dirasakan pada saat diberikan pijat akan menyebabkan peningkatan
sekresi corticotropin yang dapat menurunkan kadar hormon kortisol.
Hormon kortisol adalah hormon yang diproduksi pada kelenjar adrenal. Kelenjar adrenal sendiri
merupakan penghasil hormon yang berada di atas ginjal. Kortisol kemudian akan dilepaskan ke dalam
darah dan dialirkan ke seluruh tubuh. Produksi kortisol dikendalikan oleh tiga organ dalam tubuh yaitu
hipotalamus di otak, kelenjar pituitari, dan kelenjar adrenal. Normalnya, kortisol ada dalam tubuh
dengan kadar yang wajar. Bila kadar kortisol dalam darah menurun, ketiga organ tersebut akan
bekerja sama untuk memicu produksi kortisol. Faktor lainnya seperti stres atau aktivitas fisik juga
memengaruhi proses produksi kortisol. Ketika stres atau sedang olahraga, produksi hormon kortisol
akan meningkat. Hal ini terjadi supaya tubuh mampu merespon atau beradaptasi terhadap faktor-
faktor pemicu yang disebabkan karena aktivitas fisik atau stres.
67
METODE PENELITIAN
Tahapan penelitian diawali dengan penyusunan proposal kemudian dilanjutkan dengan pengajuan
ijin penelitian. Studi pendahuluan dilakukan di RS Roemani Muhammadiyah Semarang yang akan
dijadikan sebagai lokasi penelitian. Identifikasi responden yang akan dijadikan sebagai kelompok
intervensi dan kelompok kontrol. Pada pada kelompok intervensi dibagi menjadi dua kelompok yaitu
kelompok yang dilakukan pijat oketani dan kelompok yang dilakukan tekanan di titik GB-21. Penilaian
kadar kortisol dilakukan segera setelah ibu selesai diberi intervensi.
Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan rancangan yang digunakan adalah post test
design with control group, yaitu suatu pengukuran hanya dilakukan pada saat terakhir penelitian
(Sugiyono, 2001). Analisis univariat untuk mendeskripsikan karakteristik responden dan variabel
terikat dengan menggunakan distribusi frekuensi. Analisis bivariat untuk menganalisis perbedaan
kadar hormon kortisol pada kelompok intervensi dan kontrol. Uji yang digunakan adalah uji
independent sample T test.
HASIL PENELITIAN
Tabel 1
Distribusi responden berdasarkan usia dan paritas
Di RS Roemani Semarang
Juli – September 2018
Variabel Kelompok Min Maks Mean S.D
Umur GB-21 24 40 30 6,058
Oketani 20 38 32 7,162
Kontrol 26 42 32 6,181
Paritas GB-21 1 6 3 1,92
Oketani 1 3 2 0,836
Kontrol 1 3 2 0.707
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa usia termuda responden adalah 20 tahun pada kelompok
Oketani, usia tertua 42 tahun pada kelompok kombinasi (Oketani dan Tekanan pada titik GB-21).
Paritas responden paling banyak 3 pada semua kelompok.
Tabel 2
Perbedaan kadar hormon kortisol antara kelompok kontrol, kelompok pijat oketani dan GB
21, n=56 responden
Kelompok
Kelompok Kelompok
Indikator Pijat F p
Kontrol GB 21
Oketani
Kadar
Hormon
170,67 116,30 167,76
Kortisol, 6,378 0,003*
(65,61) (49,01) (40,66)
rerata
(±SD)
* Oneway Anova test
Dari tabel 2 diatas dapat dijelaskan bahwa terdapat perbedaan rerata kadar hormon kortisol yang
bermakna antara kelompok kontrol, kelompok pijat oketani dan GB 21 (p=0,003). Kelompok pijat
oketani memiliki rerata lebih rendah daripada rerata kelompok akupresur GB-21 dan kelompok
kontrol. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kelompok pijat oketani memiliki kadar hormon kortisol
yang paling rendah daripada kelompok lain.
68
Hasil uji lanjutan Post Hoc (LSD) didapatkan pasangan yang memiliki beda rerata yang bermakna
adalah: kelompok pijat oketani dengan kelompok akupresur GB-21 (perbedaan rerata= 51,46),
kelompok pijat oketani dengan kelompok kontrol (perbedaan rerata= 54,37). Hanya antara rerata
kelompok GB 21 dengan kelompok kontrol tidak memiliki perbedaan yang bermakna. Dengan kata lain
bahwa tindakan pijat oketani memberikan penurunan kadar kortisol lebih baik daripada akupresur di
titik gall blader 21 (GB-21) atau tanpa intervensi.
PEMBAHASAN
Menyusui adalah metode terbaik untuk memberikan nutrisi yang berkualitas bagi bayi baru lahir.
Managemen laktasi yang baik yaitu dengan mengajarkan posisi menyusui dan tehnik pelekatam yang
tepat merupakan hal paling penting untuk pemberian ASI yang efektif.
Setelah ibu memahami tentang pelekatan dan posisi yang tepat, maka ibu membutuhkan bantuan
lebih lanjut untuk meningkatkan kualitas laktasi. Yaitu dengan diberikan pendidikan kesehatan
tentang pijat laktasi. Salah satu pijat yang bisa dilakukan pada ibu menyusui adalah pijat payudara.
Banyak intervensi keperawatan yang dilakukan untuk dapat mendukung sukses proses menyusui.
Antara lain pijat marmet, pijat oksitosin, massage rolling (punggung), akupresur, breast care dan pijat
oketani.
Payudara terdiri dari kelenjar susu yang dikelilingi oleh kulit, jaringan ikat dan jaringan adiposa.
Posterior, kelenjar susu secara longgar terhubung ke fasia yang dalam dari pectoralis mayor. Payudara
bergerak melawan otot utama pectoralis dan dada. Lokasi payudara ditetapkan oleh jaringan ikat ke
kulit dan otot pektoral. Jaringan ikat pendukung ini memiliki elastisitas dan secara spontan
mengembang dan berkontraksi untuk mengakomodasi fungsi fisiologis payudara.
Fasia yang dalam berfungsi sebagai dasar payudara. Jika pangkal kehilangan elastisitasnya karena
sebab apapun, nampak melekat pada fasia pektoralis mayor. Jika ASI tidak diekskresikan dalam kondisi
seperti itu, tekanan pada payudara meningkat, sirkulasi darah vena terganggu dan vena mammae
menjadi sesak. Pada saat yang sama areola dan puting menjadi tidak terawat (indurated).
Pijat Oketani akan mengurangi gangguan tersebut dengan pemisahan adhesi manual antara pangkal
payudara dan fasia utama pektoralis membantu mengembalikan fungsi payudara normal dan
membuat payudara lebih elastis dan lembut.
Pijat Oketani dikembangkan oleh Sotomi Oketani dari Jepang. Pijat oketani dapat memberikan rasa
nyaman dan menghilangkan rasa nyeri pada ibu postpartum. Tubuh ibu postpartum menjadi lebih
relaks. Langkah pijat oketani ada delapan tehnik, tujuh tehnik pijat pada bagian retromammary dan
satu tehnik pijat pada bagian kanan dan kiri payudara. Pijat oketani ini dilakukan selama 15-20 menit
(Kabir, 2009).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada ibu menyusui yang dilakukan pijat oketani memiliki kadar
hormon kortisol yang paling rendah daripada kelompok lain. Terapi pijat telah terbukti secara
signifikan dapat mengubah kondisi biokimia tubuh manusia baik segera setelah pijat maupun selama
periode terapi. Kortisol merupakan variabel penyebab utama pada kondisi stress dan akhirnya akan
mempengaruhi fungsi imun secara negatif. Kortisol merupakan hasil akhir dari system simpatis, aksis
hypothalamus-hipofisis-adrenal. Ernawati (2016) menjelaskan bahwa ada pengaruh pijat bayi
terhadap penurunan kadar kortisol ludah (p=0.004). Hosseini et al (2013) menjelaskan bahwa pijat
dapat menurunkan stress dan kadar hormon kortisol dan dapat meningkatkan aktivitas kontraksi
uterus pada ibu bersalin.
69
Linda (2010), menjelaskan bahwa pijat efektif dalam membantu mengurangi stres sehari-hari,
meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan umumnya membuat orang merasa lebih sehat dan santai.
Relaksasi yang dialami ibu setelah dipijat sesuai dengan hasil penelitian ini yaitu pada kelompok pijat
oketani memiliki rerata kadar kortisol lebih rendah daripada rerata kortisol kelompok GB 21 dan
kelompok kontrol. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kelompok pijat oketani memiliki kadar hormon
kortisol yang paling rendah daripada kelompok yang mendapat intervensi akupresur di titik GB-21.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Terdapat perbedaan rerata kadar hormon kortisol yang bermakna antara kelompok kontrol, kelompok
pijat oketani dan GB 21 (p=0,003). Kelompok pijat oketani memiliki rerata lebih rendah daripada rerata
kelompok akupresur GB-21 dan kelompok kontrol. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kelompok pijat
oketani memiliki kadar hormon kortisol yang paling rendah daripada kelompok lain.
Saran
Pijat Oketani dapat dijadikan sebagai salah satu bahan kajian ilmiah dalam proses pembelajaran di
kelas bagi mahasiswa Keperawatan. Pijat Oketani juga dapat dijadikan sebagai alternatif tindakan
mandiri perawat dalam mendukung keberhasilan laktasi dengan pendekatan Keperawatan
Komplementer. Penelitian ini perlu dikembangkan lebih lanjut dengan jumlah responden yang lebih
banyak dan analisis tingkat hormonal yang lebih tajam.
KEPUSTAKAAN
Afifah, DN, 2007. Faktor yang berperan dalam Kegagalan Praktek Pemberian ASI Eksklusif. Tesis.
Undip Semarang.
Apriany, D. 2010. Pengaruh terapi music terhadap mual muntah lambat akibat kemoterapi pada anak
usia sekolah yang menderita kanker di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Thesis : Magister
Universitas Indonesia. Fakultas Ilmu Keperawatan.
Betts. Debra, 2007. Acupressure ; Promoting a natural labour and partner involvement. ISBN 0-473-
04467-6
Bobak I.M., Lowdermilk, D.L., & Jensen, M.D., Perry, S.E. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas.
Edisi 4. Alih bahasa: Maria & Peter. Jakarta: EGC
Depkes RI. (2007). Pelatihan Konseling Menyusui. Jakarta : Depkes RI
Ernawati, 2014. Pijat bayi mempengaruhi kadar kortisol dan kuantitas tidur bayi yang mengalami
hospitalisasi dengan pendekatan Teori Comfort Kolcaba. Jurnal Ilmiah Kesehatan, vol 7, no 2.
Agustus 2014, hal 138-149
Evariany, A. (2007). Agar ASI lancar diawal masa menyusui. Diunduh dari http://www.hypno-
birthing.web.id/? Diunduh tanggal 10 Februari 2013
Foda,. Et al (2004). Composition of Milk Obtained From Unmassaged Versus Massaged Breasts of
Lactating Mothers. Journal of Pediatric Gastroenterology and Nutrition 38:484–487
Haryani, 2014. Alasan tidak memberikan ASI Eksklusif pada Ibu bekerja di Kota Mataram NTB. Tesis.
Universitas Udayana Bali
70
Hosseini, et al, 2013. Effect of Massage Therapy on Labor Progress and Plasma Levels of Cortisol in
The Active Stage of First Labor. Journal Zahedan Research Medical Science 2013 Sep; 15(9):
35-38
Jeongsug., Hye Young., Sukhee & Myeong Soo. (2012). Effects of Oketani Breast Massage on Breast
Pain, the Breast Milk pH of Mothers and The Sucking Speed of Neonates. Journal of Korean J
Women Health Nurs , Vol 18 No 2, 149-158
Kabir & Tasnim. (2009). Oketani Lactation Management : A New Method to Augment Breast Milk.
Journal of Bangladesh College of Physicians and Surgeon, Vol. 27,No 3
Machmudah & Khayati. (2013). Produksi ASI pada ibu postpartum yang dilakukan pijat oksitosin dan
oketani di Kota Semarang.
Machmudah,. Khayati,. Isworo. (2014). Komposisi Kimia ASI pada Ibu Postpartum yang dilakukan Pijat
Oksitosin dan Oketani di Kota Semarang.
Pilliteri. (2003). Maternal and child Health Nursing. Care of Childbearing and Childrearing Family. 3rd
edition. Lippincott
Rahayu, Dwi et al, (2015). Produksi ASI Ibu dengan intervensi acupressure point for lactation dan pijat
oksitosin (The difference in breastmilk production between acupressure point lactation and
oxytocin massage). Jurnal Ners Vol 10 No 1 April 2015:9-19
Riordan J & Aurbach, K.G, (2010). Breastfeeding and Human Lactation. London: Jones an barlett
Publishers International.
Roesli, U. (2005). Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta : Trubus Agriwidya
________ (2009). Manajeman Laktasi. Jakarta : IDAI
Saputra, K.2000. Akupunktur dalam ilmu kedokteran. Surabaya : Airlangga University Press.
Sugiyono. (2001). Statistik untuk Penelitian. Bandung : CV. Alfabeta
Wahyuni, 2014. Pengaruh Massase Ekstremitas dengan Aroma Terapi Lavender Terhadap Penurunan
Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi di Kelurahan Grendeng Purwokerto. Skripsi.
Universitas Jendral Soedirman.
Profil Kesehatan Indonesia tahun 2017, diunduh dari
file:///C:/Users/HP/Downloads/Documents/Data-dan-Informasi_Profil-Kesehatan-
Indonesia-2017.pdf tanggal 27 Oktober 2018.
Tan, K. L. (2011). Factors associated with exclusive breastfeeding among infants under six months of
age in Peninsular Malaysia. International Breastfeeding Journal, 6(1), 1.
71
Edudharma Journal, Vol 3 No 2, September 2019, page 90-102
ABSTRAK
Latar Belakang Cakupan ASI eksklusif di Indonesia pada tahun 2010 adalah 33,6%, meningkat menjadi 38,5%
pada tahun 2011 dan 42% pada tahun 2012 serta mengalami penurunan pada tahun 2013 menjadi 30,2%. Hasil
cakupan ASI eksklusif belum mencapai target yang diinginkan secara Nasional yaitu sebanyak 80%. Tujuan
Penelitian ini diketahui pengaruh pijat oketani terhadap kelancaran ASI dan tingkat kecemasan pada ibu nifas.
Desain penelitian yang digunakan adalah quasi experiment dengan rancangan “One Groups Pretest-Posttest
Design” yaitu desain penelitian yang terdapat pretest sebelum diberi perlakuan dan posttest setelah perlakuan. Hasil
Penelitian mean kelancaran ASI sebelum dan sesudah pijat oketani pada ibu nifas adalah 10,3 dan 12,5, hasil uji t
dependen menunjukkan ada perbedaan kelancaran sebelum dan sesudah dilakukan pijat oketani pada ibu nifas
(p=0,016). mean tingkat kecemasan sebelum dan sesudah dilakukan pijat oketani pada ibu nifas adalah 35,11 dan
13,33. Hasil uji t dependen menunjukkan ada perbedaan tingkat kecemasan sebelum dan sesudah dilakukan pijat
oketani pada ibu nifas (p=0,006).
THE EFFECT OF OKETANI MASSAGE TO THE EJECTION OF BREAST MILK AND LEVEL OF
ANXIETY IN POST PARTUM MOTHER
ABSTRACT
Background Coverage of exclusive milk in Indonesia in 2010 was 33.6%, increased to 38.5% in 2011 and 42% in
2012 and decreased in 2013 to 30, 2%. The results of exclusive breastfeeding coverage have not reached the desired
national target of 80%. The purpose study is the effect Oketani massage to the ejection of breast milk and anxiety
levels in postpartum mothers. The research design used a quasi experiment with the design of one groups pretest-
posttest design that contained pretest before being given treatment and posttest after treatment. Research result the
mean the ejaction of breast milk before and after Oketani massage in postpartum mothers is 10.3 and 12.5, the
results of the dependent t test showed that there were differences in the ejaction of breast milk before and after
doing Oketani massage in postpartum mothers (p = 0.016). The mean level of anxiety before and after doing Oketani
massage in postpartum mothers was 35.11 and 13.33. Dependent t test results showed that there were differences
in the level of anxiety before and after doing the Oketani massage in postpartum mothers (p = 0.006).
90 | P a g e
PENDAHULUAN pemerintah. Penggalakan ASI memang
bukan hal yang baru namun berbagai upaya
Air Susu Ibu (ASI) merupakan salah satu
untuk meningkatkannya terus dilakukan
komponen terpenting yang produksi dan
baik oleh pemerintah maupun swasta dan
kelancarannya perlu diperhatikan oleh calon
juga masyarakat peduli ASI, karena hasil
ibu. Begitu banyaknya manfaat yang akan
cakupan ASI eksklusif belum mencapai
didapatkan bagi ibu dan tentunya untuk
target yang diinginkan secara Nasional yaitu
bayi. Untuk menjamin pelaksanaan
sebanyak 80%. Hal ini terjadi karena
pemberian ASI, Pemerintah Indonesia
rendahnya pencapaian program ASI
membuat peraturan yang secara resmi yaitu
eksklusif pada setiap Provinsi dan wilayah
Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun
2012 yang didalamnya terdapat pernyataan Kabupaten dan Kota di Indonesia (SDKI,
2012; Kementerian Kesehatan Republik
bahwa bayi yang dilahirkan berhak
Indonesia, 2013; Riset Kesehatan Dasar,
mendapatkan ASI tanpa penambahan bahan
makanan lainnya (tidak termasuk obat, 2013).
mineral dan vitamin) hingga bayi memasuki Untuk merangsang pengeluaran hormon
usia enam bulan atau disebut sebagai ASI prolaktin dan oksitosin di Indonesia ada
Eksklusif. Bahkan untuk mendukung banyak jenis metode yang dapat dijadikan
keberhasilan dari pelaksanaan pemberian pilihan bagi ibu yang mengalami masalah
ASI Eksklusif pemerintah juga selama menyusui, seperti pijat oksitosin,
mengesahkan peraturan terkait dengan pijat prolaktin, pijat marmet, perawatan
pelaksanaan ASI Eksklusif yaitu Peraturan payudara dan lain sebagainya. Salah satu
Menteri Kesehatan (Permenkes) Republik jenis pijat payudara yang tengah gencarnya
Indonesia Nomor 15 Tahun 2013 tentang dipromosikan oleh Jepang dan telah
Tata Cara Penyediaan Fasilitas Khusus diterapkan sebagai sebuah program
Menyusui dan/atau Memerah ASI. pendukung ASI Eksklusif di Bangladesh
serta terbukti berhasil pelaksanaannya yaitu
Cakupan ASI eksklusif di Indonesia pada
pijat oketani.
tahun 2010 adalah 33,6%, meningkat
Gerakan pada pijat Oketani dan perawatan
menjadi 38,5% pada tahun 2011 dan 42%
payudara bermanfaat melancarkan reflek
pada tahun 2012 serta mengalami penurunan
pengeluaran ASI. Selain itu juga merupakan
pada tahun 2013 menjadi 30,2%. Rendahnya
cara efektif meningkatkan volume ASI.
cakupan ASI eksklusif secara Nasional tentu
Terakhir yang tak kalah penting, mencegah
perlu mendapat perhatian lebih dari
92 | P a g e
Edudharma Journal, Vol 3 No 2, September 2019, page 90-102
bendungan pada payudara (Saryono dan hormon prolaktin dan oksitosin setelah
Pramitasari, 2008). melahirkan (Roesli, 2009). Pijatan ini
berfungsi untuk meningkatkan hormon
TINJAUAN PUSTAKA
oksitosin yang dapat menenangkan ibu,
ASI eksklusif didefinisikan sebagai bayi sehingga ASI pun otomatis keluar.
hanya menerima ASI dan tidak ada cair atau Pijat Oketani
padat lainnya kecuali untuk tetes atau sirup Pijat Oketani merupakan salah satu
yang mengandung vitamin, mineral atau teknik pijat payudara yang berfokus pada
obat-obatan (WHO, 2002). daerah areola dan puting susu ibu. Teknik
pijat yang diciptakan oleh Sotomi Oketani,
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
salah seorang bidan dari Jepang, termasuk
Pengeluaran/Kelancaran ASI
salah satu teknik pijat yang unik dan disebut
Pengeluaran ASI dapat dipengaruhi oleh dua sebagai Oketani Lactation Management.
faktor yaitu produksi dan pengeluaran. Dengan melakukan pijat ini, hubungan
Produksi ASI dipengaruhi oleh hormon antara ibu dan bayi menjadi saling terkait
prolaktin sedangkan pengeluaran satu sama lainnya secara fisik dan kondisi
dipengaruhi oleh hormon oksitosin. Hormon mental. Menurut Kabir (2009) ; Cho (2012)
oksitosin akan keluar melalui rangsangan ke langkah – langkah pelaksanaan pijat oketani
puting susu melalui isapan mulut bayi atau terdiri dari delapan. Serangkaian tahap pijat
melalui pijatan pada area payudara ibu, Oketani diselesaikan dalam waktu satu
dengan dilakukan pemijatan pada payudara menit dan diulang selama 15-20 menit.
ibu akan merasa tenang, rileks, Ada beberapa manfaat yang akan
meningkatkan ambang rasa nyeri dan didapatkan oleh ibu yaitu tidak
mencintai bayinya, sehingga dengan begitu menimbulkan rasa sakit atau rasa tidak
hormon oksitosin keluar dan ASI cepat nyaman, membantu meningkatkan produksi
keluar (Yanti, 2011). ASI, bagian payudara akan menjadi lebih
Pijat merupakan salah satu solusi untuk elastis, seperti bagian areola, leher puting
mengatasi ketidaklancaran produksi ASI. dan puncak putting, melancarkan saluran
Pijat adalah pemijatan pada area payudara dan produksi ASI, pencegahan dan
dengan tekanan ringan hingga sedang dan penanganan bagi ibu yang mengalami
merupakan usaha untuk merangsang
93 | P a g e
Edudharma Journal, Vol 3 No 2, September 2019, page 90-102
94 | P a g e
Edudharma Journal, Vol 3 No 2, September 2019, page 90-102
95 | P a g e
Edudharma Journal, Vol 3 No 2, September 2019, page 90-102
96 | P a g e
Edudharma Journal, Vol 3 No 2, September 2019, page 90-102
Untuk merangsang hormon prolaktin dan organ tubuh, memacu meningkatnya denyut
oksitosin selain dengan memerah ASI juga jantung dan pernafasan, serta menimbulkan
dapat dilakukan dengan melakukan penyempitan pembuluh darah tepi
pemijatan pada payudara. Gerakan pijat (peripheral) dan pembesaran pembuluh
oketani dan perawatan payudara akan darah pusat, maka sebaliknya sistem saraf
membuat aerola, duktus laktiferus dan parasimpatetis menstimulasi turunnya
puting susu menjadi lebih elastis dan juga semua fungsi yang dinaikkan oleh sistem
merangsang hipotalamus, selanjutnya akan saraf simpatetis dan menaikkan semua
merangsang adenohipofise (hipofisis fungsi yang diturunkan oleh sistem saraf
anterior) sehingga mengeluarkan prolaktin. simpatetis. Maka relaksasi dapat menekan
Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang rasa tegang dan cemas yang dapat
berfungsi untuk membuat air susu. menimbulkan rangsangan ke hipotalamus
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin sehingga oksitosin menurun dan
oleh hipofisis anterior, rangsangan menurunkan kelancaran ASI (Andriana,
dilanjutkan ke neurohipofisis (hipofisis 2006).
posterior) sehingga mengeluarkan oksitosin. Yuliati, (2017) bahwa kombinasi pijat
Selanjutnya oksitosin diangkut oleh darah rolling dan pijat Oketani terbukti mampu
ke payudara untuk menimbulkan kontraksi meningkatkan kadar hormon prolaktin dan
sel-sel mioepitel. Kontraksi dari sel-sel juga meningkatkan produksi ASI sehingga
mioepitel akan memeras air susu yang telah menyebabkan ASI lancar. Selain itu,
dibuat oleh alveoli dan masuk ke sistem manfaat positif juga ditemukan pada
duktulus, selanjutnya mengalir melalui komposisi ASI dari ibu menyusui di usia <3
duktus laktiferus sehingga terjadi bulan dan >3 bulan yang mendapatkan pijat
pengeluaran ASI (Kabir & Tasnim, 2009; Oketani. Kadar protein pada ASI menjadi
Anggraini, 2010; Guyton and Hall, 2014). lebih baik gizinya pada ibu tersebut (Foda,
Akan tetapi, apabila seseorang mengalami Oku, 2008).
ketegangan dan kecemasan yang bekerja Hasil penelitian Kusumastuti, dkk (2018)
adalah sistem saraf simpatetis, sedangkan juga menyatakan bahwa seluruh ibu post
saat rileks adalah sistem saraf para partum yang dilakukan pijat oketani
simpatetis. Jika sistem saraf simpatetis sebanyak 22 orang (100%) tidak mengalami
meningkatkan rangsangan atau memacu bendungan ASI. Sedangkan pada ibu post
97 | P a g e
Edudharma Journal, Vol 3 No 2, September 2019, page 90-102
partum yang tidak dilakukan pijat oketani Makassar. Jurnal Kesehatan Delima
Polamonia: Makassar.
didapatkan 17 orang (77,3%) mengalami
bendungan ASI. Hasil analisis paired t-test Diaz S, Seron-ferre M, Croxatto, HB,
Veldhuis J. 1995. Neuroendocrine
diperoleh p value = 0,021, hal ini mechanisms of lactational infertility in
menunjukkan bahwa pijat oketani pada ibu women. Biol Res. 28 (2):155-
63.Review.Pubmed PMID.(March
post partum efektif dalam pencegahan 2016).
terhadap bendungan ASI. Kesimpulan dari
Febrina, I. 2011. Hubungan Tingkat
penelitian ini menyatakan bahwa kejadian Kecemasan Pada Primipara Dengan
bendungan ASI efektif dapat dicegah Kelancaran Pengeluaran ASI Pada 2-4
Hari Postpartum Di Wilayah Kerja
dengan pijat oketani. Puskesmas Kecamatan Lubuk
Ditemukan ada perbedaan kelancaran ASI Kilangan. Diakses pada 26 November
2018
dan tingkat kecemasan sebelum dan sesudah
dilakukan pijat oketani. Pijat oketani yang Gimpl G, Fahrenholz F. 2010. The Oxytocin
Receptor System : Structure, Function
diberikan merasakan keadaan yang tenang, and Regulation, 81(2), 629–683.
santai, rileks, dan nyaman dalam menyusui
Guyton AC, Hall JE. 2006. Textbook of
bayinya sehingga menyebabkan Medical Physiology, 11th Ed.
peningkatan kadar oksitosin dan ASI lancar. Philadelphia, PA, USA: Elsevier
Saunders
KESIMPULAN Jameson JL, Groot LJD, Kretser D,
Grossman A, Marshall JC, Melmed S,
Kesimpulan penelitian ini adalah ada et al., 2010. Endocrinology Adult and
perbedaan kelancaran ASI dan tingkat Pediatric. 6th ed. saunders Elsevier,
165-178.
kecemasan sebelum dan sesudah dilakukan
pijat oketani pada ibu nifas. Qiftiyah, M. (2017). Studi Tingkat
Kecemasan Ibu Post Partum Terhadap
Kelancara ASI Pada Ibu Nifas Hari Ke-
DAFTAR PUSTAKA 5 (Di BPM Asri Dan Polindres Permata
Bunda Tuban).
Anggraini, Yetti. 2010. Asuhan Kebidanan
Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2013.
Rihana. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI
Buhari, S. 2018. Perbandingan Pijat Tahun 2013.
Oketani Dan Oksitosin Terhadap
Produksi Air Susu Ibu Pada Ibu Post Riksani, R. 2012. Keajaiban ASI (Air Susu
Partum Hari Pertama Sampai Hari Ibu). Jakarta Timur: Dunia Sehat
Ketiga di Rumah Sakit TK II Pelamonia
98 | P a g e
Edudharma Journal, Vol 3 No 2, September 2019, page 90-102
Roesli, U. 2009. ASI Eksklusif. Trubus Related Biosciences. 3th Ed. Bailliere
Agriwidya.: Jakarta. Tindal Elsevier, 723-738.
99 | P a g e
Journal Of Nursing And Midwifery Vol 2, No. 1 December 2019 e-ISSN 2656-0739
Abstract-Oketani massage method can stimulate the pectoral muscle strength mayoruntuk
increase milk production and makes the breasts become soft and elastic, making it easier for the
baby to suckle. Breast care massage method Oketani this method does not provide pain and
discomfort to the mother's breast that is different from the conventional massage. This study
aimed to analyze the effect of breast care massage Oketani method to increase milk production
in postpartum mothers with indicators of infant weight gain. The method used is quasi-
experimental with two group design approach pretest posttest control group design with a
sample of 82 mothers postpartum primiparous spontaneous and have a baby. The experiment
was conducted in Puskesmas Kota Gunung Sitoli-Nias May to July 2019. Sampling consecutive
sampling to obtain each 41 respondents mothers and babies the treatment group and the
control group. Variable Methods breast care and breast care massage Oketani conventionally
measured by observation sheet, whereas to measure the milk production with the baby
weighing indicator. Analysis of the characteristics of respondents were tested using the chi-
square test, the mean differences with the Mann-Whitney test, and the difference between the
intervention and control by Friedman test. The results showed an average weight infants in the
intervention group showed an increase Oketani massage method of infant weight at day 14 as
much as 3.35% of birth weight whereas the control group declined 1.3% of birth weight. The
result of the difference between the two groups showed no significant difference between
before and after the intervention, p = 0.000. In conclusion, there is the effect of breast care
massage Oketani method to increase milk production (milk) in the mother post partum.
Keywords: ASI, Birth weight, Breast Care Massage Method Oketani, the Post Partum
1. Introduction
The World Health Organization recommends infants from birth to get breast milk (ASI)
exclusively for six months.1 Target A sustainable Development Goals(SDGs)to be achieved 2015-2030 is
lower death rate indicator anakdengan penurunanangka infant mortality (IMR) menjadi12 / 1,000 live
births in 2030.2
Exclusive breastfeeding for the many obstacles faced by nursing mothers among them because
of the need to return to work outside the home, health related problems, and lack of family support.
Other surveys also show the main drag of exclusive breastfeeding: the perception that the baby is
kept hungry after feeding so feel breastfeeding is not enough; maternal health issues; mother-in-law
and the pressure from the surrounding environment to formula feed just from the baby crying; pain
in the breast; and the need to re-bekerja.3
Various alternatives made to increase milk production in mothers who give birth normally. The
efforts that have been made in order to increase breast milk production is conventional treatments
are carried out routinely on all mother post partum, but the results of this intervention has not
105
Journal Of Nursing And Midwifery is licensed under a Creative
Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Journal Of Nursing And Midwifery Vol 2, No. 1 December 2019 e-ISSN 2656-0739
shown satisfactory results. This has motivated some researchers to seek alternative treatments
payudara.4,5 One treatment is to breast care massage method Oketani.6,7
Oketani massage method aims to stimulate the pectoralis muscle strength produce breast milk,
and makes the breast more soft and elastic, making it easier for the baby suckling at the breast.
Massage Oketani make mothers more relaxed, milk increases and solve problems on payudara.7 -9
The purpose of this study was to analyze the effect of breast care massage Oketani method to
increase milk production (milk) in women after childbirth.
2. Method
This research is an experimental research, the experiment with the design quasy two pretest
posttest control group design group.10-13The research was conducted in Puskesmas Kota Gunung
Sitoli-Nias, North Sumatra in May to July 2019. The subjects were mothers after giving birth and their
babies spontaneously primiparas met inclusion criteria and are willing to become a research subject
after being given an explanation and signed a consent form (informed consent). Sampling
techniques in this study using nonprobability sampling: Consecutive sampling with 82 mothers and
infants were divided into two groups, namely the treatment and kontrol.14 instrument used to
collect data were questionnaires, observation sheets weighing the baby, as well as the
implementation of the method of breast care massage Oketani for the intervention group and
conventional breast care for the control group. Bivariate statistical analysis, Data were not normally
distributed using the Mann-Whitney test; different test from both groups using Friedman.15 test
Mann Whitney test results showed that the baby's weight on various days do not have a significant
difference between the two treatment groups (p values> 0.05). However, the calculation of the
change or delta showed significant differences between treatment and control groups (p = 0.000).
Based on Friedman test group Oketani massage method has significant difference between before
and after the intervention (p = 0.000). the calculation of the change or delta showed significant
differences between treatment and control groups (p = 0.000). Based on Friedman test group
Oketani massage method has significant difference between before and after the intervention (p =
0.000). the calculation of the change or delta showed significant differences between treatment and
control groups (p = 0.000). Based on Friedman test group Oketani massage method has significant
difference between before and after the intervention (p = 0.000).
3. Result
Table 1 Characteristics of Research Subjects
Group
Intervention (n = Controls (n = * The
characteristics 41) 41) value p
Age (years)
<25 17 (41%) 18 (44%)
25-35 24 (59%) 23 (56%) 0.823
Education
basic education 1 (2%) 2 (5%)
Middle education 14 (34%) 14 (34%)
higher education 26 (64%) 25 (61%) 0.828
Work
Does not work 23 (56%) 24 (59%)
Work 18 (44%) 17 (41%) 0.823
stress
Light 25 (61%) 23 (54%)
moderate 16 (39%) 19 (46%)
Weight 0 (0%) 0 (0%) 0,656
Breastfeeding frequency (times / day)
8-12 33 (80%) 36 (88%)
> 12 8 (20%) 5 (12%) 0.547
Ket.: *Chi-square test
106
Journal Of Nursing And Midwifery is licensed under a Creative
Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Journal Of Nursing And Midwifery Vol 2, No. 1 December 2019 e-ISSN 2656-0739
Characteristics of respondents between the intervention and control groups there was no
significant difference so worthy to be compared (all p values ≥0,05).
table 2 Production Comparison of breast milk (ASI), based on Improved Weight Infants between
Before and After Test Group and Control Group Intervention
Based on the results of the study showed the average weight infants in the intervention group Day 1
of 3,011 grams, the 3rd day decreased to 2,920 grams, the 7th day rose to 3065.2 grams, and the 14th
day rise again menjad 3111, 6 grams with a total change of approximately 100.6 grams. Meanwhile, in
the control group the average weight of the baby day 1 of 3,059 grams, on the 3rd day decreased to
2846.5 grams, on the 7th day rose to 2958.7 grams, and on the 14th day rise again into 3019.0 grams
of a decline of about 40.2 grams of initial body weight (not back to birth weight). Mann Whitney Test
The test results showed that the baby's weight on various days do not have a significant difference
between the two treatment groups (p values> 0.05). However, the calculation of the change or delta
showed significant differences between treatment and control groups (p = 0.000). In the
intervention group breast care massage method Oketani showed increased infant weight at day 14
as much as 3.35% of birth weight whereas the control group declined 1.3% of birth weight. Friedman
test results between the two groups showed no significant difference between before and after the
intervention, p = 0.000.
4. Discussion
On day 14, all infants in the treatment group experienced weight gain was significantly different
than the control group. In the control group there are babies who are still losing weight so that the
overall weight of the baby is still below birth weight. The intervention group who diberikanBreast
care massage method Oketani increase milk production assessed from gaining weight infants up to
the 14th day amounted to 3.35% of birth weight, whereas in the control group dropped 1.30%.
Of the 41 respondents there were 17 infants (41%) infants regain birth weight and 24 (58.6%) did
not reach the other baby birth weight, but the weight loss baby day 14 did not exceed 5% of birth
weight , This can be caused by factors other than the production of milk as babies are not effective
107
Journal Of Nursing And Midwifery is licensed under a Creative
Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Journal Of Nursing And Midwifery Vol 2, No. 1 December 2019 e-ISSN 2656-0739
to breastfeed, mothers breastfeeding technique is less precise unreachable researchers overall in the
control group.
Baby's growth is particularly relevant to the production of milk. The signs of successful
breastfeeding will be reinforced by the increase in weight newborns after weeks pertama.16 -18
Birth weight infants are jangaka within 2 weeks of birth. Amounting to 91.57% of the infants
back to birth weight at day 14 and 88.8% of infants had gone back to birth weight by an average of 10
days. After the 3rd day of the baby's weight increased 13-18 g / hari.16
The most important factors that influence weight gain after birth is breastfeeding (breast milk).
Breastfeeding can be accompanied by several difficulties, such as breast congestion, mastitis, breast
abscesses, and cracked nipples (nipple trauma). They can occur immediately after delivery or
anytime during lactation which consequently lead to insufficient lactation and breastfeeding strike
by early neonatal life mereka.19-22
Currently, there are various methods of pharmaceutical and non-pharmaceutical for
reducing breast engorgement during lactation. Because of the side effects of chemical drugs,
medical science researchers are now looking for the most convenient therapy, most complicated,
and most effective. Therefore, they use complementary or alternative techniques such as
therapeutic pijat.20-24
Sotomi Oketani in Japan suggest the type of massage without pain (breast massage
Oketani) to reduce breast pain, prevent swelling and cracked nipples, and improve the quantity and
quality of breast milk. He also found Oketani breast massage can help restore normal breast
function. During this massage, the space between the connective tissue of the breast and the
pectoralis major muscle is separated to increase the depth of the breast and improve a stretch of the
breast, yielding softness and elasticity of the organ ini.6,7,25
In addition, this massage does not have pain or discomfort to an individual, to prevent injury to
the nipples and mastitis, breast disorders improve, increase lactation, and gives a comfortable
feeling at the tersebut.6,7 In this case, Cho dkk.25 test shows the relationship between clinical breast
massage Oketani and breast pain reduction resulting in increased pH of the milk and the speed of
sucking in the neonate.
In another study conducted by Foda dkk.26pada nursing mothers, revealed that breast massage
therapy can actually improve the quality of breast milk and breast massage Oketani. The results
showed an increase in the average weight of newborns in the intervention group and a small portion
in the control group. In this case, neonatal weight gain on breast massage Oketani group was
significantly higher than the control group.
Breast massage therapy Oketani release the space between the connective tissue of the breast
and pectoralis major muscle that can increase the depth of the breast and improve a stretch of the
breast. This technique causes the softness and elasticity of the breast and nipple to improve the
locking thus increase lactation and reduce kemacetan.6,7 addition, the pressure on the areola can
reduce the resistance increased during congestion and also soften with moderate fluid between
networks. This increases the mother's nipple placement in the mouth of a newborn who can lead a
satisfactory exploitation by infants in payudara.27
Milk production could be improved by treatment of breast (breast care) Oketani Massage
Method according to several studies that have been done.
5. Conclusion
The intervention group was given Breast Care Massage method Oketani increase milk
production assessed on the weight of the baby until the 14th day amounted to 3.35% of birth weight
whereas the control group fell 1.30%. On day 14, all infants in the treatment group experienced
weight gain was significantly different than the control group. In the control group there were 17
(41.4%) infants regain birth weight and 24 (58.6%) did not reach the other baby birth weight. But the
baby's weight loss day 14 did not exceed 5% of the weight of lahir.Breast care Oketani massage
method does not cause pain, can improve the quantity and quality of breast milk so as to help speed
up the baby's weight gain.
108
Journal Of Nursing And Midwifery is licensed under a Creative
Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Journal Of Nursing And Midwifery Vol 2, No. 1 December 2019 e-ISSN 2656-0739
Thank-you notethe Master of Applied STIKES Dharma husada Bandung, Midwifery Academy of
Family Hope-Nias, Gunung Sitoli City Health Department and Community Health Center Gunungsitoli
as well as all those who contributed to this study.
6. Reference
[1] Utami R. Inisiasi menyusu dini plus ASI eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda; 2010.
[2] Barredo L, Agyepong I, Liu G. Ensure healthy lives and promote wellbeing for all at all ages. UN Chron.
2015;51(4):9–10.
[3] Ms K, Kakuma R. Optimal duration of exclusive breastfeeding (review). Cochrane Database System Rev.
2012;(8):1–12.
[4] Prabasiwi A, Fikawati S, Syafiq A, Harapan P, Tegal B, Kajian P, dkk. ASI eksklusif dan persepsi
ketidakcukupan ASI (exclusive breastfeeding and perception of insufficient milk supply).J Kes Mas
Nasional. 2015 Februari;3(9):282–7.
[5] Yuliati ND, Hadi, Rahayu S, Pramono N, Kristanto D, Mulyantoro. The impact of combination of rolling and
oketani massage on prolactin level and breast milk production in post-cesarean section mothers. Belitung
Nursing J. 2017;3(4):329–36.
[6] Machmudah, Khayati N. Produksi asi ibu post seksio sesarea dengan pijat oketani dan oksitosin (breastmilk
production of mother with post caesarean section given oketani and oxitocyn massage) J Ners. 2014
April;9(1):104‒10.
[7] Kabir N, Tasnim S. Oketani lactation management : a new method to augment breast milk. J Bangladesh
Coll Phys Surg. 2011;27(3):155–9.
[8] Nurbaeti I, Lestari KB. The effectiveness of a comprehensive breastfeeding education on successful
breastfeeding at postpartum periods.J Keperawatan. 2013 Agustus;1(2):188–98.
[9] Lumbiganon P, Martis R, Laopaiboon M, Jj H, Hakimi M. Antenatal breastfeeding education for increasing
breastfeeding duration (review). Cochrane Database System Rev. 2016;1(12):1–29.
[10] Satari MH, Wirakusumah F. Konsistensi penelitian dalam bidang kesehatan. Bandung: Refika Aditama; 2011.
[11] Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi ke-4. Jakarta: Sagung Seto; 2011.
[12] Sugiyono. Cara mudah menyusun skripsi, tesis, dan disertasi. Bandung: Alfabeta; 2016.
[13] Nazir. Metode penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia; 2017.
[14] Dahlan MS. Besar sampel dalam penelitian kedokteran dan kesehatan. Edisi ke-4. Jakarta: Epidemiologi
Indonesia; 2016.
[15] Dahlan MS. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan: deskriptif, bivariat dan multivariat, dilengkapi
aplikasi dengan menggunakan SPPS. Edisi ke-6 Jakarta: Epidemiologi Indonesia; 2014.
[16] Turner C, Carrara V, Aye N, Thien M, Moo N, Paw K, dkk. Changes in the body weight of term infants, born
in the tropics, during the first seven days of life. BMC Pediatr. 2013;1(3):93–6.
[17] Kent JC, Gardner H, Geddes DT. Breastmilk production in the first 4 weeks after birth of term infants.J
Nutr. 2016;8(12):9–14.
[18] Putu N, Putri A. The effect of exclusive breast milk counseling on the increase of infant weight at Karang
Pule.J Ked Yarsi. 2018;26(1):34– 44.
[19] Boskabadi H, Ramazanzadeh M, Zakerihamidi M, Omran FR. Risk factors of breast problems in mothers
and its effects on newborns. Iran Red Crescent Med J. 2014;16(6):1‒7.
[20] Qomar UL. Efektifitas pijat oketani terhadap pencegahan bendungan asi pada ibu postpartum. J Kesmas.
2018;27(1):1–7.
[21] Fikawati S, Syafiq A. Status gizi ibu dan persepsi ketidakcukupan air susu ibu. J Kes Mas Nasional.
2012;6(6):1–12.
[22] Fahriani R, Rohsiswatmo R, Hendarto A. Faktor yang memengaruhi pemberian ASI eksklusif pada bayi
cukup bulan yang dilakukan IMD. Sari Pediatri. 2014;15(6):394–402. 23.
[23] Chiu JY, Gau ML, Kuo SY, Chang YH, Kuo SC, Tu HC. Effects of GuaSha therapy on breast engorgement: a
randomized controlled trial. J Nurs Res. 2010;18 (1):1‒10.
[24] De Sousa L, Haddad ML, Nakano AM, Gomes FA. A nonpharmacologic treatment to relieve breast
engorgement during lactation: an integrative literature review. Rev Esc Enferm USP. 2012;46(2):472‒9.
[25] Cho J, Ahn HY, Ahn S, Lee MS, Hur MH. Effects of oketani breast massage on breast pain, the breast milk
pH of mothers, and the sucking speed of neonatus. Korean J Women Health Nurs. 2012;18(2):149‒58.
[26] Foda MI, Kawashima T, Nakamura S, Kobayashi M, Oku T. Composition of milk obtained from unmassaged
versus massaged breasts of lactating mothers. J Pediatr Gastroenterol Nutr. 2014;38(5):484‒7.
[27] Dehghani M, Babazadeh R, Khadivzadeh T, Pourhoseini AS, Esmaeili H. Effect of breast Oketani-massage
on neonatal weight gain: a randomized controlled clinical trial. J Evidence Based Care. 2018;8(3):57‒63.
109
Journal Of Nursing And Midwifery is licensed under a Creative
Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.