Anda di halaman 1dari 54

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH PERAWATAN PAYUDARA TERHADAP BENDUNGAN ASI

PADA IBU POST PARTUM

Disusun Oleh :

SUCI UTAMI AULIA

(P07524419040)

Dosen Pengampu :Elizawarda, SKM, M.Kes

PRODI SARJANA TERAPAN

JURUSAN KEBIDANAN

POLITEKNIK KESEHATAN NEGERI MEDAN

T.A 2022/ 2023


LEMBAR PERSETUJUAN

NAMA : SUCI UTAMI AULIA

NIM : P07524419040

JUDUL : PENGARUH PERAATAN PAYUDARA TERHADA

BENDUNGAN ASI PADA IBU POST PARTUM

Proposal Penelitian ini telah disetujui oleh pembimbing pada tanggal :

………………………….

Menyetujui,

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Elizawarda, SKM, M.Kes Suryani, SST, M.Kes

NIP.196307101983022001 NIP.196511121992032002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Kebidanan Medan

Betty Mangkuji,SST,M.Keb
NIP.196609101994032001

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi

yang berjudul “PENGARUH PERAWATAN PAYUDARA TERHADAP

BENDUNGAN ASI ” sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan pendidikan

Sarjana Terapan Kebidanan Poltekes Kemenkes Medan.

Dalam penulisan Skripsi ini banyak pihak yang membantu, baik berbentuk

moril maupun materil yang tidak ternilai harganya. Pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1. RR. Sri Arini Winarti Rinawati,SKM,M.Kep selaku Direktur Poltekkes

Kemenkes RI Medan

2. Betty Mangkuji,SST,M.Keb selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekes

Kesehatan Kemenkes RI Medan.

3. Yusniar Siregar,SST,M.Kes selaku Ketua Program Studi Sarjana Terapan

Kebidanan Poltekkes RI Medan.

4. Elizawarda,SKM,M.Kes, selaku Pembimbing utama yang telah meluangkan

waktu dan kesempatan bagi penulis untuk berkonsultasi dan bersedia

memberikan masukan, kritik, dan saran dalam menyelesaikan proposal ini.


5. Suryani,SST,M.Kes, selaku Pembimbing pendamping yang telah banyak

membantu dan membimbing saya dalam penyusunan proposal skripsi ini.

6. Evi Desfauza,SST, M.Kes, selaku penguji utama yang telah meluangkan

waktu untuk memberikan masukan dan saran dalam proposal skripsi ini.

7. Seluruh Dosen dan Staff pengajar yang telah memberikan ilmu kepada saya

selama kuliah di prodi Sarjana Terapan Jurusan Kebidanan Poltekkes RI

Medan.

8. Teristimewa kepada orang tua yang saya cintai dan sayangi tak hentinya

mendoakan saya dengan penuh cinta dan kasih yang tak terhingga, serta

memberikan dukungan moril dan materil sehingga proposal skripsi ini dapat

terselesaikan.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan pahala atas

segala amal baik yang telah diberikan dan semoga laporan tugas akhir ini

berguna bagi semua pihak yang memanfaatkan dan penulis membutuhkan

kritik dan saran yang bersifat membangun.

Medan , Januari 2023

Suci utami aulia

P07524419040
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 .LATAR BELAKANG

Menurut World Health Organization (WHO) (2019), menunjukkan sekitar

17.230.142 ibu menyusui di dunia mengalami masalah seperti puting susu lecet,

pembengkakan payudara karena bendungan ASI dan mastitis. Masalah tersebut

sebanyak 22,5 persen mengalami puting susu lecet, 42 persen mengalami

pembengkakan payudara karena bendungan ASI, 18 persen mengalami

penyumbatan ASI, satu persen mengalami mastitits, dan 6,5 persen mengalami 2

abses payudara. Bahkan 38 persen wanita di dunia tidak menyusui bayinya

dengan alasan mengalami pembengkakan payudara.(Kusrina & Panggabean,

2022)

ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi yang

mengandung sel darah putih, protein dan zat kekebalan yang

cocok untuk bayi. ASI membantu pertumbuhan dan perkembangan

anak secara optimal serta melindungi terhadap penyakit. Menurut World

Health Organization (WHO) (2017).setiap tahunnya lebih dari

25.000 bayi di Indonesia dan 1,3 juta bayi di dunia dapat

diselamatkan dari kematian dengan diberikan ASI Eksklusif.

(Munawaroh, Herniyatun, 2019)

Post partum merupakan masa yang cukup penting bagi tenaga

kesehatan untuk selalu melakukan pemantauan karena pelaksanan yang

kurang maksimal dapat menyebabkan ibu mengalami berbagai masalah,


bahkan dapat berlanjut pada komplikasi post partum seperti sepsis

puerperalis. Jika ditinjau dari penyebab kematian para ibu, infeksi

merupakan penyebab kematian terbanyak nomor dua setelah perdarahan

sehingga sangat tepat jika para tenaga kesehatan memberikan perhatian

yang tinggi pada masa ini.(Lubis, 2018)

Pada post partum dilakukan paling sedikit 4 kali kunjungan, yang

dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir, untuk mencegah,

mendeteksi dan menangani masalah yang terjadi. Kunjungan pertama

dilakukan pada 6-8 jam setelah persalinan. Kunjungan ini dilakukan

dengan tujuan mencegah perdarahan post partum karena atonia uteri.

Mendeteksi dan merawat penyebab perdarahan dan merujuk bila

perdarahan berlanjut. Memberikan konseling kepada ibu atau salah satu

anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena

atonia uteri. Pemberian ASI membantu proses hubungan antara ibu dan

bayi baru lahir, serta menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah

hipotermil.(Lubis, 2018)

Bendungan air susu dapat terjadi pada hari ke- 2 atau ke-3 ketika

payudara telah memproduksi air susu. Bendungan disebabkan oleh

pengeluaran air susu yang tidak lancar, karena bayi tidak cukup untuk

menyusui, produksi meningkat, terlambat menyusukan, hubungan dengan

bayi (bounding) kurang baik, dan dapat pula karena adanya pembantasan

waktu menyusui. Salah satu penyebab bendungan ASI yaitu puting susu

yang terbenam.(Lubis, 2018)


Perawatan payudara sering disebut breast care bertujuan untuk

memelihara kebersihan payudara dan memperbanyak atau memperlancar

produksi ASI (Dewi, Harapan and Ponorogo, 2017). Perawatan payudara

selama kehamilan adalah salah satu bagian penting yang harus

diperhatikan sebagai persiapan dalam pemberian ASI. Adapun alasan

mengapa ASI eksklusif penting, tak lain karena pada usia tersebut

sesungguhnya bayi belum mampu mencerna makanan lain selain ASI.

Selain itu ginjal juga belum cukup sempurna untuk mengeluarkan sisa-sisa

pembakaran makanan, enzimenzim dalam usus juga belum banyak untuk

mencerna makanan lain. Padahal saat hamil terjadi pembengkakan dari

payudara akibat pengaruh hormonal termasuk juga pembengkakan dari

puting susu.(Anwar et al., 2021).

Masalah pada payudara selama masa menyusui dapat menjadi

salah satu tanda bahaya pada masa nifas (Kementrian Kesehatan RI,

2015). Permasalahan pada payudara yang sering dialami ibu menyusui

antara lain salah satunya adalah payudara bengkak.(Jannah, 2021).

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas maka peneliti

merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah “pengaruh perawatan

payudara terhadap bendungan ASI ”

1.3 TUJUAN
1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui berapa banyak ibu nifas yang mengalami bendungan

ASI

1.3.2Tujuan khusus

a.untuk mengatahui pengaruh perawatan payudara terhadap bendungan

ASI

b.untuk mengetahui penyebab terjadinya bendungan ASI

1.4 MANFAAT PENELITIAN

1.4.1 Manfaat teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk

dijadikan sumber informasi dan referensi dalam menjawab permasalahan-

permasalahan yang terjadi akibat pengaru perawatan payudara terhdap

bendungan ASI.

1.4.2 Manfaat praktis

Bagi responden

Penelitian ini berguna untuk menambah ilmu pengetahuan ibu post partum

untuk mencegah terjadinya bendungan ASI.

Bagi peneliti

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan


peneliti mengenai pengaruh perawatn payudara terhadap bendungan ASI

pada ibu post partum, serta mengetahui berbagai hal yang dapat dilakukan

untuk mencegah terjadinya bendungan ASI.

Bagi Institusi

Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa dalam membuat

bahan belajar serta sebagai penelitian terdahulu untuk mahasiswa yang hendak

mengangkat judul penelitian mengenai kejadian bendungan ASI pada ibu post

partum

Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan perbandingan bagi peneliti

yang akan melakukan penelitian dengan topik yang sama dan metode

penelitian yang berbeda.

1.5 Keaslian

1. Penelitian (Lubis, 2018),tentang faktor yang berhubungan dengan kejadian

bendungan ASI pada ibu post partum di kelurahan Beting kuala kapias

Kec.teluk nibung tahun 2018. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan

frekuensi menyusui (ρ= 0,026), inisiasi menyusui dini (IMD) (ρ= 0,023),

posisi menyusui (ρ= 0,006) dan keadaan puting (ρ=0,028) dengan kejadian

bendungan ASI pada ibu post partum.

2. Penelitian (Jannah, 2021)tentang faktor faktor yang berhubungan dengan

kejadian ASI pada ibu postpartum di puskesmas TOTOLI tahun 2021.


Berdasarkan hasil penelitian ini bahwa responden yang menyusui >8

kali/hari berjumalah 18 orang dan yang menyusui <8 kali/hari berjumlah

12 orang. Responden yang melakukan inisiasi menyusui dini berjumlah 19

orang dan yang tidak melakukan inisiasi menyusui dini berjumlah 11

orang. Responden yang keadaan putting susunya normal 15 orang dan

yang tidak normal berjumlah 15 orang. Responden yang mengalami

bendungan ASI berjumlah 16 orang dan yang tidak 14 orang.

3. penelitian(Br, 2019)tentang faktor yang berhubungan dengan bendungan

ASI pada ibu post partum di wilayah kerja puskesmas binjai serbangan

kecamatan air joman kabupaten asahan tahun 2019.

Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 13 responden (17,11%)

mengalami bendungan ASI. Hasil uji terhadap faktor yang diteliti yakni

faktor pengetahuan (p= 0,003), faktor frekuensi menyusui (p = 0,001),

faktor posisi menyusui (p = 0,008) dan faktor bentuk putting (p = 0,008),

bahwa nilai p < 0,05 dapat diartikan ada hubungan faktor independen

dengan bendungan ASI.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Masa nifas (postpartum)

2.1.1 pengertian masa nifas

waktu tertentu setelah melahirkan anak, dalam bahasa latin bias

disebut puerpenium. Peurpenium berasal dari kata puer yang artinya ‘bayi’

dan prous yang berarti ‘melahirkan’ secara sederhana,puerpenium berarti

masasetelah melahirkan bayi.

masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi,

plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ

kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu.

(febrianti, S.ST & Aslina, S.kM., 2019)

2.1.2 Tahapan Post Partum

Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut:


a) 2-6 jam post partum,

b) 2-6 hari post partum,

c) 2-6 minggu post partum.

Nifas dibagi dalam 3 periode:

1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri

dan jalan-jalan.

2. Puerperium Intermedinal yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genital

3. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat

terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.

Waktu untuk sehat sempurnaan bisa berminggu-minggu, berbulan-bulan,

atau tahunan.(Lubis, 2018)

2.1.3 tujuan masa nifas

1. menjaga kesehatanibu dan bayinya,baik fisik maupun psikologis

2 .mendeteksi masalah,mengobati,dan merujuk bila terjadi

komplikasi

pada ibu maupun bayinya

3.memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,

nutrisi, kb cara dan manfaat menuyusui ,imunisasi serta perawatan bayi

sehari hari.

4. memberikan pelayanan kb.(elisabeth siwi walyani, 2015)

2.1.4 perubahan masa nifas

Perubahan Pada Masa Nifas Menurut (Manuaba dalam Kusrina &

Panggabean, 2022), perubahan fisiologi masa nifas adalah sebagai berikut :


a. Perubahan sistem reproduksi

Selama masa nifas alat-alat genetalia interna maupun eksterna akan

berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil.

Perubahanperubahan alat genitalia ini dalam keseluruhan disebut

involusi.Disamping involusi ini, terjadi juga perubahan-perubahan yang

lain, yakni hemokonsentrasi dan timbulnya laktasi. Yang terakhir ini

karena pengaruh lactogenichormon dan kelenjar hipofisis terhadap

kelenjar-kelenjar mammae.

Setelah janin dilahirkan fundusuteri kira-kira setinggi pusat, segera

setelah plasenta lahir, tinggi fundus uteri kurang lebih 2 jari dibawah

pusat.Uterus menyerupai suatu buah alpukat gepeng berukuran panjang ±

15 cm, lebar ± 12 cm dan tebal ± 10 cm, dinding uterus sendiri ± 5 cm

sedangkan pada bekas implantasi plasenta lebih tipis daripada bagian lain.

Pada hari ke-5 postpartum uterus ± 7 cm di atas simfisis atau setengah

simfisis pusat, stelah 12 hari uterus tidak dapat diraba lagi diatas simfsis.

Bagian bekas impantasi plasenta merupakan suatu luka yang kasar

dan menonjol ke dalam kavumuteri, segera setelah persalinan. Penonjolan

tersebut dengan diameter kurang lebih 7,5 cm, sering disangka sebagai

suatu bagian plasenta yang tertinggal. Setelah 2 minggu diameternya

menjadi 3,5 cm dan pada 6 minggu telah mencapai 2,4 cm.

b. Uterus

Uterus gravidusaterm beratnya kira-kira 1000 gram. Satu minggu

postpartum berat uterus akan menjadi ± 500 gram, 2 minggu postpartum


menjadi 300 gram, dan setelah 6 minggu postpartum berat uterus menjadi

40 sampai 60 gram (berat uterus normal ± 30 gram). Otot-otot uterus

berkontraksi segera postpartum. Pembuluh-pembuluh darah yang berada

diantara anyaman otot-otot uterusakan terjepit. Proses ini akan

menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan.

c. Lochea

Lochea adalah darah yang dibuang dari rahim yang kini telah mengerut

kembali keukuran semula, selama kehamilan, rahim merupakan tempat

janin hidup dan tumbuh. Rahim melindungi janin dari lingkungan luar,

menyediakan gizi melalui uri. Dan akhirnya dengan kontraksi ototnya

mengelurkan bayi ke 15 dunia. Sekarang unsur-unsur tersebut telah dilalui

dan rahim menjalani involusi. Segera setelah melahirkan, berat badan

menjadi 1000 gram dan dapat dirasakan sebagai kantung yang kuat

membulat, mencapai tali pusat, pada hari ke-14 setelah kelahiran,

ukurannya menyusut menjadi 350 gram dan tidak lagi dapat dirasakn

keberadaannya di dalam perut, pada hari ke 60 (8 minggu) setelah

kelahiran, rahim kembali keukuran normal. Involusi disebabkan oleh

pembengkakan serabut otot dan penyerapan substansinya. Sebagian

kedalam aliran darah dan sebagian lagi ke dalam lochea.

Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari kavumuteri dan vagina

selama masa nifas. Pada hari pertama dan kedua lochearubra atau kurenta,

terdiri atas darah segar bercampur sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua,

vernikskaseosa, lanugo dan mekonium. Pada hari ke-3 sampai hari ke-7
sampai hari ke-14 cairan yang keluar berwarna kuning, cairan ini tidak

berdarah lagi. Setelah dua minggu, lochea hanya merupakan cairan putih

yang disebut dengan locheaalba. Lochea mempunyai bau yang khas, tidak

seperti bau menstruasi. Bau ini lebih terasa tercium pada locheaserosa, bau ini

juga akan semakin lebih keras jika bercampur dengan keringat dan harus

cermat membedakannya dengan bau busuk yang menandakan adanya infeksi.

d. Endometrium

Perubahan pada endometrium adalah trombosit, degenerasi dan nekrosis

ditempat implantasi plasenta. Pada hari pertama tebal endometrium 2,5

mm, mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan

selaput janin. Setelah tiga hari mulai rata, sehingga tidak ada pembentukan

jaringan parut pada bekas implantasi plasenta.

e. Serviks

Perubahan yang terjadi pada serviks ialah bentuk serviks agar

menggangah seperti corong, segera setelah bayi lahir.Bentuk ini

disebabkan oleh corpusuteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan

serviks tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan antara

korpus dan serviks berbentuk semacam cincin.

2.1.5 Tanda Bahaya Masa Nifas

a. Perdarahan Postpartum
Perdarahan postpartum merupakan perdarahan yang terjadi sesudah sesaat

proses persalinan berlangsung dengan volume perdarahan melebihi 500

ml. Berdasarkan waktu kejadiannya perdarahan pascapersalinan dapat

dibagi menjadi dua bagian yaitu perdarahan pascapersalinan dini dimana

perdarahan ini terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab utama perdarahan

ini adalah atonia uteri, retensio plasenta, dan robekan jalan lahir.

Selanjutnya, perdarahan masa nifas merupakan perdarahan yang terjadi

setelah 24 jam pertama. Perdarahan ini sering diakibatkan oleh infeksi,

penyusutan rahim yang tidak baik, atau sisa plasenta yang tertinggal.

b. Infeksi Masa Nifas

Infeksi nifas adalah semua peradangan yang disebabkan oleh kuman yang

masuk ke dalam organ genital pada saat persalinan dan masa nifas. Infeksi

nifas ditandai dengan kenaikan suhu sampai 38˚C atau lebih selam 2 hari

dalam sepuluh hari pertama pascapersalinan, dengan mengecualikan 24

jam pertama. Infeksi 22 nifas disebabkan oleh bakteri Streptococcus

Haemolyticus Aerob, Staphylococcus Aerus, Escheria Coli, dan

Clostridium Welchi. Penyebaran infeksi nifas sering terjadi pada

perineum, vulva, vagina, serviks, dan endometrium.

c. Metritis

Metritis adalah infeksi uterus setelah persalinan yang merupakan salah

satu penyebab terbesar kematian ibu. Tanda gejalanya adalah demam


menggigil, nyeri perut bawah, lokea berbau nanah, uterus nyeri tekan,

perdarahan pervagina dan syok.

d. Bendungan Payudara

Bendungan payudara terjadi akibat bendungan berlebihan pada limfatik

dan vena sebelum laktasi. Payudara bengkak disebabkan karena menyusui

yang tidak kontinu, sehingga sisa ASI terkumpul pada daerah ductus. Hal

ini dapat terjadi pada hari ke-3 setelah persalinan. Perlu dibedakan antara

payudara bengkak dengan payudara penuh. Payudara bengkak memiliki

tanda gejala payudara odem, sakit, putting susu kencang, kulit mengkilat

walau tidak merah dan ASI tidak keluar kemudian badan demam setelah

24 jam.

Sedangkan payudara penuh tanda gejalanya yaitu payudara terasa

berat, panas dan keras. Bendungan payudara bila tidak ditangani dengan

baik dapat mengalami masalah serius seperti mastitis dan abses

payudara(HIA, 2019)

2.2 konsep Perawatan payudara

2.2.1 Pengertian payudara

Perawatan payudara merupakan suatu tindakan perawatan

payudara yang dilaksanakan, baik oleh pasien maupun dibantu orang lain

yang dilaksanakn mulai 23 hari pertama atau kedua setelah melahirkan.


Perawatan payudara bertujuan untuk melancarkan sirkulasi darah dan

mencegah tersumbatnya aliran susu sehingga mempelancar pengeluaran

ASI, serta menghindari terjadinya pembekakan dan kesulitan menyusui,

selain itu juga menjaga kebersihan payudara agar tidak mudah terkena

infeksi. Adapun langkah-langkah dalam perawatan payudara (Azizah &

Rosyidah, 2019).

2.2.2 Fisiologi Payudara Selama kehamilan

hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI biasanya

belum keluar karena masih dihambat oleh kadar esterogen yang tinggi.

Pada hari kedua atau ketiga pasca persalinan, kadar esterogen dan

progesterone turun drastic, sehingga pengaruh prolactin lebih dominan dan

pada saat inilah mulai terjadi sekresi ASI. Dengan menyusukan lebih dini

terjadi perangsangan putting susu, terbentuklah prolaktin hipofisis,

sehingga sekresi ASI semakin lancer. Dua reflek pada ibu yang sangat

penting dalam proses laktasi yaitu reflek prolactin dan reflek aliran timbul

akibat perangsangan puting susu oleh hisapan bayi(elisabeth siwi walyani,

2015).

2.2.3 Tujuan Perawatan Payudara


Perawatan payudara yang dilakukan dengan benar dan teratur akan

memudahkan si kecil mengkonsumsi ASI. Pemeliharaan ini juga bisa

merangsang produksi ASI dan mengurangi risiko luka saat menyusui.

Banyak ibu yang mengeluhkan bayinya tidak mau menyusui, hal ini dapat

juga disebabkan oleh faktor teknis seperti puting susu yang masuk atau

posisi yang salah. Selain faktor nutrisi bisa dipenuhi dengan tambahan

asupan nutrisi. Sedangkan faktor psikologis dengan menciptakan suasana

santai dan nyaman, tidak terburu-buru dan tidak stress saat menyusui

bayinya

a. Memperlancar sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu

sehingga memperlancar pengeluaran ASI.

b. Menjaga kebersihan payudara sehingga terhindar dari infeksi.

c. Menghindari putting susu yang sakit dan infeksi payudara.

d. Menjaga keindahan bentuk payudara.

e. Memperbanyak produksi ASI.

f. Mengetahui adanya kelainan(Bangun, 2018).

2.2.4 Pelaksanaan Perawatan Payudara

Pertama dilakukan pada hari kedua setelah melahirkan minimal dua kali

dalam sehari.

Alat-alat yang digunakan yaitu :

a. Baby oil atau minyak kelapa secukupnya

b. Kapas secukupnya

c. Waslap 2 buah
d. Handuk bersih 2 buah

e. Bengk` ok

f. 2 baskom berisi air (hangat dan dingin)

g. BH yag bersih untuk menyokong payudara dan terbuat dari katun.

Persiapan Ibu :

a. Cuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir dan keringkan dengan

handuk.

b. Baju ibu bagian depan dibuka.

c. Pasang handuk

2.2.5 Teknik Perawatan Payudara :

a. Tempelkan kapas yang sudah diberi minyak kelapa atau baby oil ± 5

menit, kemudian puting susu dibersihkan.

b. Tempatkan kedua telapak tangan diantara kedua payudara

kemudian

urut keatas, terus kesamping, kebawah dan melintang hingga

tangan

menyangga payudara, kemudian lepaskan tangan dari payudara

secara

pelan pelan, dilakukan sebanyak 20-30 kali.

c. Tempatkan kedua telapak tangan kemudian bersihkan dan tariklah

putting susu keluar terutama untuk putting susu yang datar.

d. Telapak tangan kiri menopang payudara kiri dan jari-jari kanan saling

dirapatkan, kemudian sisi kelingking tangan kanan mengurut payudara


dari pangkal kea rah putting, demikian pula payudara kanan,

dilakukan sebnayak 20-30 kali.

e. Telapak tangan menopong payudara pada cara ke-2 kemudian

jari

tangan kanan dikepalkan kemudian buku-buku jari tangan kanan

mengurut dari pangkal kea rah putting, bergantian kanan dan

kiri,

dilakukan sebanyak 20-30 kali.

e. Selesai pengurutan, payudara disiram dengan air hangat dan dingin

bergantian selama ± 5 menit, keringkan payudara dengan handuk bersih

kemudin gunakan BH yang bersih dan menopang(Angger & Lubis, 2022)

Gambar 2.1
2.2. 6 Masalah-Masalah Yang Dialami Selama Menyusui

Menurut Elisabeth dalam (Kusrina & Panggabean, 2022), masalah yang

biasanya terjadi dalam pemberian ASI yaitu :

a. Putting Susu Nyeri Umumya ibu akan merasa nyeri pada waktu awal

menyusui.Perasaann sakit ini akan berkurang setelah ASI keluar.Bila

posisi mulut bayi dan putting susu ibu benar, perasaan nyeri akan

hilang.

Cara menangani :

1)Pastikan posisi ibu menyusui sudah benar.

2)Mulailah menyusui pada puting susu yang tidak sakit guna

membantu mengurangi sakit pada putting susu yang sakit.

3)Segera setelah minum, keluarkan sedikit ASI oleskan diputing susu

dan biarkan payudara terbuka untuk beberapa waktu sampai putting susu

kering.

b. Putting Susu Lecet Puting susu teras nyeri bila tidak ditangani dengan

benar akan menjadi lecet. Umumnya menyusui akan menyakitkan

kadang- kadang mengeluarkan 27 darah. Puting susu lecet dapat

disebabkan oleh posisi menyusui yang salah, tapi dapat pula

disebabkan oleh trush (candidates) atau dermatitis.

Cara menangani :

1) Cari penyebab putting lecet (posisi menyusui salah, canidates atau

dermatitis)
2) Obati penyebab putting susu lecet terutama perhatikan posisi

menyusui.

3) Kerjakan semua cara-cara menangani susu nyeri di atas tadi.

4) Ibu dapat terus memberikan ASI-nya pada keadaan luka tidak begitu

sakit.

5) Olesi putting susu dengan ASI akhir (hind milk), jangan sekali-kali

memberikan obat lain, seperti krim, salep, dan lain-lain.

6) Putting susu yang sakit dapat diistirahtkan untuk sementara waktu

kurang lebih 1x24 jam, dan biasanya akan sembuh sendiri dalam

waktu 2x24 jam.

7) Selama putting susu diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap dikeluarkan

dengan tangan, dan tidak dianjurkan dengan alat pompa karena nyeri.

8) Cuci payudara sehari sekali saja dan tidak dibenarkan untuk

menggunakan dengan sabun.

9) Bila sangat menyakitan, berhenti menyusui pada payudara yang sakit

untuk sementara untuk memberi kesempatan lukanya menyembuh.

10) Keluarkan ASI dri payudara yang sakit dengan tangan (jangan

dengan pompa ASI) untuk tetap mempertahankan kelancaran

pembentukan ASI.

11) Berikan ASI perah dengan sendok atau gelas jangan menggunakan

dot.

12) Setelah terasa membaik, mulai menyusui kembali mula- mula dengan

waktu yang lebih singkat.


13) Bila lecet tidak sembuh dalam 1 minggu rujuk ke Puskesmas. 28

c. Payudara Bengkak Pada hari- hari pertama (sekitar 2-4 jam), payudara

sering terasa penuh dan nyeri disebabkan bertambahnya aliran darah ke

payudara bersamaan dengan ASI mulai diproduksi dalam jumlah banyak.

Penyebab bengkak :

1) Posisi bayi dan putting susu ibu salah

2) Produksi ASI berlebihan

3) Terlambat menyusui

4) Pengeluaran ASI yang jarang

5) Waktu menyusui yang terbatas

Cara mengatasi payudara bengkak :

1) Susui bayi semaunya sesering mungkin tanpa jadwal dan tanpa batas

waktu.

2) Bila bayi sukar menghisap, keluarkan ASI dengan bantuan tangan atau

pompa ASI yang efektif.

3) Sebelum menyusui untuk merangsang refleks oksitosin dapat dilakukan

: kompres hangat untuk mengurangi rasa sakit, massage payudara,

massage leher dan punggung.

4) Setelah menyusui, kompres air dingin untuk mengurangi oedema.

d. Mastitit atau Abses Payudara Mastitis adalah peradangan pada payudara.

Payudara menjadi merah, bengkak kadangkala diikuti rasa nyeri dan

panas, suhu tubuh meningkat. Di dalam ada terasa masa padat (lump) dan

diluarnya kulit menjadi merah. Kejadain ini terjadi pada masa nifas 1-3
minggu setelah persalinan diakibatkan oleh sumbatan saluran susu yang

berlanjut. Keadaan ini disebabkan kurngnya ASI diisap/dikeluarkan atau

pengisapan yang tidak efektif. Dapat juga karena kebiasaan menekan

payudara dengan jari atau karena tekanan baju/BH.

2.2.7 Tindakan yang dapat dilakukan sebagai berikut:

1) Kompres hangat/panas dan pemijatan.

2) Rangsangan oksitosin, dimulai pada payudara yang tidak sakit yaitu

stimulasi puting susu, pijat leher, punggung, dan lain- lain.

3) Pemberian antibiotik : flucloxacillin atau erythromycin selama 7-10

hari.

4) Bila perlu bisa diberikan istirahat total dan obat untuk penghilang rasa

nyeri.

5) Kalau terjadi abses sebaiknya tidak didudukan karena mungkin perlu

tindakan bedah.(Kusrina & Panggabean, 2022).

2.3 Bendungan ASI

2.3.1 pengertian ASI

ASI merupakan makanan yang paling penting bagi bayi,

karena kandungan gizi sesuai kebutuhan pertumbuhan dan

perkembangan yang optimal.ASI mengandung zat untuk perkembangan

kecerdasan, zat kekebalan (mencegah tubuh dari berbagai penyakit) dan

dapat menjalani hubungan cinta kasih antara ibu dan bayi. Mamfaat

menyusui bagi ibu dapat mengurangi perdarahan setelah melahirkan,


mempercepat pemulihan kecepatan ibu, seperti involusi rahim,

menunda kehamilan, dan mengurangi resiko terkena kanker payudara.

Masalah pada payudara selama masa menyusui dapat menjadi

salah satu tanda bahaya pada masa nifas (Kementrian Kesehatan RI,

2015). Permasalahan pada payudara yang sering dialami ibu menyusui

antara lain salah satunya adalah payudara bengkak.(Jannah, 2021).

Kandungan ASI

Kandungan ASI nyaris tak tertandingi. ASI mengandung zat gizi

yang secara khusus diperlukan untuk menunjang proses tumbuh kembang

otak dan memerkuat daya tahan alami tubuhnya. ASI mulai dicerna karena

mengandung zat gizi yang sesuai, juga mengandung enzim-enzim untuk

mencernakan zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI tersebut (Sinaga, Erza.

L. S. 2017).

Kandungan ASI berdasarkan zat gizi yang utama menurut

terdiri dari:

1.Karbohidrat

Laktosa merupakan jenis karbohidrat utama dalam ASI yang berperan

penting sebagai sumber energi dan merupakan 40% dari total energi ASI.

Laktosa dapat diserap secara efesien oleh bayi yaitu lebih dari 90%,

sedangkan sisa yang tidak di serap akan difermentasi di usus yang berefek

penurunan pH usus dan membantu penyerapan kalsium (untuk


pertumbuhan tulang)

2. Lemak

Sebanyak 98% lemak dalam asi merupakan trigliserida. Lemak merupakan

zat gizi terbesar kedua dalam ASI dan menjadi sumber energi utama bagi

bayi serta berperan dalam pengaturan suhu tubuh bayi. Lemak dalam ASI

mengandung komponen asam lemak esensial yaitu asam linoleat dan asam

alda linoleat yang akan diolah oleh tubuh bayi menjadi AA dan DHA yang

sangat baik untuk perkembangan otak bayi.


3.Oligosakarida

Merupakan komponen bioaktif dalam ASI yang berfungsi sebagai

prebiotik karena terbukti meningkatkan jumlah bakteri sehat secara alami

hidup dalam sistem pencernaan bayi

4.Protein

Bentuk paling banyak adalah whey-protein, alfa laktalbumin, dan

laktoferin yang diserap baik oleh tubuh dan dapat memenuhi kebutuhan

per unit berat badan. Komposisi protein dalam ASI terdiri dari laktoferin,

laktoglobulin, lisozim, Imunoglobulin ASI, proteinwhey 65% dan kasein β

35%, serta taurin.

5.Vitamin dan mineral

a. vitaminA

b. vitaminD;

c. vitaminE;

d. zat besi;

e. zink,dan

f. mineral
2.3.2 Berdasarkan jenis ASI

Volume dan komposisi nutrien ASI berbeda untuk

setiap ibu tergantung dari kebutuhan bayi:

a) Kolostrum

Kolostrum merupakan susu pertama yang keluar dan berbentuk cairan

kekuning-kuningan yang lebih kental dari ASI matang. Produksi

kolostrum dimulai pada masa kehamilan sampai beberapahari setelah

kelahiran. Kolostrum mengandung kadar IgA sebagai sumber imun

pasif bagi bayi. Kolostrum ini juga berfungsi sebagai pencahar untuk

membersihkan saluran pencernaan bayibarulahir.

b) ASI transisi

Asi transisi diproduksi mulai dari berhentinya kolostrum sampai kurang

lebih 2 minggu setelah melahirkan dan warna ASI mulai memutih.

Kandungan protein dalam ASI transisi semakin menurun, namun

kandungan laktosa, lemak, dan vitamin larut air semakin meningkat.

c) ASI matang

Foremilk merupakan ASI yang keluar pada awal bayi menyusu dan

hindmilk keluar setelah permulaan let-down. Asi matur merupakan

makanan lengkap untuk bayi dan berwarna putih. Foremilk


mengandung vitamin, protein, dan tinggi akan air, sedangkan hindmilk

mengandung lemak empat sampai lima kali lebih banyak.

(NURULAULIARAMADHANI,2022).
2.3.3 pengertian bendungan ASI

Bendungan ASI adalah terjadinya pembekakan pada payudara

karena peningkatan aliran vena dan limfe disertai dengan rasa nyeri.

Bendungan ASI terjadi karena frekuensi menyusui kurang dan

keadaan putting yang tidak normal. Permasalahan pada payudara

yang sering dialami ibu menyusui antara lain salah satunya

adalah payudara bengkak(Jannah, 2021).

2.3.4Faktor Penyebab Bendungan ASI

Bendungan ASI disebabkan oleh pengeluaran air susu yang

tidak lancar, karena bayi tidak cukup sering menyusu, produksi

meningkat, terlambat menyusukan, hubungan dengan bayi (bonding)

kurang baik, dan dapat pula karena adanya pembatasan waktu

menyusui.

Beberapa faktor penyebab terjadinya bendungan ASI dapat diuraikan

sebagai berikut :

1) Faktor Hormon

Setelah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan

progesteron turun dalam dua sampai tiga hari. Dengan ini fungsi

dari hipotalamus yang menghalangi keluarnya pituitary lactogenic


hormone (prolaktin) waktu hamil 19 dan sangat dipengaruhi oleh

estrogen, tidak dikeluarkan lagi dan terjadi sekresi prolaktin oleh

hipofisis. Hormon ini menyebabkan alveolus kelenjar mammae

terisi dengan air susu, tetapi untuk megeluarkannya dibutuhkan

reflek yang menyebabkan kontraksi sel-sel mioepiteal yang

mengelilingi alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar tersebut

2) Hisapan Bayi Menurut Sarwono,proses menyusui tergantung 2

reflek, yaitu :

a) Reflek Produksi

Hisapan bayi pada payudara merangsang produksi hormon

prolaktin yang akan menyebabkan sel-sel sekretori dan alveoli

untuk memproduksi susu yang akan disiapkan dalam lumen.

b) Reflek Let Down

Hisapan bayi pada payudara dapat merangsang produksi hormon

oksitosin yang akan menyebabkan kontraksi sel yang terdapat

dalam lumen, masuk ke dalam sinus lacteal di daerah areola.

Reflek let down ini sangat sensitif terhadap faktor kejiwaan ibu

dan proses reproduksinya dapat terhambat apabila ibu lelah,

merasa malu, atau tidak pasti. Produksi ASI akan lancar apabila

ibu merasa bangga dan yakin akan kemampuannya menyusui.

c) Pengosongan Payudara
Ketika susu mulai masuk menggantikan kolostrum pada hari

setelah persalinan, payudara akan menjadi lebih besar, lebih berat

dan lebih empuk karena bertambahnya getah bening dan suplai

darah. Pada saat ini akan terjadi bendungan ASI apabila ibu tidak

cukup sering menyusui bayinya dalam jarak waktu yang lama

dan jika menghentikan penyusuan secara mendadak atau 20

payudara tidak dikosongkan secara memadai. Dalam masa

laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada Ibu yang produksi

ASI-nya berlebihan. apabila bayi sudah kenyang dan selesai

menyusu, & payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat

sisa ASI di dalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak

dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI. Apabila ASI

berlebihan sampai keluar memancar, maka sebelum menyusui

diusahakan ASI dikeluarkan terlebih dahulu, untuk menghindari

bayi tersedak atau enggan menyusu. Pengeluaran ASI dapat

dilakukan dengan cara : Pengeluaran ASI dengan tangan dan

pengeluaran ASI dengan pompa

d) Cara Menyusui

Menyusui merupakan proses ilmiah dan kadang terlihat amat

sangat sederhana, namun bila dilakukan dengan cara yang salah

akan menyebabkan terjadinya puting susu lecet, air susu tidak


keluar dengan sempurna sehingga akan terjadi pembendungan air

susu

Seorang ibu dengan bayi pertamanya mungkin akan mengalami

berbagai masalah, hanya karena tidak mengetahui cara-cara yang

sebenarnya sangat sederhana, seperti caranya menaruh bayi pada

payudara ketika menyusui, hisapan bayi yang mengakibatkan

puting terasa nyeri, dan masih banyak lagi masalah yang lain.

Terlebih pada minggu pertama setelah persalinan seorang ibu

lebih peka dalam emosi. Untuk itu seorang ibu butuh seseorang

yang dapat membimbingnya dalam merawat bayi termasuk dalam

menyusui. Orang yang dapat membantunya terutama adalah

orang yang berpengaruh besar dalam kehidupannya atau orang

yang disegani, seperti suami, keluarga/ kerabat terdekat atau

kelompok-kelompok ibu pendukung ASI dan dokter/ tenaga

kesehatan .Saat kembali bekerja, usahakan memerah ASI dari

kedua 2 belah payudara minimal empat jam sekali sebanyak tiga

kali selama jam kerja

3. Beberapa cara atau posisi menyusui :

1) Posisi Menyusui Posisi yang nyaman untuk menyusui sangat

penting. Lecet pada puting susu dan payudara merupakan

kondisi tidak normal dalam menyusui, tetapi penyebab lecet

yang paling umum adalah posisi dan perlekatan yang tidak

benar pada payudara.


(a) Posisi Madona (atau ”menggendong”) Bayi berbaring miring,

menghadap ibu. Kepala, leher, punggung atas bayi diletakkan

pada lengan bawah lateral payudara. Ibu menggunakan tangan

sebelahnya untuk memegang payudara jika diperlukan.

(b) Posisi Menggendong-Menyilang Bayi berbaring miring,

menghadap ibu. Kepala, leher, dan punggung atas bayi

diletakkan pada telapak kontralateral dan sepanjang lengan

bawahnya. Ibu menggunakan tangan sebelahnya untuk

memegang payudara jika diperlukan.

(c) Posisi football (atau ”mengempit”) Bayi berbaring miring atau

punggung melingkar antara lengan dan samping dada ibu.

Lengan bawah dan tangan ibu menyangga bayi, dan ia

menggunakan tangan sebelahnya untuk memegang payudara

jika diperlukan.

(d) Posisi Berbaring Miring Ibu dan bayi berbaring miring saling

berhadapan. Posisi ini merupakan posisi paling nyaman bagi ibu

yang menjalani penyambuhan setelah melahirkan melalui operasi.

4.) Lama dan Frekuensi Menyusui Rentang frekuensi menyusui yang

optimal adalah sampai 12 kali setiap hari. Meskipun mudah untuk

membagi 24 jam menjadi 12 kali menyusui dan menghasilkan

perkiraan jadwal, cara ini bukan merupakan cara makan sebagian

besar bayi. Sebaiknya menyusui bayi tanpa dijadwal (on demand),

karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhanya. Ibu harus


menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena sebab lain

(kencing, dsb.) atau ibu sudah merasa ingin menyusui bayinya. Bayi

yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan

ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam.

Untuk menjaga keseimbangan kedua payudara diusahakan sampai

payudara terasa kosong, agar produksi ASI tetap baik. Setiap

menyusui dimulai dengan payudara yang terakhir disusukan. Selama

masa menyusui sebaiknya ibu menggunakan BH yang dapat

menyangga payudara, tetapi tidak terlalu ketat

5) Kelainan Puting Susu

Bendungan ASI (Engorgement) terjadi karena penyempitan

duktus lakteferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan

dengan sempurna atau karena kelainan pada puting susu(Br,

2019).

2.3.5 Patologi Bendungan ASI

Mastitis adalah peradangan pada payudara. Bagian yang terkena

menjadi merah, bengkak, nyeri dan panas. Temperatur badan ibu

meninggi, kadang 36 disertai menggigil. Kejadian ini biasanya terjadi

1-3 minggu setelah melahirkan, akibat lanjutan dari sumbatan saluran

susu. Bila mastitis berlanjut, dapat terjadi abses payudara. Ibu tampak
sakit lebih parah, payudara lebih merah dan mengkilap, benjolan tidak

lagi sekeras pada mastitis, tetapi mengandung cairan (pus).

2.3.6 Patofisiologi Bendungan ASI

Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan

progesterone turun dalam 2-3 hari. Dengan ini factor dari hipotalamus

yang menghalangi prolactin waktu hamil, dan sangat dipengaruhi oleh

esterogen tidak dikeluarkan lagi, dan terjadi sekresi prolactin oleh

hipofisis. Hormon ini menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar

mammae terisi dengan air susu, tetapi untuk mengeluarkan

dibutuhkan refleks yang menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel

yang mengelilingi alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar

tersebut. Refleks ini timbul bila bayi menyusui. Apabila bayi tidak

menyusui dengan baik atau tidak dikosongkan secara sempurna, maka

terjadi bendungan air susu(Lubis, 2018)

2.3.7 Gejala Bendungan ASI

Gejala bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan

payudara dan secara palpasi teraba keras, kadang terasa nyeri serta

seringkali disertai peningkatan suhu badan ibu, tetapi tidak terdapat

tanda-tanda kemerahan dan demam.


2.3.8 Pencegahan Bendungan ASI

Cara terbaik untuk mencegah bendungan ASI adalah dengan

melakukan menyusui sedini mungkin pasca melahirkan, memastikan

posisi dan perlekatan menyusui benar, rutin mengosongkan payudara

serta tidak membatasi waktu menyusui. Apabila bayi tidak dapat

menyusu atau kurang melekat dengan sempurna dikarenakan payudara

yang tegang atau kurang elastis, sebaiknya ASI dikeluarkan terlebih

dahulu dengan cara di perah menggunakan tangan atau alat pompa

yang banyak beredar di pasaran, ini bermanfaat untuk membuat

payudara menjadi elastis dan memudahkan mulut bayi untuk melekat

di payudara Ibu. Bendungan ASI.

Untuk mencegah pembengkakan payudara maka diperlukan

menyusui dini, perlekatan yang baik, menyusui “on demand” bayi

lebih sering disusui, apabila payudara terasa tegang atau bayi tidak

dapat menyusui maka sebaiknya ASI dikeluarkan terlebih dahulu

sebelum menyusui, agar ketegangan menurun.

2.3.9 Upaya Pengobatan untuk Bendungan ASI Upaya pengobatan

untuk bendungan Air Susu Ibu (ASI) adalah :

(1) Kompres hangat payudara agar menjadi lebih lembek.

(2) Keluarkan sedikit ASI sehingga puting lebih mudah ditangkap

dan dihisap oleh Bayi.

(3) Sesudah bayi kenyang keluarkan sisa ASI.


(4) Untuk mengurangi rasa sakit pada payudara, berikan kompres

dingin

(5) Untuk mengurangi statis di vena dan pembuluh getah

bening(Br, 2019).

2.3.10 kerangka teori

KonsepPerawatanPayudara Konsep Bendungan ASI 1.


1.PengertianPerawatan Payudara Pengertian Bendungan ASI 2.
2. Tujuan perawatan payudara Jenis Bendungan ASI
3. Tehnik perawatan payudara 3. Etiologi Bendungan ASI
4.Penatalaksanaan Perawatan Payudara 4.Patofisiologi Bendungan ASI
5. Tanda dan gejala Bendungan
ASI
6.PenatalaksanaanBendungan
ASI

Konsep dasar Nifas


1. Pengertian Nifas
2. Tahapan Masa Nifas
3. Perubahan fisiologis masa Nifas
4. Proses Adaptasi Masa Nifas

Pengaruh Perawatan Payudara terhadap Bendungan ASI pada post partum.


2.3.11 Kerangka konsep

a. Variabel Dependen : bendungan ASI

B. Variabel Independen : Perawatan Payudara

Perawatan payudara Bendungan ASI

2.3.11 Hipotesis Penelitian

Hipotesis atau hipotasa adalah suatu pernyataan asumsi tentang hubungan

antara dua atau lenih variabel yang di harapkan dapat menjawab suatu pernyataan

dalam penelitian.

Dalam penelitian ini, hipotesa akan dirancang oleh peneliti adalah :

H0 : Tidak ada pengaruh perawatan payudara terhadapbendungan ASI.

H1 : Ada pengaruh perwatan payudara terhadap bendungan ASI.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis penelitin

Desain penelitian ini adalah dilakukan secara survei analitik observasional

dengan pendekatan cross sectional, yang merupakan rancangan penelitian

dengan melakukan pengukuran terhadap variabel independen dan variabel

dependen

3.2 lokasi dan waktu penelitian

3.2.1.lokasi

Adapun lokasi penelitian yang saya lakukan adalah di Praktik

Bidan lili ambarwati di medan marelan dengan alasan bahwa tempat

tersebut belum adanya penelitian tentang pengaruh perawatan payudara

terhadap bendungan ASI pada ibu postpartum.

3.2.2.waktu

Waktu penelitian dimulai dari Bulan Februari 2023 dan akan

diperkirakan penelitian ini dapat selesai sampai bulan maret 2023

No Jadwal Bulan pelaksanaan


kegiatan Novem Desemb Januari Februari Maret April

ber er 2022 2023 2023 2023 2023

2022

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pengajuan

Judul

2 Pembuatan

Proposal

3 Ujian

Proposal

4 Perbaikan

Proposal

5 Penelitian

6 Ujian

Akhir

Skripsi

7 Penjilidan

3.3.populasi dan sampel penelitian

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu nifas di praktek bidan lili

ambarwati di medan marelan sebanyak 50 orang.


3.3.2. Sampel Penelitian

berjumlah 30 sampel ibu nifas yang mengalami bendungan ASI di

klinik bidan lili ambarwati di medan marelan.

3.4 Variabel penelitian

3.4.1 Variabel bebas (Independent variabel)

Variabel Independen merupakan variabel yang menjadi sebab

perubahan atau timbulnya variabeldependen (Terikat).Variabel ini juga

dikenal dengan nama variabelbebas artinya bebas dalam

mempengaruhi variabel lain

Variabel bebas dari penelitian ini adalah pengaruh perawatan payudara

3.4.2 Variabel terikat (Dependent variabel)

Variabel Dependen merupakan variabelyang dipengaruhi atau menjadi

akibat karena variabel bebas,variabel ini tergantung pada variabel bebas

terhadap perubahan,Variabel terikat dari penelitian ini adalah

bendungan ASI.

3.5 Defini operasional variabel

Defenisi Operasional pengaruh perawatan payudara terhadap bendungan

ASI
No Variabel Defenisi Cara Skala Skor

Operasional Ukur

1 Perawatan perawatan obsrvasi Nomina l Score= 2 apabila

payudara yang Responden menjawab

dilakukan Peratanyaan sebanyak

dengan cara 3 item di katakan

membersihkan melakukan pe-

payudara, rawatan payudara

memijat, dll. Score= 1 Apabila

Responden menjawab

pertanyaan < 3 item

dikatakan Tidak

Melakukan perawatan

payudara

2 Bendungan Pembengkakan Observasi nominal Score= 1 Mengalami

ASI pada payudara apabila Responden

karena menjawab “YA” 3

peningkatan Item. Score = 2 Tidak

aliran vena dan Mengalami apabila

limfe. Responden Menjawab

“YA’ Sebanyak < 3

Item
3.6 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

3.6.1. Jenis Data

Jenis pengumpulan data pada penelitian ini adalah metode

pengumpulan data primer yang merupakan data yang diperoleh

langsung dari responden.

3.6.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik dan Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah analisis univariat dan bivariat.

1. Teknik

a. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer data

primer akan didapatkan oleh peneliti dengan berhadapan langsung

dengan responden dan melakukan praktik perawatan payudara.

b. Pengolahan Data

Ketika melaksanakan pengolahan data, oleh karena data hasil

pengumpulan masih bersifat kasar (raw data) peneliti memerlukan proses

penataan data. Pengolahan data digunakan agar data kasar yang telah

diterima dapat diorganisir, disajikan serta dianalisis sehingga dapat di tarik

suatu kesimpulan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan peneliti.


c. Tabulasi Data

Mengubah jenis data disesuaikan dan di modifikasi sesuai dengan teknik

analisis yang digunakan.

d. Penerapan Setelah data ditabulasi,

hasilnya dianalisis secara kuantitatif. Kegiatan pemrosesan data dilakukan

dengan cara-cara mengentri dari data kedalam program komputer.

Program yang digunakan untuk mengentri data adalah dengan

menggunakan program Statistical Product and Service Solutions (SPSS)

3.7 Alat Ukur/ Instrumen

Alat ukur/instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah

observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dapat membantu

peneliti mendapatkan data yangvalid karena dilakukan pengamatan

secara langsung,meskiun peneliti harus turun ke lapangan dan observasi

berlangsung sampai berhari hari..

3.8 Analisis Data dan Pengolahan Data

3.8.1 Analisa Data

a. Analisis Univariate

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Analisis univariat

yaitu analisis yang dilakukan dengan mendeskripsikan persentase pada

seluruh variabel penelitian dan disajikan dalam bentuk distribusi


frekuensi(Notoadmodjo, 2014). Analisisunivariat digunakan untuk

menganalisa masing-masing variabel yang digunakan untuk

menggambarkan perawatan payudara terhadap Bendungan ASI. Setelah

semua data terkumpul, data tersebut diolah secara manual, maka hasil

penelitian disajikan dalam bentuk tabel. Dengan mengumpulkan data,

mengelompokkan data, memasukkan data dalam tabel dan dalam bentuk

narasi. Caranya yaitu dengan membagi frekuensi kejadian (F) dengan

populasi (N) dan dikalikan 100% dengan rumus sebagai berikut :

P=F
N x 100%

Keterangan :

F = Frekuensi kejadian

N = Populasi penelitian

P = Persentase distribusi

Hasil pengolahan data dibuat dalam bentuk persentasi dan di

interpretasi dalam skala sebagai berikut :

100 % : Seluruhnya

76-99 % : Hampir Seluruhnya

51-75 % : Sebagian Besar

50 % : Setengahnya

26-49% : Hampir setengahnya

1-25% : Sebagian Kecil

0% : Tidak satupun
b. Analisis Bivariate

Analisisbivariat dilakukan terhadap dua variabelyang diduga

berhubungan atau berkorelasi.Analisisbivariat digunakan untuk

mengetahui pengaruh Perawatan payudara terhadap kejadian Bendungan

ASI. Untuk mengetahui hubungan antara variabel dengan uji statistik Chi-

square menggunakan program statistik dengan nilai kemaknaan 𝜌< α =

0,05 yaitu apabila hasil 𝜌< α = 0,05 maka hipotesis diterima

(Notoadmodjo, 2014). Uji statistik Chi-square dapat dilakukan dengan

menggunakan rumus statistik Chi-square, sebagai berikut :

𝜒2=

b k
∑ ∑ =1 (𝑜𝑖𝑗 − 𝑒𝑖𝑗) 2

𝑒𝑖i

Dengan

Dimana : 𝑒𝑖i (𝑛𝑖. ) df = (b-1)(k-1)


(𝑛.𝑗) i

Keterangan:

𝜒 2 : Chi-Square

o : jumlah observasi (pengamatan)

e : jumlah ekspektasi (harapan)

b : jumlah baris

k : jumlah kolom

n : jumlah semua pengamatan


ni. : jumlah semua pengamatan pada baris ke-i

𝜒2=∑b

i=1 ∑ k

j=1 (𝑜𝑖𝑗 − 𝑒𝑖𝑗) 2 𝑒𝑖𝑗

𝑒𝑖𝑗 = (𝑛𝑖. )(𝑛.𝑗) 𝑛

df = (b-1)(k-1)

n.j : jumlah semua pengamatan pada baris ke-j

df : degree of freedom (derajat kebebasan) = 95 %

I. Prosedur Penelitian

Pengumpulan data dengan menggunakan instrument yang dilakukan

sendiri oleh responden dengan langkah sebagai berikut:

1. Telah izin dari Klinik bidan lili ambarwati

2. Sebelum penelitian dilakukan, peneliti harus menjelaskan tentang tujuan

penelitiandan.

3. Melakukan klarifikasi kepada pasien, apakah bersedia atau tidak untuk

menjadi resonden.

4. Responden yang bersedia diminta menandatangani surat pernyataan

ketersediaan menjadi responden..

5. Mempersilahkan responden mengisi lembar observasi sesuai petunjuk.

6. lembar observasi yang telah diisi, kemudian dikumpulkan oleh peneliti

kemudian dilakukan analisa.

Mengecek kembali data yang sudah diterima oleh peneliti.


J. Etika Penelitian

1. Informed Consent

Informed Consent diberikan kepada responden yang ingin diteliti.

Tujuannya adalah agar responden mengetahui maksud dan tujuan

penelitian serta dampak yang diteliti selama pengumpulan data. Jika

subjek bersedia menjadi responden, maka harus menandatangani lembar

persetujuan menjadi responden. Jika subjek menolak menjadi responden,

maka penelitian tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya.

2. Anomity

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak akan

mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data

(kuisioner) yang telah diisi oleh responden.

3. Confidientiality

Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh

peneliti, hanya kelompok data tertentu saja yang akan disajikan atau

dilaporkan peneliti sebagai hasil riset. Penelitian ini merupakan peneliti

dengan desain post test-only non equivalent control group. Yang dilakukan

dengan perlakuan

terhadap responden/subyek penelitian. Namun untuk

memperhatikan etika profesional dalam penelitian, maka harus yang

dipertimbangkan adalah menyangkut privasi responden yang meliputi


hasil dan identitas yang diperoleh dari responden akan dijaga

kerahasiannya serta diberi inform consent terlebih dahulu.

DAFTAR PUSTAKA
Angger, D., & Lubis, W. (2022). Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang

perawatan payudara di puskesmas batunadua kecamatan padangsidimpuan

batunadua tahun 2022.

Anwar, C., Andika, F., Rosdiana, E., Kesehatan, F. I., Indonesia, U. U.,

Kesehatan, F. I., Indonesia, U. U., Kesehatan, F. I., Indonesia, U. U.,

Kebidanan, M. P. D., & Indonesia, U. U. (2021). Penyuluhan Kesehatan

tentang Perawatan Payudara di Puskesmas Lamteuba Kecamatan Seulimum

Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Pengabdian Masyarakat, 3(1), 40–45.

https://jurnal.uui.ac.id/index.php/jpkmk/article/viewFile/1427/734

Bangun, A. B. (2018). Hubungan pengetahuan ibu nifas tentang perawatan

payudara dengan kelancaran pengeluaran asidi klinik grace deli tua. 1–97.

http://repository.helvetia.ac.id/1125/

Br, D. (2019). Faktor Yang Berhubungan Dengan Bendungan Asi Pada Ibu Post

Partum Di Wilayah Kerja Puskesmas Binjai Serbangan Kecamatan Air

Joman Kabupaten Asahan Tahun 2019.

elisabeth siwi walyani, amd. keb. (2015). asuhan kebidanan kegawatdaruratan

maternal & neonatal. PUSTAKABARUPRESS.

febrianti, S.ST, M. K., & Aslina, S.kM., M. K. (2019). praktik KLINIK

KEBIANAN I. PT.PUSTAKA BARU.

HIA, S. (2019). Gambaran Usia, Pendidikan, Pekerjaan Pengetahuanibu Nifas

Tentang Tanda Tanda Bahaya Selama Masa Nifas Diklinik Mariana ….

Repository.Stikeselisabethmedan.Ac ….

https://repository.stikeselisabethmedan.ac.id/wp-content/uploads/2019/08/
SRIHANDAYANI-HIA-022016037.pdf

Jannah. (2021). Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Bendungan

Asi Pada Ibu Post Partum Di Puskesmas Totoli. Jurnal Kesehatan, 14(1), 6–

12. http://ejournal.poltekkesternate.ac.id/ojs/index.php/juke/article/view/

276/142

Kusrina, S., & Panggabean, B. R. (2022). Hubungan pengetahuan perawatan

payudara ibu nifas dengan minat ibu menyusui di wilayah kerja puskesmas

huragi kabupaten padang lawas tahun 2021.

file:///C:/Users/HP/OneDrive/Documents/D4 bidan/Proposal &

Skripsi/referensi judul/sintha 1902/sumber/sumber/SKRIPSI - SARI

KUSRINA, (MASA NIFAS REFERENSI BAB II).pdf

Lubis, A. (2018). Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Bendungan ASI

pada Ibu Post Partum di Kelurahan Beting Kuala Kapias Kecamatan Teluk

Nibung. Azimah Lubis.

Munawaroh, Herniyatun, and K. 2019. (2019). Gambaran Kejadian Bendungan

ASI pada Ibu Nifas Di RS PKU Muhammadiyah Gombong. Urecol, 1(1), 10.

NURUL AULIA RAMADHANI. (2022). HUBUNGAN PEMBERIAN ASI

DENGAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADA BAYI USIA 0-6

BULAN DI UPT PUSKESMAS GALESONG.

Anda mungkin juga menyukai