Disusun Oleh :
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya. Sehingga kami dapat menyusun laporan
dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Section Caesarea
Dengan Terapi Pijat Oksitosin Dan Brestcare Untuk Merangsang
Pengeluaran ASI Pada Ny S Dan Ny P Di Ruang Pav. Aster Rsu Kab.
Tangerang.
Penyusunan laporan ini banyak pihak yang telah membantu, oleh karena itu kami
ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Ida Faridah, S.Kp., M.Kes., sebagai Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan YATSI Tangerang.
2. Ibu Eli Hernaningsih, S.ST,. M. Kes., sebagai pembimbing lahan.
3. Ibu Ns. Febi Ratnasari, S.Kep., M.Kep., sebagai Kaprodi Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan YATSI Tangerang serta sebagai pembimbing
akademik.
4. Ibu Ns. Ria Setiasari, M.Kep., sebagai Penanggung Jawab Ners 2019.
5. Orang tua kami tercinta, yang telah memberi dukungan moril dan material
serta yang selalu mendoakan penulis demi selesainya laporan ini.
6. Dan semua pihak yang terlibat dalam penyusunan laporan ini, terima kasih
dan maaf bila tidak dapat disebutkan satu per satu.
Dalam penyusunan laporan ini penulis menyadari banyak sekali kekurangan
baik dalam penulisan maupun penjabaran yang telah dibuat karena keterbatasan
dari penulis. Untuk itu kritik dan saran yang membangun, selalu diharapkan untuk
kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dengan
harapan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya bagi pembaca pada
umumnya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu upaya yang dapat dilakukan ibu dan keluarga, untuk
meningkatkan produksi ASI diperlukan hormon oksitosin, pada ibu setelah
melahirkan dapat melakukan pijat oksitosin. Pijat oksitosin merupakan
pemijatan sepanjang tulang belakang (tulang vertebrae sampai tulang coste
kelima-enam). Pijat oksitosin dilakukan pada ibu postpartum dengan durasi
3 menit dan frekuensi pemberian pijatan 2 kali sehari. Pijat ini tidak harus
dilakukan oleh petugas kesehatan tetapi dapat dilakukan oleh suami atau
keluarga yang lain. Mekanisme kerja dalam pelaksanaan pijat oksitosin
merangsang saraf dikirim keotak sehingga hormon oksitosin dapat
dikeluarkan dan mengalir kedalam darah kemudian masuk ke payudara dan
menyebabkan otot-otot sekitar alveoli berkontraksi dan membuat ASI
mengalir (Bobak, 2015).
TINJAUAN TEORI
Prestansi muka
Letak kepala tegadah (defleksi), sehingga bagian kepala
yang terletak paling rendah ialah muka. Hal ini jarang
terjadi, kira-kira 0,27-0,5%.
Prestansi dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada
posisi terendah dan tetap paling depan. Pada penempatan
dagu, biasanya dengan sendirinya akan berubah menjadi
letak muka atau letak belakang kepala.
b. Letak sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak
memanjang dengan kepala difundus uteri dan bokong berada
dibagian bawah kavum uteri. Dikenal beberapa jenis beberapa
sungsang, yakni prentasi bokong, presentasi bokong kaki
sempurna, presentasi bokong tidak sempurna dan presentasi
kaki (Saifuddin, 2010)
2.1.3 Patofisiologi
Sectio caesarea merupakan tindakan untuk melahirkan bayi
dengan berat diatas 500 gram dengan sayatan pada dinding uterus
yang masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu distorsi
kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, placenta
previa, untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin
besar dan letak lintang setalah dilakukan SC ibu akan mengalami
adaptasi post partum baik dari aspek fisiologis yaitu produk
axsitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar
hanya sedikit,luka dari insisi akan menjadi post de entris bagi
kuman. Oleh karena itu diberikan antibiotik dan perawatan luka
dengan prinsip steril. Nyeri adalah salah satu utama karena insis
yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman (Hacker, 2011).
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dialkukan anestesi
bisa bersifat regional danumum. Namun anestesi umum lebih
banyak pengaruh terhaadap janin maupun ibu anastesi janin
sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan upnoe yang
tidak dapat diatasi dengan mudah. Akibat janin bisa mati,
sedangkan pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap
tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darh banyak yang keluar.
Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif
akibat sekret yang berlebihan kerena kerja otot nafas silia yang
menutup. Anestesi ini juga mempengaruhi saluranpencernaan
dengan menurunkan mobilitas usus (Jensen, 2012).
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk
lambung akan terjadi proses penghancuran denganbantuan
peristaltik usus. Kemudiaa diserap untuk metabolisme sehingga
tubuh memperoleh energi.akibat dari mortilitas yang menurun
maka peristaltik juga menurun. Makanan yang adadilambung akan
menumpuk dan karena reflek untuk batuk juga menurun. Maka
pasien sangat beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu dipasang
pipa endotracheal. Selain itu motilitas yang menurun juga
berakibat pada perubahan pola emilasi yaitu konstipasi (Mochtar,
2010).
2.1.4 Pemeriksaan Penunjang
Elektroensefalogram (EEG), untuk membantu menetapkan
jenis dan fokus dari kejang.
Pemindaian CT, untuk mendeteksi perbedaan kerapatan
jaringan
Magneti resonance imaging (MRI), menghasilkan bayangan
dengan menggunakan lapangan magnetik dan gelombang
radio, berguna untuk memperlihatkan daerah-daerah otak yang
tidak jelas terlihat bila menggunakan pemindaian CT.
Pemindaian positron emission tomography (PET), untuk
mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu
menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik atau aliran darah
dalam otak
Uji laboratoriumm, fungsi lumbal: menganalisis cairan
serebrivaskuler, hitung darah lengkap: mengevaluasi trombosit
dan hematokrit, panel elektrolit, skrining toksik dari serum dan
urin, AGD, kadar kalsium darah, kadar natrium darah, kadar
megnesium darah.
2.1.5 Komplikasi
Infeksi puerperial : kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa
nifas dibagi menjadi (Haenawatiaj, 2012):
a) Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari
b) Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi
dan sakit perut sedikit kembung.
c) Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik
d) Pendarahan : perdarahan banyak bisa terjadi jika pada saat
pembedahan cabang-cabang arteri uterine ikut terbuka atau
karena atonia uteri.
e) Kompikasi-komplikasi lainnya antara lain luka kandung
kencing, embolisme paru yang sangat jarang terjadi. Kurang
kuatnya parut pada dinding uterus,sehingga pada kehamilan
berikutnya bisa terjadi ruptur uteri.
2.1.6 Penatalaksanaan
1. Perawatan awal
2. Diet
3. Mobilisasi
4. Fungsi gastrointestinal
5. Perawatan fungsi kandung kemih
6. Perawatan luka
7. Jika masih terdapat perdarahan
8. Jika terdapat infeksi, berikan antibiotik kombinasi samapi
pasien bebas demam selama 48 jam
9. Analgesik dan obat untuk memperlancar kerja saluran
Pencernaan
2.2 ASI (Air Susu Ibu)
2.2.1 Pengertian ASI
Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan yang dihasilkan oleh sepasang
payudara ibu dengan komposisi yang khas serta spesifik untuk
pertumbuhan dan perkembangan bayi serta nutrisi yang paling tepat
untuk bayi. (Lowdermilk, 2010).
2.2.2 Siklus Laktasi
Menurut astutik (2014), proses pembentukan ASI melalui tahapan-
tahapan berikut ini:
1. Laktogenesis I
Dimulai pada pertengahan kehamilan. Pada fase ini struktur,
duktus dan lobus payudara mengalami proliferasi akibat dari
pengaruh hormon. Akibatnya kelenjar payudara sudah mampu
mensekresi akan tetapi yang disekresi hanya kolostrum.
Walaupun secara struktur kelenjar payudara mampu
mengeluarkan ASI akan tetapi ini tidak terjadi karena hormon
yang berhubungan dengan kehamilan mencegah ASI disekresi.
2. Laktogenesis II
Merupakan permukaan sekresi ASI secara berlebih dan terjadi
pada hari ke-4 post partum. Permulaan sekresi ASI yang
berlebihan terjadi setelah plasenta lahir. Setelah melahirkan
tingkat progestreron menurun secara tajam akan tetapi tidak
sampai mencapai tingkat yang prolaktin tetap tinggi. Pada fase
ini, ibu biasanya merasakaan volume ASI yang berlebihan.
3. Laktogenesis III
Sistem kontrol homon endokrin mengatur produksi ASI selama
kehamilan dan beberapa hari pertama setelah melahirkan.
Ketika prosuksi ASI mulai stabil, sistem kontrol autokrin
dimulai. Pada tahap ini apabila ASI banyak.
2.2.3 Proses Pengeluaran ASI
1. Reflek prolaktin
2. Reflek oksitosin
2.2.4 Faktor yang mempengaruhi produksi dan pengeluaran ASI
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan pengeluaran ASI
terdiri atas:
1. Nutrisi
2. Ketenangan jiwa dan pikiran
3. Penggunaan alat kontrasepsi
4. Perawatan payudara
5. Anatomis payudara
6. Faktor fisiologi
7. Pola istirahat
8. Faktor isapan bayi
9. Berat lahir bayi
10. Umur kehamilan saat melahirkan
11. Insiasi menyusui dini (IMD)
12. Konsumsi rokok dan alkohol
13. Intervensi / tehnik yang merangsang pengeluaran ASI
1. Refleks prolactin
Sewaktu bayi menyusu, ujung syaraf peraba yang terdapat
pada putting susu terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut
afferent dibawa ke hipotalamus lalu memacu hipofise anterior
untuk mengeluarkan hormon prolactin kedalam darah. Melalui
sirkulasi darah prolactin memacu se=sel alveolus kelenjar
payudara untuk memproduksi ASI. Jumlah prolactin yang
disekresi dan jumlah susu yang diproduksi berkaitan dengan
besarnya stimulasi isapan, yaitu frekuensi, intensitas, dan lama
bayi menghisap.
2. Refleks oksitosin
Rangsangan yang ditimbulkan oleh bayi saat menyusu
selain mempengaruhi hipofise anterior mengeluarkan hormon
prolactin juga mempoengaruhi hipofise posterior mengeluarkan
hormone oksitosin. Dimana setelah dilepas kedalam darah akan
mengacu otot otot polos yang mengelilingi alveolus dan
duktulus berkontraksi sehingga memeras air susu dari alveolus,
duktulus, dan sinus menuju putting susu (Ambarwati, 2010).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PENKAJIAN NY. S
A. Identitas Klien
Nama : Ny S
Umur : 36 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Suku bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMA
Alamat : Sukabakti, curug
Diagnosa medis : P3A0, Post Sc 1 hari
5. Kebersihan diri
- Palpasi : tidak ada benjolan maupun luka dan tidak ada nyeri tekan
Muka
- Inspeksi : tidak ada luka, tidak ada lesi, muka tampak pucat,
konjungtiva tidak pucat, sclera normal.
Leher
- Inspeksi : simetris tidak ada luka, tidak ada lesi
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran tiroid maupun
pembesaran kelenjar getah bening
Abdomen
Inspeksi : teraba
Positif (negatif)
1,010 (1,003-1,030)
Positif (negatif)
Negatif (negatif)
Negatif (negatif)
S : Skala 6
T: Tidak Menentu
DO : 00085 : Hambatan
Mobilitas Fisik
- Klien tampak kesulitan dalam
beraktivitasKlien tampak meringis
Kesakitan
DS : Domail 2 : Nutrisi
No RM : 002439**
000522 Kemudahan
dalam melakukan
aktivitas
Domain 2 : Nutrisi Setelah dilakukan Domain 1 : Fisiologis Dasar
tindakan keperawatan
Kelas 1 : Makan kelas E : Peningkatan
selama 31-45 menit
kenyamanan fisik
00106 Kesiapan diharapkan kesiapan
meningkatkan pemberian meningkatkan 1480 Pemijatan
ASI pemberian asi dapat - Kaji keinginan pasien
teratasi dengan kriteria untuk dilakukan
hasil : pemijatan oksitosin
- Tempatkan pada posisi
Domain IV :
yang nyaman untuk
Pengetahuan tentang
memfasilitasi pemijatan
kesehatan dan prilaku - Pijat secara terus
180012 evaluasi
putting susu (2-4)
180010 tanda-tanda
pasokan asi yang
memadai (2-4)
K. Catatan tindakan dan perkembangan keperawatan
Nama pasien : Ny. S Ruangan : Aster
No RM : 002439**
Diagnosa
Tgl/jam Implementasi Evaluasi (SOAP) Paraf
Keperawatan
1. Nyeri Akut Selasa - Melakukan pengkajian nyeri S : Pasien mengatakan
kompherensif yang meliputi nyeri pada area post
26-11-19
lokasi, karakteristik, durasi, operasi, skala 6 nyeri
frekuensi, kualitas, intensitas tidak menentu
atau beratnya nyeri dan faktor
O : Pasien tampak
pencetus
- Mengajarkan relaksasi nafas
meringis kesakitan
A : Masalah belum
teratasi
P : intervensi
dilanjutkan
- Monitor TTV
- Monitor
mobilisasi
- Lakukan terapi
relaksasi nafas
dalam
- Monitor skala
nyeri
- Pemberian obat
analgesik
kesehatan kesakitan
- Memberikan pendidikan
A : Masalah teratasi
kesehatan mengenai teknik
sebagian
mobilisasi
P : Intervensi
dilanjutkan
- Monitor TTV
- Lakukan terapi
relaksasi nafas
dalam
A : Masalah kesiapan
meningkatkan
pemberian ASI
sebagian teratasi, ASI
yang keluar hanya 2
cc
P : Intervensi
dilanjutkan
- Lakukan pijat
oksitosin
(ketorolac) dihentikan
2. Hambatan Kamis - Memonitor lokasi dan sumber S : Pasien mengatakan
Mobilitas 28-11-19 ketidaknyamanan/ nyeri yang sudah dapat
Fisik dialami pasien selama aktivitas melakukan aktivitas
- Menentukan jenis dan
banyaknya aktivitas yang O : Pasien sudah tidak
dibutuhkan untuk menjaga tampak meringis
kesehatan A : Masalah teratasi
- Memberikan pendidikan
kesehatan mengenai teknik P : Intervensi
mobilisasi dihentikan
3. Kesiapan Kamis - Mengintruksikan pada ibu S : Pasien mengatakan
Meningkatkan 28-11-19 untuk melakukan perawatan sudah mengetahui
Pemberian putting susu manfaat ASI dan
- Memberikan informasi agar
ASI mengetahui makanan
terus mengkonsumsi makanan
apa saja yang
yang dibutuhkan oleh ibu
dibutuhkan ibu
menyusui
menyusui namun ASI
- Menjelaskan tanda bahwa bayi
yang keluar masih
memburuhkan makan
belum banyak
(menghisap)
- Melakukan pemijatan oksitosin
O : pasien tampak
pada pasien untuk
menyusui bayi tapi
memperlancar ASI
ASInya keluar hanya
sedikit
A : masalah kesiapan
meningkatkan
pemberian ASI
sebagian teratasi, ASI
yang keluar hanya 3
cc
P : Intervensi
dihentikan
PENGKAJIAN NY. P
A. IdentitasKlien
- Nama : Ny.P
- Umur : 19 tahun
- Agama : Islam
- Pekerjaan : Pegawai Swasta
- Suku bangsa : Indonesia
- Pendidikan :SMA
- Alamat :Kp.Baru Rt 004/006 Desa.Cisauk,
Kec.Cisauk
- Diagnosa medis : P1A0 Post SC 1 hari
B. Identitas Penanggung Jawab
- Nama : Tn A
- Umur : 20 tahun
- Agama : Islam
- Pekerjaan : Wiraswasta
- Sukubangsa : Indonesia
- Pendidikan : SMA
- Hubungan dengan klien : Suami
- Alamat : Kp.Sampora Rt 002/002 Desa Sempora
Kec.Cisauk
5. Kebersihan
diri
- Kepala : Rambut lurus, hitam, panjang sebahu, tidak beruban, tidak ada
luka
- Muka : Simetris, tampak menahan nyeri, muka pucat, konjungtiva tidak
pucat, sclera normal
- Leher : Tidak ada luka, tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran tiroid
- Dada (jantung, paru, payudara)
- Jantung : Bentuk dada tampak simetris dan bunyi jantung normal
- Paru-paru : Pengembangan dada simetris dan tidak terdengar suara
nafas tambahan
- Payudara : ASI keluar sekitar 1sdm ketika puting di tekan
- Abdomen
- Diastasis rectus abdominis (ukuran): 2cm x 5cm
- Uterus (tinggi, posisi, kontraksi): tinggi dua jari di bawah pusat
kontrakti uterus, teraba keras atau posisi medial
- Perineum
- Utuh, episiotomi, rupture: tidak ada
- REEDA sign: tidak ada
- Kebersihan: bersih
Genitalia Jumlah Warna Konsistensi Nyeri Bau
Perdarahan 100cc Merah Cair Tidak
Khas
pervagina kehitaman ada
F. Pemeriksaan Psikososial
Konsep diri : pasien tidak dapat menyelesaikan masalah sendiri
Peran diri : pasien sebagai seorang istri
Identitas diri : pasien sebagai seorag ibu
Harga diri : pasien mengatakan akan belajar menjadi ibu yang baik
untuk anak-anaknya
Pengetahuan tentang perawatan diri / luka / penyakit : pasien belum tau
banyak tentang merawat luka post op sc
G. Pemeriksaan Penunjang
25 November 2019
Hematologi Jenis pemeriksaan Hasil
Hemoglobin Darah 10,3 g/dl
Leukosit Darah 11,09 ul
Hematokrit Darah 32%
H. Analisa data :
No Data fokus MasalahKeperawatan
1. DS : - klien mengatakannyeripada Domain 12 : krnyamanan
area post operasi
Kelas 2 : kenyamanan fisik
P : luka jahitan post operasi dan
00132 : nyer akut
sangat dirasakan saat miring
kanan miring kiri
S:6
T : tidak menentu
No RM : 00243954
Kelas S : Pengetahuan
promosi kesehatan
1819 pengetahuan :
perawatan bayi
181903 memeganag
bayi yang tepat (3-4)
181906 membedong
(3-4)
181910 teknik
pemberian makan bayi
3-4
181913memandikian
bayi 3-4
No RM : 00243954
-Mengajarkan P: Lanjutkan
teknik relaksasi intervensi
nafas dalam
-Pemberian obat
- Berikan posisi analgesik
senyaman
-Monitor skala nyeri
mungkin
-Berkolaborasi
dengan tenaga
kesehatan lain
obat nyeri yang
optimal dengan
analgesik
memerikan
(ketorolac)
2. Kesiapan Selasa 26-12- - S:Pasien
meningkatkan 2019 Menginstruksikan mengatakan
pemberian ASI pasien untuk asinya keluar
merawat payudara sedikit
dan puting susu
O: Payudara pasien
-Menjelaskan tampak bengkak dan
tanda bahwa bayi terdapat gumpalan
membutuhkan asi pada saat
makan (asi) payudara pasien
diraba dan asi yang
-mendiskusikan
keluar 1 sdm
strategi yang
bertujuan untuk A: Masalah belum
mengoptimalkan teratasi
suplai asi (breast
P: Lanjutkan
care)
intervensi
-Melakukan
perawatan payudara
(Breast care)
3. Kesiapan Selasa 26-12- - Menentukan S: Klien mengatakan
peningkatan 2019 pengetahuan, senang dengan
menjadi orang kesiapan dan anak
tua kemampuan pertamanya
orangtua dalam
O: Klien tampak
belajar
gembira dengan
mengenai
kelahiran anak
perawatan bayi
- Mengajarkan
pertamanya
RR : 20 x/menit bengkak
dan terdapat
Melakukan
gumpalan
perawatan
asi pada
payudara
saat
(breastcare)
payudara
pasien
diraba dan
asi yang
keluar 5 cc
A: Masalah
belum
teratasi
P:Lanjutkan
intervensi
perawatan
payudara
(Breast
care)
3. Kesiapan Rabu 27-11- - - Menentukan S: Klien
peningkatan 2019 pengetahuan, mengata
menjadi orang kesiapan dan kan
tua kemampuan senang
orangtua dalam dengan
belajar anak
mengenai pertama
perawatan bayi nya
- Mengajarkan
orang tua O: Klien
keterampilan tampak
lahir kelahira
- Memotivasi n anak
orang tua pertama
untuk nya
memegang,
A: Masalah
memeluk,
belum
memijat, dan
teratasi
menyentuh
bayi (kelekatan P: Lanjutkan
bayi) i
-Mengajari
klien
teknik
menyusu
i yang
benar
RR : 19 x/menit O: Payudara
pasien
Melakukan
tampak
perawatan
bengkak
payudara
dan asi
(breastcare)
terdapat
10 cc
A:Masalah
sudah
teratasi
P:Hentikan
intervensi
3. Kesiapan Kamis 28-11- - Menentukan S: Klien
peningkatan 2019 pengetahuan, mengata
menjadi orang kesiapan dan kan
tua kemampuan senang
orangtua dalam dengan
belajar anak
mengenai pertama
perawatan bayi nya
- Mengajarkan
orang tua O: Klien
keterampilan tampak
lahir kelahira
- Memotivasi n anak
orang tua pertama
untuk nya
memegang, A: Masalah
memeluk, belum
memijat, dan teratasi
menyentuh
P: Hentikan
bayi (kelekatan
intervens
orang tua dan
i
bayi)
BAB IV
ANALISA JURNAL
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada kasus ini Ny. S Dan Ny. P datang ke ruang Aster RSU
Kabupaten Tangerang dengan kondisi ASI belum keluar, Terapi yang kami
berikan kepada pasien post partum untuk membantu pengeluaran ASI
dengan cara melakukan terapi pijat oksitosin dan brestcare kepada Ny.S
dan Ny.P yaitu untuk mengetahui apakah ada perbedaan dalam
pengeluaran ASI dengan pemberian terapi pijat oksitosin dan brestcare.
Hasil ini sesuai dengan penelitian Rusdiarti, 2014 bahwa adanya pengaruh
pijat oksitosin dan breastcare dengan pengeluaran ASI.
Hasil implementasi yang kami lakukan pijat oksitosin dan
breastcare, didapatkan hasil breastcare yang lebih efektif karena pemberian
rangsangan terhadap otot-otot dada ibu, dengan cara pengurutan atau cara
massage yang dapat memberikan rangsangan kepada kelenjar ASI agar
pengeluaran ASI bertambah.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang dapat kami
berikan adalah :
5.2.1 Bagi Profesi
Menambah pengetahuan dan pengalaman
Menerapkan secara langsung kepada pasien untuk melakukan
breastcare dan pijat oksitosin
Meningkatkan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan
kepada pasien
Bobak I.M, Lowdermik, D.L, & Perry, S.E (2010). Buku Ajar keperawatan
maternitas. Edisi 4 Alih basaha: Maria & Peter. Jakarta: EGC
Desmawati. 2013. Penentu Kecepatan Pengeluaran ASI Susu Ibu Setelah
Sectio Caesaria. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 7 (8), 360-
364.
Desmawati. 2013. Sistem Hematologi & Imunologi Asuhan Keperawatan
Umum dan Maternitas Dilengkapi Dengan Latian Soal-soal. Jakarta:
Penerbit In Media.
Fikawati, S. & Syafiq, A. 2010. Kajian Implementasi dan Kebijakan Air
Susu Ibu Eksklusif dan Inisiasi Menyusi Dini: RISKESDA 2013.
Kementrian Kesehatan: Jakarta.
Isnaini, N. Diyanti, R. 2015. Hubungan Pijat Oksitosin Pada Ibu Nifas
Terhadap Pengeluaran ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Raja Basa
Indah Bandar Lampung Tahun 2015. Jurnal Kebidanan, 1 (2), 91-97.
Luthfiyana, N., U. 2015. Perbedaan Pijat Oksitosin dan Breast Care
Terhadap Jumlah ASI Pada Ibu Postpartu. Penelitian tidak
dipublikasan. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Martini, D.E. 2015 Efektivitas Pijat Oksitosin Terhadap peningkatan
Produksi ASI Pada Ibu Nifas di RSUD dr. Soegiri Kabupaten
Lamongan. Surya 7 (2), 20-24
Maryunani, A. 2012. Insiasi Menyusui Dini, ASI Eksklusif, dan Manajemen
Laktasi. TIM: Jakarta
Muliani, H,R. 2014. Perbedaan Produksi ASI Sebelum dan Sesudah
Dilakukan Kombinasi Metode Message Depan (Breastcare) dan
Message Belakang (Pijat Oksitosin) Pada Ibu Menyusui 0-3 Bulan di
Wilayah Kerja Puskesmas Kesamiran Kabpaten Tegal. Peneltiian tidak
dipublikasikan. Tegal.
Nilamsari, M.,A. Wagiyo. Elisa. 2014. Pengaruh Perawatan Payudara
Terhadap Kelancaran Ekskresi ASI Pada Ibu Postpartum di Rumah
Bersalin Mardi Rahayu Semarang. Jurnal Ilmu Keperawatan dan
Kebidanan (JIKK).
Noer, R.N., Muis, S.F. & Aruben, R. 2011. Praktik Insiasi Menyusui Dini
dan Pemberian ASI Ekslusif Studi Kualitatif Pada Dua Puskesmas,
Kota Semarang. M Med Indones, 45 (03), 144-150.
Nudiana, D., Onny, S., Sumarni, S., Maharani, Y. & Yunyaty, W. 2016.
Oxytocin Massage as An Alternative in Increasing Prolaktin Hormon
Level and Lactation Process on Post-Sectio Caesarrea Women (Case
Studi in Semarang City Hospital), makalah disajikan dalam 4th Asian
Academic Society Internasional Conference (AASIC) 2016.
Postpartum di BPM Pipin Heriyanti Yogyakarta. Media Ilmu Kesehatan, 6
(1), 71-75.
Suheni.2012. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya
Ummah, F. 2014. Pijat Oksitosin Untuk Mempercepat Pengeluaran ASI
Pada Ibu Pasca Salin Normal di Dusun Sono Desa Ketanen
Kecamatan Panceng Gresik. Surya, 2 (18), 121-125.
Vidayati, L.,A. 2015. Perbedaan Kelancaran Pengeluaran ASI Pada Ibu
Nifas Dengan Metode Pijat Oksitosin dan Breast Care. Jurnal Nursing
Update: Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan, 7 (1), 59-65
Zamzaea, R.F., Ernawati, D & Susaniti, A. 2015. Pengaruh Pijat Oksitosin
Terhadap Waktu Pengeluaran Kolostrum Ibu Post Partum Sectio
Caesarea, Ilmiah Keseharan, 8 (2), 229-441.
Zuhrotunida. Yunita. 2016. Perbedaan Pijat Oksitosin dan Breast care
Terhadap Pengeluaran ASI di RSIA Dinda Tangeang. Indonesia
Midwifery Journal, 54-60.