Anda di halaman 1dari 64

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST SECTION CAESAREA

DENGAN TERAPI PIJAT OKSITOSIN DAN BRESTCARE DENGAN


PENGELUARAN ASI PADA NY S DAN NY P
DI RUANG PAV. ASTER RSU KAB. TANGERANG

Disusun Oleh :

1. Cynthia Steevany Sinaga


2. Desi Riris Yuniarsih
3. Elsa Listiani
4. Herdina Nur Apriani
5. Indah Nofita Dewi
6. Nika Widia Nur Fitri
7. Noviyanti
8. Miranda Utami
9. Parhatun Awaliyah
10. Widiyanti

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
YATSI TANGERANG
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya. Sehingga kami dapat menyusun laporan
dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Section Caesarea
Dengan Terapi Pijat Oksitosin Dan Brestcare Untuk Merangsang
Pengeluaran ASI Pada Ny S Dan Ny P Di Ruang Pav. Aster Rsu Kab.
Tangerang”.
Penyusunan laporan ini banyak pihak yang telah membantu, oleh karena itu kami
ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Ida Faridah, S.Kp., M.Kes., sebagai Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan YATSI Tangerang.
2. Ibu Eli Hernaningsih, S.ST,. M. Kes., sebagai pembimbing lahan.
3. Ibu Ns. Febi Ratnasari, S.Kep., M.Kep., sebagai Kaprodi Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan YATSI Tangerang serta sebagai pembimbing
akademik.
4. Ibu Ns. Ria Setiasari, M.Kep., sebagai Penanggung Jawab Ners 2019.
5. Orang tua kami tercinta, yang telah memberi dukungan moril dan material
serta yang selalu mendoakan penulis demi selesainya laporan ini.
6. Dan semua pihak yang terlibat dalam penyusunan laporan ini, terima kasih
dan maaf bila tidak dapat disebutkan satu per satu.
Dalam penyusunan laporan ini penulis menyadari banyak sekali kekurangan
baik dalam penulisan maupun penjabaran yang telah dibuat karena keterbatasan
dari penulis. Untuk itu kritik dan saran yang membangun, selalu diharapkan untuk
kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dengan
harapan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya bagi pembaca pada
umumnya.

Tangerang, Desember 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemberian Air Susu Ibu (ASI) sebagai salah satu yang memberikan
pengaruh paling besar terhadap kelangsungan hidup anak, pertumbuhan, dan
per- kembangannya (Astutik,2014). Banyak dijumpai para ibu melakukan
perawatan nifas berdasarkan budaya dan tradisi, termasuk dalam hal
menyususi, namun pada sebagian ibu mungkin saja terjadi kesu- litan
pengeluaran ASI karena lebih banyak ibu terpengaruh mitos sehingga ibu
tidak yakin bisa memberikan ASI pada bayi. Perasaan ibu yang tidak yakin
bisa memberikan ASI pada bayi akan menye- babkan penurunan hormon
oksitosin sehingga ASI tidak dapat keluar segera setelah melahirkan dan
akhirnya ibu memutuskan untuk memberikan susu formula. Hal ini
disebabkan karena ibu tidak mem- produksi ASI dalam jumlah yang cukup
untuk bayi (Astutik,2014).

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Daerah (RISKESDAS) (2013)


pemberian ASI ekslusif pada bayi selama enam bulan hanya 40,6% jauh
dari target nasional yang mencapai 80%. Kesehatan Dasar (Riskesdas)
tahun 2013 menunjukkan bahwa pada usia 0 bulan presentasi pemberian ASI
sebesar 82,5%, usia 1 bulan 75,1%, usia 2 bulan 74%, usia 3 bulan 66,9%,
usia 4 bulan 66,8%, dan usia 5 bulan 54,8%. Dari hasil data tersebut
menunjukkan pem- berian ASI pada umur 0–5 bulan semakin lama
semakin rendah presentasinya. Bedasarkan hasil penelitian menunjukan 6
% ibu nifas mengeluh ASI tidak keluar pada hari pertama postpartum, 13%
ibu nifas mengeluh sedikit mengeluarkan ASI dan 64% mengeluh ASI tidak
lancar mengakibatkan me- milih susu formula serta 17% ibu postpartum
menga- lami perdarahan (Nurul, 2015).

Faktor yang mempengaruhi kegagalan pemberian ASI disebabkan


kurangnya pengetahuan ibu tentang ASI, ibu menghentikan pemberian ASI
karena produksi ASI kurang, gencarnya promosi susu formula, dukungan
petugas kesehatan dan faktor keluarga karena orang tua, nenek atau ibu
mertua mendesak ibu untuk memberikan susu tam- bahan (Astutik,2014).
Pada sebagian ibu pengeluar- an ASI bisa terjadi dari masa kehamilan dan
seba- gian terjadi setelah persalinan (Astutik, 2014). Permasalahan
kurangnya rangsangan hormon prolaktin dan oksitosin yang sangat
berperan dalam kelancaran produksi ASI. Hal ini dapat dapat mem-
pengaruhi pengeluaran ASI memberikan dampak buruk untuk kehidupan
bayi dikarenakan nilai gizi pada ASI lebih tinggi dibandingkan dengan susu
formula, akan tetapi penggunaan susu formula merupakan alternatif yang
dianggap paling tepat untuk mengganti produksi ASI yang menurun.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan ibu dan keluarga, untuk
meningkatkan produksi ASI diperlukan hormon oksitosin, pada ibu setelah
melahirkan dapat melakukan pijat oksitosin. Pijat oksitosin merupakan
pemijatan sepanjang tulang belakang (tulang vertebrae sampai tulang coste
kelima-enam). Pijat oksitosin dilakukan pada ibu postpartum dengan durasi
3 menit dan frekuensi pemberian pijatan 2 kali sehari. Pijat ini tidak harus
dilakukan oleh petugas kesehatan tetapi dapat dilakukan oleh suami atau
keluarga yang lain. Mekanisme kerja dalam pelaksanaan pijat oksitosin
merangsang saraf dikirim keotak sehingga hormon oksitosin dapat
dikeluarkan dan mengalir kedalam darah kemudian masuk ke payudara dan
menyebabkan otot-otot sekitar alveoli berkontraksi dan membuat ASI
mengalir (Bobak, 2015).

Berdasarkan data dari Survei Demografi Kesehatan Indonesia


(SDKI) tahun 2012 bahwa AKB di Indonesia sebesar 32 kematian per 1000
kelahiran hidup, angka ini lebih tinggi dibanding AKB yang direncanakan
pada target MDG’s tahun 2015 yaitu 23 per 1000 kelahiran hidup (
Kementrian Kesehatan RI,2014). AKB di Indonesia pada tahun 2012 yang
diakibatkan dari kurangnya pemberian ASI pada bayi yang berumur kurang
dari 6 bulan mencapai 54% pada bayi usia 2-3 bulan, 19% pada bayi usia
7-9 bulan, 13% bayi dibawah 2 bulan telah diberi susu formula dan 1 dari 3
bayi usia 2-3 bulan telah diberi makanan tambahan (Sentra Laktasi
Indonesia, 2012).

Salah satu faktor yang berperan dalam tingginya AKB ini


adalah rendahnya cakupan ASI eksklusif, karena tanpa ASI eksklusif bayi
lebih rentan terkena ber- bagai penyakit yang meningkatkan morbiditas dan
mortalitas, pemberian ASI secara eksklusif membantu dalam menurunkan
AKB yaitu sebesar 13% (Roesli, 2013).

Data laporan yang dikeluarkan oleh Lembaga SDKI tahun 2007


menunjukkan cakupan ASI eksklusif bayi usia 0-6 bulan sebesar 32%.
Sedangkan laporan SDKI tahun 2012 terdapat peningkatan bayi yang
mendapatkan ASI eksklusif sebesar 42 %. Angka ini jelas di bawah target
WHO yaitu cakupan ASI minimal 50 %. Cakupan pemberian ASI
eksklusif di Indonesia masih dibawah target yaitu pada bayi usia 0-6
bulan dengan angka cakupan 61.5%, sedangkan cakupan ASI eksklusif pada
tahun 2012 sebesar 33.6%, dan tahun 2013 sebesar 54.3%. Cakupan ASI
eksklusif di Jawa Tengah pada tahun 2011 sebesar 45.86%, tahun
2012 sebesar 25.06% dan tahun 2013 sebesar 57.67%, angka tersebut
masih jauh dari target nasional untuk cakupan ASI eksklusif pada tahun
2014 yaitu 80%. Cakupan pemberian ASI eksklusif di Kabupaten Sukoharjo
sebesar 54.73 % dan cakupan pemberian ASI eksklusif di RSUD
Sukoharjo memiliki angka yaitu 39.05%, dimana Dinas Kesehatan Kabu-
paten Sukoharjo menargetkan bayi mendapat ASI eksklusif sebesar 65 %
(Kemenkes, 2014, Pangesti at al., 2015).

Perawatan payudara bertujuan untuk melancarkan sirkulasi darah dan


mencegah tersumbatnya saluran produksi ASI sehingga memperlancar
pengeluaran ASI. Pijat oksitosin adalah pemijatan pada bagian sepanjang
tulang belakang hingga tulang kosta ke 5 dan 6 merupakan usaha untuk
merangsang hormon prolaktin dan oksitosin setelah melahirkan dan dapat
menenangkan ibu, sehingga ASI dapat keluar (Widiyanti, 2014).
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan data subjektif di RSUD Kab Tangerang didapatkan data
selama 1 minggu di paviliun aster didapatkan ibu post section caesarea
berjumlah 22 ibu dan yang megalami kesulitan produksi ASI sebanyak 12
ibu.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Memberikan asuhan keperawatan dan pada pasien post
ceaserean section dengan terapi pijat oksitosin dan brestcare dengan
merangsang pengeluaran ASI.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk Mengetahui pengkajian pasien Post Section Caesarea
2. Untuk Mengetahui Analisa Data pasien Post Section Caesarea
3. Untuk Mengetahui Intervensi pasien Post Section Caesarea
4. Untuk Mengetahui Implementasi pasien Post Section Caesarea
5. Untuk Mengetahui Adanya Perbandingan Pijat Oksitosin dan
Breastcare terhadap pengeluaran ASI
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Instansi Kesehatan
Diharapkan agar pemerintah meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan, agar tercapai derajat kesehatan masyarakat setinggi-
tingginya.
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Untuk menambah bahan bacaan di perpustakaan, sebagai masukan
dan informasi bagi mahasiswa tentang teknik pijat oksitosin dan
brestcare untuk membantu mempelancar pengeluaran ASI.
1.4.3 Bagi Pasien
Untuk membantu pasien memperepat proses penyembuhan dan di
harapkan dengan di berikannya pijat oksitosin dan brestcare dapat
membantu mempelancar pengeluaran ASI.
1.4.4 Bagi Paviliun Aster
Sebagai masukan untuk Bidan khususnya di Paviliun Aster RSU
Kabupaten Tangerang tentang teknik pijat oksitosin dan brestcare
untuk membantu mempelancar pengeluaran ASI
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Sectio Caesarea


2.1.1 Definisi
Sectio caesarea (SC) adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi
dengan berat diatas 500 gram, melalui sayatan pada dinding uterus
yang masih utuh (Prawihardjo, 2010). Sectio caesarea (SC) adalah
suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi pada dinding
abdomen dan uterus (Oxorn & Forte, 2010).
Sectio caesarea (SC) adalah suaut cara untuk melahirkan janin dan
membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut
atau vagina (Mochtar, 2011). Sectio caesarea (SC) adalah suatu cara
melahirkan janin membuat sayatan pada dindinh uterus melalui
dinding perut (Sofian, 2012).
2.1.2 Etiologi
Menurut Mnuaba (2010) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea
adalah ruptur uteri iminem, pendarahan antepartum, ketuban pecah
dini. Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal distres dan janin besar
melebihi 4000 gram. Dari beberapa faktor sectio caesarea terdapat
beberapa penyebab diantara lain:
1. CPD (Cepalo Pelvik Disproportion)
Cepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar
panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang
dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami.
Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang yang
membentuk rongga panggul yang merupakan jalan kelainan atau
panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dan proses
persalinan alami sehingga harus dilakukan tindakan operasi.
Keadaan patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul
menjadi asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi
upnormal.
2. PEB ( Pre-Eklamsi Berat)
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesutuan penyakit yang
langsung disebabkan oleh kehamilan sebab terjadinya masih belum
jelas.
3. KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban Pecah Dini merupakan pecahnya ketuban sebelum
terdapat tanda persalinan dan ditunggu 1 jam belum terjadi inpartu.
Sebagian besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm diatas 37
minggu, sedangkan dibawah 36 minggu.
4. Bayi Kembar
Tidak selama bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini
karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadinya komplikasi
yang lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi
kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang
sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.
5. Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguang pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang
tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan
kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat dan ibu sulit bernafas.
6. Kelainan janin
a. Kelainan pada letak kepala
 Letak kepalatengadah
Bagian terbawah adalahpuncak kepala, pada pemeriksaan
dalam teraba UUB yang paling rendah. Etiologinya
kelainan punggul, kepala bentuknya bundar, anaknya kecil
atau mati, kerusakan dasar panggul.

 Prestansi muka
Letak kepala tegadah (defleksi), sehingga bagian kepala
yang terletak paling rendah ialah muka. Hal ini jarang
terjadi, kira-kira 0,27-0,5%.
 Prestansi dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada
posisi terendah dan tetap paling depan. Pada penempatan
dagu, biasanya dengan sendirinya akan berubah menjadi
letak muka atau letak belakang kepala.
b. Letak sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak
memanjang dengan kepala difundus uteri dan bokong berada
dibagian bawah kavum uteri. Dikenal beberapa jenis beberapa
sungsang, yakni prentasi bokong, presentasi bokong kaki
sempurna, presentasi bokong tidak sempurna dan presentasi
kaki (Saifuddin, 2010)
2.1.3 Patofisiologi
Sectio caesarea merupakan tindakan untuk melahirkan bayi
dengan berat diatas 500 gram dengan sayatan pada dinding uterus
yang masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu distorsi
kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, placenta
previa, untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin
besar dan letak lintang setalah dilakukan SC ibu akan mengalami
adaptasi post partum baik dari aspek fisiologis yaitu produk
axsitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar
hanya sedikit,luka dari insisi akan menjadi post de entris bagi
kuman. Oleh karena itu diberikan antibiotik dan perawatan luka
dengan prinsip steril. Nyeri adalah salah satu utama karena insis
yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman (Hacker, 2011).
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dialkukan anestesi
bisa bersifat regional danumum. Namun anestesi umum lebih
banyak pengaruh terhaadap janin maupun ibu anastesi janin
sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan upnoe yang
tidak dapat diatasi dengan mudah. Akibat janin bisa mati,
sedangkan pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap
tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darh banyak yang keluar.
Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif
akibat sekret yang berlebihan kerena kerja otot nafas silia yang
menutup. Anestesi ini juga mempengaruhi saluranpencernaan
dengan menurunkan mobilitas usus (Jensen, 2012).
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk
lambung akan terjadi proses penghancuran denganbantuan
peristaltik usus. Kemudiaa diserap untuk metabolisme sehingga
tubuh memperoleh energi.akibat dari mortilitas yang menurun
maka peristaltik juga menurun. Makanan yang adadilambung akan
menumpuk dan karena reflek untuk batuk juga menurun. Maka
pasien sangat beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu dipasang
pipa endotracheal. Selain itu motilitas yang menurun juga
berakibat pada perubahan pola emilasi yaitu konstipasi (Mochtar,
2010).
2.1.4 Pemeriksaan Penunjang
 Elektroensefalogram (EEG), untuk membantu menetapkan
jenis dan fokus dari kejang.
 Pemindaian CT, untuk mendeteksi perbedaan kerapatan
jaringan
 Magneti resonance imaging (MRI), menghasilkan bayangan
dengan menggunakan lapangan magnetik dan gelombang
radio, berguna untuk memperlihatkan daerah-daerah otak yang
tidak jelas terlihat bila menggunakan pemindaian CT.
 Pemindaian positron emission tomography (PET), untuk
mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu
menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik atau aliran darah
dalam otak
 Uji laboratoriumm, fungsi lumbal: menganalisis cairan
serebrivaskuler, hitung darah lengkap: mengevaluasi trombosit
dan hematokrit, panel elektrolit, skrining toksik dari serum dan
urin, AGD, kadar kalsium darah, kadar natrium darah, kadar
megnesium darah.
2.1.5 Komplikasi
Infeksi puerperial : kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa
nifas dibagi menjadi (Haenawatiaj, 2012):
a) Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari
b) Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi
dan sakit perut sedikit kembung.
c) Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik
d) Pendarahan : perdarahan banyak bisa terjadi jika pada saat
pembedahan cabang-cabang arteri uterine ikut terbuka atau
karena atonia uteri.
e) Kompikasi-komplikasi lainnya antara lain luka kandung
kencing, embolisme paru yang sangat jarang terjadi. Kurang
kuatnya parut pada dinding uterus,sehingga pada kehamilan
berikutnya bisa terjadi ruptur uteri.
2.1.6 Penatalaksanaan
1. Perawatan awal
2. Diet
3. Mobilisasi
4. Fungsi gastrointestinal
5. Perawatan fungsi kandung kemih
6. Perawatan luka
7. Jika masih terdapat perdarahan
8. Jika terdapat infeksi, berikan antibiotik kombinasi samapi
pasien bebas demam selama 48 jam
9. Analgesik dan obat untuk memperlancar kerja saluran
Pencernaan
2.2 ASI (Air Susu Ibu)
2.2.1 Pengertian ASI
Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan yang dihasilkan oleh sepasang
payudara ibu dengan komposisi yang khas serta spesifik untuk
pertumbuhan dan perkembangan bayi serta nutrisi yang paling tepat
untuk bayi. (Lowdermilk, 2010).
2.2.2 Siklus Laktasi
Menurut astutik (2014), proses pembentukan ASI melalui tahapan-
tahapan berikut ini:
1. Laktogenesis I
Dimulai pada pertengahan kehamilan. Pada fase ini struktur,
duktus dan lobus payudara mengalami proliferasi akibat dari
pengaruh hormon. Akibatnya kelenjar payudara sudah mampu
mensekresi akan tetapi yang disekresi hanya kolostrum.
Walaupun secara struktur kelenjar payudara mampu
mengeluarkan ASI akan tetapi ini tidak terjadi karena hormon
yang berhubungan dengan kehamilan mencegah ASI disekresi.
2. Laktogenesis II
Merupakan permukaan sekresi ASI secara berlebih dan terjadi
pada hari ke-4 post partum. Permulaan sekresi ASI yang
berlebihan terjadi setelah plasenta lahir. Setelah melahirkan
tingkat progestreron menurun secara tajam akan tetapi tidak
sampai mencapai tingkat yang prolaktin tetap tinggi. Pada fase
ini, ibu biasanya merasakaan volume ASI yang berlebihan.
3. Laktogenesis III
Sistem kontrol homon endokrin mengatur produksi ASI selama
kehamilan dan beberapa hari pertama setelah melahirkan.
Ketika prosuksi ASI mulai stabil, sistem kontrol autokrin
dimulai. Pada tahap ini apabila ASI banyak.
2.2.3 Proses Pengeluaran ASI
1. Reflek prolaktin
2. Reflek oksitosin
2.2.4 Faktor yang mempengaruhi produksi dan pengeluaran ASI
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan pengeluaran ASI
terdiri atas:
1. Nutrisi
2. Ketenangan jiwa dan pikiran
3. Penggunaan alat kontrasepsi
4. Perawatan payudara
5. Anatomis payudara
6. Faktor fisiologi
7. Pola istirahat
8. Faktor isapan bayi
9. Berat lahir bayi
10. Umur kehamilan saat melahirkan
11. Insiasi menyusui dini (IMD)
12. Konsumsi rokok dan alkohol
13. Intervensi / tehnik yang merangsang pengeluaran ASI

2.2.5 Proses Pengeluaran ASI

Laktasi melibatkan proses produksi dan pengeluaran ASI.


Produksi ASI sudah dimulai sejak kehmilan, dan pengeluaran ASI
masih dihambat selama masa kehamilan oleh kadar estrogen yang
tinggi. Pada minggu bulan terakhir kehamilan, kelenjar
kelenjar=kelenjar pembuat ASI mulai menghasilkan ASI. Segera
setelah bayi dan placenta lahir, esterogen dan progesterone turun
drastic sehingga kerja prolactin dan oksitosin akan maksimal
sehingga produksi dan pengeluaran ASI akan lancer. Tidak
keluarnya ASI tidak semata karena produksi ASI tidak ada atau
tidak mencukupi, tetapi sering kali produksi ASI cukup namun
pengeluarnnya yang dihambat akibat hambatan sekresi oksitosin
(Saleha, 2010).

Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat


kompleks anatara rangsangan mekanik, saraf dan bermacam
macam hormon. Pengaturan hormone terhadap pengeturan hormon
terhadap pengeluaran ASI terdiri dari produksi ASI prolaktin dan
pengeluaran ASI oksitosin. Proses produksi dan pengeluaran ASI
harus sama sama baiknya. Dengan menyusunkan lebih dini terjadi
perangsangan putting susu, terbentuknya prolactin dan oksitosin
oleh hipofisis, sehinga sekresi ASI semakin lancer (Saleha, 2010)

Dua reflek pada ibu yang sangat penting dalam proses


laktasi yaitu refleks yang masing masing masing berperan dalam
pembentukan dan pengeluaran ASI, yaitu refleks prolactin dan
oksitosin.

1. Refleks prolactin
Sewaktu bayi menyusu, ujung syaraf peraba yang terdapat
pada putting susu terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut
afferent dibawa ke hipotalamus lalu memacu hipofise anterior
untuk mengeluarkan hormon prolactin kedalam darah. Melalui
sirkulasi darah prolactin memacu se=sel alveolus kelenjar
payudara untuk memproduksi ASI. Jumlah prolactin yang
disekresi dan jumlah susu yang diproduksi berkaitan dengan
besarnya stimulasi isapan, yaitu frekuensi, intensitas, dan lama
bayi menghisap.
2. Refleks oksitosin
Rangsangan yang ditimbulkan oleh bayi saat menyusu
selain mempengaruhi hipofise anterior mengeluarkan hormon
prolactin juga mempoengaruhi hipofise posterior mengeluarkan
hormone oksitosin. Dimana setelah dilepas kedalam darah akan
mengacu otot otot polos yang mengelilingi alveolus dan
duktulus berkontraksi sehingga memeras air susu dari alveolus,
duktulus, dan sinus menuju putting susu (Ambarwati, 2010).

2.2.6 Faktor Yang Mempengaruhi Produksi dan Pengeluaran ASI

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan pengeluaran


ASI terdiri atas :
1. Nutrisi
Kualitas dan produksi ASI sangat dipengaruhi oleh
makanan yang dikonsumsi ibu sehari-hari. Kelancaran
produksi ASI akan terjamin apabila makanan yang
dikonsumsi ibu setiap hari cukup akan zat gizi dan
dibarengi pola makan yang teratur. Minum minimal 2-3
liter perhari dalam bentuk air putih susu dan jus buah.
Konsumsi vitamin A 200ribu IU yang juga berfungsi untuk
meningkatkan kualitas ASI serta mengkonsumsi tablet zat
besi selama 40 hari post partum.
2. Ketenangan Jiwa dan Pikiran
Secara psikologis ibu harus senantiasa berfikir
positif dan optimis bias memberikan ASI secara eksklusif.
Jika ibu mengalami stress, pikiran tertekan, sedih dan
tegang, pengeluaran ASI akan terpengaruhi.
3. Penggunaan Alat Kontrasepsi
Ada hal yang harus dipertimbangkan untuk memilih
jenis kontrasepsi yang bias digunakan selama menyusui dan
tidak mempengaruhi produksi ASI. Alat kontrasepsi yang
bisa digunakan selama menyusui antara lain kondom, IUD,
pil KB khusus menyusui, atau suntik hormonal 3 bulan.
4. Perawatan Payudara
Selama proses menyusui sudah seharusnya
dilakukan perawatan payudara supaya tetap bersih dan
terawat. Perawatan yang tepat dan teratur dapat merangsang
produksi ASI. Selain itu, perawatan payudara yang benar
dan terartur akan membuat ibu terhindar dari masalah
ketidaknyamanan selama menyusui.
5. Faktor Fisiologis
Proses produksi ASI di pengaruhi oleh hormon
prolaktin dan oksitosin. Hormone prolaktin menentukan
produksi dan mempertahankan sekresi air susu, sedangkan
hormon oksitosin menyebabkan sel-sel otot disekitar alveoli
dan kontraksi sehingga mendorong air susu masuk
kesaluran penyimpanan.
6. Pola Istirahat
Ibu post partum disarankan tidur siang 1 jam dan
tidur malam sekitar 7-8 jam apabila ibu kurang istirahat,
system kerja hormon akan mengalami kelemahan dalam
menjalankan fungsinya. Dengan demikian pembentukan
dan pengeluaran ASI berkurang.
7. Faktor Isapan Bayi
Semakin sering bayi menyusu produksi dan
pengeluaran ASI akan bertambah. Bila ibu menyusui bayi
jarang dan langsung sebentar maka isapan bayi berkurang
dengan demikian pengeluaran ASI berkurang. Bayi cukup
bulan, frekuensi menyusui sekitar sampai 8-10 x per hari.

2.2.7 Jumlah ASI

Bayi aterm yang tumbuh sehat lahir dengan cadangan


glucogen yang baik dan kadar hormon anti diuretik yang tinggi
sehingga bayi tidak membutuhkan volume susu atau kolostrum
dalam jumlah yang besar segera setelah lahir karena kebutuhan
tersebut telah tersedia secara fisiologis. Pada 24 jam pertama,
bayi membutuhkan sekitar 7ml susu setiap kali menyusu. Pada
24 jam kedua, kebutuhan ASI meningkat menjadi 14ml setiap
kali menyusu. Pada hari ketiga setelah kelahiran, kebutuhan ASI
meningkat hingga 22-30ml setiap kali menyusu (fraser, 2012).

2.2.8 Perbedaan Pijat Oksitosin dan Brestcare Terhadap Jumlah ASI

Ketidaklancaran pengeluaran ASI pada hari-hari pertama


setelah melahirkan dapat disebabkan oleh rangsangan hormone
oksitosin yang sangat berperan dalam kelancaran pengeluaran
ASI. Oksitosin dapat diperoleh dengan berbagai cara baik
melalui oral, intravena, intramuscular, maupun dengan
pemijatan yang merangsang keluarnya hormon oksitosin
(rismawati 2013).

Widuri (2013), mengemukakan bahwa kerja hormon


oksitosin juga sangat dipengaruhi perasaan dan fikiran ibu.
Dengan demikian agar proses menyusui berjalan dengan lancar
maka ibu harus dalam keadaan tenang, nyaman, dan senang saat
menyusui.

Pijat oksitosin merupakan stimulasi yang dapat diberikan


untuk merangsang pengeluaran ASI. Sebagaimana ditulis lund
et all (2012) dalam European Journal of Neuroscience, bahwa
perawatan pijat oksitosin berkurang bisa meningkatkan produksi
hormon oksitosin. Melalui pijat tulang belakang, ibu akan
merasa tenang, rileks, mengurangi rasa nyeri, merileksasi
ketegangan dan menghilangkan stress, sehingga dengan begitu
hormone oksitosin keluar dan ASI cepat keluar. Efek dari pijat
oksitosin itu tersendiri bisa dilihat reaksinya setelah 6-12 jam
pemijatan. Pijatan ini memberikan rasa nyaman pada ibu setelah
mengalami proses persalinan dapat dilakakukan selama 2-3
menit secara rutin 2x dalam sehari. Pijatan ini tidak perlu
dilakukan langsung oleh petugas kesehatan tetapi dapat
dilakukan oleh suami atau keluarga lainnya.
Perawatan payudara (brestcare) juga merupakan
stimulasi yang dapat diberikan yang dapat diberikan untuk
merangsang pengeluaran ASI. Perawatan payudara adalah cara
pemberian rangsangan pada otot-otot payudara untuk
memperlancar ASI yang terdiri atas pembersihan dan
rangsangan putting susu, massase payudara dan kompres
payudara (bahiyatun, 2011).

Penelitian yang dilakukan oleh Lailiyah Afiana (2013)


yang berjudul “efektifitas tindakan perawatan payudara terhadap
pengeluaran ASI pada ibu post partum primipara di RSIA
Srikandi Jember”. Hasil penelitian inimenunjukan bahwa
perawatan payudara efektif terhadap pengeluaran ASI pada ibu
post partum primipara.

Penelitian mengenai brestcare juga dilakukan oleh Asti


Melani Astari (2012) yang berjudul “hubungan payudara dengan
kecepatan sekresi ASI post partum primipara”. Hasil penelitian
menunjukan adanya perawatan payudara akan menyebabkan
sekresi ASI pada ibu post partum cenderung lebih cepat atau
kurang dari 24 jam dengan ( odds ratio ) 11 kali lebih cepat
dibandingkan ibu yang tidak melakukan perawatan payudara.

Berdasarkan teori dan beberapa hasil penelitian tersebut


menunjukan bahwa pijat oksitosin dan brestcare dapat
memberikan dampak positif dalam kelancaran dalam
pengeluaran ASI dan meningkatkan jumlah ASI. Hal ini dapat
mengubah persepsi bahwa asupan ASI yang diterima bayi tidak
cukup. Yang perlu diketahui bahwa berapa banyak bayi
meminum ASI, melainkan apakah bayi sudah mendapatkan ASI
sesuai kebutuhannya.

2.2 Pijat Oksitosin


2.2.1 Pengertian
Pijat oksitosin adalah tindakan yang dilakukan pada ibu
menyusui yang berupa back massage pada punggung ibu untuk
meningkatkan pengeluaran hormon oksitosin (Suherni, 2012).
Pijat oksitosin dilakukan dengan pemijatan tulang belakang
sampai tulang costae ke 5-6 melebar ke scapula yang akan
mempercepat kerja syaraf parasimpatis untuk menyampaaikan
peintah ke otak sehingga penggeluaran hormon oksitosin meningkat
(Desmawati, 2013).
Pijat oksitosin dapat dilakukan segerasetelah ibu
melahirkan bayinya dengan durasi 2-3 menit. Pijat oksitosin dapat
dilakukan setiap saat, lebih disarankan sebelum menyusui atau
memerah ASI, frekuensi pemberianpijatan minimal 2 kali sehari
(Ummah, 2014).
Pengeluaran ASI ini terjadi karena sel otot halus disekitar
alveoli mengerut sehingga memeras ASI untuk keluar. Penyebab
otot-otot itu mengerut adalah suatu hormon yang dinamakan
oksitosin (Bobak, 2011).

2.2.2 Manfaat Pijat Oksitosin

Menurut Widuri (2013), banyak manfaat yang bisa


diperoleh dari melakukan pijat oksitosin, diantaranya yaitu:
1. Menggurangi bengkak payudara/ engorgemen.
2. Mengurangi sumbatan ASI.
3. Merangsang pelepasan hormon oksitosin.
4. Mempertahankan pengeluaran ASI ketika ibu dan bayi sakit.
5. Memberikan kenyamanan pada ibu.

2.2.3 Langkah-langkah Pijat Oksitosin


Menurut Roito (2013), pijat oksitosin dilakukan dengan cara
memijat di area sekitar tulang punggung (vertebrata parsthoracica)
untukmerangsang keluarnya oksitosin. Cara memijat adalah sebagai
berikut:
1. Ibu duduk rileks bersandar ke depan, tangan dilipat diatas meja
dengan kepala diletakan di atasnya.
2. Payudara tergantung lepas tanpa pakaian.
3. Penolong memijat kedua sisi tulang belakang menggunakan
kedua kepalan tangan dengan ibu jari menghadap kedepan.
4. Tekan kuat-kuat membentuk gerakan melingkar kecil-kecil
dengan kedua ibu jari.
5. Pada saat bersamaan, lakukan pemijatan ke arah bawah pada
kedua sisi tulang belakang, dari leher ke arah tulang belikat.
6. Lakukan selama 2-3 menit.

2.3 Breast Care


2.3.1 Pengertian
Breast care merupakan salah satu usaha untuk
memperbanyak ASI dengan melakukan pemijatan atau masase
untuk memberikan rangsangan pada otot-otot payudara/ kelenjar
air susu ibu untuk memperoduksi ASI (Bahiyatun, 2014).
Pelaksanaan perawatan payudara setelah melahirkan
dimulai sedini mungkin, yaitu 1-2 hari setelah bayi dilahirkan.
Perawatan payudara dilakukan 2 kali sehari (Astutik, 2014).
2.4.2 Manfaat breast care
Adapun manfaat perawatan payudara yang dilakukan
setelah melahirkan menurut Kristiyanasari (2011), adalah sebagai
berikut:
1. Untuk menjaga agar payudara tetap terjaga kebersihannya
sehingga terhindar dari berbagai penyakit dari infeksi.
2. Untuk menjaga kelembaban puting susu supaya tidak mudah
lecet.
3. Untuk membantu menonjolkan puting sus, terutama pada
ibuyang puting susunya rata atau tidak menonjol.
4. Menjaga keindahan bentuk payudara.
5. Untuk mencegah kemungkinan terjadinya penyumbatan ASI,
yang jika tidak dicegah dapat mengakibatkan dampak penyakit
yang lebih luas.
6. Untuk meningkatkan produksi ASI.
7. Untuk mendektesi dini apakah terdapat kelainan pada payudara
ibu.

2.4.5 Langkah-langkah Breast Care


1. Sebelum memulai memijat, sebaiknya ibu mencuci kedua
tangan.
2. Mengompres kedua puting dengan kapas yang dibasahi minyak
kelapa atau baby oil selama 2-3 menit.
3. Mengangkat kapas sambil membersihkan puting dengan
melakukan gerakan memutar dari dalam keluar.
4. Dengan kapas baru, bersihkan bagian tegah puting dari sentral
keluar. Apabiladidapat puting inverted (puting tidak
menonjol)lakukan penarikan.
5. Membasahi kedua telapak tangan dengan minyak atau baby oil
secukupnya.
6. Letakkan kedua telapak tangan di antara kedua payudara
dengan ujung-ujung jari menghadap kebawah. Pijatlah dari
tengah ke atas melingkari payudara sambil mengangkat kedua
payudara dan lepaskan keduanya secara perlahan. Ulangi
gerakan 20-30 kali. Variasi gerakan lainnya adalah
menggerakan payudara kiri dengan kedua tangan, ibu jari
berada diatas puting, sementara empat jari lain berada dibawah.
Dengan lembut, lakukan gerakan memeras payudara sambil
meluncur kedua tangan kedepan (ke arah puting). Lakukan
gerakan yang sama pada payudara yang lain.

7. Mengurut payudara dari pangkal payudara kearah puting


memakai genggaman tangan menyeluruh atau ruas-ruas jari.
Sanggalah payudara kiri ibu menggunakan tangan kiri.
Lakukan gerakan kecil dengan dua atau tiga jari tangan kanan,
memulai dari pangkal payudara dan berakhir pada daerah
puting susu dengan gerakan spiral. Lakukan gerakan ini kurang
lebih 20-30 kali.

8. Sangga payudara dengan satu tangan, sedangkan tangan lain


mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah pangkal
payudara ke arah puting susu. Lakukan gerakan ini kurang
lebih 30 kali. Setealah itu, letakkkan satu tangan di sebelah atas
dan satu lagi dibawah payudara. Luncurkan kedua tangan
secara bersamaan kearah puting susu dengan cara memutar
tangan. Ulangi gerakan ini samapi semua bagian apyudara
terkena urutan.
9. Mengompres dan membersihkan payudara dari bekas minyak
dengan menggunakan waslap air hangat bergantian dengan air
dingin, kemudaian diakhiri dengan air hangat selama kurang
lebih 5 menit.
10. Mengeringkan payudara dengan handuk bersih dan kering.
11. Cuci tangan.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

PENKAJIAN NY. S

A. Identitas Klien
 Nama : Ny S
 Umur : 36 tahun
 Agama : Islam
 Pekerjaan : Ibu rumah tangga
 Suku bangsa : Indonesia
 Pendidikan : SMA
 Alamat : Sukabakti, curug
 Diagnosa medis : P3A0, Post Sc 1 hari

B. Identitas Penanggung Jawab


 Nama : Tn A
 Umur : 38
 Agama : Islam
 Pekerjaan : Wiraswasta
 Suku bangsa : Indonesia
 Pendidikan : SMP
 Hubungan dengan klien : Suami
 Alamat : Sukabakti, curug

C. Data Umum Kesehatan


 Status obstetrikus: P3A0

Tipe BB waktu Keadaan bayi Umur


No
persalinan lahir waktu lahir sekarang
Menangis
spontan dan tidak
1 Spontan 3200 gr 12 tahun
ada trauma
persalinan
Menangis
spontan dan tidak
2 Spontan 4000 gr 11 tahun
ada trauma
persalinan
Menangis
Sectio spontan dan tidak
3 3480 gr 1 hari
caesarea ada trauma
persalinan
 Keluhan Utama Saat Pengkajian : Nyeri luka post op sc, ASI belum
keluar
- P : luka jaitan post op sc, sangat terasa saat miring kanan
miring kiri
- Q : seperti teriris-iris pisau
- R : bagian abdomen tidak menjalar
- S:6
- T : tidak menentu
 Masalah prenatal : Mual, muntah, pusing dan
hipertensi
 Riwayat persalinan sekarang : Sectio caesarea
 Riwayat Kesehatan Yang Lalu: Pasien mengatakan memiliki riwayat
asma dan DM
 Riwayat Kesehatan Keluarga : Pasien mengatakan tidak ada
masalah kesehatan pada keluarga
 Riwayat KB : Pasien mengatakan pernah
menggunkan KB suntik
 Rencana KB : Pasien mengatakan memasang IUD

D. Pola Aktivitas Sehari-Hari


Jenis Aktivitas Di Rumah Di Rumah Sakit
1. Pemenuhan nutrisi 1. Nafsu makan 1. Makan 3 kali
meningkat 3 kali sehari 1 porsi
sehari 1 porsi habis, buah,
Minum Habis 400
2. Kebiasaan BAK 4-5 ml
2. Terpasang kateter
2. Eliminasi x/hari
Kebiasaan BAB (500 cc) dan belum
1x/hari BAB
BC : 500 – 450 =
3. Kebiasaan tidur 6-7
-50
jam, tidak pernah
terbangun pada 3. Sering terbangun
malam hari karna merasa
3. Istirahat dan tidur
kurang nyaman
4. Berjalan karena nyeri pada
bagian luka operasi
5. Bersih
4. Pergerakan Sedikit
dibantu
5. Bersih
4. Ambulansi

5. Kebersihan diri

E. Pemeriksan Fisik Post Natal


 Keadaan umum : compos metis, pasien tampak bersih dan terlihat lemes
 Tanda vital
- TD : 160/100 mmHg
- Nadi : 97 x/menit
- Respirasi : 20 x/menit
- Suhu : 36oc
 Kepala
- Inspeksi : tidak ada rambut rontok, tidak ada luka, rambut berwarna
hitam

- Palpasi : tidak ada benjolan maupun luka dan tidak ada nyeri tekan

 Muka
- Inspeksi : tidak ada luka, tidak ada lesi, muka tampak pucat,
konjungtiva tidak pucat, sclera normal.

- Palpasi : tidak edema dan tidak ada nyeri tekan

 Leher
- Inspeksi : simetris tidak ada luka, tidak ada lesi
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran tiroid maupun
pembesaran kelenjar getah bening

 Dada (jantung, paru, payudara)


- Jantung
Inspeksi : tidak ada pelebaran ictus cordis
Aukultasi : BJ I dan II (lub dup)
- Paru-paru
Inspeksi : pengembangan dada simetris dan tidak ada luka
Auskultasi : suara napas normal, tidak terdengar suara nafas tambahan
Perkusi : sonor
- Payudara
Inspeksi : payudara tampak simetris, areola menghitam, klien
mengatakan belum ada asi keluar
Palpasi : Payudara tidak bengkak

 Abdomen
Inspeksi : teraba

- Diastasis rectus abdominis (ukuran): 2 cm x 5 cm


- Uterus (tinggi, posisi, kontraksi) : tinggi dua jari dibawah pusat,
kontraksi uterus teraba keras
 Perineum
- Utuh, episiotomi, rupture: tidak ada
- REEDA sign: tidak ada
- Kebersihan : bersih
Genitalia Jumlah Warna 4 Nyeri Bau
 Perdarahan 120 cc Merah segar Cair Tidak khas
pervagina ada

 Fluor albus Tidak Tidak ada Tidak ada Tidak Tidak


ada ada ada
 Lochea 120 cc Rubra Cair Tidak khas
ada
 Luka Tidak Tidak ada Tidak ada Tidak Tidak
episiotomy ada ada ada
 Pemasangan 500 cc Kuning Cair Tidak Khas
kateter ada

 Hemoroid : tidak ada


 Varises : tidak ada
 Homan’s sign : tidak ada nyeri
 Ekstremitas atas : tidak ada edema dan varises
 Ekstremitas bawah : tidak ada edema dan varises
F. Pemeriksaan Psikososial
 Konsep diri : pasien dapat menyelesaikan masalah yang dialami
 Peran diri : pasien sebagai seorang istri
 Identitas diri : pasien sebagai seorang ibu
 Harga diri : pasien mengatakan akan menjadi ibu yang lebih
baik lagi untuk anak-anaknya
 Pengetahuan tentang perawatan diri/luka/penyakit : pasien belum
banyak tahu tentang merawat luka post op SC
G. Pemeriksaan Penunjang
- Hasil Pemeriksaan Pre Operasi
Tanggal Jenis pemeriksaan Hasil
24-12-2019 Urinalisa

- Warna Kuning (kuning)


- Kekeruhan
- Leukosit Agak keruh (kuning)
- Nitrat
- Urobilirogen Negatif (negatif)
- Protein
- PH Negatif (negatif)
- Darah
- Berat jenis Negatif (negatif)
- Keton
- Bilirubin Positif (negatif)
- Glukosa
6,5 (4,5-8)

Positif (negatif)

1,010 (1,003-1,030)

Positif (negatif)

Negatif (negatif)

Negatif (negatif)

25-11-2019 Hematologi 11,7 ( 11,7-15,5)

- Hemoglobin 16.39 (3.60-11,0)


- Leokosit
- Hematokrit 34 (35-47)
- Trombosit
224 (140-440)
25-11-2019 - Pendarahan (BT) 2(1-3)

- Pembekuan (CT) 12 (8-18)

H. Analisa data: data, masalah


No Data focus Masalah Keperawatan
1. DS : Domain 12 : Kenyamanan

- Pasien mengatakan nyeri pada area Kelas 1 : Kenyamanan fisik


post operasi
00132 Nyeri Akut
P : Luka jahitan post operasi dan sangat
dirasakan saat miring kanan miring
kiri

Q : Seperti teriris-iris pisau


R : Bagian abdomen, tidak menjalar

S : Skala 6

T: Tidak Menentu

DO : Pasien tampak meringis kesakitan


2. DS : Domain 4 :
Aktivitas/Istirahat
- Pasien mengatakan tidak bisa
melakukan aktivitas karena nyeri Kelas 2 :
pada luka operasi Aktivitas/Olahraga

DO : 00085 : Hambatan
Mobilitas Fisik
- Klien tampak kesulitan dalam
beraktivitasKlien tampak meringis
Kesakitan

DS : Domail 2 : Nutrisi

- Pasien mengatakan ASI nya Kelas 1 : Makan


belum keluar dan ingin sekali
00106 Kesiapan
memberikan bayinya ASI
Meningkatkan Pemberian
DO : ASI

- Belum ada ASI yang keluar dari


payudara pasien

I. Daftar diagnosa keperawatan


1. Nyeri akut
2. Hambatan Mobiltas Fisik
3. Kesiapan meningkatkan pemberian ASI
J. Rencana tindakan keperawatan: No Dx, tujuan, intervensi, rasional
Nama pasien : Ny S Ruangan : Aster

No RM : 002439**

Diagnosa Keperawatan NOC NIC


Domain 12 : kenyaman Setelah dilakukan Domain 1 : Fisiologi Dasar
tindakan keperawatan
Kelas 1 : kenyamanan Kelas E : Peningkatan
manajemen nyeri
fisik kenyamanan fisik
selama kurang dari 1
00132 Nyeri Akut jam diharapkan nyeri 1400 Manajemen Nyeri
akkut dapat teratasi - Lakukan pengkajian
dengan kriteria hasil : nyeri kompherensif yang

Domain V : Kondisi meliputi lokasi,

kesehatan yang karakteristik, durasi,

dirasakan frekuensi, kualitas,


intensitas atau beratnya
Kelas V : Status Gejala
nyeri dan faktor pencetus
- Ajarkan prinsip-prinsip
2102 Tingkat Nyeri
manajemen nyeri
210201 nyeri yang - Kolaborasi obat nyeri
dilaporkan (3-4) yang optimal dengan
analgesic
210210 Frekuensi nafas
(3-4)

210211 Denyut jantung


apical (3-4)

210220 Denyut nadi


radial (3-4)
Domain 4 : Setelah dilakukan Domain 1 : Fisiologi Dasar
Aktivitas/Istirahat tindakan keperawatan
Kelas A : Manajemen
selama 31-45 menit
Kelas 2 : Aktivitas dan Latihan
diharapkan penurunan
Aktivitas/Olahraga
curah jantung dapat 0180 Manajemen Energi
00085 : Hambatan teratasi dengan kriteria
- Monitor lokasi dan
Mobilitas Fisik hasil : sumber ketidaknyamanan
- Monitor tanda-tanda vital
Domain I : Fungsi - nyeri yang dialami
Kesehatan pasien selama aktivitas
- Tentukan jenis dan
Kelas A: Pemeliharaan
banyaknya aktivitas yang
Energi
dibutuhkan untuk
0005 Toleransi menjaga kesehatan
- Berikan pendidikan
terhadap aktivitas
kesehatan mengenai
000504 Tekanan darah teknik mobilisasi
sistolik (3-4)

000505 Tekanan darah


diastolik (3-4)

000502 Frekuensi Nadi


(3-4)

000522 Kemudahan
dalam melakukan
aktivitas
Domain 2 : Nutrisi Setelah dilakukan Domain 1 : Fisiologis Dasar
tindakan keperawatan
Kelas 1 : Makan kelas E : Peningkatan
selama 31-45 menit
kenyamanan fisik
00106 Kesiapan diharapkan kesiapan
meningkatkan pemberian meningkatkan 1480 Pemijatan
ASI pemberian asi dapat - Kaji keinginan pasien
teratasi dengan kriteria untuk dilakukan
hasil : pemijatan oksitosin
- Tempatkan pada posisi
Domain IV :
yang nyaman untuk
Pengetahuan tentang
memfasilitasi pemijatan
kesehatan dan prilaku - Pijat secara terus

Kelas S : Pengetahuan menerus, halus, dengan

tentang kesehatan punggung tangan


- Monitor putting susu
1800 Pengetahuan :
Menyusui

180002 fisiologi laktasi


(2-4)

180012 evaluasi
putting susu (2-4)

180010 tanda-tanda
pasokan asi yang
memadai (2-4)
K. Catatan tindakan dan perkembangan keperawatan
Nama pasien : Ny. S Ruangan : Aster

No RM : 002439**

Diagnosa
Tgl/jam Implementasi Evaluasi (SOAP) Paraf
Keperawatan
1. Nyeri Akut Selasa - Melakukan pengkajian nyeri S : Pasien mengatakan
kompherensif yang meliputi nyeri pada area post
26-11-19
lokasi, karakteristik, durasi, operasi, skala 6 nyeri
frekuensi, kualitas, intensitas tidak menentu
atau beratnya nyeri dan faktor
O : Pasien tampak
pencetus
- Mengajarkan relaksasi nafas
meringis kesakitan

dalam A : Masalah nyeri


- Berikan posisi pasien
senyaman mungkin akut belum teratasi
- Berkoaborasi dengan tenaga
P : Lanjutkan
kesehatan lain obat nyeri yang
intervensi
optimal dengan analgesik
memberikan (ketorolac) - Pemberian obat
analgesik
- Monitor skala
nyeri
- Ajarkan teknik
relaksasi nafas
dalam
2. Hambatan Selasa - Memonitor lokasi dan sumber S : pasien mengatakan
Mobilitas 26-11-19 ketidaknyamanan/ nyeri yang tidak dapat melakukan
Fisik dialami pasien selama aktivitas aktivitas secara
- Menentukan jenis dan
mandiri karena nyeri
banyaknya aktivitas yang
post op
dibutuhkan untuk menjaga
kesehatan O : pasien tampak
- Memberikan pendidikan meringis kesakitan
kesehatan mengenai teknik dan tampak tirah
mobilisasi baring

A : Masalah belum
teratasi

P : intervensi
dilanjutkan

- Monitor TTV
- Monitor
mobilisasi
- Lakukan terapi
relaksasi nafas
dalam

3. Kesiapan Selasa - Memberikan informasi S : Pasien mengatakan


Meningkatkan mengenai manfaat menyusui sudah mengetahui
26-11-19
Pemberian baik fisiologi maupun manfaat ASI, namun
ASI psikologis asinya belum keluar
- Mengintruksikan pada ibu
untuk melakukan perawatan O : Pasien tampak
putting susu menyusui bayi tapi
- Memberikan informasi tentang asinya belum keluar
makanan untuk ibu menyusui
- Mendiskusikan strategi yang A : Masalah kesiapan
bertujuan untuk meningkatkan
mengoptimalkan suplai ASI pemberian ASI belum
(pijat oksitosin) teratasi
- Menjelaskan tanda bahwa bayi
P : Intervensi
membutuhkan makan
dilanjutkan
(menghisap)
- Melakukan pemijatan oksitosin - lakukan pijat
untuk memperlancar asi oksitosin
1. Nyeri Akut Rabu - Melakukan pengkajian nyeri S : Pasien mengatakan
kompherensif yang meliputi nyeri sudah menurun
27-11-19
lokasi, karakteristik, durasi, pada luka jahitan post
frekuensi, kualitas, intensitas operasi dengan skala 5
atau beratnya nyeri dan faktor
O : Pasien tampak
pencetus
- Memberikan posisi pasien meringis kesakitan di
senyaman mungkin bagian abdomen
- Berkolaborasi dengan tenaga
A : Masalah akut
kesehatan lain memberi obat
belum teratasi
nyeri yang optimal dengan
analgesik (ketorolac) P : Lanjutkan
intervensi

- Monitor skala
nyeri
- Pemberian obat
analgesik

2. Hambatan Rabu - Memonitor lokasi dan sumber S : Pasien mengatakan


Mobilitas ketidaknyamanan/ nyeri yang sudah dapat
27-11-19
Fisik dialami pasien selama aktivitas melakukan mika miki
- Menentukan jenis dan
banyaknya aktivitas yang O : Pasien tampak
dibutuhkan untuk menjaga masih meringis

kesehatan kesakitan
- Memberikan pendidikan
A : Masalah teratasi
kesehatan mengenai teknik
sebagian
mobilisasi
P : Intervensi
dilanjutkan

- Monitor TTV
- Lakukan terapi
relaksasi nafas
dalam

3. Kesiapan Rabu - Memberikan informasi S : Pasien mengatakan


Meningkatkan mengenai manfaat menyusui sudah mengetahui
27-11-19
Pemberian baik fisiologi maupun manfaat ASI dan
ASI psikologis mengetahui makanan
- Mengintruksikan pada ibu
apa saja yang
untuk melakukan perawatan
dibutuhkan ibu
putting susu
mneyusui namun ASI
- Memberikan informasi
yang keluar masih
mengenai kebutuhan makanan
sangat sedikit
yang dibutuhkan ibu menyusui
- Menjelaskan tanda bahwa bayi
O : Pasien tampak
membutuhkan makan
menyusui bayi tapi
(menghisap)
- Melakukan pemijatan oksitosin ASInya keluar hanya
untuk memperlancar ASI sedikit

A : Masalah kesiapan
meningkatkan
pemberian ASI
sebagian teratasi, ASI
yang keluar hanya 2
cc

P : Intervensi
dilanjutkan

- Lakukan pijat
oksitosin

1. Nyeri Akut Kamis - Melakukan pengkajian nyeri S : Pasien mengatakan


28-11-19 kompherensif yang meliputi sakit berkurang dari
lokasi, karakteristik, durasi, sebelumnya dengan
frekuensi, kualitas, intensitas skala 3
atau beratnya nyeri dan faktor
O : Pasien masih
pencetus
- Mengajarkan relaksasi nafas tampak kesakitan
dalam A : Masalah nyeri akut
- Berkolaborasi dengan tenaga
belum teratasi
kesehatan lain dengan
memberikan obat analgesik P : Intervensi

(ketorolac) dihentikan
2. Hambatan Kamis - Memonitor lokasi dan sumber S : Pasien mengatakan
Mobilitas 28-11-19 ketidaknyamanan/ nyeri yang sudah dapat
Fisik dialami pasien selama aktivitas melakukan aktivitas
- Menentukan jenis dan
banyaknya aktivitas yang O : Pasien sudah tidak
dibutuhkan untuk menjaga tampak meringis
kesehatan A : Masalah teratasi
- Memberikan pendidikan
kesehatan mengenai teknik P : Intervensi

mobilisasi dihentikan
3. Kesiapan Kamis - Mengintruksikan pada ibu S : Pasien mengatakan
Meningkatkan 28-11-19 untuk melakukan perawatan sudah mengetahui
Pemberian putting susu manfaat ASI dan
- Memberikan informasi agar
ASI mengetahui makanan
terus mengkonsumsi makanan
apa saja yang
yang dibutuhkan oleh ibu
dibutuhkan ibu
menyusui
menyusui namun ASI
- Menjelaskan tanda bahwa bayi
yang keluar masih
memburuhkan makan
belum banyak
(menghisap)
- Melakukan pemijatan oksitosin
O : pasien tampak
pada pasien untuk
menyusui bayi tapi
memperlancar ASI
ASInya keluar hanya
sedikit
A : masalah kesiapan
meningkatkan
pemberian ASI
sebagian teratasi, ASI
yang keluar hanya 3
cc

P : Intervensi
dihentikan

PENGKAJIAN NY. P

A. IdentitasKlien
- Nama : Ny.P
- Umur : 19 tahun
- Agama : Islam
- Pekerjaan : Pegawai Swasta
- Suku bangsa : Indonesia
- Pendidikan :SMA
- Alamat :Kp.Baru Rt 004/006 Desa.Cisauk,
Kec.Cisauk
- Diagnosa medis : P1A0 Post SC 1 hari
B. Identitas Penanggung Jawab
- Nama : Tn A
- Umur : 20 tahun
- Agama : Islam
- Pekerjaan : Wiraswasta
- Sukubangsa : Indonesia
- Pendidikan : SMA
- Hubungan dengan klien : Suami
- Alamat : Kp.Sampora Rt 002/002 Desa Sempora
Kec.Cisauk

C. Data Umum Kesehatan


a. Status obstetrikus: P1 A0
Tipe BB waktu Keadaan bayi
No Umur sekarang
persalinan lahir waktu lahir
Menangis
Sectio spontan dan tidak
1 2750 Gr 1 hari
caesarea ada trauma
persalinan

b. Keluhan Utama Saat Pengkajian : nyeri luka post op


P: luka jahitan post operasi dan sangat dirasakan saat miring kanan
miring kiri
Q: seperti terisi-iris pisau
R: bagian abdomen tidak menjalar
S: skala 6
T: tidak menentu
c. Masalah prenatal : Mual, muntah dan sakit kepala
d. Riwayat persalinan sekarang : Sectio caesarea
e. Riwayat Kesehatan Yang Lalu : Tidak Ada Riwayat
f. Riwayat Kesehatan Keluarga : Tidak Ada Riwayat
g. Riwayat KB : Tidak ada riwayat
h. Rencana KB : Klien mengatakan sudah terpasang
IUD

D. Pola Aktivitas Sehari-Hari

Jenis aktivitas Di rumah Di rumah sakit


½
1. Pemenuhan Makan 3 kali sehari dengan Pasien baru makan porsi dan
nutrisi lauk pauk dan sayuran, minum 2 gelas setelah operasi
minum 4-6 gelas/hari

Kebiasaan BAK 4-5 x/hari


Kebiasaan BAB 1x/hari Saat dikaji pasien BAK melalui
2. Eliminasi
Kebiasaan tidur 6-7 jam, selang kateter dan belum BAB
tidak pernah terbangun pada Pasien dapat beraktivitas dengan
3. Istirahat malam hari bantuan keluarga dan pasien
dan tidur mengalami gangguan tidur
Berjalan
karena nyeri pada luka operasi
Bersih
Miring kanan, miring kiri dan
berjalan
4. Ambulansi
Bersih

5. Kebersihan
diri

E. Pemeriksan Fisik Post Natal


- Keadaan umum : Compos metis, pasien tampak bersih dan terlihat lemas
- Tanda vital
- TD : 110/60 mmHg
- Nadi : 98 x/menit
- Respirasi : 20 x/menit
- Suhu : 36oc

- Kepala : Rambut lurus, hitam, panjang sebahu, tidak beruban, tidak ada
luka
- Muka : Simetris, tampak menahan nyeri, muka pucat, konjungtiva tidak
pucat, sclera normal
- Leher : Tidak ada luka, tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran tiroid
- Dada (jantung, paru, payudara)
- Jantung : Bentuk dada tampak simetris dan bunyi jantung normal
- Paru-paru : Pengembangan dada simetris dan tidak terdengar suara
nafas tambahan
- Payudara : ASI keluar sekitar 1sdm ketika puting di tekan
- Abdomen
- Diastasis rectus abdominis (ukuran): 2cm x 5cm
- Uterus (tinggi, posisi, kontraksi): tinggi dua jari di bawah pusat
kontrakti uterus, teraba keras atau posisi medial
- Perineum
- Utuh, episiotomi, rupture: tidak ada
- REEDA sign: tidak ada
- Kebersihan: bersih
Genitalia Jumlah Warna Konsistensi Nyeri Bau
 Perdarahan 100cc Merah Cair Tidak
Khas
pervagina kehitaman ada

 Fluor albus Tidak Tidak ada Tidak ada Tidak


ada ada
Tidak
ada

 Lochea 120 cc Rubra Cair Khas


Tidak
ada

 Luka episiotomi Tidak Tidak ada Tidak ada Tidak Tidak


ada ada ada
 Pemasangan 400cc Kuning Cair Tidak
Khas
kateteris ada

- Hemoroid : Tidak ada


- Varises : Tidak ada
- Homan’s sign : Tidak ada nyeri
- Ekstremitas ata : tidak ada edema dan varises
- Ekstremitas bawah : tidak ada edema dan varises

F. Pemeriksaan Psikososial
 Konsep diri : pasien tidak dapat menyelesaikan masalah sendiri
 Peran diri : pasien sebagai seorang istri
 Identitas diri : pasien sebagai seorag ibu
 Harga diri : pasien mengatakan akan belajar menjadi ibu yang baik
untuk anak-anaknya
 Pengetahuan tentang perawatan diri / luka / penyakit : pasien belum tau
banyak tentang merawat luka post op sc

G. Pemeriksaan Penunjang
25 November 2019
Hematologi Jenis pemeriksaan Hasil
Hemoglobin Darah 10,3 g/dl
Leukosit Darah 11,09 ul
Hematokrit Darah 32%

H. Analisa data :
No Data fokus MasalahKeperawatan
1. DS : - klien mengatakannyeripada Domain 12 : krnyamanan
area post operasi
Kelas 2 : kenyamanan fisik
P : luka jahitan post operasi dan
00132 : nyer akut
sangat dirasakan saat miring
kanan miring kiri

Q : seperti teriris-iris pisau

R : bagian abdomen, tidak


menjalar

S:6

T : tidak menentu

DO : - klien tampak meringis


kesakitan
2. DS : Pasien mengatakan asinya Domain 2 : nutrisi
tidak keluar
Kelas 1 : makan
DO :-Payudara teraba kencang
00106 : kesiapan meningkatkan
- terdapat gumpalan asi pada pemberian ASI
saat payudara pasien diraba
3 DS : Klien mengatakan senang Domain 7 : hubungan peran
dengan keliahiran anak
Kelas 1 : Peran Pemberi Asuhan
pertamanya
00164 Kesiapan Peningkatan
DO : klien tampak gembira dengan
Menjadi Orang Tua
kelahiran anak pertamanya

I. Daftar diagnose keperawatan


1. Nyeri akut
2. Ketidakcukupan produksi asi
3. Kesiapan peningkatan menjadi orang tua
J. Rencana tindakan keperawatan: No Dx, tujuan, intervensi, rasional

Nama pasien : Ny. P Ruangan : Aster

No RM : 00243954

No Diagnosa NOC NIC


Domain 12 : Setelah dilakukan Domain 1 fisiologi dasar
kenyamanan asuhan keperawatan
kelas E peningkatan
selama 60 menit
Kelas 1 : kenyamanan kenyamanan fisik
diharapkan nyeri akut
fisik
teratasi degan kriteria 1400 manajemen nyeri
00123 Nyeri akut hasil :  Lakukan pengkajian

Domain V : kondisi nyeri yang

kesehatan yang kompherensif yang

dirasakan meliouti lokasi ,


karakteristik, durasi,
Kelas V : status gejala
frekuensi, kualitas,
2102 : tingkat nyeri intensitas atau
beratnya nyeri dan
210201 : nyeri yang
faktor pencetus
dilaporkan (3-4)
 Ajarkan prinsip-
210210 : frekuensi prinsip manajemen
nafas (3-4) nyeri
 Kolaborasi obat nyeri
210211 : denyut
yang optimal dengan
jantung apical (3-4)
analgesic
 Ajarkan tekhnik
210220 : denyut nadi
relaksasi nafas dalam
radil (3-4) untuk mengurangi
nyeri

Domain 2 : nutrisi Setelah dilakukan Domain 5 : Keluarga


asuhan keperawatan
Kelas 1 : makan Kelas W : Perawatan
selama 31-45 menit
melahirkan
00106 : Kesiapan diharapkan kesiapan
Meningkatkan meningkatkan 6930 : Perawatan Post
Pemberian ASI pemberian ASI dapat Partum
teratasi dengan kriteria - Monitor tanda-tanda
hasil : vital

Setelah dilakukan - Periksa suhu dan


asuhan keperawatan warna payudara serta
selama 40 menit kondisi putting
masalah teratasi
- Ajarkan pasien
dengan kriteria hasil :
mengenai perubahan
Domain IV : yang terjadi pada
pengetahuan tentang payudara
kesehatan dan perilaku

Kelas S : Pengetahuan
promosi kesehatan

1819 pengetahuan :
perawatan bayi

181903 memeganag
bayi yang tepat (3-4)

181906 membedong
(3-4)

181910 teknik
pemberian makan bayi
3-4

181913memandikian
bayi 3-4

181914 perawatan tali


pusat

Domain 7 : hubungan Setelah dilakukan Domain 5 : Keluarga


Kelas Z : Perawatan
peran tindakan keperawatan
Membesarkan Anak
pendidikan orang tua :
Kelas 1 : peran 5568 : Pendidikan Orang
bayi selama 15-30
pemberi asuhan Tua : Bayi
menit dengan kriteria - Tentukan
00164 kesiapan hasil yang diharapkan : pengetahuan,
peningkatan menjadi kesiapan dan
Domain 3 : kes
orang tua kemampuan
psikososial
orangtua dalam
Kelas P : Interaksi belajar mengenai
sosial perawatan bayi
- Ajarkan orang tua
1500 : Kelekatan orang
tua – bayi keterampilan dalam
merawat bayi yang
150003 persiapan bayi
baru lahir
sebelum kelahiran - Motivasi orang tua
150006 menyentuh, untuk memegang,
membelai, dan memeluk, memijat,
menepuk bayi dan menyentuh bayi
(kelekatan orang tua
150012 menggunakan
dan bayi)
kontak mata

K. Catatan tindakan dan perkembangan keperawatan

Nama pasien : Ny.P Ruangan : Aster

No RM : 00243954

No Diagnosa Tgl/jam Implementasi Evaluasi (SOAP) Paraf


1. Nyeri Akut Selasa 26-11- - Melakukan S: Klien mengatakan
2019 pengkajian nyeri nyeri pada
kompherensif area post
yang meliputi operasi skala
lokasi, 6
karakteristik,
O: Klien tampak
durasi, frekuensi,
meringis
kualitas, inensitas
kesakitan
atau beratnya
nyeri dan faktor A: Masalah nyeri
pencetus akut belum teratasi

-Mengajarkan P: Lanjutkan
teknik relaksasi intervensi
nafas dalam
-Pemberian obat
- Berikan posisi analgesik
senyaman
-Monitor skala nyeri
mungkin

-Berkolaborasi
dengan tenaga
kesehatan lain
obat nyeri yang
optimal dengan
analgesik
memerikan
(ketorolac)
2. Kesiapan Selasa 26-12- - S:Pasien
meningkatkan 2019 Menginstruksikan mengatakan
pemberian ASI pasien untuk asinya keluar
merawat payudara sedikit
dan puting susu
O: Payudara pasien
-Menjelaskan tampak bengkak dan
tanda bahwa bayi terdapat gumpalan
membutuhkan asi pada saat
makan (asi) payudara pasien
diraba dan asi yang
-mendiskusikan
keluar 1 sdm
strategi yang
bertujuan untuk A: Masalah belum
mengoptimalkan teratasi
suplai asi (breast
P: Lanjutkan
care)
intervensi

-Melakukan
perawatan payudara
(Breast care)
3. Kesiapan Selasa 26-12- - Menentukan S: Klien mengatakan
peningkatan 2019 pengetahuan, senang dengan
menjadi orang kesiapan dan anak
tua kemampuan pertamanya
orangtua dalam
O: Klien tampak
belajar
gembira dengan
mengenai
kelahiran anak
perawatan bayi
- Mengajarkan
pertamanya

orang tua A: Masalah belum


keterampilan teratasi
dalam merawat
P: Lanjutkan
bayi yang baru
intervensi
lahir
- Memotivasi -Mengajari klien
orang tua teknik menyusui
untuk yang benar
memegang,
memeluk,
memijat, dan
menyentuh
bayi (kelekatan
orang tua dan
bayi)

1. Nyeri Akut Rabu 27-11- S: Klien


2019 -Melakukan mengata
pengkajian nyeri kan
kompherensif nyeri
yang meliputi pada
lokasi, area post
karakteristik, operasi
durasi, frekuensi, skala 6
kualitas, inensitas
O: Klien
atau beratnya
tampak
nyeri dan faktor
meringis
pencetus
kesakita
-Mengajarkan n
teknik relaksasi
A: Masalah
nafas dalam
nyeri akut
- Berikan posisi belum teratasi
senyaman
P: Lanjutkan
mungkin
intervensi
-Berkolaborasi
-Pemberian
dengan tenaga
obat analgesik
kesehatan lain
obat nyeri yang -Monitor skala
optimal dengan nyeri
analgesik
memerikan
(ketorolac)

2. Kesiapan Rabu 27-11- - Memonitor S:Pasien


meningkatkan mengatakan
pemberian ASI 2019 tanda-tanda vital asinya tidak
keluar
TD : 100/90
O:Payudara
N : 87 x/menit
pasien
Suhu : 36,4 tampak

RR : 20 x/menit bengkak
dan terdapat
Melakukan
gumpalan
perawatan
asi pada
payudara
saat
(breastcare)
payudara
pasien
diraba dan
asi yang
keluar 5 cc

A: Masalah
belum
teratasi

P:Lanjutkan
intervensi
perawatan
payudara
(Breast
care)
3. Kesiapan Rabu 27-11- - - Menentukan S: Klien
peningkatan 2019 pengetahuan, mengata
menjadi orang kesiapan dan kan
tua kemampuan senang
orangtua dalam dengan
belajar anak
mengenai pertama
perawatan bayi nya
- Mengajarkan
orang tua O: Klien

keterampilan tampak

dalam merawat gembira

bayi yang baru dengan

lahir kelahira
- Memotivasi n anak
orang tua pertama
untuk nya
memegang,
A: Masalah
memeluk,
belum
memijat, dan
teratasi
menyentuh
bayi (kelekatan P: Lanjutkan

orang tua dan intervens

bayi) i

-Mengajari
klien
teknik
menyusu
i yang
benar

1. Nyeri Akut Kamis 28-11- S: Klien


2019 mengata
-Melakukan
kan
pengkajian nyeri
nyeri
kompherensif
yang meliputi pada
lokasi, area post
karakteristik, operasi
durasi, frekuensi, skala 6
kualitas, inensitas
O: Klien
atau beratnya
tampak
nyeri dan faktor
meringis
pencetus
kesakita
-Mengajarkan n
teknik relaksasi
A: Masalah
nafas dalam
nyeri akut
- Berikan posisi belum teratasi
senyaman
P: Hentikan
mungkin
intervensi
-Berkolaborasi
dengan tenaga
kesehatan lain
obat nyeri yang
optimal dengan
analgesik
memerikan
(ketorolac)

2. Kesiapan Kamis 28-11- - Memonitor S: Pasien


meningkatkan 2019 tanda-tanda vital mengata
pemberian ASI kan
TD : 120/80
asinya
N : 89 x/menit sudah
Suhu : 36,0 keluar

RR : 19 x/menit O: Payudara
pasien
Melakukan
tampak
perawatan
bengkak
payudara
dan asi
(breastcare)
terdapat
10 cc

A:Masalah
sudah
teratasi

P:Hentikan
intervensi
3. Kesiapan Kamis 28-11- - Menentukan S: Klien
peningkatan 2019 pengetahuan, mengata
menjadi orang kesiapan dan kan
tua kemampuan senang
orangtua dalam dengan
belajar anak
mengenai pertama
perawatan bayi nya
- Mengajarkan
orang tua O: Klien

keterampilan tampak

dalam merawat gembira

bayi yang baru dengan

lahir kelahira
- Memotivasi n anak
orang tua pertama
untuk nya
memegang, A: Masalah
memeluk, belum
memijat, dan teratasi
menyentuh
P: Hentikan
bayi (kelekatan
intervens
orang tua dan
i
bayi)

BAB IV

ANALISA JURNAL

4.1 Aplikasi Jurnal

Ny S (P3A0, usia 36 thn) Ny P (P1A0, usia 19 thn)


HARI PERTAMA HARI PERTAMA
- Payudara - Payudara
Inspeksi : Payudara tampak Inspeksi : Payudara tampak
simetris, areola menghitam, simetris, areola menghitam,
produksi ASI tidak keluar produksi ASI keluar
Palpasi : Payudara tidak Palpasi : Payudara bengkak,
bengkak, tidak kencang/keras kencang/keras dan adanya
dan ASI tidak menggumpal pengumpalan ASI.
Diberikan intervensi pijat Diberikan intervensi breastcare
oksitosin 1x/hari 1x/hari

- Pengeluaran ASI - Pengeluaran ASI


Tidak keluar ASI Dalam waktu 24 jam ASI yang
keluar sebanyak 1 sdm

HARI KEDUA HARI KEDUA


- Payudara - Payudara
Inspeksi : Payudara tampak Inspeksi : Payudara tampak
simetris, areola menghitam, simetris, areola menghitam,
produksi ASI keluar produksi ASI keluar.
Palpasi : Payudara tidak Palpasi : Payudara bengkak,
bengkak, tidak kencang/keras kencang/keras dan adanya
dan ASI tidak menggumpal pengumpalan ASI.
Diberikan intervensi pijat Diberikan intervensi breastcare
1x/hari 1x/hari

- Pengeluaran ASI oksitosin - Pengeluaran ASI


Dalam waktu 24 jam Dalam waktu 24 jam
pengeluaran ASI sebanyak 1 cc pengeluarah ASI sebanyak 5 cc
di ukur menggunakan spuit 10 di ukur dengan spuit 10 cc
cc

HARI KETIGA HARI KETIGA


- Payudara - Payudara
Inspeksi : Payudara tampak Inspeksi : Payudara tampak
simetris, areola menghitam, simetris, areola menghitam,
produksi ASI keluar produksi ASI keluar.
Palpasi : Payudara tidak Palpasi : Payudara bengkak,
bengkak, tidak kencang/keras kencang/keras dan adanya
dan ASI tidak menggumpal pengumpalan ASI.
Diberikan intervensi pijat Diberikan intervensi breastcare
oksitosin 1x/hari 1x/hari

- Pengeluaran ASI - Pengeluaran ASI


Dalam waktu 24 jam Dalam waktu 24 jam
pengeluaran ASI sebanyak 3 pengeluaran ASI sebanyak 10
cc di ukur menggunakan spuit cc di ukur menggunakan spuit
10 cc 10 cc

4.2 Kaitkan Antara Jurna dan Aplikasi


Hasil dari penerapan pijat oksitosin dan breastcare untuk merangsang
pengeluaran ASI diperoleh bahwa adanya perbedaan antara Ny S dan Ny P
yang dilakukan pijat oksitosin dan breastcare dengan pengeluaran ASI. Pada
hari pertama pengeluaran ASI Ny S tidak keluar sedangkan pada Ny P pada
hari pertama Pengeluaran ASI sebanyak 1 sdm, Pada hari kedua pengeluaran
ASI Ny S 1cc, dan pada hari kedua pengeluaran asi Ny P 5cc. Pada hari ke
3 pengeluaran asi Ny S keluar 3cc, dan pada hari ke 3 pengeluaran asi Ny P
keluar 10 cc.
Sehingga pernyataan diatas bahwa breastcare lebih efektif dari pada
pijat oksitosin, hal ini terjadi karena pemberian rangsangan terhadap otot-otot
dada ibu, dengan cara pengurutan atau cara massage yang diharapkakn dapat
memberikan rangsangan kepada kelenjar ASI agar pengeluaran ASI
bertambah (Hadriani, 2019).
Hasil penerapan pijat oksitosin dan breastcare dengan pengeluaran ASI
tersebut dapat disimpulkan bahwa ibu post section cesarea yang dilakukan
pijat oksitosin dan breastcare dengan pengeluaran ASI pada Ny S produksi
ASI sedikit dibandingkan dengan Ny P yang menghasilkan ASI lebih banyak.
Hasil ini sesuai dengan penelitian haryono, 2013 bahwa untuk merangsang
produksi asi dapat dilakukan usaha untuk meragsang hormone prolactin dan
oksitosin diantaranya dengan melakukan breast care, menyusui dini dan pijat
oksitosin.
Karena pijat oksitosin merupakan tindakan yang dilakukan pada ibu
menyusui yang berupa backmassage pada punggung ibu untuk meningkatkan
pengeluaran hormone oksitosin.
Hasil penelitian dari nilam sari, dkk 2014 pengaruh perawatan payudara
terdapat kelancaran ekskresi asi pada ibu post partum bahwa pemberian
perawatan payudara terbukti dapat meningkatkan kelancaran eksresi asi 1-2
kali lebih besar dari pada ibu yang diberikan pijat oksitosin.
Menurut bowles, 2011 menyebutkan bahwa breastcare merupakan
teknik menggunakan tangan yang telah diteliti selama beberapa decade dan
sering di puji karena manfaatnya yang beragam mulai dari mempertahankan
dan mendukung laktasi, untuk mengatasi kesulitan menyusui, sampai
mencegah dan mengobati masalah pada ibu dan bayi. Pemberian breastcare
dapat menstimulasi reflek pengeluaran ASI dan meningkatkan kandungan
kalori dan pasokan ASI.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pada kasus ini Ny. S Dan Ny. P datang ke ruang Aster RSU
Kabupaten Tangerang dengan kondisi ASI belum keluar, Terapi yang kami
berikan kepada pasien post partum untuk membantu pengeluaran ASI
dengan cara melakukan terapi pijat oksitosin dan brestcare kepada Ny.S
dan Ny.P yaitu untuk mengetahui apakah ada perbedaan dalam
pengeluaran ASI dengan pemberian terapi pijat oksitosin dan brestcare.
Hasil ini sesuai dengan penelitian Rusdiarti, 2014 bahwa adanya pengaruh
pijat oksitosin dan breastcare dengan pengeluaran ASI.
Hasil implementasi yang kami lakukan pijat oksitosin dan
breastcare, didapatkan hasil breastcare yang lebih efektif karena pemberian
rangsangan terhadap otot-otot dada ibu, dengan cara pengurutan atau cara
massage yang dapat memberikan rangsangan kepada kelenjar ASI agar
pengeluaran ASI bertambah.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang dapat kami
berikan adalah :
5.2.1 Bagi Profesi
 Menambah pengetahuan dan pengalaman
 Menerapkan secara langsung kepada pasien untuk melakukan
breastcare dan pijat oksitosin
 Meningkatkan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan
kepada pasien

5.2.2 Bagi Rs & Ruangan (Bidan/Perawat)


 Memberikan motivasi atau masukan kepada pasien dan
keluarga
 Dapat menggunakan lembar balik untuk memberikan
penyuluhan kesehatan kepada ibu dan keluarga untuk
meningkatkan produksi ASI
 Menerapkan pengetahuan yang telah didapatkan dan
mempraktekannya kepada pasien
5.2.3 Bagi Pasien
 Mampu mengaplikasikan pemijatan oksitosin dan breastcare
untuk meningkatkan produksi ASI
 Mampu melakasanakan instruksi dan anjuran dokter dan
bidan untuk meningkatkan produksi ASI
Daftar Pustaka

Bobak I.M, Lowdermik, D.L, & Perry, S.E (2010). Buku Ajar keperawatan
maternitas. Edisi 4 Alih basaha: Maria & Peter. Jakarta: EGC
Desmawati. 2013. Penentu Kecepatan Pengeluaran ASI Susu Ibu Setelah
Sectio Caesaria. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 7 (8), 360-
364.
Desmawati. 2013. Sistem Hematologi & Imunologi Asuhan Keperawatan
Umum dan Maternitas Dilengkapi Dengan Latian Soal-soal. Jakarta:
Penerbit In Media.
Fikawati, S. & Syafiq, A. 2010. Kajian Implementasi dan Kebijakan Air
Susu Ibu Eksklusif dan Inisiasi Menyusi Dini: RISKESDA 2013.
Kementrian Kesehatan: Jakarta.
Isnaini, N. Diyanti, R. 2015. Hubungan Pijat Oksitosin Pada Ibu Nifas
Terhadap Pengeluaran ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Raja Basa
Indah Bandar Lampung Tahun 2015. Jurnal Kebidanan, 1 (2), 91-97.
Luthfiyana, N., U. 2015. Perbedaan Pijat Oksitosin dan Breast Care
Terhadap Jumlah ASI Pada Ibu Postpartu. Penelitian tidak
dipublikasan. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Martini, D.E. 2015 Efektivitas Pijat Oksitosin Terhadap peningkatan
Produksi ASI Pada Ibu Nifas di RSUD dr. Soegiri Kabupaten
Lamongan. Surya 7 (2), 20-24
Maryunani, A. 2012. Insiasi Menyusui Dini, ASI Eksklusif, dan Manajemen
Laktasi. TIM: Jakarta
Muliani, H,R. 2014. Perbedaan Produksi ASI Sebelum dan Sesudah
Dilakukan Kombinasi Metode Message Depan (Breastcare) dan
Message Belakang (Pijat Oksitosin) Pada Ibu Menyusui 0-3 Bulan di
Wilayah Kerja Puskesmas Kesamiran Kabpaten Tegal. Peneltiian tidak
dipublikasikan. Tegal.
Nilamsari, M.,A. Wagiyo. Elisa. 2014. Pengaruh Perawatan Payudara
Terhadap Kelancaran Ekskresi ASI Pada Ibu Postpartum di Rumah
Bersalin Mardi Rahayu Semarang. Jurnal Ilmu Keperawatan dan
Kebidanan (JIKK).
Noer, R.N., Muis, S.F. & Aruben, R. 2011. Praktik Insiasi Menyusui Dini
dan Pemberian ASI Ekslusif Studi Kualitatif Pada Dua Puskesmas,
Kota Semarang. M Med Indones, 45 (03), 144-150.
Nudiana, D., Onny, S., Sumarni, S., Maharani, Y. & Yunyaty, W. 2016.
Oxytocin Massage as An Alternative in Increasing Prolaktin Hormon
Level and Lactation Process on Post-Sectio Caesarrea Women (Case
Studi in Semarang City Hospital), makalah disajikan dalam 4th Asian
Academic Society Internasional Conference (AASIC) 2016.
Postpartum di BPM Pipin Heriyanti Yogyakarta. Media Ilmu Kesehatan, 6
(1), 71-75.
Suheni.2012. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya
Ummah, F. 2014. Pijat Oksitosin Untuk Mempercepat Pengeluaran ASI
Pada Ibu Pasca Salin Normal di Dusun Sono Desa Ketanen
Kecamatan Panceng Gresik. Surya, 2 (18), 121-125.
Vidayati, L.,A. 2015. Perbedaan Kelancaran Pengeluaran ASI Pada Ibu
Nifas Dengan Metode Pijat Oksitosin dan Breast Care. Jurnal Nursing
Update: Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan, 7 (1), 59-65
Zamzaea, R.F., Ernawati, D & Susaniti, A. 2015. Pengaruh Pijat Oksitosin
Terhadap Waktu Pengeluaran Kolostrum Ibu Post Partum Sectio
Caesarea, Ilmiah Keseharan, 8 (2), 229-441.
Zuhrotunida. Yunita. 2016. Perbedaan Pijat Oksitosin dan Breast care
Terhadap Pengeluaran ASI di RSIA Dinda Tangeang. Indonesia
Midwifery Journal, 54-60.

Anda mungkin juga menyukai