Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIK PROFESI

CASE BASED DISCUSSION TENTANG PERBEDAAN


EFEKTIFITAS PEMBERIAN PUTIH TELUR DAN IKAN GABUS
TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PERINEUM IBU NIFAS
DI RS PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

Stase Asuhan Kebidanan Nifas

Disusun Oleh:

Nurul Widyastuti
2210106105

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2022/2023
HALAMAN JUDUL

LAPORAN PRAKTIK PROFESI


CASE BASED DISCUSSION TENTANG PERBEDAAN
EFEKTIVITAS PEMBERIAN PUTIH TELUR DAN IKAN GABUS
TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PERINEUM IBU NIFAS
DI RS PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

Stase Asuhan Kebidanan Nifas

Disusun Oleh:

Nurul Widyastuti
2210106105

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2022/2023

i
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIK PROFESI


READING JURNAL TENTANG PERBEDAAN EFEKTIVITAS
PEMBERIAN PUTIH TELUR DAN IKAN GABUS TERHADAP
PENYEMBUHAN LUKA PERINEUM IBU NIFAS
DI RS PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

Stase Asuhan Kebidanan Nifas

Disusun oleh:
Nurul Widyastuti
2210106105

Telah menyetujui persyaratan dan disetujui


Hari dan Tanggal

………………………………………..

Menyetujui dan Mengesahkan

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Lahan Mahasiswa

Sri Lestari, S.ST., MMR Sri Utami, S.ST Nurul Widyastuti

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.


Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat,
hidayah serta innayah-Nya sehingga Iman dan Islam tetap terjaga dan aku
bersaksi bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan-Nya karena berkah
dan rahmat Allah SWT, serta pertolongan-Nya lah, sehingga Case Based
Discussion yang berjudul “Perbedaan efektivitas pemberian putih telur dan
ikan gabus terhadap penyembuhan luka perineum ibu nifas di RS
Panembahan Senopati Bantul”, dapat terlaksana.
Penyusunan Case Based Discussion ini tidak akan terlaksana tanpa
adanya bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Atas bantuan,
bimbingan, dan arahan penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Warsiti, S. Kp., M.Kep., Sp.Mat., selaku Rektor Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta.
2. Moh. Ali Imron, S.Sos., M.Fis., selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta.
3. Nidatul Khofiyah, S.Keb., Bd., MPH., selaku Ketua Program Studi
Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
4. Sri Lestari, S.ST., MMR selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan motivasi dan bimbingan Praktik Klinik .
5. Sri Utami, S.,ST., selaku Preceptor di RSUD Panembahan Senopati
Bantul yang telah memberikan bimbingan dan motivasi semangat
belajar selama di lahan praktik.
6. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari Case Based Discussionini masih banyak
kekurangan mengingat keterbatasan ilmu pengetahuan. Maka penulis
mengharapkan masukan yang bermanfaat dari semua pihak guna untuk
menyempurnakan reading jurnal ini. Akhirnya penulis berharap semoga
amal baik yang diberikan mendapat balasan dari Allah SWT.

Wassalamu’alaikum Warakhmatullahi Wabarakaatuh.

Yogyakarta, Januari 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iii
DAFTAR ISI................................................................................................ iv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 2
A. Masalah ............................................................................................... 2
B. Skala .................................................................................................... 3
C. Kronologi ............................................................................................ 3
D. Solusi ................................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 5
A. Asuhan Kebidanan .............................................................................. 5
B. Telaah Jurnal ....................................................................................... 7
C. Hasil Asuhan Kebidanan ..................................................................... 8
D. Teori Asuhan Kebidanan dan Jurnal ................................................... 8
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 13
A. Kesimpulan........................................................................................ 13
B. Saran .................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 14

iv
DAFTAR LAMPIRAN

i. Jurnal: Perbedaan efektivitas pemberian putih telur dan ikan gabus


terhadap penyembuhan luka perineum ibu nifas

v
2

BAB I
PENDAHULUAN
A. Masalah
Masa nifas merupakan masa yang dimulai sejak 2 jam setelah
lahirnya plasenta sampai 6 minggu atau 42 hari setelah itu. Masa nifas
juga merupakan masa pemulihan organ-organ reproduksi yang
mengalami perubahan selama kehamilan dan persalinan, disertai proses
kembalinya kepada keadaan sebelum hamil,seperti halnya robekan
perineum yang terjadi hampir pada semua persalinan pertama dan tidak
jarang pada persalinan berikutnya, sehingga diperlukan perawatan yang
intensif untuk mempercepat proses penyembuhan dan mencegah
komplikasi infeksi yang dapat diakibatkan karena keterlambatan
penyembuhan luka perineum (Setyowati, 2014).
Angka robekan perineum di dunia diperkirakan mencapai 6,3 juta
pada tahun dan di Amerika dari 26 juta ibu bersalin, terdapat 40%
mengalami ruptur perineum. Di Asia masalah robekan perineum cukup
banyak dalam masyarakat, 50% dari kejadian robekan perineum di
dunia terjadi di Asia (Widmer et al., 2020). Di Indonesia laserasi
perineum dialami oleh 75% ibu melahirkan pervaginam. Pada tahun
2017 menemukan bahwa dari total 1951 kelahiran spontan pervaginam,
57% ibu mendapat jahitan perineum (28% karena episiotomi dan 29%
karena robekan spontan) (Kemenkes RI, 2017).
Luka perineum merupakan salah satu faktor predisposisi
terjadinya infeksi masa nifas. Bentuk infeksi ini bervariasi dan bersifat
lokal hingga mengakibatkan sepsis dan kematian masa nifas. Salah satu
faktor resiko penyebab terjadinya infeksi perineum yaitu penyembuhan
luka perineum yang lama. Penyembuhan luka jahitan perineum dalam
masa nifas yang cepat sangat diharapkan menghindari ibu nifas dari
bahaya infeksi serta keluhan fisiologis (Sebayang & Ritonga, 2021)
Proses untuk mempercepat penyembuhan luka perineum terdapat
beberapa cara, salah satunya adalah melalui perbaikan gizi dengan
mengkonsumsi makanan tinggi protein. Sumber umum protein yang
sering dikonsumsi masyarakat salah satunya adalah telur dan ikan.
3

Kandungan protein tinggi akan sangat memengaruhi proses


penyembuhan luka perineum karena jaringan yang rusak membutuhkan
protein tinggi untuk proses regenerasi sel baru (Purnani, 2019)

B. Skala

Hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa ibu nifas dengan luka
perineum yang diberikan putih telur sebagian besar (62,5%) dalam
kriteria baik (luka sudah mengering, perineum tertutup dan tidak
menunjukkan tanda-tanda infeksi) yaitu sebanyak 10 orang, sedangkan
ibu nifas dengan luka perineum yang diberikan ikan gabus sebagian
besar (56,3) dalam kriteria sedang (luka masih basah, perineum tertutup,
serta tidak menunjukkan tanda infeksi) yaitu sebanyak 9 orang.

C. Kronologi

Kebutuhan paling utama yang harus dipenuhi oleh ibu post partum
dengan adanya luka perineum adalah nutrisi yang baik untuk sistem
imun dan penyembuhan luka. Nutrisi yang dibutuhkan untuk
penyembuhan luka yaitu mengkonsumsi makanan yang tinggi akan
protein. Protein bisa didapatkan dari makanan, daging, telur dan ikan
(Fauziah et al., 2020). Ikan gabus (Channa striata) merupakan salah satu
jenis ikan yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh karena
mengandung protein dan albumin yang tinggi. Protein dan albumin
sangat berfungsi sebagai zat pembangun sel-sel yang telah rusak
sehingga penyembuhan luka akan berlangsung lebih cepat. Dengan
tingginya kandungan protein dan albumin, ikan gabus kemungkinan
dapat digunakan oleh masyarakat untuk proses penyembuhan luka
terutama luka pasca operasi, luka bakar dan setelah persalinan. Salah
satu jenis makanan yang mengandung banyak protein adalah putih telur.
Kandungan protein ini sangat bermanfaat sebagai zat pembangun dalam
tubuh. Kandungan yang terdapat dalam putih telur berupa protein.
Kandungan lainnya yang terdapat dalam putih telur seperti vitamin A,
D, E, K, B2, B5, B9 dan juga B12. Putih telur juga mengandung asam
4

amino yang sangat bermanfaat dalam pemulihan otot. Putih telur sangat
mudah didapat, diolah dan mudah dicerna sehingga lebih mudah diserap
oleh tubuh (Rindiani, 2015).

D. Solusi

Diharapkan kepada bidan yang memberi pelayanan asuham


kebidanan baik di puskesmas, rumah sakit dan praktik mandiri bidan
agar dapat memberikan Pendidikan kesehatan tentang nutrisi efektif
yang baik dikonsumsi ibu post partum seesuai dengan evidence based.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian putih
telur lebih efektif dari pada pemberian ikan gabus terhadap
penyembuhan luka perineum pada ibu nifas. Tetapi perlu diingat bahwa
selain faktor nutrisi, proses penyembuhan luka juga dipengaruhi oleh
beberapa faktor lain diantaranya yaitu faktor usia, tingkat pendidikan,
pengetahuan, berat badan dan faktor paritas
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Asuhan Kebidanan

Asuhan Kebidanan Post Partum pada Ny. S P1A0Ah1 Post Partum Spontan dengan Nifas Normal di RSUD Panembahan Senopati Bantul

Identitas pasien Deskripsi Kegiatan Responsi TTD


Pembimbing CI
Tanggal: Subjektif Mahasiswa
06-12-2022 Ibu m en gatakan saat in i ib u merasakan mu les pada p erut nya dan sed ik it perih d i
lu ka bekas jah itan perineum . Ib u m elah irkan secara sp ontas den gan indu ksi pada
No RM: tangga l 05/ 12/ 202 2 p uku l 0 8.22 WI B d i ruan g VK (Utari) RSUD Pan em bahan
705324 Senopati.
Objektif
Identitas Pasien :
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, terpasang infus RL 24 tpm. Suhu
Nama: Ny.S
36,6°C, Tekanan Darah 111/64 mmHg, Nadi 63 x /m, Respirasi 20 x /m, , SpO2 97%. TB =
Umur: 24 tahun
157 cm, BB= 79 kg, LLA = 28 cm. Abdomen teraba kontraksi uterus kerasa dan Nurul Widyastuti
Agama: Islam
membulat, TFU 2 jari dibawah pusat, payudara ibu putting menonjol dan pengeluaran Preceptor
Suku: Jawa
kolustrum (+), pengeluaran pervaginam ibu lokea rubra dalam batas normal, tidak ada
Pendidikan: SMA
pembengkakkan. Hasil pemeriksaan penunjang Hb = 12,3 mg/dL.
Pekerjaan: Wiraswasta
Alamat : Peten RT 04, Analisa
Kebonagung, Imogiri, Ny .S u sia 2 4 tahun P1 A OAH 1 d en gan Post Pa rtu m Perva ginam den ga n I ndu ksi
Bantul atas Indikasi Ketuban Pecah Dini Hari Ke 1.
No.Hp : 085728xxxxxx

Penatalaksanaan
1. Melakukan anamnesa pemantauan keadaan umum pada ibu dan monitor vital tanda Sri Utami, S.ST

5
vital didapatkan hasil pengukuran tanda vital ibu pada saat melakukan anamnesa. Pembimbing Lahan
Suhu 36,6°C, Tekanan Darah 111/64 mmHg, Nadi 63 x /m, Respirasi 20 x /m, , SpO2
97%.
2. Melakukan pemantauan kontraksi dan perdarahan yang dialami oleh ibu, kontraksi
teraba bulat dan keras serta perdarahan lokea rubra dalam batas normal.
3. Memberikan edukasi kepada ibu terkait dengan cara menggendong bayi dan teknik
menyusui yang nyaman serta ASI Ekslusif, ibu mengerti dan bersedia. Sri Lestari, S.ST.,
4. Memberikan edukasi kepada ibu terkait dengan melakukan massase fundus uteri MMR
untuk memeriksa kontraksi uterus dan ibu memahami.
5. Memberikan edukasi kepada ibu terkait dengan personal hygiene tata cara
memberisihkan organ vital pasca buang air kecil dan mengganti pembalut setiap 3
jam sekali serta diperhatikan darah yang keluar. ibu mengerti,
6. Mengelola terapi dokter Asam mafenamat 3 x 500 mg
7. Memberikan ibu teknik relaksasi saat terasa nyeri kontraksi mules berlebih meminta
ibu untuk menarik nafas panjang dari hidung dan mengeluarkan dari mulut secara
perlahan, ibu mengerti.
8. Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOg untuk pemeriksaan dan penanganan
lebih lanjut.

6
B. Telaah Jurnal

Jurnal Judul Populasi Intervensi Comparasion Outcome Time


e-journal- Perbedaan Sampel dalam Putih telur Ikan gabus Hasil uji Mann Whitney diperoleh Bulan juni
unair/ Weni efektifitas penelitian ini (139 (100 Z = -2,626; ρ=0,009 berarti tahun 2017
Tri Purnani/ pemberian putih berjumlah gram/hari) gram/hari) terdapat perbedaan efektivitas
volume 2 telur dan ikan gabus 32 orang. pemberian putih telur dan ikan
nomer 2/2019 terhadap Kelompok gabus terhadap penyembuhan luka
penyembuhan luka perlakuan 1 perineum. Putih telur lebih cepat
perineum ibu nifas berjumlah 16 jika dikonsumsi untuk
orang dan penyembuhan luka perineum
kelompok
perlakuan 2
berjumlah 16
orang

7
8

C. Hasil Asuhan Kebidanan

Pengumpulan data diperoleh melalui anamnesa dan


pemeriksaan saat ibu berada diruang bersalin. Hasil anamnesa
didapatkan ibu mengatakan nyeri perineum dan berdasarkan
pemeriksaan fisik didapatkan luka jahitan perineum derajat II.
Kemudian bidan memberikan KIE tentang makanan bergizi seimbang
terutama makanan yang tinggi protein minimal 3-4 butir telur/hari atau
protein lain seperti seperti ikan. Berdasarkan asuhan yang diberikan
kepada pasien terdapat persamaan dengan hasil penelitian bahwa putih
telur dan ikan gabus dapat mempercepat proses penyembuhan luka
perineum tetapi putih telur lebih efektif dari pada pemberian ikan gabus
terhadap penyembuhan luka perineum. Ibu nifas dengan luka perineum
yang diberikan putih telur sebagian besar (62,5%) dalam kriteria baik
(luka sudah mengering, perineum tertutup, dan tidak menunjukkan
tanda infeksi) yaitu sebanyak 10 orang, sedangkan ibu nifas dengan
luka perineum yang diberikan ikan gabus sebagian besar (56,3) dalam
kriteria sedang (luka masih basah, perineum tertutup, serta tidak
menunjukkan tanda infeksi) yaitu sebanyak 8 orang. Adapun kriteria
penilaian lukanya yaitu baik (jika luka kering, perineum menutup dan
tidak ada tanda infeksi seperti merah, bengkak, panas, nyeri,
fungsioleosa), sedang (jika luka basah, perineum menutup dan tidak ada
tanda infeksi), buruk (jika luka basah, perineum membuka atau
menutup, dan menunjukkan tanda infeksi).
D. Teori dan Jurnal

Luka perineum adalah luka karena adanya robekan spontan jalan


lahir maupun karena episiotomi pada waktu melahirkan janin. Luka
perineum umumnya terjadi di garis tengah perineum dan bisa menjadi
luas yang disebabkan apabila kepala janin lahir terlalu cepat, partus
presipitatus yang tidak terkendali, paritas, terdapat banyak jaringan
parut, bayi besar, malpresentasi, distosia bahu, perluasan episiotomi dan
faktor penyebab lainnya. Terjadinya luka perineum ini lebih sering
9

terjadi pada ibu yang mengalami persalinan pertama, namun tidak


jarang juga pada persalinan berikutnya (Marni, 2012). Penyembuhan
luka merupakan tahap pergantian dan perbaikan fungsi jaringan yang
telah rusak dan diawali dengan perbaikan luka perineum. Proses
penyembuhan luka melalui fase inflamasi yang bermula ketika jaringan
mengalami kerusakkan dan berlangsung dalam 1-4 hari dimana terjadi
vasokontriksi pembuluh darah untuk mengontrol perdarahan dengan
membentuk sumbatan trombosit dan serabut fibrin. Selanjutnya fase
proliferasi dimana terjadi pembentukan pembuluh darah baru sekitar
luka, terbentuk substansi dasar dan serabut kolagen untuk mulai
menginfiltrasi luka. Sel epitel berkembang menjadi kapiler yang
menjadi sumber nutrisi jaringan yang beregenerasi lengkap dan kolagen
menunjang dengan baik dalam kurun waktu 6-7 hari. Fase selanjutnya
adalah maturasi yang dikontribusi oleh jaringan granulasi yaitu
timbunan kolagen untuk penyembuhan luka yang berlangsung sampai
sebulan atau bahkan tahunan (Wang et al., 2018).
Penyembuhan luka perineum dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain usia, pengetahuan, berat badan, personal hygiene, paritas,
cara perawatan luka dan gizi. Perbaikan gizi merupakan salah satu
kunci dari penyembuhan luka, ibu nifas disarankan untuk
mengkonsumsi makanan seimbang, cukup karbohidrat, protein, lemak,
vitamin dan mineral. Faktor gizi terutama protein akan sangat
berpengaruh terhadap proses penyembuhan luka perineum karena
pergantian jaringan sangat membutuhkan protein yang berfungsi
sebagai zat pembangun sel-sel yang telah rusak. Kebutuhan protein
akan meningkat dalam proses inflamasi, imun, dan perkembangan
jaringan granulasi. Kolagen merupakan jenis protein utama yang
disintesis selama fase penyembuhan luka, kekurangan asupan atau
intake protein saat proses penyembuhan luka secara signifikan menunda
penyembuhan luka, konsumsi makanan yang berprotein tinggi bisa
didapatkan pada telur dan ikan gabus (Purnani, 2019).
10

Protein membantu meregenerasi dan membangun sel-sel yang


rusak akibat luka perineum, salah satu sumber makanan yang kaya akan
protein adalah putih telur (Trianingsih et al., 2019). Putih telur
mengandung protein yang sangat tinggi, mutu protein, nilai cerna, dan
mutu cerna telur paling baik diantara bahan-bahan makanan lainnya.
Nilai cernanya bernilai 100% dibandingkan dengan daging yang hanya
81%. Putih telur mengandung albumin 95% yang berfungsi untuk
penyembuhan luka, protein putih telur sangat mudah untuk dicerna,
diserap, dan digunakan oleh tubuh untuk pertumbuhan dan
perkembangan jaringan- jaringan tubuh. Protein putih telur kaya akan
nutrisi diantaranya protein niacin, riboflavin, klorin, magnesium,
kalium, sodium, ovalbumin dan mempunyai nilai biologis tinggi karena
mengandung asam amino lengkap dibanding protein hewan lainnya
(Warsito, 2015).
Nilai cerna putih telur adalah 100% dibandingkan dengan
daging yang hanya 81%, karena zat gizi putih telur sudah dalam
keadaan terstimulasi sehingga mudah dicerna dan diabsorbsi oleh tubuh
secara sempurna sehingga digunakan tubuh untuk pertumbuhan dan
perkembangan jaringan-jaringan tubuh. Putih telur mengandung
albumin 95% yang berfungsi untuk penyembuhan luka, meskipun
banyak faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka, tetapi
menjaga asupan nutrisi protein tinggi dengan putih telur lebih dominan
untuk pemenuhan kebutuhan protein dalam tubuh (Warsito, 2015).
Sepuluh orang mengalami perubahan penyembuhan luka baik tersebut
juga dipengaruhi oleh banyak faktor selain pemberian putih telur yaitu
faktor usia dimana sebagian besar responden dalam masa usia 20- 35
tahun (usia reproduksi), sehingga mekanisme sel mempunyai respon
lebih cepat dan bekerja lebih efektif terhad ap penyembuhan luka,
sebagian besar responden berpendidikan menengah sehingga lebih
mudah menerima, menyaring dan merespon informasi mengenai
perawatan dan nutrisi yang mendukung penyembuhan luka perineum,
dan sebagian besar pula responden dengan paritas multipara sehingga
11

ibu sudah ada pengalaman menghadapi situasi untuk pemenuhan


kebutuhan nutrisi dan perawatan masa nifas (Purnani, 2019).
Makanan protein tinggi juga bisa didapatkan pada ikan gabus,
hasil analisis pada konsumsi ikan gabus menunjukkan adanya pengaruh
pemberian ikan gabus terhadap penyembuhan luka perineum pada ibu
nifas. daging ikan gabus mengandung 70% protein dan 21% albumin, di
samping itu ikan gabus juga mengandung asam amino lengkap dalam
memperbaiki jaringan tubuh yang rusakn dan mempunyai peranan
untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Kandungan albumin yang hanya
21% daya cerna ikan gabus yang lebih lama yaitu 90% menyebabkan
lebih sedikit kandungan protein albumin yang mampu diserap tubuh
yang berakibat pada pencapaian penyembuhan luka perineum ke arah
baik menjadi lebih lama (Warsito, 2015).
Faktor lain yang menyebabkan lebih lama tercapainya fase
penyembuhan adalah faktor usia ibu, dimana hampir setengah dari
responden usia >35 tahun, yang berati semakin usia bertambah, luka
akan semakin lama sembuh ini dikarenakan mekanisme sel dalam
penyembuhan luka mempunyai respon lebih lambat. Selain itu, hampir
setengah dari responden dengan kategori berat badan gemuk yang
berpengaruh terhadap lamanya penyembuhan luka karena jaringan
adiposa atau lemak yang berlebihan dapat menghalangi suplai darah
dan nutrisi ke arah luka sehingga luka lama sembuh dan mudah infeksi.
Penyebab lain juga karena paritas, dimana hampir setengah responden
adalah primipara yang memungkinkan ibu kurang pengalaman
mengenai pemenuhan kebutuhan nutrisi protein yang tepat dan
perawatan masa nifas yang benar sehingga berpengaruh pada lambatnya
penyembuhan luka perineum (Purnani, 2019).
Hasil analisa data menggunakan uji Mann Whitney didapatkan
hasil nilai Z = - 2,626 dan ρ-value 0,009 < α 0,05 menunjukkan adanya
perbedaan efektifitas pemberian putih telur dan ikan gabus terhadap
penyembuhan luka perineum, dimana putih telur lebih efektif daripada
ikan gabus terhadap penyembuhan luka perineum pada ibu nifas. Jadi
12

baik putih telur dan ikan gabus sama mempunyai pengaruh dalam
proses penyembuhan luka perineum karena kandungan protein pada
putih telur dan ikan gabus. Akan tetapi putih telur lebih memberikan
efek yang cepat bagi penyembuhan luka perineum. Hal ini disebabkan
karena putih telur mengandung lebih banyak protein albumin (95%)
dibandingkan kandungan albumin pada ikan gabus yang lebih sedikit
(21%), dimana kandungan albumin yang membantu proses pergantian
dan perbaikan fungsi jaringan yang rusak. Selain itu, nilai cerna protein
putih telur mencapai 100%, dimana kandungan protein putih telur
sebagai protein bernilai gizi tinggi diserap dan dimanfaatkan utuh oleh
tubuh sebagai sumber nitrogen untuk sintesis protein yang
dimanfaatkan untuk pembentukan jaringan baru, serta putih telur
mempunyai kandungan asam amino esensial yang lengkap
dibandingkan ikan gabus dengan nilai cerna 90% (Purnani, 2019).
Kecukupan gizi dan nutrisi terutama protein sangat
mempengaruhi proses penyembuhan luka perineum karena diperlukan
untuk pergantian jaringan yang rusak, karena pada kejadian perlukaan,
banyak nitrogen yang dilepas ke dalam urin d an banyaknya sesuai
dengan protein yang hilang dan meningkatkan kebutuhan energi.
Pemenuhan kebutuhan protein diperlukan karena hasil sintesis protein
bermanfaat untuk menggantikan dan memperbaiki jaringan yang rusak.
Protein yang paling berperan yaitu albumin. Albumin ialah protein
utama dengan konsentrasi paling tinggi dalam plasma darah yang terdiri
dari ratusan asam amino dan ikatan sulfide. Albumin berperan dalam
membentuk dan mempercepat pemulihan jaringan sel tubuh yang rusak
(Wang et al., 2018).

.
13

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Proses untuk mempercepat penyembuhan luka perineum terdapat
beberapa cara, salah satunya adalah melalui perbaikan gizi dengan
mengkonsumsi makanan tinggi protein. Terdapat perbedaan efektivitas
pemberian putih telur dan ikan gabus terhadap penyembuhan luka
perineum, putih telur lebih efektif daripada ikan gabus terhadap
penyembuhan luka perineum pada ibu nifas. Jadi baik putih telur dan
ikan gabus sama mempunyai pengaruh dalam proses penyembuhan luka
perineum karena kandungan protein pada putih telur dan ikan gabus,
tetapi putih telur lebih memberikan efek yang cepat bagi penyembuhan
luka perineum. Tetapi perlu diingat bahwa proses penyembuhan luka
bukan hanya dipengaruhi oleh faktor nutrisi tetapi juga dipengaruhi oleh
beberapa faktor lainnya yaitu usia, berat badan, pendidikan, paritas dan
budaya.

B. Saran

1. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian yang


serupa dengan variable yang berbeda agar bisa mendapatkan
evidence based terbaru yang berguna untuk meningkatkan kualitas
asuhan kebidanan.
2. Diharapkan kepada petugas kesehatan khusunya bidan yang
memberi pelayanan asuhan kebidanan baik di puskemas, rumah sakit
maupun praktek mandiri dapat memberikan sosialisasi kepada ibu
post partum yang mempunyai luka jahitan agar selalu mengonsumsi
putih telur sehingga proses penyembuhan luka perineum lebih cepat
sehingga dapat mengurangi resiko infeksi pada masa nifas.
3. Diharapkan kepada ibu post partum untuk lebih memperhatikan
asupan nutrisi tinggi protein khususnya mengkonsumsi putih telur
agar mempercepat proses penyembuhan luka perineum.
DAFTAR PUSTAKA

Fauziah, F., Fitriana, F., & Noorbaya, S. (2020). Efektivitas Pemberian Ikan Gabus
Kukus Terhadap Penyembuhan Laserasi Perineum Pada Ibu Postpartum.
Indonesian Journal of Midwifery (IJM), 3(2), 92.
https://doi.org/10.35473/ijm.v3i2.622

Kemenkes RI. (2017). Data dan Informasi Kesehatan Profil Kesehatan Indonesia.

Marni. (2012). Intranatal Care-Asuhan Kebidanan Pada Persalinan. Pustaka


Pelajar.

Purnani, W. T. (2019). Perbedaan Efektivitas Pemberian Putih Telur dan Ikan


Gabus Terhadap Penyembuhan Luka Perineum Ibu Nifas. Journal of Public
Health Research and Community Health Development, 2(2), 126.
https://doi.org/10.20473/jphrecode.v2i2.12190

Rindiani. (2015). Khasiat Putih Telur Untuk Penyembuhan Luka. Nuha Medika.

Sebayang, W. B. R., & Ritonga, F. (2021). Nutrisi Efektif Mempercepat


Penyembuhan Luka Perineum pada Ibu Post Partum ( Systematic Review )
Effective Nutrition Accelerates Perineum Wound Healing on Mother Post
Partum ( Systematic Review ). Jurnal Kesehatan, 12(2), 330–336.

Setyowati, E. B. (2014). Perbedaan Efektifitas Pemberian Putih Telur dan Ikan


Gabus Terhadap Proses Penyembuhan Luka Perineum Ibu Nifas. 110, 16–24.

Trianingsih, I., Yenie, H., & S.P, S. F. (2019). Pengaruh Telur Rebus Terhadap
Percepatan Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Nifas 1-7 Hari. Jurnal
Ilmiah Keperawatan Sai Betik, 14(2), 215.
https://doi.org/10.26630/jkep.v14i2.1310

Wang, P. H., Huang, B. S., Horng, H. C., Yeh, C. C., & Chen, Y. J. (2018). Wound
healing. Journal of the Chinese Medical Association, 81(2), 94–101.
https://doi.org/10.1016/j.jcma.2017.11.002

Warsito, H. (2015). Ilmu Bahan Makanan Dasar. Nuha Medika.

Widmer, M., Piaggio, G., Hofmeyr, G. J., Carroli, G., Coomarasamy, A., Gallos, I.,
Goudar, S., Gülmezoglu, A. M., Lin, S. L., Lumbiganon, P., Mugerwa, K.,
Owa, O., Qureshi, Z., & Althabe, F. (2020). Maternal characteristics and
causes associated with refractory postpartum haemorrhage after vaginal birth:
a secondary analysis of the WHO CHAMPION trial data. BJOG: An
International Journal of Obstetrics and Gynaecology, 127(5), 628–634.
https://doi.org/10.1111/1471-0528.16040

Anda mungkin juga menyukai