Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN INDIVIDU KOMUNITAS

ASUHAN KELUARGA PADA TN. S DI DUSUN SEWORAN,


TRIHARJO, WATES, KULON PROGO, DIY

NAMA : REGITA CITA PUSPITASARI

NIM : P1337424820049

PEMBIMBING INSTITUSI : TITI MURSITI, S. SiT., M. Kes

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

TA. 2020/2021
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan ilmiah ini disusun oleh,

Nama : Regita Cita Puspitasari

NIM : P1337424820049

Prodi : Profesi Bidan

Judul Laporan “Asuhan Kebidanan Komunitas Pada Keluarga Tn. Yanuar


Eko Adi di Trimulyo, Sogan, Wates, Kulon Progo”.

Yogyakarta, 19 Desember 2020

Pembimbing klinik Praktikan

Sri Esthini, STr.Keb, SKM Regita Cita Puspitasari

NIP. 1972020519910320 NIM. P1337424820049


Mengetahui,

Pembimbing Institusi

Titi Mursiti, S.SiT., M.Kes

NIP. 197909182008012012
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kasus asuhan kebidanan
komunitas ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari laporan kasus ini adalah untuk
memenuhi target perkuliahan profesi kebidanan. Selain itu, laporan kasus ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang asuhan kebidanan komunitas bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Titi Mursiti, S.SiT. M. Kes


selaku dosen pembimbing kami yang telah membimbing dan mengarahkan kami
dalam menyelesaikan laporan kasus ini.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuan dan dukungannya sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan kasus ini.

Kami menyadari, laporan kasus yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan laporan ini.

Semarang, 7 Januari 2021

Kelompok
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................4
B. Tujuan..............................................................................................................5
C. Manfaat............................................................................................................5
BAB II TINJAUAN TEORI..................................................................................6
A. Batasan Komunitas/Masyarakat......................................................................6
B. Tipe-Tipe Komunitas/Masyarakat...................................................................7
C. Ciri-Ciri Masyarakat Sehat..............................................................................9
D. Manajemen Kebidanan pada Komunitas.........................................................9
E. Definisi Operational.......................................................................................11
F. Kategori Tingkat Pengetahuan dan Pelaksanaan...........................................12
G. Skala Prioritas dalam Menyusun Masalah Kesehatan Keluarga...................13
H. WUS dan Pengetahuan KB Suntik................................................................14
BAB III TINJAUAN KASUS..............................................................................17
BAB IV PEMBAHASAN....................................................................................35
BAB V KESIMPULAN.......................................................................................40
A. Kesimpulan....................................................................................................40
B. Saran..............................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................42
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Dalam beberapa kurun waktu terakhir, masalah kesehatan mendapat


sorotan yang serius dari berbagai elemen masyarakat. Seiring dengan
meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi, antusias masyarakat terhadap
kesehatan juga meningkat, masyarakat sudah membuka mata bahwa kesehatan
merupakan kebutuhan pokok yang dapat menentukan mutu hidup mereka
nantinya. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan unsur kesejahteraan
masyarakat yang harus diwujudkan sebagaimana yang tercantum dalam
Undang-Undang Dasar 1945. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan
menjadi modal terbesar untuk mencapai suatu kesejahteraan. Pelayanan
kesehatan menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2009
(Depkes RI) yang tertuang dalam Undang-Undang Kesehatan tentang
kesehatan ialah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara
bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan
kesehatan, perorangan, keluarga, kelompok ataupun masyarakat.

Sudah merupakan suatu kewajiban bagi penyelenggara kesehatan


untuk memenuhi kebutuhan tersebut dan selalu bertindak profesional dalam
memberikan pelayanan sehingga masyarakat puas dengan pelayanan
kesehatan. Dalam rangka menghasilkan tenaga yang profesional, maka
diperlukan adanya sumber daya kesehetan yang siap terjun ke lapangan,
mengelola masalah kesehatan di suatu daerah dan memberikan kontribusi
dalam peningkatan kesehatan masyarakat.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa sebagai calon bidan mampu melaksanakan praktik
kebidanan holistik dengan pendekatan keluarga, yang dikemas dalam
tatanan layanan komunitas yang disesuaikan dengan kondisi masyarakat
dengan pendekatan manajemen kebidanan dan didasari oleh konsep,
keterampilan serta sikap profesional bidan dalam memberikan asuhan
kebidanan komunitas.
2. Tujuan Khusus
Pada akhir PKL Kebidanan Komunitas, mahasiswa mampu:
a. Merumuskan masalah dan kebutuhan kebidanan komunitas dengan
tepat dan benar.
b. Melaksanakan musyawarah di tingkat keluarga dalam rangka
pemecahan masalah
c. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas kepada keluarga
d. Melaksanakan deteksi dini kasus-kasus kegawatdaruratan obstetri dan
neonatal (apabila terdapat kasusnya).
C. Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari kegiatan PKL Kebidanan Komunitas, yaitu:


1. Bagi Mahasiswa
a. Dapat menerapkan ilmu yang diperoleh di perkuliahan secara nyata di
wilayah komunitas
b. Mahasiswa mendapat pengalaman dalam menyelenggarakan PKL serta
memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam menangani masalah
kesehatan yang ada di masyarakat yang berhubungandengan KIA / KB.
2. Bagi Masyarakat
Dapat menambah pengetahuan masyarakat dalam bidang kesehatan dan
termotivasi untuk bertindak sesuai perilaku hidup sehat.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sarana pengaplikasian fungsi dan tugas Tri Dharma Perguruan
Tinggi, salah satu kegiatannya yaitu pengabdian masyarakat.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Batasan Komunitas/Masyarakat

Terdapat berbagai definisi tentang Masyarakat yang telah dirumuskan oleh


para ahli, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Linton (1936)
Masyarakat merupakan sekelompok manusia yang telah cukup lama hidup
dan bekerja sama, sehingga dapat mengorganisasikan diri dan berpikir
tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu.
2. Mac Iaver (1957)
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang mendiami teritorial tertentu
dan mempunyai sifat-sifat yang saling tergantung, mempunyai pembagian
kerja dan kebudayaan bersama.
3. Soejono Soekanto (1982)
Masyarakat atau komunitas adalah menunjuk pada bagian masyarakat
yang bertempat tinggal di suatu wilayah (secara geografis) dengan batas-
batas tertentu, dimana yang menjadi dasarnya adalah interaksi yang lebih
besar dari anggota-anggotanya dibandingkan dengan penduduk di luar
batas wilayahnya.
4. Koentjaraningrat (1990)
Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul (berinteraksi)
menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan
terikat oleh suatu rasa identitas bersama.

B. Tipe-Tipe Komunitas/Masyarakat

Dari berbagai definisi masyarakat diatas dapat disimpulkan bahwa


masyarakat merupakan sekumpulan manusia yang mendiami wilayah dengan
batas tertentu dan terikat oleh rasa identitias yang sama. Setiap masyarakat
memiliki tipe-tipe yang berbeda.
Menurut Gilin dan Gilin, lembaga masyarakat dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
1. Berdasarkan Perkembangannya
a. Cresive Institution
Merupakan lembaga masyarakat yang paling primer, yang secara tidak
sengaja tumbuh dari adat istiadat masyarakatnya, misalnya yang ber-
kaitan dengan hak milik, perkawinan, agama dan sebagainya.
b. Enacted Institution
Lembaga masyarakat yang secara sengaja dibentuk untuk memenuhi
tujuan tertentu, misalnya yang berkaitan dengan lembaga utang-
piutang, perdagangan, pertanian dan pendidikan.
2. Berdasarkan Sistem Nilai yang Diterima oleh Masyarakat
a. Basic Institution
Merupakan lembaga masyarakat yang sangat penting untuk
memelihara dan mempertahankan tata tertib dalam masyarakat,
diantaranya adalah keluarga dan sekolah yang dianggap sebagai
institusi dasar yang pokok.
b. Subsidiary Institution
Merupakan lembaga masyarakat yang muncul tetapi dianggap kurang
penting karena hanya untuk memenuhi kegiatan-kegiatan tertentu saja
seperti pembentukan panitia dan pelantikan.
3. Berdasarkan Sudut Penerimaan Masyarakat
a. Approved / Social Sanctioned Institution
Sebuah lembaga masyarakat yang memang diterima oleh masyarakat
yang lain seperti sekolah, koperasi, perusahaan dan sebagainya.
b. Unsanctioned Institution
Merupakan lembaga masyarakat yang ditolak oleh masyarakat yang
lain, walaupun terkadang tidak mungkin untuk diberantas seperti
kelompok penjahat, gelandangan atau pengemis, dan kelompok tuna
susila.

4. Berdasarkan Penyebarannya
a. General Institution
Merupakan lembaga masyarakat yang didasarkan atas faktor
penyebarannya, seperti agama, karena dapat dikenal semua masyarakat
dunia.
b. Restricted Institution
Merupakan lembaga masyarakat yang banyak menganut agama-agama
tertentu saja, seperti agama Budha banyak dianut oleh masyarakat
Thailand, Kristen-Katolik banyak dianut masyarakat Itali, perancis dan
Islam banyak dianut masyarakat Arab.
5. Berdasarkan Fungsinya
a. Operative Institution
Merupakan lembaga masyarakat yang menghimpun pola atau tata cara
yang diperlukan untuk mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan,
misalnya lembaga industri.
b. Regulative Institution
Merupakan lembaga yang bertujuan untuk mengawasi adat istiadat
atau tata kelakuan yang tidak menjadi bagian mutlak dari lembaga itu
sendiri yaitu seperti lembaga-lembaga hukum.

C. Ciri-Ciri Masyarakat Sehat

Dari berbagai tipe-tipe masyarakat diatas yang dibagi berdasarkan


berbagai aspek dapat dilihat bahwa masyarakat memiliki tipe-tipe yang
berbeda dan disetiap tipe memiliki ciri yang berbeda pula. Berbagai ciri
masyarakat dikemukakan oleh para ahli seperti Soerjono Soekanto dan
J.L.Gillin dan J.P. Gillin yang berbunyi bahwa masyarakat secara umum
adalah kelompok manusia yang terbesar dan mempunyai kebiasaan, tradisi,
sikap, dan perasaan persatuan yang sama. Masyarakat itu meliputi
pengelompokan-pengelompokan yang lebih kecil. Dari berbagai ciri
masyarakat tersebut konteks yang akan dibahas lebih dalam disini adalah ciri
masyarakat dalam konteks kesehatan yaitu :
1. Peningkatan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat.
2. Mengatasi masalah kesehatan sederhana melalui upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif terutama untuk ibu dan anak.
3. Peningkatan upaya kesehatan lingkungan terutama penyediaan sanitasi
dasar yang dikembangkan dan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk
meningkatkan mutu lingkungan hidup.
4. Peningkatan status gizi masyarakat berkaitan dengan peningkatan status
sosial ekonomi.
5. Penurunan angka kesakitan dan kematian dari berbagai sebab dan penyakit
(Notoatmojo, 2003).

D. Manajemen Kebidanan pada Komunitas

Dalam upaya membentuk masyarakat yang sehat diperlukan berbagai


sektor termasuk sektor kebidanan. Dalam sektor kebidanan dilaksanakan
melalui pelayanan kebidanan pada komunitas dengan pendekatan manajemen
kebidanan.
Helen Varney, 2002 menyebutkan manajemen kebidanan adalah
proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk
mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-
penemuan, keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk
pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien. Penerapan
manajemen kebidanan komunitas, melalui proses yang secara berurutan
yaitu:
1. Identifikasi masalah
Identifikasi masalah dilakukan dengan mengumpulkan data secara
langsung (data subyektif) dan tidak langsung (data obyektif) dari
masyarakat.
2. Analisis masalah
Tujuan analisis masalah menggunakan data-data yang terkumpul dan
mencari kaitan satu dengan lainnya sehingga ditemukan berbagai
masalah. Melalui proses analisis dapat ditemukan jawaban tentang:
a. Hubungan antara penyakit atau status kesehatan dengan lingkungan,
perilaku, pelayanan kesehatan serta faktor-faktor keturanan yang
berpengaruh terhadap kesehatan
b. Masalah-masalah kesehatan ibu dan anak.
c. Masalah utama kesehatan ibu dan anak serta penyebabnyaFaktor-
faktor pendukung penghambat bila upaya perbaikan kesehatan ibu
dan anak, serta KB dilakukan.
3. Perumusan masalah
Perumusan masalah dapat ditemukan berdasarkan hasil analisis. Rumusan
masalah mencakup masalah utama dan penyebabnya serta masalah
potensial.
4. Prioritas masalah
Memprioritaskan masalah-masalah sesuai perumusan masalah yang
ditemukan berdasarkan besarnya masalah, akibat, keuntungan, dan
sumber daya yang ada untuk menyelesaikan masalah tersebut.
5. Perencanaan
Perencanaan merupakan rancangan upaya yang disusun untuk
mengetahui suatu masalah. Rencana untuk memecahkan masalah KIA di
komunitas dapat dibagi menjadi tujuan, rencana pelaksanaan dan
evaluasi.
6. Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan bidan di komunitas mencakup rencana
pelaksanaan yang sesuai tujuan yang akan dicapai. Pelaksanaan pada
kegiatan, bidan harus memonitor perkembangan dan perubahan yang
terjadi terhadap ibu, anak, balita, dan lingkungan di komunitas.
7. Evaluasi
Tujuan evaluasi adalah mengetahui ketepatan atau kesesuaian hasil yang
dicapai dengan tujuan yang diterapkan, sebelumnya evaluasi dilakukan
berdasarkan rencana tindakan dan evaluasi yang diterapkan sebelumnya.
Suatu kegiatan dikatakan berhasil bila hasil evaluasi menunjukkan data
sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Apabila kegiatan berhasil,
diperlukan pengkajian lebih lanjut untuk mengantisipasi kemungkinan
terjadi masalah lain yang timbul (Prawiroharjo, 2010).

Sementara Depkes RI, 2005, menyebutkan bahwa manajemen


kebidanan adalah metode dan pendekatan pemecahan masalah ibu dan
khusus dilakukan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan pada
individu, keluarga dan masyarakat. (Prawirohardjo, 2010)

E. Definisi Operational
Dalam praktik kebidanan komunitas, bidan harus mampu melakukan
survey dan pendataan terhadap subyek atau responden dan juga keluarga
yang ada di lingkungan komunitas (Sastroasmoro, 2012). Hal tersebut
memerlukan format asuhan kebidanan komunitas sebagai instrumen, maka
perlu adanya definisi operasional yang berguna untuk memberikan petunjuk
dalam rangka menyamakan persepsi, dalam hal ini kaitannya dengan subyek
pada instrumen kuesioner yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Keluarga adalah unit terkecil yang terdiri atas suami istri dan anak, atau
suami istri atau duda atau janda minimal tinggal 6 bulan dan atau orang
lain yang tinggal minimal 6 bulan.2
2. Remaja adalah waktu manusia berumur 10-24 tahun dan belum menikah.
3. Wanita Usia Subur (WUS) yang berada pada kisaran usia 15-49 tahun.
4. Pasangan Usia Subur (PUS) pasangan yang istrinya berumur antara 15-49
tahun.
5. Bayi terbagi 2 yaitu, neonatus sejak lahir sampai usia 28 hari dan bayi
dari usia 29 hari sampai 12 bulan ( WHO, 2013).
6. Anak balita adalah anak usia 12 bulan sampai dengan 59 bulan. Masa ini
adalah periode yang sangat penting bagi tumbuh kembangnya sehingga
biasa disebut dengan golden period (Permenkes RI 2014).
7. Ibu hamil seorang wanita yang mengandung dimulai dari konsepsi
sampai lahirnya janin (Prawirohardjo, 2005)
8. Ibu nifas adalah dimulai setelah partus dan berakhir kira-kira setelah 6
minggu. (Sarwono 2005)
9. Pralansia yaitu seseorang yang berusia antara 49-59 tahun (Depkes RI
2013).
10. Lansia yaitu seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.

F. Kategori Tingkat Pengetahuan dan Pelaksanaan

Menurut Notoatmodjo (2003) Pengetahuan merupakan hasil dari


“tahu” yang terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu
objek tertentu terutama melalui mata dan telinga. Bila seseorang dapat
menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai suatu bidang tertentu dengan
lancar, baik secara lisan maupun tertulis maka dapat dikatakan mengetahui
bidang tersebut. Sekumpulan jawaban verbal yang diberikan orang tersebut
dinamakan pengetahuan. (Notoatmojo, 2003)
Pengetahuan adalah informasi yang diperoleh seseorang setelah
melakukan penelitian terhadap suatu objek tertentu dengan segala kemampuan
yang dimillikinya. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan
wawancara/kuesioner yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur
dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin
diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang
ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan salah satu teori
mengenai tingkatan-tingkatan pengetahuan diatas. (Prawirohardjo, 2010)
G. Skala Prioritas dalam Menyusun Masalah Kesehatan Keluarga

Sebagaimana pengkajian yang telah dilakukan ditemukan berbagai


masalah pada keluarga, agar dapat memberikan asuhan yang efektif
diperlukan adanya urutan prioritas masalah, pada kasus ini perhitungan
prioritas masalah menggunakan analisis Urgency, Seriousness, Growth
(USG). USG adalah salah satu metode skoring untuk menyusun urutan
prioritas isu yang harus diselesaikan. Pada tahap ini masing-masing masalah
dinilai tingkat risiko dan dampaknya. Bila telah didapatkan jumlah skor maka
dapat menentukan prioritas masalah. Langkah skoring dengan menggunakan
metode USG adalah membuat daftar akar masalah, membuat tabel matriks
prioritas masalah dengan bobot skoring 1-5 dan nilai yang tertinggi sebagai
prioritas masalah. Untuk lebih jelasnya, pengertian urgency, seriousness, dan
growth dapat diuraikan sebagai berikut (Kotler dkk, 2001):
a. Urgency
Seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas dan dihubungkan dengan
waktu yang tersedia serta seberapa keras tekanan waktu tuntuk
memecahkan masalah yang menyebabkan isu tadi.
b. Seriousness
Seberapa serius isu perlu dibahas dan dihubungkan dengan akibat yang
timbul dengan penundaan pemecahan masalah yang menimbulkan isu
tersebut atau akibat yang menimbulkan masalah lain kalau masalah
penyebab isu tidak dipecahkan. Perlu dimengerti bahwa dalam keadaan
yang sama, suatu masalah yang dapat menimbulkan masalah lain adalah
lebih serius bila dibandingkan dengan suatu masalah lain yang berdiri
sendiri.
c. Growth
Seberapa kemungkinan-kemungkinannya isu tersebut menjadi berkembang
dikaitkan kemungkinan masalah penyebab isu akan makin memburuk
kalau dibiarkan.
Metode USG merupakan salah satu cara menetapkan urutan prioritas
masalah dengan metode teknik scoring. Proses untuk metode USG
dilaksanakan dengan memperhatikan urgensi dari masalah, keseriusan
masalah yang dihadapi, serta kemungkinan bekembangnya masalah tersebut
semakin besar. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Urgensy atau urgensi, yaitu dilihat dari tersedianya waktu, mendesak atau
tidak masalah tersebut diselesaikan.
b. Seriousness atau tingkat keseriusan dari masalah, yakni dengan melihat
dampak masalah tersebut terhadap produktifitas kerja, pengaruh terhadap
keberhasilan, membahayakan system atau tidak.
b. Growth atau tingkat perkembangan masalah yakni apakah masalah
tersebut berkembang sedemikian rupa sehingga sulit untuk dicegah.
Penggunaan metode USG dalam penentuan prioritas masalah dilaksanakan
apabila pihak perencana telah siap mengatasi masalah yang ada, serta hal
yang sangat dipentingkan adalah aspek yang ada dimasyarakat dan aspek
dari masalah itu sendiri. Adapun keterangan pemberian skor dapat dilihat
pada Tabel 1.1
Tabel 1.1. Keterangan pemberian skor
5 Sangat penting
4 Penting
3 Netral
2 Tidak Penting
1 Sangat Tidak Penting

H. WUS dan Pengetahuan KB Suntik


Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan
terjadi melalui pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh dari mata
dan telinga.
Akseptor KB adalah orang yang melaksanakan program keluaga
berencana untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari
kehamilan yang tidak diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan,
menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hanafi, 2004).
Efek Samping kontrasepsi suntikan adalah gangguan Haid, ini paling
sering terjadi dan yang paling mengganggu (Hanafi, 2004). Gangguan Pola
Haid adalah Ketidakteraturan yang disebabkan karena gangguan hormon
tubuh. Gangguan haid disini disebabkan karena pengaruh hormon
progesterone dalam DMPA (Info sehat, 2008). Gangguan siklus menstruasi
yang tidak teratur terjadi pada awal penyuntikan dan amenorea setelah 2 – 3
kali penyuntikan (Pkm Wairorosatu, 2008).

I. Pengetahuan Remaja dalam Mengkonsumsi Tablet Besi

Beberapa faktor yang diduga mempengaruhi status anemia remaja


diantaranya yaitu pengetahuan gizi, pola makan, dan kepatuhan konsumsi
tablet Fe. Pengetahuan gizi adalah pemahaman mengenai makanan dan
komponen zat gizi, sumber zat gizi pada bahan makanan, makanan yang
aman dikonsumsi yang tidak menimbulkan penyakit serta cara untuk
mengolah bahan makanan yang tepat agar kandungan zat gizi dalam bahan
makanan tidak hilang serta pola hidup sehat. Pola makan merupakan berbagai
informasi yang memberikan gambaran mengenai macam dan jumlah bahan
makanan yang dimakan tiap oleh satu orang dan merupakan ciri khas untuk
suatu kelompok masyarakat tertentu. Pola makan adalah bagaimana cara
suatu makanan diperoleh, jenis makanan yang dikonsumsi, atau frekuensi
makan dari seseorang. Pola makan sering kali tidak teratur, jarang makan
pagi maupun makan siang, akibatnya remaja putri sering lemas dan tidak
semangat dalam proses belajar. Hal ini dikarenakan pada usia remaja sering
berpola makan yang salah atau pembatasan makanan tinggi Fe, pengetahuan
ibu sebagai penyedia makanan di rumah tangga, pengetahuan remaja putri,
pengaruh lingkungan, serta status gizi remaja tersebut (Suryani, 2015).
Sepanjang usia reproduktif, wanita akan mengalami kehilangan darah
akibat peristiwa menstruasi, dan secara tidak langsung dapat juga dikatakan
kehilangan zat besi dalam darah sebesar 12,5-15 mg/bulan, atau kira-kira
sama dengan 0,4- 0,5 mg sehari (Arisman, 2010). Zat besi yang hilang akan
menyebabkan penurunan kadar Hb dalam tubuh sehingga menyebabkan
anemia. Anemia merupakan suatu keadaan dimana terjadinya penurunan
kadar hemoglobin (Hb), hematokrit, dan jumlah sel darah merah di bawah
nilai normal.
Dampak lain anemia yang di timbulkan pada remaja putri berdominan
dengan menurunya prestasi dan semangat belajar, karena kurangnya status
besi (Fe) dapat mengakibatkan gejala seperti pucat, lesu/lelah, nafsu makan
menurun serta gangguan pertumbuhan (Putri, Simanjuntak, & Kusdalinah,
2015). Menurut Depertemen Gizi FKM UI, faktor yang mempengaruhi
masalah gizi pada remaja diantaranya pengetahuan dan kesadaran dalam
mencukupi zat gizi individu. Pengetahuan berpengaruh terhadap sikap dan
prilaku dalam pemilihan makanan, penggunaan suplementasi tablet Fe saat
menstruasi dalam selanjutnya akan berpengaruh terhadap keadaan gizi
individu yang bersangkutan termasuk status anemia (Lestari, 2012). Anemia
pada remaja dapat dicegah dengan pemberian tablet Fe yang harus diminum
secara teratur oleh remaja selama menstruasi. Pemberian suplemen zat besi
akan meningkatkan hemoglobin darah ratarata 10,2 g/L pada wanita hamil
dan 8,6 g/L pada wanita tidak hamil. Sekitar 50% dari anemia pada wanita
bisa dihilangkan dengan suplementasi zat besi (Wahyuni, 2017).
BAB III
TINJAUAN KASUS

Survey Kebidanan Komunitas


Identitas Respoden Identitas Responden
Nama Kepala : Tn. S Nama : Ny. S
Keluarga Responden

Nomor rumah Status


:- : Istri
(sensus) Responden

: 19/08
RT / RW Tanggal
Survey
: Seworan : 19-12-2020
Dusun
Nama
: Triharjo
Desa : Regita Cita Puspitasari
Pelaksana
: Wates
Kecamatan : Sri Esthini
Supervisor

:.....................................
Tanda tangan
pelaksana

I. KEPENDUDUKAN

Daftar nama anggota keluarga yang tinggal, berdasarkan lamanya tinggal (selama
satu tahun)
Nama KK agama
Hubungan
& L/ Umu
No terhadap Pend Pekr
anggota ke P r
KK
luarga
1 Tn. S L 52 Suami/ Islam SMP Petani
KK
2 Ny. S P 44 Istri Islam SD Petani
3 SL P 19 Anak Islam SMK Karyawan

a. Apakah ada anggota keluarga yang pindah dalam satu tahun ini ?

X Ya V Tidak

Bila Ya, sebutkan : - orang

b. Apakah ada anggota keluarga baru dalam satu tahun ini ?

V Ya X Tidak

c. Buat Genogram Dua keturunan:

Tn. S Ny. M Tn. Ny.


A S

Tn. S N
y.
S
Nn. SL

Keterangan:
: Garis keturunan
: Garis perkawinan
II. STATUS KESEHATAN

A. Kesakitan
Pengobatan
Keluha
Prak
n/ Duku Puskes
No Nama Tidak Kelg / tik
penyaki n/ mas /
berobat Kader medi
t sinche RS
s

Tidak ada anggota keluarga Tn. S yang mengalami atau pernah


sakit hingga membutuhkan perawatan/pengobatan

1. Daftar nama anggota keluarga yang sakit selama satu bulan yang lalu.
(Keterangan : Jenis penyakit termasuk jiwa, kurang gizi dan kecacatan.)

Tidak ada anggota keluarga Tn. S yang sakit selama 1 bulan

2. Memiliki Kartu Sehat / JPS-BK (jaminan kesehatan) :

V Ya X Tidak

B. Kematian

Daftar anggota keluarga yang meninggal dalam periode satu tahun yang lalu.
No Nama Umur Pengobatan Sebab
kematian
Tidak ada

Keterangan : Apabila yang meninggal bayi, maka ukuran waktu meninggal


adalah hari.
III. UPAYA PELAYANAN KESEHATAN

1. REMAJA :

a. Usia : 19 tahun

b. jenis kelamin : Perempuan

c. Menstruasi :

* Umur mulai Menstruasi : 13 tahun

* Keluhan saat Menstruasi : tidak ada

d. Tablet Fe : (X) Ya (V) Tidak

e. Jumlah yang diminum : - tablet

f. Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi : (berikan


pertanyaan terbuka)

1) Usia Reproduksi :

X Baik X Cukup V Kurang

2) Fungsi Reproduksi :

X Baik X Cukup V Kurang

3) Narkoba / Napsa :

V Baik X Cukup X Kurang

4) Penyakit Menular Seksual :

X Baik V Cukup X Kurang


5) Alat Kontrasepsi :

X Baik V Cukup X Kurang

6) Pengertian Sex :

V Baik X Cukup X Kurang

g. Adakah penggunaan Narkoba/Napsa :

X Ada V Tidak

h. Peran Serta Remaja di Masyarakat (aktif karang


taruna, kelompok remaja masjid dll):

X Aktif V Kurang Aktif

i. Keterbukaan tentang masalah dengan orang tua: Baik,


sdr. SL selalu menceritakan masalahnya dengan ibunya

j. BB : 48 kg TB : 154 cm LILA :
23,7 cm

A. KELUARGA BERENCANA ( PUS – UMUR WANITA 15 S/D 49


TAHUN )

1. Apakah PUS sudah ikut KB : V Ya X Tidak

2. Jenis alat kontrasepsi yang digunakan

* Kondom * MOP (V) Suntikan * IUD

* Susuk * Pil * MOW

3. Lama menggunakan alat kontrasepsi :


(V) < 1 tahun * 1 – 3 tahun * 3 – 5 Tahun * > 5 tahun

4. Dimanakah mendapatkan pelayanan KB/alat kontrasepsi tersebut :

* Posyandu * Bidan Praktik (V) Puskesmas * RB/RS

* Polindes * Apotik *Dokter Praktik

5. Kembangkan informasi lain :

a. Keluhan setelah ikut KB : Ny. S tidak merasakan ada keluhan yang


berarti

b. Pengetahuan tentang manfaat KB :

(V) Baik * Kurang

c. Peran Keluarga terhadap KB :

(V) Mendukung * Tidak mendukung

d. Pengetahuan tentang Pemeriksaan Kanker Rahim :

* Baik V Kurang

e. Pemeriksaan Kanker Rahim ( Pap Smear ) :

* Sudah V Belum

B. INDUSTRI RUMAH TANGGA

1. Apakah keluarga mempunyai usaha dibidang makanan/minuman ?

* Ya , Sebutkan : ..............................................

(V) Tidak
C. P 2 M

1. Apakah anggota keluarga yang menderita demam (diduga malaria) ?

* Ya (V) Tidak

IV. PERILAKU TERHADAP KESEHATAN.

A. KEBIASAN MANDI DAN GOSOK GIGI.

1. Berapa kali anggota keluarga mandi dalam sehari ?

* 1x (V) 2 x * 3 x atau lebih.

2. Dimanakah anggota keluarga mandi ?

* Kamar mandi Umum / MCK (V) Kamar mandi sendiri

* Pancuran/belik/PMA * Sungai

* Kolam

3. Apakah waktu mandi menggunakan sabun ?

(V) Ya * Tidak

4. Apakah anggota keluarga menggosok gigi ?

(V) Ya, Sebutkan : 3 kali/hari.

* Tidak

* Jumlah sikat gigi :3 buah,


Jumlah Anggota Keluarga : 3

B. KEBIASAAN BUANG AIR BESAR (BAB)

Anggota keluarga BAB di :

(V) Angsatrin * Jumbleng/cemplung * Kolam ikan

* Sembarang tempat

C. KEBIASAAN MENGAMBIL AIR MINUM

1. Dimanakah anggota keluarga mengambil air minum ?

* Mata air * Perpiaan /PAM * Sumur umum

* PMA (V) Sumur keluarga

2. Apakah air dimasak sebelum diminum ?

(V) Ya * Tidak

D. KEBIASAAN GANTI PAKAIAN

1. Berapa kali anggota keluarga mengganti pakaian kerja atau sekolah ?

(V) Tiap hari * Tiap tiga hari sekali

* Tiap dua hari sekal i * Lebih dari tiga hari

2. Berapa kali anggota keluarga mengganti pakaian harian ?

* 1 kali (V). dua kali * lebih dari 2 kali

E. KEBERSIHAN RUMAH
1. Dalam sehari berapa kali membersihkan rumah ?

* 1 kali * 2 kali (V) 3 kali atau lebih * Tidak teratur

2. Dalam membersihkan sarang laba-laba :

(V) Kurang dari sebulan sekali * Sebulan sekali

* Lebih dari sebulan sekali * Tidak tentu

3. Dalam membersihkan tempat penampungan air :

* Tiap hari * Seminggu sekali

(V) Sebulan sekali * Tidak tentu

F. PANTANGAN MAKAN DAN MINUM

1. Apakah ada pantangan makan dan minum bagi ibu hamil/ibu melahirkan ?

* Ya, sebutkan : ..............................................

(V) Tidak

2. Apakah ada pantangan makan bagi bayi/anak balita ?

* Ya, sebutkan :

(V) Tidak

G. KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI)

Berilah tanda (P) pada kolom yang sesuai Keadaan


N Indikator Kadarzi Y Tid
o a ak
1. Apakah keluarga makan aneka ragam V
makanan ? *)
2. Apakah keluarga (bumil/balita) memantau V
kesehatan dan pertumbuhan dengan cara
menimbang berat badan ? **)
3. Apakah keluarga biasa menggunakan garam V
beryodium dalam makanan sehari-hari ?
4. Apakah ibu hanya memberi ASI sampai bayi V
berumur 4 bulan ? ***)
5. Apakah keluarga biasa makan pagi ? V

Keterangan :

*). Kunci penilaian (observasi) perilaku 1 adalah kebiasaan keluarga


mengkonsumsi buah 2 kali seminggu

**) Kunci penilaian (observasi) perilaku 2 adalah balita sama atau lebih 3 kali
ditimbang pada 6 bulan terakhir (positif, ya) dan ibu hamil minimal 4 kali
pemeriksaan. Apabila keluarga tidak terdapat balita atau ibu hamil tanyakan
pengetahuannya.

***) Bila dalam keluarga tidak ada ibu menyusui tanyakan pengetahuannya atau
sikap terhadap ASI ekslusif

H. KEMBANGKAN INFORMASI LAIN :

Ny. S rutin mengikuti olahraga senam di desanya 2 x/seminggu

V. LINGKUNGAN (Dilakukan dengan pengamatan langsung)

A. PERUMAHAN (LINGKUNGAN FISIK)

1. Sarana Sanitasi :
N
Keterangan Kondisi Skor
o.
a. Pembuangan Kotoran
Ada sarana, mudah disiram, Ada (memenuhi 2
bersih, menggunakan leher syarat)
Ada (tidak 1
angsa atau bentuk cemplung
memenuhi syarat)
dengan tutup, sehingga
Tidak ada, 0
kecoa dan lalat tidak dapat
masuk.
N
Keterangan Kondisi Skor
o.
b. Penyediaan Air Bersih
Ada sumber air yang Ada (memenuhi 2
terlindung dari pencemaran, syarat)
Ada (tidak 1
bersih, cukup untuk
memenuhi syarat)
memenuhi kebutuhan
Tidak ada 0
minum, masak, mandi dan
cuci.

c. Pembuangan sampah
Ada tempat/ lubang sampah Ada (memenuhi 2
yang cukup menampung syarat)
Ada (tidak 1
sampah rumah tangga
memenuhi syarat)
keluarga yang bersangkutan,
Tidak ada 0
dibakar/ditimbun secara
teratur sehingga tidak
menjadi sarang nyamuk,
lalat dan tikus.
d. Pembuangan Air Limbah
Ada tempat penampungan Ada (memenuhi 2
air limbah dan tertutup syarat)
sehingga tidak ada Ada (tidak 1
genangan air limbah di memenuhi syarat)
Tidak ada 0
halaman.

e. Jendela
Ada jendela diruang tamu Ada (memenuhi 2
dan ruang tidur. Jendela syarat)
Ada (tidak 1
dapat dibuka & ditutup,
memenuhi syarat)
luasnya 1/10 (10 %) luas
Tidak ada 0
lantai bangunan

f. Lubang / Cerobong Asap Dapur


Ada konstruksi untuk Ada (memenuhi 2
pengeluaran asap dapur, syarat)
Ada (tidak 1
asap dapur dapat keluar dari
memenuhi syarat)
ruang dapur bila sedang
Tidak ada 0
dipakai memasak dan tidak
mengganggu penglihatan.
g. Ruang Tidur
Ada ruang tidur, terang pada Ada (memenuhi 2
siang hari, tidak lembab syarat)
Ada (tidak 1
baik lantai meupun
memenuhi syarat)
dindingnya.
Tidak ada 0

2. Kualitas Lingkungan.
No Keterangan Kondisi Skor
a. Bebas Jentik
Ya 2
Tidak ditemukan jentik nyamuk Tidak 0
pada tempat penampungan air (Tidak
baik didalam rumah (gentong, memenuhi
bak mandi, dsb) maupun diluar ketentuan
rumah (kaleng bekas, pot, dsb). seperti
tersebut)
b. Bebas Tikus
Tidak ditemukan tikus dan Ya 2
jejaknya baik didalam maupun Tidak 0
diluar rumah (Tidak
memenuhi
ketentuan
seperti
tersebut)
c. Bebas Lalat Ya 2
Ditemukan sedikit (satu/dua) Tidak 0
lalat didapur dan sekitarnya (Tidak
memenuhi
ketentuan
seperti
tersebut)

N S
o. Keterangan Kondisi k
or
d. Pekarangan Bersih
Ya 2
Keadaan pekarangan bersih baik dari Tidak 0
sampah maupun kotoran hewan (Tidak
ternak dan tertata dengan rapi memenuhi
ketentuan
seperti
tersebut)
e. Pekarangan Dimanfaatkan
Pekarangan dimanfaatkan untuk Ya 2
tumbuhan pelindung. Toga, sayuran Tidak 0
dan sejenisnya. (Tidak
memenuhi
ketentuan
seperti
tersebut)
f. Kandang Terpisah dan Bersih
Bangunan kandang hewan ternak Ya 2
tersendiri, tidak menjadi satu dengan Tidak 0
rumah induk, keadaannya bersih, (Tidak
terawat dan tertata dengan rapi. memenuhi
ketentuan
seperti
tersebut)

Keterangan (Sarana Sanitasi + Kualitas lingkungan) :

Penilaian Kelaikan :18

 Jumlah skor lebih atau sama dengan 18= LAIK SEHAT

 Jumlah skor kurang dari 18 = TIDAK LAIK SEHAT


 Penilaian Program
Jumlah rumah sehat
18
X 100 % = 69,23 %
26
B. Sosial Ekonomi

Pendapatan/ perbulan : Rp 400.000,-

C. Sosial Budaya

1. Sebutkan kegiatan organisasi sosial keagamaan yang diikuti : Arisan RT

2. Peran Serta Masyarakat

a. Apakah tersedia pelayanan kesehatan di desa (polindes/PKD)? Tidak


ada

b. Apakah ada posyandu ? Ada

c. Berapa kali posyandu buka setiap bulan ? 1x

d. Berapa jumlah kader saat posyandu buka ? > 5

e. Apakah ada ambulan desa ? Tidak ada

f. Bagaimana cara mendapatkan ambulan desa ? Dengan kendaraan


tetangga yang tersedia

g. Apa peran keluarga dalam ambulan desa ? Tidak ada

h. Apakah tersedia bank darah berjalan ? Tidak ada

i. Apakah keluarga menjadi pendonor ? Tidak


VI. ANALISA MASALAH

Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada keluarga Tn. S di Dusun


Seworan Desa Triharjo Kecamatan Wates di dapatkan beberapa masalah,
yaitu :

A. Remaja tidak mengkonsumsi tablet besi


B. Kurangnya pengetahuan KB suntik DMPA
C. Lingkungan rumah bebas tikus
D. Lingkungan rumah bebas lalat

VII. PRIORITAS MASALAH

Dengan memprioritaskan masalah yang ada di keluarga Tn. S Dusun


Seworan Desa Triharjo, Wates, Kulon Progo menggunakan metode USG
(Urgent, Seriousness, Growth) dengan kriteria score:

1: sangat tidak penting


2: tidak penting
3: netral
4: penting
5: sangat penting
Masalah Urgency Seriousness Growth Total
A 5 5 3 13
B 5 5 4 14
C 2 2 1 5
D 2 3 2 7

E. Prioritas Masalah:

Bardasarkan perhitungan USG, prioritas masalah keluarga Tn. S di Dusun


Seworan, Triharjo, Wates, Kulon Progo adalah :
I. Kurangnya pengetahuan mengenai KB suntik, post uff implan ingin ganti
cara menggunakan KB suntik
II. Remaja tidak mengkonsumsi tablet besi
III. Lingkungan bebas lalat
IV. Lingkungan bebas tikus
V. IMPLEMENTASI

Pada saat proses pelaksanaan implementasi dilakukan kontrak waktu dan kesepakatan terhadap keluarga Tn. S, berdasarkan
hasil kesepakatan keluarga Tn. S menghendaki 2 prioritas masalah yang hanya dikaji, sehingga didapatkan hasil implementasi
sebagai berikut:
No Prioritas Kegiatan Tujuan Sasaran Metode Tempat Waktu Evaluasi
Masalah
1. Kurangnya a. Memberikan a. Dapat Ny. S Promosi Rumah 19  Tgl 19 Desember 2020 Pukul 17.00 WIB
pengetahuan edukasi meningkatkan kesehatan Tn. S Desember a. Ny. S mampu menyebutkan kembali manfaat
mengenai (pendkes) pengetahuan (diskusi, 2020 KB suntik 2 poin, kerugian 2 poin dan cara kerja
KB suntik mengenai WUS. ceramah). Pukul secara singkat.
manfaat KB b. Dapat 17.00 b. Ny. S bersedia untuk suntik KB suntik
suntik mencegah WIB progesteron di praktik bidan terdekat
b. Memberikan kejadian
edukasi unmeet need.
(pendkes)
mengenai
kekurangan
KB suntik
c. Memberikan
edukasi
(pendkes)
mengenai cara
kerja KB
suntik
2. Remaja tidak a. Memberikan a. Dapat Nn. SL Promosi Rumah 22  22 December 2020
mengkonsum Pendkes meningkatkan dan Ny. Kesehatan Tn. S Desember a. Nn. SL dapat menyebutkan 3 manfaat tablet
si tablet besi mengenai pengetahuan S . 2020 besi untuk remaja wanita
pentingnya remaja. Pukul b. Ny. S memberikan support untuk Nn. SL
tablet besi c. Dapat 15.00 mengkonsumsi tablet besi
untuk remaja memotivasi WIB
ibu dan anak
untuk
mengkonsums
i tablet besi
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada 13 Desember 2020 telah dilaksanakan asuhan kebidanan komunitas


pada keluarga Tn. S, WHO (1974) mendefinisikan komunitas sebagai kelompok
sosial yang ditentukan oleh batas-batas wilayah, nilal-nilai keyakinan dan minat
yang sama serta adanya saling mengenal dan berinteraksi antara anggota
masyarakat yang satu dengan yang lainnya. Kebidanan komunitas memberikan
perhatian terhadap pengaruh faktor lingkungan meliputi fisik, biologis, psikolgis,
sosial dan kultural dan spritual terhadap kesehatan masyarakat dan memberi
prioritas pada strategi pencegahan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan,
dalam upaya mencapai tujuan.

Asuhan kebidanan komunitas ini dimulai dari pengkajian menyeluruh


secara sistematis pada seluruh anggota keluarga baik dari riwayat kesehatan,
sosial, spiritual dan pengetahuan individu masing-masing, sehingga didapatkan
permasalahan pada keluarga Tn. S yaitu Ny. S yang berstatus sebagai istri
merupakan seorang akseptor KB implan dan saat pengkajian didapati ibu baru
saja uff implan karena telah habis masa kerja obatnya, kemudian ibu ingin
berganti cara selain KB implan karena sudah 3x berturut-turut menggunakan KB
implan dan direkomendasikan oleh para kerabatnya untuk menggunakan KB
suntik 3 bulan atau DMPA namun Ny. S sendiri belum mengetahui manfaat,
kekurangan dan cara kerja dari KB suntik DMPA.

Masalah yang kedua adalah seorang remaja Nn. SL yang berstatus


sebagai anak dari Tn. S dan Ny. S, berusia 19 tahun dengan siklus haid rutin
setiap 28 hari dengan lama haid 7 hari, pada hasil pengkajian Nn. SL tidak pernah
mendengar dan mengetahui bahwa remaja wanita dianjurkan untuk
mengkonsumsi tablet besi ketika haid.

Dalam menentukan prioritas masalah dilakukan dengan menggunakan


metode USG (Urgent, Seriousness, Growth) dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Urgency
Seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas dikaitkan dengan waktu
yang tersedia serta seberapa keras tekanan waktu tersebut untuk memecahkan
masalah yang menyebabkan isu tadi.

2. Seriousness
Seberapa serius isu tersebut perlu dibahas dikaitkan dengan akibat yang
timbul dengan penundaan pemecahan masalah yang menimbulkan isu tersebut
atau akibat yang menimbulkan masalah-masalah lain kalau masalah penyebab isu
tidak dipecahkan. Perlu dimengerti bahwa dalam keadaan yang sama, suatu
masalah yang dapat menimbulkan masalah lain adalah lebih serius bila
dibandingkan dengan suatu masalah lain yang berdiri sendiri.

3. Growth

Seberapa kemungkinan-kemungkinannya isu tersebut menjadi


berkembang dikaitkan kemungkinan masalah penyebab isu akan semakin
memburuk kalau dibiarkan.

Setelah membandingkan masalah satu dengan masalah lain menggunakan


kriteria USG (Urgent, Seriousness, Growth), berikut merupakan rekapitulasi hasil
prioritas masalah pada keluarga Tn. S di Seworan, Triharjo, Wates, Kulon Progo :
USG
NO. PRIORITAS MASALAH TOTAL RANKING
U S G

Kurang pengetahuan tentang KB 5 5 4 14


1. I
suntik DMPA

Remaja tidak mengkonsumsi 5 5 3 13


2. II
tablet besi

3. Bebas lalat 2 3 2 7 III

4. Bebas tikus 2 2 1 5 IV
Bardasarkan perhitungan USG dan kesepakatan waktu/topik yang ingin
diberikan penyelesaiannya, prioritas masalah keluarga Tn. S adalah:

I. Kurang pengetahuan tentang KB suntik DMPA


II. Remaja tidak mengkonsumsi tablet besi

Dari matriks di atas, dapat mengambil kesimpulan bahwa, masalah


kesehatan yang akan diselesaikan dari peringkat pertama yaitu kurang
pengetahuan tentang KB suntik DMPA, dan selanjutnya peringkat kedua yaitu
remaja tidak mengkonsumsi tablet besi.

1. Kurang pengetahuan tentang KB suntik DMPA


Didapati ibu ingin berganti cara dari implan ke KB suntik progesteron
namun ibu mengaku belum pernah mendengar tentang manfaat, kekurangan
dan cara kerja dari KB suntik progesteron. Kontrasepsi suntik terbagi menjadi
dua yaitu KB suntik Cyclofem mengandung hormon estrogen dan
progesteron yang diberikan setiap bulan dan KB suntik Depo Medroksi
Progesteron Asetat (DMPA) mengandung hormon progesteron yang
diberikan setiap 3 bulan. Kontrasepsi suntik memiliki kelebihan dan
kekurangan. Kelebihan dari kontrasepsi suntik diantaranya efektif, tidak
mengganggu hubungan suami istri, tidak perlu menyimpan obat suntik.
(Saifuddin, Affandi, B, Baharuddin, M, Soekaemi, S, 2006).
Efek samping yang ditemukan pada kontrasepsi suntik adalah
perubahan berat badan, gangguan haid, depresi, keputihan, jerawat dan
sebagainya. Gangguan pola haid yang terjadi tergantung pada lama
pemakaian. Gangguan pola haid yang dimaksud seperti perdarahan bercak
atau flek, perdarahan irregular, amenore dan perubahan dalam frekuensi, lama
dan jumlah darah yang hilang dan pada penggunaan kontrasepsi suntik,
endometrium menjadi dangkal dan atropis dengan kelenjar-kelenjar yang
tidak aktif dan insidens yang tinggi dari amenorhoe diduga berhubungan
dengan atrofi endometrium (Hartanto, 2004). Gangguan menstruasi berupa
amenorea pada akseptor KB suntik DMPA menurut Glasier (2006) dapat
disebabkan karena progesteron dalam komponen DMPA menekan LH
sehingga endometrium menjadi lebih dangkal dan atrofis dengan kelenjar-
kelenjar yang tidak aktif. Pada umumnya amenore tidak perlu diobati secara
rutin (Hartanto, 2004).
Sejalan dengan pendapat Hartanto (2004) bahwa penyebab
terjadinya perubahan berat badan belum diketahui. Hipotesa para ahli, DMPA
merangsang pusat pengendalian nafsu makan di hipotalamus yang
menyebabkan akseptor makan lebih banyak dari biasanya. Menurut Hartanto
(2004) penambahan berat badan bervariasi antara kurang dari 1 kg sampai 5
kg dalam tahun pertama, kenaikan rata- rata untuk setiap tahun bervariasi
antara kurang dari 1 kg sampai 5 kg dalam tahun pertama. Sementara Mayulu
mengatakan bahwa kenaikan berat badan disebabkan oleh hormon
progesteron yang mempermudah terjadinya perubahan karbohidrat dan gula
menjadi lemak, sehingga lemak di bawah jaringan kulit bertambah (Mayulu,
2008).
Cara kerja DMPA diantaranya adalah mencegah ovulasi,
mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi
sperma, menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi, menghambat
transportasi gamet oleh tuba, gangguan haid (Haryani et al, 2010).
2. Remaja tidak mengkonsumsi tablet besi
Remaja merupakan masa yang rentan dari sudut pandang gizi.
Pertambahan kebutuhan zat gizi karena pertumbuhan dan perkembangan
fisikyang cepat dan perubahan gaya hidup serta kebiasaan makanan
mempengaruhi kebutuhan an asupan gizi. Salah satu masalah gizi pada remaja
putri Anemia merupakan salah satu masalah gizi dan kesehatan pada remaja
putri. Anemia merupakan masa sel darah merah atau konsentrasi hemoglobin
(Hb) yang mengakibatkan turunnya kemampuan arah untuk mengangkut
oksigen. (Departemen Kesehatan RI, 2008).
penelitian Hamidiyah, dkk (2019) menunjukkan bahwa faktor
determinan penyebab anemia tertinggi adalah konsumsi gizi tidak sesuai AKG
sebesar 94%. Selain itu, saat menstruasi menjadi penyebab remaja puteri
menjadi rentan terhadap anemia. Zat besi sangat dibutuhkan untuk
pembentukan darah dalam mensintesa hemoglobin. Hal ini terjadi karena
mentruasi yang dialami oleh remaja putri setiap bulannya yang berdampak
kekurangan zat besi dalam darah. Pemerintah meluncurkan program pemberian
suplemen zat besi atau tablet tambah darah (TTD) untuk remaja putri agar
dapat berkontribusi memutus lingkaran malnutrisi antargenerasi (WHO 2005).
Pemerintah menyatakan bahwa pemberian TTD dengan komposisi terdiri dari
60 mg zat besi elemental (dalam bentuk sediaan Ferro sulfat, Ferro Glukonat)
dan 0,400 mg asam folat pada remaja putri usia 12- 18 tahun dan Wanita Usia
Subur (WUS).
BAB V
KESIMPULAN

A. Kesimpulan

1. Mahasiswa bidan dalam mengaplikasikan fungsi dan tugas di dalam Tri


Drama Perguruan Tinggi yaitu dengan menjalankan kegiatan berupa
pengabdian masyarakat dalam bentuk Praktik Kebidanan Komunitas
dengan realisasi pendekatan keluarga.
2. Masalah kesehatan pada keluarga Tn. S adalah WUS kurang pengetahuan
KB suntik, remaja tidak mengkonsumsi tablet besi, lingkungan tidak bebas
tikus dan tidak bebas lalat.
3. Terdapat 2 prioritas masalah utama yang didapatkan setelah dilakukan
Musyawarah Keluarga Tn. S Dusun Seworan, Triharjo yaitu WUS kurang
pengetahuan KB suntik dan remaja tidak mengkonsumsi tablet besi.
4. Kelompok dapat melakukan pembinaan intensif terhadap keluarga binaan
terhadap masalah kesehatan yang terdapat pada keluarga binaan.
B. Saran
1. Untuk Masyarakat
a. Perlu adanya pengembangan wawasan untuk memperoleh pengetahuan
yang lebih lengkap terutama yang berhubungan dengan masalah
kesehatan di masyarakat.
b. Peran serta masyarakat dalam setiap perilaku sehat perlu ditingkatkan
lagi, terutama perlunya kemauan yang lebih besar karena terdapat
beberapa kasus dimana masyarakat telah mengetahui tetapi tidak
melaksanakan, sehingga diharapkan derajat kesehatan masyarakat
semakin baik.
2. Untuk pembaca
Diharapkan teman-teman pembaca tidak hanya berfokus pada data dan
referensi yang telah ada namun mengembangkan banyak literatur terbaru
mengenai kesehatan masyarakat terutama komunitas agar dapat
mengembangkan kemampuan dan keterampilan.
DAFTAR PUSTAKA

Alexander, N, J. Contraception: present and future. Medical Journal of Indonesia,


8(1): 7-8. 1999.

Arisman. (2010). Gizi dalam Daur Kehidupan. (Suryani, Ed.) (Edisi 2). Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Departemen Kesehatan RI. 2008. Program Penanggulangan Anemia Gizi pada


Wanita Usia Subur (WUS), Jakarta: Departemen Kesehatan.

Glasier, A., & Gabbie, A. (2006). Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi,
Jakarta: EGC

Hamidiyah, A., Rohmani, L., Zahro, N.A., 2019. Faktor Determinan Anemia
Santri Putri. Oksitosin: Jurnal Ilmiah Kebidanan. Vol.6 (1).P:64-72.

Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka


Sinar Harapan

Hartanto. (2004). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar


harapan.

Haryani, D, D, Santjaka, A, Sumarni. Pengaruh frekuensi kontrasepsi suntik


DMPA terhadap kenaikan berat badan pada akseptor kontrasepsi suntik
DMPA. Jurnal Ilmiah Kebidanan, 1(1): 59–72. 2010

Info Sehat. 2008.http://www.acehforum.or.id/gangguanhaid.com.

Lestari, P. (2012). Hubungan Pengetahuan Dengan Konsumsi Tablet Fe Saat


Mnestruasi Pada Remaja Putri Di SMA N 2 Banguntapan Bantul. Karya
Tulis Ilmiah.
Mayulu, N, Kawengian, S, Hasan, M. Hubungan penggunaan kontrasepsi
hormonal dengan obesitas pada wanita usia subur (WUS) di Puskesmas
Wawonas Kecamatan Singkil Manado. [Skripsi]. Manado: Universitas
Sam Ratulangi. 2008.

Notoatmojo S. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rhineka Cipta;


2003.

Pkm wairorosatu. 2008. http://wairorosatu.blogsot.com. Diakses tanggal 8


Februari 2008

Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: PT Bina


Pustaka; 2010.

Putri, R. D., Simanjuntak, B. Y., & Kusdalinah. (2015). Pengetahuan Gizi , Pola
Makan , dan Kepatuhan Konsumsi Tablet Tambah Darah dengan
Kejadian Anemia Remaja Putri, 400–405

Saifuddin, Affandi, B, Baharuddin, M, Soekaemi, S, 2006. Buku Panduan Praktis


Pelayanan Kontrasepsi. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Jakarta;

Sastroasmoro S. Dasar Dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi. Jakarta: CV.


Sagung seto; 2012.

Suryani Desri, dkk. 2015. Analisis Pola Makan Dan Anemia Gizi Besi Pada
Remaja Putri Kota Bengkulu. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas,
Vol.10, No.1 Oktober 2015

WHO. 2005. Nutrition in adolescent: issues and challenges for the health sector:
issues in adolescent health and development. WHOdiscussion paperson
adolescent. Geneva: WHO. http://apps.who.int/iris/bitstream/
1065/43342/1/9241593660_eng.p df.

Anda mungkin juga menyukai