Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KOMPREHENSIF

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS FISIOLOGIS


DI KLINIK AYU HUSADA

Oleh :

Faadhillah Khairunnia Wati


NIM. P07224219015

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KALTIM
JURUSAN KEBIDANAN PRODI D-III KEBIDANAN SAMARINDA
TAHUN AJARAN 2021
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS NORMAL HARI KE-21

Asuhan kebidanan pada Ny.W usia 32 tahun P4104 Nifas Normal hari ke-21 telah
di periksa dan disetujui oleh pembimbing ruangan dan pembimbing institusi di

Samarinda, 28 Mei 2021


Mahasiswa

Faadhillah Khairunnia Wati


NIM. P07224219015

Mengetahui,

Pembimbing Klinik Pembimbing Institusi

Rusiah Dewi, SST Dwi Agustiningsih, SST


NIP. NIP.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Karena atas
rahmat dan hidayah-Nya laporan komprehensif ini dapat terselesaikan. Laporan
ini berjudul “Laporan Komprehensif Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas
Fisiologis ”.
Dengan tersusunnya laporan ini saya harapkan dapat menjadi pegangan
dan pedoman mahasiswa khususnya untuk mahasiswa kebidanan dalam
pembelajaran mengenai Asuhan Kebidanan Nifas.
Dalam penyusunan laporan ini saya menyadari bahwa masih terdapat
kekurangan dan belum mencapai kesempurnaan pada isinya. Oleh karena itu saya
mengharapkan kritikan dan saran agar laporan ini dapat menjadi lebih baik. Dan
akhir kata saya ucapkan terima kasih semoga laporan ini dapat bermanfaat untuk
para pembacanya.

Samarinda, 28 Mei 2021


Mahasiswa

Faadhillah Khairunnia Wati

NIM. P07224219015
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan............................................................................................i
Kata Pengantar...................................................................................................ii
Daftar Isi.............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Tujuan.......................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Dasar Teori Nifas........................................................................4
B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Post Partum
Fisiologis....................................................................................................7

BAB III TINJAUAN KASUS (TERLAMPIR)

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................20
B. Saran.......................................................................................................20

Daftar Pustaka..................................................................................................23
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan kematian
sebagai suatu peristiwa menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara
permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup. Sedangkan
kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat proses atau setelah
perempuan bersalin kurang dari 24 jam. Menurut WHO, diseluruh dunia setap
menit seorang perempuan meninggal karena komplikasi yang terkait dengan
kehamilannya, persalinannya, dan nifas. Dengan kata lain, 1.400 perempuan
meninggal setiap hari atau lebih dari 500.000 perempuan meninggal setiap
tahunnya karena kehamilan, persalinan, dan nifas (Riswandi, 2011).
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih menjadi peringkat
tertinggi di Negara Asean. Tetapi berdasarkan data resmi SDKI, AKI di
Indonesia terus mengalami penurunan. Angka Kematian Ibu (AKI)
merupakan salah satu indikator melihat derajat kesehatan perempuan. AKI
merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan
pembangunan millennium yaitu tujuan ke lima yaitu meningkatkan kesehatan
ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi
sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu. Berdasarkan hasil survei AKI telah
menunjukkan penurunan dari waktu ke waktu, namun demikian upaya untuk
mewujudkan target tujuan pembangunan millennium masih membutuhkan
komitmen usaha keras yang terus menerus. AKI di Provinsi Kalimantan
Timur pada tahun 2010 adalah 90 per 100.000 kelahiran hidup dan pada
tahun 2011 meningkat menjadi 106 per 100.000 kelahiran hidup.
Masa nifas (Puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta
keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira kira 6 minggu.
Selama masa pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan mengalami banyak
perubahan, baik secara fisik maupun psikologis sebenarnya sebagian besar
bersifat fisiologis, namun jika tidak dilakukan pendampingan melalui asuhan
kebidanan maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi keadaan patologis
(Sulistyawati A, 2009).
Periode pasca persalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi,
dan keluarganya secara fisiologis, emosional dan sosial. Baik dinegara maju
maupun Negara berkembang, perhatian utama bagi ibu dan bayi terlalu
banyak tertuju pada masa kehamilan dan persalinan, sementara keadaan yang
sebenarnya justru merupakan kebalikannya, oleh karena resiko kesakitan dan
kematian ibu serta bayi lebih sering terjadi pada masa pascapersalinan.
(Sarwono, 2010)
Angka kematian ibu (AKI) adalah jumlah kematian selama kehamilan
atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua
sebab yang terkait dengan atau diperberat oleh kehamilan atau
penanganannya, tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan atau cedera (WHO,
2014). Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2012, AKI sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini meningkat
tajam dari tahun 2007 yang sudah mencapai 228. Angka kematian ibu di
Indonesia jauh lebih tinggi dibandingkan negara lain di ASEAN seperti di
Singapura hanya 6 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei 33 per 100.000
kelahiran hidup, dan Filipina 112 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes RI,
2015). Penyebab kematian ibu sangatlah beragam, akan tetapi kematian ibu di
Indonesia masih didominasi oleh tiga penyebab utama kematian yaitu
perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK), dan infeksi (Depkes RI,
2015).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu nifas
fisiologis dengan menggunakan pola pikir ilmiah melalui pendekatan
manajemen kebidanan menurut varney dan mendokumentasikan asuhan
kebidanan dalam bentuk catatan SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep dasar teori nifas fisiologis
b. Menjelaskan konsep dasar manajemen kebidanan pada ibu nifas
fisiologis
c. Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas fisiologis dengan
pendekatan varney yang terdiri dari :
1) Melakukan pengkajian pada ibu nifas fisiologis
2) Menginterpretasikan data dasar
3) Mengidentifikasikan diagnosa dan masalah potensial pada ibu
nifas fisiologis
4) Mengidentifikasikan kebutuhan segera pada ibu nifas fisiologis
5) Merancang intervensi pada ibu nifas fisiologis
6) Melakukan implementasi pada ibu nifas fisiologis
7) Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan yang telah diberikan
d. Mendokumentasikan asuhan dalam bentuk catatan SOAP
B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan pada Ibu Post Partum
Fisiologis

I. PENGKAJIAN
A) Data Subyektif
1. Identitas
Nama : Nama selain sebagai identitas, upayakan agar
bidan memanggil dengan nama panggilan
sehingga hubungan komunikasi antara bidan
dan pasien menjadi lebih baik dan akrab
(Sulistyawati, 2012).
Umur : Umur pasien seharusnya didapatkan dari
anamnesa dan dicatat untuk mengetahui
adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun,
alat-alat reproduksi belum matang, mental
fisiknya belum siap dan termasuk dalam
menunda dan usia 20-35 tahun adalah masa
reproduktif, sedangkan umur lebih dari 35
adalah termasuk fase mengentikan dan dapat
juga terjadi faktor risiko (Sulistyawati, 2010).
Agama : Sebagai dasar bidan untuk memberikan
dukungan dan spiritual terhadap pasien dan
keluarga (Sulistyawati, 2010).
Suku/bangsa : Dalam mengkaji suku ini berpengaruh pada
adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari
(Sulistyawati, 2010).
Pendidikan : Pendidikan sangat penting untuk dikaji karena
berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan
untuk mengetahui sejauh mana tingkat
intelektual sehingga bidan dapat memberikan
konseling sesuai dengan pendidikanya
(Sulistyawati, 2010).
Pekerjaan : Gunanya untuk mengetahui tingkat sosial
ekonominya karena ini juga mempengaruhi
dalam gizi pasien tersebut (Sulistyawati, 2010).
Alamat : Selain sebagai data mengenai distribusi lokasi
pasien data ini juga memberi gambaran
mengkaji jarak dan waktu yang ditempuh
pasien menuju lokasi pelayanan kesehatan
(Sulistyawati, 2010).

2. Keluhan Utama:
Alasan wanita tersebut mengunjungi anda di klinik, kantor,
kamar gawat darurat, pusat pelayanan persalinan, rumah sakit,
atau rumahnya, seperti yang diungkapkan dengan kata-katanya
sendiri (dapat berhubungan sistem tubuh) (Varney, 2007).
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan
dengan masa nifas, misalnya pasien merasa mules, sakit pada
jalan lahir karena adanya jahitan pada perineum (Ambarwati,
2009).

3. Riwayat Kesehatan Klien


a. Riwayat Kesehatan yang Lalu
Menurut (Sarwono, 2011, Persis Mary, 1995; Persis Mary,
1995; Jones, 1996).
1) Penyakit Kardiovaskuler
Penyakit Jantung, Hipertensi.
2) Penyakit Darah
Anemia
3) Penyakit Paru-paru
TBC, Asma
4) Penyakit Hati
Hepatitis.
5) Penyakit Endokrin
Diabetes Melitus.
6) Penyakit Infeksi
IMS, InfeksiTORCH.
7) Penyakit Ginjal dan Saluran Kencing
Gagal Ginjal.
8) Penyakit/Kelainan sistem Reproduksi
Penyakit Ginekologik, Tumor/Kanker.
9) Riwayat Alergi
10) Riwayat Pembedahan
b. Riwayat Kesehatan Sekarang:
Tanggal dan waktu keluhan, bentuk keluhan, faktor
pencetus atau latar belakang yang berhubungan dengan
keluhan, perjalanan penyakit sejak keluhan termasuk durasi
dan kekambuhatau ketidaknyamanan, lokasi spesifik, jenis
nyeri, gejala lain yang berkaitan, hubungan dengan fungsi dan
aktivitas tubuh, faktor yang mempengaruhi masalah, baik yang
perparah atau yang meredakan, bantuan medis sebelumnya
untuk masalah ini, dan keefektifan suatu terapi atau obat yang
digunakan (Varney, 2007).

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
pengaruh penyakit keluarga terhadap gagguan kesehatan pasien
dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang
menyertainya (Ambarwati, 2009).

5. Riwayat Menstruasi
Mempunyai gambaran tentang keadaan dasar dari organ
reproduksinya (Sulistyawati, 2010).
Riwayat siklus : 23 – 32 hari (Sulistyawati, 2010).
Lama haid : 4-7 hari (Manuaba, 2008).
Jumlah menstruasi: Data ini menjelaskan seberapa banyak
darah menstrusi yang di keluarkan
(Sulistyawati, 2010).

6. Riwayat Obstetri:
N Kehamilan Persalinan Anak Nifas
Suami Ank UK Pny Jns Pnlg Tmpt Peny J BB/PB H M Abnrmlts Laktasi Peny
o
K
1
2

Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.


Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, cara
persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas
yang lalu.

7. Riwayat Kehamilan Sekarang


Frekuensi periksa hamil, Keluhan hamil muda dan Keluhan
hamil tua, Terapi Selama Kehamilan.

8. Riwayat Kontrasepsi
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan
kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama
menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas
ini dan beralih ke kontrasepsi apa (Ambarwati, dkk. 2009).

9. Pola Fungsional Kesehatan


Pola Keterangan
Nutrisi Cepat Lapar
Terjadi perubahan gastrointestinal yaitu
peristaltik usus akan bekerja cepat yang
menyebabkan ibu pasca partum satu atau 2 jam
akan lebih mudah kelaparan (Varney, 2007).
Eliminasi Volume urine berkurang (Diuresis)
Terjadi berhubungan dengan pengurangan
volume darah, hal ini berlangsung sampai 2-3
hari post partum (Varney, 2007).
Konstipasi
Setelah plasenta lahir estrogen menurun
sehingga tonus otot seluruhnya berangsur pulih
kembali, tapi konstipasi mungkin tetapi terjadi
dan mengganggu hari-hari pertama post partum
(Varney, 2007).
Istirahat Ibu akan sering beristirahat
Kontraksi uterus ketika ibu akan bersalin
membuat ibu tidak dapat beristirahat dengan
cukup hal ini menyebabkan ibu lelah. Oleh
karena itu, ketika ibu memasuki masa nifas ibu
akan sering beristirahat (Ambarwati, 2009).
Aktivitas Sering memperhatikan dan merawat
bayinya
Ibu menganggap bayi yang dilahirkannya
adalah suatu hal yang baru. Sehingga ibu akan
sering dan lebih terfokus kepada bayinya
(Ambarwati, 2009).

Personal Pada masa postpartum, seorang ibu sangat


Hygiene rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu,
kebersihan diri sangat penting untuk mencegah
terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian,
tempat tidur, dan lingkungan sangat penting
untuk tetap dijaga (Saleha, 2009).
Seksualitas Dilakukan setelah 40 hari masa nifas
Secara fisik, aman untuk melakukan
hubungan seksual begitu darah merah berhenti
dan ibu dapat memasukkan satu atau dua
jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri.
Banyak budaya dan agama yang melarang
untuk melakukan hubungan seksual sampai
masa waktu tertentu, misalnya 40 hari atau 6
minggu setelah kelahiran. Keputusan
bergantung pada pasangan yang bersangkutan
(Sulistyawati, 2009).
Dinding vagina kembali pada keadaan
sebelum hamil dalam waktu 6-8 minggu.
Secara fisik aman untuk memulai hubungan
suami istri begitu darah merah berhenti, dan
ibu dapat memasukkan 1 atau 2 jari ke dalam
vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah
berhenti dan ibu tidak merasakan
ketidaknyamanan, maka aman untuk memulai
melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu
siap (Dewi dkk, 2011).

10. Riwayat Psikososiokultural Spiritual


a) Pernikahan keberapa, lama menikah, status pernikahan
sah/tidak.
b) Respon klien dan keluarga bayi yang dilahirkan,
diterima/tidak.
c) Bagaimana psikis ibu di masa nifas.
d) Adat istiadat yang masih dilakukan oleh ibu dan keluarga di
masa nifas.

Masa nifas merupakan masa yang rentan dan terbuka untuk


bimbingan dan pembelajaran.Perubahan peran seorang ibu
memerlukan adaptasi. Tanggung jawab ibu mulai bertambah
(Damaiyanti, 2011).
B) DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik (Sulistyawati, 2010)
Kesadaran : Compos mentis (Sulistyawati, 2010)
Tanda-tanda vital
Tekanan Darah : 110/70 mmHg - 120/80 mmHg (Ambarwati
dkk, 2009)
Frekuensi nadi : 60 - 80 x/ menit atau tidak lebih dari 100x/
menit.
Frekuensi napas : 20 - 30 x/menit
Pernafasan harus berada dalam rentang
yang normal,yaitu sekitar 20 - 30 x/menit
(Ambarwati dkk, 2009).

Suhu badan : 24 jam postpartum suhu badan akan naik


sekitar (37,5 - 38oC) sebagai akibat kerja keras
waktu  melahirkan dan kelelahan (Ambarwati
dkk, 2009).
Denyut nadi normal orang dewasa
adalah 60-80 x/menit. Sehabis melahirkan
biasanya denyut nadi akan lebih cepat. Denyut
nadi di atas 100x/menit pada masa nifas
adalah mengindikasikan adanya suatu infeksi
(Ambarwati dkk, 2009).
Skala nyeri :
Antropometri
Tinggi Badan : Tinggi badan merupakan salah satu ukuran
pertumbuhan seseorang. Tinggi badan dapat
diukur dengan stasiometer atau tongkat
pengukur (Tambunan dkk, 2011).

Berat Badan : Sebelum hamil :


BB sekarang :
Massa tubuh di ukur dengan pengukuran
massa atau timbangan. Indeks massa tubuh
digunakan untuk menghitung hubungan antara
tinggi dan berat badan, serta menilai tingkat
kegemukan (Tambunan dkk., 2011).
LILA : ≥23,5 cm (Depkes RI, 2008).

Riwayat Persalinan sekarang :


Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin
anak, keadaan bayi meliputi PB, BB, penolong persalinan.
Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah proses
persalinan mengalami kelainan atau tidak yang bisa
berpengaruh pada masa nifas saat ini (Ambarwati, dkk.,
2009).
1) Jenis persalinan :
2) Kala I :
3) Kala II :
4) Kala III :
5) Kala IV :

Data Bayi :
1) Lahir tanggal :……, jam :…………..
2) Jenis kelamin : Laki-laki/Perempuan
3) Antropometri : BB :………… gr. PB :……….. cm
LK :………… cm
LD :………… cm
LP :…………. cm
LILA :………..cm
4) Kecacatan : Ada/tidak
5) IMD : ( ) Ya ( ) Tidak

6) Eliminasi
a) BAK : f : ……x/hari, warna : ………...,
konsistensi :………
b) BAB : f : ……x/hari, warna : ………...,
konsistensi :………
7) Nutrisi : ASI/PASI/Lainnya :……………...

2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Kepala : Simetris, kulit kepala bersih, tidak terdapat
ketombe, rambut tampak kuat, distribusi rambut
merata dan tekstur rambut lembut (Priharjo,
2006).
Wajah : Tidak/ terdapat kloasma gravidarum dan tidak
pucat (Tambunan dkk., 2011).
Mata : Simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik, dan pandangan tidak kabur.
Telinga : Simetris, bersih, tidak ada pengeluaran serumen/
sekret (Tambunan dkk., 2011 & Uliyah dkk.,
2008).
Hidung : Bersih, tidak terdapat pengeluaran sekret, tidak
ada polip, tidak terdapat peradangan (Tambunan
dkk., 2011).
Mulut : Simetris, mukosa bibir lembab, bibir tidak pucat,
tidak terdapat stomatitis, tidak/ terdapat caries
dentis, terdapat bintil kecil berwarna abu-abu,
merah muda atau agak kemerahan pada daerah
mulut, tidak/ terjadi pembesaran pada tonsil dan
uvula (Varney, 2008).
Leher : Terjadi hyperpigmentasi pada leher
(Prawirohardjo, 2009; Tambunan dkk, 2011).
Dada : Simetris, bentuk dada elips, dan tidak terdapat
retraksi dinding dada (Tambunan, 2011).
Payudara : Terjadi perubahan warna pada aerola dan
mengalami hiperpigmentasi, dan tidak terdapat
retraksi atau dimpling, terdapat pengeluaran ASI
(Dewi dan Tri Sunarsih, 2010).
Payudara mencapai maturitas yang penuh
selama masa nifas kecuali jika laktasi disupresi.
Payudara akan menjadi lebih besar, lebih kencang
dan mula-mula lebih nyeri tekan sebagai reaksi
terhadap perubahan status hormonal serta
dimulainya laktasi (Bobak, 2005).
Kolostrum merupakan ekskresi cairan
dengan viskositas kental, lengket dan berwarna
kekuningan pada hari pertama sampai hari
keempat postpartum. ASI transisi yang keluar
setelah kolostrum sampai sebelum ASI matang,
yaitu sejak hari keempat sampai hari kesepuluh.
ASI matur disekresi pada hari kesepuluh dan
seterusnya, tampak berwarna putih,
kandungannya relatif konstan. Mengkaji simetris
atau tidak, konsistensi, ada pembengkakan atau
tidak, putting menonjol/tidak, dan lecet/tidak
(Ambarwati dkk, 2009).
Abdomen : Terdapat linea nigra/ alba, dan tidak/ terdapat
stirae alba/ bivide, tidak terdapat luka bekas
operasi, dan tidak tampak asites (Helen Farer,
1999).
Genetalia : Terdapat pengeluaran lochea rubra (1 – 3 hari),
Lochea sanguilenta (3 – 7 hari), Lochea serosa (7
- 14 hari) dan Lochea alba (>14 hari) (Varney,
2007).
Ekstremitas : Bawah, Simetris, jari-jari lengkap, tidak terdapat
oedema, dan tidak terdapat varices (Ambarwati
dkk, 2009).
Atas, Simetris, jari-jari lengkap, tidak terdapat
oedema (Ambarwati dkk, 2009).

Palpasi
Kepala : Tidak teraba massa (Prawirohardjo, 2009).
Wajah : Tidak terjadi oedema (Prawirohardjo, 2009).
Mata : Tidak terjadi pembengkakan pada palpebra
(Prawirohardjo, 2009).
Hidung : Tidak terjadi fraktur (Prawirohardjo, 2009).
Leher : Tidak terjadi pembesaran kelenjar tirod, vena
jugularis, dan kelenjar limfe (Prawirohardjo,
2009).
Payudara : Tidak ada benjolan atau massa, konsistensi teraba
padat berisi, dan tidak teraba pembesaran
kelenjar limfe (Prawirohardjo, 2009).

Abdomen : Konsistensi teraba bulat dan keras, kontraksi


baik, kandung kemih tidak penuh, Diastasis
rektus abdominalis 12 x 2 cm (Varney, 2008).
Tinggi Fundus Uteri (Varney, 2008).
Hari Ke Tinggi Fundus
Segera saat pasca partum 3 jari bawah pusat
Hari kelahiran dan hari pertama Sepusat
Hari ke-2 1 jari dibawah pusat
Hari ke-3 2 jari dibawah pusat
Hari ke-4 3 jari dibawah pusat
Hari ke-5 Pertengahan pusat sympisis
Hari ke-6 Pertengahan pusat sympisis
Hari ke-7 3 jari diatas sympisis
Hari ke-8 2 jari diatas sympisis
Hari ke-9 1 jari diatas sympisis
Hari ke-10 Sudah masuk ke panggul
Genetalia : Tidak teraba oedema, varices, massa, dan
pembesaran kelenjar bartholini (Varney, 2008).
Ekstremitas : Bawah, Reflex homan sign (-), cavillary refill
time kembali kurang dari 2 detik. (Varney 2008;
Ambarwati dkk, 2009).
Atas, Cavillary refill time kembali kurang dari 2
detik. (Varney 2008; Ambarwati dkk, 2009).

Auskultasi
Dada : Tidak ada bunyi nafas tambahan, Bunyi Jantung I
dan II terdengar jelas dan teratur (Varney, 2008).
Abdomen : Bising usus 5-35 x/menit (Varney, 2008).

Perkusi
Dada : Pada paru menghasilkan bunyi sonor dengan
amplitudo lebih tinggi nada lebih redah. Pada
jantung bunyi terdengar redup, berlangsung
singkat dan beramplitudo rendah tanpa resonansi
(Swartz, 2005).

Abdomen : Menghasilkan bunyi timpani dengan tinggi nada,


tinggi dan bergaung (Swartz, 2005).

Ekstremitas : Untuk mengecek refleks babynski (-), reflex


patella (+), Bisep (+), Trisep (+). (Varney 2008).

3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
b. Pemeriksaan USG
c. Pemeriksaan Diagnostik lainnya
4. Data Rekam Medis
Berisi tindakan yang telah dilakukan oleh petugas lain
dimana tindakan tersebut yang menunjang riwayat kesehatan
sekarang dan terdapat pada catatan/status klien. Tindakan tersebut
dilakukan sejak pasien masuk rumah sakit hingga dilakukan
pengkajian.

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Diagnosis : Papah…Jam postpartum atau Papah hari ke… post
partum Fisiologis (jika masa nifas sudah lebih dari 24
jam) (Varney, 2008).
Masalah : Tidak ada.
Kebutuhan : Tidak ada.

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/ MASALAH POTENSIAL


Tidak ada.

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA


Tidak ada.

V. INTERVENSI
1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada klien.
Rasional : Penjelasan mengenai pemeriksaan fisik postpartum
merupakan hak klien (Varney, 2007).
2. KIE mengenai nutrisi ibu nifas.
Rasional : Makanan harus bermutu dan bergizi, cukup kalori.
Makanlah makanan yang mengandung protein,
banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan.
3. Berikan KIE tentang mobilisasi pada Ibu.
Rasional : Karena lelah sehabis bersalin ibu harus beristirahat,
lalu miring ke kanan dan ke kiri, duduk, jalan-jalan.
Mobilisasi mempunyai variasi tergantung pada
adanya komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya
luka-luka.

4. Berikan KIE tentang personal hygine.


Rasional : Personal hygine terutama pada daerah genetalia
mengurangi resiko infeksi yang terjadi pada ibu post
partum.
5. Berikan KIE tentang proses eliminasi pada masa nifas.
Rasional : Hendaknya kencing secepatnya dapat dilakukan
sendiri. Kadang-kadang ibu nifas sulit kencing karena
sphingter uretra mengalami tekanan oleh kepala janin
dan spasme oleh iritasi sphingter ani selama
persalinan. Juga oleh karena adanya edema kandung
kemih yang terjadi selama persalinan.Bila ibu nifas
sulit kencing sebaiknya lakukan kateterisasi.
Buang air besar harus ada 3-4 hari post partum. Bila
belum dan terjadi obstipasi apalagi BAB keras dapat
diberikan terapi per oral atau per rectal.
6. Berikan informasi mengenai hygien dan perawatan perineal
Rasional : Membantu memfasilitasi otonomi, mencegah infeksi,
dan membantu penyembuhan (Doenges dan
Moorhouse, 2001; H. 445).
7. Kaji pemulihan episiotomi atau laserasi. Berikan informasi
berkenaan dengan penggunaan rendam duduk 3-4 kali setiap kali.
Rasional : Kehangatan dari rendam duduk membantu
merilekskan sfingter anal, meningkatkan
penyembuhan, mendorong relaksasi umum, dan
menurunkan ketidaknyamanan berkenaan dengan
pengosongan (Doenges dan Moorhouse, 2001; H.
467).

8. Anjurkan pemeriksaan payudara dan perineum rutin


Rasional : Deteksi dini perkembangan masalah memungkinkan
intervensi, dengan cara demikian menurunkan risiko
komplikasi serius (Doenges dan Moorhouse, 2001; H.
442).
9. Berikan informasi tentang peran program latihan pascaprtum
progresif
Rasional : Latihan membantu tonus otot, meningkatkan sirkulasi,
mengasilkan tubuh yang seimbang, dan meningkatkan
perasaan sejahtera secara umum (Doenges dan
Moorhouse, 2001; H. 411).
10. Berikan informasi tentang perlunya masukan vitamin dan preparat
zat besi setiap hari, sesuai indikasi.
Rasional : Masukan zat besi dan vitamin selama 4-6 minggu
pascapartum dapat mengatasi defisiensi diet,
menjamin suplai ASI bergizi, dan membantu dalam
pemulihan jaringan (Doenges dan Moorhouse, 2001;
H. 460).
11. Kaji pengetahuan dan pengalaman klien tentang menyusui
sebelumnya.
Rasional : Membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan saat ini
dan mengembangkan rencana perawatan (Doenges
dan Moorhouse, 2001; H. 391).
12. Berikan informasi mengenai fisiologis dan keuntungan menyusui,
perawatan payudara dan puting, kebutuhan diet khusus, dan faktor-
faktor yang memudahkan atau mangganggu keberhasilan menyusui.
Rasional : Membantu menjamin suplai susu adekuat, mencegah
putting pecah dan luka, memberikan kenyamanan,
dan membuat peran ibu menyusui (Doenges dan
Moorhouse, 2001; H. 391).
13. Berikan KIE untuk melakukan kunjungan ulang ke tempat pelayanan
kesehatan.
Rasional : Kunjungan ulang dilakukan untuk memantau nifas
dan neonatus untuk mencegah komplikasi pada ibu
dan neonates (Saifuddin, 2002).

VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya
oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim
kesehatan lainnya.

VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan
keefektifan asuhan kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi
didokumentasikan dalam bentuk SOAP.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam asuhan kebidanan postpartum fisiologis harus dilakukan
pengkajian data dengan sangat teliti dan selengkap mungkin. Data yang
diperoleh ini adalah diperlukan untuk melakukan tindakan atau langkah
selanjutnya. Dan dari danalisa data hasil pengkajian maka akan ditemukan
suatu diagnosa atau masalah dari klien.
Kemudian di lakukan rencana tindakan untuk mengatasi masalah
klien dan lakukan diskusi bersama klien agar klien benar-benar mampu
memahami dan melaksanakan rencana tindakan. Tetapi disini pelaksanaan
tindakan haruslah disesuaikan dengan prioritas masalah dan berdasarkan
perencanaan yang telah disusun. Kemudian setelah itu kita lakukan
evaluasi dari tindakan yang telah dilakukan untuk melihat dan
memberikan penilaian terhadap kelancaran atau berhasil tidaknya asuhan
kebidanan yang telah dilakukan.

B. Saran
1. Bidan
Bidan dalam melakukan asuhan kebidanan harus sesuai dengan
standar asuhan kebidanan sehingga masalah yang dihadapi klien dapat
cepat teratasi.
2. Klien
Klien harusnya dapat bekerjasama dengan lebih baik dengan petugas
kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, 2009. Asuhan Kebidanan  Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.

Bobak, M. Irene, at.al. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. edisi 4. Alih
Bahasa : Maria A. Wijayarini. Jakarta : EGC

Cunningham, F. G. 2005. Obstetri Williams. Jakarta: EGC. Edisi: 21

Damaiyanti, 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media


Dewi, Sunarsih. 2011. Asuhan Kehamilan Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba
Farrer, Helen 2001. Perawatan Maternitas. Ed. 2. Jakarta: EGC 2001

Marmi, SST. 2011. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas “Puerperium Care”.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Maryunani, A. dan Nurhayati ., 2009. Asuhan Kegawatdaruratan Dan Penyulit


Pada Neonatus. CV. Trans Info Media, Jakarta

Mochtar. 1990. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta: EGC


Priharjo. Robert. 2006. Pengkajian fisik keperawatan. Jakarta: EGC

Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan  Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika

Sulistyawati dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta: Salemba
Medika

Tambunan dkk. 2011. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawihardjo

Uliyah dkk. 2008. Keterampilan Dasar Praktik Untuk Kebidanan Edisi 2. Jakarta:
Salemba

Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC


Varney, Helen. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai