Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KESEHATAN REPRODUKSI DAN KELUARGA

BERENCANA

“MASALAH REPRODUKSI WANITA DENGAN INFEKSI MENULAR


SEKSUAL CHLAMYDIA”

DOSEN PEMBIMBING:

DWI HENDRIANI, M.Kes

DISUSUN OLEH:

PRI HANDINI HAPSARI

(P07224219028)

PRODI DIII KEBIDANAN SAMARINDA

TINGKAT 1

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN

KALIMANTAN TIMUR

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah Subhanallahu Wa Ta’ala, atas segala
limpahan rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
sebagai tugas mata kuliah kesehatan reproduksi dan keluarga berencana.

Dalam penyusunan makalah yang berjudul “Masalah kesehatan reproduksi wanita degan
infeksi menular seksual chlamydia” ini, saya telah menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya
dan semaksimal mungkin.Namun tentunya sebagai manusia biasa tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan. Harapan saya, semoga bisa menjadi koreksi di masa mendatang agar lebih baik lagi
dari sebelumnya.

Tak lupa ucapan terima kasih saya sampaikan kepada ibu Dwi Hendriani, M.kes, selaku
dosen Konsep Kebidanan saya, atas bimbingan, dorongan dan ilmu yang telah diberikan kepada
saya. Sehingga saya dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya dan
insya-Allah sesuai yang saya harapkan. Mudah-mudahan makalah ini bisa memberikan Manfaat
dan pengetahuan bagi kita semuanya.Amin.

Samarinda, 29 Mei 2020

Pri Handini Hapsari


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR......................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1

1.1 Latar Belakang......................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................2

1.3 Tujuan...................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................3

2.1 Clamydia Trachomatis.........................................................................3

2.2 Kasus....................................................................................................6

2.3 Penyelesaian Masalah..........................................................................9

BAB III PENUTUP..........................................................................................10

3.1 Kesimpulan...........................................................................................10

3.2 Saran.....................................................................................................10

DaftarPustaka....................................................................................................11
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Clamydia adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri C. trachomatis yang ditularkan
melalui hubungan seks .Chlamydia trachomatis, imunotipe D sampai dengan K, ditemukan
pada 35 – 50 % dari kasus uretritis non gonokokus di AS.

C. trachomatis berbeda dari kebanyakkan bakteri karena berkembang mengikuti suatu


siklus pertumbuhan yang unik dalam dua bentuk yang berbeda, yaitu berupa Badan Inisial.
Badan Elementer (BE) dan Badan Retikulat (BR) atau Badan Inisial. Badan elementer
ukurannya lebih kecil dan terletak ekstraselular dan merupakan bentuk yang infeksius,
sedangkan badan retikulat lebih besar, terletak intraselular dan tidak infeksius.

Chlamydia tergolong salah satu penyakit menular seksual (sexual transmitted diseases),
seperti kencing nanah, sifilis, dan tentu HIV/AIDS. Bedanya dengan HIV, chlamydia masih
bisa disembuhkan. Manusia adalah inang alami untuk C trachomatis. Infeksi Chlamydia
trachomatis pada banyak negara merupakan penyebab utama infeksi yang ditularkan melalui
hubungan seksual. Laporan WHO tahun 1995 menunjukkan bahwa infeksi oleh C.
trachomatis diperkirakan 89 juta orang. Di Indonesia sendiri sampai saat ini belum ada angka
yang pasti mengenai infeksi C. trachomatis

Biasanya penyakit ini tidak terdapat gejala apa-apa, walaupun begitu tetap saja gejala-
gejala ringan seperti nanah atau keputihan pada penis atau vagina dan adanya rasa sakitsaat
buang kecil, ini merupakan infeksiyang terjadi pada uretra (laki-laki) dan serviks (mulut
rahim) pada perempuan. Chlamydia merupakan penyakit menular seksual yang di kenal
sebagai penyakit peradangan pada perviks (panggul) sehingga menyebabkan invertilisasi
kemandulan pada perempuan,

Infeksi C. trachomatis sampai saat ini masih merupakan problematik karena keluhan
ringan, kesukaran fasilitas diagnostik, mudah menjadi kronis dan residif, dan mungkin
menyebabkan komplikasi yang serius seperti infertilitas dan kehamilan ektopik. Selain
menular pada kelamin, chlamydia tak jarang pula bisa ditularkan lewat liang dubur jika
melakukan sodomi. Dapat pula melalui rongga mulut jika melakukan oral seks dengan
pasangan seks yang positif chlamydia.
1.2 Rumusan Masalah

1. Clamydia Trachomatus
2. Kasus
3. Penyelesaian Kasus

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan informasi kepada pembaca
tentang infeksi seksual menular “Clamydia Trachomatus” lebih dalam dan membuat
pembaca tahu tentang kasus yang berkaitan dengan penyakit ini serta mengetahui apa saja
cara penyelesaian yang tepat dalam menghadapi penyakit menular seksual ini.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Clamydia Trachomatis

1. Definisi

Clamydia merupakan penyakit kelamin yang disebabkan oleh bakteri


C.trachomatis. Biasanya penyakit ini tidak terdapat gejala apa-apa, walaupun begitu tetap
saja gejala-gejala ringan seperti nanah atau keputihan pada penis atau vagina dan adanya
rasa sakitsaat buang kecil, ini merupakan infeksiyang terjadi pada uretra (laki-laki) dan
serviks (mulut rahim) pada perempuan. Chlamydia merupakan penyakit menular seksual
yang di kenal sebagai penyakit peradangan pada perviks (panggul) sehingga
menyebabkan invertilisasi kemandulan serta kehamilan ektopik pada perempuan.

2. Gejala

Chlamydia biasanya tidak menimbulkan gejala. Meski demikian, penderita


chlamydia tetap dapat menularkan penyakit ini kepada orang lain. Bila terdapat gejala,
biasanya gejala tersebut baru muncul 1-3 minggu setelah penderita terinfeksi.Karena
organ yang terinfeksi berbeda, gejala chlamydia pada pria dan wanita juga akan berbeda.
Berikut ini adalah gejala yang dapat dialami oleh penderita chlamydia:

Gejala chlamydia pada wanita :

1. Keputihan yang sangat bau.


2. Rasa terbakar ketika buang air kecil.
3. Sakit saat sedang berhubungan seksual, dan dapat mengalami perdarahan di
vagina sesudahnya.
4. Bila infeksi sudah menyebar, maka penderita akan merasa mual, demam, atau
merasa sakit pada perut bagian bawah.

Gejala chlamydia pada pria :

1. Keluar cairan dari penis.


2. Luka di penis terasa gatal atau terbakar.
3. Rasa terbakar ketika buang air kecil
4. Rasa sakit atau bengkak pada salah satu atau kedua buah zakar.
5. Baik pada pria maupun wanita, apabila chlamydia menginfeksi dubur, akan
timbul rasa sakit yang dapat disertai keluarnya cairan atau darah dari dubur.
3. Cara Penularan

Penularan chlamydia sering terjadi melalui hubungan intim. Namun, kebiasaan


berbagi mainan seks yang tidak dicuci atau ditutupi dengan kondom setelah digunakan
juga meningkatkan risiko penularan chlamydia. Selain itu, Miss V yang bersentuhan
dengan Mr P tanpa ada penetrasi, orgasme, atau ejakulasi ternyata juga dapat menularkan
chlamydia. Melalui hubungan seks vaginal, anal, atau oral tanpa alat pengaman. Dari ibu
ke bayi dalam proses mengandung, persalinan, atau menyusui.

Cairan semen atau Miss V yang terinfeksi chlamydia dapat menular apabila
masuk ke mata. Chlamydia juga dapat ditularkan oleh ibu hamil kepada bayinya. Perlu
diingat bahwa chlamydia tidak ditularkan melalui kontak biasa seperti berpelukan,
berciuman, berbagi alat mandi, berbagi peralatan makan, kolam renang, atau kursi toilet.

4. Cara Pencegahan

Orang yang sudah aktif secara seksual berisiko terkena chlamydia. Namun, orang
yang paling berisiko adalah individu yang sering berganti pasangan seksual dan tidak
menggunakan kondom saat berhubungan intim. Maka itu, beberapa tips berikut dapat
membantu mencegah penyebaran chlamydia:

1. Menggunakan kondom setiap kali melakukan hubungan seks vaginal.

2. Hindari melakukan seks anal.

3. Menggunakan kondom untuk menutupi penis selama seks oral.

4. Menggunakan bendungan (sepotong plastik tipis, lembut atau lateks) untuk


menutupi Miss V selama seks oral atau ketika menggosoknya.

5. Hindari berbagi mainan seks.

6. Jika berbagi mainan seks, cuci atau tutupi dengan kondom baru saat akan
menggunakannya

.
5. Cara Pengobatan

Clamydia dapat diobati dengan antibiotik, seperti azithromycin atau doxycycline.


Penderita chlamydia perlu minum antibiotic selama 7 hari, atau cukup minum antibiotic
dosis tunggal, sesuai anjuran dokter. Penderita chlamydia tidak boleh melakukan
hubugan seksual sampai 7 hari setelah pengobatan selesai.

Ibu hamil penderita chlamydia perlu segera diobati dengan antibiotic, agar tidak
menularkan kepada janin dan bisa melahirkan secara normal. Pengobatan chlamydia pada
ibu hamil baru dimulai setelah diagnosanya dipastikan lewat pemeriksaan laboratorium.

Jika ibu hamil tetap beresiko terkena chlamydia, akan dilakukan pemeriksaan
ulang pada trimester ketiga kehamilan. Bila hasilnya kembali positif, ibu hamil akan
diobati lagi. Jika ibu hamil masih menderita chlamydia saat mendekati waktu persalinan,
maka dokter akan menyarankan persalinan dengan operasi Caesar. Tujuannya adalah
untuk mengurangi resiko penularan chlamydia pada bayi yang dilahirkan.

2.2 Kasus
Kejadian Infeksi Klamidia Trakomatis Di Serviks Dan Tuba Pada Pasien
Kehamilan Ektopik Terganggu Di RSUP. H. Adam Malik Medan Dan RS.
Jejaring FK-USU

Date

2013-02-19

Author

Saputra, Hendry Adi

Metadata

Show full item record

Latar Belakang :

Klamidia trakomatis merupakan salah satu penyebab penyakit menular seksual yang
paling sering di dunia, dan mungkin merupakan penyakit menular seksual dengan prevalensi
paling tinggi di Amerika Serikat. Lebih kurang 4 juta kasus infeksi klamidia trakomatis dijumpai
setiap tahun.Pada tahun 1994 komplikasi yang disebabkan oleh infeksi klamidia trakomatis yang
tidak diobati telah menelan biaya sangat besar di Amerika Seri¬kat. Klamidia trakomatis adalah
suatu mikroorganisme obligat intraseluler yang memiliki dinding sel yang sama dengan bakteri
gram negatif.

Seperti gonorrhea, penjalaran klamidia trakoma¬tis pada saluran urogenital dimulai dari
serviks ataupun uretra ke atas, dan infeksi klamidia dapat menimbulkan "cacat" (sequelle) yang
serius terutama pada perempuan, karena infeksi klamidia yang ascending dari saluran genitalia
dapat menyebabkan kolonisasi bakteri di endometrium dan mukosa tuba falopii.

Gejala klinis dari penyakit inflamasi panggul pada wanita sering bersifat asimptomatis.
Bentuk sub-klinis dari infeksi klamidia trakomatis pada saluran genital bagian atas sering timbul
dengan kurangnya pendeteksian dan pengobatan dini, dan perjalanan pe¬nyakitnya menimbulkan
infeksi akut maupun kronis sehingga dapat menyebabkan kehamilan ektopik dan infertilitas.
Selama dua dekade terakhir insiden ke-hamilan ektopik juga semakin bertambah banyak di
negara berkembang. Sebanyak 98% kehamilan ektopik adalaah kehamilan tuba, dan dari
beberapa penelitian, infeksi klamidia trakomatis merupakan penyebab kehamilan tuba pada 7 –
30% kasus.

Tujuan:

Mengetahui kejadian infeksi klamidia trakomatisdi serviks dan tuba dengan


menggunakan metode pemeriksaan Polymerase chain reaction (PCR), dan bersamaaan dengan
itu dicoba untuk mengetahui karakteristik kehamilan ektopik terganggu berdasarkan usia
menikah, pendidikan, jumlah pasangan seksual, kontrasepsi, riwayat keputihan, riwayat
merokok, riwayat abortus, riwayat infeksi saluran kemih / panggul, serta riwayat operasi
sebelumnya dan mengetahui hubungan infeksi klamidia trakomatis di serviks dan tuba pada
pasien kehamilan ektopik terganggu di RSUP. H. Adam Malik Medandan RS. Jejaring FK-USU

Desain:

Penelitian ini merupakan studi observational dengan pendekatan cress sectional pada
pasien infeksi klamidia trakomatis dengan kehamilan ektopik terganggu.

Bahan dan Cara :

Penelitian ini memiliki dilakukan dari tanggal 1 Maret 2012 hinngga 30 September 2012
atau sampai jumlah sampel terpenuhi terhadap 25 subyek penelitian yang memenuhi criteria
inklusi dan menjalani operasi laparatomi (salpingektomi / pengangkataan tuba) atau laparaskopi
di RSUP. H. Adam Malik Medan dan RS.Jejaring FK-USU. Semua subyek penelitian mengisi
formulir persetujuan, melakukan pengisian kuesioner berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
ginekologis, kemudian dilakukan pengambilan swab serviks dan sampel jaringan tuba untuk
dilakukan deteksi infeksi klamidia trakomatis dengan menggunakan PCR.

Hasil dan Kesimpulan :


Didapatkan angka kejadian infeksi klamidia trakomatis di serviks dan tuba pada pasien
kehamilan ektopik terganggu adalah 36% (9/25) dan 12% (3/25). Dari hasil anamnesis dan
pemeriksaan fisik saat dating, didapatkan kecenderungan peningkatan risiko infeksi klamidia
trakomatis pada rentang usia menikah antara 20 – 35 tahun sekitar 64% (16 penderita dari total
sampel 25 penderita), adanya riwayat keputihan sekitar 72% (18 penderita dari total sampel 25
penderita), dan adanya riwayat infeksi saluran kemih / panggul sekitar 56% (14 penderita dari
total sampel 25 penderita).

2.3 Penyelesaian Kasus


Dari kasus diatas dapat disimpulkan bahwa telah terjadi kejadian di RSUP. H. Adam
Malik Medan Dan RS. Jejaring FK-USU Didapatkan angka kejadian infeksi klamidia trakomatis
di serviks dan tuba pada pasien kehamilan ektopik terganggu adalah 36% (9/25) dan 12% (3/25).

Dengan ini penyelesaian kasus diatas dapat diberikan obat untuk wanita hamil yang terinfeksi
klamidia yaitu :

1. Eritromisin 500 mg per oral 4kali/hari selama 7 hari, atau

2. Ofloksasin 300 mg per oral 2kali/hari selama 7 hari (kontraindikasi selama


hamil dan menyusui), atau

3. Levofloksasin 500 mg per oral setiap hari selama 7 hari

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Chlamydia Trachomatis merupakan penyebab infeksi genital non spesifik yang terbanyak
sekarang ini dibandingkan dengan organisma lain, baik di negara maju maupun negara
berkembang. Diperlukan indentifikasi/diagnosis dini dan pengobatan yang cepat dan tepat
dalam usaha memutus mata rantai penularan dalam masyarakat dan mencegah sequele jangka
panjang.
Penyakit ini juga dapat menyerang bayi hal itu di karenakan ditularkan oleh ibu bayi
tersebut Penyakit ini ditularkan dengan cara seksual Penyakit ini juga banyak menyerang
orang – orang yang suka menggonta ganti pasangan seks, melakuakan hubungan seks yang
tidak sehat, serta laki – laki atau perempuan yang biasa memakai jasa PSK. Selain menular
pada kelamin, chlamydia tak jarang pula bisa ditularkan lewat liang dubur jika melakukan
sodomi. Dapat pula melalui rongga mulut jika melakukan oral seks dengan pasangan seks
yang positif chlamydia.

3.2 Saran

Saran saya adalah menghindari perbuatan yang menyebabkan infeksi menular seksual
chlamydia ini dan melakukan upaya pencegahan guna mengantisipasi penularan penyakit ini
dengan cara menghindari hubungan seksual secara vaginal, anal, maupun oral tanpa
menggunakan pengaman, menghindari bergonta ganti pasangan, serta menjaga kebersihan
sebelum atau sesudah berhubungan seksual.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2004, Klamidia, http://www.pppl.depkes.go.id

Anonim, 2006, Limfogranuloma Venereum, http://www.indonesiaindonesia.com

Geo.F. Brooks,dkk, 1996, Mikrobiologi Kedokteran edisi 20, EGC Penerbit Buku Kedokteran,
Jakarta.

Yudarsono. 1987. Infeksi Chlamydia pada Genitalia. Bali: Kursus Penyegar Penyakit Seksual
PADVI.

https://adhienbinongko.wordpress.com/2012/11/26/chlamydia-trachomatis-epidemiologi-
penyakit-menular/

Anda mungkin juga menyukai