PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat memberikan Asuhan Kebidanan bedasarkan
pendekatanmanajemen kebidanan dengan pendokumentasian SOAP pada
kasus Fluor Albus pada remaja.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep dasar teori fluor albus.
b. Menjelaskan konsep dasar manajemen asuhan kebidanan pada kasus
fluor albus berdasarkan 7 langkah Varney
c. Melakukan asuhan kebidanan pada kasus fluor albusdengan
pendekatan Varney, yang terdiri dari:
1) Melakukan pengkajian
2) Menginterpretasi data dasar
3) Mengidentifikasi diagnosis/ masalah potensial
4) Mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera
5) Mengembangkan rencana intervensi
6) Melakukan tindakan sesuai dengan rencana intervensi
7) Melakukan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan
d. Mendeskripsikan pelaksanaan asuhan kebidanan pada kasus fluor
albus dalam bentuk catatan SOAP
e. Membahas adanya kesenjangan antara teori dan praktik di lapangan
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Teori
1. Pengertian Keputihan
2. Etiologi
a. Keputihan fisiologis
Keputihan fisiologis terdiri dari cairan berupa mukus yang
mengandung banyak sel epitel dan leokosit yang jarang. Daerah
kewanitaan biasanya dipengaruhi oleh berbagai hormon terutama
esterogen dan progesterom dari berbagai organ seperti hipothalamus,
hipofisis, ovarium dan adrenal (Sibariang, 2010 dalam Malena, 2016).
Hormon estrogen mengakibatkan maturasi epitel vagina serviks,
poliferasi strama dan kelenjar sedangkan hormon progesterone akan
mengakibatkan fungsi sekresi, keputihan fisiologis disebabkan oleh
(Sibariang, 2010 dalam Malena, 2016):
1. Pengaruh sisa estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina
janin sehingga bayi baru lahir sampai berumur 10 hari
mengeluarkan keputihan.
2. Pengaruh estrogen yang meningkat pada saatmenarche.
3. Rangsangan saatkoitus.
4. Adanya peningkatan produksi kelenjar-kelenjar pada mulut rahim
saat masa ovulasi.
5. Mukus servik yang padat pada masa kehamilan, fungsinya untuk
mencegah kuman masuk ke ronggauterus.
b. Keputihan patologis
Penyebab utama keputihan patologis ialah infeksi (jamur,
kuman, parasit, dan virus). Selain penyebab utama, keputihan patologis
dapat juga disebabkan karena kurangnya perawatan remaja putri
terhadap alat genitalia seperti mencuci vagina dengan air yang
tergenang di ember, memakai pembilas secara berlebihan,
menggunakan celana yang tidak menyerap keringat, jarang mengganti
celana dalam, tak sering mengganti pembalut (Aulia, 2012).
Menurut Kusmiran (2012), keputihan patologis disebabkan
oleh :
1) Infeksi
a. Jamur
Jamur yang sering menyebabkan keputihan adalah
Kandida albican. Biasanya disebut juga dengan Kandidiasis
genetalia. Penyakit ini tidak selalu akibat PMS dan dapat terjadi
pada perempuan yang belum menikah. Beberapa faktor
pencetusnya antara lain pemakaian obat antibiotika dan
kortikostiroid yang lama, kehamilan, kontrasepsi hormonal,
kelainan endokrin seperti diabetes melitus. Selain itu bisa
disebabkan karena menurunnya kekebalan tubuh seperti
penyakit-penyakit kronis, serta selalu memakai pakaian dalam
yang ketat dan tidak terbuat dari bahan katun.
Keluhan yang biasa ditimbulkan adalah rasa gatal atau
panas pada alat kelamin, lendir kental dan berwarna putih,
bergumpal seperti butiran tepung. Kadang disertai rasa nyeri
waktu senggama dan keluarnya cairan pada masa sebelum
menstruasi. Vulva terlihat merah pada saat pemeriksaan klinis,
kadang-kadang disertai erosi karena garukan (Kusmiran, 2012).
b. Bakteri
1. Gonokokus
Penyakit ini disebut juga dengan Gonorrhoe, sering terjadi
akibat hubungan seksual (PMS). Gonokokus yang purulen
mempunyai silia yang dapat menempel pada sel epitel
urethra dan mukosa vagina. Pada hari ketiga bakteri tersebut
sudah mencapai jaringan ikat di bawah epitel dan terjadi
reaksi radang.
2. Klamidiatrakomatis
Sering menyebabkan penyakit mata trakoma dan penyakit
menular seksual.
3. Grandnerella
Menimbulkan peradangan pada vagina, menghasilkan asam
amino yang akan diubah menjadi senyawa amin, berbau
amis, berwarna keabu-abuan. Biasanya gejala fluor albus
yang berlebihan, berbau dan disertai rasa tidak nyaman di
bagian bawah perut.
4. Parasit
5. Jenis Trikomonas vaginalis adalah parasit yang paling sering
menyebabkan keputihan. Penularan yang paling sering
adalah lewat koitus, biasanya parasit ini kalau pada pria
terdapat di uretra dan prostat. Gejala yang ditimbulkan
adalah Fluor albus encer sampai kental, kekuningan dan
agak berbau disertai rasa gatal danpanas.
6. Virus
Jenis virusnya adalah Human papiloma virus (HPV) dan
Herpes simpleks, ditandai dengan kondiloma akuminata,
cairan berbau, tetapi tidak disertai rasa gatal.
3. Manifestasi Klinis
a. Keputihan normal(fisiologis)
Sebenarnya tidak berwarna putih dan tidak cocok disebut
keputihan, banyak dipengaruhi oleh sistem hormonal, sehingga banyak
sedikitnya sekret/cairan vagina sangat bergantung pada siklus bulanan
dan stress yang juga dapat mempengaruhi siklus bulanan itu sendiri.
1. Cairan sekresi berwarna bening, tidak lengket danencer.
2. Tidak mengeluarkan bau yangmenyengat.
3. Gejala ini merupakan proses normal sebelum atau sesudah haid dan
tanda masa subur pada wanitatertentu.
4. Pada bayi perempuan yang baru lahir, dalam waktu satu hingga
sepuluh hari, dari vaginanya dapat keluar cairan akibat pengaruh
hormon yang dihasilkan oleh plasenta atauuri.
5. Gadis muda kadang-kadang juga mengalami keputihan sesaat
sebelum masa pubertas, biasanya gejala ini akan hilang
dengansendirinya.
6. Biasanya keputihan yang normal tidak disertai dengan rasa gatal.
Keputihan juga dapat dialami oleh wanita yang terlalu lelah atau
yang daya tahan tubuhnya lemah. Sebagian besar cairan tersebut
berasal dari leher rahim, walaupun ada yang berasal dari vagina
yang terinfeksi, atau alat kelamin luar. Pada wanita hamil keputihan
lebih sering timbul, karena pada saat wanita hamil, maka kekebalan
tubuhnya akan menurun. Pada waktu menopause dimana
keseimbangan hormonalnya terganggu. Pada orang tua dimana
kekebalan tubuhnya sudah menurun dapat pula timbul keputihan
b. Keputihan abnormal(patologis)
1) Keluarnya cairan berwarna putih pekat, putih kekuningan, putih
kehijauan atau putih kelabu dari saluran vagina. Cairan ini dapat
encer atau kental, lengket dan kadang-kadang berbusa.
2) Cairan ini mengeluarkan bau yang menyengat.
3) Pada penderita tertentu, terdapat rasa gatal yang menyertainya serta
dapat mengakibatkan iritasi pada vagina.
4) Merupakan salah satu ciri-ciri penyakit infeksi vagina yang
berbahaya seperti HIV, Herpes, Candyloma (Sari,2012)
4. Patofisiologi
Keputihan merupakan suatu gejala dari suatu penyakit dimana organ
reproduksi wanita mengeluarkan sekresi yang berlebihan dan bukan
merupakan darah alat reproduksi wanita mengalami berbagai
perkembangan mulai dari bayi hingga monpose. Keputihan merupakan
suatu keadaan fisiologis namun dapat berubah menjadi patologis bila
vagina terinfeksi oleh kuman penyakit seperti parasit, bakteri, jamur dan
virus yang menyebabkan keseimbangan flora normal vagina
terganggu.Apabila keseimbangan tersebut terganggu maka bakteri
doderlein atau lactobacillus yang menjadikan ph vagina asam dengan
memakai glikogen yang dihasilkan oleh esterogen pada dinding
vagina untuk pertumbuhannya tidak dapat terjadi bila ph vagina dalam
keadaan basa. Keadaan ph yang basa akan menyebabkan bakteri patogen
mudah berkembang biak dan menjadi subur dalam vagina (sibagariang,
2012)
5. Komplikasi
Daerah yang mulai dari muara kandung kemih, bibir kemaluan
sampai uterus dan saluran indung telur sehingga menimbulkan penyakit
radang panggul dan dapat menyebabkan infertilitas (Bahari, 2012). Akibat
yang sering ditimbulkan karena keputihan adalah infeksi.
Menurut Aulia (2012), macam-macam infeksi pada alat genital antara
lain :
1) Vulvitis sebagian besar dengan gejala keputihan dan tanda infeksi local.
Penyebab secara umum jamur vaginitis.
2) Vaginitis merupakan infeksi pada vagina yang disebabkan oleh berbagai
bakteri parasit atau jamur. Infeksi ini sebagian besar terjadi karena
hubungan seksual. Tipe vaginitis yang sering dijumpai adalah vaginitis
karena jamur.
3) Serviksitis merupakan infeksi dari servik uteri. Infeksi servik sering
terjadi karena luka kecil bekas persalinan yang tidak dirawat dan infeksi
karena hubungan seksual. Keluhan yang dirasakan akibat keputihan,
mungkin terjadi kontak berdarah (saat berhubungan seksual terjadi
perdarahan).
4) Penyakit radang panggul (Pelvic Inflamatory Discase) merupakan
infeksi alat genetal bagian atas wanita, terjadi akibat hubungan seksual.
Penyakit ini dapat bersifat akut atau menahun atau akhirnya
menimbulkan berbagai penyulit yang berakhir dengan terjadinya
perlekatan sehingga dapat menyebabkan kemandulan. Tanda-tandanya
yaitu nyeri menusuk-nusuk, mengeluarkan keputihan bercampur darah,
suhu tubuh meningkat dan nadi meningkat, pernafasan bertambah, dan
tekanan darah dalam batas normal.
6. Penatalaksanaan
Pengobatan keputihan tergantung pada penyebabnya. Oleh karena
keputihan dapat menular melalui hubungan seksual, maka pengobatan tidak
hanya dilakukan pasien akan tetapi pasangan (Sari, 2012). Adapun
pengobatan yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1) Terapi farmakologi
Terapi yang dianjurkan untuk keputihan yang disebabkan oleh
Trichomonas vaginalis yaitu, metronidazol 2 gram secara oral dosis
tunggal atau tinidazol 2 g oral dosis tunggal. Adapun alternatif regimen
dapat diberikan oral 2 x 500 mg metronidazol selama tujuh hari, atau
tinidazol 2 x 500 mg selama lima hari. Pasien juga disarankan untuk
menjauhkan diri dari hubungan seks hingga sembuh (pengobatan telah
selesai dan pasien/pasangan tanpa gejala seksual) (Monalisa;
Bubakar,2012).
Metronidazol dan clindamycin diberikan secara oral atau pada
vagina efektif dalam pengobatan Bacterial Vaginitis. Wanita dengan
gejala vulva dari kandidiasis vulvovaginal dapat menggunakan obat
antifungi topikal (selain oral atau pengobatan vagina) hingga gejala
hilang. Tidak diperlukan untuk skrining rutin atau pengobatan mitra
seksual dalam manajemen kandidiasis (BASHH, 2012).
2) Terapi Non-Farmakologi
Pencegahan keputihan dapat dilakukan dengan menjaga
kebersihan organ kewanitaan dengan cara membiasakan menyiram
toilet sebelum menggunakannya untuk meminimalkan kontaminasi
mikroorganisme, menggunakan air yang mengalir untuk membersihkan
organ kewanitaan, Membersihkan vagina dengan membersihkan bagian
depan terlebih dahulu setelah itu bagian belakang, tidak
menyemprotkan sabun kedalam vagina, menggunakan celana dalam
berbahan katun tidak berbahan jeans tanpa memakai celana dalam,
mengganti pakaian dalam setiap hari, menghindari pemakaian pembalut
(panty liner) dapat menyebabkan jumlah lendir yang dihasilkan lebih
banyak, hanya memakai panty liner ketika lendir keluar berlebihan, dan
ketika menstruasi sebaiknya mengganti pembalut setiap 3-4 jam sekali
(Sari,2012).
B. Konsep Dasar Manajeman Asuhan Kebidanan Pada Remaja Dengan Flour
Albus
I. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian :
Waktu :
Tempat : Oleh :
A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
Nama :
Umur : Berdasarkan data Survei Kesehatan Reproduksi
Remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2010
menunjukan bahwa wanita yang rentan
mengalami keputihan yaitu wanita yang berusia
15-24 tahun.
Agama :
Pendidikan : Berdasarkan Jurnal Kesehatan Masyarakat pada tahun 2012,
Penulis mengatakan bahwa Pendidikan mempengaruhi terhadap
pengetahuan, ketika pendidikan remaja itu tinggi pengetahuan remaja
tersebut juga akan baik dan berpengaruh terhadap kesehatannya yang
dimiliki oleh remaja jika terjadinya kelainan atau gangguan kesehatan
pada remaja, maka dapat segera di atasi secepat mungkin. Jadi, tingkat
pendidikan dan pengetahuan berpengaruh dengan kejadian keputihan.
Pekerjaan :
Alamat :
Pola Keterangan
Istirahat Untuk mengetahui berapa lama tidur siang dan berapa lama tidur
malem (Essawibawa, 2011)
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umun
a. Pemeriksaan umum
1) Kesadaran:
a) composmetis: kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat
menjawab semua pertanyaan tentang keadaan
sekelilingnya.
2) Tanda-tanda vital, normal jika:
a) Tekanan Darah
Bertujuan untuk menilai adaya gangguan pada sistem
kardiiovaskuler. Normal 100/60-140/90 mmHg
b) Nadi
Pemeriksaan nadi disertai pemeriksaan jantung untuk
mengetahui pulsus defisit (denyut jantung yang tidak
cukup kuat untuk menimbulkan denyut nadi sehingga
denyut jantung lebih tinggi dari denyut
nadi).Dilakukanpula pemeriksaan frekuensi
nadi.Kondisitakikardi (denyut jantung lebih cepat dari
kecepatan normal), dapat dijumpai pada keadaan
hipertermia, aktivitas tinggi, kecemasan, gagal jantung,
dehidrasi, dll. Normal antara 80110 x/menit.
c) Suhu
Digunakan untuk menilai keseimbangan suhu tubuh serta
membantu menentukan diagnosis penyakit. Normal antara
36,0°C-37,0°C.
d) Respirasi
e) Bertujuan untuk menilai frekuensi pernapasan, irama,
kedalaman, dan tipe/pola pernapasan.Pernafasannormal
antara 18-24 kali per menit.
3) Antropometri
a) Berat badan :
b) Tinggi badan :
c) IMT:
Gangguan ketidakseimbangan hormon pada remaja putri
dialami terutama pada remaja dengan obesitas. Remaja
dengan obesitas mempunyai hormon estrogen lebih tinggi
dari remaja dengan berat badan normal. Hal inilah yang
menyebabkan remaja putri dengan obesitas lebih rentan
mengalami keputihan atau fluor albus (Gao &
Horvath,2008 dalam Yuniati, 2017)
2. Pemeriksaan fisik
Ekstermitas :
Atas : simetris, tidak oedem, refleks trisep dan bisep
positif, CRT <2 dtk
Bawah : simetris, tidak oedem, refleks patella positif,
CRT <2 dtk
3. Pemeriksaan khusus
4. Pemeriksaan penunjang
5. Pemeriksaan laboratorium
VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya.
VII.EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan
kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk
SOAP.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Asuhan Kebidanan
Tanggal Pengkajian :
Waktu Pengkajian :
Tempat Pengkajian :
Nama Pengkaji :
S:
1. Identitas Klien
Nama :
Umur :
Suku :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat : Jln.
1) HPHT :
2) Lamanya : hari
3) Banyaknya : kali ganti
pembalut
4) Siklus : hari
5) Menarche :
6) Teratur / tidak :
7) Warna :
8) Dismenorrhea :
9) Konsistensi :
b. Fluor albus
1) Berapa lama : x/satu minggu.
2) Bau :
3) Warna :
4) Gatal :
Pola Keterangan
Nutrisi Makan 3 kali/ hari dengan porsi makan nasi sepiring,
sayur dan lauk pauk, air putih 6-7 gelas/ hari. Nafsu
makan baik.
Eliminasi BAK: 3-4 kali/ hari, berwarna kuning jernih, konsistensi
cair, tidak ada keluhan.
BAB: 1 kali/ hari, berwarna coklat, konsistensi padat
lunak, tidak ada keluhan.
Istirahat Tidur siang: jarang
Tidur malam: ± 7 jam/ hari
Aktivitas Sekolah secara online, mengerjakan tugas, membantu
ibu pekerjaan rumah
Personal Hygiene Mandi2 x/hari
Ganti baju 1-2x/hari
Ganti celana dalam 1-2x/hari, kadang suka tidak
mengganti celana dalam saat basah saat selesai BAB
atau BAB
Kebiasaan Kadang suka menggunakan pakaian dalam ketat dan
tidak berbahan katun dan tidak menyerap keringat
Tidak memiliki kebiasaan buruk seperti merokok,
minum-minuman beralkohol, sering minum kopi
7. Riwayat Psikososiokultural
O:
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : compos mentis
2. Tanda- Tanda Vital
Tekanan darah : 120/ 60 mmHg
Nadi : 88 x/ menit
Suhu :36,3 0C
Pernafasan : 20x/ menit
3. Antropometri
BB : 57 Kg
Tinggi Badan : 155 cm
IMT : 25,4
LILA : 30 cm
4. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Keterangan
Kepala Warna rambut hitam, tidak ada lesi, distribusi rambut
merata, tidak terdapat nyeri tekan, dan tidak teraba
benjolan abnormal.
Wajah Simetris, bentuk wajah oval, tidak pucat, tidak teraba
oedema.
Mata Simetris, konjunctiva merah muda, sclera berwarna
putih, tidak terdapat pengeluaran kotoran, tidak ada
oedema palpebra.
Hidung Simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung,
kebersihan hidung cukup, tidak ada polip, tidak ada
kelainan bentuk.
Mulut Bibir lembab, tidak pucat, tidak ada stomatitis,
terdapat caries dentis kanan dan kiri, lidah tremor,
tidak terdapat pembengkakan pada tonsil, tidak ada
tanda peradangan.
Telinga Simetris, tidak terdapat pengeluaran cairan atau
serumen berlebihan.
Leher Tidak terdapat pembesaran kelenjar limfe, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada bendungan vena
jugularis.
Dada Tidak terdengar suara tambahan.
Payudara Tidak teraba benjolan/massa yang abnormal
Abdomen Tidak ada bekas luka jahitan, tidak ada nyeri tekan
pada abdomen bagian bawah
Genitalia Terlihat keputihan putih bening di genitalia.
Ekstremitas Atas: Simetris, tidak oedema, CRT kembali < 2 detik.
Bawah: Simetris, tidak oedema, tidak ada varises,
CRT kembali < 2detik
A:
Abrori, Hernawan, A. D., & Ermulyadi. (2017). Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Keputihan
Patalogis Siswi SMAN 1 Simpang Hilir Kabupaten Kayong Utara. Unnes Journal Od Public
Health, 6(1).
Aeni, W. N., Prodi, D., Keperawatan, I., & Indramayu, S. (2017). Hubungan Perilaku Genitalia
Hygienedengan Kejadian Keputihan Remaja Di Pondok Pesantren Di Indramayu. In Jurnal
Ilmiah Kesehatan.
Darma. (2017). Hubungan Pengetahuan, Vulva Hygiene, Stres Dan Pola Makan Dengan Kejadian
Infeksi Flour Albus. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat, 2(6), 1–9.
Ilmiawati, H., & Kuntoro, K. (2017). Pengetahuan Personal Hygiene Remaja Putri
Pada Kasus Keputihan. Jurnal Biometrika Dan Kependudukan.
Https://Doi.Org/10.20473/Jbk.V5i1.2016.43-51
Kemenkes RI. (2014). PP No. 61 Th 2014 Ttg Kesehatan Reproduksi.Pdf. In Peraturan Pemerintah.
Nurhumairah, N., Salmah, U., & Tamar, M. (2020). The Effect Of Reproductive
Sa, U., Widyasih, H., Kebidanan, P. S. D., Vokasi, S., & Mada, U. G. (2018).
Personal Hygiene Habits Dan Kejadian Flour Albus Patologis Pada Santriwati
PP AL-Munawwir , Yogyakarta Personal Hygiene Habits And Occurrence Of
Pathological Fluor Albus On Santriwati Of PP Al-Munawwir , Yogyakarta. 36–
Salamah, U., Kusumo, D. W., & Mulyana, D. N. (2020). Faktor Perilaku
Meningkatkan Resiko Keputihan. Jurnal Kebidanan.
Https://Doi.Org/10.26714/Jk.9.1.2020.7-14