Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA DENGAN FLUOR ALBUS


DI PUSKESMAS TERING

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIKNKESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI
PROFESI KEBIDANAN SAMARINDA
TAHUN 2023
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pelayanan Kesehatan Reproduksi remaja merupakan kegiatan yang


ditujukan kepada remaja dalam upaya menjaga kesehatan reproduksi.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 tahun 2014 tentang
Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja pasal 11 yang bertujuan untuk
mempersiapkan remaja dalam menjalani kehidupan reproduksi yang sehat dan
bertanggung jawab. Pemberian Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja
harus disesuaikan dengan masalah dan tahapan tumbuh kembang remaja serta
memperhatikan keadilan dan kesetaraan gender, mempertimbangkan moral,
nilai agama, perkembangan mental, dan berdasarkan ketentuan peraturan
perundangundangan (Kemenkes RI, 2014).

Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19


tahun, menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014,
remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja
adalah 10-24 tahun dan belum menikah (Diananda, 2019).

Keputihan merupakan penyakit yang tidak mudah disembuhkan,


menyerang sekitar 50% populasi wanita.Berdasarkan data Survei Kesehatan
Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2010 menunjukan bahwa
wanita yang rentan mengalami keputihan yaitu wanita yang berusia 15-24
tahun. Gejala keputihan yang dialami oleh remaja puteri, dalam 12 bulan
terakhir menunjukkan remaja tersebut cukup banyak sebesar 31,8%. Ini
menunjukkan remaja putri mempunyai risiko lebih tinggi terhadap infeksi
atau keputihan patologis (Febryary, 2016).

Keputihan (Fluor albus) adalah salah satu masalah kesehatan


reproduksi remaja khususnya yang sering dikeluhkan oleh wanita. Masalah
keputihan yang terjadi pada remaja perlu mendapatkan perhatian khusus. Jika
keputihan pada saat remaja dibiarkan maka akan menimbulkan penyakit yang
serius. Banyak wanita di Indonesia yang tidak tahu tentang keputihan sebagai
hal yang sudah biasa dan sepele, disamping itu rasa malu ketika para wanita/
remaja mengalami keputihan kerap membuat wanita/ remaja tersebut enggan
untuk berkonsultasi dengan dokter. Padahal keputihan tidak bisa dianggap
sepele, karena akibat dari keputihan ini sangat fatal bila lambat ditangani
tidak hanya mengakibatkan kemandulan dan hamil diluar kandungan.
Keputihan juga bisa merupakan gejala awal dari kanker leher Rahim (kanker
serviks) yang bisa berujung pada kematian kalua tidak dikonsultasikan pada
petugas kesehatan sejak dini (Ilmiawati & Kuntoro, 2017).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat memberikan Asuhan Kebidanan bedasarkan
pendekatanmanajemen kebidanan dengan pendokumentasian SOAP pada
kasus Fluor Albus pada remaja.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep dasar teori fluor albus.
b. Menjelaskan konsep dasar manajemen asuhan kebidanan pada kasus
fluor albus berdasarkan 7 langkah Varney
c. Melakukan asuhan kebidanan pada kasus fluor albusdengan
pendekatan Varney, yang terdiri dari:
1) Melakukan pengkajian
2) Menginterpretasi data dasar
3) Mengidentifikasi diagnosis/ masalah potensial
4) Mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera
5) Mengembangkan rencana intervensi
6) Melakukan tindakan sesuai dengan rencana intervensi
7) Melakukan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan
d. Mendeskripsikan pelaksanaan asuhan kebidanan pada kasus fluor
albus dalam bentuk catatan SOAP
e. Membahas adanya kesenjangan antara teori dan praktik di lapangan

BAB II

TINJAUN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Teori

1. Pengertian Keputihan

Keputihan (Fluor Albus) adalah keluarnya cairan putih kental


selain darah dari liang vagina diluar kebiasaan, baik berbau ataupun tidak
berbau, biasanya bagi orang yang mengalami keputihan disertai rasa gatal
didaerah vagina. Keputihan bersifat normal, namun adapula keputihan
abnormal. Keputihan abnormal menunjukkan warna seperti susu, kuning,
abu- abu, cokelat, kehijauan dan dapat bercampur dengan darah. Keputihan
berbau busuk, amis dan gatal saat buang air kecil (Aeni et al., 2017)

Keputihan adalah kondisi vagina saat mengeluarkan lendir atau


cairan menyerupai nanah yang disebabkan kuman. Keputihan merupakan
kondisi yang sering dialami oleh wanita sepanjang siklus kehidupannya
mulai dari masa remaja, masa reproduksi maupun masa menopause.
Keputihan dibedakan menjadi 2 jenis yaitu keputihan normal atau
fisiologis dan abnormal atau patologis. Keputihan normal atau fisiologis
terjadi sesuai dengan siklus tubuh wanita dengan jenis pengeluaran
berwarna bening, tidak berlebihan tidak berbau dan tidak menimbulkan
rasa gatal atau perih. Sedangkan keputihan patologis atau abnormal
ditandai dengan jumlah pengeluaran yang banyak, berwarna putih seperti
susu basi, kuning atau kehijauan, gatal, perih dan disertai bau amis atau
busuk. Warna pengeluaran dari vagina akan berbeda sesuai dengan
penyebab dari keputihan. Penyebab keputihan abnormal tersering adalah
bakteri, jamur dan parasit (Salamah et al., 2020)

2. Etiologi
a. Keputihan fisiologis
Keputihan fisiologis terdiri dari cairan berupa mukus yang
mengandung banyak sel epitel dan leokosit yang jarang. Daerah
kewanitaan biasanya dipengaruhi oleh berbagai hormon terutama
esterogen dan progesterom dari berbagai organ seperti hipothalamus,
hipofisis, ovarium dan adrenal (Sibariang, 2010 dalam Malena, 2016).
Hormon estrogen mengakibatkan maturasi epitel vagina serviks,
poliferasi strama dan kelenjar sedangkan hormon progesterone akan
mengakibatkan fungsi sekresi, keputihan fisiologis disebabkan oleh
(Sibariang, 2010 dalam Malena, 2016):
1. Pengaruh sisa estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina
janin sehingga bayi baru lahir sampai berumur 10 hari
mengeluarkan keputihan.
2. Pengaruh estrogen yang meningkat pada saatmenarche.
3. Rangsangan saatkoitus.
4. Adanya peningkatan produksi kelenjar-kelenjar pada mulut rahim
saat masa ovulasi.
5. Mukus servik yang padat pada masa kehamilan, fungsinya untuk
mencegah kuman masuk ke ronggauterus.
b. Keputihan patologis
Penyebab utama keputihan patologis ialah infeksi (jamur,
kuman, parasit, dan virus). Selain penyebab utama, keputihan patologis
dapat juga disebabkan karena kurangnya perawatan remaja putri
terhadap alat genitalia seperti mencuci vagina dengan air yang
tergenang di ember, memakai pembilas secara berlebihan,
menggunakan celana yang tidak menyerap keringat, jarang mengganti
celana dalam, tak sering mengganti pembalut (Aulia, 2012).
Menurut Kusmiran (2012), keputihan patologis disebabkan
oleh :
1) Infeksi
a. Jamur
Jamur yang sering menyebabkan keputihan adalah
Kandida albican. Biasanya disebut juga dengan Kandidiasis
genetalia. Penyakit ini tidak selalu akibat PMS dan dapat terjadi
pada perempuan yang belum menikah. Beberapa faktor
pencetusnya antara lain pemakaian obat antibiotika dan
kortikostiroid yang lama, kehamilan, kontrasepsi hormonal,
kelainan endokrin seperti diabetes melitus. Selain itu bisa
disebabkan karena menurunnya kekebalan tubuh seperti
penyakit-penyakit kronis, serta selalu memakai pakaian dalam
yang ketat dan tidak terbuat dari bahan katun.
Keluhan yang biasa ditimbulkan adalah rasa gatal atau
panas pada alat kelamin, lendir kental dan berwarna putih,
bergumpal seperti butiran tepung. Kadang disertai rasa nyeri
waktu senggama dan keluarnya cairan pada masa sebelum
menstruasi. Vulva terlihat merah pada saat pemeriksaan klinis,
kadang-kadang disertai erosi karena garukan (Kusmiran, 2012).
b. Bakteri
1. Gonokokus
Penyakit ini disebut juga dengan Gonorrhoe, sering terjadi
akibat hubungan seksual (PMS). Gonokokus yang purulen
mempunyai silia yang dapat menempel pada sel epitel
urethra dan mukosa vagina. Pada hari ketiga bakteri tersebut
sudah mencapai jaringan ikat di bawah epitel dan terjadi
reaksi radang.
2. Klamidiatrakomatis
Sering menyebabkan penyakit mata trakoma dan penyakit
menular seksual.
3. Grandnerella
Menimbulkan peradangan pada vagina, menghasilkan asam
amino yang akan diubah menjadi senyawa amin, berbau
amis, berwarna keabu-abuan. Biasanya gejala fluor albus
yang berlebihan, berbau dan disertai rasa tidak nyaman di
bagian bawah perut.
4. Parasit
5. Jenis Trikomonas vaginalis adalah parasit yang paling sering
menyebabkan keputihan. Penularan yang paling sering
adalah lewat koitus, biasanya parasit ini kalau pada pria
terdapat di uretra dan prostat. Gejala yang ditimbulkan
adalah Fluor albus encer sampai kental, kekuningan dan
agak berbau disertai rasa gatal danpanas.
6. Virus
Jenis virusnya adalah Human papiloma virus (HPV) dan
Herpes simpleks, ditandai dengan kondiloma akuminata,
cairan berbau, tetapi tidak disertai rasa gatal.

Gejala pada keputihan tergantung pada jenis kuman yang menyerang.


Keputihan yang disebabkan oleh jamur kandida, sekret yang
dikeluarkan seperti susu dan mengakibatkan gatal pada vagina. Kondisi
ini biasa terjadi pada kehamilan, penderita diabetes dan akseptor pil KB.
Keputihan yang disebabkan oleh infeksi trikomonas atau ada benda
asing di vagina, sekret yang dikeluarkan berwarna putih kehijauan dan
kekuningan dan berbau tidak sedap. Jika infeksi sudah sampai
padaorgan dalam rongga panggul biasanya gejala keputihan disertai rasa
nyeri perut di bagian bawah dan atau nyeri panggul bagian belakang.
Sedangkan infeksi yang disebabkan Gonorrhoe, sekret sedikit atau
banyak berupa nanah dan rasa sakit dan panas pada saat kencing atau
berhubungan seksual. Keputihan yang disebabkan erosi pada mulut
rahim, sekret berwarna kecokelatan (darah) dan terjadi pada saat
senggama. Pada kejadian kanker serviks, sekret bercampur darah dan
berbau khas akibat sel-sel yang mati (Kusmiran, 2012).

3. Manifestasi Klinis
a. Keputihan normal(fisiologis)
Sebenarnya tidak berwarna putih dan tidak cocok disebut
keputihan, banyak dipengaruhi oleh sistem hormonal, sehingga banyak
sedikitnya sekret/cairan vagina sangat bergantung pada siklus bulanan
dan stress yang juga dapat mempengaruhi siklus bulanan itu sendiri.
1. Cairan sekresi berwarna bening, tidak lengket danencer.
2. Tidak mengeluarkan bau yangmenyengat.
3. Gejala ini merupakan proses normal sebelum atau sesudah haid dan
tanda masa subur pada wanitatertentu.
4. Pada bayi perempuan yang baru lahir, dalam waktu satu hingga
sepuluh hari, dari vaginanya dapat keluar cairan akibat pengaruh
hormon yang dihasilkan oleh plasenta atauuri.
5. Gadis muda kadang-kadang juga mengalami keputihan sesaat
sebelum masa pubertas, biasanya gejala ini akan hilang
dengansendirinya.
6. Biasanya keputihan yang normal tidak disertai dengan rasa gatal.
Keputihan juga dapat dialami oleh wanita yang terlalu lelah atau
yang daya tahan tubuhnya lemah. Sebagian besar cairan tersebut
berasal dari leher rahim, walaupun ada yang berasal dari vagina
yang terinfeksi, atau alat kelamin luar. Pada wanita hamil keputihan
lebih sering timbul, karena pada saat wanita hamil, maka kekebalan
tubuhnya akan menurun. Pada waktu menopause dimana
keseimbangan hormonalnya terganggu. Pada orang tua dimana
kekebalan tubuhnya sudah menurun dapat pula timbul keputihan
b. Keputihan abnormal(patologis)
1) Keluarnya cairan berwarna putih pekat, putih kekuningan, putih
kehijauan atau putih kelabu dari saluran vagina. Cairan ini dapat
encer atau kental, lengket dan kadang-kadang berbusa.
2) Cairan ini mengeluarkan bau yang menyengat.
3) Pada penderita tertentu, terdapat rasa gatal yang menyertainya serta
dapat mengakibatkan iritasi pada vagina.
4) Merupakan salah satu ciri-ciri penyakit infeksi vagina yang
berbahaya seperti HIV, Herpes, Candyloma (Sari,2012)

4. Patofisiologi
Keputihan merupakan suatu gejala dari suatu penyakit dimana organ
reproduksi wanita mengeluarkan sekresi yang berlebihan dan bukan
merupakan darah alat reproduksi wanita mengalami berbagai
perkembangan mulai dari bayi hingga monpose. Keputihan merupakan
suatu keadaan fisiologis namun dapat berubah menjadi patologis bila
vagina terinfeksi oleh kuman penyakit seperti parasit, bakteri, jamur dan
virus yang menyebabkan keseimbangan flora normal vagina
terganggu.Apabila keseimbangan tersebut terganggu maka bakteri
doderlein atau lactobacillus yang menjadikan ph vagina asam dengan
memakai glikogen yang dihasilkan oleh esterogen pada dinding
vagina untuk pertumbuhannya tidak dapat terjadi bila ph vagina dalam
keadaan basa. Keadaan ph yang basa akan menyebabkan bakteri patogen
mudah berkembang biak dan menjadi subur dalam vagina (sibagariang,
2012)

5. Komplikasi
Daerah yang mulai dari muara kandung kemih, bibir kemaluan
sampai uterus dan saluran indung telur sehingga menimbulkan penyakit
radang panggul dan dapat menyebabkan infertilitas (Bahari, 2012). Akibat
yang sering ditimbulkan karena keputihan adalah infeksi.
Menurut Aulia (2012), macam-macam infeksi pada alat genital antara
lain :
1) Vulvitis sebagian besar dengan gejala keputihan dan tanda infeksi local.
Penyebab secara umum jamur vaginitis.
2) Vaginitis merupakan infeksi pada vagina yang disebabkan oleh berbagai
bakteri parasit atau jamur. Infeksi ini sebagian besar terjadi karena
hubungan seksual. Tipe vaginitis yang sering dijumpai adalah vaginitis
karena jamur.
3) Serviksitis merupakan infeksi dari servik uteri. Infeksi servik sering
terjadi karena luka kecil bekas persalinan yang tidak dirawat dan infeksi
karena hubungan seksual. Keluhan yang dirasakan akibat keputihan,
mungkin terjadi kontak berdarah (saat berhubungan seksual terjadi
perdarahan).
4) Penyakit radang panggul (Pelvic Inflamatory Discase) merupakan
infeksi alat genetal bagian atas wanita, terjadi akibat hubungan seksual.
Penyakit ini dapat bersifat akut atau menahun atau akhirnya
menimbulkan berbagai penyulit yang berakhir dengan terjadinya
perlekatan sehingga dapat menyebabkan kemandulan. Tanda-tandanya
yaitu nyeri menusuk-nusuk, mengeluarkan keputihan bercampur darah,
suhu tubuh meningkat dan nadi meningkat, pernafasan bertambah, dan
tekanan darah dalam batas normal.

6. Penatalaksanaan
Pengobatan keputihan tergantung pada penyebabnya. Oleh karena
keputihan dapat menular melalui hubungan seksual, maka pengobatan tidak
hanya dilakukan pasien akan tetapi pasangan (Sari, 2012). Adapun
pengobatan yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1) Terapi farmakologi
Terapi yang dianjurkan untuk keputihan yang disebabkan oleh
Trichomonas vaginalis yaitu, metronidazol 2 gram secara oral dosis
tunggal atau tinidazol 2 g oral dosis tunggal. Adapun alternatif regimen
dapat diberikan oral 2 x 500 mg metronidazol selama tujuh hari, atau
tinidazol 2 x 500 mg selama lima hari. Pasien juga disarankan untuk
menjauhkan diri dari hubungan seks hingga sembuh (pengobatan telah
selesai dan pasien/pasangan tanpa gejala seksual) (Monalisa;
Bubakar,2012).
Metronidazol dan clindamycin diberikan secara oral atau pada
vagina efektif dalam pengobatan Bacterial Vaginitis. Wanita dengan
gejala vulva dari kandidiasis vulvovaginal dapat menggunakan obat
antifungi topikal (selain oral atau pengobatan vagina) hingga gejala
hilang. Tidak diperlukan untuk skrining rutin atau pengobatan mitra
seksual dalam manajemen kandidiasis (BASHH, 2012).
2) Terapi Non-Farmakologi
Pencegahan keputihan dapat dilakukan dengan menjaga
kebersihan organ kewanitaan dengan cara membiasakan menyiram
toilet sebelum menggunakannya untuk meminimalkan kontaminasi
mikroorganisme, menggunakan air yang mengalir untuk membersihkan
organ kewanitaan, Membersihkan vagina dengan membersihkan bagian
depan terlebih dahulu setelah itu bagian belakang, tidak
menyemprotkan sabun kedalam vagina, menggunakan celana dalam
berbahan katun tidak berbahan jeans tanpa memakai celana dalam,
mengganti pakaian dalam setiap hari, menghindari pemakaian pembalut
(panty liner) dapat menyebabkan jumlah lendir yang dihasilkan lebih
banyak, hanya memakai panty liner ketika lendir keluar berlebihan, dan
ketika menstruasi sebaiknya mengganti pembalut setiap 3-4 jam sekali
(Sari,2012).
B. Konsep Dasar Manajeman Asuhan Kebidanan Pada Remaja Dengan Flour
Albus
I. PENGKAJIAN

Tanggal Pengkajian :

Waktu :

Tempat : Oleh :

A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas

Nama :
Umur : Berdasarkan data Survei Kesehatan Reproduksi
Remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2010
menunjukan bahwa wanita yang rentan
mengalami keputihan yaitu wanita yang berusia
15-24 tahun.
Agama :
Pendidikan : Berdasarkan Jurnal Kesehatan Masyarakat pada tahun 2012,
Penulis mengatakan bahwa Pendidikan mempengaruhi terhadap
pengetahuan, ketika pendidikan remaja itu tinggi pengetahuan remaja
tersebut juga akan baik dan berpengaruh terhadap kesehatannya yang
dimiliki oleh remaja jika terjadinya kelainan atau gangguan kesehatan
pada remaja, maka dapat segera di atasi secepat mungkin. Jadi, tingkat
pendidikan dan pengetahuan berpengaruh dengan kejadian keputihan.

Pekerjaan :

Alamat :

2. Alasan datang/keluhan utama


a. Alasan datang
b. Keluhan utama
Flour albus normal umumnya terjadi pengeluaran cairan dari kemaluan
warna bening tidak lengket dan tidak berbau serta tidak disertai rasa
gatal merupakan kondisi yang normal sebelum atau sesudah haid dan
pada masa subur wanita (Sari, 2012).
Flour albus abnormal ditandai dengan pengeluaran cairan berwarna
putih pekat, putih kekuningan, putih kehijauan atau putih kelabu dari
kemaluan. Cairan berbentuk encer, kental, lengket dan kadang berbusa
serta mengeluarkan bau yang menyengat (Sari, 2012)

3. Riwayat kesehatan klien


Untuk mengetahui apakah mempunyai penyakit jantung, ginjal,
asma/TBC, hepatitis, DM, hipertensi, dan epilepsy serta penyakit
sistematik lain seperti penyakit kelamin diantaranya
bacterialvaginosis, trikomonas, dan candidiasis (purwantyastuti, 2017).

4. Riwayat kesehatan keluarga


5. Riwayat menstruasi
Banyak menstruasi meliputi umur menarche, frekuensi menstruasi, lama
menstruasi, banyaknya darah yang keluar, gangguan sewaktu menstruasi
(Essawibawa, 2011).
Menarche :
Siklus :28 + 7 hari
Lamanya :3-8 hari (Mochtar, 2011)
6. Pola fungsional kesehatan

Pola Keterangan

Nutrisi Beberapa penelitian menunjukan bahwa mengkonsusmsi makanan


dengan jumlah gula yang berlebihan dapat menimbulkan efek negatif
pada bakteri yang bermanfaat yang tinggal di vagina (Magfiroh, 2010
dalam Darma, 2017) dan salah satu yang mempengaruhi timbulnya
penyakit flour albus yaitu mengkonsusmsi jenis buah tertentu yang
mengandung fruktosa yang merupakan makanan bagi bakteri candida
sehingga dengan mengkonsumsi jenis buah ini dapat memudahkan
pertumbuhan bakteri didaerah vagina (Bilal, 2010 dalam Darma, 2017).

Eliminasi BAK hendaknya 3-4x/hari berwarna kuning jernih tidak terdapat


endapan ataupun busa. BAB 1x/hari konsistensi lembek dan berwarna
khas (Abidin, 2010).

Istirahat Untuk mengetahui berapa lama tidur siang dan berapa lama tidur
malem (Essawibawa, 2011)

Aktivitas Untuk mengetahui aktivitas sehari-hari (Ety, 2011)

Personal Jurnal Maternity and Neonatal Volume 2 No 1 (2015) Menjaga


Hygiene kebersihan genitalia seperti mencucinya dengan air kurang
bersih, memakai sabun pembersih vagina secara berlebihan,
menggunakan celana dalam yang tidak menyerap keringat,
jarang mengganti celana dalam, tidak sering mengganti pembalut
saat menstruasi dapat menjadi pencetus timbulnya infeksi yang
menyebabkan keputihan.
7. Riwayat psikososiokultural spiritual
Stress merupakan reaksi atau respon tubuh terhadap stressor psikososial,
tekanan mental atau beban kehidupan. Kondisi tubuh remaja pada saat
stress akan mengalami perubahan, termasuk perubahan pada hormon-
hormon reproduksinya. Hormon estrogen juga akan terpengaruh oleh
kondisi stress. Hal ini menjadi penyebab pemicu terjadinya gangguan
menstruasi dan keputihan (Agustiyani, 2011)

B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umun
a. Pemeriksaan umum
1) Kesadaran:
a) composmetis: kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat
menjawab semua pertanyaan tentang keadaan
sekelilingnya.
2) Tanda-tanda vital, normal jika:
a) Tekanan Darah
Bertujuan untuk menilai adaya gangguan pada sistem
kardiiovaskuler. Normal 100/60-140/90 mmHg
b) Nadi
Pemeriksaan nadi disertai pemeriksaan jantung untuk
mengetahui pulsus defisit (denyut jantung yang tidak
cukup kuat untuk menimbulkan denyut nadi sehingga
denyut jantung lebih tinggi dari denyut
nadi).Dilakukanpula pemeriksaan frekuensi
nadi.Kondisitakikardi (denyut jantung lebih cepat dari
kecepatan normal), dapat dijumpai pada keadaan
hipertermia, aktivitas tinggi, kecemasan, gagal jantung,
dehidrasi, dll. Normal antara 80110 x/menit.
c) Suhu
Digunakan untuk menilai keseimbangan suhu tubuh serta
membantu menentukan diagnosis penyakit. Normal antara
36,0°C-37,0°C.
d) Respirasi
e) Bertujuan untuk menilai frekuensi pernapasan, irama,
kedalaman, dan tipe/pola pernapasan.Pernafasannormal
antara 18-24 kali per menit.
3) Antropometri
a) Berat badan :
b) Tinggi badan :
c) IMT:
Gangguan ketidakseimbangan hormon pada remaja putri
dialami terutama pada remaja dengan obesitas. Remaja
dengan obesitas mempunyai hormon estrogen lebih tinggi
dari remaja dengan berat badan normal. Hal inilah yang
menyebabkan remaja putri dengan obesitas lebih rentan
mengalami keputihan atau fluor albus (Gao &
Horvath,2008 dalam Yuniati, 2017)
2. Pemeriksaan fisik

Kepala : warna rambut hitam, tebal, bersih, tidak teraba


massa, tidak ada nyeri tekan
Wajah : simetris, tidak pucat
Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih,
tidak ada gangguan pengelihatan
Telinga : simetris, bersih, tidak ada gangguan
pendengaran
Hidung : bersih, tidak ada pernapasan cuping hidung,
tidak ada polip dan sinus
Mulut : simetris, mukosa mulut lembab, lidah merah
muda dan tremor, gigi bersih tidak ada lubang,

Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe


Dada : tidak ada retraksi dinding dada, bunyi jantung
teratur, tidak ada suara napas tambahan seperti
ronki atau mengi
Payudara : payudara simetris, tidak teraba massa dan
benjolan pada payudara, puting susu menonjol,
tidak ada pengeluaran cairan.
Abdomen : tidak kembung, tidak ada nyeri tekan
Genetalia : vulva tampak kemerahan, terdapat pengeluaran
flour albus warna ....., bau.....

Ekstermitas :
Atas : simetris, tidak oedem, refleks trisep dan bisep
positif, CRT <2 dtk
Bawah : simetris, tidak oedem, refleks patella positif,
CRT <2 dtk

3. Pemeriksaan khusus
4. Pemeriksaan penunjang
5. Pemeriksaan laboratorium

II. INTERPRETASI DATA

Diagnosis : Remaja dengan fluor albus

Masalah : masalah adalah keluhan lain diluar dari keluhan utama


III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
Identifikasi masalah atau diagnosis potensial ditegakkan berdasarkan
diagnosis dan masalah yang telah ditentukan.
IV. IDENTIFIKASI TINDAKAN

Kebutuhan segera : Tidak ada

V. RENCANA MENYELURUH ASUHAN KEBIDANAN


1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada klien
2. Memberikan KIE mengenai personal hygiene yaitu selalu menjaga
kebersihan daerah genetalia agar tidak lembab, menghindari
menggunakan pakaian dalam yang ketat dan tidak menyerap keringat,
mengganti pakaian dalam yang basah dengan yang kering dan bersih,
menggunakan pakaian dalam dari bahan katun karena bahan katun
menyerap kelembaban dan menjaga agar sirkulasi udara tetap terjaga
3. Menganjurkan untuk membasuh vagina dengan cara yang benar yaitu
dari depan kebelakang tiap kali selesai buang air kecil ataupun buang air
besar.
4. Menganjurkan untuk menghindari penggunaan cairan pembersih vagina
sebaiknya tidak berlebihan karena dapat mengganggu keseimbangan
flora normal vagina.
5. Menganjurkan untuk tidak membiasakan diri untuk saling bertukar
handuk.

VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya.
VII.EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan
kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk
SOAP.
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Asuhan Kebidanan
Tanggal Pengkajian :
Waktu Pengkajian :
Tempat Pengkajian :
Nama Pengkaji :
S:
1. Identitas Klien
Nama :
Umur :
Suku :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat : Jln.

2. Alasan Datang Periksa/ Keluhan saat ini


Klien mengatakan ingin melakukan pemeriksaan
Keluhan Utama : Klien mengatakan sejak ± 2 bulan ini mengalami keputihan
yang
agak banyak berwarna putih bening, tidak berbau dan tidak
gatal

3. Riwayat obstetric dan ginekologi


a. Riwayat Menstruasi:

1) HPHT :
2) Lamanya : hari
3) Banyaknya : kali ganti
pembalut

4) Siklus : hari

5) Menarche :
6) Teratur / tidak :
7) Warna :
8) Dismenorrhea :
9) Konsistensi :
b. Fluor albus
1) Berapa lama : x/satu minggu.
2) Bau :
3) Warna :
4) Gatal :

4. Riwayat kesehatan yang lalu


Penyakit yang pernah diderita : Tidak pernah

5. Riwayat Kesehatan Keluarga


Didalam keluarga ibu maupun ayah tidak ada yang sedang/ memiliki riwayat
penyakit hepatitis, jantung, astma, tekanan darah tinggi, operasi, TBC, ginjal dan
penyakit lain yang menular.

6. Pola Fungsional Kesehatan

Pola Keterangan
Nutrisi Makan 3 kali/ hari dengan porsi makan nasi sepiring,
sayur dan lauk pauk, air putih 6-7 gelas/ hari. Nafsu
makan baik.
Eliminasi BAK: 3-4 kali/ hari, berwarna kuning jernih, konsistensi
cair, tidak ada keluhan.
BAB: 1 kali/ hari, berwarna coklat, konsistensi padat
lunak, tidak ada keluhan.
Istirahat Tidur siang: jarang
Tidur malam: ± 7 jam/ hari
Aktivitas Sekolah secara online, mengerjakan tugas, membantu
ibu pekerjaan rumah
Personal Hygiene Mandi2 x/hari
Ganti baju 1-2x/hari
Ganti celana dalam 1-2x/hari, kadang suka tidak
mengganti celana dalam saat basah saat selesai BAB
atau BAB
Kebiasaan Kadang suka menggunakan pakaian dalam ketat dan
tidak berbahan katun dan tidak menyerap keringat
Tidak memiliki kebiasaan buruk seperti merokok,
minum-minuman beralkohol, sering minum kopi

7. Riwayat Psikososiokultural

Psiko : Tidak mengalami stress atau merasa cemas


ketika keputihan tersebut
Sosial : Ibu kadang merasa cemas dengan keputihan
yang dialami oleh anak.
Kultural : Tidak pernah memberikan obat-obatan/cairan
vagina/air rebusan sirih ketika keputihan terjadi.
: Tidak ada kegiatan keagamaan maupun
kebiasaan khusus yang dapat mempengaruhi
Spiritual keehatan klien

O:

1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : compos mentis
2. Tanda- Tanda Vital
Tekanan darah : 120/ 60 mmHg
Nadi : 88 x/ menit
Suhu :36,3 0C
Pernafasan : 20x/ menit

3. Antropometri
BB : 57 Kg
Tinggi Badan : 155 cm
IMT : 25,4
LILA : 30 cm

4. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Keterangan
Kepala Warna rambut hitam, tidak ada lesi, distribusi rambut
merata, tidak terdapat nyeri tekan, dan tidak teraba
benjolan abnormal.
Wajah Simetris, bentuk wajah oval, tidak pucat, tidak teraba
oedema.
Mata Simetris, konjunctiva merah muda, sclera berwarna
putih, tidak terdapat pengeluaran kotoran, tidak ada
oedema palpebra.
Hidung Simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung,
kebersihan hidung cukup, tidak ada polip, tidak ada
kelainan bentuk.
Mulut Bibir lembab, tidak pucat, tidak ada stomatitis,
terdapat caries dentis kanan dan kiri, lidah tremor,
tidak terdapat pembengkakan pada tonsil, tidak ada
tanda peradangan.
Telinga Simetris, tidak terdapat pengeluaran cairan atau
serumen berlebihan.
Leher Tidak terdapat pembesaran kelenjar limfe, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada bendungan vena
jugularis.
Dada Tidak terdengar suara tambahan.
Payudara Tidak teraba benjolan/massa yang abnormal
Abdomen Tidak ada bekas luka jahitan, tidak ada nyeri tekan
pada abdomen bagian bawah
Genitalia Terlihat keputihan putih bening di genitalia.
Ekstremitas Atas: Simetris, tidak oedema, CRT kembali < 2 detik.
Bawah: Simetris, tidak oedema, tidak ada varises,
CRT kembali < 2detik

A:

Diagnosis : Remaja dengan Fluor Albus

Masalah : Personal Hygiene yang kurang baik.

Diagnosa Potensial : Infeksi pada Vagina

Masalah Potensial : Iritasi pada Vagina P:

Tanggal Waktu Pelaksanaan Tanda Tangan

12.00 Membina hubungan baik dengan klien Mahasiswa


WITA
12.05 Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada klien Mahasiswa
WITA bahwa hasil pemeriksaan normal yaitu TD:
120/60 mmHg, N: 88x/I, RR: 20x/i, T: 36,3oC,
BB: 57 kg, TB: 155 cm, LILA: 30 cm, IMT:
25,4; Klien mengerti mengenai penjelasan
yang
diberikan tentang kondisinya
12. 10 Menjelaskan pengertian dari Flour Albus; Mahasiswa
WITA Klien mengerti dengan arahan yang
disampaikan
12. 15 Menjelaskan penyebab dari flour albus yang Mahasiswa
WITA terjadi pada klien yaitu klien suka
menggunakan pakaian dalam ketat yang tidak
berbahan katun dan tidak menyerap keringat
dan klien suka tidak mengganti pakaian dalam
yang basah saat habis BAK atau BAB;
Klien mengerti dengan penjelasan yang di
sampaikan
12. 20 Menjelaskan tentang ciri-ciri flour albus yang Mahasiswa
WITA normal dan tidak normal dan untuk saat ini
ciri- ciri fluor albus yang dialami klien adalah
fluor albus yang normal;
Klien mengerti dengan penjelasan yang di
sampaikan

12. 25 Menjelaskan dampak dari flour albus apabila Mahasiswa


WITA tetap dibiarkan;
Klien mengerti dengan penjelasan yang di
sampaikan

12.30 Menjelaskan penanganan yang bisa di lakukan Mahasiswa


WITA di rumah dan memberikan KIE untuk
melakukan perubahan kebiasaan klien yang
tidak baik yaitu;

Menjaga kebersihan daerah genetalia agar


tidak lembab mengganti pakaian dalam yang
basah dengan yang kering dan bersih
Menghindari menggunakan pakaian dalam
yang ketat dan tidak menyerap keringat
Menganjurkan untuk memakai pakaian dalam
berbahan katun karena katun menyerap
kelembaban dan menjaga agar sirkulasi udara
tetap terjaga
Menganjurkan untuk membasuh vagina
dengan benar yaitu dari depan kebelakang tiap
kali selesai buang air kecil ataupun buang air
besar, dan selalu mencuci tangan terlebih
dahulu sebelum membasuh vagina
Menganjurkan untuk menghindari penggunaan
cairan pembersih vagina secara berlebihan
karna dapat merusak flora normal vagina
Menganjurkan untuk tidak membiasakan diri
saling bertukar handuk antara teman atau
keluarga;
Klien mengerti dan berjanji akan melakukan
perubahan kebiasaan buruknya
12.35 Memberikan kesempatkan klien untuk Mahasiswa
WITA bertanya dan kembali menjelaskan kembali
penanganan dan perubahan yang dilakukan di
rumah;
Klien menjelasan kembali penanganan dan
perubahan kebiasaan buruk klien.

12.40 Memberi tahu klien untuk segera ke fasilitas Mahasiswa


WITA kesehatan jika mengalami keputihan yang
tidak normal dan jika terasa nyeri;
Klien mengerti dan berjanji akan segera ke
fasilitas kesehatan jika mengalami keputihan
yang tidak normal

12.45 Melakukan Dokumentasi Mahasiswa


WITA
DAFTAR PUSTAKA

Abrori, Hernawan, A. D., & Ermulyadi. (2017). Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Keputihan
Patalogis Siswi SMAN 1 Simpang Hilir Kabupaten Kayong Utara. Unnes Journal Od Public
Health, 6(1).

Aeni, W. N., Prodi, D., Keperawatan, I., & Indramayu, S. (2017). Hubungan Perilaku Genitalia
Hygienedengan Kejadian Keputihan Remaja Di Pondok Pesantren Di Indramayu. In Jurnal
Ilmiah Kesehatan.
Darma. (2017). Hubungan Pengetahuan, Vulva Hygiene, Stres Dan Pola Makan Dengan Kejadian
Infeksi Flour Albus. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat, 2(6), 1–9.

Diananda, A. (2019). PSIKOLOGI REMAJA DAN PERMASALAHANNYA.


Journal ISTIGHNA. Https://Doi.Org/10.33853/Istighna.V1i1.20

Febryary, D. R. (2016). Gambaran Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Remaja Putri


Dalam Penanganan Keputihan Di Desa Cilayung. Jurnal Sistem Kesehatan, 2(1),
40–46. Https://Doi.Org/10.24198/Jsk.V2i1.10418

Ilmiawati, H., & Kuntoro, K. (2017). Pengetahuan Personal Hygiene Remaja Putri
Pada Kasus Keputihan. Jurnal Biometrika Dan Kependudukan.
Https://Doi.Org/10.20473/Jbk.V5i1.2016.43-51

Kemenkes RI. (2014). PP No. 61 Th 2014 Ttg Kesehatan Reproduksi.Pdf. In Peraturan Pemerintah.

Nurhumairah, N., Salmah, U., & Tamar, M. (2020). The Effect Of Reproductive

Health Education With Video Learning Multimedia And Education On The


Increasing Of Knowledge And Attitude About Prevention Of Fluor ….
International Journal Of …, 3, 161–167.

Sa, U., Widyasih, H., Kebidanan, P. S. D., Vokasi, S., & Mada, U. G. (2018).
Personal Hygiene Habits Dan Kejadian Flour Albus Patologis Pada Santriwati
PP AL-Munawwir , Yogyakarta Personal Hygiene Habits And Occurrence Of
Pathological Fluor Albus On Santriwati Of PP Al-Munawwir , Yogyakarta. 36–
Salamah, U., Kusumo, D. W., & Mulyana, D. N. (2020). Faktor Perilaku
Meningkatkan Resiko Keputihan. Jurnal Kebidanan.
Https://Doi.Org/10.26714/Jk.9.1.2020.7-14

Anda mungkin juga menyukai