Anda di halaman 1dari 44

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN ANEMIA RINGAN

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 6

SRI SUMARSIH

RENI FIDIAWATI

APRELIA

WITAMA JULIANI

BERLIANA SARI

ERIA NINGSIH

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJAN TERAPAN

FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU

LAMPUNG

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga

makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan

terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan

memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan

dan pengalaman bagi pembaca maupun penulis sendiri. Kami berharap lebih jauh

agar makalah ini bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam

penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.

Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari

pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Pringsewu, Maret 2021

Penyusun

Kelompok 6
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anemia adalah suatu keadaan dimana tubuh memiliki jumlah sel darah

merah (eritrosit) yang terlalu sedikit, yang mana sel darah merah itu

mengandung hemoglobin yang berfungsi untuk membawa oksigen ke

seluruh jaringan tubuh (Proverawati, 2013). Anemia secara praktis

didefinisikan sebagai kadar Ht, konsentrasi Hb, atau hitung eritrosit dibawah

batas “normal”. Dalam praktik rutin, konsentrasi Hb < 11 g/dl pada akhir

trimester pertama, dan 10 g/dl pada trimester kedua dan ketiga diusulkan

menjadi batas bawah untuk mencari penyebab anemia dalam kehamilan.

Nilai-nilai ini kurang lebih sama dengan nilai Hb terendah pada ibu-ibu

hamil yang mendapat suplementasi besi, yaitu 11,0 g/dl pada trimester

pertama dan 10,5 g/dl pada trimester kedua dan ketiga (Prawirohardjo,

2010).

Penyebab anemia yaitu karena kurangnya zat gizi untuk pembentukan

darah, seperti zat besi, asam folat dan vitamin B12. Tetapi yang sering

terjadi adalah anemia karena kekurangan zat besi (Rukiyah,2010). Sekitar

75% anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi yang

memperlihatkan gambaran eritrosit mikrositik hipokrom pada apusan darah

tepi. Penyebab tersering kedua adalah anemia megaloblastik yang dapat

disebabkan oleh defisiensi asam folat dan defisiensi vitamin B12. Penyebab

anemia lainnya yang jarang ditemui antara lain adalah hemoglobinopati,

proses inflamasi, toksisitas zat kimia, dan keganasan (Prawirohardjo, 2010).


Anemia pada kehamilan yang disebabkan karena kekurangan zat besi

penting untuk melakukan pemeriksaan pada kunjungan pertama kehamilan

karena jika pada saat kunjungan pertama hasil pemeriksaan tidak mengalami

anemia masih mungkin terjadi anemia pada kehamilan lanjutannya

(Proverawati,2011). Pengetahuan ibu hamil tentang kesehatan khususnya

anemia akan berpengaruh terhadap perilaku ibu hamil pada pelaksanaan

program pencegahan anemia. ibu hamil cenderung tidak memperdulikan

penting tablet Fe yang diberikan oleh bidan atau tenaga kesehatan karena

mereka menganggap tablet Fe hanya membuat merasa mual jika diminum

dan anggapan tersebut telah menjadi budaya di masyarakat. Faktor-faktor

lain yang berhubungan dengan tingginya kejadian anemia pada ibu hamil

adalah umur, jarak kelahiran, paritas, pendidikan , pengetahuan dan

pendapatan keluarga (BKKBN, 2009).

Secara global prevalensi anemia pada ibu hamil diseluruh dunia adalah

sebesar 41,8%. Prevalensi anemia pada ibu hamil diperkirakan di Asia

sebesar 48,2%, Afrika 57,1% , Amerika 24,1% dan Eropa 25,1% (WHO,

2008). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013,

prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia sebesar 37,1%. ibu hamil

anemia, yaitu ibu hamil dengan kadar Hb kurang dari 11,0 gram/dl, dengan

proporsi yang hampir sama antara di kawasan perkotaan (36,4%) dan

perdesaan (37,8%).

Sementara itu prevalensi anemia defisiensi besi pada ibu hamil di

Indonesia masih sangat tinggi. Sekitar 35-75% ibu hamil menderita anemia

defisiensi besi serta semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia


kehamialan (Rukiyah,2010).Anemia dalam kehamilan dapat berakibat fatal

mulai dari kelahiran prematur sampai kematian ibu dan bayi. Menurut WHO

40% kematian ibu di negara berkembang berkaitan dengan anemia pada

kehamilan dan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut

(Rukiyah,2010).

Menurut laporan WHO tahun 2014 Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia

yaitu 289.000 jiwa. Amerika Serikat yaitu 9300 jiwa, Afrika Utara 179.000

jiwa, dan Asia Tenggara 16.000 jiwa. Angka kematian ibu di negara-negara

Asia Tenggara yaitu Indonesia 214 per 100.000 kelahiran hidup, Filipina

170 per 100.000 kelahiran hidup, Vietnam 160 per 100.000 kelahiran hidup,

Thailand 44 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei 60 per 100.000 kelahiran

hidup, dan Malaysia 39 per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2014).

Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012

menyebutkan, angka kematian ibu (AKI) melonjak drastis 359 per 100.000

kelahiran hidup. Sebelumnya, AKI dapat ditekan dari 390 per 100.000

kelahiran hidup (1991) menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI

2007). Selain AKI, angka kematian bayi (AKB) juga masih tinggi, 32 per

1.000 kelahiran hidup. Angka itu hanya turun sedikit dari AKB SDKI 2007

yang 34 per 1.000 kelahiran hidup.

Salah satu peranan bidan dalam program perencanaan persalinan dan

pencegahan komplikasi (P4K) dalam masa kehamilan yaitu melakukan

pemeriksaan laboratorium yang diperlukan seperti pemeriksaan

Hemoglobulin pada saat kunjungan pertama ibu di tenaga kesehatan dan

pemberian tablet Fe pada ibu hamil. Selain itu program KIA adalah
Antenatal care (ANC). Terdapat 14 T dalam pemeriksaan ANC di

Puskesmas, yang salah satunya adalah pemberian tablet besi minimal 90

tablet selama kehamilan, yang merupakan upaya penting dalam pencegahan

dan penanggulangan anemia. Akan tetapi dalam kenyataannya, tidak semua

ibu hamil yang mendapatkan tablet Fe meminumnya secara rutin, hal ini

bias disebabkan oleh faktor ketidaktahuan tentang pentingnya tablet Fe

selama kehamilan. (Depkes RI,2007).

Dari data yang didapatkan di Puskemas Kemiling tahun 2021 sebanyak

173 orang ibu hamil yang terkena anemia. Dapat disimpulkan bahwa anemia

dalam kehamilan masih menjadi masalah kesehatan yang harus

ditanggulangi, karena merupakan faktor resiko penting terjadinya kondisi

ibu hamil dan neonatus yang buruk. Berdasarkan latar belakang diatas

penulis tertarik untuk mengetahui “Bagaimana penatalaksanakan asuhan

kebidanan pada Ny. M G2P1A0 hamil 28 minggu dengan anemia ringan di

Puskesmas Kemiling”.

B. Rumusan Masalah

Anemia dalam kehamilan dapat mengakibatkan komplikasi pada saat

hamil, bersalin dan nifas. Dampak anemia dalam kehamilan dapat berakibat

fatal mulai dari kelahiran prematur sampai kematian ibu dan bayi.

Berdasarkan masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat ditarik

rumusan masalah dalam kasus ini adalah “Bagaimana penatalaksanakan

asuhan kebidanan pada Ny. M dengan anemia ringan di Puskesmas

Kemiling”.
C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu melaksanakan dan menerapkan asuhan kebidanan pada Ny. M

dengan anemia ringan di Puskesmas Kemiling.

2. Tujuan Khusus

a. Ibu mampu menjelaskan pengertian, tanda dan gejala serta bahaya

anemia ringan.

b. Ibu mampu menjelaskan penatalaksanaan dalam anemia ringan.

c. Untuk mengetahui evaluasi dari tindakan yang diberikan pada

Ny.M.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan

1. Definisi

Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional dalam buku

Prawirohardjo (2012),kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi

ataupenyatuan spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi

atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi,

kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10

bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional.

Proses kehamilan merupakan matarantai yang berkesinambung dan

terdiri dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan

pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan

plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba,

2010). Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester kesatu

berlangsungdalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-

13 hingga ke-27). Dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28

hingga ke40 minggu) (Prawirohardjo, 2012).

2. Program Antenatal Care

Asuhan antenatal adalah suatu upaya preventif program pelayanan

kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal

melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan.

(Prawirohardjo, 2012).

a. Tujuan Antenatal Care


1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan

ibu dan tumbuh kembang bayi.

2) Meningkatkan dan mempertahnkan kesehatan fisik,mental, dan

social ibu dan bayi

3) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau

komplikasi yang mungkinterjadi selama hamil, termasuk

riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.

4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan

selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal

mungkin.

5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan

pemberian ASI eksklusif.

6) Mempersiapkan peran ibudan keluarga dalam menerima

kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal

(Prawirohardjo, 2009).

b. Menurut Prawirohardjo (2009) kunjungan antenatal sebaiknya

paling sedikit 4 kali setelah kehamilan :

1) Satu kali pada triwulan pertama

2) Satu kali pada triwulan kedua

3) Dua kali pada triwulan ketiga

B. Anemia dalam kehamilan

1. Definisi

Anemia adalah suatu keadaan dimana tubuh memiliki jumlah sel


darah merah (eritrosit) yang terlalu sedikit, yang mana sel darah merah

itu mengandung hemoglobin yang berfungsi untuk membawa oksigen

ke seluruh jaringan tubuh (Proverawati, 2013). Anemia dalam

kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin di bawah 11 gr

% pada trimester I dan III atau kadar hemoglobin < 10,5 gr% pada

trimester II ( Depkes RI, 2009 ). Anemia adalah penurunan jumlah sel

darah merah atau penurunan konsentrasi hemoglobin didalam sirkulasi

darah. Kadar hemoglobin kurang dari 12 gram/dl untuk wanita tidak

hamil dan kurang dari 11 gram/dl untuk wanita hamil (Varney, 2006).

Hemoglobin ( Hb ) yaitu komponen sel darah merah yang berfungsi

menyalurkan oksigen ke seluruh tubuh, jika Hb berkurang, jaringan

tubuh kekurangan oksigen. Oksigen diperlukan tubuh untuk bahan

bakar proses metabolisme. Zat besi merupakan bahan baku pembuat sel

darah merah. Ibu hamil mempunyai tingkat metabolisme yang tinggi

misalnya untuk membuat jaringan tubuh janin, membentuknya menjadi

organ dan juga

untuk memproduksi energy agar ibu hamil bisa tetap beraktifitas normal

sehari – hari ( Sin sin, 2010 ).

2. Etiologi

Penyebab anemia umumnya adalah :

a. Kurang gizi (malnutrisi)

b. Kurang zat besi dalam diet

c. Malabsorbsi
d. Kehilangan darah yang banyak : persalinan yang lalu, haid, dan

lainlain.

e. Penyakit-penyakit kronik : TBC, paru, cacing usus, malaria, dan

lainlain (Mochtar, 2012).

3. Patofisiologi

Kehamilan menyebabkan banyak perubahan pada tubuh ibu,

perubahan-perubahan itu untuk menyesuaikan tubuh ibu pada keadaan

kehamilannya. Pada masa kehamilan akan terjadi perubahan fisik yang

mempengaruhi penggunaan zat-zat makanan oleh tubuh berkurang

sehingga kebutuhan tubuh akan sumber zat gizi juga akan berkurang

pada beberapa bulan pertama kehamilan.. Pola makan dan gaya hidup

sehat dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam

rahim ibu pada masa kehamilan trisemester pertama (Manuaba, 2007).

Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh

karena perubahan sirkulasi yang semakin meningkat terhadap plasenta

dan pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai

pada trimester II kehamilan dan maksimum terjadi pada bulan ke-9 dan

meningkat sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang atern serta

kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan

volume plasma seperti laktogen plasma, yang menyebabkan

peningkatan sekresi aldesteron (Rukiah, 2010).

4. Faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil

a. Umur Ibu
Menurut Amiruddin (2007), bahwa ibu hamil yang berumur

kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun yaitu 74,1% menderita

anemia dan ibu hamil yang berumur 20 – 35 tahun yaitu 50,5%

menderita anemia. Wanita yang berumur kurang dari 20 tahun atau

lebihdari 35 tahun, mempunyai risiko yang tinggi untuk hamil,

karena akan membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu hamil

maupun janinnya, beresiko mengalami pendarahan dan dapat

menyebabkan ibu mengalami anemia.

b. Paritas

Paritas adalah jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang

ibu baik lahir hidup maupun lahir mati. Seorang ibu yang sering

melahirkan mempunyai risiko mengalami anemia pada kehamilan

berikutnya apabila tidak memperhatikan kebutuhan nutrisi. Karena

selama hamil zat-zat gizi akan terbagi untuk ibu dan untuk janin

yang dikandungnya. Menurut Arisman (2007) bahwa jumlah

paritas lebih dari 3 merupakan factor terjadinya anemia yang

berhubungan dengan jarak kehamilan yang terlalu dekat yaitu < 2

tahun yang disebabkan karena terlalu sering hamil dapat menguras

cadangan zat gizi tubuh ibu.

c. Kurang Energi Kronis (KEK)

41% (2.0 juta) ibu hamil menderita kekurangan gizi.

Timbulnya masalah gizi pada ibu hamil, seperti kejadian KEK,

tidak terlepas dari keadaan sosial, ekonomi, dan bio sosial dari ibu

hamil dan keluarganya seperti tingkat pendidikan, tingkat


pendapatan, konsumsi pangan, umur, paritas, dan sebagainya.

Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) adalah suatu cara untuk

mengetahui resiko Kurang Energi Kronis (KEK) Wanita UsiaSubur

(WUS). Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk memantau

perubahan tatus gizi dalam jangka pendek. Pengukuranblingkar

lengan atas (LILA) dapat digunakan untuk tujuan penapisan status

gizi Kurang Energi Kronis (KEK). Ibu hamil KEK adalah ibu

hamil yang mempunyai ukuran LILA<23.5 cm. Deteksi KEK

dengan ukuran LILA yang rendah mencerminkan kekurangan

energi dan protein dalam intake makanan sehari hari yang biasanya

diiringi juga dengan kekurangan zat gizi lain, diantaranya besi.

Dapat diasumsikan bahwa ibu hamil yang menderita KEK

berpeluang untuk menderita anemia (Darlina, 2003).

d. Infeksi dan Penyakit

Zat besi merupakan unsur penting dalam mempertahankan

daya tahan tubuh agar tidak mudah terserang penyakit. Menurut

penelitian, orang dengan kadar Hb <10 g/dl memiliki kadar sel

darah putih (untuk melawan bakteri) yang rendah pula. Seseorang

dapat terkena anemia karena meningkatnya kebutuhan tubuh akibat

kondidi fisiologis (hamil, kehilangan darah karena kecelakaan,

pascabedah atau menstruasi), adanya penyakit kronis atau infeksi

(infeksi cacing tambang, malaria, TBC) (Anonim, 2004). Ibu yang

sedang hamil sangat peka terhadap infeksi dan penyakit menular.

Beberapa di antaranya meskipun tidak mengancam nyawa ibu,


tetapi dapat menimbulkan dampak berbahaya bagi janin.

Diantaranya, dapat mengakibatkan abortus, pertumbuhan janin

terhambat, bayi mati dalam kandungan, serta cacat bawaan.

Penyakit infeksi yang di derita ibu hamil biasanya tidak diketahui

saat kehamilan. Hal itu baru diketahui setelah bayi lahir dengan

kecacatan. Pada kondisi terinfeksi penyakit, ibu hamil akan

kekurangan banyak cairan tubuh serta zat gizi lainnya (Bahar,

2006).

Penyakit yang diderita ibu hamil sangat menentukan kualitas

janin dan bayi yang akan dilahirkan. Penyakit ibu yang berupa

penyakit menular dapat mempengaruhi kesehatan janin apabila

plasenta rusak oleh bakteri atau virus penyebab penyakit. Sekalipun

janin tidak langsung menderita penyakit, namun Demam yang

menyertai penyakit infeksi sudah cukup untuk menyebabkan

keguguran. Penyakit menular yang disebabkan virus dapat

menimbulkan cacat pada janin sedangkan penyakit tidak menular

dapat menimbulkan komplikasi kehamilan dan meningkatkan

kematian janin 30% (Bahar, 2006).

e. Jarak kehamilan

Menurut Ammirudin (2007) proporsi kematian terbanyak

terjadi pada ibu dengan prioritas 1 – 3 anak dan jika dilihat menurut

jarak kehamilan ternyata jarak kurang dari 2 tahun menunjukan

proporsi kematian maternal lebih banyak. Jarak kehamilan yang

terlalu dekat menyebabkan ibu mempunyai waktu singkat untuk


memulihkan kondisi rahimnya agar bisa kembali ke kondisi

sebelumnya. Pada ibu hamil dengan jarak yang terlalu dekat

beresiko terjadi anemia dalam kehamilan. Karena cadangan zat besi

ibu hamil pulih. Akhirnya berkurang untuk keperluan janin yang

dikandungnya.

f. Pendidikan

Pada beberapa pengamatan menunjukkan bahwa kebanyakan

anemia yang di derita masyarakat adalah karena kekurangan gizi

banyak di jumpai di daerah pedesaan dengan malnutrisi atau

kekurangan gizi. Kehamilan dan persalinan dengan jarak yang

berdekatan, dan ibu hamil dengan pendidikan dan tingkat social

ekonomi rendah (Manuaba, 2010). Menurut penelitian Amirrudin

dkk (2007), faktor yang mempengaruhi status anemia adalah

tingkat pendidikan rendah.

5. Macam-macam anemia dalam kehamilan

Secara umum anemia dalam kehamilan diklasifikasikan menjadi:

a. Anemia defisiensi besi

Anemia defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat

kekurangan zat besi dalam darah. Anemia defisiensi besi

merupakan tahap defisiensi besi yang paling parah yang ditandai

oleh penurunan cadangan besi, konsentarsi besi serum, dan saturasi

transferin yang rendah, dan konsentrasi hemoglobin atau nilai

hematokrit yang menurun. Pada kehamilan, kehilangan zat besi

terjadi akibat pengalihan besi maternal ke janin untuk eritropoiesis,


kehilangan darah ada saat persalinan, dan laktasi yang jumlah

keseluruhannya dapat mencapai 900 mg atau setara dengan 2 liter

darah. Oleh karena itu sebagian besar perempuan mengawali

kehamilan dengan cadangan besi yang rendah, maka kebutuhan

tambahan ini berakibat pada anemia defisiensi besi.

Pencegahan anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan

suplementasi besi dan asam folat. WHO menganjurkan untuk

memberikan 60 mg besi selama 6 bulan untuk memenuhi

kebutuhan fisiologik selama kehamilan. Namun, banyak literatur

menganjurkan dosis 100 mg besi setiap hari selama 16 minggu atau

lebih pada kehamilan. (Prawirohardjo, 2012).

Pengobatan pada anemia defisiensi besi dapat diberikan per

oral atau parenteral.

1) Per oral : sulfas ferosus atau glukonas ferosus dengan dosis 3 –

5 x 0,20 mg.

2) Parenteral : diberikan bila ibu hamil tidak tahan pemberian per

oral atau absorbsi di saluran pencernaan kurang baik, kemasan

diberikan secara intramuskuler atau intravena. Kemasan ini

antara lain: imferon dam ferrigen. Hasilnya lebih cepat

dibandingkan per oral(Mochtar, 2012).

b. Anemia Megaloblastik

Anemia Megaloblastik adalah anemia yang disebabkan oleh

karena kekurangan asam folat, jarang sekali karena kekurangan

vitamin B12. Pengobatannya anemia megaloblastik yaitu:


1) Asam folat 15 – 30 mg per hari

2) Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari

3) Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari

4) Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban

sehingga dapat diberikan transfusi darah (Mochtar, 2012).

c. Anemia Hipoplastik dan Aplastik

Anemia hipoplastik dalah anemia yang disebabkan oleh

hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel darah merah baru.

Untuk diagnostic diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan diantaranya

adalah darah tepi lengkap, pemeriksaan pungsi ekternal dan

pemeriksaan retikulosit (Mochtar, 2012).

d. Anemia Hemolitik

Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan

penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih cepat

dari pembuatannya. Wanita dengan anemia hemolitik sukar

menjadi hamil; apabila ia hamil, maka anemianya biasanya menjadi

lebih berat. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan

gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila

terjadi kelainan pada organorgan vital.

Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik dan

penyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya yang

diberantas dan diberikan obat-obat penambah darah. Namun ada

beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak memberikan hasil. Maka


transfuse darah yang berulang dapat membantu penderita ini

(Mochtar, 2012).

6. Tanda dan Gejala Anemia

a. Letih, sering mengantuk, malaise

b. Pusing, lemah

c. Luka pada lidah

d. Kulit pucat

e. Membrane mukosa pucat (missal, konjungtiva)

f. Bantalan kuku pucat

g. Tidak ada nafsu makan, mual dan muntah (Varney, 2006)

7. Klasifikasi Anemia

Pembagian anemia pada ibu hamil yaitu:

a. Tidak anemia Hb 11 gr%

b. Ringan Hb 9-10 gr%

c. Sedang Hb 7-8 gr%

d. Berat Hb < 7 gr%(Manuaba, 2010)

8. Bahaya anemia pada kehamilan dan janin

a. Bahaya anemia terhadap kehamilan, persalinan dan nifas:

Bahaya selama kehamilan dapat terjadi abortus, persalinan

prematuritas, hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim,

mudah terjadi infeksi, ancaman dekompensasi kordis (Hb <6gr

%), mola hidatidosa, hiperemesis gravidarum, perdarahan

antepartum, ketuban pecah dini (KPD).


Bahaya saat persalinaan yaitu gangguan his (kekuatan

mengejan), kala pertama dapat berlangsung lama, dan terjadi

partus terlantar, kala dua berlangsung lama sehingga dapat

melelahkan dan sering memerlukan tindakan operasi kebidanan,

kala uri dapat diikuti retensio plasenta, dan perdarahan post

partum karena atonia uteri, kala empat dapat terjadi perdarahan

post partum sekunder dan atonia uteri.

Pada kala nifas yaitu terjadi subinvolusi uteri menimbulkan

perdarahan post partum, memudahkan infeksi puerperium,

pengeluaran ASI berkurang, terjadi dekompesasi kordis

mendadak setelah persalinan, anemia kala nifas, mudah terjadi

infeksi mamae.

b. Bahaya anemia terhadap janin

Sekalipun tampaknya janin mampu menyerap berbagai

kebutuhan dari ibunya, tetapi dengan anemia akan mengurangi

kemampuan metabolisme tubuh sehingga mengganggu

pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Akibat

anemia dapat terjadi gangguan yaitu abortus, kematian intra

uterine, persalinan prematuritas tinggi, berat badan lahir rendah,

kelahiran dengan anemia, dapat terjadi cacat bawaan, bayi mudah

mendapat infeksi sampai kematian perinatal, dan inteligensia

rendah (Manuaba, 2010).

9. Pencegahan anemia

Pencegahan anemia pada ibu hamil antara lain :


a. Mengkonsumsi pangan lebih banyak dan beragam, contoh

sayuran warna hijau, kacang – kacangan, protein hewani,

terutama hati.

b. Mengkonsumsi makanan yang kaya akan vitamin C seperti jeruk,

tomat, mangga dan lain–lain yang dapat meningkatkan

penyerapan zat besi.

Suplemen zat besi memang diperlukan untuk kondisi tertentu,

wanita hamil dan anemia berat misalnya. Manfaat zat besi selama

kehamilan bukan untuk meningkatkan atau menjaga konsentrasi

hemoglobin ibu, atau untuk mencegah kekurangan zat besi pada ibu.

Ibu yang mengalami kekurangan zat besi pada awal kehamilan dan

tidak mendapatkan suplemen memerlukan sekitar 2 tahun untuk

mengisi kembali simpanan zat besi dari sumber-sumber makanan

sehingga suplemen zat besi direkomendasikan sebagai dasar yang

rutin (Depkes, 2008).

Penderita anemia ringan sebaliknya tidak menggunakan

suplemen zat besi. Lebih cepat bila mengupayakan perbaikan menu

makanan. Misalnya dengan konsumsi makanan yang banyak

mengandung zat besi seperti telur, susu, hati, ikan, daging, kacang-

kacangan (tahu, oncom, kedelai, kacang hijau, sayuran berwarna

hijau, sayuran berwarna hijau tua (kangkung, bayam) dan buah-

buahan (jeruk, jambu biji dan pisang). Selain itu tambahkan substansi

yang memudahkan penyerapan zat besi seperti vitamin C, air jeruk,


daging ayam dan ikan. Sebaliknya substansi penghambat penyerapan

zat besi seperti teh dan kopi patut dihindari (Anonim, 2004).

10. Peran bidan pada ibu hamil dengan anemia

Di dalam pedoman pelayanan antenatal terpadu menurut

kemenkes tahun 2010 yaitu tenaga kesehatan harus memberikan

pelayanan yang berkualitas sesuai standar terdiri dari 10 T . Standar

pelayanan antenatal care yang kedua yaitu pengukuran lingkar lengan

atas (LiLA) yang bertujuan untuk skrining ibu hamil yang beresiko

kurang energi kronis (KEK). Dimana ibu hamil yang menderita KEK

berpeluang untuk menderita anemia. Maka dari itu bidan diharapkan

melakukan pengukuran lingkar lengan atas. yaitu pada saat pelayanan

antenatal care.

Pemberian tablet Fe pada ibu hamil, setiap ibu hamil harus

mendapat tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan

diberikan sejak kontak pertama kunjungan kehamilan. Selain itu juga

adanya pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan kadar

hemoglobulin. Pemeriksaan laboratorium dilakukan satu kali pada

trimester pertama dan satu kali pada trimester ke tiga tetapi jika ibu

hamil memiliki kadar hemoglobulin < 11 gr% maka akan dilakukan

pemeriksaan hemoglobulin rutin untuk memantau kadar hemoglobulin

ibu.

Melakukan komunikasi informasi dan edukasi kepada ibu hamil

juga sangat penting. Memberitahu cara mengkonsumsi tablet Fe

dengan benar, memberikan pendidikan kesehatan mengenai gizi yang


baik untuk ibu hamil, memberitahu ibu mengenai P4K yaitu persiapan

tempat persalinan, penolong persalinan, biaya persalinan,

pendamping persalinan, kendaraan dan calon pendonor darah untuk

persiapan jika terjadi kegawatdaruratan.

C. Anemia ringan

1. Pengertian

Menurut Manuaba (2010), anemia ringan adalah dimana kadar

hemoglobin antara 9 - 10 gr%. Sedangkan menurut DepKes (2009),

anemia ringan dimana kadar Hb antara 9 -10,9 gr%.

2. Gejala Anemia Ringan

Menurut Manuaba (2010), pada anemia akan didapatkan keluhan

sebagai berikut:

a. Cepat lelah

b. Sering pusing

c. Mata berkunang-kunang

d. Badan lemas.

3. Komplikasi Anemia Ringan

Komplikasi anemia ringan pada ibu hamil dapat terjadi, hal ini

dikarenakan ibu sudah menderita anemia sejak masa sebelum hamil.

Pada kasus anemia ringan pada ibu hamil bila tidak segera diatasi, dapat

menyebabkan rahim tidak mampu berkontraksi (atonia) atau kontraksi

sangat lemah (hipotonia) (Dimas, 2012).

4. Patofisiologi Anemia Ringan


Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah

karena perubahan sirkulasi yang semakin meningkat terhadap plasenta

dan pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45 – 65% pada

awal kehamilan dan maksimum terjadi pada bulan menurun sedikit

menjelang aterm serta kembali normal 3 bulan setelah partus (Rukiyah,

2010).

5. Penatalaksanaan Anemia Ringan

Menurut Manuaba (2010), penatalaksanaan anemia ringan antara

lain :

a. Meningkatkan gizi penderita

Faktor utama penyebab anemia adalah faktor resiko gizi, terutama

protein dan zat besi, sehingga pemberian asupan zat besi sangat

diperlukan oleh ibu hamil yang mengalami anemia ringan.

b. Memberi suplemen zat besi

1) Peroral

Pengobatan dapat dimulai dengan preparat besi sebanyak

600-1000 mg seperti sulfas ferrosus atau glukonas ferrosus.

Hemoglobin dapat dinaikkan sampai 0,1 gr/100 ml atau lebih.

2) Parental

Diberikan apabila penderita tidak tahan akan obat besi

peroral, ada gangguan absorbsi, penyakit saluran pencernaan.

Besi parental diberikan dalam bentuk ferri secara

intramuscular/intravena. Diberikan ferum dekstran 100 dosis

total 1000 - 2000 mg intravena.


BAB III

METODE STUDY KASUS

A. Jenis Study Kasus

Jenis study kasus yang akan digunakan dalam studi kasus ini adalah

penelitian deskriptif, yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan

tujuan utama untuk membuat deskripsi mengenai fakta yang ditemukan.

Dalam penelitian ini, peneliti hanya menggambarkan tentang proses

kehamilan pada ibu “M” dengan anemia ringan. Berdasarkan waktu dari

penelitian, penelitian studi kasus ini menggunakan jenis penelitian

longitudinal, yaitu penelitian yang dilakukan secara berkesinambungan.

B. Lokasi dan Waktu

Asuhan kebidanan pada Ny. M dilakukan di ruang KIA Puskesmas

Kemiling serta melakukan kunjungan rumah dengan menerapkan asuhan

kebidanan yang di mulai tanggal 19 Maret 2021.

C. Subyek Laporan Kasus

Subjek dalam studi kasus ini adalah Ny M umur 23 tahun HPHT 15-

Juni-2021 yang beralamat di Gondang Kemiling.

D. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan adalah pedoman observasi, wawancara dan

studi dokumentasi dalam bentuk format asuhan kebidanan pada ibu hamil.
E. Teknik/Cara Pengumpulan Data

Teknik

1. Observasi : Metode pengumpulan data melalui suatu pengamatan

dengan menggunakan panca indra maupun alat sesuai format asuhan

kebidanan.

2. Wawancara : Proses tanya jawab dengan klien untuk mendapatkan

informasi yang lengkap dan akurat

3. Pemeriksaan fisik : Pengumpulan data dengan cara melakukan

pemeriksaan kondisi fisik dari klien.

4. Pemeriksaan Penunjang : Pemeriksaan medis yang dilakuan atas

indikasi tertentu guna memperoleh ketarangan yang lebih lengkap.

Cara pengumpulan data

Pengumpulan data dimulai dari membuat surat ijin studi kasus laporan

tugas akhir di Puskesmas Pondok Gede dari institusi. Kemudian surat ijin

studi kasus laporan tugas akhir diberikan kepada kepala Puskesmas Pondok

Gede. Setelah surat ijin diterima penulis mencari pasien untuk dijadikan

pasien studi kasus laporan tugas akhir di ruangan kesehatan ibu dan anak

(KIA). Melakukan informed consent terlebih dahulu kepada pasien untuk

dijadikan pasien studi kasus laporan tugas akhir dari mulai umur kehamilan

28 minggu sampai dengan nifas 6 minggu. Kemudian penulis melakukan

teknik observasi, wawancara, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang

kepada pasien studi kasus laporan tugas akhir.


BAB IV

TINJAUAN KASUS

A. Kunjungan ANC

Pada tanggal 19 Maret 2021 Jam : 10.30 WIB

Identitas

Klien Suami

Nama : Ny. M Tn. A

Umur : 23 tahun 28 tahun

Agama : Islam Islam

Pendidikan : SMA SMA

Pekerjaan : Ibu rumah tangga Wiraswasta

Alamat : Perum Bukit Kemiling Permai

Data Subjektif

Alasan datang :

Ibu mengatakan datang untuk memeriksakan kehamilannya, tidak ada

keluhan dalam kehamilannya, pergerakan janin aktif 10 kali dalam 12 jam.

tidak ada sakit kepala berlebihan, tidak ada demam tinggi, tidak ada

bengkak pada mata, tangan dan kaki, penglihatan tidak kabur, tidak ada

pengeluaran cairan (air ketuban), tidak ada nyeri ulu hati, tidak ada

perdarahan pervaginam, tidak ada nyeri abdomen hebat.

Riwayat Haid

 HPHT : 29 Juli 2020

 Lamanya : 7 hari,

 Banyaknya : 2-3 kali ganti pembalut/ hari


 Siklus haid : 28 hari.

 Haid sebelumnya : 28 Juli 2020

 Dismenore : Tidak ada

 Tafsiran persalinan : 5 Mei 2021.

Riwayat Perkawinan

Ibu mengatakan ini merupakan perkawinan pertama dan sudah berjalan 3

tahun dan sah menurut agama dan hukum.

Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Ibu mengatakan ini merupakan kehamilan yang kedua dan tidak pernah

mengalami keguguran.

Riwayat keluarga berencana

Ibu mengatakan pernah menggunakan alat kontrasepsi suntik 3 bulan. Ibu

menggunakan alat kontrasepsi suntik 3 bulan dan tidak ada keluhan selama

menggunakan alat kontrasepsi suntik 3 bulan.

Riwayat penyakit yang dan sedang diderita

Ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit seperti penyakit jantung,

diabetes mellitus, ginjal, kelainan darah, TBC ataupun riwayat operasi.

Riwayat dan kebiasaan sehari-hari: makan,personal hygiene,dan

eliminasi

Ibu mengatakan nafsu makan bertambah selama di awal kehamilan,

sekarang nafsu makannya sama seperti sebelum hamil makan 2 kali sehari

yaitu pagi hari dan sore hari dengan nasi, lauk pauk seperti sayur bayam,

sayur kangkung, tempe dan teri . terkadang pada malam hari ibu makan

roti. Porsi makan ibu 1 piring nasi ukuran sedang, setengah mangkuk
sayur, dan lauk pauk seadanya. Ibu mengatakan suka lupa untuk meminum

obat yang telah diberikan terutama tablet Fe, meminum tablet Fe dengan

air putih di pagi hari. Tidak pernah meminum tablet Fe dengan teh dan

kopi. Terkadang meminum tablet Fe bersamaan dengan tablet kalk.

Minum air putih sebanyak ± 2 liter (8-10 gelas) per hari. Ibu mengatakan

BAB 1 kali sehari. BAK > 6 kali sehari Ibu mengatakan pola istirahat

teratur, tidak ada gangguan pada saat tidur, sebanyak 2 kali sehari, tidur

siang ± 1 jam/hari, tidur malam ± 6-7 jam/hari. Ibu mandi dan gosok gigi 2

kali/hari yaitu pada pagi dan sore hari, pekerjaan sehari – hari adalah

membersihkan rumah seperti menyuci baju, menyapu, mengepel lantai,

dan mencuci piring. ibu mengatakan tidak merokok, tidak minum jamu-

jamuan, tidak minum alkohol, ataupun mengkonsumsi obat-obatan kecuali

yang diberikan oleh bidan dan Dokter.

Riwayat Psikososial

Ibu mengatakan ini merupakan kehamilan yang diinginkan dan

direncanakan. Ibu mengatakan tidak mempunyai kepercayaan yang

berhubungan dengan kehamilan.

Riwayat kehamilan ini trimester I,II dan III

Ibu pertama kali memeriksa kehamilannya pada trimester I usia kehamilan

18. Selama kehamilan ibu telah memeriksakan kehamilannya sebanyak 3

kali di puskesmas Kemiling, yaitu 3 kali pada trimester kedua. Ibu

mengatakan baru suntik TT2 pada saat usia kehamilan 28 minggu. ibu

melakukan testpack dan hasilnya positif. Pergerakan janin dirasakan pada

usia 16 minggu kira-kira bulan Oktober 2015.


Pergerakan janin dirasakan ±10 kali dalam 12 jam terakhir. Ibu

mengatakan rencana persalinan di Puskesmas Kemiling, bersedia ditolong

oleh bidan,biaya persalinan sudah mulai dipersiapkan, waktu tempuh ke

Puskesmas Kemiling kurang lebih 10 menit dengan menggunakan sepeda

motor.

Riwayat imunisasi tetanus toxoid

Ibu mengatakan pada kehamilan yang pertama ibu tidak pernah melakukan

imunisasi tetanus toxoid.

Data Objektif

1. Pemeriksaan Umum

 Keadaan Umum : Baik

 Kesadaran : Compos Mentis

 Keadaan Emosional : Stabil

 Tekanan Darah : 100/60 mmHg

 Nadi : 80 kali/menit,

 RR : 20 kali/menit,

 Suhu : 36,6°C

 Tinggi Badan : 161 cm

 Berat badan sebelum hamil : 48 kg,

 Berat bada saat ini : 56 kg,

 Lila : 23 cm
2. Pemeriksaan Fisik

 Rambut Bersih, tidak rontok, tidak berketombe, tidak

bercabang,warna kehitaman.

 Mata tidak tampak adanya cloasma gravidarum, tidak oedem dan

sedikit pucat.

 Mata Simetris, kelopak mata tidak oedem, konjungtiva sedikit

pucat dan sklera tidak kuning.

 Hidung bersih, tidak ada secret.

 Lidah tampak bersih, gigi tidak ada caries, tidak ada lubang,bibir

tidak pecah-pecah, tidak sariawan, tidak ada sianosis.

 Telinga simetris, bersih, tidak ada pengeluaran serumen.

 Leher tidak terdapat benjolan dan pembesaran kelenjar getah

bening.tidak terdapat pembengkakkan kelenjar tyroid, tidak ada

pembengkakan vena jugularis.

 Payudara simetris,puting susu menonjol,aerola bersih dan terdapat

pigmentasi,tidak terdapat benjolan dan nyeri tekan, belum ada

pengeluaran colostrum.

 Posisi tulang belakang lordosis fisiologis dan tidak terdapat nyeri

pada punggung.

 Ekstremitas atas bawah tidak terdapat oedem, tidak terdapat

varises dan tidak ada sianosis, refleks patela kiri dan kanan +/+,

kekuatan sendi +/+


3. Pemeriksaan Obstetrik

 Terdapat pembesaran yang sesuai dengan umur

kehamilan,tidak ada luka bekas operasi,terdapat linea alba dan

striae nigra.

 TFU : 21 cm TBJ (TFU-12) x 155 = 1395.

 Leopold I : Difundus teraba lunak,agak bulat dan tidak

melenting.(bokong).

 Leopold II : Sebelah kiri perut teraba bagian yang panjang dan

keras seperti papan (punggung). Sebelah kanan perut ibu

teraba bagian-bagian terkecil janin (ekstremitas).

 Leopold III: Bagian terendah janin teraba

keras,bulat,melenting (kepala) belum masuk PAP.

 Leopold IV: belum dilakukan.

 Denyut jantung janin (+) frekuensi 138 x/menit,punctum

maksimum terdengar disatu tempat bawah pusat sebelah kiri.

 Pemeriksaan penunjang : tidak dilakukan

Interpretasi Data Dasar

Analisa:

Diagnosa Kebidanan

Ibu : G2P1A0 Hamil 28 minggu

Janin : tunggal,hidup, presentasi kepala

Masalah : tidak ada


Penatalaksanaan

1. Memberitahu ibu bahwa saat ini keadaan ibu dan janin baik dan usia

kehamilan. Ibu berterimakasih atas informasi yang diberikan

mengenai keadaannya.

2. Melakukan informed consent untuk menjadi pasien komprehensif. Ibu

bersedia dan sudah menandatangani lembar informed consent.

3. Melakukan pendekatan dan membina hubungan baik dengan pasien.

Ibu merasa senang dan percaya saat dilakukan pemeriksaan.

4. Melakukan imunisasi tetanus toxoid yang pertama kepada ibu.

Imunisasi tetanus toxoid sudah diberikan kepada ibu.

5. Menganjurkan ibu untuk cukup istirahat,jangan melakukan pekerjaan

yang terlalu berat. Ibu mengerti atas penjelasan yang telah diberikan.

6. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makan-makanan bergizi

seimbang seperti sayur-sayuran, hati, daging dan buah-buahan dan

minum air putih yang cukup. Ibu mengerti dengan penjelasan yang

diberikan dan berjanji akan melaksanakannya.

7. Memberitahu ibu tentang tanda bahaya kehamilan pada trimester I

seperti sakit kepala yang hebat, penglihatan kabur, bengkak pada

wajah, tangan dan kaki, serta gerakan janin berkurang.ibu mengetahui

tanda bahaya kehamilan dan dapat mengulanginya kembali.

8. Menganjurkan ibu menjaga personal hygiene seperti mengganti

pakaian ibu saat berkeringat atau basah,gunakan pakaian yang

menyerap keringat, mandi minimal 2 kali sehari,menjaga kebersihan

pakaian dalam dengan mengganti pakaian dalam jika sudah


basah,membersihkan daerah kemaluan dengan bersih sehabis

BAB/BAK dengan air mengalir kemudian di keringkan. Ibu mengerti

atas penjelasan yang diberikan dan berjanji akan melakukannya

dirumah.

9. Memberikan ibu terapi tablet FeXXX tablet 1x1 sehari, kalk X tablet

1x1 sehari, Vit C X tablet 1x1 sehari.untuk mengkonsumsi tablet Fe

sebelum tidur dengan air jeruk atau air putih pada pagi hari meminum

kalk dan vit C. Ibu mengerti dan berjanji akan menghabiskan obat

yang telah diberikan.

10. Memberitahu ibu cara meminum tablet Fe yaitu diminum 1 kali sehari

secara teratur pada malam hari tidak bersamaan dengan tablet kalk.

Diminum menggunakan air putih atau dengan air yang mengandung

vit C seperti air jeruk agar penyerapan tablet Fe lebih cepat. Tidak

dianjurkan meminum tablet Fe dengan teh atau kopi karena dapet

memperlambat penyerapan tablet Fe dalam tubuh. Ibu mengerti cara

meminum tablet Fe.

11. Mengingatkan kembali kepada ibu untuk melakukan kunjungan ulang

bersama suami di puskesmas. Ibu bersedia untuk melakukan

kunjungan ulang
BAB V

PEMBAHASAN

Setelah melakukan asuhan kebidanan pada Ny. M di Puskesmas Kemiling

serta kunjungan rumah Ny. M, penulis akan membahas danmenguraikan isi dari

laporan kasus ini, khususnya tinjauan kasus untuk melihat kesenjangan-

kesenjangan yang terjadi pada asuhan kebidanan ibu hamil dengan anemia ringan.

Pada pembahasan ini penulis juga membandingkan teori-teori yang ada dengan

asuhan kebidanan yang telah diberikan kepada Ny. M.

Pada kasus Ny. M pengkajian dilakukan dengan pengumpulan data subjektif

dan objektif. Data subjektif didapatkan dari keluhan-keluhan ibu. Dimana pada

kasus Ny.M saat melakukan kunjungan antenatal care yang kedua ibu mengeluh

mudah cepat lelah dan badan terasa lemah. Menurut Manuaba (2010), gejala yang

terjadi pada anemia akan didapatkan keluhan seperti cepat lelah, sering pusing,

mata berkunang-kunang, dan badan terasa lemas. Pada kasus Ny.M terdapat dua

gejala anemia yang sesuai dengan teori Manuaba (2010) yaitu mudah cepat lelah

dan badan terasa lemas.

Pada kasus ini Ny.M dilakukan pemeriksaan laboratorium pada usia

kehamilan 33 minggu. Kadar hemoglobin Ny.M yaitu 9,4 gr/dl dimana bila kita

lihat dari teori Manuaba (2010), anemia ringan adalah dimana kadar hemoglobin

antara 9 - 10 gr%. Sedangkan menurut DepKes (2009), anemia ringan yaitu

dimana kadar hemoglobin antara 9 -10,9 gr%. kadar hemoglobin Ny.M termasuk

dalam anemia ringan. Oleh karena itu dapat ditegakkan diagnosa pada Ny.M yaitu

G2P1A0 hamil 33 minggu dengan anemia ringan.


Ny. M melakukan kunjungan antenatal care lebih dari 4 kali tetapi pada usia

kehamilan trimester pertama dan trimester kedua Ny. M tidak melakukan

kunjungan antenatal care. Sedangkan kunjungan antenatal care pada trimester 1

dan trimester II sangatlah penting untuk memantau keadaan ibu dan janin serta

mendeteksi dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi

selama hamil seperti anemia dalam kehamilan. Hal ini tidak sejalan dengan teori

Saifuddin (2009), kunjungan antenatal care dilakukan minimal 4 kali selama

kehamilan yaitu satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua,

dua kali pada triwulan ketiga. Tujuan dari kunjungan antenatal care yaitu

memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh

kembang bayi dimulai pada saat kunjungan pertama yaitu pada trimester I (1-12

minggu ) yang dilakukan minimal satu kali. Tujuan antenatal care yang

selanjutnya yaitu mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi

yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum,

kebidanan dan pembedahan.

Setelah dilakukan pengkajian, kemungkinan anemia ringan pada Ny.M

disebabkan karena kekurangan gizi dan kekurangan zat besi dalam diet. Karena

dilihat dari hasil pengukuran lila saat kunjungan antenatal care yang pertama yaitu

23 cm kurang dari batas normal. Kemudian dari kebiasaan sehari-hari Ny.M yang

jarang mengkonsumsi makanan yang kaya zat besi dan tinggi protein. Hal ini

sesuai dengam teori Mochtar (2012), penyebab dari anemia umumnya yaitu

karena kekurangan gizi (malnutrisi), kurang zat besi dalam diet, malabsorbsi,

kehilangan darah yang banyak karena persalinan yang lalu, haid, dan lain-lain
serta penyakit-penyakit kronik seperti TBC, paru, cacing usus, malaria, dan lain-

lain.

Perencanaan asuhan yang akan diberikan kepada Ny.M telah disusun sesuai

dengan jadwal kunjungan antenatal care, tetapi tidak semua terlaksana dengan

baik. Pada kunjungan antenatal care yang pertama seharusnya Ny.M diberikan

pendidikan kesehatan mengenai anemia ringan dalam kehamilan serta

dilakukannya pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kadar hemoglobin ibu.

Hal tersebut baru terlaksana pada kunjungan antenatal care yang kedua

dikarenakan pada saat kunjungan antenatal care yang pertama dari hasil

pengkajian data subjektif tidak terdapat tanda dan gejala yang mengarah ke

anemia ringan dalam kehamilan. Pemeriksaan laboratorium sudah dianjurkan

kepada Ny.M tetapi karena kurangnya sarana dan prasarana yang ada, sehingga

pemeriksaan laboratorium tidak dilakukan pada kunjungan antenatal care yang

pertama. Pemeriksaan laboratorium untuk kadar hemoglobin sendiri dilakukan

pada kunjungan antenatal care yang kedua saat usia kehamilan 33 minggu dan

pada saat kunjungan antenatal care yang keempat saat usia kehamilan 37 minggu.

Perencanaan asuhan pada kunjungan antenatal care yang keenam dan ketujuh

tidak dapat terlaksanakan, karena tanggal persalinan lebih cepat dari tafsiran

persalinan sehingga perencanaan asuhan yang telah direncanakan tidak dilakukan.

Ny.M diberikan pendidikan kesehatan mengenai pengertian anemia ringan,

tanda dan gejala anemia serta bahaya anemia terhadap kehamilan. Kemudian

pendidikan kesehatan mengenai gizi yang baik untuk ibu hamil dengan anemia

ringan, memberikan tablet penambah darah, serta memantau kadar hemoglobin.

Hasilnya ibu dapat mengerti pengertian dari anemia ringan, ibu dapat mengerti
mengenai tanda dan gejala anemia khususnya anemia ringan, ibu dapat mengerti

bahaya dari anemia terhadap kehamilan, ibu dapat mengetahui makanan dengan

gizi yang baik. Ibu mengkonsumsi tablet penambah darah dan dilakukan

pemeriksaan kadar hemoglobin. Hal ini sejalan dengan teori Manuaba (2010),

penatalaksanaan pada anemia ringan yaitu meningkatkan gizi penderita karena

faktor utama penyebab anemia adalah faktor resiko gizi, terutama protein dan zat

besi, sehingga pemberian asupan zat besi sangat diperlukan oleh ibu hamil yang

mengalami anemia ringan.

Faktor keberhasilan dalam menangani masalah anemia ringan pada Ny.M

yaitu dapat meyakinkan ibu, membangun rasa percaya pada ibu, memberikan KIE

tatalaksana dari masalah-masalah yang biasa ditemui pada ibu dengan masalah

anemia ringan, bekerjasama dengan keluarga untuk membantu memberikan

dukungan emosional terhadap kehamilan ibu serta istirahat yang sukup untuk ibu.

Faktor penghambat dalam menangani masalah anemia ringan pada Ny.M

antara lain karena kurangnya pengetahuan ibu mengenai bahaya anemia terhadap

kehamilan, kurangnya mengkonsumsi makanan yang kaya zat besi dan protein,

kurangnya keteraturan ibu dalam mengkonsumsi tablet penambah darah,

kurangnya pengetahuan ibu mengenai pentingnya meminum tablet penambah

darah, serta kurangnya pengetahuan ibu dalam mengkonsumsi tablet penambah

darah dengan benar.

Studi kasus asuhan kebidanan pada Ny. M di Puskesmas pondok Gede telah

dilakukan sebaik mungkin dan telah disesuaikan dengan teori yang telah

dipelajari. Namun dalam hal ini, masih ada beberapa hal yang tidak bisa diberikan
secara optimal kepada Ny.M seperti pemeriksaan laboratorium yang tidak sesuai

dengan standar yang ada, dikarenakan faktor sarana dan prasarana yang kurang

memadai. Pada penanganan masalah anemia ringan yang dilakukan pada Ny.M

masih belum berhasil, dilihat dari kadar hemoglobin ibu yang tidak mengalami

peningkatan pada kunjungan antenatal care yang keempat saat usia kehamilan 37

minggu, yang mungkin dikarenakan kekurangan gizi dan kurangnya zat besi

dalam diet
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian materi serta pembahasan kasus pada Ny.M dapat diambil

kesimpulan yaitu asuhan kebidanan yang diberikan oleh bidan sangatlah

penting untuk ibu dalam masa kehamilan hingga masa nifas. Terutama

dalam masa kehamilan seorang bidan harus dapat memberikan pelayanan

antenatal care yang dapat mencegah adanya komplikasi obstetri dan dapat

mendeteksi secara dini adanya komplikasi pada ibu hamil. Selama proses

pelaksanaan asuhan kebidanan maka dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut :

1. Pada kasus ini penulis mengambil pasien Ny.M usia 23 tahun G2P1A0

usia kehamilan 28 minggu. Pada usia kehamilan 33 minggu penulis

menanyakan pengertian anemia ringan, tanda dan gejala anemia serta

bahaya anemia ringan terhadap kehamilan. Ny.M dapat menjelaskan

kembali pengertian anemia ringan, tanda dan gejala anemia. Hal ini

menunjukan bahwa Ny.M sudah dapat memahami pengertian dari

anemia ringan, tanda dan gejala anemia. Namun Ny.M masih kurang

paham mengenai bahaya anemia ringan terhadap kehamilan.

2. Faktor penghambat dalam menangani masalah anemia ringan pada

Ny.M antra lain karena kurangnya pengetahuan ibu mengenai bahaya

anemia terhadap kehamilan, kurangnya mengkonsumsi makanan yang

kaya zat besi dan protein, kurangnya keteraturan ibu dalam


mengkonsumsi tablet penambah darah, kurangnya pengetahuan ibu

mengenai pentingnya meminum tablet penambah darah, serta

kurangnya pengetahuan ibu dalam mengkonsumsi tablet penambah

darah dengan benar.

3. Penatalaksanaan yang dilakukan sudah sesuai dengan standar yang ada

yaitu memberikan tablet penambah darah, pemeriksaan laboratorium,

dan konseling. Asuhan yang diberikan kepada Ny.M masih belum

maksimal karena ketidakteraturan ibu dalam mengkonsumsi penambah.

B. Saran

1. Bagi Penulis

a. Diharapkan agar penulis dapat menggali ilmu pengetahuan lebih

dalam dan meningkatkan mutu pelayanan agar lebih terampil lagi.

b. Diharapkan agar penulis dapat mengaplikasikan ilmu yang

diperoleh dengan baik dan benar.

2. Bagi Tempat Pelayanan Kesehatan

a. Diharapkan dapat memberikan asuhan yang menyeluruh serta

mendeteksi kelainan secara dini dan mencegah terjadinya

komplikasi dalam masa kehamilan.

b. Dapat meningkatkan mutu pelayananan menambah sarana dan

prasarana dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat


3. Bagi Pendidikan

a. Dapat meningkatkan kualitas dalam menambah referensi atau

bukubuku tentang kebidanan terutama tentang fisiologi dan

patologinya.

b. Diharapkan institusi dapat menilai sejauh mana kemampuan

mahasiswa dalam menerapkan pengetahuan yang telah didapat.


DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Vivian.L.D dan Sunarsih, Tri. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas.

Jakarta:Salemba Medika.

HARMATUTI. (2015). Sinopsis Rencana Proposal Tesis. Ws.Ub.Ac.Id. Retrieved

fromhttp://ws.ub.ac.id/selma2010/public/images/UserTemp/

2015/04/16/20156021145_9123.pdf.Diakses 21 Februari 2016.

Kemenkes RI, 2014. mothers day.Pdf. Situasi Kesehatan Ibu, (angka kematian

ibu), p.8. Available at http://www. depkes.go.i /download.php?

file=download/pusdatin/infodatin/infodatin ibu.pdf.diakses 14 Februari

2016

Manuaba, Ida Bagus Gde. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB.

Jakarta : EGC.

Mochtar, Rustam. 2012. Sinopsis Obstetri:Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi

Jilid 1. Jakarta:Buku Kedokteran EGC.Prawirohardjo, Sarwono. 2012. Ilmu

Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Saifuddin. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan kesehatan Maternal dan

Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Saifuddin.2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan kesehatan Maternal dan

Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Varney, Helen.2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 1. Jakarta:

EGC.
Yaze, I. U. (2013). Hubungan Antara Jarak Kehamilan Dan Status Gizi Dengan

Anemia Pada Ibu Hamil Di Bidan Praktek Swasta Nyonya Dessy Jalan

Slamet Riyadi IV Pahoman Bandar Lampung Tahun 2013, 1.

http://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004 diakses 23 Februari 2016

.
LAMPIRAN JURNAL

Anda mungkin juga menyukai