Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEBIDANAN

PLASENTA PREVIA
Tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal

DOSEN PEMBIMBING :

Ira Titisari, M.Kes

DISUSUN OLEH KELOMPOK 6 :

1. Annisa Arum S.D. (P17321181002)


2. Pepsilia Fransiska (P17321181003)
3. Reka Shafna W. (P17321183016)
4. Iva Satya Ratnasari (P17321183023)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
PROGRAM SARJANA TERAPAN KEBIDANAN KEDIRI
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan “Laporan Pendahuluan dan SOAP
Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal tentang Plasenta Previa” ini
dengan lancar.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Asuhan
Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal atas bimbingan dan arahan dalam
penulisan makalah ini, sehingga dapat diselesaikannya makalah ini dengan baik.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, maka kami mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang  jauh  lebih baik.

           
                                                                                     Kediri, 10 Februari 2021

                       

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI………………………………………………………………….......…………..ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................4
1.3 Tujuan...............................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................4
2.1 Definisi Plasenta Previa....................................................................................................6
2.2 Etiologi Plasenta Previa....................................................................................................7
2.3 Tanda Dan Gejala Plasenta Previa……………………………………………………...8

2.4 Klasifikasi Plasenta Previa...............................................................................................8


2.5 Patofisiologi Plasenta Previa............................................................................................9
2.6 Faktor Predisposisi Plasenta Previa................................................................................11
2.7 Diagnosis Plasenta..........................................................................................................12
2.8 Prognosis Plasenta Previa ……………………………………………………....…..…14
2.9 Penanganan Plasenta Previa...........................................................................................14
2.10 Komplikasi Plasenta Previa..........................................................................................17
2.11 Konsep Manajemen Kebidanan Etiologi......................................................................17
BAB III TINJAUAN KASUS..................................................................................................21
BAB IV PEMBAHASAN…………………………………………………………………...28
BAB IV PENUTUP……………………………………………………………………….…30
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................30
3.2 Saran...............................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................31

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Perdarahan yang terjadi pada ibu dibagi menjadi dua yaitu perdarahan sebelum
persalinan (antepartum bleeding) karena perdarahan yang terjadi pada umur kehamilan yang
lebih tua setelah melewati 28 minggu. Sedangkan perdarahan postpartum adalah perdarahan
lebih dari 500 ml yang terjadi 24 jam setelah persalinan. Perdarahan antepartum merupakan
3% dari semua persalinan, penyebabnya yaitu abortus, plasenta previa, solusio plasenta, dan
inversi uterus merupakan penyebab langsung paling banyak mengakibatkan kematian ibu
(Chalik, 2014).

Plasenta previa merupakan salah satu perdarahan antepartum. Belum diketahui secara
pasti penyebabnya, namun kerusakan dari endometrium pada persalinan sebelumnya dan
gangguan vaskularisasi desidua dianggap sebagai mekanisme yang mungkin menjadi faktor
penyebab terjadinya plasenta previa (Chalik, 2014).

Kejadian plasenta previa dapat meningkat karena faktor usia yaitu usia risiko tinggi
dalam kehamilan, yaitu usia kurang dari 20 tahun dan usia lebih dari 35 tahun. Menurut
penelitian yang telah dilakukan oleh Widyastuti dan susilowati di Rumah sakit umum daerah
Palembang, didapatkan hasil risiko plasenta previa pada ibu yang usianya kurang dari 20
tahun dan lebih dari 35 tahun, dua kali lipat dibandingkan dengan ibu yang usianya 20 tahun
sampai 35 tahun (Kutipan FK unand, 2015).

Usia merupakan salah satu faktor terjadinya plasenta previa. Perempuan dengan usia
diatas 35 tahun meningkat risiko plasenta previa 3 kali lebih besar dibandingkan dengan
wanita di bawah usia 20 tahun. Penelitian Wardana (2007) menyatakan bahwa peningkatan
umur ibu merupakan faktor risiko plasenta previa, karena sklerosis pembuluh darah arteri
dan arteriole miometrium yang dapat menyebabkan aliran darah ke endometrium tidak
merata sehingga plasenta tumbuh lebih lebar dengan luas permukaan yang lebih besar untuk
mendapatkan aliran darah yang adekuat (Wardana,2007). Berbeda dengan penelitian

3
Senkoro et al., (2017) menyebutkan bahwa tidak ada hubungan antara umur ibu dengan
kejadian plasenta previa.

Plasenta previa juga berhubungan dengan adanya jaringan parut uterus dan perlukaan
pada endometrium seperti yang terjadi akibat kuretase dan terutama adanya riwayat operasi
caesar sebelumnya (Oyelese dan Smulian, 2006). Sebagaimana diketahui operasi caesar
dilakukan dengan cara sayatan pada dinding uterus sehingga dapat mengakibatkan perubahan
atropi dari desidua dan berkurangnya vaskularisasi. Hal tersebut dapat menyebabkan aliran
darah ke janin tidak cukup dan mengakibatkan plasenta mencari tempat yang lebih luas dan
endometrium yang masih baik untuk berimplantasi yaitu di segmen bawah rahim, yang
nantinya dapat menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum (Trianingsih, 2015).
Dalam penelitian Gargari et al., (2016) menyebutkan faktor risiko meningkat dengan adanya
riwayat operasi caesar sebelumnya.

Berdasarkan penelitian Fiolly (2016) terdapat hubungan yang bermakna antara


riwayat operasi uterus (seksio sesarea, kuretase, miomektomi) dengan plasenta previa.
Berdasarkan penjelasan di atas kami akan membahas tentang apa definisi dari plasenta
previa, klasifikasi dari plasenta previa, bagaimana tanda dan gejalanya, serta
penatalaksanaan untuk kasus plasenta previa dalam makalah ini. Kami juga akan
memberikan gambaran penatalaksanaan dalam bentuk SOAP untuk kasus plasenta previa.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa pengertian dari plasenta previa?
2. Bagaimana etiologi plasenta previa?
3. Bagaimana tanda dan gejala plasenta previa?
4. Bagaimana klasifikasi plasenta previa?
5. Bagaimana patofisiologi pada plasenta previa?
6. Bagaimana faktor predisposisi pada plasenta previa?
7. Bagaimana diagnosis pada plasenta previa?
8. Bagaimana prognosis pada plasenta previa?
9. Bagaimana penanganan jika terjadi plasenta previa?
10. Apa saja komplikasi pada plasenta previa?

4
11. Bagaimana alur berfikir varney serta pendokumentasian SOAP untuk kasus plasenta
previa?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari plasenta previa
2. Untuk mengetahui etiologi pada plasenta previa
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala plasenta previa
4. Untuk mengetahui klasifikasi pada plasenta previa
5. Untuk mengetahui patofisiologi pada plasenta previa
6. Untuk mengetahui faktor predisposisi pada plasenta previa
7. Untuk mengetahui diagnosis pada plasenta previa
8. Untuk mengetahui prognosis pada plasenta previa
9. Untuk mengetahui penanganan jika terjadi plasenta previa
10. Untuk mengetahui komplikasi pada plasenta previa
11. Untuk mengetahui alur berfikir varney serta pendokumentasian SOAP pada kasus
plasenta previa

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 DEFINISI PLASENTA PREVIA

Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal,
yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan
lahir (ostium uteri internal) (Mochtar, 2012).

Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
sedemikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum
sehingga plasenta berada di depan jalan lahir (Maryunani dan Eka, 2013). Menurut (Chalik,
2014), plasenta previa adalah plasenta yang abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus
sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Pada keadaan normal
plasenta berada pada bagian atas uterus.

Plasenta previa adalah komplikasi dalam kehamilan biasanya ditandai dengan


pendarahan pada vagina tanpa rasa nyeri pada trimester ketiga, dimana letak plasenta
menutupi ostium uteri interna. Umumnya kategori plasenta previa adalah total, partial dan
marginal. Plasenta previa totalis merupakan plasenta menutupi seluruh ostium internal,
plasenta previa parsial adalah plasenta tertanam dekat dan sebagian menutupi internal
ostium dan plasenta previa marginal merupakan plasenta terletak 2-3 cm dari ostium uteri
internum (Almnabri et al., 2017).

Sejalan dengan bertambah membesarnya rahim dan meluasnya segmen bawah rahim
kearah proksimal memungkinkan plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
ikut berpindah mengikuti perluasan segmen bawah rahim seolah plasenta tersebut
berimigrasi. Ostium uteri yang secara dinamik mendatar dan meluas dalam persalinan kala 1
bisa mengubah luas pembukaan serviks yang tertutup oleh plasenta. Fenomena ini
berpengaruh pada derajat atau klasifikasi dari plasenta previa ketika pemeriksaan dilakukan
baik dalam masa antenatal maupun dalam masa intranatal, baik dengan ultrasonografi
maupun pemeriksaan digital. Oleh karena itu, pemeriksaan ultrasonografi perlu diulang
secara berkala dalam asuhan antenatal maupun intranatal (Prawirohardjo, 2010).

6
2.2 ETIOLOGI PLASENTA PREVIA
Penyebab blastokista berimplantasi pada segmen bawah rahim belum diketahui
dengan pasti. Mungkin secara kebetulan saja blastokista menimpa desidua di daerah
segmen bawah rahim. Plasenta previa meningkat kejadiannya pada keadaan-keadaan
endometrium yang kurang baik, misalnya karena atrofi endometrium atau kurang
baiknya vaskularisasi desidua. Keadaan ini bisa ditemukan pada :

1. Multipara, terutama jika jarak kehamilannya pendek


2. Mioma uteri
3. Kuretasi yang berulang
4. Umur lanjut (diatas 35 tahun)
5. Bekas seksio sesaria
6. Riwayat abortus
7. Defek vaskularisasi pada desidua
8. Plasenta yang besar dan luas : pada kehamilan kembar, eriblastosis fetalis.
9. Wanita yang mempunyai riwayat plasenta previa pada kehamilan sebelumnya
10. Perubahan inflamasi atau atrofi misalnya pada wanita perokok atau
pemakai kokain. Hipoksemia yang terjadi akibat CO akan
dikompensasi dengan hipertrofi plasenta. Hal ini terutama terjadi
pada perokok berat (> 20 batang/hari). Keadaan endometrium yang
kurang baik menyebabkan plasenta harus tumbuh menjadi luas untuk
mencukupi kebutuhan janin. Plasenta yang tumbuh meluas akan
mendekati atau menutupi ostoum uteri internum.Endometrium yang kurang
baik juga dapat menyebabkan zigot mencari tempat implantasi yang
lebih baik, yaitu di tempat yang lebih rendah dekat ostium uteri
internum. Plasenta previa juga dapat terjadi pada plasenta yang besar dan
yang luas seperti pada eritroblastosis, diabetes mellitus, atau kehamilan
multipel.

7
2.3 TANDA DAN GEJALA PLASENTA PREVIA

Menurut Mochtar (2012) Gejala Utama Plasenta Previa yaitu :

1) Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan yang berwarna merah segar,
tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri. Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak.
Perdarahan yang terjadi pertama kali biasanya tidak banyak dan tidak berakibat fatal.
Perdarahan berikutnya hampir selalu lebih banyak dari sebelumnya. Perdarahan pertama
sering terjadi pada triwulan ketiga.
2) Pasien yang datang dengan perdarahan karena plasenta previa tidak mengeluh adanya
rasa sakit.
3) Pada uterus tidak teraba keras dan tidak tegang.
4) Bagian terbanyak janin biasanya belum masuk pintu atas panggul dan tidak jarang terjadi
letak janin lintang atau letak sungsang.
5) Janin mungkin masih hidup atau sudah mati, tergantung banyaknya perdarahan, sebagian
besar kasus, janinnya masih hidup. Perdarahan adalah gejala primer dari plasenta previa
dan terjadi pada mayoritas (70%-80%) dari wanita-wanita dengan kondisi ini.
Perdarahan vagina setelah minggu ke 20 kehamilan adalah karakteristik dari
plasenta previa. Biasanya perdarahan tidak menyakitkan, namun ia dapat dihubungkan
dengan kontraksi-kontraksi kandungan dan nyeri perut. Perdarahan mungkin mencakup
dalam keparahan dari ringan sampai parah.
Gejala paling khas dari plasenta previa adalah perdarahan pervaginam (yang
keluar melalui vagina) tanpa nyeri yang pada umumnya terjadi pada akhir triwulan
kedua. Ibu dengan plasenta previa pada umumnya asimptomatik (tidak memiliki gejala)
sampai terjadi perdarahan pervaginam. Biasanya perdarahan tersebut tidak terlalu banyak
dan berwarna merah segar (Chalik, 2014).

2.4 KLASIFIKASI PLASENTA PREVIA

Klasifikasi dari plasenta previa (empat tingkatan):

1. Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri
internum. Pada jenis ini, jelas tidak mungkin bayi dilahirkan secara normal, karena risiko
perdarahan sangat hebat.

8
2. Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri internum.
Pada jenis inipun risiko perdarahan sangat besar, dan biasanya janin tetap tidak dilahirkan
secara normal.
3. Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada pinggir ostium uteri
internum. Hanya bagian tepi plasenta yang menutupi jalan lahir. Janin bisa dilahirkan
secara normal, tetapi risiko perdarahan tetap besar.
4. Plasenta letak rendah, plasenta lateralis, atau kadang disebut juga dangerous placenta
adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim sehingga tepi bawahnya
berada pada jarak lebih kurang 2 cm dari ostium uteri internum. Jarak yang lebih dari 2
cm dianggap plasenta letak normal. Risiko perdarahan tetap ada namun tidak besar, dan
janin bisa dilahirkan secara normal asal tetap berhati-hati.

Gambar Klasifikasi Plasenta Previa

Klasifikasi plasenta previa menurut Browne adalah:

1. Tingkat 1, Lateral plasenta previa: Pinggir bawah plasenta berinsersi sampai ke segmen
bawah rahim, namun tidak sampai ke pinggir pembukaan.
2. Tingkat 2, Marginal plasenta previa: Plasenta mencapai pinggir pembukaan (Ostium).
3. Tingkat 3, Complete placenta previa: plasenta menutupi ostium waktu tertutup dan tidak
menutupi bila pembukaan hamper lengkap.
4. Tingkat 4, Central placenta previa: plasenta menutupi seluruh ostium pada pembukaan
hampir lengkap.
Menurut de Snoo (Mochtar, 2012), klasifikasi plasenta previa berdasarkan
pembukaan 4 -5 cm adalah:
1. Plasenta previa sentralis (totalis), bila pada pembukaan 4-5 cm teraba plasenta menutupi
seluruh ostium.

9
2. Plasenta previa lateralis; bila mana pembukaan 4-5 cm sebagian pembukaan ditutupi oleh
plasenta, dibagi 3 :
a. Plasenta previa lateralis posterior; bila sebagian plasenta menutupi ostium bagian
belakang.
b. Plasenta previa lateralis anterior; bila sebagian plasenta menutupi ostium bagian
depan.
c. Plasenta previa marginalis; bila sebagian kecil atau hanya pinggir ostium yang
ditutupi plasenta.

2.5 PATOFISIOLOGI PLASENTA PREVIA


Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trisemester ketiga dan mungkin
juga lebih awal oleh karena mulai terbentuknya segmen bawah rahim, tapak plasenta akan
mengalami pelepasan. Sebagaimana diketahui tapak plasenta terbentuk dari jaringan
maternal yaitu bagian desidua basalis yang bertumbuh menjadi bagian dari uteri. Dengan
melebarnya isthmus uteri menjadi segmen bawah rahim, maka plasenta yang berimplantasi
disitu sedikit banyak akan mengalami laserasi akibat pelepasan pada desidua pada tapak
plasenta. Demikian pula pada waktu serviks mendatar (effacement) dan membuka
(dilatation) ada bagian tapak plasenta yang terlepas. Pada tempat laserasi akan terjadi
perdarahan yang berasal dari sirkulasi maternal yaitu dari ruang intervillus dari plasenta.
Oleh karena fenomena pembentukan segmen bawah rahim itu perdarahan pada plasenta
previa betapa pun pasti kan terjadi (unavoidable bleeding). Perdarahan di tempat itu relative
dipermudah dan diperbanyak oleh karena segmen bawah rahim dan serviks tidak mampu
berkontraksi dengan kuat karena elemen otot yang dimilikinya minimal, dengan akibat
pembuluh darah pada tempat itu tidak akan tertutup dengan sempurna. Perdarahan akan
berhenti karena terjadi pembekuan kecuali jika ada laserasi mengenai sinus yang besar dari
plasenta dimana perdarahan akan berlangsung lebih banyak dan lebih lama. Oleh karena
pembentukan segmen bawah rahim itu akan berlangsung progresif dan bertahap, maka
laserasi baru akan mengulang kejadian perdarahan. Demikian perdarahan akan berulang
tanpa sesuatu sebab lain (causeless). Darah yang keluar berwarna merah segar tanpa rasa
nyeri (pain-less).

10
Pada plasenta yang menutupi seluruh uteri internum perdarahan terjadi lebih awal
dalam kehamilan karena segmen bawah rahim terbentuk lebih dahulu pada bagian terbawah
yaitu ostium uteri internum. Sebaliknya pada plasenta previa parsialis atau letak rendah
perdarahan baru akan terjadi pada waktu mendekati atau mulai persalinan. Perdarahan
pertama biasanya sedikit tetapi cenderung lebih banyak pada perdarahan berikutnya.
Perdarahan yang pertama sudah bisa terjadi pada kehamilan dibawah 30 minggu, tetapi lebih
separuh kejadiannya pada kehamilan 34 minggu ke atas. Berhubung tempat perdarahan
terletak pada dekat dengan ostium uteri internum, maka perdarahan lebih mudah mengalir
keluar rahim dan tidak membentuk hematom retroplasenta yang mampu merusak jaringan
lebih luas dan melepaskan tromboplastin ke dalam sirkulasi maternal. Dengan demikian
sangat jarang terjadi koagulopati pada plasenta previa.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah dinding segmen bawah rahim yang tipis
mudah diinvasi oleh pertumbuhan vili dari trofoblas, akibatnya plasenta melekat lebih kuat
pada dinding uterus. Lebih sering terjadi plasenta akreta dan inkreta bahkan plasenta
perkreta yang pertumbuhan vilinya bisa sampai menembus buli-buli dan ke rectum bersama
plasenta previa. Plasenta akreta dan inkreta lebih sering terjadi pada uterus yang sebelumnya
pernah bedah sesar. Segmen bawah rahim dan serviks yang rapuh mudah robek oleh sebab
kurangnya elemen otot yang terdapat disana. Kedua kondisi ini berpotensi meningkatkan
kejadian perdarahan pasca persalinan pada plasenta previa, misalnya dalam kala tiga karena
plasenta sukar melepas dengan sempurna (retensio plasenta) atau setelah uri lepas karena
segmen bawah rahim tidak mampu berkontraksi dengan baik.

2.6 FAKTOR PREDISPOSISI PLASENTA PREVIA

Faktor-faktor yang dapat meningkatkan kejadian plasenta previa :

1. Umur ibu.
Umur muda karena endometrium masih belum sempurna dan umur diatas 35 tahun
karena tumbuh endometrium yang kurang subur menyebabkan plasenta harus tumbuh
menjadi luas untuk mencukupi kebutuhan janin (Saifuddin, 2006).
2. Paritas

11
Pada paritas yang tinggi kejadian plasenta previa makin besar karena endometrium
belum sempat tumbuh.

3. Endometrium yang cacat


Menurut Nugraheny (2009), endometrium yang cacat disebabkan karena :
a. Bekas persalinan berulang dengan jarak pendek.
b. Bekas operasi, bekas kuretage atau plasenta manual.
Melahirkan dengan operasi sesar mengakibatkan parut di dalam rahim. Kejadian
meningkat pada wanita yang sudah melakukan 4 kali atau lebih operasi sesar.
c. Perubahan endometrium pada mioma uteri atau polip.
d. Pada keadaan malnutrisi.
4. Kehamilan kembar (ukuran plasenta lebih besar)
5. Perokok (kemungkinan ukuran plasenta lebih besar)

2.7 DIAGNOSIS PLASENTA PREVIA

Jika plasenta previa terdeteksi pada akhir tahun pertama atau trimester kedua,
seringkali lokasi plasenta akan bergeser ketika rahim membesar. Ini dapat dilakukan
pemeriksaan USG. Beberapa wanita mungkin bahkan tetap tidak terdiagnosis sampai
persalinan, terutama dalam kasus-kasus plasenta previa sebagian (Mochtar, 2012).

1. Anamnesis

a. Pada anamnesis dapat dinyatakan beberapa hal yang berkaitan dengan perdarahan
antepartum seperti umur kehamilan saat terjadinya perdarahan, apakah ada rasa
nyeri, warna dan bentuk terjadinya perdarahan, frekuensi serta banyaknya
perdarahan. Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 28 minggu (trimester III)
berlangsung tanpa rasa nyeri, tanpa alasan, terutama pada multigravida.

b. Sifat perdarahannya tanpa sebab, tanpa nyeri, dan berulang. Perdarahan timbul
sekonyong – konyong tanpa sebab apapun. Kadang – kadang perdarahan terjadi
sewaktu bangun tidur, pagi hari tanpa disadari tempat tidur sudah penuh darah.
Perdarahan cenderung berulang dengan volume yang lebih banyak dari sebelumnya.

12
Sebab dari perdarahan cenderung berulang dengan volume yang lebih banyak dari
sebelumnya. Sebab dari perdarahan ialah karena ada plasenta dan pembuluh darah
yang robek karena terbentuknya segmen bawah rahim, terbukanya ostium atau oleh
manipulasi intravaginal atau rektal. Sedikit atau banyaknya perdarahan tergantung
pada besar dan banyaknya pembuluh darah yang robek dan plasenta yang lepas.
Biasanya wanita mengatakan banyaknya perdarahan dalam berapa kain sarung,
berapa gelas, dan adanya darah – darah beku.

2. Pemeriksaan luar

a. Inspeksi
Dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam: banyak atau sedikit, darah beku
dan sebagainya. Jika telah berdarah banyak maka ibu kelihatan anemis. Kalau telah
berdarah banyak maka ibu kelihatan pucat/ anemis.
b. Palpasi Abdomen
Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah, sering dijumpai
kesalahan letak janin, bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala,
biasanya kepala masih goyang atau terapung (floating) atau mengolak di atas pintu
atas panggul, bila cukup pengalaman (ahli), dapat dirasakan suatu bantalan pada
segmen bawah rahim, terutama pada ibu yang kurus (Mochtar, 2012)
c. Pemeriksaan inspekul
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari ostium
uteri eksternum atau dari kelainan serviks dan vagina, varises pecah, dan lain - lain.
Apabila perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum, adanya plasenta previa harus
dicurigai (Mochtar, 2012)
3. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium:
 Darah lengkap ( trombosit, leukosit, eritrosit, hemoglobin, hematocrit, laju
endapan darah)
 Urine lengkap
2. CTG , untuk memantau denyut jantung dan kontraksi rahim saat bayi berada di
dalam kandungan

13
3. USG, untuk menilai letak/implantasi plasenta, usia kehamilan dan keadaan janin
secara keseluruhan

2.8 PROGNOSIS PLASENTA PREVIA

Perdarahan yang salah satunya disebabkan oleh plasenta previa, dapat menyebabkan
kesakitan atau kematian baik pada ibu maupun pada janinnya. Faktor resiko yang juga
penting dalam terjadinya plasenta previa adalah kehamilan setelah menjalani seksio
sebelumnya, kejadian plasenta previa meningkat 1% pada kehamilan dengan riwayat seksio
(Chalik, 2014).

Kematian ibu disebabkan karena perdarahan uterus atau karena DIC (Disseminated
Intravascular Coagulopathy). Sedangkan morbiditas/ kesakitan ibu dapat disebabkan karena
komplikasi tindakan seksio sesarea seperti infeksi saluran kencing, pneumonia post operatif
dan meskipun jarang dapat terjadi embolisasi cairan amnion (Chalik, 2014).

Karena dahulu penanganan relatif bersifat konservatif, maka mortalitas dan


mordibitas ibu dan bayi tinggi, mortalitas ibu mencapai 8-10% dan mortilitas janin 50-80%.
Sekarang penanganan relatif bersifat operatif dini, maka angka kematian dan kesakitan ibu
dan perinatal jauh menurun. Kematian maternal menjadi 0,1 – 5 % terutama disebabkan
perdarahan, infeksi, emboli udara, dan terutama karena tindakan. Kematian perinatal juga
turun menjadi 7-25%, terutama disebabkan oleh prematuritas, asfiksia, prolaps funikuli, dan
persalinan buatan (Mochtar, 2012).

2.9 PENANGANAN PLASENTA PREVIA


1. Terapi ekspektatif (pasif)
Tujuan ekspektatif ialah supaya janin tidak terlahir prematur, penderita dirawat
tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servisis. Upaya diagnosis
dilakukan secara non invasif. Pemantauan klinis dilakukan secara ketat dan baik
(Mochtar, 2012 dan Chalik, 2014)
Syarat-syarat terapi ekspektatif :
a. Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti.
Penanganan pasif pada kasus kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit

14
kemudian berhenti di maksudkan dapat memberikan kesempatan pada janin untuk
tetap tumbuh dan berkembang dalam kandungan sampai janin matur.
b. Belum ada tanda-tanda in partu.
Menunda tindakan pengakhiran kehamilan segera pada kasus plasenta previa bila
tidak terdapat tanda-tanda inpartu ditujukkan untuk mempertahankan janin dalam
kandungan.
c. Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas normal).
d. Janin masih hidup.
Penatalaksanaan dari terapi ekspektatif adalah sebagai berikut:
- Pasang infus, tirah baring
- Bila ada kontraksi prematur bisa diberikan tokolitik
- ,Pemantauan kesejahteraan janin dengan USG dan CTG setiap hari.

2. Terapi aktif
Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan banyak,
harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa memandang maturitas janin. Cara
menyelesaikan persalinan dengan plasenta previa (Mochtar, 2012)
1) Persalinana Abdominal dengan cara Seksio sesarea
Dilakukan pada keadaan-keadaan berikut ini : Plasenta previa dengan perdarahan
banyak, Plasenta previa totalis, Plasenta previa lateralis di posterior, Plasenta letak
rendah dengan anak letak sungsang. Persalinana Abdominal dengan cara Seksio
sesarea :
a. Prinsip utama dalam melakukan seksio sesarea adalah untuk menyelamatkan ibu,
sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya harapan untuk hidup, tindakan
ini tetap dilakukan.
b. Indikasi seksio sesarea pada plasenta previa :
- Semua plasenta previa sentralis, janin hidup atau meninggal, semua plasenta
previa lateralis, posterior karena perdarahan yang sulit dikontrol dengan cara-
cara yang ada.
- Semua plasenta previa dengan perdarahan yang banyak dan tidak berhenti
dengan tindakan – tindakan yang ada

15
- Plasenta previa dengan panggul sempit, letak lintang. Perdarahan pada
bekas insersi plasenta kadang – kadang berlebihan dan tidak dapat diatasi
dengan cara-cara yang ada, jika hal ini dijumpai tindakannya adalah : bila anak
belum ada, untuk menyelamatkan alat reproduktif dilakukan ligasi rteri
hipogastrika, dan bila anak sudah ada dan cukup, yang paling baik adalah
histerektomi.
2) Melahirkan pervaginam
Dilakukan pada plasenta letak rendah, plasenta marginalis, atau plasenta previa
lateralis di anterior (dengan anak letak kepala). Diagnosis ditegakkan dengan
melakukan pemeriksaan USG, perabaan forniks atau pemeriksaan dalam di kamar
operasi tergantung indikasi. Dilakukan oksitoksin drip disertai pemecahan ketuban.
Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada plasenta. Penekanan tersebut dapat
dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
a. Amniotomi
Amniotomi atau pemecahan selaput ketuban adalah cara yang terpilih untuk
melancarkan persalinan per vaginam. Indikasi amniotomi pada plasenta previa:
- Plasenta previa latelaris atau marginalis atau letak rendah, bila telah ada
pembukaan
- Pada primigravida dengan plasenta previa lateralis atau marginalidengan
pembukaan 4 cm atau lebih
- Plasenta previa lateralis/ marginalis dengan janin yang sudah meninggal.
Setelah ketuban dipecahkan berikan oksitosin drip 2,5 – 5 satuan dalam 500 cc
dekstrosa 5%. Bila upaya diatas belum berhasil, ada 2 cara lagi yang dapat
dikerjakan terutama di daerah perifer dimana fasilitas operasi tidak ada dari
penderita tidak mau dirujuk ke rumah sakit yang ada fasilitas operasinya.
b. Versi Braxton Hicks
Versi Baxton Hicks dilakukan pada janin letak kepala, untuk mencari kaki supaya
dapat ditarik keluar. Bila janin letak sungsang atau letak kaki, menarik kaki keluar
akan lebih mudah. Kaki diikat dengan kain kasa, dikatrol, dan diberi beban
seberat 50 -100 gr.
c. Traksi dengan Cunam Willet

16
Kulit kepala janin dijepit dengan Cunam Willet, kemudian beri beban
secukupnya sampai perdarahan berhenti. Tindakan ini kurang efektif untuk
menekan plasenta dan seringkali menyebabkan pendarahan pada kulit
kepala. Tindakan ini biasanya dikerjakan pada janin yang telah meninggal
dan perdarahan tidak aktif.
Menurut Manuaba (2008) Plasenta previa dengan perdarahan merupakan
keadaan darurat kebidanan yang memerlukan penanganan yang baik. Bentuk
pertolongan pada plasenta previa adalah :
1. Segera melakukan operasi persalinan untuk dapat menyelamatkan ibu dan
anak untuk mengurangi kesakitan dan kematian.
2. Memecahkan ketuban di atas meja operasi selanjutnya pengawasan untuk
dapat melakukan pertolongan lebih lanjut.
3. Bidan yang menghadapi perdarahan plasenta previa dapat mengambil sikap
melakukan rujukan ke tempat pertolongan yang mempunyai fasilitas yang
cukup.

2.10 KOMPLIKASI

Menurut Fraser (2009), ada beberapa komplikasi utama yang biasanya terjadi pada ibu
hamil yang menderita plasenta previa, diantaranya:
a. Syok maternal akibat kehilangan darah dan hipovolemia.
b. Plasenta akreta, pada 15 % ibu yang menderita plasenta previa.
c. Perdarahan pascapartum, terkadang perdarahan yang tidak terkontrol dapat terus
terjadi sekalipun telah dilakukan pemberian obat uterotonik pada saat kelahiran
dan histerektomi sesaria mungkin perlu dilakukan untuk menyelamatkan nyawa
ibu.
d. Kematian maternal.
e. Hipoksia janin dan gejala sisanya akibat pemisahan plasenta.
f. Kematian janin, tergantung pada usia gestasi dan jumlah darah yang keluar.

2.11 KONSEP MANAJEMEN KEBIDANAN


Pendokumentasian Asuhan Varney

17
Terdapat 7 langkah manajemen kebidanan menurut Varney yang meliputi langkah I
pengumpulan data dasar, langkah II interpretasi data dasar, langkah III mengidentifikasi
diagnosa atau masalah potensial, langkah IV identifikasi kebutuhan yang memerlukan
penanganan segera, langkah V merencanakan asuhan yang menyeluruh, langkah VI
melaksanakan perencanaan, dan langkah VII evaluasi.

1. Langkah I : Pengumpulan data dasar


Dilakukan pengkajian dengan pengumpulan semua data yang diperlukan untuk
mengevaluasi keadaan klien secara lengkap. Mengumpulkan semua informasi yang
akurat dari sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Berupa data subjektif dan data
objektif.
 Data Subjektif
a. Identitas : berisi data ibu dan suami berupa nama, umur, agama, suku bangsa,
pendidikan, pekerjaan, alamat.
b. Sumber informasi dalam kasus ini adalah suami anggota keluarga lain karena ibu
dalam keadaan menahan nyeri hebat sehingga tidak cukup mampu untuk digali
informasi lebih lanjut.
c. Keluhan utama : dalam kasus abortus insipiens
d. Riwayat menstruasi : dituliskan riwayat HPHT, keluhan selama haid, dan
tafsiran persalinan.
e. Riwayat hamil ini : pada kasus abortus insipiens, ibu bisa mengalami mual dan
muntah pada usia kehamilan muda.
f. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu : sangat diperlukan data
riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu untuk mengetahui apakah ibu
pernah mengalami abortus insipiens sebelumya.
g. Riwayat penyakit yang diderita : perlu dilakukan pengkajian riwayat penyakit
yang diderita ibu untuk menghindari kemungkinan terjadinya komplikasi seperti
salpingitis, dan kelainan pertumbuhan tuba.
h. Riwayat penyakit yang diderita : dalam keluarga ibu maupun suami perlu dikaji
apakah ada yang menderita penyakit menurun seperti DM, asma, hipertensi,
jantung, dan penyakit menular lainnya.

18
i. Riwayat KB dan rencana KB : penting dikaji apakah ibu pernah menggunakan
alat kontrasepsi KB atau tidak
j. Riwayat psiko sosial ekonomi : dalam kasus abortus insipiens ini sangat perlu
dikaji apakah ibu dan suami serta keluarga sangat menginginkan kehamilan ini
atau tidak, serta untuk mengetahui bagaimana kondisi ekonomi keluarga.
k. Pola makan/minum/eliminasi : pola makan. Minum, dan eliminasi ibu harus
dikaji untuk mengetahui apakah ada gangguan proses metabolisme selama
kehamilan.
l. Pola istirahat : pola istirahat ibu selama kehamilan ibu dikaji untuk mengetahui
beban kerja ibu selama kehamilan.
 Data Objektif
a. Pemeriksaan umum : berupa keadaan pasien secara keseluruhan dan tanda vital
b. Pemeriksaan fisik : berupa pemeriksaan pasien dari kepala hingga kaki.
c. Pemeriksaan khusus : berupa pemeriksaan abdomen dan genetalian.
d. Pemeriksaan penunjang : data penunjang dari pemeriksaan laboratorium berupa
USG, CTG, kadar HB, Ht, leukosit,
2. Langkah II: Interpretasi data dasar
Dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau masalah klien atau
kebutuhan berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.
Kata “masalah dan diagnose” keduanya digunakan karena beberapa masalah tidak dapat
diselesaikan seperti diagnosa tetapi membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam
rencana asuhan kebidanan terhadap klien. Masalah bisa menyertai diagnose. Kebutuhan
adalah suatu bentuk asuhan yang harus diberikan kepada klien, baik klien tahu ataupun
tidak tahu.
Paritas adalah riwayat reproduksi seorang wanita yang berkaitan dengan jumlah
kehamilannya. Contoh penulisan paritas dalam interpretasi data : G 1P0A0 dan G3P1A1.
Pada penulisan paritas ini yaitu G (Jumlah kehamilan), P (Jumlah melahirkan), A (Jumlah
Abortus).
3. Langkah III: mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial

19
Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian
masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Membutuhkan antisipasi, bila mungkin
dilakukan pencegahan. Penting untuk melakukan asuhan yang aman.
Contoh : Diagnosis
G1P1A0 UK 18 minggu dengan abortus insipiens
4. Langkah IV: Identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan segera.
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk
dikonsultaikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai
dengan kondisi klien.
5. Langkah V: Merencanakan asuhan yang menyeluruh
Merencanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh langkah-langkah
sebelumnya. Rencana asuhan yg menyeluruh meliputi apa yang sudah diidentifikasi dari
klien dan dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang
diperkirakan akan terjadi berikutnya.
6. Langkah VI: Melaksanakan Implenetasi
Melaksanakan rencana asuhan pada langkah ke lima secara efisien dan aman.
Rencana yang telah dirumuskan mungkin semuanya dapat dilaksanakan oleh bidan secara
mandiri atau sebagian dilaksanakan oleh bidan ataupun berkolaborasi dengan tenaga
kesehatan lainnya. Bidan harus bertanggungjawab dalam implementasi yang efisien, hal
ini akan mengurangi waktu, biaya dan memberikan kualitas pelayanan yang baik.
7. Langkah VII: Evaluasi
Dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi
pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan
kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasikan didalam masalah dan diagnosa.

20
BAB III
TINJAUAN KASUS

1. PENGKAJIAN DATA
Tanggal masuk : 10 Mei 2021, pukul 19.15 WIB
Tempat : Rumah Sakit Mawar
A. DATA SUBYEKTIF
1.) Identitas
Nama : Ny. V Nama Suami : Tn. H
Umur : 35 tahun Umur : 37 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Ds. Jati RT.1/RW.5 Alamat : Ds. Jati RT.1/RW.5
Kec. Mojo, Kota Kediri Kec. Mojo, Kota Kediri
2.) Cara Masuk : Datang sendiri bersama dengan suami di Rumah Sakit
3.) Keluhan Utama:
Mengeluarkan darah berwarna merah segar, encer dari jalan lahir pada pukul 17.00
WIB tanpa disertai nyeri perut dan ibu mengatakan masih merasakan adanya gerakan
janin, ibu cemas dengan kehamilannya.

21
4.) Riwayat Menstruasi
 Usia manarche : 12
 Jumlah darah haid : 3-4x/hari ganti pembalut
 HPHT : 7 Oktober 2020
 Keluhan saat haid : nyeri saat haid
 Lama haid : 7 hari
 Flour albus : Keluar pada saat sebelum menstruasi
 TP : 14 Juli 2021
5.) Riwayat Hamil Ini
 Hamil muda : mengalami mual dan muntah
 Hamil tua : sering pegal di pinggang
 Imunisasi TT : TT 5
 Periksa Terakhir : 1x pada usia kehamilan 4 minggu
 Gerakan janin pertama : sejak umur kehamilan 5 bulan
 Gerakan janin terakhir : 1 kali saat dilakukan pemeriksaan
 Tanda bahaya dan penyulit kehamilan : darah berwarna merah segar, encer
dari jalan lahir
 Obat/jamu yang pernah dan sedang di konsumsi : mengkonsumsi tablet Fe
 Keluhan BAK : tidak ada Keluhan BAB : tidak ada
 Kekhawatiran khusus : tidak ada

6.) Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu


G2P1001
NO. Suami Tgl, Tempat Umur Jenis Penolong Penyulit BB Keadaan
Ke Th partus kehamilan Kelamin persalinan anak anak
partus sekarang
1 1 2004 BPM 39 Minggu Laki-laki Bidan - 3000 Hidup
gram
2 H A M I L I N I

7.) Riwayat kesehatan penyakit yang pernah diderita/operasi :

22
Pernah dirawat : ya/tidak Kapan : Dimana :.................
Pernah dioperasi : ya/tidak Kapan : Dimana :.................
Lain-lain
8.) Riwayat Penyakit Keluarga
Dalam keluarga ibu maupun suami tidak ada yang menderita penyakit menurun (DM,
asma, hipertensi dan jantung) dan penyakit menular (TBC, hepatitis, HIV/ AIDS).
9.) Status Perkawinan
Nikah 1 kali pada umur 25 tahun, lama perkawinan 9 tahun.
10.) Riwayat KB dan rencana KB
Metode yang pernah dipakai : KB Suntik 3 bulan KB Lama : 3 bulan/tahun
Komplikasi dari KB :- , Rencana KB selanjutnya: -
11.) Riwayat psiko sosial ekonomi
- Respon ibu dan keluarga terhadap kehamilan
Ibu dan suami senang atas kehamilan saat ini
- Penggunaan alat kontrasepsi KB
Tidak sedang menggunakan alat kontrasepsi
- Dukungan keluarga
Suami dan keluarga mendukung sepenuhnya
- Pengambilan keputusan dalam keluarga
Pengambilan keputusan bersama
- Gizi yang dikonsumsi dan kebiasaan makan
Makan 2-3 kali sehari dengan porsi sedang jenis nasi, sayur, lauk. . Ibu minum 8
gelas sehari dengan air putih, 1 gelas susu ibu hamil,
- Kebiasaan hidup sehat :
Mandi 3 kali sehari
- Beban kerja sehari
Sebelum dan selama hamil ibu melakukan pekerjaan rumah tangga seperti
memasak, menyapu, mencuci pakaian dan mencuci piring sendiri dan berdagang
- Tempat dan penolong persalinan yang diinginkan
Bidan
- Penghasilan keluarga

23
Suami dalam sebulan mendapat penghasilan 3.000.000 / bulan
12.) Pola Makan/Minum/Eliminasi
- Pola makan : 3x / hari
- Pola minum : 8-9 gelas/hari
- Pola eliminasi :
BAK 2000 cc/hari, warna : jernih/kuning/kuning,pekat/groshematuri
BAK terakhir jam : 18.30 wib
BAB 1 kali/hari, karakteristik: lembek/keras
BAB terakhir jam : 08.00 wib
13.) Pola Istirahat
Ibu tidur malam kurang lebih 7-8 jam selama hamil jarang tidur siang

B. DATA OBYEKTIF
1.) Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik Kesadaran : Composmentis
BB sebelum hamil : 65 kg
BB sekarang : 74 kg
TB : 160 cm
Tekanan Darah :110/70 mmHg
Nadi : 86 x/menit Suhu :36,8 0C
Pernafasan : 24 x/menit LiLA : 26,5 cm
2.) Pemeriksaan Fisik
a. Kepala dan muka
Rambut : hitam, bersih
Muka : tidak oedema, tidak ada cloasma, dan tampak Pucat
Mata : mata simetris, seklera tidak ikterik, konjungtiva pucat, anemis,
pandangan normal
Hidung : bentuk simetris, tidak ada benjolan
Telinga : bentuk simetris, bersih
Rahang, gigi, gusi : normal , tidak ada karies dan gusi tidak berdarah

24
Leher : Tidak ada pembesaran vena jugularis dan tidak ada
pembesaran kelenjar tyroid
Sistem respiratori : Tidak ada dispneu, tidak tachipneu, tidak wheezing
Sistem kardio : Tidak ada nyeri dada dan murmur
Pinggang : Tidak nyeri pinggang
Ekstremitas atas dan bawah: Tungkai simetris, tidak oedema dan tidak varises
Reflek patella (+/+)

b. Dada dan Axilla


 Mammae : terdapat pembesar, tidak ada benjolan, simetris kanan kiri, Aerola
hiperpigmentasi, Puting susu menonjol, Kolostrum belum keluar
 Axilla : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
c. Ekstremitas
 Tangan : kedua tangan simetris, jari – jari tangan lengkap, tidak ada cacat
dan telah terpasang infus RL 20 tpm di tangan kiri
 Kaki : kedua kaki simertis, jari – jari kaki lengkap, tidak cacat, tidak
oedema, dan tidak ada varices, reflek patella positif kanan kiri
3.) Pemeriksaan Khusus
a. Abdomen
 Inspeksi
a.) Pembesaran perut : normal, sesuai dengan tuanya umur
kehamilan
b.) Linea Alba/Nigra : linea nigra
c.) Striae albican/lividae : strie livide
d.) Bentuk perut : memanjang
e.) Pergerakan janin : ada gerakan janin sebanyak 1 kali
saat dilakukan pemeriksaan
 Palpasi
a.) Palpasi :
Leopold I : TFU pertengahan processus xyphoideus dan pusat, fundus
teraba bulat lunakdan tidak melenting ( bokong ).
Leopold II: kanan teraba keras memanjang seperti papan
(punggung). Kiri teraba bagian - bagian kecil janin (ekstremitas).
Leopold III : teraba bulat, keras, melenting (kepala janin)
Leopold IV : bagian terendah janin belum masuk PAP( konvergen )

25
TFU (Mcdonald) : 27 cm
b.) TBJ : 2325 gram
c.) Auskultasi : DJJ : Punctum Maksimum : kanan bawah pusat
144x/mnt, reguler / irreguler
b. Pemeriksaan panggul
a. Kesan panggul: normal ( gynecoid )
b. Distansia Spinarum : 26 cm ( 24 - 26 cm )
c. Distansia Kristarum : 29 cm ( 26 - 30 cm )
d. Konjugata Eksterna : 19 cm ( 18 - 20 cm )
e. Lingkar Panggul : 90 cm ( 85 - 90 cm )
c. Anogenital
 Vulva vagina : Tidak ada varices dan penonjolan pada vulva
 Perineum : Tidak ada luka perineum
 Uterus : Terasa Lembek
 VT : Portio lunak
 PPV : Perdarahan berwarna merah segar, encer
Volume : 1 pembalut penuh kurang lebih 50 cc
 Anus : Tidak ada hemoroid

4.) Pemeriksaan Penunjang


a. Pemeriksaan Laboratorium ( tanggal 10 Mei 2014 pukul 19.30 WIB)
Hb : 10,9 gr%
Leukosit : 9800/mm3
Trombosit : 276000/ mm3
Gol. Darah : A

b. Pemeriksaan penunjang lain :


- USG ( Hasil pemeriksaan tanggal 9 Mei 2021 pukul 10.00 WIB )
Tampak janin tunggal intra uteri, preskep, memanjang, DJJ +, plasenta
insersi di segmen bawah rahim menutupi OUI. Air ketuban kesan
banyak. Tidak tampak jelas kelainan, kesan saat ini janin dalam
keadaan baik.

2. ANALISIS DATA
Ny. V G2P1001 UK 30 minggu 5 hari janin tunggal, hidup intrauteri, dengan plasenta
previa totalis.

26
3. PENATALAKSANAAN
Tanggal : 10 Mei 2021 pukul : 20.25 WIB

27
20.25 Mengukur tanda-tanda vital Ny. V
WIB Tekanan Darah :110/70 mmHg
Nadi : 86 x/menit
Suhu :36,8 0C
Pernafasan : 24 x/menit
LiLA : 26,5 cm
Ibu mengerti dengan kondisinya.
20.28 Mengobservasi DJJ, banyaknya perdarahan, dan pantau bila
WIB sewaktu-waktu ada his tiap 2 jam Ibu sudah mengerti dengan
kondisinya.
20.30 Melakukan kolaborasi dengan dokter obsgyn untuk pemberian
WIB terapi
- Sulfas ferosus 60 mg 2x1 kapsul
- Asam Mefenamat 500 mg 3x1 tablet
- Ampicilin 1gr / 8 jam ( skin test dulu ) via IV
- Dexamethazone 5 mg/ 12 jam via IV
- Asam tranexamat 500 mg / 8 jam via IV
Ibu bersedia di berikan terapi
20.40 Memberitahu ibu tentang keadaan yang dialaminya bahwa ibu
WIB mengalami plasenta previa totalis yaitu plasenta yang letaknya
tidak normal sampai menutupi seluruh jalan lahir sehingga ibu
tidak dapat melahirkan secara normal melainkan harus dengan SC
bila umur kehamilan sudah cukup bulan. Saat ini ibu dan janin
yang dikandungnya dalam keadaan baik. Ibu sudah mengerti
dengan kondisinya.
20.44 Menganjurkan ibu untuk bedrest total, bila ingin BAB atau BAK
WIB dengan menggunakan pispot. Ibu mengerti dan melakukan
20.45 Menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene dengan
WIB mengganti pembalut bila penuh dan cebok dari arah depan ke
belakang lalu dikeringkan dengan handuk bersih
Ibu mengerti dan melakukan
20.48 Menganjurkan pada keluarga agar selalu mendampingi ibu.
WIB Ibu bersedia didampingi keluarga
20. 50 Mendokumentasikan hasil pemeriksaan, hasil pemeriksaan
WIB telah di dokumentasikan menggunakan SOAP
28
29
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan studi kasus pada ibu hamil Ny. V umur 35 tahun G1P2A0 hamil 30 minggu 5
hari dengan plasenta previa dengan menggunakan manajemen 7 langkah varney dapat
disimpulkan bahwa:
1. Pengkajian pada ibu hamil Ny. V umur 35 tahun G2P1001 UK 30 minggu 5 hari
dengan plasenta previa dilakukan dengan pengumpulan data subyektif yaitu ibu
mengeluh mengeluarkan darah dari jalan lahir berwarna merah segar, encer, dan tanpa
disertai nyeri. Data obyektif yaitu conjungtiva tampak anemis, tidak ada kontraksi,
bagian terendah janin belum masuk panggul, perdarahan pervaginam ±50cc. Hasil
USG Tampak janin tunggal intra uteri, preskep, memanjang, DJJ +, plasenta insersi
di segmen bawah rahim menutupi OUI. Air ketuban kesan banyak. Tidak tampak jelas
kelainan, kesan saat ini janin dalam keadaan baik.
2. Interpretasi data dilakukan dengan pengumpulan data secara teliti dan akurat sehingga
didapat diagnosa kebidanan Ny. V G2P1001 UK 30 minggu 5 hari dengan plasenta
previa totalis. Masalah yang dialami oleh Ny.V adalah cemas akan kehamilannya
karena adanya perdarahan sehingga membutuhkan informasi tentang keadaannya dan
dukungan dari keluarga maupun tenaga kesehatan.
3. Diagnosa potensial pada ibu hamil Ny. V G2P1001 UK 30 minggu 5 hari dengan
plasenta previa akan terjadi syok hypovolemik, anemia sedang, dan infeksi namun
tidak terjadi pada Ny.V dikarenakan pasien mendapatkan penangan yang tepat.
4. Antisipasi pada ibu hamil Ny. V G2P1001 UK 30 minggu 5 hari dengan plasenta
previa yang dilakukan adalah kolaborasi dengan dokter obsgyn untuk pemberian terapi
terapi infus RL 20 tpm, Sulfas Ferosus 60 mg 2x1, dan injeksi Ampicillin 1gr/ 8 jam,

30
melakukan transfusi darah apabila terjadi anemia sedang, dan memberikan antibiotik
untuk mencegah terjadinya infeksi.
5. Rencana tindakan pada ibu hamil Ny. V G2P1001 UK 30 minggu 5 hari dengan
plasenta previa adalah observasi keadaan umum ibu dan tanda-tanda vital, observasi
DJJ, his, dan perdarahan, kolaborasi dengan dokter obsgyn untuk pemberian terapi
oral SF 60 mg 2x1, Asam Mefenamat 500 mg 3x1 dan terapi injeksi Ampicillin1 gr/ 8
jam, dexamethasone 5 mg/ 12 jam, Asam Tranexamat 500mg/ 8jam, beritahu ibu dan
keluarga tentang keadaan yang dialami ibu.
6. Pelaksanaan pada kasus Ny.V dengan plasenta previa totalis dilakukan sesuai dengan
perencanaan yang telah dibuat.
7. Pada kasus Ny.V dengan plasenta previa totalis evaluasi yang didapatkan setelah
dilakukan asuhan selama 4 hari adalah ibu mengeluh sudah tidak mengeluarkan darah
dari jalan lahir, keadaan umum baik, kesadaran composmentis, Djj 148 x/menit, tidak
ada PPV dan tidak ada kontraksi, ibu sudah diijinkan pulang dan diberi terapi oral
Asam Mefenamat 500mg 3x1, Sf 60mg 1x1,
8. Pada kasus Ny. V dengan plasenta previa totalis penulis mampu mengidentifikasi
bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik. Tetapi ada perbedaan dalam
tindakan asuhan tetapi asuhan yang diberikan disesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan ibu.

31
BAB IV

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat


abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh
pembukaan jalan lahir (ostium uteri internal). Klasifikasi dari plasenta previa (empat
tingkatan) yaitu plasenta previa totalis atau komplit, plasenta previa parsialis, plasenta previa
marginalis, dan plasenta letak rendah.

Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trisemester ketiga dan mungkin
juga lebih awal oleh karena mulai terbentuknya segmen bawah rahim, tapak plasenta akan
mengalami pelepasan. Plasenta previa menimbulkan beberapa tanda gejala perdarahan yang
terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan yang berwarna merah segar, tanpa alasan dan
tanpa rasa nyeri. Penyakit ini dapat ditangani menggunakan langkah yang sesuai dengan
prosedur.

3.2 SARAN

Kami sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan
sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah dengan
mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

32
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Dadan. 2016. Tentang tutorial layanan 10 T ANC. Di unduh dari http://
ibijabar.org/tutorial-layanan-anc-10-t/ di akses tanggal 10 Februari 2021 pukul 14.41 WIB

Bandung Raya. (01 Desember 2016). Angka Kematian Ibu dan bayi di Jabar Tertinggi.
www.pikiranrakyat.com diakses pada tanggal 10 Februari 2021 Pukul 14.40 WIB

Chalik, T.M.A .2014. Perdarahan Pada Kehamilan Lanjut dan Persalinan dalam Ilmu
Kebidanan. Jakarta: Editor Ketua Saifudin, Abdul Bari. Cetakan Keempat. Penerbit : P.T Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Maryani, Deni dkk. 2018. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dengan Plasenta Previa Totalis
Di Ruang Melati Rumah Sakit Bhayangkara TK. III Kota Bengkulu. Diakses pada 10 Februari
pukul 14.31

Utami, Sri. 2017. Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan Pada Ny. A Dengan Plasenta Previa Di
BPM T Karawang Tahun 2017. Diakses pada 10 Februari 2021 pukul 14.15

Varney, Hellen,dkk. 2008. Buku Ajar Asuha Kebidanan, Volume 2. Jakarta: EGC

Wiknjosastro, Prof. Dr. Dr. Gulardi.(2014). Asuhan persalinan Normal. Jakarta: JNPK-KR.

33
34

Anda mungkin juga menyukai