PLASENTA PREVIA
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
DOSEN PENGAMPU :
ERNI CHAERANI, MKM (EC)
Penulis
DAFTAR ISI
PENUTUP………………………………………………………………………..…………….31
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………......31
3.2 Saran………………………………………………………………………………….....31
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………….32
BAB 1
PENDAHULUAN
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum. 1 Plasenta berbentuk
bundar atau hampir bundar dengan diameter 15-20 cm dan tebal 2,5 cm, berat rata-rata 500
gram.2 Plasenta previa dapat dibagi menjadi beberapa jenis. Plasenta Previa totalis, yaitu
apabila seluruh pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta atau ari-ari. Plasenta Previa
parsialis, yaitu apabila sebagian pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta. Plasenta Previa
marginalis yaitu apabila pinggir plasenta atau ari-ari berada tepat pada pinggir permukaan
jalan ari. Plasenta Letak Rendah yaitu apabila letak tidak normal pada segmen bawah rahim
akan tetapi belum sampai menutupi pembukaanjalan.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Faiz & Ananth pada tahun 2003 prevalensi
plasenta previa di USA (United State) dijumpai sebanyak 4,0 % dari 1000 kelahiran,
sedangkan menurut Romundstad et al pada tahun 2006 jumlah kasus plasenta previa pada
tahun 1988-2000 di Norwegia sebanyak 1949 kasus dari 845.384 kehamilan. 5,6 Menurut
Saifuddin pada tahun 2006 angka kejadian plasenta previa adalah 0,4% - 0,6% dari
keseluruhan persalinan atau 1 diantara 200 persalinan.7 Pada beberapa rumah sakit umum
pemerintah angka kajadian plasenta previa berkisar 1,7% sampai 2,9% sedangkan di negara
maju kejadiannya lebih rendah yaitu kurang dari 1% menurut Prawirohardjo pada tahun
2008.1Pada studi pendahuluan yang dilakukan di RSU Dr. Pirngadi Medan terdapat ibu yang
mengalami plasenta previa tahun 2006 - Juni 2010 sebanyak 167 orang dari 4633persalinan.
Berdasarkan hasil penelitian Kurniawan K. tahun 2015 yang berjudul hubungan antara
usia ibu dan paritas dengan kejadian plasenta previa di Rumah Sakit Umum Cut Metia
Kabupaten Aceh Utara tahun 2012-2013 terdapat hubungan antara usia ibu dan paritas
dengan kejadian plasenta previa.17Berdasarkan penelitian Herawati T yang berjudul faktor-
faktor yang berhubungan dengan kejadian plasenta previa di rumah sakit muhammadiyah
Palembang tahun 2009 menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara umur dan paritas
dengan kejadian plasenta previa.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut
mengenai hubungan antara paritas dan usia ibu dengan kejadian plasenta previa di Rumah
Sakit Umum HKBP Balige tahun 2013-2015. Selain itu sepanjang pengetahuan penulis belum
ada penelitian mengenai hubungan antara paritas dan usia ibu dengan kejadian plasenta
previa di Rumah Sakit Umum HKBPBalige.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, rumusan masalah yang terbentuk adalah:
1. Apa definisi plasenta previa?
2. Apa saja etiologi plasenta previa?
3. Apa saja tanda dan gejala plasenta previa?
4. Apa saja patofisiologi plasenta previa?
5. Apa saja pemeriksaan diagnostik?
6. Bagaimana penatalaksanaan plasenta previa?
7. Apa saja komplikasi dari Plasenta Privea?
8. Bagaimana konsep asuhan keperawatan plasenta previa?
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah diatas, tujuan penulisan makalah ini adalah:
2.6 Definisi
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada bagian segmen bawah
rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir yang ditandai dengan
pendarahan uterus yang dapat keluar melalui vagina tanpa adanya rasa nyeri pada
kehamilan trimester terakhir, khususnya pada bulan kedelapan (Cut Meurah Yeni, 2017).
Pada keadaan normal letak plasenta terletak pada bagian atas rahim. Plasenta
previaberhubungan dengan konsekuensi yang merugikan bagi ibu dan anak, seperti intra-
uterine growth restriction (IUGR), kelahiran prematur, antenatal dan intra-partum
perdarahan, transfusi darah ibu dan histerektomi darurat.
2.7 Etiologi
Faktor-faktor predisposisi meliputi:
a. Multipatitas
b. Usia ibu lanjut
c. Kehamilan multipel
d. Riwayat kelahiran sesar sebelumnya
e. Insisiuterus
f. Riwayat plasenta previa sebelumnya
Usia lanjut juga meningkatkan angka kejadian plasenta previa. Penelitian yang
dilakukan di Parkland Hospital, Dallas, Amerika Serikat terhadap 169.000 kelahiran
yang terjadi pada tahun 1988-1999 menyimpulkan bahwa insiden 1 : 1.500 pada
ibuberusia 19 tahun atau lebih muda, dan 1 : 100 untuk ibu berusia 35 tahun atau
lebih tua.Insidensi plasenta previa meningkat hingga dua kali lipat pada wanita
perokok. Hipoksemia akibat zat karbon monoksida hasil pembakaran rokok
menyebabkan hipertrofi plasenta sebagai upaya kompensasi. Penyebab lainnya
antara lain plasentayang terlalu besar, misalnya pada kehamilan ganda dan kasus
erotroblastosis fetalis.Kelainan tersebut menyebabkan pertumbuhan plasenta
melebar ke segmen bawah rahim, sehingga dapat menutupi seluruh atau sebagian
ostium uteri internum.
2.8 Tanda dan gejala
Tanda plasenta previa adalah sebagai berikut :
a. Perdarahan pervaginam. Pada kehamilan trimester kedua atau awal trimester ketiga
Perdarahan pervaginam. Pada kehamilan trimester kedua atau awal trimester
ketigamerupakan tanda utama plasenta previa.
b. Perdarahan tanpa nyeri yang biasanya baru terlihat setelah kehamilan mendekati
akhirPerdarahan tanpa nyeri yang biasanya baru terlihat setelah kehamilan mendekati
akhirtrimester kedua atau sesudahnya.
c. Pada ibu, tergantung keadaan umum dan jumlah darah yang hilang, perdarahan yang
sedikitdemi sedikit atau dalam jumlah banyak dengan waktu yang singkat, dapat
menimbulkandemi sedikit atau dalam jumlah banyak dengan waktu yang singkat, dapat
menimbulkananemia sampai syok.
d. Pada janin, turunnya bagian terbawah janin ke dalam Pintu Atas Panggul (PAP)
akanPada janin, turunnya bagian terbawah janin ke dalamPintu Atas Panggul (PAP)
akanterhalang, tidak jarang terjadi kelainan letak janiterhalang, tidak jarang terjadi
kelainan letak janin dalam rahim, dan dapat menimbulkann dalam rahim, dan dapat
menimbulkanaspiksia sampai kematian janin dalam rahim (Manuabaaspiksia sampai
kematian janin dalam rahim (Manuaba, 2016)
Gejala yang dapat terjadi pada ibu dan Gejala yang dapat terjadi pada ibu dan janin
dengankasus plasenta previa adalah sebajanin dengan kasus plasenta previa adalah
sebagai berikut(Rukiyah, 2010):
a. Perdarahan tanpa disertai nyeri yang sering terjadi pada malam hari. Biasanya
perdarahan tanpa disertai nyeri yang sering terjadisebulum memasuki bulan ke tujuh.
b. Biasanya kepala anak sangat tinggi karena plasenta terletak pada katub bawah rahim.
c. Terjadi kelainan letak pada janin.
2.9 Patofisiologi
Letak plasenta umumnya di depan atau di belakang dinding uterus, agak ke atas
ke arah fundus uteri. Hal ini adalah fisiologis karena permukaan bagian atas korpus uteri
lebih luas, sehingga lebih banyak tempat untuk berimplantasi. Di tempat-tempat tertentu
pada implantasi plasenta terdapat vena-vena yang lebar (sinus) untuk menampung aliran
darah balik. Pada pinggir plasenta di beberapa tempat terdapat suatu ruangvena yang luas
untuk menampung darah yang berasal dari ruang interviller di atas. Darah ibu yang
mengalir di seluruh plasenta diperkirakan naik dari 300 ml tiap menit pada kehamilan 20
minggu sampai 600 ml tiap menit pada kehamilan 40 minggu. Perubahan-perubahan terjadi
pula pada jonjot- jonjot selama kehamilan berlangsung. Pada kehamilan 24 minggu lapisan
sinsitium dari vili tidak berubah akan tetapi dari lapisan sitotropoblast sel- sel berkurang dan
hanya ditemukan sebagai kelompok-kelompok sel-sel; stroma jonjot menjadi lebih padat,
mengandung fagosit-fagosit, dan pembuluh-pembuluh darahnya lebih besar dan lebih
mendekati lapisan tropoblast.
a. Terapi ekspektatif(pasif)
Tujuan ekspektatif ialah supaya janin tidak terlahir prematur, penderita dirawat
tanpamelakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servisis. Upaya diagnosis dilakukan
secara non invasif. Pemantauan klinis dilakukan secara ketat dan baik.
Syarat-syarat terapiekspektatif:
3. Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas normal).
4. Janin masih hidup
b. Terapiaktif
Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan
banyak,harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa memandang maturitas janin. Cara
menyelesaikan persalinan dengan plasentaprevia.
1. Seksiosesarea
Prinsip utama dalam melakukan seksio sesarea adalah untuk menyelamatkan ibu,
sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya harapan untuk hidup, tindakan
ini tetap dilakukan.
2. Melahirkan pervaginam
Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada plasenta. Penekanan tersebut
dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
a) Amniotomi danakselerasi
Umumnya dilakukan pada plasenta previa lateralis/marginalis dengan
pembukaan > 3 cm serta presentasi kepala. Dengan memecah ketuban,
plasenta akan mengikuti segmen bawah rahim dan ditekan oleh kepala
janin. Jika kontraksi uterus belum ada atau masih lemah, akselerasi
dengan infusoksitosin.
b) Versi BraxtonHicks
Tujuan melakukan versi Baxton Hicks ialah mengadakan tamponade
plasenta dengan bokong (dan kaki) janin. Versi Braxton Hicks tidak
dilakukan pada janin yang masih hidup.
c) Traksi dengan CunamWillet
Kulit kepala janin dijepit dengan Cunam Willet, kemudian beri beban
secukupnya sampai perdarahan berhenti. Tindakan ini kurang efektif untuk
menekan plasenta dan seingkali menyebabkan perdarahan pada kulit
kepala. Tindakan ini biasanya dikerjakan pada janin yang telah meninggal
dan perdarahan tidak aktif.
2.12 Komplikasi
Ada beberapa komplikasi utama yang bisa terjadi pada ibu hamil yang menderita plasenta
previa, di antaranya ada yang bisa menimbulkan perdarahan yang cukup banyak dan fatal.
a. Oleh karena pembentukan segmen rahim terjadi secara ritmik, maka pelepasan
plasenta dari tempat melekatnya di uterus dapat berulang dan semakin banyak, dan
perdarahan yang terjadi itu tidak dapat dicegah sehingga perderita menjadi anemia
bahkansyok.
b. Oleh karena plasenta berimplantasi pada segmen bawah rahim dan sifat segmen ini
yang menipis mudahlah jaringan trofoblas dengan kemampuan invasinya menerobos
kedalam miometrum bahkan sampai ke perimetrium dan menjadi sebab dari kejadian
plasenta inkreta dan bahkan plasenta perkreta, Paling ringan adalah plasenta akreta
yang perlekatannya lebih kuat tetapi vilinya masih belum masuk ke dalam
miometrium. Walaupun biasanya tidak seluruh permukaan maternal plasenta
mengalami akreta atau inkreta akan tetapi dengan demikian terjadi retensio plasenta
dan pada bagian plasenta yang sudah terlepas timbullah perdarahan dalam kala tiga.
Komplikasi ini lebih sering terjadi pada uterus yang pernah seksio sesarea. Dilaporkan
plasenta akreta terjadi 10% sampai 35% pada pasien yang pernah seksio sesarean
satu kali, naik menjadi 60% sampai 65% bila telah sesio seksarea 3kali.
c. Serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh dan kaya pembuluh darah sangat
potensial untuk robek disertai oleh perdarahan yang banyak. Oleh karena itu, harus
sangat berhati-hati pada semua tindakan manual di tempat ini misalnya pada waktu
mengeluarkan anak melalui insisi pada segmen bawah rahim ataupun waktu
mengeluarkan plasenta dengan tangan pada retensio plasenta. Apabila oleh salah
satu sebab terjadi perdarahan banyak yang tidak terkendali dengan cara-cara yang
lebih sederhana seperi penjahitan segmen bawah rahim, ligasi arteria uterine, ligasi
arteria ovarika,pemasangantampon, atau ligasi arteria hipogastrika, maka pada
keadaan yang sangat gawat seperti ini jalan keluarnya adalah melakukan
histerektomitotal.
d. Kelainan letak anak pada plasenta previa lebih sering terjadi. Halinimemaksa lebih
sering diambil tindakan operasi dengan segala konsekuensinya.
e. Kelahiranprematurdangawatjaninseringtidakterhindarkansebagian oleh karena
tindakan terminasi kehamilan yang terpaksa dilakukan dalam kehamilan preterm.
Pada kehamilan < 37 minggu dapat dilakukan amniosentesis untuk mengetahui
kematangan paru janin dan pemberian kortikosteroid untuk mempercepat pematangan
paru janin sebagai upaya antisipasi.
f. Komplikasi lain dari plasenta previa yang dilaporkan dalam kepustakaan selain masa
rawatan yang lebih lama adalah berisiko tinggi untuk solusio plasenta (Risiko Relatif
13,8), seksio sesarea (RR 3,9), kelainan letak janin (RR 2,8), perdarahan pasca
persalinan (RR 1,7), kematian maternal akibat perdarahan (50%), dan disseminated
intravascular coagulation (DIC) 15,9%.
g. Pertumbuhan janin lambat karena pasokan darah yang tidak mencukupi.
h. Infeksi dan pembentukan bekuan darah.
NAMA : Ny. S
USIA : 27 tahun
JENIS KELAMIN : Perempuan
TANGGAL LAHIR : 30-04-1995
TANGGAL MASUK RS : 15-11-2021
TANGGAL PENGKAJIAN : 16-11-2021
DIAGNOSIS MEDIS MASUK RS : Plasenta previa
ALAMAT : Jl. Rawabangun, Sungailiat
2. IDENTIAS PENANGGUNGJAWAB
NAMA : Tn. S
USIA : 30 tahun
HUBUNGAN KELUARGA : Suami
ALAMAT : Jl. Rawabangun, Sungailiat
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. KELUHAN UTAMA (SAAT PENGKAJIAN)
Pasien mengeluh nyeri pada perut bagian bawah, nyeri bertambah saat bayi dalam
kandungan bergerak aktif, nyeri seperti tertekan, skala nyeri 3 dari 0-10, nyeri terasa
hilang timbul.
2. ALASAN MASUK RUMAH SAKIT
Pasien adalah rujukan dari RS Sakina Idaman dengan diagnosa medis
plasenta previa totalis. Pasien pernah rawat inap di RS Sakina Idaman dari tanggal 7-11
November 2017 dengan keluhan perdarahan dari jalan lahir. Pasien telah diberikan
terapi dexamethasone 2x8mg dalam 2 hari. Pasien kemudian dirujuk ke RSS.
Pasien merasa hamil 8 bulan, mengeluhkan perdarahan dari jalan lahir ±100 cc.
Perdarahan sudah sejak 1 bulan sebelum masuk RS. Pasien pernah memeriksakan diri
ke dokter spesialis obsgyn dengan diagnosa plasenta previa totalis.
3. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
Selain nyeri, pasien mengeluh mual, demam hingga menggigil, sempat muntah
1x pada tanggal 16 November 2017 dan perdarahan pada jalan lahir, berwarna merah
segar.
4. RIWAYAT KEHAMILAN
a. Primigravida G1P0A0
1) HPMT : 30 Maret 2014
2) HPL : 7 Januari 2015 3)
3) Usia Kehamilan : 32 minggu
b. Keluhan yang muncul selama kehamilan ini
1) Trimester I : Pasien mengatakan tidak ada keluhan
2) Trimester II : Pasien mengatakan pada usia kandungan 6 bulan
merasakan nyeri perut, mual, muntah, pusing, lemas dan terjadi
perdarahan pada jalan lahir.
3) Trimester III : Pasien mengatakan terjadi perdarahan, merasa demam
hingga menggigil, mual, muntah dan lemas.
c. Riwayat imunisasi
Pasien mengatakan mendapatkan imunisasi TT calon pengantin sudah sekitar 1
tahun yang lalu
5. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU
a. Riwayat penyakit
Pasien menyatakan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan seperti hipertensi,
diabetes mellitus, penyakit jantung maupun alergi. Pada usia kehamilan 6 bulan
pasien memeriksakan diri ke RS Sakinah sebanyak 3 kali karena perdarahan pada
jalan lahir.
b. Riwayat reproduksi a
a. Menstruasi
Menarche 12 tahun, siklus menstruasi 28 hari, lamanya 3-6 hari, tidak
dismenhore, sifat darah khas darah menstruasi, tidak ada keputihan.
b. Menikah
Pasien mengatakan sudah menikah satu kali yaitu sudah selama 1 tahun yang
lalu.
c. Kehamilan yang dulu
Pasien menyatakan ini adalah anak pertama, belum pernah keguguran.
d. Keluarga Berencana
Pasien mengatakan belum menggunakan program keluarga berencana,
namun pasien ingin menggunakan KB suntik.
6. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Pasien menyatakan tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan seperti
hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung maupun alergi.
C. POLA KESEHATAN
1. Nutrisi
a. Sebelum sakit
Pasien mengatakan makan 2-3 kali sehari sebanyak 1 porsi tiap kali
makan, pasien mengatakan lebih banyak makan cemilan. Sedangkan pola
minum pasien yaitu pasien minum air putih sebanyak 3000 cc tiap hari.
Pasien menyatakan tidak mempunyai alergi terhadap makanan tertentu.
b. Selama sakit
Pasien menyatakan makan 3x sehari hanya beberapa sendok tiap kali
makan. Pola minum pasien, pasien lebih banyak minum air putih yaitu
3100 cc, dan susu ibu hamil sebanyak 2 gelas setiap hari. Pasien
menyatakan nafsu makan menurun karena setiap kali makan pasien
merasakan mual. Pasien mengatakan merasakan mual apabila
mencium bau makanan yang menyengat.
2. Eliminasi
1) Sebelum sakit
Pasien menyatakan BAK sebanyak 4 kali sehari dengan jumlah yang
banyak setiap berkemih ±250 cc. Tidak ada keluhan saat berkemih.
2) Selama sakit
Pasien terpasang kateter dengan jumlah urin 600cc warna kuning
jernih.
1) Sebelum sakit
Pasien menyatakan BAB rutin 1x sehari dengan konsistensi lunak.
2) Selama sakit
Pasien menyatakan belum BAB selama 3 hari semenjak dirawat di RS.
a. Sebelum sakit
Pasien menyatakan sebelum sakit dalam melakukan kegiatan sehari-hari
meliputi mandi, makan, BAB/BAK, dan berpakaian pasien melakukannya
secara mandiri dan tidak menggunakan alat bantu.
b. Selama sakit
Pasien menyatakan kegiatannya sehari-hari di RSS hanya berbaring saja,
pasien tidak dianjurkan untuk turun dari tempat tidur.
Makan/minum √
Toileting √
Berpakaian √
Ambulasi/ROM √
Ket: 0:mandiri, 1:alat bantu, 2:dibantu orang lain, 3:dibantu orang lain
dan alat, 4:tergantung total
D. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum: Baik
Kesadaran : Composmentis
a. Tanda-tanda Vital :
1) Tekanan darah : 100/60 mmHg
2) Nadi : 90 x/menit
3) Temperatur : 38,5oC
4) Respirasi : 22 x/menit
b. Status Gizi
2) Hidung : Tidak ada lesi, tidak ada cairan keluar dari hidung.
e. Thorak
1) Inspeksi : simetris kanan dan kiri, tidak ada lesi
2) Palpasi : tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan.
3) Perkusi : suara sonor.
4) Auskultasi : terdengar suara vesikuler, tidak ada suara tambahan.
f.Payudara
Payudara simetris. Areola terlihat hiperpigmentasi. Puting menonjol.
g. Jantung
HEMATOLOGI
MCH 30 pg 27-31
CH 31,3 pg
G. ANALISA DATA
2. DS : Faktor Defisit
- Pasien mengatakan nafsu makan menurun psikologis nutrisi
- Pasien mengatakan Makan 3x sehari
hanya beberapa sendok tiap kali makan
karena mual dan Muntah1x pada
tanggal16November2021
- Pasien Merasakan mual apabila mencium
bau makanan yang menyengat
DO:
- Pasien terlihat lemas
3. DS : ketidakadeku Risiko
- Pasien mengatakan mengatakan demam atan infeksi
hingga menggigil pertahanan
- Perdarahan pada jalan lahir berwarna merah tubuh
segar sekunder
DO :
- Hasil pemeriksaan darah : Leukosit 23,67
103 /μL Hemoglobin 10,6 g/dL
- Temperatur : 38,5oC
- Terpasang kateter tinggal sejak tanggal 10
November 2021
- Hasil pemeriksaan USG : plasenta berada di
corpus depan menutupi jalan lahir grade II
4. DS : ketidakadeku Risiko
- Pasien mengatakan mengatakan perdarahan atan perfusi cedeera
pada jalan lahir, berwarna merah segar plasenta pada janin
DO :
- Hasil pemeriksaan darah : Leukosit 23,67 103
/μL Hemoglobin 10,6 g/dL APTT 27,3 detik
Hematokrit 31,3% Eritrosit 3,55 106 /Μl
- Hasil pemeriksaan USG : plasenta berada di
corpus depan menutupi jalan lahir grade II
- Pasien menggunakan pembalut, terlihat
darah berwarna merah segar di pembalut
- Tanda-tanda vital :
TD : 100/60 mmHg
N : 90 x/menit
R : 22 x/menit
DJJ 153 x/meni
DX 2
NO TANGGAL/JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
18 November 1. Mengkaji penyebab mual S : Pasien mengatakan
2021 , 10.00 WIB pasien 2. Mengobservasi mual merasakan mual
dan muntah apabila mencium bau
3. Menganjurkan makan dalam yang menyengat
porsi kecil tapi sering seperti ikan, pasien
4. Menganjurkan kepada pasien mengatakan mal
untuk memakan makanan untuk berkurang dan tidak
memakan makanan yang lunak muntah, ak berkurang
dan tidak muntah,
akanmakan makanan
yang lunak dalam porsi
kecil tapi sering,
mengatakan makan
diet RS habis ½ porsi
O : Terlihat sedang
makan camilan
A : Masalah mual
teratasi P : Observasi
mual dan muntah
19 November 1. Mengkaji mual dan muntah S : Pasien mengatakan
2021, 08.30 WIB 2. Menganjurkan pasien makan masih sedikit mual,
sedikit-sedikit tapi sering tidak muntah, dan
3. Menganjurkan pasien menyatakan mengerti
memakan makanan yang untuk makan makanan
disukai yang disukai sedikit-
4. Mengelola pemberian sedikit tapi sering O :
suplemen dan vitamin : sulfas obat dan dosis : sulfas
ferosus 600 mg/oral , albumin ferosus 600 mg,
500 mg/oral albumin 500 mg, rute:
oral, pada Ny. S, pukul
0 Ny. S, pukul 08.30
WIB 8.30 WIB
A : Mual teratasi
sebagian P : Monitor
mual dan muntah
DX 3
NO TANGGAL / JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
17 November 1. Mengobservasi suhu aksila S : Keluarga pasien
2021 , 11.00 WIB dan tanda gejala infeksi mengatakan suhu tubuh
2. Mencuci tangan sebelum pasien panas
dan sesudah kontak, batasi O : Suhu 38,5 oC
pengunjung A : Masalah : Masalah
risiko infeksi risiko
infeksi teratasi teratasi
P : Kelola pemberian
parasetamol tablet
500mg per oral
18 November 1. Mengobservasi suhu aksila S : Pasien mengatakan
2021, 08.00 WIB dan tanda gejala infeksi sudah tidak demam lagi
2. Mencuci tangan sebelum O : Suhu 36,6oC, pasien
dan sesudah kontak, batasi terpasang infus RL di
pengunjung tangan kanan sejak
3. Memberikan injeksi tanggal 17 November
cefotaxim 1gram per IV 2014 ko November
2014 kondisi bersih
tidak ndisi bersih tidak
terlihat tanda flebitis dan
infeksi,cefotaxim
cefotaxim 1 gram masuk
per IV
A : Masalah : Masalah
risiko infeksi risiko
infeksi teratasi teratasi
P : Kelola pemberian
cefotaxim 1 gram/12 jam
per IV
19 November 1. Mengobservasi suhu aksila S : Pasien mengatakan
2021, 09.00 WIB dan tanda gejala infeksi masih flek-flek, pasien
2. Mencuci tangan sebelum mengatakan sudah
dan sesudah kontak, batasi banyak minum sehari
pengunjung kurang lebih 2 botol
3. Menganjurkan pasien aqua, keluarga dan
banyak minum : 2 liter per hari pasien mengatakan
4. Memberiahu Memberiahu sudah paham
keluarga keluarga dan pasien mengenai tanda dan
mengenai tanda dan gejala gejala infeksi.
infeksi dan cara mencegahnya O:
5. Mengelola pemberian S : 37oC,
antibiotik inj cefotaxim 1gr/12 TD : 110/70 mmHg,
jam N : 78 x/menit,
RR : 22 x/menit, injeksi
cefotaxim sudah masuk
melalui IV
A : Risiko infeksi teratasi
P : Kelola pemberian
cefotaxim 1gram/12jam
per IV
1. Mengobservasi suhu aksila S:-
dan tanda gejala infeksi O : Suhu 36,2oC, pasien
2. Mencuci tangan sebelum terpasang infus RL di
dan sesudah kontak, batasi tangan kanan sejak
pengunjung tanggal 17 November
3. Memberikan injeksi 2014 ko November
cefotaxim 1 gram per IV 2014 kondisi bersih
tidak ndisi bersih tidak
terlihat tanda flebitis dan
infeksi, cefotaxim 1
gram masuk per IV
A : Masalah : Masalah
risiko infeksi risiko
infeksi teratasi teratasi
P : Kelola pemberian
cefotaxim 1 gram/12 jam
per IV
DX 4
NO HARI/ TANGGAL IMPLEMENTASI EVALUASI
17 November 1. Memonitor perdarahan S : Pasien mengatakan
2021, 14.30 WIB pervaginam masih keluar darah dari
2. Mengkaji jumlah darah yang jalan lahir, darah
hilang. Memantau tanda dan berwarna merah segar,
gejala syok hipovolemi pasien mengatakan
3. Memonitor bunyi jantung akan sering miring ke
janin 4. Menganjurkan pasien kiri dan membatasi
istirahat dan bedrest pergerakan
5. Menganjurkan pasien agar O : DJJ : 152 x/menit,
miring ke kiri pasien bedrest
6. Menganjurkan pasien untuk A : Masalah risiko tinggi
membatasi pergerakan cedera (janin) teratasi
P : Monitor perdarahan
pervaginam
19 November 1. Memonitor perdarahan S : Pasien mengatakan
2021, 20.15 WIB pervaginam perdarahan berkurang,
2. Mengkaji jumlah darah yang tinggal flek, pasien
hilang. Memantau tanda dan mengatakan akan sering
gejala syok hipovolemi miring ke kiri dan
3. Memonitor bunyi jantung membatasi pergerakan
janin 4. Menganjurkan pasien O : DJJ : 149 x/menit,
istirahat dan bedrest pasien bedrest
5. Menganjurkan pasien agar A : Masalah risiko tinggi
miring ke kiri cedera (janin) teratasi
6. Menganjurkan pasien untuk P : Monitor perdarahan
membatasi pergerakan pervaginam
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah
uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Pada
keadaan kaan jalan lahir. Pada keadaan normal plasenta normal plasenta terletak di bagian
uterusnya.Seluruh plasenta biasanya terletak pada segmen atau uterus. Kadangkadang
bagian atau seluruh organ dapat melekat pada segmen bawah uterus, dimana hal ini dapat
diketahui sebagai plasenta previa. Karena segmen bawah agak merentang selama
kehamilan lanjut dan persalinan, dalam usaha mencapai dilatasi serviks dan kelahiran anak,
pemisahan plasenta dari dinding uterus sampai tingkat tertentu tidak dapat dihindarkan
sehingga terjadi pendarahan
3.2 Saran
Keadaan perdarahan sebelum persalinan merupakan keadaan yang dapat berakibat
fatal jika tak mendapatkan penangan intensif, karena itu dalam hal ini para perawat
sebaiknya cermat melihat kondisi pasien misalnya pendarahan pada plasenta prefia, agar
jika terjadi keadaan darurat dapat segera tertangani
DAFTAR PUSTAKA
Cut Meurah Yeni, d. (2017). Plasenta previa totalis pada primigravida : sebuah tinjauan kasus.
Jurnal kedokteran syiah kuala, 38.
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) : Definisi dan Indikator
Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) : Definisi dan Tindakan
Keperawatan ((cetakan II) 1 ed. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
Rukiyah. (2010). Asuhan kebidanan patologi edisi revisi. Jakarta: Trans info media.