Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN

PLASENTA PREVIA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 6

TRI OKTAVIA 201440135


VERA MEI K 201440136
YUHANA 201440138
YULIKA 201440139
ZUNNI M 201440140

DOSEN PENGAMPU :
ERNI CHAERANI, MKM (EC)

PRODI DIII KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES PAGKALPINANG

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa telah memberikan kesempatan pada
penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya pula penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PLASENTA PREVIA” tepat
pada waktunya. Makalah “ASUPAN KEPERAWATAN PLASENTA PREVIA” disusun guna
memenuhi tugas Ibu Erni Chaerani,MKM pada mata kuliah Keperawatan Maternitas di
Poltekkes Kemenkes Pangkal Pinang. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan bagi penulis dan pembaca.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Erni Chaerani,MKM
selaku dosen mata kuliah Keperawatan Maternitas . Semoga tugas yang telah diberikan ini
dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan
makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Pangkalpinang, 22 Januari 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................Error: Reference source not found


DAFTAR ISI........................................................................Error: Reference source not found
BAB I....................................................................................Error: Reference source not found
PENDAHULUAN………………………………………………………………………………… …..4
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................5
1.3 Tujuan………………………………………………………………………………………….5
BAB II…………………………………………………………………………………………………..6
2.1 Definisi………………………………………………………………………………….6
2.2 Etiologi………………………………………………………………………………….6
2.3 Tanda dan gejala……………………………………………………………………….7
2.4 Patofisiologi……………………………………………………………………………..7
2.5 Pemeriksaan diagnostik………………………………………………...……………...8
2.6 Penatalaksanaan……………………………………………………………...………...8
2.7 Komplikasi………………………………………………………………………...……9
2.8 Konsep Asuhan Keperawatan Plasenta Previa…………………………..…10
2.9 ASUHAN KEPERAWATAN …………………………………………………...…14

PENUTUP………………………………………………………………………..…………….31
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………......31
3.2 Saran………………………………………………………………………………….....31
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………….32
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum. 1 Plasenta berbentuk
bundar atau hampir bundar dengan diameter 15-20 cm dan tebal 2,5 cm, berat rata-rata 500
gram.2 Plasenta previa dapat dibagi menjadi beberapa jenis. Plasenta Previa totalis, yaitu
apabila seluruh pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta atau ari-ari. Plasenta Previa
parsialis, yaitu apabila sebagian pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta. Plasenta Previa
marginalis yaitu apabila pinggir plasenta atau ari-ari berada tepat pada pinggir permukaan
jalan ari. Plasenta Letak Rendah yaitu apabila letak tidak normal pada segmen bawah rahim
akan tetapi belum sampai menutupi pembukaanjalan.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Faiz & Ananth pada tahun 2003 prevalensi
plasenta previa di USA (United State) dijumpai sebanyak 4,0 % dari 1000 kelahiran,
sedangkan menurut Romundstad et al pada tahun 2006 jumlah kasus plasenta previa pada
tahun 1988-2000 di Norwegia sebanyak 1949 kasus dari 845.384 kehamilan. 5,6 Menurut
Saifuddin pada tahun 2006 angka kejadian plasenta previa adalah 0,4% - 0,6% dari
keseluruhan persalinan atau 1 diantara 200 persalinan.7 Pada beberapa rumah sakit umum
pemerintah angka kajadian plasenta previa berkisar 1,7% sampai 2,9% sedangkan di negara
maju kejadiannya lebih rendah yaitu kurang dari 1% menurut Prawirohardjo pada tahun
2008.1Pada studi pendahuluan yang dilakukan di RSU Dr. Pirngadi Medan terdapat ibu yang
mengalami plasenta previa tahun 2006 - Juni 2010 sebanyak 167 orang dari 4633persalinan.

Plasenta previa menyebabkan terjadinya perdarahan antepartum. Perdarahan


antepartum adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan diatas 28 minggu atau
lebih.9Perdarahan menempati persentase tertinggi penyebab kematian pada ibu yaitu sebesar
28%, persentase kedua penyebab kematian pada ibu adalah eklampsia sebesar 24%, dan
tertinggi ketiga disebabkan infeksi sebesar 11%.9Faktor risiko yang berpengaruh meliputi
umur, paritas, riwayat operasi sesar, kuretase, riwayatplasenta previa pada kehamilan
sebelumya, riwayat abortus, ibu diabetes dankehamilan ganda.
Morbiditas pada ibu yaitu perdarahan pervaginam tanpa di sertai rasa nyeri, dimana
perdarahan ini biasanya terjadi pada trimester dua akhir atau trimester tiga awal.Mortalitas pada
ibu berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka
kematian ibu di Indonesia masih sangat tinggi sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup.
Dibandingkan dari hasil SDKI pada tahun 1991 angka ini sedikit mengalami penurunan jumlah
yaitu sebesar 390 per 100.000 kelahiran hidup.Berdasarkan laporan dari profil kab/kota, AKI
maternal yang dilaporkan di Sumatera Utara tahun 2012 hanya 106 per 100.000 kelahiran
hidup, sedangkan berdasarkan hasil sensus penduduk 2010, AKI di Sumatera Utara sebesar
328 per 100.000 kelahiran hidup, angka ini masih cukup tinggi dibandingkan dengan angka
nasional SP (Sensus Penduduk) 2010 sebesar 259 per 100.000 kelahiran hidup.

Berdasarkan hasil penelitian Kurniawan K. tahun 2015 yang berjudul hubungan antara
usia ibu dan paritas dengan kejadian plasenta previa di Rumah Sakit Umum Cut Metia
Kabupaten Aceh Utara tahun 2012-2013 terdapat hubungan antara usia ibu dan paritas
dengan kejadian plasenta previa.17Berdasarkan penelitian Herawati T yang berjudul faktor-
faktor yang berhubungan dengan kejadian plasenta previa di rumah sakit muhammadiyah
Palembang tahun 2009 menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara umur dan paritas
dengan kejadian plasenta previa.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut
mengenai hubungan antara paritas dan usia ibu dengan kejadian plasenta previa di Rumah
Sakit Umum HKBP Balige tahun 2013-2015. Selain itu sepanjang pengetahuan penulis belum
ada penelitian mengenai hubungan antara paritas dan usia ibu dengan kejadian plasenta
previa di Rumah Sakit Umum HKBPBalige.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, rumusan masalah yang terbentuk adalah:
1. Apa definisi plasenta previa?
2. Apa saja etiologi plasenta previa?
3. Apa saja tanda dan gejala plasenta previa?
4. Apa saja patofisiologi plasenta previa?
5. Apa saja pemeriksaan diagnostik?
6. Bagaimana penatalaksanaan plasenta previa?
7. Apa saja komplikasi dari Plasenta Privea?
8. Bagaimana konsep asuhan keperawatan plasenta previa?
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah diatas, tujuan penulisan makalah ini adalah:

1. Menjelaskan definisi plasenta previa.


2. Menjelaskan etiologi plasenta previa.
3. Menjelaskan tanda dan gejala plasenta previa.
4. Menjelaskan Patofisiologi plasenta previa.
5. Menjelaskan pemeriksaaan diagnostik plasenta previa
6. Menjelaskan penatalaksanaan plasenta privea
7. Menjelaskan komplikasi dari plasenta privea
8. Menjelaskan konsep asuhan keperawatan plasenta previa
BAB II
PEMBAHASAN

2.6 Definisi
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada bagian segmen bawah
rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir yang ditandai dengan
pendarahan uterus yang dapat keluar melalui vagina tanpa adanya rasa nyeri pada
kehamilan trimester terakhir, khususnya pada bulan kedelapan (Cut Meurah Yeni, 2017).
Pada keadaan normal letak plasenta terletak pada bagian atas rahim. Plasenta
previaberhubungan dengan konsekuensi yang merugikan bagi ibu dan anak, seperti intra-
uterine growth restriction (IUGR), kelahiran prematur, antenatal dan intra-partum
perdarahan, transfusi darah ibu dan histerektomi darurat.
2.7 Etiologi
Faktor-faktor predisposisi meliputi:
a. Multipatitas
b. Usia ibu lanjut
c. Kehamilan multipel
d. Riwayat kelahiran sesar sebelumnya
e. Insisiuterus
f. Riwayat plasenta previa sebelumnya

Penyebab dari plasenta previa belum diketahui secara pasti, namun


ada beberapa faktor yang diduga kuat menimbulkan kelainan ini. Salah
satupenyebabplasenta previa yaitu vaskularisasi desidua yang tidak memadai,
sebagai akibatdariproses radang atau atrofi. Multiparitas dan cacat rahim juga
berhubungan dengan kejadian plasenta previa. Hal ini berkaitan dengan proses
peradangan dan atrofi di endometrium, misalnya bekas bedah caesar, kuretase, dan
miomektomi. Cacat bekasbedah caesar bahkan dapat menaikkan insiden dua
sampai tiga kali lebihbesar.

Usia lanjut juga meningkatkan angka kejadian plasenta previa. Penelitian yang
dilakukan di Parkland Hospital, Dallas, Amerika Serikat terhadap 169.000 kelahiran
yang terjadi pada tahun 1988-1999 menyimpulkan bahwa insiden 1 : 1.500 pada
ibuberusia 19 tahun atau lebih muda, dan 1 : 100 untuk ibu berusia 35 tahun atau
lebih tua.Insidensi plasenta previa meningkat hingga dua kali lipat pada wanita
perokok. Hipoksemia akibat zat karbon monoksida hasil pembakaran rokok
menyebabkan hipertrofi plasenta sebagai upaya kompensasi. Penyebab lainnya
antara lain plasentayang terlalu besar, misalnya pada kehamilan ganda dan kasus
erotroblastosis fetalis.Kelainan tersebut menyebabkan pertumbuhan plasenta
melebar ke segmen bawah rahim, sehingga dapat menutupi seluruh atau sebagian
ostium uteri internum.
2.8 Tanda dan gejala
Tanda plasenta previa adalah sebagai berikut :

a. Perdarahan pervaginam. Pada kehamilan trimester kedua atau awal trimester ketiga
Perdarahan pervaginam. Pada kehamilan trimester kedua atau awal trimester
ketigamerupakan tanda utama plasenta previa.

b. Perdarahan tanpa nyeri yang biasanya baru terlihat setelah kehamilan mendekati
akhirPerdarahan tanpa nyeri yang biasanya baru terlihat setelah kehamilan mendekati
akhirtrimester kedua atau sesudahnya.

c. Pada ibu, tergantung keadaan umum dan jumlah darah yang hilang, perdarahan yang
sedikitdemi sedikit atau dalam jumlah banyak dengan waktu yang singkat, dapat
menimbulkandemi sedikit atau dalam jumlah banyak dengan waktu yang singkat, dapat
menimbulkananemia sampai syok.

d. Pada janin, turunnya bagian terbawah janin ke dalam Pintu Atas Panggul (PAP)
akanPada janin, turunnya bagian terbawah janin ke dalamPintu Atas Panggul (PAP)
akanterhalang, tidak jarang terjadi kelainan letak janiterhalang, tidak jarang terjadi
kelainan letak janin dalam rahim, dan dapat menimbulkann dalam rahim, dan dapat
menimbulkanaspiksia sampai kematian janin dalam rahim (Manuabaaspiksia sampai
kematian janin dalam rahim (Manuaba, 2016)

Gejala yang dapat terjadi pada ibu dan Gejala yang dapat terjadi pada ibu dan janin
dengankasus plasenta previa adalah sebajanin dengan kasus plasenta previa adalah
sebagai berikut(Rukiyah, 2010):
a. Perdarahan tanpa disertai nyeri yang sering terjadi pada malam hari. Biasanya
perdarahan tanpa disertai nyeri yang sering terjadisebulum memasuki bulan ke tujuh.
b. Biasanya kepala anak sangat tinggi karena plasenta terletak pada katub bawah rahim.
c. Terjadi kelainan letak pada janin.

2.9 Patofisiologi
Letak plasenta umumnya di depan atau di belakang dinding uterus, agak ke atas
ke arah fundus uteri. Hal ini adalah fisiologis karena permukaan bagian atas korpus uteri
lebih luas, sehingga lebih banyak tempat untuk berimplantasi. Di tempat-tempat tertentu
pada implantasi plasenta terdapat vena-vena yang lebar (sinus) untuk menampung aliran
darah balik. Pada pinggir plasenta di beberapa tempat terdapat suatu ruangvena yang luas
untuk menampung darah yang berasal dari ruang interviller di atas. Darah ibu yang
mengalir di seluruh plasenta diperkirakan naik dari 300 ml tiap menit pada kehamilan 20
minggu sampai 600 ml tiap menit pada kehamilan 40 minggu. Perubahan-perubahan terjadi
pula pada jonjot- jonjot selama kehamilan berlangsung. Pada kehamilan 24 minggu lapisan
sinsitium dari vili tidak berubah akan tetapi dari lapisan sitotropoblast sel- sel berkurang dan
hanya ditemukan sebagai kelompok-kelompok sel-sel; stroma jonjot menjadi lebih padat,
mengandung fagosit-fagosit, dan pembuluh-pembuluh darahnya lebih besar dan lebih
mendekati lapisan tropoblast.

Perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa umumnya terjadi


pada trimester ketiga karena saat itu segmen bawah uterus lebih mengalami perubahan
berkaitan dengan semakin tuanya kehamilan. Menurut (Manuaba, 2016)Implantasi plasenta
di segmen bawah rahim dapatdisebabkan:
a. Endometrium di fundus uteri belum siap menerimaimplasntasi
b. Endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasan plasenta untuk mampu
memberikan nutrisi janin
c. Villi kolearis yang berasal dari korion dan sebagian kecil dari ibu yang berasal dari
desiduabasalis.
Menurut Davood (2008) Sebuah penyebab utama perdarahan trimester ketiga,
plasenta previa memiliki tanda yang khas, yaitu pendarahan tanpa rasa sakit.
Pendarahan diperkirakan terjadi dalam hubungan dengan perkembangan segmen bawah
uterus pada trimester ketiga.mulailah terjadi perdarahan. Darahnya berwarna merah
segar berlainan dengan darah yang disebabkan solusio plasenta yang berwarna kehitam-
hitaman. Sumber perdarahannya ialah sinus uterus yang terobek karena terlepasnya
plasenta dari dinding uterus, atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta.
Perdarahannnya tak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot segmen
bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahan itu, tidak sebagaimana
serabut otot uterus menghentikan perdarahan pada kala III dengan plasenta yang
letaknya normal. Makin rendah letak plasenta, makin dini perdarahan terjadi. Oleh karena
itu, perdarahan pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini daripada plasenta letak
rendah yang mungkin baru berdarah setelah persalinan mulai.

2.10 Pemeriksaan diagnostik


a. USG untuk diagnosis pasti, yaitu menentukan letak plasenta.
b. Pemeriksaan darah: hemoglobin, hematokrit
2.11 Penatalaksanaan
Penderita plasenta previa datang dengan keluhan adanya perdarahan
pervaginam pada kehamilan trimester kedua dan trimester ketiga. Penatalaksanaan
plasenta previa tergantung dari usia gestasi penderita dimana akan dilakukan
penatalaksanaan aktif yaitu mengakhiri kehamilan, ataupun ekspektatif yaitu
mempertahankan kehamilanselamamungkin.

a. Terapi ekspektatif(pasif)

Tujuan ekspektatif ialah supaya janin tidak terlahir prematur, penderita dirawat
tanpamelakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servisis. Upaya diagnosis dilakukan
secara non invasif. Pemantauan klinis dilakukan secara ketat dan baik.

Syarat-syarat terapiekspektatif:

1. Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti.

2. Belum ada tanda-tanda inpartu.

3. Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas normal).
4. Janin masih hidup

b. Terapiaktif

Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan
banyak,harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa memandang maturitas janin. Cara
menyelesaikan persalinan dengan plasentaprevia.

1. Seksiosesarea

Prinsip utama dalam melakukan seksio sesarea adalah untuk menyelamatkan ibu,
sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya harapan untuk hidup, tindakan
ini tetap dilakukan.

2. Melahirkan pervaginam

Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada plasenta. Penekanan tersebut
dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:

a) Amniotomi danakselerasi
Umumnya dilakukan pada plasenta previa lateralis/marginalis dengan
pembukaan > 3 cm serta presentasi kepala. Dengan memecah ketuban,
plasenta akan mengikuti segmen bawah rahim dan ditekan oleh kepala
janin. Jika kontraksi uterus belum ada atau masih lemah, akselerasi
dengan infusoksitosin.
b) Versi BraxtonHicks
Tujuan melakukan versi Baxton Hicks ialah mengadakan tamponade
plasenta dengan bokong (dan kaki) janin. Versi Braxton Hicks tidak
dilakukan pada janin yang masih hidup.
c) Traksi dengan CunamWillet
Kulit kepala janin dijepit dengan Cunam Willet, kemudian beri beban
secukupnya sampai perdarahan berhenti. Tindakan ini kurang efektif untuk
menekan plasenta dan seingkali menyebabkan perdarahan pada kulit
kepala. Tindakan ini biasanya dikerjakan pada janin yang telah meninggal
dan perdarahan tidak aktif.
2.12 Komplikasi
Ada beberapa komplikasi utama yang bisa terjadi pada ibu hamil yang menderita plasenta
previa, di antaranya ada yang bisa menimbulkan perdarahan yang cukup banyak dan fatal.
a. Oleh karena pembentukan segmen rahim terjadi secara ritmik, maka pelepasan
plasenta dari tempat melekatnya di uterus dapat berulang dan semakin banyak, dan
perdarahan yang terjadi itu tidak dapat dicegah sehingga perderita menjadi anemia
bahkansyok.
b. Oleh karena plasenta berimplantasi pada segmen bawah rahim dan sifat segmen ini
yang menipis mudahlah jaringan trofoblas dengan kemampuan invasinya menerobos
kedalam miometrum bahkan sampai ke perimetrium dan menjadi sebab dari kejadian
plasenta inkreta dan bahkan plasenta perkreta, Paling ringan adalah plasenta akreta
yang perlekatannya lebih kuat tetapi vilinya masih belum masuk ke dalam
miometrium. Walaupun biasanya tidak seluruh permukaan maternal plasenta
mengalami akreta atau inkreta akan tetapi dengan demikian terjadi retensio plasenta
dan pada bagian plasenta yang sudah terlepas timbullah perdarahan dalam kala tiga.
Komplikasi ini lebih sering terjadi pada uterus yang pernah seksio sesarea. Dilaporkan
plasenta akreta terjadi 10% sampai 35% pada pasien yang pernah seksio sesarean
satu kali, naik menjadi 60% sampai 65% bila telah sesio seksarea 3kali.
c. Serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh dan kaya pembuluh darah sangat
potensial untuk robek disertai oleh perdarahan yang banyak. Oleh karena itu, harus
sangat berhati-hati pada semua tindakan manual di tempat ini misalnya pada waktu
mengeluarkan anak melalui insisi pada segmen bawah rahim ataupun waktu
mengeluarkan plasenta dengan tangan pada retensio plasenta. Apabila oleh salah
satu sebab terjadi perdarahan banyak yang tidak terkendali dengan cara-cara yang
lebih sederhana seperi penjahitan segmen bawah rahim, ligasi arteria uterine, ligasi
arteria ovarika,pemasangantampon, atau ligasi arteria hipogastrika, maka pada
keadaan yang sangat gawat seperti ini jalan keluarnya adalah melakukan
histerektomitotal.
d. Kelainan letak anak pada plasenta previa lebih sering terjadi. Halinimemaksa lebih
sering diambil tindakan operasi dengan segala konsekuensinya.
e. Kelahiranprematurdangawatjaninseringtidakterhindarkansebagian oleh karena
tindakan terminasi kehamilan yang terpaksa dilakukan dalam kehamilan preterm.
Pada kehamilan < 37 minggu dapat dilakukan amniosentesis untuk mengetahui
kematangan paru janin dan pemberian kortikosteroid untuk mempercepat pematangan
paru janin sebagai upaya antisipasi.
f. Komplikasi lain dari plasenta previa yang dilaporkan dalam kepustakaan selain masa
rawatan yang lebih lama adalah berisiko tinggi untuk solusio plasenta (Risiko Relatif
13,8), seksio sesarea (RR 3,9), kelainan letak janin (RR 2,8), perdarahan pasca
persalinan (RR 1,7), kematian maternal akibat perdarahan (50%), dan disseminated
intravascular coagulation (DIC) 15,9%.
g. Pertumbuhan janin lambat karena pasokan darah yang tidak mencukupi.
h. Infeksi dan pembentukan bekuan darah.

2.13 Konsep Asuhan Keperawatan Plasenta Previa


A. Pengkajian (septi, 2017)
1. Anamnesa
a. Identitasklien:nama,umur,pekerjaan,pendidikan,alamatdll.
b. Keluhanutama:perdarahanpadakehamilansetelah28minggu/trimesterIII.
1) Sifat perdarahan;tanpa sebab,tanpa nyeri,berulang.
2) Sebab perdarahan; placenta dan pembuluh darah yang robek, terbentuknya
SBR, terbukanya osteum/manspulasi intravaginal/rectal.
3) Sedikit banyaknya perdarahan; tergantung besar atau kecilnya robekan pembuluh
darah dan placenta.
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat obstetri meliputi :
 Gravida, paraabortus, dan anak hidup(GPAH)

 Berat badan bayi waktu lahir dan usia gestasi


 Pengalaman persalinan, jenis persalinan, tempat persalinan, dan penolong
persalinan
 Jenis anetesi dan kesulitan persalinan
 Komplikasi maternal seperti diabetes,hipertensi,infeksi,danperdarahan
 Komplikasi pada bayi dan rencana menyusui bayi
b. Riwayat mensturasi : Untuk menentukan TP berdasarkan hari pertama haid
terakhir (HPHT) dapat digunakan rumus naegle, yaitu hari ditambah tujuh, bulan
dikurangi tiga, tahundisesuaikan.
c. Riwayat Kontrasepsi : Penggunaan kontrasepsioral sebelum kelahiran dan
berlanjut  pada kehamilan yang tidak diketahui dapat berakibat buruk pada
pembentukan organ seksual pada janin.
d. Riwayat penyakit dan operasi : Kondisi kronis seperti dibetes melitus,
hipertensi, bias berefek buruk pada kehamilan. Oleh karena itu, harus
didokumentasikan.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Umum
Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan pada ibu hamil:
1) Rambut dan kulit : Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, lineani
gradanstriae serta pertumbuhan rambut.
2) Wajah:Keadaan mata pucat, anemis, hidung, gigi dan mulut
3) Dada (bagian payudara):Peningkatan pigmentasi areola putting susu dan
bertambah nya ukuran
4) Jantung dan paru: Volume darah meningkat, peningkatan frekuensi nadi, terjadi
hiperventilasi selama kehamilan, peningkatan volumetidal, penurunan
resistensi Jalan nafas, diafragma meningkat, perubahan pernapasan abdomen
menjadi pernapasan dada
5) Abdomen:Menentukan letak janin dan tinggi fundus uteri.
6) Vagina:Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna kebiruan (tanda
Chandwick ) dan hipertropi epithelium.
7) Sistem musculoskeletal: Persendian tulang pinggul yang mengendur,gaya
berjalan yang canggung, terjadi pemisahan otot rektum abdominalis dinamakan
dengandiastasisrektal.
b. Khusus
Pada pemeriksaan kusus yang perlu diperhatikan adalah tinggi fundus uteri,posisi dan
persentasi janin, panggul dan janin lahir serta denyut jantung janin(DJJ).
c. PemeriksaanPenunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan laboratorium,
pemeriksaan USG,Hb,dan Hematokrit, pemeriksaan inspekulodan transvaginal
sonography.
B. Diagnosa Keperawatan
1.  Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi hemoglobin b.d nadi perifer
menurun(D.0009)
2. Risiko infeksi b.d ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder: penurunan
hemoglobin(D.0142)
3. Ansietas b.d kurang terpapar informasi (D.0080)
C. Intervensi Keperawatan

N Diagnosa Outcome Intervensi Rasional


O (SDKI) (SLKI) (SIKI)

Perfusi perifer Tujuan : setelah Pemantauan 1. Monitor TTV digunakan


tidak efektif dilakukan asuhan Cairan (I.03121) untuk merencanakan
1. b.d keperawatan ...x 24 intervensi, dan evaluasi. 2.
penurunan jam, diharapkan Observasi Identifikasi factor risiko
onsentrasi perfusi  perifer ketidakseimbangan cairan
hemoglobin perifer (L.02011) 1. Monitor untuk mencegah terjadinya
d.d nadi kembali meningkat. frekuensi dan komplikasi. 3. Pemantauan
perifer kekuatan nadi 2. dilakukan agar dapat
menurun Kriteria Hasil: Monitor tekanan mencegah terjadinya
(D.0009) 1. Kelemahan otot darah 3. kejadian yang tidak terduga.
menurun (5) Identifikasi factor
2. Tekanan darah risiko
membaik (5) ketidakseimbang
3. Denyut nadi an cairan
perifer meningka Edukasi 4.
meningkat (5) Jelaskan tujuan
dan  prosedur
pem  prosedur
pemantauan
2. Risiko infeksi Tujuan : setelah Pencegahan 1. Untuk mencegah
d.d dilakukan asuhan Infeksi (I.14539) terjadinya infeksi lain oleh
ketidakadeku keperawatan ..x 24 Observasi karena itu harus selalu cuci
at an jam, diharapkan 1. Monitor tanda tangan kerana Kehilangan
pertahanan tingkat infeksi dan gejala infeksi darah  berlebihan  berlebihan
tubuh (L.14137) menurun. local dan sistemik dengan  penurunan
sekunder : Kriteria Hasil: 1. Terapeutik penurunan Hb meningkatkan
penurunan Kultur darah 2. Cuci tangan risiko klien untuk terkena
hemoglobin membaik (5) 2. sebelum dan infeksi 2. Pengetahuan akan
(D.0142) Nyeri me  Nyeri sesudah kontak mengurangi ketakutan akan
menurun (5) dengan pasien halhal yang tidak diketahui
dan lingkungan
pasien  Edukasi
3. Jelaskan tanda
dan gejala infeksi
3. Ansietas b.d Tujuan : setelah Reduksi Ansietas 1. Tanda ansietas baik verbal
kurang dilakukan asuhan (I.09314) dan non verbal pada pasien
terpapar keperawatan ...x 24 Observasi harus diperhatikan dengan
informasi d.d jam, diha  jam, 1. Monitor tanda jelas agar tidak terjadi
tampak diharapkan ting ansietas (verbal ansietas  berlebihan
tegang, rapkan tingkat dan non verbal) 2. Teknik relaksasi sangat
gelisah, pucat ansietas (L.09093) Terapeutik 2. berguna agar  pasien  pasien
(D.0080) menurun. Kriteria Gunkan lebih tenang dan tidak
Hasil: 1. Verbalisasi pendekatan yang gelisah dalam menghadapi
khawatir akibat tenang dan kondisinya Keberadaan
kondisi yang meyakinkan 3. keluarga dapat menurunkan
dihadapi menurun Dengarkan kecemasan pasie
(5) 2. Perilaku dengan  penuh
gelisah menurun (5) perha  penuh
3. Perilaku tegang perhatian
menurun (5) Edukasi 4. Latih
teknik relaksasi 5.
Anjurkan
keluarga

2.14 ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN PLASENTA PREVIA


I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS
1. IDENTITAS PASIEN

NAMA : Ny. S
USIA : 27 tahun
JENIS KELAMIN : Perempuan
TANGGAL LAHIR : 30-04-1995
TANGGAL MASUK RS : 15-11-2021
TANGGAL PENGKAJIAN : 16-11-2021
DIAGNOSIS MEDIS MASUK RS : Plasenta previa
ALAMAT : Jl. Rawabangun, Sungailiat

2. IDENTIAS PENANGGUNGJAWAB

NAMA : Tn. S
USIA : 30 tahun
HUBUNGAN KELUARGA : Suami
ALAMAT : Jl. Rawabangun, Sungailiat

B. RIWAYAT KESEHATAN
1. KELUHAN UTAMA (SAAT PENGKAJIAN)
Pasien mengeluh nyeri pada perut bagian bawah, nyeri bertambah saat bayi dalam
kandungan bergerak aktif, nyeri seperti tertekan, skala nyeri 3 dari 0-10, nyeri terasa
hilang timbul.
2. ALASAN MASUK RUMAH SAKIT
Pasien adalah rujukan dari RS Sakina Idaman dengan diagnosa medis
plasenta previa totalis. Pasien pernah rawat inap di RS Sakina Idaman dari tanggal 7-11
November 2017 dengan keluhan perdarahan dari jalan lahir. Pasien telah diberikan
terapi dexamethasone 2x8mg dalam 2 hari. Pasien kemudian dirujuk ke RSS.
Pasien merasa hamil 8 bulan, mengeluhkan perdarahan dari jalan lahir ±100 cc.
Perdarahan sudah sejak 1 bulan sebelum masuk RS. Pasien pernah memeriksakan diri
ke dokter spesialis obsgyn dengan diagnosa plasenta previa totalis.
3. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
Selain nyeri, pasien mengeluh mual, demam hingga menggigil, sempat muntah
1x pada tanggal 16 November 2017 dan perdarahan pada jalan lahir, berwarna merah
segar.
4. RIWAYAT KEHAMILAN
a. Primigravida G1P0A0 
1) HPMT : 30 Maret 2014
2) HPL : 7 Januari 2015 3) 
3) Usia Kehamilan : 32 minggu
b.  Keluhan yang muncul selama kehamilan ini
1) Trimester I : Pasien mengatakan tidak ada keluhan
2) Trimester II : Pasien mengatakan pada usia kandungan 6 bulan
merasakan nyeri perut, mual, muntah, pusing, lemas dan terjadi
perdarahan pada jalan lahir.
3) Trimester III : Pasien mengatakan terjadi perdarahan, merasa demam
hingga menggigil, mual, muntah dan lemas.
c. Riwayat imunisasi
Pasien mengatakan mendapatkan imunisasi TT calon pengantin sudah sekitar 1
tahun yang lalu
5. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU
a. Riwayat penyakit
Pasien menyatakan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan seperti hipertensi,
diabetes mellitus, penyakit jantung maupun alergi. Pada usia kehamilan 6 bulan
pasien memeriksakan diri ke RS Sakinah sebanyak 3 kali karena perdarahan pada
jalan lahir.
b. Riwayat reproduksi a
a. Menstruasi
Menarche 12 tahun, siklus menstruasi 28 hari, lamanya 3-6 hari, tidak
dismenhore, sifat darah khas darah menstruasi, tidak ada keputihan.
b. Menikah
Pasien mengatakan sudah menikah satu kali yaitu sudah selama 1 tahun yang
lalu.
c. Kehamilan yang dulu
Pasien menyatakan ini adalah anak pertama, belum pernah keguguran.
d. Keluarga Berencana
Pasien mengatakan belum menggunakan program keluarga berencana,
namun pasien ingin menggunakan KB suntik.
6. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Pasien menyatakan tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan seperti
hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung maupun alergi.
C. POLA KESEHATAN

1. Nutrisi

a. Sebelum sakit
Pasien mengatakan makan 2-3 kali sehari sebanyak 1 porsi tiap kali
makan, pasien mengatakan lebih banyak makan cemilan. Sedangkan pola
minum pasien yaitu pasien minum air putih sebanyak 3000 cc tiap hari.
Pasien menyatakan tidak mempunyai alergi terhadap makanan tertentu.

b.  Selama sakit
Pasien menyatakan makan 3x sehari hanya beberapa sendok tiap kali
makan. Pola minum pasien, pasien lebih banyak minum air putih yaitu
3100 cc, dan susu ibu hamil sebanyak 2 gelas setiap hari. Pasien
menyatakan nafsu makan menurun karena setiap kali makan pasien
merasakan mual. Pasien mengatakan merasakan mual apabila
mencium bau makanan yang menyengat.

2. Eliminasi

a. Buang air kecil

1) Sebelum sakit
Pasien menyatakan BAK sebanyak 4 kali sehari dengan jumlah yang
banyak setiap berkemih ±250 cc. Tidak ada keluhan saat berkemih.
2) Selama sakit
Pasien terpasang kateter dengan jumlah urin 600cc warna kuning
jernih.

b. Buang air besar

1) Sebelum sakit
Pasien menyatakan BAB rutin 1x sehari dengan konsistensi lunak.

2) Selama sakit
Pasien menyatakan belum BAB selama 3 hari semenjak dirawat di RS.

3. Aktivitas dan Latihan

a. Sebelum sakit
Pasien menyatakan sebelum sakit dalam melakukan kegiatan sehari-hari
meliputi mandi, makan, BAB/BAK, dan berpakaian pasien melakukannya
secara mandiri dan tidak menggunakan alat bantu.

b. Selama sakit
Pasien menyatakan kegiatannya sehari-hari di RSS hanya berbaring saja,
pasien tidak dianjurkan untuk turun dari tempat tidur.

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4

Makan/minum √

Toileting √

Berpakaian √

Mobilitas di tempat tidur √

Ambulasi/ROM √

Ket: 0:mandiri, 1:alat bantu, 2:dibantu orang lain, 3:dibantu orang lain
dan alat, 4:tergantung total

4.   Istirahat dan Tidur


a. Sebelum sakit
Pasien menyatakan sedikit sulit tidur, dalam sehari pasien tidur selama
±4- 5 jam. Pasien tidak pernah tidur siang.
b. Selama sakit
Pasien menyatakan makin sulit untuk tidur, sering terbangun, tidur mulai
pukul 19.00 wib 1 jam tidur kemudian bangun begitu juga seterusnya.
Pasien menyatakan sulit tidur karena nyeri dan demam yang dirasakan
tidak nyaman bagi pasien.

D. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum: Baik
Kesadaran : Composmentis
a. Tanda-tanda Vital :
1) Tekanan darah : 100/60 mmHg
2) Nadi : 90 x/menit
3) Temperatur : 38,5oC
4) Respirasi : 22 x/menit
b. Status Gizi

a. Berat badan sebelum hamil : 45 kg

b. Berat badan terakhir : 55 kg

C. Tinggi badan : 161 cm

d. IMT : 55/(1,61)2= 21,21 kg/m2 (Normal)

c. Kepala dan leher


1) Mata : sklera putih, konjungtiva tidak anemis, terdapat lingkaran hitam di
sekitar mata, terlihat sayu.
2) Telinga: simetris, tidak ada cairan yang keluar dari telinga.
3) Leher: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada peningkatan JVP.
d.  Mulut, dan hidung

1) Mulut : Membran mukosa lembab, bibir tidak kering.

2) Hidung : Tidak ada lesi, tidak ada cairan keluar dari hidung.
e. Thorak
1) Inspeksi : simetris kanan dan kiri, tidak ada lesi
2) Palpasi : tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan.
3) Perkusi : suara sonor.
4) Auskultasi : terdengar suara vesikuler, tidak ada suara tambahan.
f.Payudara
Payudara simetris. Areola terlihat hiperpigmentasi. Puting menonjol.
g. Jantung

a.Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat.

  Palpasi : iktus cordis teraba.


.

c.Perkusi : suara redup.

d.Auskultasi : suara jantung S1 dan S2 reguler.


h.  Abdomen
1) Inspeksi : Perut tampak membuncit, tidak terdapat striae gravidarum
terlihat linea alba
2) Palpasi : Teraba gerakan janin aktif. Janin tunggal, memanjang,
presentasi kepala 5/5 bagian, TFU 22cm, teraba HIS 1x selama 15 detik
dalam 10 menit dengan kekuatan sedang
3) Auskultasi : Terdengar bising usus 6 kali/menit, terdengar DJJ 153 x/menit
i. Ekstremitas
Ekstremitas lengkap, tidak terlihat oedem maupun lesi. Akral teraba hangat.
CRT <2 detik.
j.  Genetalia
Terpasang kateter sejak tanggal 15 November 2021. Pasien
menggunakan pembalut, terlihat darah berwarna merah segar di pembalut.
E. TERAPI (SENIN, 17 NOVEMBER 2014)
1. Nifedipin 10 mg/8 jam per oral

2. Sulfas ferosus 600 mg/24 jam per oral

3. Injeksi cefotaxim 500 mg/12 jam per IV

4. Paracetamol tablet 500 mg per oral jika perlu

5. VIP Albumin 500 mg/24 jam per oral

6. Injeksi cefotaxim 500 mg/12 jam per IV


F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hasil pemeriksaan urin dan darah tanggal 16 November 2021

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal

HEMATOLOGI

BUN 7 mg/dL 7-20

Lk: 0,9 –  1,3 Pr: 0,6


Creatinin 0,50 mg/dL
–  1,1

 Natrium 137 mmol/L 136-145

Kalium 4,2 mmol/L 3,5-5,1

Klorida 102 mmol/L 98-107

HBsAg Non  Non reaktif


reaktif
23,67
103/μL
Leukosit 4,5-11

Eritrosit 3,55 106/μL 4,5-5,2

Hemoglobin 10,6 g/dL M : 14-18 F : 12-16

Hematokrit 31,3 % Lk: 40 –  50 Pr: 37 – 43


MCV 88,2 fL 79-99

MCH 30 pg 27-31

MCHC 34 g/dL 33-37

CHCM 35,7 g/dL 33-37

CH 31,3 pg

RDW 14,4 % 11,5-15,5


2. Hasil pemeriksaan USG pada 16 November 2021
Janin tunggal, presentasi kepala, DJJ +, gerak +, plasenta berada di
corpus depan menutupi jalan lahir, gr II, Ak cukup, EFN 1105 gr..

G. ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


keperawa
tan

1. DS : Agen Nyeri akut


- Pasien mengatakan nyeri pencedera
P:Saat bayi dalam kandungan bergerak biologis
aktif
Q:Seperti tertekan
R:Perut bagian bawah
S: 3 dari 0-10
T:Hilang timbul
- Sulit tidur karena nyeri yang dirasakan
tidak nyaman bagi pasien
DO :
- Pasien terlihat menangis kesakitan
- Pasien terlihat sayu, terlihat lingkaran
hitam disekitar mata
- Pasien terlihat melindungi area nyeri
- Tanda-tandavital:
TD:100/60mmHg
N:90x/menit
R:22x/menit

2. DS : Faktor Defisit
- Pasien mengatakan nafsu makan menurun psikologis nutrisi
- Pasien mengatakan Makan 3x sehari
hanya beberapa sendok tiap kali makan
karena mual dan Muntah1x pada
tanggal16November2021
- Pasien Merasakan mual apabila mencium
bau makanan yang menyengat

DO:
- Pasien terlihat lemas

3. DS : ketidakadeku Risiko
- Pasien mengatakan mengatakan demam atan infeksi
hingga menggigil pertahanan
- Perdarahan pada jalan lahir berwarna merah tubuh
segar sekunder
DO :
- Hasil pemeriksaan darah : Leukosit 23,67
103 /μL Hemoglobin 10,6 g/dL
- Temperatur : 38,5oC
- Terpasang kateter tinggal sejak tanggal 10
November 2021
- Hasil pemeriksaan USG : plasenta berada di
corpus depan menutupi jalan lahir grade II

4. DS : ketidakadeku Risiko
- Pasien mengatakan mengatakan perdarahan atan perfusi cedeera
pada jalan lahir,  berwarna merah segar plasenta pada janin
DO :
- Hasil pemeriksaan darah : Leukosit 23,67 103
/μL Hemoglobin 10,6 g/dL APTT 27,3 detik
Hematokrit 31,3% Eritrosit 3,55 106 /Μl
- Hasil pemeriksaan USG : plasenta berada di
corpus depan menutupi jalan lahir grade II
- Pasien menggunakan pembalut, terlihat
darah berwarna merah segar di pembalut
- Tanda-tanda vital :
TD : 100/60 mmHg
N : 90 x/menit
R : 22 x/menit
DJJ 153 x/meni

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri akut b.d agen pencedera biologis
2. Defisit nutrisi b.d faktor psikologis
3. Risiko infeksi b.d ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder
4. Risiko cedera pada janin b.d ketidakadekuatan perfusi plasenta
III. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA SLKI SIKI


KEPERAWTAN (PPNI T. P., Standar (PPNI T. P., 2018)
(PPNI, 2017) Luaran Keperawatan
Indonesia (SLKI) :
Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan
((cetakan II) 1 ed.),
2019)
1. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan Manajemen nyeri
pencedera biologis tindakan Observasi :
keperawatan 1. Identifikasi lokasi,
selama 3x24 jam karakteristik nyeri,
diharapkan tingkat durasi, frekuensi,
nyeri menurun intensitas nyeri
Dengan Kriteria 2. Identifikasi skala
hasil : Tingkat nyeri nyeri
1. Keluhan nyeri 3. Identifikasi faktor
menurun yang memperberat
Meringis dan memperingan
menurun nyeri
Terapeutik :
1. Berikan terapi non
farmakologis untuk
mengurangi rasa
nyeri (mis: terapi
musik hopnosis,
biofeedback, teknik
imajinasi
terbimbing,kompres
hangat/dingin)
2. Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (mis: suhu
ruangan,
pencahayaan,kebisin
gan)
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

2. Defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi


tindakan 3 x 24 jam Observasi :
diharapkan status 1. Identifikasi Status
nutrisi membaik Nutrisi
dengan kriteria hasil 2. Identifikasi Kebutuhan
: Kalori Dan Jens
1. Porsi makanan Nutrient
yang dihabiskan 3. Monitor Asupan
meningkat Makanan
2. Nafsu makan Terapeutik :
membaik 1. Lakukan Oral
Hygiene Sebelum
Makan, Jika Perlu
2. Berikan Makanan
Tinggi Kalori Dan
Tinggi Protein
3. Berikan Suplemen
Makanan, Jika Perlu
Edukasi :
1. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi Dengan
Ahli Gizi Untuk
Menentukan Jumlah
Kalori Dan Jenis
Nutrien Yang
Dibutuhkan, Jika
Perlu
3 Risiko infeksi b.d Setelah dilakukan Pencegahan infeksi
ketidakadekuatan tindakan 3 x 24 jam Observasi :
pertahanan tubuh di harapkan tingkat 1. Monitor tanda dan
sekunder infeksi menurun gejala infeksi lokal
dengan kriteria hasil dan sitemik
: Terapeutik :
1. Nyeri menurun 1. Cuci tangan sebelum
2.Kemerahan dan sesudah kontak
menurun dengan pasien dan
3.Bengkak menurun lingkungan pasien
2. Pertahankan teknik
aseptik pada pasien
berisiko tinggi
Edukasi :
1. Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
2. Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
Kolaborasi :
1. Kolaborasi
pemberian imunisasi

4 Risiko cedera pada janin Setelah dilakukan Pemantauan denyut


tindakan 3 x 24 jam jantung janin
diharapkan tingkat Observasi :
cedera menurun 1. Monitor denyut
dengan kriteria hasil jantung janin
: 2. Monitor TTV ibu
1 Kejadian Terapeutik :
cedera/lecet 1. Atur posisi pasien
menurun 2.Lakukan manuver
2 Perdaharan leopold untuk
menurun menentukan posisi janin
3 Tekanan darah Edukasi :
membaik 1. Jelaskan tujuan dan
4 Frekuensi nadi prosedur pemantauan
membaik 2. Informasikan hasil
pemantauan, Jika
perlu

IV.IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


DX 1
NO TANGGAL / JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
1. 17 – November 1. Mengkaji ulang lokasi, S : Pasien megatakan nyeri
2021 10.00 WIB karakteristik, durasi, frekuensi masih terasa, pasien
dan skala nyeri. mengatakan merasa lebih
2. Mengatur Mengatur posisi nyaman ketika posisi
senyaman senyaman mungkin. berbaring, pasien
3. Mengajarkan teknik mengatakan sudah
manajemen nyeri menerapkan nafas dalam
nonfarmakologi : nafas dalam ketika nyeri, pasien
4. Menjelaskan penyebab nyeri mengatakan  penyebab nyeri
yang dialami pasien adalah gerakan janin
O: Wajah pasien terlihat
tegang karena karena
menahan nyeri, pasien
terlihat sudah  bisa nafas
dalam dengan benar, posisi
pasien supinasi, teraba janin
aktif di abdomen
A: Masalah nyeri akut
teratasi sebagian
P : Monitor TTV
19 November 1. Mengkaji ulang lokasi, S : Pasien mengatakan nyeri
2021, 18.00 WIB karakteristik, durasi, frekuensi perut  berkurang, skala 1 (1-
dan skala nyeri. 10) O : TD : O :,
2. Memonitor tanda-tanda vital TD : 110/80 mmHg,
(TD,  N, RR) nadi : 80 x/menit,
3. Mengatur posisi senyaman respirasi : 20 x/menit, terlihat
mungkin nafas dalam secara mandiri,
pasien terlihat rileks, pasien
posisi supinasi
A : Masalah nyeri aku
teratasi
P : Monitor TTV

DX 2
NO TANGGAL/JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
18 November 1. Mengkaji penyebab mual S : Pasien mengatakan
2021 , 10.00 WIB pasien 2. Mengobservasi mual merasakan mual
dan muntah apabila mencium bau
3. Menganjurkan makan dalam yang menyengat
porsi kecil tapi sering seperti ikan, pasien
4. Menganjurkan kepada pasien mengatakan mal
untuk memakan makanan untuk berkurang dan tidak
memakan makanan yang lunak muntah, ak  berkurang
dan tidak muntah,
akanmakan makanan
yang lunak dalam porsi
kecil tapi sering,
mengatakan makan
diet RS habis ½ porsi
O : Terlihat sedang
makan camilan
A : Masalah mual
teratasi P : Observasi
mual dan muntah
19 November 1. Mengkaji mual dan muntah S : Pasien mengatakan
2021, 08.30 WIB 2. Menganjurkan pasien makan masih sedikit mual,
sedikit-sedikit tapi sering tidak muntah, dan
3. Menganjurkan pasien menyatakan mengerti
memakan makanan yang untuk makan makanan
disukai yang disukai sedikit-
4. Mengelola pemberian sedikit tapi sering O :
suplemen dan vitamin : sulfas obat dan dosis : sulfas
ferosus 600 mg/oral , albumin ferosus 600 mg,
500 mg/oral albumin 500 mg, rute:
oral, pada  Ny. S, pukul
0  Ny. S, pukul 08.30
WIB 8.30 WIB
A : Mual teratasi
sebagian P : Monitor
mual dan muntah

DX 3
NO TANGGAL / JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
17 November 1. Mengobservasi suhu aksila S : Keluarga pasien
2021 , 11.00 WIB dan tanda gejala infeksi mengatakan suhu tubuh
2. Mencuci tangan sebelum pasien panas
dan sesudah kontak, batasi O : Suhu 38,5 oC
pengunjung A : Masalah : Masalah
risiko infeksi risiko
infeksi teratasi teratasi
P : Kelola pemberian
parasetamol tablet
500mg per oral
18 November 1. Mengobservasi suhu aksila S : Pasien mengatakan
2021, 08.00 WIB dan tanda gejala infeksi sudah tidak demam lagi
2. Mencuci tangan sebelum O : Suhu 36,6oC, pasien
dan sesudah kontak, batasi terpasang infus RL di
pengunjung tangan kanan sejak
3. Memberikan injeksi tanggal 17  November
cefotaxim 1gram per IV 2014 ko  November
2014 kondisi bersih
tidak ndisi bersih tidak
terlihat tanda flebitis dan
infeksi,cefotaxim
cefotaxim 1 gram masuk
per IV
A : Masalah : Masalah
risiko infeksi risiko
infeksi teratasi teratasi
P : Kelola pemberian
cefotaxim 1 gram/12 jam
per IV
19 November 1. Mengobservasi suhu aksila S : Pasien mengatakan
2021, 09.00 WIB dan tanda gejala infeksi masih flek-flek,  pasien
2. Mencuci tangan sebelum mengatakan sudah
dan sesudah kontak, batasi banyak minum sehari
pengunjung kurang lebih 2 botol
3. Menganjurkan pasien aqua, keluarga dan
banyak minum : 2 liter per hari pasien mengatakan
4. Memberiahu Memberiahu sudah  paham
keluarga keluarga dan  pasien mengenai tanda dan
mengenai tanda dan gejala gejala infeksi.
infeksi dan cara mencegahnya O:
5. Mengelola pemberian S : 37oC,
antibiotik inj cefotaxim 1gr/12 TD : 110/70 mmHg,
jam N : 78 x/menit,
RR : 22 x/menit, injeksi
cefotaxim sudah masuk
melalui IV
A : Risiko infeksi teratasi
P : Kelola pemberian
cefotaxim 1gram/12jam
per IV
1. Mengobservasi suhu aksila S:-
dan tanda gejala infeksi O : Suhu 36,2oC, pasien
2. Mencuci tangan sebelum terpasang infus RL di
dan sesudah kontak, batasi tangan kanan sejak
pengunjung tanggal 17  November
3. Memberikan injeksi 2014 ko  November
cefotaxim 1 gram per IV 2014 kondisi bersih
tidak ndisi bersih tidak
terlihat tanda flebitis dan
infeksi, cefotaxim 1
gram masuk per IV
A : Masalah : Masalah
risiko infeksi risiko
infeksi teratasi teratasi
P : Kelola pemberian
cefotaxim 1 gram/12 jam
per IV

DX 4
NO HARI/ TANGGAL IMPLEMENTASI EVALUASI
17 November 1. Memonitor perdarahan S : Pasien mengatakan
2021, 14.30 WIB pervaginam masih keluar darah dari
2. Mengkaji jumlah darah yang jalan lahir, darah
hilang. Memantau tanda dan berwarna merah segar,
gejala syok hipovolemi pasien mengatakan
3. Memonitor bunyi jantung akan sering miring ke
janin 4. Menganjurkan pasien kiri dan membatasi
istirahat dan bedrest pergerakan
5. Menganjurkan pasien agar O : DJJ : 152 x/menit,
miring ke kiri pasien bedrest
6. Menganjurkan pasien untuk A : Masalah risiko tinggi
membatasi pergerakan cedera (janin) teratasi
P : Monitor perdarahan
pervaginam
19 November 1. Memonitor perdarahan S : Pasien mengatakan
2021, 20.15 WIB pervaginam perdarahan  berkurang,
2. Mengkaji jumlah darah yang tinggal flek, pasien
hilang. Memantau tanda dan mengatakan akan sering
gejala syok hipovolemi miring ke kiri dan
3. Memonitor bunyi jantung membatasi pergerakan
janin 4. Menganjurkan pasien O : DJJ : 149 x/menit,
istirahat dan bedrest pasien bedrest
5. Menganjurkan pasien agar A : Masalah risiko tinggi
miring ke kiri cedera (janin) teratasi
6. Menganjurkan pasien untuk P : Monitor perdarahan
membatasi pergerakan pervaginam

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah
uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Pada
keadaan kaan jalan lahir. Pada keadaan normal plasenta normal plasenta terletak di bagian
uterusnya.Seluruh plasenta biasanya terletak pada segmen atau uterus. Kadangkadang
bagian atau seluruh organ dapat melekat pada segmen bawah uterus, dimana hal ini dapat
diketahui sebagai plasenta previa. Karena segmen bawah agak merentang selama
kehamilan lanjut dan persalinan, dalam usaha mencapai dilatasi serviks dan kelahiran anak,
pemisahan plasenta dari dinding uterus sampai tingkat tertentu tidak dapat dihindarkan
sehingga terjadi pendarahan
3.2 Saran
Keadaan perdarahan sebelum persalinan merupakan keadaan yang dapat berakibat
fatal jika tak mendapatkan penangan intensif, karena itu dalam hal ini para perawat
sebaiknya cermat melihat kondisi pasien misalnya pendarahan pada plasenta prefia, agar
jika terjadi keadaan darurat dapat segera tertangani

DAFTAR PUSTAKA
Cut Meurah Yeni, d. (2017). Plasenta previa totalis pada primigravida : sebuah tinjauan kasus.
Jurnal kedokteran syiah kuala, 38.

Manuaba. (2016). Ilmu kandungan dan penyakit kandungan. Jakarta: EGC.

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) : Definisi dan Indikator
Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) : Definisi dan Tindakan
Keperawatan ((cetakan II) 1 ed. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

Rukiyah. (2010). Asuhan kebidanan patologi edisi revisi. Jakarta: Trans info media.

septi, D. (2017). Retrieved from Scribd:

https://id.scribd.com/document/438459354/askep-plasenta-previa&ved (diakses pada 23


januari 2022 )

Anda mungkin juga menyukai