Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

OSTEOMYELITIS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Gadar / Kritis Profesi Ners yang
Diampu Oleh Ns. Anita Dwi Ariyani, M.Kep

Disusun Oleh:
Ahmad saifuddin
NIM. 2020.04.019

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
BANYUWANGI
2020
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
OSTEOMYELITIS

Disahkan pada tanggal : Oktober 2020


Di : Banyuwangi

Mahasiswa,

Ahmad saifuddin
NIM. 2020.04.019
Mengetahui,
Pembimbing Klinik, Pembimbing Institusi,

……………………….. Ns. Anita Dwi Ariyani, M. Kep.

Kepala Ruangan,

………………………..
KONSEP TEORI OSTEOMYELITIS
A. Anatomi dan Fisiologi Tulang
Rangka manusia dewasa tersusun dari tulang-tulang (sekitar 206 tulang)
yang membentuk suatu kerangka tubuh. Tulang adalah jarigan hidup dan
dapat bertumbuh, memperbaiki dirinya sendiri setelah cedera. Tulang
banyak mengandung bahan kristalin anorganik (garam-garam kalsium)
yang membuat tulang menjadi keras dan kaku, dan sepertiga dari bahan
tersebut adalah jaringan fibrosa yang membuat nya kuat dan elastis.
Anatomi tulang panjang (seperti femur) memiliki ciri-ciri berikut (Sloane,
2010 )
a. Diafisis (batang) tersusun dari tulang kompak silinder tebal yang
membungkus medula (rongga sumsum) sentral yang besar:
1) Rongga sumsum berisi sumsum tulang kuning (adiposa) atau
susmsum merah, bergantung pada usia individu.
2) Endosteum melapisi rongga sumsum, jaringan ini tersusun dari
jaringan ikat areolar vaskular.
3) Periosteum membungkus diafisis. Periosteum adalah lembaran
jaringan ikat yang terdiri dari 2 lapisan yaitu lapisan luar adalah
jaringan ikat fibrosa rapat dan lapisan dala bersifat osteogenik
(pembentukan tuang) dan terjadi dari satu lapisan tunggal
osteoblas. Fungsi periosteum adalah pertumbuha tulang dalam
ukuran lebarnya, menutrisi tulang karena periosteum sangat
tervaskularisasi dan merupakan jalur masuk pembuluh darah untuk
menembus tulang, regenerai tulang setelah terjadi fraktur, dan
sarana perlekatan untuk tendon dan ligamen.
b. Epifisis adalah ujung-ujung tulang yang membesar sehingga rongga-
rongga sumsum dengan mudah bersambungan.
1) Epifisi tersusun dari tulang cancellus internal, yang diselubungi
tulang kompak dan dibungkus kartilago artikular (kartilago hialin).
2) Kartlago artikular, yang terletak pada ujung-ujung permukaan
tulang yang berartikulasi, dilumasi dengan cairan sinovial dari
rongga persendian. Kartilago ini memungkinkan terjadinya
pergerakan sendi yang lancar.

Fungsi sitem ranga antara lain adalah (Gorlin & HM, 2013):
a. Tulang memeberikan topangan dan bentuk apda tubuh.
b. Pergerakan. Tulang berartikulasi dengan tulang lain pada sebuah
persendian dan berfungsi sebagai bengungkit. Jika otot-otot (yang
tertanam pada tulang) berkontraksi, kekeuatan yang diberikan pada
pengungkit menghasilkan gerakan.
c. Perlindungan. Sistem rangkan melindungi organ-organ lunak yang ada
dalam tubuh.
d. Pembentukan sel darah (hematopoesis). Sumsum tulang merah, yang
ditemukan pada orang dewasa dalam tulang sternum, tulang costa,
vertebra, tulang pipih pada cranium, dan pada bagian ujung tulang
panjang, meupakan tempat produksi sel darah merah, sel darah putih,
dan trombosi darah.
e. Tempat penyimpanan mineral. Matriks tulang tersusun dari sekitar
62% garam anorganik, terutama kalsium fosfat dan kalsium karbonat
dengan jumlah magnesium, klorida, florida, sitrat yang lebih sedikit.
Rangka mengandung 99% kalsium tubuh. Kalsium dan fosfor
disimpan dalam tulang agar bisa ditarik kembali dan dipaai untuk
fungsi-fungsi tubuh. Zat tersebut kemudian diganti melalui nutrisi
yang diterima.
B. Definisi
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit
disembuhkan daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan
darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan
pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan
tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan
mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas
(Brunner dan suddarth, 2001).
Osteomielitis adalah infeksi entukan involukrum (pembentukan
tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati) (Smeltzer, Suzanne
C,  2010).
Osteomielitis adalah infeksi pada tulang dan sumsum tulang yang
dapat disebabkan oleh bakteri, virus atau proses spesifik (Mansjoer, 2010)

C. Klasifikasi (JA & Sciubba, 2012)


Klasifikasi menurut kejadiannya osteomyelitis ada 2 yaitu:
a. Osteomyelitis Primer, Penyebarannya secara hematogen dimana
mikroorganisme berasal dari focus ditempat lain dan beredar melalui
sirkulasi darah.
b. Osteomyelitis Sekunder adalah Terjadi akibat penyebaran
kuman dari sekitarnya akibat dari bisul, luka fraktur dan sebagainya.
Berdasarkan lamanya infeksii, osteomielitis dapat dibagi menjadi 3antara
lain:
a. Osteomielitis akut yaitu osteomielitis yang terjadi dalam
2 minggu sejak infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul.
Osteomielitis akut ini biasanya terjadi pada anak-anak dari pada orang
dewasa dan biasanya terjadi sebagai komplikasi dari infeksi di dalam
darah. (osteomielitis hematogen). Oteomielitis dibagi menjadi 2 yaitu:
1) Osteomielitis hematogen merupakan infeksi yang penyebarannya
berasal dari darah. Osteomielitis hematogen akut biasanya
disebabkan oleh penyebaran bakteri darah dari daerah yang jauh.
Kondisi ini biasannya terjadi pada anak-anak. Lokasi yang sering
terinfeksi biasa merupakan daerah yang tumbuh dengan cepat dan
metafisis menyebabkan thrombosis dan nekrosis local serta
pertumbuhan bakteri pada tulang itu sendiri. Osteomielitis
hematogen akut mempunyai perkembangan klinis dan onset yang
lambat.
2) Osteomielitis direk disebabkan oleh kontak langsung dengan
jaringan atau bakteri akibat trauma atau pembedahan. Osteomielitis
direk adalah infeksi tulang sekunder akibat inokulasi bakteri yang
menyebabkan oleh trauma, yang menyebar dari focus infeksi atau
sepsis setelah prosedur pembedahan. Manifestasi klinis dari
osteomielitis direk lebih terlokasasi dan melibatkan banyak jenis
organisme.
b. Osteomielitis sub-akut yaitu osteomielitis yang terjadi
dalam 1-2 bulan sejak infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu
timbul.
c. Osteomielitis kronis Yaitu osteomielitis yang terjadi
dalam 2 bulan atau lebih sejak infeksi pertama atau sejak penyakit
pendahulu timbul. Osteomielitis sub-akut dan kronis biasanya terjadi
pada orang dewasa dan biasanya terjadi karena ada luka atau trauma
(osteomielitis kontangiosa), misalnya osteomielitis yang terjadi pada
tulang yang fraktur.
Berdasarkan awitannya dibagi menjadi 3 yaitu (Gorlin & HM, 2013) :
a. akut fulminan (stadium I: terjadi dalam 3 bulan),
b. awitan lambat (stadium II: terjadi dalam 4-24 bulan),
c. awitan lama (stadium III: terjadi dalam 2 tahun, memalui penyebaran
hematogen).
D. Etiologi
Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70-80% osteomielitis.
Organisme patogenik lainnya yang sering di jumpai yaitu proteus,
pseudomonas, dan escherichia coli. Infeksi dapat terjadi melalui (Gorlin &
HM, 2013) :
a. Penyebaran ematogen dari fokus infeksi di yempat lain: tonsil yang
terinfeksi, infeksi gigi, infeksi saluran napas bagian atas.
b. Penyebaran infeksi jaringan lunak: ulkus dekubitus yang terinfeksi
atau ulkus vaskular.
c. Kontaminasi langsung dengan tulang: fraktur terbuka, cedera traumatik
(luka tembak, pembedahan tulang).
Faktor risiko yang dapat menyebabkan osteomielitis antara lain (Gorlin &
HM, 2013) :
a. Nutrisi buruk
b. Lansia
c. Kegemukan
d. Diabetes melius
e. Artritis reumathid
f. Mendapatkan terapi kortikosteroid jangka panjang
g. Pernah menjalani pembedahan sendi
h. Menjalani operasi othopedi lama
i. Mengalami infeksi luka yang mengeluarkan pus
j. Mengalami infeksi insisi marginal/dehisensi luka.
Bakteri merupakan penyebab umum osteomielitis akut, namun virus,
jamur, dan mikroorganisme lain dapat berperan pula (Gorlin & HM,
2013).
E. Patofisiologi
Respons inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi,
peningkatan Vaskularisas dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombosis pada
pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dengan
nekrosis tulang sehubungan dengan peningkatan dan dapat menyebar ke
jaringan lunak atau sendi di sekitarnya, kecuali bila proses infeksi dapat
dikontrol awal, kemudian akan terbentuk abses tulang.
Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan; namun yang
lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang
terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati, namun seperti
pada rongga abses pada umumnya, jaringan tulang mati (sequestrum) tidak
mudah mencair dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan
menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak. Terjadi pertumbuhan
tulang baru (involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun
tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis yang
tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup pasien.
Dinamakan osteomielitis tipe kronik.
F. Pathway
Faktor predisposisi : usia, virulensi kuman, riwayat trauma, nutrisi, dan lokasi infeksi

Invasi mikroorganisme dari Fraktur Terbuka


tempat lain yang beredar melalui
sirkulasi darah

Invasi Kuman ke tulang Kerusakan pembulu darah


Masuk ke juksta epifisis tulang
panjang dan sendi

OSTEOMYELITIS

Fagositosis

Kerusakan jaringan tulang Proses Inflamasi: hyperemia, Peningkatan Suhu tubuh


pembengkakan, kerusakan integritas
jaringan

Infeksi berlebihan HIPERTERMI


Perubahan bentuk tulang Peningkatan jaringan tulang
dan medula

Kemampuan melakukan
pergerakan menurun Iskemia dan nekrosis tulang

RISIKO
Pembentukan abses tulang INFEKSI
GANGGUAN
MOBILITAS FISIK
Involkrum ( pertumbuhan
NYERI AKUT tulang baru), pengeluaran
pus dari luka

KERUSAKAN
INTEGRITAS
KULIT
G. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaaan yang dapat dilakukan dari perangkat diagnostik antara lain
(Gorlin & HM, 2013):
a. Scan tulang dengan menggunakan injeksi nukleotida radiokatif dapat
memperlihatkan tempat inflamasi tulang. Pencitraan resonansi
magnetik (Magnetic Resonance Imaging) dapat memungkinkan
peningkatan sensitifitas diagnostik.
b. Analisis darah dapat memperlihatkan peningkatan hitung darah
lengkap dan laju endap eritrosit, yang menunjukkan adanya infeksi
aktif yang sedang berlangsung.
H. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang terjadi pada pasien dengan isteomielitis adalah
sebagai berikut (Gorlin & HM, 2013):
a. Jika infeksi hematogen, pasien mengalami demam tinggi, pasien
menggigil, denyut nadi cepat, dan malaise umum.
b. Setelah infeksi menyebar dari rongga susmsum ke korteks tulang, akan
mengenai periosteum dan jaringan lunak. Bagian yang terinfeksi
menjadi nyeri, bengkak, dan mengalami nyeri tekan.
c. Jika infeksi terjadi akibat penyebaran infeksi di sekitarnya atau
kontaminasi langsung, tidak ada gejala septikemia. Gejalanya yaitu
daerah infeksi membengkak, hangat, nyeri, dan terjadi nyeri tekan.
d. Osteomielitis kronis ditandai oeh pus yang selalu mengalir keluar dari
sinus atau mengalami periode nyeri berulang, inflamasi,
pembengkakan, dan pengeluaran pus.

Gejala osteomielitis hematogen pada ank-anak adalah demam,


menggigil, dan keengganan menggerakkan ekstremitas tertentu. Pada
individu dewasa, gejala mungkin samar dan berupa demam, keletihan, dan
malaise.
Osteomielitis eksogen biasanya disertai cedera dan inflamasi di tempat
lesi. Terjadi demam dan pembesaran nodus limfe regional (JA & Sciubba,
2012). Tanda dan gejala dari osteomielitis akut dan kronis adalah sebagai
berikut:
A. Osteomyelitis akut (Nyeri daerah lesi, Demam, menggigil, malaise,
pembesaran kelenjar limfe regional, Sering ada riwayat infeksi
sebelumnya atau ada luka, Pembengkakan local, Kemerahan, Suhu
raba hangat, Gangguan fungsi, hasil laboratorium menunjukkan
anemia, leukositosis)
B. Osteomyelitis kronis (Ada luka, bernanah, berbau busuk, nyeri, Gejala-
gejala umum tidak ada, Gangguan fungsi kadang-kadang kontraktur,
hasil Laboratorium LED meningkat)
I. Pemeriksaan Penunjang (BW & Damm, 2012)
1. Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju
endap darah
2. Pemeriksaan titer antibody – anti staphylococcus
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan
diikuti dengan uji sensitivitas
3. Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan
infeksi oleh bakteri  salmonella
4. Pemeriksaan biopsy tulang
Merupakan proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan digunakan
untuk  serangkaian tes.
5. Pemeriksaan ultra sound
Yaitu pemeriksaan yang dapat memperlihatkan adannya efusi pada sendi
6. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan
radiologik. Setelah 2 minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang
bersifat difus dan kerusakan tulang dan pembentukan tulang yang baru.
Pemeriksaan tambahan :
1. Bone scan : dapat dilakukan pada minggu pertama
2. MRI : jika terdapat fokus gelap pada T1 dan fokus yang terang pada T2,
maka kemungkinan besar adalah osteomielitis
.
J. Penatalaksanaan
Antibiotik dapat diberikan pada individu yang mengalmi patah tulang
atau luka tusuk pada jaringan lunak yang memgelilingi suatu tulang sebelum
tanda-tanda infeksi timbul. Apabila infeksi tulang terjadi, diperlukan
antibiotik agresif (BW & Damm, 2012).
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien dengan osteomielitis
antara lain (Gorlin & HM, 2013):
a. Daerah yang terkena diimobilisasi untuk mengurangi ketidaknyaman
dan mencegah terjadinya fraktur.
b. Lakukan rendaman salin hangat selama 20 menit beberapa kali sehari
unuk mengingkatakan aliran darah.
c. Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses
infeksi.
d. Berdasarkan hasil kultur, dimulai pemberian antibiotik intravena. Jika
infeksi tampak terkontrol dapat diberikan per oral dan dilanjutkan
sampai 3 bulan
e. Pembedahan dilakukan jika tidak menujukkan respon terhadap
antibiotik
f. Lakukan irigasi dengan larutan salin fisiologis steril 7-8 hari pada
jaringan purulen dan jaringan nekrotik di angkat. Terapi antibiotik
dilanjutkan.
Pencegahan yang dapat dilakukan untuk penyakit ini antara lain (BW &
Damm, 2012) :
a. Penanganan infeksi fokal dapat menurunkan angka penyebaran
hematogen
b. Penanganan infeksi jaringan lunak dapat mengontrol erosi tulang.
c. Lingungan operasi dan teknik operasi dapat menurunkan insiden
osteomielitis
d. Pemberian antibiotik profilaksis pada pasien pembedahan
e. Teknik merawat luka aseptik pada pasca operasi

K. Komplikasi (BW & Damm, 2012)


Komplikasi osteomyelitis dapat terjadi akibat perkembangan infeksi
yang tidak terkendali dan pemberian antibiotik yang tidak dapat
mengeradikasi bakteri penyebab. Komplikasi osteomyelitis dapat mencakup
infeksi yang semakin memberat pada daerah tulang yang terkena infeksi atau
meluasnya infeksi dari fokus infeksi ke jaringan sekitar bahkan ke aliran
darah sistemik.
Secara umum komplikasi osteomyelitis adalah sebagai berikut:
1.      Abses Tulang
2.      Bakteremia
3.      Fraktur Patologis
4.      Meregangnya implan prosthetik (jika terdapat implan prosthetic)
5.      Sellulitis pada jaringan lunak sekitar.
6.      Abses otak pada osteomyelitis di daerah kranium

L. Pencegahan Osteomyelitis (BW & Damm, 2012)


1.      Berhenti merokok
Merokok dapat menyumbat arteri dan meningkatkan tekanan darah
Anda, yang keduanya buruk bagi sirkulasi Anda. Hal ini juga dapat
melemahkan sistem kekebalan tubuh. Jika Anda merokok, sangat
disarankan Anda berhenti sesegera mungkin.
2.      Diet sehat
Makanan berlemak tinggi dapat menyebabkan penumpukan
simpanan lemak di arteri Anda, dan kelebihan berat badan dapat
menyebabkan tekanan darah tinggi. Untuk meningkatkan sirkulasi Anda,
diet tinggi serat rendah lemak dianjurkan, termasuk banyak buah segar dan
sayuran (setidaknya lima porsi sehari) dan biji-bijian.
3.      Mengelola berat badan Anda
Jika Anda kelebihan berat badan atau obesitas, cobalah untuk
menurunkan berat badan dan kemudian mempertahankan berat badan yang
sehat dengan menggunakan kombinasi dari diet kalori terkontrol dan
olahraga teratur.
4.      Mengurangi alkohol
Jika Anda minum alkohol, jangan melebihi batas harian yang
direkomendasikan,tiga sampai empat unit per hari untuk pria 2-3 unit
sehari untuk wanita .Sebuah unit alkohol kira-kira setengah pint bir yang
normal-kekuatan, segelas kecil anggur atau ukuran tunggal (25ml) roh.
Secara teratur melebihi batas alkohol yang direkomendasikan akan
meningkatkan baik tekanan darah dan kadar kolesterol, yang akan
membuat sirkulasi Anda buruk.
5.      Olahraga teratur
Olahraga teratur akan menurunkan tekanan darah Anda, membuat
jantung dan sistem peredaran darah lebih efisien dan dapat membantu
meningkatkan sistem kekebalan tubuh lemah. Sebagai contoh, Anda bisa
melakukan lima sampai 10 menit latihan ringan sehari sebelum secara
bertahap meningkatkan durasi dan intensitas aktivitas Anda sebagai
kebugaran Anda mulai.
KONSEP ASKEP OSTEOMYELITIS

A. PENGKAJIAN
a. Identitas klien
1. Identitas

Meliputi: Nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang


digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asusransi,
golongan darah, nomor register, tanggal masuk rumahsakit, dan
diagnosa medis. Pada umumnya, keluhan utama pada kasus
osteomelitis adalah nyeri hebat pada sendi terkait.
Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang nyeri klien,
perawat dapat menggunakan metode PQRST :
a. Provoking incident: hal yang menjadi faktor presipitasi nyeri
adalah proses supurasi pada bagian tulang. Trauma, hematoma
akibat trauma pada daerah metafisis, merupakan salah satu faktor
predis posisi terjadinya osteomielitis hematogen akut.
b. Quality of pain: rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien
bersifak menusuk
c. Region, radiation, relief: nyeri dapat reda dengan imobilisasi atau
istirahat, nyeri tidak menjalar atau menyebar
d. Severity (scale) of pain: nyeri yang dirasakan klien secara subjektif
anatara 2-3 pada rentang skala pengukuran 0-4

e. Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah


buruk pada malam hari atau siang hari

b. Keluhan utama
Pada umumnya, keluhan utama pada kasus osteomelitis adalah
nyeri hebat pada sendi terkait.
Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang nyeri klien,
perawat dapat menggunakan metode PQRST :
f. Provoking incident: hal yang menjadi faktor presipitasi nyeri
adalah proses supurasi pada bagian tulang. Trauma, hematoma
akibat trauma pada daerah metafisis, merupakan salah satu faktor
predis posisi terjadinya osteomielitis hematogen akut.
g. Quality of pain: rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien
bersifak menusuk
h. Region, radiation, relief: nyeri dapat reda dengan imobilisasi atau
istirahat, nyeri tidak menjalar atau menyebar
i. Severity (scale) of pain: nyeri yang dirasakan klien secara subjektif
anatara 2-3 pada rentang skala pengukuran 0-4
j. Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah
buruk pada malam hari atau siang hari

c. Riwayat penyakit sekarang


Biasanya klien datang kerumah sakit dengan keluhan awitan gejala akut
(misalnya : nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam) atau kambuhan
keluarnya pus dari sinus disertai nyeri, pembengkakan dan demam
sedang..

d. Riwayat Kesehatan Keluarga


Kaji apakah keluarga klien memiliki penyakit keturunan, namun biasanya
tidak ada penyakit Osteomielitis yang diturunkan
e. Pola Fungsi Kesehatan
 Persepsi dan Manajemen Kesehatan: Klien biasanya tidak mengerti
bahwa penyakit yang ia diderita adalah penyakit yang berbahaya.
Perawat perlu mengkaji bagaimana klien memandang penyakit yang
dideritanya, apakah klien tau apa penyebab penyakitnya sekarang.
 Nutrisi – Metabolik: Biasanya pada pasien mengalami penurunan nafsu
makan karena demam yang ia diderita.
 Eliminasi: Biasanya pasien mengalami gangguan dalam eliminasi
karena pasien mengalami penurunan nafsu makan akibat demam.
 Aktivitas – Latihan: Biasaya pada pasien Osteomietis mengalami
penurunan aktivitas karena rasa nyeri yang ia rasakan
 Istirahat – Tidur: Pasien biasanya diduga akan mengalami susah tidur
karena rasa nyeri yang ia rasakan pada tulangnya.
 Kognitif – Persepsi: Biasanya klien tidak mengalami gangguan dengan
kognitif dan persepsinya.
 Persepsi Diri – Konsep Diri: Biasanya pasien memiliki perilaku
menarik diri, mengingkari, depresi, ekspresi takut, perilaku marah,
postur tubuh mengelak, menangis, kontak mata kurang, gagal menepati
janji atau banyak janji.
 Peran – Hubungan: Biasanya pasien mengalami depresi dikarenakan
penyakit yang dialaminya. Serta adanya tekanan yang datang dari
lingkungannya. Dan klien juga tidak dapat melakukan perannya dengan
baik.
 Seksual – Reproduksi: Biasanya pasien tidak mengalami gangguan
dalam masalah seksual.
 Koping – Toleransi Stress: Biasanya pasien mengalami stress ysng
berat karena kondisinya saat itu.

 Nilai Kepercayaan: Pola keyakinan perlu dikaji oleh perawat terhadap


klien agar kebutuhan spiritual klien data dipenuhi selama proses
perawatan klien di RS. Kaji apakah ada pantangan agama dalam proses
pengobatan klien. Klien biasanya mengalami gangguan dalam
beribadah karena nyeri yang ia rasakan
f. Pemeriksaan Fisik
1. B1 (Breathing) : pada inspeksi, didapatkan bahwa klien osteomielitis
tidak mengalami kelainan pernapasan. Pada palpasi toraks, ditemukan
taktil fremitus seimbang kanan dan kiri. Pada auskultasi, tidak
didapatkan suara napas tambahan.
2. B2 (Blood) : pada inspeksi, tidak tampak iktus jantung. Palpasi
menunjukkan nadi meningkat, iktus tidak teraba. Pada auskultasi
didapatkan suara S1 dan S2 tunggal, tidak ada murmur.
3. B3 (Brain) : Tingkat kesadaran biasanya compos mentis.
a). Kepala : tidak ada gangguan (normosefalik, simetris, tidak ada
penonjolan, tidak ada sakit kepala)
b). Leher : tidak ada gangguan (simetris, tidak ada penonjolan,
refleks menelan ada).
c) Wajah : terlihat menahan sakit, tidak ada perubahan fungsi atau
bentuk.
d) Mata : tidak ada gangguan, seperti konjungtiva tidak anemis
(pada klien patah tulang tertutup karena tidak terjadi
perdarahan). Klien osteomielitis yang disertai adanya
malnutrisi lama biasanya mengalami konjungtiva anemis.
e) Telinga : tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal.
tidak ada lesi atau nyeri tekan.
f) Mulut dan faring : tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi
perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.

4. B4 (Bladder): pengkajian keadaan urine meliputi, warna, jumlah,


karakteristik,dan berat jenis. Biasanya osteomielitis tidak mengalami
kelainan pada system ini.
5. B5 (Bowel) : inspeksi abdomen, bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.
Palpasi, turgor baik, hepar tidak teraba. Perkusi, suara timpani, ada
pantulan gelombang cairan. Auskultasi, peristaltik usus normal
(20x/menit). Inguinal-genitalia-anus : tidak ada hernia, tidak ada
pembesaran limfe, tidak ada kesulitan defekasi. Pola nutrisi dan
Metabolisme: klien osteomelitis harus mengonsumsi nutrisi melebihi
kebutuhan sehari-hari, sperti kalsium, zat besi, protein, vitamin C, dan
lainnya untuk membantu proses penyembuhan infeksi tulang. Evaluasi
terhadap nutrisi klien dapat membantu menentukan penyebab masalah
musculoskeletal dan mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak
adekuat, terutama kalsium dan protein. Masalah nyeri pada osteomelitis
menyebabkan klien kadang mual atau muntah sehingga pemenuhan
nutrisi berkurang. Pola eliminasi: tidak ada gangguan eliminasi, tetapi
tetap perlu dikaji frekuensi, konsistensi, warna, serta bau fases. Pada
pola berkemih, dikaji frekuensi, kepekatan, warna, bau, dan jumalah
urine.
6. B6 (Bone) : Adanya osteomelitis hematogen akut akan ditemukan
gangguan pergerakan sendi karena pembekakan sendi akan menggangu
fungsi motorik klien. Kerusakan integritas jaringan pada kulit karena
adanya luka disertai dengan pengeluaran pus atau cairan bening berbau
khas.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisiologis ( inflamasi/ pembengkakan).
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan
dengan nyeri
3.  Gangguan intergritas kulit berhubungan
dengan perubahan pigmentasi
4.  Resiko infeksi.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
(PPNI, 2018b)
No. Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
(SLKI) (SIKI)
1. Setelah dilakukan tindakan Tingkat nyeri (L. 08066) Manajemen nyeri (I. 08238)
asuhan keperawatan selama 1. Keluhan nyeri 1. Ob
2x24 jam, diharapkan Tingkat menurun (Skala 5) servasi
nyeri pada pasien dapat 2. Sikap protektif a. Identifikasi lokasi, karakteristik,
menurun. menurun(Skala 5) durasi, kualitas, intensitas nyeri.
3. Gelisah menurun b. Identifikasi skala nyeri
(Skala 5) c. Identifikasi faktor yang
4. Kesulitan tidur memperberat dan memperingan
menurun (Skala 5) nyeri
d. Monitor efek samping penggunaan
analgesik.
e. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan.
2. Ter
apeutik
a. Fasilitasi Istirahat dan tidur.
b. Berikan teknik non-farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri.
c. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri.
3. Ed
ukasi
a. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
b. Jelaskan strategi meredakan nyeri
c. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri.
2. Setelah dilakukan tindakan Mobilitas Fisik (L.05042) Dukungan mobilisasi (I. 05173)
asuhan keperawatan selama 1. pergerakan ekstremitas meningkat ( skala 5) 1. Observasi
2x24 jam, diharapkan 2. Kekuatan otot meningkat (Skala 5) a. Identifikasi adanya nyeri atau
mobilitas fisik pada pasien 4. Rentang gerak keluhan fisik lainya
meningkat. ( ROM ) meningkat (Skala 5) b. Identifikasi toleransi fisik
melakukan pergerakan.
2. Terapeutik
a. Fasilitasi aktivitas mobilisasi
dengan alat bantu.
b. Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
melakukan pergerakan.
c. Fasilitasi melakukan pergerakan.
3. Edukasi
a. Anjurkan melakukan mobilisasi
dini
b. Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi.
3. Setelah dilakukan tindakan Integritas Kulit dan jaringan (L. 14125) Perawatan Integritas Kulit (I. 11353)
asuhan keperawatan selama Kerusakan lapisan kulit menurun(Skala 5) 1. Observasi
2x24 jam, diharapkan Kerusakan jaringan menurun (Skala 5) a. Identifikasi penyebab gangguan
integritas kulit dan jaringan integritas kulit.
meningkat. 2. Terapeutik
a. Ubah posisi setiap 2 jam jika tirah
baring.
b. Hindari produk berbahan dasar
alcohol pada kulit kering
c. Lakukan pemijatan pada area
penonjolan tulang, jika perlu.
3. Edukasi
a. Anjurkan menggunakan
pelembab.
b. Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi.
c. Anjurkan menghindari terpapar
suhu extreme
d. Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun secukupnya.
4. Setelah dilakukan tindakan Tingkat infeksi (L. 14137) Pencegahan Infeksi (I. 14539)
asuhan keperawatan selama 1. Demam menurun (Skala 5) 1. Observasi
2x24 jam, diharapkan resiko 2. Kemerahan menurun (Skala 5) a. Monitor tanda dan gejala infeksi
infeksi menurun. 3. Nyeri menurun ( Skala 5) lokal dan sistemik
4. Bengkak menurun (Skala 5) 2. Terapeutik
(PPNI, 2018c) a. Berikan perawatan kulit pada area
edema
b. Cuci tangan sebelum kontak dan
sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
3. Edukasi
a. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
b. Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
c. Ajarkan cara memeriksa kondisi
luka atau luka operasi.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth, 2001. Buku Ajar Keperawatan-Medikal Bedah, Edisi 8


Volume 3, EGC : Jakarta.

Brunner & Suddarh. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Edisi 8.


Volume 3. Jakarta: EGC Kedokteran

Mansjoer, Arif, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculaapius FKUI :


Jakarta.

Muttaqin, Arif. 2008. Buku ajar asuhan keperawatan klien gangguan system
muskuloskletal. Jakarta: EGC

NANDA, 2005. Diagnosa Keperawatan: Defini & Klasifikasi 2005-2006.


NANDA International : Philadelphia.

PPNI. (2018a). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (Edisi 1). Dewan


Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI. (2018b). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (Edisi 1). Dewan


Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI. (2018c). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (Edisi 1). Dewan


Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Smeltzer , Suzanne C, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. EGC :


Jakarta.

Yatim, Faisal, 2006. PENYAKIT TULANG & PERSENDIAN. Pustaka Populer


Obor : Jakarta

BW, N., & Damm. (2012). Osteomyelitis kronis mandibula pada anak-anak.
junal pdgi.

Gorlin, & HM, G. (2013). Osteomyelitis kronis mandibula pada anak-anak.


jurnal pdgi.

JA, R., & Sciubba. (2012). Osteomyelitis kronis mandibula pada anak-anak.
jurnal pdgi.

Anda mungkin juga menyukai