OSTEOMYELITIS
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Gadar / Kritis Profesi Ners yang
Diampu Oleh Ns. Anita Dwi Ariyani, M.Kep
Disusun Oleh:
Ahmad saifuddin
NIM. 2020.04.019
Mahasiswa,
Ahmad saifuddin
NIM. 2020.04.019
Mengetahui,
Pembimbing Klinik, Pembimbing Institusi,
Kepala Ruangan,
………………………..
KONSEP TEORI OSTEOMYELITIS
A. Anatomi dan Fisiologi Tulang
Rangka manusia dewasa tersusun dari tulang-tulang (sekitar 206 tulang)
yang membentuk suatu kerangka tubuh. Tulang adalah jarigan hidup dan
dapat bertumbuh, memperbaiki dirinya sendiri setelah cedera. Tulang
banyak mengandung bahan kristalin anorganik (garam-garam kalsium)
yang membuat tulang menjadi keras dan kaku, dan sepertiga dari bahan
tersebut adalah jaringan fibrosa yang membuat nya kuat dan elastis.
Anatomi tulang panjang (seperti femur) memiliki ciri-ciri berikut (Sloane,
2010 )
a. Diafisis (batang) tersusun dari tulang kompak silinder tebal yang
membungkus medula (rongga sumsum) sentral yang besar:
1) Rongga sumsum berisi sumsum tulang kuning (adiposa) atau
susmsum merah, bergantung pada usia individu.
2) Endosteum melapisi rongga sumsum, jaringan ini tersusun dari
jaringan ikat areolar vaskular.
3) Periosteum membungkus diafisis. Periosteum adalah lembaran
jaringan ikat yang terdiri dari 2 lapisan yaitu lapisan luar adalah
jaringan ikat fibrosa rapat dan lapisan dala bersifat osteogenik
(pembentukan tuang) dan terjadi dari satu lapisan tunggal
osteoblas. Fungsi periosteum adalah pertumbuha tulang dalam
ukuran lebarnya, menutrisi tulang karena periosteum sangat
tervaskularisasi dan merupakan jalur masuk pembuluh darah untuk
menembus tulang, regenerai tulang setelah terjadi fraktur, dan
sarana perlekatan untuk tendon dan ligamen.
b. Epifisis adalah ujung-ujung tulang yang membesar sehingga rongga-
rongga sumsum dengan mudah bersambungan.
1) Epifisi tersusun dari tulang cancellus internal, yang diselubungi
tulang kompak dan dibungkus kartilago artikular (kartilago hialin).
2) Kartlago artikular, yang terletak pada ujung-ujung permukaan
tulang yang berartikulasi, dilumasi dengan cairan sinovial dari
rongga persendian. Kartilago ini memungkinkan terjadinya
pergerakan sendi yang lancar.
Fungsi sitem ranga antara lain adalah (Gorlin & HM, 2013):
a. Tulang memeberikan topangan dan bentuk apda tubuh.
b. Pergerakan. Tulang berartikulasi dengan tulang lain pada sebuah
persendian dan berfungsi sebagai bengungkit. Jika otot-otot (yang
tertanam pada tulang) berkontraksi, kekeuatan yang diberikan pada
pengungkit menghasilkan gerakan.
c. Perlindungan. Sistem rangkan melindungi organ-organ lunak yang ada
dalam tubuh.
d. Pembentukan sel darah (hematopoesis). Sumsum tulang merah, yang
ditemukan pada orang dewasa dalam tulang sternum, tulang costa,
vertebra, tulang pipih pada cranium, dan pada bagian ujung tulang
panjang, meupakan tempat produksi sel darah merah, sel darah putih,
dan trombosi darah.
e. Tempat penyimpanan mineral. Matriks tulang tersusun dari sekitar
62% garam anorganik, terutama kalsium fosfat dan kalsium karbonat
dengan jumlah magnesium, klorida, florida, sitrat yang lebih sedikit.
Rangka mengandung 99% kalsium tubuh. Kalsium dan fosfor
disimpan dalam tulang agar bisa ditarik kembali dan dipaai untuk
fungsi-fungsi tubuh. Zat tersebut kemudian diganti melalui nutrisi
yang diterima.
B. Definisi
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit
disembuhkan daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan
darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan
pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan
tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan
mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas
(Brunner dan suddarth, 2001).
Osteomielitis adalah infeksi entukan involukrum (pembentukan
tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati) (Smeltzer, Suzanne
C, 2010).
Osteomielitis adalah infeksi pada tulang dan sumsum tulang yang
dapat disebabkan oleh bakteri, virus atau proses spesifik (Mansjoer, 2010)
OSTEOMYELITIS
Fagositosis
Kemampuan melakukan
pergerakan menurun Iskemia dan nekrosis tulang
RISIKO
Pembentukan abses tulang INFEKSI
GANGGUAN
MOBILITAS FISIK
Involkrum ( pertumbuhan
NYERI AKUT tulang baru), pengeluaran
pus dari luka
KERUSAKAN
INTEGRITAS
KULIT
G. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaaan yang dapat dilakukan dari perangkat diagnostik antara lain
(Gorlin & HM, 2013):
a. Scan tulang dengan menggunakan injeksi nukleotida radiokatif dapat
memperlihatkan tempat inflamasi tulang. Pencitraan resonansi
magnetik (Magnetic Resonance Imaging) dapat memungkinkan
peningkatan sensitifitas diagnostik.
b. Analisis darah dapat memperlihatkan peningkatan hitung darah
lengkap dan laju endap eritrosit, yang menunjukkan adanya infeksi
aktif yang sedang berlangsung.
H. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang terjadi pada pasien dengan isteomielitis adalah
sebagai berikut (Gorlin & HM, 2013):
a. Jika infeksi hematogen, pasien mengalami demam tinggi, pasien
menggigil, denyut nadi cepat, dan malaise umum.
b. Setelah infeksi menyebar dari rongga susmsum ke korteks tulang, akan
mengenai periosteum dan jaringan lunak. Bagian yang terinfeksi
menjadi nyeri, bengkak, dan mengalami nyeri tekan.
c. Jika infeksi terjadi akibat penyebaran infeksi di sekitarnya atau
kontaminasi langsung, tidak ada gejala septikemia. Gejalanya yaitu
daerah infeksi membengkak, hangat, nyeri, dan terjadi nyeri tekan.
d. Osteomielitis kronis ditandai oeh pus yang selalu mengalir keluar dari
sinus atau mengalami periode nyeri berulang, inflamasi,
pembengkakan, dan pengeluaran pus.
A. PENGKAJIAN
a. Identitas klien
1. Identitas
b. Keluhan utama
Pada umumnya, keluhan utama pada kasus osteomelitis adalah
nyeri hebat pada sendi terkait.
Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang nyeri klien,
perawat dapat menggunakan metode PQRST :
f. Provoking incident: hal yang menjadi faktor presipitasi nyeri
adalah proses supurasi pada bagian tulang. Trauma, hematoma
akibat trauma pada daerah metafisis, merupakan salah satu faktor
predis posisi terjadinya osteomielitis hematogen akut.
g. Quality of pain: rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien
bersifak menusuk
h. Region, radiation, relief: nyeri dapat reda dengan imobilisasi atau
istirahat, nyeri tidak menjalar atau menyebar
i. Severity (scale) of pain: nyeri yang dirasakan klien secara subjektif
anatara 2-3 pada rentang skala pengukuran 0-4
j. Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah
buruk pada malam hari atau siang hari
Muttaqin, Arif. 2008. Buku ajar asuhan keperawatan klien gangguan system
muskuloskletal. Jakarta: EGC
BW, N., & Damm. (2012). Osteomyelitis kronis mandibula pada anak-anak.
junal pdgi.
JA, R., & Sciubba. (2012). Osteomyelitis kronis mandibula pada anak-anak.
jurnal pdgi.