Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN

BAB 20
PERCABOAN BUNUH DIRI

Tujuan Instruksional Khusus


1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian bunuh diri
2. Mahasiswa mampu menyebutkan jenis bunuh diri
3. Mahasiswa mampu membedakan rentang respon tingkah laku bunuh diri
4. Mahasiswa mampu mengelola asuhan keperawatan dengan bunuh diri

A. Pengertian
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan ( Wilson dan Kneisi, 1988). Bunuh diri merupakan
kedaruratan psikiatri karena klien berada dalam keadaan stres yang tinggi dan
menggunakan koping maladaptif.
Bunuh diri merupakan tindakan merusak integritas diri atau mengakhiri
kehidupan. Situasi gawat pada bunuh diri adalah saat ide bunuh diri timbul secara
berulang tanpa rencana spesifik untuk bunuh diri. Tingkah laku bunuh diri
disebabkan oleh beberapa factor : kegagalan beradaptasi ; perasaan teresolasi akibat
kehilangan hubungan interpersonal atau gagal melakukan hubungan berarti ; perasaan
marah atau permusuhan ; cara untuk mengakhiri keputusasaan dan tangisan minta
tolong.
A. Tingkah laku bunuh diri
Rentang sahat-sakit dapat dipakai untuk menggambarkan respons adaptif
sampai respons maladaptive pada bunuh diri

Adaptif Maladaptif

Menghargai diri Berani Merusak diri Mencederai Bunuh diri


mengambil sendiri secara diri
resiko dalam tidak langsung
mengembangkan diri

Self Growth promotion Indirect self Self injury Suicide


enhancement distructive
risk taking Behavior
Buku Panduan Perawatan Kesehatan Jiwa Puskesmas Licin Page 240
Respon adaptif
1. Menghargai diri
Berusaha selalu meningkatkan kualitas diri, menyayangi kehidupan dirinya
2. Berani mengambil resiko dalam mengembangkan diri
Dalam mengembangkan dirinya mereka berani mengambil resiko
Respon maladaptive
1. Perilaku merusak diri secara tidak langsung
Aktifitas yang dapat mengancam kesejahteraan fisik dan berpotensi
mengakibatkan kematian; individu tidak menyadari, menyangkal aktifitas
berbahaya tersebut.
2. Mencederai diri diri
Tidak bermaksud untuk melakukan bunuh diri tetapi perilakunya dapat
mengancam keselamatan jiwa
3. Bunuh diri
Perilaku disengaja untuk menimbulkan kematian diri, individu sadar bahkan
menginginkan kematian
Dalam kehidupan individu selalu menghadapi masalah atau stresor. Respon
individu terhadap stresor tergantung pada kemampuan masalah yang dimiliki serta
tingkat stres yang dialami. Beck, Rowlins dan williams mengemukakan bahwa
individu berharapan. Sehingga muncul rentang respon adaptif maladaptif harapan
sampai putus harapan. Individu putus harapan menunjukkan perilaku tidak berdaya,
ragu-ragu, sedih, depresi, serta yang paling berat adalah bunuh diri.
Motivasi bunuh diri remaja menurut penelitian Tisler’s 1981 yaitu 51%
masalah dengan orang tua, 30 % masalah dengan lawan jenis, 30% masalah sekolah
dan 16 % masalah dengan saudara.
Menurut Beck, Rawllins, dan Williams (1984), mengemukakan bahwa
individu berharapan. Rentang harapan – putus harapan merupakan rentang adaptif
maladaptive

Respon adaptif Respon Maladaptif


Harapan Putus harapan

Yakin Tidak berdaya, Putus asa


Percaya Apatis
Buku Panduan Perawatan Kesehatan Jiwa Puskesmas Licin
Inspirasi
Gagal dan kehilangan
Page 241
Ragu-ragu
Tetap hati Sedih, Depresi
Bunuh diri
Menurut schneidman dan ferberow bunuh diri dapat mengandung arti : (1)
ancaman bunuh diri, (2) percobaan bunuh diri, (3) bunuh diri yang telah dilakukan,
(4) depresi dengan niat hendak bunuh diri, dan (5) melukai diri sendiri.
Emile durkheim membagi percobaan bunuh diri menjadi 3 tip, yaitu :
1. Bunuh diri egoistic (mereka tidak mampu berintegrasi dengan masyarakat)
2. Bunuh diri altruistic (bunuh diri dilakukan karena tuntutan tradisi, identifikasi
terlalu kuat, seperti harakhiri tentara jepang)
3. Bunuh diri anatomic ( hubungan individu dengan masyarakat tiba-tiba hancur)

B. Psikodinamika bunuh diri

Motivasi Niat Penjabaran Krisis bunuh Aktif


gagasan diri bunuh diri

C. Jenis Perilaku
1. Isyarat bunuh diri
Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan perilaku secara tidak langsung ingin
bunuh diri, misalnya dengan mengatakan:”tolong jaga anak-anak karena saya
akan pergi jauh!” atau “segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya”.
Pada kondisi ini klien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri
hidupnya, namun tidak disertai ancaman dan percobaan bunuh diri. Klien
umumnya mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah, sedih, marah, putus
asa, dan tidak berdaya.
2. Ancaman bunuh diri
Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan klien, berisi keinginan untuk mati
disertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan persiapan alat untuk
melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif klien telah memikirkan rencana
bunuh diri namun tidak disertai dengan percobaan bunuh diri
3. Percobaan bunuh diri

Buku Panduan Perawatan Kesehatan Jiwa Puskesmas Licin Page 242


Percobaan bunuh diri adalah tindakan klien mencederai atau melukai diri
untuk mengakhiri kehidupan. Pada kondisi ini klien aktif bunuh diri dengan
cara gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, dan menjatuhkan diri
dari tempat yang tinggi.

D. Manajemen Keperawatan
1. Pengakajian
a) Predisposisi
1) Penyebab bunuh diri pada anak
(a) Pelarian dari penganiayaan atau pemerkosaan
(b) Situasi keluarga kacau
(c) Perasaan tidak disayang atau selalu dikritik
(d) Gagal sekolah
(e) Takut atau dihina disekolah
(f) Kehilangan orang yang dicintai
(g) Dihukum orang yang dicintai

2) Penyebab bunuh diri pada remaja


(a) Hubungan interpersonal yang tidak bermakna
(b) Sulit mempertahankan hubungan interpersonal
(c) Pelarian dari penganiayaan fisik atau pemerkosaan
(d) Perasaan tidak dimengerti orang lain
(e) Kehilangan orang yang dicintai
(f) Keadaan fisik /kecacatan
(g) Masalah dengan orang tua
(h) Masalah seksual
(i) Depresi

3) Penyebab bunuh diri pada mahasiswa


(a) Self idial /idial dirinya terlalu tinggi
(b) Cemas akan tugas akademik yang banyak

Buku Panduan Perawatan Kesehatan Jiwa Puskesmas Licin Page 243


(c) Kegagalan akademik berarti kehilangan penghargaan dan kasih saying
(d) Kompetisi untuk sukses

4) Penyebab bunuh diri pada lanjut usia


(a) perubahan status dari mandiri ke ketergantungan
(b) Penyakit yang menurunkan fungsi
(c) Perasaan tidak berarti di masyarakat
(d) Kehilangan ganda (pekerjaan, pasangan, kesehatan)
(e) Sumber ekonomi yang kurang

b) Perilaku bunuh diri


1) Perilaku ketidakpatuhan
2) Perilaku mencederai diri
3) Perilaku bunuh diri

c) Mitos Bunuh diri


Pernyataan yang salah tentang bunuh diri :
a. Ancaman bunuh diri hanya cara individu untuk menarik perhatian dan
tidak perlu dianggap serius.
b. Bunuh diri tidak memberi tanda. 8 dari 10 individu memberi tanda secara
verbal sebelum bunuh diri.
c. Berbahaya membicarakan pikiran bunuh diri pada klien
d. Kecenderungan bunuh diri adalah keturunan

d) Faktor pencetus
Lima domain fakor resiko menunjang pemahaman perilaku distruktif diri
sepanjang siklus kehidupan
1. Sifat kepribadian, tiga aspek berkaitan dengan kepribadian ; rasa
permusuhan, impulsive dan depresi
2. Lingkungan psikososial, kurangnya dukungan social, perceraian, dan
kehilangan

Buku Panduan Perawatan Kesehatan Jiwa Puskesmas Licin Page 244


3. Riwayat keluarga, keluarga yang pernah melakukan rencana bunuh diri
merupakan factor resiko terjadinya perilaku distruktif
4. Factor biokimia, data menunjukkan tidak stabilnya neurotransmitter dalam
tubuh seperti serotonegik, dopamenergik, opiotergik media timbulnya
perilaku distruktif
5. Diagnostik psikiatrik, 90% orang dewasa mengakhiri hidupnya melalui
bunuh diri berkenaan dengan penyakit jiwa; gangguan afektif, skizofrenia
dan penyalahgunaan zat adiktif

e) Faktor resiko
No Faktor Resiko tinggi Resiko Rendah
1 Umur 45 tahun dan remaja 25-45 dan kurang dari
12 tahun
2 jenis Laki-laki Perempuan
3 Status perkawinan cerai, pisah, janda, Kawin
duda
4 Jabatan Profesional pekerja kasar
5 Penyakit kronik/Terminal Tidak ada yang serius
6 Gangguan mental depresi, halusinasi gangguankepribadian
7 Pemakaian obat Ketergantungan atau Tidak
/alkohol keracunan

f) Skala bunuh diri (Suicidal Intentionm rating scala )

Skore 1 : Ada ide bunuh diri, tidak ada percobaan bunuh diri, tidak
mengancam bunuh diri
Skore 2 : Memikirkan bunuh diri dengan aktif, tidak ada percobaan bunuh diri
Skore 3 : Mengancam bunuh diri, misalnya; ”tinggalkan saya sendiri atau saya
bunuh diri”
Skore 4 : Aktif mencoba bunuh diri

g) Sumber koping
Tidak ada jawaban yang pasti, perawat harus menggali sesuai dengan
system keyakinannya
Buku Panduan Perawatan Kesehatan Jiwa Puskesmas Licin Page 245
h) Mekanisme koping
1) Denial
2) Rasionalisasi
3) Intelektualisasi
4) Regresi

i) Beberapa masalah kegawat daruratan percobaan bunuh diri


1) Resiko bunuh diri
2) Koping in efektif
3) Isolasi social
4) Gangguan konsep diri; harga diri rendah
2. Diagnose
1. Ancaman bunuh diri
2. Resiko bunuh diri
3. Perencanaan
a. Ancaman/percobaan bunuh diri
1) Fokus Klien
Tujuan
a) Klien tetap dalam kondisi aman dan selamati
Rencana tindakan keperawatan
a) Lindungi klien dari percobaan bunuh diri
(1) Temani klien terus menerus sampai dia dapat pindah ke tempat
yang aman
(2) Jauhkan benda-benda yang berbahaya
(3) Monitor/periksa apakah klien benar telah minum obat
(4) Jelaskan kepada klien bahwa klien benar-benar mendapa
perlindungan
2) Fokus keluarga
Tujuan
a) Peran serta keluarga melindungi anggota keluarga mengalami
percobaan bunuh diri

Buku Panduan Perawatan Kesehatan Jiwa Puskesmas Licin Page 246


Rencana tindakan
a) Anjurkan keluarga mengawasi klien jangan sampai ditinggalkan
b) Anjurkan keluarga membantu menjauhkan benda-benda yang
berbahaya
c) Diskusikan bersama keluarga bagaimana cara agar klien tidak
sering melamun
d) Jelaskan keluarga mengenai pentingnya minum obat secara teratur

b. Resiko bunuh diri


1) Fokus Klien
Tujuan
a) Klien tetap dalam kondisi aman dan selamati
Rencana tindakan keperawatan
a) Identifikasi benda-benda yang dapat membahayakan klien
(1) lakukan kontrak perawatan (treatment)
(2) jauhkan benda-benda yang berbahaya
(3) ajarkan cara mengontrol adanya dorongan bunuh diri
(5) jelaskan kepada klien bahwa klien benar-benar mendapa
perlindungan
b) Identifikasi aspek positif klien
(1) dorong klien berfikir positif terhadap diri dan orang lain
(2) dorong klien menghargai dirinya sebagai orang yang berharga
c) Identifikasi pola koping yang dimiliki klien
(1) lakukan penilaian pola koping yang biasa dilakukan
(2) identifikasi pola koping konstruktif
(3) dorong klien memilih koping yang konstruktif
(4) anjurkan klien menerapkan koping yang konstruktif
e) Buat rencana kegiatan bersama klien
(1) identifikasi cara hidup yang realistis di masa datang

Buku Panduan Perawatan Kesehatan Jiwa Puskesmas Licin Page 247


(2) dorong klien membuat rencana dalam rangka meraih masa
depan yang realistis

2) Fokus keluarga
Tujuan
b) Peran serta keluarga melindungi anggota keluarga mengalami
percobaan bunuh diri
Rencana tindakan keperawatan
a) Diskusikan maslah klien bersama keluarga
(1) jelaskan pengertian, tanda, gejala bunuh diri
(2) jelaskan cara merawat klien bunuh diri
b) Latih keluarga cara merawat klien bunuh diri
(1) demostrasikan cara melatih klien bunuh diri
c) Bantu keluarga membuat rencana kegiatan aktifitas di rumah
(1) buat jadwal kegiatan klien yang disesuaikan dengan
kemampuan klien
(2) perjelas sumber rujukan untuk perawatan berkelanjutan
(3) sertakan jadwal minum obat secara teratur
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan disesuaikan dengan rencana tindakan/intervensi, yang perlu
mendapatkan perhatian serius adalah :
a. Menemani klien
b. Mengobservasi tingkat intensitas bunuh diri secara terus menerus
1) Gali percobaan bunuh diri sebelumnya
2) Gali ide, pikiran, rencana bunuh diri
b. Melakukan kontrak tentang penanganan bunuh diri dengan klien jika
muncul keinginan bunuh diri
c . Melindungi
Intervensi yang paling penting, tempatkan klien ditempat yang aman,
bukan isolasi, serta semua tindakan dijelaskan. Pengawasan langsung
selama 24 jam. Krisis intervensi merupakan tidakan yang tepat.

Buku Panduan Perawatan Kesehatan Jiwa Puskesmas Licin Page 248


Kecenderungan bunuh diri di masyarakat membutuhkan bantuan segera
dari pelayanan kesehatan jiwa.

d. Meningkatkan harga diri


Klien bunuh diri memiliki harga diri rendah. Bantu klien untuk
mengekspresikan perasaan positif dan negatif.
e. Beri pujian jika positif.
1) Menguatkan koping konstruktif atau sehat
2) Kaji koping yang sering digunakan klien. Arahkan ke koping yang
konstruktif.
3) Menggali perasaan
5) Menggerakkan dukungan social
f) Menyertakan klien dalam terapi aktifitas kelompok (TAK)
1) TAK Stimulasi persepsi
(a) sesi 1 : identifikasi hal positif pada diri
(b) sesi 2 : melatih positif pada diri
2) TAK sosialisasi
TAK orientasi realiatas terdiri dari 7 (tujuh) sesi, yaitu :
(a) Sesi 1 : kemampuan memperkenalkan diri
(b) Sesi 2 : kemampuan berkenalan
(c) Sesi 3 : kemampuan bercakap-cakap
(d) Sesi 4 : kemampuan bercakap-cakap topik tertentu
(e) Sesi 5 : kemampuan bercakap-cakap masalah pribadi
(f) Sesi 6 : kemampuan bekerja sama
(g) Sesi 7 : Evaluasi kemampuan sosialisasi
g) Mendiskusikan bersama keluarga dalam mencari alternative selain bunuh
diri, melalui ;
1) Pertemuan keluarga dalam bentuk kelompok kecil
2) Pertemuan keluarga dalam bentuk kelompok besar

Buku Panduan Perawatan Kesehatan Jiwa Puskesmas Licin Page 249


Pedoman pencegahan bunuh diri optimal
( Wilson dan Kneisl, 1988)
1. Perawat selalu berada di dekat klien, observasi satu persatu
2. Tidak ada pengikatan.
3. Klien tidak diperkenankan meninggalkan bangsal
4. Ijinkan menerima tamu, telepon dengan ditemani perawat
5. Teliti semua barang milik klien bersama perawat, hindarkan benda-benda
yang berbahaya; silet, tali pinggang, korek api, gelas dan sebagainya.
6. Jangan gunakan alat makan dari benda keras seperti piring usahakan dari
plastik
7. Sebelum melakukan pedoman ini, jelaskan terlebih dahulu dilakukan ini
8. Jangan dihentikan sebelum ada keputusan bersama dengan psikiater

Pedoman Dasar Pencegahan Bunuh Diri


( Wilson dan Kneisl, 1988)
1. Klien tetap berada di kamarnya dengan pintu terbuka.
2. Monitor setiap 15 menit tentang keamanannya dimana saja klien berada
3. Perawat berada didekat klien saat minum obat
4. Ijinkan menerima tamu, telepun, dan menulis surat.
5. Teliti semua barang milik klien bersama perawat, hindarkan benda-benda
yang berbahaya; silet, tali pinggang, korek api, gelas dan sebagainya.
6. Teliti semua pengunjung, tidak meninggalkan benda berbahaya
7. Sebelum melakukan pedoman ini, jelaskan terlebih dahulu dilakukan ini
8. Jangan dihentikan sebelum ada keputusan bersama dengan psikiater

Buku Panduan Perawatan Kesehatan Jiwa Puskesmas Licin Page 250


Pedoman Observasi Resiko Bunuh Diri
Observasi rencana bunuh diri saat ini 30’ / 15’ / 10 – 5’
Jumlah hari perawatan ……………
( Ada / Tidak ada )
Tidak perlu Observasi setiap Observasi setiap Observasi setiap
observasi 30’ 15’ 10’ – 5’
melekat
Tidak ada ide bunuh Verbalisasi bunuh diri Verbalisasi ide bunuh Perubahan perilaku
diri secara verbal diri dan perencanaan yang cepat : tiba-tiba
hiperaktif
Verbal sesuai dengan Tidak ada rencana Tidak ada dukungan Tidak dapat menyetujui
perilaku untuk tidak bunuh diri
100 % mengikuti Tidak ada keinginan Kurang mengikuti Melakukan usaha
program pengobatan bunuh diri program pengobatan bunuh diri
Mengetahui ada Sedikit menarik diri Frustasi diungkapkan
sumber dukungan di dengan subjektif dan
masyarakat objektif
Ada percobaan bunuh Marah
diri yang lalu
Alam perasaan labil
Diam
Menghindar dari staf
Gangguan orientasi
realita
Hiperaktif
Kurang mampu
memecahkan masalah
Sumber : Bydlon – Brown dan Billman (1988).

Buku Panduan Perawatan Kesehatan Jiwa Puskesmas Licin Page 251


5. Evaluasi
a. Evaluasi Subyektif
1) Klien merasa aman dan nyaman dalam menjalani perawatan
2) Klien secara bertahap dapat menerima dirinya
b. Evaluasi Objektif
2) Klien berubah perilakunya, tidak tampak depresi
3) Klien dapat memulai percakapan
4) Klien dapat melakukan komunikasi non verbal; kantak mata, sentuhan
5) Klien mampu mengambil keputusan
6) Klien mampu menggunakan sumber koping yang adekuat
7) Klien mendapat dukungan dari keluarga
c. Tindak lanjut
1) Klien dapat menyesuaikan dengan lingkungannya
2) Klien mengikuti program perawatan sampai tuntas
3) Keluarga menciptakan lingkungan yang kondusif
4) Keluarga dan klien menjalani pemeriksaan ulang/kontrol berobat secara
bertahap.

REFERENSI
Carpenito, L.J. (1998). Buku saku Diagnosa Keperawatan, Asih, Y. (alih bahasa),
EGC, Jakarta.

Keliat, B.A, Sinaga, C.T. (1991). Tingkah laku Bunuh Diri, ECG, Jakarta

Keliat, B.A., Herawati, N., Panjaitan, R.U. & Helena, N. (1999). Proses
Keperawatan Kesehatan Jiwa, ECG, Jakarta

Kaplan, H.I., Sadock, B.J. & Grebb (1996). Sinopsis Psikiatri, Kusuma, W (alih
bahasa), Binarupa aksara, Jakarta.

Buku Panduan Perawatan Kesehatan Jiwa Puskesmas Licin Page 252


Stuart, G.W., Sundeen, S.J. (1998). Buku saku Keperawatan Jiwa, Hamid, A.Y. (alih
bahasa), ECG, Jakarta

Stuart, G.W. & Laraia, M.T. (1996). Principle and Practise of psychiatric Nursing, 6
th, Mosby, St. Louis.

Townsend, M.C. (1998). Buku saku Diagnose Keperawatan Psikiatri, Daulima,


N.H.C (alih bahasa) ECG, Jakarta

Varcarolis, E.M. (1990). Foudation of Psychiatric Mental Helath Nursing, W.B.


Souders Company.

Buku Panduan Perawatan Kesehatan Jiwa Puskesmas Licin Page 253

Anda mungkin juga menyukai