OLEH :
Ahmad Saifuddin
2020.04.019
BANYUWANGI
2021
STUDI KASUS
TAHUN 2021
OLEH :
Ahmad Saifuddin
2020.04.019
BANYUWANGI
2021
ii
LEMBAR PENGESAHAN
STUDI KASUS
TAHUN
2021
Susunan Penguji :
NIK.06.013.0907
iii
STUDI KASUS
TAHUN 2021
Telah disetujui oleh pembimbing Institusi dan pembimbing Klinik Ujian akan
Susunan Penguji
NIK.06.013.0907
iv
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat
rahmat dan bimbingan Nya saya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”
perinatologi RSUD Genteng Banyuwangi Tahun 2021” ini merupakan salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Ners pada program studi Profesi Keperawatan
STIKes Banyuwangi.
Banyuwangi.
Banyawangi, Bapak Erik Toga , M.Kes selaku Waka 2 bidang sarana dan
3. Ibu Ns.Essy Sonontiko Sayekti, S.Kep dan Dosen program profesi ners
v
4. Ibu Ns. Atik Pramesti W, M.Kep selaku Preseptor Institusi yang telah
5. Kepada kedua orang tua saya dan keluarga saya yang telah memberikan
6. Kepada teman – teman tercinta dan seperjuangan profesi ners 2021 yang telah
Dengan demikian semoga Allah SWT membalas budi baik pihak yang
karya tulis ilmiah ini, saya penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini jauh
dari sempurna, tetapi saya berharap karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi
Penulis
vi
DAFTAR ISI
vi
BAB 3 TINJAUAN KASUS.............................................................................
3.1 Asuhan Keperawatan Perinatologi..................................................
3.1.1 Pengkajian.............................................................................
3.1.2 Diagnosa Keperawatan.........................................................
3.1.3 Intervensi Keperawatan........................................................
3.1.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan.............................
BAB 4 PEMBAHASAN....................................................................................
4.1 Pengkajian.......................................................................................
4.2 Diagnosa.........................................................................................
4.3 Intervensi.........................................................................................
4.4 Implementasi...................................................................................
4.5 Evaluasi...........................................................................................
BAB 5 PENUTUP..............................................................................................
5.1 Kesimpulan.....................................................................................
5.2 Saran...............................................................................................
Daftar Pustaka ....................................................................................................
Lampiran
vii
BAB 1
PENDAHULUAN
tidak wajar, berbeda halnya dengan bayi yang normal. Bayi yang normal
saat dilahirkan biasanya aktif dan segera setelah tali pusat dijepit bayi
pada frekuensi 120 sampai 140 per menit dan sianosis sentral menghilang
mendefinisikan BBLR sebagai bayi yang lahir dengan berat ≤ 2500 gr.
2499 gram), BBLSR (1000- 1499 gram), BBLR (< 1000 gram). WHO
lebih besar untuk mengalami morbiditas dan mortalitas daripada bayi lahir
1
WHO dan UNICEF (2013) menyatakan bahwa terjadi peningkatan
kejadian BBLR (periode 2009-2013) dari 15,5% menjadi 16% dan sebesar
data dari World Health Rangkings tahun 2014 dari 172 negara di dunia,
sebesar 15,5 per 100 kelahiran hidup atau 675.700 kasus prematur dalam 1
BBLR yang cukup tinggi yaitu sebesar 10,1% (kementrian kesehatan RI,
Secara global terdapat 4 juta bayi (33%) yang lahir mati dalam usia 0
sampai dengan 7 hari (perinatal), dan terdapat 4 juta bayi (33%) yang lahir
mati dalam usia 0 sampai dengan 28 hari (neonatal). Dari 120 juta bayi
yang dilahirkan, terdapat 3,6 juta bayi (3%) yang mengalami asfiksia, dan
indonesia (SDKI) jumlah bayi lahir tahun 2013 yakni sebanyak 34.000
bayi dan yang mengalami asfiksia sebanyak 4728 bayi (47%) (Depkes,
2
asfiksia sedang sebanyak 20 (19.80%) dan asfiksia berat 3 (2.98% )
(Kemenkes, 2019). Data dari jawa timur tentang kematian neonatal tahun
kasus sedangkan data bayi yang mengalami asfiksia pada tahun 2020
yang mengalami asfiksia berat sebanyak 6 kasus dan bayi yang mengalami
memiliki berat badannya kurang dari 2500 gram. Keadaan BBLR ini akan
BBLR adalah keadaan ibu hamil yang memiliki masalah dalam kehamilan.
RI, 2015). Menurut Nur, Arifuddin & Vovilia (2016) ada beberapa faktor
resiko yang dapat menyebabkan masalah BBLR yaitu: faktor ibu , faktor
kehamilan dan faktor janin. Adapun tanda dan gejala dari BBLR Menurut
Poverawati, Sulistyorini (2010) yaitu Berat Badan kurang dari 2500 gram ,
kepala kurang dari 33 cm, kepala lebih besar dari tubuh, Rambut lanugo
3
masih banyak,jaringan lemak subkutan tipis atau sedikit, tulang rawan dan
perempuan labia minora belum tertutup oleh labia mayora, kalau pada bayi
laki-laki Testis belum turun kedalam skrotum, pigmentasi dan rugue pada
belum teratur, dan sering mendapatkan apne, Bayi lebih banyak tidur dari
Komplikasi yang dapat timbul pada bayi berat badan lahir rendah adalah
lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila
4
dapat berupa health education. Sedangkan dari segi Preventif yaitu peran
perawat dalam pencegahan berat bayi lahir rendah pada ibu dengan cara
asupan makanan yang kaya asam folat seperti biji gandum yang utuh
kesehatan bila ibu memiliki penyakit tekanan darah tinggi atau diabetes
sebelum hamil dan pastikan kondisi ibu tetap terjaga agar tidak
lahir yang diakibatkan asfiksia adalah dengan cara melakukan salah satu
atau pun ibu khususnya, agar setiap persalinan ditolong oleh tenaga
atau secret yang menganggu pernafasan bayi, dan jika perlu lakukan
resusitasi untuk membe rikan stimulus pada jantung bayi supaya kembali
5
Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis tertarik untuk memilih judul
Genteng.
RSUD Genteng
6
1.3 Manfaat Penulisan
asfiksia
7
1.4 Pengumpulan Data
8
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
1. Sistem pernafasan
seluler. Semakin matur dan bayi lebih besar berat badannya, maka
oleh kapiler. Otot pernafasan bayi ini lemah dan pusat pernafasan
9
kolaps pada saat terjadi ekspirasi. Pada bayi preterm yang terkecil
relaks batuk tidak ada. Hal ini dapat mengarah pada timbulnya
mukosa nasal mudah terjadi. Hal ini penting untuk diingat ketika
2. Sistem sirkulasi
bising yang dapat didengar pada atau segera setelah lahir. Sirkulasi
10
3. Sistem pencernaan
menghisap dan menelan, bayi yang paling kecil tidak mampu untuk
berkembang.
4. Sistem urinarius
5. Sistem persarafan
dan pusat reflek, kurang berkenbang. Reflek moro dan reflek leher
11
kecil lebih lemah dibangunkan dan mempunyai tangisan yang
lemah
6. Imunologi
kecuali jika bayi diberi ASI. Bayi mulai menyitensis IgG dan
mencapai sekitar 40% kadar IgG orang dewasa pada usia satu
12
2.1.2 Definisi BBLR
1. Bayi dengan berat lahir 2500 – 1500 gram adalah bayi berat
2. Bayi dengan berat lahir 1500 – 1000 gram adalah bayi berat
3. Bayi dengan berat lahir < 1000 gram adalah bayi berat lahir
13
ketika lahir. Dapat disebut BBLR jika berat lahirnya antara
a. Faktor ibu
dan melahirkan.
3. Gizi kurang saat hamil Ibu yang mengalami gizi kurang saat
14
mengalami keguguran, bayi lahir cacat dan bayi lahir dengan
5. Pola hidup Ibu yang dia terkena paparan asap rokok dan
b. Faktor kehamilan
1. Eklampsia / Pre-eklampsia.
3. Perdarahan Antepartum.
c. Faktor janin
15
2.1.5 Patofisiologi BBLR
nutrisi atau gizi yang mereka peroleh dalam rahim tidak sama
dengan janin tunggal,yang mana pada hamil ganda gizi dan nutrisi
yang didapat dari ibu harus terbagi sehingga kadang salah satu dari
dikaji dari faktor janin, salah satu etiologinya yaitu infeksi dalam
(Patiawati, 2010)
cm.
16
sedikit
mayora
12. Labia minora belum bisa menutup pada labia mayora pada bayi
17
2.1.7 Pathway BBLR
Prematuritas Dismaturitas
Retardasi pertumbuhan
Faktor ibu: Umur (20 th) intra uterin
Paritas, Ras, Infertilitas, Faktor placenta: Penyakit Faktor janin: Kelainan
Riwayat kehamilan tak vaskuler, kehamilan kromosom, Malformasi,
baik, Rahim abnormal, ganda, TORCH, kehamilan
Prematuritas
Prematuritas Prematuritas
Prematuritas
Fungsi organ-organ
Fungsi organ-organ Sedikitnya lemak di
belum baik
belum baik Reflek menelan belum bawah jaringan kulit
Sistem imun yang belum sempurna
matang
Pertumbuhan dinding Kehilangan panas
dada belum sempurna melalui kulit
dan Vaskuler paru Penurunan daya tahan Defisit Nutrisi ( D.0019)
imatur tubuh
Termoregulasi
Sistem temoregulasi
Resiko Infeksi (D.0142) Tidak Efektif
Pola Napas Tidak 18 yang imatur
(D.0149 )
Efektif (D.0005)
2.1.8 Komplikasi BBLR
4. Asfiksia
anemia
19
berhubungan dengan anemia atau hemolisis berlebihan.
b. Pengaturan makanan/nutrisi
isapnya baik dan tanpa sakit berat dapat dicoba minum melalui
20
adanya koordinasi antara gerakan menghisap dengan menelan.
untuk bayi dengan berat kurang dari 1000 gram,2-4 ml untuk bayi
21
2.2 Konsep Medis Asfiksia
2.2.1 Definisi
pernapasan secara spontan dan teratur pada saat bayi baru lahir atau
dimana bayi tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur segera
22
Berikut merupakan keadaan-keadaan yang dapat menyebabkan
Yaitu :
3. Kehamilan postmatur
4. Hipoksia ibu
uteri.
6. Primi tua, DM, anemia, riwayat lahir mati, dan ketuban pecah
dini.
aliran darah dan oksigen melalui tali pusat ke bayi, sehingga bayi
1. Abruptio plasenta
2. Solutio plasenta
3. Plasenta previa
2014):
23
2. Lilitan tali pusat.
(NurArif, 2013) :
bayi.
posterm.
24
2.2.2 Patofisiologi Asfiksia
menarik nafas yang pertama kali (menangis), pada saat ini paru janin
akan masuk dan cairan yang ada di dalam alveoli akan meninggalkan
menjadi lebih cepat dan akhirnya ireguler dan menghilang. Janin akan
dalam, denyut jantung terus menurun, tekanan darah bayi juga mulai
menurun dan bayi akan terlihat lemas. Pernafasan makin lama makin
25
2.2.3 Manifestasi Klinis
(NurArif, 2013).
26
Tanda Nilai
0 1 2
A: Appearance Biru/ pucat Tubuh Tubuh dan
biru
P : Pulse (heart Tidak ada < 100 x/ menit >100x per
rate/denyut menit
nadi)
G : Grimance Tidak ada Gerakan sedikit Menangis
(reflek)
A : Activity Lumpuh Fleksi lemah Aktif
(tonus otot)
R : Respiration Tidak ada Lemah, Tangisan Kuat
(usaha merintih
bernapas)
berada pada rentang 0-3, asfiksia sedang dengan nilai APGAR 4-6, dan
bayi normal atau dengan sedikit asfiksia jika APGAR score berada pada
27
2.2.5 Pathway Asfiksia
ASFIKSIA
Penurunan oksigenasi
jaringan Gangguan metabolisme Takipneu
& perubahan asam basa
Konstriksi arteriole pada
semua organ MK : Pola
Asidosis respiratorik Napas Tidak
Kegagalan fungsi miokardium Efektif
untuk berkontraksi
Ketidakseimbangan
perfusi ventilasi
28
2.2.6 Pemeriksaan Penunjang
diantaranya yaitu
Pengkajian spesifik.
2.2.7 Penatalaksanaan
steril
29
4. Apabila nilai APGAR pada menit ke lima sudah baik (7-10)
Penatalaksanaan resusitasi
Segera setelah bayi baru lahir perlu diidentifikasi atau dikenal secara
cepat supaya bisa dibedakan antara bayi yang perlu diresusitasi atau
tidak. Tindakan ini merupakan langkah awal resusitas bayi baru lahir.
30
2. Membersihkan jalan nafas Apabila air ketuban tidak
31
ruangan sangat dingin dianjurkan menutup bayi dengan
tekanan.
32
7. Penilaian suara nafas bilatera Suara nafas didengar dengan
benar.
2.2.8 Komplikasi
serebralis
ml/kg/jam) untuk 24 jam atau lebih dan kreatinin serum > 100
mmol/L.
U/L, atau alanine amino transferase > 100 U/L sejak minggu
pertama kelahiran.
33
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan
2.3.1 Pengkajian
tampak yaitu berat lahir kurang dari 2500 gram dan sesak nafas.
(SC), apakah bayi lahir prematur, aterm atau posterm, letak bayi
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
34
tangisan masih lemah merintih, adanya tanda distres :
b. Tanda-tanda Vital
1. Kepala
2. Rambut
3. Mata
4. Hidung
35
Palpasi: adakah nyeri tekan dan benjolan atau tidak
6. Telinga
rawanya.
tidak
7. Thorax
dari 30 cm
8. Abdomen
36
Inspeksi : pada kulit terlihat keriput, tipis, penuh
minora).
10. Muskuloskeletal
lemah.
menggenggam).
lemah.
kurang.
37
Reflek batuk yang belum sempurna.
6. Kebutuhan dasar:
a. Pola Nutrisi
kebutuhan nutrisinya.
b. Pola Eliminasi
c. Kebersihan diri
d. Pola tidur
38
2.3.2 Diagnosa Keperawatan BBLR
neurologis (D.0005)
(D.0149)
39
2.3.3 Intervensi Keperawatan
1 Pola napas tidak efektif b.d Pola Napas (L.01004, SLKI Hal. 95) Pemantauan Respirasi (I.01014, SIKI Hal. 247)
Imaturitas neurologis 1) Definisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi
(D.0005) yang memberikan ventilasi adekuat 1. Definisi : Mengumpulkan dan menganalisa data
2) Ekspektasi: Membaik untuk memastikan kepatenan jalan napas dan
3) Kriteria hasil keefektifan pertukaran gas.
2. Tindakan:
IR -ER
a. Observasi
1 2 3 4 5 - Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan
upaya napas
Dispnea
- Monitor pola napas (seperti bradipnea,
Penggunaan otot takipnea, hiperventilasi, Kussmaul,
bantu pernapasan Cheyne-Stokes, Biot, ataksik0
- Monitor kemampuan batuk efektif
Pernapasan cuping
- Monitor adanya produksi sputum
hidung
- Monitor adanya sumbatan jalan napas
Frekuensi napas - Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
- Auskultasi bunyi napas
Keterangan:
- Monitor saturasi oksigen
IR : Initial Rate (Hasil/skor yang didapat - Monitor nilai AGD
dari pasien pada saat pengkajian). - Monitor hasil x-ray toraks
40
diinginkan setelah dilakukan intervensi). - Atur interval waktu pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
1 : Meningkat - Dokumentasikan hasil pemantauan
2 : Cukup meningkat c. Edukasi
3 : Sedang - Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
4 : Cukup menurun - Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
5 : Menurun
41
42
2 Defisit nutrisi b.d Status Nutrisi (L. 03030, SLKI Hal. 121) Manajemen Nutrisi (I. 03119, SIKI Hal. 200)
ketidakmampuan menelan 1) Definisi: Keadekuatan asupan nutrisi 1) Definisi: Mengidentifikasi dan mengelola asupan
makanan (D.0019) untuk memenuhi kebutuhan metabolisme nutrisi yang seimbang
2) Ekspektasi: Membaik 2) Tindakan
3) Kriteria hasil a. Observasi
IR –ER - Identifikasi status nutrisi
- Identifikasi alergi dan intoteransi makanan
1 2 3 4 5 - Identifikasi makanan disukai
- Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
Porsi makanan yang
- Identifikasi perlunya penggunaan selang
dihabiskan nasogastrik
- Monitor asupan makanan
Membran mukosa
- Monitor berat badan
Nafsu makan - Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
b. Terapeutik
Keterangan: - Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika
perlu
IR : Initial Rate (Hasil/skor yang didapat - Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis.
dari pasien pada saat pengkajian). piramida makanan)
- Sajikan makanan secara menarik dan suhu
ER : Expectation Rate (Target yang yang sesuai
diinginkan setelah dilakukan intervensi). - Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
1 : Memburuk - Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein
2 : Cukup memburuk - Berikan suplemen makanan jika perlu
- Hentikan pemberian makan melalui selang
3 : Sedang
nasogatrik jika asupan oral dapat ditoleransi
42
4 : Cukup membaik c. Edukasi
43
3 Termoregulasi tidak efektif Termoregulasi Neonatus (L. 14135, SLKI Hal. Regulasi Temperatur (I.14578, SIKI Hal. 388)
b.d ketidakadekuatan suplai 130)
lemak subkutan, berat badan 1) Definisi: Pengaturan suhu tubuh 1. Definisi : Mempertahankan suhu tubuh dalam
ekstrem (D.0149) neonatus agar tetap berada pada rentang rentang normal
normal 2. Tindakan
2) Ekspektasi: Membaik a. Observasi
3) Kriteria hasil - Monitor suhu bayi sampai stabil ( 36.5 C
IR -ER -37.5 C)
1 2 3 4 5 - Monitor suhu tubuh anak tiap 2 jam, jika
perlu
Menggigil - Monitor tekanan darah, frekuensi
44
1 : Meningkat - Gunakan topi bayi untuk memcegah
2 : Cukup meningkat kehilangan panas pada bayi baru lahir
3 : Sedang - Tempatkan bayi baru lahir di bawah radiant
4 : Cukup menurun warmer
5 : Menurun - Pertahankan kelembaban incubator 50 %
atau lebih untuk mengurangi kehilangan
panas Karena proses evaporasi
- Atur suhu incubator sesuai kebutuhan
- Hangatkan terlebih dahulu bhan-bahan yang
akan kontak dengan bayi (mis. seelimut,kain
bedongan,stetoskop)
- Hindari meletakkan bayi di dekat jendela
terbuka atau di area aliran pendingin
ruangan atau kipas angin
- Gunakan matras penghangat, selimut hangat
dan penghangat ruangan, untuk menaikkan
suhu tubuh, jika perlu
- Gunakan kasur pendingin, water circulating
blanket, ice pack atau jellpad dan
intravascular cooling catherization untuk
menurunkan suhu
- Sesuaikan suhu lingkungan dengan
kebutuhan pasien
c. Edukasi
45
- Jelaskan cara pencegahan heat
exhaustion,heat stroke
- Jelaskan cara pencegahan hipotermi karena
terpapar udara dingin
- Demonstrasikan teknik perawatan metode
kangguru (PMK) untuk bayi BBLR
d. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian antipiretik jika perlu
46
4 Resiko infeksi b.d Tingkat Infeksi (L.14137, SLKI Hal. 139) Pencegahan Infeksi (I.14539, SLKI Hal. 278)
ketidakadekuatan pertahanan
tubuh primer dan sekunder 1) Definisi: Derajat Infeksi berdasarkan 1. Definisi : Mengidentifikasi dan menurunkan
observasi atau sumber informasi resiko terserang organisme patogenik
(D.0142) 2) Ekspektasi: Menurun 2. Tindakan
3) Kriteria hasil
a. Observasi
IR –ER
- Identifikasi riwayat kesehatan dan
1 2 3 4 5 riwayat alergi
- Identifikasi kontraindikasi pemberian
Demam
imunisasi
Kemerahan - Identifikasi status imunisasi setiap
kunjungan ke pelayanan kesehatan
Nyeri b. Terapeutik
Bengkak - Berikan suntikan pada pada bayi dibagian
paha anterolateral
Kadar sel darah - Dokumentasikan informasi vaksinasi
putih - Jadwalkan imunisasi pada interval waktu
Keterangan: yang tepat
c. Edukasi
IR : Initial Rate (Hasil/skor yang didapat - Jelaskan tujuan, manfaat, resiko
dari pasien pada saat pengkajian). yang terjadi, jadwal dan efek samping
- Informasikan imunisasi yang
ER : Expectation Rate (Target yang
diwajibkan pemerintah
diinginkan setelah dilakukan intervensi).
- Informasikan imunisasi yang
melindungiterhadap penyakit namun saat
47
ini tidak diwajibkan pemerintah
1 : Meningkat - Informasikan vaksinasi untuk
2 : Cukup meningkat kejadian khusus
3 : Sedang - Informasikan penundaan
4 : Cukup menurun pemberian imunisasi tidak berarti
mengulang jadwal imunisasi kembali
5 : Menurun - Informasikan penyedia layanan
pekan imunisasi nasional yang
menyediakan vaksin gratis
48
2.3.4 Diagnosa Keperawatan Asfiksia
perfusi
ventrikel kiri.
49
2.3.5 Intervensi Keperawatan
1 Pola napas tidak efektif b.d Pola Napas (L.01004, SLKI Hal. 95) Pemantauan Respirasi (I.01014, SIKI Hal. 247)
Imaturitas neurologis Definisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang
(D.0005) memberikan ventilasi adekuat Definisi : Mengumpulkan dan menganalisa data
Ekspektasi: Membaik untuk memastikan kepatenan jalan napas dan
Kriteria hasil keefektifan pertukaran gas.
Tindakan:
IR -ER
d. Observasi
1 2 3 4 5 - Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan
upaya napas
Dispnea
- Monitor pola napas (seperti bradipnea,
Penggunaan otot takipnea, hiperventilasi, Kussmaul,
bantu pernapasan Cheyne-Stokes, Biot, ataksik0
- Monitor kemampuan batuk efektif
Pernapasan cuping
- Monitor adanya produksi sputum
hidung
- Monitor adanya sumbatan jalan napas
Frekuensi napas - Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
- Auskultasi bunyi napas
Keterangan:
- Monitor saturasi oksigen
IR : Initial Rate (Hasil/skor yang didapat - Monitor nilai AGD
dari pasien pada saat pengkajian). - Monitor hasil x-ray toraks
e. Terapeutik
ER : Expectation Rate (Target yang - Atur interval waktu pemantauan respirasi
50
diinginkan setelah dilakukan intervensi). sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
1 : Meningkat
2 : Cukup meningkat f. Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
3 : Sedang
- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
4 : Cukup menurun
5 : Menurun
51
2 Gangguan pertukaran gas b.d Pertukaran gas (L. 01003, SLKI Hal. 94) Pemantauaan Respirasi (1.01014, SIKI Hal. 247)
Definisi: oksigenasi atau eliminasi Definisi: Mengidentifikasi dan mengelola asupan
ketidakseimbangan ventilasi- karbondioksida pada membrane alveolus nutrisi yang seimbang
kapiler dalam batas normal Tindakan
perfusi. Ekspektasi: Meningkat a. Observasi
Kriteria hasil - Monitor frekuensi, irama, kedalaman upaya
IR –ER napas
- Monitor pola napas
1 2 3 4 5 - Monitor adanya sumbatan jalan napas
- Auskultasi bunyi napas
Dispnea
- Monitor saturasi oksigen
Bunyi nafas - Palpasi kesimetrisan ekspansi paru.
b. Terapeutik
tambahan
- Atur interval pemantauan respirasi sesuai
Nafas cuping hidung kondisi pasien.
- Dokumentasikan hasil pemantauan.
Keterangan: c. Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan.
IR : Initial Rate (Hasil/skor yang didapat
dari pasien pada saat pengkajian).
1 : Meningkat
2 : Cukup meningkat
52
3 : Sedang
4 : Cukup menurun
5 : Meenurun
53
3 Perfusi perifer tidak efektif Perfusi perifer (L. 02011, SLKI Hal. 84) Pemantauan cairan(1.03121, SIKI Hal. 238)
Definisi: keadekuatan aliran darah pembuluh
b.d penurunan aliran arteri darah distal untuk menunjang fungsi jaringan. Definisi : Mengumpulkan dan menganalisis data
Ekspektasi: Meningkat terkait pengaturan keseimbangan cairan.
dan /atau vena Kriteria hasil Tindakan
IR -ER 1. Observasi
- Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
1 2 3 4 5
- Monitor frekuensi napas
Denyut nadi perifer - Monitor elastisitas atau turgor kulit
- Monitor intake output cairan
Warna kulit pucat
- Identifikasi tanda-tanda
Turgor kulit hipovolemia( mis. Frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba lemah, turgor kulit
Akral
menurun.
Pengisian kapiler - Identifikasi tanda-tanda hypervolemia
( mis. Dyspnea, edema perifer)
Keterangan:
2. Terapeutik
IR : Initial Rate (Hasil/skor yang didapat - Atur interval waktu pemantauan sesuai
dari pasien pada saat pengkajian). kondisi pasien.
3. Edukasi
ER : Expectation Rate (Target yang - Jelaskan prosedur dan tujuan pemantauan.
diinginkan setelah dilakukan intervensi). - Informasikan hasil pemantuan
54
1 : Meningkat
2 : Cukup meningkat
3 : Sedang
4 : Cukup menurun
5 : Menurun
55
4 Risiko perfusi serebral tidak Status neurologis (L. 060053, SLKI Hal. 120) Pemantauan neurologis (1.06197,SIKI Hal. 245)
Definisi: kemampuan system saraf perifer dan
efektif b.d penurunan kerja pusat untuk menerima, mengolah, dan Definisi : Mengumpulkan dan menganalisis data untuk
merespon stimulus internal dan eksternal mencegah atau meminimalkan komplikasi neurologis
ventrikel kiri. Ekspektasi: Membaik Tindakan
Kriteria hasil 1. Observasi
IR -ER - Monitor ukuran, bentuk dan kesimetrisan
56
1 : Meningkat
2 : Cukup meningkat
3 : Sedang
4 : Cukup menurun
5 : Menurun
57
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
3.1.1. Biodata
Nama : By.Ny S 1
Umur : 35 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
58
2. Keluhan Saat Pengkajian
AS Lahir 4/7, ketuban jernih, tangis merintih, berat lahir 1600 gram,
panjang badan 34 cm, lingkar kepala 25 cm, lingkar dada 26 cm, jenis
sucking masih belum ada, tangis lemah, pemeriksaan TTV : nadi : 150
cuping hidung: + , refelek sucking masih belum ada, turgor kulit jelek,
59
Perawatan Antenatal : Teratur
Lingkar dada : 25 cm
60
3.1.5. Riwayat Kesehatan Keluarga
1. Genogram
Keterangan :
: perempuan
: laki- laki
: garis keturuanan
: Tinggal serumah
: pasien
61
2. Kesehatan Keluarga
- Berkunjung : tidak
- Menyentuh : tidak
- PMK : tidak
- Berbicara : tidak
- Menggendong : tidak
1. Pola nutrisi
Frekuensi : 12 X 2,5 CC
Jumlah : 2,5 CC
62
Infus/jumlah : infus D10%, 0,18 NS 150 cc/ 24 jam
2. Pola eliminasi
BAK :
Frekuensi/ jumlah : 1x
Balance cairan : - 5 cc
BAB
Frekuensi :1x
Warna : mekonial
Konsistensi : lembek
a. Keadaan Umum
b. Tanda-tanda vital
Suhu : 36,2 C
63
RR : 68 X/ menit
SP02 : 98 %
Panjang badan : 34 cm
Lingkar dada : 26 cm
Lingkar kepala : 25 cm
Fontanela : Lunak
2. Mata
Palpebra : Normal
Jarak interkantus : 2 cm
64
3. Hidung
Sekret : ada
4. Telinga
Bentuk : simetris
Lidah : bersih
Refleks gawn :
6. Leher
65
Reflek tonic neck : tidak ada
7. Dada/thorak
1. Pemeriksaan Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi .
Auskultasi : bersih
Vesikuler : bersih
Bronchial : bersih
Bronchovesikuler : bersih
Down score
Nilai 0 1 2
Frekuensi <60x/m 60-80x/m >80x/m
napas
Retraksi Tidak ada Retraksi Retraksi
ringan berat
Sianosis Tidak ada Hilang Menetap
dengan O2 dengan O2
Air entry Ada Menurun Tidak
terdengar
66
Merintih Tidak ada Terdengar Terdengar
stetoskop bantu
Ket : Skor <4 : gangguan pernapasan ringan
2. Pemeriksaan jantung
Perkusi
8. Abdomen
Inspeksi
Bentuk : datar
67
Auskultasi : bising usus
Palpasi
Perkusi : timpani
9. Ektremitas
Gerakan : ada
Testis :2
12. Integumen
68
Warna kulit : tidak merata
No Kategori Skor
1 Ekpresi wajah
Otot wajah rileks 0
Otot wajah tegang, alis berkerut, rahang
wajah
3 Pola napas
Rileks, napas reguler
Pola napas berubah : tidak teratur, lebih 1
napas
4 Tangan
Rileks, otot tangan tidak kaku, kadang 0
69
bergerak tak beraturan
Fleksi/ ekstensi yang kaku, meluruskan
tenang
Rewel, gelisah dan meronta-ronta
Total skor 2
Catatan : skor >3 mengindikasikan bahwa bayi mengalami
nyeri
1. KGA : 50 MG/DL
3.1.10. Penatalaksanaan
D. Injeksi vit K
ANALISA DATA
Nama Pasien : By Ny S 1
No Register : 33684601
70
1 DS : - Pola napas tidak efektif Prematuritas
DO :
Fungsi organ-organ
- K/U lemah belum baik
PEMERIKSAAN TTV
N : 150 x/m
Pertumbuhan
RR : 68 x/m
dinding dada belum
S : 36,2 ºC sempurna
SpO2 : sebelum memakai CPAP 87
% setelah memkai CPAP 98 %
- Terdapat retraksi dada Pertumbuhan
- Takipnea dinding dada belum
- Terdapat napas cuping sempurna dan
Vaskuler paru imatur
hidung.
- Menggunakan alat bantu Peningkatan kerja
napas CPAP PEP 7 F1O2 40 napas ( Takipnea )
%
Pola napas tidak
efektif
Peningkatan
kebutuhan kalori
Sistem temoregulasi
yang imatur
71
Termoregulasi
tidak efektif
72
DIAGNOSA KEPERAWATAN
73
INTERVENSI KEPERAWATAN
1 Pola napas tidak efektif Tujuan: Dukungan Ventilasi (I.01002, SIKI Hal. 49)
berhubungan dengan
Imaturitas neurologis. memfasilitasi dalam mempertahankan 1. Definisi : memfasilitasi dalam mempertahankan
(D.0005) pernapasan spontan untuk memaksimalkan pernapasan spontan untuk memaksimalkan
pertukaran gas di paru-paru pertukaran gas di paru-paru.
2. Tindakan:
Pola Napas (L.01004, SLKI Hal. 95) a. Observasi
1) Definisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi - Identifikasi adanya kelelahan otot bantu
74
pasien pada saat pengkajian).
1 : Meningkat
2 : Cukup meningkat
3 : Sedang
4 : Cukup menurun
5 : Menurun
75
No. Diagnosa Luaran Intervensi
2 Termoregulasi tidak efektif Tujuan: Mempertahankan suhu tubuh Regulasi Temperatur (I.14578, SIKI Hal. 388)
b.d ketidakadekuatan suplai dalam rentang normal.
lemak subkutan. (D.0149) Definisi : Mempertahankan suhu tubuh dalam
Termoregulasi Neonatus (L. 14135, SLKI Hal. rentang normal
130)
1. Tindakan
Definisi: Pengaturan suhu tubuh neonatus a. Observasi
agar tetap berada pada rentang normal
Ekspektasi: Membaik - Monitor suhu bayi sampai stabil ( 36.5
Kriteria hasil C -37.5 C)
IR : Initial Rate (Hasil/skor yang didapat dari - Bedong bayi segera setelah lahir, untuk
76
pasien pada saat pengkajian). mencegah kehilangan panas
ER : Expectation Rate (Target yang diinginkan - Gunakan topi bayi untuk memcegah
setelah dilakukan intervensi). kehilangan panas pada bayi baru lahir
2. Edukasi
3. Kolaborasi
77
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
78
6. Mendokumentasikan hasil pemantauan - Terdapat pernapasan cuping
hidung
H/ hasil pemantauan didokumentasikan ke dalam
lembar observasi - BAB (+) BAK (+)
20.00
- PEMERIKSAAN TTV
WIB
N : 138x/m
RR: 66 x/m
S ; 36,6 ºC
SpO2 97%
79
22.00
WIB - TTV
N : 132 x/m
RR: 60 x/m
S : 36,8 ºC
SpO2 97%
06.00
N : 135 x/m
RR: 66 x/m
S : 36,7 ºC
SpO2 97%
80
A : Masalah belum teratasi
Kamis, 24 2 20.00 1. Memonitor suhu bayi sampai stabil (36.5 C -37.5 C) 21.00 S : -
Juni 2021 H/ suhu tubuh bayi : 36,3 ‘c
2. Memonitor frekuensi pernapasan dan nadi O:
H/ RR : 59 x/menit, Nadi : 140 x/menit - k/u lemah
3. Memonitor warna dan suhu kulit - reflek hisap lemah
H/ warna kulit kemerahan - tangis merintih
4. Meningkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat - TTV
H/ bayi terpasang infus D10 0,18 150 CC/ 24 JAM Nadi : 140 x/menit
5. Mempertahankan kelembaban incubator 50 % atau RR : 60 X/ Menit
lebih untuk mengurangi kehilangan panas Karena S : 36.8 ‘c
proses evaporasi SpO2 : 99 %
H/ bayi diletakan dalam inkubator - BAK (+) BAB (-)
6. Mengatur suhu incubator sesuai kebutuhan
H/ suhu inkubator 34.00 ‘c
81
P : lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5,6.
82
Hari/ Tgl/ No.
Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi (SOAP) Paraf
Shift DX
83
11.00 - PEMERIKSAAN TTV
N : 161 x/m
RR: 67 x/m
S : 38,2 ºC
SpO2 : 97%
P : Lanjutkan intervensi no
1,2,3,4,5,6,7
84
Jumat 25 WIB H/ RR : 59 x/menit, Nadi : 140 x/menit WIB O :
Juni 2021 3. Memonitor warna dan suhu kulit
H/ warna kulit kemerahan - k/u lemah
4. Memonitor dan catat tanda dan gejala hipotermia dan - Tangis merintih
hipertermia
H/ bayi tidak menggigil - TTV
5. Meningkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
- Reflek hisap lemah
H/ bayi terpasang infus D10 0,18 150 cc/ 24 jam
- Terpasang OGT
N: 144 x/m
RR : 60 x/m
S : 36,7ºC
SpO2 : 96%
85
Hari/ Tgl/ No.
Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi (SOAP) Paraf
Shift DX
86
12.00 - TTV
N : 161x/m
RR: 61x/m
S : 38,7 ºC
Sabtu 26 2 12.00 1. Memonitor suhu bayi sampai stabil (36.5 C -37.5 C) 15.00 S : -
Juni 2021 H/ suhu tubuh bayi : 36,3 ‘c
WIB 2. Memonitor frekuensi pernapasan dan nadi WIB O :
H/ RR : 59 x/menit, Nadi : 140 x/menit - k/u lemah
3. Memonitor warna dan suhu kulit
H/ warna kulit kemerahan - Rreflek sucking lemah
4. Memonitor dan catat tanda dan gejala hipotermia dan
- Reflek rooting tidak ada
hipertermia
H/ bayi tidak menggigil - Tangis merintih
5. Meningkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
H/ bayi terpasang infus D10 0,18 150 cc/ 24 jam - TTV
87
N: 150 x/m
RR : 69 x/m
S : 36,5ºC
88
BAB 4
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan disajikan mengenai hasil pembahasan dari asuhan
dengan teori –teori yang ada. Untuk melihat lebih jelas Asuhan Keperawatan
yang diberikan dan sejauh mana keberhasilan yang dicapai akan diuraikan
4.1 Pengkajian
atas indikasi bayi gemeli letak sungsang, aterm usia kehamilan 35/ 36
minggu, Apgar score 4/7, tangis merintih, berat lahir 1600 gram, panjang
badan 34 cm, jenis kelamin laki-laki, lingkar kepala 25 cm, lingkar dada 28
cm. Keadaan umum lemah, reflek sucking lemah, tangis merintih, tidak
89
menyusu, pemeriksaan fisik Nadi: 150 x/menit, Suhu : 36,2 ºC, RR : 68
x/menit, retraksi dada (+), napas cuping hidung (+), akral dingin, tonus otot
tidak bugar, turgor kulit jelek, CRT<2 detik, graps reflek (+), reflek moro (-),
rooting reflek (-), reflek babinski (+). Terdapat anus, Tidak ada cacat.
bayi dengan usia gestasi (kehamilan) dan juga bayi BBLR yang lahir gemeli
rentan mengalami asfiksia, BBLR ini termasuk dalam bayi lahir kecil untuk
matang sehingga belum bisa berfungsi secara optimal saat proses adaptasi
bayi lahir, sehingga timbul sesak napas. Tubuh bayi akan melakukan
kompensasi dengan cara meningkatkan laju pernapasan. Hal ini sesuai dengan
Hasil pengkajian yang di dapat oleh penulis tidak jauh berbeda dengan
pengkajian dalam teori dimana dalam proses pengkajian berawal dari etiologi
dan manifestasi klinis dari pasien, yang mana hasil dari pengkajian tersebut
90
4.2 Diagnosa Keperawatan
(SDKI, 2017).
91
Seperti yang ada pada pengkajian bahwa By.Ny.S 1 mengalami pernapasan
dada, hal ini berpotensi menyebabkan kondisi distress pernapasan jika tidak
menggunakan bedong bayi, menjaga ph bayi agar bayi tetap hangat dan di
letakkan di incubator.
muncul berdasarkan pada kondisi pasien dan disesuaikan dengan teori yang
ada.
92
napas tambahan, saturasi oksigen. Intervansi lain adalah mempertahankan
yaitu memonitor suhu tubuh bayi sampai stabil (36,5 C – 37,5 C), memonitor
frekuensi pernapasan dan nadi, memonitor suhu kulit, memonitor tanda dan
pada bayi baru lahir di bawah inkubator, mengatur suhu inkubator sesuai
pola napas, sumbatan jalan napas dan upaya napas agar pernapasan bayi lebih
efektif.
93
4.4 Implementasi Keperawatan
selama dan sesudah pelaksaan tindakan, serta menilai data yang baru
efektif adalah Pemasangan alat bantu napas berupa 02 CPAP PEEP 7 Fio2 40
kedalama, pola napas, dan sumbatan jalan napas agar pola napas efektif.
94
Dari hasil evaluasi yang diperoleh pada By.Ny S 1 dengan diagnosa
95
BAB 5
PENUTUP
a. Kesimpulan
napas cuping hidung (+). Keadaan umum lemah, reflek sucking lemah,
tangis lemah, akral dingin, tonus otot tidak bugar, turgor kulit buruk,
reflek moro (-), rooting reflek (-). Pengkajian tersebut telah sesuai
ini berfokus pada suhu tubuh bayi agar suhu tubuh bayi tetap terjaga
96
3. Intervensi yang dilakukan pada By.Ny S 1. terdapat kesamaan antara
Implementasi yang harus diulang pada diagnose pola napas tidak efektif
jalan napas agar pola napas efektif, implementasi lainya yang harus
sekali.
97
acuan perubahan perkembangan keadaan. Dari hasil evaluasi atau
b. Rekomendasi
Dengan adanya karya tulis ilmiah ini bisa dijadikan sebagai bahan
pembelajaran lebih lanjut, dan jika ada ilmu agar bisa di tambahkan
Dengan adanya karya tulis ilmiah ini bisa dijadikan sebagai acuan
4. Mahasiswa keperawatan
98
DAFTAR PUSTAKA
99
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
Jl. Letkol Istiqlah No. 109 Telp.(0333) 421610 / Fax. (0333) 425270
BANYUWANGI
LEMBAR KONSULTASI
NIM : 2020.04.019
TANDA
NO HARI/TANGGAL HASIL REVISI
TANGAN
100
1