i
PERSETUJUAN PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH
NIM. P05120218014
ii
Pada tanggal :16 Desember 2020
Pembimbing,
iii
Ns Andra Saferi Wijaya, S. Kep. M. Kep
NIP: 198804272019021001
HALAMAN PENGESAHAN
Dengan Judul
KOTA BENGKULU
iv
TAHUN 2021
NIM. P05120218014
Panitia Penguji,
v
NIP. 197502022001122002
Mengetahui
Jurusan Keperawatan
Asmawati S.Kp,M.Kep
NIP. 197502022001122002
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................i
vi
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................iii
KATA PENGANTAR....................................................................................vi
DAFTAR ISI...................................................................................................iv
DAFTAR TABEL.........................................................................................vii
DAFTAR BAGAN.......................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
A. Latar belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................5
C. Tujuan Penelitian................................................................................5
D. Manfaat Penelitian..............................................................................6
vii
1. Pengkajian Keperawatan...............................................................26
2. Analisa Data..................................................................................30
3. Diagnosa Keperawatan..................................................................30
4. Perencanaan Keperawatan............................................................32
5. Implementasi Keperawatan...........................................................34
6. Evaluasi Keperawatan...................................................................34
A. Rencangan Penelitian.........................................................................36
B. Subyek Penelitian...............................................................................36
C. Fokus Penelitian.................................................................................37
D. Definisi Operasional...........................................................................37
E. Lokasi dan Waktu Penelitian..............................................................37
F. Prosedur Penelitian.............................................................................37
G. Metode Dan Instrument Pengumpulan Data......................................38
H. Keabsahan..........................................................................................38
I. Analisa Data......................................................................................39
J. Etika Penelitian...................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 41
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha Esa, karena berkat rahmat dan
karuni-Nyalah maka penulis dapat menyelesaikan proposal Karya Tulis Ilmiah
dengan judul “Manajemen cairan pada anak usia sekolah dengan diare di Rumah
Sakit Harapan dan Doa (RSHD) Kota Bengkulu “.
ix
Penyusunan propoal Karya Tulis Ilmiah ini mendapatkan bimbingan dan
bantuan baik materi/material dari berbagai pihak sehingga dapat diselesaikan tepat
waktunya. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Eliana, SKM.,MPH., selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan.
2. Ibu Ns. Septiyanti, S.Kep.,M.Pd., selaku Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Bengkulu.
3. Ibu Asmawati, S.Kp.,M.Kep., selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Bengkulu.
Penulis
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR BAGAN
xii
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
xv
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kejadian diare di dunia masih menunjukkan dengan
insidensi yang cukup tinggi. Tahun 2019 dilaporkan terdapat 1,7 triliun
kasus setiap tahunnya. Penyakit diare masih menjadi penyebab kedua
kematian pada anak di bawah 5 tahun, dan setiap tahunnya dapat
membunuh sekitar 525.000 anak (WHO, 2019).
Penyakit diare adalah penyakit endemis di Indonesia yang
berpotensi kejadian luar biasa (KLB) yang sering mengakibatkan
kematian. Diare spesifik didefinisikan sebagai pengeluaran feses lebih dari
tiga kali per hari berbentuk cair, berlendir berdarah disertai dengan tanda
infeksi lainnya akibat bakteri, virus, dan parasit (WHO, 2018).
Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas tahun
2018, prevalensi diare pada penduduk Indonesia sejumlah 1.017.290.
Prevalensi diare di Indonesia mengalami penurunan dari 18,5% menjadi
12,3% pada anak balita usia 1-4 tahun (Kemenkes, 2018).
Menurut Profil Dinas Kesehatan Kota Bengkulu Tahun 2019
penyakit diare termasuk ke dalam 10 penyakit terbanyak di Kota
Bengkulu. Tahun 2018 terdapat 4.821 kasus anak dan pada tahu 2019
meningkat menjadi 5.725 anak di Kota Bengkulu.
Banyak faktor resiko penyebab diare seperti faktor lingkungan,
faktor perilaku pada masyarakat, rendahnya pengetahuan masyarakat
tentang diare dan faktor iklim. Faktor lingkungan contohnya kondisi
sanitasi yang buruk dan sarana prasarana air bersih yang tidak memadai.
Contoh dari faktor perilaku masyarakat seperti tidak mencuci tangan
sebelum makan dan sesudah buang air besar serta melakukan pembuangan
tinja secara sembarangan (Prawati, 2019). Faktor iklim meliputi suhu
udara, kelembaban, curah hujan, dan hari hujan. Daerah tropis puncak
1
2
karena muntah dan feses yang cair. Selain itu, anak yang mengalami diare
akan mengalami dehidrasi, mulai dari dehidrasi ringan hingga dehidrasi
berat, bahkan sampai dapat terjadi kematian. Dehidrasi inilah yang
sebenarnya patut lebih diperhatikan. Diare dehidrasi ringan merupakan
kondisi dimana berat badan anak yang akan mengalami penurunan 0-5%.
Kondisi ini, umumnya kelopak mata masih normal, anak masih aktif, dan
keinginan untuk minum masih normal karena rasa haus tidak meningkat.
Diare dehidrasi sedang merupakan kondisi dimana berat badan turun
<10% berat badan sebelumnya. Kondisi ini, umumnya mata cekung dan
gelisah. Diare dehidrasi berat merupakan kondisi dimana berat badan anak
turun >10% berat badan sebelumnya. Kondisi ini, umumnya mata
sangan cekung dan kering, anak mengantuk/sukar dibangunkan, dan
keinginan untuk minum buruk atau tidak ada (Lestari, 2016).
Pentingnya cairan pada anak diare karena pada anak diare biasanya
banyak kekurangan cairan yang diakibatkan oleh muntah dan BAB yang
frekuensinya lebih dari 3 kali dalam 24 jam. Cairan juga merupakan
kebutuhan dasar manusia dan komposisi terbesar dalam tubuh manusia
sekitar 60% air yang tersebar dalam sel maupun luar sel. Selain itu, cairan
berperan dalam menjaga proses metabolisme dalam tubuh. Untuk menjaga
kelangsungan proses tersebut adalah melalui keseimbangan cairan
(Mardiana, 2019).
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk membantu
mengembalikan cairan serta mengurangi dehidrasi dilakukan manajemen
cairan pada anak diare dengan pemberian terapi rehidrasi seperti:
pemberian oralit. Oralit diberikan untuk mengganti cairan dan elektrolit
dalam tubuh yang hilang .Terdiri dari 1 sendok teh gula pasir, seperempat
sendok teh garam dapur dan 1 gelas (200 cc) air matang. Dosis pemberian
larutan gula garam 200-400 ml pada anak usia 4 bulan dengan BB < 6 kg,
400-700 ml pada anak usia 4-12 bulan dengan BB 6-< 12 kg, 900-1400 ml
pada anak usia 2-5 tahun dengan BB 12-19 kg dan 1200-2200 ml pada
anak usia 5-14 tahun (Mardayani, 2018).
4
dengan diare pada tahun 2019 terdapat 45 kasus, pada tahun 2020 terdapat
18 kasus, dengan total kasus anak diare yang dirawat di RSHD Kota
Bengkulu selama 2 tahun terakhir dari tahun 2019 dan tahun 2020 ada 63
kasus.
Menurut informasi melalui wawancara dipelayanan Rumah Sakit
Harapan dan Doa Kota Bengkulu, pada tahun 2019 kasus diare cukup
tinggi namun pada tahun 2020 terjadi penurunan dari tahun sebelumnya
dikarenakan adanya pandemi covid 19 diare ditangani di fasilitas
kesehatan pertama yaitu Puskesmas atau di rumah.
Berdasarkan data dan uraian latar belakang diatas mengingat diare
dengan dehidrasi dapat mengakibatkan kematian yang tidak ditangani
dengan tepat maka peneliti tertarik untuk melakukan studi kasus
“Manajemen cairan pada anak usia sekolah (5-10 tahun) dengan diare di
Rumah Sakit Harapan dan Doa Kota Bengkulu Tahun 2020”.
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah gambaran asuhan keperawatan yang berfokus pada
manajemen cairan pada anak usia sekolah dengan diare?.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan gambaran asuhan keperawatan yang berfokus pada
manajemen cairan pada kasus anak dengan diare di RSHD Kota
Bengkulu.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan gambaran pengkajian kebutuhan cairan pada anak
diare.
b. Mendiskripsikan gambaran diagnosa keperawatan berhubungan
dengan diare/dehidrasi.
c. Mendeskripsikan gambaran perencanaan keperawatan manajemen
cairan pada anak diare/ dehidrasi.
6
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Instansi Pendidikan
Merupakan bentuk sumbangsih kepada mahasiswa keperawatan sebegai
referensi untuk menambah wawasan dan bahan masukan dalam kegiatan
belajar mengajar yang berkaitan dengan asuhan keperawatan yang
berfokus pada manajemen cairan pada anak diare.
2. Bagi Peneliti lain
Diharapkan dapat menjadi dasar untuk melakukan penelitian yang serupa
dengan kasus yang lain maupun kasus yang sama yaitu Diare. Selain itu
diharapkan dimasa mendatang akan banyak mahasiswa ataupun tenaga
keperawatan yang akan membuat jurnal keperawatan berdasarkan
pengalaman praktiknya dalam memberikan manajemen cairan pada anak
diare.
3. Bagi Keluarga dan Klien
Meningkatkan pengetahuan keluarga dan klien dalam mengatasi diare di
rumah dengan cara memanajemen cairan saat mengalami diare yang
mengakibatkan dehidrasi.
4. Bagi Perawat di Rumah Sakit
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi tambahan
tentang penerapan manajemen cairan pada anak diare.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
yang terletak diantara esofagus dan usus halus. Fundus, dan antrum.
Fungsi terpenting pada lambung adalah menyimpan makanan yang
masuk sampai disalurkan ke usus halus dengan kecepatan yang sesuai
untuk pencernaan dan penyerapan yang optimal.
c. Usus halus
Usus halus adalah tempat berlangsungnya sebagian besar pencernaan dan
penyerapan. Setelah isi lumen meninggalkan usus halus, makan tidak
terjadi lagi pencernaan, walaupun usus besar dapat menyerap sejumlah
kecil garam dan air.
d. Usus besar
Usus besar menurut Syaifudin (2016) merupakan saluran pencernaan
berupa usus berpenampang luas atau berdiameter besar dengan panjang
kira-kira 1,5-1,7 meter dan penampang 5-5cm. Lanjutan dari usus harus
yang tersusun seperti huruf U terbalik mengelilingi usus halus terbentang
dari valvula iliosekalis sampai anus.Lapisan usus besar dari dalam keluar
terdiri dari lapisan selaput lendir atau (mukosa), lapisan otot melingkar,
lapisan otot memanjang, dan lapisan jaringan ikat. Bagian dari usus besar
terdiri dari sekum, kolon asendens, kolon transversum, kolon desendens
dan kolon sigmoid.
Fungsi usus besar adalah sebagi berikut :
1) Menyerap air dan elektrolit, untuk kemudian sisa massa membentuk
massa yang lembek yang disebut feses.
2) Menyimpan bahan feses
3) Tempat tinggal bakteri coli.
3. Klasifikasi
Klasifikasi diare menurut Lestari (2016) terbagi 4 macam yaitu:
a. Diare Akut
Diare akut adalah berlangsung kurang dari 14 hari umumnya kurang dari
17 hari sehingga mengakibatkan dehidrasi yang merupakan penyebab
utama kemaatian bagi penderita diare.
9
b. Diare Persisten
Diare persisten adalah berlangsung lebih dari 14 hari secara terus-
menerus sehungga mengakibatkan penurunan berat badan dan gangguan
metabolisme.
c. Diare Disentri
Diare disentri yang disertai darah dalam tinja. Akibat disentri adalah
diare disentri yang disertai darah dalam tinja. Akibat disentri adalah
Anorexia sehingga mengakibatkan penurunan berat badan dengan cepat,
kemungkinan terjadi komplekasi pada mukosa.
d. Diare masalah lain
Anak yang menderita diare akut persisten mungkin juga disertai penyakit
lainnya seperti gangguan gizi, demam dan penyakit lainnya.
4. Etiologi
Etiologi diare menurut Ngastiyah (2014) dibagi beberapa faktor yaitu:
a. Faktor infeksi
1) Infeksi Internal adalah infeksi saluran pencernaan makanan yang
merupakan penyebab utama diare pada anak disebabkan oleh bakteri
Shingella, Salmonella,dan E. Coli.
2) Infeksi Parenteral adala infeksi diluar alat pencernaan makanan pada
bayi dan anak dibawah dua tahun.
b. Faktor malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat, disakarida (Intoleranci Glukosa, Frugtosa dan
Glaktosa) pada bayi dan anak yang terpenting dan terserang malabsorbsi
lemak dan protein.
c. Faktor makanan
Faktor makanan adalah seperti makanan beracun, basi dan alergi
terhadap makanan yang ia makan.
d. Faktor psikologis
Faktor psikologis yaitu rasa takut dan cemas (jarang terjadi pada anak
namun sering terjadi).
10
5. Patofisiologi
Patofisiologi diare menurut Wijaya & Putri (2017) adalah:
a) Gangguan osmotik akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak
diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus
meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam
rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan menyerangsang
usus mengeluarkannya sehingga timbul diare.
b) Gangguan sekresi akibat rangsangan tertentu (misalnya oleh toksin)
pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit
kedalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat
peningkatan isi rongga usus.
c) Gangguan motilitas usus, hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga
timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan selanjutnya dapat
menimbulkan diare pula.
Patogenesisnya:
1) Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah
berhasil melewati rintangan asam lambung.
2) Jasad renik tersebut berkembang biak dalam usus halus.
3) Oleh jasad renik dikeluarkan toksin (toksin diaregenik).
4) Akibat toksin itu, terjadi hipersekresi yang selanjutnya timbul diare.
11
6. WOC/ Pathway
Bagan 2.1 Pathway
Kuman masuk
Faktor
dan Toksin dalam Hipersekresi
berkembang dinding usus air elektrolit
Infeksi dalam usus halus isi rongga
Pergeseran air usus me
Malabsorbsi Tekanan
dan elektrolit Isi rongga
KH, lemak osmotik me
dan protein ke usus usus me
Psikologis Ansietas
Diare
MK: Gangguan
Frekuensi Distensi abdomen
integritas kulit
BAB me
perienal
Mual muntah
Hilang cairan & elektrolit
berlebihan
Nafsu makan menurun
Asidosis metabolik
Gangguan keseimbangan
cairan & elektrolit MK:
sesak
Ketidakseimbangan
Dehidrasi \
nutrisi kurang dari
MK: Gangguan
pertukaran gas kebutuhan
7. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis diare menurut Wijaya & Putri (2017) yaitu: mula-
mula anak balita menjadi cengeng, gelisah, suhu badan meningkat, nafsu
makan berkurang atau tidak ada kemudian timbul diare. Tinja cair, mungkin
disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja makin lama makin berubah
kehijau-hijauan karena tercampur empedu, karena seringnya defekasi, anus
dan sekitarnya lecet karena tinja makin lama menjadi asam akibat
banyaknya asam laktat, yang berasal dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh
usus selama diare.
Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan atau sesudah diare. Anak-
anak yang tidak mendapatkan perawatan yang baik selama diare akan jatuh
pada keadaan-keadaan seperti dehidrasi, gangguan keseimbangan asam-
basa, hipoglikemia, gangguan gizi dan gangguan sirkulasi.
8. Komplikasi
Komplikasi diare menurut Lestari (2016) anak yang diare akan
mengalami kondisi berupa hilanganya sejumlah cairan dan elektrolit yang
ada dalam tubuh karena muntah dan feses yang cair. Selain itu, anak yang
mengalami diare juga akan mengalami dehidrasi, mulai dari dehidrasi
ringan hingga dehidrasi berat, bahkan sampai dapat terjadi kematian.
Dehidrasi inilah yang sebenarnya patut lebih diperhatikan. Akibat
kehilangan cairan secara mendadak menurut Vivian (2010), dapat terjadi
berbagai macam komplikasi, seperti:
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonic, atau hipertonik).
b. Renjatan hipovolemik.
c. Hipokalemia (dengan gejal meteorismus, hipotoni otot, lemah,
bradikardi, perubahan pada EKG.
d. Hipoglikemia .
e. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim lactase
karena kerusakan villi mukosa usus halus.
f. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik.
13
g. Malnutrisi energy protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan.
9. Derajat dehidrasi
10. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan menurut Lestari (2016) sebagai berikut:
a. Pada anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi (kekurangan cairan)
Tindakan :
1) Untuk mencegah dehidrasi, beri anak minum lebih banyak dari
biasanya.
2) Makan diberikan seperti biasnya.
3) Bila keadaan anak bertambah berat, segera bawa ke puskesmas
terdekat.
b. Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi ringan/sedang
Tindakan :
1) Berikan oralit
a) Untuk anak umur kurang dari 4 bulan dengan berat badan kurang
dari 6 kg jumlah pemberian cairan 200 - 400ml / 3 jam.
b) Untuk anak umur 4 - < 2 bulan dengan berat badan 6 - < 10 Kg
jumlah pemberian cairan 400 – 700ml / 3 jam.
c) Untuk anak umur 1 - < 2 tahun dengan berat badan 10 - < 12 kg
jumlah pemberian cairan 700 – 900ml / 3 jam.
d) Untuk umur anak 2 - < 5 tahun dengan berat badan 12 – 19 kg
jumlah pemberian cairan 900 – 1400 / 3 jam.
1. Teruskan pemberian makanan.
2. Sebaiknya yang lunak, mudah dicernadan tidak merangsang.
3. Bila tidak ada perubahan segera bawa kembali ke puskesmas.
c. Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi berat
Tindakan :
1. Segera bawa ke rumah sakit / puskesmas dengan fasilitas perawatan.
2. Oralit diteruskan selama masih bisa minum Takaran dalam
pemberian oralit:
a) Di bawah 1 tahun: 3 jam pertama 1,5 gelas selanjutnya 0,5 gelas
setiap kali mencret
15
Haluaran (output). jumlah asupan cairan harus sama dengan jumlah cairan
yang dikeluarkan dari tubuh. Perubahan sedikit pada keseimbangan cairan
dan elektrolit tidak akan memberikan dampak bagi tubuh. Akan tetapi, jika
terjadi ketidakseimbangan antara asupan dan haluaran, tentunya akan
menimbulkan dampak bagi tubuh manusia (Aaronson, 2007).
Pengaturan keseimbangan cairan tubuh dipengaruhi oleh jumlah cairan
yang masuk dan ke luar tubuh, proses difusi melalui membrane sel dan
tekanan osmotik yang dihasilkan oleh elektrolit pada kedua kompartemen.
Adapun peran cairan tubuh yaitu sangat penting perannya dalam menjaga
keseimbangan (hemodinamik) proses kehidupan (Eka, 2013).
Cairan sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap
sehat. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat
tertentu (terlarut). Cairan masuk ke dalam tubuh melalui makanan,
minuman, dan cairan intervena serta di distribusi keseluruh bagian tubuh.
Asupan cairan diatur dengan rasa haus. Respon haus merupakan refleks
yang secara otomatis menjadi perintah kepada tubub memasukkan cairan.
Pusat pengendalian rasa haus berada di dalam hipotalamus otak. Rasa haus
akan muncul jika volume cairan dalam tubuh menurun. Kondisi tersebut
akan memberikan stimulus pada terhadap pusat rasa haus bahwa terjadi
peningkatan konsentrasi plasma dan penurunan volume darah. Sehingga,
pusat rasa haus di hipotalamus akan memerintahkan motorik untuk
memasukkan cairan ke dalam tubuh.
Air sebagai asupan pokok dapat diperoleh dari berbagai bahan makanan,
seperti buah-buahan, sayuran dan daging. Proses oksidosis bahan makanan
selama proses pencernaan juga menghasilkan air. Proses pencernaan
makanan akan menghasilkan jumlah air yang cukup (220 ml dari metabolism
karbohidrat, protein dan lemak). Akan tetapi, asupan air murni secara oral
sangat penting untuk memenuhi kebutuhan air, karena kebutuhan cairan kita
sangat besar.
18
c) Diet
Pada saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah cadangan energy,
proses ini menimbulkan pergerakan cairan dari intertisial ke intraseluler.
d) Stress
Stress dapat menimbulkan peningkatan metabolism sel, konsentrasi darah
dan glikolisis otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan
air. Proses ini dapat meningkatkan produksi ADH dan menurunkan
produksi urine.
e) Sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjal dan jantung,
gangguan hormone akan menganggu keseimbangan cairan.
b. Kulit
1) Hilangnya cairan melalui kulit diatur oleh saraf simpatis yang
merangsang aktivitas kelenjar keringat.
2) Rangsangan kelenjar keringat dapat dihasilkan dari aktivitas otot,
temperature lingkungan yang meningkat, dan demam.
3) Disebut juga Isensible Water Loss (IWL) sekitar 15-20ml/24 jam.
c. Paru-paru
1) Menghasilkan IWL sekitar 400 ml/hari.
2) Meningkatnya cairan yang hilang sebagai respons terhadap perubahan
kecepatan dan kedalaman napas akibat pergerakan atau demam.
d. Gastrointestinal
1) Dalam kondisi normal cairan yang hilang dari gastrointestinal setiap hari
sekitar 100-200ml.
2) Perhitungan IWL secara keseluruhan adalah 10-15 cc/kg BB/24 jam,
dengan kenaikan 10% dari IWL pada setiap kenaikan 1 derajat celcius.
oral, selang NGT, dan parenteral. Air merupakan 65%-80% dari berat
badan. Total Body Water (TBW) bervariasi pada setiap anak tergantung
beberapa faktor antara lain usia,jenis kelamin,massa otot dan kandungan
lemak.
Cairan intra seluler sepenuhnya berupa cairan yang berada dalam
membrane sel tubuh dan merupakan komposisi cairan yang terbesar (40%
berat badan padaanak umur 1 tahun). IWL (Insensible Water Loss) adalah
jumlah cairan yang keluarnya tidak disadari dan sulit di hitung, seperti
jumlah keringat, dan uap hawa nafas. Untuk menghitung balance cairan
seseorang harus diperhatikan berbagai faktor, diantaranya adalah berat
badan dan umur. Menghitung Balance Cairan pada anak tergantung pada
tahap umur, untuk menentukan air metabolisme, yaitu :
a) Usia Balita (1-3 tahun) = 8 cc/KgBB/hari
b) Usia 5 s/d 7 tahun = 8 s/d 8,5 cc/KgBB/hari
c) Usia 7 s/d 11 tahun = 6 s/d 7 cc/KgBB/hari
d) Usia 12 s/d 14 tahun = 5 s/d 6 cc/KgBB/hari
Rumus IWL (Insensible Water Loss) pada anak :
(30 – usia anak dalam tahun) x cc/KgBB/hari
sesudah dihitung balance ganti sejumlah cairan yang hilang. Balance cairan
adalah keseimbangan antara pengeluaran dan pemasukan dari cairan di dalam
tubuh yang memungkinkan fungsi metabolik tubuh bekerja dengan benar
(Welc, 2010).
Mempertahankan balance cairan dengan cara mengganti cairan yang
hilang dengan air putih sangat penting pada anak diare. Penelitian yang
dilakukan oleh Ilham (2014) di RSUD Kudus pada 10 pasien rawat inap
menunjukkan setelah dilakukan pengelolaan selama 2x24 jam masalah balance
cairan atau walaupun masih kurang tetapi mengalami peningkatan yaitu dari
hari pertama balance cairan -143 cc menjadi -43 cc, selain itu data lain yang
mendukung adalah turgor kulit pasien baik, mukosa bibir lembab, mata sudah
tidak cekung.
3. Pemberian madu
Madu memiliki banyak kandungan didalamnya, diantaranya
karbohidrat, protein, mineral, vitamin B kompleks dan vitamin C. Bebrapa
manfaat vitamin C pada madu yaitu terdapat sifat sebagai anti inflamasi, anti
bakteri, anti viral dan anti oksidan yang berguna untuk mengatasi bakteri dan
virus penyebab diare. Dosis pemberian madu 1 sendok makan plastik yang
diberikan bersamaan dengan obat yang biasa diberikan untuk penderita diare
yaitu oralit sesuai dosis kemudian diberikan 1 sendok makan madu sedikit demi
sedikit. Jenis madu yang digunakan didalam penelitian adalah madu murni
tanpa campuran perasa apapun. Waktu pemberiannya pun sebanyak 2 kali
dalam sehari yaitu pada pukul 06.00 WIB dan pukul 18.00 WIB atau pada saat
pemberian oralit.Putra, A. M & Andriani, Y (2017).
Penelitian yang dilakukan oleh Putra, A. M & Andriani, Y (2017) dapat
disimpulkan bahwa penggunaan madu dapat berpengaruh terhadap penurunan
frekuensi diare terhadap anak.
4. Pemberian cairan parenteral
Berikan cairan parenteral, untuk anak umur 5-10 tahun dengan berat
26
2. Analisa data
Tabel 2.3
(sumber: SDKI, SIKI dan SIKI, 2017).
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang menjadi fokus utama untuk di bahas dalam
penulisan karya tulis ilmiah adalah Hipovolemia berhubungan dengan
kehilangan cairan aktif dalam tubuh (SDKI, 2017)
1) Hipovolemia b/d Kehilangan cairan aktif.
Menurut SDKI, 2017 hipovolemia adalah Penurunan volume cairan
intravaskular, interstisial, dan/atau intraselular.
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif : (tidak tersedia)
31
Objektif :
a. Frekuensi nadi meningkat
b. Nadi teraba lemah
c. Tekanan darah menurun
d. Tekanan nadi menyempit
e. Turgor kulit menurun
f. Membran mukosa kering
g. Volume urine menurun
h. Hematokrit meningkat
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif :
a. Merasa lemah
b. Mengeluh halus
Objektif:
a. Pengisian vena menurun
b. Status mental berubah
c. Suhu tubuh meningkat
d. Konsentrasi urin meningkat
e. Berat badan turun tiba-tiba
32
4) Perencanaan Keperawatan
Perencanaan adalah rencana keperawatan yang akan penulis rencanakan kepada klien sesuai dengan diagnosa yang
ditegakkan sehingga kebutuhan klien dapat terpenuhi.
Perencanaan Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil Keperawatan
(SLKI) (SIKI)
1. Hipovolemia b.d kehilangan Setelah dilakukan tindakan SIKI : Manajemen Manajemen Cairan
cairan aktif. keperawatan selama 3 x 24 Cairan Observasi
DS: jam, diharapkan
1. Merasa lemah Hipovolemia dapat diatasi Observasi 1. Mengetahui tanda dan
2. Mengeluh haus dengan : gejala hipovolemia
DO: SLKI : Keseimbangan 1. Monitor status hidrasi 2. Mengetahui intake dan
1. Frekuensi nadi meningkat Cairan (mis. frekuensi nadi, output cairan yang
2. Nadi teraba lemah Dipertahankan ke 1/2/3/4/5 kekuatan nadi, akral, dikeluarkan oleh tubuh.
3. Tekanan darah menurun pengisian kapiler, 3. Untuk mengetahui
4. Tekanan nadi menyempit Ditingkatkan ke 2. kelembapan mukosa, balance cairan serta
5.Turgot kulit menurun 1/2/3/4/5 turgor kulit, tekanan cairan yang dibutuhkan
6.Membran mukosa kering darah) oleh klien.
7.Volume urine menurun Deskripsi level : 3. Monitor berat badan Terapeutik
8.Hematocrit meningkat 1. Menurun harian 1. Penanganan melalui
9. Pengisian vena menurun 2. Cukup Menurun 4. Monitor hasil farmakologi untuk
10. Status mental berubah 3. Sedang 5. Monitor tanda-tanda vital menyeimbangkan
11. Suhu tubuh meningkat 4. Cukup Meningkat kebutuhan elektrolit.
12. Konsentrasi meningkat 5. Meningkat Terapeutik 2. Menambah asupan
13. Berat badan turun tiba-tiba cairan klien yang
Dengan kriteria 1. Catat intake-output dan kurang.
hasil : hitung balance cairan 24 3. Menambah cairan agar
1. Asupan cairan meningkat jam serta kebutuhan tidak dehidrasi.
33
5. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan cara mewujudkan pelaksanaan
tindakan dari perencanaan yang telah dibuat. Implementasi yang dilakukan pada
pasien anak diare adalah mengacu pada SIKI (Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia) yaitu SIKI manajemen cairan yang aktivitas tindakan keperawatan
dikelompokkan dalam empat kategori yaitu observasi, terapeutik, edukasi, dan
kolaborasi dengan pemberian oralit dan pemberian air tumbukan daun jambu
biji.Implementasi yang akan diterapkan dalam penelitian ini yaitu:
a) Pemberian oralit untuk mengganti cairan dan elektrolit dalam tubuh yang
hilang karena diare. Oralit diberikan tiga jam pertama 6 gelas, selanjutnya
1,5 gelas setiap kali mencret dengan dosis pemberian oralit pada anak 5-10
tahun yaitu 1200-2200 ml.
b) Mempertahankan balance cairan agar tidak terjadinya dehidrasi dengan cara
menghitung cairan yang hilang.
c) Air putih untuk mengganti cairan yang hilang sesudah dihitung input dan
Output
d) Pemberian madu untuk menurunkan frekuensi diare. Dosis pemberian madu
1 sendok makan plastik yang diberikan bersamaan dengan obat yang biasa
diberikan untuk penderita diare yaitu oralit sesuai dosis kemudian diberikan
1 sendok makan madu sedikit demi sedikit.
e) Pemberian cairan parental untuk cairan tubuh yang hilang, untuk anak umur
5-10 tahun dengan berat badan 15-25kg: 1 jam pertama: 20ml/kgBB/jam
atau 5 tetes/kgBB/menit (1ml=20 tetes). 7 jam berikutnya: 10ml/kgBB/jam
atau 2,5 tetes/kgBB/menit (1ml=20tetes). 16 jam berikutnya: 105 ml/kgBB
oralit per oral.
6. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses keperawatan mengukur respon pasien terhadap
tindakan keperawatan dan kemajuan pasien kearah pencapaian tujuan. Tahap
35
akhir yang bertujuan untuk mencapai kemampuan pasien dan tujuan dengan
melihat perkembangan pasien. Evaluasi pasien anak dengan Diare dilakukan
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya pada tujuan (Perry &
Potter, 2005).
Evaluasi keperawatan terdiri dari S-O-A-P.
1) Subjektif : ungkapan perasaan dan keluhan yang dikeluhkan klien maupun
keluarga secara subjektif setelah di berikan tindakan keperawatan.
2) Objektif : keadaan klien yang dapat diidentifikasi oleh perawat dengan
menggunakan pengamatan yang objektif.
3) Analisa : analisa perawat setelah mengetahui respon hasil dari klien secara
objektif dan subjektif.
4) Planning/Perencanaan : perencanaan selanjutnya yang akan dilakukan oleh
seorang perawat setelah perawat melakukan analisis.
Kriteria hasil yang ingin dicapai dalam manajemen cairan pada anak diare
yaitu:
a) Asupan cairan meningkat
b) Keluaran urine meningkat
c) Kelembaban meningkat
d) membran mukosa meningkat
e) Asupan makanan meningkat
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang dipilih oleh peneliti adalah jenis penelitian
deskriptif dalam bentuk studi kasus untuk mengeksplorasi. Gambaran asuhan
keperawatan yang berfokus pada Manajemen Cairan pada anak usia sekolah
dengan diare di Rumah Sakit Harapan dan Doa Kota Bengkulu. Pendekatan
yang digunakan adalah pendekatan Asuhan keperawatan yang meliputi
pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,
implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan (Arikunto, 2014).
B. Subyek Penelitian
Subyek studi kasus ini yaitu penyandang diare pada anak di RSHD Kota
Bengkulu. Jumlah subyek penelitian yang dilibatkan yaitu 2 orang anak
penyandang diare. Partisipan akan dilakukan satu kali tindakan pemeriksaan.
Adapun kriteria inklusi dan eksklusi yang ditetapkan pada subjek studi kasus ini
yaitu:
Dengan kriteria inklusi :
1) Klien bersedia menjadi subjek penelitian.
2) Berusia 5-10 tahun.
3) Klien dengan diagnosis diare yang disertai dehidrasi ringan atau dehidrasi
sedang.
4) Klien dengan kesadaran composmentis.
5) Klien dengan hari rawat minimal 3 hari
Kriteria eklusi :
1) Klien tidak selesai menjadi responden selama proses penelitian.
2) Klien pulang atau meninggal sebelum 3 hari dilakukan tindakan
keperawatan.
36
37
C. Fokus Penelitian
Klien anak dengan diare yang berfokus pada penerapan manajemen cairan
untuk memenuhi kebutuhan cairan yang hilang pada klien akibat
ketidakseimbangan cairan didalam tubuh klien/dehidrasi untuk anak usia
sekolah (5-10 tahun).
D. Definisi Operasional
1. Klien yang diambil pada penelitian ini adalah klien anak usia sekolah yang
dirawat dengan kasus diare yang dirawat di RSHD Kota Bengkulu.
cairan dan elektrolit yang hilang saat anak diare melalui tindakan pemberian
oralit, mempertahankan balance cairan dengan cara mengganti cairan yang
hilang dengan air putih, pemberian madu dan pemberian cairan parenteral.
demam dan lain-lain. Studi kasus ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai
Maret tahun 2021.
F. Prosedur penelitian
yang berfokus pada manajemen cairan pada anak usia sekolah yang mengalami
38
diare di Rumah Sakit Harapan dan Doa Kota Bengkulu. Setelah disetujui oleh
penguji proposal maka penelitan dilanjutkan dengan kegiatan pengumpulan
data. Data penelitian berupa hasil pengukuran,observasi dan wawancara
terhadap klien yang dijadikan subyek peneliti.
H. Keabsahan data
I. Analisa Data
J. Etika Penelitian
1. Self determinal
Responden pada studi kasus ini, diberikan kebebasan untuk berpartisipasi
atau tidak dalam studi kasus ini tanpa ada paksaan.
2. Tanpa nama (anonymity)
Responden pada studi kasus ini tidak mencantumkan nama responden pada
lembar pengumpulan data, dan hanya memberi inisial sebagai pengganti
identitas responden.
3. Kerahasiaan (confidentiaaly)
Menjaga semua kerahasiaan semua informasi yang didapatkan dari
responden. Semua informasi yang didapat dari responden hanya diketahui
40
oleh peneliti dan tidak di sebarluaskan ke orang lain. Setelah studi kasus
dilakukan, data yang diolah akan di musnahkan demi kerahasiaan responden.
40
4. Keadilan (justice)
Studi kasus ini memperlakukan semua responden secara adil dan semua
responden memperoleh perlakuan dan keuntungan yang sama selama
pengumpulan data tanpa adanya diskriminasi, baik yang bersedia mengikuti
penelitian maupun yang menolak untuk menjadi responden penelitian.
5. Asas kemanfaatan (beneficiency)
Dalam studi kasus ini menghindari tindakan yang dapat merugikan
responden. Asas kemanfaatan harus memiliki tiga prinsip yaitu bebas
penderitaan, bebas eksploitasi dan bebas resiko. Bebas penderitaan, bebas
eksploitasi dan bebas resiko. Bebas penderitaan bila ada penderitaan pada
responden. Bebas eksploitasi bila di dalam pemberian informasi dan
pengetahuan tidak berguna, sehingga merugikan responden Resiko yang
dimaksudkan adalah peneliti menghindarkan responden dari bahaya dan
keuntungan kedepanya.
6. Malaficience
Peneliti menjamin tidak menyakiti, membahayakan atau memberikan
ketidaknyamanan baik secara fisik maupun psikologis.
41
DAFTAR PUSTAKA
Tarwoto & Wartonah (2006). Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan.
Edisi 3. Salemba medika : Jakarta.
Tarwoto & Wartonah (2010). Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan.
Edisi 4. Salemba medika : Jakarta.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2019. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Vivian. (2010). Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika.
WHO, (2013). Guideline for the management of common childhood illnesses Second
Edition. Switzerland: World Health Organization.
Wijaya & Putri. 2017. Keperawatan Medikal Bedah Cetakan 3. Yogyakarta : Nuha
Medika.
World Health Organization (WHO).2017. Climate Changeand Human Health Risk
and Responses, Geneva.
World Health Organization (WHO).2018. Diarrhoea. Geneva: World Health
Organization.
World Health Organization (WHO).2019. Diarrhoea. Geneva: World Health
Organization.