Anda di halaman 1dari 99

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA AMAN


BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI
RUANGAN PERINATOLOGI RSUD dr. M. YUNUS BENGKULU
TAHUN 2022

DISUSUN OLEH :

PUPUT RAMADHANI
NIM.P05120219076

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK


INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
BENGKULU PRODI DIII KEPERAWATAN BENGKULU
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2021/2022
KARYA TULIS
ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA AMAN
BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI
RUANGAN PERINATOLOGI RSUD dr. M. YUNUS BENGKULU

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Diploma


Tiga Keperawatan pada Prodi DIII Keperawatan Bengkulu Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu

Disusun Oleh:

PUPUT RAMADHANI
P05120219076

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK


INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
BENGKULU PRODI DIII KEPERAWATAN BENGKULU
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2021/2022

i
HALAMAN
KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA AMAN


BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI
RUANGAN PERINATOLOGI RSUD dr. M. YUNUS BENGKULU
TAHUN 2022

Dipersiapkan dan dipresentasikan oleh:

PUPUT RAMADHANI
P05120219076

Karya Tulis Ilmiah Ini Telah Diperiksa dan Disetujui Untuk Dipresentasikan di
Hadapan Tim Penguji Program Studi Diploma III Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Bengkulu
Pada Tanggal 01 Juli 2022

Oleh:
Pembimbing Karya Tulis Ilmiah

Ns.Rahma Annisa, S.Kep ,M.Kep


NIP. 198503232010122002

i
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang merupakan tugas
akhir dalam menyelesaikan Program Studi DIII Keperawatan di Poltekkes
Kemenkes Bengkulu yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan
Rasa Aman Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Di Ruangan
Perinatologi Rsud dr. M. Yunus Bengkulu
Tahun 2022”.

Dalam penyusunan Karya Tulis ini penulis mendapat banyak bimbingan


dan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat selesai pada waktunya. Oleh
karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Ibu Eliana, SKM, M.PH, selaku Direktur Poltekes Kemenkes Bengkulu.
2. Ibu Ns. Septiyanti, S.Kep., M.Pd selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Bengkulu.
3. Ibu Asmawati, S.Kp, M.Kep., selaku ketua program studi D III keperawatan
Poltekes Kemenkes Bengkulu.
4. Ns. Rahma Annisa, S.Kep, M.Kep sebagai pembimbing dalam Penyusunan
Karya Tulis Ilmiah yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk
memberikan bimbingan, arahan dan masukan dengan penuh kesabaran
sehingga penulisan Karya Tulis Ilmiah ini bisa terselesaikan dengan baik.
5. Ns. Hendri Heriyanto sebagai ketua penguji yang memberikan bimbingan,
arahan dan masukan sehingga Karya Tulis Ilmiah ini terselesaikan.
6. Ns. Andra Saferi Wijaya selaku penguji 1 yang memberikan bimbingan,
arahan dan masukan sehingga Karya Tulis Ilmiah ini terselesaikan.
7. Seluruh dosen dan staf Prodi Keperawatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah
ini masih banyak ketidaksempurnaan baik dari segi penulisan maupun
penyusunan dan metodologi. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan
bimbingan dari berbagai pihak agar penulis dapat lebih optimal lagi di masa yang

i
akan datang. Penulis berharap semoga yang telah penulis susun ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak serta dapat membawa perubahan positif terutama
bagi penulis sendiri dan mahasiswa Prodi Keperawatan Bengkulu lainnya.

Bengkulu 06 Juli 2022

Penulis

v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Jangan biarkan hari kemarin merenggut banyak hal hari ini”
PERSEMBAHAN
Karya tulis ini saya persembahkan untuk:
1. Orang Tua Terhebat Bapak Sugimansyah dan Ibu Ruwinah yang tidak
pernah berhenti mendoakan dan memohonkan keberhasilan anak-anaknya,
yang selalu memberikan dukungan dan semangat, yang selalu berusaha
memenuhi semua kebutuhan dan memberikan segalanya kepada penulis
sehingga menjadi alasan penulis bisa menjalani dan menyelesaikan
pendidikan DIII keperawatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu.
2. Pasien kelolaan By. S dan keluarga beserta seluruh perawat, bidan, dokter,
dan seluruh tenaga media lain yang bertugas di Ruang Perinatologi RSUD
Dr. M. Yunus Kota Bengkulu.
3. Kedua Ayuk Tersayang penulis Ayuk Epa Desi Restiana, Ayuk Evi
Novanyanti, dan semua kakak ipar penulis yang terus memberikan
semangat kepada penulis yang merupakan adik kecil mereka yang selalu
mereka sayangi dan keponakan penulis Ade Pratama Wijaya dan
Ramadhan Afriza Hayadi yang sangat penulis sayangi dan cintai.
4. Kakak-kakak pembimbing tersayang sist Ade Mahesso Fitri Fibri, sist
Novia Yulita, kak Valerian Haidar, saudara asuh Yogi Kurniawan, adek
asuh Muhammad Fadhil Zaidli, Wulan Permata Sari, Dhea Pitaloka,
Ahmad Yaro, Dan Widia.
5. Teman-teman Kosan Pak Bowo: Ayu, Sri, Azel, Ica, Feny, Nosi, Fina,
Peggi yang menemani penulis setiap hari dan selalu siap sedia membantu
kapanpun penulis membutuhkan bantuan.
6. Teman tim keperawatan anak Nosi, Trisna Wulan, Wulan Anggraini, dan
Afrina yang telah bimbingan dan berjuang bersama hingga akhirnya
berada di titik ini.
7. Semua teman-teman angkatan 14 Excellent Nursing Class yang berjuang
bersama agar dapat menyelesaikan pendidikan sebaik mungkin.

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN................................................................. vi
DAFTAR ISI................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL........................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 5
C. Tujuan Studi Kasus ............................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 7
A. Konsep Teori BBLR ............................................................................. 7
B. Konsep Rasa Aman ............................................................................... 18
C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan ..................................................... 21
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 34
A. Rencana Studi Kasus............................................................................. 34
B. Subyek Studi Kasus............................................................................... 34
C. Fokus studi kasus .................................................................................. 35
D. Definisi Operasional.............................................................................. 35
E. Lokasi dan waktu penelitian.................................................................. 35
F. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data ........................................... 36
G. Etika Studi Kasus .................................................................................. 37
H. Keabsahan Data..................................................................................... 38
BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBEHASAN ............................ 39
A. Hasil Studi Kasus .................................................................................. 39
B. Pembahasan........................................................................................... 64
BAB V PENUTUP.......................................................................................... 70
A. Kesimpulan ........................................................................................... 70
B. Saran...................................................................................................... 72

v
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................74
LAMPIRAN.........................................................................................................76

v
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Analisa Data.........................................................................................28
Tabel 2. 2 intervensi keperawatan.........................................................................30
Tabel 4. 1 Permeriksaan Labolatorium..................................................................44
Tabel 4. 2 Terapi Obat...........................................................................................45
Tabel 4. 3 Analisa Data.........................................................................................45
Tabel 4. 4 Diagnosa Keperawatan.........................................................................46
Tabel 4. 5 Intervensi Keperawatan........................................................................47
Tabel 4. 6 Implementasi Keperawatan..................................................................49
Tabel 4. 7 Evaluasi Keperawatan..........................................................................58

i
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Biodata penulis
Lampiran 2 : Leafleat resiko Infeksi
Lampiran 3 : Foto dokumentasi
Lampiran 4 : Surat izin pra penelitian Dinas Kesehatan Provinsi
Bengkulu Lampiran 5 : Surat izin penelitian Poltekkes Kemenkes
Bengkulu Lampiran 6 : Surat izin penelitian DPMPTSP Kota Bengkulu
Lampiran 7 : Surat izin penelitian RSUD dr. M. Yunus Bengkulu
Lampiran 8 : Surat keterangan selesai penelitian RSUD dr. M.Yunus Bengkulu

x
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) hingga saat ini masih menjadi
masalah karena merupakan salah satu faktor penyebab kematian bayi. BBLR
berdampak serius terhadap kualitas generasi mendatang karena dapat
memperlambat pertumbuhan dan perkembangan anak. BBLR adalah bayi
yang lahir dengan kondisi berat badan lahir kurang dari 2.500 gram. Bayi
dengan BBLR memiliki peluang hidup sangat kecil dan risiko untuk
mengalami kematian lebih tinggi yaitu sebanyak 20 kali jika dibandingkan
dengan bayi yang lahir dengan berat badan normal. Selain itu, bayi BBLR jika
bertahan hidup akan mengalami berbagai masalah kesehatan seperti, masalah
pertumbuhan atau perkembangan kognitif dan penyakit degeneratif pada saat
dewasa (Rerung Layuk, 2021).
Berdasarkan World Health Organization (WHO) tahun 2020 secara global
terdapat sekitar 5 juta kematian neonatus pertahun sebanyak 98%, terdapat 4,5
juta kematian bayi dibawah lima tahun, 7,5% diantaranya terjadi pada tahun
pertama kehidupan. Insiden global BBLR 15,5%, berkisaran 1-8 kasus/1.000
kelahiran hidup dengan case fatality rate (CFR) yang berkisaran 10-50%.
Upaya pengurangan bayi BBLR hingga 30% pada tahun 2025 mendatang dan
sejauh ini sudah terjadi penurunan angka bayi BBLR dibandingkan dengan
tahun 2012 sebelumnya yaitu sebesar 2,9%. Dengan hal ini, data tersebut
menunjukkan telah terjadi pengurangan dari tahun 2012 sampai tahun 2019
yaitu dari 20 juta menjadi 14 juta bayi BBLR (Novitasari et al., 2020).
Berdasarkan profil Kesehatan Anak Indonesia tahun 2020 Angka
Kematian Bayi (AKB) Indonesia yaitu 24/1000 kelahiran hidup (KH),
sedangkan kematian neonatal di Indonesia disebabkan oleh BBLR (35,3%)
dan penyebab lainnya (Rizka, 2021). Menurut kemenkes (2018) proporsi
BBLR di Indonesia, pada anak umur 0-59 bulan yaitu sebesar 6,2% .
Menurut Bidang Kesmas Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu tahun 2019
angka kematian neonatal (AKN) sebesar 19/1000 kelahiran. Penyebab

1
2

kematian salah satunya berat badan lahir rendah (BBLR) sebanyak 11,2%.
Hasil survey awal yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 23 Februari 2022
di Rumah Sakit RSUD dr. M.Yunus Bengkulu jumlah bayi yang mengalami
BBLR pada tahun 2019 terdapat 21 bayi BBLR dari 21 bayi, mengalami
penurunan pada tahun 2020 menjadi 11 bayi BBLR, jadi jumlah bayi BBLR
dari tahun 2019-2020 32 bayi BBLR (Medical Record RSUD dr. M.Yunus
Bengkulu, 2022).
Salah satu penyumbang penyebab kematian bayi adalah berat badan lahir
rendah (BBLR). BBLR sendiri banyak dipengaruhi oleh berbagai macam
faktor yang dapat menyebabkan BBLR adalah faktor ibu, faktor janin, dan
faktor lingkungan. Faktor ibu meliputi usia ibu < 20 tahun atau > 35 tahun,
jarak kelahiran yang terlalu dekat, mengalami komplikasi kehamilan seperti
anemia, hipertensi, preeklampsia, ketuban pecah dini, keadaan sosial ekonomi
yang rendah, keadaan gizi yang kurang,kebiasaan merokok, minum alkohol.
Faktor janin meliputi kelainan kongenital dan infark, faktor lingkungan adalah
terkena radiasi, terpapar zat yang beracun (Sari et al., 2021).
Hal lain yang harus diperhatikan pada bayi BBLR adalah kebutuhan rasa
aman yaitu hipotermia dan resiko infeksi. Bayi dengan berat badan lahir
rendah rasa aman fisik harus diperhatikan karna bayi dengan berat badan lahir
rendah sangat lah sensitif dengan keadaan sekitar, terutama dengan keadaan
suhu tubuh, oleh karena itu biasanya bayi dengan berat badan rendah mudah
mengalami hipotermia.
Hipotermi terjadi saat suhu tubuh berada dibawah rentang normal
berkisar 36,5º C-37,5ºC. Tanda dan gejala hipotermi terdiri dari tanda gejala
mayor yaitu kulit teraba dingin, menggigil, suhu tubuh dibawah rentang
normal. Tanda gejala minor yaitu akrosianosis, bradikardi, dasar kuku
sianotik, hipoglikemia, hipoksia, pengisian kapiler kurang dari 3 detik,
konsumsi oksigen meningkat, ventilasi menurun, takikardi, penyempita
pembuluh darah pada bagian ujung jari kaki atau tangan, dan kulit tampak biru
muda ketika terkena suhu dingin pada neonatus (PPNI, 2016)

2
3

Secara teoritis pada bayi BBLR dapat mengalami hipotermi karena sistem
organ belum berfungsi secara sempurna, paru yang belum mature dapat
menyebabkan peningkatan kerja nafas dan kebutuhan kalori yang meningkat.
BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan
disabilitas neonatus, dampak jangka panjang terhadap bayi BBLR ialah bayi
mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan, gangguan berbicara
atau komunikasi, gangguan neurologi dan gangguan hiperaktif terhadap
kehidupannya di masa depan (Kusparlina,2016).
BBLR dapat mengalami hipotermi melalui beberapa mekanisme yang
berkaitan dengan kemampuan tubuh untuk menjaga keseimbangan antara
produksi panas dan kehilangan panas. Adanya hipotermia terjadi bila panas
tubuh berpindah ke lingkungan sekitar dan terjadi mekanisme tubuh
kehilangan panas secara konduksi/merambat (popok bayi basah tidak langsung
diganti, menyentuh bayi dengan tangan dingin), konveksi/mengalir (bayi dekat
dengan kipas angina/AC, radiasi/memancar (bayi diletakan diruangan yang
dingin, dan dibiarkan telanjang), dan evaporasi/menguap (bayi tidak dilap
setelah lahir) pada tubuh. Masalah pernafasan juga akan muncul sehingga
akan mengganggu dalam pemenuhan nutrisi secara oral dan potensial juga,
untuk kehilangan panas bayi dengan masalah BBLR seperti suhu tubuhnya
tidak stabil, lemak subkutan yang sedikit, belum matangnya sistem saraf, dan
pengatur suhu tubuh, sehingga menyebabkan hipotermia (Yuliana, 2017).
Bayi BBLR sangat rentan untuk mengalami hipotermia karena banyak
perubahan yang terjadi pada bayi dalam menyesuaikan diri dari kehidupan di
dalam rahim kekehidupan di luar rahim. Mengingat secara fisiologis bayi
belum mampu menyesuaikan dengan lingkungan yang baru setelah dilahirkan,
dukungan lingkungan agar bayi tetap bayi terjaga kehangatan sangat
diperlukan. Bayi yang baru lahir kehilangan panas empat kali lebih besar
daripada orang dewasa, sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan suhu.
Kemampuan bayi yang belum sempurna dalam memproduksi panas maka bayi
sangat rentan mengalami penurunan panas (Heriyeni, 2018).
4

Dampak yang sangat parah pada bayi BBLR dengan hipotermia akan
menghadapi risiko yang lebih tinggi terkena infeksi. BBLR dengan hipotermia
akan lebih besar kemungkinan meninggal dibandingkan dengan BBLR yang
tidak mengalami hipotermia. Hipotermia dapat menyebabkan kesakitan
bahkan kematian pada bayi BBLR (Parti et al., 2020).
Tindakan farmakologi untuk bayi dengan berat badan lahir rendah yaitu
pemberian vitamin K untuk mencegah pendarahan defesiensi (kekurangan
vit.K) melalui injeksi 1 mg IM sekali pemberian atau per oral 2mg sekali
pemberian atau 1mg/3 kali pemberian (saat lahir umur 3-10 hari dan umur 4-6
minggu). Tindakan non farmakologi yaitu manajemen hipotermia, dengan
tindakan observasi memonitor suhu tubuh bayi, mengidentifikasi penyebab
hipotermia, memonitor tanda dan gejala hipotermia. Tindakan terapeutik
menyediakan lingkungan yang hangat, melakukan penghangatan pasif seperti
memberi selimut atau memakaikan pakaian tebal untuk bayi, mengganti
pakaian/linel yang basah, dan melakukan penghangatan aktif eksternal seperti
kompres air hangat,botol hangat, dan selimut hangat (Triana, 2015; PPNI
2018).
Peran perawat perlu menerapkan intervensi tersebut pada bayi yang
memiliki Berat badan lahir rendah (BBLR) dengan pemenuhan kebutuhan rasa
aman terutama yang mengalami masalah keperawatan hipotermia,untuk
menjaga kestabilan suhu tubuh bayi, serta diharapkan ibu bayi dapat mengerti
tentang bagaimana cara agar suhu tubuh bayi tidak turun ketika bayi sudah
berada di rumah (Triana, 2015)
Berdasarkan latar belakang di atas terdapat banyak BBLR, maka peneliti
tertarik untuk mengangkat dan membuat karya tulis ilmiah yang berjudul
“asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan rasa aman bayi dengan berat
badan lahir rendah (BBLR) di Ruangan Perinatologi RSUD dr. M. Yunus
Bengkulu Tahun 2022”
5

B. Rumusan Masalah
Masih tingginya angka kejadian bayi dengan berat badan lahir rendah
(BBLR) baik di Indonesia maupun di RSUD dr. M. Yunus Bengkulu sehingga
rumusan masalah penelitian “Bagaimanakah asuhan keperawatan pemenuhan
kebutuhan rasa aman bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) di
Ruangan perinatologi RSUD dr. M. Yunus Bengkulu tahun 2022”?

C. Tujuan Studi
Kasus
1. Tujuan Umum
Diperoleh gambaran tentang asuhan keperawatan pemenuhan
kebutuhan rasa aman bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) di
Ruangan Perinatologi RSUD dr. M. Yunus bengkulu tahun 2022.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk :
a. Diperoleh pengkajian pada bayi dengan berat badan lahir rendah.
b. Diperoleh diagnosa asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan rasa
aman dan menentukan prioritas masalah pada bayi berat badan lahir
redah.
c. Diperoleh rencana asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan rasa
aman pada bayi berat badan lahir rendah.
d. Diperoleh implementasi asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan
rasa aman pada bayi berat badan lahir rendah.
e. Diperoleh evaluasi keperawatan pemenuhan kebutuhan rasa aman
pada bayi berat badan lahir rendah.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Mahasiswa
a. Menambah ilmu pengetahuan dan wawasan serta pengalaman belajar
di bidang ilmu keperawata khususnya tentang pemenuhan kebutuhan
rasa aman bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
6

2. Bagi Keluarga
a. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga dalam
merawat bayi dengan berat badan lahir rendah.
b. Meningkatkan keterampilan keluarga dalam penerapkan metode pada
saat dirumah.
c. Memberi pengetahuan pelayanan keperawatan yang berkualitas
dengan asuhan keperawatan pada bayi dengan berat badan lahir
rendah.
3. Bagi Pelayanan Kesehatan
a. Menerapkan asuhan asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan rasa
aman bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
b. Meningkatkan mutu pelayanan akan asuhan keperawatan pemenuhan
kebutuhan rasa aman bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teori
BBLR
1. Definisi BBLR

Berat badan lahir rendah (BBLR) didefinisikan sebagai anak dengan


berat badan kurang dari 2500 gram. Dahulu “berat badan lahir rendah”
diartikan sebagai bayi prematur. Namun, WHO mengubah pernyataan
tersebut karena tidak semua bayi yang lahir dibawah 2.500 gram. Definisi
BBLR di Indonesia hampir sama dengani definisi WHO, artinya jika berat
badan bayi kurang dari 2500 gram aspek usia kehamilan tidak
diperhitungkan dan berat badan anak ditimbang 24 jam pertama setelah
lahir (Kemenkes RI, 2016 ; (Kognisi et al., 2021). Menurut Sembiring
(2017) Berat badan lahir rendah yaitu keadaan bayi lahir dengan berat
kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. berat lahir adalah
berat badan bayi lahir yang ditimbang dalam 1 jam setelah dilahirkan.
Bayi yang mengalami Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah jika
berat bayi tersebut kurang dari angka 2500 gram atau 2.5 kg tanpa melihat
periode waktu bayi berada dalam rahim. BBLR dapat terjadi dikarenakan
usia kehamilan yang kurang dari usia normal yaitu 37 minggu dan berat
bayi pun lebih rendah dari bayi pada umumnya (Kemenkes, 2018 ; Rizka,
2021).
2. Klasifikasi BBLR
Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, BBLR dapat
dibedakan sebagai berikut:
a. Berat badan lahir rendah (BBLR),yaitu berat badan lahir bayi antara
1500 sampai 2500 gram.
b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), yaitu berat lahir bayi
< 1500 gram.
c. Bayi berat lahir ekstrem rendah (BBLER), yaitu berat bayi lahir
< 1000 gram.

7
8

d. Berdasarkan usia kehamilan, BBLR dapat diklasifikasikan menjadi


dua tipe yaitu:
1) Prematur murni bayi prematur murni adalah bayi baru lahir
dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan memiliki berat
badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan.
2) Dismaturitas Dismaturitas/ kecil masa kehamilan (KMK) adalah
bayi yang lahir selama kehamilan dengan berat badan kurang dari
berat badan sebenarnya. Hal ini dikarenakan janin mengalami
gangguan pertumbuhan di dalam rahim (Kognisi et al., 2021).
Selain itu BBLR dapat juga dibagi menjadi 3 stadium yaitu :
a) Stadium 1
Bayi tampak kurus dan relativ lebih panjang, kulit longgar,dan kering
b) Stadium 2
Terdapat tanda tanda stadium 1 ditambah warna kehijauan pada kulit
dan plasenta.
c) Stadium 3
Ditemukan pada stadium 2 ditambah warna kulit kuning begitupun
dengan kuku dan tali pusar.
3. Etiologi BBLR
Menurut (Rizka, 2021) Penyebab terjadinya bayi BBLR secara umum
bersifat, multifaktor sehingga kadang mengalami kesulitan untuk
melakukan tindakan pencegahan namun, penyebab terbanyak terjadi bayi
BBLR adalah prematur. semakin muda usia kehamilan semakin besar
resiko jangka pendek dan jangka panjang dapat terjadi. Menurut Sudarti
(2016). Penyebab terbanyak terjadi BBLR adalah kelahiran premature,
faktor ibu umur, paritas dan lain lain. faktor-faktor yang berhubungan
dengan bayi BBLR secara umum yaitu sebagai berikut:
a. Faktor ibu
1) Penyakit Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan
misalnya: pendarahan antepartum, trauma fisik, psikologis dan
DM.
9

2) Usia ibu Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia <20
tahun, dan multi gravida yang jarak kelahiran terlalu dekat.
kejadian terendah bayi BBLR ialah pada usia antara 20-35 tahun.
3) Keadaan sosial ekonomi Kejadian tertinggi terdapat pada golongan
sosial ekonomi rendah. Mengerjakan aktivitas fisik beberapa jam
tampa istirahat. Keadaan gizi yang kurang baik. pengawasan
antenatal yang kurang. Kejadian prematuritas pada bayi yang lahir
dari perkawinan yang tidak sah, yang terjadi lebih tinggi bila
dibandingkan dengan bayi yang lahir dari perkawaninan yang sah.
4) Ibu perokok, ibu peminum alkohol, ibu pecandu obat narkotika
penggunaan obat antimetabolik.
b. Faktor janin
1) Kelainan kromosom
2) Infeksi janin kronik
3) Radiasi
4) kehamilan ganda/kembar
5) Ketuban pecah dini
c. Faktor plasenta
Berat plasenta kurang atau berongga bisa juga keduanya
(hidramion). Alas permukaan berkurang, plasentitis vilus (bakteri,
virus dan parasit), infark. tumor, plasenta yang lepas, sindrom plaseta
yang lepas, sindrom transfuse bayi kembar (sindrom parabiotik).
d. Faktor lingkungan
1) Polusi udara atau asap rokok
2) Bertempat tinggal didaratan tinggi
3) Terkena radiasi
4) Terpapar zat beracun.
1

Faktor-faktor yang dapat meyebabkan terjadinya BBLR menurut


Hardhi (2016), adalah :
a) Faktor ibu
(1). Umur bumil kurang dari 20 tahun atau di atas 35 tahun
(2). Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
(3). Gizi saat hamil yang kurang
(4). Faktor pekerja yang terlalu berat
(5). Penyakit menahun ibu seperti hipertensi,jantung dan lain lain
b) Faktor kehamilan
(1). Hamil ganda (gemeli)
(2). Hamil dengan
hidramnion (3). Perdarahan
antepartum
c) Komplikasi kehamilan
(1). kejang sebelum atau sesudah melahirkan
(2). ketuban pecah dini
d) Faktor janin
(1). Cacat bawaan
(2). Infeksi dalam rahim
e) Faktor pendukung lainnya (nutrisi, perokok, peminum alkohol,
budaya, sosial ekonomi, dan lain-lain) (Rizka, 2021).
4. Patofisiologi BBLR
Secara teoritis pada BBLR terdapat hipotermia karena sistem organ
belum berfungsi secara sempurna, paru yang belum matur dapat
menyebabkan peningkatan kerja nafas dan kebutuhan kalori yang
meningkat. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas,
morbiditas dan disabilitas neonatus, dampak jangka panjang terhadap bayi
BBLR ialah bayi mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan,
gangguan berbicara atau komunikasi, gangguan neurologi dan gangguan
hiperaktif terhadap kehidupannya di masa depan (Kusparlina,2016).
BBLR dapat mengalami hipotermia melalui beberapa mekanisme yang
berkaitan dengan kemampuan tubuh untuk menjaga keseimbangan antara
1

produksi panas dan kehilangan panas. Adanya Hipotermia terjadi bila


panas tubuh berpindah ke lingkungan sekitar dan terjadi mekanisme tubuh
kehilangan panas secara konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi pada
tubuh. Masalah pernafasan juga akan muncul sehingga akan mengganggu
dalam pemenuhan nutrisi secara oral dan potensial juga, untuk kehilangan
panas bayi dengan masalah BBLR seperti suhu tubuhnya tidak stabil,
lemak subcutan yang sedikit, belum matangnya sistem saraf, dan pengatur
suhu tubuh, sehingga menyebabkan hipotermia (Yuliana, 2017).
1

5. Pathway BBLR
Faktor

Faktor Ibu:
Faktor Janin
Factor lingkungan
1. Faktor
1. Hidroamnion
Penyakit(Tassemia 1. Tempat
2. Kehamilan
Gravidaum Trauma tinggal di
Ganda
Fisik dataran
3. Kelainan
tinggi
Kromosom
2. Radiasi
3. Zat-zat
beracun

BBLR

Kulit Tipis Imaturitas Refleks Mnelan


Dan Lemak Sistem Dan Menghisap
Subkutan Pernafasan Belum Baik

Tidak Dapat Imaturitas


Menyimpan System Intake nutrisi
Panas Pernafasan tidak adekuat

Mudah O2 Dalam Asupan gizi kurang


Kehilangan Darah
Menurun

Kedinginan Sel sel kekurangan nutrisi

O2 dalam
darah menurun Kerusakan sel
Hipotermia CO2 tinggi

Asidosis Penurunan BB

Resiko Infeksi

Sumber : (Vivian, 2016). Gangguan


Defisit Nutrisi
pertukaran
1

6. Manifestasi Klinis BBLR


Bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah mempunyai ciri-ciri :
a. Berat badan < 2500 gram
b. Panjang badan < 45 cm, lingkar kepala < 33, lingkar dada
c. Kepala bayi lebih besar dari badan, rambut kepala tipis dan halus,
elastisitas daun telinga
d. Dada : dinding thorak elastis, puting susu belum terbentuk.
e. Abdomen : distensi abdomen, kulit perut tipis pemuluh darah kelihatan
f. Kulit : tipis, transfaran, pembuluh darah, kelihatan
g. Jaringan lemak subkutan sedikit, lanugo banyak.
h. Genatalia : LK skrotum kecil, testis tidak teraba, PR labio mayora
hampir tidak ada,klitoris menonjol
i. Eksterimitas : kadang eodema, garis telapak kaki sedikit.
j. Motorik : pergerakan masih lemah. (Vivian, 2016).
7. Komplikasi BBLR
Komplikasi yang terjadi pada bayi BBLR menurut (vivian, 2016) antara
adalah:
a. Kerusakan bernafas : fungsi organ belum sempuma
b. Pneumonia, aspirasi : refleks menelan dan batuk belurn sempurna
c. Perdarahan intraventrikuler: perdarahan spontan di ventrikel otak
lateral disebabkan anoksia menyebabkan hipoksia otak yang dapat
menimbulkan terjadinya kegagalan peredaran darah sistemik.
d. Hipotermia,karena sumber panas bayi prematur baik lemak subkutan
yang masih sedikit maupun jaringan lemak yang mudah terbakar
belum terbentuk.
Beberapa ciri bayi hipotermia antara lain:
1) Bayi mengigil (walaupun biasanya ciri ini tidak mudah terlihat pada
bayi kecil).
2) Kulit bayi terlihat belang-belang merah bercampur putih ataupun
timbul bercak-bercak.
1

3) Gerakan bayi kurang dari normal.


4) Tubuh bayi menjadi biru ,dilihat dari bibir dan ujung-ujung kukunya
(Walyani,2015).
5) Terjadi penurunan suhu dibawah rentan normal, suhu dibawah rentan
normal yaitu 36,5ºC-37,5ºC.
Mekanisme bayi kehilangan panas menurut (Thewidya et al., 2018) :
a) Konduksi
Proses transfer panas antara dua permukaan melalui kontak langsung.
Jumlah panas yang ditransfer tergantung dari perbedaan suhu antara
dua objek yang mengalami kontak. Konduksi di dalam proses anestesi
dapat dicegah dengan memanaskan cairan intravena dan larutan
irigasi yang berpotensi untuk menurunkan suhu tubuh dengan cepat.
Pasien juga harus diperhatikan tidak boleh kontak langsung dengan
permukaan metalik, karena metal mempunyai konduktifitas yang
tinggi terhadap termal dan dapat memfasilitasi transfer panas.
b) Radiasi
Perpindahan panas secara radiasi terjadi antara dua objek yang
berbeda temperatur yang tidak mengalami kontak satu sama lain
(contoh panas matahari memanasi bumi dengan radiasi). Kehilangan
panas melalui radiasi terjadi karena adanya perbedaan suhu antara
suhu ruangan dengan tubuh pasien. Menghangatkan ruangan operasi
akan mengurangi kehilangan panas secara radiasi. Menutupi tubuh
akan mengurangi kehilangan panas melalui konveksi dan radiasi.
c) Konveksi
Kehilangan panas tubuh melalui konveksi terjadi karena perpindahan
molekul yang bergerak, seperti udara atau cairan.
d) Evaporasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi evaporasi adalah kelembapan
udara, kecepatan aliran udara, dan ventilasi paru semenit. Kehilangan
melalui evaporasi terjadi melalui tiga komponen: sensible water loss
melalui keringat; insensible water loss melalui kulit, traktus respirasi,
1

luka operasi yang terbuka; dan evaporasi dari cairan yang dituangkan
ke kulit seperti larutan antibakteri.
8. Pemeriksaan Penunjang BBLR
Menurut (Natalina, 2020) pemeriksaan penunjang sebagai berikut:
a. Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intyrauterin serta
menemukan gangguan perttumbuhan, misalnya pemeriksaan USG.
b. Memeriksa kadar gula darah dengan destrostix atau di laboratorium.
c. Pemeriksaan hematokrit.
d. Bayi membutuhkan lebih banyak kalori dibandingkan dengan bayi
SMKe. Melakukan tracheal-washing pada bayi yang diduga akan
menderita aspirasi mekonium.
9. Penatalaksanaan BBLR
Menurut (Natalina, 2020) penatalaksanaannya sebagai berikut:
a. Pengaturan Suhu Tubuh
Bayi BBLR mudah dan cepat sekali menderita hipotermia bila
berada di lingkungan yang dingin. Kehilangan panas disebabkan oleh
permukaan tubuh bayi yang relatif lebih luas bila dibandingkan dengan
berat badan, kurangnya jaringan lemak dibawah kulit dan kekurangan
lemak coklat ( brown fat).
Untuk mencegah hipotermia, perlu diusahakan lingkungan yang
cukup hangat untuk bayi dan dalam keadaan istirahat komsumsi
oksigen paling sedikit, sehingga suhu tubuh bayi tetap normal. Bila
bayi dirawat dalam inkubator, maka suhunya untuk bayi dengan berat
badan kurang dari 2000 gr adalah 35C dan untuk bayi dengan BB
2000 gr sampai 2500 gr 34C , agar ia dapat mempertahankan suhu
tubuh sekitar 37C. Kelembaban inkubator berkisar antara 50-60
persen . Kelembaban yang lebih tinggi di perlukan pada bayi dengan
sindroma gangguan pernapasan. Suhu inkubator dapat di turunkan 1C
per minggu untuk bayi dengan berat badan 2000 gr dan secara
berangsur angsur ia dapat diletakkan di dalam tempat tidur bayi
dengan suhu lingkungan 27C-29C.
1

Bila inkubator tidak ada, pemanasan dapat dilakukan dengan


membungkus bayi dan meletakkan botol-botol hangat di sekitarnya
atau dengan memasang lampu petromaks di dekat tempat tidur bayi
atau dengan menggunakan metode kanguru.
Cara lain untuk mempertahankan suhu tubuh bayi sekiter 36 C-
37C adalah dengan memakai alat perspexheat shield yang diselimuti
pada bayi di dalam inkubator. Alat ini berguna untuk mengurangi
kehilangan panas karena radiasi. Akhir-akhir ini telah mulai digunakan
inkubator yang dilengkapi dengan alat temperatur sensor (thermistor
probe). Alat ini ditempelkan di kulit bayi. Suhu inkubator di kontrol
oleh alat servomechanism. Dengan cara ini suhu kulit bayi dapat
dipertahankan pada derajat yang telah ditetapkan sebelumnya. Alat ini
sangat bermanfaat untuk bayi dengan berat lahir yang sangat rendah.
Bayi dalam inkubator hanya dipakaikan popok. Hal ini penting
untuk memudahkan pengawasan mengenai keadaan umum,perubahan
tingkah laku, warna kulit, pernapasan, kejang dan sebagainya sehingga
penyakit yang diderita dapat dikenal sedini mungkin dan tindakan serta
pengobatan dapat dilaksanakan secepat – cepatnya.
b. Pencegahan Infeksi.
Infeksi adalah masuknya bibit penyakit atau kuman kedalam
tubuh, khususnya mikroba. Bayi BBLR sangat mudah mendapat
infeksi. Infeksi terutama disebabkan oleh infeksi nosokomial.
Kerentanan terhadap infeksi disebabkan oleh kadar imunoglobulin
serum pada bayi BBLR masih rendah, aktifitas baktersidal neotrofil,
efek sitotoksik limfosit juga masih rendah dan fungsi imun belum
berpengalaman.
Infeksi lokal bayi cepat menjalar menjadi infeksi umum. Tetapi
diagnosa dini dapat ditegakkan jika cukup waspada terhadap
perubahan (kelainan) tingkah laku bayi sering menandakan infeksi
umum. Perubahan tersebut antara lain : malas menetek, gelisah,
1

letargi, suhu tubuh meningkat, frekwensi pernafasan meningkat,


muntah, diare, berat badan mendadak turun.
Fungsi perawatan disini adalah memberi perlindungan terhadap
bayi BBLR dari infeksi. Oleh karena itu, bayi BBLR tidak boleh
kontak dengan penderita infeksi dalam bentuk apapun. Digunakan
masker dan abjun khusus dalam penanganan bayi, perawatan luka tali
pusat, perawatan mata, hidung, kulit, tindakan aseptik dan antiseptik
alat – alat yang digunakan, isolasi pasien, jumlah pasien dibatasi, rasio
perawat pasien yang idea, mengatur kunjungan, menghindari
perawatan yang terlalu lama, mencegah timbulnya asfiksia dan
pemberian antibiotik yang tepat.
c. Pengaturan Intake
Pengaturan intake adalah menetukan pilihan susu, cara pemberian
dan jadwal pemberian yang sesuai dengan kebutuhan bayi BBLR. Asi
(Air Susu Ibu) merupakan pilihan pertama jika bayi mampu
mengisap. ASI juga dapat dikeluarkan dan diberikan pada bayi jika
bayi tidak cukup mengisap. Jika ASI tidak ada atau tidak mencukupi
khususnya pada bayi BBLR dapat digunakan susu formula yang
komposisinya mirip mirip ASI atau susu formula khusus bayi BBLR.
Cara pemberian makanan bayi BBLR harus diikuti tindakan
pencegahan khusus untuk mencegah terjadinya regurgitasi dan
masuknya udara dalam usus. Pada bayi dalam inkubator dengan
kontak yang minimal, tempat tidur atau kasur inkubator harus
diangkat dan bayi dibalik pada sisi kanannya. Sedangkan pada bayi
lebih besar dapat diberi makan dalam posisi dipangku. Pada bayi
BBLR yang lebih kecil, kurang giat mengisap dan sianosis ketika
minum melalui botol atau menetek pada ibunya, makanan diberikan
melalui NGT. Jadwal pemberian makanan disesuaikan dengan
kebutuhan dan berat badan bayi BBLR. Pemberian makanan interval
tiap jam dilakukan pada bayi dengan Berat Badan lebih rendah.
1

d. Pernapasan
Jalan napas merupakan jalan udara melalui hidung, pharing,
trachea, bronchiolus, bronchiolus respiratorius, dan duktus
alveeolaris ke alveoli. Terhambatnya jalan nafas akan menimbulkan
asfiksia, hipoksia dan akhirnya kematian. Selain itu bayi BBLR tidak
dapat beradaptasi dengan asfiksia yang terjadi selama proses kelahiran
sehingga dapat lahir dengan asfiska perinatal. Bayi BBLR juga
berisiko mengalami kurangnya suplai oksigen, sehingga tidak dapat
memperoleh oksigen yang cukup yang sebelumnya di peroleh dari
plasenta. Dalam kondisi seperti ini diperlukan pembersihan jalan
nafas segera setelah lahir (aspirasi lendir), dibaringkan pada posisi
miring, merangsang pernapasan dengan menepuk atau menjentik
tumit. Bila tindakan ini gagal, dilakukan ventilasi, intubasi
endotrakheal, pijatan jantung dan pemberian natrium bikarbonat dan
pemberian oksigen dan selama pemberian intake dicegah terjadinya
aspirasi. Dengan tindakan ini dapat mencegah sekaligus mengatasi
asfiksia sehingga memperkecil kematian bayi BBLR.

B. Konsep Rasa Aman


1. Definisi Rasa Aman
Rasa aman adalah kondisi bebas dari cedera fisik dan psikologis. Aman
mempunyai arti bebas dari ancaman bahaya, gangguan dan terlindungi,
dan terhindar dari rasa takut (artikata, 2013). Sedangkan rasa aman
menurut Perry mengatakan kondisi dimana seseorang bebas dari cedera
fisik dan psikologis dan dalam kondisi aman dan tentram (Perry,2006).
2. Faktor Rasa Aman
Krochin (2017) berpendapat faktor yang dapat membuat seseorang
merasa aman adalah faktor lingkungan dan faktor hubungan individu
dengan orang lain yang dijelaskan sebagai berikut:
a. Faktor lingkungan berperan sangat besar dimana tiap individu
sepanjang hidupnya berinteraksi dengan orang lain dan juga
1

dipengaruhi adat istiadat, kebiasaan, dan peran - perannya didalam


masyarakat.
b. Faktor hubungan individu dengan orang lain sebagai mahluk sosial
manusia dalam kesehariannya dihadapkan pada membinaan
hubungan hingga akhir hidupnya dimana hubungan individu
dengan orang lain akan dapat memberikan dampak terhadap
kebutuhan psikologis baik secara positif maupun negatif.
c. Factor emosi kondisi psikis dengan kecemasan, depresi, dan marah
akan mudah mempengaruhi keamanan dan kenyamanan.
d. Status mobilisasi status fisik dengan keterbatasan aktivitas,
paralisis, kelemahan otot, dan kesadaran menurun memudahkan
terjadinya resiko cedera.
e. Gangguan persepsi sensori adanya gangguan persepsi sensori akan
mempengaruhi adaptasi terhadaprangsangan yang berbahaya
seperti gangguan penciuman dan penglihatan.
f. Keadaan imunitas daya tahan tubuh kurang memudahkan terserang
penyakit.
g. Tingkat kesadaran tingkat, kesadaran yang menurun, pasien koma
menyebabkan respon terhadap rangsangan, paralisis, disorientasi,
dan kurang tidur.
h. Gangguan tingkat pengetahuan kesadaran akan terjadi gangguan
keselamatan dan keamanan dapat diprediksi sebelumnya.
i. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional antibiotik dapat
menimbulkan resisten dan anafilaktik syok.
j. Status nutrisi keadaan kurang nutrisi dapat menimbulkan
kelemahan dan mudah menimbulkan penyakit, demikian
sebaliknya dapat beresiko terhadap penyakit tertentu.
k. Kebudayaan keyakinan dan nilai-nilai kebudayaan mempengaruhi
cara individu mengatasi.
2

3. Persepsi Rasa Aman


Persepsi yang berkaitan erat dengan perasaan aman pada seseorang.
Persepsi berasal dari serapan bahasa Inggris yaitu perception yang
diartikan penarikan suatu kesimpulan bagaimana seseorang melihat atau
memahami sesuatu (Sobur, 2015).
Ketika seseorang merasa aman, maka ia akan merasa tenang, nyaman
dan terlindungi sehingga menimbulkan persepsi positif. Rasa aman pada
tiap - tiap orang berbeda satu sama lain tergantung pemikiran dan
pengalaman masa lalunya. Seseorang menyadari keadaan diri dengan
lingkungannya lewat pengamatan yang di proses diotak yang
menghasilkan persepsi.
4. Proses Pembentukan Persepsi Rasa Aman
Dalam proses pembentukan Persepsi rasa aman ini ada beberapa
tahapan yang berhubungan dengannya yaitu:
a. Attachment yaitu emosi yang dihasilkan dari hubungan yang dekat
dengan orang yang di kasihi yang dapat meningkatkan kenyamanan
sehingga seseorang merasa aman ketika memperoleh figur attachment
b. Empati yaitu perasaan yang dihasilkan dari dalam diri secara tidak
sadar yang membuat seseorang ikut merasakan apa yang dirasakan
orang lain sehingga individu merasa dihargai (Potter, 2006).
c. Perhatian yaitu perlakuan khusus yang secara sadar biasanya
dilakukan kepada seseorang yang disayangi, kasihi dan cintai
menimbulkan rasa aman pada orang yang dituju (Potter , 2006).
d. Kepedulian yaitu perlakuan ataupun perkataan yang dapat membuat
seseorang merasa senang, merasa aman dan merasa di ringankan
bebannya oleh orang yang membantu (Potter , 2006).
e. Lingkungan yang tidak aman yaitu keadaan lingkungan yang sering
terjadi kejahatan (Maslow, 2016).
2

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


Proses keperawatan merupakan cara sistematis yang dilakukan oleh
perawat bersama pasien dalam menentukan asuhan keperawatan dengan
melakukan pengkajian, penentuan diagnosis, perencanaan tindakan,
pelaksanaan tindakan, serta pengevaluasian hasil asuhan yang telah diberikan
dengan berfokus pada pasien dan berorientasi pada tujuan. Setiap tahap saling
bergantung dan berhubungan (Abarca, 2021).
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan proses pertama dalam proses keperawatan.
Tahap pengkajian adalah proses pengumpulan data secara sistematis untuk
menentukan status kesehatan dan fungsi kerja serta respon klien pada saat
ini dan sebelumnya. (Hendarsih, 2016).
1. Identitas klien
Pada bayi BBLR identitas klien berupa berat badan bayi <1.500 gram,
jenis kelamin, usia gentasi <37 minggu (Yulistini, 2015).
2. Keluhan utama
Menurut Sartika (2015) keluhan utama yang dialami oleh bayi dengan
berat badan lahir rendah dengan hipotermia karena sumber panas bagi
bayi prematur baik lemak subkutan yang masih sedikit maupun brown
fat belum terbentuk.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Bayi dengan riwayat dengan berat badan kurang dari 2500 gram
(Sulistyorini, 2015).
4. Riwayat kesehatan dahulu
Ibu dengan riwayat kelahiran prematur, umur ibu kurang dari 20 tahun
dan lebih dari 35 tahun, jarak kedua kehamilan yang terlalu dekat
(Lestari, 2016).
5. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anggota keluarga pernah mengalami sakit keturunan seperti
kelainan kardiovaskuler.
2

6. Riwayat kehamilan atau persalinan


a. Riwayat kehamilan
Keadaan ibu yang beresiko tinggi yang menyebabkan BBLR
adalah mempunyai penyakit hipertensi, toksemia, plasenta pravia,
abrupsio plasenta, inkopenten servikal, kehamilan kembar,
malnutrisi dan diabetes meilitus, status sosial ekonomi yang rendah
dan tiadanya perawat sebelum kelahiran (prenatal care), riwayat
kelahiran premature atau aborsi, penggunaan obat-obatan, alkohol,
rokok, kafein.
b. Riwayat ibu
Umur dibawah 16 tahun atau diatas usia 35 tahun dan latar
pendidikan yang kurang, rendahnya gizi, kehamilan yang
berdekatandan penyakit hubungan seksual lain. (Pratiwi, 2015).
c. Riwayat persalinan
d. Riwayat post natal
7. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Riwayat nutrisi
Masalah pemberian asi pada BBLR terjadi karena ukuran tubuh
bayi dengan BBLR kecil, kurang energi, lemah, lambungnya kecil
dan tidak dapat menghisap. Bayi dengan BBLR sering- sering
mendapatkan pemberian ASI dalam jumplah yang lebih sedikit
tetapi sering. Bayi BBLR dengan kehamilan > 35 minggu dan
berat lahir 2000 gram umumnya bisa langsung menetek.
(Proverawati, 2016)
b. Pola makan dan minum
Air susu ibu (ASI) merupakan pilihan pertama jika bayi mampu
menghisap. ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga
ASI adalah pilihan yang harus didahulukan untuk diberikan. Bila
faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan
diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau memasang sonde
ke lambung. Permukaan cairan yang diberika sekitar 200cc/kg
2

BB/hari. Pemberian makanan interval tiap jam dilakukan pada


BBLR. Reflek hisap yang lemah, sehingga pemberian minum
sebaiknya sediki demi sedikit, tetapi dengan frekuensi yang lebih
sering (Sulistyorini, 2017).
c. Pola eliminasi
Umumnya klien mengalami gangguan BAB karena organ
tubuh terutama pencernaan belum sempurna.
d. Pola kebersihan diri (personal hygiene).
Perawat dan keluarga pasien harus menjaga kebersihan pasien,
terutama saat BAB dan BAK, saat BAB dan BAK harus diganti
popok khusus bayi BBLR yang kering dan halus.
e. Pola tidur
Terlihat gerak bayi masih pasif, tangisannya masih merintih,
meskipun keadaan lapar bayi tetap tidak menangis, bayi cenderung
lebih banyak tidur dan pemalas. Tonus otot lemah sehingga bayi
kurang aktif dan pergerakannya lemah (Proverawati, 2010).
2. Pemeriksaan Fisik
a. Antropometri
Berat badan normal bayi 2500-4000 gram, panjang aterm kepala ke
tumit rata-rata 45-53 cm, lingkar kepala normalnya 34-39 cm, lingkar
dada ukuran normal 31-33cm, lingkar lengan atas normal saat lahir 11
cm.
b. Kepala
Inspeksi : Simetris/tidak, persebaran rambut merata/tidak.
Palpasi : Fontanela menutup/tidak cekung/tidak, ubun- ubun
cekung/cembung/datar, lingkar kepala, nyeri tekan/tidak,
maulding/moulase tulang kepala tumpang tindih/tidak.
c. Wajah
Inspeksi Simetris/tidak, warna kulit sama/tidak, pucat/tidak. Palpasi
:Nyeri tekan/tidak.
2

d. Mata
Inspeksi : Simetris/tidak, konjungtivanormal/anemis, sklera
(putih,bersih,ikterus), pupil miosis/midriasis, bersih/tidak, mata
cowong/tidak, bentuk bola mata menonjol/cekung/normal.
Palpasi : Nyeri tekan/tidak
e. Hidung
Inspeksi : Simetris/tidak, pernafasan cuping hidung iya/tidak, adanya
pembengkakan sputum hidung/tidak, ada polip/tidak, ada sekret/tidak.
Palpasi : Nyeri tekan/tidak.
f. Telinga
Inspeksi : Simetris/tidak, ada serumen/tidak, tulang rawan sudah
matang/belum, ketiak ditekuk kembali/tidak
Palpasi : Daun telinga keras/lunak, ada nyeri tekan /tidak.
g. Dada dan Punggung
Inspeksi :Simetris/tidak, ada pergerakan dada/tidak,
adanya penonjolan/tidak
Palpasi : Nyeri tekan/tidak
Adakah rabut abnormal/tidak
h. Abdomen
Inspeksi : Perut tampak buncit/kembung, pembuluh darah
tampak/tidak
Palpasi : Nyeri tekan/tidak pada area abdomen
Auskultasi : Peristaltik usus dapat terdengar antara 9-30 x/menit,
timpani/hipertimpani
i. Genetalia dan Anus
Pada bayi perempuan labia minora belum tertutup dengan labia
mayora, pada bayi laki-laki didapatkan testis yang belum turun
j. Ekstremitas
Otot-otot masih hipotonik, kepala mengarah kesatu sisi, pergelangan
kaki dan sendi lutut dalam fleksi/lurus.
2

k. Refleks
1) Refleks Rooting
Reflek in karena stimulasi taktil pada pipi dan daerah mulut, bayi
akan merutar kepala seakan-akan mencari puting susu. Pola
perkembangan menghilang di usia 3- 7 bulan bila tak ada respons:
Bayi kurang bulan (prematur) atau kerungkinan adanya kelainan
sensorik.
2) Reflek Sucking
Reflek menghisap bila ada objek disentuhkan / dimasukkan ke
mulut pola perkembangan menghilang di usia 3-7 bulan bila tdk
ada respon, reflek menghisap dan menelan akan terjadi pada
kehamilan 34 minggu, kelainan saluran pernapasan dan kelainan
pada mulut termasuk langit-langit mulut.
3) Refleks Moro/Startl
Reflek di mana bayi akan mengembangkan tangan dan jari lebar-
lebar, lalu mengembalikan dengan yg cepat seakan - akan memeluk
jika tiba-liba dikejutkan oleh suara atau gerakan pola
perkembangan hilang di usia 3-4 bulan bila tak ada respons,
menunjukkan fraktur atau cedera pada bagian tubuh tertentu.
4) Refleks menggenggam (Grasp)
Reflek yang timbul bila ibu jari diletakkan pada telapak tangan
bayi, maka bayi akan menutup telapak tangannya, menghilang di
usia 3-4 bulan bila tak ada respons menunjukkan kelainan pada
saraf otak.
5) Reflek Plantar
Reflek yang timbul bila telapak kaki disentuh, maka bayi akan
menutup telapak kakinya, menghilang di usia 8 bulan.
2

3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah menganalisis data subjektif dan
objektif untuk membuat diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan
merupakan proses perfikir kompleks tentang data yang dikumpulkan dari
klien, keluarga, rekam medik, dan pemberi pelayanan kesehatan.
Proses diagnosa keperawatan dibagi menjadi kelompok interpretasi
dan menjamin keakuratan diagnosa dari proses keperawatan itu sendiri.
Perumusan pernyataan diagnosa keperawatan memiliki beberapa syarat
yaitu mempunyai pengetahuan yang dapat membedakan antara sesuatu
yang aktual, resiko, dan potensial dalam diagnosa keperawatan
(Sulistyorini 2015). Berdasarkan manifestasi klinis dengan BBLR, maka
diagnose yang muncul sesuai dengan SDKI, SIKI, SLKI 2018 sebagai
berikut :
a. Hipotermia berhubungan dengan berat badan ekstrem
1) Data
Mayor:
Subjektif: -
Objektif
a) Kulit teraba dingin
b) Menggigil
c) Suhu tubuh di bawah nilai normal
2) Data Minor:
Subjektif: -
Objektif:
a) Akrosianosis
b) Bradikardi
c) Dasar kuku sianosis
d) Hipoglikemia
e) Hipoksia
f) Pengisiaan kapiler >3 detik
g) Konsumsi oksigen meningkat
h) Ventilasi menurun
2

i) Piloereksi
j) Takikardi
k) Vasokonstriksi perifer
l) Kutis memorata (pada neonates)
b. Risiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan organisme
pantogen lingkungan.
Faktor Risiko
1. Penyakit kronis (mis, diabetes melitus)
2. Efek prosedur invasive
3. Malnutrisi
4. Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan
5. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer:
1) Gangguan peristaltic
2) Kerusakan integritas kulit
3) Perubahan sekresi pH
4) Penurunan kerja siliaris
5) Ketuban pecah lama
6) Ketuban pecah sebelum waktunya
7) Merokok
8) Statis cairan tubuh
6. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder:
1) Penurunan hemoglobin
2) Mununosupresi
3) Leukopenia
4) Supresi respon inflamasi
5) Vaksinasi tidak adekuat
2

Tabel 2. 1 Analisa Data


No Data senjang Etiologi Masalah
1. Data Mayor: Berat badan Hipotermia
Subjektif: ekstrem
-
Objektif
1. Kulit teraba dingin
2. Menggigil
3. Suhu tubuh di bawah
nilai normal

Data Minor:
Subjektif:
-
Objektif:
1. Akrosianosis
2. Bradikardi
3. Dasar kuku sianosis
4. Hipoglikemia
5. Hipoksia
6. Pengisiaan kapiler >3 detik
7. Konsumsi oksigen meningkat
8. Ventilasi menurun
9. Piloereksi
10. Takikardi
11. Vasokonstriksi perifer
12. Kutis memorata
(pada neonates)

2. Peningkatan Risiko infeksi


Faktor Risiko paparan
organisme
1. Penyakit kronis (mis, patogen
diabetes melitus) lingkungan
2. Efek prosedur invasive
3. Malnutrisi
4. Peningkatan paparan
organisme patogen
lingkungan
5. Ketidakadekuatan
pertahanan tubuh
primer:
1) Gangguan peristaltic
2) Kerusakan integritas kulit
3) Perubahan sekresi pH
4) Penurunan kerja siliaris
5) Ketuban pecah lama
6) Ketuban pecah sebelum
2

waktunya
7) Merokok
8) Statis cairan tubuh
6. Ketidakadekuatan pertahanan
tubuh sekunder:
1) Penurunan hemoglobin
2) Mununosupresi
3) Leukopenia
4) Supresi respon inflamasi
5) Vaksinasi tidak adekuat

7. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah rencana keperawatan kepada klien
sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan sehingga kebutuhan klien dapat
terpenuhi. Dalam teori perencanaan keperawatan dituliskan sesuai dengan
rencana dan kriteria hasil berdasarkan Standar Luaran Keperawatan
Indonesia (SLKI) dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).
Perencanaan keperawatan dan disesuaikan dengan kondisi klien dan
fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan dapat diselesaikan dengan
Spesifik, Measure, Arhieverble, Rasional, Time (SMART) selanjutnya
akan diuraikan rencana asuhan keperawatan dari diagnosa yang
ditegakkan (SDKI, 2016).
3

Tabel 2. 2 Intervensi keperawatan


Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil
No Keperawatan (Slki) Intervensi Keperawatan (Siki) Rasional
1. Hipotermia Setelah dilakukan SIKI: Manajemen hipotermia
berhubungan dengan intervensi keperawatan Observasi
berat badan ekstrem. selama 3 x 24 jam ,maka 1. Monitor suhu tubuh. 1. Mampu mengetahui suhu
Gejala dan Tanda Termoregulasi Neonatus 2. Identifikasi penyebab hipotermia tubuh bayi dengan
Mayor: membaik dengan kriteria (misalnya. Terpapar suhu lingkungan memonitor bayi
Ds: hasil: rendah, pakaian tipis, kerusakan 2. Memastikan bayi agar tetap
- 1. Suhu tubuh membaik. hipotalamus, penurunan laju terpapar suhu hangat dan
Do: 2. Suhu kulit membaik. metabolism, kekurangan lemak pakaian tebal
1. Kulit teraba 3. Pengisian subkutan). 3. Mengetahui adanya tanda
dingin kapiler 3. Monitor tanda dan gejala akibat gejala hipotermia pada bayi
2. Menggigil membaik. hipotermia (hipotermia ringan: 4. Memastikan agar tubuh
3. Suhu tubuh di 4. Ventilasi membaik. takipnea, disartria, menggigil, bayi tetap hangat
bawah nilai hipertensi, diuresis ; hipotermia 5. Memastikan bayi agar
normal sedang: aritmia, hipotensi, apatis, terhindar dari pakaian
koagulopati, reflex menurun; basah
Gejala dan Tanda hipotermia berat: oligulia, reflex 6. Memastikan bayi untuk
Minor: menghilang, edema paru, asam-basa selalu daam keadaan hangat
Ds: abnormal). 7. Melakukan penghangatan
- Terapeutik dengan perawatan metode
Do: 1. Sediakan lingkungan yang hangat kanguru
1. Akrosianosis (misalnya. Atur suhu ruangan, 8. Memastikan agar bayi
2. Bradikardi incubator). selalu diberi perawatan
3. Dasar kuku sianotik 2. Ganti pakaian/linern yang basah. menggunakan kehangatan
4. Hipoglikemia 3. Lakukan penghangatan pasif 9. Keluarga diharapkan
5. Hipoksia (misalnya. Selimut, penutup kepala, mampu untuk memberi
6. Pengisiaan kapiler pakaian tebal). asupan ASI hangat
>3 detik 4. Lakukan penghangatan aktif
7. Konsumsi oksigen eksternal (misalnya. Kompres hangat,
3

meningkat botol hangat, selimut hangat,


8. Ventilasi menurun perawatan metode kanguru).
9. Piloereksi 5. Lakukan penghangatan aktif internal
10. Takikardi (misalnya. Infus cairan hangat,
11. Vasokonstriksi oksigen hangat, lavase peritoneal
perifer dengan cairan hangat).
12. Kutis memorata Edukasi
(pada neonates) 1. Anjurkan makan/minum hangat.

2. Risiko Infeksi Setelah dilakukan


berhubungan dengan intervensi keperawatan SIKI: Manajemen Lingkungan 1. Memastikan lingkungan
Peningkatan paparan selama 3 x 24 jam ,maka Observasi aman dan nyaman
organisme patogen Kontrol Risiko 1. Identifikasi keamanan dan 2. Mempermudah mengambil
lingkungan. meningkat dengan kriteria kenyamanan lingkungan. furniture jika diperlukan
Faktor Risiko hasil: 3. Menjaga suhu lingkungan
1. Kemampuan Terapeutik agar tetap hangat
1. Penyakit kronis
mencari informasi 1. Atur posisi furniture dengan rapi 4. Mencegah terjadinya risiko
(mis, diabetes
tentang faktor an terjangkau infeksi dan penurunan suhu
melitus)
resiko 2. Atur suhu lingkungan yang sesuai tubuh
2. Efek prosedur
2. Kemampuan 3. Sediakan tempat tidur dan 5. Untuk mendampingi
invasive
mengidentifikasi lingkungan yang bersih dan memberi ASI
3. Malnutrisi
faktor resiko nyaman 6. Orang tua mampu membuat
4. Peningkatan
3. Kemampuan 4. Ganti pakaian secara berkala lingkungan rumah yang
paparan organisme 5. Izinkan keluarga untuk
melakukan nyaman untuk By
3

patogen lingkungan strategi kontrol mendampingi pasien 7. Agar orang tua paham
5. Ketidakadekuatan faktor resiko Edukasi: bagaimana cara pncegahan
pertahanan tubuh 4. Kemampuan 1. Jelaskan cara membuat infeksi
primer: memodifikasi lingkungan rumah yang
1) Gangguan lingkungan aman
peristaltic 5. Kemampuan 2. Ajarkan keluarga pasien/orang
2) Kerusakan menghindari tua tentang upaya pencegahan
integritas faktor resiko infeksi
kulit
3) Perubahan
sekresi pH
4) Penurunan kerja
siliaris
5) Ketuban pecah
lama
6) Ketuban pecah
sebelum
waktunya
7) Merokok
8) Statis cairan
tubuh
6. Ketidakadekuatan
pertahanan tubuh
sekunder:
1) Penurunan
hemoglobin
2) Mununosupresi
3) Leukopenia
4) Supresi respon
inflamasi
5) Vaksinasi tidak
adekuat.
33

7. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tahap pelaksanaan dari rencana intervensi
yang dilakukan untuk tercapainya intervensi yang jelas.
Implementasi merupakan tindakan asuhan keperawatan yang sudah
direncanakan dalam tahap perencanaan keperawatan. Tahap
implementasi dilakukan setelah rencana intervensi disusun untuk
membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan untuk mengatasi
masalah kesehatan klien. Pada tahap implementasi ini perawat
harus mengetahui berbagai hal seperti bahaya-bahaya fisik dan
perlindungan pada klien, teknik komunikasi yang efektif dan
terapeutik, serta kemampuan dalam melakukan tindakan asuhan
keperawatan yang tepat (Sukmawati, 2017)
8. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan tindakan intelektual yang
bertujuan untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan
seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan
keperawatan, dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Perawat
dapat memonitor apa saja yang terjadi selama tahap pengkajian,
diagnosa, perencanaan, dan pelaksanaan keperawatan yang telah
dilakukan terhadap pasien yang ditangani, Evaluasi yang
digunakan berbentuk S (Subjektif), O (Objektif), A (Analisa),P
(Perencanaan terhadap analisis), ( Marpaung, 2016).
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Rencana Studi Kasus
Desain penulisan karya ilmiah ini yaitu studi kasus deskriptif. Untuk
membuat gambaran, atau lukisan secara sistematis, aktual dan akurat
mengenai Gambaran asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan rasa aman
bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) di Ruang perinatologi RSUD
dr. M.Yunus Bengkulu. dengan metode literature review, yaitu serangkaian
penelitian yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka yang
berkaitan atau yang objek penelitiannya digali melalui beragam informasi
kepustakaan (buku, esiklopedia, jurnal ilmiah, dan dokumen) untuk
mengungkapkan berbagai teori-teori yang relavan dengan permasalahan yang
dihadapi atau teliti sebagai bahan rujukan dalam bentuk studi kasus untuk
mengeksplorasi kasus dengan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

B. Subyek Studi Kasus


Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah 1 orang pasien
dengan masalah keperawatan bayi BBLR yang menjalani perawatan di
Ruangan Perinatologi RSUD dr.M.Yunus Bengkulu, dengan minimal
keperawatan selama 3 hari.
Kriteria subyek dalam penelitian ini adalah :
1. Kriteria inkusi
a) Bayi BBLR yang dirawat di Ruangan Perinatologi RSUD dr.M.Yunus
Bengkulu.
b) Bayi BBLR yang berat badanya ≤ 2500 gram, PB 45-53 cm, LK 34-39
cm
c) Orang tua bayi menyetujui tindakan keperawatan yang akan dilakukan.
d) Orang tua bayi bersedia menjadi responden.

3
3

2. Kriteria eklusi
a) Tanda-tanda vital bayi yang tidak stabil.
b) Bayi yang menggunakan alat bantu nafas CPAP dan ventilator karna
bayi memerlukan perhatian yang lebih.
c) Bayi dalam keadaan penurunan kesadaran.

C. Fokus studi kasus


Fokus studi dalam penelitian ini adalah Asuhan Keperawatan Pemenuhan
Kebutuhan Rasa Aman Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah Di Ruangan
Perinatologi RSUD dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2022.

D. Definisi Operasional
1. Asuhan keperawatan pada studi kasus ini didefinisikan sebagai suatu
proses keperawatan yang meliputi pengkajian, analisa data, diagnosa,
intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan.
2. Pasien dalam studi kasus ini adalan bayi BBLR dan di rawat di Ruangan
Perinatologi RSUD dr.M.Yunus Bengkulu.
3. BBLR adalah suatu diagnosis yang ditetapkan berdasarkan diagnose
dokter dan manifestasi, hasil pemeriksan fisik dan pemeriksaan diagnostik
lainya.
4. Kebutuhan rasa aman ini meliputi kebutuhan hipotermia dan resiko
termoregulasi tidak efektif.
5. Manajemen hipotermia (penghangatan pasif misalnya. Selimut, penutup
kepala, pakaian tebal) dalam studi kasus ini didefinisikan sebagai
rangkaian tindakan keperawatan untuk mempertahankan suhu tubuh bayi
yang mengalami hipotermia diberikan selama 3 hari.

E. Lokasi dan waktu penelitian


1. Lokasi
Studi kasus ini telah dilakukan di Ruang Perinatologi RSUD dr. M. Yunus
Bengkulu.

3
3

2. Waktu
Studi kasus ini dilaksanakan mulai dari tanggal 3 Juni 2022 sampai dengan
tanggal 05 Juni 2022.

F. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data


1. Tehnik Pengumpulan Data
a. Wawancara
Hasil anamnesis data berisikan identifikasi klien, keluhan utama,
riwayat utama, riwayat penyakit sekarang, riayat penyakit keluarga,
riwayat kelahiran dan riwayat kehamilan. Data yang didapatkan dari
wawancara bersumber dari orang tua bayi dan perawat.
b. Observasi dan Pemeriksaan Fisik
Pengumpulan data ini menggunakan tehnik yang meliputi
identifikasi, riwayat kesehatan, kebutuhan suhu tubuh hangat,
keadaan umum, pengkajian persistem,terapi obat.
c. Studi Dokumentasi
Instrument studi dokumentasi dilakukan dengan mengambil data MR
(Medical Record), mencatat pada status pasien, melihat catatan harian
perawat ruangan, mencatat hasil pemeriksaan diagnostic.
2. Instrument Pengumpulan Data
Alat atau instrumen pengumpulan data menggunakan format pengkajian
asuhan keperawatan sesuai ketentuan yang ada di Prodi DIII Keperawatan
Bengkulu.
3. Penyajian Data
Pada studi kasus ini peneliti menyajikan data secara tekstural atau narasi,
disertai dengan ungkapan verbal dan respon subyek studi kasus yang
merupakan data pendukung studi kasus.

3
3

G. Etika Studi Kasus


Peneliti akan mempertimbangkan etik dan legal penelitian untuk
melindungi responden agar terhindar dari segala bahaya serta
ketidaknyamanan fisik dan psikologis. ethical clearance mempertimbangkan
hal-hal di bawah ini.
1. Self Determinan
Pada studi kasus ini, responden bebas dan berpartisipasi dalam penelitian
tanpa ada paksaan.
2. Tanpa Nama (Anonimity)
Peneliti sudah menjaga kerahasiaan responden dengan cara tidak
mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data, peneliti
hanya sudah memberi inisial sebagai pengganti idenditas responden.
3. Kerahasiaan (Confidentialy)
Semua informasi yang di dapat dari responden tidak disebarluaskan ke
orang lain dan hanya peneliti yang mengetahuinya dan di simpan di dalam
laptop/email peneliti.
4. Asas kemanfaatan (Beneficiency)
Asas kemanfaatan harus memiliki tiga prinsip yaitu bebas penderitaan,
bebas eksploitasi dan bebas resiko. Bebas penderitaan, selama pengkajian
orang tua sebagai responden idak mengalami cidera pada saat dilakukanya
pengkajian. Bebas eksploitasi orang tua sebagai responden sudah
menerima informasi yang diberikan oleh peneliti dan orang tua/responden
akan menggunakan informasi dengan sebaik mungkin. Bebas resiko,
selama kegiatan tanya jawab orang tua/responden sudah mengetahui
keuntungan menerima informasi untuk kedepannya
5. NonMaleficience
Peneliti tidak menyakiti dan membahayakan responden, serta memberikan
kenyamanan baik untuk orang tua/responden

3
3

H. Keabsahan Data
Dalam melakukan keabsahan data dilakukan dengan cara peneliti
menggunakan data secara langsung pada bayi BBLR dengan menggunakan
format pengkajian yang telah dibuat.
Pengalokasian data dilakukan pada catatan media/status pasien, anamnesa
dengan pasien dan keluarga langsung serta perawat ruangan agar dapat data
yang benar, disamping itu juga menjaga validasi keabsahan data penelitian
melakukan observasi.

3
BAB IV
HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Studi Kasus


Bab ini merupakan tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada bayi
Ny.S yang masuk RSUD dr. M. Yunus Bengkulu tanggal 26 Mei 2022 dengan
nomor MR 849686 dan dirawat diruangan Perinatologi dengan diagnosa
BBLR dan hipotermia. Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 03 Juni 2022.
Asuhan keperawatan yang dilakukan meliputi : pengkajian, analisa data,
diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi dan evaluasi
sebagai berikut :
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian dilakukan dengan metode allo anamnesa dengan cara
melakukan wawancara kepada keluarga/orang tua/orang terdekat dan perawat,
yaitu untuk mendapatkan data-data sebagai berikut :
a. Identitas
1) Identitas klien
By.S merupakan anak ke empat dari Ny.S dan Tn.S, lahir pada tanggal
24 Mei 2022 di RS Tais Bengkulu (umur 10 hari) berjenis kelamin
perempuan.
2) Identitas orang tua
Tn. S ayah dari Bayi.S, Tn.S berumur 41 tahun Ny.S ibu dari Bayi.S
berumur 39 tahun. Pendidikan terakhir ayah By.S adalah SD,
sedangkan pendidikan terakhir ibu By.S adalah SMP. Pekerjaan ayah
Bayi.S adalah seorang petani, Ny.S bekerja IRT, agama islam,
bertempat tinggal di Desa Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan,
suku bangsa keluarga By.S adalah suku jawa.
b. Riwayat
Kesehatan
1) Keluhan Utama
Bayi Ny.S lahir dengan kurang bulan, kulit bayi terasa dingin dan bayi
kecil.

3
4

2) Riwayat Kesehatan Sekarang


Bayi.S lahir usia kehamilan 32 minggu, berat badan 1750 gram, lahir
pada tanggal 24 Mei 2022 dengan jenis persalinan normal di RS Tais
Bengkulu dengan keadaan bayi gerak tidak aktif dan kulit agak
kebiruan,dan kulit terasa dingin lalu bayi dirujuk ke RSUD dr. M.
Yunus Bengkulu pada tanggal 26 Mei 2022 diruangan Perinatologi,
bayi dimasukan ke dalam inkubator, Ny.S mengatakan khawatir
dengan keadaan bayi nya.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Ny.S mengatakan tidak ada riwayat anggota keluarga lain yang
mengalami sama seperti melahirkan dengan berat badan lahir rendah.
4) Genogram

Keterangan :
: Laki-Laki Meninggal : Perempuan Meninggal

: Laki-Laki : Pasien

: Perempuan : Serumah
4

c. Riwayat Kehamilan
1) Riwayat Natal
Riwayat kehamilan Ny.S usia 39 tahun dengan usia kehamilan 32
minggu, selama kehamilan Ny.S rutin memeriksa kandungan ke bidan
desa. Pada pemeriksaan tersebut tidak mengalami masalah kehamilan,
tapi pada minggu terakhir pemeriksaan sebelum melahirkan, ada
keluhan pada Ny.S yaitu badan, kaki, dan tangan bengkak, tekanan
darah Ny.S tinggi, kemudian diberikan obat oleh bidan desa untuk
meredakan tekanan darah tinggi, tetapi badan, kaki, dan tangan Ny.S
masih bengkak hingga kemudian Ny.S melahirkan By.S.
2) Riwayat Persalinan
Pada tanggal 24 Mei 2022 Ny.S mengalami sakit perut, mulas dan
diikuti kontraksi. Ny.S datang ke RS Tais Bengkulu dan melahirkan
secara normal pada tanggal 24 Mei 2022 jam 09:00 WIB dengan berat
badan lahir rendah 1720 gram, kemudian By.S dirujuk ke RSUD dr.
M.Yunus Bengkulu pada tanggal 26 Mei 2022. Dari RS Tais
Bengkulu pada 24 Mei 2022 jam 09:00 WIB. Ny.S melahirkan dengan
usia kehamilan 32 minggu, warna ketuban jernih, bayi tidak banyak
gerak dan tidak langsung menangis saat lahir.
3) Post Natal
Setelah Ny.S melahirkan bayi perempuan dengan berat 1720 gram,
beberapa hari setelah melahirkan Ny.S menjalani operasi
pengangkatan rahim di RS Tiara Sella.
d. Pola Kebiasaan Sehari-Hari
1) Pola Nutrisi
Reflek hisap dan menelan lemah, bayi dipasang OGT pada tanggal 26
Mei 2022. Diberikan ASI sebanyak 2cc/2 jam, jenis nutrisi yang
diberikan berupa ASI. Dan dinaikan secara teratur setiap harinya
sehingga menjadi 21cc/2 jam.
4

2) Pola Eliminasi
Bayi Ny S BAK dalam sehari sebanyak ± 50 cc, warna kuning pekat,
BAK diserap popok disposable dan tidak menggunakan alat bantu. BAB
(mekonium) sudah keluar 8 jam setelah lahir, berwarna coklat dan
jumlah frekuensi BAB sekarang ± 3x/hari.
3) Personal Hygine
Bayi Ny. S setiap pagi di lap dengan air hangat menggunakan waslap
dan tidak menggunakan sabun atau shampoo, rambut By.S tidak di
basahi dengan air, dan sesudah dilap di seluruh badan By S di keringan
dan di pakaikan pakaian yang hangat.
4) Aktivitas
By.S tampak rewel, gerak tubuh kurang aktif.
5) Istirahat dan Tidur
Jumlah jam tidur By.S adalah 15-17 jam/hari.
e. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran bayi Ny. S compos mentis, tanda-tanda vital suhu tubuh: 35,5ºC ,
diinkubator dengan suhu 35ºC, pernapasan : 68x/menit, nadi :151x/menit.
Pemeriksaan antropemetri : berat badan 1750 gram, panjang badan : 30 cm,
lingkar kepala : 28 cm, lingkar dada : 30 cm.
1) Antropometri
Panjang badan : 30 cm, lingkar kepala : 28 cm, lingkar dada : 30 cm,
berat badan 1750 gram.
2) Kepala
Bentuk kepala simetris, ukuran kepala kecil, rambut dan kepala bersih,
tekstur rambut lembut, warna rambut hitam, distribusi rambut merata,
tidak ada molase pada kepala bayi, tidak ada fraktur di tulang-tulang
tengkorak.
3) Wajah
Tampak simetris anatara kanan dan kiri, tidak ada tanda-tanda down
syndrome seperti mata sipit, kepala mengecil, hidung datar dan dahi
4

melebar, dahi tidak menonjol kedepan, kulit wajah berwarna pink dan
tidak ada keriput.
4) Mata
Mata simetris kiri dan kanan, mata membuka spontan lambat, bola mata
simetris kanan dan kiri, konjungtiva anaemis, sclera ikterik dan
pupilmengecil saat terkena cahaya, terdapat sclera mata, reflex kedip
positif.
5) Hidung
Terdapat lubang hidung kiri dan kanan, lubang hidung simetris kiri dan
kanan, tidak terdapat lesi, tidak ada sumbatan hidung, tidak ada
pendarahan, tidak ada tanda-tanda infeksi, tidak terdapat pernafasan
cuping hidung.
6) Telinga
Telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada tanda-tanda infeksi,
lengkungan terbentuk baik, recoil dan daun telingan baik, tidak ada
cairan yang keluar dari telinga.
7) Mulut dan Bibir
Mukosa bibir kering, warna mulut merah muda, tidak ada lesi di mulut,
reflek mencari (rooting) lambat, reflek menghisap (sucking) lemah,
reflek menelan (swallowing) lemah, gusi merah muda.
8) Leher
Integritas kulit baik, tidak ada lesi di leher, reflek tonic neek (+) tetapi
masih lemah.
9) Dada dan Punggung
Kulit terlihat keriput warna merah muda dan sdikit sudah tebal, lanugo
dipunggung bayi masih terlihat walaupun tidak banyak.
10) Abdomen
Abdomen simetris kanan dan kiri, tampak sedikit membuncit, warna
kulit merah muda, keadaan tali pusar kering dan masih di klem, tidak
ada tanda-tanda infeksi, turgor kulit abdomen baik, kulit abdomen
kemerahan karena memakai diapers.
4

11) Genetalia dan Anus


Genetalia baik, anus (+), mukonium sudah keluar 8 jam setelah lahir,
anus paten, keadaan bersih, tidak ada tanda-tanda infeksi, tidak ada lesi
atau edema, warna kulit merah muda, klitolis menonjol, labia minora
belum tertutupi labia mayora.
12) Ekstremitas
Jumlah jari-jari kaki dan tangan lengkap, integritas kulit baik, warna
kulit merah muda, keadaan kuku kebiruan, tekstur telapak tangan dan
kaki lembut/halus, reflek menggenggam (reflek graps) baik , reflek
babinski baik.
f. Pemeriksaan Penunjang
1) Labolatorium
Tanggal pemeriksaan : 28 Mei 2022
Tabel 4. 1 Permeriksaan Labolatorium
No Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
1. Bilirubin total 14.1 0.0-12.0 mg/dl
2. Ph 7.24 7.35-7.45
3. PO2 31 71-104mmHg
4. PCO2 40 33-44 mmHg
5. HCO3 17 22-29mmol/L
6. Natrium 139 135-145mmol/L
7. Kalium 33 3.4-5.3mmol/L
8. Choridina 110 50-200mmol/L

Tanggal pemeriksaan : 31 Mei 2022


No Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
1. Bilirubin Total 4.1 0.0-12.0mg/dl
2. Bilirubin Bilik 0.3 <0.4mg/dl
3. Bilirubin Indirek 0.3 0.1-0.8mg/dl
4

g. Penatalaksanaan medis
Tabel 4. 2 Terapi Obat
Tanggal
NO Nama Obat Rute Dosis Waktu 3/6/22 4/6/22 5/6/22
1. IUFD D10% IV 10 cc 24 jam   
2. Meropenem IV IV(70 mg/8 2x24 jam   
jam)
3. Intelac Oral 5 tetes 2x24 jam   

h. Analisa Data
Tabel 4. 3 Analisa Data
No Data Penunjang Etiologi Masalah
1. DS : Berat Badan Hipotermia
- Ibu By.S mengatakan Ekstrem
bahwa pada saat bayi
dirujuk ke RSUD Dr. M.
Yunus kulit bayi terasa
dingin, dan dikuku bayi
sedikit biru
- Ibu By.S mengatakan
bayi tampak lemah dan
kecil
DO :
- Di inkubator dengan
suhu 35ºC
- Bayi tampak
menggigil jika
dikeluarkan sebentar
pada saat tindakan
- Suhu tubuh 35,5ºC
- Kuku ada sianosis
- BB 1750 gram
2. DS : Peningkatan Resiko Infeksi
- Ny S mengatakan takut paparan
dan bayi nya mengalami organisme
hal-hal yang tidak di pathogen
inginkan lingkungan
DO :
- Bayi di incubator
dengan suhu 35ºC
- RR 49x/menit
- Nadi 151x/menit
- SPO2 97%
- Suhu tubuh 35,5ºC
- BB 1750 gram
4

2. Diagnosa Keperawatan
Tabel 4. 4 Diagnosa Keperawatan
No. Nama Diagnosa Tanggal Paraf
Pasien Ditegakkan
1. Hipotermia berhubungan dengan berat 3 Juni 2022
badan ekstrem.
ditandai dengan:
DS :
- Ibu By S mengatakan bahwa
pada saat bayi dirujuk ke RSUD
Dr. M. Yunus kulit bayi terasa
dingin, dan dikuku bayi sedikit
kebiruan
- Ibu By S mengatakan bayi
tampak lemah dan kecil

DO :
- Di inkubator dengan suhu 35ºC
- Bayi tampak menggigil jika
dikeluarkan sebentar pada
saat tindakan
- Suhu tubuh 35,5ºC
- Kuku ada sianosis
By. S - BB 1750 gram
2. Resiko infeksi berhubungan dengan 3 Juni 2022
peningkatan paparan organisme
pathogen lingkungan
Di tandai dengan :
DS :
- Ny S mengatakan takut dan bayi
nya mengalami hal-hal yang
tidak di inginkan
DO :
- Bayi di incubator dengan suhu
35ºC
- RR 49x/menit
- Nadi 151x/menit
- SPO2 97%
- Suhu tubuh 35,5ºC
- BB 1750 gram
4

3. Intervensi Keperawatan
Tabel 4. 5 Intervensi Keperawatan
Diagnosa
No Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil (Slki) Intervensi Keperawatan (Siki)
1. Hipotermia berhubungan Setelah dilakukan intervensi SIKI: Manajemen hipotermia
dengan berat badan ekstrem. keperawatan selama 3 x 24 jam, Observasi
DS : maka Termoregulasi Neonatus 1. Monitor suhu tubuh.
- Ibu By S mengatakan membaik dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi penyebab hipotermia (misalnya.
bahwa pada saat bayi 1. Suhu tubuh membaik. Terpapar suhu lingkungan rendah, pakaian tipis,
dirujuk ke RSUD Dr. 2. Suhu kulit membaik. kerusakan hipotalamus, penurunan laju
M. Yunus kulit bayi 3. Pengisian kapiler membaik. metabolism, kekurangan lemak subkutan).
terasa dingin, dan 4. Ventilasi membaik. 3. Monitor tanda dan gejala akibat hipotermia
dikuku bayi sedikit (hipotermia ringan: takipnea, disartria, menggigil,
kebiruan hipertensi, diuresis ; hipotermia sedang: aritmia,
- Ibu By S mengatakan hipotensi, apatis, koagulopati, reflex menurun;
bayi tampak lemah dan hipotermia berat: oligulia, reflex menghilang,
kecil edema paru, asam-basa abnormal).
DO : Terapeutik
- Di inkubator dengan 1. Sediakan lingkungan yang hangat ( misalnya.
suhu 35ºC Atur suhu ruangan, incubator).
- Bayi tampak 2. Ganti pakaian/linern yang basah.
menggigil jika 3. Lakukan penghangatan pasif (misalnya. Selimut,
dikeluarkan sebentar penutup kepala, pakaian tebal).
pada saat tindakan 4. Lakukan penghangatan aktif eksternal(misalnya.
- Suhu tubuh 35,5ºC Kompres hangat, botol hangat, selimut hangat,
- Kuku ada sianosis perawatan metode kanguru).
- BB 1750 gram 5. Lakukan penghangatan aktif internal (misalnya.
Infus cairan hangat, oksigen hangat, lavase
peritoneal dengan cairan hangat).
4

Edukasi
1. Anjurkan kepada orang tuauntuk memberikan
makan/minum hangat.

2. Risiko infeksi berhubungan Setelah dilakukan intervensi


dengan peningkatan paparan keperawatan selama 3 x 24 jam, SIKI: Manajemen Lingkungan
organisme pathogen lingkungan maka Kontrol risiko meningkat Observasi
DS : Dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi keamanan dan kenyamanan
- Ny.S mengatakan takut 1. Kemampuan mencari lingkungan
dan bayi nya informasi tentang factor
mengalami hal-hal risiko Terapeutik
yang tidak di inginkan 2. Kemampuan 1. Atur posisi furniture dengan rapi dan terjangkau
DO : mengidentifikasi faktor 2. Atur suhu lingkungan yang sesuai
- Bayi di incubator resiko 3. Sediakan tempat tidur dan lingkungan yang bersih
dengan suhu 35ºC 3. Kemampuan melakukan dan nyaman
- RR 49x/menit strategi kontrol faktor risiko 4. Izinkan orang tua mendampingi pasien
- Nadi 151x/menit 4. Kemampuan meghindari
- SPO2 97% faktor risiko Edukasi:
- Suhu tubuh 35,5ºC 1. Anjurkan kepeda orang tua cara membuat
- BB 1750 gram lingkungan rumah yang aman dan
nyaman
2. Ajarkan orang tua/keluarga tentang
upaya pencegahan infeksi.
4

4. Implemetasi Keperawatan
Nama pasien :
By.S No RM
:647151
Ruangan :
Perinatologi Usia : 10
Hari
Tabel 4. 6 Implementasi Keperawatan hari ke 1 (03 Juni 2022)
No Diagnosa Keperawatan Tanggal Implementasi Respon Hasil Paraf
/Jam
1. Hipotermia berhubungan 03 Juni
dengan berat badan ekstrem 2022/
DS : 09:30 WIB 1. Memonitor suhu tubuh. 1. Suhu tubuh By.S 35,5ºC
- Ibu By S 09:35 WIB 2. Mengidentifikasi penyebab 2. Terpapar suhu lingkungan
mengatakan bahwa hipotermia (misalnya terpapar rendah pada By.S.
pada saat bayi suhu lingkungan rendah, pakaian
dirujuk ke RSUD tipis, kerusakan hipotalamus,
Dr. M. Yunus kulit penurunan laju metabolism,
bayi terasa dingin, kekurangan lemak subkutan).
dan dikuku bayi 09:45 WIB 3. Hipotermia ringan By,S
3. Memonitor tanda dan gejala
sedikit kebiruan menggigil, kulit terasa
akibat hipotermia (hipotermia
- Ibu By S dingin.
mengatakan bayi ringan: takipnea, disatria,
tampak lemah dan mengigil, hipertensi, diuresis.
kecil Hipotermia sedang: aritmia,
hipotensi, apatis, koagulopti,
DO : reflek menurun. Hipotermia
- Di inkubator berat: oligulia, reflek
dengan suhu 35ºC menghilang, edema paru, asam-
- Bayi tamapak 10:00 WIB basa abnormal 4. Perawat menyediakan
menggigil jika 4. Menyediakan lingkungan yang lingkungan yang hangat
dikeluarkan hangat. dengan memberikan
5

sebentar pada selimut hangat.


saat tindakan 10:20 WIB 5. Mengganti pakaian/linel yang 5. Pada saat linel atau popok
- Suhu tubuh 35,5ºC basah. bayi basah, perawat
- Kuku ada sianosis mengganti dengan yang
- BB 1750 gram baru.
10:3O WIB 6. Melakukan penghangatan pasif 6. Menyelimuti bayi dengan
(misalnya memakaikan selimut). selimut tebal dan bayi
sedikit tidak nyaman.
10:50 WIB 7. Melakukan penghangatn aktif 7. By.S diselimuti dengan
(kompres air hangatn dan selimut hangat dan sedikit
selimut hangat). kurang nyaman.
11:10 WIB 8. Melakukan penghangatan pasif 8. ASI diberikan kepada
internal (cairan hangat/cairan bayi dengan suhu hangat.
infus hangat).
09:00 WIB 9. Menganjurkan minum ASI 9. ASI By.S di buat dan
hangat. diberikan kepada Ny.S
dengan suhu hangat,
untuk By.S.
2. Risiko infeksi berhubungan 03 Juni
dengan peningkatan paparan 2022/
organisme pathogen 09:45 WIB 1. Identifikasi keamanan dan 1. Lingkungan sudah di buat
lingkungan. kenyamanan lingkungan senyaman dan seaman
DS : mungkin untuk bayi,
- Ny.S mengatakan sehingga bayi tenang
takut dan bayi nya 11:30 WIB 2. Atur posisi furniture dengan 2. Peralatan yang
mengalami hal-hal rapid an terjangkau. dibutuhkan sudah di
yang tidak di dekatkan dengan bayi,
inginkan sehingga terjangkau
DO : mengambilnya
- Bayi di incubator 11:33 WIB 3. Atur suhu lingkungan yang 3. Suhu lingkungan diatur
dengan suhu 35ºC sesuai dalam incubator
dengan
5

- RR 49x/menit 11:40 WIB 4. Sediakan tempat tidur dan suhu 35ºC.


- Nadi 151x/menit lingkungan yang bersih dan 4. Tempat tidur bayi
- SPO2 97% nyaman sudah bersih dan
- Suhu tubuh 35,5ºC 11:00 WIB 5. Izinkan orangtua mendampingi nyaman
- BB 1750 gram pasien 5. Orang tua mendampingi
13:00 WIB 6. Anjurkan kepeda orang tua sealam bayi meminum
cara membuat lingkungan ASI
rumah yang aman dan nyaman. 6. Orang tua mengikuti
pendidikan kesehatan dan
masih bingung dengan
cara membuat
lingkungan rumah yang
13:30 WIB 7. Ajarkan orang tua/keluarga aman dan nyaman untuk
tentang upaya pencegahan bayi
infeksi. 7. Orang tua bayi mengikuti
pendidikan kesehatan dan
masih bingung.
5

Nama pasien : By.S


No RM :647151
Ruangan : Perinatologi
Usia : 10 Hari
Implementasi Keperawatan hari ke 2 ( 04 Juni 2022)
No Diagnosa Keperawatan Tanggal / Jam Implementasi Respon Hasil Paraf
1. Hipotermia berhubungan 04 Juni 2022/
dengan berat badan 09:30 WIB 1. Memonitor suhu tubuh. 1. Suhu tubuh bayi 36ºC
ekstrem
DS : 09:40 WIB 2. Menyediakana 2. Lingkungan di dalam
- Ibu By S linhkungan yang hangat. inkubator di suhu 35ºC.
mengatakan 10:00 WIB 3. Mengganti pkaian/linel 3. Bayi sedikit tenang jika
bahwa pada saat yang basah. popok/linel yang basah
bayi dirujuk ke diganti yang baru, atau
RSUD Dr. M. diganti dengan yang
Yunus kulit bayi kering.
10:30 WIB 4. Melakukan penghangat 4. Selimut dipakaiankan
terasa dingin, dan
pasir( misalnya untuk mempertahankan
dikuku bayi
memakaian selimut pada suhu tubuh bayi.
sedikit kebiruan bayi)
- Ibu By S 10:45 WIB 5. Melakukan penghangatan 5. Penghangatan dilakukan
mengatakan bayi aktif( kompres air hangat menggunakan selimut
tampak lemah atau selimut tebal) tebal.
dan kecil 10:30 WIB 6. Melakukan penghangan 6. Penghangatan pasif
DO : pasif internal, (misalnya internal dengan
- Di inkubator cairan hangat). menyediakan air susu ASI
dengan suhu 35ºC hangat.
- Bayi tampak 09:00 WIB 7. Menganjurkan meminum 7. ASI yang dibut untuk
menggigil jika ASI hangat. By.S hangat, dan By.S
dikeluarkan mampu meminumya.
sebentar pada saat
tindakan
5

- Suhu tubuh 36ºC


- Kuku ada sianosis
- BB 1750 gram

2. Risiko infeksi 04 Juni 2022


berhubungan dengan 10:50 WIB 1. Atur suhu lingkungan 1. Suhu lingkungan di
peningkatan paparan yang sesuai. atur dalam suhu
organisme pathogen incubator 35ºC
lingkungan. 11:00 WIB 2. Sediakan tempat tidur dan 2. Tempat tidur bayi
DS : lingkungan yang bersih disediakan nyaman
- Ny.S mengatakan dan nyaman sehingga bayi
takut bayi nya 11:20 WIB 3. Izinkan orangtua tenang
mengalami hal- mendampingi pasien. 3. Orang tua mendampingi
hal yang tidak di bayi pada saat
inginkan 11:35 WIB 4. Anjurkan kepeda pemberian ASI
orang tua cara 4. Orang tua bayi mengikuti
membuat pendidikan kesehatan
dan
5

DO : lingkungan rumah yang sudah mulai paham


- Suhu inkubator aman dan nyaman. dengan cara membuat
35ºC lingkungan rumah yang
- RR 43x/menit nyaman dan aman
- Nadi 144x/menit 11:50 WIB 5. Ajarkan orang 5. Orang tua sudah mulai
- Suhu tubuh 36ºC tua/keluarga tentang mengerti pencegahan
- BB 1750 gram upaya pencegahan infeksi infeksi
5

Nama pasien : By.S


No RM :647151
Ruangan : Perinatologi
Usia : 10 Hari
Implementasi Keperawatan hari ke 3 ( 05 Juni 2022)
No Diagnosa Keperawatan Tanggal / Jam Implementasi Respon Hasil Paraf
1. Hipotermia 05 Juni 2022
berhubungan dengan 09:40 WIB 1. Memonitor suhu tubuh. 1. Suhu tubuh By.S 36,5ºC.
berat badan ekstrem
DS : 09:55 WIB 2. Mengganti pakaian/linel 2. Bayi sedikit tenang jika
- Ibu By S yang basah. popok/linel yang basah
mengatakan diganti yang baru, atau
bahwa pada saat diganti dengan yang
bayi dirujuk ke 10:30 WIB kering.
RSUD Dr. M. 3. Melakukan penghangat 3. Lingkungan di dalam
Yunus kulit bayi pasir( misalnya inkubator di suhu 34ºC.
memakaian selimut pada
terasa dingin,
10:55 WIB bayi)
dan dikuku bayi
sedikit kebiruan
4. Melakukan penghangatan 4. Selimut dipakaiankan
- Ibu By S aktif( kompres air hangat untuk mempertahankan
mengatakan atau selimut tebal). suhu tubuh bayi. By.S
bayi tampak nyaman pada saat di
lemah dan selimuti oleh perawat.
kecil 08:30 WIB 5. Melakukan penghangan 5. ASI dibuat dengan suhu
DO : pasif internal, (misalnya hangat
- Di inkubator cairan hangat).
dengan suhu
34ºC
- Bayi tampak 6. Menganjurkan meminum 6. ASI yang dibut untuk
menggigil jika 09:00 WIB ASI hangat. By.S hangat, dan By.S
dikeluarkan
sebentar pada
5

saat tindakan mampu meminumya.


- Suhu tubuh
36,5ºC
- Kuku ada
sianosis
- BB 1750 gram

2. Risiko infeksi 05 Juni 2022


berhubungan dengan 10:50 WIB 1. Atur suhu lingkungan 1. Suhu lingkungan di
peningkatan paparan yang sesuai atur dalam suhu
organisme pathogen incubator 34ºC
lingkungan. 09:00 WIB 2. Izinkan orangtua 2. Orang tua mendampingi
DS : mendampingi pasien. bayi pada saat
- Ny. S pemberian ASI
mengatakan 10:55 WIB 3. Anjurkan kepeda orang 3. Orang tua bayi mengikuti
sudah tau cara tua cara membuat pendidikan kesehatan dan
membuat lingkungan rumah sudah paham dengan cara
lingkungan yang aman dan membuat lingkungan
rumah nyaman nyaman. rumah yang nyaman dan
dan aman dan aman
cara pencegahan 11:30 WIB 4. Orang tua mengikuti
infeksi 4. Ajarkan orang pendidikan
tua/keluarga tentang kesehatan dam sudah
DO : upaya pencegahan mengerti pencegahan
- Bayi di infeksi infeksi
incubator
dengan suhu
34ºC
5

- RR 49x/menit
- Nadi
149x/menit
- SPO2 97%
- Suhu tubuh
36,5ºC
- BB 1750 gram
5

5. Evaluasi Keperawatan
Tabel 4. 7 Evaluasi Keperawatan
No Tanggal Diagnosa Evaluasi Paraf
1. 03 Juni 2022 Hipotermia S:
berhubungan dengan - Ny S mengatakan By.S badanya dingin dan kuku sedikit
berat badan ekstrem. terlihat kebiruan.
- Ny.S mengatakan bayi tampak lemah dan kecil.
O:
- Di inkubator dengan suhu 35ºC
- Bayi tampak menggigil jika dikeluarkan sebentar pada
saat tindakan
- Suhu tubuh 35,5ºC
- Kuku ada sianosis
- BB 1750 gram
A:
- Masalah keperawatan hipotermia belum membaik
- Masalah keperawatan hipotermia belum teratasi
P:
- Intervensi dilanjutkan
2. 03 Juni 2022 Risiko infeksi S:
berhubungan dengan - Ny.S mengatakan takut terjadi hal-hal yang dialami oleh
peningkatan paparan bayi nya..
organisme pathogen - Ny S mengatakan belum tau bagaimana cara
lingkungan. membuat lingkungan rumah dan mencegah infeksi
O:
- Keadaan umum bayi lemah
- Kesadaran compos mentis
- RR : 49x/mnt
- N 151x/mnt
- Suhu 35,5ºC
- BB 1750 Gram
5

- Kuku terdapat sianosis


- Bayi di incubator dengan suhu 35ºC
A:
- Masalah keperawatan resiko infeksi belum membaik
- Masalah risiko infeksi belum teratasi
P:
- Intervensi dilanjutkan.
6

Evaluasi Keperawatan
No Tanggal Diagnosa Evaluasi Paraf
1. 04 Juni 2022 Hipotermia S:
berhubungan dengan - Ny S mengatakan By.S badanya dingin dan kuku sedikit
berat badan ekstrem. terlihat kebiruan.
- Ny.S mengatakan bayi tampak lemah dan kecil.
O:
- Di inkubator dengan suhu 35ºC
- Bayi tampak menggigil jika dikeluarkan sebentar pada
saat tindakan
- Suhu tubuh 36ºC
- Kuku ada sianosis
- BB 1750 gram
A:
- Masalah keperawatan hipoterimia belum teratasi
- Masalah keperawatan hipotermia teratasi sebagian
P:
- Intervensi dilanjutkan
2. 04 Juni 2022 Risiko infeksi S:
berhubungan dengan - Ny.S mengatakan takut terjadi hal-hal yang dialami oleh
peningkatan paparan bayi nya.
organisme pathogen - Ny.S mengatakan berat badan bayi 1750 gram.
lingkungan. - Ny S mengatakan sudah mulai paham bagaimana
cara membuat lingkungan rumah dan mencegah
infeksi
O:
- RR : 43x/mnt
- N 144x/mnt
- Suhu 36ºC
- BB 1750 Gram
- Bayi di incubator dengan suhu 35ºC
6

A:
- Masalah keperawatan risiko infeksi belum membaik
- Masalah keperawatan resiko infeksi teratasi sebagian.
P:
- Intervensi dilanjutkan.
6

Evaluasi Keperawatan
No Tanggal Diagnosa Evaluasi Paraf
1. 05 Juni 2022 Hipotermia S:
berhubungan dengan - Ny S mengatakan By.S badanya sudah sedikit hangat
berat badan ekstrem. O:
- Di inkubator dengan suhu 34ºC
- Bayi tidak tampak menggigil
- Suhu tubuh 36,5ºC
- Kuku sianosis berkurang
- BB 1750 gram
A:
- Masalah keperawatan hipotermia sudah membaik
- Masalah keperawatan hipotermia teratasi penuh
P:
- Intervensi dihentikan.

2. 05 Juni 2022 Risiko infeksi S:


berhubungan dengan - Ny.S mengatakan sudah paham bagaimana cara memebuat
peningkatan paparan lingkungan rumah yang aman dan nyaman, dan cara
organisme pathogen mencegah infeksi
lingkungan. O:
- RR : 49x/mnt
- N 142x/mnt
- T 36,5ºC
- BB 1750 Gram
- Bayi di inkubator dengan suhu 34ºC
A:
- Masalah keperawatan risiko infeksi sudah membaik
- Masalah keperawatan resiko infeksi teratasi penuh
6

P:
- Intervensi di hentikan dan dilanjutkan dirumah secara
mandiri oleh orang tua By.S
6

B. Pembahasan
Pada bagian ini penulis akan membahas tentang kesenjangan teori dan data
yang ditemukan dalam proses keperawatan pada kasus By. S dengan
pemenuhan kebutuhan rasa aman pasien BBLR yang dirawat di Ruang
Perinatologi RSUD dr. M. Yunus Bengkulu. Penerapan proses keperawatan
dalam asuhan keperawatan untuk klien merupakan salah satu wujud tanggung
gugat perawatan yang terdiri dari tahap pengkajian keperawatan, perencanaan,
implementasi dan evaluasi (Perry, 2015).
1. Gambaran Pengkajian pada By.S
Penulis melakukan proses pengkajian untuk memperoleh data dari
pasien, hal ini sesuai dengan teori Hendarsih, 2016 yang menyebutkan
pengkajian adalah proses pengumpulan data secara sistemik untuk
menentukan status kesehatan dan fungsi kerja respon klien pada saat ini
dan sebelumnya. Penulis melakukan pengkajian dimulai dari tanggal 03-
05 Juni 2022 di RSUD dr. M. Yunus Bengkulu dan didapatkan pasien
dengan BBLR hipotermia By. S berjenis kelamin perempuan dan berumur
10 hari.
Pasien By. S dengan diganosa BBLR didapatkan data bahwa Ny. S
pada saat melahirkan By. S dengan usia kandungan 32 minggu. By. S
dirujuk ke RSUD dr. M. Yunus Bengkulu pada tanggal 26 Mei 2022. Pada
saat By. S di rujuk ke RSUD dr. M. Yunus Bengkulu By. S dengan
diagnosa BBLR-Hipotermia. Ny. S mengatakan bayi nya kecil dan
lemah,dan sangat takut terjadi hal yang buruk terhadap bayi nya, karena
hal ini baru pertana kali di alami oleh Ny. S, kelahiran sebelumnya tidak
ada masalah pada anak nya. Ny.S mengatakan kulit bayinya terasa dingin,
kuku bayi sedikit kebiruan ,bayi kecil dan lemah. Observasi dari peneliti
suhu tubuh bayi S 35,5ºC, akral teraba dingin, kuku terdapat sianosis dan
di inkubator dengan suhu 35ºC.
Beberapa gejala klinis ini dapat menimbulkan hipotermia pada bayi
BBLR, antara lain akral teraba dingin, suhu tubuh di bawah normal, dasar
kuku sianosisi. Hipotermia pada bayi BBLR di sebabkan banyak
6

perubahan yang terjadi pada bayi dalam menyesuaikan diri dari kehidupan
di dalam rahim dan kehidupan diluar rahim, kemampuan bayi yang belum
sempurna dalam memproduksi panas maka bayi sangat rentan mengalami
penurunan panas (Heriyeni, 2018).
2. Gambaran Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisis data subjektif dan
objektif untuk membuat diagnosa keperawatan. Berdasarkan SDKI
diagnosa keperawatan yang dapat di tegakan penulis dalam kasus By.S
memiliki satu diagnosa prioritas yaitu hipotermia b.d berat badan ekstrem
dimanifestasi klinisnya dengan adanya suhu tubuh di bawah normal yaitu
35,5ºC, terdapat sianosis, dan akral bayi dingin.
Diagnosa yang ditemukan pada kasus BBLR dengan hipotermia pada
kasus By. S terdapat perbedaan yang tidak terlalu berarti dengan diagnosa
yang dibahas pada tinjauan teoritis di bab II. Pada tinjauan teoritis bab 2 di
penatalaksanaan terdapat penganturan suhu tubuh, pencegahan
infeksi,pencegahan intake dan pernapasan (Menurut Natalina, 2020), itu
berkaitan dengan diagnosa yang di ambil penulis yaitu hipotermia dan
resiko infeksi, jadi tidak ada kesengjangan pada diagnose, di bab 2 bagian
pathway BBLR terdapat 4 diagnosa keperawatan yaitu Hipotermia, Resiko
Infeksi, Gangguan Pertukaran Gas, Defisit Nutrisi. Dalam kasus ini
penulis mengangkat 2 diagnosa yang dibahas pada teori bab II yaitu
diagnosa hipotermia berhubungan dengan berat badan ekstrem dan Resiko
Infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan organisme pathogen
lingkungan. Karena data yang ditemukan saat pengkajian mendukung
tegaknya diagnosa tersebut. Data yang ditemukan antara lain suhu tubuh
bayi 35,5ºC, akral bayi dingin, terdapat sianosis pada kuku dan untuk data
resiko infeksi data yang ditemukan adalah orang tua bayi terutama Ny.S
belum mengetahui cara mencegah infesi, dan Ny.S belum bias membuat
lingkungan yang aman dan nyaman untuk bayi nya.
6

3. Gambaran Intervensi Keperawatan


Berdasarkan tahap perencanaan penulis mengacu pada perencanaan
yang terdapat di landasan teoritis di mana perencanaan di bagi menjadi 3
tahap yaitu menentukan prioritas masalah, menentukan tujuan, menentukan
kriteria hasil dan merencanakan tindakan keperawatan. Dalam pembuatan
rencana penulis bekerja sama dengan keluarga klien dan perawat ruangan
sehingga ada kesempatan dalam memecahkan masalah yang dialami klien
sehingga kebutuhan klien dapat terpenuhi sesuai teori perencanaan
keperawatan dituliskan dengan rencana dan kriteria hasil berdasarkan
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dan Standar Luaran
Keperawatan Indonesia (SLKI) prinsip secara umum rencana keperawatan
yang penulis lakukan pada By. S.
Intervensi yang dirancang oleh penulis untuk mengatasi masalah pada
kasus By. S yaitu tersusu dari tindakan observasi, tindakan mandiri,
edukasi, dan kolaborasi yang disesuaikan dengan kondisi klien. Target
waktu pencapaian kriteria hasil pada dua diagnosis ditentukan dengan
rentang waktu yang sama yaitu 3x24 jam. Penulis berencana mengatasi
masalah keperawatan hipotermia b.d berat badan ekstrem dengan tujuan
yaitu SLKI termoregulagi neonatus dipertahankan pada 4 dan ditingkatkan
pada level 5, dengan skor 1(memburuk), 2(cukup memburuk), 3(sedang),
4(cukup membaik), 5(membaik). Dengan kriteria hasil suhu tubuh
membaik, suhu kulit membaik, sianosis berkurang. SIKI yang digunakan
pada diagnosa hipotermia b.d berat badan ekstrem adalah manajemen
hipotermia dengan aktivitas keperawatan yang dilakukan yaitu memonitor
suhu tubuh, identifikasi penyebab hipotermia, monitor tanda dan gejala,
sediakan lingkungan yang hangat, ganti kain/linel yang basah, melakukan
penghangatn pasif dan aktif dam melakukan edukasi kepada keluarga
pasien. Sedangkan untuk intervensi resiko infeksi edukasi pencegahan
infeksi menggunakan media leaflet sebagai bahan untuk edukasi
pendidikan kesehatan resiko infeksi.
6

Fokus intervensi kasus dan intervensi teoritis sudah sama, pada


intervensi teoritis penulis merancang intervensi manajemen hipotermia
dengan fokus tindakan terapeutik yaitu melakukan penghangatan pasif dan
penghangatan aktif internal yang mana fokus pada meningkatkan suhu
tubuh bayi hipotermia, untuk diagnosa kedua penulis menyusun intervensi
manajemen lingkungan dengan eskpetasi meningkat dengan kriteria hasil
kemampuan mencari informasi tentang resiko infeksi meningkat,
kemampuan mengidentifikasi faktor resiko meningkat, kemampuan
melakukan strategi kontrol factor resiko meningkat, kemampuan
memodifikasi lingkungan meningkat, kemampuan menghindari faktor
resiko meningkat, intervensi tersebut ditujukan untuk orang tua bayi, tidak
terdapat kesengjangan antara intervensi teori dengan intervensi kasus.
4. Gambaran Implementasi Keperawatan
Setelah menyusun rencana keperawatan, kemudian dilanjutkan dengan
melakukan tindakan keperawatan atau implementasi keperawatan. Pada
kasus By. S semua tindakan dilaksanakan sesuai rencana tindakan
keperawatan. Penulis melakukan implementasi keperawatan selama 3 hari
dimulai dari tanggal 03 Juni 2022 sampai dengan 05 Juni 2022.
Implementasi yang dilakukan untuk diagnosa hipotermia b.d berat
badan ekstrem adalah manajemen hipotermia fokus dengan tindakan
terapeutiknya menyediakan lingkungan yang hangat, mengganti
pakaian/linel yang basah, melakukan penghangatan pasif misalnya
menggunakan selimut/topi kepala, melakukan penghangatn aktif eksternal
misalnya dengan memberikan susu ASI dengan suhu hangat. Tindakan
tersebut penulis lakukan dengan meminta izin ke perawat ruangan, orang
tua bayi dan di damping oleh perawat ruangan. Sedangkan untuk resiko
infeksi implementasi yang dilakukan adalah manajemen lingkungan
dengan tindakan terapeutiknya mengatur posisi furniture dengan rapi,
mengatur suhu lingkungan yang sesuai, menyediakan tempat tidur dan
lingkungan yang bersih dan nyaman, mengganti pakaian secara berkala
terutama pada saat basah, dam mengizinkan orang tua untuk mendampingi
6

bayi selama pemberian ASI. Tindakan tersebut juga penulis lakukan


dengan izin perawat ruangan dan meminta izin melibatkan orang tua bayi
untuk mengikuti pendidikan kesehatan.
Selama melakukan implementasi, penulis menemukan faktor
pendukung untuk keberhasilan tindakan pada By. S yaitu keluarga bayi
yang sangat kooperatif selama tindakan dan menerima materi secara aktif
selama pendidikan kesehatan, kerja sama terjalin baik dengan perawat
ruangan, adat medis dari dokter dan catatan keperawatan di dapatkan
dengan baik sehinggan pelaksaan keperawatan dapat berjalan dengan
lancar.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan keperawatan yang mengukur sejauh mana
keberhasilan tindakan keperawatan berdasarkan respon yang ditunjukkan
oleh pasien. Pada kasus ini, penulis menggunakan dua jenis evaluasi yaitu
evaluasi formatif atau respon hasil yang dilakukan segera setelah
melakukan tindakan dan evaluasi sumatif atau perkembangan yang
dilakukan dalam 5-7 jam setelah tindakan dengan membandingkan respon
klien dengan tujuan yang telah ditentukan menggunakan metode SOAP,
yaitu S (Subjektif), O (Objektif), A (Analisis), P (Planning).
Pada By. S setelah dilakukan implementasi dan evaluasi selama 3 hari.
Semua indikator keberhasilan pada diagnosa hipotermia berhubungan
dengan berat badan ekstrem antara lain : suhu tubuh By.S 36ºC, akral
sudah mulai hangat, sianosi berkurang, dan suhu inkubator turun menjadi
34ºC, dapat tercapai dengan melaksanakan implementasi sesuai intervensi
yang disusun sama halnya dengan diagnosa resiko infeksi berhubungan
dengan peningkatan paparan organisme pathogen lingkungan, indikator
keberhasilan antara lain : Ny. S mendampingi By.S pada saat memberikan
ASI, mengikuti pendidikan kesehatan membuat lingkungan yang aman
dan nyaman dam pendidikan kesehatan resiko pencegahan infeksi, Ny.S
mencuci tangan sebelum memegang bayinya. Indikator keberhasilan ini
6

dapat dicapai dengan cara pendidikan kesehatan kepada orang tua bayi
denga cara mengobrol santai.
Pada evaluasi perkembangan hari ketiga perawatan diagnosa
hipotermia berhubungan dengan berat badan ekstrem didapatkan hasil (S)
Subjektif : Ny. S mengatakan By. S badanya sudah hangat dan kuku tidak
terlihat kebiruan, Ny. S mengatakan berat bayi 1750 gram, (O) Objektif :
RR : 49x/mnt, N 149x/mnt, Temperatur 36,5ºC, BB 1750 Gram, Bayi di
inkubator dengan suhu 34ºC, (A) Analisa: Masalah keperawatan
hipotermia teratasi penuh, (P) Planning:Intervensi dihentikan, pada
diagnosa resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan
organisme pathogen lingkungan didapatkan hasil (S) Subjektif : Ny.S
mengatakan sudah mengerti bagaimana cara membuat lingkungan yang
aman dan nyaman, Ny.S mengatakan sudah pahambagaimana cara
pencegahan infeksi, (O) Objektif : RR : 49x/mnt, N 149x/mnt, Temperatur
36,5ºC, BB 1750 Gram, Bayi di dalam inkubator dengan suhu 34ºC, (A)
Analisa : Masalah keperawatan resiko infeksi teratasi penuh, (P) Planning
Intervensi di hentikan dan dilanjutkan dirumah secara mandiri oleh orang
tua By. S.
7

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan studi kasus asuhan keperawatan anak pada By. S dengan


hipotermia, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengkajian
Data fokus hasil pengkajian pada kasus By.S didapatkan bahwa By.S
lahir dengan berat badan lahir rendah 1750 gram, dan suhu tubuh By.S
35,5ºC dengan akral dingin, dan kuku sianosis. By.S dimasukan ke dalam
inkubator dengan suhu 35ºC. saat Ny. S mengandung By. S tidak ada
komplikasi dalam kandungan, tetapi pada pemeriksaan kehamilan minggu
terakhir sebelum lahir, Ny. S mengalami hipertensi dan pembengkaan pada
ekstermitas atas dan bawah, kemudian, By. S lahir dengan berat badan
lahir rendah (BBLR) dengan berat 1750 gram. Terlihat akral By .S dingin,
mukosa bibir lembab, sianosis pada kuku, By. S terlihat lemah, kesadaran
compos mentis, dan badanya terlihat kecil.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada teori dan kasus By. S
hamper semuanya sesuai dengan data teori. Diagnosa hipotermia
berhubungan dengan berat badan ekstrem pada By. S diangkat berdasarkan
data pengkajian yang ditemukan sesuai dengan teori, begitu juga dengan
diagnosa resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan
organisme pathogen lingkungan pada By. S diangkat sesuai dengan data
pengkajian.
Penulis mengangkat diagnosa hipotermia berhubungan dengan berat
badan ekstrem menjadi diagnosa utama karena merupakan diagnosa aktual
yang harus segera diatasi agar kebutuhan rasa aman suhu tubuh hangat
terpenuhi dengan baik. Kemudian resiko infeksi berhubungan dengan
peningkatan paparan organisme pathogen lingkungan menjadi diagnosa
kedua sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan rasa aman pada By. S.
7

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi yang dapat dikembangkan dalam pemenuhan kebutuhan
rasa aman pasien BBLR adalah dengan melaksanakan tindakan teraupeutik
memberikan selimut tebal yang bertujuan untuk mempertahankan suhu
tubuh By. S, dan pendidikan kesehatan tentang resiko infeksi untuk
pemahaman bagi Ny. S agar tau bagaimana cara mencegah infeksi untuk
By. S. Perencanaan pada kasus By. S ini telah disusun secara sistematis
dengan mengacu pada buku SLKI dan SIKI sesuai fokus dari penulisan
karya tulis ilmiah ini yaitu mengenai asuhan keperawatan pemenuhan
kebutuhan rasa aman pada bayi BBLR.
4. Implementasi Keperawatan
Tindakan observasional yang dapat dilakukan dalam pemenuhan
kebutuhan rasa aman pasien BBLR adalah dengan memonitor suhu tubuh
By. S, mengidentifikasi penyebab hipotermia, melakukan penghangat pasif
(menggunakan selimut hangat), mengganti panel/pakaian basah, dan
memberikan ASI hangat. Tindakan pendidikan kesehatan resiko infeksi
dilakukan menggunakan leaflet pencegahan infeksi.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi Keperawatan dilaksanakan untuk menilai keberhasilan
tindakan melalui indicator yang ditetapkan sebelumnya dan dilakukan
segera setelah tindakan maupun setiap akhir shif untuk evaluasi
perkembangan. Hasil evaluasi pada hari ketiga semua indicator telah
berhasil dicapai sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan melaksanakan
standar intervensi yang telah disusun tersebut, penulis berhasil
melaksanakan asuahan keperawatan pemenuhan kebutuhan rasa aman
pada bayi BBLR.
7

B. Saran
1. Bagi Keluarga
Keluarga sebaiknya dapat menerapkan cara mempertahan agar suhu tubuh
bayi tetap hangat untuk mencegah kehilangan suhu tubuh bayi, dan agar
keluarga paham cara mencegah infeksi.
2. Bagi Perawat
Perawat hendaknya dapat memberikan asuhan keperawatan
mempertahankan suhu tubuh secara komprehensif dan menyeluruh, dan
menggunakan menggunakan metode kanguru untuk memenuhi kebutuhan
rasa aman bayi BBLR dengan hipotermia.
3. Bagi Institusi Pendidikan
a. Dosen dan Mahasiswa
Diharapkan dosen melatih dan mendampingi mahasiswa dalam
melaksanakan pengkajian, pengembangan intervensi yang dapat
dilakukan dalam pemenuhan kebutuhan rasa aman pada bayi BBLR.
Dan diharapkan mahasiswa mempelajari lebih dalam mengenai
pengkajian dan memperluas wawasan tentang pengembangan
intervensi dalam pemenuhan kebutuhan rasa aman pada bayi BBLR.
7

DAFTAR PUSTAKA

Abarca, R. M. (2021). Nuevos Sistemas de Comunicación e Información, 2013–


2015.

Harvita, S. R. I., & Marpaung, S. (2007). Pengevaluasian Proses Keperawatan


Yang Telah Dilaksanakan Kepada Pasien Diabetes Mellitus.

Kognisi, P. K., Risiko, P., Jenis, D. A. N., Bidori, F., Puspitowati, L. I. dan I.,
Wijaya, I. G. B., Alifah, U., Artikel, I., Paedagoria, S. N., Anwar, I., Jamal,
M. T., Saleem, I., Thoudam, P., Hassan, A., Anwar, I., Saleem, I., Islam, K.
M. B., Hussain, S. A., Witcher, B. J. alma. (2021). Industry and Higher
Education,3(1),1689–1699.
http://journal.unilak.ac.id/index.php/JIEB/article/view/3845%0Ahttp://dspac
e.uc.ac.id/handle/123456789/1288

Natalina, R. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan BBLR NANDA


NOC.NIC.Www.Academia.Edu.
https://www.academia.edu/31598138/Asuhan_keperawatan_pada_klien_den
gan_bblr_nanda_noc_nic

Novitasari, A., Hutami, M. S., & Pristya, T. Y. R. (2020). Pencegahan dan


Pengendalian BBLR Di Indonesia: Systematic Review. Pencegahan Dan
Pengendalian-Bblr-Di-Indonesia,175–182.
http://doi.wiley.com/10.1002/14651858.CD013574

Parti, Malik, S., & Nurhayati. (2020). Pengaruh Perawatan Metode Kanguru
(PMK) terhadap Pencegahan Hipotermi pada Bayi Baru Lahir. Jurnal Bidan
Cerdas, 2(2), 66–71. https://doi.org/10.33860/jbc.v2i2.56

Rerung Layuk, R. (2021). Analisis Deskriptif Risiko BBLR (Bayi Berat Lahir
Rendah) Di RSUP Dr. Tadjuddin Chalid Makassar. Masokan: Ilmu Sosial
Dan Pendidikan, 1(1), 1–11. https://doi.org/10.34307/misp.v1i1.1

Rizka, P. (2021). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Berat


Badan Bayi Lahir Rendah Di Rsud Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo.
Repository.Ung.Ac.Id.
https://repository.ung.ac.id/skripsi/show/841413003/faktor-faktor-yang-
berhubungan-dengan-kejadian-berat-badan-bayi-lahir-rendah-di-rsud-prof-
dr-h-aloei-saboe-kota-gorontalo.html

Sari, A. P., Lah, R., & Anita, T. (2021). Faktor Maternal Terhadap Kejadian
BBLR. Citra Delima : Jurnal Ilmiah STIKES Citra Delima Bangka Belitung,
5(1), 1–5. https://doi.org/10.33862/citradelima.v5i1.210
7

Sukmawati, I. (2017). Pengetahuan Ibu Pada Penatalaksanaan Bblr Di Rsud Dr.


Soekardjo Kota Tasikmalaya. Gaster, 15(1), 53.
https://doi.org/10.30787/gaster.v15i1.138

Thewidya, A., Kurniyanta, P., & Wiryana, M. (2018). Manajemen termoregulasi


untuk mencegah kejadian hipotermia pada pasien neonatus yang menjalani
operasi gastroschisis. Medicina, 49(2).
https://doi.org/10.15562/medicina.v49i2.65

Laporan Kinerja Bidang Kesmas Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu Tahun


2019

Thewidya, A., Kurniyanta, P., & Wiryana, M. (2018). Manajemen termoregulasi


untuk mencegah kejadian hipotermia pada pasien neonatus yang menjalani
operasi gastroschisis. Medicina, 49(2).
https://doi.org/10.15562/medicina.v49i2.65
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI
7

L
A
M
P
I
R
A
N
7

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Puput Ramadhani


Tempat/Tanggal Lahir : Trikarya/07 Desember
2000 Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Email : puputpp312075@gmail.com
No. Telpon : +62 853 7683 9605
Sosial Media : Instagram @_puputramadhani
Riwayat Pendidikan
- TK Riadini Purwodadi
- SD Negeri 2 Trikarya
- SMP Negeri Purwodadi
- MA Al-Muhajirin Tugumulyo
Judul Studi Kasus :Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Rasa
Aman Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) di RSUD dr. M. Yunus Bengkulu Tahun
2022
Nama Orang Tua
Ayah : Sugimansyah
Ibu : Ruwinah
Alamat : Trikarya Dusun 1 Kecamatan Purwodadi
Kabupaten Musirawas, Sumatra Selatan 31668
7
7
7

Leaflet Resiko Infeksi


8

DOKUMENTASI KEGIATAN
3 Juni 2022– Hari Perawatan Ke-1
8

4 Juni 2022 – Hari Perawatan Ke-2


8

5 Juni 2022 – Hari Perawatan Ke-3


8

Surat Izin Pra Penelitian Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu


8

Surat Izin Pra Penelitian RSUD dr. M. Yunus


8

Surat Izin Penelitian Poltekes Kemenkes Bengkulu


8

Surat Izin Penelitian DPMPTSP Kota Bengkulu


8

Surat Izin Penelitian RSUD dr M Yunus


8

Surat Keterangan Selesai Penelitian RSUD dr M Yunus

Anda mungkin juga menyukai