Anda di halaman 1dari 117

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. J DENGAN ANEMIA


PADA GAGAL GINJAL KRONIKDI RUANGAN MELATI
RSUD Dr. M. YUNUSKOTA BENGKULU
TAHUN 2019

DISUSUN OLEH :

DWI GUSTIN PERMATA SARI


NIM. P05129216041

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
PRODIDIII KEPERAWATAN BENGKULU
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2019
KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. J DENGAN ANEMIA PADA


GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANGAN MELATI
RSUD Dr. M. YUNUS KOTA BENGKULU
TAHUN 2019

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan program Diploma III
Keperawatan pada Prodi DIII Keperawatan Bengkulu Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Bengkulu

DWI GUSTIN PERMATA SARI


NIM. P05120216041

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
PRODI DIII KEPERAWATAN BENGKULU
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2019

i
ii
iii
Motto dan Persembahan

MOTTO

“ Is Only Once, But If You Live It Well,


Life Only Once Is Already More Than Enough”

PERSEMBAHAN

1. Alhamdulillahirabilalamin, segala puji bagiMu ya-ALLAH SWT, yang


selalu melimpahkan berkat dan nikmat yang tak terbatas untukku
2. Karya Tulis Ilmiah, ini ku persembahkan untuk orang tuaku, ibuku tersayang
Susmi Herawati dan Saudara ku Della Ariestantia yang telah memberikan
motivasi dan dukungan spiritual, moril, maupun materi. Terima kasih ibu
yang selalu memberikan yang terbaik untukku, yang sering
mengingatkanku tentang apapun kegiatan harianku, terima kasih kepada
ibu yang selalu mengingatkan untuk menjaga kesehatan.
3. Terima kasih untuk Datuk dan Nenek yang selalu mendukungku disaat aku
putus asa, dan selalu mengingatkan ku untuk selalu jaga kesehatan.
4. Untuk pembimbing Karya Tulis Ilmiah ku yang cantik Mam Ns. Husni,
S.Kep.,M.Pd, terima kasih tidak pernah bosan membimbingku, yang sangat
banyak memberikan ilmu kepadaku.
5. Untuk penguji 1 yang telah membimbingku Karya Tulis Ilmiah ku yang
cantik Mam Asmawati, S.Kp.,M.Kep, terima kasih tidak pernah bosan
membimbing dan penguji 2 ku, yang sangat banyak memberikan ilmu
kepadaku.
6. Untuk ketua penguji Karya Tulis Ilmiah ku yang cantik Bapak
Ns.Hermansyah, S.Kep.,M.Kep, terima kasih tidak pernah bosan menjadi
ketua penguji, yang sangat banyak memberikan ilmu kepadaku.
7. Terima kasih untuk Zola Rachmat Ilham Cyputrayang selalu mendukungku
dan telah banyak membantuku dalam penyelesain Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Terima kasih dosenku jurusan keperawatan yang tidak pernah bosan
untuk membimbing dan memberikan semangat kepada kami ENC XI.
9. Terima kasih untuk saudara bimbingan ku di kampus Triyola, Ikhwan, Ivana,
Delsa, Genta, Noverdi dan Resi yang sesalu mendukung dan memberikan
semangat kepadaku yang tak bosan-bosannya.
10. Untuk jurusanku KEPERAWATAN BENGKULU terima kasih telah
memberikan banyak sekali ilmu dan pengalaman yang luar biasa yang
mungkin tidak ku temukan ditempat lainnya.
11. Dan untuk Almamaterku yang penuh dengan cerita, cinta dan canda, semoga
selalu berkesan.
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
nikmat sehat, ilmu dan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Dengan Anemia Pada Gagal Ginjal Kronik (GGK) Di ruangan Melati
RSUD Dr.M. Yunus Kota Bengkulu Tahun 2019”.
Penyusunan karya tulis Ilmiah ini penulis menyadari bahwa tanpa bantuan
dari berbagai pihak tentunya karya tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan.
Penulis banyak mendapatkan bantuan baik berupa informasi atau data maupun
dalam bentuk lainnya. Untuk itu penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih
kepada :
1. Bapak Darwis, S.Kp.,M.Kes, selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Bengkulu.
2. Bapak Dahrizal, S.Kp., MPH, selaku Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Bengkulu.
3. Ibu Ns. Mardiani, S.Kep., MM, selaku Ketua Prodi DIII Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
4. Ibu Ns. Husni, S.Kep., M.Pd, selaku Pembimbing yang telah meluangkan
waktu, tenaga dan fikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan
dengan penuh kesabaran kepada penulis dalam penyusunan karya tulis Ilmiah
ini.
5. Bapak Direktur RSUD Dr. M. Yunus Kota Bengkulu yang telah memberikan
izin penelitian di RSUD Dr. M. Yunus Kota Bengkulu.
6. Ibu Ns.Afrida Hayati, selaku Kepala Ruangan Melati RSUD Dr. M. Yunus
Kota Bengkulu yang telah memberikan izin untuk penelitian di Ruang Melati
dan Terima kasih kerja samanya di Ruang Melati.
7. Bapak/ibu Dosen dan staf Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes
Bengkulu yang telah membimbing dan memberikan motivasi selama di
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu.
8. Orang tuaku (Susmi Herawati) tersayang yang selaluku banggakan, saudaraku
(Della Aries Tantia) tercinta, serta adek bimbinganku di jurusan keperawatan

iv
poltekkes kemenkes bengkulu (M.Ikhwan, Genta, Delsa) yang senantiasa
memberikan motivasi, dukungan moral dan doa untuk keberhasilan peneliti
dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
9. Semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan dalam penyelesaian
karya tulis Ilmiah ini. Semoga bimbingan dan bantuan serta nasihat yang
telah diberikan akan menjadi amal baik oleh Allah SWT.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan karya tulis Ilmiah
ini masih banyak terdapat kekeliruan dan kekhilafan baik dari segi penulisan
maupun penyusunan dan metodelogi, oleh karena itu penulis mengharapkan saran
dan bimbingan dari berbagai pihak agar penulis dapat berkarya lebih baik dan
optimal lagi di masa yang akan datang.
Penulis berharap semoga karya tulis Ilmiah yang telah penulis susun ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak serta dapat membawa perubahan positif terutama
bagi penulis sendiri dan mahasiswa Prodi DIII Keperawatan Bengkulu lainnya.

Bengkulu, 27 Februari 2019

Penulis

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv-v
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vi-viii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................x
DAFTAR BAGAN.................................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Batasan Masalah .......................................................................................3
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................4
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................5
BAB II TINJAUAN TEORI
A. AnatomiFisiologiSelDarahMerah
1. Anatomi Darah .....................................................................................6
2. Fisiologi Darah ....................................................................................8
B. KonsepTeori Anemia
1. Definisi................................................................................................11
2. Batasan/Kriteria Anemia.....................................................................12
3. Etiologi................................................................................................13
4. Klasifikasi ...........................................................................................14
5. Patofisiologi ........................................................................................17
6. WOC Anemia .....................................................................................27
7. Manifestasi Klinis ...............................................................................18

vi
8. Komplikasi ..........................................................................................19
9. Pemeriksaan Penunjang ......................................................................19
10. Penatalaksanaan ................................................................................21
C. KonsepAsuhanKeperawatanDengan Anemia
1. Pengkajian ........................................................................................23
2. Diagnosa Keperawatan .....................................................................28
3. Intervensi Keperawatan ....................................................................28
4. Implementasi Keperawatan ..............................................................34
5. Evaluasi Keperawatan ......................................................................34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan/Desain Penelitian .................................................................35
B. Subyek Penelitian ....................................................................................35
C. Batasan Istilah (Definisi Operasional) .....................................................35
D. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................................36
E. Prosedur Penelitian ..................................................................................36
F. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data .............................................36
G. Keabsahan Data .......................................................................................37
H. Analisis Data ...........................................................................................38
BAB IV TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian ...............................................................................................39
B. Analisa Data ............................................................................................52
C. Diagnosa Keperawatan ............................................................................54
D. Intervensi Keperawatan ...........................................................................55
E. Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan ...............................................60
F. Discharge Planning ..................................................................................74
BAB V PEMBAHASAN
A. Pengkajian ...............................................................................................78
B. Diagnosa Keperawatan ............................................................................83

vii
C. Intervensi Keperawatan ...........................................................................84
D. Implementasi ...........................................................................................86
E. Evaluasi ...................................................................................................87

BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ..............................................................................................89
B. Saran ........................................................................................................90
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL

NO. TABEL JUDUL HALAMAN

Tabel 2.1 Batasan/Kriteria Anemia Menurut 12


WHO
Tabel 2.2 Batasan/Kriteria Anemia Menurut 13
Depkes RI
Tabel 2.3 Intervensi Keperawatan 29
Tabel 2.4 Kekuatan Otot 49
Tabel 2.5 Pemeriksaan Laboratorium 50
Tabel 2.6 Terapi Obat 50
Tabel 2.7 Analisa Data 52
Tabel 2.8 Diagnosa Keperawatan 54
Tabel 2.9 Intervensi Keperawatan 55
Tabel 3.1 Implementasi Dan Evaluasi 60
Keperawatan Hari ke-1
Tabel 3.2 Implementasi Dan Evaluasi 65
Keperawatan Hari ke-2
Tabel 3.3 Implementasi Dan Evaluasi 70
Keperawatan Hari ke-3

ix
DAFTAR GAMBAR

NO. GAMBAR JUDUL HALAMAN

Gambar 2.1 Anatomi Sel Darah 6


Merah

x
DAFTAR BAGAN

NO. BAGAN JUDUL HALAMAN


Bagan 2.1 WOC Anemia 27

Bagan 2.2 Genogram 3 Generasi 41

xi
DAFTAR LAMPIRAN

NO. LAMPIRAN JUDUL


Lampiran 1 Biodata
Lampiran 2 Lembar Konsul Pembimbing
Lampiran3 Foto Kegiatan
Lampiran4 Surat Pra Penelitian
Lampiran5 Surat DPMPTSP
Lampiran6 Surat Izin Penelitian

Lampiran7 Surat Selesai Penelitian


Lampiran 8 Leaflet Anemia

xii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anemia merupakan masalah medis yang paling sering dijumpai di
klinik di seluruh dunia terutama di Negara berkembang. Anemia
merupakan suatu kondisi dimana terjadi penurunan jumlah sel darah merah
dan hemoglobin kurang dari 13g/dl untuk laki-laki dan 12g/dl untuk
perempuan (Price, 2006).
Anemia merupakan salah satu komplikasi gagal ginjal kronik (GGK)
yang penting karena memberikan kontribusi bermakna terhadap gejala dan
kompikasi kardiovaskular pada gagal ginjal kronik. Komplikasi ini dapat
mulai terjadi pada penurunan fungsi ginjal yang masih awal, namun
umumnya menjadi nyata bila laju filtrasi glomerular (LFG) semakin
menurun hingga <30ml/menit (Warianto, 2011).
Anemia disebabkan oleh kekurangan kofaktor untuk eritropoesis,
seperti asam folat, vitamin B12 danbesi. Produksi sel darah merah juga
dapat turun apabila sumsum tulang tertekan (oleh tumor atau obat) atau
rangsangan yang tidak memadai karena kekurangan eritropoetin, seperti
yang terjadi pada penyakit ginjal kronis. Peningkatan penghancuran sel
darah merah dapat terjadi akibat aktivitas sistem retikuloendotelial yang
berlebihan (missal hipersplenisme) atau akibat sumsum tulang yang
menghasilkan sel darah merah abnormal (Wijaya, 2013).
Menurut World Health Organisasion (WHO) pada tahun 2014 angka
kejadian anemia di negara-negara maju sekitar 9%, Negara berkembang
43%. Angka kejadian di Indonesia sebanyak 21,7% dengan penderita
anemia berumur 5-14 tahun sebesar 26,4% dan 18,4% penderita berumur
15-24 tahun sebesar 26,4% dan 18,4% penderita berumur 15-24 tahun.
Data survey di 12 provinsi pada tahun 2015 menunjukkan anemia yang
dirawat di rumah sakit sebanyak 3.251 kasus, jumlah ini meningkat drastic

1
2

dibandingkan dengan tahun lalu yang mencapai 1.236 kasus (Kemenkes


RI, 2016).
Anemia dapat menimbulkan manifestasi klinis yang luas tergantung
pada kecepatan timbulnya anemia, usia, mekanisme kompensasi, tingkat
aktivitasnya, keadaan penyakit yang mendasarinya dan beratnya anemia.
Secara umum gejala anemia adalah Hb menurun kurang dari 13g/dl untuk
laki-laki dan 12g/dl untuk perempuan, trombosit, pansitopenia, penurunan
berat badan, kelemahan, takikardi, tekanan darah menurun, pengisian
kapiler lambat, extremitas dingin, palpitasi, kulit pucat, mudah lelah,
sering istirahat, nafas pendek, proses menghisap yang buruk (bayi), sakit
kepala, pusing, kunang-kunang dan peka rangsang (Yessie, 2013).
Komplikasi dari anemia yang mungkin akan terjadi yaitu
perkembangan otot buruk, daya konsentrasi menurun, hasil uji
perkembangan menurun, kemampuan mengolah informasi yang didengar
menurun, sepsis, sensitisasi terhadap antigen donor yang bereaksi silang
menyebabkan perdarahan yang tidak terkendali. Masalah keperawatan
yang sering muncul pada pasien dengan anemia berupa ketidakefektifan
jalan napas, ketidakefektifan perfusi jaringan perifer, nyeri akut,
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dan intoleransi
aktivitas (Yessie, 2013).
Beberapa intervensi keperawatan untuk mengatasi masalah di atas,
antara lain mengatur posisi semi fowler (kepala lebih tinggi dari pada
kaki), kolaborasi pemberian O2, membatasi gerakkan pada kepala leher dan
punggung pasien, manajemen nyeri, mengajarkan pasien tehnik relaksasi
untuk mengatasi nyeri, manajemen nutrisi, timbang berat badan pasien
pada interval yang tepat dan anjurkan pasien makan sedikit tapi sering,
anjurkan pasien tirah baring atau istirahat yang cukup serta lingkungan
yang tenang (Elsevier, 2013).
Data Medical Record RSUD Dr.M.Yunus pada tahun 2015 tercatat
pasien dengan gangguan anemia berjumlah 992 orang, pada tahun 2016
tercatat jumlah anemia sebanyak 1.115 orang dan pada tahun 2017 tercatat
3

jumlah anemia sebanyak 1.314 orang. Survei awal yang dilakukan pada
tanggal 18 Oktober 2018 di ruang bangsal Melati RSUD Dr. M.Yunus
Bengkulu dimana jumlah pasien anemia 6 bulan terakhir yaitu bulan
Januari sampai dengan bulan Oktober berjumlah 113 orang yang terdiri
dari pasien dengan anemia pada penyakit kronik sebanyak 78 orang,
anemia perdarahan sebanyak 17 orang, anemia hemolitik sebanyak 9
orang, anemia aplastik sebanyak 6 orang dan anemia defisiensi besi
sebanyak 3 orang (Profil data RSUD Dr. M.Yunus, 2018).
Tindakan keperawatan pada pasien dengan anemia di ruangan rawat
inap melati RSUD Dr.M.Yunus Bengkulu dilakukan dengan perawatan
yang kurang komprehensif, melainkan hanya dengan cara melakukan
perawatan untuk memulihkan kadar hemoglobin kerentang normal
sehingga tidak memperhatikan kebutuhan lainnya. Mengingat begitu
bahayanya dan semakin bertambahnya angka kejadian anemia ini setiap
tahunnya, maka dari itu penulis tertarik untuk membuat karya tulis ilmiah
yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Anemia Di
Ruang Melati RSUD Dr. M.Yunus Kota Bengkulu tahun 2018”.

B. Batasan Masalah
Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada asuhan keperawatan pada
pasien dewasa dengan Anemia Akibat Gagal Ginjal Kronik (GGK) yang
telah menjalani hemodialisa stadium level empat di ruang rawat inap
Melati RSUD Dr.M.Yunus Kota Bengkulu 2019. Asuhan keperawatan
dimulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan implementasi dan evaluasi
serta dokumentasi keperawatan.
4

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diperoleh gambaran tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada
pasien dengan Anemia Akibat Gagal Ginjal Kronik (GGK).
2. Tujuan Khusus
a. Diperoleh hasil pengkajian data, klasifikasi data dan analisa data
secara tepat pada pasien dengan Anemia Pada Gagal Ginjal Kronik
(GGK) di ruang rawat inap Melati RSUD Dr.M.Yunus Kota
Bengkulu 2019.
b. Dirumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan Anemia
Pada Gagal Ginjal Kronik di ruang rawat inap Melati RSUD
Dr.M.Yunus Kota Bengkulu 2019.
c. Dideskripsikan perencanaan keperawatan yang tepat dan sesuai
pada pasien dengan Anemia Pada Gagal Ginjal Kronik (GGK) di
ruang rawat inap Melati RSUD Dr.M.Yunus Kota Bengkulu 2019.
d. Digambarkan implementasi keperawatan pada pasien dengan
Anemia Pada Gagal Ginjal Kronik (GGK) di ruang rawat inap
Melati RSUD Dr.M.Yunus Kota Bengkulu 2019.
e. Dideskripsikan evaluasi keperawatan pada pasien dengan Anemia
Pada Gagal Ginjal Kronik (GGK) di ruang rawat inap Melati
RSUD Dr.M.Yunus Kota Bengkulu 2019.
f. Dideskripsikan hasil pemberian asuhan keperawatan pada pasien
dengan Anemia Pada Gagal Ginjal Kronik (GGK) di ruang rawat
inap Melati RSUD Dr.M.Yunus Kota Bengkulu 2019.
5

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa mampu menerapkan konsep pembelajaran teoritis kerana
apliktif dalam proses pemberian asuhan keperawatan pada pasien
dengan Anemia Akibat Gagal Ginjal Kronik (GGK).
2. Bagi Pelayanan Kesehatan / Rumah Sakit
Dapat memberikan informasi tentang penerapan asuhan keperawatan
pada pasien dengan Anemia Akibat Gagal Ginjal Kronik (GGK).
3. Bagi Akademik
Laporan studi kasus ini memberikan sumbangan kepada mahasiswa
keperawatan sebagai referensi untuk menambah wawasan dan bahan
masukan dalam kegiatan belajar mengajar yang berkaitan dengan
asuhan keperawatan dengan Anemia Akibat Gagal Ginjal Kronik
(GGK).
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Anatomi Fisiologi Sel Darah Merah


1. Anatomi darah
Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam
pembuluh darah yang warnanya merah. Warna merah itu keadaannya
tidak tetap tergantung pada banyaknya oksigen dan karbon dioksida
didalamnya. Adanya oksigen dalam darah diambil dengan jalan
benafas dan zat ini sangat berguna pada peristiwa pembakaran atau
metabolisme di dalam tubuh.

Gambar 2.1 Anatomi Sel Darah Merah


(Sumber : Morton dan England,2013)

Bagian-bagian darah menurut Morton (2013) meliputi, air 91%,


protein 3% (albumin, globulin, protombin dan fibrinogen), mineral
0,9 (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam, fosfat, magnesium,
kalsium dan zat besi), bahan organik 0,1% (glukosa, lemak, asam urat,
kreatinin,kolesterol dan asam amino).

6
7

Darah terdiri dari beberapa bagian yaitu :


1) Eritrosit (sel darah merah)

Eritrosit berbentuk cakram bikonkav, tanpa inti sel,


berdiameter 8 mikron, tebalnya 2 mikron dan ditengah tebalnya 1
mikron. Eritrosit mengandung hemoglobin yang memberikannya
warna merah.
2) Leukosit (sel darah putih)

a) Granulosit adalah leukosit yang didalam sitoplasmanya


memiliki butir-butir kasar (granula). Jenisnya adalah eisinofil,
basofil dan netrofil.
b) Agranulosit adalah leukosit yang sitoplasmanya tidak memiliki
granula, jenisnya adalah limfosit (sel T dan sel B) dan monosit.
c) Trombosit/platelet (sel pembeku darah)
3) Plasma darah

Terdiri dari air dan protein darah yaitu albumin, globulin dan
fibrinogen. Cairan yang tidak mengandung unsur fibrinogen
disebut serum darah.
8

2. Fisiologi darah
Darah manusia adalah cairan jaringan tunuh. Fungsi utamanya
adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel diseluruh
tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi,
mengangkut zat-zat sisa metabolisme dan mengandung berbagai bahan
penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari
berbagai penyakit. Hormon-hormon dari sistem endokrin juga
disebarkan melalui darah.
Darah manusia berwarna merah, antara merah terang apabila kaya
oksigen sampai merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah
pada darah disebabkan oleh hemoglobin, protein pernapasan
(respiratory protein) yang mengandung besi dalam bentuk heme, yang
merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen. Manusia
memiliki sistem peredaran darah tertutup yang berarti darah mengalir
dalam pembuluh darah dan disirkulasikan oleh jantung. Darah
dipompa oleh jantung menuju paru-paru untuk melepaskan sisa
metabolisme berupa karbondioksida dan menyerap oksigen melalui
pembuluh darah aorta. Darah mengedarkan oksigen melalui pembuluh
darah pulmonalis, lalu dibawa lagi kejantung melalui vena pulmonalis.
Darah juga mengangkut bahan-bahan sisa metabolisme obat-obatan
dan behan kimia asing kehati untuk dibuang sebagai urine.
Komponen darah manusia terdiri dari 2 komponen yaitu :
1) Korpuskular adalah unsur padat darah yaitu sel-sel darah
eritrosit,leukosit dan trombosit.
a) Eritrosit (sel darah merah)
Sel ini berbentuk cakram bikonkav, tanpa inti sel,
berdiameter 7-8 mikrometer. Eritrosit mengandung hemoglobin
yang memberinya warna merah. Hemoglobin (Hb) adalah
protein kompleks terdiri atas protein, globin dan pigmen hem
(besi). Jadi besi penting untuk Hb. Besi ditimbun di jaringan
sebagai ferritin danhemosiderin. Eritrosit dibentuk di sumsum
9

tulang merah, dari proeritroblas, kemudian normoblas.


Keduanya masih memiliki inti. Normoblas kehilangan intinya
dan masuk peredaran darah sebagai eritrosit dewasa.
Fungsi untama sel darah merah adalah untuk mentransfer
hemoglobin, yang selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru
ke jaringan. Sel darah merah merupakan cakram bikonkav yang
mempunyai garis tengah rata-rata sekitar 8 mikron, tebalnya 2
mikron dan di tengahnya mempunyai tebal 1 mikron atau
kurang, bentuk sel normal adalah suatu kantong yang dapat
berubah menjadi hampir semua bentuk karena sel normal
mempunyai membran dan akibatnya tidak merobek sel seperti
yang akan terjadi pada sel-sel lainnya. Pada laki-laki normal,
julah rata-rata sel darah merah permili liter kubik adalah
5.200.000 dan pada wanita normal 4.700.000.jumlah
hemoglobin dalam sel dan transforoksigen, bila hematokrit
(prosentase darah yang berupa sel darah merah normal) darah
mengandung rata-rata 15 gram hemoglobin. Tiap gram
hemoglobin mampu mengikat kira-kira 1.39 ml oksigen. Oleh
karena itu, pada orang normal lebih dari 20 ml oksigen dapat
diangkut dalam ikatan dengan hemoglobin dalam tiap-tiap 100
ml darah. Faktor utama yang dapat merangsang produksi sel-sel
darah merah adalah hormon di dalam sirkulasi yang disebut
sebagai eritropoetin yang merupakan suatu glikoprotein. Pada
orang normal 90-95 % dari seluruh eritropoetin di bentuk di
dalam ginjal. Sampai sekarang belum pasti di bagian ginjal yang
mana. Jumlah yang dapat diekstrasikan dari bagian korteks
ginjal ternyata jauh lebih banyak dari pada yang bagian medula.
b) Leukosit (sel darah putih)
Jumlah sel pda orang dewasa berkisar antara 6000-9000
sel/cc darah. Fungsi utama dari sel tersebut adalah fagosit
(pemakan) bibit penyakit atau benda asing yang masuk dalam
10

tubuh. Peningkatan jumlah leukosit merupakan petunjuk adanya


infeksi misalnya radang paru-paru. Leukopenia berkurangnya
jumlah leukosit sampai dibawah 6000 sel/cc darah. Leikositosis
bertambahnya jumlah leukosit melebihi normal di atas 9000
sel/cc darah.
Faktor fagosit sel darah tersebut harus mencapai benda
asing atau kuman jauh di luar pembuluh darah. Kemampuan
leukosit untuk menembus dinding pembuluh darah (kapiler)
untuk mencapai daerah tertentu disebut diapedesis. Gerakan
leukosit mirip dengan amoeba disebut gerak amuboid.
Grabulosit adalah leukosit yang didalam sitoplasmanya
memiliki butir-butir kasar (granula). Jenisnya adalaheosinofil,
basofil dan netrofil.
Agranulosit adalah leukosit yang sitoplasmanya tidak
memiliki granula. Jenisnya adalah limfosit dan monosit.
1. Eosinofil mengandung granula berwarna merah (warna
eosin) disebut juga asidofil berfungsi pada reaksi alergi
terutama infeksi cacing.
2. Basofil mengandung granula berwarna biru (warna basa)
berfungsi pada reaksi alergi.
3. Nertrofil ada 2 jenis sel yaitu netrofil batang dan netrofil
segmen disebut juga sebagai sel-sel PMN (Poly Morpho
Nuclear) berfungsi sebagai fagosit.
4. Limfosit ada 2 jenis sel yaitu sel T dan sel B, keduanya
berfungsi untuk menyelenggarakan imunitas (kekebalan
tubuh). Sel T adalah imunitas seluler dan sel B adalah
imunitas humoral.
5. Monosit merupakan leukosit dengan ukuran paling besar.
c) Trombosit (keping darah)
Disebut juga sel darah pembeku, jumlah sel pada orang
dewasa sekitar 200.000-500.000 sel/cc. Di dalam trombosit
11

terdapat banyak sekali faktor pembeku (hemostasis) antara lain


adalah faktor VIII (anti haemophilic faktor), jika seseorang
secara genetis trombositnya tidak mengandung faktor tersebut,
maka orang tersebut menderita hemofili.
Proses pembekuan darah yaitu jika trombosit menyentuh
permukaan yang kasar akan pecah dan mengeluarkn enzim
trombokinase (tromboplastin).
Pada masa embrio sel-sel darah dibuat di limpa dan hati
(ektra medullary haemopoesis) setelah embrio sudah cukup usia,
fungsi itu diambil alih oleh sumsung tulang.
d) Plasma darah
Terdiri dari air dan protein darah yaitu albumin, globulin
dan fibrinogrn, cairan yang tidak mengandung unsur fibrinogen
disebut serum darah. Protein dalam serum inilah yang berfungsi
sebagai antibodi terhadap adanya benda asing (antigen).
Zat antibodi adalah senyawa gama yang disebut globulin.
Setiap antibodi bersifat spesifik terhadap antigen dan reaksinya
bermacam-macam yaitu, antibodi yang dapat mengumpulkan
antigen disebut presipitin, antibodi yang dapat menguraikan
antigen adalah lisin dan antibodi yang dapat menawarkan racun
adalah antitoksin.(Yessie,2013).

B. Konsep Teoritis Anemia


1. Definisi
Anemia didefinisikan sebagai keadaan dimana massa eritrosit atau
massa hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk
menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh (Handayani, 2006). Anemia
adalah berkurangnya darah hingga dibawah nilai normal jumlah sel
darah merah, kualitas hemoglobin, dan volume packed red blood cell
(hematokrit) per 100ml darah (Price, 2006)
12

Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel


darah merah dan kadar hematokrit dibawa normal. Anemia bukan
merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan
suatu penyakit (gangguan) fungsi tubuh.Secara fisiologis anemia
terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk
mengangkut oksigen ke jaringan. Anemia tidak merupakan satu
kesatuan tetapi merupakan akibat dari berbagai proses patologik yang
mendasari (Brunner, 2013).
Anemia pada gagal ginjal kronik (GGK) yang timbul apabila
kreatini serum lebih dari 0,5mg/dl atau glomerular filtration rate
(GFR) menurun sampai 30% dari normal. Anemia akan lebih berat
apabila fungsi ginjal menjadi lebih buruk lagi tetapi apabila penyakit
ginjal telah mencapai stadium akhir, anemia relative akan menetap.
Apabila pada stadium akhir gagal ginjal kronik anemia memburuk,
kita harus memikirkan terjadinya sesuatu komplikasi misalnya suatu
perdarahan gastrointestinal.Berat ringannya anemia pada gagal ginjal
kronik tergantung dari penyakitnya.
Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa
anemia merupakan berkurangnya jumlah massa eritrosit sehingga
darah kekurangan oksigen ke perifer yang cukup dan menyebabkan
penurunan kadar hemoglobin atau eritrosit.

2. Batasan/Kriteria Anemia
Anemia memiliki kelompok atau batasan-batasan tersendiri,
adapun batasan anemia sebagai berikut :
Tabel 2.1 Kriteria Anemia Menurut WHO (2013)
Kelompok Kriteria Anemia (Hb)
Laki-laki dewasa <13%
Wanita dewasa tidak hamil <12%
Wanita hamil <11%
(Dikutip dari hoffbrandAV, et al, 2007)
13

Tabel 2.2 Batasan Anemia menurut Depkes RI (2013), yaitu :


Kelompok Batas normal hemoglobin

Anak balita 11%

Anak usia sekolah 12%

Wanita dewasa 12%

Laki-laki dewasa 13%

Ibu hamil 11%

Ibu menyusui >3bulan 12%

(Sumber :Profil Kesehatan Indonesia, 2013)

3. Etiologi
Berkurangnya sel darah merah dapat disebabkan oleh kekurangan
kofaktor untuk eritropoesis, seperti asam folat, vitamin B12, dan zat
besi.Produksi sel darah merah juga dapat turun apabila sumsum tulang
tertekan oleh tumor atau rangsangan yang tidak memadai karena
kekurangan eritropoetin, seperti yang terjadi pada penyakit ginjal
kronis.Peningkatan penghancuran sel darah merah terjadi akibat
aktivitas sistem retikuloendotelial yang berlebihan (misal
hiperplenisme) atau akibat sumsum tulang yang menghasilkan sel
darah merah abnormal (Kuswari, 2012).
Penyebab anemia pada gagal ginjal kronik terdiri dari :
Sebab primer :
a. Produk eritropoetin berkurang
b. Adanya faktor penghambatan eritropoetin
c. Hemolisis
Faktor-faktor pemberat :
a. Produk eritropoetin menurun oleh infeksi, malnutrisi dan
nefrektomi.
b. Hemolisis yang meningkat oleh obat-obatan, hipofosfatemia,
mikroangiopati, hipersplenisme dan hiperkupremia.
c. Defisensi besi dan asam folat.
14

d. Hiperparatiroidisme.
Anemia yang terjadi pada gagal ginjal kronik biasanya jenis
normokrom normositer dan non regeneratif.Masa hidup eritrosit
memendek, disebabkan oleh ekstrakorpuskular. Hal ini dibuktikan
dengan cara transfusi silang, kadar eritropoetin ginjal rendah.
(supandiman, 2012)

4. Klasifikasi
Anemia dapat diidentifikasikan menurut morfologi sel darah merah
serta indeks-indeksnya dan menurut etiologinya. Pada klasifikasi anemia
menurut morfologi sel darah merah dan indeks-indeksnya terbagi
menjadi :

a. Menurut ukuran sel darah merah


Anemia normositik (ukuran sel darah merah normal), anemia
mikrositik (ukuran sel darah merah kecil) dan anemia makrositik
(ukuran sel darah merah besar).

b. Menurut kandungan dan warna hemoglobin


Anemia normokromik (warna hemoglobin normal), anemia
hipokromik (kandungan dan warna hemoglobin menurun) dan
anemia hiperkromik (kandungan dan warna hemoglobin meningkat).

MenurutBrunner dan Suddart(2001), klasifikasi anemia menurut


etiologinya secara garis besar adalah berdasarkan defek produksi sel
darah merah (anemia hipoproliferatifa) dan destruksi sel darah
merah (anemia hemolitika).
1) Anemia Hipoproliferatifa
Sel darah merah biasanya bertahan dalam jangka waktu
yang normal, tetapi sumsum tulang tidak mampu menghasilkan
jumlah sel yang adekuat jadi jumlah retikulositnya menurun.
Keadaan ini mungkin disebabkan oleh kerusakan sumsum tulang
15

akibat obat dan zat kimia atau mungkin karena kekurangan


hemopoetin, besi, vitamin B12 atau asam folat. Anemia
hipoproliferatifa ditemukan pada :
a. Anemia aplastik
Pada anemia aplastik, lemak menggantikan sumsum
tulang, sehingga menyebabkan pengurangan sel darah
merah, sel darah putih dan platelet.Anemia aplastik sifatnya
kongenital dan idiopatik.
b. Anemia pada penyakit ginjal
Secara umum terjadi pada klien dengan nitrogen urea
darah yang lebih dari 10 mg/dl.Hematokrit menurun sampai
20 sampai 30 %.Anemia ini disebabkan oleh menurunnya
ketahanan hidup sel darah merah maupun defisiensi
eritropoetin.
c. Anemia pada penyakit kronik
Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan
dengan anemia jenis normositik normokromik (sel darah
merah dengan ukuran dan warna yang normal). Apabila
disertai dengan penurunan kadar besi dalam serum atau
saturasi transferin, anemia akan berbentuk hipokrom
mikrositik. Kelainan ini meliputi arthritis reumatoid, abses
paru, osteomielitis, tuberkulosis dan berbagai keganasan.
d. Anemia defisiensi-besi
Anemia defisiensi besi adalah keadaan dimana
kandungan besi tubuh total turun dibawah tingkat normal
dan merupakan sebab anemia tersering pada setiap negara.
Dalam keadaan normal tubuh orang dewasa rata-rata
mengandung 3 - 5 gram besi, tergantung pada jenis kelamin
dan besar tubuhnya.
Penyebab tersering dari anemia defisiensi besi adalah
perdarahan pada penyakit tertentu (misal : ulkus, gastritis,
16

tumor pada saluran pencernaan), malabsorbsi dan pada


wanita premenopause (menorhagia). Menurut Pagana dan
Pagana (1995), pada anemia defisiensi besi, volume
corpuscular rata-rata (Mean Corpuscular Volume atau
MCV), microcytic Red Blood Cells dan hemoglobin
corpuscular rata-rata (Mean Corpuscular Haemoglobine
atau MCH) menurun.
e. Anemia megaloblastik
Anemia yang disebabkan oleh defisiensi vitamin B12
dan asam folat.Terjadi penurunan volume corpuscular rata-
rata dan mikrositik sel darah merah.Anemia megaloblastik
karena defisiensi vitamin B12 disebut anemia pernisiosa.
Tidak adanya faktor instrinsik pada sel mukosa lambung
yang mencegah ileum dalam penyerapan vitamin B12
sehingga vitamin B12 yang diberikan melalui oral tidak
dapat diabsorpsi oleh tubuh sedangkan yang kita tahu
vitamin B12 sangat penting untuk sintesa deoxyribonucleic
acid (DNA).
Anemia megaloblastik karena defisiensi asam folat,
biasa terjadi pada klien yang jarang makan sayur-mayur,
buah mentah, masukan makanan yang rendah vitamin,
peminum alkohol atau penderita malnutrisi kronis.
2) Anemia Hemolitika
Pada anemia ini, eritrosit memiliki rentang usia yang
memendek. Sumsum tulang biasanya mampu berkompensasi
sebagian dengan memproduksi sel darah merah baru tiga kali
atau lebih dibandingkan kecepatan normal. Ada dua macam
anemia hemolitika, yaitu :
a. Anemia hemolitika turunan (Sferositosis turunan)
Merupakan suatu anemia hemolitika dengan sel darah merah
kecil dan splenomegali.
17

b. Anemia sel sabit


Anemia sel sabit adalah anemia hemolitika berat akibat
adanya defek pada molekul hemoglobin dan disertai dengan
serangan nyeri.Anemia sel sabit adalah kerusakan genetik
dan merupakan anemia hemolitik herediter resesif. Anemia
sel sabit dikarenakan oklusi vaskuler dalam kapiler yang
disebabkan oleh Red Blood Cells Sickled(RBCs) dan
kerusakan sel darah merah yang cepat (hemolisis). Sel-sel
yang berisi molekul hemoglobin yang tidak sempurna
menjadi cacat, kaku dan berbentuk bulan sabit ketika
bersirkulasi melalui vena.Sel-sel tersebut macet di pembuluh
darah kecil dan memperlambat sirkulasi darah ke organ-organ
tubuh.RBCs berbentuk bulan sabit hanya hidup selama 15-21
hari.

5. Patofisiologi
Pasien gagal ginjal kronik biasanya mengalami anemia.Penyebab
utama adalah defisiensi produksi eritropoetin yang dapat
meningkatkan risiko kematian, uremia penghambat eritropoiesis,
pemendekkan umur eritrosit, gangguan homeostasis zat
besi.Antagonis eritropoetin yaitu sitokin proinflamasi bekerja dengan
menghambat sel-sel progenitor eritroid dan menghambat metabolism
besi.Resistensi eritropoetin disebabkan oleh peradangan maupun
neocytolysis.Beberapa mekanisme patofisiologi mendasari kondisi ini,
termasuk terbatasnya ketersediaan besi untuk eritropoiesis, gangguan
proliferasi eritroid, penurunan eritropoetin dan reseptor eritropoetin
dan terganggunya sinyal transduksi eritropoetin. Penyebab lain anemia
pada pasien gagal ginjal kronik adalah infeksi dan defisiensi besi
mutlak. Kehilangan darah adalah penyebab umum dari anemia pada
gagal ginjal kronik. Hemolisis, kekurangan vitamin B12 atau asam
folat, hiperparatiroidisme, hemoglobinopati dan keganasan, terapi
18

angiotensin-converting-enzyme(ACE) inhibitor yang kompleks dapat


menekn eritropoiesis (Sylvia, 2006)
Kekurangan hemoglobin ini juga membuat terbentuknya
mekanisme kompensasi tubuh menjadi aktif.Anemia berpengaruh
besar terhadap sistem vaskuler.Karena jika kapasitas mengangkut
oksigen berkurang juga dapat menyebabkan menurunnya konsentrasi
sel darah merah berarti viskositas darah juga menurun, karenanya
aliran darah menjadi cepat.Hipoksia terjadi pada tingkat jaringan yang
merangsang jantung untuk memompa lebih cepat untuk mencoba
memberikan oksigen lebih banyak. Jantung akan mengalami stres
karena bekerja lebih berat (muttaqin, 2012).
Penurunan oksigen tersebut menyebabkan beban kerja jantung
meningkat dan aliran darah yang tidak adekuat ke otak dan jaringan
hingga peningkatan cardiac output yang berlanjut pada jantung. Hal
ini juga akan berpengaruh pada peningkatan frekuensi pernafasan
karena adanya pengurangan gradien oksigen dari udara di lingkungan
ke udara alveolar, dan meningkatkan jumlah oksigen yang tersedia
lebih banyak dari pada cardiac output yang normal (Muttaqin, 2012).

6. Manifestasi Klinis
Karena sistem organ dapat terkena, maka pada anemia dapat
menimbulkan manifestasi klinis yang luas tergantung pada kecepatan
timbulnya anemia, usia, mekanisme kompensasi, tingkat aktivitasnya,
keadaan penyakit yang mendasari dan beratnya anemia. Secara umum
gejala anemia menurut Bambang, (2006) adalah :
a. Hb menurun (<12g/dl), trombpsitosis/trombositopenia,
pansitopenia
b. Penurunan BB, kelemahan
c. Takikardia, TD menurun, pengisian kapiler lambat, ekstemitas
dingin, palpitasi, kulit pucat
19

d. Mudah lelah, sering istirhat, nafas pendek, proses menghisap


yang buruk (bayi)
e. Sakit kepala, pusing, kunang-kunang, peka rangsang
Tanda-tanda dan gejala anemia pada gagal ginjal kronik :
a. Lemas
b. Kelelahan atau merasa lelah
c. Sakit kepala
d. Masalah dengan konsentrasin
e. Pucat
f. Pusing
g. Kesulitan bernapas atau sesak nafas
Siapapun yang memiliki kesulitan bernapas atau sesak napas
harus perawatan medis.

. 7. Komplikasi
Menurut Bakta, 2009 komplikasi dari anemia adalah sebagai berikut :
1. Gagal jantung kongestif
2. Parestesia
3. Konfusi kanker
4. Penyakit ginjal
5. Gangguan pembentukan heme
6. Penyakit infeksi kuman
7. Thalasemia
8. Kelainan jantung
9. Rematoid
10. Meningitis
11. Gangguan sistem imun

8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium :
1) Urin
a) Volume : Biasanya kurang dari 400ml/ jam (oliguria), atau
urine tidak ada (anuria).
20

b) Warna : secara normal perubahan urine mungkin disebabkan


oleh pus(nanah), bakteri, lemak, partikel koloid, fostat,
sedimen kotor, warna kecoklatan menunjukkan adanya darah,
miglobin dan porfirin.
c) Osmolailitas : kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan
keruskan tubular, amrasio urine (ureum sering 1:1).
2) Kliren kreatinin mungkin agak menurun.
3) Natrium : lebih besar dari 40 Emq/L karena ginjal tidak mampu
mereabsorbsi natrium.
4) Protein : derajat tinggi proteinuria (3-4+), secara kuat
menunjukkan kerusakan glomerulus bila sel darah merah dan
fragmen juga ada.
5) Darah
a) Kreatinin : biasanya meningkat dalam proporsi.
Kadar kreatinin 10mg/dL diduga tahap akhir (mungkin
rendah yaitu 5).
b) Hitung darah lengkap : hematokrit menurun pada adanya
anemia. Hb kurang dari 7-8g/dL.
c) Sel darahmerah :waktu hidup menurun pada defisiensi
eritropoetin seperti pada azotemia.
d) Gula darah analisa : pH, penurunan asidosis metabolik
(kurang dari 7,2) terjadi karena kehilangan kemampuan ginjal
untuk mengeksekresik hidrogen dan aminia atau hasil akhir
katabolisme protein. Bikarbonat menurun PCO2 menurun.
e) Natrium serum : rendah, bila ginjal kehabisan natrium atau
normal (menunjukkan status dilusi hipernatremia).
f) Kalium : peningkatan sehubungan dengan retensi sesuai
dengan pepindahan selular (asidosis), pengeluaran jaringan
(hemolisis sel darah merah).
21

b. Pemeriksaan radiologi
1) Ultrasono grafi ginjal digunkan untuk menentukan ukuran ginjal
dan adanya masa, kista, obstruksi pada saluran perkemihan
bagian atas.
2) Biopsy ginjal dilakukan secara endoskopi untuk menentukan sel
jaringan untuk diagnosis histologis.
3) Endoskopi ginjal dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal.
4) EKG mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan
elektrolit dan asam basa.
5) Renogram untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari
gangguan (vascular, parenkim,eksresi) serta sisa fungsi ginjal.
9. Penatalaksanaan
Hal yang dilakukan jika diketahui mengalami anemia diantaranya
sebagai berikut :
1. Penilaian faktor penyebab atau pemberat anemia
Dengan melihat faktor penyebab maka anemia dapat ditangani
dengan tepat.
2. Koreksi anemia
a) Asam folat
Jika terjadi defisiensi perlu segera diterapi dengan suplemen asam
folat karena penting untuk pembentukkan asam nukleat, protein,
asam amino, purin, timin, DNA dan RNA (Ineck, 2008). Selain
itu berkaitan dengan peningkatan profilerasi eritroid dan
suplemen yang memadai untuk menunjang efek optimal dari
eritropoietin (Bamgbola, 2011).
b) Vitamin B12
Merupakan substrat utama pembentukkan sel darah merah.
Vitamin B12 merupakan nutrisi hematopoetik. Jika jumlahnya
sedikit dapat membatasi efikasi eritropoiesis atau proses
pembentukkan sel darah merah (Bamgbola, 2011).
22

c) Eritropoetin
1) Inisiasi terapi ESA
untuk pasien yang memungkinkan keuntungan kualitas hidup
dan fungsi fisik jika dilakukan terapi ini. Selain itu terlebih
dahulu mempertimbangkan kelayakan ESA jika terdapat
komorbid atau perkembangan kearah negatif. Dapat dicoba
jika belum jelas keuntungannya. Usia sendiri bukan merupakan
faktor penentu terapi anemia karena GGK (Hislop, 2011).
2) Penyesuaian dosis ESA
Untuk menjaga kadar Hb pada rentang 10-13g/dl pada dewasa
atau 9,5-11,5g/dl pada anak usia <2 tahun. Untuk menjaga
kecepatan peningkatan Hb antara 1-2g/dl tiap bulan.
Penyesuaian ini dilakukan jika Hb >11,5g/dl atau dibawah
10,5g/dl (Hyslop, 2011).
d) terapi zat besi
Zat besi dibutuhkan untuk produksi sel darah merah baru. Zat besi
harus disuplai menuju jaringan eritropoetik dalam jumlah cukup
(Mikhail, 2012). Menurut Hyslop, (2011), dalam melakukan
terapi anemia pada gagal ginjal kronik dibutuhkan terapi zat besi,
hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
a) Mengoptimalkan status zat besi
Bisa dilakukan sebelum atau ketika memulai terapi ESA.
Dapat juga dilakukan sebelum memutuskan menggunakan
ESA pasa pasien non dialisis.
b) Koreksi zat besi yang harus dijaga
Antara lain serum feritin >200µg/L, TSAT 20% (kecuali jika
feritin >800µg/L), HRC <60% (kecuali jika feritin
>800µg/L). Dilakukan tinjauan dosis zat besi ketika serum
feritin mencapai 500µg/L (sebaiknya di ats 800µg/L).
23

Penatalaksanaa Keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan pada anemia menurut Brunner dan
Suddarth, (2016), meliputi :
1) Bantu pasien untuk memprioritaskan aktivitas dan
menyeimbangkan antara aktivitas dan istirahat.
2) Mempertahankan nutrisi yang adekuat.
3) Mempertahankan perfusi yang adekuat.
4) Pantau tanda-tanda vital dan hasil pemeriksaan oksimeter denyut
nadi secara ketat, dan sesuaikan atau tunda medikasi sesuai
indikasi.
5) Berikan tambahan oksigen, transfusi, dan cairan IV sesuai
program.

C. Konsep Asuhan Keperawatan dengan Anemia


Asuhan keperawatan anemia meliputi pengkajian, diagnosa,
perencanaan keperawatan, implementasi, dan evaluasi. Adapun langkah
pertama yaitu pengkajian keperawatan, sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan salah satu komponen dari proses
keperawatan yaitu suatu usaha yang dilakukan oleh perawat dalam
menggali permasalahan dari klien meliputi usaha pengumpulan data
tentang status kesehatan seseorang klien secara sistematis,
menyeluruh, akurat, singkat, dan berkesinambungan (Perry dan Potter,
2010).
a. Identitas klien dan keluarga
Meliputi nama, umur, TTL, pekerjaan, agama, pendidikan, alamat,
dsb.
b. Keluhan utama
Biasanya pada anemia, klien datang ke RS dengan keluhan pucat,
kelelahan, kelemahan, pusing.
24

c. Riwayat kesehatan dahulu


Pengkajian riwayat penyakit dahulu yang mendukung dengan
melakukan serangkaian pertanyaan, meliputi : kemungkinan
sebelumnya klien pernah menderita anemia, pernah meminum
suatu obat tertentu dalam waktu lama, pernah menderita penyakit
malaria, pernah mengalami pembesaran limfe, pernah mengalami
penyakit keganasan yang tersebar seperti kanker payudara,
leukemia dan multiple myeloma, pernah kontak dengan zat kimia
atau toksik, penyinaran dengan radiasi,pernah mengalami
kekurangan vitamin yang penting, seperti vitamin B12, asam folat,
vitamin C dan besi.
d. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit sekarang yang mungkin didapatkan meliputi
klien pucat, kelemahan, sesak nafas, sampai adanya gejala gelisah,
diaforesis (keringat dingin), takikardia, dan penurunan kesadaran
(Andra,2013).
Riwayat penyakit sekarang yang mungkin didapatkan meliputi
tanda dan gejala penurunan kadar eritrosit dan hemoglobin
dalam darah, yaitu dengan adanya kelemahan fisik, pusing, dan
sakit kepala, gelisah, diaphoresis (keringat dingin takikardi, sesak
nafas, serta kolaps, serta sirkulasi yang progresif cepat atau syok.
Namun, pengurangan hebat jumlah sel darah merah dalam waktu
beberapa bulan (walaupun pengurangan 50%) memungkinkan
mekanisme kompensasi tubuh untuk menyesuaikan diri dan
biasanya klien asimtomatik (Muttaqin, 2012).
e. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat anemia dalam keluarga : riwayat penyakit-penyakit,
seperti kanker, jantung, hepatitis, DM, asma, penyakit-penyakit
infeksi saluran pernafasan.
25

f. Riwayat psikososial
Meliputi mekanisme koping yang digunakan klien untuk mengatasi
masalah dan bagaimana motivasi kesembuhan dan cara klien
menerima keadaanya. Pada pengkajian psikososial akan didapatkan
peningkatan kecemasan, serta perlunya pemenuhan informasi,
intervensi keperawatan dan pengobatan.
g. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Keadaan tampak lemah sampai sakit berat.Ini umumnya
diakibatkan oleh berkurangnya volume darah, berkurangnya
hemoglobin, dan vasokonsrtiksi untuk memperbesar
pengiriman oksigen ke organ-organ vital.
2. Kesadaran
Compos mentis, kooperatif, sampai terjadi penurunan tingkat
kesadaran : apatis, samnolen, spoor, koma.
3. Tanda-tanda vital
TD : TD menurun (N : 90-110/60-7-mmHg)
Frekuensi nadi meningkat, kuat sampai lemah (N : 60-
100x/menit)
Suhu bisa meningkat atau menurun (N : 36,5-37,2°C)
Pernafasan meningkat
4. System to system assesme
a) Sistem kardiovaskular
Tanda dan gejala : hipertensi, hipotensi, pitting edema
(kaki, tangan,edema periorbital) pembesaran vena jugularis.
b) Sistem integument
Tanda dan gejala : warna kulit pucat, kulit kering bersisik,
pruritus, echimosis, kulit tipis dan rapuh, rambut tipis dan
kasar, turgor kulit buruk.
26

c) Sistem pulmoner
Tanda dan gejala : sputum kental, nafas dangkal, gangguan
pernapasan, sesak napas.
d) Sistem gastrointestinal
Tanda dan gejala : anoreksia, mual, muntah, perdarahan
dari gasstrointestinal track (GIT).
e) Sistem neurologi
Tanda dan gejala : kelemahan dan keletihan, malaise.
f) Sistem musculoskletal
Tanda dan gejala : kram otot, kekuatan otot hilang.
g) Sistem urinaria
Tanda dan gejala : oliguria, proteinuria, hematuria, anuria,
abdomen kembung, hipokalsemia.
(Sumber :Doengoes, 1999)
27
28

2. Diagnosa Keperawatan
Setelah data terkumpul, langkah berikutnya adalah menganalisa
data sehingga diperoleh diagnosa keperawatan. Terjadi masalah
kesehatan (pada seseorang, kelompok, keluarga) yang dapat ditangani
perawat untuk menentukan tindakan perawat untuk menanggulangi
atau mengurangi masalah tersebut. Menurut Brunner dan Suddarth,
(2016) diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan, yaitu :
1. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan
konsentrasi hemoglobin.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan energi.
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis akibat
iskemik.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen.

3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah rencana keperawatan yang akan
penulis rencanakan kepada klien sesuai dengan diagnosa yang
ditegakkan sehingga kebutuhan klien dapat terpenuhi. Dalam teori ini
perencanaan keperawatan ditulis dengan rencana dan kriteria hasil
berdasarkan Nursing Intervension Clasification (NIC) dan Nursing
Outcome Clasification (NOC) (Glora, 2013).
29

Tabel 2.3 Intervensi Keperawatan

Nursing outcomes
No Diagnosa Keperawatan Nursing interventions classification (Nic) Rasional
classification (Noc)
1. Perfusi perifer tidak efektif Setelah diberikan intervensi NIC :Perawatan Sirkulasi : insufisiensi arteri
berhubungan dengan keperawatan selama ....x24 jam, Aktivitas keperawatan
penurunan konsentrasi diharapkan pasien mampu 1. Kaji warna kulit, suhu sianosis, nadi 1. Mengetahui derajat hipoksia dan
hemoglobin. menunjukkan : perifer dan diapforesis secara teratur peningkatan tahanan perifer
NOC : status sirkulasi 2. Anjurkan klien bagaimana cara 2. Meningkatkan atau melancarkan
DS : Dipertahankanpadalevel.... meningkatkan aliran darah (posisikan aliran darah baik sehingga tidak
Nyeri ekstremitas Ditingkatkanpadalevel.... kaki sedikit lebih tinggi dari jantung terjadi edema
(klaudikasi intermiten). pada saat beristirahat)
Keterangan level : 3. Anjurkan klien menghindari makanan 3. Kolestrol tinggi dapat
DO : 1 : Deviasi berat dari kisaran yang tinggi kolestrol mempercepat terjadinya
Pengisian kapiler >3 detik, normal aterosklerosis
nadi perifer menurun atau 2 : Deviasi yang cukup besar 4. Monitor vital sign 4. Perubahan TTV seperti
tidak tersedia, akral teraba dari kisaran normal peningkatan RR dan penurunan
dingin, warna kulit pucat, 3 : Deviasi sedang dari kisaran TD menandakan adanya
turgor kulit menurun, edema, normal penurunan perfusi jaringan otak
penyembuhan luka lambat, 4 : Deviasi ringan dari kisaran 5. Kaji untuk respon verbal melambat, 5. Dapat mengidentifikasi gangguan
indeks ankle-brachial <0,90, normal mudah terangsang, agitasi, gangguan fungsi serebral karena hipoksia
bruit femoral. 5 : Tidak ada deviasi dari memori dan bingung
kisaran normal 6. Catat keluhan rasa dingin, pertahankan 6. Vasokontriksi (ke organ vital)
suhu lingkungan dan tubuh hangat sesuai menurunkan sirkulasi perifer.
Dengan Kriteria Hasil : indikasi
1. Pengisian kapiler jari 7. Lindungi tubuh terhadap perubahan suhu 7. Melindungi kulit dari kepekaan
1/2/3/4/5 yang ekstim terhadap semua rangsangan yang
2. Pengisian kapiler jari kaki 8. Instruksikan klien dengan keluarga berlebihan
1/2/3/4/5 menjaga posisi tubuh klienketika sedang 8. Pergerakan secara mendadak
3. Suhu kulit ujung kaki dan mandi, duduk, berbaring atau merubah dapat menyebabkan penurunan
tangan 1/2/3/4/5 posisi suplai darah ke jaringan otak yang
4. Warna kulit normal (tidak parah
merah, pucat), sensasi raba 9. Kaji faktor-faktor yang menyebabkan 9. Berkurangnya sel darah merah
normal 1/2/3/4/5 penurunan sel darah merah dapat disebabkan oleh kekurangan
5. Turgor kulit baik 1/2/3/4/5 kofaktor untuk eritropoesis
6. Akral teraba hangat 10. Pantau frekunsi jantung dan irama 10. Perubahan frekuensi dan irama
1/2/3/4/5 jantung menunjukan komplikasi
30

7. TTV normal 1/2/3/4/5 disritmia


Perawatan Sirkulasi : Insufisiensi Vena
11. Ubah posisi pasien setidaknya 2 jam 11. Mengubah posisi pasien setiap 2
dengan tepat jam untuk meningkatkan sirkulasi
darah menjadi normal
12. Dukung pasien untuk melakukan 12. Agar sirkulasi vena dan arteri
kegiatan olahraga walaupun pasien tidak menjadi normal dan
suka mempertahankan kemampuan
mental pasien
13. Kolaborasi dengan tim kesehatan 13. Memberikan obat aspirin agar
pemberian antikoagulan (pengenceran tidak terjadi pembekuan darah
darah) sesuai indikasi

Pola nafas tidak efektif Setelah diberikan intervensi NIC : Manajemen Breathing
2. berhubungan dengan keperawatan selama ....x24 jam, Aktivitas keperawatan
penurunan energi diharapkan pasien mampu 1. Monitor kecepatan, irama, kedalaman 1. Mengantisipasi adanya distress
menunjukkan : dan kesulitan bernafas pernapasan
2. Catat pergerakan dada, kesimetrisan, 2. Penggunaan otot aksesoris
DS : NOC : status sirkulasi penggunaan otot-otot bantu pernafasan pernapasan menandakan kerja
Dispnea, ortopnea. Dipertahankanpadalevel.... dan retraksi otot supraclaviculas dan paru yang sudah berat
Ditingkatkan pada level.... intercosta
DO : 3. Monitor suara nafas tambahan seperti 3. Beberapa derajat spasme bronkus
Penggunaan otot bantu Keterangan level : ngorok atau mengi terjadi dengan obstruksi jalan
pernafasan, fase ekspirasi 1 : Deviasi berat dari kisaran nafas
memanjang, pola napas normal 4. Monitor pola nafas (misalnya bradipneu, 4. Peningkatan respirasi menandakan
abnormal (misalnya, takipnea, 2 : Deviasi cukup berat dari takipneu, hiperventilasi, pernafasan bahwa kerja paru sudah mulai
bradipnea, hiperventilasi, kisaran normal kusmaul) berat
kussmaul, cheyne-stroke, 3 : Deviasi sedang dari 5. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru 5. Mengantisipasi adanya distress
pernapasan pursed-lip, kisaran normal pernapasan
pernapasan cuping hidung, 4 : Deviasi ringan dari 6. Auskultasi suara nafas, catat area dimana 6. Indikasi edema paru sekunder
diameter thoraks anterior- kisaran normal terjadi penurunan atau tidak adanya akibat dekompensasi kordis
posterior meningkat, ventilasi 5 : Tidak ada deviasi dari ventilasi dan keberadaan suara nafas
semenit menurun, kapasitas kisaran normal tambahan
vital menurun, tekanan 7. Monitor peningkatan kelelahan, 7. Kecemasan dapat menambah
ekspirasi menurun, tekanan Dengan Kriteria Hasil : kecemasan dan kekurangan udara klien kesulitan dalam bernafas
inspirasi menurun, ekskursi 1. Tekanan darah sistol 8. Monitor keluhan sesak nafas klien, 8. Semakin berat kegiatan yang
dada berubah. 1/2/3/4/5 termasuk kegiatan yang meningkatkan dilakukan semakin banyak
31

2. Tekanan darah diastol atau memperburuk sesak nafas tersebut memerlukan oksigen
1/2/3/4/5
3. Tekanan nadi 1/2/3/4/5 9. Berikan bantuan terapi nafas jika 9. Mempertahankan ventilasi yang
4. Tekanan darah rata-rata diperlukan maksimal
1/2/3/4/5
5. Tekanan vena sentral
1/2/3/4/5
6. Kekuatan nadi karotis
kanan 1/2/3/4/5
7. Kekuatan nadi karotis
kiri 1/2/3/4/5
8. Kekuatan nadi brakialis
kanan 1/2/3/4/5
9. Kekuatan nadi brakialis
kiri 1/2/3/4/5
10. Kekutan nadi radialis
kanan 1/2/3/4/5
11. Kekuatan nadi radialis
kiri 1/2/3/4/5
12. Saturasi oksigen
1/2/3/4/5
13. Capillary refill 1/2/3/4/5

3. Nyeri akut berhubungan Setelah diberikan intervensi NIC : ManajemenNyeri


dengan agen pencedera keperawatan selama ....x24 jam, Aktivitas keperawatan
fisiologis akibat iskemik diharapkan pasien mampu 1. Lakukan pengkajian nyeri secara 1. Mengidentifikasi karakteristik
menunjukkan : komprehensif termasuk lokasi, nyeri merupakan faktor yang
DS : NOC : Kontrol nyeri karakteristik, durasi, frekuensi, penting untuk menentukan terapi
Mengeluh nyeri. Dipertahankanpada level.... kualitas,dan faktor presipitasi yang cocok serta mengevaluasi
Ditingkatkan pada level .... keefektifan dari terapi.
2. Observasi reaksi non verbal dari 2. Mengetahui respon klien terhadap
DO : Keterangan level : ketidaknyamanan nyeri
Tampak meringis, bersikap 1 : Tidak pernah menunjukkan 3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik 3. Komunikasi yang baik antar
protektif (misalnya, waspada 2 : Jarang menunjukkan untuk mengetahui pengalaman nyeri perawat dan klien dapat
posisi menghindari nyeri), 3 : Kadang-kadang pasien menciptakan rasa kepercayaan
gelisah, frekuensi nadi menunjukkan klien terhadap perawat dan
meningkat, sulit tidur, tekanan 4 : Sering menunjukkan mempermudahkan dalam
darah meningkat, pola napas 5 : Secara konsisten melakukan penanganan nyeri
32

berubah, nafsu makan menunjukkan klien


berubah, proses berpikir 4. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau 4. Membantu dalam pemberian
terganggu, menarik diri, Dengan Kriteria Hasil : 5. Bantu klien dan keluarga untuk mencari tindakan yang selanjutnya
berfokus pada diri sendiri, 1. Mengenali kapan nyeri dan menemukan dukungan 5. Dukungan yang cukup dapat
diaphoresis. terjadi 1/2/3/4/5 menurunkan reaksi nyeri klien
2. Menggambarkan faktor 6. Kontro llingkungan yang dapat 6. Lingkungan yang terlalu dingin
penyebab 1/2/3/4/5 mempengaruhi nyeri seperti suhu atau berisik dapat memperberat
3. Menggunakan tindakan ruangan, pencahayaan, dan kebisingan nyeri klien
pencegahan 1/2/3/4/5
4. Menggunakan tindakan 7. Kurangi faktor presipitasi nyeri 7. Dapat menurunkan tingkat nyeri
pengurangan nyeri tanpa klien
analgesik 1/2/3/4/5 8. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk 8. Mengetahui perkembangan nyeri
5. Menggunakan analgesik menentukan intervensi dan menetukan intervensi
yang direkomendasikan selanjutnya
1/2/3/4/5 9. Ajarkan tentang teknik non farmakologi 9. Menurunkan ketegangan otot,
6. Melaporkan perubahan sendi, dan melancarkan peredaran
terhadap gejala nyeri pada sehingga dapat mengurangi nyeri
profesional kesehatan 10. Berikan analgesik untuk mengurangi 10. Analgesik berfungsi sebagai
1/2/3/4/5 nyeri (asam mefenamat) depresan sistem saraf pusat
7. Melaporkan gejala yang sehingga dapat mengurangi atau
tidak terkontrol pada menghilangkan nyeri
profesional kesehatan 11. Tingkatkan istirahat 11. Istirahat yang cukup dapat
1/2/3/4/5 mengurangi nyeri
8. Menggunakan sumber 12. Berikan informasi tentang penyebab, 12. Pasien tidak merasa takut dan
daya yang tersedia berapa lama nyeri akan berkurang cemas sebab dari nyeri
1/2/3/4/5 13. Monitor vital sign sebelum dan sesudah 13. Mengetahui perubahan status
9. Mengenali apa yang pemberian analgesik kesehatan setelah pemberian obat
terkait dengan gejala nyeri
1/2/3/4/5
10. Melaporkan nyeri yang
terkontrol 1/2/3/4/5

4. Intoleransi aktivitas Setelah diberikan intervensi NIC : Manajemen energi


berhubungan dengan keperawatan selama ....x24 jam, Aktivitas keperawatan
ketidakseimbangan antara diharapkan pasien mampu 1. Observasi adanya pembatasan klien 1. Mengetahui adanya aktivitas yang
suplai oksigen kejaringan. menunjukkan : dalam melakukan aktivitas memperparah keadaan
2. Kaji kehilangan / gangguan 2. Menunjukan perubahan neurologi
33

keseimbangan gaya berjalan dan karena anemia, mempengaruhi


DS : NOC : Toleransi terhadap kelemahan otot keamanan klien / resikocidera
Mengeluh lelah, dispnea aktivitas 3. Bantu klien untuk mengidentifikasi 3. Peningkatan aktivitas dilakuakan
saat/setelah aktivitas, merasa Dipertahankan pada level .... aktivitas yang mampu dilakukan secara bertahap untuk
tidak nyaman setelah Ditingkatkan pada level .... menghindari serangan akut
beraktivitas, merasa lemah. 4. Monitor tanda-tanda vital 4. Manifestasi kardiopulmonal dari
Keterangan level : selamaberaktivitas, catat respon terhadap upaya jantung dan paru untuk
1 : Sangat terganggu tingkat aktivitas (peningkatan denyut membawa jumlah oksigen adekuat
DO : 2 : Banyak terganggu jantung, TD, disritmia, pusing, dyspnea, ke jaringan
Frekuensi jantung meningkat 3 : Cukup terganggu takipnea dan lain-lain)
>2% dan kondisi istirahat, 4 : Sedikit terganggu 5. Ubah posisi klien dengan perlahan dan 5. Hipotensi postural atau hipoksia
tekanan darah berubah >20% 5 : Tidak terganggu observasi pusing serebral dapat menyebabkan
dari kondisi istirahat, pusing, berdenyut, dan
gambaran EKG menunjukkan Dengan Kriteria Hasil : peningkatan resiko cidera
aritmia saat/setelah aktivitas, 1. Saturasi oksigen ketika 6. Prioritaskan jadwal asuhan keperawatan 6. Mempertahankan tingkat energy
gambaran EKG menunjukkan beraktivitas 1/2/3/4/5 untuk meningkatkan istirahat. Pilih dan meningkatkan regangan pada
iskemia, sianosis. 2. Frekuensi nadi ketika periode istirahat dengan periode aktivitas sistem jantung dan pernapasan
beraktivitas 1/2/3/4/5 7. Berikan bantuan dalam 7. Mambantu bila perlu, harga diri
3. Frekuensi pernapasan ketika aktivitas/ambulasi bila perlu meningkat jika klien dapat
beraktivitas 1/2/3/4/5 melakukan sesuatu sendiri
4. Kemudahan bernapas ketika 8. Tingkatkanaktivitassesuaitoleransi 8. Maningkatkan secara bertahap
beraktivitas 1/2/3/4/5 aktivitas sampai normal dan
5. Tekanan darah sistolik memperbaiki tonus otot/ stamina
ketika beraktivitas 1/2/3/4/5 tanpa kelemahan
6. Tekanan darah diastolik 9. Anjurkan klien untuk menghentikan 9. Regangan/ stress kardiopulmonal
ketika beraktivitas 1/2/3/4/5 aktivitas bila palpitasi, nyeri dada, napas berlebih dapat menimbulkan
7. Warna kulit 1/2/3/4/5 pendek, kelemahan atau pusing terjadi dekompensasi/ kegagalan.

Sumber : Doengoes, (2000), Bullcheck, (2008), Moorhead, (2000), Elsevier, (2013).


34

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah fase tindakan pada proses keperawatan.
Tindakan tersebut dapat dilakukan dengan dua cara yaitu, aktivitas
mandiri yang merupakan aktivitas saat perawat menentukan
keputusannya sendiri, serta aktivitas kolaboratif yang merupakan
aktivitas-aktivitas yang telah diprogramkan oleh dokter serta
dilaksanakan oleh perawat, contohnya pemberian obat (Potter, 2006).
Implementasi merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang spesifik.Tujuan dari pelaksanaan adalah
membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang
mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan, penyakit, pemulihan
kesehatan dan memfasilitasi koping.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah aspek penting proses keperawatan
karena kesimpulan yang ditarik dari evaluasi menentukan apakah
intervensi keperawatan harus diakhiri dan dilanjutkan, atau di ubah
(Kozier, 2011). Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi
proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa
keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil
ducapai berdasarkan tujuan yang telah dibuat dalam perencanaan
keperawatan (Potter, 2006). Evaluasi keperawatan terdiri dari :
a. S : Ungkapan perasaan dan keluhan yang dikeluhkan secara
subjektif oleh keluarga maupun pasien setelah di beri
tindakan keperawatan.
b. O : Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat
menggunakan pengamatan yang objektif.
c. A : Analisa perawat setelah mengetahui respon pasien secara
objektif dan subjektif.
d. P: Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisa
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan/Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dalam bentuk studi kasus
untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan klien dengan Anemia di
ruang Melati RSUD Dr.M.Yunus Bengkulu. Pendekatan yang digunakan
adalah pendekatan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnose
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian yang digunakan dalam penelitian asuhan keperawatan
dengan Anemia di ruang Melati RSUD Dr.M.Yunus Bengkulu adalah
individu yang menderita Anemia Akibat Gagal Ginjal Kronik (GGK). Subyek
penelitian yang akan diteliti berjumlah satu orang dengan satu kasus dengan
masalah keperawatan Anemia Pada Gagal Ginjal Kronik.

C. Batasan Istilah (Definisi Operasional)


1. Asuhan keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau tahap kegiatan dalam
praktik keperawatan yang diberikaan langsung kepada pasien yang
mengalami anemia pada gagal ginjal kronik dalam berbagai tatanan
pelayanan kesehatan asuhan keperawatan ini dilakukan dalam rangka
memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh penerima asuhan keperawatan
(pasien) yang tahapannya terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, implementasi dan evaluasi di ruang rawat inap Melati
RSUD Dr. M. Yunus Kota Bengkulu.

35
36

2. Pasien
Pasien dewasa laki-laki yang dirawat di ruang rawat inap Melati Dr. M.
Yunus Bengkulu dengan Anemia Pada Gagal Ginjal Kronik (GGK).
3. Anemia
Keadaan dimana massa eritrosit atau massa hemoglobin yang beredar
tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan
tubuh.
D. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di ruang Melati RSUD Dr.M.Yunus
Bengkulu. Ruang melati ini menerima pasien-pasien dengan gangguan sistem
perkemihan dan penyakit dalam baik pasien laki-laki maupun perempuan.
Waktu penelitian dilaksanakan selama satu minggu yaitu pada Tahun 2019.

E. Prosedur Penelitian
Penelitian diawali dengan penyusunan usulan penelitian atau proposal
dengan menggunakan metode studi kasus berupa laporan teori asuhan
keperawatan yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Anemia Pada Gagal Ginjal Kronik Di Ruang Melati RSUD Dr.M.Yunus
Bengkulu Tahun 2019. Setelah disetujui oleh penguji proposal maka
penelitian berupa hasil pengukuran, observasi dan wawancara terhadap pasien
yang dijadikan subyek penelitian.

F. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data


1. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara (hasil anamnesis yang harus didapatkan berisi tentang
identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang-dahulu-
keluarga, riwayat psikologi, pola-pola fungsi kesehatan). Sumber
data bias dari klien, keluarga, perawat lainnya.
37

b. Observasi dan pemeriksaan fisik yang meliputi keadaan umum,


pemeriksaan integumen, pemeriksaan kepala leher, pemeriksaan
dada, pemeriksaan abdomen, pemeriksaan genetalia, pemeriksaan
ekstremitas, pemeriksaan neurologi. Data fokus yang harus
didapatkan adalah pada sistem integumen, sistem pencernaan,
pemeriksaan kepala leher dan ekstremitas.
c. Studi dokumentasi dan instrumen di lakukan dengan melihat dari
data MR (Medical Record), melihat pada status klien, melihat hasil
laboratorium, melihat catatan harian perawat ruangan dan hasil
pemeriksaan diagnostik.
2. Instrumen Pengumpulan Data
Alat atau instrument pengumpulan data menggunakan format
pengkajian Asuhan Keperawatan sesuai ketentuan yang ada di Prodi DIII
Keperawatan Bengkulu, status klien, data laboratorium dan alat
pemeriksaan fisik.

G. Keabsahan Data
Keabsahan data dilakukan oleh peneliti dengan cara peneliti
mengumpulkan data secara langsung pada klien dengan menggunakan format
pengkajian yang baku dari kampus, yang dilakukan 6 jam sesuai jadwal dinas
perawat diruang Melati RSUD Dr.M.Yunus Bengkulu selama 6 hari.
Pengumpulan data dilakukan pada catatan medis/status klien, klien langsung,
keluarga, dokter, dan perawat ruangan agar mendapatkan data yang valid.
Disamping itu, untuk menjaga validasi dan keabsahan data peneliti melakukan
observasi dan pengukuran ulang terhadap data-data klien yang meragukan,
yang ditemukan melalui data sekunder antara lain tanda-tanda vital.
38

H. Analisis Data
Analisis data ini dilakukan sejak peneliti berada di lapangan, sewaktu
pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul, analisis data
dilakukan dengan cara wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan data
penunjang, selanjutnya membandingkan dengan teori yang ada, selanjutnya
dituangkan dalam opini pembahasan, teknik analisis yang telah digunakan
dengan cara menarasikan jawaban-jawaban dari penelitian yang yang
diperoleh dari hasil intervensi wawancara mendalam yang dilakukan untuk
menjawab rumusan masalah penelitian. Teknik analisa digunakan dengan cara
observasi wawancara oleh peneliti dan studi dokumentasi yang menghasilkan
data untuk selanjutnya di intervensikan oleh peneliti dibandingkan teori yang
ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi tersebut.
BAB IV
TINJAUAN KASUS

Pada bab ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien
dengan Anemia Pada Penyakit Gagal Ginjal Kronik (GGK) diruang Melati
RSUD Dr. M. Yunus Kota Bengkulu. Penulis melakukan penelitian pada
tanggal 11 Februari 2019 saat pasien selesai melakukan Hemodialisa. Metode
pengkajian yang digunakan interview, observasi langsung, pemeriksaan fisik,
penunjang, catatan medis keperawatan.
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas pasien
Didapatkan hasil identitas pasien nama Tn. J, jenis kelamin laki-
laki, lahir pada tanggal 01 Februari 1963 umur 56 tahun, agama islam,
pendidikan terakhir S1, Pekerjaan sebagai guru SD (PNS), pasien
sudah menikah dan sudah memiliki satu orang anak yang berumur 23
tahun, pasien beralamatkan Jl. Merpati 17 Rawa Makmur Kota
Bengkulu.
b. Identitas Penanggung Jawab
Ny. P umur 50 tahun merupakan istri dari Tn. J, agama islam, Ny.P
beralamat sama dengan Tn. J Jl. Merpati 17 Rawa Makmur Kota
Bengkulu, bekerja sebagai Guru SD (PNS), berkomunikasi
menggunakan bahasa Indonesia serta riwayat pendidikannya S1.
2. Keluhan Utama
Pasien mengeluh sesak nafas.
Keluhan saat dikaji : Klien mengatakan sesak nafas, badan terasa sangat
lemas, kepala terasa pusing, pasien mengalami nyeri kepala seperti
berputar-putar secara tiba-tiba dan nyeri yang dirasakan ±15 menit skala
4.

39
40

3. Riwayat Kesehatan Sekarang


Mulai tanggal 07 Februari 2019, klien sudah merasakan sesak
nafas, badan terasa sangat lemas, kepala terasa pusing. Pada hari
senin, 11 Februari 2019 pasien melakukan hemodialisa jam 11.00-
15.00 Wib rutin 1 minggu 2 kali pada hari senin dan hari kamis di
RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu sesudah melakukuan cuci darah
pasien merasakan sesak nafas dan kepala terasa pusing, warna kulit
pucat serta berkeringat dingin.Saat di ruang Hemodialisa dilakukan
pemeriksaan tanda-tanda vital dengan hasil Tekanan darah
140/80mmHg, Nadi 95x/menit, Pernafasan 27x/menit dan Suhu 36,8
ºC. Instruksi dokter klien diberikan O2 nasal kanul 3 lpm, dan
dilakukan observasi selama 4 jam. Dokter menemukan hasil Hb 7,1
gr/dl dan di konsultasikan dengan dokter spesialis penyakit dalam
pasien di rawat di ruang Melati untuk melakukan transfusi darah 2
kantong berjumlah 500 cc.
Setelah di ruang Melati klien mengeluh sesak nafas tetapi sudah
sedikit berkurang , kepala masih terasa pusing.
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Tn. J mengatakan tidak memiliki riwayat alergi baik makanan
minuman, tidak ada riwayat ISK, tidak ada riwayat penyakit batu
kandung kemih, pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi tahun
2016.
Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit Diabetes Melitus,
pasien menderita CKD pada tahun 2017, pasien mengatakan menderita
anemia sejak tahun 2017, pertama kali dilakukan Hemodialisa pada
tanggal 27 Februari 2017 dan pertama kali dilakukan transfusi pada 6
Maret 2017
Pasien mengatakan sudah 3 kali di rawat di ruang melati dengan
diagnosa yang sama yakni Anemia CKD dan juga pasien mengatakan
tidak memiliki kebiasaan merokok, minum-minuman keras serta
narkoba.
41

5. Riwayat Kesehatan Keluarga


a. Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga
Pasien mengatakan bahwa keluarganya tidak memilik penyakit
yang sama dengan pasien, dan di anggota keluarga tidak ada yang
memiliki penyakit menular dan menahun.
b. Genogram

Keterangan :

= Laki-laki = Tinggal serumah = Meninggal

= Perempuan = Pasien

Bagan 2.2 Geonogram 3 generasi

6. Riwayat Pola Kebiasaan


a. Kebutuhan Oksigenisasi
Dari pengkajian ditemukan pasien masih mengeluh sesak napas
tetapi sudah berkurang karena dilakukan hemodialisa dan dipasang
oksigen 3 lpm, klien mengatakan sesak napas bertambah ketika pasien
tidur dan lebih nyaman saat duduk dengan bantal posisi semi fowler.
42

b. Kebutuhan Nutrisi dan Cairan


Pada saat sebelum sakit frekuensi makan 3x/hari, nafsu makan
baik, porsi makan dihabiskan dalam 1 porsi, tidak ada makanan yang
tidak disukai dan yang membuat alergi, buah pisang menjadi
pantangan karena pasien mengatakan ada riwayat CKD, makan tidak
menggunakan alat bantu (seperti NGT) dan tidak ada keluhan dalam
pemenuhan nutrisi. Kebutuhan cairan sebelum sakit frekunsi minum
yaitu 1 gelas/hari, jenis minuman yaitu air mineral, jumlah minum 250
cc/hari dan tidak ada masalah dalam pemenuhan kebutuhan cairan.
Pada saat dirumah sakit frekuensi makan sebanyak 3x/hari, nafsu
makan baik, porsi makan dihabiskan dalam 1 porsi , tidak ada
makanan yang tidak disukai dan yang membuat alergi, makan tidak
menggunakan alat bantu (seperti NGT) dan mendapat diet makanan
lunak (bubur biasa TKTP), tidak ada keluhan dalam pemenuhan
nutrisi. Kebutuhan cairan pada saat sakit frekuensi minum yaitu 1gelas
setengah/hari, jenis minuman yaitu air mineral, jumlah minum 300
cc/hari, BB : 58 kg TB : 165 cm.
c. Kebutuhan Eliminasi
Pada saat sebelum sakit frekuensi BAK sebanyak 3 x/hari, warna
urine jernih, bau khas, jumlah urin sebanyak 200 cc/hari, tidak ada
keluhan nyeri dan kesulitan BAK serta tidak menggunakan alat bantu
(seperti kateter). Eliminasi BAB pada saat sebelum sakit frekuensi
sebanyak 1-2x/hari, jumlah BAB 400 cc/hari, warna feces kuning, bau
khas, konsistensi lembek dan tidak ada gangguan pada saat BAB.
Pada saat dirumah sakit frekuensi BAK sebanyak 3-4 kali/hari,
jumlah BAK 250 cc/hari, warna urine jernih, tidak berdarah, tidak ada
nyeri saat BAK, bau khas, tidak ada keluhan nyeri dan kesulitan BAK
serta tidak menggunakan alat bantu (seperti kateter). Eliminasi BAB
pasien mengatakan BAB selama di Rumah Sakit frekuensi 1 kali
selama di Rumah Sakit jumlah BAB 500 cc.
43

Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 11 Februari 2019


Cairan masuk
1. Minum = 500 cc
2. Makan = 1000 cc
3. Air metabolisme 5x58 = 290 cc +
1790 cc/hari

Cairan keluar
1. BAB = 500 cc
2. BAK = 250 cc
3. IWL (15xBB (58) = 870 cc +
1620 cc/hari
Balance cairan = cairan masuk-cairan keluar
= 1790-1620
= +170 cc/24jam

d. Kebutuhan istirahat dan tidur


Pada saat sebelum sakit pasien mengatakan jarang tidur siang
apabila tidur biasanya hanya 15-30 menit saja, klien mengatakan
susah tidur pada malam hari dan sering terbangun, pasien tidur ± 4-5
jam/hari, kebiasaan yang dilakukan sebelum tidur yaitu berdoa, pasien
mengatakan tidak segar saat bangun tidur dan merasa gelisah, pasien
mengatakan setiap 2 jam terbangun.
Pada saat dirumah sakit pasien mengatakan tidur siang sebanyak ±
1 jam, apabila malam hari pasien mengatakan susah tidur pada malam
hari dan sering terbangun karena nafas agak terasa sesak dan badan
terasa lemas, pasien tidur ± 5 jam/hari kebiasaan yang dilakukan
sebelum tidur yaitu berdoa, pasien seggar saat bangun tidur.
e. Kebutuhan Aktivitas/Mobilisasi
Pada saat sebelum sakit pasien mengatakan ada perasaan
kelemahan otot, tidak ada keterbatasan pergerakan, pemenuhan
44

personal hygiene, makan dan eliminasi secara mandiri, pasien ada


merasakan sesak/pusing setelah melakukan aktivitas dan tidak ada
keluhan pada pemenuhan aktivitas dan mobilitas. Kekuatan otot
pasien sebelum sakit pada ektremitas atas dan bawah adalah 5 dimana
pasien mampu memberikan gerakan normal menentang gravitasi
dengan penahanan penuh.
Pada saat dirumah sakit pasien mengatakan saat berjalan ke kamar
mandi pasien merasa sesak dan badan terasa sangat lemas, BAK ke
kamar mandi dibantu oleh keluarga, setelah melakukan aktivitas
pasien mengatakan pusing dan pasien mengatakan kesulitan untuk
melakukan aktivitas dengan mandiri di karenakan kepala terasa pusing
seperti berputar-putar dan badan terasa sangat lemas. Kekuatan otot
pasien saat sakit pada ektremitas atas adalah 5 dimana pasien mampu
memberikan gerakan normal menentang gravitasi dengan penahanan
penuh dan pada ekstremitas bawah adalah 3 dimana pasien mampu
memberikan gerakan normal menentang gravitasi.
f. Kebutuhan Rasa Nyaman
Pada saat sebelum sakit pasien mengatakan tidak mengalami
rasa sesak nafas.
Pada saat sakit pasien mengatakan mengeluh sesak nafas dan kepala
terasa pusing pasien mengalami nyeri kepala seperti berputar-putar
secara tiba-tiba dan nyeri yang dirasakan ±15 menitskala 4, nyeri
akan terasa apabila pasien berdiri.
g. Kebutuhan personal hygiene
Pada saat sebelum sakit pasien mengatakan mandi 2x/sehari
waktu mandi pagi dan sore kebiasaan mandi basah, frekuensi oral
hygiene 2x/hari pada saat pagi dan sore menggunakan sikat gigi dan
pasta gigi, frekuensi cuci rambut yaitu 1x/2hari mencuci rambut
menggunakan shampo, frekuensi potong kuku 1 minggu sekali, tidak
ada keluhan dalam pemenuhan personal hygiene dan dilakukan
secara mandiri. Pada saat dirumah sakit pasien mengatakan hanya
45

dilap basah saja setiap pagi, frekuensi oral hygiene 1x/hari, selama
dirumah sakit pasien mengatakan belum mencuci rambut dan
memotong kuku, kebutuhan personal hygiene dibantu oleh keluarga.
h. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
Pasien dulunya sering mengkomsumsi obat-obatan saat sakit,
seperti sakit kepala, sakit perut, makan dengan sepuas hati tidak ada
pantangan apapun dan pasien jarang berolahraga.

7. Pengkajian Fisik (Inspeks, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)


Tanggal 11 Februari 2019
a. Pemeriksaan Fisik Umum
Keadaan umum klien tampak pucat dan lemas, tingkat kesadaran
compos mentis (GCS E : 4 V : 5 M : 6). Hasil pemeriksaan tanda-
tanda vital di dapatkan hasil tekanan darah klien 140/80mmHg, nadi
95x/menit, frekuensi pernafasan 27x/menit, suhu 36,8ºC. Berat
badan 58 kg dan tinggi Badan 165 cm sehingga didapatkan IMT
20,58.
b. Sistem Pengelihatan
Pada saat dilakukan pengakajian hasil yang didapatkan posisi
mata simetris antara kiri dan kanan, kelopak tidak ada ptosis,
pergerakan bola mata normal antara kiri dan kanan seimbang,
konjungtiva anemis, sclera mata non ikterik, pupil isokor dan
mengecil bila terkena cahaya, tidak ditemukan tanda-tanda radang
pada sclera dan konjungtiva dan bisa membaca dengan jelas, tidak
menggunakan alat bantu penglihatan berupa kacamata.
c. Sistem Pendengaran
Pada saat dilakukan pengkajian hasil yang didapatkan
adalahposisi telinga simetris kiri dan kanan, tidak terdapat cairan
yang keluar dari telinga, tidak sedikit kotor, fungsi pendengaran baik
dan pasien tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
46

d. Sistem Penapasan
Pada saat dilakukan pengkajian hasil yang didapatkan adalah
bentuk dada normo chest, frekuensi nafassaat beraktivitas 30x/menit,
irama regular, pola nafas cepat dan dangkal, ekspirasi tubuh terasa
lebih pendek, terlihat adanya pernafasan cuping hidung, ada
penggunaan otot bantu pernapasan, terpasang oksigen nasal kanul 3
lpm, ekspansi dada simetris, ekspansi 1-2 cm, taktil fremitus sama
kiri dan kanan, taktil fremitus lebih kuat pada area lobus paru dari
lobus paru bawah, tidak nyeri tekan pada daerah thorak perkusi pada
semua lapang paru terdengar sonor. Auskultasi suara napas pada are
lapang paru sebagian besar terdengar vesikuler, tidak ada suara nafas
tambahan.
e. Sistem Kardiovaskuler
Pada saat dilakukan pengkajian hasil yang didapatkan adalah
tidak tampak pembesaran vena jugularis (JVP), pulsasi arteri carotis
kuat, bentuk dada sebelah kiri normal, tidak ada perubahan bentuk,
tidak nampak ada ictus cordis, tekanan darah 140/80 mmhg,nadi di
raba saat beraktivitas 102x/menit ada sianosis, palpasi area jantung
tidak ada nyeri tekan, kapilarry refill > 3 detik, nadi apical dan
perifer teraba kuat nadi cepat dan jumlah 95x/menit dengan irama
teratur, akral teraba dingin, tidak ada edema perifer, batas jantung
mulai dari ICS 2 sampai ICS 5, auskultasi bunyi jantung S1 S2
tunggal ada bunyi jantung S3 atau S4.
MAP (Mean Arterial Pressure) =(Sistole + 2xDiastole) : 3
= (140 + 2x80) : 3
= 300 : 3
= 100 mmHg (normal)
f. Sistem Hematologi
Pada saat dilakukan pengkajian hasil yang didapatkan pasien
tampak pucat, kuku dan bagian ekstremitas bawah tampak pucat,
konjungtiva anemis, tidak terlihat adanya tanda-tanda peradangan.
47

g. Sistem Syaraf Pusat


Pada saat dilakukan pengkajian hasil yang didapatkan pasien
mengatakan kepala terasa pusing, tingkat kesadaran compos mentis
(Nilai GCS E : 4 V : 5 M : 6) tidak ada tanda peningkatan TIK.
Pemeriksaan Nervus :
1) Nervus Olfaktorius (N I) : Penciuman terhadap bau pasien
baik, pasien dapat membedakan bau kopi dan alkohol
2) Nervus Optikus (N II) : Ketajaman pengelihatan dan lapang
pandang pasien baik, pasien dapat mengikuti arah tangan
pemeriksa
3) Nervus Oculomotorius, Troklearis, Abdusen (N III IV V) :
Bentuk kelompak mata pasien normal dan dapat menutup
dengan sempurna, reaksi pupil terhadap cahaya mengecil dan
pergerakan bola mata paralel.
4) Nervus Trigeminus (N VI) : Sensabilitas wajah pasien baik
dibuktikan dengan pemeriksaan rasa raba, nyeri, suhu sentuh
dan getar. Pada refleks cornea merespon dengan kedipan, otot
pengunyah baik dan pada saat observasi mulut pasien
simetris.
5) Nervus Fasialis (N VII) : Gerakan otot wajah normal, dan
pengecapan pada 2/3 lidah baik pasien dapat membedakan
gula dan garam.
6) Nervus Austicus (N VIII) : tidak dilakukan karena pasien
masih pusing dan badan terasa sangat lemasuntuk berdiri.
7) Nervus Glasofaringeus (N IX) : Pengecapan 1/3 lidah pasien
baik dan pasien dapat membedakan rasa.
8) Nervus Vagus (N X) : Kontaksi faring pasien baik
9) Nervus Akesesoris (N XI) : Gerakan otot pasien baik
10) Nervus Hipoglosus (N XII) : Pasien dapat menggerakan
lidahnya kekanan dan ke kiri.
48

h. Sistem Pencernaan
Pada saat dilakukan pengkajian hasil yang didapatkan
mukosa bibir pasien kering dan sedikit pecah-pecah, lidah
berwarna merah muda dan tidak kotor, tidak ada stomatitis,
terdapat caries gigi, tampak gigi tidak lengkap, tidak ada kesulitan
menelan, bau nafas khas, ovula normal tidak ada peradangan,
tonsil tidak ada tanda-tanda peradangan.
Bentuk abdomen cembung, tidak ada bekas luka operasi,
bising usus terdengar kuat, frekuensi 9x/menit, perkusi pada 4
kuadran timpani, tidak ada acitas, abdomen supel (tidak keras),
tidak ada nyeri tekan epigastrium, tidak ada nyeri tekan pada
hepar, tidak teraba hepar dan limfa.
i. Sistem endokrin
Pada saat dilakukan pengkajian hasil yang didapatkan tidak
adanya pembesaran kelenjar tiroid maupun limpa, tidak ada nafas
bau keton dan tidak terdapat luka ganggren.
j. Sistem Urogenital
Pada saat dilakukan pengkajian hasil yang didapatkan
kandung kemih tidak nyeri saat ditekan, perkusi area kandung
kemih sedikit redup, jumlah urin 500 cc/ hari, warna jernih. Saat
dilakukan perkusi terdapat nyeri ketuk, nyeri di area ginjal.
k. Sistem integumen
Pada saat dilakukan pengkajian hasil yang didapatkan
adalah warna kulitpucat agak menghitam, kuku putih pucat,
tekstur kuku kasar, kuku tipis, ujung jari tangan jari tabu, bantalan
kuku naik, sudut kuku > dari 120 derajat, kulit kering, bersisik
pada area punggung telapak kaki, turgor kulit kurang baik (> 2
detik), akral teraba dingin, dan tidak ada luka, tidak terdapat
edema.
49

l. Sistem Wicara
Pasien bisa berbicara dengan jelas, tidak ada kesulitan
dalam mengucapkan kata-kata, mengungkapkan keluhan dan
mampu menjawab pertanyaan perawat.
m. Sistem Muskuloskeletal
Pada saat dilakukan pengkajian hasil yang didapatkan
adalah bentuk tulang dada simetris, tulang punggung simetris,
ekstremitas atas dan bawah pasien lengkap tidak ada deformitas
tulang maupun sendi, klien mampu berjalan, bisa menggerakkan
ekstremitas, sendi tidak kaku, tidak ada pembengkakkan sendi,
tidak ada nyeri tekan pada ekstremitas. Kekuatan otot pasien 5,
dimana pasien masih bisa mengangkat dan menahan kaki dan
tangannya.

Tabel 2.4 Kekuatan Otot

5 5 5 5 5 5
Superior Dexra Superior Sinistra
5 5 5 5 5 5
Inferior Dexra Inferior Sinistra
8. Riwayat Psikososial dan Spiritual
Pasien mengatakan orang yang terdekat dengan pasien adalah
istri Ny. P, interaksi dalam keluarga baik, pembuatan keputusan
secara bersama, pasien juga aktif dalam kegiatan kemasyarakatan,
Dampak penyakit terhadap keluarga istri mengatakan kesulitan
melakukan aktivitas seperti biasanya dikarenakan harus menjaga
suaminya.
Persepsi pasien terhadap penyakitnya, hal yang sangat
dipikirkan pasien adalah ingin cepat sembuh dan keluar dari rumah
sakit, tidak ada perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit,
aktivitas agama yang dilakukan adalah beribadah seperti shalat.
50

9. Data penunjang
Hasil Laboratorium Pasien :
Tabel 2.5Pemeriksaan Laboratorium

Hasil
07 11 13 Nilai
Jenis Pemeriksaan Satuan
Februari Februari Februari Rujukan
2019 2019 2019
Tidak Tidak
TIBC 168 250-425 ug/dl
dilakukan dilakukan
Tidak Tidak
Fe Serum 47 Lk : 65-175 ug/dl
dilakukan dilakukan
Tidak
HB 7,1 10,2 Lk : 13,0-18,0 gr/dl
dilakukan
Tidak Tidak
Gula Darah Sewaktu 119 70-120 Mg/dl
dilakukan dilakukan
Tidak Tidak
Ureum 56 20-40 Mg/dl
dilakukan dilakukan
Tidak Tidak
Creatinin 7,4 0,5-1,2 Mg/dl
dilakukan dilakukan

10. Penatalaksanaan medis


Tabel 2.6Terapi Obat Tn.J
Tanggal

11 12 13
No Cara Terapi frekuensi
februari februari februari
2019 2019 2019
1. Parentera IVFD NaCl Tidak STOP STOP STOP
l di alirkan
Transfusi PRC 500 cc/ Belum √ √
2 kantong dilakuk
an
2. Oral Callos 3x1 (P.O) √ √ √
Asam Folat 3X1 (P.O) √ √ √

Amlodipin 1x1 (P.O) √ √ √


51

Aspirin 3x1 (P.O) √ √ STOP

Jenis Diet
Jenis Diet pasien adalah makanan yang lunak atau biasa dan tidak boleh
makan makanan yang tinggi protein
52

Tabel 2.7 Analisa Data

ANALISA DATA

Nama Pasien : Tn. J Umur : 56 tahun


Ruangan : Melati No.MR : 696732

NO Data Senjang (Symptom) Penyebab Masalah


(Etiology) (Problem)
1. DS : Penurunan energi Pola nafas tidak
1) Pasien mengatakan sesak nafas efektif

DO :
1) Mengeluh sesak frekuensi nafas
27x/menit
2) Tidak ada penggunaan oto
bantu pernafasan
3) Fase ekspirasi memanjang
4) Pernafasan bradipnea
5) Ada pernafasan cuping hidung
6) Kulit tampak pucat
7) Konjungtiva anemis

2. DS : Agen pencedera Nyeri akut


1) Pasien mengatakan kepala fisiologis akibat
terasa pusing iskemik nyeri kepala
2) Pasien mengatakan nyeri kepala
seperti berputar-putar secara
tiba-tiba dan nyeri yang
dirasakan ± 15 menit.

DO :
1) Nyeri dikarenakan kurang tidur
nyeri terasa seperti berputar-
putar lokasi nyeri berada pada
kepala dengan skala 3 dan nyeri
yang dirasakan hilang timbul.
2) Pasien tampak meringis
3) Pasien tampak gelisah
4) Pasien tampak sulit tidur
TD : 140/80 mmHg
N : 95x/menit
3. DS : Penurunan Perfusi perifer
1) Pasien mengatakan lemas konsentrasi tidak efektif
hemoglobin
DO :
1) Pasien tampak pucat
2) Pasien tampak lemas
53

3) Akral teraba dingin


4) Turgor kulit menurun
5) Kapiler refil 4 detik
6) HB : 7,1 gr/dl
7) Pasien diindikasikan
transfusi 2 kantong darah
4. DS : ketidakseimbangan Intoleransi
1) Klien mengeluh lemas antara suplai aktivitas
2) Klien mengatakan saat oksigen kejaringan
beraktivitas ringan klien sering
merasa sesak dan mudah lelah

DO :
1) Klien terlihat lemas
2) Klien terlihat pucat
3) Aktivitas klien hanya terbaring
di tempat tidur dan dibantu oleh
keluarga
4) Dari pemeriksaan laboratorium
HB : 7,1 gr/dl
5) Saat ke kamar mandi nafas
terasa sesak Frekuensi
30x/menit
6) Saat beraktivitas nadi berdenyut
kencang 102x/menit
7) Aktivitas pasien terhambat
karena pasien mengalami sesak
nafas, badan terasa lemas
karena kekurangan HB
8) Kekuatan otot pasien pada skala
5
9) Pasien menggunakan oksigen
dan diindikasikan untuk
transfusi 2 kantong 500 cc
54

Tabel 2.8 Diagnosa Keperawatan

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn. J Umur : 56 tahun


Ruangan : Melati No.MR : 696732
NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGGAL PARAF TANGGAL PARAF
MUNCUL TERATASI

1 Pola napas tidak efektif 11Februari Dwi 13Februari Dwi


berhubungan dengan penurunan 2019 Gustin 2019 Gustin
energi

2 Nyeri akut berhubungan dengan 11Februari Dwi 13Februari Dwi


agen pencedera fisiologis akibat 2019 Gustin 2019 Gustin
iskemik

3 Perfusi perifer tidak efektif 11Februari Dwi 13Februari Dwi


2019 Gustin 2019 Gustin
berhubungan dengan

Penurunan konsentrasi

hemoglobin

4 Intoleransi aktivitas 11Februari Dwi 13Februari Dwi


berhubungan dengan 2019 Gustin 2019 Gustin
ketidakseimbangan antara suplai
oksigen ke jaringan
55

Tabel 2.9 Intervensi Keperawatan

INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. J Umur : 56 tahun
Ruangan : Melati No.Reg : 696732
Hari/Tanggal : Senin/ 11 Februari 2019

Nursing outcomes classification Nursing interventions classification


No Diagnosa Keperawatan Rasional
(NOC) (NIC)
1. Pola nafas tidak efektif Setelah diberikan intervensi keperawatan NIC : Manajemen Breathing
berhubungan dengan selama 4x24 jam, diharapkan pasien Aktivitas keperawatan
Penurunan energi mampu menunjukkan : 1. Monitor kecepatan, irama, 1. Mengantisipasi adanya distress
kedalaman dan kesulitan bernafas pernapasan
DS : NOC :Status Pernapasan : Ventilasi 2. Mengobservasi pergerakan dada, 2. Penggunaan otot aksesoris
1) Pasien mengatakan Ditingkatkan pada level 4 kesimetrisan, penggunaan otot-otot pernapasan menandakan kerja
sesak nafas bantu pernafasan dan retraksi otot paru yang sudah berat
DO : Keterangan level : supraclaviculas dan intercosta
1) Mengeluh sesak 1. Deviasi Berat 3. Posisikan klien semi fowler jika 3. Posisi semi fowler
frekuensi nafas 2. Deviasi Cukup Berat tidak ada kontraindikasi. memungkinkan pengembangan
27x/menit 3. Deviasi Sedang diafragma dan ekspansi dada
2) Tidak ada penggunaan 4. Deviasi Ringan yang adekuat.
oto bantu pernafasan 5.Tidak ada deviasi 4. Monitor pola nafas (misalnya 4. Peningkatan respirasi
3) Fase ekspirasi bradipneu, takipneu, hiperventilasi, menandakan bahwa kerja paru
memanjang Dengan Indikator : pernafasan kusmaul) sudah mulai berat
4) Pernafasan bradipnea 1. Tekanan darah sistol (4) 5. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru 5. Mengantisipasi adanya distress
5) Ada pernafasan cuping 2. Tekanan darah diastol (4) pernapasan
hidung 3. Tekanan nadi (4) 6. Auskultasi suara nafas, catat area 6. Indikasi edema paru sekunder
6) Kulit tampak pucat 4. Tekanan darah rata-rata (4) dimana terjadi penurunan atau tidak akibat dekompensasi cordis
7) Konjungtiva anemis 5. Tekanan vena sentral (4) adanya ventilasi dan keberadaan
6. Kekuatan nadi karotis kanan (4) suara nafas tambahan
7. Kekuatan nadi karotis kiri (4) 7. Monitor peningkatan kelelahan, 7. Kecemasan dapat menambah
8. Kekuatan nadi brakialis kanan (4) kecemasan dan kekurangan udara kesulitan dalam bernafas
9. Kekuatan nadi brakialis kiri (4) klien
10. Kekutan nadi radialis kanan (4) 8. Monitor keluhan sesak nafas klien, 8. Semakin berat kegiatan yang
11. Kekuatan nadi radialis kiri (4) termasuk kegiatan yang dilakukan semakin banyak
12. Saturasi oksigen (4) meningkatkan atau memperburuk memerlukan oksigen
13. Capillary refill (4) sesak nafas tersebut
56

9. Berikan bantuan terapi nafas jika 9. Mempertahankan ventilasi yang


diperlukan maksimal
2. Nyeri akut berhubungan Setelah diberikan intervensi keperawatan NIC : Manajemen Nyeri
dengan agen pencedera selama 4x24 jam, diharapkan pasien Aktivitas keperawatan
fisiologis akibat iskemik mampu menunjukkan : 1. Lakukan pengkajian nyeri secara 1. Mengidentifikasi karakteristik
NOC : Kontrol nyeri komprehensif termasuk lokasi, nyeri merupakan factor yang
DS : Ditingkatkan pada level 2 karakteristik, durasi, frekuensi, penting untuk menentukan
1) Pasien mengatakan kualitas,dan faktor presipitasi terapi yang cocok serta
kepala terasa pusing Keterangan level : mengevaluasi keefektifan dari
2) Pasien mengatakan 1 : Tidak pernah menunjukkan terapi.
nyeri kepala seperti 2 : Jarang menunjukkan 2. Observasi reaksi nonverbal dari 2. Mengetahui respon klien
berputar-putar secara 3 : Kadang-kadang menunjukkan ketidaknyamanan terhadap nyeri
tiba-tiba dan nyeri yang 4 : Sering menunjukkan 3. Gunakan teknik komunikasi 3. Komunikasi yang baik antar
dirasakan ± 15 menit. 5 : Secara konsisten menunjukkan terapeutik untuk mengetahui perawat dan klien dapat
DO : pengalaman nyeri pasien menciptakan rasa keperyaan
1) Nyeri dikarenakan Dengan Indikator : klien terhadap perawat dan
kurang tidur nyeri terasa 1. Mengenali kapan nyeri terjadi mempermudahkan dalam
seperti berputar-putar (2) melakukan penanganan nyeri
lokasi nyeri berada pada 2. Menggambarkan faktor penyebab klien
kepala dengan skala 3 (2) 4. Evaluasi pengalaman nyeri masa 4. Membantu dalam pemberian
dan nyeri yang 3. Menggunakan tindakan pencegahan lampau tindakan yang selanjutnya
dirasakan hilang timbul. (2) 5. Bantu klien dan keluarga untuk 5. Dukungan yang cukup dapat
2) Pasien tampak meringis 4. Menggunakan tindakan mencari dan menemukan dukungan menurunkan reaksi nyeri klien
3) Pasien tampak gelisah pengurangan nyeri tanpa analgesik 6. Kontrol lingkungan yang dapat 6. Lingkungan yang terlalu dingin
4) Pasien tampak sulit (2) mempengaruhi nyeri seperti suhu atau berisik dapat memperberat
tidur 5. Menggunakan analgesik yang ruangan, pencahayaan, dan nyeri klien
5) TD : 140/80 mmHg direkomendasikan (2) kebisingan
6) N : 95x/menit 6. Melaporkan perubahan terhadap 7. Kurangi faktor presipitasi nyeri 7. Dapat menurunkan tingkat
gejala nyeri pada profesional nyeri klien
kesehatan (2) 8. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk 8. Mengetahui perkembangan
7. Melaporkan gejala yang tidak menentukan intervensi nyeri dan menetukan intervensi
terkontrol pada profesional selanjutnya
kesehatan (2) 9. Ajarkan tentang teknik non 9. Menurunkan ketegangan otot,
8. Menggunakan sumber daya yang farmakologi sendi, dan melancarkan
tersedia (2) peredaran sehingga dapat
9. Mengenali apa yang terkait dengan mengurangi nyeri
gejala nyeri (2) 10. Berikan analgesik untuk 10. Analgesik berfungsi sebagai
10. Melaporkan nyeri yang terkontrol mengurangi nyeri (asam depresan sistem saraf pusat
(2) mefenamat) sehingga dapat mengurangi atau
57

menghilangkan nyeri
11. Tingkatkan istirahat 11. Istirahat yang cukup dapat
mengurangi nyeri
12. Berikan informasi tentang 12. Pasien tidak merasa takut dan
penyebab, berapa lama nyeri akan cemas sebab dari nyeri
berkurang 13. Mengetahui perubahan status
13. Monitor vital sign sebelum dan kesehatan setelah pemberian
sesudah pemberian analgesik obat
3. Perfusi perifer tidak efektif Setelah diberikan intervensi keperawatan NIC :Perawatan Sirkulasi : insufisiensi
berhubungan dengan selama 4x24 jam, diharapkan pasien arteri
penurunan konsentrasi mampu menunjukkan : Aktivitas keperawatan
hemoglobin NOC : status sirkulasi 1. Kaji warna kulit, suhu sianosis, nadi 1. Mengetahui derajat hipoksia
Ditingkatkan pada level 4 perifer dan diapforesis secara teratur dan peningkatan tahanan perifer
DS : 2. Anjurkan klien bagaimana cara 2. Meningkatkan atau
Keterangan level : meningkatkan aliran darah melancarkan aliran darah baik
1) Pasien mengatakan lemas
1 : Deviasi berat dari kisaran normal (posisikan kaki sedikit lebih tinggi sehingga tidak terjadi edema
2 : Deviasi yang cukup besar dari dari jantung pada saat beristirahat)
kisaran normal 3. Anjurkan klien menghindari 3. Kolestrol tinggi dapat
DO :
3 : Deviasi sedang dari kisaran normal makanan yang tinggi kolestrol mempercepat terjadinya
1) Pasien tampak pucat
4 : Deviasi ringan dari kisaran normal aterosklerosis
2) Pasien tampak lemas
5 : Tidak ada deviasi dari kisaran normal 4. Monitor vital sign 4. Perubahan TTV seperti
3) Akral teraba dingin
peningkatan RR dan penurunan
4) Turgor kulit menurun
Dengan Indikator : TD menandakan adanya
5) Kapiler refil > 3 detik
1. Pengisian kapiler jari (4) penurunan perfusi jaringan otak
6) HB : 7,1 gr/dl
2. Pengisian kapiler jari kaki (4) 5. Kaji untuk respon verbal melambat, 5. Dapat mengidentifikasi
7) Pasien diindikasikan 3. Suhu kulit ujung kaki dan tangan (4) mudah terangsang, agitasi, gangguan fungsi serebral
transfusi 2 kantong 4. Warna kulit normal (tidak merah, gangguan memori dan bingung karena hipoksia
darah pucat), sensasi raba normal (4) 6. Catat keluhan rasa dingin, 6. Vaso kontriksi (ke organ vital)
5. Turgor kulit baik (4) pertahankan suhu lingkungan dan menurunkan sirkulasi perifer.
6. Akral teraba hangat (4) tubuh hangat sesuai indikasi
7. TTV normal (4) 7. Lindungi tubuh terhadap perubahan 7. Melindungi kulit dari Kepekaan
suhu yang ekstim terhadap semua rangsangan
yang berlebihan
8. Instruksikan klien dengan keluarga 8. Pergerakan secara mendadak
menjaga posisi tubuh klienketika dapat menyebabkan penurunan
sedang mandi, duduk, berbaring suplai darah ke jaringan otak
atau merubahn posisi yang parah

9. Kaji faktor-faktor yang 9. Berkurangnya sel darah merah


58

menyebabkan penurunan sel darah dapat disebabkan oleh


merah kekurangan kofaktor untuk
eritropoesis
10. Pantau frekunsi jantung dan irama 10. Perubahan frekuensi dan irama
jantung menunjukan komlikasi
Perawatan Sirkulasi : Insufisiensi Vena disritmia
11. Ubah posisi pasien setidaknya 2 jam 11. Mengubah posisi pasien setiap
dengan tepat 2 jam untuk meningkatkan
sirkulasi darah menjadi normal
12. Dukung pasien untuk melakukan 12. Agar sirkulasi vena dan arteri
kegiatan olahraga walaupun pasien menjadi normal dan
tidak suka mempertahankan kemampuan
13. Kolaborasi dengan tim kesehatan mental pasien
pemberian antikoagulan 13. Memberikan obat aspirin agar
(pengenceran darah) sesuai indikasi tidak terjadi pembekuan darah
4. Intoleransiaktivitasberhubung Setelah diberikan intervensi keperawatan NIC : Manajemen energi
an dengan selama 4x24 jam, diharapkan pasien Aktivitas keperawatan
ketidakseimbangan antara mampu menunjukkan : 1. Observasi adanya pembatasan klien 1. Mengetahui adanya aktivitas
suplai oksigen kejaringan. NOC : Toleransi terhadap aktivitas dalam melakukan aktivitas yang memperparah keadaan
Ditingkatkan pada level4 2. Kaji kehilangan / gangguan 2. Menunjukan perubahan
DS : keseimbangan gaya berjalan dan neurologi karena anemia,
1) Klien mengeluh lemas Keterangan level : kelemahan otot mempengaruhi keamanan klien
2) Klien mengatakan saat 1 : Sangat terganggu / resiko cidera
beraktivitas ringan klien 2 : Banyak terganggu 3. Bantu klien untuk mengidentifikasi 3. Peningkatan aktivitas
sering merasa sesak dan 3 : Cukup terganggu aktivitas yang mampu dilakukan dilakuakan secara bertahap
mudah lelah 4 : Sedikit terganggu untuk menghindari serangan
5 : Tidak terganggu 4. Monitor tanda-tanda vital selama akut
DO : beraktivitas, catat respon terhadap 4. Manifestasi kardiopulmonal
- Klien terlihat lemas Dengan Kriteria Hasil : tingkat aktivitas (peningkatan dari upaya jantung dan paru
- Klien terlihat pucat 1. Saturasi oksigen ketika denyut jantung, TD, disritmia, untuk membawa jumlah
- Aktivitas klien hanya beraktivitas (4) pusing, dyspnea, takipnea dan lain- oksigen adekuat ke jaringan
terbaring di tempat tidur 2. Frekuensi nadi ketika beraktivitas (4) lain)
dan dibantu oleh keluarga 3. Frekuensi pernapasan ketika 5. Ubah posisi klien dengan perlahan 5. Hipotensi postural atau hipoksia
- Dari pemeriksaan beraktivitas (4) dan observasi pusing serebral dapat menyebabkan
laboratorium HB : 7,1 4. Kemudahan bernapas ketika pusing, berdenyut, dan
gr/dl beraktivitas (4) peningkatan resiko cidera
- Saat ke kamar mandi 5. Tekanan darah sistolik ketika
nafas terasa sesak beraktivitas (4)
59

Frekuensi 30x/menit 6. Tekanan darah diastolik ketika 6. Prioritaskan jadwal asuhan 6. Mempertahankan tingkat
- Saat beraktivitas nadi beraktivitas (4) keperawatan untuk meningkatkan energid an meningkatkan
berdenyut kencang 7. Warna kulit (4) istirahat. Pilih periode istirahat regangan pada sistem jantung
102x/menit dengan periode aktivitas dan pernapasan
- Aktivitas pasien terhambat
karena pasien mengalami 7. Berikan bantuan dalam 7. Mambantu bila perlu, harga diri
sesak nafas, badan terasa aktivitas/ambulasi bila perlu meningkat jika klien dapat
lemas karena kekurangan melakukan sesuatu sendiri
HB 8. Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi 8. Maningkatkan secara bertahap
- Kekuatan otot pasien pada aktivitas sampai normal dan
skala 5 memperbaiki tonus otot/
- Pasien menggunakan stamina tanpa kelemahan
oksigen dan diindikasikan 9. Anjurkan klien untuk menghentikan 9. Regangan/ stress
untuk transfusi 2 kantong aktivitas bila palpitasi, nyeri dada, kardiopulmonal berlebih dapat
500 cc napas pendek, kelemahan atau menimbulkan dekompensasi/
pusing terjadi kegagalan.
60

Tabel 3.1 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan Hari Ke-1

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


Nama Pasien : Tn. J Umur : 56 tahun
Ruangan : Melati No.Reg : 696732
Hari/Tanggal : Senin/ 11Februari 2019 Hari Perawatan Ke : 1

No Pengkajian Implementasi Evaluasi


Dx (SOAP) (Waktu dan Tindakan) Formatif (Respon Hasil) Sumatif (Respon Perkembangan)
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan 15.00-15.45 wib 19.30 Wib
denganpenurunan energi 1. Mengkaji kecepatan, irama, 1. Frekuensi nafas 27x/menit, irama
kedalaman dan kesulitan bernafas teratur dan frekuensi pernafasan Subjektif :
Subjektif : cepat. - Pasien mengatakan sesak sudah
- Pasien mengatakan sesak nafas 2. Mengkaji pergerakan dada, 2. Pergerakan dada pasien simetris mulai berkurang
kesimetrisan, penggunaan otot-otot kiri dan kanan, tidak - Pasien mengatakan masih sedikit
Objektif : bantu pernafasan menggunakan otot bantu gelisah
- Pasien mengeluh sesak frekuensi 3. Posisikan klien semi fowler jika 3. Pasien dalam posisi semi fowler
nafas 27x/menit tidak ada kontraindikasi. dan pasien mengatakan lebih Objektif :
- Pasien mengeluh sesak jika ingin merasa nyaman. - Sesak pasien sudah mulai
ke kamar mandi frekuensi 4. Mengkaji pola nafas 4. Pola nafas pasien bradipneu berkurang setelah di berikan
30x/menit Mengauskultasisuara nafas, catat oksigen nasal kanul 3 lpm
- Pernafasan bradipnea area dimana terjadi penurunan atau frekuensi nafas 24x/menit
- Ada pernafasan cuping hidung tidak adanya ventilasi dan - Pernafasan ipnea
keberadaan suara nafas tambahan - Tidak ada pernafasan cuping
Analisis : 5. Mengkaji keluhan sesak nafas klien, 5. Pasien mengatakan mudah merasa hidung
NOC : Status Pernapasan : Ventilasi termasuk kegiatan yang sesak nafas saat melakukan
berada pada level 3 (Deviasi Sedang) meningkatkan atau memperburuk aktivitas ringan, aktivitas sedang
Masalah belum teratasi sesak nafas tersebut maupun aktivitas berat. Analisis :
16.35-16.50 Wib NOC : Status Pernapasan :
Planning : 6. Memonitor oksigen pasien 6. Air humidifier masih banyak, Ventilasi masih berada pada level 3
NIC : Manajemen breathing (Humudifier, kecepatan dan saturasi kecepatan oksigen 3 ltr/mnt dan (Deviasi Sedang)
oksigen). saturasi oksigen 97%. Masalah pola nafas tidak efektif
belum teratasi dibuktikan dengan
19.00.19.20 Wib berada pada level 3 (Deviasi
7. Mengevaluasi Keefektifan dari 7. Pada saat dievaluasi sesak pasien Sedang)
tindakan pernapasan yang dirasakan berkurang frekuensi nafas 24
pasien x/menit
61

Planning :
Intervensi dilanjutkan
NIC : Manajemenbreathing
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen 15.00-15.45 Wib 19.35 wib
pencedera fisiologis akibat iskemik 1. Melakukan Pengkajian nyeri yang 1. Nyeri kepala sudah mulai sedikit Subjektif :
dirasakan sejak pasien diruang rawat berkurang nyeri yang dirasakan - Pasien mengatakan kepala
Subjektif : inap disebabkan oleh kurang tidur, terasa pusing
- Pasien mengatakan kepala terasa rasanya seperti berputar-putar - Pasien mengatakan nyeri kepala
pusing pada bagian kepaladengan skala 3 seperti berputar-putar secara
- Pasien mengatakan nyeri kepala dan nyeri hilang timbul tiba-tiba dan nyeri yang
seperti berputar-putar secara tiba- 2. Megukur vital sign pasien 2. TTV pasien : dirasakan ± 15 menit.
tiba dan nyeri yang dirasakan ± 15 - TD : 140/80 mmHg
menit. - N : 95x/menit Objektif :
- RR : 24x/menit - Nyeri dikarenakan kurang tidur
Objektif : - Suhu : 36,8 ºc nyeri terasa seperti berputar-
- Nyeri dikarenakan kurang tidur 3. Mengobservasi ekspresi pasien 3. Ekspresi pasien seperti menahan putar lokasi nyeri berada pada
nyeri terasa seperti berputar-putar rasa sakit kepala dengan skala 3 dan nyeri
lokasi nyeri berada pada kepala 4. Mengatur lingkungan yang dapat 4. Pecahayaan diruangan baik tidak yang dirasakan hilang timbul.
dengan skala 3 dan nyeri yang mempengaruhi nyeri seperti suhu terlalu silau, suhu ruangan 26, - Pasien tampak menahan rasa
dirasakan hilang timbul. ruangan, pencahayaan, dan lingkungan sekitar pasien tampak sakit
- Pasien tampak menahan rasa sakit kebisingan bersih dan rapi - TD : 140/80 mmHg
- TD : 140/80 mmHg 5. Mengajarkan penggunaan tehnik 5. Pasien dapat mengikuti instruksi N : 95x/menit
- N : 95x/menit nafas dalam untuk melakukan teknik nafas
dalam
Analisis : 6. Mengatur posisi pasien senyaman 6. Posisi yang membuat pasien
NOC : Kontrol nyeriberada pada level mungkin nyaman yaitu posisi semifowler
3 (Kadang-kadang menunjukkan) 7. Mengkaji pola dan waktu istirahat 7. Pasien mengatakan sulit untuk
Masalah belum teratasi tidur pasien tidur Analisis :
NOC : Kontrol nyeri masih berada
Planning : 16.35-16.50 Wib padalevel 3 (Kadang-kadang
NIC : Manajemen nyeri 8. Berkolaborasi dengan dokter dalam 8. Setelah dilakukan pemberian obat menunjukkan)
pemberian obat analgetik yaitu : analgetik dan antibiotik nyeri Masalah nyeri akut belum teratasi
- Amlodipin 1x1 (Oral) yang dirasakan pasien mulai
berkurang Planning :
19.00-19.20 Wib Lanjutkan intervensi
9. Mengevaluasi Keefektifan dari 9. Pada saat dievaluasi Nyeri NIC : Manajemen nyeri
tindakan pengontrolan nyeri yang berkurang dengan skala 3
dirasakan
62

3. Perfusi perifer tidak efektif 15.00-15.45 Wib 19.40 Wib


berhubungan dengan 1. Mengkaji warna kulit, nadi perifer 1. Warna kulit pasien masih tampak Subjektif :
penurunan konsentrasi dan diapforesis secara teratur pucat nadi 95x/menit dan pasien - Pasien mengatakan masih
hemoglobin. 2. Menganjurkan klien bagaimana cara berkeringat dingin terasa lemas
meningkatkan aliran darah 2. Pasien dapat mengerti cara
Subjektif : (posisikan kaki sedikit lebih tinggi meningkatkan aliran darah dengan Objektif :
- Pasien mengatakan lemas dari jantung pada saat beristirahat) memposisikan kaki sedikit lebih - Pasien tampak pucat
Objektif : tinggi dari jantung pada saat - Konjungtiva ananemis
- Pasien tampak pucat
3. Anjurkan klien menghindari beristirahat - Pasien tampak lemas
makanan yang tinggi protein
- Konjungtiva ananemis 3. Pasien brlum mengerti makanan - Akral teraba dingin
- Pasien tampak lemas 4. Mengukur vital sign apa saja yang mengandung tinggi - Kapiler refil > 3 detik
- Akral teraba dingin 5. Mengkaji keluhan rasa dingin, protein - HB : 7,1 gr/dl
- Kapiler refil > 3 detik pertahankan suhu lingkungan dan 4. TV pasien : - Pasiendiindikasikan transfusi 2
- HB : 7,1 gr/dl tubuh hangat sesuai indikasi - TD : 140/80 mmHg kantong darah
- Pasiendiindikasikan transfusi 2 6. Mengkaji faktor-faktor yang - N : 95x/menit
kantong darah menyebabkan penurunan sel darah - RR : 24x/menit
merah - Suhu : 36,8 ºc Analisis :
Analisis : 7. Menganjurkan pasien untuk 5. Pasien masih terasa dingin dan NOC : Status sirkulasi masih
NOC : Status sirkulasiberada pada melakukan aktivitas ringan pasien di berikan selimut yang berada pada level 3 (Deviasi sedang
level 3 (Deviasi sedang dari kisaran cukup tebal dari kisaran normal)
normal) 16.35-16.50 Wib 6. Pasien mengatakan penurunan sel Masalah perfusi perifer tidak efektif
Masalah belum teratasi 8. Berkolaborasi dengan dokter dalam darah merah disebabkan penyakit belum teratasi
pemberian obat antikoagulan yaitu : ginjal
Planning : - Aspirin 3x1 (Oral) 7. Pasien mengatakan sudah Planning :
NIC :Pengecekan kulit - Callos 3x1 (Oral) melakukan aktivitas yang ringan Lanjutkan NIC : Pengecekan kulit
8. Setelah dilakukan pemberian obat
koagulanlemas yang dirasakan
pasien mulai membaik
63

4. Intoleransiaktivitasberhubungan 15.00-15.45 Wib 19.40 Wib


dengan 1. Mengkaji adanya pembatasan klien 1. Pasien mengatakan lemas saat Subjektif :
ketidakseimbangan antara suplai dalam melakukan aktivitas beraktivitas - Klien mengeluh lemas
oksigen kejaringan 2. Mengkaji kehilangan / gangguan - Klien mengatakan saat
keseimbangan gaya berjalan dan 2. Pasien masih belum bisa turun beraktivitas ringan klien sering
Subjektif : kelemahan otot dari tempat tidur karena pasien merasa sesak dan mudah lelah
- Klien mengeluh lemas masih lemas
- Klien mengatakan saat beraktivitas 3. Membantu klien untuk Objektif :
ringan klien sering merasa sesak mengidentifikasi aktivitas yang 3. Pasien sudah bisa duduk sendiri - Klien terlihat lemas
dan mudah lelah mampu dilakukan tetapi kepala terasa berkunang- - Klien terlihat pucat
kunang jika lama duduk - Aktivitas klien hanya terbaring
di tempat tidur dan dibantu oleh
Objektif : 4. Mengukur tanda-tanda vital selama 4. Saat pasien sudah melakukan keluarga
- Klien terlihat lemas beraktivitas, catat respon terhadap aktivitas ke kamar mandi terjadi - Dari pemeriksaan laboratorium
- Klien terlihat pucat tingkat aktivitas (peningkatan denyut peningkatan denyut nadi menjadi HB : 7,1 gr/dl
- Aktivitas klien hanya terbaring di nadi, TD, pusing dan dyspnea) 102x/menit, TD :140/80 mmHg - Saat ke kamar mandi nafas
tempat tidur dan dibantu oleh pasien masih terasa pusing dan terasa sesak Frekuensi
keluarga pasien masih terasa sesak nafas 30x/menit
- Dari pemeriksaan laboratorium - Saat beraktivitas nadi berdenyut
HB : 7,1 gr/dl 5. Mengatur posisi klien dengan 5. Pasien nyaman dengan posisi kencang 102x/menit
- Saat ke kamar mandi nafas terasa perlahan dan observasi pusing semi fowler dan pusing agak - Aktivitas pasien terhambat
sesak Frekuensi 30x/menit sedikit berkurang karena pasien mengalami sesak
- Saat beraktivitas nadi berdenyut nafas, badan terasa lemas
kencang 102x/menit 6. Meningkatkan aktivitas sesuai 6. Pasien mengerti aktivitas apa karena kekurangan HB
- Aktivitas pasien terhambat karena toleransi yang harus pasien lakukan - Kekuatan otot pasien pada skala
pasien mengalami sesak nafas, 5
badan terasa lemas karena 7. Menganjurkan klien untuk 7. Pasien menghentikan aktivitas - Pasien menggunakan oksigen
kekurangan HB menghentikan aktivitas bila napas saat pasien merasa lemah dan dan diindikasikan untuk
- Kekuatan otot pasien pada skala 5 pendek, kelemahan atau pusing pusing transfusi 2 kantong 500 cc
- Pasien menggunakan oksigen dan terjadi
diindikasikan untuk transfusi 2
kantong 500 cc 16.35-16.50 Wib Analisis :
8. Memberikan obat analgesik yaitu : NOC : Toleransi terhadap aktivitas
Analisis : - Asam folat 3x1 (Oral) berada pada level 3 (Cukup
NOC : Toleransi terhadap aktivitas terganggu)
berada pada level 3 (Cukup Masalah intoleransi aktivitas belum
terganggu) teratasi
Masalah belum teratasi
64

Planning : Planning :
NIC :Manajemen energi Lanjutkan NIC : Manajemen energi
65

Tabel 3.1 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan Hari ke-2


IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Nama Pasien : Tn. J Umur : 56 tahun
Ruangan : Melati No.Reg : 696732
Hari/Tanggal : Selasa/ 12 Februari 2019 Hari Perawatan Ke : 2

No Pengkajian Implementasi Evaluasi


Dx (SOAP) (Waktu dan Tindakan) Formatif (Respon Hasil) Sumatif (Respon Perkembangan)
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan 09.00-09.30 Wib 11.00 Wib
dengan 1. Mengkaji kecepatan, irama, 1. Frekuensi nafas 22x/menit, irama
Penurunan suplai oksigen ke kedalaman dan kesulitan bernafas teratur dan frekuensi teratur. Subjektif :
jaringan. 2. Mengkaji pergerakan dada, 2. Pergerakan dada pasien simetris - Pasien mengatakan sesak sudah
kesimetrisan, penggunaan otot-otot kiri dan kanan, tidak berkurang
Subjektif : bantu pernafasan menggunakan otot bantu - Pasien mengatakan sudah bisa
- Pasien mengatakan sesak nafas 3. Memposisikanklien semi fowler 3. Pasien dalam posisi semi fowler tidur nyenyak
berkurang dan pasien mengatakan lebih
- Pasien mengatakansudah bisa merasa nyaman. Objektif :
tidur nyenyak 4. Mengkaji pola nafas 4. Pola nafas pasien ipnea - Sesak pasien sudah mulai
5. Mengauskultasi suara nafas, catat area 5. Suara nafas pasien vesikuler dan berkurang frekuensi nafas
Objektif : dimana terjadi penurunan atau tidak tidak ada suara tambahan. 22x/menit
- Frekuensi nafas 22x/menit adanya ventilasi dan keberadaan suara - Pernafasan ipnea
- Pernafasan ipnea nafas tambahan - Tidak ada pernafasan cuping
- Pasien terpasang oksigen nasal 6. Mengkaji keluhan sesak nafas klien, 6. Pasien mengatakan mudah merasa hidung
kanul 2 lpm termasuk kegiatan yang meningkatkan sesak nafas saat melakukan
- Tidak ada pernafasan cuping atau memperburuk sesak nafas aktivitas ringan, aktivitas sedang
hidung tersebut maupun aktivitas berat.
10.00-10.15 Wib
Analisis : 7. Memonitor oksigen pasien 7. Air humidifier masih banyak, Analisis :
Status Pernapasan : Ventilasi (Humudifier, kecepatan dan saturasi kecepatan oksigen 2 ltr/mnt dan Status Pernapasan : Ventilasipada
pada level 4 (Deviasi Ringan) oksigen). saturasi oksigen 99%. level 3 Status (Deviasi Ringan)

10.30-11.00 Wib Planning :


Planning : 8. Mengevaluasi Keefektifan dari 8. Pada saat dievaluasi sesak pasien Lanjutkan NIC manajemen
Lakukan NIC manajemen breathing tindakan pernapasan yang dirasakan berkurang frekuensi nafas 22 breathing
yang telah disusun pasien x/menit
66

2. Nyeri akut berhubungan dengan agen 09.00-09.30 Wib 12.15 Wib


pencedera fisiologis akibat iskemik 1. Melakukan Pengkajian nyeri yang 1. Nyeri kepala sudah mulai Subjektif :
dirasakan pada hari ke 2 berkurang berkurang nyeri yang Subjektif :
Subjektif : dirasakan disebabkan oleh kurang - Pasien mengatakan nyeri sudah
- Pasien mengatakan pusing tidur, rasanya seperti berputar- mulai berkurang
berkurang putar pada bagian kepala dengan
skala 2 dan nyeri hilang timbul Objektif :
Objektif : 2. Megukur vital sign pasien 2. TV pasien : - Nyeri berada pada level 3, nyeri
- Nyeri dikarenakan kurang tidur - TD : 120/80 mmHg sudah berkurang karena sudah di
nyeri terasa seperti berputar-putar - N : 87x/menit berikan obat Aspirin melalui oral
lokasi nyeri berada pada kepala - RR : 22x/menit - TD : 140/80 mmHg
dengan skala 2 dan nyeri yang - Suhu : 36,5 ºc N : 95x/menit
dirasakan hilang timbul. 3. Mengobservasi ekspresi pasien 3. Ekspresi pasien sudah bisa
- Pasien tampak tidak menahan rasa tersenyum
sakit lagi 4. Mengatur lingkungan yang dapat 4. Pecahayaan diruangan baik tidak
- TD : 120/80 mmHg mempengaruhi nyeri seperti suhu terlalu silau, suhu ruangan 26,
- N : 87x/menit ruangan, pencahayaan, dan lingkungan sekitar pasien tampak
kebisingan bersih dan rapi

Analisis : 5. Mengajarkan penggunaan tehnik 5. Pasien dapat mengikuti instruksi


Kontrol nyeriberada pada level 2 nafas dalam untuk melakukan teknik nafas
(Jarang menunjukkan) dalam Analisis :
6. Mengatur posisi pasien senyaman 6. Posisi yang membuat pasien lebih Kontrol nyeri berada pada level 2
Planning : mungkin nyaman yaitu posisi semifowler (Jarang menunjukkan)
Lakukan NIC manajemen nyeri yang 7. Pasien mengatakan sudah bisa
telah disusun 7. Mengkaji pola dan waktu istirahat tidur nyenyak Planning :
tidur pasien Lanjutkan NIC Manajemen nyeri

10.00-10.15 Wib
8. Memberikan obat analgetik yaitu : 8. Setelah dilakukan pemberian obat
- Amlodipin 1x1 (Oral) analgetik dan antibiotik nyeri
yang dirasakan pasien mulai
10.30-11.00 Wib berkurang
9. Mengevaluasi Keefektifan dari 9. Pada saat dievaluasi Nyeri
tindakan pengontrolan nyeri yang berkurang dengan skala 2
dirasakan
67

3. Perfusi perifer tidak efektif 09.00-09-30 Wib a. Wib


berhubungan dengan 1. Melakukan transfusi kepada pasien 1. Pasien mengatakan senang saat Subjektif :
penurunan konsentrasi 250 cc 1 kantong pertama HB 7,1 darah masuk - Pasien mengatakan masih
hemoglobin. gr/dl sedikit lemas
2. Mengkaji warna kulit, nadi perifer 2. Warna kulit pasien masih tampak
Subjektif : dan diapforesis secara teratur sedikit pucat nadi 87x/menit dan Objektif :
- Pasien mengatakan masih sedikit pasien berkeringat dingin - Pasien masih tampak pucat
lemas 3. Menganjurkan klien bagaimana cara 3. Pasien sudah mengerti cara - Konjungtiva anemis
meningkatkan aliran darah meningkatkan aliran darah dengan - Akral teraba hangat
Objektif : (posisikan kaki sedikit lebih tinggi memposisikan kaki sedikit lebih - Kapiler refil > 3 detik
- Pasien masih tampak pucat dari jantung pada saat beristirahat) tinggi dari jantung pada saat - HB : 7,1 gr/dl
- Konjungtiva anemis beristirahat - Transfusi pertama sudah
- Akral teraba hangat 4. Anjurkan klien menghindari 4. Pasien sudah mengerti makanan dilakukan dengan jumlah darah
- Kapiler refil > 3 detik makanan yang tinggi protein (seperti apa saja yg mengandung protein 250 cc 1 kantong
- HB : 7,1 gr/dl putih telur) tinggi Analisis :
- Pasiendiindikasikan transfusi 2 5. Mengukur vital sign 5. TV pasien : status sirkulasi berada pada level 4
kantong darah, 1 kantong 250 cc - TD : 120/80 mmHg (Deviasi ringan dari kisaran
masuk jam 09.00 Wib - N : 87x/menit normal)
Analisis : - RR : 22x/menit
status sirkulasiberada pada level - Suhu : 36,5 ºc Planning :
4(Deviasi ringan dari kisaran normal) 6. Mengkaji keluhan rasa dingin, 6. Pasien mengatakan pasien sudah Lanjutkan NICPengecekan kulit
pertahankan suhu lingkungan dan tidak kedinginan lagi
Planning : tubuh hangat sesuai indikasi
Lakukan NICPengecekan kulit yang 7. Mengkaji faktor-faktor yang 7. Pasien mengatakan penurunan sel
telah disusun menyebabkan penurunan sel darah darah merah disebabkan penyakit
merah ginjal
8. Menganjurkan pasien untuk 8. Pasien mengatakan sudah
melakukan aktivitas ringan melakukan aktivitas yang ringan

13.00-13.30 Wib
9. Berkolaborasi dengan dokter dalam 9. Setelah dilakukan pemberian obat
pemberian obat antikoagulan yaitu : antikoagulanlemas yang dirasakan
- Aspirin 3x1 (Oral) pasien mulai membaik
- Callos 3x1 (Oral)
68

4. Intoleransiaktivitasberhubungan 09.00-09.30 Wib 19.40 Wib


dengan 1. Mengkaji adanya pembatasan klien 1. Pasien mengatakan saat berjalan
ketidakseimbangan antara suplai dalam melakukan aktivitas ke kamar kamdi sudah bisa tetapi Subjektif :
oksigen kejaringan masih di pantau dengan keluarga - Klien mengeluh masih terasa
2. Mengkaji kehilangan / gangguan 2. Pasien masih sudah bisa turun agak lemas
Subjektif : keseimbangan gaya berjalan dan dari tempat tidur tetapi masih di - Klien mengatakan saat
- Klien mengeluh masih terasa agak kelemahan otot bantu oleh keluarga beraktivitas ringan sesak pasien
lemas sudah agak berkurang
- Klien mengatakan saat beraktivitas
ringan sesak pasien sudah agak 3. Membantu klien untuk 3. Pasien sudah bisa duduk sendiri Objektif :
berkurang mengidentifikasi aktivitas yang tetapi masih di pantau oleh - Klien terlihat masih lemas
mampu dilakukan keluarga - Klien terlihat agak pucat
Objektif : - Pasien terlihat masih agak sesak
- Klien terlihat masih lemas lemas 4. Mengukur tanda-tanda vital selama 4. Saat pasien sudah melakukan frekuensi 27x/menit
- Klien terlihat agak pucat beraktivitas, catat respon terhadap aktivitas ke kamar mandi nadi : - Saat beraktivitas nadi berdenyut
- Pasien terlihat masih agak sesak tingkat aktivitas (peningkatan 95x/menit, TD :120/80 mmHg 95x/menit
frekuensi 27x/menit denyut nadi, TD, pusing dan pasien masih terasa agak pusing - Aktivitas pasien kekamar mandi
- Saat beraktivitas nadi berdenyut dyspnea) dan pasien masih terasa agak sudah bisa tetapi masih dibantu
95x/menit lemas keluarga
- Aktivitas pasien kekamar mandi 5. Mengatur posisi klien dengan 5. Pasien nyaman dengan posisi - Kekuatan otot pasien pada skala
sudah bisa tetapi masih dibantu perlahan dan observasi pusing semi fowler dan pusing agak 5
keluarga sedikit berkurang - Transfusi pertama telah
- Kekuatan otot pasien pada skala 5 dilakukan dengan indikasi 1
- Transfusi pertama telah dilakukan 6. Mengobservasi klien untuk 6. Pasien berhenti aktivitas jika kantong 250 cc
dengan indikasi 1 kantong 250 cc menghentikan aktivitas bila napas pasien sudah merasakan
pendek, kelemahan atau pusing penglihatan berkunang-kunang,
terjadi dan kepala terasa pusing

13.00-13.30 Wib
7. Memberikan obat analgesik yaitu : 7. Setelah dilakukan pemberian obat
- Asam folat 3x1 (Oral) analgetik lemas yang dirasakan
pasien mulai membaik
69

Analisis : Analisis :
Toleransi terhadap aktivitas berada Toleransi terhadap aktivitas berada
pada level 4(Sedikit terganggu) pada level 4 (Sedikit terganggu)

Planning : Planning :
Lakukan NICManajemen energi yang LanjutkanNICManajemen energi
telah disusun
70

Tabel 3.2 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan Hari ke-3


IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Nama Pasien : Tn. J Umur : 56 tahun
Ruangan : Melati No.Reg : 696732
Hari/Tanggal : Rabu/ 13 Februari 2019 Hari Perawatan Ke : 3

No Pengkajian Implementasi Evaluasi


Dx (SOAP) (Waktu dan Tindakan) Formatif (Respon Hasil) Sumatif (Respon Perkembangan)
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan 06.30-07.00 Wib 13.30 Wib
dengan 1. Mengkaji kecepatan, irama, kedalaman 1. Frekuensi nafas 20x/menit, irama
Penurunan suplai oksigen ke dan kesulitan bernafas teratur, tidak ada kesulitan Subjektif :
jaringan. bernafas. - Pasien mengatakan sesak sudah
2. Mengkaji pergerakan dada, 2. Pergerakan dada pasien simetris tidak lagi
Subjektif : kesimetrisan, penggunaan otot-otot kiri dan kanan, tidak menggunakan - Pasien mengatakan tadi malam
- Pasien mengatakan sesak sudah bantu pernafasan otot bantu sudah bisa tidur nyenyak
tidak lagi 3. Menganjurkan pasien apabila terjadi 3. Pasien mengerti yang telah di
- Pasien mengatakan tadi malam sesak lagi lakukan posisi semi fowler ajarkan oleh perawat Objektif :
sudah bisa tidur nyenyak 4. Mengkaji pola nafas 4. Pola nafas pasien normal - Frekuensi nafas 20x/menit
5. Mengauskultasi suara nafas, catat area 5. Suara nafas pasien vesikuler dan - Pernafasan normal
Objektif : dimana terjadi penurunan atau tidak tidak ada suara tambahan. - Tidak ada pernafasan cuping
- Frekuensi nafas 20x/menit adanya ventilasi dan keberadaan suara hidung
- Pernafasan normal nafas tambahan
- Oksigen sudah di lepas 6. Mengkaji keluhan sesak nafas klien, 6. Pasien mengatakan mudah merasa
- Tidak ada pernafasan cuping termasuk kegiatan yang meningkatkan sesak nafas saat melakukan
hidung atau memperburuk sesak nafas tersebut aktivitas ringan, aktivitas sedang
maupun aktivitas berat.
Analisis : Analisis :
Status Pernapasan : Ventilasipada 07.30-07.35 Wib Status Pernapasan : Ventilasipada
level 5 Status (Tidak ada Deviasi) 7. Melepaskan oksigen pasien level 5Status (Tidak ada Deviasi)
7. Pasien tidak memakai oksigen
Planning : 09.00-09.30 Wib Planning :
Lakukan NIC manajemen breathing 8. Mengevaluasi Keefektifan dari Pasien dianjurkan pulang
yang telah disusun tindakan pernapasan yang dirasakan 8. Pada saat dievaluasi pasien tidak Lanjutkan NIC : Manajemen
pasien sesak lagi frekuensi nafas 20 breathing yangdiperlukan
x/menit dirumah
71

2. Nyeri akut berhubungan dengan agen 06.30-07.00 Wib 13.35 Wib


pencedera fisiologis akibat iskemik 1. Melakukan Pengkajian nyeri yang 1. Nyeri kepala sudah mulai
dirasakan pada hari ke 3 berkurang nyeri yang dirasakan Subjektif :
Subjektif : disebabkan oleh kurang tidur dan - Pasien mengatakan sudah
- Pasien mengatakan sudah tidak HB rendah, skala 1 tidak pusing lagi
pusing lagi 2. Megukur vital sign pasien 2. TTV pasien :
- TD : 120/60 mmHg Objektif :
- N : 80x/menit - Nyeri berada pada level 2,
Objektif : - RR : 20x/menit nyeri sudah berkurang karena
- Pasien tampak tidak pusing lagi - Suhu : 36,2 ºc sudah di berikan obat Aspirin
- Skala 1 3. Mengobservasi ekspresi pasien 3. Ekspresi pasien sudah bisa melalui oral
- Pasien tampak tidak menahan rasa tersenyum - Skala 1
sakit lagi 4. Mengatur lingkungan yang dapat 4. Pencahayaan diruangan baik tidak - Pasien tampak tidak menahan
- TD : 120/60 mmHg mempengaruhi nyeri seperti suhu terlalu silau, suhu ruangan 26, rasa sakit lagi
- N : 80x/menit ruangan, pencahayaan, dan lingkungan sekitar pasien tampak - TD : 120/60 mmHg
kebisingan bersih dan rapi N : 80x/menit
Analisis : 5. Mengajarkan penggunaan tehnik 5. Pasien dapat mengikuti instruksi
Kontrol nyeri berada pada level 2 nafas dalam jika terjadi nyeri untuk melakukan teknik nafas
(Jarang menunjukkan) dalam Analisis :
6. Mengatur posisi pasien senyaman 6. Posisi yang membuat pasien lebih Kontrol nyeri berada pada level
mungkin nyaman yaitu posisi semifowler 2 (Jarang menunjukkan)
7. Mengkaji pola dan waktu istirahat 7. Pasien mengatakanmalam tadi
Planning : tidur pasien sudah bisa tidur nyenyak
Lakukan NIC manajemen nyeri yang
telah disusun 09.00-09.30 Wib Planning :
8. Mengevaluasi Keefektifan dari 8. Pada saat dievaluasi Nyeri Pasien dianjurkan pulang
tindakan pengontrolan nyeri yang berkurang dengan skala 1 Lanjutkan NIC Manajemen nyeri
dirasakan yang diperlukan dirumah

3. Perfusi perifer tidak efektif 06.30-07.00 Wib 13.40 Wib


berhubungan dengan 1. Melakukan transfusi kepada pasien 1. Pasien mengatakan saat darah Subjektif :
penurunan konsentrasi 250 cc 1 kantong kedua HB 7,1 gr/dl sudah masuk 2 kantong badan - Pasien mengatakan masih
hemoglobin. terasa segar terasa sedikit lemas
2. Mengkaji warna kulit, nadi perifer 2. Warna kulit normal nadi 80x/menit
Subjektif : dan diapforesis secara teratur 3. Pasien sudah mengerti cara Objektif :
- Pasien mengatakan masih sedikit 3. Menganjurkan klien bagaimana cara meningkatkan aliran darah dengan - Pasien tidak tampak pucat
lemas meningkatkan aliran darah (posisikan memposisikan kaki sedikit lebih - Konjungtiva anemis
kaki sedikit lebih tinggi dari jantung tinggi dari jantung pada saat - Akral teraba hangat
72

Objektif : pada saat beristirahat) beristirahat - Kapiler refil < 3 detik


- Pasien tidak tampak pucat 4. Pasien sudah mengerti makanan - HB : 10,2 gr/dl
- Konjungtiva anemis 4. Menganjurkan klien menghindari apa saja yg mengandung protein - Transfusi kedua sudah
- Akral teraba hangat makanan yang tinggi protein (seperti tinggi dilakukan dengan jumlah
- Kapiler refil < 3 detik putih telur) 5. TTV pasien : darah 250 cc 1 kantong
- HB : 10,2 gr/dl 5. Mengukur vital sign - TD : 120/60 mmHg Analisis :
- Pasiendisudah melakukan transfusi - N : 80x/menit status sirkulasi berada pada level
2 kantong darah, 1 kantong ke dua - RR : 20x/menit 4 (Deviasi ringan dari kisaran
250 ccmasuk jam 06.30 Wib - Suhu : 36,2 ºc normal)
Analisis : 6. Pasien mengatakan pasien sudah
status sirkulasi berada pada level 4 6. Mengkaji keluhan rasa dingin, tidak kedinginan lagi Planning :
(Deviasi ringan dari kisaran normal) pertahankan suhu lingkungan dan Pasien dianjurkan pulang
tubuh hangat sesuai indikasi 7. Pasien mengatakan penurunan sel Lanjutkan NICPengecekan
Planning : 7. Mengkaji faktor-faktor yang darah merah disebabkan penyakit kulityang diperlukan dirumah
Lakukan NICPengecekan kulit yang menyebabkan penurunan sel darah ginjal
telah disusun merah 8. Pasien mengatakan sudah
8. Menganjurkan pasien untuk melakukan aktivitas yang ringan
melakukan aktivitas ringan

12.00-13.15 Wib 9. Setelah dilakukan pemberian obat


9. Memberikan obat antikoagulan yaitu antikoagulanlemas yang dirasakan
: pasien sudah lebih membaikdari
- Aspirin 3x1 (Oral) sebelumnya
- Callos 3x1 (Oral)

4. Intoleransiaktivitasberhubungan 06.30-07.00 Wib 19.40 Wib


dengan 1. Mengkaji adanya pembatasan klien 1. Pasien sudah bisa ke kamar mandi
ketidakseimbangan antara suplai dalam melakukan aktivitas dengan mandiri Subjektif :
oksigen kejaringan - Klien mengatakan tidak terasa
Subjektif : 2. Mengkaji kehilangan / gangguan 2. Pasien sudah bisa menjaga lemas lagi
- Klien mengatakan tidak terasa keseimbangan gaya berjalan dan keseimbangan saat aktivitas sendiri - Klien mengatakan saat
lemas lagi kelemahan otot 3. Saat pasien sudah melakukan beraktivitas ringan klien tidak
- Klien mengatakan saat beraktivitas 3. Mengukur tanda-tanda vital selama aktivitas nadi : 80x/menit, RR : merasa lemas pusing
ringan klien tidak merasa lemas beraktivitas, catat respon terhadap 20x/menit TD :120/80 mmHg berkurang dan tidak
pusing berkurang dan tidak tingkat aktivitas (peningkatan denyut pasien tampak tidak lemas, tampak mengalami sesak nafas lagi
mengalami sesak nafas lagi nadi, TD, pusing dan dyspnea) tidak sesak

Objektif : 4. Mengatur posisi klien dengan 4. Pasien sudah bisa melakukan posisi
- Klien tampak sudah bisa berjalan perlahan dan observasi pusing semi fowler jika terjadi lemas,
73

ke luar kamar sesak nafas dan terjadi pusing Objektif :


- Warna kulit klien terlihat merah - Klien tampak sudah bisa
- Klien tampak tidak pucat 5. Pasienberhenti jika terjadi berjalan ke luar kamar
- Pasien terlihat tidak sesak 5. Mengobservasi klien untuk kelemahan, sesak nafas dan terasa - Warna kulit klien terlihat
frekuensi 20x/menit dan sudah menghentikan aktivitas bila napas pusing merah
tidak memakai oksigen pendek, kelemahan atau pusing - Klien tampak tidak pucat
- Saat beraktivitas nadi berdenyut terjadi - Pasien terlihat tidak sesak
80x/menit frekuensi 20x/menit dan sudah
- Aktivitas pasien kekamar mandi 12.00-13.15 Wib 6. Setelah dilakukan pemberian obat tidak memakai oksigen
sudah bisa mandiri 6. Memberikan obat analgesik yaitu : analgetik lemas yang dirasakan - Saat beraktivitas nadi
- Kekuatan otot pasien pada skala 5 - Asam folat 3x1 (Oral) pasien sudah membaik berdenyut 80x/menit
- Transfusi kedua telah dilakukan - Aktivitas pasien kekamar
dengan indikasi 1 kantong 250 cc mandi sudah bisa mandiri
- Transfusi PRC selesai dilakukan - Kekuatan otot pasien pada
jumlah darah 2 kantong 500 cc skala 5
- Transfusi kedua telah
Analisis : dilakukan dengan indikasi 1
Toleransi terhadap aktivitas berada kantong 250 cc
pada level 4 (Sedikit terganggu) - Transfusi PRC selesai
dilakukan jumlah darah 2
kantong 500 cc
Planning :
Lakukan NICManajemen energi yang Analisis :
telah disusun Toleransi terhadap aktivitas
berada pada level 4 (Sedikit
terganggu)

Planning :
Pasien dianjurkan pulang
Lanjutkan NICManajemen energi
yang diperlukan dirumah
74

DISCHARGE PLANNING

1. Identitas Klien
Nama klien : Tn. J
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 56 tahun
Status perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku bangsa : Melayu
Pendidikan : S1
Bahasa yang digunakan : Bahasa Serawai
Pekerjaan : Guru (PNS)
Alamat : Jl. Merpati 17 Rawa Makmur Kota Bengkulu
2. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama

Klien datang ke Ruang Melati pada tanggal 11Febuari 2019 pukul 15. 00 WIB
dengan keluhan Sesak nafas.

b) Keluhan Saat Dikaji

Klien mengatakan Sesak nafas, badan terasa sangat lemas, kepala terasa pusing,
kaki dan tangan terasa dingin, penglihatan terasa berkung-kunang. Tekanan darah
140/80 mmHg, nadi 95 x/menit, pernafasan 27 x/menit dengan irama teratur, suhu
36,8ºC, berat badan klien 58 kg dan tinggi badan 165 cm.

3. Diagnosa Keperawatan
a) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan energi
b) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis akibat iskemik
c) Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan Penurunan konsentrasi
hemoglobin
d) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antarasuplai oksigen
(pengiriman)dan kebutuhanditandai dengan kelemahan
75

4. Satuan Acara Penyuluhan Kesehatan


a) Pokok bahasan
Anemia
b) Judul
Anemia Pada Gagal Ginjal Kronik (GGK)
c) Sasaran
Pasien Tn. J dan keluarga pasien yang berada di Ruang Melati RSUD Dr. M.
Yunus Bengkulu
d) Hari/tanggal
13 Febuari 2019
e) Waktu
± 20 menit
f) Sub pokok pembahasan
(1) Pengertian anemia
(2) Penyebab anemia
(3) Gejala anemia
(4) Akibat anemia
(5) Diet makanan penderita anemia
(6) Bagaimana lingkungan yang baik untuk penderita anemia
(7) Menejelaskan obat pulang pasien
(8) Kontrol ke layanan kesehatan
g) Tujuan Umum

Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan klien dan keluarga mengerti


tentang penyakit anemia

h) Tujuan Khusus
(1) Klien memahami pengertian dari anemia
(2) Klien mengetahui penyebab anemia
(3) Klien mengetahui gejala anemia
(4) Klien mengetahui akibat anemia
(5) Klien megerti makanan yang dapat menambah zat besi
(6) Klien mengerti lingkungan yang baik untuk penerita anemia
(7) Klien mengerti obat pulang yang diberikan
(8) Klien mengerti kapan harus kontrol ke poli penyakit dalam
76

i) Metode
Ceramah, Tanya jawab
j) Media
Leaflet (terlampir)
k) Kegiatan operasional
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Kien

1 2 menit Pembukaan (kontrak waktu) 1. Klien menjawab


1. Mengucapkan salam salam
2. Memperkenalkan diri 2. Medengarkan
3. Menjelaskan tujuan serta
memperhatikan
2 10 menit Ceramah atau penyampaian 1. Menjawab
materi kepada klien : pertanyaan
1. Pengertian anemia 2. Mendengarkan
2. Penyebab anemia serta
3. Gejala anemia memperhatikan
4. Akibat anemia
5. Diet makanan penderita
anemia
6. Bagaimana lingkungan
yang baik untuk penderita
anemia
7. Menjelaskan obat pulang
pasien

• Asam folat 3x1 (P.O)


• CaCo3 3x1 (P.O)
• Amlodipin 10mg 1x1
(P.O)
8. Kontrol ke layanan
kesehatan
9. Memberitahu klien dan
keluarga untuk kontrol ke
poli penyakit dalam pada
tanggal 18 Febuari 2019
saat jam kerja,
menganjurkan klien untuk
selalu memeriksakan ke
pelayanan kesehatan
seperti puskesmas dan
rumah sakit

3 5 menit Evaluasi 1. Klien


1. Memberikan kesempatan mengajukan
kepada klien untuk pertanyaan
bertanya dan menjawab 2. Klien
77

2. Memberikan pertanyaan memperhatikan


kepada klien dan
3. Mengucapkan salam mendengarkan
3. Klien menjawab
pertanyaan
4. Membalas
terimakasih
5. Menjawab salam
4 3 menit Penutup 1. Klien
1. Mengucapkan terimakasih mengucapkan
dan meminta maaf apabila terimakasih
ada kesalahan kembali
2. Mengucapkan salam 2. Klien menjawab
salam
BAB V
PEMBAHASAN

Pada Bab ini, akan dibahas mengenai kesenjangan yang penulis dapatkan
dari konsep teori dan kasus pada “Asuhan Keperawatan pada pasien Tn. J dengan
Anemia Pada Gagal Ginjal Kronik (GGK) di Ruang Melati RSUD Dr. M. Yunus
Bengkulu”. Pembahasan yang penulis lakukan meliputi pengkajian sesuai
masalah, diagnosa keperawatan berdasarkan masalah yang muncul, perencanaan
dan implementasi.
A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan pemikiran dasar dari proses
keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data
tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah,
menggali kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental,
sosial dan lingkungan (Potter & Perry, 2005)
Pada tahap pengkajian, penulis mengumpulkan data dengan metode
wawancara dengan keluarga dan pasien, observasi dan pemeriksaan fisik head
to toe terhadap pasien sehingga data dapat dikelompokkan ke dalam data
subjektif dan obyektif. Pengkajian yang dilakukan pada tanggal 11 februari
2019. Pada tahap pengkajian awal, data penting yang harus di temukan pada
pasien Anemia Pada Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah keluhan pasien
masuk rumah sakit karena keluhan sesak nafas, pucat, kelemahan, kelelahan
dan pusing (Doenges, 2002). Pada saat pengkajian di lihat dari keluhan
pasien datang kerumah sakit karena sesak nafas, badan terasa sangat lemas
dan kepala terasa pusing. Data ini sudah menunjukkan adanya gejala dari
Anemia Pada Gagal Ginjal Kronik (GGK).
Pada saat melakukan pemeriksaan selanjutnya di dapatkan tekanan
darah 140/80 mmHg, nadi 95x/menit, pernafasan 27x/menit, suhu 36,80c
pasien tampak sesak nafas, pasien tampak lemah, turgor kulit pucat, pasien
tampak menahan rasa sakit, terdapat kesesuaian dengan tinjauan teori sesak
nafas, kelemahan, rasa cepat lelah, turgor kulit tampak pucat, kepala terasa

78
79

pusing. Tn. J memiliki riwayat penyakit Anemia Pada Gagal Ginjal Kronik
(GGK). Tn. J tidak memiliki riwayat mengkonsumsi alkohol dan merokok.
Tn. J mengatakan tidak ada riwayat alergi makanan dan obat-obatan.
Keluarga Tn. J tidak ada memiliki riwayat penyakit Anemia Pada Gagal
Ginjal Kronik (GGK). Tanda dan gejala yang ditemukan pada kasus Tn. J
yaitu lemas, badan terasa lelah, kepala terasa pusing, kulit pucat, sesak nafas,
demam tidak terlalu tinggi dengan suhu 36,80c, terdapat kesesuaian pada teori
tanda dan gejala sirosis hepatis yaitu ekstremitas dingin, sesak nafas, badan
terasa lelah, lemas, kepala terasa pusing, kulit pucat.
Pemeriksaan penunjang pada pasien Sirosis Hepatis meliputi
pemeriksaan darah yang terdiri dari Urine, Kreatinin, Narium, Protein, Darah
(Smeltzer & Bare, 2001). Sedangkan pemeriksaan diagnostik meliputi
Radiologi, Ultrasono grafi ginjal, Biospy Ginjal, Endoskopi, EKG dan
Renogram (Smeltzer & Bare, 2002). Pada Tn. J pemeriksaan yang telah
dilakukan adalah pemeriksaan laboratorium yaitu TIBC, Fe Serum,
Hemoglobin, Gula Darah Sewaktu (GDS), Ureum, Kreatinin. Perbedaan
pemeriksaan penunjang di teori dan rumah sakit yaitu saat di teori di anjurkan
pemeriksaan urine, natrium sedangkan di rumah sakit tidak dilakukan
pemeriksaan urine dan natrium karena alat pemeriksaan sedang rusak.
Pemeriksaan diagnostik di rumah sakit tidak dilakukan sedangkan di teori ada
pemeriksaan diagnostik karena pasien dianjurkan pemeriksaan penunjang
saja.
Penatalaksanaan obat yang diberikan pada pasien Tn. J yaitu berupa
terapi Transfusi PRC dengan 500cc/2 kantong, Tn. J diberikan obat oral
berupa Callos 3x1, Asam Folat 3x1, Amlodipin 1x1 dan Aspirin 3x1.

B. Diagnosa keperawatan
Dalam kasus penulis mengangkat 4 diagnosa keperawatan yaitu Pola
nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan energi, Nyeri akut
berhubungan dengan agen pencedera fisiologi akibat iskemik, Perfusi perifer
tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin dan
80

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai


oksigen ke jaringan.
Sedangkan pada teoritis ada 4 diagnosa keperawatan sesuai dengan
tinjauan kasus pada Tn. J yaitu Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
penurunan energi, Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologi
akibat iskemik, Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan
konsentrasi hemoglobin dan Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai oksigen ke jaringan. Dalam kasus penulis
menegakkan 4 diagnosa keperawatan yang terdapat pada teori.

C. Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah rencana keperawatan yang akan
perawat rencanakan kepada klien sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan
sehingga kebutuhan klien dapat terpenuhi. Teori perencanaan keperawatan
dituliskan sesuai dengan rencana dan kriteria hasil (Wilkinson, 2011).
Berdasarkan rencana keperawatan yang penulis lakukan pada Tn. J
ada beberapa perencanaan yang tidak dilakukan sesuai dengan perencanaan
teoritis. Perencanaan diagnosa keperawatan yang pertama Pola nafas tidak
efektif berhubungan dengan penurunan energi adalah Manajemen Breathing
yang terdiri dari Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan
bernapas, catat pergerakan dada, kesimetrisan, penggunaan otot-otot bantu
pernafasan dan retraksi otot supraclaviculas dan intercosta, posisikan klien
semi fowler jika tidak ada kontraindikasi, monitor pola nafas (misalnya
bradipneu, takipneu, hiperventilasi, pernafasan kusmaul), auskultasi suara
nafas, catat area dimana terjadi penurunan atau tidak adanya ventilasi dan
keberadaan suara nafas tambahan, monitor peningkatan kelelahan, kecemasan
dan kekurangan udara klien, monitor keluhan sesak nafas klien, termasuk
kegiatan yang meningkatkan atau memperburuk sesak nafas tersebut, berikan
bantuan terapi nafas jika diperlukan, sedangkan perencanaan palpasi
kesimetrisan ekspansi paru tidak dilakukan karena pasien sedang tidur.
81

Perencanaan diagnosa yang kedua yaitu Nyeri akut berhubungan


dengan agen pencedera fisiologi akibat iskemik nyeri kepala adalah lakukan
pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,dan faktor presipitasi, observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan, gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien, bantu klien dan keluarga untuk mencari dan
menemukan dukungan, kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan, pencahayaan, dan kebisingan, kurangi faktor presipitasi
nyeri, ajarkan tentang teknik non farmakologi, berikan analgesik untuk
mengurangi nyeri, tingkatkan istirahat, berikan informasi tentang penyebab,
berapa lama nyeri akan berkurang, monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik dan evaluasi secara bertahap kenaikan level aktivitas
pasien, sedangkan perencanaan evaluasi pengalaman nyeri masa lampau, kaji
tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi tidak dilakukan karena
pasien belum bisa banyak menjawab pertanyaan karena sesak nafas.
Perencanaan diagnosa yang ketiga yaitu Perfusi perifer tidak efektif
berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin adalah pengecekkan
kulit yang terdiri dari Kaji warna kulit, suhu sianosis, nadi perifer dan
diapforesis secara teratur, anjurkan klien bagaimana cara meningkatkan aliran
darah (posisikan kaki sedikit lebih tinggi dari jantung pada saat beristirahat),
monitor vital sign, mudah terangsang, agitasi, gangguan memori dan bingung,
catat keluhan rasa dingin, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh hangat
sesuai indikasi, instruksikan klien dengan keluarga menjaga posisi tubuh
klien ketika sedang mandi, duduk, berbaring atau merubahn posisi dan kaji
faktor-faktor yang menyebabkan penurunan sel darah merah, sedangkan kaji
untuk respon verbal melambat, lindungi tubuh terhadap perubahan suhu yang
ekstim dan pantau frekuensi jantung dan irama tidak dilakukan karena penulis
lupa melakukan dan saat itu penulis sedang dipanggil perawat ruangan untuk
membantu melakukan EKG kepada pasien lain.
Perencanaan diagnosa yang keempat yaitu Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen ke jaringan
82

adalah Manajemen energi yang terdiri dari kaji kehilangan atau gangguan
keseimbangan, observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas,
berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan kurangi suara bising,
pertahankan tirah baring bila di indikasikan, anjurkan pasien istirahat bila
terjadi kelelahan dan kelemahan, anjurkan pasien melakukan aktivitas
semampunya (tanpa memaksakan diri), sedangkan gaya jalan dan kelemahan
otot tidak dilakukan karena pasien belum bisa berdiri dan berjalan karena
kepala terasa pusing.

D. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan mewujudkan pelaksanaan
tindakan dari perencanaan yang telah dibuat (Potter & Perry, 2010). Tahapan
ini dilakukan sesuai dengan rencana tindakan keperawatan yang telah
ditetapkan. Penulis melakukan pengkajian pada tanggal 11 februari 2019 dan
implementasi keperawatan pada tanggal 11 sampai 13 februari 2019 sesuai
dengan diagnosa yang telah ditegakkan. Pada kasus Tn. J terdapat 4 diagnosa
yang dapat teratasi yaitu Pola nafas tidak efektif dimana pada hari pengkajian
terdapat Frekuensi pernafasan Tn. J 27x/menit sudah mampu berkurang
menjadi 20x/menit dan ketika di periksa sesak nafas Tn. J sudah berkurang.
Diagnosa nyeri akut Tn. J pada saat hari pertama skala nyeri menjadi
4 dan setelah di periksa rasa nyeri yang dirasakan Tn. J sudah berkurang
dengan skala nyeri 1 dan ketika di anjurkan berdiri dan berjalan nyeri kepala
tidak merasakan pusing lagi.
Diagnosa perfusi perifer tidak efektif pada hari pertama pasien lemas
dan pada hari ketiga pasien tidak tampak lemas dan pasien tidak tampak
pucat, ketika diperiksaa kapiler refil kembali 2 detik.
Diagnosa intolerasi aktifitas pada hari pertama pasien tidak dapat
beraktivitas dan pada hari ketiga pasien mampu beraktifitas sendiri, sesering
kali pasien dibantu sama keluarga untuk melakukan aktifitas yang lain.
Faktor pendukung yang penulis temukan dalam pelaksanaan
keperawatan yaitu pasien yang kooperatif, kerjasama yang baik antar penulis
83

dengan perawat ruangan, data medis dari dokter serta partisipasi dari keluarga
pasien dalam pemberian asuhan keperawatan sehingga pelaksanaan
keperawatan dapat berjalan dengan lancar dan baik.
E. Evaluasi
Evaluasi adalah proses keperawatan mengukur respon klien terhadap
tindakan keperawatan dan kemajuan klien kearah pencapaian tujuan. Tahap
akhir yang bertujuan untuk mencapai kemampuan klien dan tujuan dengan
melihat perkembangan klien (Potter & Perry, 2005). Evaluasi yang digunakan
berbentuk S (Subjektif), O (Objektif), A (Analisa), P (Perencanaan terhadap
analisis).
Saat di evaluasi pada diagnosa Sesak napas perencanaan evaluasi
yang di harapkan berhasil tercapai pada tanggal 13 Februari 2019, hal ini
dibuktikan kalau pasien tidak sesak dan tidak memakai oksigen lagi, pasien
sudah bisa tidur dengan nyenyak, status Pernapasan : Ventilasi pada level 5
Status (Tidak ada Deviasi) dan tanda-tanda vital berada dalam batas normal,
tekanan darah : 120/60 mmHg frekuensi nadi : 80x/m frekuesi pernafasan : 20
x/m dan suhu tubuh pasien 36,5ºC.
Sedangkan pada diagnosa Nyeri akut telah mencapai tujuan pada
tanggal 13 Februari 2019 yang dibuktikan dengan nyeri berkurang dengan
skala 2, pasien sudah bisa tidur dengan nyenyak kontrol nyeri berada pada
level 2 (Jarang menunjukkan). Pada diagnosa perfusi perifer tidak efektif juga
telah mencapai tujuan dan kriteria hasil pada tanggal 13 Februari 2019 yang
di buktikan pada saat transfusi darah 2 kantong berjumlah 500 cc, keadaan
warna kulit sawo matang kembali seperti normal dan status sirkulasi berada
pada level 4 (Deviasi ringan dari kisaran normal). Dan pada diagnosa
intoleransi aktivitas juga telah mencapai tujuan dan kriteria hasil pada tanggal
13 Februari 2019 yang di buktikan dengan sudah bisa ke kamar mandi sendiri
tanpa di bantu keluarga dan toleransi terhadap aktivitas dengan level 4
(Sedikit terganggu).
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan menggunakan metode wawancara,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada saat melakukan
pengkajian yang di dapatkan dari hasil pemeriksaan pada pasien Tn. J
adalah Sesak nafas, badan terasa sangat lemas dan kepala terasa pusing.
Pemeriksaan penunjang di teori dan rumah sakit yaitu saat di teori
di anjurkan pemeriksaan urine, natrium sedangkan di rumah sakit tidak
dilakukan pemeriksaan urine dan natrium karena alat pemeriksaan sedang
rusak. Pemeriksaan diagnostik di rumah sakit tidak dilakukan sedangkan di
teori ada pemeriksaan diagnostik karena pasien dianjurkan pemeriksaan
penunjang saja.
2. Diagnosa keperawatan
Prioritas diagnosa keperawatan yang muncul saat dilakukan
pengkajian pada keluarga Tn. J adalah :
Penulis mengangkat semua diagnosa sesuai dengan injauan teori
dikarenakan data yang diperoleh menunjukkan adanya tanda-tanda yang
mendukung diagnosa yang muncul. Berdasarkan hal diatas tidak ada
diagnosa yang tidak di angkat yang terdapat dalam teori dan empat diagnosa
di dalam teori ditemukan di lapangan semua.
Diagnosa yang muncul pada kasus yaitu Pola nafas tidak efektif
berhubungan dengan penurunan energi, Nyeri akut berhubungan dengan
agen pencedera fisiologi akibat iskemik, Perfusi perifer tidak efektif
berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin dan Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen ke
jaringan.

84
85

3. Perencanaan keperawatan
Perencanaan yang baik harus disusun secara spesifik terukur dapat
di capai sehingga memudahkan dalam melaksanakan implementasi kepada
pasien. Perencanaan pada kasus ini ada bebrapa yang tidak penulis lakukan
sesuai dengan teori karena tidak sesuai dengan keadaan pasien dan kondisi
rumah sakit.
4. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan harus mengacu pada rencana yang
dilakukan sesuai dengan standar asuhan keperawatan secara berkualitas.
Implementasi keperawatan yang dilakukan sudah efektif dan sudah
dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Hal ini dikarenakan
adanya kerja sama yang baik antara perawat, pasien dan keluarga pasien.
5. Evaluasi keperawatan
Semua tujuan dari intervensi yang telah dibuat tercapai pada keempat
diagnosa yang telah ditegakkan karena didukung dengan keinginan pasien
untuk cepat sembuh dan karena pasien kooperatif selama dalam perawatan.

B. Saran
1. Bagi Pasien dan Keluarga
Pasien hendaknya harus mengenali sejak dini manifestasi dari
Anemia Pada Gagal Ginjal Kronik (GGK). Apabila terkena gejala Anemia
Pada Gagal Ginjal Kronik (GGK), segera memeriksakan ke pelayanan
kesehatan. Bagi keluarga, apabila ada anggota keluarga yang terkena
penyakit Anemia Pada Gagal Ginjal Kronik (GGK), segera membawa
mereka ke pelayanan kesehatan untuk mengurangi risiko terjadinya
komplikasi yang berkelanjutan. Saat di rumah sakit, keluarga juga harus
memperhatikan dan menjaga anggota yang sakit serta memberikan
dukungan motivasi dan moral bagi pasien untuk memiliki semangat cepat
sembuh.
86

2. Bagi Perawat
Perawat dapat berperan dalam memberikan Pendidikan kesehatan
kepada pasien dan keluarga dengan penyakit Anemia Pada Gagal Ginjal
Kronik (GGK) dan dituntut dalam bekerja sesuai dengan Standar
Operasional Prosedur pelaksanaan asuhan keperawatan. Jadi, bagi semua
perawat bekerjalah sesuai dengan tanggung jawab dan lakukanlah
implementasi keperawatan secara tepat sesuai dengan kebutuhan pasien
dengan penyakit Anemia Pada Gagal Ginjal Kronik (GGK).
3. Bagi Rumah Sakit
Rumah sakit diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan
dan memfasilitasi alat-alat penunjang di ruangan, sehingga perawat dapat
melakukan intervensi yang tepat untuk selanjutnya.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat memberikan kontribusi infromasi dan ilmu mengenai
penyakit Anemia Pada Gagal Ginjal Kronik (GGK) dan mahasiswa dapat
menerapkan ilmu tersebut untuk mencapai hasil yang maksimal bagi pasien
dengan Anemia Pada Gagal Ginjal Kronik (GGK). Selain dijadikan bahan
acuan dalam penarapan asuhan keperawatan langsung kepada pasien,
informasi dalam karya tulis ilmiah ini juga dapat menambah dan wawasan
untuk menunjang penulisan dan penyusunan karya tulis ilmiah.
DAFTAR PUSTAKA

Andra Saferi Wijaya. 2013, Keperawatan Medikal Bedah2. Vol. 2.Yogyakarta :


Nuhu Medika
Bakta, I Made, 2009. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta : EGC
Bambang.2006. Ilmu penyakit dalam. Jakarta : EGC
Bullcheck G, dkk.2008. Nursing Interventions Clarification (NIC). Fifth Edition.
Mosby : Lowa city.
Doenges, Mailyn E, dkk.2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi1. Jakarta :
EGC
Elsevier. 2013 NIC & NOC, Edisi Kelima
Handayani, W dan Haribowo, A.S 2006.“Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada
Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi”. Salemba medika : Jakarta.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2016 : http://www. BAB I endar. pdf.


Diakses Tanggal 22 Oktober 2018

Kuswari, Rukman 2012. Hematologi dan transfusi. Jakarta : Erlangga


Made Bakta.1999, Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif dkk. 2001. Kapita selekta kedokteran jilid 1. Jakarta : Media
Aesculapius Fakultas Universitas Indonesia

Moorhead S, dkk.2000. Nursing Outcames Clasification (NOC). Third Edition.


Mosby : Lowa city
Muttaqin, Arif 2012. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler dan hematologi .Jakarta : Salemba Medika

Morton and England. 2013 Keperawatan Medikal Bedah 2 Vol 2, Yogyakarta :


Nuhu Medika

Potter dan Perry.2010. Fundamental Keperawatan Buku 3. Edisi7. Jakarta :


Salemba Media

PPNI Harif Fadhiilah, Skp.2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia


(SDKI). Edisi 1

Price, S.Wilson, 2007. Patofisiologi Konsep Klinik Proses Penyakit. Edisi 6.


Penerbit buku kedokteran, Jakarta : EGC
RSMY Bengkulu. 2018 Medical Record dan Profil Data Ruang Melati RSUD
Dr.M.Yunus Kota Bengkulu.
Smelltzer, Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Brunner &
Suddart, Edisi 8, Vol 3. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Sylvia A.Price 2006, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 6,


Jakarta : EGC

WHO Anemia, (World Health Organization, Dalam Nona). 2013


WHO (Prevalence of Anemia in the world). 2014
Yessie Mariza Putri. 2013 Keperawatan Medikal Bedah 2 Vol 2,Yogyakarta :
Nuhu Medika
L
A
M
P
I
R
A
N
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Dwi Gustin Permata Sari

Tempat, Tanggal Lahir : Manna, 29 Agustus 1996

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pekerjaan : Mahasiswa

Nama Orang Tua

Ayah : Marlian (Alm)

Ibu : Susmi Herawati

Alamat Rumah : Jl. Trip Kastalani No.54 Rt. 08 Rw.03 Kel.Ketapang Besar
Kec.Pasar Manna Kab.Bengkulu Selatan

No.Telp : 089633966609

Judul Studi Kasus : Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Pada Pasien Anemia Pada
Gagal Ginjal Kronik (GGK) Di Ruangan Melati RSUD Dr. M.
Yunus Bengkulu

Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri 03 Bengkulu Selatan


2. SMP Negeri 04 Bengkulu Selatan
3. SMA Negeri 03 Bengkulu Selatan

Motto Hidup : Hidup Memang Hanya Sekali, Tetapi Jika Kamu Menjalaninya
dengan Baik, Hidup Sekali Saja Pun Sudah Lebih dari Cukup
Kegiatan 1 : Memasang Infus Tn. J Kegiatan 2 : Pengkajian dengan Tn. J

Kegiatan 3 : Monitor Vital Sign Tn. J Kegiatan 4 : Mengatur posisi Tn. J dengan posisi semi
fowler
Kegiatan 5 : Mengatur Oksigen nasal kanul 3 lpm Kegiatan 6 : Auskultasi paru ada suara nafas
tambahan atau tidak

Kegiatan 7 : Melakukan transfusi darah dengan Kegiatan 8 : Melakukan Pelepasan Infus pada Tn. J
Tn J

Kegiatan 9 : Memberikan penyuluhan melalui leaflet anemia kepada Tn. J

Anda mungkin juga menyukai