DISUSUN OLEH :
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan program Diploma III
Keperawatan pada Prodi DIII Keperawatan Bengkulu Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
i
ii
iii
Motto dan Persembahan
MOTTO
PERSEMBAHAN
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
nikmat sehat, ilmu dan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Dengan Anemia Pada Gagal Ginjal Kronik (GGK) Di ruangan Melati
RSUD Dr.M. Yunus Kota Bengkulu Tahun 2019”.
Penyusunan karya tulis Ilmiah ini penulis menyadari bahwa tanpa bantuan
dari berbagai pihak tentunya karya tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan.
Penulis banyak mendapatkan bantuan baik berupa informasi atau data maupun
dalam bentuk lainnya. Untuk itu penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih
kepada :
1. Bapak Darwis, S.Kp.,M.Kes, selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Bengkulu.
2. Bapak Dahrizal, S.Kp., MPH, selaku Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Bengkulu.
3. Ibu Ns. Mardiani, S.Kep., MM, selaku Ketua Prodi DIII Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
4. Ibu Ns. Husni, S.Kep., M.Pd, selaku Pembimbing yang telah meluangkan
waktu, tenaga dan fikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan
dengan penuh kesabaran kepada penulis dalam penyusunan karya tulis Ilmiah
ini.
5. Bapak Direktur RSUD Dr. M. Yunus Kota Bengkulu yang telah memberikan
izin penelitian di RSUD Dr. M. Yunus Kota Bengkulu.
6. Ibu Ns.Afrida Hayati, selaku Kepala Ruangan Melati RSUD Dr. M. Yunus
Kota Bengkulu yang telah memberikan izin untuk penelitian di Ruang Melati
dan Terima kasih kerja samanya di Ruang Melati.
7. Bapak/ibu Dosen dan staf Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes
Bengkulu yang telah membimbing dan memberikan motivasi selama di
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu.
8. Orang tuaku (Susmi Herawati) tersayang yang selaluku banggakan, saudaraku
(Della Aries Tantia) tercinta, serta adek bimbinganku di jurusan keperawatan
iv
poltekkes kemenkes bengkulu (M.Ikhwan, Genta, Delsa) yang senantiasa
memberikan motivasi, dukungan moral dan doa untuk keberhasilan peneliti
dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
9. Semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan dalam penyelesaian
karya tulis Ilmiah ini. Semoga bimbingan dan bantuan serta nasihat yang
telah diberikan akan menjadi amal baik oleh Allah SWT.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan karya tulis Ilmiah
ini masih banyak terdapat kekeliruan dan kekhilafan baik dari segi penulisan
maupun penyusunan dan metodelogi, oleh karena itu penulis mengharapkan saran
dan bimbingan dari berbagai pihak agar penulis dapat berkarya lebih baik dan
optimal lagi di masa yang akan datang.
Penulis berharap semoga karya tulis Ilmiah yang telah penulis susun ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak serta dapat membawa perubahan positif terutama
bagi penulis sendiri dan mahasiswa Prodi DIII Keperawatan Bengkulu lainnya.
Penulis
v
DAFTAR ISI
vi
8. Komplikasi ..........................................................................................19
9. Pemeriksaan Penunjang ......................................................................19
10. Penatalaksanaan ................................................................................21
C. KonsepAsuhanKeperawatanDengan Anemia
1. Pengkajian ........................................................................................23
2. Diagnosa Keperawatan .....................................................................28
3. Intervensi Keperawatan ....................................................................28
4. Implementasi Keperawatan ..............................................................34
5. Evaluasi Keperawatan ......................................................................34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan/Desain Penelitian .................................................................35
B. Subyek Penelitian ....................................................................................35
C. Batasan Istilah (Definisi Operasional) .....................................................35
D. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................................36
E. Prosedur Penelitian ..................................................................................36
F. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data .............................................36
G. Keabsahan Data .......................................................................................37
H. Analisis Data ...........................................................................................38
BAB IV TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian ...............................................................................................39
B. Analisa Data ............................................................................................52
C. Diagnosa Keperawatan ............................................................................54
D. Intervensi Keperawatan ...........................................................................55
E. Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan ...............................................60
F. Discharge Planning ..................................................................................74
BAB V PEMBAHASAN
A. Pengkajian ...............................................................................................78
B. Diagnosa Keperawatan ............................................................................83
vii
C. Intervensi Keperawatan ...........................................................................84
D. Implementasi ...........................................................................................86
E. Evaluasi ...................................................................................................87
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ..............................................................................................89
B. Saran ........................................................................................................90
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR BAGAN
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anemia merupakan masalah medis yang paling sering dijumpai di
klinik di seluruh dunia terutama di Negara berkembang. Anemia
merupakan suatu kondisi dimana terjadi penurunan jumlah sel darah merah
dan hemoglobin kurang dari 13g/dl untuk laki-laki dan 12g/dl untuk
perempuan (Price, 2006).
Anemia merupakan salah satu komplikasi gagal ginjal kronik (GGK)
yang penting karena memberikan kontribusi bermakna terhadap gejala dan
kompikasi kardiovaskular pada gagal ginjal kronik. Komplikasi ini dapat
mulai terjadi pada penurunan fungsi ginjal yang masih awal, namun
umumnya menjadi nyata bila laju filtrasi glomerular (LFG) semakin
menurun hingga <30ml/menit (Warianto, 2011).
Anemia disebabkan oleh kekurangan kofaktor untuk eritropoesis,
seperti asam folat, vitamin B12 danbesi. Produksi sel darah merah juga
dapat turun apabila sumsum tulang tertekan (oleh tumor atau obat) atau
rangsangan yang tidak memadai karena kekurangan eritropoetin, seperti
yang terjadi pada penyakit ginjal kronis. Peningkatan penghancuran sel
darah merah dapat terjadi akibat aktivitas sistem retikuloendotelial yang
berlebihan (missal hipersplenisme) atau akibat sumsum tulang yang
menghasilkan sel darah merah abnormal (Wijaya, 2013).
Menurut World Health Organisasion (WHO) pada tahun 2014 angka
kejadian anemia di negara-negara maju sekitar 9%, Negara berkembang
43%. Angka kejadian di Indonesia sebanyak 21,7% dengan penderita
anemia berumur 5-14 tahun sebesar 26,4% dan 18,4% penderita berumur
15-24 tahun sebesar 26,4% dan 18,4% penderita berumur 15-24 tahun.
Data survey di 12 provinsi pada tahun 2015 menunjukkan anemia yang
dirawat di rumah sakit sebanyak 3.251 kasus, jumlah ini meningkat drastic
1
2
jumlah anemia sebanyak 1.314 orang. Survei awal yang dilakukan pada
tanggal 18 Oktober 2018 di ruang bangsal Melati RSUD Dr. M.Yunus
Bengkulu dimana jumlah pasien anemia 6 bulan terakhir yaitu bulan
Januari sampai dengan bulan Oktober berjumlah 113 orang yang terdiri
dari pasien dengan anemia pada penyakit kronik sebanyak 78 orang,
anemia perdarahan sebanyak 17 orang, anemia hemolitik sebanyak 9
orang, anemia aplastik sebanyak 6 orang dan anemia defisiensi besi
sebanyak 3 orang (Profil data RSUD Dr. M.Yunus, 2018).
Tindakan keperawatan pada pasien dengan anemia di ruangan rawat
inap melati RSUD Dr.M.Yunus Bengkulu dilakukan dengan perawatan
yang kurang komprehensif, melainkan hanya dengan cara melakukan
perawatan untuk memulihkan kadar hemoglobin kerentang normal
sehingga tidak memperhatikan kebutuhan lainnya. Mengingat begitu
bahayanya dan semakin bertambahnya angka kejadian anemia ini setiap
tahunnya, maka dari itu penulis tertarik untuk membuat karya tulis ilmiah
yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Anemia Di
Ruang Melati RSUD Dr. M.Yunus Kota Bengkulu tahun 2018”.
B. Batasan Masalah
Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada asuhan keperawatan pada
pasien dewasa dengan Anemia Akibat Gagal Ginjal Kronik (GGK) yang
telah menjalani hemodialisa stadium level empat di ruang rawat inap
Melati RSUD Dr.M.Yunus Kota Bengkulu 2019. Asuhan keperawatan
dimulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan implementasi dan evaluasi
serta dokumentasi keperawatan.
4
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diperoleh gambaran tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada
pasien dengan Anemia Akibat Gagal Ginjal Kronik (GGK).
2. Tujuan Khusus
a. Diperoleh hasil pengkajian data, klasifikasi data dan analisa data
secara tepat pada pasien dengan Anemia Pada Gagal Ginjal Kronik
(GGK) di ruang rawat inap Melati RSUD Dr.M.Yunus Kota
Bengkulu 2019.
b. Dirumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan Anemia
Pada Gagal Ginjal Kronik di ruang rawat inap Melati RSUD
Dr.M.Yunus Kota Bengkulu 2019.
c. Dideskripsikan perencanaan keperawatan yang tepat dan sesuai
pada pasien dengan Anemia Pada Gagal Ginjal Kronik (GGK) di
ruang rawat inap Melati RSUD Dr.M.Yunus Kota Bengkulu 2019.
d. Digambarkan implementasi keperawatan pada pasien dengan
Anemia Pada Gagal Ginjal Kronik (GGK) di ruang rawat inap
Melati RSUD Dr.M.Yunus Kota Bengkulu 2019.
e. Dideskripsikan evaluasi keperawatan pada pasien dengan Anemia
Pada Gagal Ginjal Kronik (GGK) di ruang rawat inap Melati
RSUD Dr.M.Yunus Kota Bengkulu 2019.
f. Dideskripsikan hasil pemberian asuhan keperawatan pada pasien
dengan Anemia Pada Gagal Ginjal Kronik (GGK) di ruang rawat
inap Melati RSUD Dr.M.Yunus Kota Bengkulu 2019.
5
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa mampu menerapkan konsep pembelajaran teoritis kerana
apliktif dalam proses pemberian asuhan keperawatan pada pasien
dengan Anemia Akibat Gagal Ginjal Kronik (GGK).
2. Bagi Pelayanan Kesehatan / Rumah Sakit
Dapat memberikan informasi tentang penerapan asuhan keperawatan
pada pasien dengan Anemia Akibat Gagal Ginjal Kronik (GGK).
3. Bagi Akademik
Laporan studi kasus ini memberikan sumbangan kepada mahasiswa
keperawatan sebagai referensi untuk menambah wawasan dan bahan
masukan dalam kegiatan belajar mengajar yang berkaitan dengan
asuhan keperawatan dengan Anemia Akibat Gagal Ginjal Kronik
(GGK).
BAB II
TINJAUAN TEORI
6
7
Terdiri dari air dan protein darah yaitu albumin, globulin dan
fibrinogen. Cairan yang tidak mengandung unsur fibrinogen
disebut serum darah.
8
2. Fisiologi darah
Darah manusia adalah cairan jaringan tunuh. Fungsi utamanya
adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel diseluruh
tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi,
mengangkut zat-zat sisa metabolisme dan mengandung berbagai bahan
penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari
berbagai penyakit. Hormon-hormon dari sistem endokrin juga
disebarkan melalui darah.
Darah manusia berwarna merah, antara merah terang apabila kaya
oksigen sampai merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah
pada darah disebabkan oleh hemoglobin, protein pernapasan
(respiratory protein) yang mengandung besi dalam bentuk heme, yang
merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen. Manusia
memiliki sistem peredaran darah tertutup yang berarti darah mengalir
dalam pembuluh darah dan disirkulasikan oleh jantung. Darah
dipompa oleh jantung menuju paru-paru untuk melepaskan sisa
metabolisme berupa karbondioksida dan menyerap oksigen melalui
pembuluh darah aorta. Darah mengedarkan oksigen melalui pembuluh
darah pulmonalis, lalu dibawa lagi kejantung melalui vena pulmonalis.
Darah juga mengangkut bahan-bahan sisa metabolisme obat-obatan
dan behan kimia asing kehati untuk dibuang sebagai urine.
Komponen darah manusia terdiri dari 2 komponen yaitu :
1) Korpuskular adalah unsur padat darah yaitu sel-sel darah
eritrosit,leukosit dan trombosit.
a) Eritrosit (sel darah merah)
Sel ini berbentuk cakram bikonkav, tanpa inti sel,
berdiameter 7-8 mikrometer. Eritrosit mengandung hemoglobin
yang memberinya warna merah. Hemoglobin (Hb) adalah
protein kompleks terdiri atas protein, globin dan pigmen hem
(besi). Jadi besi penting untuk Hb. Besi ditimbun di jaringan
sebagai ferritin danhemosiderin. Eritrosit dibentuk di sumsum
9
2. Batasan/Kriteria Anemia
Anemia memiliki kelompok atau batasan-batasan tersendiri,
adapun batasan anemia sebagai berikut :
Tabel 2.1 Kriteria Anemia Menurut WHO (2013)
Kelompok Kriteria Anemia (Hb)
Laki-laki dewasa <13%
Wanita dewasa tidak hamil <12%
Wanita hamil <11%
(Dikutip dari hoffbrandAV, et al, 2007)
13
3. Etiologi
Berkurangnya sel darah merah dapat disebabkan oleh kekurangan
kofaktor untuk eritropoesis, seperti asam folat, vitamin B12, dan zat
besi.Produksi sel darah merah juga dapat turun apabila sumsum tulang
tertekan oleh tumor atau rangsangan yang tidak memadai karena
kekurangan eritropoetin, seperti yang terjadi pada penyakit ginjal
kronis.Peningkatan penghancuran sel darah merah terjadi akibat
aktivitas sistem retikuloendotelial yang berlebihan (misal
hiperplenisme) atau akibat sumsum tulang yang menghasilkan sel
darah merah abnormal (Kuswari, 2012).
Penyebab anemia pada gagal ginjal kronik terdiri dari :
Sebab primer :
a. Produk eritropoetin berkurang
b. Adanya faktor penghambatan eritropoetin
c. Hemolisis
Faktor-faktor pemberat :
a. Produk eritropoetin menurun oleh infeksi, malnutrisi dan
nefrektomi.
b. Hemolisis yang meningkat oleh obat-obatan, hipofosfatemia,
mikroangiopati, hipersplenisme dan hiperkupremia.
c. Defisensi besi dan asam folat.
14
d. Hiperparatiroidisme.
Anemia yang terjadi pada gagal ginjal kronik biasanya jenis
normokrom normositer dan non regeneratif.Masa hidup eritrosit
memendek, disebabkan oleh ekstrakorpuskular. Hal ini dibuktikan
dengan cara transfusi silang, kadar eritropoetin ginjal rendah.
(supandiman, 2012)
4. Klasifikasi
Anemia dapat diidentifikasikan menurut morfologi sel darah merah
serta indeks-indeksnya dan menurut etiologinya. Pada klasifikasi anemia
menurut morfologi sel darah merah dan indeks-indeksnya terbagi
menjadi :
5. Patofisiologi
Pasien gagal ginjal kronik biasanya mengalami anemia.Penyebab
utama adalah defisiensi produksi eritropoetin yang dapat
meningkatkan risiko kematian, uremia penghambat eritropoiesis,
pemendekkan umur eritrosit, gangguan homeostasis zat
besi.Antagonis eritropoetin yaitu sitokin proinflamasi bekerja dengan
menghambat sel-sel progenitor eritroid dan menghambat metabolism
besi.Resistensi eritropoetin disebabkan oleh peradangan maupun
neocytolysis.Beberapa mekanisme patofisiologi mendasari kondisi ini,
termasuk terbatasnya ketersediaan besi untuk eritropoiesis, gangguan
proliferasi eritroid, penurunan eritropoetin dan reseptor eritropoetin
dan terganggunya sinyal transduksi eritropoetin. Penyebab lain anemia
pada pasien gagal ginjal kronik adalah infeksi dan defisiensi besi
mutlak. Kehilangan darah adalah penyebab umum dari anemia pada
gagal ginjal kronik. Hemolisis, kekurangan vitamin B12 atau asam
folat, hiperparatiroidisme, hemoglobinopati dan keganasan, terapi
18
6. Manifestasi Klinis
Karena sistem organ dapat terkena, maka pada anemia dapat
menimbulkan manifestasi klinis yang luas tergantung pada kecepatan
timbulnya anemia, usia, mekanisme kompensasi, tingkat aktivitasnya,
keadaan penyakit yang mendasari dan beratnya anemia. Secara umum
gejala anemia menurut Bambang, (2006) adalah :
a. Hb menurun (<12g/dl), trombpsitosis/trombositopenia,
pansitopenia
b. Penurunan BB, kelemahan
c. Takikardia, TD menurun, pengisian kapiler lambat, ekstemitas
dingin, palpitasi, kulit pucat
19
. 7. Komplikasi
Menurut Bakta, 2009 komplikasi dari anemia adalah sebagai berikut :
1. Gagal jantung kongestif
2. Parestesia
3. Konfusi kanker
4. Penyakit ginjal
5. Gangguan pembentukan heme
6. Penyakit infeksi kuman
7. Thalasemia
8. Kelainan jantung
9. Rematoid
10. Meningitis
11. Gangguan sistem imun
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium :
1) Urin
a) Volume : Biasanya kurang dari 400ml/ jam (oliguria), atau
urine tidak ada (anuria).
20
b. Pemeriksaan radiologi
1) Ultrasono grafi ginjal digunkan untuk menentukan ukuran ginjal
dan adanya masa, kista, obstruksi pada saluran perkemihan
bagian atas.
2) Biopsy ginjal dilakukan secara endoskopi untuk menentukan sel
jaringan untuk diagnosis histologis.
3) Endoskopi ginjal dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal.
4) EKG mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan
elektrolit dan asam basa.
5) Renogram untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari
gangguan (vascular, parenkim,eksresi) serta sisa fungsi ginjal.
9. Penatalaksanaan
Hal yang dilakukan jika diketahui mengalami anemia diantaranya
sebagai berikut :
1. Penilaian faktor penyebab atau pemberat anemia
Dengan melihat faktor penyebab maka anemia dapat ditangani
dengan tepat.
2. Koreksi anemia
a) Asam folat
Jika terjadi defisiensi perlu segera diterapi dengan suplemen asam
folat karena penting untuk pembentukkan asam nukleat, protein,
asam amino, purin, timin, DNA dan RNA (Ineck, 2008). Selain
itu berkaitan dengan peningkatan profilerasi eritroid dan
suplemen yang memadai untuk menunjang efek optimal dari
eritropoietin (Bamgbola, 2011).
b) Vitamin B12
Merupakan substrat utama pembentukkan sel darah merah.
Vitamin B12 merupakan nutrisi hematopoetik. Jika jumlahnya
sedikit dapat membatasi efikasi eritropoiesis atau proses
pembentukkan sel darah merah (Bamgbola, 2011).
22
c) Eritropoetin
1) Inisiasi terapi ESA
untuk pasien yang memungkinkan keuntungan kualitas hidup
dan fungsi fisik jika dilakukan terapi ini. Selain itu terlebih
dahulu mempertimbangkan kelayakan ESA jika terdapat
komorbid atau perkembangan kearah negatif. Dapat dicoba
jika belum jelas keuntungannya. Usia sendiri bukan merupakan
faktor penentu terapi anemia karena GGK (Hislop, 2011).
2) Penyesuaian dosis ESA
Untuk menjaga kadar Hb pada rentang 10-13g/dl pada dewasa
atau 9,5-11,5g/dl pada anak usia <2 tahun. Untuk menjaga
kecepatan peningkatan Hb antara 1-2g/dl tiap bulan.
Penyesuaian ini dilakukan jika Hb >11,5g/dl atau dibawah
10,5g/dl (Hyslop, 2011).
d) terapi zat besi
Zat besi dibutuhkan untuk produksi sel darah merah baru. Zat besi
harus disuplai menuju jaringan eritropoetik dalam jumlah cukup
(Mikhail, 2012). Menurut Hyslop, (2011), dalam melakukan
terapi anemia pada gagal ginjal kronik dibutuhkan terapi zat besi,
hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
a) Mengoptimalkan status zat besi
Bisa dilakukan sebelum atau ketika memulai terapi ESA.
Dapat juga dilakukan sebelum memutuskan menggunakan
ESA pasa pasien non dialisis.
b) Koreksi zat besi yang harus dijaga
Antara lain serum feritin >200µg/L, TSAT 20% (kecuali jika
feritin >800µg/L), HRC <60% (kecuali jika feritin
>800µg/L). Dilakukan tinjauan dosis zat besi ketika serum
feritin mencapai 500µg/L (sebaiknya di ats 800µg/L).
23
Penatalaksanaa Keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan pada anemia menurut Brunner dan
Suddarth, (2016), meliputi :
1) Bantu pasien untuk memprioritaskan aktivitas dan
menyeimbangkan antara aktivitas dan istirahat.
2) Mempertahankan nutrisi yang adekuat.
3) Mempertahankan perfusi yang adekuat.
4) Pantau tanda-tanda vital dan hasil pemeriksaan oksimeter denyut
nadi secara ketat, dan sesuaikan atau tunda medikasi sesuai
indikasi.
5) Berikan tambahan oksigen, transfusi, dan cairan IV sesuai
program.
f. Riwayat psikososial
Meliputi mekanisme koping yang digunakan klien untuk mengatasi
masalah dan bagaimana motivasi kesembuhan dan cara klien
menerima keadaanya. Pada pengkajian psikososial akan didapatkan
peningkatan kecemasan, serta perlunya pemenuhan informasi,
intervensi keperawatan dan pengobatan.
g. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Keadaan tampak lemah sampai sakit berat.Ini umumnya
diakibatkan oleh berkurangnya volume darah, berkurangnya
hemoglobin, dan vasokonsrtiksi untuk memperbesar
pengiriman oksigen ke organ-organ vital.
2. Kesadaran
Compos mentis, kooperatif, sampai terjadi penurunan tingkat
kesadaran : apatis, samnolen, spoor, koma.
3. Tanda-tanda vital
TD : TD menurun (N : 90-110/60-7-mmHg)
Frekuensi nadi meningkat, kuat sampai lemah (N : 60-
100x/menit)
Suhu bisa meningkat atau menurun (N : 36,5-37,2°C)
Pernafasan meningkat
4. System to system assesme
a) Sistem kardiovaskular
Tanda dan gejala : hipertensi, hipotensi, pitting edema
(kaki, tangan,edema periorbital) pembesaran vena jugularis.
b) Sistem integument
Tanda dan gejala : warna kulit pucat, kulit kering bersisik,
pruritus, echimosis, kulit tipis dan rapuh, rambut tipis dan
kasar, turgor kulit buruk.
26
c) Sistem pulmoner
Tanda dan gejala : sputum kental, nafas dangkal, gangguan
pernapasan, sesak napas.
d) Sistem gastrointestinal
Tanda dan gejala : anoreksia, mual, muntah, perdarahan
dari gasstrointestinal track (GIT).
e) Sistem neurologi
Tanda dan gejala : kelemahan dan keletihan, malaise.
f) Sistem musculoskletal
Tanda dan gejala : kram otot, kekuatan otot hilang.
g) Sistem urinaria
Tanda dan gejala : oliguria, proteinuria, hematuria, anuria,
abdomen kembung, hipokalsemia.
(Sumber :Doengoes, 1999)
27
28
2. Diagnosa Keperawatan
Setelah data terkumpul, langkah berikutnya adalah menganalisa
data sehingga diperoleh diagnosa keperawatan. Terjadi masalah
kesehatan (pada seseorang, kelompok, keluarga) yang dapat ditangani
perawat untuk menentukan tindakan perawat untuk menanggulangi
atau mengurangi masalah tersebut. Menurut Brunner dan Suddarth,
(2016) diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan, yaitu :
1. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan
konsentrasi hemoglobin.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan energi.
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis akibat
iskemik.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen.
3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah rencana keperawatan yang akan
penulis rencanakan kepada klien sesuai dengan diagnosa yang
ditegakkan sehingga kebutuhan klien dapat terpenuhi. Dalam teori ini
perencanaan keperawatan ditulis dengan rencana dan kriteria hasil
berdasarkan Nursing Intervension Clasification (NIC) dan Nursing
Outcome Clasification (NOC) (Glora, 2013).
29
Nursing outcomes
No Diagnosa Keperawatan Nursing interventions classification (Nic) Rasional
classification (Noc)
1. Perfusi perifer tidak efektif Setelah diberikan intervensi NIC :Perawatan Sirkulasi : insufisiensi arteri
berhubungan dengan keperawatan selama ....x24 jam, Aktivitas keperawatan
penurunan konsentrasi diharapkan pasien mampu 1. Kaji warna kulit, suhu sianosis, nadi 1. Mengetahui derajat hipoksia dan
hemoglobin. menunjukkan : perifer dan diapforesis secara teratur peningkatan tahanan perifer
NOC : status sirkulasi 2. Anjurkan klien bagaimana cara 2. Meningkatkan atau melancarkan
DS : Dipertahankanpadalevel.... meningkatkan aliran darah (posisikan aliran darah baik sehingga tidak
Nyeri ekstremitas Ditingkatkanpadalevel.... kaki sedikit lebih tinggi dari jantung terjadi edema
(klaudikasi intermiten). pada saat beristirahat)
Keterangan level : 3. Anjurkan klien menghindari makanan 3. Kolestrol tinggi dapat
DO : 1 : Deviasi berat dari kisaran yang tinggi kolestrol mempercepat terjadinya
Pengisian kapiler >3 detik, normal aterosklerosis
nadi perifer menurun atau 2 : Deviasi yang cukup besar 4. Monitor vital sign 4. Perubahan TTV seperti
tidak tersedia, akral teraba dari kisaran normal peningkatan RR dan penurunan
dingin, warna kulit pucat, 3 : Deviasi sedang dari kisaran TD menandakan adanya
turgor kulit menurun, edema, normal penurunan perfusi jaringan otak
penyembuhan luka lambat, 4 : Deviasi ringan dari kisaran 5. Kaji untuk respon verbal melambat, 5. Dapat mengidentifikasi gangguan
indeks ankle-brachial <0,90, normal mudah terangsang, agitasi, gangguan fungsi serebral karena hipoksia
bruit femoral. 5 : Tidak ada deviasi dari memori dan bingung
kisaran normal 6. Catat keluhan rasa dingin, pertahankan 6. Vasokontriksi (ke organ vital)
suhu lingkungan dan tubuh hangat sesuai menurunkan sirkulasi perifer.
Dengan Kriteria Hasil : indikasi
1. Pengisian kapiler jari 7. Lindungi tubuh terhadap perubahan suhu 7. Melindungi kulit dari kepekaan
1/2/3/4/5 yang ekstim terhadap semua rangsangan yang
2. Pengisian kapiler jari kaki 8. Instruksikan klien dengan keluarga berlebihan
1/2/3/4/5 menjaga posisi tubuh klienketika sedang 8. Pergerakan secara mendadak
3. Suhu kulit ujung kaki dan mandi, duduk, berbaring atau merubah dapat menyebabkan penurunan
tangan 1/2/3/4/5 posisi suplai darah ke jaringan otak yang
4. Warna kulit normal (tidak parah
merah, pucat), sensasi raba 9. Kaji faktor-faktor yang menyebabkan 9. Berkurangnya sel darah merah
normal 1/2/3/4/5 penurunan sel darah merah dapat disebabkan oleh kekurangan
5. Turgor kulit baik 1/2/3/4/5 kofaktor untuk eritropoesis
6. Akral teraba hangat 10. Pantau frekunsi jantung dan irama 10. Perubahan frekuensi dan irama
1/2/3/4/5 jantung menunjukan komplikasi
30
Pola nafas tidak efektif Setelah diberikan intervensi NIC : Manajemen Breathing
2. berhubungan dengan keperawatan selama ....x24 jam, Aktivitas keperawatan
penurunan energi diharapkan pasien mampu 1. Monitor kecepatan, irama, kedalaman 1. Mengantisipasi adanya distress
menunjukkan : dan kesulitan bernafas pernapasan
2. Catat pergerakan dada, kesimetrisan, 2. Penggunaan otot aksesoris
DS : NOC : status sirkulasi penggunaan otot-otot bantu pernafasan pernapasan menandakan kerja
Dispnea, ortopnea. Dipertahankanpadalevel.... dan retraksi otot supraclaviculas dan paru yang sudah berat
Ditingkatkan pada level.... intercosta
DO : 3. Monitor suara nafas tambahan seperti 3. Beberapa derajat spasme bronkus
Penggunaan otot bantu Keterangan level : ngorok atau mengi terjadi dengan obstruksi jalan
pernafasan, fase ekspirasi 1 : Deviasi berat dari kisaran nafas
memanjang, pola napas normal 4. Monitor pola nafas (misalnya bradipneu, 4. Peningkatan respirasi menandakan
abnormal (misalnya, takipnea, 2 : Deviasi cukup berat dari takipneu, hiperventilasi, pernafasan bahwa kerja paru sudah mulai
bradipnea, hiperventilasi, kisaran normal kusmaul) berat
kussmaul, cheyne-stroke, 3 : Deviasi sedang dari 5. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru 5. Mengantisipasi adanya distress
pernapasan pursed-lip, kisaran normal pernapasan
pernapasan cuping hidung, 4 : Deviasi ringan dari 6. Auskultasi suara nafas, catat area dimana 6. Indikasi edema paru sekunder
diameter thoraks anterior- kisaran normal terjadi penurunan atau tidak adanya akibat dekompensasi kordis
posterior meningkat, ventilasi 5 : Tidak ada deviasi dari ventilasi dan keberadaan suara nafas
semenit menurun, kapasitas kisaran normal tambahan
vital menurun, tekanan 7. Monitor peningkatan kelelahan, 7. Kecemasan dapat menambah
ekspirasi menurun, tekanan Dengan Kriteria Hasil : kecemasan dan kekurangan udara klien kesulitan dalam bernafas
inspirasi menurun, ekskursi 1. Tekanan darah sistol 8. Monitor keluhan sesak nafas klien, 8. Semakin berat kegiatan yang
dada berubah. 1/2/3/4/5 termasuk kegiatan yang meningkatkan dilakukan semakin banyak
31
2. Tekanan darah diastol atau memperburuk sesak nafas tersebut memerlukan oksigen
1/2/3/4/5
3. Tekanan nadi 1/2/3/4/5 9. Berikan bantuan terapi nafas jika 9. Mempertahankan ventilasi yang
4. Tekanan darah rata-rata diperlukan maksimal
1/2/3/4/5
5. Tekanan vena sentral
1/2/3/4/5
6. Kekuatan nadi karotis
kanan 1/2/3/4/5
7. Kekuatan nadi karotis
kiri 1/2/3/4/5
8. Kekuatan nadi brakialis
kanan 1/2/3/4/5
9. Kekuatan nadi brakialis
kiri 1/2/3/4/5
10. Kekutan nadi radialis
kanan 1/2/3/4/5
11. Kekuatan nadi radialis
kiri 1/2/3/4/5
12. Saturasi oksigen
1/2/3/4/5
13. Capillary refill 1/2/3/4/5
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah fase tindakan pada proses keperawatan.
Tindakan tersebut dapat dilakukan dengan dua cara yaitu, aktivitas
mandiri yang merupakan aktivitas saat perawat menentukan
keputusannya sendiri, serta aktivitas kolaboratif yang merupakan
aktivitas-aktivitas yang telah diprogramkan oleh dokter serta
dilaksanakan oleh perawat, contohnya pemberian obat (Potter, 2006).
Implementasi merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang spesifik.Tujuan dari pelaksanaan adalah
membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang
mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan, penyakit, pemulihan
kesehatan dan memfasilitasi koping.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah aspek penting proses keperawatan
karena kesimpulan yang ditarik dari evaluasi menentukan apakah
intervensi keperawatan harus diakhiri dan dilanjutkan, atau di ubah
(Kozier, 2011). Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi
proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa
keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil
ducapai berdasarkan tujuan yang telah dibuat dalam perencanaan
keperawatan (Potter, 2006). Evaluasi keperawatan terdiri dari :
a. S : Ungkapan perasaan dan keluhan yang dikeluhkan secara
subjektif oleh keluarga maupun pasien setelah di beri
tindakan keperawatan.
b. O : Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat
menggunakan pengamatan yang objektif.
c. A : Analisa perawat setelah mengetahui respon pasien secara
objektif dan subjektif.
d. P: Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisa
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan/Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dalam bentuk studi kasus
untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan klien dengan Anemia di
ruang Melati RSUD Dr.M.Yunus Bengkulu. Pendekatan yang digunakan
adalah pendekatan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnose
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian yang digunakan dalam penelitian asuhan keperawatan
dengan Anemia di ruang Melati RSUD Dr.M.Yunus Bengkulu adalah
individu yang menderita Anemia Akibat Gagal Ginjal Kronik (GGK). Subyek
penelitian yang akan diteliti berjumlah satu orang dengan satu kasus dengan
masalah keperawatan Anemia Pada Gagal Ginjal Kronik.
35
36
2. Pasien
Pasien dewasa laki-laki yang dirawat di ruang rawat inap Melati Dr. M.
Yunus Bengkulu dengan Anemia Pada Gagal Ginjal Kronik (GGK).
3. Anemia
Keadaan dimana massa eritrosit atau massa hemoglobin yang beredar
tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan
tubuh.
D. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di ruang Melati RSUD Dr.M.Yunus
Bengkulu. Ruang melati ini menerima pasien-pasien dengan gangguan sistem
perkemihan dan penyakit dalam baik pasien laki-laki maupun perempuan.
Waktu penelitian dilaksanakan selama satu minggu yaitu pada Tahun 2019.
E. Prosedur Penelitian
Penelitian diawali dengan penyusunan usulan penelitian atau proposal
dengan menggunakan metode studi kasus berupa laporan teori asuhan
keperawatan yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Anemia Pada Gagal Ginjal Kronik Di Ruang Melati RSUD Dr.M.Yunus
Bengkulu Tahun 2019. Setelah disetujui oleh penguji proposal maka
penelitian berupa hasil pengukuran, observasi dan wawancara terhadap pasien
yang dijadikan subyek penelitian.
G. Keabsahan Data
Keabsahan data dilakukan oleh peneliti dengan cara peneliti
mengumpulkan data secara langsung pada klien dengan menggunakan format
pengkajian yang baku dari kampus, yang dilakukan 6 jam sesuai jadwal dinas
perawat diruang Melati RSUD Dr.M.Yunus Bengkulu selama 6 hari.
Pengumpulan data dilakukan pada catatan medis/status klien, klien langsung,
keluarga, dokter, dan perawat ruangan agar mendapatkan data yang valid.
Disamping itu, untuk menjaga validasi dan keabsahan data peneliti melakukan
observasi dan pengukuran ulang terhadap data-data klien yang meragukan,
yang ditemukan melalui data sekunder antara lain tanda-tanda vital.
38
H. Analisis Data
Analisis data ini dilakukan sejak peneliti berada di lapangan, sewaktu
pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul, analisis data
dilakukan dengan cara wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan data
penunjang, selanjutnya membandingkan dengan teori yang ada, selanjutnya
dituangkan dalam opini pembahasan, teknik analisis yang telah digunakan
dengan cara menarasikan jawaban-jawaban dari penelitian yang yang
diperoleh dari hasil intervensi wawancara mendalam yang dilakukan untuk
menjawab rumusan masalah penelitian. Teknik analisa digunakan dengan cara
observasi wawancara oleh peneliti dan studi dokumentasi yang menghasilkan
data untuk selanjutnya di intervensikan oleh peneliti dibandingkan teori yang
ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi tersebut.
BAB IV
TINJAUAN KASUS
Pada bab ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien
dengan Anemia Pada Penyakit Gagal Ginjal Kronik (GGK) diruang Melati
RSUD Dr. M. Yunus Kota Bengkulu. Penulis melakukan penelitian pada
tanggal 11 Februari 2019 saat pasien selesai melakukan Hemodialisa. Metode
pengkajian yang digunakan interview, observasi langsung, pemeriksaan fisik,
penunjang, catatan medis keperawatan.
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas pasien
Didapatkan hasil identitas pasien nama Tn. J, jenis kelamin laki-
laki, lahir pada tanggal 01 Februari 1963 umur 56 tahun, agama islam,
pendidikan terakhir S1, Pekerjaan sebagai guru SD (PNS), pasien
sudah menikah dan sudah memiliki satu orang anak yang berumur 23
tahun, pasien beralamatkan Jl. Merpati 17 Rawa Makmur Kota
Bengkulu.
b. Identitas Penanggung Jawab
Ny. P umur 50 tahun merupakan istri dari Tn. J, agama islam, Ny.P
beralamat sama dengan Tn. J Jl. Merpati 17 Rawa Makmur Kota
Bengkulu, bekerja sebagai Guru SD (PNS), berkomunikasi
menggunakan bahasa Indonesia serta riwayat pendidikannya S1.
2. Keluhan Utama
Pasien mengeluh sesak nafas.
Keluhan saat dikaji : Klien mengatakan sesak nafas, badan terasa sangat
lemas, kepala terasa pusing, pasien mengalami nyeri kepala seperti
berputar-putar secara tiba-tiba dan nyeri yang dirasakan ±15 menit skala
4.
39
40
Keterangan :
= Perempuan = Pasien
Cairan keluar
1. BAB = 500 cc
2. BAK = 250 cc
3. IWL (15xBB (58) = 870 cc +
1620 cc/hari
Balance cairan = cairan masuk-cairan keluar
= 1790-1620
= +170 cc/24jam
dilap basah saja setiap pagi, frekuensi oral hygiene 1x/hari, selama
dirumah sakit pasien mengatakan belum mencuci rambut dan
memotong kuku, kebutuhan personal hygiene dibantu oleh keluarga.
h. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
Pasien dulunya sering mengkomsumsi obat-obatan saat sakit,
seperti sakit kepala, sakit perut, makan dengan sepuas hati tidak ada
pantangan apapun dan pasien jarang berolahraga.
d. Sistem Penapasan
Pada saat dilakukan pengkajian hasil yang didapatkan adalah
bentuk dada normo chest, frekuensi nafassaat beraktivitas 30x/menit,
irama regular, pola nafas cepat dan dangkal, ekspirasi tubuh terasa
lebih pendek, terlihat adanya pernafasan cuping hidung, ada
penggunaan otot bantu pernapasan, terpasang oksigen nasal kanul 3
lpm, ekspansi dada simetris, ekspansi 1-2 cm, taktil fremitus sama
kiri dan kanan, taktil fremitus lebih kuat pada area lobus paru dari
lobus paru bawah, tidak nyeri tekan pada daerah thorak perkusi pada
semua lapang paru terdengar sonor. Auskultasi suara napas pada are
lapang paru sebagian besar terdengar vesikuler, tidak ada suara nafas
tambahan.
e. Sistem Kardiovaskuler
Pada saat dilakukan pengkajian hasil yang didapatkan adalah
tidak tampak pembesaran vena jugularis (JVP), pulsasi arteri carotis
kuat, bentuk dada sebelah kiri normal, tidak ada perubahan bentuk,
tidak nampak ada ictus cordis, tekanan darah 140/80 mmhg,nadi di
raba saat beraktivitas 102x/menit ada sianosis, palpasi area jantung
tidak ada nyeri tekan, kapilarry refill > 3 detik, nadi apical dan
perifer teraba kuat nadi cepat dan jumlah 95x/menit dengan irama
teratur, akral teraba dingin, tidak ada edema perifer, batas jantung
mulai dari ICS 2 sampai ICS 5, auskultasi bunyi jantung S1 S2
tunggal ada bunyi jantung S3 atau S4.
MAP (Mean Arterial Pressure) =(Sistole + 2xDiastole) : 3
= (140 + 2x80) : 3
= 300 : 3
= 100 mmHg (normal)
f. Sistem Hematologi
Pada saat dilakukan pengkajian hasil yang didapatkan pasien
tampak pucat, kuku dan bagian ekstremitas bawah tampak pucat,
konjungtiva anemis, tidak terlihat adanya tanda-tanda peradangan.
47
h. Sistem Pencernaan
Pada saat dilakukan pengkajian hasil yang didapatkan
mukosa bibir pasien kering dan sedikit pecah-pecah, lidah
berwarna merah muda dan tidak kotor, tidak ada stomatitis,
terdapat caries gigi, tampak gigi tidak lengkap, tidak ada kesulitan
menelan, bau nafas khas, ovula normal tidak ada peradangan,
tonsil tidak ada tanda-tanda peradangan.
Bentuk abdomen cembung, tidak ada bekas luka operasi,
bising usus terdengar kuat, frekuensi 9x/menit, perkusi pada 4
kuadran timpani, tidak ada acitas, abdomen supel (tidak keras),
tidak ada nyeri tekan epigastrium, tidak ada nyeri tekan pada
hepar, tidak teraba hepar dan limfa.
i. Sistem endokrin
Pada saat dilakukan pengkajian hasil yang didapatkan tidak
adanya pembesaran kelenjar tiroid maupun limpa, tidak ada nafas
bau keton dan tidak terdapat luka ganggren.
j. Sistem Urogenital
Pada saat dilakukan pengkajian hasil yang didapatkan
kandung kemih tidak nyeri saat ditekan, perkusi area kandung
kemih sedikit redup, jumlah urin 500 cc/ hari, warna jernih. Saat
dilakukan perkusi terdapat nyeri ketuk, nyeri di area ginjal.
k. Sistem integumen
Pada saat dilakukan pengkajian hasil yang didapatkan
adalah warna kulitpucat agak menghitam, kuku putih pucat,
tekstur kuku kasar, kuku tipis, ujung jari tangan jari tabu, bantalan
kuku naik, sudut kuku > dari 120 derajat, kulit kering, bersisik
pada area punggung telapak kaki, turgor kulit kurang baik (> 2
detik), akral teraba dingin, dan tidak ada luka, tidak terdapat
edema.
49
l. Sistem Wicara
Pasien bisa berbicara dengan jelas, tidak ada kesulitan
dalam mengucapkan kata-kata, mengungkapkan keluhan dan
mampu menjawab pertanyaan perawat.
m. Sistem Muskuloskeletal
Pada saat dilakukan pengkajian hasil yang didapatkan
adalah bentuk tulang dada simetris, tulang punggung simetris,
ekstremitas atas dan bawah pasien lengkap tidak ada deformitas
tulang maupun sendi, klien mampu berjalan, bisa menggerakkan
ekstremitas, sendi tidak kaku, tidak ada pembengkakkan sendi,
tidak ada nyeri tekan pada ekstremitas. Kekuatan otot pasien 5,
dimana pasien masih bisa mengangkat dan menahan kaki dan
tangannya.
5 5 5 5 5 5
Superior Dexra Superior Sinistra
5 5 5 5 5 5
Inferior Dexra Inferior Sinistra
8. Riwayat Psikososial dan Spiritual
Pasien mengatakan orang yang terdekat dengan pasien adalah
istri Ny. P, interaksi dalam keluarga baik, pembuatan keputusan
secara bersama, pasien juga aktif dalam kegiatan kemasyarakatan,
Dampak penyakit terhadap keluarga istri mengatakan kesulitan
melakukan aktivitas seperti biasanya dikarenakan harus menjaga
suaminya.
Persepsi pasien terhadap penyakitnya, hal yang sangat
dipikirkan pasien adalah ingin cepat sembuh dan keluar dari rumah
sakit, tidak ada perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit,
aktivitas agama yang dilakukan adalah beribadah seperti shalat.
50
9. Data penunjang
Hasil Laboratorium Pasien :
Tabel 2.5Pemeriksaan Laboratorium
Hasil
07 11 13 Nilai
Jenis Pemeriksaan Satuan
Februari Februari Februari Rujukan
2019 2019 2019
Tidak Tidak
TIBC 168 250-425 ug/dl
dilakukan dilakukan
Tidak Tidak
Fe Serum 47 Lk : 65-175 ug/dl
dilakukan dilakukan
Tidak
HB 7,1 10,2 Lk : 13,0-18,0 gr/dl
dilakukan
Tidak Tidak
Gula Darah Sewaktu 119 70-120 Mg/dl
dilakukan dilakukan
Tidak Tidak
Ureum 56 20-40 Mg/dl
dilakukan dilakukan
Tidak Tidak
Creatinin 7,4 0,5-1,2 Mg/dl
dilakukan dilakukan
11 12 13
No Cara Terapi frekuensi
februari februari februari
2019 2019 2019
1. Parentera IVFD NaCl Tidak STOP STOP STOP
l di alirkan
Transfusi PRC 500 cc/ Belum √ √
2 kantong dilakuk
an
2. Oral Callos 3x1 (P.O) √ √ √
Asam Folat 3X1 (P.O) √ √ √
Jenis Diet
Jenis Diet pasien adalah makanan yang lunak atau biasa dan tidak boleh
makan makanan yang tinggi protein
52
ANALISA DATA
DO :
1) Mengeluh sesak frekuensi nafas
27x/menit
2) Tidak ada penggunaan oto
bantu pernafasan
3) Fase ekspirasi memanjang
4) Pernafasan bradipnea
5) Ada pernafasan cuping hidung
6) Kulit tampak pucat
7) Konjungtiva anemis
DO :
1) Nyeri dikarenakan kurang tidur
nyeri terasa seperti berputar-
putar lokasi nyeri berada pada
kepala dengan skala 3 dan nyeri
yang dirasakan hilang timbul.
2) Pasien tampak meringis
3) Pasien tampak gelisah
4) Pasien tampak sulit tidur
TD : 140/80 mmHg
N : 95x/menit
3. DS : Penurunan Perfusi perifer
1) Pasien mengatakan lemas konsentrasi tidak efektif
hemoglobin
DO :
1) Pasien tampak pucat
2) Pasien tampak lemas
53
DO :
1) Klien terlihat lemas
2) Klien terlihat pucat
3) Aktivitas klien hanya terbaring
di tempat tidur dan dibantu oleh
keluarga
4) Dari pemeriksaan laboratorium
HB : 7,1 gr/dl
5) Saat ke kamar mandi nafas
terasa sesak Frekuensi
30x/menit
6) Saat beraktivitas nadi berdenyut
kencang 102x/menit
7) Aktivitas pasien terhambat
karena pasien mengalami sesak
nafas, badan terasa lemas
karena kekurangan HB
8) Kekuatan otot pasien pada skala
5
9) Pasien menggunakan oksigen
dan diindikasikan untuk
transfusi 2 kantong 500 cc
54
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Penurunan konsentrasi
hemoglobin
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. J Umur : 56 tahun
Ruangan : Melati No.Reg : 696732
Hari/Tanggal : Senin/ 11 Februari 2019
menghilangkan nyeri
11. Tingkatkan istirahat 11. Istirahat yang cukup dapat
mengurangi nyeri
12. Berikan informasi tentang 12. Pasien tidak merasa takut dan
penyebab, berapa lama nyeri akan cemas sebab dari nyeri
berkurang 13. Mengetahui perubahan status
13. Monitor vital sign sebelum dan kesehatan setelah pemberian
sesudah pemberian analgesik obat
3. Perfusi perifer tidak efektif Setelah diberikan intervensi keperawatan NIC :Perawatan Sirkulasi : insufisiensi
berhubungan dengan selama 4x24 jam, diharapkan pasien arteri
penurunan konsentrasi mampu menunjukkan : Aktivitas keperawatan
hemoglobin NOC : status sirkulasi 1. Kaji warna kulit, suhu sianosis, nadi 1. Mengetahui derajat hipoksia
Ditingkatkan pada level 4 perifer dan diapforesis secara teratur dan peningkatan tahanan perifer
DS : 2. Anjurkan klien bagaimana cara 2. Meningkatkan atau
Keterangan level : meningkatkan aliran darah melancarkan aliran darah baik
1) Pasien mengatakan lemas
1 : Deviasi berat dari kisaran normal (posisikan kaki sedikit lebih tinggi sehingga tidak terjadi edema
2 : Deviasi yang cukup besar dari dari jantung pada saat beristirahat)
kisaran normal 3. Anjurkan klien menghindari 3. Kolestrol tinggi dapat
DO :
3 : Deviasi sedang dari kisaran normal makanan yang tinggi kolestrol mempercepat terjadinya
1) Pasien tampak pucat
4 : Deviasi ringan dari kisaran normal aterosklerosis
2) Pasien tampak lemas
5 : Tidak ada deviasi dari kisaran normal 4. Monitor vital sign 4. Perubahan TTV seperti
3) Akral teraba dingin
peningkatan RR dan penurunan
4) Turgor kulit menurun
Dengan Indikator : TD menandakan adanya
5) Kapiler refil > 3 detik
1. Pengisian kapiler jari (4) penurunan perfusi jaringan otak
6) HB : 7,1 gr/dl
2. Pengisian kapiler jari kaki (4) 5. Kaji untuk respon verbal melambat, 5. Dapat mengidentifikasi
7) Pasien diindikasikan 3. Suhu kulit ujung kaki dan tangan (4) mudah terangsang, agitasi, gangguan fungsi serebral
transfusi 2 kantong 4. Warna kulit normal (tidak merah, gangguan memori dan bingung karena hipoksia
darah pucat), sensasi raba normal (4) 6. Catat keluhan rasa dingin, 6. Vaso kontriksi (ke organ vital)
5. Turgor kulit baik (4) pertahankan suhu lingkungan dan menurunkan sirkulasi perifer.
6. Akral teraba hangat (4) tubuh hangat sesuai indikasi
7. TTV normal (4) 7. Lindungi tubuh terhadap perubahan 7. Melindungi kulit dari Kepekaan
suhu yang ekstim terhadap semua rangsangan
yang berlebihan
8. Instruksikan klien dengan keluarga 8. Pergerakan secara mendadak
menjaga posisi tubuh klienketika dapat menyebabkan penurunan
sedang mandi, duduk, berbaring suplai darah ke jaringan otak
atau merubahn posisi yang parah
Frekuensi 30x/menit 6. Tekanan darah diastolik ketika 6. Prioritaskan jadwal asuhan 6. Mempertahankan tingkat
- Saat beraktivitas nadi beraktivitas (4) keperawatan untuk meningkatkan energid an meningkatkan
berdenyut kencang 7. Warna kulit (4) istirahat. Pilih periode istirahat regangan pada sistem jantung
102x/menit dengan periode aktivitas dan pernapasan
- Aktivitas pasien terhambat
karena pasien mengalami 7. Berikan bantuan dalam 7. Mambantu bila perlu, harga diri
sesak nafas, badan terasa aktivitas/ambulasi bila perlu meningkat jika klien dapat
lemas karena kekurangan melakukan sesuatu sendiri
HB 8. Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi 8. Maningkatkan secara bertahap
- Kekuatan otot pasien pada aktivitas sampai normal dan
skala 5 memperbaiki tonus otot/
- Pasien menggunakan stamina tanpa kelemahan
oksigen dan diindikasikan 9. Anjurkan klien untuk menghentikan 9. Regangan/ stress
untuk transfusi 2 kantong aktivitas bila palpitasi, nyeri dada, kardiopulmonal berlebih dapat
500 cc napas pendek, kelemahan atau menimbulkan dekompensasi/
pusing terjadi kegagalan.
60
Planning :
Intervensi dilanjutkan
NIC : Manajemenbreathing
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen 15.00-15.45 Wib 19.35 wib
pencedera fisiologis akibat iskemik 1. Melakukan Pengkajian nyeri yang 1. Nyeri kepala sudah mulai sedikit Subjektif :
dirasakan sejak pasien diruang rawat berkurang nyeri yang dirasakan - Pasien mengatakan kepala
Subjektif : inap disebabkan oleh kurang tidur, terasa pusing
- Pasien mengatakan kepala terasa rasanya seperti berputar-putar - Pasien mengatakan nyeri kepala
pusing pada bagian kepaladengan skala 3 seperti berputar-putar secara
- Pasien mengatakan nyeri kepala dan nyeri hilang timbul tiba-tiba dan nyeri yang
seperti berputar-putar secara tiba- 2. Megukur vital sign pasien 2. TTV pasien : dirasakan ± 15 menit.
tiba dan nyeri yang dirasakan ± 15 - TD : 140/80 mmHg
menit. - N : 95x/menit Objektif :
- RR : 24x/menit - Nyeri dikarenakan kurang tidur
Objektif : - Suhu : 36,8 ºc nyeri terasa seperti berputar-
- Nyeri dikarenakan kurang tidur 3. Mengobservasi ekspresi pasien 3. Ekspresi pasien seperti menahan putar lokasi nyeri berada pada
nyeri terasa seperti berputar-putar rasa sakit kepala dengan skala 3 dan nyeri
lokasi nyeri berada pada kepala 4. Mengatur lingkungan yang dapat 4. Pecahayaan diruangan baik tidak yang dirasakan hilang timbul.
dengan skala 3 dan nyeri yang mempengaruhi nyeri seperti suhu terlalu silau, suhu ruangan 26, - Pasien tampak menahan rasa
dirasakan hilang timbul. ruangan, pencahayaan, dan lingkungan sekitar pasien tampak sakit
- Pasien tampak menahan rasa sakit kebisingan bersih dan rapi - TD : 140/80 mmHg
- TD : 140/80 mmHg 5. Mengajarkan penggunaan tehnik 5. Pasien dapat mengikuti instruksi N : 95x/menit
- N : 95x/menit nafas dalam untuk melakukan teknik nafas
dalam
Analisis : 6. Mengatur posisi pasien senyaman 6. Posisi yang membuat pasien
NOC : Kontrol nyeriberada pada level mungkin nyaman yaitu posisi semifowler
3 (Kadang-kadang menunjukkan) 7. Mengkaji pola dan waktu istirahat 7. Pasien mengatakan sulit untuk
Masalah belum teratasi tidur pasien tidur Analisis :
NOC : Kontrol nyeri masih berada
Planning : 16.35-16.50 Wib padalevel 3 (Kadang-kadang
NIC : Manajemen nyeri 8. Berkolaborasi dengan dokter dalam 8. Setelah dilakukan pemberian obat menunjukkan)
pemberian obat analgetik yaitu : analgetik dan antibiotik nyeri Masalah nyeri akut belum teratasi
- Amlodipin 1x1 (Oral) yang dirasakan pasien mulai
berkurang Planning :
19.00-19.20 Wib Lanjutkan intervensi
9. Mengevaluasi Keefektifan dari 9. Pada saat dievaluasi Nyeri NIC : Manajemen nyeri
tindakan pengontrolan nyeri yang berkurang dengan skala 3
dirasakan
62
Planning : Planning :
NIC :Manajemen energi Lanjutkan NIC : Manajemen energi
65
10.00-10.15 Wib
8. Memberikan obat analgetik yaitu : 8. Setelah dilakukan pemberian obat
- Amlodipin 1x1 (Oral) analgetik dan antibiotik nyeri
yang dirasakan pasien mulai
10.30-11.00 Wib berkurang
9. Mengevaluasi Keefektifan dari 9. Pada saat dievaluasi Nyeri
tindakan pengontrolan nyeri yang berkurang dengan skala 2
dirasakan
67
13.00-13.30 Wib
9. Berkolaborasi dengan dokter dalam 9. Setelah dilakukan pemberian obat
pemberian obat antikoagulan yaitu : antikoagulanlemas yang dirasakan
- Aspirin 3x1 (Oral) pasien mulai membaik
- Callos 3x1 (Oral)
68
13.00-13.30 Wib
7. Memberikan obat analgesik yaitu : 7. Setelah dilakukan pemberian obat
- Asam folat 3x1 (Oral) analgetik lemas yang dirasakan
pasien mulai membaik
69
Analisis : Analisis :
Toleransi terhadap aktivitas berada Toleransi terhadap aktivitas berada
pada level 4(Sedikit terganggu) pada level 4 (Sedikit terganggu)
Planning : Planning :
Lakukan NICManajemen energi yang LanjutkanNICManajemen energi
telah disusun
70
Objektif : 4. Mengatur posisi klien dengan 4. Pasien sudah bisa melakukan posisi
- Klien tampak sudah bisa berjalan perlahan dan observasi pusing semi fowler jika terjadi lemas,
73
Planning :
Pasien dianjurkan pulang
Lanjutkan NICManajemen energi
yang diperlukan dirumah
74
DISCHARGE PLANNING
1. Identitas Klien
Nama klien : Tn. J
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 56 tahun
Status perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku bangsa : Melayu
Pendidikan : S1
Bahasa yang digunakan : Bahasa Serawai
Pekerjaan : Guru (PNS)
Alamat : Jl. Merpati 17 Rawa Makmur Kota Bengkulu
2. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama
Klien datang ke Ruang Melati pada tanggal 11Febuari 2019 pukul 15. 00 WIB
dengan keluhan Sesak nafas.
Klien mengatakan Sesak nafas, badan terasa sangat lemas, kepala terasa pusing,
kaki dan tangan terasa dingin, penglihatan terasa berkung-kunang. Tekanan darah
140/80 mmHg, nadi 95 x/menit, pernafasan 27 x/menit dengan irama teratur, suhu
36,8ºC, berat badan klien 58 kg dan tinggi badan 165 cm.
3. Diagnosa Keperawatan
a) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan energi
b) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis akibat iskemik
c) Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan Penurunan konsentrasi
hemoglobin
d) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antarasuplai oksigen
(pengiriman)dan kebutuhanditandai dengan kelemahan
75
h) Tujuan Khusus
(1) Klien memahami pengertian dari anemia
(2) Klien mengetahui penyebab anemia
(3) Klien mengetahui gejala anemia
(4) Klien mengetahui akibat anemia
(5) Klien megerti makanan yang dapat menambah zat besi
(6) Klien mengerti lingkungan yang baik untuk penerita anemia
(7) Klien mengerti obat pulang yang diberikan
(8) Klien mengerti kapan harus kontrol ke poli penyakit dalam
76
i) Metode
Ceramah, Tanya jawab
j) Media
Leaflet (terlampir)
k) Kegiatan operasional
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Kien
Pada Bab ini, akan dibahas mengenai kesenjangan yang penulis dapatkan
dari konsep teori dan kasus pada “Asuhan Keperawatan pada pasien Tn. J dengan
Anemia Pada Gagal Ginjal Kronik (GGK) di Ruang Melati RSUD Dr. M. Yunus
Bengkulu”. Pembahasan yang penulis lakukan meliputi pengkajian sesuai
masalah, diagnosa keperawatan berdasarkan masalah yang muncul, perencanaan
dan implementasi.
A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan pemikiran dasar dari proses
keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data
tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah,
menggali kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental,
sosial dan lingkungan (Potter & Perry, 2005)
Pada tahap pengkajian, penulis mengumpulkan data dengan metode
wawancara dengan keluarga dan pasien, observasi dan pemeriksaan fisik head
to toe terhadap pasien sehingga data dapat dikelompokkan ke dalam data
subjektif dan obyektif. Pengkajian yang dilakukan pada tanggal 11 februari
2019. Pada tahap pengkajian awal, data penting yang harus di temukan pada
pasien Anemia Pada Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah keluhan pasien
masuk rumah sakit karena keluhan sesak nafas, pucat, kelemahan, kelelahan
dan pusing (Doenges, 2002). Pada saat pengkajian di lihat dari keluhan
pasien datang kerumah sakit karena sesak nafas, badan terasa sangat lemas
dan kepala terasa pusing. Data ini sudah menunjukkan adanya gejala dari
Anemia Pada Gagal Ginjal Kronik (GGK).
Pada saat melakukan pemeriksaan selanjutnya di dapatkan tekanan
darah 140/80 mmHg, nadi 95x/menit, pernafasan 27x/menit, suhu 36,80c
pasien tampak sesak nafas, pasien tampak lemah, turgor kulit pucat, pasien
tampak menahan rasa sakit, terdapat kesesuaian dengan tinjauan teori sesak
nafas, kelemahan, rasa cepat lelah, turgor kulit tampak pucat, kepala terasa
78
79
pusing. Tn. J memiliki riwayat penyakit Anemia Pada Gagal Ginjal Kronik
(GGK). Tn. J tidak memiliki riwayat mengkonsumsi alkohol dan merokok.
Tn. J mengatakan tidak ada riwayat alergi makanan dan obat-obatan.
Keluarga Tn. J tidak ada memiliki riwayat penyakit Anemia Pada Gagal
Ginjal Kronik (GGK). Tanda dan gejala yang ditemukan pada kasus Tn. J
yaitu lemas, badan terasa lelah, kepala terasa pusing, kulit pucat, sesak nafas,
demam tidak terlalu tinggi dengan suhu 36,80c, terdapat kesesuaian pada teori
tanda dan gejala sirosis hepatis yaitu ekstremitas dingin, sesak nafas, badan
terasa lelah, lemas, kepala terasa pusing, kulit pucat.
Pemeriksaan penunjang pada pasien Sirosis Hepatis meliputi
pemeriksaan darah yang terdiri dari Urine, Kreatinin, Narium, Protein, Darah
(Smeltzer & Bare, 2001). Sedangkan pemeriksaan diagnostik meliputi
Radiologi, Ultrasono grafi ginjal, Biospy Ginjal, Endoskopi, EKG dan
Renogram (Smeltzer & Bare, 2002). Pada Tn. J pemeriksaan yang telah
dilakukan adalah pemeriksaan laboratorium yaitu TIBC, Fe Serum,
Hemoglobin, Gula Darah Sewaktu (GDS), Ureum, Kreatinin. Perbedaan
pemeriksaan penunjang di teori dan rumah sakit yaitu saat di teori di anjurkan
pemeriksaan urine, natrium sedangkan di rumah sakit tidak dilakukan
pemeriksaan urine dan natrium karena alat pemeriksaan sedang rusak.
Pemeriksaan diagnostik di rumah sakit tidak dilakukan sedangkan di teori ada
pemeriksaan diagnostik karena pasien dianjurkan pemeriksaan penunjang
saja.
Penatalaksanaan obat yang diberikan pada pasien Tn. J yaitu berupa
terapi Transfusi PRC dengan 500cc/2 kantong, Tn. J diberikan obat oral
berupa Callos 3x1, Asam Folat 3x1, Amlodipin 1x1 dan Aspirin 3x1.
B. Diagnosa keperawatan
Dalam kasus penulis mengangkat 4 diagnosa keperawatan yaitu Pola
nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan energi, Nyeri akut
berhubungan dengan agen pencedera fisiologi akibat iskemik, Perfusi perifer
tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin dan
80
C. Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah rencana keperawatan yang akan
perawat rencanakan kepada klien sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan
sehingga kebutuhan klien dapat terpenuhi. Teori perencanaan keperawatan
dituliskan sesuai dengan rencana dan kriteria hasil (Wilkinson, 2011).
Berdasarkan rencana keperawatan yang penulis lakukan pada Tn. J
ada beberapa perencanaan yang tidak dilakukan sesuai dengan perencanaan
teoritis. Perencanaan diagnosa keperawatan yang pertama Pola nafas tidak
efektif berhubungan dengan penurunan energi adalah Manajemen Breathing
yang terdiri dari Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan
bernapas, catat pergerakan dada, kesimetrisan, penggunaan otot-otot bantu
pernafasan dan retraksi otot supraclaviculas dan intercosta, posisikan klien
semi fowler jika tidak ada kontraindikasi, monitor pola nafas (misalnya
bradipneu, takipneu, hiperventilasi, pernafasan kusmaul), auskultasi suara
nafas, catat area dimana terjadi penurunan atau tidak adanya ventilasi dan
keberadaan suara nafas tambahan, monitor peningkatan kelelahan, kecemasan
dan kekurangan udara klien, monitor keluhan sesak nafas klien, termasuk
kegiatan yang meningkatkan atau memperburuk sesak nafas tersebut, berikan
bantuan terapi nafas jika diperlukan, sedangkan perencanaan palpasi
kesimetrisan ekspansi paru tidak dilakukan karena pasien sedang tidur.
81
adalah Manajemen energi yang terdiri dari kaji kehilangan atau gangguan
keseimbangan, observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas,
berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan kurangi suara bising,
pertahankan tirah baring bila di indikasikan, anjurkan pasien istirahat bila
terjadi kelelahan dan kelemahan, anjurkan pasien melakukan aktivitas
semampunya (tanpa memaksakan diri), sedangkan gaya jalan dan kelemahan
otot tidak dilakukan karena pasien belum bisa berdiri dan berjalan karena
kepala terasa pusing.
D. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan mewujudkan pelaksanaan
tindakan dari perencanaan yang telah dibuat (Potter & Perry, 2010). Tahapan
ini dilakukan sesuai dengan rencana tindakan keperawatan yang telah
ditetapkan. Penulis melakukan pengkajian pada tanggal 11 februari 2019 dan
implementasi keperawatan pada tanggal 11 sampai 13 februari 2019 sesuai
dengan diagnosa yang telah ditegakkan. Pada kasus Tn. J terdapat 4 diagnosa
yang dapat teratasi yaitu Pola nafas tidak efektif dimana pada hari pengkajian
terdapat Frekuensi pernafasan Tn. J 27x/menit sudah mampu berkurang
menjadi 20x/menit dan ketika di periksa sesak nafas Tn. J sudah berkurang.
Diagnosa nyeri akut Tn. J pada saat hari pertama skala nyeri menjadi
4 dan setelah di periksa rasa nyeri yang dirasakan Tn. J sudah berkurang
dengan skala nyeri 1 dan ketika di anjurkan berdiri dan berjalan nyeri kepala
tidak merasakan pusing lagi.
Diagnosa perfusi perifer tidak efektif pada hari pertama pasien lemas
dan pada hari ketiga pasien tidak tampak lemas dan pasien tidak tampak
pucat, ketika diperiksaa kapiler refil kembali 2 detik.
Diagnosa intolerasi aktifitas pada hari pertama pasien tidak dapat
beraktivitas dan pada hari ketiga pasien mampu beraktifitas sendiri, sesering
kali pasien dibantu sama keluarga untuk melakukan aktifitas yang lain.
Faktor pendukung yang penulis temukan dalam pelaksanaan
keperawatan yaitu pasien yang kooperatif, kerjasama yang baik antar penulis
83
dengan perawat ruangan, data medis dari dokter serta partisipasi dari keluarga
pasien dalam pemberian asuhan keperawatan sehingga pelaksanaan
keperawatan dapat berjalan dengan lancar dan baik.
E. Evaluasi
Evaluasi adalah proses keperawatan mengukur respon klien terhadap
tindakan keperawatan dan kemajuan klien kearah pencapaian tujuan. Tahap
akhir yang bertujuan untuk mencapai kemampuan klien dan tujuan dengan
melihat perkembangan klien (Potter & Perry, 2005). Evaluasi yang digunakan
berbentuk S (Subjektif), O (Objektif), A (Analisa), P (Perencanaan terhadap
analisis).
Saat di evaluasi pada diagnosa Sesak napas perencanaan evaluasi
yang di harapkan berhasil tercapai pada tanggal 13 Februari 2019, hal ini
dibuktikan kalau pasien tidak sesak dan tidak memakai oksigen lagi, pasien
sudah bisa tidur dengan nyenyak, status Pernapasan : Ventilasi pada level 5
Status (Tidak ada Deviasi) dan tanda-tanda vital berada dalam batas normal,
tekanan darah : 120/60 mmHg frekuensi nadi : 80x/m frekuesi pernafasan : 20
x/m dan suhu tubuh pasien 36,5ºC.
Sedangkan pada diagnosa Nyeri akut telah mencapai tujuan pada
tanggal 13 Februari 2019 yang dibuktikan dengan nyeri berkurang dengan
skala 2, pasien sudah bisa tidur dengan nyenyak kontrol nyeri berada pada
level 2 (Jarang menunjukkan). Pada diagnosa perfusi perifer tidak efektif juga
telah mencapai tujuan dan kriteria hasil pada tanggal 13 Februari 2019 yang
di buktikan pada saat transfusi darah 2 kantong berjumlah 500 cc, keadaan
warna kulit sawo matang kembali seperti normal dan status sirkulasi berada
pada level 4 (Deviasi ringan dari kisaran normal). Dan pada diagnosa
intoleransi aktivitas juga telah mencapai tujuan dan kriteria hasil pada tanggal
13 Februari 2019 yang di buktikan dengan sudah bisa ke kamar mandi sendiri
tanpa di bantu keluarga dan toleransi terhadap aktivitas dengan level 4
(Sedikit terganggu).
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan menggunakan metode wawancara,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada saat melakukan
pengkajian yang di dapatkan dari hasil pemeriksaan pada pasien Tn. J
adalah Sesak nafas, badan terasa sangat lemas dan kepala terasa pusing.
Pemeriksaan penunjang di teori dan rumah sakit yaitu saat di teori
di anjurkan pemeriksaan urine, natrium sedangkan di rumah sakit tidak
dilakukan pemeriksaan urine dan natrium karena alat pemeriksaan sedang
rusak. Pemeriksaan diagnostik di rumah sakit tidak dilakukan sedangkan di
teori ada pemeriksaan diagnostik karena pasien dianjurkan pemeriksaan
penunjang saja.
2. Diagnosa keperawatan
Prioritas diagnosa keperawatan yang muncul saat dilakukan
pengkajian pada keluarga Tn. J adalah :
Penulis mengangkat semua diagnosa sesuai dengan injauan teori
dikarenakan data yang diperoleh menunjukkan adanya tanda-tanda yang
mendukung diagnosa yang muncul. Berdasarkan hal diatas tidak ada
diagnosa yang tidak di angkat yang terdapat dalam teori dan empat diagnosa
di dalam teori ditemukan di lapangan semua.
Diagnosa yang muncul pada kasus yaitu Pola nafas tidak efektif
berhubungan dengan penurunan energi, Nyeri akut berhubungan dengan
agen pencedera fisiologi akibat iskemik, Perfusi perifer tidak efektif
berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin dan Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen ke
jaringan.
84
85
3. Perencanaan keperawatan
Perencanaan yang baik harus disusun secara spesifik terukur dapat
di capai sehingga memudahkan dalam melaksanakan implementasi kepada
pasien. Perencanaan pada kasus ini ada bebrapa yang tidak penulis lakukan
sesuai dengan teori karena tidak sesuai dengan keadaan pasien dan kondisi
rumah sakit.
4. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan harus mengacu pada rencana yang
dilakukan sesuai dengan standar asuhan keperawatan secara berkualitas.
Implementasi keperawatan yang dilakukan sudah efektif dan sudah
dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Hal ini dikarenakan
adanya kerja sama yang baik antara perawat, pasien dan keluarga pasien.
5. Evaluasi keperawatan
Semua tujuan dari intervensi yang telah dibuat tercapai pada keempat
diagnosa yang telah ditegakkan karena didukung dengan keinginan pasien
untuk cepat sembuh dan karena pasien kooperatif selama dalam perawatan.
B. Saran
1. Bagi Pasien dan Keluarga
Pasien hendaknya harus mengenali sejak dini manifestasi dari
Anemia Pada Gagal Ginjal Kronik (GGK). Apabila terkena gejala Anemia
Pada Gagal Ginjal Kronik (GGK), segera memeriksakan ke pelayanan
kesehatan. Bagi keluarga, apabila ada anggota keluarga yang terkena
penyakit Anemia Pada Gagal Ginjal Kronik (GGK), segera membawa
mereka ke pelayanan kesehatan untuk mengurangi risiko terjadinya
komplikasi yang berkelanjutan. Saat di rumah sakit, keluarga juga harus
memperhatikan dan menjaga anggota yang sakit serta memberikan
dukungan motivasi dan moral bagi pasien untuk memiliki semangat cepat
sembuh.
86
2. Bagi Perawat
Perawat dapat berperan dalam memberikan Pendidikan kesehatan
kepada pasien dan keluarga dengan penyakit Anemia Pada Gagal Ginjal
Kronik (GGK) dan dituntut dalam bekerja sesuai dengan Standar
Operasional Prosedur pelaksanaan asuhan keperawatan. Jadi, bagi semua
perawat bekerjalah sesuai dengan tanggung jawab dan lakukanlah
implementasi keperawatan secara tepat sesuai dengan kebutuhan pasien
dengan penyakit Anemia Pada Gagal Ginjal Kronik (GGK).
3. Bagi Rumah Sakit
Rumah sakit diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan
dan memfasilitasi alat-alat penunjang di ruangan, sehingga perawat dapat
melakukan intervensi yang tepat untuk selanjutnya.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat memberikan kontribusi infromasi dan ilmu mengenai
penyakit Anemia Pada Gagal Ginjal Kronik (GGK) dan mahasiswa dapat
menerapkan ilmu tersebut untuk mencapai hasil yang maksimal bagi pasien
dengan Anemia Pada Gagal Ginjal Kronik (GGK). Selain dijadikan bahan
acuan dalam penarapan asuhan keperawatan langsung kepada pasien,
informasi dalam karya tulis ilmiah ini juga dapat menambah dan wawasan
untuk menunjang penulisan dan penyusunan karya tulis ilmiah.
DAFTAR PUSTAKA
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat Rumah : Jl. Trip Kastalani No.54 Rt. 08 Rw.03 Kel.Ketapang Besar
Kec.Pasar Manna Kab.Bengkulu Selatan
No.Telp : 089633966609
Judul Studi Kasus : Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Pada Pasien Anemia Pada
Gagal Ginjal Kronik (GGK) Di Ruangan Melati RSUD Dr. M.
Yunus Bengkulu
Riwayat Pendidikan :
Motto Hidup : Hidup Memang Hanya Sekali, Tetapi Jika Kamu Menjalaninya
dengan Baik, Hidup Sekali Saja Pun Sudah Lebih dari Cukup
Kegiatan 1 : Memasang Infus Tn. J Kegiatan 2 : Pengkajian dengan Tn. J
Kegiatan 3 : Monitor Vital Sign Tn. J Kegiatan 4 : Mengatur posisi Tn. J dengan posisi semi
fowler
Kegiatan 5 : Mengatur Oksigen nasal kanul 3 lpm Kegiatan 6 : Auskultasi paru ada suara nafas
tambahan atau tidak
Kegiatan 7 : Melakukan transfusi darah dengan Kegiatan 8 : Melakukan Pelepasan Infus pada Tn. J
Tn J