Anda di halaman 1dari 96

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

R DENGAN GASTROENTERITIS

AKUT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

DI RUANG RAWAT 2 RSU ALIYAH 3 KOTA KENDARI

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan pendidikan program

Diploma III Keperawatan

Oleh :

FIRAWATI ALI SAPUTRI

NIM. P00320018062

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

JURUSAN KEPERAWATAN

2021

i
ii
iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :Firawati ali saputri

NIM :P00320018062

Institusi Pendidikan :Poltekkes kemenkes kendari

Judul KTI : ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. R DENGAN

GASTROENTERITIS AKUT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN

CAIRAN DAN ELEKTROLIT DI RUANG RAWAT 2 RSU ALIYAH 3 KOTA

KENDARI

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini

benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan

atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini

adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan

tersebut.

Kendari, 14 juni 2021

Yang Membuat Pernyataan,

Firawati ali saputri

iv
RIWAYAT HIDUP

I. INDENTITAS

1. Nama Lengkap : Firawati Ali Saputri

2. Tempat/ Tanggal Lahir : Bau-Bau/25 Agustus 2000

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Agama : Islam

5. Suku/ Kebangsaan : Buton/Indonesia

6. Alamat : Jln Mekar Kompleks Bukit Sari, Kadia

7. No. Telp/ Hp : 082393263351

II. PENDIDIKAN

1. SD Negeri 1 Waoleona Pada Tahun 2007-2012

2. SMP Negeri 1 Baubau Pada Tahun 2012-2015

3. SMK Negeri 1 Kambowa Pada Tahun 2015-2018

4. Poltekkes Kemenkes Kendari Pada Tahun 2018-2021

v
MOTTO

“Yakin lah, ada sesuatu yang menantimu setelah sekian banyak kesabaran (yang

kau jalani), yang akan membuatmu terpana sehingga kau lupa betapa pedihnya

rasa sakit”

~Ali Bin Abi Thalib~

“Lakukan apapun yang kau inginkan selagi tidak merugikan orang lain. Jangan

pernah takut pada manusia, tapi takutlah pada allah subhanahu wa ta’ala”

~Firawati Ali Saputri~

vi
ABSTRAK

Firawati Ali Saputri (P00320018062) Dengan Judul “ Asuhan Keperawatan Pada


Ny. R Dengan Gastroenteritis Akut Dalam Pemenuhan Kebutuhan Cairan Dan
Elektrolit Di Ruang Rawat 2 Rumah Sakit Umum Aliyah 3 Kota Kendari”
dibimbing oleh Bapak Muhaimin Saranani, S.Kep., Ns., M.Sc Dan Ibu Lena
Atoy, SST., MPH. Gastroenteritis adalah radang pada lambung dan usus yang
memberikan gejala diare, dengan atau tanpa disertai muntah, dan sering kali disertai
peningkatan suhu tubuh. Diare yang dimaksud adalah buang air besar berkali-kali
(dengan jumlah yang melebihi 4 kali, dan bentuk feses yang cair, dapat disertai
dengan darah atau lender). Dehidrasi terjadi karena pengeluaran air lebih banyak dari
pada jumlah yang masuk dan kehilangan cairan ini juga disertai dengan hilangnya
elektrolit. Asupan cairan oral adalah tindakan pemberian cairan yang berupa larutan
gula garam atau oralit yang bertujuan untuk memenuhi atau mengganti cairan tubuh
yang hilang. Pemberian segera asupan cairan oral memungkinkan dehidrasi yang di
akibatkan diare, dapat mempersingkat durasi diare. Tujuan : Menerapkan Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Gastroenteritis Akut Dalam Pemenuhan Cairan Dan
Elektrolit Diruang Rawat 2 Rumah Sakit Umum Aliyah 3 Kota Kendari. Metode :
Metode yang digunakan yaitu deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif dengan
pendekatan studi kasus pada pasien Gastroenteritis Akut Dalam Pemenuhan
Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit Di Ruang Rawat 2 Rumah Sakit Umum Aliyah 3
Kota Kendari pada tanggal 15-17 febuari 2021 dengan data yang diperoleh dari
rekam medik, observasi, wawancara langsung, dan dilakukan pemeriksaan fisik,
dengan menggunakan format asuhan keperawatan. Hasil pengkajian yang didapatkan
dari pasien gastroenteritis akut masalah keperawatan yang muncul adalah gangguan
kebutuhan cairan dan elektrolit, intervensi yang dilakukan selama 3 hari melakukan
tindakan keperawatan asupan cairan oral. Hasil : Pada hari ke 3 masalah keperawatan
teratasi, didukung dengan data klien BAB normal, membrane mukosa lembab, turgor
kulit baik, tanda-tanda vital normal. Kesimpulan : Tindakan keperawatan asupan
cairan oral pada pasien dehidrasi sebagai manajemen dalam membantu memenuhi
kebutuhan cairan dan elektrolit.
Kata Kunci : Gastroenteritis Akut, Dehidrasi Sedang, Asupan Cairan Oral.

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan

Hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul

“Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Diagnosa Medis Gastroenteritis Akut

Dalam Pemenuhan Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit Di Ruang Rawat 2 Rsu Aliyah 3

Kota Kendari.”

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah

satu syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya Keperawatan pada Program Studi

Keperawatan Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kendari. Karya Tulis Ilmiah

terwujud atas bimbingan dan pengarahan dari Bapak Muhaimin Saranani,

S.Kep.,Ns.,M.Sc selaku pembimbing I dan Ibu Lena Atoy, SST., MPH. selaku

pembimbing II yang penuh kesabaran dan keikhlasan membimbing penulis sehingga

Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.

Pada kesempatan ini penulis tidak lupa juga mengucapkan banyak terima

kasih banyak terimakasih dan penghargaan kepada:

1. Ibu Askrening, SKM., M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kendari.

2. Direktur Rumah Sakit Umum Aliyah 3 Kota Kendari yang telah memberikan izin

dalam kegiatan studi kasus.

3. Staf dan tenaga medis khususnya di ruang perawatan Rumah Sakit Umum Aliyah

3 Kota Kendari.

4. Bapak Indriono Hadi, S.Kep., Ns., M.Kep Selaku Ketua Jurusan Keperawatan

Poltekkes Kemenkes Kendari.

viii
5. Indriono Hadi, S.Kep., Ns., M.Kep selaku penguji I, Bapak H. Taamu, A.Kep.,

S.pd., M.Kes selaku penguji II, dan ibu fitri wijayanti, S.Kep., Ns., M.Kep selaku

penguji III yang telah membantu dan mengarahkan penulis dalam ujian Proposal

sehingga ujian ini dapat lebih terarah.

6. Bapak/Ibu Dosen Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan yang turut

membekali ilmu pengetahuan pada penulis selama kuliah.

7. Teristimewa kepada orang tua saya Bapak Alibasa dan Ibu Nelfia serta kakak

saya Arif ardiansya dan adik-adik saya Cin Yang Lo, Mutiara, Ferdiansya Dan

Anindiya dengan penuh cinta dan kasih sayangnya selama ini dengan iklas

mengasuh, mendidik, dan selalu memberikan dukungan baik moral maupun

material, semangat dan dukungan serta doa yang tulus kepada penulis agar

menjadi orang yang dapat membanggakan untuk mereka. Terima kasih untuk

setiap tetesan keringat yang tidak dapat penulis ganti dengan apapun, terimakasih

sudah menjadi orang tua dan saudara yang baik untuk penulis selama ini.

8. Kepada teman seperjuangan Waode Ayu Sundari, Iyda Lesari, Waode Ananda

Sari, Dan Laode Ronaldi Hutami yang telah memberikan dukungan dan motivasi

kepada penulis

9. Kepada teman terdekat saya Nova rahmayanti, Riska sulistiya ningrum, Nurul

Zeika Hairunnisa dan serta teman-teman angkatan 2018 yang telah memberikan

bantuan dan motivasi serta dukungan selama penulis menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah ini.

10. Terakhir pada almamaterku “Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari” yang

telah menjadikanku salah satu mahasiswa di institusi ini

ix
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya tulis Ilmiah ini masih

banyak terdapat kekurangan, jadi setiap kritikan maupun saran-saran dari pihak yang

bersifat membangun penulis akan menerima dengan senang hati.

Akhir kata semoga Karya Tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua

khususnya bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan peneliti selanjutnya di

Poltekkes Kemenkes Kendari serta kiranya Tuhan selalu memberi rahmat kepada

semua, aamiin.

Kendari, 14 juni 2021

penulis

x
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN .................................................................................. i


HALAMAN PERSETUJUAN ................................. Error! Bookmark not defined.
HALAMAN PENGESAHAN ................................... Error! Bookmark not defined.
HALAMAN KEASLIAN TULISAN ........................................................................ ii
HALAMAN MOTTO ................................................................................................ vi
HALAMAN ABSTRAK ........................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar belakang .................................................................................................... 1
B. Rumusan masalah............................................................................................... 3
C. Tujuan ................................................................................................................ 4
D. Manfaat studi kasus ............................................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................. 6
A. Kebutuhan Dasar Cairan dan elektrolit .............................................................. 6
1. Pengertian cairan dan elektrolit ...................................................................... 6
2. Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan cairan dan elektrolit .............. 8
3. Proses cairan dan elektolit ............................................................................ 11
4. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan eletrolit ......................... 12
5. Asuhan keperawatan ..................................................................................... 13
B. Tinjauan tentang gastroenteritis ....................................................................... 23
1. Pengertian gastroenteritis ............................................................................. 23
2. Anatomi dan fisiologi ................................................................................... 23
3. Etiologi gastroenteritis ................................................................................. 34
4. Manifestasi klinis ......................................................................................... 35

xi
5. Patofisologi gastroenteritis ........................................................................... 36
6. Pathway penyimpangan kebutuhan dasar manusia pada gastroenteritis ...... 38
C. Analisis tindakan keperawatan : pemberian asupan cairan oral....................... 45
BAB III METODOLOGI PENULISAN ................................................................. 48
A. Rancangan studi kasus ..................................................................................... 48
B. Subyek studi kasus ........................................................................................... 48
C. Fokus studi ....................................................................................................... 48
D. Definisi operasional ......................................................................................... 48
E. Tempat dan waktu ............................................................................................ 50
F. Pengumpulan data ............................................................................................ 50
G. Penyajian data .................................................................................................. 52
BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN ....................................... 53
A. Hasil Studi Kasus ............................................................................................. 53
1. Pengkajian .................................................................................................... 53
a. Riwayat Keluarga/ Genogram (diagram 3 generasi) .................................... 53
B. Pembahasan ...................................................................................................... 63
BAB V PENUTUP ..................................................................................................... 71
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 71
B. Saran ................................................................................................................. 72
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 74

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 anatomi sistem pencernaan

Gambar 2.2 pathway gastroenteritis akut

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Volume Cairan Tubuh

Tabel 2.2 Sumber Air Tubuh

Tabel 2.3 Perencanaan Keperawatan Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit

Tabel 2.4 Perencanaan Keperawatan Gastroenteritis Akut

Tabel 4.1 Pengkajian Kebutuhan Dasar

Tabel 4.2 Pemeriksaan Laboratorium Ny. R

Tabel 4.3 klasifikasi data Ny. R

Tabel 4.4 Analisa Data Ny. R Dengan Gastroenteritis Akut

Tabel 4.5 Intervensi Keperawatan Hipovolemia Ny. R Dengan Gastroenteritis Akut.

Tabel 4.6 Implementasi Keperawatan Hipovolemia Ny. R Dengan Gastroenteritis

Akut.

Tabel 4.7 Evaluasi Keperawatan Hipovolemia Ny. R Dengan Gastroenteritis Akut.

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Halaman persetujuan

Lampiran 2. halaman pengesahan

Lampiran 3. Surat keterangan bebas administrasi

Lampiran 4. Surat keterangan bebas pustaka

Lampiran 5. Surat izin pengambilan data awal

Lampiran 6. Surat pengantar pengambilan data awal

Lampiran 7. Lembaran bimbingan KTI

Lampiran 8. Format pengkajian asuhan keperawatan

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Gastroenteritis adalah radang pada lambung dan usus yang memberikan

gejalah diare, dengan atau tanpa disertai muntah, dan sering kali disertai

peningkatan suhu tubuh. Diare yng dimaksud adalah buang air besar berkali-kali

(dengan jumlah yang melebihi 4 kali, dan bentuk feses yang cair, dapat disertai

dengan darah atau lender). (sartun,lusianah 2010)

Menurut data dari world health organization (WHO) dan united nations

children’s fund (unicef), pada tahun 2017 terdapat 1,87 juta orang meninggal

akibat kasus gastroenteritis setiap tahunnya di seluruh dunia dan lebih dari 5000

pasien yang mengalami kematin, sedangkan di asia sendiri diperkirakan 82%

kematian. (WHO, 2017)

Secara global, di perkirakan ada 179.000.000 pasien gastroenteritis akut

yang terjadi pada orang dewasa setiap tahunnya dengan angka pasien dirawat inap

sebanyak 500.000 sedangkan di asia sendiri angka kesakitan gastroenteritis pada

tahun 2017 yaitu terdapat 411 penderita per 100 penduduk. Menurut Reno (2017)

di Indonesia terdapat 33.832 orang menderita gastroenteritis aku di temukan.

Hasil RIKESDAS (2018) menyatakan pervelensi Gastroenteritis

berdasarkan diagmosis tenaga kesehatan dan gejalah menurut provinsi sebanyak

6,9%, meningkat dibandingkan tahun2013 sebanyak 3,5%.

1
Dines kesehatan provinsi Sulawesi Tenggara menyatakan pada tahun 2017

jumlah kasus Gastroenteritis yang datang kesarana kesehatan sebanyak 32.094

kasus, mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2016 yaitu sebanyak 31.392

kasus Gastroenteritis

Dari data rumah sakit umum aliyah 3 tahun 2020 diperoleh pasien yang

menderita penyakit gastroenteritis akut sebanyak 56 kasus, mengalami kenaikan

dibandingkan tahun 2019 yaitu sebanyak 13 kasus gastroenteritis akut.

Cairan dan eletrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi

tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah

merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan

elektrolit melibatkan komposisi (pelarut) dan zat tertentu (zat pelarut). Elektrolit

adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang

disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam

melalui makanan, minuman dan cairan intravena (IV) dan distribusi ke seluruh

bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektorlit berarti adanya distribusi yang

normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalm seluruh bagian tubuh.

Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya

jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.

(wahyudi,2016)

Dehidrasi adalah suatu keadaan penurunan total air di dalam tubuh karena

hilangnya cairan secara patologis, asupan air tidak adekuat, atau kombinasi

2
keduanya. Dehidrasi terjadi karena pengeluaran air lebih banyak daripada jumlah

yang masuk, dan kehilangan cairan ini juga disertai dengan hilangnya elektrolit.

Manifestasi klinis dehidrasi erat kaitannya dengan deplesi volume cairan

intravaskuler. Proses dehidrasi yang berkelanjutan dapat menimbulkan syok

hipovolemia yang akan menyebabkan gagal organ dan kematian. Secara

sederhana prinsip penatalaksanaan dehidrasi adalah mengganti cairan yang hilang

dan pengembalian keseimbangan elektrolit, sehingga keseimbangan hemodinamik

kembali tercapai. (Leksana, 2015)

Asupan cairan oral adalah tindakan pemberian cairan yang berupa larutan

gula garam atau oralit yang bertujuan untuk memenuhi atau mengganti cairan

tubuh yang hilang. Pemberian segera asupan cairan oral memungkinkan dehidrasi

yang di akibatkan diare, dapat mempersingkat durasi diare.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan asuhan

keperawatan pada pasien yang mengalami Gastroenteritis Akut Dengan

Gangguan Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit Diruang Rawat 2 Rumah Sakit

Umum Aliyah 3 Kota Kendari.

B. Rumusan masalah

Bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada Ny. R dengan Gastroenteritis

Akut Dalam Pemenuhan Kebutuhan Cairan Dan Eletrolit Di Ruang Rawat 2 Rumah

Sakit Umum Aliyah 3 Kota Kendari?

3
C. Tujuan

Tujuan umum :

Mampu menerapan asuhan keperawatan pada Ny. R dengan

Gastroenteritis Akut dalam pemenuhan kebutuhan cairan dan eletrolit dengan

tindakan keperawatan asupan cairan oral

Tujuan khusus :

1. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada Ny. R dengan

Gastroenteritis Akut dalam pemenuhan kebutuhan cairan dan eletrolit

2. Mampu menegakan diagnosa keperawatan pada Ny. R dengan Gastroenteritis

Akut dalam pemenuhan kebutuhan cairan dan eletrolit

3. Mampu menerapkan rencana keperawatan pada Ny. R dengan Gastroenteritis

Akut dalam pemenuhan kebutuhan cairan dan eletrolit

4. Mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada Ny. R dengan

Gastroenteritis Akut dalam pemenuhan kebutuhan cairan dan eletrolit

5. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada Ny. R dengan Gastroenteritis

Akut dalam pemenuhan kebutuhan cairan dan eletrolit

6. Mampu menggambarkan analisa suatu intervensi keperawatan pada Ny. R

dengan Gastroenteritis Akut dalam pemenuhan kebutuhan cairan dan eletrolit

D. Manfaat studi kasus

Studi kasus ini, diharapkan memberikan manfaat bagi :

4
1) Masyarakat

Pada masyarakat yang mengalami gangguan pada sistem pencernaan

khususnya gastroenteritis akut dalam mengelolah pengeluaran cairan

2) Bagi pengembngan ilmu dan tekhnologi keperawatan

Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan dalam

pemenuhan kebutuhan cairan dan eletrolit pada gastroenteritis akut

3) Penulis

Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset keperawatan,

khususnya studi kasus tentang pelaksanaan Pemenuhan kebutuhan cairan

dan elektrolit pada pasien gastroenteritis akut

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kebutuhan Dasar Cairan dan elektrolit

1. Pengertian cairan dan elektrolit

Menurut hidayat (2012), Kebutuhan cairan merupakan suatu bagian

dari kebutuhan dasar manusia secara fisiologis yang memiliki peran penting

dalam tubuh, hampir 90% dari total berat badan tubuh dan sisanya merupakan

bagian padat dari tubuh. berdasarkan umur kategori persentase cairan tubuh

adalah bayi baru baru lahir 75% dari total berat badan, pria dewasa 57% dari

total berat badan, wanita dewasa 55% dari total berat badan, dan dewasa tua

45% dari total berat badan. Presentase cairan tubuh bervariasi, tergantung

pada faktor usia, lemak dalam tubuh dan jenis kelamin. Jika lemak tubuh

sedikit, maka cairan dalam tubuh pun lebih besar. Wanita dewasa mempunyai

jumlah cairan lebih sedikit dibanding pria karena pada wanita dewasa jumlah

lemak dalam tubuh lebih banyak dibanding pada pria.

Menurut wahyudi (2016), total jumlah volume cairan tubuh (total body

water/TBW) kira-kira 60% dari berat badan pria dan 50% dari berat badan

wanita. Jumlah volume ini tergantung kandungan lemak badan dan usia.

Lemak jaringan sangat sedikit menyimpan cairan, dimana lemak pada wanita

lebih banyak dari pria sehingga jumlah volume cairan lebih rendah dari pria.

6
Usia juga berpengaruh terhadap TBW dimana makin tua usia makin sedikit

kandungan airnya. Sebagai contoh pada tabel 2.1 volume cairan tubuh :

Karakteristik Volume cairan tubuh ( total body


water/TBW)
Bayi baru lahir 70%-80% dari berat badan
Usia 1 tahun 60% dari berat badan
Pubertas s.d usia 39 tahun :
a. pria 60% dari berat badan
b. wanita 52 % dari berat badan
Usia 40 s.d 60 tahun
a. pria 55% dari berat badan
b. wanita 47% dari berat badan
Usia diatas 60 tahun
a. pria 52% dari berat badan
b. wanita 46% dari berat badan
Tabel 2.1 volume cairan tubuh

Air memiliki molekul yang kecil, sangat mudah berdifusi dan bersifat

polar (senyawa elekton) sehingga berkohesi satu dengan yang lainnya

membentuk benda cair. Fungsi vital air adalah pelarut yang sangat baik karena

molekulnya dapat bergabung dengan tubuh selalu diupayakan konstan karena

air tubuh yang keluar akan sama dengan jumlah air yang masuk. Tabel 2.2

sumber air tubuh

Sumber Jumlah

Air minum 1.500-2.00 ml/hari

Air dalama makanan 700 ml/hari

Air dari hasil mwtabolisme tubuh 200 ml/hari

Jumlah 2.400-2.900 ml/hari

Tabel 2.2 sumber air tubuh

7
2. Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan cairan dan elektrolit

Menurut Hidayat (2012), Pengaturan kebutuhan cairan dan elektolit

dalam tubuh diatur oleh ginjal, kulit, paru, dan gastrointestinal.

a. Ginjal

Ginjal merupakan organ yang memiliki peran yang cukup

besar dalam mengatur kebutuhan cairan dan elektrolit. Hal ini terlihat

pada fungsi ginjal, yaitu sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi

garam dalam darah, pengatur keseimbangan asam-basa darah dan

ekskresi bahan buangan atau kelebihan garam

Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini diawali

oleh kemampuan bagian ginjal, seperti glomerulus, dalam penyaringan

cairan. Rata-rata setiap satu liter darah mengandung 500 cc plasma

yang mengalir melalui glomerulus, 10% disaring keluar. Cairan yang

teraring (filtrate glomelurus), kemudian mengalir melalui tubuli renalis

yang sel-selnya menyerap semua bahan yang dibutuhkan. Jumlah

urinCXe yang diproduksi ginjal dapat dipengaruhi oleh ADH dan

aldosteron dengan rata-rata 1ml/kg/bb/jam

b. Kulit

Kulit merupakan bagian penting pengaturan cairan yang terkait

dengan proses pengaturan panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur

panas yang disarafi oleh vasomotorik dengan kemampuan

mengendalikan arteriol kutan dengan caravasodilatasi dan

8
vasokontriksi. Proses pelepasan panas dapat dilakukan dengan cara

penguapan. Jumlah pengeluaran keringat tergandung dengan banyanya

darah yang mengalir melalui pembuluh darah dalam kulit. Proses

pelepasan panas lainya dapat dilakukan dengan cara pemancaran panas

ke udarah di sekitarnya konduksi yaitu pengalihan panas pada bendah

yang disentuh dan konveksi yaitu pengaliran panas ke permukaan

yang lebih dingin.

Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keingat di

bawah pengendalian saraf simpatis. Melalui kelenjar keringat ini suhu

dapat diturunkan dengan jumlah air yang dapat dilepaskan, kurang

lebih setengah liter sehari. Perangsangan kelenjer keringat yang

dihasilkan dapat diperoleh melakui aktivitas otot, suhu lingkungan dan

kondisi suhu tubuh yang panas

c. Paru

Organ paru berperan mengeluarkan cairan dengan

menghasilkan insensible water loss kurang lebih 400 ml/hari. Proses

pengeluaran cairan terkait dengan respon akibat perubahan upaya

kemampuan bernapas.

d. Gastrointestinal

Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernaan yang

berperan dalam mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan

pengeluaran air. Dalam kondisi normal, cairan yang hilang dalam

sistem ini sekitar 100-200 ml/hari.

9
Pengaturan keseimbangan cairan dapat melalui sistem endokrin, seperti

sistem hormonal (anti diuretic hormone-ADH), Aldosteron, Prostaglandin,

Glukokortikoid dan Mekanisme rasa haus.

a. ADH

Hormone ini memiliki peran dalam peningkatan reabsopsi air sehingga

dapat mengendalikan keseimbangan dalam tubuh. Hormone ini

dibentuk oleh hipotalamus di hipofisis posterior, yang mensekresikan

ADH dengsn meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan

eksrasel.

b. Aldosteron

Hormone ini berfungsi sebagai absorpsi natrium yang disekresi oleh

kelenjar adrenal di tubulus ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini

diatur oleh adanya perubahan konsetrasi kalium, natrium, dan sistem

angiotensin renin

c. Prostaglandin

Prostaglandin merupakan asam lemak yang terdapat pada jaringan

yang berfungsi merespon radang, mengendalikan tekanan darah dan

kontraksi uterus, serta mengatur pergerakan gastrointestinal.Pada

ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal.

d. Glukokortikoid

Hormone ini berfungsi mengatur peningkatakn reabsorpsi natrium dan

air yang menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi

retensi natrium

10
e. Mekanisme rasa haus

Mekanisme rasa haus diatur dalam rangka memenuhi kebutuhan cairan

dengan cara merangsang pelepasan rennin yang dapat menimbulkan

produksi angiotensin II sehingga merangsang hipotalamus untuk rasa

haus (hidayat, 2012)

3. Proses cairan dan elektolit

Mekanisme perpindahan cairan dan elektrolit tubuh ada 4 macam

yaitu

1. Difusi adalah perpindahan larutan dari konsentrasi tinggi menuju

konsentrasi yangrendah dengan melintasi membrane semipermeable.

2. Osmosis adalah Perpindahan pelarut murni melalui membran semi

permeable berpindahdari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi.

3. Filtrasi adalah perpindahan air dan subtansi yang dapat larut secara

bersama sebagai respon karena tekanan cairan yang keluar sebanding

dengan besar perbedaan tekanan luas permukaan membrane likuid

dalam sebuah ruangannya disebut hidrostatik

4. Transpor aktif adalah gerakan partikel dari konsentrasi rendah

ketinggi karena adanya daya aktif dari tubuh seperti pompa

jantung. Membutuhkanenergi dalam proses transpor. Contohnya

pompa Na untuk keluar dari sel dankalium masuk ke sel.

11
4. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan eletrolit

Menurut Hidayat(2012), Kebutuhan cairan elektrolit dalam tubuh di

pengaruhi oleh faktor-faktor :

1. Usia : perbedaan usia menentukan luas permukaan tubuh serta aktivitas

organ, sehingga dapat mempengaruhi jumlah kebutuhan cairan dan

elektrolit.

2. Temperature : termperatur yang tinggi menyebabkan proses pengeluaran

cairan melalui keringan cukup banyak, sehingga tubuh akan banyak

kehilangan cairan

3. Diet : apabila kekurangan nutrient, tubuh yang memecah cadangan

makanan yang tersimpan di dalamnya sehingga dalam tubuh terjadi

pergerakan cairan dari interstitial ke interseluler, yang dapat berpengaruh

pada jumlah pemenuhan kebutuhan cairan.

4. Stress : stress dapat memenuhi pemenuhan kebutuhan cairan dan elektorlit

melalui proses peningkatan produksi adh, karena proses ini dapat

meningkatkan metabolism sehingga mengakibatkan terjadinya glikolisis

otot yang dapat menimbulkan retensi sodium dan air.

5. Sakit : pada keadaan sakit terdapat banyak sel yang rusak, sehingga untuk

memperbaiki sel yang rusak tersebut dibutuhkan adanya proses

pemenuhan kebutuhan cairan yang cukup. Keadaan sakit menimbulkan

ketidakseimbanganhormona, yang dapat mengganggu keseimbangan

kebutuhan cairan

12
5. Asuhan keperawatan

A. Pengkajian

1. Riwayat keperawatan

Pengkajian keprawatan pada masalah kebutuhan cairan dan

elektrolit meliputi jumlah asupan cairan yang dapat diukur melalui

jumlah pemasukan meliputi jumlah asupan cairan yang dapat

diukur melalui jumalah pemasukan secara oral, paranteral, ata u

enteral.Jumlah pengeluaran dapat diukur melalui jumlah produksi

urine, feses, muntah atau pengeluaran lainnya. Status kehilangan

atau kelebihan cairan, dan perubahan berat badan yang dapat

menentukan tingkat dehidrasi (intake dan output cairan)

2. Faktor yang berhubungan

Faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kebutuhan

cairan, seperti sakit, diet, lingkungan, usia perkembangan, dan

penggunaan obat

3. Pengkajian fisik

Sistem yang berhubungan dengan masalah cairan dan

elektrolit, seperti sistem integument (status turgor kulit dan

edema), sistem kardiovaskuler (adanya distensi vena jugularis,

tekanan darah, dan bunyi jantung), sistem penglihatan (kondisi dan

cairan mata), sistem neurologi (gangguan sensorik/motorik, status

13
kesadaran, dan adanya refleksi), dan sistem gastrointestinal

(keadaan mukosa mulut dan bising usus)

4. Pemeriksaan laboratorium atau diagnostic lainnya

Pemeriksaan laboratorium dan diagnostic lainnya dapat

berupa pemeriksaan kadar eletrolit, kalium, klorida, jenis urine,

analisis gas darah, dan lain-lain)

B. Diagnose

diagnose keperawatan sesuai denga SDKI (2017) pada gangguan

cairan & elektolit ada 2 yaitu :

1. Hipovolemia berhubungan dengan :

• Kehilangan cairan aktif

• Kegagalan mekanisme regulasi

• Peningkatan permeabilitas kapiler

• Kekurangan intake cairan

• Evaporasi

2. Hipervolemia berhubungan dengan :

• Gangguan mekanisme regulasi

• Kelebihan asupan cairan

• Kelebihan asupan natrium

• Gangguan aliran balik vena

14
• Efek agen farmakologi (mis. Kortikosteroid, chlorpropamide,

tolbutamide, vincristine, tryptilinescarbamazepine)

C. Perencanaan

Menurut buku SLKI (2019) tujuan untuk mengatasi masalah cairan

yaitustatus cairan dengan intervensi manajemen hipovolemia dan

hypervolemia bisa dilihat tabel 2.3 :

Hipovolemia b.d Tujuan : setelah Intervensi :


kehilangan cairan aktif, dilakukan
kegagalan mekanisme tindakan Manajemen
regulasi, peningkatan keperawatan Hipovolemia
permeabilitas kapiler, selama…x 24 jam
Observasi
kekurangan intake cairan maka status cairan
dan evaporasi membaik dengan • Periksa tanda
kriteria hasil : gejalah
• Frekuensi hipovolemia
nadi
membaik • Monitor intake
• Tekanan dan output cairan
darah
membaik Terapeutik
• Berat badan • Hitung
membaik kebutuhan cairan
• Intake cairan
membaik • Berikan posisi
• Membrane modified
mukosa trendelenburg
membaik
• Berikan asupan
cairan oral
Edukasi

• Anjurkan
memperbayak
pemberian
asupan cairan
oral

15
Kolaborasi

• Kolaborasi
pemberian cairan
IV isotonis (mis,
Nacl,RL)

Hypervolemia b.d Tujuan : setelah Manajemen


gangguan meknisme dilakukan hipervolemia
regular, kelebihan asupan tindakan
cairan, kelebihan asupan keperawatan Observasi
natrium, gangguan aliran selama…x 24 jam
• Periksa tanda
balik vena, efek agen maka status cairan
dan gejala
farmakologi (mis. membaik dengan
hipervlemia
Kortikosteroid, kriteria hasil :
(mis. ortopnea,
chiopropamide, • Frekuensi
dispnea, edema,
tolbutamide, vincridtine, nadi
JVPICVP
htyptilinescarbarnazepine) membaik
meningkat
• Tekanan refleks
darah hepatojugular
membaik posilit, suara
• Berat badan napas tambahan)
membaik
• Intake cairan • Identifkasi
membaik penyebab
• Membrane hipervolemia
mukosa
membaik • Monitor status
hemodinamik
(mis. frekuensi
jantung, tekanan
darah, MAP,
CVP, PAP,
PCWP. CO, C),
jika tersedia

• Monitor Intake
dan output calran

• Monior tanda
hemokonsentrasi
(mis. kadar
natrium, BUN,
hematokrit, berat
jerirs unne)

16
• monitor tanda
peningkatan
tekanan onkotik
plasma (mis.
kadar proteln dan
albumin
meningkat)

• Monitor
kecepatan infus
secara ketat

• Monitor efek
samping dluretk
(mis. hipotensi
ortortostatik,
hlpovolemla,
hlpovolemiA
,hiponatremla)
Terapeutik

• Timbang berat
badan setiap hari
pada waktu yang
sama
• Batasin asupan
cairan dan garam
• Tinggikan kepala
tempat tidur 30-
40
Edukas

• Anjurkan
melapor jika
haluaran urin
<0.5 mL/kg/jam
dalam 6 jam

• Anjurkan
melapor jika BB
bertambah > 1
kg dalam sehari

• Ajarkan cara

17
mengukur dan
mencatat asupan
dan haluaran
cairan

• Ajarkan cara
membatasi
cairan
Kolaborasi

• Kolaborasi
pemberian
diuretic

• Kolaborasi
penggantian
kehilangan
kalium akibat
diuretic

• Kolaborasi
pemberian
continuous renal
replacement
therapy (CRRT),
Jika perlu

Tabel 2.3 perencanaan keperawatan kebutuhan cairan dan elektrolit

D. Pelaksanaan keperawatan

1. Pemberian cairan melalui infuse

Pemberian cairan melalui infuse merupakan tindakan keperawatan

yang dilakukan dengan cara memasukan cairan melalui intravena

dengan bantuan infuse set. Bertujuan memenuhi kebutuhan cairan

dan elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan.

Alat dan bahan :

• Standar infuse

18
• Infuse set

• Cairan sesuai dengan kebutuhan pasien

• Jarum infuse/abocath atau sejenisnya sesuai dengan ukuran

• Pengalas

• Tourniquet/pembendung

• Kapas alcohol

• Plester

• Gunting

• Kasa steril

• Betadine

• Sarung tangan

Prosedur kerja :

• Cuci tangan

• Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

• Hubungkan cairan dan infuse set dengan menurukan ke

dalam botor infuse (caira)

• Isi cairan ke dalam infuse set dengan menekan bagian

ruang tetesan hingga ruangan tetesan terisi sebagaian dan

buka penutup hingga selang terisi dan udara keluar

• Letkkan pengalas

• Lakukan pembendungan dengan tornuquet

• Gunakan sarung tangan

19
• Desinfektan daerah yang akan ditusuk

• Lakukan oenusukan dengan arah jarum ke atas

• Cek apakah sudah mengenai vena (cirinya adalah daerah

keluar melalui jarum infuse/abocath)

• Tarik jarum infuse dan hubungkan dengan selang infuse

• Buka tetesan

• Lakukan desinfektan dengan kapas alcohol dan tutup

dengan plaster

• Berikan tanggal dan jam pelaksanaan infuse pada plaster

• Cuci tangan

2. Tranfusi darah

Tranfusi darah merupakan tindakan keperawatan yang

dilakukan pada pasien yang membutuhkan darah dengan cara

memasukkan darah melalui vena dengan menggunakan alat tranfusi

set yang bertujuan untuk mmenuhi kebutuhan darah dan memperbaiki

perfusi jaringan

Alat dan bahan :

• Standar infuse

• Tranfusi set

• NaCl 0,9 %

• Darah sesuai dengan kebutuhan pasien

• Jarum infuse/abocath atau sejenisnya sesuai dengan ukuran

20
• Pengalas

• Tourniquet/pembendung

• Kapas alcohol

• Plester

• Gunting

• Kasa steril

• Betadine

• Sarung tangan

Prosedur kerja :

• Cuci tangan

• Jelaskan prosedur yang akan dilakukan hubungkan cairan NaCl

0,9% dan tranfusi set dengan cara memasukan

• Isi cairan NaCl 0,9% ke dalam tranfusi set dengan menekan

bagian ruang tetesan hingga ruangan tetesan terisi sebagaian

dan buka penutup hingga selang terisi dan udara keluar

• Letkkan pengalas

• Lakukan pembendungan dengan tornuquet

• Gunakan sarung tangan

• Desinfektan daerah yang akan ditusuk

• Lakukan oenusukan dengan arah jarum ke atas

21
• Cek apakah sudah mengenai vena (cirinya adalah daerah keluar

melalui jarum infuse/abocath)

• Tarik jarum infuse dan hubungkan dengan selang infuse

• Buka tetesan

• Lakukan desinfektan dengan kapas alcohol dan tutup dengan

plaster

• Berikan tanggal dan jam pelaksanaan infuse pada plaster

• Setelah NaCl 0,9% masuk, kurang lebih 15 menit, ganti dengan

darah yang sudah disiapkan

• Sebelum dimasukkan, terlebih dahulu cek warna darah,

identitas pasien, jenis golongan darah dan tanggal kedaluwarsa

• Lakukan observasi tanda-tanda vital selama pemakaian tranfusi

• Cuci tangan

E. Evaluasi keperawatan

Evaluasi terhadap ganguan kebutuhn cairan dn elektrolit secara

umum dapat dinilai dari kemampuan dama mempertahankan

keseimbangan cairan dan eletrolit dengan ditujukkan oleh adanya

keseimbangan antara jumlah asuoan dan pengeluaran, nilai elektolit

dalam btas normal, berat badan seusia dengan tinggi badan atau tidak

ada penurunan, turgor kulit baik, tidak terjadi edema danlain

sebagainya.

22
B. Tinjauan tentang gastroenteritis

1. Pengertian gastroenteritis

Gastroenteritis atau biasa disebut dengan flu lambung adalah radang

saluran gastrointestinal dapat terjadi pada semua usia, mulai dari bayi, anak-

anak, dewasa hingga lansia berisiko mengalami gejalah yang berat. (hurst,

marlene 2016)

Gastroenteritis merupakan radang pada lambung dan usus halus, usus

besar dengan berbagai kondisi patologis dari saluran pencernaan yang

memiliki tanda dan gejalah diare, dengan atau tanpa disertai muntah, serta

ketidaknyamanan abdomen. (muttaqin& sari, 2011)

2. Anatomi dan fisiologi

Menurut ardiansyah M, 2012, anatomi fisiologi sistem pencernaan

yaitu :

Gambar 2.1 Anatomi Sistem Pencernaan

23
1) Mulut

Mulut adalah permulaan saluran pencernaan. Pencernaan mulut

dibantu oleh ptyalin,yaitu enzim yang dikrluarkan oleh kelenjar saliva untuk

membasahi proses metabolisme makanan. Organ kelengkapan mulut yaitu

bibir,pipi,gigi (gigi susu dan gigi tetap),lidah, dan kelenjar ludah. Mulut

terdiri atas dua bagian, yaitu:

a) Bagian luar yang sempit (vestibula), yaitu ruang di antara gusi, gigi

,bibir, dan pipi.

b) Bagian rongga mulut (bagian dalam), yaitu rongga mulut yang

sisisisinya dibatasi oleh tulang maklsilaris, serta di sebelah belakang

bersambung dengan faring.

2) Faring

Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut

dengan kerongkongan (esofagus) yang panjanhnya 12 cm. Di dalam

lengkung12 faring terdapat tonsil (amandel), yaitu kumpulan kelenjar limfe

yang banyak mengandung limfosit dan merupakan pertahanan terhadap

infeksi. Di sini, terletak persimpangan antara jalan napas dan jalan makanan

yang letaknya di belakang rongga mulut dan hidung. Di depan ruas tulang

belakang, makanan melewati epiglotis lateral melalui resus piriformis,

kemudian masuk esophagus tanpa membahayakan jalan udara. Pada waktu

24
yang sama, jalan udara akan ditutup sementara. Pada proses permulaan

menelan, otot mulut dan lidah berkontraksi secara bersamaan.

Pada saat terjadi proses menelan, faring melakukan gerakan untuk

mencegah masuknya makanan ke jalan pernapasan dengan cara menutup

sementara katup ke saluran napas dalam beberapa detik, sambil mendorong

makanan masuk ke dalam esophagus agar tidak membahayakan jalannya

pernapasan. Dalam hal ini, terjadi persilangan antara jalan makanan dengan

pernapasan. Jalan makanan masuk ke belakang, sementara jalan pernapasan

melewati epiglotis lateral melalui filiformis sebelum kemudian masuk ke

esophagus.

3) Esophagus

Esophagus merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan

lambung dan panjangnya +- 25 cm, dimulai dari faring sampai pintu masuk

kardiak di bawah lambung.Lapisan dinding dari dalam keluar, lapisan

selaput lendir (mukosa), lapisan submukosa, lapisan otot melingkar sirkuler,

dan lapisan otot memanjang longitudional. Esophagus terletak di belakang

trakea dan di depan tulang punggung13 setelah melalui thorax menembus

diafragma masuk ke dalam abdomen, menyambung dengan lambung.

Sekresi esophagus bersofat mukoid, yaitu memberi pelumas untuk

pergerakan makanan melalui esophagus.Pada permulaan esophagus terdapat

kelenjar mukosa komposita.Bagian utamanya dibatasi oleh banyak kelenjar

25
mukosa simpleks yang berfungsi untuk mencegah sekresi mukosa oleh

makanan baru masuk.Kelenjar komposita yang terletak pada perbatasan

esophagus dengan lambung berfungsi untuk melindungi dinding esophagus

dari pencernaan getah lambung.Pada peralihan esophagus ke lambung,

terdapat spinker kardiak yang dibentuk oleh lapisan otot sirkuler esophagus.

Spinkter ini terbuka secara refleks pada akhir proses menelan. Tunika

mukosa esophagus mempunyai epitel gepeng berlapis yang mengandung

kelenjar-kelenjar (landula esophagus).

4) Lambung (gaster)

Lambung merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang,

terutama di daerah epigaster.Bagian atas fundus uteri berhubungan dengan

esophagus melalui orifisium pilorik. Organ ini terletak di bawah diafragma,

di depan pankreas dan limfa, serta menempel di sebelah kiri fundus uteri.

Pencernaan di dalam lambung dibantu oleh pepsinogen untuk mencerna

protein, lemak, dan asam garam.

Lambung berdistensi untuk menampung makanan yang

masuk.Awalnya, piloris tetap tertutup.Namun, karena efek dari gelombanh

peristaltik, lambung kemudian mencampur makanan sekaligus14

memaparkannya dengan cairan lambung.Kemudian, spinkter pyloris

relaksasi dan membiarkan sejumlah kecil makanan melewatinya setiap

waktu.

26
Fungsi lambung adalah menampung menghancurkan, dan

menghaluskan makanan melalui mekanisme gerak peristaltik lambung dan

getah lambung. Getah cerna yang dihasilkan oleh lambung adalah:

a) Pepsin, fungsinya memecah putih telur menjadi asam amino

(albumin dan pepton).

b) Asam garam (HCl), fungsinya mengasamkan makanan sebagai

antiseptik dan desinfektan, serta menyebabkan kondisi asam pada

pepsinogen untuk kemudian diubah menjadi pepsin.

c) Renin, fungsinya sebagai ragi yang membekukan susu dan

membentuk kasein dari karsinogen (karsinogen dan protein susu).

d) Lapisan lambung, ada dalam jumlah sedikit dan fungsinya untuk

memecah lemak menjadi asam lemak yang merangsang sekresi

getah lambung.

Sekresi getah lambung mulai terjadi pada saat orang mulai makan.

Ketika kita melihat dan mencium bau makanan, pada saat itu pula sekresi

lambung akan terpicu. Rasa makanan dapat merangsang sekresi lambung

karena kerja saraf, sehingga menimbulkan rangsangan kimiawi yang

menyebabkan dinding.

lama apabila makanan banyak mengandung lemak. Fungsi pilorus

lambung melepaskan hormon yang disebut sekresi getah lambung.Produksi

27
getah lambung ini dapat dihalangi oleh sistem saraf simpatis, yang dapat

juga muncul saat terjadi gangguan emosi, seperti marah dan rasa takut.

Pengosongan lambung membutuhkan waktu lima jam, atau lebih

sebagai pengendali pintu keluar-masuk lambung menjadi terbatas, karena

proses pengosongan berjalan normal walaupun pilorus tetap terbuka.

Kontraksi antrun akan diikuti oleh kontraksi pilorus yang berlangsung

sedikit lebih lama dari kontraksi duodenum. Pengaturan gerakan dalam

proses pengosongan lambung merupakan kontraksi gerak peristaltik

lambung yang dikoordinasikan oleh gelombang depolarisasi gastrik (slow

wave). Ini merupakan gerak sel otot polos yang dimulai otot sirkulasi

fundus menuju ke pilorus setiap 20 detik.Ritme ini disebut Basic Elektrik

Ritme (BER). Peristaltik antrum slow wave mempunyai peran penting

dalam pengendalian pengosongan lambung.

5) Usus halus (Intestinum minor)

Proses pencernaan makanan selanjutnya dilakukan di dalam usus

halus dengan bantuan aksi getah usus. Usus halus adalah bagian dari sistem

pencernaan yang berpangkal pada pylorus dan berakhir pada seikum dengan

panjang ±6 m. Usus halus ini merupakan saluran paling panjang yang

digunakan sebagai tempat proses pencernaan dan absorpsi.

hasil pencernaan Usus halus terdiri dari beberapa lapisan, yaitu

lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar (m. sirkular),

28
lapisan otot yang memanjang (m. longitudinal), dan lapisan serosa (sebelah

luar).16

a) Anatomi usus halus

Usus halus terdiri dari tiga bagian, yaitu duodenum,

yeyenum, dan ileum.Duodenum juga sering disebut usus dua belas

jari.Organ ini panjangnya sekitar 25 cm, berbentuk menyerupai

sepatu kuda yang melengkung ke kiri.Organ pankreas terdapar pada

lengkungan ini.Sedangkan, pada bagian kanan duodenum terdapat

selaput lendir menyerupai bukit yang disebut papila vateri.Pada

papila vateri ini bermuara saluran empedu (duktus koledokus) dan

saluran pankreas (duktus pankreatikus).

Empedu dibuat di hati untuk dikeluarkan ke duodenum

melalui duktus koleduktus, fungsinya adalah mengemulasi lemak

dengan bantuan lipase.Pankreas juga menghasilkan amilase (yang

berfungsi mencerna hidrat arang menjadi disakarida) dan tripsin

(yang berfungsi mencerna protein menjadi asam amino atau albumin

dan polipeptida).Dinding duodenum mempunyai lapisan mukosa

yang banyak mengandung kelenjar. Kelenjar ini disebut kelenjar-

kelenjar brunner dan berfungsi untuk memproduksi getah

intestinum.

29
Sementara itu, yeyenum dan ileum mempunyai panjang

sekitar ±6 meter.2/5 bagian atas adalah yeyenum dan 3/5 sisanya

adalah ileum.Lekukan yeyenum dan ileum melekat pada dinding

abdomen posterior dengan perantaraan lipatan teritonium berbentuk

kipas, yang dikenal sebagai mesenterium.Akar mesenterium

memungkinkan keluar dan masuknya cabang-cabang17 arteri dan

vena mesentrika superior, pembuluh limfe, dan saraf ke ruang antara

dua lapisan peritoneum yang membentuk mesenterium.

Sambungan antara yeyenum dan ileum tidak mempunyai

batas yang tegas.Ujung bawah ileum berhubungan dengan seikum

melalui perantaraan lubang yang bernama orifisium

ileoseikalis.Orifisium ini diperkuat oleh spinkter ileoseikalis.Pada

bagian ini terdapat katup valvula seikalis atau valvula bauk ini yang

berfungsi untuk mencegah cairan dalam kolon asendens agar tidak

masuk kembali ke dalam ileum.

b) Fungsi usus halus

(1) Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap

melalui kapiler-kapiler darah dan saluran-saluran limfe.

(2) Menyerap protein dalam bentuk asam amino.

(3) Menyerap karbohidrat dalam bentuk monosakarida.

30
c) Kelenjar dalam usus halus Di dalam usus halus terdapat kelenjar

yang menghasilkan getah usus yamg menyempurnakan makanan,

yakni:

(1) Enterokinase, mengaktifkan enzim proteolitik.

(2) Eripsin, menyempurnakan pencernaan.

(3) Laktase, mengubah laktase menjadi monosakarida.

(4) Maltosa, mengubah maltosa menjadi monosakarida.

(5) Sukrosa, mengubah sukrosa menjadi monosakarida.

(6) protein menjadi asam amino.Kontraksi di usus halus.

Kontraksi di usus halus terbagi enam bagian, yaitu:18

(1) Segmentasi: jenis gerakan yang paling sering dan frekuensinya

sesuai dengan slow wave (gerakan lambat).

(2) Peristaltik: kontraksi otot sirkuler secara berurutan dalam jarak

pendek dengan kecepatan 2-3 cm/detik untuk memotong chymus ke

arah usus besar.

(3) Kontraksi muskularis mukosa: kontraksinya tidak teratur tiga

kali per menit. Kontraksi ini mengubah pola lekukan dan lipatan

mukoda, mencamput isi lumen, dan mendekatkan chymus dengan

permukaan mukosa yang dirangsang oleh saraf simpatis.

(4) Kontarksi vilus: konstraksinya tidak teratur, terutama di bagian

proksimal usus. Kontraksi ini membantu mengosongkan pembuluh

lacreal sentral dan meningkatkan aliran limfe.

31
(5) Sfingter ileosekalis: Sfinger ileosekalis melemas bila gerak

peristaltik ileum sampai spingter dan sejumlah kecil chymus masuk

ke dalam sekum (usus buntu).

(6) Reflex gatroileal: peningkatan fungsi sekresi dan motorik

lambung saat makanan meninggalkan motilitas ileum terminalis,

chymus masuk ke dalam sekum melalui refleks panjang.

6) Usus besar (intestinum mayor)

Organ pencernaan itu sendiri atas kolon asenden, transversum,

desenden, sigmoid, serta rektum.Peristaltik di bagian ini sangat kuat dan

mendorong feses cair dalam usus asenden dan transversum, kemudian air

diserap ke usus desenden.Bahan kotoran yang terdapat di dalam19 ujung

usus sebagian besar berupa feses dan menggumpal di dalam rektum

akhirnya keluar melalui anus. Struktur usus besar terdiri dari:

a. Sekum (usus buntu), yaitu kantong lebar yang terletak pada fossa

iliaka dekstra. Pada bagian bawah dari organ ini adalah sekum

apendiks vermiformis disebut umbai cacing, panjangnya sekitar 6-

10 cm. Muara apendiks ditentukan oleh titik Mc Burney, yaitu

daerah antara 1/3 bagian kanan dan 1/3 bagian tengah garis

penhubung kedua spina iliaka anterior superior (SIAS).

b. Kolon asendens, bagian yang memanjang dari sekum ke fossa iliaka

kanan sampai setelah kanan abdomen. Panjang dari bagian ini ±13

cm, terletak di sebelah kanan dan di bawah hati ke sebelah kiri.

32
Lengkung ini disebut fleksura hepatica (fleksura koli dekstra) dan

dilanjutkan dengan kolon transversum.

c. Kolon transversum, yang mempunyai panjang ±38 cm, membujur

dari kolon asendens sampai kolon desenden. Organ ini berada di

bawah abdomen sebelah kanan, tepat pada lekukan yang disebut

fleksura lienalis (fleksura koli sinistra), dan mempunyai

mesenterium yang melekat pada amentum mayus.

d. Kolon desendens yang mempunyai panjang ±25 cm dan terletak di

bawah abdomen bagian kiri dari atas ke bawah. Dari depan fleksura

lienalis sampai depan ileum kiri, bersambung dengan sigmoideum

dan dinding belakang peritoneum (retroperitoneal).

e. Kolon sigmoid, yang merupakan lanjufan kolon desenden, terletak

miring dalam rongga pelvis. Bagian ini panjangnua ±40 cm,

dalam20 rongga pelvis sebelah kiri, berbentuk huruf S dengan ujung

bawahnya berhubungan dengan rektum. Kolon sigmoid ini ditunjang

oleh mesenterium yang disebut mesekolon sigmoideum.

7) Rektum Organ

ini terletak di bawah kolon sigmoideum yang menghubungkan

instestinum mayor dengan anus. Posisinya berada di dalam rongga pelvis di

depan os sacrum dan os koksigis. Rektum terdiri dari dua bagian, yaitu

rektum propia dan rektum analis rekti.

a. Rektum propia; bagian yang melebar disebut ampula rekti, jika

terisi sisa makanan akan timbul hasrat defekasi.

33
b. Rektum analis rekti; bagian sebelah bawah ditutupi oleh serat-serar

otot polos (muskulus spinkter ani internus dan muskulus spingkter

ani eksternus).

Kedua otot ini berfungsi pada waktu defekasi.Tunika mukosa

rektum banyak mengandung pembuluh darah, jaringan mukosa, dan

jaringan otot yang membentuk lipatan yang disebut kolumna rektalis.Di

bagian bawah terdapat vena rektalis (hemoroidalis superior dan inferior)

yang sering mengalami pelebaran atau varises, yang disebut wasir

(ambeien).

8) Anus

Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan

rektum dengan dunia luar (udara luar) dan terletak di dasar pelvis. Dinding

anus diperkuat oleh tiga spinkter (otot cincin), yakni:

a. Spinkter ani internus (sebelah atas), bekerja tidak menurut kehendak.

b. Spinkter levator ani, bekerja juga tidak menurut kehendak.

c. Spinkter ani eksternus (sebelah bawah), bekerja menurut kehendak.

3. Etiologi gastroenteritis

Menurut hurst, marlene (2018) gastroenteritis disebabkan oleh :

1. Faktor Infeksi

a. bakteri (salmonella spp, campylobacter jejuni, stafilococcus aureus,

bacillus cereus, closteidium perfringens dan enterohemorrhagic,

34
escherichian coli (EHEC). Bakterinya penyebab diare di Indonesia

adalah shigella, salmonella, campylobacter jejeni, Escherichia coli,

dan entamoeba histolytica. Disentri berat umumnya disebabkan oleh

shigella dysentery, kadang-kadang juga disebabkan oleh shigella

flexneri salmonella dan enteroinvasive E.coli (EIEC). Infeksi oleh

mikroorganisme ini menyebabkan peningkatan sekresi cairan.

b. Virus (rota-virus, adenovirus enteris, virus norwalid, parasit (biardia

lambia, cryptosporidium)

2. diare juga dapat disebabkan oleh pengonsumsian obat-obatan seperti

replacement hormone tiroid, laksatif, antibiotic, asetaminophen,

kemoterapi dan antasida.

3. Penyakit pada pasien seperti gangguan metabolic dan endokrin (diabetes,

addisson, tirotoksikosis, ca tyroid sehingga terjadi peningkatan

penglepasan calsitonin), gangguan nutrisi dan malabsorpsi usus (colitis

ulseratif, syndrome usus peka, penyakit seliaka), paralitik ileus dan

obstruksi usus.

4. Manifestasi klinis

Menurut Sartun,Lusianah (2010) tanda dan gejalah gastroenteritis adalah :

a. Munta-muntah

b. Suhu tubuh meningkat

c. Nafsu makan berkurang

d. Sering buang air besar dengan konsistensi cair

35
e. nyeri perut atau kram perut

f. tanda-tanda dehidrasi (peraaan haus, brat badan menurun, mata

cekung, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun, dan

suara serak)

g. frekuensi napas cepat

h. anuria karena penurunan perfusi ginjal

5. Patofisologi gastroenteritis

Menurut Sartun, Lusianah (2010), patofisiologi gastroenteritis akut

yaitu Proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain

infeksi bakteri, malabsorpsi atau sebab yang lain. Faktor infeksi, proses ini

diawali dengan adanya mikroorganisme yang masuk ke dalam saluran

pencernaan, kemudian berkembang biak dalam lambung dan usus.

Mikroorganisme yang masuk dalam lambung dan usus memproduksi toksi,

yang terikat pada mukosa usus dan menyebabkan sekresi aktif anion klorida

ke dalam lumen usus yang diikuti air, ion karbonat, kation, natrium dan

kalium.Infeksi Jenis enteroinvasif seperti : E, coli, paratyphi B. salmonella,

shigella, toksin yang dikeluarkannya dapat menyebabkan kerusakan dinding

usus berupa nekrosis dan ulserasi. Diare bersifat sekretori eksudatif, cairan

diare dapat bercampur lendir dan darah.

Faktor malabsorpi merupakan kegagalan dalam melakukan absorpsi

terhadap pada makanan atau zat yang mengakibatkan tekanan osmotik

36
meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang

dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadi diare.

Gangguan mobilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik akan

mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan

sehingga timbul diare, sebaiknya jika terjadi hipoperistaltik akan

mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan sehingga terjadi diare. Akibatnya

dari diare dapat menyebabkan kehilangan cairn dan eletrolit (dehitrasi) yang

mengakibatkan gangguan asam basa (asidosis metabolic dan hipokalemia),

gangguan nutrisi (intake kurang, output berlebihan).

37
6. Pathway penyimpangan kebutuhan dasar manusia pada gastroenteritis

Menurut muttaqin, sari (2011), Kondisi gastroenteritis memberikan berbagai

masalah keperawatan (gambar 2.2) yang diberikan pada pasien untuk

mengurangi keluhan melalui asuhan keperawatan

gambar 2.2 pathway gastroenteritis akut

38
7. Asuhan keperawatan

a. Pengkajian

Pengkajian pada pasien gastroenteritis terdiri atas pengkajian anamnesis,

pemeriksaan fisik dan pengkajian diagnostic.Keluhan utama yang sering

di temukan adalah diare dengan peningkatan frekuensi dan feses menjadi

cair. Keluhan utama yang menyertai dapat di lihat pada manifestasi klinis.

b. Diagnose

Menurut Muttaqin & Sari (2011) yang disesuaikan dengan buku SDKI

(2017) Diagnosa keperawatan yang dapat timbul pada gastroenteritis

yaitu:

1. Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif, kegagalan mekanisme

regulasi, peningkatan permeabilitas kapiler, kekurangan intake

cairan dan evaporasi

2. Deficit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan,

ketidakmampuan mencerna makanan, ketidakmampuan

mengabsorbsi nutrient, peningkatan kebutuhan metebolisme, faktor

ekonomi (mis. Financial tidak mencukupi) dan faktor psikologis

(mis. Stress, keenggangan untuk makan)

3. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologi, agen pencedera kimiawi,

agen pencedera fisik,

4. Hipertermi b.d dehidrasi, terpapar lingkungan panas, proses

penyakit, penigkatan laju metabolisme

5. Deficit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi

39
6. Ansietas b.d ancaman terhadap kematian

c. Perencanaan

Diare b.d proses penyakit

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…x 24 jam


maka eliminasi fekal membaik dengan kriteria hasil :
• Control pengeluaran feses dari menurun menjadi merningkat
• Konsistensi feses dari memburuk menjadi membaik
• Frekuensi defekasi dari memburuk menjadi mambaik
• Peristaltic usus dari memburuk menjadi membaik

Intervensi :
Manajemen diare
Observasi
- Identifikasi penyebab diare
- Identifikasi riwayar pemberian makanan
- Monitor warna, volume, frekuensi dan konsistensi tinja
Terapeutik
- Berikan asupan cairan oral
- Pasang jalur intravena
Edukasi
- Anjurkan makan porsi kecil dan sereing secara bertahap
- Anjurkan menghindari makanan pembentuk gas, pedas, dan
mengandung laktosa
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat pengeras feses

Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif, kegagalan mekanisme regulasi,


peningkatan permeabilitas kapiler, kekurangan intake cairan dan
evaporasi

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…x 24 jam


maka status cairan membaik dengan kriteria hasil :
• Frekuensi nadi membaik

40
• Tekanan darah membaik
• Berat badan membaik
• Intake cairan membaik
• Membrane mukosa membaik

Intervensi :
Manajemen Hipovolemia
Observasi

• Periksa tanda gejalah hipovolemia

• Monitor intake dan output cairan


Terapeutik

• Hitung kebutuhan cairan

• Berikan posisi modified trendelenburg

• Berikan asupan cairan oral


Edukasi

• Anjurkan memperbayak pemberian asupan cairan oral


Kolaborasi

• Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis, Nacl,RL)

Deficit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan, ketidakmampuan


mencerna makanan, ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient,
peningkatan kebutuhan metebolisme, faktor ekonomi (mis. Financial
tidak mencukupi) dan faktor psikologis (mis. Stress, keenggangan untuk
makan)

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…x 24 jam


maka status nutrisi membaik dengan kriteria hasil :
• Diare dari meningkat menjadi menurun
• Frekuensi makan dari memburuk jadi membaik
• Nafsu makan dari memburuk jadi membaik
• Membrane mukosa dari memburuk jadi membaik

Intervensi :

41
Manajemen nutrisi
1. Observasi

− Identifikasi status nutrisi


− Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
− Monitor asupan makanan
− Monitor berat badan
2. terapeutik
− Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
− Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
− Berikan suplemen makanan
3. edukasi
− Anjurkan posisi duduk, jika mampu
− Ajarkan diet yang diprogramkan
4. kolaborasi

− Kolaborasi dengan ahli gizi untuk mementukan jumlah kalori dan


jenis nutrient yang dibutukan, jika perlu

Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologi, agen pencedera kimiawi, agen
pencedera fisik,

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…x 24 jam


maka tingkat nyeri menurun dengan kriteria hasil :
• keluhan nyeri dari sedang menjadi menurun
• meringis dari cukup sedang menjadi menurun
• frekuensi nadi dari cukup buruk menjadi baik

Intervensi :
Manajemen nyeri
1. Observasi
• identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
• identifikasi skala nyeri
• identifikasi respon non- verbal
• identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas hidup
2. Terapeutik
• berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis
kompres hangat)
3. Edukasi
• jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri

42
• jelaskan strategi meredakan nyeri
• ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasanyeri
4. Kolaborasi
kolaborasi pemberian analgetik,jika perlu

Hipertermi b.d dehidrasi, terpapar lingkungan panas, proses penyakit,


penigkatan laju metabolism

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…x 24 jam


maka termoregulasi membaik dengan kriteria hasil :
• menggigildari meningkat menjadi cukup cukup menurun
• suhu tubuhdarimemburuk menjadi cukup membaik
• suhu kulit darimemburuk menjadi cukup membaik
• tekanan darah dari memburuk menjadi cukup membaik

Intervensi :
Manajemen hipertermia
1. Observasi

− Identifikasi penyebab hipertermia


− Monitor suhu tubuh
2. terapeutik
− Berikan cairan oral
− Lakukan pendinginan eksternal (kompres dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen, aksila)
3. edukasi
− Anjurkan tira baring
4. kolaborasi

− Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu

Deficit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…x 24 jam


maka tingkat pengetahuan meningkat dengan kriteria hasil :
• kemampuan menjelaskan oengetahuan tentang suatu topic dari
menurun menjadi cukup meningkat
• pertanyaan tentang masalah yang dihadapi dari meningkat menjadi
cukup menurun

43
Intervensi :
Edukasi proses penyakit
1. Observasi
• Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
2.Terapeutik
− Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
− Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
− Berikan kesempatan untuk bertanya
3.Edukasi
• Jelaskan penyebab dan faktor risiko penyakit
• Jelaskan proses patologis nunvulnya penyakit
• Jelaskan tanda dan gejala yang di timbukan penyakit
• Jelaskan kemungkinan terjadi komplikasi
• Anjurkan cara meredakan atau mengatasi gejala yang dirasakan
• Ajarkan meminimalkan efek samping dari intervensi atau
pengobatan
• Informasijkan kondisi pasien saat ini
• Anjurkan melapor jika merasakan tanda dan gejalah memberat atau
tak biasa

Ansietas b.d ancaman terhadap kematian

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…x 24 jam


maka tingkat ansietas menurun dengan kriteria hasil :
• verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi
meningkatmenjadi cukup menurun
• konsentrasidarimemburukmenjadi cukup membaik
• perilaku gelisa darimeningkatmenjadi cukup menurun

Intervensi :
Reduksi ansietas
1. Observasi
• Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
• Monitor tanda-tanda ansietas
2. Terapeutik
− Dengarkan dengan penuh perhatian
− Gunakan pendekatan yang tenang dan menyakinkan
3. Edukasi

44
• Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
• Anjurkan mengungkapkan perasaan dan presepsi
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat ansietas, jika perlu

Tabel 2.4 Perencanaan Keperawatan Gastroenteritis Akut

d. Pelaksanaan

Tahap ini merupakan realisasi dari rencana asuhan keperawatan yang telah

ditentukan dengan tujuan memenuhi kebutuhan pasien secara optimal.

Peneapan tindakan keperawatan adalah asupan cairan oral untuk

memenuhan kebutuha cairan dan elektrolit

e. Evaluasi

Tahap terakhir proses keperawatan ialah mengevaluasi respon pasien

terhadap perawatan yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang

diberikan dan diharapkan telah tercapai. Hasil asuhan keperawatan yang

diharapkan tercapai pada pasien dengan gangguan sistem pencernaan

gastroenteritis yaitu melaporkan pola defekasi, mempertahankan

keseimbangan cairan, mengalami penurunan tingkat asnietas,

mempertahanan integritas kulit dan tidak mengalami komplikasi.

C. Analisis tindakan keperawatan : pemberian asupan cairan oral

a. Tindakan yang dilakukan : asupan cairan oral

b. Dasar pemikiran

Pada pria dewasa 55-60 % berat tubuh adalah air, pada perempuan

dewasa air meliputi 50-60% berat tubuhnya. Air juga kebutuhandan

45
sebagian dari kehidupan manusia sehingga asupan air (sebaiknya

seimbang dengan jumlah yang dikeluarkan. Asupan air yang kurang

maupun kehilangan cairan akir dapat menimbulkan masalah

kesehatan, begitupun sebaliknya khususnya pada mereka yang

memiliki masalah pada jantung dan ginjal serta pada orang lanjut usia

c. Cara membuat oralit yang benar :

• Bahan :

− 6 sendok teh gula

− ½ sendok the garam

− 1 liter air

• Cara :

− Pertama, pastikan gelas dan sendok yang digunakan untuk

membuat cairan oralit benar-benar bersih.

− Siapkan 1 liter air dalam wadah yang steril. Masak air terlebih

dahulu hingga matang

− Kemudian, campurkanlah gula sebanyak 6 sendok the dan ½

sendok the garam ke dalam air matang. Dapat juga

menggunakan oral rehydration salts (ORS) dalam bentuk sachet

yang siap dipakai.

− Setelah selesai dibuat, masukkan larutan oralit ke dalam botol

dan berikan kepada pasien

46
Pemberian asupan cairan oral 3 kali sehari seperti minum air biasa

pada Ny. R dengan gastroenteritis akut sesuai SOP.

d. Bahaya yang mungkin muncul

Jika tidak dilakukan tindakan pemberian asupan cairan oral

makan akan timbul masalah pada jantung dan ginjal akibat kekurangan

asupan cairan

e. Hasil yang didapatkan dan maknanya

Hasil yang didapatkan pada Ny. R dengan gastroenteritis akut

dalam pemenuhan cairan dan elektrolit dalam penerapan tindakan asupa

cairan oral mejadi terpenuhi dan stabil

f. Hubungan tindakan keperawatan asupan cairan oral dengan sdki dan slki

Asupan cairan oral merupakan tindakan yang ada di SIKI pada

manajemen hipovolmia dan manajemen diare. Sehingga penulis mengambil

tindakan keperawatan asupan cairan oral.

a. Penelitian terkait

Jurnal Strategi terapi cairan pada dehidrasi oleh eri leksana 2015

menjelaskan mengenai penatalaksanaan dehidrasi dengan cara Oral

Rehydration Solution (ORS). Prinsip sederhana penatalaksanaan dehidrasi

adalah mengganti cairan yang hilang dan mengembalikan keseimbangan

elektrolit, sehingga keseimbangan hemodinamik kembali tercapai.

47
BAB III

METODOLOGI PENULISAN

A. Rancangan studi kasus

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis menggunakan jenis

penelitian deskriptif yang berupa studi kasus dengan menggunakan pendekatan

proses keperawatan yang komprehensif meliputi pengkajian, diagnosa

keperawatan, rencana, pelaksanaan, dan evaluasi.

B. Subyek studi kasus

Subjek penelitian ini adalah pasien Gastroenteritis Akut Dengan gangguan

pemenuhan kebutuhan cairan dan elektolit yang dirawat di ruang rawat 2 rumah

sakit umum aliyah 3 kota kendari

C. Fokus studi

Pada pasien yang mengalami gastroenteritis akut dengan gangguan

pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit melalu penerapan tindakan

keperawatan asupan cairan oral.

D. Definisi operasional

Definisi operasional adalah penjelasan definisi dari variable yang telah

dipilih peneliti.

a. Asuhan keperawatan adalah suatu metode atau cara yang digunakan penulis

dalam memberikan pelayanan keperawatan terdiri dari 5 tahapan yaitu

pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan, impelentasi, dan evaluasi.

48
Yang dilakukan pada pasien dengan gastroenteritis akut dalam pemenuhan

kebutuhan cairan dan elektrolit

b. Pengkajian adalah upaya untuk mengumpulkan data secara sistematis utnuk

kemudian diklaifikasikan dan dianalisa sehingga dapat ditentukan masalah

yang di hadapai. Data subjektif : klien mengelu BAB cair disertai darah

dengan frekuensi 10x sehari, pasien mengatakan kurang nafsu makan,

pasien mengatakan nyeri kram pada abdomen. Data objektif : klien namak

meringis, klien Nampak lemas, turgor kulit kering, tampak mata cekung dan

sayu, bunyi peristaltic usus 15x/menit dan ada nyeri tekan pada epigastrium

c. Diagnose keperawatan merupakan suatu pernyataan yang dirumuskan

berdasarkan masalah yang dapat dari hasil pengkajian pada pasien.

Diagnose pada karya tulis ilmiah ini adalah hipovolemia b.d kehilangan

cairan aktif , kekurangan intake cairan.

d. Perencanaan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan

dilaksanakan untuk mengatasi masalah yang ada pada pasien. Perencanaan

yang sesuai dengan diagnose yang diangkat adalah manajemen hipovolemia

e. Impelementasi adalah tindakan perawat dalam melaksanakan rencana

tindakan keperwatan yang telah disusun berdasarkan masalah pada pasien.

Implementasi dilakukan selama 3 hari.

f. Evaluasi adalah langkah terakhir dari proses keperawatan yang merupakan

pengukuran keberhasilan dari seluruh tindakan keperawat dan memenuhui

kebutuhan. Evaluasi yang didapat pada tanggal 17 febuari 2021 adalah klien

49
mengatakan BAB 1x sehari dengan konsistensi lembek, membrane mukosa

membaik, turgor kulit membaik dan balance cairan 1.600 cc.

g. Gastroenteritis akut merupakan meningkatnya frekuensi buang air besar

lebih dari biasanya (lebih dari 3x/hari) dengan konsistensi tinja encer, cair,

dapat disertai lender dan darah yang dapat menyebabkan terjadinya

kekurangan cairan dan elektrolit yang berlebihan

h. Hipovolemia adalah diagnose keperawatan dengan melihat keseimbangan

input dan output asupan cair akibat terjadinya pengeluaran yang berlebihan

dengan gastroenteritis karena frekuensi BAB meningkat

E. Tempat dan waktu

1. Tempat penelitian

Penelitian dilaksanakan di ruang rawat 2 rumah sakit umum aliyah 3

kota kendari

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 15 febuari 2021 sampai

dengan tanggal 17 febuari 2021

F. Pengumpulan data

a. Sumber data

Sumber data terbagi atas dua macam yaitu : 1.) Data primer adalah

data yang didapatkan langsung dari pasien dan keluarga. 2.) Data sekunder

50
adalah data yang didapatkan dari status pasien maupun dari bagian medical

rekor rumah sakit umum aliyah 3 kota kendari

b. Teknik pengumpulan data

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data penilitian ini meliputi :

1. Observasi, mengamati langsung terhadap pasien dan keluarga atau orang

terdekat dengan

2. Wawancara, dilakukan dengan komunikasi atau Tanya jawab langsung

dengan dan keluarga atau orang terdekat dengan

3. Pemeriksaan fisik, meliputi inpeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.

Yang dimaksud dengan inpeksi adalah pemeriksaan dengan cara melihat

bagian tubuh yang diperiksa melalui pengamatan; palpasi adalah

pemeriksaan fisik melalui perabaan terhadap bagian-bagian tubuh yang

mengalami kelainan; perkusi adalah pemeriksaan fisik dengan cara

mengetuk bagian tubuh dengan menggunakan tangan atau alat bantu

seperti perkusi hammer untuk mengetahui antara lain reflex patella; dan

auskultasi adalah pemeriksaan fisik dengan cara mendengarkan

menggunakan steteskop

4. Studi dokumentasi; yaitu suatu cara pengumpulan data melalui catatan

medis, status , maupun data statistik

51
G. Penyajian data

Penyajian data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk tekstular dan

tabular yaitu dengan menggunakan kata-kata secara narasi dan dalam bentuk

tabel.

52
BAB IV

HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Studi Kasus

1. Pengkajian

Pengkajian yang dilakukan dengan menggunakan metode wawancara,

observasi langsung klien, melihat catatan medis dan keperawatan klien pada

tanggal 15 febuari 2021. Asuhan keperawatan dilakukan pada klien Ny. R,

usia 35 tahun, suku/bangsa tolaki, pendidikan terakhir sastra 1 dengan

perkerjaan sebagai ibu rumah tangga, agama islam, alamat desa amoito siama.

penanggung jawab Ny. H selaku ibu dari klien Ny. R dengan pendidikan

terakhir sastra 1, pekerjaan sebagai guru, alamat Desa Amoito Siama. Alasan

masuk rumah sakit klien masuk rumah sakit dengan keluhan BAB sebanyak

10 kali sehari dengan konsistensi cair disertai darah dan tidak berampas serta

nyeri kram pada abdomen. Klien mengatakan tidak pernah mengalami

keluhan yang sama sebelumnya

a. Riwayat Keluarga/ Genogram (diagram 3 generasi)

35

53
Keterangan genogram :

= Laki-laki

= Perempuan

= Garis perkawinan

= Garis keturunan

= Klien

Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit serupa dan tidak

ada keluarga yang mempunyai penyakit menular atau menurun.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan data subjektif klien mengatakan

merasa lemas, klien mengeluh BAB cair >10x sehari disertai darah, nyeri

kram pada abdomen, klien mengatakan tidak nafsu makan. Data objektif yang

ditemukan dari pasien adalah keadaan umum lemah kesadaran composmetis,

nilai GCS( glas glow coma scale) 15, pemeriksaan tanda-tanda vital

didapatkan, Tekanan darah 130/ 80 mmHg, Pernapasan 24 kali/mnt, Nadi 110

kali/mnt, dan Suhu badan 37,3 °c. tinggi badan 150 cm, berat badan 55 kg,

Imt 24,4, nyeri tekan epigastrik, nyeri skala 6, Nampak klien meringis, turgor

kulit kering.

54
Tinjauan perkebutuhan pasien Ny. R dapat dilihat pada tabel 4.1 Pengkajian

Kebutuhan Dasar

No. Kondisi Sebelum sakit Saat sakit


1. Nutrisi
a. Selera makan Baik Kurang
b. Menu makan Nasi, Ikan, Sayur Bubur
c. Porsi makan 1 piring 3-4 sendok
d. frekuensi makan 3 x sehari 2 x sehari
e. Cara makan Makan sendiri Makan sendiri
2. Cairan
a. Jenis Air putih Air putih
b. Jumlah 6-8 gelas/ hari 2 gelas/hari
c. Pemenuhan cairan Oral Oral dan intravena
3. Eliminasi
a. BAK
1.Tempat pembuangan WC WC
2. Warna Kuning Kuning
3. Bau Amoniak Amoniak
4. Frekuensi 7-8 x sehari 4-5 x sehari
b. Frekuensi BAB
1. Tempat Pembuangan WC WC
2. Warna Kuning Kuning
3. Konsitensi Padat Encer disertai darah
4. frekuensi 1 x sehari 10 x sehari
4. Personal hygiene
a. Mandi
1. Cara Mandi sendiri Mandi sendiri
2. Frekuensi 2x sehari 2x sehari
b. Gosok gigi
1. Cara sendiri sendiri
2. Frekuensi 2x sehari 2x sehari
c. Cuci rambut
1. Cara Sendiri sendiri
2.Frekuensi 3x seminggu belum pernah
5. Istirahat / tidur
a. Siang 14.00-15.00/1 jam 14.00-14.30/30 mnt
b. Malam 22.00-05.00/7 jam 00.45-04.00/3jam
6. Olahraga Lari pagi Tidak pernah
7. Aktivitas/mobilisasi Beraktivitas Beraktivitas mandiri
8. Rekreasi mandiri Menonton TV
Menonton TV

55
Pada pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada tanggal 15 Februari

2021 dapat dilihat melalui table 4.2 berikut ini:

Pemeriksaan Hasil Satuan Hasil rujukan Keterangan

Darah rutin
WBC 13.0 x 10…UL 4.0-10
H
Lymp# 1.3 x 10…UL 0.8-4.0
Midh# 0.61 x 10…UL 0.1-1.2
Grand# 11.09 x 10…UL 2.0-7.0
Lymp% 10.5 % 20.0-40.0
Midh% 4.7 % 3.0-14.0
H
Grand% 84.8 % 50.0-70.0
HGB 13.5 g/dl 11-16 L

RBC 4.93 x 10…UL 4.20-5.50


HCT 38.4 % 37.0-43.0
MCV 77.9 fL 80.0-100.0 H
MCH 27.3 Pg 27.0-34.0
MCHC 351 g/dl 32.0-36.0
RDW-CV 12.9 % 11.0-16.0
RDW-SD 36.6 fL 35.0-56.0
PLT 274 x 10…UL 150-400
MPV 7.9 fL 6.5-12
L
PDW 13.3 9.0-17.0
PCT 0.216 % 0.108-0.282

Tabel 4.2 pemeriksaan laboratorium Ny. R

56
Tindakan medik/pengobatan

• Ranitidine 1 amp 12 jam IV

• Scopma 1 tab 3x sehari oral

• New diatab 2 tab 2x sehari oral

• Code in 1 tab 3x sehari oral

• Ciprofloxacin 500 mg 2x sehari oral

• Loperamid 1 tab 3x sehari oral

• Buscopan 1 amp 12 jam IV

• Omeprozone 1 amp 12 jam IV

• Alprazolam 0,5 mg 1x sehari oral

2. Klasifikasi Data

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF

− klien mengatakan bab 10 x − nampak klien meringis


pagi ini dengan konsistensi cair − Nampak klien gelisah
disertai dengan darah − Ada nyeri tekan pada daerah
− klien mengatakan nafsu makan epigastrium
menurun − Frekuensi peristaltic 15x/menit
− Bising usus hiperaktif
− Nampak klien lemah
− Nampak klien pucat
− Turgor kulit kering
− RL 28 tpm
− Diaphoresis
− Tb : 150 cm
− Bb : 55 kg
− Imt : 24,4
− Balance cairan – 787 cc
− Ttv :
• TD : 130/80 mmhg
• N : 110 x/menit
• P : 24 x/menit

57
• S : 37,3 °c
Tabel 4.3 klasifikasi data Ny.R

3. Analisa Data

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

1. Ds : Gastroenteritis Hipovolemia

− klien mengatakan
bab 10 x pagi ini
dengan Gangguan
konsistensi cair gastrointestinal
disertai dengan
darah
− klien mengatakan Frekuensi BAB
nafsu makan meningkat
menurun
Do :

− Nampak klien Kehilangan cairan


lemah dan elektrolit
− Nampak klien
pucat
− Turgor kulit Gangguan
kering keseimbangan
− Frekuensi cairan dan elekrolit
peristaltic
15x/menit
− Bising usus
Dehidrasi
hiperaktif
− RL 28 tpm
− Diaphoresis
− Ttv : Hipovolemia
• TD : 130/80
mmhg
• N : 110
x/menit
• Rr : 24
x/menit
• S : 37,3 °c
Tabel 4.4 Analisa Data Ny. R Dengan Gastroenteritis Akut

58
4. Diagnosa Keperawatan

a. Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif, kekurangan intake cairan

5. Rencana Keperawatan

No. Diagnosa Luaran Intervensi Keperawatan


Keperawatan

1 Hipovolemia b.d Setelah dilakukan Manajemen hipovolemia


kehilangan cairan tindakan keperawatan
aktif, kekurangan selama 3x 24 jam, maka 1. Observasi
intake cairan status cairan membaik • Periksa tanda
dengan kriteria hasil : gejalah
hipovolemia
• Turgor kulit dari • Monitor intake dan
menurun menjadi output cairan
membaik 2. Terapeutik
• Perasaan lemah dari • Berikan asupan
meningkat menjadi cairan oral
menurun 3. Edukasi
• Membrane mukosa • Anjurkan
dari memburuk memperbayak
menjadi membaik pemberian asupan
• Intake cairan dari cairan oral
memburuk menjadi 4. Kolaborasi
membaik • Kolaborasi
• Frekuensi nadi dari pemberian cairan
memburuk menjadi IV isotonis (mis,
membaik Nacl,RL)
• Tekanan darah dari
memburuk menjadi
membaik
Tabel 4.5 intervensi keperawatan Ny. R dengan gastroenteritis akut

59
6. Implementasi keperawatan

No. Dx Jam Hari I (Senin Jam Hari II (Selasa, Jam Hari III (Rabu,
15 febuari 16 febuari
2021) 2021) 17 febuari 2021

Implementasi implementasi Implementasi

1 I 09.1 1. memeriks 09.0 1. memeriksa 21.0 1. memeriksa


5 a tanda 0 tanda tanda
gejalah gejalah 5 gejalah
hipovole hipovolemi hipovolemi
mia a a
hasil : hasil : hasil :
membran membrane membrane
e mukosa mukosa mukosa
kering, kering, lembab,
nampak nampak turgor kulit
klien klien pucat, membaik
pucat turgor kulit 2.
turgor kering Monitor
kulit 2. Monitor intake dan
kering intake dan output
2. Monitor output cairan
intake cairan Hasil :
dan Hasil : intake :
output intake : cairan iv
cairan cairan iv RL
Hasil : RL 500cc/28
intake : 500cc/28 tpm + intek
cairan iv tpm + 13 oral 2.000
RL cc obat iv cc
500cc/28 intek oral Total :
tpm + 13 1.000 cc 2.500 cc
cc obat iv Total : Output :
intek oral 1.513 cc bab : 1 kali
500 cc Output : = 100 cc
Total : bab : 6 kali Bak
1.013 cc = 600 cc :kurang
Output : Bak lebih 800
bab : 10 :kurang cc
kali = lebih 800 Total : 900
1.000 cc cc cc Total
Bak Total : balance

60
:kurang 1.400 cc cairan
lebih 800 Total 1.600 cc
cc balance 3. menganjurk
Total : cairan : an
1.800 cc 113 cc memperbay
Total 3. memberika ak
balance n asupan pemberian
cairan cairan oral asupan
787 cc hasil : cairan oral
3. memberik klien
an asupan minum
cairan cairan oral
oral hasil yang
: klien diberikan
minum 4. menganjur
cairan kan
oral yang memperba
diberikan yak
4. menganju pemberian
rkan asupan
memperb cairan oral
ayak hasil :
pemberia klien
n asupan minum air
cairan putih
oral hasil 5. mengkolab
: klien orasi
minum pemberian
air putih cairan IV
5. mengkola isotonis
borasi (mis,
pemberia Nacl,RL)
n cairan hasil :
IV terpasang
isotonis infus RL
(mis, 28 tpm
Nacl,RL)
hasil :
terpasang
infus RL
28 tpm
Tabel 4.5 implementasi keperawatan Ny. R Dengan Gastroenteritis Akut

61
7. Evaluasi Keperawatan

No. Dx Jam Hari I (senin Jam Hari II (Selasa, Jam Hari III (rabu,
15 febuari 16 febuari 17 febuari
2021) 2021) 2021)
Evaluasi Evaluasi Evaluasi

2 II 12.3 S: 12.1 S: 22.0 S:


0 • klien 5 • klien 0 • klien
mengatak mengataka mengataka
an bab n bab 6x n bab 1x
>10x sehari sehari
sehari dengan dengan
dengan konsistesi konsistesi
konsistesi cair lembek
cair O: O:
O: • membrane • membrane
• membran mukosa mukosa
e mukosa kering membaik
kering • klien • turgor kulit
• klien Nampak membaik
Nampak pucak • balance
pucak • turgor kulit cairan
• turgor kering 1.600 cc
kulit • balance • TTV :
kering cairan : − TD :
• balance 113 cc 120/80
cairan : • TTV : mmhg
-787 − TD : − N : 80x
• TTV : 140/10 mmhg
− TD : 0 − P :
130/8 mmhg 20x/m
0 − N : 109 mnt
mmhg x/mnt − S : 36,6
− N : − P : ℃
80x/m 24x/mn A : masalah
nt t teratasi
− P : − S : 37,5 P : intervensi
20x/m ℃ teratasi
nt A : masalah
− S : belum teratasi
37,3 P : intervensi
℃ dilanjutkan

62
A : masalah
belum
teratasi
P : intervensi
dilanjutkan
Tabel 4.6 Evakuasi Ny. R Dengan Gastroenteritis Akut

B. Pembahasan

1. Pengkajian

Berdasarkan tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini dan hasil studi

kasus yang penulis lakukan dari tanggal 15-17 Februari 2021, maka pada

bagian ini penulis akan membahas tentang perbandingan antara teori dan

praktek atau kasus yang ditemukan selama melakukan Asuhan Keperawatan

pada klien Ny. R, berumur 35 tahun dengan Gastroenteritis akut dalam

pemenuhan kebutuhan cairan dan elektolit di ruang rawat 2 Rumah Sakit

Umum Aliyah 3 Kota Kendari yang akan dibahas berdasarkan tahapan proses

keperawatan yaitu tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi.

Tahap pengkajian adalah paling awal dari proses keperawatan.

Pengkajian dilakukan dengan pendekatan sistematis untuk mendapatkan data

klien baik data subjektif maupun data objektif. Teknik pengumpulan data

yang digunakan adalah wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan rekam

medik. Selain tahap ini, penulis tidak mendapatkan hambatan yang cukup

berarti karena klien cukup kooperatif dan dapat di ajak kerjasama dalam

melaksanakan asuhan keperawatan.

63
Menurut Sartun, Lusianah 2010, pengkajian pada pasien gastroenteritis

akut, ditemukan BAB lebih dari 3 kali sehari, BAB > 4 kali dan cair (diare

tanpa dehidrasi), BAB 4-10 kali dan cair (dehidrasi ringan/ sedang), atau

BAB > 10 kali (dehidrasi berat), suhu badan meningkat, nafsu makan

berkurang, anus kadang lecet, muntah, nyeri perut atau kram perut, dehidrasi

: berat badan menurun, mata cekung, lidah kering, tulang pipi monjol, turgor

kulit menurun, diuresis : terjadi oliguria dan suara serak.

Hasil pemeriksaan fisik penulis menuliskan bahwa yang ditemukan

selama 3 hari supervisi pengkajian pada pasien Ny. R dengan Gastroenteritis

Akut Keluhan utama yaitu klien BAB dengan frekuensi 10x sehari dengan

konsistensi cair dan disertai darah, nyeri kram pada abdomen. Keluhan lain

yaitu pasien mengatakan kurang nafsu makan, pasien tampak meringis, klien

tampak lemas, dan turgor kulit kering, porsi makan berkurang dari seperti

biasanya sebelum sakit, terpasang infuse RL 28 tetes/menit. Dari

pemeriksaan fisik didapatkan mata : simetris kanan dan kiri, konjungtiva

tidak anemis, tampak cekung dan sayu, bibir : simetris atas dan bawah,

mukosa bibir kering, abdomen adanya nyeri tekan, bunyi peristaltic usus

15x/menit.

Dengan demikian terdapat kesenjangan antara teori dengan penelitian yaitu :

a. Data yang ditemukan dalam studi kasus tetapi tidak terdapat dalam

konsep teori adalah :

64
Pasien tampak meringis, peneliti menilai bahwa data ini ditemukan

karena selama 3 hari supervise menunjukan raut wajah tampak meringis,

serta sambil memegang bagian abdomen

b. Data yang tidak ditemukan dalam studi kasus tetapi terdapat dalam

konsep teori adalah :

1. Demam, penulis menilai bahwa data ini tidak ditemukan karena

selama 3 hari supervise tidak menunjukan tanda-tanda peningkatan

suhu tubuh di atas 38 ℃

2. Anus kadang lecet, penulis menilai bahwa data ini tidak ditemukan

karena selama 3 hari supervise tidak menunjukan tanda-tanda yang

menyatakan secara verbal, tidak ada nyeri dan perih disekitar anus.

3. Diuresis : terjadi oliguria. Penulis menilai bahwa data ini tidak

ditemukan karena selama 3 hari supervise tidak menunjukan tanda-

tanda kelainan pada sistem urinase dalam memperoduksi urine.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnose keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai

respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang

dialaminya baik yang berlangsung actual maupun potensial. Diagnose

keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respon klien individu,

keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan.

(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).

Menurut

65
hipovolemia adalah keadaan dimana seseorang mengalami atau

beresiko dehidrasi vaskuler, interstisial, intravaskuler dengan pengeluaran

yang berlebihan dari dalam tubuh seseorang. Dalam kasus, diagnose

ditegakan oleh penulis karena pada saat pengkajian di Rumah Sakit Umum

Aliyah 3 Kota Kendari ditemukan klien mengatakan BAB lebih dari 10x

sehari dengan konsistensi cair disertai darah, kurang nafsu makan, mata

cekung, turgor kulit kering, Nampak pucat, tanda-tanda vital : TD : 130/80

mmhg, N : 80 x/mnt, P: 20x/mnt, S : 37,3 ℃

Penulis mengangkat diagnose keperawatan diangkat disesuaikan

dengan kondisi klien saat pengkajian, interprestasi data, dan hasil analisa data

sesuai dengan adanya data-data pendukung untuk mengangkat diagnosis

tersebut, manusia adalah makluk unik, dalam hal ini respon terhadap keluhan

pernyakit berbedah-bedah setiap individu.

3. Perencanaan

Intervensi keperawatan merupakan segalah bentuk terapi yang

dikerjakan oleh perawat yang berdasarkan pada pengetahuan dan

penilaian klinis untuk mencapai peningkatan, pencegahan dan

pemulihan kesehatan klien individu, keluarga, dan komunitas. (Tim

Pokja SIKI DPP PPNI, 2017).

Pada tahap perencanaan, peneliti menyusun rencana keperawatan

yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar pada Ny. R yang

mengalami Gastroenteritis Akut dengan Pemenuhan kebutuhan cairan

66
dan elektolit di Ruang Rawat 2 Rumah Sakit Umum Aliyah 3 selama

3x24 jam diharapkan status cairan menurun, yaitu sebagai berikut:

hipovolemia berhubungan kehilangan cairan aktif dan kekurangan

intake cairan. Adapun intervensi keperawatan yang diterapkan oleh

penulis antara lain: Periksa tanda gejalah hipovolemia, Monitor intake

dan output cairan, Berikan asupan cairan oral, Anjurkan memperbanyak

pemberian asupan cairan oral dan Kolaborasi pemberian cairan IV

isotonis (mis, Nacl,RL)

4. Implementasi

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan

yang dihadapi ke status kesehatan lebih baik yang menggambarkan kriteria

hasil yang di harapkan (Potter & Perry, 2011).

Dalam melakukan tindakan keperawatan selama 3 hari penulis tidak

mempunyai hambatan, semua rencana yang telah ditetapkan dapat

dilaksanakan. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan dengan diagnosis

hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, tindakan yang

dilakukan 15-17 febuari 2021 kepada Ny. R adalah:. Adapun intervensi

keperawatan yang diimplementasikan pada hari pertama adalah memeriksa

tanda dan gejalah hipovolemia, memonitor intake dan output cairan,

memberikan asupan cairan oral, menganjurkan memperbanyak asupan cairan

oral, mengkolaborasikan pemberian cairan IV isotonic (mis, NaCl, RL).

67
intervensi keperawatan yang diimplementasikan pada hari kedua adalah

memeriksa tanda dan gejalah hipovolemia, memonitor intake dan output

cairan, memberikan asupan cairan oral, menganjurkan memperbanyak asupan

cairan oral, mengkolaborasikan pemberian cairan IV isotonic (mis, NaCl, RL).

intervensi keperawatan yang diimplementasikan pada hari ketiga adalah

memeriksa tanda dan gejalah hipovolemia, menganjurkan memperbanyak

asupan cairan oral.

5. Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk memperbaiki proses

keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana

tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi perawat

untuk memonitor kealpaan yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa,

perencanaan dan pelaksanaan tindakan keperawatan (Nursalam, 2010).

Pada diagnosa hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif, setelah

dilakukan tindakan keperawtan pada hari rabu, 15 febuari 2021 dengan data

klien mengatakan BAB lebih dari 15x/sehari di dukung dengan data objektif

klien Nampak lemah, klien Nampak pucat, membrane mukosa kering, turgor

kulit sedang, TD :130/80 mmhg N :80 x/mnt S: 37,3℃ P: 20x/mnt BB:55 kg

TB :150 cm balance cairan : - 787 cc. Evaluasi hari pertama masalah belum

teratasi, sesuai dengan rencana keperawatan yang sudah penulis buat sehingga

perluh dilanjutkan intervensi : memeriksa tanda dan gejalah hipovolemia,

memonitor intake dan output cairan, memberikan asupan cairan oral,

68
menganjurkan memperbanyak asupan cairan oral, mengkolaborasikan

pemberian cairan IV isotonic (mis, NaCl, RL).

Hasil evaluasi hari kedua dilakukan pada hari selasa, 16 febuari 2021.

Masalah keperawatan teratasi sebagian , didukung dengan data klien

mengatakan masih BAB 6x sehari dengan konsistensi cair disertai dengan

darah, Nampak klien lemah, Nampak klien pucat, membrane mukosa kering,

turgor kulit sedang, TD : 140/100 N : 109x/mnt S: 37,5℃ P: 24x/mnt BB:55

kg TB : 150 cm, dan balance cairan : 113 cc. Sesuai dengan rencana

keperawatan yang sudah penulis buat sehingga perlu dilanjutkan intervensi

yaitu intervensi keperawatan yang diimplementasikan pada hari kedua

adalah memeriksa tanda dan gejalah hipovolemia, memonitor output dan input

cairan, memberikan asupan cairan oral, menganjurkan memperbanyak asupan

cairan oral dan mengkolaborasikan pemberian cairan IV isotonic (mis, NaCl,

RL).

Hasil evaluasi hari ketiga dilakukan pada hari rabu, 17 febuari 2021.

Masalah keperawatan teratasi, didukung dengan data klien mengatakan BAB

1x sehari, membrane mukosa lembab, turgor kulit baik, TD : 120/80 N :

80x/mnt S: 36,6℃ P: 20x/mnt BB: 55 kg TB 150 cm, balance cairan : 1.600

cc. Sesuai dengan rencana keperawatan yang sudah penulis buat sehingga

intervensi yang dilakukan selama 3x24 jam teratasi dengan pasien dapat

pulang disebabkan tidak adanya lagi keluhan utama maupun yang menyertai

sehingga disimpulkan untuk tetap beristirahat dan menjaga pola hidup sehat

dirumah

69
6. Analisa intervensi keperawatan

Analisa tindakan keperawatan yang dilakukan adalah pemberian

asupan cairan oral. Hari I pasien di berikan asupan cairan oral sebanyak 1

gelas setara dengan 250 ml pada jam 09.00 dan dilakukan evaluasi pada jam

13.15 ditemukan data pasien Nampak pucat, membrane mukosa kering, turgor

kulit kering, balane cairan – 787 cc. dan diberikan lagi asupan cairan oral

sebanyak 1 gelas dan menganjurkan minum jika merasa haus. Hari II pasien di

berikan asupan cairan oral sebanyak 1 gelas setara dengan 250 ml pada jam

08.45 dan dilakukan evaluasi pada jam 13.30 ditemukan data pasien Nampak

pucat, membrane mukosa kering, turgor kulit sedang, balane cairan 113 cc.

dan diberikan lagi asupan cairan oral sebanyak 1 gelas dan menganjurkan

minum jika merasa haus. Hari III pada jam 21.15 penulis melakukan

pengkajian dan ditemukan data pasien mengatakan sudah sembuh dan

diperbolehkan pulang, turgor kulit membaik, membrane mukosa lembab,

balance cairan 1.600 cc.

C. Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini peneliti memiliki keterbatasan yaitu pada saat

melakukan mengukur berat badan tidak ada alat pengukur berat badan di ruang

perawatan dan output cairan pada saat BAB dan BAK peneliti hanya mengetahui

frekuensi dan tidak melihat volume atau banyaknya feses dan urien yang keluar.

70
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien Ny. R dengan

gastroenteritis dalam pemenuhan kebutuhan cairan dan eletrolit di ruang rawat 2

Rumah Sakit Umum aliyah 3 Kota Kendari penulis menggunakan tahap proses

keperawatan yaitu pengkajian, diagnose, intervensi, implementasi dan evaluasi

keperawatan.

1. Dalam pengkajian terdapat kesenjangan antara konsep teori dan studi kasus

yang ditemukan pada data pasien Ny. R dengan gastroenteritis akut. Pada

konsep teori data yang tidak ditemukan dalam studi kasus adalah demam,

anus kadang lecet dan diuresis. Sedangkan data yang ditemukan dalam studi

kasus tidak terdapat dalam teori adalah pasien nampak meringis.

2. Dalam penegakan diagnosa keperawatan dapat penulis mengumpulkan data

melalui observasi langsung, pemeriksaan fisik serta catatan medic maupun

perawat, sehingga penulis menegakan diagnose keperawatan pada kasus Ny.

R adalah hipovolemia berhubungan kehilangan cairan aktif, kekurangan

intake cairan.

3. Intervensi keperawatan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini penulis buat

untuk mengatasi hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

yaitu : Periksa tanda gejalah hipovolemia, Monitor intake dan output cairan,

Hitung kebutuhan cairan, Berikan asupan cairan oral, Anjurkan memperbayak

71
pemberian asupan cairan oral dan Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis

(mis, Nacl,RL)

4. Implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan rencana yang telah

ditetapkan dengan beberapa modifikasi sesuai dengan kondisi pasien.

Implementasi dilakukan selama 3x 24 jam. Periksa tanda gejalah hipovolemia,

Monitor intake dan output cairan, Hitung kebutuhan cairan, Berikan asupan

cairan oral, Anjurkan memperbayak pemberian asupan cairan oral dan

Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis, Nacl,RL)

5. Evaluasi keperawatan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini dilaksanakan

selama 3 hari dan dilaksanakan setelah implementasi keperawatan dilakukan

menggunakan metode SOAP (subjektif, objektif, assessment, planning). Hasil

evaluasi pada tanggal 17 Februari 2021 yaitu teratasi dengan pasien dapat

pulang disebabkan tidak adanya lagi keluhan utama maupun yang menyertai

sehingga disimpulkan untuk tetap beristirahat dan menjaga pola hidup sehat

dirumah.

6. Hasil analisa tindakan keperawatan pemberian asupan cairan oral yang

diterapkan pada Ny. R dengan gastroenteritis akut dalam pemenuhan cairan

dan elektorlit terpenuhi dan stabil

B. Saran

Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Ny. R dengan gastroenteritis

akut dalam Pemenuhan gangguan cairan dan elektrolit di ruang rawat 2 Rumah Sakit

72
Umum Aliyah 3 Kota Kendari. Ada beberapa saran yang dapat penulis sampaikan

yaitu :

1. Bagi peneliti

Semoga Karya Tulis Ilmiah yang sederhana ini dapat menjadi bacaan

dan acuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kreativitas serta dijadikan

sebagai referensi pembelajaran untuk menambah pengalaman dan wawasan

peneliti dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien gastroenteritis akut

dalam pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit.

2. Bagi pengembangan ilmu dan teknologi keperawatan

Peneliti berharap agar hasil penelitian ini dapat menambah keluasan ilmu dan

teknologi terapan bidang keperawatan dalam penerapan asuhan keperawatan dalam

pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit pada pasien gastroenteritis akut

3. Bagi klien/keluarga

Peneliti berharap agar hasil penelititan ini dapat menjadi suatu

pengetahuan tentang gastroenteritis untuk meningkatakan kemandirian dan

pengalaman dalam menolong diri sendiri serta sebagai acuan bagi keluarga untuk

mencegah terjadinya dehidrasi.

73
DAFTAR PUSTAKA

Suratun, Lusianah, 2010. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem


Gastrointestinal.Jakarta : Cv. Trans Info Media
Hidayat, A. Aziz Alimul. (2012). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi
Konsep Dan Proses Keperawatan. Buku 2. Jakarta : Salemba Medika
Andri Setiya Whyudi. (2016). Ilmu Keperawatan Dasar. Surabaya: Mitra Wacana
Media
Eri Leksana. (2015). Strategi Terapi Cairan Pada Dehidrasi. Semarang : Jurnal
Diakses pada tanggal 14 mei 2021https://id.scribd.com/doc/309917441/Strategi-
Terapi-Cairan-Pada-Dehidrasi
Ardiansyah M, (2012). Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Yogyakarta ; DIVA Press.
Hurst, marlene. (2016). Medical-Surgical Nursing Review. Vol. 2. Jakarta : EGC
Muttaqin, sari. (2011). Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan Keperawatan
Medical Bedah. Jakarta: salemba medika
Potter & Perry. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan (Konsep, Proses, Dan
Penyakit). Jakarta: EGC
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Indikator
Diagnostic, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Tindaka
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Dede Bagus G, Analisa Sintesa Tindakan Keperawatan (Balance Cairan). SCRIBD.
Di akses pada tanggal 18 juni
2021.http://id.scribd.com/document/336877143/Analisa-Sintesa-Tindakan-
Keperawatan-Balance Cairan
Rekam medik RS Aliyah 3 kota kendari 2020. Data Kasus Gastroenteritis
Harleni, 2020 Karya Tulis Ilmiah. Asuhan Keperawatan Gastroenteritis Pada Tn. Ast
Dengan Gastroenteritis Diruang Edelweiss Rumahsakit Bhayangkara TK III
Kota Kendari. Poltekes Kemenkes Kendari

74
75
76
77
78
79
80
81

Anda mungkin juga menyukai