Anda di halaman 1dari 99

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

R DENGAN DIAGNOSA KOLIK

ABDOMEN TERHADAP PEMENUHAN KEBUTUHAN KENYAMANAN

DI RUANG PERAWATAN RSU ALIYAH 2 KOTA KENDARI

KARYA TULIS ILMIAH

Di Ajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan


Diploma III Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kendari

OLEH :

NENING

NIM. P00320018033

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEPERAWATAN
2021
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Nening

Nim : P00320018033

Instansi Pendidikan : Jurusan Keperawatan

Judul KTI : Asuhan Keperawatan Pada Ny. R dengan diagnosa

Kolik Abdomen terhadap pemenuhan kebutuhan

kenyamanan di ruang perawatan RSU Aliyah 2 Kota

Kendari

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini

benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan

atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya

sendiri.Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini

adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan

tersebut.

Kendari, Juni 2021

Yang membuat pernyataan,

NENING

iv
RIWAYAT HIDUP

I. INDENTITAS
1. Nama Lengkap : Nening
2. Tempat/ Tanggal Lahir : Rombo, 15 Juli 2000
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Suku/ Kebangsaan : Buton
6. Alamat : Rombo, Kec. Kulisusu, Kab. Buton Utara.
7. No. Telp/ Hp : 082293339152

II. PENDIDIKAN
1. SDN 27 Kulisusu, Kab. Buton Utara tamat tahun 2012.
2. SMPN 2 Kulisusu, Kab. Buton Utara tamat tahun 2015.
3. SMAN 2 Kulisusu, Kab. Buton Utara tamat tahun 2018.
4. Poltekkes Kemenkes Kendari Tahun 2018-2021

v
MOTTO
Kerjakan Segala Sesuatu Dengan Ikhlas, Maka Allah Akan Memberikan
Keikhlasan Berkah Kepadamu,
Tanamkaan Dalam Hidup Untuk Tidak Mengenal Kata Menyerah, Putus
Asa, Dan Mundur.
Majulah, Bangkitlah, Semangatlah dan Bersabarlah Walau didepan Ada
Banyak Rintangan Yang Mungkin Akan Menguras Air Mata dalam
Mengiringi Perjalananmu Menuju Keberhasilan, Percayalah, Sesudah Hujan
Pasti Akan ada Pelangi, Begitupun Kehidupan, Setelah Ada Air Mata, Akan
Ada Senyum Yang Indah

Nening

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat, rahmat dan

Hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang

berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Ny. R dengan Diagnosa Kolik Abdomen

Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Kenyamanan Di Ruang Perawatan RSU Aliyah

2 Kota Kendari.

Dalam penyusunan karya Tulis Ilmiah ini di susun sebagai salah satu syarat

untuk menyelesaikan pendidikan pada program Diploma III Keperawatan

Poltekkes Kemenkes Kendari. Terkhusus ucapan terima kasih kepada kedua orang

tuaku, Bapakku La Siku dan Ibuku Zayani yang selalu memberikan semangat,

motivasi untuk menyelesaikan pendidikan dengan doa mereka atas keberhasilan

penulis. Pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih yang setinggi-

tingginya kepada yang terhormat :

1. Ibu Askrening, SKM.,M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kendari.

2. Kepala Kantor Badan Riset Sultra yang telah memberikan izin penelitian

kepada penulis dalam penelitian ini.

3. Direktur RSU Aliyah 2 Kota Kendari yang telah memberikan izin

melakukan studi kasus.

4. Bapak Indriono Hadi, S.Kep. Ns. M.Kes, selaku Ketua Jurusan

Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kendari.

5. Ibu Nurfantri, S.Kep, Ners, M.sc selaku pembimbing I dan Ibu Fitri

Wijayanti, S.Kep, Ns, M.Kep selaku pembimbing II yang telah

vii
membimbing saya dengan sebaik-baiknya demi tercapainya karya tulis

ilmiah ini.

6. Bapak/ibu penguji, Bapak Abdul Syukur Bau, Ners selaku penguji I, Ibu

Dali, M.Kes selaku penguji II, Ibu Siti Muhsinah, Ns.SpKepMB, S.Kep,

M.Kep, Ners selaku penguji III, yang telah membantu dan mengarahkan

penulis dalam ujian KTI sehingga studi kasus ini dapat lebih terarah.

7. Semua Dosen dan Staf Program Studi DIII Keperawatan Politeknik

Kesehatan Kendari yang telah membantu dan memberikan bimbingan

dengan sabar dan wawasannya serta ilmu yang bermanfaat kepada penulis

selama kuliah.

8. Saudaraku Citra yang telah banyak membantu dan memberi semangat

dalam mengerjakan Karya Tulis Ilmiah ini dan selama penulis kuliah.

9. Teman-temanku terima kasih atas kerjasamanya selama ini, teman

seperjuangan yang saling memberi motivasi dan semangat untuk sampai

ke tahap akhir. Serta semua mahasiswa DIII Keperawatan Politeknik

Kesehatan Kendari yang telah memberikan dukungan moral dan spiritual.

Penulis menyadari sepenuhnya akan kekurangan yang terdapat dalam Karya

Tulis Ilmiah ini, untuk ini penulis mengharapkan saran dan kritik yang

membangun demi penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini, semoga Allah SWT

selalu merahmati kita semua. Amin.

Kendari, Juni 2021

Penulis

viii
ABSTRAK

Nening, NIM. P00320018033 “Asuhan keperawatan pada Pasien Kolik

Abdomen Ny “R” dalam Pemenuhan Kebutuhan Kenyamanan di Ruang

Perawatan RSU Aliyah 2 Kota Kendari”. Pembimbing Ibu Nurfantri, S.Kep,

Ns, M.Sc dan Ibu Fitri Wijayanti, S.Kep, Ns, M.Kep. Kolik abdomen adalah

nyeri hebat pada perut yang sifatnya hilang-timbul. Tujuan umum untuk

menggambarkan penerapan asuhan keperawatan pada Ny. R dengan Kolik

Abdomen dalam pemenuhan kebutuhan kenyamanan. Rancangan studi kasus yang

digunakan menggunakan studi kasus deskriptf. Subjek pada studi kasus ini yaitu

satu orang pasien sesuai dengan kriteria inklusi dan eklusi yang ditetapkan. Data

diperoleh melalui pengkajian secara langsung dan wawancara kepada pasien serta

dengan dokumen pasien yang ada di Rumah Sakit. Hasil studi kasus diperoleh

dari pengkajian, adanya keluhan nyeri uluh hati dengan skala 7 (1-10). Diagnosa

yang diangkat pada kasus dan sesuai dengan teori, yaitu mengenai nyeri akut.

Intervensi dilakukan sesuai dengan 3 buku yang ada. Implementasi dilakukan

selama 3 hari hingga menghasilkan penurunan nyeri. Sedangkan evaluasi

dilakukan dengan untuk mengetahui apakah nyeri akut yang di alami pasien

teratasi.

Kata Kunci : Nyeri Akut, Kolik Abdomen dan Kenyamanan.

Pustaka : 20 (2018-2019)

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN ..................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................... iv

RIWAYAT HIDUP ......................................................................................... v

MOTTO ......................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR .................................................................................. vii

ABSTRAK .................................................................................................... ix

DAFTAR ISI .................................................................................................. x

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................ 4
C. Tujuan Studi Kasus .......................................................................... 4
D. Manfaat Studi Kasus ........................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Kolik Abdomen ........................................................ 6
B. Konsep Dasar Kebutuhan Kenyamanan......................................... 24
C. Analisis Tindakan Keperawatan: Kompres air hangat ................... 37
BAB III METODE STUDI KASUS
A. Jenis Penelitian Studi Kasus........................................................... 40
B. Subjek Studi Kasus......................................................................... 40
C. Fokus Studi Kasus .......................................................................... 40

x
D. Definisi Operasional ....................................................................... 40
E. Tempat dan Waktu Studi Kasus ..................................................... 43
F. Pengumpulan Data ......................................................................... 43
G. Penyajian Data................................................................................ 44
H. Etika Studi Kasus ........................................................................... 44
BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Studi Kasus ........................................................................... 48
B. Pembahasan ................................................................................... 64
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................................... 72
B. Saran .............................................................................................. 74
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbedaan Nyeri Akut Dan Kronik ............................................ 27

Tabel 4.2 Skala Nyeri Menurut Hayward ................................................. 30

Tabel 4.3 Pemeriksaan Penunjang ............................................................. 53

Tabel 4.4 Tindakan Medik/Pengobatan ..................................................... 53

Tabel 4.5 Klasifikasi Data .......................................................................... 54

Tabel 4.6 Analisa Data ............................................................................... 54

Tabel 4.7 Implementasi ............................................................................. 56

Tabel 4.8 Implementasi Dan Evaluasi ....................................................... 58

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keterangan Bebas Pustaka

Lampiran 2 SOP Kompres Air Hangat

Lampiran 3 Surat Izin Pengembalian Data Awal Penelitian

Lampiran 4 Surat Keterangan Bebas Administrasi

Lampiran 5 Surat Keterangan Bebas Pustaka

Lampiarn 6 Bukti Proses Bimbingan

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut data dari WHO (World Health Organitation) pada tahun 2012

±7 miliar jiwa, Amerika Serikat berada diposisi pertama dengan penderita

kolik abdomen terbanyak 47% dari 810.000 orang penduduk. Prevelensi kolik

abdomen di Indonesia tercatat 40,85% dari 800.000 orang penduduk.

Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian yang dilakukan oleh Departemen

Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) tahun 2012 diperoleh angka

penderita kolik abdomen di Indonesia cukup tinggi sekitar 91,6%. Penyebab

dari kasus kolik abdomen tersebut adalah makanan yang mengandung pedas

dan biji - bijihan seperti: cabai, biji jambu dan biji tomat (Depkes RI, 2012).

Data penderita Kolik Abdomen Di Sulawesi Tenggara saat ini sangat

mencengangkan. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara mencatat

jumlah penderita Tuberkulosis Paru tahun 2020 sebanyak 4.686 orang. Dari

jumlah tersebut, penderita terbanyak berada di Kabupaten Muna sebanyak 698

orang, Kendari 693 orang, dan paling sedikit Di Konawe Kepulauan (Konkep)

sebanyak 60 orang (Dinkes.Sultra, 2021).

Hasil pengambilan data awal rekam medik di RSU Aliyah 2 Kota Kendari.

Survei awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 15 Februari 2021 di RSU

Aliyah 2 Kota Kendari. Data dari jumlah pasien Kolik Abdomen dari tahun

ke tahun memiliki peningkatan, pada tahun 2018 berjumlah 87 jiwa, pada

1
tahun 2019 berjumlah 145 jiwa, dan pada tahun 2020 berjumlah 176 jiwa

Rekam Medik RSU Aliyah 2 Kota Kendari.

Kolik abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang

traktus intestinal, obstruks terjadi ketika ada gangguan yang terhambatnya

aliran usus ke depan tetapi peristaltik normal (Reeves,2011). Kejadian

penyakit kolik abdomen terjadi karena pola hidup yang tidak sehat sehingga

berdampak pada kesehatan tubuh (Bare, 2010).

Manifestasi klinis dari kolik abdomen adalah nyeri perut yang hebat atau

nyeri tekan, mual dan muntah, bisa juga kenaikan suhu bisa juga disertai

dengan gejala yang sesuai penyakitnya, dan terasa sakit sampai belakang,

karena melakukan aktivitas berat (Smeltzer, Suzanne C. 2001).

Nyeri abdomen dapat berasal dari dalam organ abdomen termasuk nyeri

visceral dan dari lapisan dinding perut (nyeri somatic) lokasi nyeri abdomen

biasa mengarah pada penyebab nyeri, walaupun sebagian nyeri yang di

rasakan merupakan penjalaran dari tempat lain (Bare,2010). Penatalaksanaan

kolik abdomen dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan radional yang di

dalamnya terdapat aspirasi kolik abdmen dan terapi antibiotic. Pada akhirnya,

penanganan pasien kolik abdomen secara umum adalah dengan menentukan

apakah pasien tersebut merupakan kasus bedah yang harus dilakukan dengan

tindakan oprasi atau tidak (Crow,2011).

Nyeri dijadikan sebagai prioritas diagnosa keperawatan karena masalah

tersebut membuat pasien merasa tidak nyaman, bila masalah tersebut tidak

segera di atasi maka dapat menyebabkan komplikasi dan mengganggu

2
psikologis individu dimana dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia

menurut Maslow dalam Potter dan Perry (2005).

Tindakan keperawatan untuk mengurangi rasa nyeri, diperlukan tindakan

manajemen nyeri farmakologi dan non-farmakologi. Manajemen nyeri

farmakologi yaitu salah satunya menggunakan terapi obat analgetik.

Pemberian obat analgetik yang diberikan guna mengganggu atau memblok

transmisi stimulus agar jadi perubahan persepsi dengan cara mengurangi rasa

nyeri (Kozier, et, al., 2010). Sedangkan manajemen nyeri non-farmakologis

untuk menghilangkan nyeri yaitu salah satunya kompres air hangat (Kozier,

2007). Kompres air hangat merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan,

yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara

melakukan kompres air hangat, dengan cara merendam kain di dalam air

hangat setelah itu di perasa dan di simpan di tempat yang nyeri lakukan itu

secara berulang-ulang.

Rencana tindakan keperawatan prioritas yang akan di lakukan adalah

monitor tanda-tanda vital (Nurarif dan Hardhi, 2015), lakukan pengkajian

nyeri secara komprehensif meliputi lokasi, karakteristrik, durasi, frekuensi,

kualitas dan faktor presitipasi. Ajaran manajemen nyeri mengunakan teknik

nonfarmatologi, ajarkan Teknik kompres hangat ketika nyeri muncul, ajarkan

teknik distaksi bila nyeri muncul, lakukan stimulasi atau sentuhan (Bulechek,

et al,2013). Anjurkan klien untuk memilih posisi yang nyaman (Smeltzer &

Bare, 2013). Berikan informasi mengenai nyeri, kolaborasi dengan dokter

pemberian analgetik untuk menurunkan nyeri (Bulechek, et al,2013).

3
Berdasarkan perencanaan yang di buat, tindakan keperawatan mandiri

yang di lakukan adalah mengajarkan kompres air hangat dan menganjurkan

klien mengambil posisi yang nyaman. Tindakan mengajarkan kompres air

hangat dan menganjurkan klien mengambil posisi yang nyaman cukup efektif

untuk menurunkan nyeri.

Berdasarkan latar belakang di atas tersebut, sehingga penulis tertarik untuk

meneliti tentang “Asuhan Keperawatan Pada Ny. R Dengan Kolik

Abdomen Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Kenyamanan Di Ruang

Perawatan Rsu Aliyah 2 Kota Kendari”.

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah penerapan asuhan keperawatan pada Ny.R dengan Kolik

Abdomen dalam pemenuhan kebutuhan kenyamanan di RSU Aliyah 2 Kota

Kendari ?

C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan umum

Menggambarkan penerapan asuhan keperawatan pada Ny.R dengan Kolik

Abdomen dalam pemenuhan kebutuhan kenyamanan

2. Tujuan khusus

a. Menggambarkan pengkajian keperawatan pada Ny.R dengan Kolik

Abdomen dalam pemenuhan kebutuhan kenyamanan.

b. Menggambarkan diagnosa keperawatan pada Ny.R dengan Kolik

Abdomen dalam pemenuhan kebutuhan kenyamanan.

4
c. Menggambarkan rencana keperawatan pada Ny.R dengan Kolik

Abdomen dalam pemenuhan kebutuhan kenyamanan.

d. Menggambarkan implementasi keperawatan pada Ny.R dengan Kolik

Abdomen dalam pemenuhan kebutuhan kenyamanan.

e. Menggambarkan evaluasi keperawatan pada Ny.R dengan Kolik

Abdomen dalam pemenuhan kebutuhan kenyamanan.

f. Menggambarkan analisis keperawatan pada Ny. R dengan Kolik

Abdomen dalam pemenuhan kebutuhan kenyamanan.

D. Manfaat Studi Kasus

Studi kasus ini diharapkan memberikan manfaat bagi:


1. Bagi masyarakat.

Sebagai bahan informasi dan bahan bacaan bagi masyarakat sehingga

masyarakat mengetahui apa yang dimaksud dengan penyakit Kolik

Abdomen dan bagai mana serta untuk peningkatan status kesehatan

masyarakat

2. Bagi pengembangan ilmu dan teknologi keperawatan.

Sebagai masukan dan tambahan ilmu pengetahuan kepada petugas

pelayanan kesehatan khususnya di bidang keperawatan dalam memberikan

asuhan keperawatan klien kolik abdomen untuk meningkatkan kualitas

derajat kesehatannya.

3. Bagi penulis.

Dapat dijadikan sarana dan pengaplikasian dari proses asuhan keperawatan

yang telah diberikan di institusi pendidikan terutama pengaplikasian

asuhan keperawatan medikal bedah dengan gangguan sistem pencernaan.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Kolik Abdomen

1. Pengertian

Kolik abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus

sepanjang traktus intestinal 1(nettina,2001). Obstruksi terjadi ketika ada

gangguan yang terhambatnya aliran usus ke depan tetapi peristaltic normal

(Reeves,2011)

Kolik abdomen adalah nyeri yang dapat terlokalisasi dan dirasakan

seperti perasan tajam. Mekanisme terjadinya nyeri ini adalah karena

hambatan baik persial atatupun total baik organ tubuh beronga atau organ

yang terlibat tersebut dipengaruhi peristatik. Beberapa yang menjadi

penyebab kolik abdomen adalah kolik bilier, kolik renal dan karena

sumbatan usus halus (Gilroy,2009).

Kolik abdomen adalah nyeri yang kadang timbul secara tiba-tiba dan

kadang hilang dan merupakan variasi kondisi dari yang sangat rumit

sampai yang bersifat fatal (ilmu penyakit dalam,2001:92).

Kolik abdomen adalah rasa nyeri pada perut yang bersifat hilang

timbul dan bersumber dari organ yang terdapat dalam abdomen (perut).

Hal yang mendasari hal ini adalah infeksi pada organ di dalam perut

(radang kandung empedu, radang kandungan kemih), sumbatan dari organ

perut (batu empedu, batu ginjal). Pengobatan yang di berikan adalah

6
penghilangan rasa sakit dan penyebab utama dari organ yang terlibat. Bila

infeksi dari kandungan kemih atau empedu maka pemberian antibotik, bila

ada batu di kandugan empedu maka oprasi untuk angkat kandungan

empedu (Reeves,2011).

2. Anatomi fisiologi

Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut

sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk

menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi,

menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian

makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari

tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),

kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem

pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran

pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.

7
a. Mulut.

Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan

dan air pada manusia. Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya

merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir

di anus.

Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian

dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan

oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan

relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman

dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan lebih rumit, terdiri dari

berbagai macam bau. Makanan dipotong-potong oleh gigi depan

(incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham),

menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari

kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan

tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya.

Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang

memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses

menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.

b. Tenggorokan (Faring)

Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan.

Berasal dari bahasa yunani yaitu Pharynk. Skema melintang mulut,

hidung, faring, dan laring Didalam lengkung faring terdapat tonsil

(amandel) yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar

8
limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini terletak

bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya

dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang

belakang, Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung,

dengan perantaraan lubang bernama koana, keadaan tekak

berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan lubang yang

disebut ismus fausium

c. Kerongkongan (Esofagus)

Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang

dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam

lambung. Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan

menggunakan proses peristaltik. Esofagus bertemu dengan faring pada

ruas ke-6 tulang belakang. Menurut histologi. Esofagus dibagi

menjadi tiga bagian:

1) Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)

2) Bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)

3) Serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).

d. Lambung

Lambung merupakan organ otot berongga yang besar dan

berbentuk seperti kandang keledai. Terdiri dari 3 bagian yaitu: Kardia,

Fundus, Antrum

Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui

otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup.

Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi

9
lambung ke dalam kerongkongan. Lambung berfungsi sebagai gudang

makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan

dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3

zat penting Lendir, Asam klorida (HCl), Prekursor pepsin (enzim yang

memecahkan protein).

e. Usus halus (usus kecil)

Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan

yang terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya

akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati

melalui vena porta.

1) Usus dua belas jari (Duodenum)

Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus

yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus

kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian

terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan

berakhir di ligamentum Treitz.

2) Usus Kosong (jejenum)

Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum)

adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari

(duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa,

panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah

bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan

digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.

10
3) Usus Penyerapan (illeum)

Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus.

Pada sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4

m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh

usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit

basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam

empedu.

f. Usus Besar (Kolon)

Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara

usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air

dari feses. Usus besar terdiri dari :

a) Kolon asendens (kanan)

b) Kolon transversum

c) Kolon desendens (kiri)

d) Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)

g. Usus Buntu (Sekum)

Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah

anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan

serta bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan

pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian besar

herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora eksklusif

memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan

oleh umbai cacing.

11
h. Umbai Cacing (Appendix)

Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus

buntu. Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai

cacing. Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah

dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis

(infeksi rongga abdomen).

i. Rektum dan Anus

Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah

sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon

sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat

penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena

tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon

desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam

rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).

Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di

dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan

untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali

material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air

akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang

lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.

j. Pankreas

Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua

fungsi utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa

12
hormon penting seperti insulin. Pankreas terletak pada bagian

posterior perut dan berhubungan erat dengan duodenum (usus dua

belas jari). Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang

memiliki dua fungsi utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan

serta beberapa hormon penting seperti insulin. Pankreas terletak pada

bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan duodenum (usus

dua belas jari). Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu asini yang

berfungsi menghasilkan enzim-enzim pencernaan dan pulau pankreas

yang berfungsi menghasilkan hormon. Pankreas melepaskan enzim

pencernaan ke dalam duodenum dan melepaskan hormon ke dalam

darah. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan mencerna protein,

karbohidrat dan lemak. Enzim proteolitik memecah protein ke dalam

bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan dalam bentuk

inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai saluran

pencernaan. Pankreas juga melepaskan sejumlah besar sodium

bikarbonat, yang berfungsi melindungi duodenum dengan cara

menetralkan asam lambung.

k. Hati

Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan

manusia dan memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya

berhubungan dengan pencernaan. Organ ini memainkan peran penting

dalam metabolisme dan memiliki beberapa fungsi dalam tubuh

termasuk penyimpanan glikogen, sintesis protein plasma, dan

13
penetralan obat. Dia juga memproduksi bile, yang penting dalam

pencernaan. Istilah medis yang bersangkutan dengan hati biasanya

dimulai dalam hepat- atau hepatik dari kata Yunani untuk hati, hepar.

l. Kandung Empedu

Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ

berbentuk buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang

dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Pada manusia, panjang

kandung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap –

bukan karena warna jaringannya, melainkan karena warna cairan

empedu yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan hati dan

usus dua belas jari melalui saluran empedu.

3. Etiologi

Adapun yang menjadi peyebab dari kolik abdomen:

a. Mekanis

• Adhesi (Pertumbuhanbersatu bagian-bagian tubuh yang

berdekatan karena radang).

• Karsinoma

• Volvulus (Penyumbatan isi usus karena terbelitnya sebagian usus

di dalam usus).

• Intususepsi

• Obstipasi (Konstipasi yang tidak terobati).

• Polip (Perubahan pada mukosa lambung).

• Striktur (Penyumbatan yang abnormal pada duktus atau saluran).

14
b. Fungsional ( non meanik)

• Ileus paralitik (Keadaan abdomen akut berupa kembung).

• Lesi medulla spinalis

• Enteritis regional

• Ketidakseimbangan elektrolit

• Uremia

c. Etiologi yang lain yaitu:

• Inflamasi peritoneum pariel : perforasi, peritonitis, opendisitis,


diverti,kulitis,pankreanitis, kolesititis.

• Kelainan mukosa visceral : tukak peptic, inflammatory bowel


disase, kulitis infeksi, esofagitis.

• Obstruksi visceral : ilues obstruksi, kolik bilier atau renal karena


bau

• Reganggan kapsula organ : hepatitis kista ovarium, pilelonefritis

• Gangguan vaskuler : iskemia atau infark intestinal

• Gangguan motilitas : irritable bowel syndrome, dyspepsia


fungsional

• Ekstra abdominal : hespes trauma musculoskeletal, infark miokard


dan paru dan lainya.

4. Manifestasi Klinis

a) Mekanika sederhana – usus halus atas.

Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi,

muntah empedu awal, peningkatan bising usus (bunyi gemerincing

bernada tinggi terdengar pada interval singkat), nyeri tekan difus

minimal.

15
b) Mekanika sederhana – usus halus bawah
Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat,muntah – sedikit

atau tidak ada kemudian mempunyai ampas, bising usus dan bunyi

“hush” meningkat, nyeri tekan difus minimal.

c) Mekanika sederhana – kolon


Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir,

kemudian terjadmuntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri

tekan difus minimal.

d) Obstruksi mekanik parsial


Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn.

Gejalanya kram nyeri abdomen, distensi ringan dan diare.

e) Strangulasi
Gejala berkembang dengan cepat; nyeri parah, terus menerus dan

terlokalisir; distensi sedang; muntah persisten; biasanya bising usus

menurun dn nyeri tekan terlokalisir hebat. Feses atau vomitus menjadi

berwarna gelap atau berdarah atau mengandung darah samar.

5. Patofisiologi
Kolik abdomen adalah gangguan pada aliran normal usus seoanjang

traktus intestinal. Rasa nyeri pada perut yang sifatnya hilang timbul dan

bersumber dari organ yang terdapat dalam abdomen. Hal yang mendasari

adalah infeksi dalam organ perut (diare, radang kandung empedu, radang

kandung kemih). Sumbatan dari organ perut (batu empedu, batu ginjal).

Akut abdomen yaitu suatu kegawatan abdomen yang dapat terjadi karena

masalah nyeri abdomen yang terjadi tiba-tiba dan berlangsung kurang

daari 24 jam. kolic abdomen terkait pada nyeri perut serta gejala seperti

16
muntah, konstipasi, diare, dan gejala gastrointestinal yang spesifik. Pada

kolik abdomen nyeri dapat berasal dari organ dalam abdomen, termasuk

nyeri viseral. Dari otot lapisan dinding perut. Lokasi nyeri perut abdomen

biasanya mengarah pada lokasi organ yang menjadi penyebab nyeri

tersebut. Walupun sebagian nyeri yang dirasakan merupakan perjalanan

dari tempat lain. Oleh karena itu, nyeri yang dirasakan bisa merupakan

lokasi dari nyeri tersebut atau sekunder dari tempat lain.(Gilroy: 2013).

6. Pathway

Obstruksi
Unmi,ousus Akumulasi gas cairan
Kehilangan Distensi
di dalam lumen
H2O
sebelah proksimal

dari letak absorbsi


Kehilangan Tekanan

Pelepasan bakteri dan toksin dari cairan menuju infralumen

usus yang nekrotik ke dalam ruang

peritoneum dan sirkulasi sistemik

Syok hipovolemik Gangguan kebutuhan


Peradangan
istrahat dan tidur

Hipotalamus

17
Peningkatan

suhu tubuh
Mediator

nyeri

Peningkatan

suhu tubuh
Nyeri akut

Anoreksia Mual,

muntah

Ketidakseimbangan nutrisi kurang

dari kebutuhan diri

7. Komplikasi

a. Kolik ureter ( tersumbatnya aliran-aliran dari ginjal ke usus )

b. Kolik biliaris

c. Kolik intestinal (obstruksi usus, lewatnya isi usus yang terhalang)

d. Gangren

Gangren adalah borok yang disebabkan karena kematian sel/jaringan.

Gangren kandung empedu, saluran empedu dan pankreas diawali oleh

infeksi pada organ-organ tersebut.

18
e. Sepsis

Sepsis adalah menyebarnya agen infeksi (misalnya bakteri) ke seluruh

tubuh melalui peredaran darah. Sepsis berat dapat menimbulkan syok,

dimana tekanan darah turun.

f. Fistula

Fistula adalah saluran abnormal yang terbentuk antara dua organ.Batu

empedu mengerosi dinding kandung empedu atau salurang empedu,

menimbulkan saluran baru ke lambung, usus dan rongga perut.

g. Peritonitis

Peritonitis adalah radang rongga perut, disebabkan karena rongga perut

yang steril terkontaminasi oleh cairan empedu melalui suatu fistula ke

rongga perut.

h. Ileus

Ilues dapat terjadi karena batu menyumbat isi usus. Dapat terjadi bila

batu berukuran cukup besar.(Amin huda: 2015).

8. Pemeriksaan penunjang

a. Sinar x abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam usus.

b. Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau

lipatan sigmoid yang tertutup.

c. Penurunan kadar serum natrium, kalium dan klorida akibat muntah;

peningkatan hitung SDP dengan nekrosis, strangulasi atau peritonitis

dan peningkatan kadar serum amilase karena iritasi pankreas oleh

lipatan usus.

19
d. Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis

metabolik. (Amin huda: 2015)

9. Penatalaksanaan

a. Koreksi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit

b. Terapi Na+, K+, komponen darah

c. Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan interstisial

d. Dekstrosa dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan intraseluler

e. Dekompresi selang nasoenteral yang panjang dari proksimal usus ke

area penyumbatan selang dapat dimasukkan dengan lebih efektif

dengan pasien berbaring miring ke kanan.

f. Implementasikan pengobatan unutk syok dan peritonitis.

g. Hiperalimentasi untuk mengoreksi defisiensi protein karena obstruksi

kronik, ileus paralitik atau infeksi.

h. Reseksi usus dengan anastomosis dari ujung ke ujung.

i. Ostomi barrel-ganda jika anastomosis dari ujung ke ujung terlalu

beresiko.

j. Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses dan

mendekompresi usus dengan reseksi usus yang dilakukan sebagai

prosedur kedua.

(Amin huda: 2015).

20
10. Konsep Asuhan Keperawatan Kolik Abdomen

a. Pengkajian kolik abdomen

1. Identitas

Identitas klien yang terdiri nama, umur, alamat, status

perkawinana, terdapat juga identitas penanggung jawab.

2. Status kesehatan saat ini

Meliputi keluhan saat masuk rumah sakit dan keluhan utama saat

ini yaitu nyeri pada ulu hati

3. Kebutuhan dasar khusus

Nafsu makan menurun

4. Pola personal higiyene

Bagaimana frekuensi personal higiyene kline, mandi 3 kali sehari,

pralhigiyene.

5. Pola istirahat dan tidur

Tidur teratur

6. Pemeriksaan fisik:

1. Abdomen

• Distensi abdomen : nyeri pada ulu hati/telat makan

• Sifatnya : hilang timbul

• Upaya yang meringanan nyeri : minum obat

21
b. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakan berdasarkan Standar

Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI, 2016), pada pasien

dengan kolik abdomen

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis

(mis, inflamasi, iskemia, neoflasma)

2. Defisit nutrisi

3. Ganguan pola tidur

c. Perencanaan/Luaran Keperawatan

1. Luaran Utama: Nyeri Akut

a. Definisi

Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional

yang berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau

fungsional, dengan onsent mendadak atau lambat dan

berintensitas ringan/berat hingga konstan.

b. Ekspektasi: menurun

c. Criteria hasil

• Keluhan nyeri menurun

• Meringis menurun

• Gelisa menurun

• Kesulitan menurun

• Sikap protektif menurun

• Frekuensi nadi menurun

22
• Nafsu makan membaik

d. Perencanaan/Intervensi Keperawatan

1. Manajemen nyeri.

Observasi:

a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,

kualitas, intensitas nyeri.

b. Identifikasi skala nyeri.

c. Identifikasi faktoryang memperberatdan memperinggan

nyeri.

d. Monitor efek samping penggunaan analgetik

Terapeutik :

a. Berikan teknik nonfrmakologis untuk menggurangi rasa

nyeri (mis: teknik relaksasi nafas dalam).

b. Kontrol lingkungan yang memerberat rasa nyeri (mis: suhu

ruangan,pencahayaaan, kebisingan).

c. Fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi :

a. Jelaskan strategi meredakan nyeri.

b. Ajarakan teknik nonfarmkologis untuk mengurangi ras

nyeri

Kolaborasi :

a. Kolaborasi pemberian analgetik,jika perlu

23
e. Implementasi Keperawatan

Implementasi Merupakan kegiatan dari tahap proses dari

keperawatan, implementasi yang dilaksanakan sesuai dengan

intervensi yang telah ditetapkan dan disesuaikan dengan situasi

dan kondisi klien.

Implementasi mencakup 4 aspek yaitu :

• Observasi

• Tindakan mandiri

• Health education(HE)

• kolaborasi

f. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi Adalah kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan

yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan

kebutuhan kline secara optimal dan mengukur hasil dari proses

keperawatan

B. Konsep Dasar Kebutuhan Kenyamanan

1. Pengertian Nyeri

Nyeri adalah kondisi perasaan yang tidak menyenagkan. Sifatnya

sangat subjektif karna perasaan nyeri berbeda pada setiap orang baik

dalam hal skala ataupun tingkatannya dan hanya orang tersebutlah yang

dapat menjelaskan dan mengefakuasi rasa nyeri yang dialaminya (Hidayat,

2008).

24
Internasional Association for Study of Pain (IASP), mendefenisikan

nyeri sebagai suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang

tidak menyenagkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang

bersifat akut yang dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi

kerusakan (Potter & Perry, 2005).

2. Fisiologi nyeri

Munculnya nyeri sangat berkaitan erat dengan reseptor dan adanya

rangsangan. Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor merupakan

ujung-ujung saraf sangat bebas yang memiliki sedikit mielin yang tersebar

pada kulit dan mukosa, khususnya pada visera, persendian, dinding arteri,

hati dan kantong empedu. Reseptor dapat memberikan respon akibat

adanya stimulasi atau rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa

kimiawi, termal, listrik atau mekanis (Alimul, 2008).

Stimulus yang telah diterima reseptor kemudian ditransmisikan

berupaimpuls-impuls nyeri ke sumsum tulang belakang oleh dua jenis

serabut bermiyelin yaitu serabut A (delta) dan serabut lambam (serabut C).

Serabut A membawa impuls yang bersifat inhibitor/ penghambat yang

ditransmisikan ke serabut C. Serabut aferen masuk ke dalam spinal dengan

melalui akar dorsal dan sinaps pada dorsal hurn.Dorsal hurn ini terdiri dari

beberapa lapisan yang saling terkait, di antaranya berbentuk lapisan dua

atau tiga yang berbentuk substansia gelatinosa dan merupakan

jalan/saluran utama impuls. Kemudian, impuls tersebut melewati sumsum

tulang belakang yang ada pada interneuron dan bersambung dengan jalur

25
spinal asenden yang paling utama, jalur sphinotalamic dan spinoreticular

membawa informasi mengenai sifat dan lokasi nyeri. Terdapat dua jalur

mekanisme nyeri sebagai akibat dari proses transmisi nyeri yaitu jalur

opiate dan nonopiate. Neurotransmitter dalam impuls supresif yaitu

serotonin. Stimulus nociceptor lebih diaktifkan oleh sistem supresif yang

ditransmisikkan oleh serabut A. Sedangkan jalur desenden yaitu jalur

nonopiate yang tidak memberikan respon terhadap naloxone yang

mekaninsmenya kurang banyak diketahui (Alimul, 2008).

3. Klasifikasi Nyeri

a. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Durasi:

1). Nyeri Akut

Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit,

atau intervensi bedah dan memiliki proses yang cepat dengan

intensitas yang bervariasi (ringan sampai berat), dan berlangsung

untuk waktu yang singkat (Andarmoyo, 2013). Nyeri akut

berdurasi singkat (kurang lebih 6 bulan) dan akan menghilang

tanpa pengobatan setalh area yang rusak pulih kembali (Prasetyo,

2010).

2). Nyeri kronik

Nyeri kronik adalah nyeri yang berlangsung selama lebih dari 6

bulan. Nyeri kronik berlangsung di luar waktu penyembuhan yang

diperkirakan, karena biasanya nyeri ini tidak memberikan respon

terhadap pengobatan yang dia arahkan pada penyebabnya. Jadi

26
nyeri ini biasanya dikaitkan dengan kerusakan jaringan (Guyton

dan Hall, 2008).

Tabel 2.1
Perbedaan Nyeri Akut dan Nyeri Kronis
Karateristik Nyeri Akut Nyeri Kronis

Pengalaman Satu kejadian Satu situasi, satu ekstensi

Sumber Sebab eksternal atau Tidak diketahui atau


penyakit dari dalam pengobatan terlalu lama

Serangan Mendadak Bisa mendadak,


berkembang, dan
terselubung

Waktu Sampai 6 bulan Lebih dari 6 bulan


sampai bertahun-tahun

Pernyataan nyeri Daerah nyeri tidak Daerah nyeri sulit


diketahui dengan pasti dibedakan intensitasnya,
sehingga sulit di evaluasi
(perubahan perasaan)

Gejala-gejala klinis Pola respons yang khas Pola respons yang


dengan gejala yang bervariasi dengan sedikit
lebih jelas gejala (adaptasi)

Sumber. Barbara C.long,1989 dalam Hidayat,A.Aziz Alimul.


(2009)
b. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Asal

1). Nyeri Nosiseptif

Nyeri nosiseptif merupakan nyeri yang diakibatkan oleh aktivitas

atau sensivitas nosiseptor perifer yang merupakan respetor khusus

yang mengantarkan stimulus naxious (Andarmoyo, 2013). Nyeri

nosiseptor ini dapat terjadi karna adanya adanya stimulus yang

mengenai kulit, tulang, sendi, otot, jaringan ikat, dan lain-lain

(Andarmoyo, 2013).

27
2). Nyeri neuropatik

Nyeri neuropatik merupakan hasil suatu cedera atau abnormalitas

yang di dapat pada struktur saraf perifer maupun sentral , nyeri ini

lebih sulit diobati (Andarmoyo, 2013).

c. Klisifikasi Nyeri Berdasarkan Lokasi

1). Supervicial atau kutaneus

Nyeri supervisial adalah nyeri yang disebabkan stimulus kulit.

Karakteristik dari nyeri berlangsung sebentar dan berlokalisasi.

Nyeri biasanya terasa sebagai sensasi yang tajam (Potter dan Perry,

2006 dalam Sulistyo, 2013). Contohnya tertusuk jarum suntik dan

luka potong kecil atau laserasi.

2). Viseral Dalam

Nyeri viseral adalah nyeri yang terjadi akibat stimulasi organ-organ

internal (Potter dan Perry, 2006 dalam Sulistyo, 2013). Nyeri ini

bersifat difusi dan dapat menyebar kebeberapa arah. Nyeri ini

menimbulkan rasa tidak menyenangkan dan berkaitan dengan mual

dan gejala-gejala otonom. Contohnya sensasi pukul (crushing)

seperti angina pectoris dan sensasi terbakar seperti pada ulkus

lambung.

3). Nyeri Alih (Referred pain)

Nyeri alih merupakan fenomena umum dalam nyeri viseral karna

banyak organ tidak memiliki reseptor nyeri. Karakteristik nyeri

dapat terasa di bagian tubuh yang terpisah dari sumber nyeri

28
dandapat terasa dengan berbagai karakteristik (Potter dan Perry,

2006 dalam Sulistyo, 2013). Contohnya nyeri yang terjadi pada

infark miokard, yang menyebabkan nyeri alih ke rahang, lengan

kiri, batu empedu, yang mengalihkan nyeri ke selangkangan.

4). Radiasi

Nyeri radiasi merupakan sensi nyeri yang meluas dari tempat awal

cedera ke bagian tubuh yang lain (Potter dan Perry, 2006 dalam

Sulistyo, 2013). Karakteristik nyeri terasa seakan menyebar ke

bagian tubuh bawah atau sepanjang kebagian tubuh. Contoh nyeri

punggung bagian bawah akibat diskusi interavertebral yang ruptur

disertai nyeri yang meradiasi sepanjang tungkai dari iritasi saraf

skiatik.

4. Penilaian nyeri

Hayward (1975) mengembangkan sebuah alat ukur nyeri (painometer)

dengan skala longitudinal yang pada salah satu ujungnya tercantum nilai 0

(untuk keadaan tanpa nyeri) dan ujung lainnya nilai 10 (untuk kondisi

nyeri paling hebat). Untuk mengukurnya, penderita memilih salah satu

bilangan yang menurutnya paling menggambarkan pengalaman nyeri yang

terakhir kali ia rasakan, dan nilai ini dapat dicatat pada sebuah grafik yang

dibuat menurut waktu. Intensitas nyeri ini sifatnya subjektif dan

dipengaruhi oleh banyak hal, seperti tingkat kesadaran, konsentrasi,

jumlah distraksi, tingkat aktivitas, dan harapan keluarga. Intensitas nyeri

dapat dijabarkan dalam sebuah skala nyeri dengan beberapa kategori.

29
Tabel 2.2
Skala Nyeri Menurut Hayward
NO Skala Keterangan

1 0 Tidak nyeri

2 1-3 Nyeri ringan

3 4-6 Nyeri sedang

4 7-9 Sangat nyeri tetapi masih bisa di


control dengan aktivitas yang biasa
dia lakukan

5 10 Sangat nyeri dan tidak bisa di


kontrol

Selain skala di atas, ada pula skala wajah, yakni Wong-Baker FACES

Rating Scale yang ditujukan untuk klien tidak mampu menyatakan

intensitas nyerinya melalui skala angka. Ini termasuk anak-anak yang tidak

mampu berkomunikasi secara verbal dan lansia yang mengalami gangguan

kognisi dan berkomunikasi.

5. Faktor yang Mempengaruhi Respon Nyeri

Nyeri yang dialami oleh pasien dipengaruhi oleh sejumlah faktor,

termasuk pengalaman masa lalu dengan nyeri, ansietas, usia, dan

pengharapan tentang penghilang nyeri (efek plasebo). Faktor-faktor ini

dapat meningkatkan atau menurunkan persepsi nyeri pasien, meningkat

dan menurunnya toleransi terhadap nyeri dan pengaruh sikap respons

terhadap nyeri (Smeltzer & Bare, 2001).

a. Pengalaman Masa Lalu dengan Nyeri

Cara seseorang berespons terhadap nyeri adalah akibat dari

banyak kejadian nyeri selama rentang kehidupannya. Bagi beberapa

30
orang, nyeri masa lalu dapat saja menetap dan tidak terselesaikan,

seperti pada nyeri berkepanjangan atau kronis dan persisten. Individu

yang mengalami nyeri berbulan-bulan atau bertahun-tahun dapat

menjadi mudah marah, menarik diri, dan depresi (Smeltzer & Bare,

2001).

Efek yang tidak diinginkan yang diakibatkan dari pengalaman

sebelumnya menunjukkan pentingnya perawat untuk waspada

terhadap pengalaman masa lalu pasien dengan nyeri. Jika nyerinya

teratasi dengan cepat dan adekuat, individu mungkin lebih sedikit

ketakutan terhadap nyeri dimasa mendatang dan mampu mentoleransi

lebih baik Ansietas dan Nyeri (Smeltzer & Bare, 2001).

b. Ansietas dan nyeri

Meskipun umum diyakini bahwa ansietas akan meningkatkan

nyeri, mungkin tidak seluruhnya benar dalam semua keaadan. Riset

tidak memperlihatkan sutu hubungan yang konsisten antara ansietas

dan nyeri juga tidak memperlihatkan bahwa pelatihan pengurangan

stres praoperatif menurunkan nyeri saat pascaoperatif. Namun ansietas

yang relevan atau berhubungan dengan nyeri dapat meningkatkan

persepsi pasien terhadap nyeri. Secara umum, cara yang lebih efektif

ntuk menghilangkan nyeri adalah dengan mengarahkan pengobatan

pada nyeri ketimbang ansietas Budaya dan Nyeri (Smeltzer & Bare,

2001).

31
c. Budaya dan Nyeri

Budaya dan etniksitas mempunyai pengaruh pada bagaimana

seseorang berespons terhadap nyeri (Bagaimana nyeri diuraikan atau

seseorang berprilaku dalam berespons terhadap nyeri). Namun,

budaya dan etnik tidak mempengaruhi persepsi nyeri (Zatzick dan

Dimsdale, 1990).

Mengenali nilai-nilai kebudayaan yang dimiliki seseorang dan

memehami mengapa nilai-nilai ini berbeda dari nilai-nilai kebudayaan

lainnya membantu untuk menghindari mengevaluasi perilaku pasien

berdasarkan pada harapan dan nilai budaya seseorang. Namun

demikian sama pentingnya untuk menyamaratakan pasien secara

budaya. Perawat yang mengetahui perbedaan budaya akan mempunyai

pemahaman yang lebih besar tentang nyeri pasien dan akan lebih

akurat dalam mengkaji nyeri dan respons-respons perilaku terhadap

nyeri juga efektif dalam menghilangkan nyeri pasien (Smeltzer &

Bare, 2001).

d. Usia dan Nyeri

Pengaruh usia pada persepsi nyeri dan toleransi nyeri tidak

diketahui secara luas. Pengkajian nyeri pada lansia mungkin sulit

karena perubahan fisiogis dan psikologis yang menyertai proses

penuaan. Cara lansia berespons terhadap nyeri dapat berbeda dengan

cara berespons orang yang lebih muda. Atau nyeri pada lansia

mungkin dialihkan jauh dari tempat cedera atau penyakit. Penilaian

32
tentang nyeri dan keadekuatan pengobatan harus didasarkan pada

laporan nyeri pasien dan pereda nyeri ketimbang didasarkan pada usia

(Smeltzer & Bare, 2001).

e. Efek Plasebo

Efek plasebo terjadi ketika seseorang berespons terhadap

pengobatan atau tindakan lain karena suatu harapan bahwa

pengobatan atau tidakan tersebut memberikan hasil bukan karena

tindakan atau pengobatan tersebut benar-benar beakerja. Efek plasebo

timbul dari produksi alamiah (endogen) endorfin dalam sistem kontrol

desenden. Efek ini merupakan respons fisiologis sejati yang dapat

diputar balik oleh nalokson, suatu antagonis narkotik (Smeltzer &

Bare, 2001).

6. Asuhan keperawatan

a. Pengkajian

Pengkajian untuk gangguan rasa nyaman meliputi pengkajian tentang

bagaimana kline meraskan nyeri :

1. Intentitas nyeri, individu diminta untuk membuat tingkatan

nyeri pada skala verbal (missal, tidak nyeri, sedikit nyeri, nyeri

hebat, atau sangat hebat) atau perawat memberikan skala nyeri

dari 0-10, dimana skala nyeri menurun Hayward:0= tidak

nyeri, 1-3= nyeri ringan, 4-6= nyeri sedang, 7-9= sangat nyeri,

tetapi masih dapat di control dengan aktivitas yang biasa

33
dilakukan, 10= sangat nyeri dan tidak bisa dikontrol (Smeltzer

& Bare, 2001).

2. Karakteristrik nyeri, mengunakan metode PQRST, P

(provocative) dimana perawat mengkaji tentang penyebab atau

stimulus-stimulus nyeri pada kline. Q(quality) perawat

mengkaji tentang kualitas nyeri missal, nyeri seperti tusuk,

seperti terbakar,, sakt, nyeri seperti digencet. R(region) loasi

nyeri, apakah kline meraskan nyeri disatu titik atau menyebar.

S(severty) tingkat keparahan, perawat meminta kline

menggambarkan nyeri yang dirasakan apakah ringan,

sedang/berat. T(time) perawat menanyakan pada kline untuk

menentukan awitan, durasi, dan rangkaian nyeri (Prasetyo

2010).

3. Factor-faktor yang meredakan nyeri (misalnya, gerakan,

kurang gerak, pengerahan tenaga, istirahat, oabat-obat bebas,

dan sebagainya) dan apa yang dipercaya klien dapat membantu

mengatasi nyerinya. Bannyak orang yang mempunyai ide-ide

tertentu tentang apa yang akan menghilangkan nyerinya.

Perilaku ini sering didasarkan pada pengalaman atau trial end

error (Smeltzer & Bare,2001).

4. Efek nyeri terhadap aktivitas kehidupan sehari-hari misa, tidur,

nafsu makan , konsentrasi, interaksi terhadap orng lain,

gerakan fisik, bekerja dan aktivitas-aktivitas santai. Nyeri akut

34
sering berkaitna dengan asientas dan nyeri kronis dengan

depresi (Smeltzer & Bare, 2001).

5. Kekhawatiran individu tentang nyeri. Dapat meliputi berbagai

masalah yang luas, seperti beban ekonomi, prognosis,

pengaruh terhadap peran dan perubahan citra diri (Smeltzer &

Bare, 2001).

b. Diagnosa Keperawatan

Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI,2016) menjelaskan

ada dua diagnosa keperawatan utama yang mengambarkan nyeri pada

klien, yaitu nyeri akut dan nyeri kronis.

Adapaun batasan karateristrinya :

1. Perubahan selera makan

2. Laporan nyeri

3. Perubahan tekanan darah

4. Ganguan pola tidur

5. Mengekspresikan perilaku(missal, gelisa, meringgis)

6. bersikap protektif(mis, posisi menghindari nyeri)

c. Luaran Keperawatan

No Diagnosa Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan


Keperawatan
1. Nyeri akut Setelah di lakukan MANAJEMEN NYERI.
berhubungan tindakan keperawatan Observasi:
dengan agen selama 3x24 jam maka 1. Identifikasi
pencedera tingkat nyeri menurun lokasi,karakteristik,duras
fisiologis (mis, dengan criteria hasil: i,
inflamasi, I. Keluhan nyeri frekuensi,kualitas,intensi
iskemi, dari meningkat tas nyeri.
neoplasma). menjadi 2. Identifikasi skala nyeri.

35
menurun. 3. Identifikasi faktoryang
A. Meringis dari memperberatdan
meningkat memperinggan nyeri.
menjadi 4. Monitor efek samping
menurun. penggunaan analgetik
C. Mual dari Terapeutik :
meningkat A. Berikan teknik
menjadi nonfrmakologis untuk
menurun. menggurangi rasa nyeri
D. Nafsu makan (mis: kompres hangat ).
dari memburuk B. Kontrol lingkungan yang
menjadi memerberat rasa nyeri
meningkat. (mis: suhu ruangan,
pencahayaaan,kebisinga
n).
C. Fasilitasi istirahat dan
tidur
Edukasi :
6. Jelaskan strategi
meredakan nyeri.
7. Ajarakan teknik
nonfarmkologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
A. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

d. Implementasi

Setelah melakukan intervensi keperawatan, tahap selanjutnya

adalah mencatat intervensi yang telah dilakukan dan evaluasi respons

klien. Hal ini dilakukan karena pencatatan akan lebih akurat bila dilakukan

saat intervensi masih segar dalam ingatan. Tulislah apa yang diobservasi

dan apa yang dilakukan (Deswani, 2009).

Implementasi yang merupakan kategori dari proses keperawatan

adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang

diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan

keperawatan dilakukan dan diselesaikan (Potter & Perry, 2005).

36
e. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan. Namun,

evaluasi dapat dilakukan pada setiap tahap dari proses perawatan. Evaluasi

mengacu pada penilaian, tahapan dan perbaikan. Pada tahap ini, perawat

menemukan penyebab mengapa suatu proses keperawatan dapat berhasil

atau gagal (Alfaro-Lefevre, 1994 dalam Deswani, 2009). Pada tahap

evaluasi, perawat dapat menemukan reaksi klien terhadap intervensi

keperawatan yang telah diberikan dan menetapkan apakah sasaran dari

rencana keperawatan dasar mendukung proses evaluasi. Selain itu juga

dapat menetapkan kembali informasi baru yang ditunjukkan oleh klien

untuk mengganti atau menghapus diagnosa keperawatan, tujuan atau

intervensi keperawatan (Yura dan Walsh, 1988 dalam Deswani, 2009).

C. Analisis Tindakan Keperawatan: Teori kompres air hangat

a. Definisi Kompres Air Hangat

Kompres air hangat dapat digunakan pada pengobatan nyeri dan

merelaksasikan otot-otot yang tegang. Kompres hangat dilakukan dengan

mempergunakan buli-buli panas atau kantong air panas secara konduksi

dimana terjadi pemindahan panas dari buli-buli ke dalam tubuh sehingga

akan menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan akan terjadi penurunan

ketegangan otot sehingga nyeri yang dirasakan akan berkurang atau

hilang (Smalzer & Bare, 2013).

37
b. Manfaat Kompres Air Hangat

Pemberian kompres hangat pada pasien dengan nyeri kolik abdomen

dapat membantu merelaksasi otot – otot sekitar daerah nyeri, sejalan

dengan teori Price, Sylvia & Wilson (2013) .

c. Tujuan Kompres Air Hangat

Pemberian kompres hangat merupakan salah satu tindakan mandiri.

Efek hangat dari kompres dapat menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh

darah yang nantinya akan meningkatkan aliran darah ke jaringan

penyaluran zat asam dan makanan ke sel-sel di perbesar dan pembuangan

dari zat – zat di perbaiki yang dapat mengurangi rasa nyeri kolik abdomen

(Natalie, 2013).

d. Prosedur Kompres Air Hangat

Adapun langkah-langkah kompres air hangat adalah sebagai berikut:

a) Ciptakan lingkungan yang tenang Siapkan alat dan bahan.

b) Atur posisi klien duduk atau tidur

c) Siapkan alat dan bahan.

d) Air hangat dengan suhu 40 derajat celcius.

e) Handuk/kain/washlap.

f) Basahi handuk/kain/washlap dengan air hangat.

g) Peras kain agar tidak terlalu basah.

h) Letakkan kain pada daerah yang akan dikompres.

i) Lakukan kembali ketika kain sudah kering atau suhu kain mulai

dingin.

38
j) Kompres selama 20 menit.

Kompres hangat dilakukan dengan menempelkan handuk atau kain

hangat pada permukaan kulit. Suhu hangat merangsang termoreseptor

pada kulit untuk mengirimkan sinyal ke otak. Hipotalamus di otak akan

bereaksi dan menghasilkan respon yang disebut vasodilatasi. Ketika

vasodilatasi, pembuluh darah akan melebar sehingga darah akan mengalir

lancar dan peningkatan suhu terjadi lebih cepat. Akibatnya, panas dapat

membuat otot lebih rileks dan otak juga akan menurunkan suhu tubuh

menjadi normal.

39
BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Jenis Penelitian Studi Kasus

Desain studi kasus ini adalah mengunakan desain pnelitian deskriptif melalui

pendekatan studi kasus. Hasil yang di harapkan oeh penenliti adalah keberhasilan

teknik relaksasi nafas dalam sebagai pelaksanaan nyeri akut pada pasien kolik

abdomen dalam pemenuhan kebutuhan rasa nyaman di ruang perawatan RSU

Aliyah 2 Kota Kendari.

B. Subjek Studi Kasus

Subjek studi dalam penelitian ini adalah satu pasien atau individu yang

mengalami kebutuhan kenyamanan pada pasien kolik abdomen di ruang

perawatan RSU Aliyah 2 Kota Kendari.

C. Fokus Studi Kasus

1. Asuhan keperawatan pada pasien kolik abdomen dengan gangguan

kebutuhan kenyamanan.

2. Penanganan teknik kompres hangat terhadap nyeri.

D. Definisi Operasional

1. Studi Asuhan keperawatan pada pasien Kolik Abdomen adalah asuhan

keperawatan pada pasien Kolik Abdomen dalam pemenuhan rasa

nyaman (bebas nyeri) terdiri dari:

a. Pengkajian Keperawatan dalam pengkajian nyeri

Pengkajian pada masalah nyeri dapat dilakukan dengan melihat

adanya riwayat nyeri, keluhan nyeri seperti lokasi, intensitas,

40
kualitas dan waktu serangan terjadinya nyeri. Pengkajian nyeri

dapat dilakukan dengan menggunakan teknik PQRST:

1) P: Paliatif : Faktor yang mempengaruhi gawat

ringannya nyeri

2) Q: Qualitatif : Seperti apa, tajam, tumpul, atau tersayat

3) R: Regio : Daerah perjalan nyeri

4) S: Severe : Keparahan atau intensitas nyeri

5) T: Time : Lama waktu serangan atau frequensi nyeri

Intensitas nyeri dapat diketahui dengan bertanya kepada pasien.

Untuk mengukur skala nyeri dapat dilakukan menggunakan alat

ukur nyeri, yaitu dengan skala nyeri Numerik.

Kriteria obyektif menggunakan skala verbal dengan kriteria:

1) 0 : Tidak Nyeri (Nyaman)

2) 1-3 : Nyeri Ringan

3) 4-6 : Nyeri Sedang

4) 7-10 : Nyeri Berat

b. Diagnosa keperawatan yaitu diagnosa adanya nyeri akibat

peradangan atau infeksi pada lambung baik yang akut maupun

kronis.

c. Intervensi keperawatan yang diangkat adalah Manajemen Nyeri

dilakukan intervensi selama 3x24 jam yaitu Observasi:

Identifikasi lokasi, karakteristik, frekuensi ,kualitas,intensitas

41
nyeri. Identifikasi skala nyeri. Identifikasi factor yang

memperberat dan memperinggan nyeri. Monitor efek samping

penggunaan analgetik. Terapeutik: Berikan teknik

nonfrmakologis untuk menggurangi rasa nyeri (mis: kompres

hangat). Kontrol lingkungan, pencahayaaan, kebisingan).

Fasilitasi istirahat dan tidur. Edukasi: Jelaskan strategi

meredakan nyeri. Ajarakan teknik nonfarmkologis untuk

mengurangi rasa nyeri. Kolaborasi: Kolaborasi pemberian

analgetik, jika perlu.

d. Implementasi keperawaan yaitu penerapan kompres air hangat

dalam untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri dengan cara

sebagai berikut:

Kompres hangat yaitu suatu metode menggunakan air hangat

untuk memberikan rasanyaman atau menghilangkan nyeri pada

bagian tubuh yang memerlukan (Smletzer, 2002). Prosedur

kompres hangat yaitu dengan mengambil wadah dan tunagkan air

dingin dicampur air panas sampai teraba hangat. Celupkan waslap

ke dalam air hangat lalu peras. Tempelkan waslap air hangat pada

area yang mengalami nyeri. Celupkan lagi waslap ke dalam air

hangat saat waslap mendingin. Ulangi langkah di atas sampai 15-

20 menit atau sampai bagian tubuh yang nyeriterasa nyaman atau

sampai nyeri mereda.

42
e. Evaluasi keperawatan berdasarkan Standar Luaran Keperawatan

Indonesia (SLKI) yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 3x24 jam maka Tingkat Nyeri menurun dengan criteria

hasil: Keluhan nyeri dari menurun menjadi meningkat, meringis

dari meningkat menjadi menurun, mual dari meningkat menjadi

menurun, nafsu makan dari menurun menjadi meningkat.

2. Pasien kolik abdomen yang dimaksud adalah pasien yang diagnosa

kolik abdomen oleh dokter.

3. Nyeri adalah sensori yang bersifat emosional dan subjektif berupa

perasaan yang tidak menyenangkan yang dirasakan pasien pada perut

bagian atas.

4. Kebutuhan kenyaman (bebas nyeri) adalah keadaan dimana

terpenuhinya kenyamanan atau ketentraman yang terjadi karena

perasaan rasa nyeri.

E. Waktu dan Tempat

1. Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 15 Februari s/d 17

Februari 2021.

2. Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Ruanga perawatan RSU Aliyah

2 Kota Kendari.

F. Pengumpulan Data

1. Data perimer yaitu data yang diperoleh dari pasien atau keluarga

dengan permohonan dan persetujuan menjadi responden yang melalui

43
proses wawancara, observasi menggunkan format asuhan keperawatan

mulai dari pengkajian-evaluasi dan didokumentasi.

2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh peneliti dari hasil survay

awal melalui pusat informasi rekam medik dan status pasien di RSU

Aliyah 2 Kota Kendari.

G. Penyajian Data

Penyajian data merupakan cara penyajian dan penelitian yang

dilakukan melalui berbagai bentuk, dari data yang sudah terkumpul dan

telah di olah akan disajikan dalam entuk tekstular atau narasi untuk

mengetahui hasil.

H. Etika Studi Kasus

Pertimbagan etik ini dilaksanakan dengan memenuhu perinsip-

perinsip the five right of human subjects in reseaechl (Macne, 2004).

1. Hak untuk self determinaton klien memiliki otonomi dan hak untuk

membuat keputusan secara sadar dan dipahami dengan baik, bebas

dari paksaan untuk berpartisipasi atau tidak dalam penelitian ini atau

mengundurkan diri dari penelitian ini.

2. Hak terhadaap privacy dan dignity bahwa klien memiliki hak untuk

dihargai tentang apa yang mereka lakukan dan apa yang dilakukan

terhadap mereka serta untuk mengontrol kapan dan bagaimana

informasi tentang mereka dibagi dengan orang lain. Dalam proses

pengumpulan data klien beresiko mengungkap pengalaman yang

bersifat rahasia bagi pribadinya, peneliti menginfirmasikan bahwa

44
klien berhak tidak menjawab pertanyaan yang menimbulkan rasa malu

atau tidak ingin diketahui orang lain dan jika kliemn merasa tidak

nyaman untuk berpartisipasi maka klien diperkenankan

untukmngundurkan diri dari proses penelitian. Semua ini dilakukan

peneliti untuk menghormati privacy dan digniti.

3. Hak anonymity dan cobfidentiality, maka semua informasi yang

didapat dari klien harus dijaga dengan sedemikian rupa sehingga

informasi individu tersebut tidak langsung dikaitkan dengan klien, dan

klien juga harus dijakakerahasian atas keterlibatanya dalam penelitian

ini. Menjamin kerahasian (cobfidentiality) dengan menyimpan

dokumen dengan aman seperti lembar persetujuan mengikuti

penelitian, biodata, kaset rekaman dan transkip wawancar dalam

tempat khusus yang dapat diakses peneliti. Dalam menyusun laporan

penelitian, peneliti menguraikan data tanpa mengungkap identitas

klien (anonymity).

4. Hak terhadap penanganan yang adil memberikan individu hak yang

sama untuk dipilih atau terlibat dalam penelitian tanpa deskriminasi

dan diberi penanganan yang sama dengan menghormati seluruh

persetujuan yang disepakati dan untuk memberi penanganan terhadap

masalah yang muncul selama partisipasi dalam penelitian. Semua

klien mempunyai kesmpatan yang sama untuk berpartisipasi dalam

penelitian ini dan mendapatkan perlakuan yang sama dari peneliti.

45
5. Hak untuk mendapatkan perlindungan dari ketidaknyamanan dan

kerugian mengharuskan agar klien dilindungi dan eksploitasi dan

peneliti harus menjamin bahwa semua usaha dilakukan untuk

meminimalkan bahaya atau kerugian dari suatu penelitian,serta

memaksimalkan manfaat dari penelitian (macnee, 2004).

Penelitian dalam pelaksanaannya tidak berdiri sendiri, tetapi saling

berkaitan dan saling mendukung. Dalam melaksanakan penelitian

khususnya jika yang menjadi subjek penelitian adalah Manusia maka

peneliti harus memahami hak dasar Manusia, Manusia memiliki kebebasan

dalam menentukan dirinya, sehingga peneliti yang akan dilaksanakan

benar-benar menjungjung tinggi kebebasan Manusia.

Dalam melakukan penelitian, peneliti mendapat rekomendasi izin dari

institusi pendidikan Poltekkes Kemenkes Kendari. Setelah mendapatkan

persetujuan kemudian melakukan penelitian dengan menekankan masalah

etika.

1. Informed Concent

Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti

yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan

manfaat penelitian, bila responden menolak maka peneliti tidak akan

memaksakan kehendak dan tetap menghormati hak-hak responden.

46
2. Anonimity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan

nama responden pada format pengkajian, tetapi format pengkajian

tersebut diberikan kode.

3. Confidentiality (Kerahasian Informasi)

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti hanya

kelompok-kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil

penelitian baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. (Suyanto,

2011).

47
BAB IV

HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Studi Kasus

1. Pengkajian

Pengkajian pada kasus ini diperoleh melalui observasi langsung,

pemeriksaan fisik, menelaah catatan medik maupun catatan perawat yang

dilakukan pada tanggal 14 Februari 2021, klien masuk di RSU Aliaya 2 di

Kota Kendari, dari pengkajian tersebut didapatkan data melalui penjelasan

berikut ini :

Nama klien Ny. R, Jenis kelamin perempuan, berumur 39 tahun,

status perkawinan menikah, beragama Islam, suku bangsa Tolaki,

pendidikan terakhir SLTA, bekerja sebagai Ibu rumah tangga. Identitas

penanggung jawab Nama Tn. Y, jenis kelamin laki-laki, pekerjaan sebagai

PNS, hubungan dengan klien sebagai suami, alamat Jl. Anggalomeara.

a. Riwayat Kesehatan.

Klien masuk Sakit di RSU Aliyah 2 Kota Kendari pada

tanggal 14 februari 2021 di rawat di ruang Perawatan dengan

keluhan utama Nyeri pada uluh hati.

Riwayat keluhan utama yang didapatkan saat pengkajian

adalah klien mengatakan Nyeri pada uluh hati, klien mengatakan

Nyerinya hilang timbul, klien mengatakan sering kualiatas

Nyerinya seperti tertusuk-tusuk, klien mengatakan skala Nyeri 7(1-

10). Nampak klien meringis, nampak klien lemas, WBC : 22,3,

48
klien nampak memegang daerah yang nyeri, klien nampak

membatasi aktivitas atau kebutuhan dibantu keluarga, klien

nampak melindungi area yang sakit.

Pada pengkajian riwayat kesehatan masa lalu klien

mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yang sama

sebelumnya. Klien mengatakan pernah dirawat di RS dengan sakit

hipertensi, tidak pernah menjalani tindakan operasi sebelumnya.

Klien mengatakan tidak mengonsumsi obat-obatan, tidak minum

kopi dan merokok.

b. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil tekanan

darah 120/80 mmHg, frekuensi pernafasan 20 kali/menit, frekuensi

nadi 80 kali/menit, suhu tubuh 36,8 C. pemeriksaan berat badan 55

kg, tinggi badan 170 cm dan imt 2,34.

Pemeriksaan fisik pada bagian kepala didapatkan hasil

bentuk kepala hormosefali atau tidak ada kelainan, keadaan kulit

kepala bersih, tidak ada nyeri kepala, klien tidak merasa pusing,

distribusi rambut bersih, rambut tidak udah tercabut, dan tidak ada

alopesia.

Pada pemeriksaan mata didapatkan hasil kedua mata

simetris, tidak ada edema dan ptosis, sclera kemerah-merahan,

konjungtiva tidak anemis, reflex pupil normal, ketajaman mata

baik, pergerakan bola mata baik, lapang pandang baik, tidak ada

49
diplopia, tidak ada photopobia, tidak ada nistagmus, reflex kornea

baik, tidak ada nyeri pada kedua mata.

Pada pemeriksaan telinga didapatkan hasil kedua telinga

simetris, tidak ada sekret atau serumen, ketajaman pendengaran

baik, tinnitus baik, tidak ada nyeri yang dirasakan pada telinga.

Pemeriksaan hidung didapaatkaan hasil hidung simetris,

tidak ada perdarahan, tidak ada sekresi, fungsi penciuman baik, dan

tidak ada nyeri pada hidung.

Pemeriksaan pada mulut didapatkan hasil fungsi berbicara

baik, kelembapan bibir baik, posisi uvula baik, mukosa bibir baik,

keadaan tonsil baik, stomatitis baik, warna lidah merah mudah,

tidak ada tremor pada lidah, kebersihan lidah bersih, tidak ada bau

mulut, kelengkapan gigi sudah lengkap, kebersihan gigi bersih,

terdapat karies pada gigi, suara parau tidak ada, tidak ada kesulitan

menelan, kemampuan menunyah baik, dan fungsi mengecap baik.

Pemeriksaan pada leher didapatkan hasil mobilitas leher

baik, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran

kelenjar limfe, tidak ada pelebaran vena jugularis, dan trachea baik.

Pemeriksaan pada thoraks bagian paru-paru didapatkan

hasil bentuk dada simetris, pengembanan dada tidak normal, tidak

ada retraksi dinding dada, tidak ada tanda jejas, taktir fremitus

getaran kiri dan kanan, tidak ada massa, tidak ada dispnea, tidak

50
ada ortopnea, tidak ada bunyi nafas tambahan ronchi, tidak nyeri

pada dada.

Pemeriksaan thoraks bagian jantung didapatkan hasil uktus

kordis normal, ukuran jantung normal, klien mengatakan tidak

nyeri pada dada, tidak ada palpitaasi, dan bunyi jantun normal.

Pemeriksaan abdomen didapatkan hasil warna kulit sawo

matang, distensi abdomen : nyeri pada uluh hati/terlambat makan,

tidak ada ostomy, tidak ada tanda jejas, peristaltic 12x/menit, tidak

ada massa, dan ada nyeri tekan.

Pemeriksaan payudara didapatkan hasil kedua payudara

simetris, keadaan puting susu baik, tidak ada massa, tidak ada nyeri

tekan, dan tidak ada lesi.

Pemeriksaan system saraf didapatkan hasil tingkat

kesadaran composmentis, koordinasi baik, memori baik, orientasi

baik, konfusi baik, keseimbangan baik, tidak ada kelumpuhan,

tidak ada gangguan sensasi, dan tidak ada kejang-kejang.

Pemeriksaan reflex didapatkan hasil reflex tendon bisep

normal, reflex tendon trisep normal, reflex lutut baik, tidak ada

kaku kuduk, brudzinski I normal, dan brudzinski II normal.

Pemeriksaan anus dan perianal didapaatkan hasil tidak ada

tanda haemoroid, tidak ada lesi, dan tidak ada nyeri pada anus.

Pemeriksaan ekstremitas didapatkan hasil warna kulit sawo

matang, tidak terdapat purpura atau ekimosis, tidak terdapat atropi,

51
tidak ada hipertropi, tidak ada lesi atau luka, pigmentasi baik, tidak

ada deformitas sendi, tidak ada deformitas tulang, tidak ada tremor,

tidak ada varises, tidak ada edema, turgor kulit baik, kelembapan

kulit baik,capillary tefilling time (CRT) dibawah 2 detik,

pergerakan ekstremitas normal, tidak ada kekakuan sendi, tidak ada

kekakuan tulang, tonus otos normal, kekuatan sendi baik, tidak ada

nyeri, dan tidak terjadi diaphoresis.

c. Kebutuhan Kenyamanan :

i. Keluhan nyeri : Klien mengatakan nyeri pada

epigastrit

ii. Pencetus nyeri : Klien mengatakan terlambat makan.

iii. Upaya yang meringankan nyeri : Klien mengatakan dengan

minum obat.

iv. Karakteristik nyeri : Klien mengatakan hilang timbul.

v. Intensitas nyeri : Klien mengatakan nyeri berat 7

(skala 7 dari 1-10)

vi. Durasi nyeri : Klien mengatakan 2 menit

vii. Dampak nyeri terhadap aktivitas : Klien mengatakan tidak bisa

melakukan aktivitas siahari-hari

viii. Lain – lain :

- Klien nampak memegang daerah yang nyeri.


- Klien nampak membatasi aktivitas atau kebutuhan dibantu

keluarga.

- Klien nampak melindungi area yang sakit.

52
d. Pemeriksaan penunjang
a) Laboratorium :
No Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan Keterangan
DARAH RUTIN

1 WBC 22,3 X…10….UL 4.0.10 H


2 Midh 1,9 X…10….UL 0,1-1,2 H
3 Grand 16,7 X…10….UL 2.0-7,0 H
4 Midh 75,0 % 50,0-70,0 H
5 HGB 16,1 g/dL 11-16 H
6 RBC 5,98 X…10….UL 4,20-5,50 H
7 HCT 53,5 % 37,0-43,0 H

b) Tindakan medik/pengobatan

NO Nama obat Dosis Frekuensi Cara


dan waktu pemberian
1. CAPTOPRIL 25 m 3 x 25 m P.o
2. FUROSEMIDE 1 amp Extra lv
3. METRONIDAZOL 1 amp 3x1 lv
4. PARACETAMOL 1 gr /8 jam lv
5. HARNAL 0,4 mg /14 jam P.o
6. RANITIDIN 1A /12 jam Lv
7. CANDESARTAN 16 mg 1x P.o

Kendari,
Mahasiswa

53
2. Diagnosa Keperawatan

a. Klasifikasi Data
Nama Pasien : Ny. R
Umur : 39 Tahun
No. RM : 02 92 37

Data Subjektif Data Objektif


1. Klien mengatakan nyeri pada uluh 1. Nampak klien meringis.
hati. 2. Nampak klien lemas.
2. Klien mengatakan nyerinya hilang 3. Nampak berat badan klien
timbul. menurun.
3. Klien mengatakan qualitas 4. Nampak klien mual.
nyerinya seperti tertusuk-tusuk. 5. KU lemas.
4. Skala nyeri 7 (1-10). 6. WBC: 22,3
5. Klien mengatakan cepat kenyang. 7. Klien nampak memegang daerah
6. Klien mengatakan nafsu makan yang nyeri.
menurun. 8. Klien nampak membatasi aktivitas
7. Klien mengatakan mual. atau kebutuhan dibantu keluarga.
9. Klien nampak melindungi area
yang sakit.
10. TTV:
• TD: 120/80 mmhg.
• N: 80xpermenit.
• SB: 36,8 C.
• R: 20xpermenit.

3. Analisa Data
b. Klasifikasi Data
Nama Pasien : Ny. R
Umur : 39 Tahun
No. RM : 02 92 37

NO Data Etiologi Masalah


1. Data subjektif: Obstruksi usus Nyeri akut.
1. Klien mengatakan nyeri
pada uluh hati.
2. Klien mengatakan
nyerinya hilang timbul. Virus/bakteri
3. Klien mengatakan
qualitas nyerinya
seperti tertusuk-tusuk.
4. Skala nyeri 7 (1-10). Peradangan
Data objektif:
• Nampak klien
meringis. Infeksi

54
• Nampak klien lemas.
• WBC: 22,3
• Klien nampak Mediator nyeri
memegang daerah yang
nyeri.
• Klien nampak Hipotalamus
membatasi aktivitas
atau kebutuhan dibantu
keluarga.
• Klien nampak Nyeri
melindungi area yang
sakit.
• TTV:
• TD: 120/80 mmhg.
• N: 80xpermenit
• SB: 36,8 C
• R: 20xpermenit
2. Data subjektif: Hambatan pasese dalam Defisit nutrisi.
1. klien mengatakan cepat organ
kenyang
2. Klien mengatakan nyeri
pada uluh hati.
3. Kien mengatkan nafsu Mual muntah
makan menurun
4. Kien mengatakan mual.
Data objektif:
1. Nampak berat badan Anoreksia
2. Klien menurun
3. Nampak klien mual
4. KU lemas
Intake kurang

Gangguan pemenuhan
nutrisi kurang dari
kebutuhan

Defisit nutrisi

55
5. Implementasi

Nama Pasien : Ny. R

Umur : 39 Tahun

No. RM : 02 92 37

No Diagnosa Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan


Keperawatan
1. Nyeri akut Setelah di lakukan MANAJEMEN NYERI.
berhubungan tindakan keperawatan Observasi:
dengan agen selama 3x24 jam maka 1. Identifikasi lokasi,
pencedera Tingkat Nyeri karakteristik, durasi,
fisiologis (mis, menurun dengan frekuensi, kualitas,
inflamasi, iskemi, criteria hasil: intensitas nyeri.
neoplasma). a. Keluhan nyeri 2. Identifikasi skala
dari meningkat nyeri.
menjadi 3. Identifikasi
menurun. faktoryang
b. Meringis dari memperberatdan
meningkat memperinggan nyeri.
menjadi 4. Monitor efek samping
menurun. penggunaan analgetik
c. Mual dari Terapeutik :
meningkat 1. Berikan teknik
menjadi nonfrmakologis
menurun. untuk menggurangi
d. Nafsu makan rasa nyeri (mis:
dari memburuk teknik relaksasi nafas
menjadi dalam).
membaik. 2. Kontrol lingkungan
yang memerberat
rasa nyeri (mis: suhu
ruangan,pencahayaaa
n, kebisingan).
3. Fasilitasi istirahat dan
tidur
Edukasi :
1. Jelaskan strategi
meredakan nyeri.
2. Ajarakan teknik
nonfarmkologis untuk
mengurangi ras nyeri

56
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
analgetik,jika perlu
2. Defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen nutrisi.
berhubungan tindakan keperawatan Observasi:
dengan selama 3x24 jam maka E. Identifikasi status
ketidakmampuan status nutrisi membaik nutrisi.
mencerna dengan kriteria hasil: F. Identifikasi makanan
makanan. a. Porsi makanan yang disukai.
yang di G. Identifikasi kebutuhan
habiskan dari kalori yang disukai
menurun dan jenis nutrient.
menjadi H. Monitor asupan
meningkat. makanan.
b. Nyeri abdomen I. Monitor berat badan
dari meningkat Terapeutik :
menjadi 5. Sajikan makanan
menurun. secara menarik dan
c. Berat badan suhu yang sesuai.
dari memburuk 6. Berikan makanan
menjadi tinggi serat untuk
membaik. mencegah konstipasi.
d. Nafsu makan 7. Berikan makanan
dari memburuk tinggi kalori dan
menjadi tinggi protein.
membaik. Edukasi :
C. Ajurkan posisi duduk
jika mampu.
Kolaborasi :
A. Kolaborasi pemberian
dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan, jika
perlu.

57
6. Implementasi Dan Evaluasi

Nama Pasien : Ny. R

Umur : 39 Tahun

No.RM : 02 92 37

No Diagnosa Hari/ Jam Implementasi Evaluasi


Keperaw Tanggal
atan
1. Nyeri Senin, 21:15 1. Identifikasilokasi,karakteri S:
akut. 15-02- stik,durasi, frekuensi • Klien
2021 ,kualitas,intensitas nyeri. mengatakan
Hasil: nyeri pada uluh
a. Klien mengatakan hati.
masih nyeri di daerah • Klien
epigastri. mengatakan
2. Identifikasi skala nyeri. nyerinya hilang
Hasil: timbul.
21-20 a. Klien mengatakan • Klien
skala nyeri 7. mengatakan
3. Identifikasi factor yang qualiatas
memperberat dan nyerinya seperti
memperinggan nyeri. tertusuk-tusuk.
Hasil: • Skala nyeri 7 (1-
1. Klien mengatakan 10)
faktor yang O:
memperberat • Nampak klien
21-30 terlambat makan. meringis.
2. Klien mengatakan • Nampak klien
faktor yang lemas.
meringankan minum
• WBC: 22,3
obat.
• Klien nampak
4. Monitor efek samping
memegang
penggunaan analgetik.
daerah yang
Hasil:
nyeri.
1. Klien mengatakan
• Klien nampak
21-45 tidak ada efek
membatasi
samping dari obat.
aktivitas atau
5. Berikan teknik
kebutuhan
nonfrmakologis untuk
dibantu
menggurangi rasa
keluarga.
nyeri(mis:teknik relaksasi

58
nafas dalam). • Klien nampak
Hasil: melindungi area
1. Klien mengatakan yang sakit.
bersedia untuk • TTV
melakukan teknik -TD:120/80 mmhg
relaksasi nafas dalam. -N: 80xPermenit
2. Klien mengatakan -SB: 36,8 C
belum terlalu -R: 20xPermenit
mengerti dalam A:
melakukan tekhnik Masalah belum teratasi.
relaksasi nafas dalam. P:
6. Kontrol lingkungan, Intervensi di
pencahayaaan, lanjutkan.1, 2, 5, 6, 7, 9,
kebisingan). 10.
Hasil:
1. Klien mengatakan
lingkungannya bersih,
penvahayaan terang,
tidak ribut.
7. Fasilitasi istirahat dan
tidur.
Hasil:
1. Klien mengatakan
tidurnya terganggu
ketika saat nyeri.
8. Jelaskan strategi
meredakan nyeri.
Hasil:
1. Klien nampak
mengikuti penjelasan.
9. Ajarakan teknik
nonfarmkologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
Hasil:
1. Klien Nampak
mengikuti penjelasan
yang diberikan.
10. Kolabo
rasi pemberian analgetik,
jika perlu
Hasil:
1. Berkolaborasi dengan
tim medis dalam
pemberian analgetik.
Defisit Senin, 21-15 1. Identifikasi status nutrisi. S:
nutrisi. 15-02- 2. Identifikasi makanan yang • Klien

59
2021 21-20 disukai. mengatakan
3. Identifikasi kebutuhan cepat kenyang.
kalori yang disukai dan • Klien
21-30 jenis nutrient. mengatakan
4. Monitor asupan makanan. nyeri pada uluh
5. Monitor berat badan. hati.
21-45 6. Sajikan makanan secara • Klien
menarik dan suhu yang mengatakan
sesuai. nafsu makan
7. Berikan makanan tinggi menurun.
serat untuk mencegah • Klien
konstipasi. mengatakan
8. Berikan makanan tinggi mual.
kalori dan tinggi protein. O:
9. Ajurkan posisi duduk jika • Nampak berat
mampu. badan klien
10. Kolaborasi pemberian menurun.
dengan ahli gizi untuk • Nampak kllien
menentukan jumlah kalori mual.
dan jenis nutrien yang • KU lemas.
dibutuhkan, jika perlu. A:
Masalah belum teratasi.
P:
Intervensi di lanjutkan.
1, 4, 5, 7, 8, 9, 10.
2. Nyeri Selasa, 21-15 1. Identifikasilokasi,karakteri S:
akut. 16-02- stik,durasi,frekuensi,kualit • Klien
2021 as,intensitasnyeri. mengatakan
Hasil: nyeri pada uluh
a. Klien mengatakan hati berkurang.
21-20 masih nyeri uluh hati. • Klien
2. Idetifikasi skala nyeri. mengatakan
Hasil: nyerinya hilang
a. Klien mengatakan timbul.
skala nyeri 4 • Klien
3. Berikan teknik mengatakan
nonfrmakologis untuk qualitas
menggurangi rasa nyeri nyerinya masih
21-30 (mis:teknik relaksasi nafas tertusuk-tusuk.
dalam). • Skala nyeri 4 (1-
Hasil: 10)
a. Klien mengatakan O:
belum terlalu mengerti • Nampak klien
dalam melakukan masih meringis.
teknik relaksasi nafas • Nampak klien
dalam.

60
21-45 4. Kontrol lingkungan yang lemas.
memerberat rasa nyeri • WBC: 22,3
(mis: suhu ruangan, • Klien Nampak
pencahayaaan, kadang-kadang
kebisingan). masih
Hasil: memegang
a. Klien mengatakan daerah yang
lingkungan bersih, nyeri.
pencahayaan bagus, • Klien Nampak
tidak rebut. tidak
5. Fasilitasi istirahat dan membatasi
tidur. aktivitas atau
Hasil: kebutuhan
a. Klien mengatakan dibantu
tidurnya sudah tidak keluarga.
terganggu. • Klien nampak
6. Ajarakan teknik kadang-kadang
nonfarmkologis untuk masih
mengurangi rasa nyeri. melindungi area
Hasil: yang sakit.
a. Klien mengatakan • TTV
bersedia untuk -TD:110/90 mmhg
melakukan teknik -N: 88xPermenit
relaksasi nafas dalam. -SB: 36,3 C
b. Klien mengatakan -R: 23xPermenit
sudah mampu A:
melakukan teknik Masalah belum teratasi
relaksasi nafas dalam. P:
7. Kolaborasi pemberian Intervensi dilanjutkan.
analgetik, jikaperlu. 1, 2, 3, 4, 7, 8.
Hasil:
a. Berkolaborasi dengan
dokter dalam
memberikan analgetik.
Defisit Selasa, 21-15 1. Identifikasi status nutrisi. S:
nutrisi 16-02- 2. Monitor asupan makanan. • Klien
2021 21-20 3. Monitor berat badan. mengatakan
4. Berikan makanan tinggi cepat kenyang.
serat untuk mencegah • Klien
21-30 konstipasi. mengatakan
5. Berikan makanan tinggi masih nyeri
kalori dan tinggi protein. pada uluh hati.
6. Ajarkan posisi duduk jika • Klien
mampu. mengatakan
7. Kolaborasi pemberian nafsu makan
dengan ahli gizi untuk sudah mulai

61
menentukan jumlah kalori meningkat.
dan jenis nutrient yang • Klien
dibutuhkan,jika perlu. mengatakan
masih mual.
O:
• Nampak berat
badan klien
menurun.
• Nampak kllien
mual.
• KU lemas.
A:
Masalah belum teratasi.
P:
Intervensi di lanjutkan.
1, 2, 3, 4, 5, 7.
3. Nyeri Rabu, 14-20 1. Identifikasi S:
akut. 17-02- lokasi,karakteristik, • Klien
2021 durasi, frekuensi, kualitas, mengatakan
intensitas nyeri. tidak nyeri pada
Hasil: uluh hati.
14-30 a. Klien mengatakan • Klien
tidak nyeri uluh mengatakan
hatinya. tidak nyeri.
2. Identifikasi skala nyeri. • Klien
Hasil: mengatakan
a. Klien mengatakan tidak merasa
14-50 skala nyeri 0. nyeri lagi.
3. Berikan teknik • Klien
nonfrmakologis untuk mengatakan
menggurangi rasa nyeri nyerinya sudah
(mis:teknik relaksasi nafas tidak terganggu
dalam). lagi.
Hasil: O:
a. Klien mengatakan • Nampak klien
bersedia melakukan tidak meringis.
teknik relaksasi nafas • Nampak klien
dalam. tidak lemas.
b. Klien mengatakan • WBC: 22,3
sudah mengerti dalam
• Klien Nampak
melakukan teknik
tidak memegang
relaksi nafas dalam.
daerah yang
4. Ajarakan teknik
nyeri.
nonfarmkologis untuk
• Klien Nampak
mengurangi rasa nyeri.
tidak membatasi
Hasil:

62
a. Klien mengatakan aktivitas atau
Nampak mengikuti kebutuhan
penjelasan yang di dibantu
ajarkan. keluarga.
b. Klien mengatakan • Klien nampak
sudah mampu tidak melindungi
melakukan teknik area yang sakit.
relaksasi nafas dalam. • TTV
5. Kolaborasi pemberian -TD:100/80 mmhg
analgetik,jikaperlu. -N: 90xPermenit
Hasil: -SB: 36 C
a. Berkolaborasi dengan -R: 22xPermenit
tim lain dalam A:
pemberian analgetik. Masalah sudah teratasi.
P:
Intervensi di hentikan.
Defisit Rabu, 14-20 1. Identifikasi status nutrisi. S:
nutrisi. 17-02- 2. Monitor asupan makanan. • Klien
2021 14-30 3. Monitorberat badan. mengatakan
4. Berikan makanan tinggi tidak nyeri lagi
14-50 serat untuk mencegah uluhhati.
konstipasi. • Klien
5. Berikan makanan tinggi mengatakan
kalori dan tinggi protein. nafsu makan
6. Kolaborasi pemberian meningkat.
dengan ahli gizi untuk • Klien
menentukan jumlah kalori mengatakan
dan jenis nutrient yang tidak mual lagi.
dibutuhkan,jika perlu. O:
• Nampakklien
tidak mual.
• KU membaik.
A:
Masalah sudah teratasi.
P:
Intervensidi hentikan.

63
B. Pembahasan

Berdasarkan hasil studi kasus dan tujuan penulisan studi kasus ini,

maka penulis akan membahas tentang kesenjangan antara teori dengan hasil

studi kasus penatalaksanaan asuhan keperawatan pada pasien Kolik Abdomen

Di Ruang Perawatan RSU Aliyah 2 Kota Kendari yang di lakukan pada

tanggal 15 Februari 2021 yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,

intervensi keperawatan, implementasi dan evaluasi keperawatan.

1. Tahap pengkajian

Berdasarkan teori pengkajian adalah tahap pemikiran dasar yang

bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data subjektif maupun objektif

tentang keadaan kesehatan pasien. Adapun data yang didapat pada tahap

pengkajian yaitu : pada studi kasus ditemukan data meliputi klien mengatakan

nyeri pada uluh hati, klien mengatakan nyerinya hilang timbul, klien

mengatakan skala nyeri 7 (1-10), klien mengatakan cepat kenyang, riwayat

sakit uluh hati dari 2 hari yang lalu, klien mengataka nafsu makannya

menurun, klien mengatakan mual. Data objektif :klien nampak meringis,

klien nampak lemas, nampak berat badan klien menurun, klien nampak mual,

ku lemas, tanda-tanda vital :Tekanan darah : 120/80 mmHg, suhu tubuh :

36,8oC, nadi : 80x/menit, Pernafasan : 20x/menit.

Jika dibandingan teori dengan studi kasus sudah pasti ada kesenjangan

anatara teori dan studi kasus, karena data pada teori tidak semua ada di studi

kasus, begitupun sebaliknya data yang ada pada studi kasus tidak semua

terdapat pada teori.

64
2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis mengenai respon

individu, keluarga, dan komunitas terhadap masalah kesehatan yang aktual

atau potensi yang merupakan dasar untuk memilih intervensi keperawatan

untuk mencapai hasil yang merupakan tanggung jawab.Adapun diagnosa

keperawatan yang ada pada teoriyaitu Nyeri akut berhubungan dengan agen

pencedera fisiologis (mis, inflamasi, iskemia, neoplasma).

Berdasarkan masalah yang terkait pada pasien pada pasien Kolik

Abdomen Di Ruang Perawatan RSU Aliyah 2 Kota Kendari adalah Nyeri

akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (mis, inflamasi, iskemia,

neoplasma) dan Defisit nutrisi berhubunfan dengan ketidakmampuan

mencerna makanan.

Dari hasil pengkajian yang sudah didapatkan yaitu klien mengatakan

nyeri pada uluh hati, klien mengatakan nyerinya hilang timbul, klien

mengatakan skala nyeri 7 (1-10), klien mengatakan cepat kenyang, riwayat

sakit uluh hati dari 2 hari yang lalu, klien mengataka nafsu makannya

menurun, klien mengatakan mual. Data objektif :klien nampak meringis,

klien nampak lemas, nampak berat badan klien menurun, klien nampak mual,

ku lemas, tanda-tanda vital :Tekanan darah : 120/80 mmHg, suhu tubuh :

36,8oC, nadi : 80x/menit, Pernafasan : 20x/menit. Maka penulis

mengangkat diagnosa keperawatan yang sesuai dengan data pengkajian atau

kondisi pasien yaitu Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera

65
fisiologis (mis, inflamasi, iskemia, neoplasma) dan Defisit nutrisi

berhubunfan dengan ketidakmampuan mencerna makanan.

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah suatu proses dalam pemecahan masalah

keperawatan yang merupakan keputusan awal tentang apa yang akan

dilakukan dari semua tindakan keperawatan sehingga tujuan yang

direncanakan dapat tercapai (Dermawan, 2019). Perencanaan keperawatan

disusun berdasarkan konsep teori yang telah didapatkan dan diterapkan secara

aktual terhadap pasien Kolik Abdomen.

Tujuan intervensi keperawatan terhadap diagnosa keperawatan Nyeri

akut berhubugan dengan agen pencedera fisiologis (mis, inflamasi, iskemia,

neoplasma) yaitu Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam maka

tingkat nyeri menurun dengan kriteria hasil : keluhan nyeri dari meningat

menjadi menurun, meringis meningkat menjadi menurun, gelisah meningkat

menjadi menurun. Berdasarkan tujuan dan kriteria hasil tersebut kemudian

penulis menyusun intervensi keperawatan berdasarkan SIKI (Standar

Intervensi Keperawatan Indonesia) Manajemen Nyeri observasi : Identifikasi

lokasi,karakteristik,durasi, frekuensi,kualitas,intensitas nyeri, Identifikasi

skala nyeri, Identifikasi faktoryang memperberatdan memperinggan nyeri,

Monitor efek samping penggunaan analgetik.Terapeutik :Berikan teknik

nonfrmakologis untuk menggurangi rasa nyeri (mis: aromaterapi, kompres

hangat/dinggin), Kontrol lingkungan yang memerberat rasa nyeri (mis: suhu

ruangan,pencahayaaan, kebisingan), Fasilitasi istirahat dan tidur. Edukasi :

66
Jelaskan strategi meredakan nyeri, Ajarakan teknik nonfarmkologis untuk

mengurangi rasa nyeri. Kolaborasi : Kolaborasi pemberian analgetik,jika

perlu.

Intervensi untuk diagnose kedua diharapkan setelah dilakukan tindakan

keperawatan 3x24 jam maka status nutrisi membaik dengan kriteria hasil :

porsi makanan yang dihabiskan dari menurun menjadi meningkat, nyeri

abdomen dari menurun menjadi meningkat, berat badan membaik, nafsu

makan membaik. Berdasarkan tujuan dan kriteria hasil tersebut kemudian

penulis menyusun intervensi keperawatan berdasarkan SIKI (Standar

Intervensi Keperawatan Indonesia) Manajemen Nutrisi Observasi :

Identifikasi status nutrisi, Identifikasi makanan yang disukai, Identifikasi

kebutuhan kalori yang disukai dan jenis nutrient, Monitor asupan makanan,

Monitor berat badan. Terapeutik : Sajikan makanan secara menarik dan suhu

yang sesuai, Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi,

Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein. Edukasi : Ajurkan posisi

duduk jika mampu. Kolaborasi : Kolaborasi pemberian dengan ahli gizi untuk

menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan, jika perlu.

Pemberian kompres hangat adalah memberikan rasa hangat pada klien

dengan menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian

tubuh yang memerlukannya. Tujuannya adalah memperlancar sirkulasi darah,

mengurangi rasa sakit, merangsang peristaltik usus, memperlancar

pengeluaran getah radang (eksudat), memberikan rasa nyaman atau hangat

67
dan tenang. Pemberian kompres panas dilakukan selama 3 hari atau lebih

sampai nyeri hilang (Kusyati, 2006).

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan kegiatan yang telah

direncanakan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah kesehatan

yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik dan menggambarkan

kriteria hasil yang diharapkan (Dermawan, 2019).

Berdasarkan masalah keperawatan tersebut penulis melakukan

implementasi keperawatan selama 3 hari untuk diagnosa bersihan nyeri akut

dan 3 hari untuk diagnose defisit nutrisi sesuai dengan intervensi yang telah

dibuat dengan memperhatikan aspek tujuan dan kriteria hasil dalam rentang

yang telah ditentukan. Adapun Intervensi keperawatan yang telah ditentukan

berdasarkan yaitu Tujuan intervensi keperawatan terhadap diagnosa

keperawatan Nyeri akut berhubugan dengan agen pencedera fisiologis (mis,

inflamasi, iskemia, neoplasma) yaitu Setelah dilakukan tindakan keperawatan

3x24 jam maka tingkat nyeri menurun dengan kriteria hasil : keluhan nyeri

dari meningat menjadi menurun, meringis meningkat menjadi menurun,

gelisah meningkat menjadi menurun. Berdasarkan tujuan dan kriteria hasil

tersebut kemudian penulis menyusun intervensi keperawatan berdasarkan

SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) Manajemen Nyeri

observasi : Identifikasi lokasi,karakteristik,durasi, frekuensi,kualitas,intensitas

nyeri, Identifikasi skala nyeri, Identifikasi faktoryang memperberatdan

memperinggan nyeri, Monitor efek samping penggunaan analgetik.Terapeutik

68
:Berikan teknik nonfrmakologis untuk menggurangi rasa nyeri (mis:

aromaterapi, kompres hangat/dinggin), Kontrol lingkungan yang memerberat

rasa nyeri (mis: suhu ruangan,pencahayaaan, kebisingan), Fasilitasi istirahat

dan tidur. Edukasi : Jelaskan strategi meredakan nyeri, Ajarakan teknik

nonfarmkologis untuk mengurangi rasa nyeri. Kolaborasi : Kolaborasi

pemberian analgetik,jika perlu.

Intervensi untuk diagnose kedua diharapkan setelah dilakukan tindakan

keperawatan 3x24 jam maka status nutrisi membaik dengan kriteria hasil :

porsi makanan yang dihabiskan dari menurun menjadi meningkat, nyeri

abdomen dari menurun menjadi meningkat, berat badan membaik, nafsu

makan membaik. Berdasarkan tujuan dan kriteria hasil tersebut kemudian

penulis menyusun intervensi keperawatan berdasarkan SIKI (Standar

Intervensi Keperawatan Indonesia) Manajemen Nutrisi Observasi :

Identifikasi status nutrisi, Identifikasi makanan yang disukai, Identifikasi

kebutuhan kalori yang disukai dan jenis nutrient, Monitor asupan makanan,

Monitor berat badan. Terapeutik : Sajikan makanan secara menarik dan suhu

yang sesuai, Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi,

Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein. Edukasi : Ajurkan posisi

duduk jika mampu. Kolaborasi : Kolaborasi pemberian dengan ahli gizi untuk

menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan, jika perlu.

Implementasi yang direncanakan telah diterapkan, dalam melakukan

intervensi diatas selama 3 hari untuk diagnose nyeri akut dan 3 hari untuk

diagnose defisit nutrisi secara berturut – turut hasilnya dinilai sangat efektif

69
dalam masalah keperawatan nyeri akut dan defisit nutrisi pada pasien Kolik

Abdomen.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan adalah membandingkan hasil pelaksanaan

tindakan keperawatan dengan tujuan dan kriteria yang sudah ditetapkan

(Dermawan, 2019). Evaluasi hasil Ny. R dilakukan dengan metode SOAP

(Subjective,Objective, Analysis, and Planning), metode ini digunakan untuk

mengetahui keefektifan dari tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai

tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan.

Evaluasi keperawatan untuk diagnosa nyeri akut, pada hari ke tiga

Rabu, 17 Februari 2021 pukul 16.30 WITA yaitu data subjektif : klien

mengatakan tidak nyeri pada uluh hati, klien mengatakan tidak nyeri lagi,

klien mengatakan nyerinya tidak terganggu lagi. Data objektif :klien nampak

tidak meringis, nampak klien tidak lemas, TTV :TD : 100/80 mmhg, N: 90

x/menit, S : 360C, P : 22x/menit. Sedangkan evaluasi keperawatan untuk

diagnosa defisit nutrisi pada hari ke tiga Rabu, 17 Februari 2021 pukul 17.00

WITA yaitu data subkektif :klien mengatakan Klien mengatakan tidak nyeri

lagi uluh hati, Klien mengatakan nafsu makan meningkat, Klienmengatakan

tidak mual lagi. Data objektif ; Nampak klien tidak mual, KU membaik, TTV

: TD : 100/80 mmhg, N: 90 x/menit, S : 360C, P : 22x/menit

6. Analisis Intervensi

1) Tindakan keperawatan yang di lakukan: KompreS Air Hangat

2) Diagnosa keperawatan: Nyeri akut.

70
3) Tujun tindakan: Kompres air hangat dilakukan tujuannya untuk

menurunkan intensitas nyeri.

4) Prinsip-prinsip tindakan: Mencuci tangan sebelum dan sesudah ke

lingkungan pasien.

5) Bahaya-bahaya yang mungkin muncul akibat tindakan tersebut dan

cara pencegahannya: Bahayanya klien tidak mampu berkonsentrasi

saat melakukan kompres air hangat sehingga tidak focus karena

kondisi lingkungan yang mungkin bising. Pencegahannya bantu klien

agar dapat memfokuskan pikirannya.

6) Hasil yang di dapat: Nyeri klien yang mengganggu dapat teratasi dan

membuat pikiran klien lebih rileks.

7) Evaluasi diri terhadap pelaksanaan tindakan tersebut: Observasi

respon klien terhadap intervensi yang di berikan.

71
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah melakukan Studi Kasus melalui pendekatan proses keperawatan

di Ruang Perawatan RSU Aliyah 2 Kota Kendari dari tanggal 15 februari

2021 sampai 17 februari 2021 dengan melakukan penerapan asuhan

keperawatan pada Ny.R dengan kolik abdomen dalam pemenuahan

kebutuhan kenyamanan dapat dilaksanakan berdasarkan teori SDKI, SLKI,

SIKI, yang dibuat sesuai dengan kondisi pasien dan berdasarkan tahanpan

proses keperawatan pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan

evaluasi, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengkajian.

Dalam pengkajian hasil studi Ny.R adalah kolik abdomen, hasil

pengkajian keluhan utama klien mengatakan nyeri pada uluh hati, klien

mengatakan nyerinya hilang timbul, klien mengatakan skala nyeri 7 (1-

10), klien mengatakan qualitas nyerinya seperti tertusuk-tusuk, klien

mengatakan cepat kenyang, klien mengatakan nafsu makan menurun,

klien mengatakan mual.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang diangkat berdasarkan data yang diperoleh dari hasil

pengkajian yang berkaitan pada pasien Kolik Abdomen Ny.R yaitu

nyeri akut.

72
3. Perencanaan Keperawatan

Rencana keperawatan pada pasien Ny.R dibuat berdasarkan diagnosis

yang ditegakkan dan rencana yang disusun berdasarkan aplikadi dari

teori SDKI, SLKI, SIKI yang sesuai kondisi pasien.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi yang dilakukan sesuai dengan rencana tindakan asuhan

keperawatan pada Ny. R yang dibuat berdasarkan teori SDKI, SLKI,

SIKI sehingga tidak terjadi kesenjangan dalam pelaksanaan asuhan

keperawatan.

5. Evaluasi Keperawatan

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 hari dan

kemudian dievaluasi akhir pada tanggal 17 februari 2021 dengan hasil

nyeri akut yang dialami pasien teratasi.

6. Penerapan Kompres Hangat

Setelah dilakukan penerapan kompres hangat pada Ny.R dengan kolik

abdomen selama 3 hari menunjukan bahwa nyeri klien menurun. Klien

mengatakan tidak nyeri pada uluh hati, Klien mengatakan tidak nyeri,

klien mengatakan nyerinya tidak terganggu. Intervensi keperawatan

yang di angkat manajemen nyeri, dilakukan intervensi selama 3x24 jam

adalah identifikasi lokasi, karakteristik, frekuensi ,kualitas,intensitas

nyeri. Identifikasi skala nyeri. Identifikasi factor yang memperberat dan

memperinggan nyeri. Monitor efek samping penggunaan analgetik.

Berikan teknik nonfrmakologis untuk menggurangi rasa nyeri(mis:

73
kompres hangat). Kontrol lingkungan, pencahayaaan, kebisingan).

Fasilitasi istirahat dan tidur. Jelaskan strategi meredakan nyeri.

Ajarakan teknik nonfarmkologis untuk mengurangi rasa nyeri.

Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.

B. Saran

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan melalui pendekatan proses

keperawatan pada pasien Kolik Abdomen, peneliti menyarankan :

a. Bagi Klien / Masyarakat

Untuk klien agar selalu menjaga keadaannya, terutama minum obat

secara teratur sesuai dengan indikasi yang di anjurkan serta chek up

kerumah sakit / puskesmas terdekat di lingkungan tempat tinggal serta

menjalankan program perawatan lanjut seperti istirahat, makan-makanan

yang dianjurkan pada klien dengan kasus Kolik Abdomen, dan

mengkonsumsi obat secara teratur untuk pemulihan dan proses

penyembuhan.

b. Bagi Rumah Sakit

RSU Aliyah 2 Kota Kendari diharapkan mampu memberikan

pelayanan yang komprehensif yaitu bio, psiko, sosial, spritual, kultural

kepada klien. Petugas kesehatan baik itu perawat agar selalu menerapkan

konsep asuhan keperawatan yang komprehensif dan meningkatkan

frekuensi kontak dengan klien dalam melaksanakan asuhan keperawatan

serta adanya pendokumentasian yang lengkap dan akurat pada status

74
kesehatan klien. Juga diperlukan adanya kerja sama yang baik dengan tim

kesehatan lainnya untuk mempercepat proses kesembuhan klien.

c. Bagi Peneliti

Semoga Karya Tulis Ilmiah yang sederhana ini dapat menjadi

bacaan dan acuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kreativitas serta

dapat dijadikan sebagai referensi pembelajaran untuk menambah

pengalaman dan wawasan peneliti dalam melakukan asuhan keperawatan

pada pasien Kolik Abdomen, sehingga dapat membandingkan kesenjangan

antara teori dan kasus nyata tentang masalah Kenyamanan pada pasien

Kolik Abdomen.

75
DAFTAR PUSTAKA

Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC;
2001.
Brunner & Suddarth. 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Brunner & Suddarth, 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta : EGC
Doenges, Marllyn E. dkk. 2000.Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta:
EGC
https://journals.stikim.ac.id/index.php/jiiki/article/view/320
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/486/3/BAB%20II.pdf
https://vdocuments.site/nyeri-abdomen-terbagi-menjadi-nyeri-visceral-dan-nyeri-
somatik.html
https://www.scribd.com/document/257304228/nyeri-abdomen
Irianto, Kus. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia Untuk Paramedis.Bandung :
Yrama Widya. 2004.
Keperawatan Klinis Edisi 5. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Kozier B, Erb G. 2009. Buku Ajar Praktik
L Fitri, S Nova, R Nurbaya - Jurnal Endurance: Kajian Ilmiah …, 2019 -
ejournal.lldikti10.id
Marllyn E. Doenges dkk, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta, 2000
Medikal-Bedah Brunner & Suddarth Volume 3.J akarta : EGC Suyono, Slamet.
2001 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II.
National Digestive Diseases Information Clearinghouse (NDDIC). 2015. Biliary
Colic. from : http://www.drugs.com/health-guide/biliary-colic.html.
Last update : 7 january 2015 Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktik
Keperawatan. Alih
Nettina, Sandra M. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa Setiawan dkk. Ed.
1. Jakarta : EGC; 2001
Pearce Evelyn C. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT Gramedia.
2006.
Reeves, Charlene J. et al. 2011. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta. Salemba
Medika

76
Reeves, Charlene J et al. 2001Medical-Surgical Nursing. Alih Bahasa Joko
Setyono. Ed. I. Jakarta : Salemba Medika Smeltzer, Suzanne C. 2001.
Buku Ajar Keperawatan
S. Ethel. W. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta
Slamet Suyono. Prof. Dr. SpPD. KE., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II ,
FKUI Jakarta, 2001.
Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth.

77
Lampiran 1 Informasi Dan Pernyataan Persetujuan (Informed consent)
Lampiran 2 Standar Operasional Prosedur

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM

A. Pengertian
Merupakan metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien
yang mengalami nyeri kronis. Rileks sempurna yang dapat mengurangi
ketegangan otot, rasa jenuh, kecemasan sehingga mencegah menghebatnya
stimulasi nyeri. Ada tiga hal yang utama dalam teknik relaksasi: Posisikan
pasien dengan tepat, Pikiran beristirahat, Lingkungan yang tenang.

B. Tujuan
Untuk menggurangi atau menghilangkan rasa nyeri. Indikasi :
Dilakukan untuk pasien yang mengalami nyeri akut.

C. Prosedur pelaksanaan :

1) Tahap prainteraksi
a. Membaca status pasien.
b. Mencuci tangan.
c. Menyiapkan alat
2) Tahap orintasi
a. Memberikan salam teraupetik.
b. Validasi kondisi pasien.
c. Menjaga privacy pasien.
d. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan kepada
pasien dan keluarga.
3) Tahap kerja.
a. Ciptakan lingkungan yang tenang.
b. Usahakan tetap rileks dan tenang.
c. Ukur suhu tubuh klien
d. Basahi waslap dengan air hangat, peras lalu letakkan
e. pada bagian yang terasa nyeri
f. Tutup waslap yang digunakan untuk kompres
g. Dengan handuk kering agar air tidak menetes
h. Apabila kain terasa kering atau suhu kain menjadi

D. Tahap terminasi

B. Evaluasi hasil kegiatan.

C. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya.

D. Akhiri kegiatan dengan baik.

E. Cuci tangan.

E. Dokumentasi

E. Catat waktu pelaksaan tindakan.

F. Catat respon pasien.

G. Paraf dan nama perawat juga.


Lampiran 3 Surat Izin Pengambilan Data Awal Penelitian
Lampiran 4 Surat Keterangan Bebas Administrasi
Lampiran 5 Surat Keterangan Bebas Pustaka
Lampiran 6 Bukti Proses Bimbingan

Anda mungkin juga menyukai