Anda di halaman 1dari 104

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Nn.

L DENGAN VERTIGO
DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR RASA
NYAMAN NYERI DI RUANG ANGGREK
RSUD KOTA KENDARI

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan pendidikan program


Diploma III Keperawatan

OLEH:

NINING SUSILAWATI
NIM. P00320018074

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES KENDARI


JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2021
ii
iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS

1. Nama Lengkap : NINING SUSILAWATI


2. Tempat, tanggal Lahir : Namu, 19 Agustus 2000
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Suku/Kebangsaan : Bugis / Indonesia
6. Alamat : Jln. Pasaeno II
7. No. Telp/HP : +62 82393323244
II. PENDIDIKAN

1. Sekolah Dasar Satap Satu Konsel 2006- 2012


2. Sekolah Menengah Pertama Satap Satu Konsel 2012 - 2015
3. Sekolah Menengah Atas Negri 3 Kendari 2015 - 2018
4. Mahasiswa Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kendari 2018 - 2021

iv
MOTTO

MAN JADDA WAJADA

SIAPA BERSUNGGUH – SUNGGUH PASTI BERHASIL

MAN SHABARA ZHAFIRA

SIAPA YANG BERSABAR PASTI BERUNTUNG

MAN SARA ALA DARBI WASHALA

SIAPA MENAPAKI JALAN-NYA AKAN SAMPAI KE TUJUAN

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat AllahSWT karena berkat, rahmat dan

karunia-nya, sehingga saya dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan

judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn.L Dengan vertigo dalam pemenuhan

Kebutuhan Dasar Rasa Nyaman Nyeri Di Ruang Anggrek Rsud Kota Kendari”.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, saya banyak mendapat

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak.terkhusus dosen pembimbing I dan

pembimbing II yang telah ikhlas meluangkan waktunya untuk membimbing

selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. pada kesempatan ini saya ingin

mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :

1. Ibu Askrening, SKM.,M.Kes, selaku Direktur Politeknik kesehatan kendari.

2. Kepala Dinas Kesehatan Kota Kendari yang sudah memberikan izin saya

untuk mengambil data terkait judul Karya Tulis Ilmiah saya.

3. Kepala Ruangan Anggrek RSUD KOTA KENDARIyang telah memberikan

izin penelitian saya.

4. Bapak Indriono Hadi, S.Kep.,Ns.,M.Kes, selaku Ketua Jurusan Keperawatan

Politeknik kesehatan kendari.

5. Ibu Reni Devianti Usman, M.Kep.,Sp.KMB, selaku Sekretaris Jurusan

Keperawatan Politeknik kesehatan kendari.

6. Ibu DR.Lilin Rosyanti, S.Kep.,Ns.,M.Kepdan Ibu Nurfantri, S.Kep, Ns, M,Sc

selaku pembimbing I dan pembimbing II yang telah membimbing saya dengan

sebaik-baiknya demi tercapainya Karya Tulis Ilmiah ini.

vi
7. Bapak Abd. Syukur, S.Kep,Ns,MM, Bapak Akhmad, SST, M.Kes dan Ibu

Dali, SKM., M.Kes. selaku Dosen-Dosen Penguji yang telah memberikan

arahan dan masukan-masukan sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat berjalan

dengan sebaik-baiknya.

8. Kepada Seluruh Dosen dan Staf Politeknik kesehatan kendari Jurusan

Keperawatan yang membimbing penulis dalam menempuh pendidikan.

9. Kepada Nn L yang telah bersedia menjadi pasien saya dalam penelitian ini.

10. Kepada ibu saya Yeti dan ayah saya (Alm) Raja Ali yang saya sayangi dan

cintai terima kasih telah mendidik saya hingga sekarang serta mendoakan dan

mendukung saya dan kepada kakak spupu saya Ade Sutriana Sari S,Kep.,NS

yang telah mengajar saya dalam penyusunan karya tulis ilmiah saya, segenap

keluarga yang telah memberikan doa, dukungan dan motivasi sampai saya

dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah saya.

11. Terimakasih kepada, sahabat saya yuldevya, imprianti, Hilda meisin, dytia

khoirunnisa, betriks diansar, alpira winsi, hasrina, faisyah, stevani, nurul

zeika, almania, werdiana, lisda, rahma, irul, yoga, fatur, arul, andi, riko,

ferdian, bair. terima kasih telah membantu menghilangkan titik jenuh saat

kuliah dan membantu dalam penyusunan karya tulis ilmiah saya.

12. Dan tak lupa ucapan terimah kasih kepada sahabat tersayang saya Alvi anggun

dan Ening mustika yang selalu mensuport, memberikan saya saran dan selalu

bersama saya dalam menyusun karya tulis ilmiah saya,

Kendari, 20 Juni 2021

Penulis

vii
ABSTRAK

Nining Susilawati (P00320018074) Asuhan Keperawatan Pada


klien Nn.L dengan vertigo dalam pemenuhan kebutuhan dasar
rasa nyaman nyeri di ruang anggrek RSUD KOTA KENDARI.
pembimbing I (DR.Lilin Rosyanti, S.Kep.,Ns.,M.Kep).
pembimbing II (Nurfantri, S.Kep, Ns, M,Sc).
Latar Belakang : Vertigo merupakan suatu istilah yang berasal dari
Bahasa latin vertere yang berarti memutar. Vertigo sering kali
dinyatakan sebagai rasa pusing, sempoyongan, rasa melayang, badan
atau dunia sekelilingnya berputar-putar. Faktor resiko pasien
mengalami vertigo atau kekambuhan gejalanya biasa disebabkan oleh
kelelahan ,lesu, ganguan pada gastrointestinal, nyeri otot, hipertensi
(darah tinggi) dan hipotensi (darah rendah).
Tujuan : untuk menerapkan teknik distraksi pada klien Nn. L dengan
kebutuhan rasa nyaman nyeri.
Metode : Penelitian ini dilakukan secara kualitatif dengan rancangan
untuk studi kasus asuhan keperawatan pada klienNn.L dengan vertigo
dalam pemenuhan kebutuhan dasar rasa nyaman nyeri di ruang
anggrek RSUD KOTA KENDARI.
Hasil : Masalah keperawatan didapatkan pada Nn.L gangguan
kebutuhan kenyaman nyeri akut,dengan intervensi teknik distraksi
yang dilakukan selama 3 hari dengan prioritas masalah yaitu nyeri
denganmelakukan teknik distaksi.
Kesimpulan : Masalah keperawatan nyeri akut dengan Luaran
keluhan nyeri menurundan intervensi pemilihan strategi meredakan
nyeri yaitu teknik distraksi, perlu perawatan selanjutnya baik
dilakukan oleh perawat atau keluarga penderita yang sudah diberi
edukasi.

Kata Kunci :vertigo,nyeri akut,teknik distraksi


Daftar Pustaka: 23 referensi (2016-2021)

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

HALAMAN KEASLIAN PENELITIAN .......................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................... v

MOTTO ............................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii

ABSTRAK ........................................................................................................... ix

DAFTAR ISI ........................................................................................................ x

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR.........................................................................................xiii

DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.......................................................................................1

B. Rumusan Masalah..................................................................................7

C. Tujuan Studi Kasus................................................................................7

D. Manfaat Studi Kasus..............................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Vertigo.....................................................................................9

B. Konsep Nyeri ........................................................................................ 23

C. Analisis Tindakan Asuhan Keperawatan ............................................. 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan studi kasus .......................................................................... 30

ix
B. Subyek studi kasus ............................................................................... 30

C. Fokus studi kasus.................................................................................30

D. Definisi operasional .............................................................................. 30

E. Lokasi dan waktu .................................................................................. 33

F. Metode pengumpulaan data .................................................................. 33

G. Analisa data dan penyajian ................................................................... 36

H. Etika penelitian.....................................................................................37

I. Full diclosure....................................... ...............................................38

BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil studi kasus. .................................................................................. 39

B. Pembahasan .......................................................................................... 68

C. Batasan karakteristik............................................................................. 75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ........................................................................................... 76

B. Saran ..................................................................................................... 77

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 79

LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Tabel 4,1. Hasil Pemeriksaan Laboratorium ......................................................... 42

Tabel 4,2. Analisa Data ......................................................................................... 49

Tabel 4,3. Intervensi Keperawatan........................................................................ 52

Tabel 4,4. Implementasi Hari Pertama .................................................................. 56

Tabel 4,5. Implementasi Hari Kedua.....................................................................60

Tabel 4,6. Implementasi Hari ketiga.....................................................................64

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2,1.pathway vertigo.................................................................................15

Gambar 2,2. Alat ukur nyeri, faces pain ranting....................................................23

Gambar 4,1. Genogram..........................................................................................42

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Vertigo merupakan suatu istilah yang berasal dari Bahasa latin vertere

yang berarti memutar. Vertigo sering kali dinyatakan sebagai rasa pusing,

sempoyongan, rasa melayang, badan atau dunia sekelilingnya berputar-putar

(Pulungan,2018). Vertigo biasanya berupa sensasi berputar yang akan

meningkat dengan perubahan posisi kepala (Kusumastuti dkk, 2018).

Gejala vertigo seperti perubahan kulit yang menjadi pucat terutama di

daerah muka dan peluh dingin. Gejala ini selalu mendahului munculnya

gejala mual/muntah dan diduga akibat system saraf simpatik (Kusumastuti

&Sutarni,2018). Vertigo bukan suatu gejala pusing saja, tetapi merupakan

suatu kumpulan gejala atau satu sindrom yang terdiri dari gejala

somatik(nistagmus, unstable), otonomik(pucat,peluhdingin,mual,muntah), dan

pusing. Vertigo perlu dipahami karena merupakan keluhan nomer 3 paling

sering dikemukakan oleh penderita yang dating kepraktek umum, bahkan

pada orang tua sekitar 75 tahun, 50% dating ke dokter dengan keluhan pusing

(Kusumastuti, dkk, 2018).

Pasien vertigo mengeluhkan berbagai macam gejala seperti

mual,pandangan kabur, disorientasi dan instabilitas postural. Gejala ini

menimbulkan berbagai macam masalah emosional dan fisik seperti kecemasan

dan ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari. Penyebab vertigo

1
meliputi vestibuler, verifer (berasal dari sistem saraf verifer), vestibuler sentral

dan kondisi lain (Sura et al, 2017).

Menurut laporan World Health Organitazion (WHO) tahun 2016

angka kejadian pada wanita 48% sedangkan pada pria 37% kejadian di

indonesia vertigo umumnya menimpa orang tua, angka kejadian vertigo akan

terus meningkat pada usia lanjut. Tercatat angka kejadian vertigo di usia 50

tahun adalah 40%. Angka kejadian vertigo di Surakarta meneyebutkan

angka kejadian vertigo 20% pada sekelompok orang dalam kurun satu

bulan (WHO, 2016).

Vertigo masalah neurologik bahwa 1/3 orang mengeluhkan pusing

mengalami vertigo sendiri tidak banyak hanya 4% (vertigo terkait migran

sebanyak 0,89% dan Benign paroksymal position vertigo (BPPV) sebanyak

1,6%), di indonesia sangat tinggi sekitar 50% dari orang tua yang berumur

75 tahun, 50% dari usia 40-50 tahun (Kementrian Kesehatan RI, 2017)

Vertigo sering terjadi pada umur 18-79 tahun, dengan prevalensi

global sebesar 7,4% serta kejadian pertahunnya mencapai 1,4%

(Khansa,et.al.,2019). Prevalensi vertigo di Jerman, berusia 18 tahun hingga 79

tahun adalah 30%, 24% diasumsikan karena kelainan vestibuler. Prevalensi

vertigo di Amerika karena disfungsi vestibular adalah sekitar 35% populasi

dengan umur 40 tahun keatas. Pasien yang mengalami vertigo vestibular,75%

mendapatkan gangguan vertigo perifer dan 25% mengalami vertigo sentral.

2
Umumnya vertigo ditemukan sebesar 15% dari keseluruhan populasi dan

hanya 4-7% yang diperiksakan kedokter (Triyanti,et.al.,2018).

Berdasarkan data di Ruang Anggrek RSUD Kota Kendari diperoleh

data bahwa, pada bulan Januari sampai dengan maret 2021 terdapat 28 kasus

yang vertigo. Berdasarkan observasi peneliti sejumlah pasien dengan keluhan

utama ketidaknyamanan akibat nyeri sering ditemui terutama pada pasien

vertigo. Informasi yang didapat peneliti dari perawat ruanggan pada saat itu,

untuk mengatasi ketidaknyamanan nyeri yang dirasakan oleh pasien diberikan

obat analgetik saja dan tidak pernah diberi obat herbal seperti ginko biloba

oleh perawat untuk mengatasi nyeri yang dirasakan pasien tersebut (RSU

KOTA KENDARI,2021).

Faktor resiko pasien mengalami vertigo atau kekambuhan gejalanya

biasa disebabkan oleh kelelahan ,lesu, ganguan pada gastrointestinal, nyeri

otot, hipertensi (darah tinggi) dan hipotensi (darah rendah). Selain sistem

vestibuler dan ganguan otak, vertigo juga disebabkan oleh idiopatik, trauma,

fisiologi, konsumsi obat dan penyakit (Triyanti,dkk,2018).

Vertigo timbul akibat gangguan telinga tengah dan dalam atau gangguan

penglihatan. Berbagai penyakit dibagian tubuh lain maupun sekitar otak juga

menimbulkan vertigo,penyebab vertigo terbanyak adalah ganguan pada leher,

gangguan ini ditimbulkan adanya pengapuran pada tulang leher yang

menyebabkan vertigo. Keseimbangan tubuh dapat tergangu karna gejala

vertigo yang begitu hebat dan menyebabkan aman dan keselamatan pada

3
pasien tergangu. Pada keadaan normal, rangsangan keseimbangan diaparatus

vestibuler mengirimkan sinyal menuju otak yang akan membawa refleks

yang dibutuhkan untuk mengubah posisi. Sementara dalam keadaan lain ,

misalnya pada perubahan posisi kepala, informasi yang diterima langsung

dikirim ke pusat refleks sehngga memungkinkan terjadi respon refleks lebih

cepat guna mempertahankan keseimbangan tubuh (Tarwoto,dkk,2017).

Vertigo (gangguan keseimbangan) merupakan kelainan yang sering di

jumpai pada lanjut usia. Kelainan tersebut sering kali menyebabkan jatuh dan

mengakibatkan berbagai morbiditas seperti fraktur tulang panggul, cedera otak

bahkan bias fatal. Kecelakaan adalah penyebab kematian keenam pada

seorang berusia lebih dari 75 tahun akibat jatuh. Hal ini biasa dimengerti oleh

karena pada usia lanjut terjadi berbagai perubahan structural berupa

degenerasi dan atrofi pada system vestibular, visual dan proprioseptif dengan

akibat gangguan fungsional pada ketiga system tersebut. Usia lanjut dengan

gangguan keseimbangan memiliki risiko jatuh 2-3 kali di banding usia lanjut

tanpa gangguan keseimbangan. Tiap tahun berkisar antara 20-30% orang yang

berusia lebih dari 65 tahun sering lebih banyak berada dirumah saja karena

masalah mudah jatuh (Laksmidewietal.,2016). Untuk bias menangani dan

mengevaluasi pasien berusia di atas 60 tahun dengan gangguan keseimbangan,

klinisi harus mengerti tentang fisiologi keseimbangan dan perubahan-

perubahan fisiologis yang terjadi pada proses penuaan (Laksmidewi et al.,

2016).

4
Umumnya vertigo terjadi disebabkan oleh stress, matalelah, makanan

dan minuman tertentu. Selain itu vertigo bias bersifat fungsional dan tidak ada

hubungannya dengan perubahan-perubahan organ dalam otak. Otak sendiri

sebenarnya tidak peka terhadap nyeri. Artinya pada umumnya vertigo tidak

disebabkan oleh kerusakan yang terjadi didalam otak. Namun satu ketegangan

atau tekanan pada selaput otak atau pembuluh darah besar di dalam kepala

dapat menimbulkan rasa sakit yang hebat pada kepala (Herlina,et.al.,2016).

Meningkatnya kasus vertigo menunjukan bahawa penyakit ini

membutuhkan perhatian serius dalam penanganannya. Hal ini karena pasien

yang mengalami vertigo akan menurunkan kualitas hidupnya akibat

ketidaknyamanan yang dialaminya. Diagnosa kebutuhan rasa nyaman yang

dibutuhkan oleh pasien vertigo merupakan kebutuhan dasar manusia yang

semestinya dipenuhi.Definisi kenyamanan sebagai suatu keadaan telah

terepenuhinya kebutuhan dasar manusia. Rasa nyeri akan muncul akibat

respon psikis dan refleks fisik. Nyeri dapat menggangu hubungan personal

dan mempengaruhi makna kehidupan. Kualitas nyeri fisik seperti nyeri

tusukan,nyeri tersayat,nyeri terbakar,rasa sakit,denyutan,sensasi tajam,rasa

mual, dan kram, dalam hal ini adalah nyeri sakit kepala karena vertigo (PPNI,

2019)

Berdasarkan klasifikasi secara umum,nyeri terbagi mejadi atas nyeri akut

dan nyeri kronis. Nyeri akut biasanya berlangsung tidak lebih dari 6 bulan,terjadi

secara tiba-tiba dan terlokalisir. Nyeri ini biasanya di akibatkan oleh trauma atau

inflamasi.Nyeri kronis berlangsung lebih dari 6 bulan.Nyeri cenderung hilang

5
timbul dan biasanya tidak dapat disembuhkan. Ketidaknyamanan akibat nyeri

kepala karena vertigo dapat diatasi dengan cara nonfarmakologi melalui teknik

distraksi yaitu mengakihkan perhatian terhadap nyeri. Teknik ini efektif untuk

nyeri ringan sampai sedang. Distraksi visual (melihat tv atau handphone),

distraksi audio (mendengarkan musik), distraksi sentuhan (masase,memegang

mainan). Distraksi di duga dapat dapat menurunkan persepsi nyeri dengan

menstimulasi sistem nyeri yang di transmisikan ke otak (Suarni dan Apriyani,

2017).

Gangguan pemenuhan rasa nyaman pada pasien vertigo disebabkan

oleh kegiatan berlebih dari system simpatik, menimbulkan gejala vertigo,

pucat, dan mual yang pada umum nyamengakibatkan penderitaan yang hebat.

Munculnya gejala muntah biasanya menimbulkan rasa takut, tetapi segera

sesudah muntah berakhir maka segala keluhan akan hilang sehingga penderita

merasa lebih segar. Ketidaknyamanan akibat nyeri kepala karena vertigo dapat

diatasi dengan cara nonfarmakologi melalui teknik distraksi yaitu

mengalihkan perhatian terhadap nyeri. Teknik ini efektif untuk nyeri ringan

sampai sedang. Distraksi visual (melihat tv atau handphone), distraksi audio

(mendengarkan musik), distraksi sentuhan (masase,memegang mainan).

Distraksi diduga dapat menurunkan persepsi nyeri dengan menstimulasi

sistem nyeri yang di transmisikan ke otak. Sehingga dari hasil penelitian

penulis tertarik meneliti tentang vertigo pada gangguan rasa nyaman

(Sutarnietal,2018)

6
Teknik distraksi adalah pendekatan yang dapat dilakukan untuk

mengalihkan fokus dan perhatian klien pada nyeri ke stimulus yang lain.

Distraksi digunakan untuk memusatkan perhatian klien agar menjauhi rasa

nyeri ataupun rasa sakit, dan teknik distraksi pada klien dapat sangat efektif

dalam mengurangi nyeri.teknik distraksi yang dilakukan adalah teknik

distraksi visual adalah dengan mengalihkan perhatian klien pada hal-hal yang

disukai seperti : melihat pertandingan, menonton televisi, membaca koran,

melihat pemandangan, melihat gambar-gambar, dan melihat buku cerita

bergambar (Ibrahim , dkk 2020).

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti tertarik

melakukan analisis “Asuhan keperawatan pada klien dengan Vertigo

kebutuhan dasar rasa nyaman akibat nyeri di Ruang Anggrek RSUD Kota

Kendari”.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka rumusan masalah dalam

penelitian adalah “Bagaimana penerapan Asuhan Keperawatan Pada Nn L

dengan Vertigo Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman Nyeri di Ruang Anggrek

RSUD Kota Kendari”.

C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum :

Tujuan umum penulisan ini agar mampu menerapkan asuhan

keperawatan pada Nn. L dengan vertigo dalam pemenuhan kebutuhan rasa

nyaman nyeri.

7
2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian keperawatan pada Nn. L dengan vertigo dalam

pemenuhan kebutuhan rasa nyaman nyeri di RSUD Kota Kendari

b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada Nn. L dengan vertigo dalam

pemenuhan kebutuhan rasa nyaman nyeri di RSUD Kota Kendari

c. Merumuskan intervensi keperawatan pada Nn. L dengan vertigo dalam

pemenuhan kebutuhan rasa nyaman nyeri di RSUD Kota Kendari

d. Melakukan implementasi keperawatan pada Nn. L dengan vertigo dalam

pemenuhan kebutuhan rasa nyaman nyeri di RSUD Kota Kendari

e. Melakukan evaluasi keperawatan pada Nn. L dengan vertigo dalam

pemenuhan kebutuhan rasa nyaman nyeri di RSUD Kota Kendari.

8
D. Manfaat Studi Kasus

1. Masyarakat

Manfaatnya untuk masyarakat adalah agar masyarakat dapat

menggunakan teknik distraksi dalam memenuhi kebutuhan rasa aman

nyaman nyeri pada pasien vertigo

2. Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan

Manfaatnya bagi pengembangan ilmu dan teknologi terapan di bidang

keperawatan sehingga dapat memberikan teknik distraksi dalam memenuhi

kebutuhan rasa aman nyaman pada pasien vertigo.

3. Penulis

Karya ilmiah ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti mengenai

asuhan keperawatan pada pasien vertigo dalam pemenuhan kebutuhan rasa

nyaman.

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Dasar Vertigo

1. Pengertian

Vertigo sesuai dengan akar katanya, dari Bahasa Yunani vetere, yang

berarti berputar, vertigo mengacu pada adanya sensasi dimana penderitanya

merasa bergerak atau berputar, puyeng, atau merasa seolah-olah benda-benda

disekitar penderita bergerak atau berputar. Biasanya disertai dengan mual dan

kehilangan keseimbangan. Vertigo dapat berlangsung hanya beberapa saat

atau biasa berlanjut sampai beberapa jam bahkan beberapa hari. Penderita

kadang-kadang merasa lebih baik jika berbaring, tetapi vertigo dapat terus

berlanjut meskipun penderitanya tidak bergerak sama sekali. Saat vertigo

menyerang, hal yang dirasakan bisa bervariasi, seperti pusing ringan dan

muncul secara berkala.Jika serangan vertigo sudah parah, biasanya memiliki

durasi yang lama dan bisa berlangsung selama beberapa hari, sehingga

pengidapnya tidak bisa beraktivitas secara normal(Kusumastuti dkk, 2018).

2. Etiologi Vertigo

Vertigo bias disebabkan oleh kelainan didalam telinga, didalam saraf yang

menghubungkan antara telinga dengan otak dan didalam otak sendiri. Vertigo

juga berhubungan dengan kelainan lainnya, selain kelainan pada telinga, saraf

yang menghubungkan telinga dalam dengan otak, serta di otak, misalnya

kelainan penglihatan atau perubahan tekanan darah yang terjadi secara tiba-

10
tiba (Putri&Sidharta, 2016). Faktor yang mempengaruhi vertigo dibagi

menjadi:

a) Usia: usia lanjut terjadi berbagai perubahan structural berupa degenerasi

dan atrofi pada system vestibular, visual dan proprio septif dengan akibat

gangguan fungsional pada ketiga system tersebut. Usia lanjut dengan

gangguan keseimbangan memiliki risiko jatuh 2-3 kali di banding usia

lanjut tanpa gangguan keseimbangan. Tiap tahun berkisar antara 20-30%

orang yang berusia lebih dari 65 tahun sering lebih banyak berada dirumah

saja karena masalah mudah jatuh.(Laksmidewietal.,2016).

b) Stress berat : Tekanan stress yang terlampau besar hingga melampaui daya

tahan individu, maka akan timbul gejala-gejala seperti sakit kepala,

gampang marah, dan tidak bias tidur. Salah satu respons yang muncul dari

akibat stress adalah gangguan pemenuhan kebutuhan tidur (Fransisca,2017).

c) Keadaan lingkungan : motion sickness (mabuk darat,mabuk laut)

d) Gaya hidup, Obat-obatan : alkohol, Gentamisin

e) Kelainan sirkulasi : transient ischemic attack (gangguan fungsi otak

sementara karena berkurangnya aliran darah kesalah satu bagian otak) pada

arteri vertebral dan arteri basiler.

f) Kelainan ditelinga:

3. Tanda Dan Gejala Vertigo

Menurut Fransisca, (2017) gejala penyerta vertigo meliputi :

a. Pusing

b. Kulit pucat

11
c. Mual dan muntah

d. Hilang keseimbangan

e. Tidak mampu berkosentrasi

f. Perasaan seperti mabuk

4. Patofisiologi Vertigo

Menurut Putri & Sidharta, (2016) Rasa pusing atau vertigo disebabkan

oleh gangguan alat keseimbangan tubuh yang mengakibatkan ketidakcocokan

antara posisi tubuh yang sebenarnya dengan apa yang dipersepsi oleh susunan

saraf pusat.

Patofisiologi vertigo sangat berkaitan dengan sistem keseimbangan tubuh.

Organ-organ yang berperan dalam proses orientasi arah antara lain organ

penglihatan, propioseptif dan vestibular. Proses yang panjang terjadi para

organ-organ ini dan diteruskan ke sistem saraf pusat. Pada organ keseimbangan

di dalam telinga, yaitu aparatus vestibular, terdapat cairan endolimfe yang akan

bergerak mengikuti pergerakkan tubuh (terutama kepala).Vertigo menurut

definisi dari International Classification of Vestibular Disorders adalah adanya

sensasi bergerak berputar dari kepala atau tubuh ketika tidak terjadi pergerakan

atau adanya gangguan sensasi bergerak pada pergerakan normal di kepala.

Menurut Putri & Sidharta, (2016) ada beberapa teori yang dapat menerangkan

terjadinya vertigo, yaitu:

12
a.Teori rangsang berlebihan (overstimulation)

Teori ini berdasarkan asumsi bahwa rangsang yang berlebihan

menyebabkan hiperemikanalis semisirkularis sehingga fungsinya terganggu

akibatnya akan timbul vertigo, nystagmus, mual dan muntah.

b.Teori Konflik Sensorik

Dalam keadaan normal, informasi untuk alat keseimbangan tubuh

ditangkap oleh tiga jenis reseptor, yaitu reseptor vestibuler, penglihatan,

dan propioseptik. Menurut teori ini terjadi ketidakcocokan masukan

sensorik yang berasal dari berbagai reseptor sensorik perifer yaitu antara

mata, vestibulum dan proprioseptik, atau ketidakseimbangan masukan

sensorik dari sisi kiri dan kanan. Ketidakcocokan tersebut menimbulkan

kebingunan sensorik disentral sehingga timbul respons yang dapat berupa

nistagmus (usaha koreksi bolamata), ataksia atau sulit berjalan (gangguan

vestibuler, serebelum) atau rasa melayang, berputar (yang berasal dari

sensasi kortikal).

c. Teori neuralmismatch

Teori ini merupakan pengembangan teori konflik sensorik. Menurut

teori ini otak mempunyai memori/ingatan tentang pola gerakan tertentu,

sehingga jika pada suatu saat dirasakan gerakan yang aneh/tidak sesuai

dengan pola gerakan yang telah tersimpan, timbul reaksi dari susunan saraf

otonom. Jika pola gerakan yang baru tersebut dilakukan berulang-ulang

13
akan terjadi mekanisme adaptasi sehingga berangsur-angsur tidak lagi

timbul gejala.

d.Teori Otonomik

Teori ini menekankan perubahan reaksi susunan saraf otonom sebagai

usaha adaptasi gerakan atau perubahan posisi gejala klinis timbul jika sistim

simpatis terlalu dominan, sebaliknya hilang jika sistim parasimpatis mulai

berperan.

e.Teori Sinap

Merupakan pengembangan teori sebelumnya yang meninjau peranan

neuro transmisi dan perubahan-perubahan biomolekuler yang terjadi pada

proses adaptasi, belajar dan daya ingat. Rangsang gerakan menimbulkan

stress yang akan memicu sekresi CRF (corticotrophin releasing factor).

Peningkatan kadar CRF selanjutnya akan mengaktifkan susunan saraf

simpatik yang selanjutnya mencetuskan mekanisme adaptasi berupa

meningkatnya aktivitas sistem saraf parasimpatik. Teori ini dapat

menerangkan gejala penyerta yang sering timbul berupa pucat, berkeringat

diawal serangan vertigo akibat aktivitas simpatis, yang berkembang menjadi

gejala mual, muntah dan hipersalivasi setelah beberapa saat akibat dominasi

aktivitas susunan saraf parasimpatis.

14
5. Penatalaksanaan Vertigo

Menurut Ardiyansyah, (2018) penatalaksanaan vertigo dapat dibagi menjadi

dua yaitu:

a.Penatalaksanaan secara farmakologi

Pengobatan untuk vertigo yang disebut juga pengobatan suppresant

vestibular yang digunakan adalah golongan benzodiazepine (diazepam,

clonazepam) dan antihistamine (meclizine, dipenhidramin). Benzodiazepines

dapat mengurangi sensasi berputar namun dapat mengganggu kompensasi

sentral pada kondisi vestibular perifer. Antihistamine mempunyai efek

supresif pada pusat muntah sehingga dapat mengurangi mual dan muntah

karena motion sickness. Harus diperhatikan bahwa benzodia zepine dan

antihistamine dapat mengganggu kompensasi sentral pada kerusakan

vestibular sehingga penggunaannya diminimalkan. (Purnamasari, 2017).

b.Penatalaksanaan secara Non farmakologi

Tehnik distraksi adalah pengalihan dari fokus perhatian terhadap nyeri ke

stimulus yang lain, Stimulus yang menyenangkan dari luar juga dapat

merangsang sekeresi endorphin, sehingga nyeri yang dirasakan oleh klien

menjadi berkurang. Tehnik distraksi dapat mengatasi nyeri berdasarkan teori

bahwa aktivasi retikuler menghambat stimulus nyeri.Jika seseorang menerima

input sensori yang berlebihan dapat menyebabkan terhambatnya impuls nyeri

keotak (nyeri berkurang atau tidak dirasakan oleh klien) (Tamsuri, 2017).

15
c. skema vertigo

VERTIGO

Ketidakcocokan
informasi aferen
kepusat kesadaran

Gangguan aliran Gangguan


darah ke otak keseimbangan

Gerakan abnormal
Peningkatan
Mual dan (sensasi berputar-
tekanan
muntah putar, pusing dan
intrakranial
melayang)

Gangguan
Risiko Jatuh
Nyeri kepala Nutrisi
Nausea

Gangguan Rasa Kurangnya


Aman Nyaman informasi tentang
Nyeri Akut penyakitnya

Otot leher Gangguan


kaku/tertekan Pola Tidur Defisit
Pengetahuan

Gambar 2,1. Sumber : Asma,doni,2018

16
6. Klasifikasi nyeri

Berdasarkan klasifikasi secara umum,nyeri terbagi mejadi atas nyeri akut dan

nyeri kronis. Nyeri akut biasanya berlangsung tidak lebih dari 6 bulan,terjadi

secara tiba-tiba dan terlokalisir. Nyeri ini biasanya di akibatkan oleh trauma atau

inflamasi.Nyeri kronis berlangsung lebih dari 6 bulan.Nyeri cenderung hilang

timbul dan biasanya tidak dapat disembuhkan.

Ketidaknyamanan akibat nyeri kepala karena vertigo dapat diatasi dengan

cara nonfarmakologi melalui teknik distraksi yaitu mengakihkan perhatian

terhadap nyeri. Teknik ini efektif untuk nyeri ringan sampai sedang. Distraksi

visual (melihat tv atau handphone), distraksi audio (mendengarkan musik),

distraksi sentuhan (masase,memegang mainan). Distraksi di duga dapat dapat

menurunkan persepsi nyeri dengan menstimulasi sistem nyeri yang di

transmisikan ke otak (Suarni dan Apriyani,2017).

7. Asuhan keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal proses keperawatan dan merupakan suatu

proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam

pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevalualuasi status

kesehatan klien (Suarni dan Apriyani,2017). Adapun pengkajian kasus Vertigo

Menurut Asmada, doni, 2018 adalah:

1) Identitas pasien

Nama, tempat tanggal lahir, umur, alamat, pekerjaan, jenis kelamin, agama,

suku, sumber biaya, tanggal masuk Rs dan diagnosa medis.


16
2) Riwayat kesehatan

Dilakukan untuk mengali masalah keperawatan lainnya sesuai keluhan pasien.

a) Keluhan utama

Klien mengeluh nyeri

b) Riwayat kesehatan sekarang

Klien mengatakan nyeri di bagian kepala, nyeri dirasakan seperti berputar-

putar, nyeri yang dirasakan apabila klien duduk atau berdiri. Rasa nyeri

berkurang apabila klien berbaring. Nyeri dirasakan hilang timbul skala 6 (0-

10)

c) Riwayat kesehatan dahulu

Pengkajian masa lalu digunakan untuk menegenali berbagai kondisi yang

memberikan dampak terhadap kondisi saat ini.Perawat menanyakan riwayat

masuk rumah sakit dan penyakit yang pernah diderita, pengunaan obat-

obatan, dan adanya alergi. Riwayat nutrisi dan riwayat pola hidup juga

penting dikaji detail pada pasien.

d) Riwayat kesehatan keluarga

Klien mengatakan dalam keluarga tidak ada yang memiliki penyakit seperti

klien dan tidak ada penyakit keturunan seperti jantung, diabetes militus dan

asma.

e) Aktivitas/istirahat : dengan gejala kelemahan, kelelahan

f) Sistem pernafasan : frekwensi nafas normal 20 x/menit pergerakan dada

kanan dan kiri simetris dan tidak ada sianosis.

17
g) Sistem persyarafan : bicara normal, orientasi waktu menjawab dengan baik,

orientasi orang menjawab dengan baik, orientasi tempat klien baik, pupil

mengecil saat diberi refleks cahaya, klien tidak dapat menggerakan bola

mata ke atas dan ke bawah.

h) Sistem kardiovaskuler : konjungtiva anemis, tidak terdapat odema pelpebra,

tidak ada pembesaran vena jungularis, CRT < 3 detik, bentuk thoraks

simetris, tekanan darah normal 120/90 mmHg, Nadi 80 x/menit.

i) Sistem pencernaan : Mukosa bibir tidak kering,tidak ada pembekakan

tonsil, mulut bersih, bising usus 10 x/menit, refleks menelan baik, pada saat

palpasi tidak ada nyeri tekan turgor kulit baik, dan tidak terjadi distensi

abdomen.

j) Sistem perkemihan : volume urine 1000 cc/hari, warna kuning jernih, tidak

terpasang kateter, saat di palpasi tidak ada nyeri pada ginjal.

k) Sistem integumen : Kulit berwarna sawo matang, kulit teraba hangat, warna

rambut hitam, ubun-ubun tidak adanya kemerahan atau hematum.

l) Sistem pendengaran : klien mengatakan mendengar baik,konsentrasi baik.

m) Eliminasi : tidak ada gejala sakit sebelumnya pada gastrointestinal atau

masalah yang berhubungan dengan gastrointestinal.

n) Makan/cairan : gejala anoreksia, mual, muntah, tidak ada masalah

menelan, tidak adanya nyeri ulu hati, tidak terjadi penurunan berat badan,

penurunan nafsu makan.

o) Neurologi : gejala rasa denyutan, pusing/sakit kepala, kelemahan.

18
p) Nyeri atau kenyamanan : gejala nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal,

tertusuk-tusuk dan terputar.

q) Pola tidur : klien mengatakan tidurnya tidak puas, terdapat kantung mata,

klien mengatakan tidak bisa tidur, klien mengatakan pola tidur berubah.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon klien

terhadap kesehatan atau proses kehidupan yang di alaminya baik berlangsung

aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk

mengidentifikasi respon klien individu keluarga dan komunitas terhadap situasi

yang berkaitan dengan kesehatan (SDKI 2020).

Diagnosa keperawatan yang muncul:

1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis

Klien mengatakan pusing dan nyeri pada bagian kepala, nyeri seperti terputar-

putar dan tertusuk-tusuk, klien mengatakan nyeri saat beraktivitas, tampak

klien meringis, nampak klien memegangi kepalanya, skala nyeri 6 (0-10), klien

tampak gelisah dan nafsu makan berubah.

2. Mual b.d peningkatan tekanan intrakranial

Klien mengeluh mual, klien mengatakan ingin muntah, klien mengatakan tidak

minat makan, klien tampak pucat.

3. Risiko jatuh d.d faktor resiko gangguan keseimbangan.

19
3. Rencana keperawatan

Perencanaan keperawatan adalah suatu proses di dalam pemecahan masalah

yang merupakan keputusan awal tentang sesuatu apa yang akan dilakukan,

bagaimana dilakukan, kapan dilakukan, siapa yang melakukan, dari semua

tindakan keperawatan. Perencanaan keperawatan adalah rencana tindakan

keperawatan tertulis yang mengambarkan masalah kesehatan pasien, hasil yang

diharapkan, tindakan tindakan keperawatan dan kemajuan pasien secara

spesifik.Tim asuhan keperawatan membuat rencana bersama dengan klien dan

keluarga untuk mendapatkan asuhan yang efektif guna memenuhi kebutuhan

klien. Klien yang mengalami gangguan neurologi mungkin memerlukan bantuan

dalam melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari (activity daily

living,ADL).(SLKI 2020)

Tujuan :

1) Keluhan nyeri menurun

2) Meringgis menurun

3) Muntah menurun

4) Mual menurun

4. Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh

perawat dan pasien.Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan

perwujudan dari rencana keperawatan yang telah di susun pada tahap

perencanaan.

1) Mengidentifikasi lokasi, karakterristik dan frekuensi nyeri.

20
2) Mengidentifikasi skala nyeri

3) Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri.

4) Mengontrol lingkungan yang memperberat nyeri.

5) Menjelaskan strategi meredekan nyeri

6) Mengkolaborasikan pemberian analgetik.

5. Evaluasi

Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon pasien setelah dilakukan

intervensi keperawatan dan mengakaji ulang asuhan keperawatan yang telah

diberikan. Evaluasi keperawatan adalah kegiatan terus menerus dilakukan untuk

menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana

keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan rencana

keperawatan (Manurung,2011).

Secara periodik, perawat, klien, dan keluarga mengevaluasi hasil

asuhan.Apakah tujuan jangka pendek terpenuhi?Misalnya, apakah klien mampu

berpartisipasi dalam perawatan diri? Apakah tujuan jangka panjang tetap realistis,

khususnya jika klien memiliki gangguan neurologis progresif?.Perencanaan untuk

asuhan keperawatan lebih lanjut harus mempertimbangkan prognosis, komplikasi,

dan respon klien.

Evaluasi :

1) Klien mengatakan pusing berkurang

2) Klien mengatakan nyeri berkurang

3) Klien mengatakan mual berkurang

4) Klien mengatakan muntah berkurang

21
5) Klien mengatakan nyeri tertusuk-tusuk berkurang

6) Nampak klien pucat berkurang

7) Namapak klien lemah sudah membaik

8) Nampak klien tidak meringgis lagi

9) Masalah teratasi

10) Intervensi dihentikan.

B. Tinjauan Nyeri

1. Definisi nyeri

Nyeri merupakan kondisi seperti perasaan yang tidak menyenangkan, yang

bersifat subjektif. Nyeri pada setiap orang berbeda dalam hal skala ataupun

tingkatannya, dan hanya penderita tersebut yang dapat menjelaskan atau

mengevaluasi rasa nyeri yang di alaminya (Tetty, 2015).

Gambar 2,2 : alat ukur nyeri, faces pain rating scale

Nyeri kepala adalah nyeri yang dirasakan di daerah kepala atau merupakan

suatu sensasi tidak nyaman yang dirasakan pada daerah kepala.Nyeri kepala

umumnya di klasifikasikan sebagai nyeri kepala primer dan nyeri kepala

sekunder, kemudian di bagi menjadi beberapa jenis nyeri kepala tertentu.

22
Gangguan nyeri kepala primer adalah nyeri kepala sifatnya “idiopatik”, nyeri

kepala tidak terkait dengan kondisi patologi atau penyebab lain yang mendasari.

Berdasarkan pemeriksaan neurologis dan tes pencitraan biasanya normal, tidak

peduli seberapa parah gejala.Kejadian nyeri kepala primer lebih sering terjadi di

bandingkan nyeri kepala sekunder.Nyeri kepala sekunder nyeri kepala yang di

kaitkan dengan kondisi patologis yang mendasari, seperti adanya tumor otak,

aneurisma, penyakit inflamasi.Dengan pemeriksaan neurologis dan tes

pencintraan telah terbukti membantu dalam diagnostik nyeri kepala sekunder.

2. Epidemiologi nyeri kepala

The Atlas of Headache Disorders menyajikan data yang di peroleh oleh WHO

bekerja sama dengan Lifting The Burden : the global campaign againts

headache. Data-data dikumpulkan dalam bentuk survei kuesioner dari ahli saraf,

praktisi umum dan perwakilan pasien dari 101 negara, di lakukan dari oktober

2006 sampai maret 2009. Hasil yang di peroleh yaitu gangguan nyeri kepala

termaksud migrain dan nyeri kepala tipe tegang, merupakan gangguan yang

paling sering terjadi.Studi prevalensi memperkirakan setengah sampai tiga

perempat dari orang dewasa berusia 18-65 tahun di dunia telah memiliki nyeri

kepala pada tahun lalu. Menurut studi ini, lebih dari 10% memiliki migrain, dan

1,7-4% dari populasi dewasa dipengaruhi oleh nyeri kepala selama 15 hari atau

lebih pada setiap bulannya. Di seluruh dunia , sekitar 50% dari orang-orang

dengan nyeri kepala lebih memilih untuk mengobati dirinya sendiri dan tidak

menghubungi praktisi kesehatan.

23
3. Klasifikasi nyeri kepala

Klasifikasi nyeri kepala merupakan patokan dasar untuk menganalisa dan

membuat diagnostik dari nyeri kepala yang diderita oleh pasiennya. Oleh IHS,

nyeri kepala dikelompokkan menjadi 3 kategori umum, yaitu nyeri kepala

primer (primary headaches), Nyeri kepala sekunder (secondary headaches), dan

Nyeri kepala dengan neuropati kranial, nyeri wajah lain dan nyeri kepala lainnya

(painful cranial neuropathies, other facial pains and other headaches).

4. Nyeri kepala primer

Nyeri kepala primer merupakan nyeri kepala yang tidak diasosiasikan dengan

patologi atau kelainan lain yang menyebabkannya. Nyeri kepala ini masih dibagi

berdasarkan profil gejalanya.

5. Migrain

Migrain memiliki dua subtipe mayor.Migrain tanpa aura dan migrain dengan

aura.Migrain dengan aura terutama ditandai oleh gejala neurologis yang

biasanya mendahului atau kadang-kadang menemani saat nyeri kepala.Beberapa

pasien juga mengalami fase premonitory (fase pertanda), terjadi beberapa jam

atau hari sebelum nyeri kepala, dan fase resolusi.Yang memberi pertanda dan

gejala resolusi seperti menguap berulang, kelelahan dan leher kaku atau sakit.

6. Nyeri kepala tipe tegang

Nyeri kepala tipe tegang sangat umum terjadi, dengan prevalensi seumur hidup

dalam populasi umum berkisar antara 30% dan 78% dalam studi yang berbeda,

dan memiliki dampak sosial-ekonomin yang sangat tinggi.

24
7. Nyeri kepala sekunder

Nyeri kepala sekunder merupakan nyeri kepala yang dikarenakan penyakit lain

sehingga terdapat peningkatan tekanan intrakranial atau nyeri kepala yang jelas

terdapat kelainan anatomi maupun struktur.

8. Patofisiologi nyeri kepala

Sensitisari nyeri kepala terdapat di nosiseptor meningeal dan neuron

trigeminal sentral. Sebagian besar pembuluh darah intrakranial

mendapatkan inervasi sensoris dari ganglion trigeminal, dan menghasilkan

neuropeptida yang akan mengaktivasi nosiseptor-nosiseptor. Neuropeptida

yang dihasilkan seperti CGRP (Calcitonin Gene Related Peptide) PACAP

(Pituitary Adenylate Cyclase Activating peptida, Nitricoxide (NO),

molekul prostaglandin E2 (PGEJ2), bradikin, serotonin (5-HT) dan

adenosin triphospat (ATP).

Batang otak merupakan organ yang memiliki peranan penting dalam

transmisi dan modulasi nyeri baik secara ascending maupun descending.

Periaquaductal grey matter, locus coeruleus, nucleus raphe magnus dan

reticuler formation yang berada dibatang otak akan mengatur integrasi

nyeri, emosi dan respons otonomik.

9. Faktor – faktor Pemicu Nyeri Kepala

Nyeri kepala primer yang paling sering terjadi yaitu nyeri kepala tipe

tegang dan migrain adalah komplikasi kedua.Meskipun kemajuan dalam

pencegahan dan terapi nyeri kepala akut, merupakan kunci yang penting

untuk pendekatan klinis pada pasien nyeri kepala.

25
a. Stres

b. Usia

c. Kebisingan

d. Masa kerja

e. Cahaya matahari

C. Analisis Tindakan Keperawatan : Penerapan Penatalaksanaan Terapi

Distraksi

1. Teknik distraksi audio visual

a. Pengertian

Suatu metode menghilangkan nyeri dengan cara mengalihkan perhatian

pasien pada hal-hal lain sehingga pasien akan lupa terhadap nyeri yang di

rasakan.

b. Tujuan

1) Menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri

2) Meningkatkan perasaan relaksasi

3) Menurunkan tekanan darah, nadi dan pernafasan

4) Menurunkan konsumsi oksigen

5) Menurunkan ketegangan otot.

c. Indikasi

1) Klien yang merasakan nyeri

2) Nyeri kepala dengan skala 0-10

3) Klien yang mengalami skala nyeri 4-6 (sedang)

26
d. Tahap pra interaksi

1) Membaca status klien

2) Mencuci tangan

3) Menyiapkan peralatan

e. Tahap orientasi

1) Memberikan salam kepada klien

2) Validasi kondisi klien

3) Kontrak waktu

4) Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan pada klien

dan keluarga

f. Tahap kerja

1) Berikan kesempatan pada klien untuk bertanya jika kurang jelas

2) Tanyakan keluhan klien

3) Menjaga privasi klien

4) Memulai dengan cara yang baik

5) Mengatur posisi klien agar rileks tahan beban fisik

6) Memberikan penjelasan pada klien beberapa cara distraksi (salah

satunya menonton video atau mendengarkan musik yang berirama

lembut agar tubuh menjadi rileks sambil menuangkan mencium

aromaterapi minyak kayu putih dengan 3 tetes ke tissue dengan 2-3

kali tarik nafas dalam)

7) Menganjurkan klien untuk mencoba teknik tersebut bila nyeri

muncul

27
g. Tahap terminasi

1) Evaluasi hasil kegiatan

2) Lakukan kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya

3) Cuci tangan

h. Dokumentasi

1) Catat waktu pelaksanaan tindakan

2) Catat respon klien terhadap teknik distraksi

Dari hasilpenelitian bahwa nyeri karena vertigo dapat diatasi dengan cara non

farmakologi melalui teknik distraksi yaitu mengalihkan perhatian terhadap nyeri,

efektif untuk nyeri ringan sampai sedang. Ke efektifan distraksi tergantung pada

kemampuan pasien untuk menerima dan membangkitkan input sensori selain nyeri

(mubarak dkk, 2017).

28
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Studi Kasus

Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus deskriptif.Studi kasus

deskriptif adalah untuk mendeskripsikan secara sistematis dan akurat suatu

situasi individu yang bersifat aktual.

B. Subyek Studi Kasus

Untuk subyek studi kasus ini tidak di kenal dengan istilah populasi dan

sampel, namun lebih mengarah kepada istilah studi kasus.Oleh karena itu,

yang menjadi subyeknya adalah satu klien yaitu Nn.L dengan Vertigo dalam

pemenuhan kebutuhan kenyamanan di Ruang Anggrek RSUD Kota Kendari.

C. Fokus Studi Kasus

Asuhan keperawatan pada klien Nn.L dengan Vertigo dalam pemenuhan

kebutuhan dasar rasa nyaman nyeri di Ruang Anggrek RSUD kota kendari.

D. Definisi Operasional

1. Kebutuhan kenyamanan adalah kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan

akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari

), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang

sesuatu yang melebihi masalah dan nyeri). (Wahyudi & Abd.Wahid, 2016).

2. Distraksi adalah memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain nyeri,

atau dapat diartikan lain bahwa distraksi adalah suatu tindakan pengalihan

perhatian klien ke hal-hal di luar nyeri. Distraksi audio visual menonton

sebuah tayangan film kartun (masha and the bear). Dengan begitu maka
29
diharapkan klien tidak terfokus pada nyeri yang sedang di alaminya dan dapat

menurunkan kewaspadaan klien terhadap nyeri bahkan dapat meningkatkan

toleransi terhadap nyeri yang di rasakan dan telah diteliti oleh (Andarmoyo,

2017).

3. Vertigo adalah adanya sensasi gerakan atau gerakan dari tubuh atau

lingkungan sekitar dengan gejala lain yang di sebabkan oleh gangguan

keseimbangan tubuh oleh berbagai keadaan atau penyakit. Dengan demikian

Vertigo bukan suatu gejala atau pusing berputar saja, namun merupakan suatu

kumpulan satu sindrom yang terdiri dari gejala somatic (nistagmus, untoble),

otonomik (pucat, peluh dingin, mual dan muntah lebih menunjuk ke keluhan

rasa gerakan yang umum tidak spesifik, rasa goyah, kepala ringan dan

perasaan yang sulit di katakan sendiri oleh penderitanya) dan telah di

diagnosa oleh peneliti tersebut (Sutarni, Rusdi & Abdul, 2019).

4. Kenyamanan pada dasarnya merupakan suatu keadaan terpenuhinya sifat

individual dan holistik dari kebutuhan dasar manusia. Pada umumnya

pemenuhan kebutuhan rasa nyaman yaitu membantu mencapai rasa nyaman

terbebas dari kondisi nyeri yang menyebabkan perasaan dan kondisi yang

tidak nyaman. Kenyamanan dapat di ukur menggunakan SIKI (Standar

Intervensi Keperawatan Indonesia), agar keluhan nyeri dari meningkat

menjadi menurun, keluhan pusing dari meningkat menjadi menurun.

30
5. Alur asuhan keperawatan memiliki 5 tahap dimana terdiri atas :

a) Pengkajian

Pengkajian keperawatan yaitu proses dalam pengumpulan data dengan

metode observasi, dan dengan cara mewawancarai pasien secara

langsung.

b) Diagnosa

Adapun focus masalah keperawatan pada klien Nn. L dengan masalah

kesehatan vertigo adalah nyeri akut.

c) Intervensi

Intervensi keperawatan adalah, segala tindakan yang di rencanakan

perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk

mencapai tujuan yang diharapkan.

d) Implementasi

Implementasi keperawatan adalah segala treatment yang direncanakan

perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk

mencapai tujuan/luaran (outcome) yang di harapkan.

e) Evaluasi

Evaluasi keperawatan adalah langkah terakhir dari asuhan keperawatan

pada pasien, untuk mengetahui seberapa berhasil tindakan yang di

tetapkan perawat sesuai dengan masalah yang timbul.

31
E. Tempat dan Waktu

1. Tempat penelitian

Tempat yang digunakan dalam penelitian studi kasus ini adalah di

Ruang Anggrek RSUD Kota Kendari.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 februari sampai 27 februari

2021.

F. Metode Pengumpulan Data

Metode dalam pengumpulan data studi kasus ini adalah menggunakan data

primer dan sekunder, yang dimana data primer pengambilan data melalui

pengkajian terhadap respon verbal maupun non-verbal kemudian disatukan

untuk sebagai bahan dalam penyusunan studi kasus. Sedangkan data

sekunder adalah data yang menghubungkan dengan penelitian ini dengan

sistem wawacara langsung kepada klien yang menderita vertigo di ruang

anggrek RSU Kota Kendari.

1. Data Primer

Data primer adalah data yang sifatnya secara langsung di ambil dari

subyek yang telah ditetapkan baik perorangan maupun organisasi, data

primer di peroleh dari :

a. Observasi

Melakukan pengamatan langsung dengan cara melakukan

pemeriksaan yang berkaitan dengan perkembangan keadaan pasien.

32
b. Wawancara

Melakukan wawancara pada pasien dam keluarga, dengan

mengadakan pengamatan secara langsung.

3. Pemeriksaan Fisik

Melakukan pemeriksaan adalah teknik pengumpulan data dengan

melakukan pemeriksaan fisik langsung terhadap klien dengan :

inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi :

a) Inspeksi, suatu proses observasi yang paling utama dilakukan

yaitu dengan cara melihat, menggunakan indera penglihatan,

lapang pandang dan penciuman yang dimana sebagai alat untuk

menggumpulkan data. Inspeksi ini dilakukan secara (head to toe).

b) Palpasi, palpasi atau yang biasa disebut mengobservasi dengan

cara diraba bagian area-area yang dicurigai memiliki masalah.

c) Perkusi, perkusi atau biasa kita sebut juga dengan cara mengetuk

bagian yang menggalami gangguan fisik.

d) Auskultasi, atau biasa disebut juga melakukan observasi dengan

cara mendengarkan sesuatu dengan bantuan alat yaitu stetoskop.

Dengan tujuan agar hasil pemeriksaan bisa lebih mendukung dan

akurat.

4. Studi Dokumentasi

Peneliti memperoleh data dari medical resord dan dari hasil

pemeriksaan diagnostic.

33
5. Metode Diskusi

Peneliti melakukan diskusi dengan tenaga kesehatan yang terkait

yaitu perawata yang bertugas di Ruang Anggrek RSUD Kota

Kendari.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang di dapatkan tidak langsung dari objek

penelitian. Data sekunder didapatkan dari :

Studi dokumentasi adalah tekhnik pengumpulan data yang di tidak

langsung ditujukan pada obyek penelitian, namun melalui dokumen.

Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data yang di peroleh

atau dikumpulkan, oleh orang yang melakukan penelitian dari ilmu

penegetahuan yang sudah ada sebelumnya. Penelitian memanfaatkan

teori-teori yang sudah ada di buku maupun hasil penelitian yang lain

untuk kepentingan penelitian.

G. Analisa Dan Penyajian Data

Setelah peneliti melakukan pengumpulan data dari responden, analisa

data dari hasil observasi, wawancara, dan lain-lain.Setelah dilakukan

analisa data tersebut maka peneliti melakukan penyajian data.Penyajian

dalam penelitian ini yaitu dengan mengalisa hasil penelitian yang disajikan

dalam bentuk narasi dan tekstuler.

Adapun cara analisa data dari penyajian studi kasus yaitu hal utama yang

dilakukan adalah pengkajian sesuai protop dan prosedur yang ada diformat

pengkajian, setelah dilakukan pengkajian maka selanjutnya menetapkan

34
data subyektif dan data obyektif dalam klasifikasi data. Setelah data

subyektif data obyektif di tetapkan, kemudian dianalisa sesuai langkah

(PSE) yang dimana dengan adanya analisa data sehingga memudahkan

perawat dalam menentukan masaalah keperawatan yang dialami oleh

klien.Setelah masalah keperawatan dianalisa selanjutnya masuk dibagian

perumusan diagnosa keperawatan yang dimana masalah keperawatan

diutamakan masalah yang prioritas. Setelah perumusan diagnosa

selanjutnya masuk dibagian perencanaan keperawatan dimana, perawat

menetapkan Luaran Berdasarkan Buku (SLKI dan SIKI) jika sudah

ditetapkan luaran dan rencana apa yang akan dilakukan selanjutnya masuk

ditahap Implementasi dan Evaluasi yang dimana rencana yang ditetapkan

sebelumnya setelah masuk dibagian implementasi maka menjadi kalimat

perintah yang dimana rencana harus diterapkan kepada klien, setelah di

implementasikan dari tindakan ke klien. Masuk ketahap evaluasi dengan

metode (SOAP).Yang dimana dengan adanya evaluasi dari hasil tindakan

yang dilakukan ke klien bisa membawa perubahan dan meningkatkan

derajat kesehatan klien.

H. Etika penelitian

Dalam melakukan pembuatan studi kasus ini peneliti perlu melihat

kembali poin-poin penting dalampenyusunan studi kasus ini salah satunya

adalah etika dalam penelitian. Dimana perlu adanya rekomendasi dari pihak

institusi atas pihak lain dengan mengajukan permohonan izin kepada instantsi

tempat pembuatan studi kasus ini di ruang angrek RSU Kota Kendari. Setelah

35
mendapatkan persetujuan maka dilakukanlah dengan menelan masaalah etika

yang meliputi :

1. Informd consent, Diberikan kepada responden yang akan diteliti disertai

judul studi kasus ini apa bila responden menerima atau menolak, maka

peneliti harus mampu menerima keputusan responden.

2. Anonymity, Untuk menjaga kebersihan, dan kerahasiaan. Studi kasus

kasus ini tidak akan menyebutkan nama asli responden dan tetap akan

menggantikanya menjadi inisial atau kode responden.

3. Confidentiality, Kerahasian informasi responden studi kasus dijamin dan

hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.

4. Baneficience, Studi kasus ini melindungi subyek agar terhindar dari

bahaya dan ketidaknyamanan fisik.

I. Full disclosure

Studi kasus ini diberikan kepada responden untuk membuat keputusan

secara suka rela tentang partisipasinya dalam hal penelitian ini dan

keputusan tersebut tidak dapat di buat tanpa memberikan penjelasan

selengkap-lengkapnya.

36
BAB IV

HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien Nn.L

usia 32 tahun dengan diagnosa medis vertigo di ruang anggrek RSU Kota

Kendari di mulai sejak tanggal 16 februari 2021 sampai tanggal 19 februari

2021. Pelaksanaan asuhan keperawatan dilakukan secara bertahap di awali

dengan pengkajian, perumusan masalah keperawatan, perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi yang disebut sebagai proses keperawatan,

selanjutnya dijabarkan sebagaimana uraian-uraian di bawah ini:

A. Hasil Studi Kasus

Asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit vertigo dalam

pemenuhan kebutuhan kenyamanan nyeri di ruang RSU KOTA KENDARI.

Nomor rekam medis : 22 04 75

Tanggal masuk rumah sakit : 16 – 02 – 2021

Tanggal pengkajian : 16 – 02 - 2021-

Sumber informasi : saudara

1. Pengkajian

a. Identitas klien

Nama : Nn.L

Umur : 32 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

37
Alamat : Anduonohu

Suku/Bangsa : Tolaki/Indonesia

Pendidikan : SMA

Pekerjaan :-

Tanggal Masuk : 16 februari 2021

Tanggal Pengkajian : 16 februari 2021

No Registrasi : 220420

Diagnosa Medis : vertigo

b. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn.A

Jenis kelamin : laki-laki

Pekerjaan : Wiraswasta

Hubungan Dengan Klien : Saudara ipar

Alamat : Anduonohu

c. Riwayat Kesehatan

Keluhan Utama : klien mengatakan nyeri kepala

P : klien mengatakan nyeri terjadi tiba-tiba

Q :klien mengatakan seperti tertusuk

R :daerah depan sampai belakang kepala

S : skala 6 (tingkat sedang)

T :terjadi tiba-tiba

1) Riwayat Kesehatan Sekarang : Nn. L masuk RSU Kota Kendari

pada tanggal 16 februari 2021 sekitar jam 10.25 WITA.

38
Sebelum di bawa ke RSU Kota Kendari, Nn.L sejak5 hari yang

lalu mengeluh nyeri kepaladan sempat jatuh kemudian Nn.L

memeriksa ke RSU Kota Kendari. Saat dikaji perawat IGD

tekanan darah 110/90 mmHg, pernapasan 20x/menit, nadi

80x/menit dan suhu 36,5°C.

2) Riwayat Kesehatan Dahulu :Pada pengkajian riwayat kesehatan

masa lalu klien mengatakan pernah di rawat di Rumah sakit

dengan penyakit epilepsi sekitar 2 tahun lalu. Klien tidak

memiliki riwayat alergi obat-obatan, makanan, dan minuman.

Klien mengatakan tidak ada kebiasaan merokok, minum alcohol,

minum kopi, dan minum obat-obatan.

3) Riwayat Kesehatan Keluarga : klien mengatakan tidak ada

anggota keluarga yang menderita penyakit serupa.

39
d. Genogram

32 ? ? ?

Ket :

Laki – laki :

Perempuan :

Meninggal :

Pasien :

Garis keturunan :

Tinggal serumah :

Gambar 4,1 : genogram.

40
Dari data genogram terlihat bahwa klien merupakan anak

pertama dari empat bersaudara.Klien mengatakan kedua orang tua

sudah meninggal.Saat ini klien tinggal bersama saudaranya.

e. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum, keadaan umum klien lemah

2) Kesadaran, tingkat kesadaran klien komposmentis GCS

E4V5M6.

3) Tanda – tanda vital

Tekanan darah : 110/90 mmHg

Pernapasan : 20 x/menit

Nadi : 80 x/menit

Suhu : 36,5°C

4) Kepala : bentuk kepala simetris, nampak bersih, terdapat nyeri

kepala, distribusi rambut normal, rambut tidak rontok, dan tidak

terjadi alopesia (kebotakan rambut)

5) Mata : penglihatan normal, konjugtiva anemis, sclera tidak

ikterik (warna putih), tidak ada edema pada kelopak mata, pupil

isokor, tidak menggalami pitosis, bola mata bergerak kesegalah

arah, tidak adanya benjolan pada bola mata.

6) Telinga : telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen,

tidak ada tanda peradangan,tidak teraba adanya massa.

41
7) Hidung : hidung kiri dan kanan simetris, tidak ada secret,

tidak ada peradangan dan pendarahan, tidak ada nyeri, fungsi

penciuman normal (mampu mencium bau-bauan)

8) Tenggorkan dan mulut : fungsi berbicara normal, bibir lembab,

tidak ada gigi palsu, tidak ada nyeri saat menelan.

9) Leher : tidak ada pembekakan kelenjar tiroid, tidak ada

pemebesaran kelenjar limfe, tidak ada pelebaran vena jungularis,

mobilitas leher baik.

10) Thoraks dan paru-paru : bentuk dada simetris, pengembangan

dada baik, retraksi dinding dada baik, tidak ada tanda jejas, tidak

ada masa, suara nafas normal (tidak ada penambahan suara

nafas), tidak ada nyeri dada.

11) Abdomen : distensi abdomen normal, peristaltik normal, tidak

ada nyeri tekan.

12) Ekstremitas : Pada ekstremitas atas terpasang IV line RL di

tangan sebelan kanan 20 tetes/menit, turgor kulit lembab, dan

tidak ada jejas, tidak ada oedema, ekstreminas bawah tidak ada

oedema, turgor kulil baik, tidak adanya jejas dikaki.

13) Kenyamanan : klien mengatakan pusing berputar-putar,

pencetus nyeri tiba-tiba, karakterristik nyeri tertusuk-tusuk,

intensitas nyeri hilang timbul, durasi nyeri tiba-tiba, dampak

nyeri terhadap aktivitas yaitu sempat terjatuh akibat pusing

berputar-putar.

42
14) Sistem syaraf :tingkat kesadaran composmentis, koordinasi

normal, memori normal, keseimbangan terganggu akibat pusing,

tidak ada kelumpuhan, sensasi rasa tidak seimbang.

Hasil pengkajian fisik didapatkan data keadaan umum lemah,

kesadaran composmentis, tekanan darah 110/90 mmHg, frekuensi

pernapasan 20 x/m, frekuensi nadi 80 x/m, dan suhu 36,5°C.

Hasil pengkajian kebutuhan kenyamanan di dapatkan keluhan

nyeri di area kepala, nyeri secara tiba-tiba, karakterristik nyeri

tertusuk-tusuk dan berputar, intensitas nyeri hilang timbul,bentuk

kepala simetris, keadaan kulit kepala nampak bersih, terdapat nyeri

kepala/pusing, distribusi rambut normal, rambut tidak mudah

tercabut dan tidak alopesia (kebotakan rambut).

f. Pemeriksaan Penunjang

Hasil pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium

pada tanggal 16 februari 2021

43
Tabel 4.1

Hasil Pemeriksaan Laboratorium Nn. L

Nama pemeriksaan Hasil Nilai rujukan

WBC 6.9 4.0 – 10.00

NEU# 4.1 1.1 – 7.0

NEU% 59.0 50.0 – 70.0

LYM# 2.0 0.7 – 5.1

LYM% 29.2 20.0 – 40.0

MON# 0.3 0.0 – 0.9

MON% 4.1 3.0 – 8.0

EOS# 0.5 0.0 – 0.9

EOS% 6.9 0.5 – 5.0

BAS# 6.1 0.0 – 0.2

BAS% 0.8 0.0 – 1.0

44
RBC 4.77 4.50 – 5.50

HGB 13.6 11.00 – 17.9

HCT 41.6 37.0 – 48.0

MCV 87.2 80.0 – 98.0

MCH 28.5 28.0 – 33.0

MCHC 32.7 31.9 – 37.0

RDW-CV 12.9 11.5 – 14.5

RDW-SD 45.0 35.0 – 56.0

PLT 309 150 – 450

PCT 0.18 0.10 – 0.40

MPV 5.7 4.0 – 15.2

PDW 17.4 15.0 – 18.0

LED L<10,P<20

CT 3-7

BT 1-3

45
g. Terapi

Terapi yang didapatkan klien di ruang anggrek yaitu terapi infus

Ringer Laktat 20 tetes per menit, injeksi ranitidin 1 mg satu

ampul dosis setiap 6-8 jam intravena, betahistin 6 mg 3x2 tablet

per oral.

2. Klasifikasidata

DS :

a. klien mengatakan nyeri kepala

b. klien mengatakan pusing

c. klien mengatakan mual

d. klien mengatakan muntah

P : klien mengatakan nyeri terjadi tiba-tiba

Q : klien mengatakan seperti tertusuk

R : daerah depan sampai belakang kepala

S : skala 6 (tingkat sedang)

T : terjadi tiba-tiba

DO :

a. nampak klien pucat

b. nampak klien meringis memegang kepalanya

c. nampak klien lemah

d. TTV : TD 110/90 mmHg, N 80x/m, S 36,5°C, RR 20x/m.

46
3. Analisa Data

Nama pasien : Nn.L

Ruang perawatan : Anggrek

No.RM : 220420

Diagnosa Medik : Vertigo

Tabel 4.2

Analisa Data

DIAGNOSA
NO DATA ETIOLOGI
KEPERAWATAN

1 DS : Ketidakcocokan Nyeri akut

a. klien mengatakan informasi aferen berhubungan dengan

nyeri kepala kepusat kesadaran agen pencedera

b. klien mengatakan fisiologis

pusing

c. klien mengatakan Gangguan aliran darah

mual ke otak

d. klien mengatakan

muntah

P: klien mengatakan Peningkatan tekanan

nyeri secara tiba-tiba intrakranial

Q: klien mengatakan

kualitas nyeri tertusuk

R :depan dan belakang Nyeri kepala

47
kepala

S : skala 6 (tingkat

sedang) Agen pencedera

T : terjadi tiba-tiba fisiologis mis, iskemia

DO:

a. nampak klien

pucat Nyeri akut

b. nampak klien

meringis

memegang

kepalanya

c. nampak klien

lemah

d. TTV : TD 110/90

mmHg, N 80x/m,

S 36,5°C, RR

20x/m

4. Diagnosa keperawatan

Sesuai data pengkajian yang di dapatkan peneliti yaitu klien

mengatakan nyeri kepala dan pusing, klien mengatakan nyeri sejak

5 hari yang lalu, klien mengatakan ketika berjalan harus

48
berpegangan di tembok, klien mengatakan sempat jatuh akibat

nyeri yang di rasakan. Tanda – tanda vital : tekanan darah 110/90

mmHg, nadi 80 x/m, pernapasan 20 x/m, suhu 36,5°C. Dari data

tersebut maka peneliti mengangkat diagnosa nyeri akut b,d agen

pencedera fisiologis.

49
5. Intervensi Keperawatan

Nama pasien : Nn.L

Ruang perawatan : Anggrek

No.RM : 220420

Diagnosa Medik : Vertigo

Tabel 4.3

Intervensi Keperawatan

DIAGNOSA LUARAN INTERVENSI


NO
KEPERAWATAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN

1 Nyeri akut b,d agen Setelah dilakukan Manajemen nyeri

pencedera fisiologis tindakan keperawatan Tindakan:

selama 3x24 jam maka OBSERVASI

tingkat nyeri menurun a) Identifikasi

dengan kriteria hasil: lokasi,karakterristik,d

1. Keluhan nyeri urasi, frekuensi,

dari meningkat kualitas, intensitas

menjadi menurun. nyeri.

2. Keluhan pusing b) Identifikasi skali nyeri

dari meningkat TERAPEUTIK

menjadi menurun Berikan teknik

3. Muntah dari nonfarmakologis mis

meningkat teknik distraksi

menjadi menurun visualdan aromaterapi

50
4. Mual dari (minyak kayu putih):

meningkat a) Duduk rileks sambil

menjadi menurun. bersandar

b) Memperlihatkan video

menarik dalam

handphone

c) Jarak handphone 60

sentimeter selama 20

menit

d) Mencium aromaterapi

minyak kayu putih

e) Dituangkan ke tissue

3 tetes dengan 2-3

kali tarik napas dalam.

EDUKASI

Ajarkan teknik

nonfarmakologis

untuk meredakan

nyeri yaitu teknik

distraksi visual dan

aromaterapi minyak

kayu putih :

51
a) Duduk rileks sambil

bersandar

b) Memperlihatkan

video menarik

dalam handphone

c) Jarak handphone 60

sentimeter selama

20 menit

d) Mencium aromaterapi

minyak kayu putih

e) Dituangkan ke

tissue 3 tetes dengan

2-3 kali tarik napas

dalam.

KOLABORASI

a) Kolaborasi pemberian

analgetik yaitu

b) terapi infus Ringer

Laktat 20 tetes

permenit

c) injeksi ranitidin 1 mg

satu ampul dosis

setiap 6-8 jam

52
intravena

d) betahistin 6 mg 3x2

tablet per oral.

6. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Nama pasien : Nn.L

Ruang perawatan : Anggrek

No.RM : 220420

Diagnosa Medik : Vertigo

Hari/Tanggal : Selasa, 16 februari 2021

Tabel 4.4

Implementasi Keperawatan hari ke 1

No Jam Implementasi Evaluasi

1 13:00 1. Mengidentifikasi S:

lokasi nyeri. 1) Klien mengatakan

Hasil : klien nyeri kepala

menggatakan nyeri di 2) Klien mengatakan

daerah kepala pusing

13:30 2. Mengidentifikasi 3) Klien mengatakan

karakterristik nyeri. mual

Hasil : klien 4) Klien mengatakan

mengatakan terasa muntah

53
tertusuk O:

13:35 3. Mengidentifikasi 1) Nampak klien pucat

durasi nyeri 2) Nampak klien

Hasil : klien meringgis

mengatakan nyeri memegang

terus-menerus kepalanya

13:40 4. Mengidentifikasi 3) Nampak klien lemah

frekuensi nyeri. 4) Ttv

Hasil :terjadi tiba-tiba. TD : 110/90 mmHg

14:10 5. Mengidentifikasi skala N : 80 x/menit

nyeri R : 20 x/menit

Hasil : klien S : 36,5°C

mengatakan nyeri A :

berada pada skala 6 1) Masalah belum

(sedang). teratasi.

14:30 6. Mengindentifikasi P:

penyebab mual 1) Intervensi 1, 2, 3, 4,

Hasil : klien 5, 6, 7, 8, 9 dan 10

mengatakan mual di lanjutkan

akibat pusing dan

nyeri.

14:35 7. Mengidentifikasi

penyebab muntah

54
Hasil : klien

mengatakan penyebab

muntah akibat pusing

dan nyeri.

14:51 8. Menjelaskan tujuan

dan prosedur teknik

nonfarmakologis

distraksi visual dan

aromaterapi minyak

kayu putihdi mana

prosedur teknik

distraksi adalah :

a) Duduk rileks

sambil

bersandar

b) Perlihatkan

video menarik

dalam

handphone

dengan jarak 60

sentimeter

selama 20

menit.

55
c) Kemudian

kembali rileks.

minyak kayu

putih adalah :

a) Tuangkan

minyak kayu

putih di tissue 3

tetes.

b) Hirup selama 2-

3 kali tarik

napas dalam

Hasil : klien dan

keluarga belum

mengetahui tujuan

teknik distraksi dan

aromaterapi minyak

kayu putih.

15:10 9. Mengajarkan teknik

distraksi dengan cara

duduk rileks sambil

bersandar kemudian

perlihatkan video video

menarik di dalam

56
handphone dengan

jarak 60 sentimeter

selama 20 menit,

kemudian kembali

rileks. Kemudian

tuangkan ke tissue 3

tetes dan hirup 2-3

kali tarik napas dalam.

Hasil : klien mampu

mengikuti teknik

distraksi dan

aromaterapi minyak

kayu putih.

19:10 10. Mengkolaborasikan

pemeberian analgetik

Hasil :infus Ringer

Laktat 20 tetes per

menit, injeksi ranitidin

1 mg satu ampul 6-8

jam intravena,

betahistin 6 mg 3x2

tablet per oral.

57
Nama pasien : Nn.L

Ruang perawatan : Anggrek

No RM : 220420

Diagnosia medik : Vertigo

Hari/Tanggal : Rabu, 17 februari 2021

Tabel 4.5

Implementasi keperawatan hari ke 2

No Jam Implementasi Evaluasi

1 13:20 1. Mengidentifikasi S:

lokasi nyeri. 1) Klien mengatakan

Hasil : klien nyeri kepalasedikit

menggatakan nyeri di berkurang

daerah kepala mulai 2) Klien mengatakan

berkurang pusing mulai

13:25 2. Mengidentifikasi berangsur-angsur

karakterristik nyeri. berkurang

Hasil : klien 3) Klien mengatakan

mengatakan terasa tidak mual lagi

tertusuk mulai seiring

berkurang berkurangnya nyeri

58
13:30 3. Mengidentifikasi 4) Klien mengatakan

durasi nyeri tidak muntah lagi

Hasil : klien O :

mengatakan nyeri nya 5) Nampak klien

sudah mulai membaik pucat berkurang

13:31 4. Mengidentifikasi 6) Nampak klien

frekuensi nyeri. meringgis tetapi

Hasil : nyeri sudah tidak memegang

mulai berkurang kepalanya lagi

13:35 5. Mengidentifikasi skala 7) Nampak klien

nyeri lemah

Hasil : klien 8) Ttv

mengatakan nyeri TD : 110/90

berada pada skala 4 mmHg

(sedang). N : 80 x/menit

14:00 6. Mengindentifikasi R : 20 x/menit

penyebab mual S : 36,5°C

Hasil : klien A :

mengatakan mual 2) Masalah belum

berkurang seiring teratasi.

berkurangnya nyeri P:

14:07 7. Mengidentifikasi Intervensi 1, 2, 3, 4, 5,

penyebab muntah 6, 7, 8, 9 dan 10 di

59
Hasil : klien lanjutkan

mengatakan penyebab

muntah akibat nyeri

kepala tetapi sudah

tidak muntah lagi

14:11 8. Menjelaskan tujuan

dan prosedur teknik

nonfarmakologis

distraksi visual dan

aromaterapi minyak

kayu putig di mana

tujuan prosedur teknik

distraksi adalah :

a) Duduk rileks

sambil

bersandar

b) Perlihatkan

video menarik

dalam

handphone

dengan jarak 60

sentimeter

selama 20

60
menit.

c) Kemudian

kembali rileks.

minyak kayu

putih adalah :

d) Tuangkan

minyak kayu

putih di tissue 3

tetes.

e) Hirup selama 2-

3 kali tarik

napas dalam

Hasil : klien dan

keluarga masi

memerlukan bantuan

perawat untuk

menjelaskan ulang

tujuan teknik distraksi

dan aromaterapi

minyak kayu putih.

14:20 9. Mengajarkan teknik

distraksi dengan cara

duduk rileks sambil

61
bersandar kemudian

perlihatkan video video

menarik di dalam

handphone dengan

jarak 60 sentimeter

selama 20 menit,

kemudian kembali

rileks.Kemudian

tuangkan ke tissue 3

tetes dan hirup 2-3

kali tarik napas dalam.

Hasil : klien mengikuti

instruksi perawat.

19:10 10. Mengkolaborasikan

pemeberian analgetik

Hasil : pemeberian

terapi infus Ringer

Laktat 20 tetes per

menit, injeksi ranitidin

1 mg satu ampul 6-8

jam intravena,

betahistin 6 mg 3x2

tablet per oral.

62
Nama pasien : Nn.L

Ruang perawatan : Anggrek

No RM : 220420

Diagnosia medik : Vertigo

Hari/Tanggal : Kamis, 18 februari 2021

Tabel 4.6

Implementasi keperawatan hari ke 3

No Jam Implementasi Evaluasi

1 08:10 1. Mengidentifikasi S:

lokasi nyeri. 1) Klien mengatakan

Hasil : klien tidak nyeri lagi

menggatakan tidak 2) Klien mengatakan

nyeri lagi tidak pusing

08:15 2. Mengidentifikasi 3) Klien mengatakan

karakterristik nyeri. tidak mual.

Hasil : klien 4) Klien mengatakan

mengatakan tidak tidak muntah lagi

terasa tertusuk lagi O:

08:20 3. Mengidentifikasi 1) Nampak klien

63
durasi nyeri tidak pucat lagi

Hasil : klien 2) Nampak klien

mengatakan tidak tidak meringgis

merasakan nyeri lagi lagi

4. Mengidentifikasi 3) Nampak sudah

08:25 frekuensi nyeri. sehat tidak lemah

Hasil : klien lagi

mengatakan tidak 4) Ttv

merasakan nyeri lagi TD : 110/90

5. Mengidentifikasi skala mmHg

08:30 nyeri N : 80 x/menit

Hasil : klien R : 20 x/menit

mengatakan nyeri S : 36,5°C

berada tidak ada nyeri A :

lagi 1) Masalah teratasi

08:31 6. Mengindentifikasi P:

penyebab mual Intervensi 1, 2, 3, 4, 5,

Hasil : klien 6, 7, 8, 9 dan 10 di

mengatakan tidak mual hentikan.

lagi

08:33 7. Mengidentifikasi

penyebab muntah

Hasil : klien

64
mengatakan penyebab

muntah akibat nyeri

kepala tetapi sudah

tidak muntah lagi

08:35 8. Menjelaskan tujuan

dan prosedur teknik

nonfarmakologis

distraksi visual dan

aromaterapi minyak

kayu putih di mana

tujuan prosedur teknik

distraksi adalah :

a) Duduk rileks

sambil

bersandar

b) Perlihatkan

video menarik

dalam

handphone

dengan jarak 60

sentimeter

selama 20

menit.

65
c) Kemudian

kembali rileks.

minyak kayu

putih adalah :

d) Tuangkan

minyak kayu

putih di tissue 3

tetes.

e) Hirup selama 2-

3 kali tarik

napas dalam

Hasil : klien dan

keluarga sudah mulai

melakukan teknik

distraksi secara

mandiri.

09:20 9. Mengajarkan teknik

distraksi dengan cara

duduk rileks sambil

bersandar kemudian

perlihatkan video video

menarik di dalam

handphone dengan

66
jarak 60 sentimeter

selama 20 menit,

kemudian kembali

rileks.Kemudian

tuangkan ke tissue 3

tetes dan hirup 2-3

kali tarik napas dalam.

Hasil : klien sudah

mampu melakukan

teknik distraksi secara

mandiri.

11:45 10. Mengkolaborasikan

pemeberian analgetik

Hasil : pemeberian

terapi infus Ringer

Laktat 20 tetes per

menit, injeksi ranitidin

1 mg satu ampul 6-8

jam intravena,

betahistin 6 mg 3x2

tablet per oral.

67
B. Pembahasan

Berdasarkan hasil studi kasus dan tujuan penulisan studi kasus ini, maka

penulis akan membahas tentang kesenjangan antara teori dengan hasil studi

kasus penatalaksanaan asuhan keperawatan pada pasien vertigo dalam

pemenuhan kebutuhan kenyamanan nyeri di Ruang Anggrek RSUD Kota

Kendari yang dilakukan pada tanggal 16 februari 2021 sampai tanggal 19

februari 2021 yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi

keperawatan, implementasi dan evaluasi keperawatan.

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian keperawatan adalah hal utama yang dilaksanakan perawat

karena memungkinkan 80% diagnosis masalah klien dapat ditegakkan serta

untuk mendapat data tentang keadaan pasien. Pengumpulan data yang

dilakukan peneliti saat pengambilan kasus pada tanggal 16 februari 2021

pukul 08:30 WITA dengan wawancara, observasi langsung serta

pemeriksaan fisik. Hasil yang didapatkan yaitu klien mengeluh pusing dan

nyeri kepala, juga klien sempat jatuh akibat pusing dan nyeri yang

menyerang, nyeri yang dirasakan skala 6 (sedang), keadaan umum klien

lemah, kesadaran composmentis, di dapatkan tanda-tanda vital tekanan

darah 110/90 mmHg, pernapasan 20 x/m, nadi 80 x/m dan suhu 36,5°C.

Pengkajian keperawatan pada pasien vertigo biasanya di dapatkan pusing

berputar-putar,perasaan melayang, nyeri kepala dengan skala nyeri 6

(sedang), pucat, wajah meringis sambil memegang kepalanya. Klien juga

biasanya mengalami mual, muntah juga selera makan yang berkurang dan

68
penurunan berat badan, tidak dapat melakukan aktivitas serta denyut nadi

yang meningkat di atas normal.

Dari hasil pengkajian yang dilakukan oleh peneliti menemukan semua

data yang ada pada teori tidak semua ditemukan pada pasien, tetapi kondisi

atau keluhan pasien saat pengkajian semuanya masuk pada teori.Adapun

data yang ditemukan pada pasien yaitu pusing, nyeri kepala, tidak dapat

berjalan sendiri, mual dan muntah.

Adanya kesenjangan antara teori dan hasil studi kasus yang ditemukan

karena pasien vertigo berbeda dikarenakan setiap manusia memberikan

respon baik bio, psiko, sosial dan spiritual terhadap stimulus berbeda-beda

sehingga gejala dan karakterristik yang didapatkan berbeda.

2. Diagnosa Keperawatan

Adapun diagnosa keperawatan yang ada pada teori menurut

(Asmada,Doni, 2018), diagnosa keperawatan yang biasa ditegakkan pada

penderita vertigo yaitu gangguan rasa aman nyaman nyeri akut, risiko jatuh,

gangguan pola tidur, gangguan nutrisi nausea dan defisit pengetahuan.

Dari data pengkajian yang didapatkan peneliti tidak semua diagnosa

keperawatan yang ada dalam teori terdapat pada pasien. Adapun diagnosa

keperawatan yang tidak terdapat pada studi kasus ini yaitu risiko jatuh,

gangguan pola tidur, gangguan nutrisi nausea dan defisit pengetahuan.

Adapun alasan mengapa diagnosa tersebut tidak di munculkan karena

kondisi yang klien alami tidak cukup untuk mengangkat diagnosa yang lain.

Karena mengapa diagnosa lain bisa muncul diakibatkan oleh nyeri.

69
timbulnya nyeri inilah yang membuat masalah kebutuhan yang lain

tergangu. Ketika nyeri akut sudah teratasi maka kebutuhan yang lain juga

akan kembali normal.

Maka peneliti mengangkat diagnosa keperawatan sesuai data pengkajian

atau kondisi klien yaitu nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis.

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang di kerjakan oleh

perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk

mencapai luaran (outcome) yang diharapkan. (PPNI, 2018)

Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan konsep teori yang telah

dapat diterapkan secara actual terhadap pasien Vertigo dalam pemenuhan

kebutuhan kenyamanan.

Tujuan intervensi keperawatan terhadap diagnosa keperawatan nyeri

akut b.d agen pencedera fisiologis yaitu setelah dilakukan intervensi

keperawatan selama 3x24 jam maka tingkat nyeri menurun dengan kriteria

hasil berdasarkan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) : keluhan

nyeri dari meningkat menjadi cukup menurun, meringgis dari meningkat

menjadi cukup menurun, muntah dari meninggkat menjadi cukup menurun,

mual dari meningkat menjadi cukup menurun. (PPNI,2018).

Berdasarkan tujuan dari kriteria hasil tersebut kemudian penulis

menyusun intervensi keperawatan berdasarkan SIKI (Standar Intervensi

Keperawatan Indonesia) yaitu teknik distraksi : identifikasi lokasi,

karakterristik, frekuensi nyeri, mengidentifikasi skala nyeri, jelaskan

70
strategi meredakan nyeri, menyiapkan sebuah handphone,memutar musik

guna pengalihan nyeri klien,anjurkan memonitor nyeri secara mandiri dan

kolaborasi pemberian analgetik.(PPNI,2018).

4. Implementasi

Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan kegiatan yang telah

direncanakan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah kesehatan

yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik dan mengambarkan

kriteria hasil yang diharapkan.Ada beberapa pelaksanaan atau implementasi

tindakan keperawatan yang dapat dilakukan yaitu teknik distraksi.

Berdasarkan masalah keperawatan tersebut peneliti melakukan

implementasi selama 3 hari sesuai dengan intervensi yang telah dibuat

dengan memperhatikan aspek tujuan dan kriteria hasil dalam rentang yang

telah ditentukan. Adapun intervensi keperawatan yang telah ditentukan

berdasarkan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yaitu : teknik

distraksi.

Implementasi yang direncanakan telah diterapkan, klien dapat menerapkan teknik

distraksi yang merupakan suatu metode pengalihan nyeri dengan benar,

dimana klien dapat menghemat energy sehingga tidak mudah lelah. Menurut

hasil penelitian dari Rido Gunawan, (2017) dalam penelitian yang berjudul

“Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Kebutuhan Dasar Rasa

Aman Nyaman Akibat Nyeri Karena Vertigo Di RS PKU

MUHAMMADIYAH GOMBONG” mengatakan bahwa 5,6 juta orang

berkunjung ke klinik,1/3 orang mengeluhkan pusing mengalami vertigo,

71
angka kejadian vertigo tidak banyak hanya 4,9%, vertigo terkait migrain

sebanyak 0,89% dan benign paroxysmal positional vertigo (BPPV) sebanyak

1,6%. Walaupun vertigo bukan merupakan salah satu penyakit yang banyak

dikenal orang dan dengan angka kejadian yang tinggi, namun seseorang

dengan vertigo dapat berbahaya karena beresiko jatuh saat beraktivitas akibat

gangguan keseimbangan hingga kehilangan kesadaran/pingsan.

5. Evaluasi

Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon klien setelah dilakukan

intervensi keperawatan dan mengkaji ulang asuhan keperawatan yang telah di

berikan. Evaluasi keperawatan adalah kegiatan terus menerus dilakukan untuk

menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana

keperawatan dilanjutkan , merevisi rencana atau menghentikan rencana

keperawatan (Manurung,2011).

Evaluasi keperawatan pada Nn L dilakukan dengan metode SOAP

(subyektif, obyektif, analisis, dan planning), metode ini digunakan untuk

mengetahui keefektifan dari tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai

tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan.

Evaluasi keperawatan untuk diagnosa nyeri akut, pada hari pertama selasa

16 februari 2021 pukul 08:00 WITA yaitu klien mengatakan pusing, klien

mengatakan nyeri kepala, klien mengatakan ketika berjalan harus

berpegangan di tembok, klien mengatakan mual, klien mengatakan muntah,

klien mengatakan nyeri berputar dan tertusuk tusuk, nampak klien pucat,

72
lemah, meringis, masalah klien belum teratasi, memgajarkan klien teknik

distraksi dan intervensi di lanjutkan.

Evaluasi keperawatan pada hari kedua Rabu, 17 februari 2021 pukul 11:30

WITA yaitu klien mengatakan pusing berkurang, klien mengatakan nyeri

kepala berkurang, klien mengatakan sedikit bisa melepas pegangan di tembok

ketika berjalan, klien mengatakan mual berkurang, klien mengatakan muntah

berkurang, klien mengatakan nyeri berputar-putar berkurang, nampak klien

pucat berkurang, nampak klien lemah berkurang, nampak klien meringis

berkurang, masalah belum teratasi,mengajarkan teknik distraksi audio dan

intervensi dilanjutkan.

Evaluasi keperawatan hari ketiga kamis, 18 februari 2021 pukul 13:00

WITA yaitu klien mengatakan tidak pusing lagi, klien mengataka tidak nyeri

kepala lagi, klien mengatakan sudah bisa berjalan tanpa berpegangan di

tembok, klien mengatakan tidak mual lagi, klien mengatakan tidak muntah

lagi, klien mengataka tidak nyeri terputar-putar lagi, nampak klien tidak pucat

lagi, nampak klien sudah kuat dan tidak lemah lagi, namoak klien sudah tidak

meringis lagi ,klien mampu melakukan teknik distraksi mandiri, masalah

teratasi dan intervensi dihentikan.pasien dipulangkan.

C. Keterbatasan Studi Kasus

Keterbatasan studi kasus yang dilakukan selama 3 hari di ruang Anggrek

Rsud Kota Kendari, diantaranya dari segi sumber informasi atau referensi

yang diperoleh penulis dari buku dan internet mengenai vertigo dan

kebutuhan kenyamanan terkait dengan penanganan nyeri memiliki tahun

73
terbit yang sudah hampir tidak dapat digunakan sebagai pustaka KTI,

sehingga teori yang dijelaskan peneliti dalam studi kasus ini masih sangat

terbatas.

74
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah peneliti melakukan asuhan keperawatan pada tanggal 16 februari

sampai dengan tanggal 19 februari 2021 maka dapat disimpulkan:

1. Pada penerapan asuhan keperawatan pada Nn. L dengan vertigo dalam

pemenuhan kebutuhan kenyamanan nyeri dapat dilakukan berdasarkan

pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi yang

disusun berdasarkan teori SDKI, SLKI dan SIKI yang dibuat sesuai

dengan kondisi klien.

2. Dari hasil pengkajian Nn. L diketahui klien mengeluh pusing dan nyeri

kepala, klien mengatakan nyeri sejak 5 hari yang lalu , klien mengatakan

ketika berjalan harus berpegangan di tembok, klien mengatakan sempat

jatuh akibat nyeri yang dirasakan. Tanda – tanda vital : tekanan darah

110/90 mmHg, nadi 80 x/m, pernafasan 20 x/m, suhu 36,5°C.

3. Diagnosa keperawatan utama pada Nn. L adalah nyeri akut berhubungan

dengan agen pencedera fisiologis.

4. Perencanaan keperawatan pada Nn.L berdasarkan Standar Intervensi

Keperawatan Indonesia (SIKI) yaitu teknik distraksi dengan kriteria hasil

berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) nyeri

berkurang.

5. Implementasi keperawatan dilakukan untuk mengatasi masalah

keperawatan dilakukan selama 1x24 jam berupa tindakan mengkaji tanda-


75
tanda vital, mengidentifikasi kemampuan mengurangi nyeri, kemampuan

berjalan tanpa berpegangan di tembok, dan membantu pemberian obat

analgetik.

6. Hasil evaluasi pada Nn. L setelah dilakukan implementasi selama 3 hari

menunjukan pada hari ke 3 masalah pusing dan nyeri kepala teratasi di

tandai dengan klien sudah tidak pusing lagi,klien mengatakan tidak nyeri

kepala lagi, klien mengatakan sudah mampu berjalan tanpa berpegangan di

tembok, klien mengatakan tidak mual lagi, klien mengatakan tidak muntah

lagi. Tanda-tanda vital : 110/90 mmHg, nadi : 80 x/m, suhu : 36,5°C, dan

pernapasan : 20 x/m.

7. Setelah dilakukan penerapan teknik distraksi pada Nn.L dengan vertigo

selama 3 hari menunjukan bahwa klien mampu mengatasi nyeri secara

efektif.

B. SARAN

Dengan memperhatikan kesimpulan diatas, peneliti memberi saran sebagai

berikut:

1. Bagi rumah sakit

Diharapkan memberikan pelayanan kepada pasien lebih optimal dan

meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.

2. Bagi institusi pendidikan

Memberikan kemudahan dalam pemakaian sarana dan prasarana

yang merupakan fasilitas bagi mahasiswa untuk mengembangkan ilmu

76
pengetahuan dan keterampilan dalam melalui praktek klinik dan

pembuatan laporan.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan peneliti dapat menggunakan atau memanfaatkan waktu

lebih efektif, sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan pada

klien secara optimal.

77
DAFTAR PUSTAKA

al, herlina. (2016). penyebab umum terjadinya vertigo, surakarta.

al, Laksimidewi (2016). kelainan gangguan keseimbangan dan gangguan pada sistem

kesimbangan, pulungan.

al sura. et. (2017). berbagai macam keluhan vertigo. bandung , kesehatan.

al, S. e. (2018). gangguan pemenuhan rasa nyaman, bandung.

APRIYANI, S. d. (2017).Klasifikasi nyeri secara umum,bandung.

Ardiyansyah. (2018). penatalaksanaan vertigo. surakarta .

dkk, Apriyani. (2017). pengkajian keperawatan.jakarta .

dkk, putri. (2016). etiologi vertigo dan faktor yang mempengaruhi vertigo.jakarta.

dkk, putri. (2016). patofisiologi vertigo dan teori-teiri yang menerangkan terjadinya

vertigo. jakarta .

ibrahim, d. (2020). teknik distraksi pengalihan nyeri, jakarta.

KENDARI, R. K. (2021). data penderita vertigo dari bulan januari sampai maret 2021.

kota kendari , ruang anggrek RSU KOTA KENDARI.

khansa, T. d. (2018). prevalensi vertigo pada usia.global.

kusumastuti, d. (2018). gejala vertigo pada perubahan kulit. pulungan .

kusumastuti, d. (2018). sensasi vertigo.pulungan .

78
Organitazion, W. H. (2016). Angka kejadian vertigo di indonesia. indonesia, WHO.

PPNI. (2019). meningkatnya kasus vertigo dan diagnosa kebutuhan kenyamanan.

indonesia , PPNI.

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia,definisi dan tindakan

keperawatan. jakarta: DPP PPNI .

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. JAKARTA: DPP PPNI.

Kementrian Kesehatan RI. (2017). prevalensi vertigo. kota kendari , indonesia.

Tarwoto, d. (2017). gangguan yang menyebabkan vertigo muncul dan sistem

keseimbangan.surakarta .

Triyanti, d. (2018). faktor resiko pasien mengalami vertigo dan penyebab terjadinya,

bandung.

Rido.gunawan. (2017).Asuhan keperawatan pada klien dengan masalah kebutuhan


dasar rasa nyaman akibat vertigo, gombong.

79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89

Anda mungkin juga menyukai