Anda di halaman 1dari 88

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.

“L” DENGAN
SALAH SATU ANGGOTA KELUARGA MENDERITA
GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN:DIABETES
MELITUS DI KELURAHAN BENUA
NIRAE KECAMATAN ABELI

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan pendidikan program


Diploma III Keperawatan

DI SUSUN OLEH :

WA ODE NAAFIA
P003200190263

POLTEKKES KEMENKES KENDARI


JURUSAN KEPERAWATAN
2020

i
ii
iii
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. INDENTITAS

1. Nama Lengkap : Wa Ode Naafia


2. Tempat/Tanggal Lahir : Lambelu, 09 maret 1972
3. Jenis kelamin : perempuan
4. Agama : Islam
5. Suku/Kebangsaan : Muna/Indonesia
6. Alamat : BTN Batu Marupa Blok K1
No. 21 Poasia
7. No. Telp/Hp : 081242534764

II. PENDIDIKAN
1. SDN 2 No. 2 Pure Tahun 1985
2. SLTP Negeri 2 Raha Tahun 1988
3. SPK PPNI Kendari Tahun 1998
4. D III Poltekkes Kemenkes Kendari Tahun 2020

v
MOTTO

“pendidikan memang tidak menjamin sukses


Tapi tanpa pendidikan kehidupan ini Menjadi lebih sulit”

“jangan mengeluh bahwa perjalanan anda masih jauh


Tapi bersyukurlah bahwa anda sudah berjalan sejauh ini”

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan
judul “Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. “L” Dengan Salah Satu Anggota
Keluarga Menderita Gangguan Sistem Endokrin:Diabetes Melitus di Kelurahan
Benua Nirae Kecamatan Abeli”.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menyadari bahwa masih
banyak terdapat kekurangan didalamnya, ini disebabkan oleh keterbatasan
kemampuan penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
Keberhasilan ini tidak lepas dari bantuan semua pihak yang telah banyak
memberikan dorongan dan bimbingan kepada penulis. Pada kesempatan ini
dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih yang tak
terhingga kepada yang terhormat :
1. Ibu Askrening.,SKM.,M.Kes Selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kendari
2. Bapak Anwar, SKM, M.Kes Selaku Kepala UPTD Puskesmas Abeli yang
telah memberikan izin kepada peneliti untuk melaksanakan studi kasus.
3. Bapak Indriono Hadi.,S.Kep.,Ns.,M.Kep Selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Kendari.
4. Ibu Rusna Tahir, S.kep, Ns, M.Kep dan Ibu Dewi Sartiya Rini, M.Kep,
Sp.KMB selaku pembimbing yang telah memberi banyak petunjuk, arahan
dan bimbingan yang tiada henti dari awal hingga terselesainya Karya Tulis
ini..
5. IbuDian Yuniar, SKM, M.Kep Selaku Penguji I,Bapak
Sahmad.,S.Kep.,Ns.,M.Kep Selaku Penguji II,dan Ibu Dali, SKM, M.Kep
Selaku Penguji III yang dengan penuh kesabaran memberikan masukan dan
arahan hingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.
6. Bapak/Ibu Dosen Poltekkes Kemenkes kendari jurusan keperawatan yang
senantiasa memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama kuliah.
7. Ucapan terima kasih secara khusus disampaikan kepada anak-anakku tercinta,

Andi Khadija Setiawati,ST, Andi Muh. Setiawan, dan Andi Muh. Yusuf yang

vii
viii
ABSTRAK

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN. “L” DENGAN SALAH


SATU ANGGOTA KELUARGA MENDERITA GANGGUAN SISTEM
ENDOKRIN:DIABETES MELITUS DI KELURAHAN BENUA
NIRAE KECAMATAN ABELI

Wa Ode Nafia 1), Rusna Tahir 2) , Dewi Sartiya Rini 3)


1)
Mahasiswa Prodi Diploma III Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Kendari
2,3)
Dosen Jurusan Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Kendari

Pendahuluan :Diabetes adalah masalah kesehatan masyarakat yang penting,


menjadi salah satu dari empat penyakit tidak menular prioritas yang menjadi
target tindak lanjut oleh para pemimpin dunia.Jumlah kasus dan prevalensi
diabetes terus meningkat selama beberapa dekade terakhir. (WHO Global Report,
2016).Diperkirakan 422 juta orang dewasa di dunia hidup dengan diabetes
mellitus. Gula darah yang lebih tinggi dari batas maksimum mengakibatkan
tambahan 2,2 juta kematian serta dapat meningkatkan risiko penyakit
kardiovaskular dan komplikasi lainnya.Ketidakpatuhan diet menjadi salah satu
faktor pemicu yang tentunya hanya bisa dicegah dengan melibatkan keluarga
dalam proses pengobatan. Tujuan :Penulis mampu melaksanakan asuhan
keperawatan keluarga secara komprehensif pada keluarga Tn. L dengan salah satu
anggota keluarga menderita gangguan sistem endokrin:diabetes melitus di
Kelurahan Benua Nirae Kecamatan Abeli. Metode: Penelitian ini menggunakan
metode penelitian deskriptif dalam bentuk studi kasus dengan pendekatan
proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosis, perencanaan,
implementasi dan evaluasi. Hasil : Hasil pengkajian ditemukan keluhan cepat
haus, sering BAK, cepat lapar, tidak pernah kontrol gula darah sejak 6 bulan lalu,
keluarga bertanya mengenai penyakit dan tidak tahu pengobatannya, GDS 250
mg/dl. Diagnosis keperawatan ada dua yaitu risiko ketidakstabilan kadar glukosa
darah dan Defisit pengetahuan tentang manajemen penyakit. Intervensi
keperawatan disusun dan diimpelementasikan untuk menyelesaikan masalah
keperawatan yang ada.Kedua diagnosis dapat teratasi melalui evaluasi
ketercapaian tujuan dan kriteria hasil.Kesimpulan :Masalah keperawatan pada
keluarga Tn. L dapat diatasi melalui pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga.

Kata kunci : asuhan keperawatan keluarga, diabetes melitus

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii

KEASLIAN PENELITIAN ............................................................................ iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ....................................................................... v

HALAMAN MOTTO ..................................................................................... vi

KATA PENGANTAR .................................................................................... vii

ABSTRACT ..................................................................................................... ix

DAFTAR ISI ................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Tujuan penelitian ........................................................................................ 3
C.Manfaat Penelitian ....................................................................................... 4
D.Metode studi kasus ...................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A.Tinjauan Tentang Keluarga .......................................................................... 7
B.Konsep Penyakit Diabetes Melitus .............................................................. 22
C.Konsep Asuhan Keperawatan ...................................................................... 31

BAB III TINJAUAN KASUS


A.Pengkajian keperawatan .............................................................................. 37
B.Analisa Data ................................................................................................. 47
C.Diagnosis Keperawatan ............................................................................... 48
D.Intervensi Keperawatan ............................................................................... 50
E.Implementasi ................................................................................................ 52
BAB IV PEMBAHASAN

x
1. Pengkajian .................................................................................................. 56
2. Diagnosa Keperawatan ................................................................................ 56
3. Intervensi Keperawatan ............................................................................... 57
4. Implementasi Keperawatan ........................................................................ 58
5. Evaluasi Keperawatan ................................................................................ 58

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................. 60
B. Saran ........................................................................................................... 61

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes adalah penyakit kronis serius yang terjadi karena pankreas tidak

menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur gula darah atau glukosa),

atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang

dihasilkannya.Diabetes adalah masalah kesehatan masyarakat yang penting,

menjadi salah satu dari empat penyakit tidak menular prioritas yang menjadi

target tindak lanjut oleh para pemimpin dunia.Jumlah kasus dan prevalensi

diabetes terus meningkat selama beberapa dekade terakhir. (WHO Global Report,

2016).

Secara global, diperkirakan 422 juta orang dewasa hidup dengan diabetes

mellitus.Selama beberapa dekade terakhir, prevalensi diabetes melitus meningkat

lebih cepat di negara berpenghasilan rendah dan menengah daripada di negara

berpenghasilan tinggi.Diabetes menyebabkan 1,5 juta kematian pada tahun 2012.

Gula darah yang lebih tinggi dari batas maksimum mengakibatkan tambahan 2,2

juta kematian, dengan meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan lainnya.

Empat puluh tiga persen (43%) dari 3,7 juta kematian ini terjadi sebelum usia 70

tahun. Persentase kematian yang disebabkan oleh diabetes yang terjadi sebelum

usia 70 tahun lebih tinggi di negara berpenghasilan rendah dan menengah

daripada di negara-negara berpenghasilan tinggi. (WHO Global Report, 2016).

Data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 berdasarkan

wawancara yang terdiagnosis dokter diperoleh data prevalensi diabetes melitus

dan hipertiroid di Indonesia sebesar 1,5 persen dan 0,4 persen. Diabetes melitus

terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 2,1%. Prevalensi diabetesmelitus

1
yangterdiagnosis dokter tertinggi terdapat di DI Yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta

(2,5%), Sulawesi Utara (2,4%) dan Kalimantan Timur (2,3%) (Kemenkes, 2013)..

Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter atau gejala, tertinggi terdapat

di Sulawesi Tengah (3,7%), Sulawesi Utara (3,6%), dan Nusa Tenggara Timur 3,3

persen. Prevalensi diabetes melitus meningkat sesuai dengan bertambahnya umur,

namun mulai umur ≥ 65 tahun cenderung menurun(Kemenkes, 2018).

Data yang diperoleh dari Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara

Tahun 2016, prevalensi penyakit tidak menular berbasis Rumah Sakit khususnya

diabetes melitus menempati urutan kelima dengan jumlah kasus sebanyak 7357

(BPS Sultra, 2016).Sedangkan data yang penulis peroleh dari UPTD Puskesmas

Abeli angka kejadian diabetes melitus(Kasus Lama + kasus Baru) tahun

2017 berjumlah 141orang, tahun 2018 sebanyak 142 orang sedangkan pada tahun

2019 jumlah pasien diabetes melitus meningkat menjadi 283 orang (Data 20 besar

penyakit Abeli,2020).

Pasien dengan diabetes melitus akan mengalamikadar glukosa darah yang

tidak normal, hiperglikemia berat berakibat glukosaria yang akan menjadi

diuresis osmoticyang meningkatkan pengeluaran urin (poliuria), timbul rasa haus

yang sering (polidipsi), rasa lapar yang semakin besar (polifagia), berat badan

berkurang, lelah dan mengantuk. Gejala lain yang menyertai adalah kesemutan,

gatal, mata gatal, mata kabur (Kowalak dkk, 2016).Berdasarkan pengkajian awal

pada keluarga Tn. L, keluarga cenderung belum mau dan mampu

mengaplikasikan kepatuhan diet ditandai dengan masih adanya anggota keluarga

yang tidak tahu akibat bila penyakitnya tidak diobati, jarang ke fasilitas kesehatan,

mengkonsumsi makanan yang memicu kadar gula darah jauh dari normal

dan frekuensi makan yang tidak sesuai anjuran. Dan apabila hal tersebut tidak

tertangani dengan baik maka akan menimbulkan dampak secara langsung pada

2
penderita yaitu peningkatan kadar gula dalam darah (Putro, 2012). Keluhan yang

dialami pasien dibetes melitus dapat diatasi melalui proses keperawatan keluarga.

Asuhan keperawatan keluarga dapat terlaksana melalui kerjasama antara

perawat, individu yang sakit beserta anggota keluarga, agar klien dan keluarga

mampu mencegah dan mengatasi masalah pada anggota keluarga yang mengalami

diabetes melitus. Proses keperawatan melalui lima tahapan yakni pengkajian,

diagnosis, intervensi, implementasi dan evaluasi diharapkan menjadi media

bagiperawat untuk melaksanakan perannya secara optimal sebagai pemberi

asuhan juga bagi klien dan keluarganya untuk memaksimalkan fungsi keluarga

sebagai upaya meningkatkan derajat kesehaatan. Perawat menjadi perantaraklien

dan keluarga juga dengan tenaga kesehatan lainnya dan sebagi pendidik agar

keluarga mendapatkan informasi tentang penyakit yang dialami (Susanto, 2012).

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik menyusun karya tulis

ilmiah dengan topik“Asuhan keperawatan keluarga Tn. Ldengan salah satu

anggota keluarga menderita gangguan sistem endokrin:diabetes melitus di

Kelurahan Benua Nirae Kecamatan Abeli”


B. Tujuan Penelitian

Tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini terdiri dari :

1. Tujuan Umum
Mampu melaksanalan asuhan keperawatan pada keluarga Tn. L
dengan salah satu anggota keluarga menderita gangguan sistem
endokrin:diabetes melitus di Kelurahan Benua Nirae kecamatan Abeli.
2. Tujuan khusus
1) Mampu melakukan pengkajian pada keluarga Tn. L dengan salah satu

anggota keluarga menderita gangguan sistem endokrin:diabetes

melitus di Kelurahan Benua Nirae kecamatan Abeli.

3
2) Mampu merumuskan diagnosis keperawatan pada keluarga Tn. L

dengan salah satu anggota keluarga menderita gangguan sistem

endokrin:diabetes melitus di Kelurahan Benua Nirae kecamatan Abeli.

3) Mampu menyusun rencana keperawatan yang pada keluarga Tn. L

dengan salah satu anggota keluarga menderita gangguan sistem

endokrin:diabetes melitus di Kelurahan Benua Nirae kecamatan Abeli.

4) Mampu melakukan implementasi tindakan keperawatan pada keluarga

Tn. L dengan salah satu anggota keluarga menderita gangguan sistem

endokrin:diabetes melitus di Kelurahan Benua Nirae kecamatan Abeli.

5) Mampu melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada keluarga Tn. L

dengan salah satu anggota keluarga menderita gangguan sistem

endokrin:diabetes melitus di Kelurahan Benua Nirae kecamatan Abeli.

C. Manfaat Penelitian

Manfaat menyusunan karya tulis ilmiah ini adalah :

1) Manfaat Bagi Penulis

Menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman dalam

menyusun dan menerapkan asuhan keperawatan melalui studi

kasus.

2) Manfaat Bagi Institusi

Karya tulis ilmiah dapar dijadukan sebagai bahan referensi dan

sumber informasi mengenai penerapan asuhan keperawatan pada

keluarga khususnya dengan anggota keluarga mengalami diabetes

melitus.

3) Manfaat Bagi Pasien dan Keluarga Partisipan

4
Menambah pengetahuan klien dan kelurga mengenai penyakit

diabetes melitus.

D. Metode Studi Kasus

1. Tempat dan waktu penelitian

Studi kasus dilaksanakan di rumah Tn. L mulai dari tanggal 13 –

15 April 2020.

2. Teknik pengambilan data

a. Wawancara : wawancara yaitu suatu teknik pengumpulan data


dengan melakukan interview atau tanya jawab pada penderita,
keluarga maupun tenaga kesehatan.
b. Pemeriksaan Fisik : teknik yang dipergunakan dalam
pemeriksaan fisik ada empat yaitu inspeksi (melihat), palpasi
(meraba), perkusi (mengetuk) dan auskultasi (mendengarkan)
pada seluruh sistem tubuh.
c. Observasi : Mengamati tingkat perubahan atau
perkembangan yang terjadi pada klien.
d. Studi Dokumentasi : Pengumpulan data atau informasi melalui
catatan-catatan dan arsip yang ada hubungannya
dengan kesehatan klien.
3. Teknik Penulisan
Penulisan karya tulis ilmiah dibagi dalam lima bab dengan
sistematika berikut:
BAB I Berisikan tentang pendahuluan yang memuat latar
belakang, tujuan penulisan, manfaat penulisan,
metode dan teknik penulisan.
BABII Berisikan tentang tinjauan teoritis yang memuat
konsep dasar penyakit dan konsep asuhan
keperawatan.

5
BABIII Berisikan tentang tinjauan kasus yang memuat
pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan,
intervensi keperawatan, implementasi keperawatan
dan evaluasi keperawatan.

BAB IV Berisikan tentang pembahasan dan pemecahan


masalah yang ditemukan dengan penerapan asuhan
keperawatan.

BAB V Berisikan tentang penutup yang memuat kesimpulan


dan saran.

Diakhiri dengan daftar pustaka dan lampiran-lampiran.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Keluarga

1. Defenisi Keluarga

Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yangtergabung

karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan

mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan

didalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan

kebudayaan (Friedman, 2010).

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari

kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu

tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan

(Departemen Kesehatan RI, 2014).Keluarga adalah anggota rumah tangga

yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi, atau

perkawinan(WHO, 2012).

b. Struktur Keluarga

Kekuasaan keluarga sebagai karakteristik system keluarga adalah

kemampuan atau potensial, actual dari individu anggota keluarga yang

lain. Terdapat 5 unit berbeda yang dapat dianalisis dalam karakteristik

kekuasaan keluarga yaitu : kekuasaan pernikahan (pasangan orang

dewasa), kekuasaan orang tua, anak, saudara kandung dan kekerabatan.

Sedangkan pengambil keputusan adalah teknik interaksi yang digunakan

7
anggota keluarga dalam upaya mereka untuk memperoleh kendali dan

bernegosiasi atau proses pembuatan keputusan.

Lain halnya menurut Padila (2012), struktur keluarga

menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga di

masyarakat.Ada beberapa struktur keluarga yang ada di Indonesia

diantaranya adalah :

a. Patrilineal :Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah

dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui

jalur ayah.

b. Matrilineal :Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah

dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur

ibu.

c. Matriloka :Sepasang suami istri yang tinggal besama keluarga sedarah

ibu.

d. Patrilokal :Sepasang suami istri yang tinggal besama keluarga sedarah

ayah..

e. Keluarga kawin :Hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan

keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga

karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

c. Ciri – ciri Struktur Keluarga

Ciri adalahtanda khas yang membedakan sesuatu dari yang lain

atau tanda pada organisme yang merupakan interaksi antargen atau

antargen dan lingkungan; adapun ciri – ciri struktur keluarga antara lain:

8
a. Terorganisasi : saling berhubungan, saling ketergantungan antara

anggota keluarga

b. Ada keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka

juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya

masing – masing.

c. Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga mempunyai

peranan dan fungsinya masing – masing.

Ciri – ciri keluarga Indonesia adalah suami sebagai pengambil

keputusan, merupakan suatu kesatuan yang utuh, berbentuk monogram,

bertanggung jawab, mengambil keputusan, meneruskan nilai – nilai

budaya bangsa, ikatan kekeluargaan sangat erat, mempunyai semangat

gotong royong.

d. Elemen struktur keluarga

Elemen dan struktur keluarga :

1) Struktur peran keluarga : menggambarkan peran masing – masing

anggota keluarga baik di dalam keluarganya sendiri maupun peran

dilingkungan masyarakat

2) Nilai atau norma keluarga : menggambarkan nilai dan norma yang

dipelajari dan diyakini dalam keluarga.

3) Pola komunikasi keluarga : menggambarkan bagaimana cara pola

komunikasi diantara orang tua, orang tua dan anak, diantara anggota

keluarga ataupun dalam keluarga.

9
4) Struktur kekuatan keluarga : menggambarkan kemampuan anggota

keluarga untuk mengendalikan atau mempengaruhi orang lain dalam

perubahan perilaku ke arah positif.

e. Bentuk Keluarga

Bentuk-bentuk keluarga :

1) Tradisional

a) The nuclear family (keluarga inti) : keluarga yang terdiri dari

suami, istri dan anak

b) The dyad family : keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa

anak) yang hidup bersama dalam satu rumah

c) Keluarga usila: keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah

tua dengan anak sudah memisahkan diri

d) The childress family : keluarga tanpa anak karena terlambat

menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya, yang

disebabkan karena mengejar karir atau pendidikan yang terjadi

pada wanita

e) The extended family (keluarga luas/ besar) : keluarga yang terdiri

dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah seperti

nuclear family disertai : paman, tante, orang tua (kakek – nenek),

keponakan, dll

f) The single parent family (keluarga duda/ janda) : keluarga yang

terdiri dari satu orang tua (ayah dan ibu) dengan anak, hal ini

biasanya melalui proses perceraian, kematian dan ditinggalkan

(menyalahi hokum pernikahan)

10
g) Communter family : kedua orang tuanya bekerja di kota yang

berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan

orang tua yang bekerja diluar kota bisa berkumpul pada anggota

keluarga pada saat akhir pecan (week – end)

h) Multigenerational family : keluarga dengan beberapa generasi atau

kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.

i) Kin – network family : beberapa keluarga inti yang tinggal dalam

satu rumah atau saling berdekatan dan saling menggunakan barang

– barang dan pelayanan yang sama. Misalnya : dapur, kamar

mandi, televisi, telepon,dll.

j) Blended family : keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang

menikah kembali dan membesarkan anak dari perkawinan

sebelumnya

k) The single adult / living alone / single-adult family : keluarga yang

terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau

perpisahan (separasi), seperti perceraian atau ditinggal mati.

2) Non – Tradisional

a) The unmarried teenage mother : keluarga yang terdiri dari orang

tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah

b) The strepparent family : keluarga dengan orang tua tiri

c) Commune family : beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya)

yang tidak ada hubungan saudara, yang hidup bersama dalam satu

rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama,

11
sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok/ membesarkan

anak bersama’

d) The nonmorital heterosexual cohabiting family : keluarga yang

hidup bersama berganti – ganti pasangan tanpa melalui pernikahan

e) Gay and lesbian families : seseorang yang mempunyai persamaan

sex hidup bersama sebagaimana pasangan suami-istri (marital

partners)

f) Cohabitating couple : orang dewasa yang hidup bersama diluar

ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu

g) Group marriage family : beberapa orang dewasa yang

menggunakan alat – alat rumah tangga bersama, yang merasa telah

saling menikah satu dengan yang lainnya, berbagi sesuatu,

termasuk sexual dan membesarkan anaknya.

h) Group network family : keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/

nilai – nilai, hidup berdekatan satu sama lain dan saling

menggunakan barang – barang rumah tangga bersama, pelayanan

dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.

i) Foster family : keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan

keluarga/ saudara dalam waktu sementara, pada saat orangtua anak

tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali

keluarga yang aslinya.

j) Homeless family : keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai

perlindungan yang permanen karena krisis personal yang

12
dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan

mental

k) Gang : sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang – orang

muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang

mempunyai perhatian, tetapi berkembang dalam kekerasan dan

criminal dalam kehidupannya

f. Peranan Keluarga

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku

interpersonal, sifat, kegiatan, yang berhubungan dengan individu dalam

posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh

harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.

Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut:

1. Peranan ayah : ayah sebagai suami dari istri, berperan sebagai pencari

nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala

keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya, serta sebagai

anggota masyarakat dari lingkungannya.

2. Peranan ibu : sebagai istri dan ibu dari anak – anaknya, ibu

mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh

dan pendidik anak – anaknya, pelindung dan sebagai salah satu

kelompok dari peranan sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat

dari lingkungannya, disamping itu juga dapat berperan sebagai pencari

nafkah tambahan dalam keluarganya.

13
3. Peranan anak : anak – anak melaksanakan peranan psiko – sosial

sesuai dengan tingkat perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan

spiritual

g. Fungsi keluarga

Fungsi keluarga adalah :

1. Fungsi biologis : meneruskan keturunan, memelihara dan

membesarkan anak, memenuhi kebutuhan gizi keluarga, memelihara

dan merawat anggota keluarga

2. Fungsi psikologis : memberikan kasih sayang dan rasa aman,

memberikan perhatian diantara anggota keluarga, membina

pendewasaan kepribadian anggota keluarga, memberikan identitas

keluarga

3. Fungsi sosialisasi : membina sosialisasi pada anak, membentuk norma

– norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak,

meneruskan nilai – nilai budaya keluarga

4. Fungsi ekonomi : mencari sumber – sumber penghasilan untuk

memenuhi kebutuhan keluarga, mengaturan penggunaan penghasilan

keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga, menabung untuk

memenuhi kebutuhan – kebutuhan keluarga di masa yang akan datang

(pendidikan, jaminan hari tua)

5. Fungsi pendidikan : menyekolahkan anak untuk memberikan

pengetahuan, ketrampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan

bakat dan minat yang dimilikinya, mempersiapkan anak untuk

kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi peranannya

14
sebagai orang dewasa, mendidik anak sesuai dengan tingkat – tingkat

perkembangan.

h. Tahap Perkembangan Keluarga

Tahap perkembangan keluarga dimulai ketika pasangan memulai

hidup baru dalam jenjang pernikahan dan berakhir ketika mereka masuk

kategori lanjut usia (SehatQ, 2020). Secara rinci, berikut tahap

perkembangan keluarga yang dilalui nyaris setiap keluarga di dunia:

1. Tahap pasangan menikah dan belum memiliki anak (beginning family)

Pada tahap ini, pria dan wanita akan saling melakukan

penyesuaian atas sifat dari masing-masing individu yang baru menjalin

pernikahan. Tugas perkembangan pada fase ini adalah:

a) Membina hubungan intim dan memuaskan

b) Mendiskusikan visi dan misi keluarga, termasuk rencana memiliki

anak atau menundanya

c) Menjalin hubungan baik dengan masing-masing keluarga dari

suami maupun istri.

2. Tahap kelahiran anak pertama (child bearing family)

Tahap ini terjadi ketika pasangan suami-istri tengah

menantikan kelahiran anak pertamanya. Tahap perkembangan keluarga

ini akan berlangsung hingga anak kemudian lahir dan berusia hingga

30 bulan.Tugas perkembangan pada fase ini adalah:

a) Mempersiapkan diri untuk menjadi orangtua

b) Melakukan adaptasi menyusul peran sebagai orangtua baru

c) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.

15
3. Keluarga dengan anak sekolah (families with preschoolers)

Tahap perkembangan keluarga ini dimulai saat anak berusia 2,5

tahun hingga 5 tahun. Di fase ini, beberapa keluarga juga mulai

memiliki anak kedua sehingga orangtua harus membagi fokus antara

menyiapkan keperluan anak sekolah dengan kebutuhan anak kedua

yang masih bayi.Pada fase ini, tugas sebagai orangtua adalah:

a) Memastikan rasa aman setiap anggota keluarga

b) Membantu anak untuk bersosialisasi

c) Beradaptasi dengan bayi baru lahir sambil memenuhi kebutuhan

anak lain

d) Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam keluarga

maupun dengan masyarakat

e) Pembagian waktu untuk individu, pasangan, dan anak.

4. Keluarga dengan anak sekolah (families with children)

Tahap ini bisa dibilang sebagai tahap perkembangan keluarga

dengan aktivitas paling sibuk. Saat ini, anak tertua akan berusia 6-12

tahun dengan aktivitas yang padat, begitu pula orangtua yang harus

bekerja atau beraktivitas dengan agendanya sendiri.Tugas orangtua

pada fase ini mirip dengan tahap keempat, misalnya membantu anak

beradaptasi dengan lingkungan dan menjaga keintiman dengan

pasangan. Sedangkan tugas tambahan lainnya adalah menyiapkan

kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat.

16
5. Keluarga dengan anak remaja (families with teenagers)

Remaja di sini adalah anak yang berusia mulai dari 13 tahun

hingga 19-20 tahun. Tahap perkembangan keluarga ini bisa lebih

singkat jika anak pertama yang beranjak remaja memutuskan hidup

terpisah dengan orangtua, misalnya mengenyam pendidikan di luar

kota.Selain bertugas menjaga keharmonisan keluarga, tahap

perkembangan keluarga ini juga menantang orangtua untuk

membangun komunikasi yang baik dengan anak. Orangtua wajib

memberi kebebasan pada anak, namun juga memberi tanggung jawab

sesuai usia dan kemampuan anak.

6. Keluarga dengan anak dewasa (launching center families)

Tahap perkembangan keluarga ini dimulai saat anak pertama

memutuskan keluar dari rumah orangtua. Oleh karena itu, orangtua

bertugas membantu anak untuk mandiri sambil menata kembali peran

mereka di dalam rumah tangga dengan anggota keluarga yang masih

ada.

7. Keluarga usia pertengahan (middle age families)

Tahap perkembangan keluarga memasuki masa-masa akhir

ketika anak terakhir telah meninggalkan rumah atau orangtua

menjelang waktu pensiun. Pada fase ini, tugas utama Anda adalah

menjaga kesehatan dengan pola hidup sehat, diet seimbang, olahraga

rutin, menikmati hidup, sambil tetap menjaga keharmonisan dengan

pasangan.

17
8. Keluarga usia lanjut

Terakhir, tahap perkembangan keluarga akan masuk kategori

usia lanjut saat suami-istri telah pensiun hingga salah satunya

meninggal dunia. Di saat inilah suami-isteri bertugas untuk saling

merawat dan mempertahankan hubungan baik dengan anak dan sosial

masyarakat.

i. Perawatan Kesehatan Keluarga

Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan

masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau

kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan

sebagai saran/penyalur.Alasan Keluarga sebagai Unit Pelayanan :

1. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga

yang menyangkut kehidupan masyarakat

2. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah,

mengabaikan atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam

kelompoknya

3. Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, dan

apabila salah satu angota keluarga mempunyai masalah kesehatan

akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya

4. Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu

(pasien), keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam

memelihara kesehatan para anggotanya

5. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk

berbagai upaya kesehatan masyarakat.

18
j. Tugas-tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan

Dikaitkan dengan kemampuan keluarga dalam melaksanakan 5

tugas keluarga di bidang kesehatan yaitu :

1. Mengenal masalah kesehatan keluarga

Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan

karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena

kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga

habis. Ketidaksanggupan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan

pada keluarga salah satunya disebabkan oleh kurangnya pengetahuan.

Kurangnya pengetahuan keluarga tentang pengertian, tanda dan gejala,

perawatan dan pencegahan penyakit

2. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluara

Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari

pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan

pertimbangkan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan

memutuskan menentukan tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang

dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan

dapat dikurangi bahkan teratasi. Ketidaksanggupan keluarga

mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat,

disebabkan karena keluarga tidak memahami mengenai sifat, berat dan

luasnya masalah serta tidak merasakan menonjolnya masalah.

3. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.

Keluarga dapat mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi

keluarga memiliki keterbatasan. Ketidakmampuan keluarga merawat

19
anggota keluarga yang sakit dikarenakan tidak mengetahui cara

perawatan pada penyakitnya. Jika demikian, anggota keluarga yang

mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan

atau perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan.

4. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan

keluarga

Pemeliharaan lingkungan yang baik akan meningkatkan kesehatan

keluarga dan membantu penyembuhan. Ketidakmampuan keluarga

dalam memodifikasi lingkungan bisa di sebabkan karena terbatasnya

sumber-sumber keluarga diantaranya keuangan, kondisi fisik rumah

yang tidak memenuhi syarat.

5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi

keluarga

Kemampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas pelayanan

kesehatan akan membantu anggota keluarga yang sakit memperoleh

pertolongan dan mendapat perawatan segera agar masalah teratasi.

k. Peran Perawat Keluarga

Peran perawat keluaga dalam melaksanakan asuhan keperawatan

keluarga adalah :

1. Pendidik

Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga

agar keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga

secara mandiri, bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan

keluarga

20
2. Koordinator

Diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang

komprehensif dapat tercapai. Koordinasi juga sangat diperlukan untuk

mengatur program kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu

agar tidak terjadi tumpang tindih dan pengulangan.

3. Pelaksana

Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah, klinik

maupun di rumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan

perawatan langsung. Kontak pertama perawat kepada keluarga

melalui anggota keluarga yang sakit. Perawat dapat

mendemonstrasikan kepada keluarga asuhan keperawatan yang

diberikan dengan harapan keluarga nanti dapat melakukan asuhan

langsung kepada anggota keluarga yang sakit.

4. Pengawas kesehatan

Sebagai pengawas kesehatan, perawat harus melakukan home visite

atau kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau

melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga.

5. Konsultan

Perawat sebagai narasumber bagi keluarga di dalam mengatasi

masalah kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat kepada

perawat, maka hubungan perawat-keluarga harus dibina dengan baik,

perawat harus bersikap terbuka dan dapat dipercaya.

6. Kolaborasi

21
Perawat komunitas juga harus bekerja dama dengan pelayanan rumah

sakit atau anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap

kesehatan keluarga yang optimal.

7. Fasilitator

Membantu keluarga dalam menghadapi kendala untuk meningkatkan

derajat kesehatannya. Agar dapat melaksanakan peran fasilitator

dengan baik, maka perawat komunitas harus mengetahui sistem

pelayanan kesehatan (sistem rujukan, dana sehat, dll).

8. Penemu kasus

Mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini, sehingga tidak

terjadi ledakan atau wabah.

9. Modifikasi lingkungan

Perawat komunitas juga harus dapat mamodifikasi lingkungan, baik

lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat, agar dapat

tercipta lingkungan yang sehat.

B. Konsep Penyakit Diabetes melitus

1. Definisi Penyakit

Diabetes mellitus adalah gangguan metabolic yang ditandai oleh

hiperglikemia(kenaikan kadar glukosa) akibat kurangnya hormon insulin,

menurunnya efek insulin atau keduanya. (kowalak,dkk. 2016). Diabetes

Mellitus adalah penyakit metabolisme yang merupakan suatu kumpulan

gejala yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar

glukosa darah di atas nilai normal. Penyakit ini disebabkan gangguan

22
metabolisme glukosa akibat kekurangan insulin baik secara absolut

maupun relatif.(Kemenkes, 2013).

Diabetes mellitus adalah gangguan metabolism yang ditandai

dengan hiiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas

metabolism karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh

penurunan sekresi insulin atau aktivitas insulin atau keduanya dan

menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskuler, dan neuropati.

2. Etiologi

1) Diabetes Melitus tipe I (IDDM/ Insulin Dependent Diabetes Mellitus)

a. Faktor genetik/ herediter : peningkatakan kerentanan sel – sel beta

dan perkembangan antibody autoimun terhadap penghancuran sel –

sel beta.

b. Faktor infeksi virus : infeksi virus coxsakie pada individu yang

peka secara genetic

c. Faktor imunologi : Respon autoimun abnormal yaitu antibody

menyerang jaringan normal yang dianggap jaringan asing

2) Diabetes Melitus tipe II (NIDDM/ Non Insulin Dependent Diabetes

Mellitus)

a. Obesitas.

b. Obesitas menurukan jumlah reseptor insulin dari sel target

diseluruh tubuh, insulin yang tersedia menjadi kurang efektif

dalam meningkatan efek metabolic.

b. Usia : cenderung meningkat diatas usia 65 tahun

c. Riwayat keluarga

23
d. Kelompok etnik

3) Diabetes Melitus Malnutrisi

Kekurangan protein kronik menyebabkan hipofungsi pancreas

4) Diabetes Mellitus tipe lain : Penyakit pancreas, Penyakit hormonal,

Obat – obatan : aloxan, streptozokin, derivate thiazide

3. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis diabetes melitus dikaitkan dengan konsekuensi

metabolik defisiensi insulin :

1) Kadar glukosa puasa tidak normal

2) Hiperglikemia berat berakibat glukosaria yang akan menjadi dieresis

osmotic yang meningkatkan pengeluaran urin (poliuria) dan timbul

rasa haus (polidipsia)

3) Rasa lapar yang semakin besar (polifagia), berat badan berkurang

4) Lelah dan mengantuk

5) Gejala lain yang dikeluhkan adalah kesemutan, gatal, mata gatal, mata

kabur, impotensi, peruritas vulva

4. Klasifikasi

1) Klasifikasi klinis

a. Diabetes MelitusTipe I/ IDDM : disebabkan oleh destruksi sel beta

pulau langerhans akibat proses autoimun

b. Diabetes MelitusTipe II/ NIDDM : disebabkan oleh kegagalan

relative sel beta dan resistensi insulin. Resistensi insulin adalah

turunya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan

glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi

24
glukosa oleh hati : Tipe II dengan obesitas, Tipe II tanpa

obesitas,gangguan toleransi glukosa, diabetes kehamilan

2) Klasifikasi resiko statistic

a. Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa

b. Berpotensi menderita kelainan glukosa

5. Patofisiologi

Diabetes melitus tipe I.Pada diabetes tipe I terdapat

ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel – sel beta

pancreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemia puasa

terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Disamping itu

glukosa yang berasal dari makanan dapat disimpan dalam hati meskipun

tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia posprandial

(sesudah makan) Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka

ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar,

akibtanya glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosaria). Ketika

glukosa yang berlebihan dieksresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan

disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini

dinamakan dieresis osmotic. Sebagai akibat dari dari kehilangan cairan

berlebihan. Pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria)

dan rasa haus (polidipsia).

Defisiensi insulin juga akan mengganggu metabolism protein dan

lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami

peningkatan selera makan (polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori.

Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan

25
normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang

disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukkan glukosa baru dari asam –

asam amino dan substansi lain). Namun pada penderita defisiensi insulin,

proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut

menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak

yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton merupakan asam

yang mengganggu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya

berlebihan.

Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda –

tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi,

nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan

kesadaran, koma bahkan kematian. Pemberian insulin bersama cairan dan

elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan

metabolic tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemia serta ketoasidosis.

Diet dan latihan disertai pemantauan kadar gula darah yang sering

merupakan komponen terapi yang penting.

Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat 2 masalah utama

yang berhubungan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi

insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada

permukaan sel sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor

tersebut.Terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolism glukosa di

dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan

penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak

efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.

26
Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah

terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah

insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa akan

dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun

demikian, jika sel – sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan

kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi

diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang

merupakan cirri khas diabetes mellitus tipe II, namun masih terdapat

insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak

dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu ketoasidosis

diabetic tidak terjadi pada diabetes melitus tipe II. Meskipun demikian,

diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut

lainnya yang dinamakan sindrom nonketoik (HHNK). Diabetes melitus

tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih dari

30 tahun dan obesitas. Akibat intolerasi glukosa yang berlangsung lambat

(selama bertahun – tahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II

dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala

tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas,

poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang laa sembuh, infeksi

vagina/pandangan yang kabur (jika kadar glukosanya sangat tinggi).

27
6. PathwayDiabetes Melitus

Bagan. 1 Pathway Diabetes Melitus


(Amin Huda Nurarif, 2015)

28
7. Data Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk membantu menegakkan

diagnosa medis pasien diabetes melitus adalah :

1) Glukosa darah : gula darah puasa > 130 ml/dl, tes toleransi glukosa >

200mg/dl, 2 jam setelah pemberian glukosa

2) Aseton plasma (keton) positif secara mandiri

3) Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat

4) Osmolalitas serum : meningkat tapi biasanya < 330 mosm/l

5) Elektrolit : Na mungkin normal, meningkat atau menurun, K normal atau

peningkatan semu selanjutnya akan menurun, fosfor sering menurun

6) Gas darah arteri : menunjukkkan pH rendah dan penurunan HCO3

7) Trombositdarah :Ht meningkat (dehidrasi), leukositosis dan

hemokonsentrasi merupakan respon terhadap stress atau infeksi

8) Ureum atau kreatinin : mungkin meningkat atau normal

9) Insulin darah : mungkin menurun atau tidak ada (Tipe I) atau normal

sampai tinggi (tipe II)

10) Urine : gula dan aseton positif

11) Kultur dan sensitivitas : kemungkin adanya ISK, infeksi pernapasan dan

infeksi luka

8. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien diabetes melitus adalah:

1) Komplikasi akut beupa hipoglikemia, sindrom hiperglikemia

Hiperosmolar non ketotik, ketoasidosis diabetic

2) Komplikasi kronik (umumnya terjadi 10 – 15 tahun setelah awitan) :

29
a. Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai mata

(retinopati) dan ginjal (nefropati). Control kadar glukosa darah untuk

memperlambat atau menunda awitan baik komplikasi mikrovaskular

maupun makrovaskular

b. Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai sirkulasi

koroner, vascular perifer, dan vascular serebral

c. Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik motorik dan autonomi

serta menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki

d. Rentan infeksi, seperti tuberculosis paru dan infeksi saluran kemih

e. Ulkus/gangrene/kaki diabetik.

9. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pasien dengan diabetes melitus terdiri dari :

1) Penatalaksanaan Medis

Ada lima komponen dalam penatalaksaan diabetes melitus yaitu :

a. Diet

a) Memperbaiki kesehatan umum penderita

b) Mengarahkan pada berat badan normal

c) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetic

d) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita

e) Menarik dan mudah diberikan

f) Prinsip diet diabetes mellitus yaitu : jumlah sesuai kebutuhan,

jadwal diit ketat, jenis : boleh dimakan atau tidak

b. Latihan

30
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita diabetes

melitus, adalah :

1) Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 1 jam

sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada

penderita dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor

insulin dan meningkatkan sensivitas insulin dengan reseptornya

2) Mencegah kegemukan bila ditambah latihan pagi dan sore

3) Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai oksigen

4) Meningkatkan kadar kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah

karena pembakaran asam lemak menjadi lebih baik

c. Penyuluhan

d. Obat

1. Obat OAD (Oral Anti Diabetes)/ obat hipoglikemik oral (OHO)

2. Insulin

3. Cangkok pancreas

C. Konsep Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

1. Data umum

Data umum keluarga meliputi nama kepala keluarga, alamat, pekerjaan

dan pendidikan kepala keluarga, komposisi dan tipe keluarga, suku

bangsa, agama, status sosial ekonomi dan aktivitas rekreasi.

2. Sumber Data Pengkajian

2.1 Sumber data Primer

31
Sumber data primer adalah data-data yang dikumpulkan dari klien,

yang dapat memberikan informasi yang lengap tentang masalah

kesehatan dan keperawatan yang dihadapinya.

2.2 Sumber data Sekunder

Sumber data sekunder adalah data-data yang diumpulkan dari orang

terdekat klien (keluarga), seperti orang tua, saudara, atau pihak lain

yang mengerti dan dekat dengan klien.

2.3 Sumber data lainnya

Catatan klien (perawatan atau rekam medis klien) yang merupakan

riwayat penyakit dan perawatan klien di masa lalu.

3. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

a. Tahap perkembangan keluarga saat ini : Tahap perkembangan

keluarga ditentukan dengan anak tertua dari keluarga ini.

b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi :

Menjelaskan mengenai tugas yang belum terpenuhi serta

kendala mengapa tugas perkembangan tersbut belum terpenuhi.

c. Riwayat keluarga inti : Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan

keluarga inti.

d. Riwayat keluarga sebelumnya : Menjelaskan mengenai riwayat

kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri.

4. Pengkajian lingkungan

Pengkajian lingkungan meliputi karakteristik rumah, tetangga dan

komunitas RW, mobilitas geografis keluarga, perkumpulan dan

interaksi dengan masyarakat dan sistem pendukung keluarga.

32
5. Struktur keluarga

Struktur keluarga meliputi pola komunikasi keluarga, struktur

kekuatan keluarga, struktur peran dan nilai atau norma keluarga.

6. Fungsi keluarga

a. Fungsi efektif: Bagaimana kehangatan tercipta pada anggota

keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling

menghargai.

b. Fungsi sosialisasi : Bagaimana interaksi atau hubungan dalam

keluarga, sejauhmana anggota keluarga belajar disiplin, norma,

budaya dan perilaku.

c. Fungsi perawatan kesehatan, menjelaskan sejauh mana keluarga

menyediakan makanan, pakaian, perlindungan serta merawat

anggota keluarga yang sakit.

d. Fungsi reproduksi : Hal yang perlu dikaji adalah berapa jumlah

anak, metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya

mengendalikan jumlah anak.

e. Fungsi ekonomi : Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan

sandang, pangan dan papan, serta sejauh mana keluarga

memanfaatkan sumber yang ada untuk peningkatan status

kesehatan keluarga.

7. Stress dan kopping keluarga

Stress dan kopping keluarga meliputi stressor jangka pendek dan

panjang, kemampuan keluarga berespon terhadap stressor, strategi

koping yang digunakan dan strategi adaptasi disfungsional.

33
8. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga.

2. Diagnosis dan Intervensi Keperawatan

Diagnosis keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai

respon individu, keluarga mmaupun kelompok terhadap suatu proses

kehidupan/masalah tentang kesehatan secara aktual atau potensial

yang kemungkinan membutuhkan tindakan keperawatan untuk

memecahkan masalah tersebut (Bararah Taqiyyah & Mohammad Jauhar,

2013).

Diagnosis keperawatan yang muncul pada penderita diabetes

mellitus sesuai dengan prioritas masalah antara lain (SDKI, Edisi 1.

2018):

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (D.0077)

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri (D.0054)

3. Risiko Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan

dengan dengan ketidakpatuhan dalam pengobatan (D.0027

Setelah merumuskan diagnosis keperawatan, maka intervensi

dan aktivitas keperawatan perlu ditetapkan untuk mengurangi,

menghilangkan, dan mencegah masalah keperawatan pendrita. Tahap

ini disebut perencanaan keperawatan yang meliput penentuan prioritas,

Diagnosa Keperawatan, menetapkan sasaran dan tujuan, menetapkan

kriteria evaluasi dan merumuskan intervensi dan aktivitas

keperawatan (Taqiyyah Burarah & Mohammad Jauhar, 2013).Berikut

34
adalah rencana asuhan keperawatan keluarga dengan Diabetes Melitus

(SIKI, Edisi 1. 2018) :

Tabel 2.1 Perencanaan Keperawatan (Diagnosa Individu)

NO DIAGNOSIS TJUAN /LUARAN INTERVENSI

1. Nyeri akut Kontrol nyeri Manajemen Nyeri


berhubungan meningkat, kriteria 1. Identifikasi
dengan agen hasil : lokasi,
cedera biologis 1. Melaporkan nyeri karakteristik,
terkontrol : durasi, frekuensi,
meningkat kualitas dan
2. Keluhan nyeri : intesitas nyeri
menurun 2. Identifikasi skala
3. Kemampuan nyeri
mengggunakan 3. Ajarkan teknik
teknik non non farmakologis
farmakologis : 4. Kolaborasi
meningkat pemberian
analgetik

2. Gangguan Mobilitas fisik Dukungan


mobilitas fisik meningkat, kriteria perawatan diri
berhubungan hasil: 1. Identifikasi
dengan nyeri 1. Nyeri menurun kebiasaan
2. Kelemahan fisik aktivitas
menurun merawat diri
3. Kekuatan otot sesuai usia
meningkat 2. Monitor tingkat
4. ROM meningkat kemandirian
3. Sediakan
lingkungan
terapeutik
4. Ajarkan
melakukan
perawatan diri
secara konsisten
sesuai
kemampuan

3. Risiko Kestabilan kadar Manajemen


ketidakstabilan glukosa darah hiperglikemia
kadar glukosa meningkat, riteria hasil: 1. Monitor tanda
darah 1. Kestabilan Kadar dan gejala
berhubungan Glukosa Darah hiperglikemia
dengan membaik. 2. Konsultasi

35
ketidakpatuhan 2. Rasa haus menurun medis jika tanda
dalam 3. Keluhan lapar dan gejala
pengobatan menurun hiperglikemia
4. Jumlah urine tetap ada dan
membaik memburuk
3. Anjurkan
monitor kadar
glukosa darah
4. Anjurkan
kepatuhan
terhadap diet
dan olahraga

Tabel 2.2 Perencanaan Keperawatan (Diagnosa Keluarga)


Diagnosa keperawatan SLKI SIKI

Defisit pengetahuan b.d. Tingkat Edukasi Proses


ketidakmampuan pengetahuan Penyakit
keluarga mengenal meningkat 1. Identifikasi
masalah kesehatan Dengan kriteria kesiapan dan
keluarga hasil: kemampuan
- Perilaku sesuai menerima
anjuran informasi
meningkat 2. Sediakan materi
- Pertanyaan dan media
tentang masalah pendidikan
menurun kesehatan
- Menjalani 3. Jadwalkan
pemeriksaan pendidikan
yang tidak tepat kesehatan sesuai
menurun kesepakatan
- Pengetahuan 4. Jelaskan
tentang penyakit penyebab dan
meningkat fakto risiko
penyakit
5. Jelaskan tanda
dan gejala
penyakit
6. Jelaskan
kemungkinan
terjadinya
komplikasi
7. Anjurkan melapor
jika merasakan
tanda dan gejala
memberat

36
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian Keperawatan

1.Data Keluarga

a. NamaKK : Tn. L

b. PekerjaanKK : Petani

c. PendidikanKK : SD

d. Agama:Islam

e. Alamat : Kel.Benuanirae Kec. Abeli

f. Tanggal pengkajian : 6April2020

g. Komposisi Anggota Keluarga :

2.Komposisi Keluarga

Status Imunisasi
No Nama JK Pddkn Penyakit/Keluhan
BCG DPT POLIO Hepatitis Campak
1. Ny. P SD - - - - - Sakit
W DM type 2

3.Genogram

58
th 55th

37
Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien

: Garis Pernikahan

: Garis Keturunan

: Tinggal serumah

: Laki-laki sudah meninggal

: Perempuan Sudah meninggal

4.Tipe Keluarga

Tipe keluarga Tn. L merupakan tipe keluarga inti yaitu keluarga yang

terdiri dari suami istri dengan anak sudah memisahkan diri karena sudah

menikah.

5.Suku Bangsa

Keluarga Tn. L. mengunakan Bahasa Indonesiadan bahasa daerah

muna.Dalam berhubungan sosial, keluarga tidak memandang etnis dan

saling bekerjasama antara satu dengan yang lainnya, tempat tinggal

keluarga berbentuk rumah dan tidak dipengaruhi oleh budaya tradisional

ataupun modern. Dalam keluarga tidak ada kebiasaan untuk diet maupun

mengurangi makanan asin dan manis, serta cara berpakaian tidak dipengaruhi oleh

budaya tradisional ataupun modern.

6.Agama

Seluruh anggota keluarga Tn. L beragama Islam dan dalam pelaksanaan

kegiatan beribadah sesuai dengan agama yang dianut yaitu shalat.Agama

38
dijadikan sebagai dasar keyakinan oleh keluarga Tn. L dalam membina

hubungan baik dengan sesama.

7.Status sosial ekonomi keluarga

Tn. L dan Ny.W bekerja sebagai petani.Penghasilan Tn.L tidak

menentu.Penghasilan yang didapatkan keluarga Tn. L mencukupi untuk

kebutuhan sehari-hari dan ditambah bantuan dari anak-anaknya yang sudah

menikah. Pengelola keuangan dalam keluarga yaitu Ny. W.

8.Aktivitas Rekreasi Keluarga

Keluaraga Tn. L mengatakan jarang berekreasi, dan bila ada waktu

senggang digunakan untuk menonton TV dan menonton TV bersama.

9.Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

Saat ini Tn.L dan Ny. W berada dalam tahap perkembangan keluarga usia

lanjut dimana semua anak-anaknya telah hidup terpisah dengan orang

tuanya dan sudah menikah.

10. Riwayat Keluarga Inti

Tn.L tidak memiliki riwayat penyakit. Istri Tn. L yaitu Ny. W saat ini

sedang menderita penyakit diabetes melitus.Ny. W mengetahui mengalami

sakit gula 1 tahun yang lalu. Tn. L dan Ny.W tidak mengatahui secara

rinci dan bertanya tentang penyakitnya baik mengenai pengertian, tanda

dan gejala serta komplikasi jika penyakitnya jika dibiarkan sehingga Ny.

W tidak penah lagi kontrol gula sejak 6 bulan yang lalu.Ny. Whanya tahu

untuk diminta berpantang makanan manis tetapi kadang masih

memakannya. Ny. W mengatakan sering merasa haus, sering kencing,

cepat lapar sehingga pola makan tidak tentu, sering merasa kesemutan.Ny.

39
W mengeluh badannya lemas dan kesulitas untuk beraktivitas berat.Ny.

GDS 250 mg/dl. Tn. L dan Ny. W tidak memiliki sikap negatif atau

kurang percaya terhadap petugas kesehatan.

11. Riwayat keluarga sebelumnya

Tn. L dan Ny. W mengatakan tidak mengetahui tentang riwayat penyakit

keluarga sebelumnya.

12. Lingkungan Perumahan

Tn. L tinggal di rumah permanen milik sendiri.dengan komposisi 1 ruang

tamu, 3 kamar tidur, 1 kamar mandi, 1 ruang keluarga,1 dapur dan

lantainya semen, penerangan menggunakan lampu listrik, mempunyai

jendela dan ventilasi,kebersihan baik,lantai rumah bersih, memiliki saluran

pembuangan air limbah. Tn. L dan Ny. W mengetahui pentingnya

membersihkan lingkungan rumah.

Denah Rumah Tn. L

E D U

A C B

B B

Keterangan:

A : Ruang Tamu

B : Ruang Tidur

C :Ruang keluarga

40
D : Dapur

E : Wc / kamar mandi

Jendela:

Pintu :

13. Pengelolaan sampah

Tn. L dan Ny. W mempunyai tempat pembuangan sampah sendiri,

dibuang di tempat pembuangan sampah yang ada di sekitar lingkungan

rumah.

14. Sumber air

Sumber air yang digunakan adalah sumur gali.Keadaan air jernih, tidak

berbaudan tidak berasa.Sumber air minum dari air sumur yang di masak

kadang air gallon.

15. Jamban Keluarga

Tn. L dan Ny. W memiliki WC sendiri dengan jamban leher angsa.Jarak

septic tank dengan sumber air ± 15 meter.

16. Pembuangan Air Limbah

Tn. L dan Ny. W mempunyai saluran tempat pembuangan air limbah

yang mengalir langsung keselokan dan jaraknya sangat dekat dari

rumah.Kondisi air selokan hitam dan dapat mengalir lancar.

17. Fasilitas sosial dan fasilitas kesehatan,

Di daerah tempat tinggal Tn. L dan Ny. W terdapat perkumpulan sosial

seperti kegiatan pengajian dan kegiatan Posyandu.Fasilitas kesehatan

yang terdapat di masyarakat yaitu Posyandu, Puskesmas, Rumah sakit

dan Puskesmas keliling.Tn. L dan Ny. W jarang memanfaatkan fasilitas

41
kesehatan yang ada dan memeriksakan kesehatan bila sakit saja. Fasilitas

kesehatan yang ada dapat dijangkau oleh Tn. L dan Ny. W dengan motor,

angkutan umum atau ojek.

18. Karakteristik Tetangga dan Komunitas

Di lingkungan Kelurahan Benua Nirae penduduknya cukup padat, jarak

antar rumah tetangga agak berjauhan, jarak ke jalan raya cukup jauh, dan

letak rumah berada di depan jalan umum serta bisa dilewati oleh motor

dan kendaraan umum. Kondisi lingkungan bersih dan tidak terdapat

sumber polusi dari pabrik.Fasilitas yang terdapat di komunitas yaitu

fasilitas kesehatan, pasar, mesjid, sekolah dan transportasi.

19. Mobilitas Geografis Keluarga

Tn. L dan Ny. W sudah tinggal di lingkungan ini sejak ± 35 tahun yang

lalu dan tidak pernah pindah.

20. Perkumpulan Keluarga dan Iinteraksi dengan Masyarakat

Ny. W mengikuti kegiatan pengajian setiap malam jumat bersama warga

lainnya.

21. Sistem Pendukung Keluarga

Hubungan Tn. L dan Ny. W dengan tetangga atau lingkungan sekitar

baik, cukup erat, saling membantu dan menghargai.Transportasi mudah

didapatkan seperti angkutan umum, ojek dan lain-lain.Di dalam

masyarakat terdapat struktur organisasi yaitu RW, RT.

22. Struktur Keluarga

a. Pola komunikasi keluarga.

42
Tn. L dan Ny. W berkomunikasi dengan baik, saling menghargai bila

ada anggota keluarga sedang berbicara.Bila ada anggota keluarga

yang sedang menghadapi masalah, dibicarakan secara terbuka

sehingga masalah dapat diselesaikan.Keluarga tidak melibatkan emosi

dalam penyampaian pendapat.

b. Struktur kekuatan keluarga

Pengambil keputusan dalam keluarga adalah Tn. L dan Ny. W

mengatur keuangan Keluarga. Dalam proses pengambilan keputusan

dengan cara dimusyawarahkan dahulu sebelumnya.

c. Struktur peran

Tn. L sebagai kepala keluarga yang memimpin keluarga dan mencari

nafkah, sedangkan Ny. W sebagai istri yang bertugas mengatur

keuangan.Keluarga Tn. L melaksanakan perannya dengan baik.

d. Nilai dan norma budaya

Nilai dan norma budaya yang dianut oleh Tn. L dan Ny. W adalah

budaya Muna dan tidak memiliki nilai-nilai kepercayaan serta

kebudayaan yang bertentangan dengan kesehatan maupun agama.

23. Fungsi Keluarga

a. Fungsi afektif

Tn. L dan Ny. W berusaha untuk memenuhi kebutuhan setiap anggota

keluarga, saling membantu jika ada anggota keluarga yang mengalami

kesulitan, saling menghargai, memperhatikan dan percaya antara satu

dengan yang lainnya.

b. Fungsi sosialisasi

43
Tn. L dan Ny. W dapat berinteraksi dengan baik di dalam

lingkungannya. Tanggung jawab dalam keluarga dijalankan dengan

baik seperti Tn. L bekerja mencari nafkah dan Ny. W mengatur rumah

tangga.

c. Fungsi reproduksi

Tn. L memiliki dua anak. Tn. L dan Ny. W dulu mengikuti program

KB dengan menggunakan jenis KB Pil dan sekarang Ny. W sudah

menapouse.

24. Stres dan Koping Keluarga

a. Stresor jangka pendek dan jangka panjang

Stresor jangka pendek yang sedang dialami keluarga adalah Ny. W

mengalami sakit gula. Stresor jangka panjang yang dirasakan oleh

Tn.L adalah Ny. W menderita DM dan sekarang dalam proses

pengobatan dan berhararap setelah sembuh, penyakitnya ini tidak

timbul lagi.

b. Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah

Tn. L dan Ny. W mengatakan bila ada masalah selalu dibicarakan

bersama – samauntuk mencari jalan keluarnya (musyawarah).

c. Strategi koping yang digunakan

Tn. L mengatakan bila ada masalah selalu dibicarakan bersama untuk

mencari jalan keluarnya.

d. Strategi adaptasi disfungsional

Dari hasil pengkajian tidak didapatkan adanya cara keluarga

mengatasi masalah secara maladaptif.

44
e. Harapan keluarga terhadap asuhan keperawatan keluarga

Tn. L dan Ny. W sangat senang dengan kehadiran perawat karena bisa

berbicara mengenai kesehatan, memberikan informasi, sehingga

keluarga menjadi tahu mengenai kesehatannya, Tn. L dan Ny. W

berharap penyakitnya bias sembuh

25. Pemeriksaan Fisik

Tabel 3.1 Pemeriksaan Fisik Keluarga Tn. L

No. Pemeriksaan Tn. L Ny. W


Fisik
1. TTV TD :130 / 70 mmhg TD :130/80 mmhg
N : 72 x/ m N : 76x/m
RR :17 x / m RR :19 x /m
S : 37 ◦C S :36 ◦C

2 Kepala Simetris, bentuk Simetris, bentuk


kepala mesocepal, kepala mesocepal,
rambut beruban rambut cepak dan
hitam
3. Leher Leher tidak ada Leher tidak ada
peningkatan tekanan peningkatan tekanan
vena jugularis dan vena jugularis dan
arteri carotis, tidak arteri carotis, tidak
teraba adanya teraba adanya
pembesaran kelenjar pembesaran kelenjar
tiroid tiroid
4. Mata Konjungtiva tidak Konjungtiva tidak
anemis, tidak ada anemis, tidak ada
katarak, penglihatan katarak, penglihatan
sedikit tidak jelas masih jelas
5. Telinga Simetris, Simetris, masih jelas
Pendengaran kurang dalam indera
jelas, serumen di pendengaran,
dalam telinga dalam serumen di dalam
batas normal telinga dalam batas
normal
6. Hidung Simetris, tidak ada Simetris, tidak ada
polip, indera polip, indera
penciuman masih penciuman masih
berfungsi dengan berfungsi dengan
baik, bernafas tidak baik, bernafas tidak
menggunakan cuping menggunakan

45
hidung cuping hidung
7. Dada Paru – paru Paru – paru
Inspeksi : dada kanan Inspeksi : dada kanan
dan kiri simetris saat dan kiri simetris saat
bernafas bernafas
Palpasi : vocal Palpasi : vocal
vermitus bagian vermitus bagian
kanan dan kiri kanan dan kiri
simetris simetris
Auskultasi : suara Auskultasi : suara
vesikuler tidak ada vesikuler tidak ada
suara tambahan suara tambahan
seperti wheezing dan seperti wheezing dan
ronkhi ronkhi
Jantung Jantung
Inspeksi : tidak Inspeksi : tidak
tampak adanya ictus tampak adanya ictus
cordis cordis
Palpasi : tidak teraba Palpasi : tidak teraba
ictus cordis ictus cordis
Auskultasi : BJ I dan Auskultasi : BJ I dan
BJ II BJ II
8. Abdomen Inspeksi : tidak ada Inspeksi : tidak ada
pembesaran perut pembesaran perut
berlebihan, simetris berlebihan, simetris
Palpasi : tidak ada Palpasi : tidak ada
nyeri tekan di bagian nyeri tekan di bagian
abdomen abdomen
Auskultasi : Auskultasi :
peristaltic usus 18 peristaltic usus 16
kali permenit kali permenit
9. Genitalia Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
10. Mulut Tidak terdapat Tidak terdapat
stomatitis, mukosa stomatitis, mukosa
lembab, indera lembab, indera
pengecapan masih pengecapan masih
berfungsi dengan berfungsi dengan
baik baik
11. Ekstremitas Tidak ada oedema Tidak ada oedema
atas pada ekstremitas atas pada ekstremitas atas

12. Etremitas Tidak ada oedema Tidak ada oedema


bawah pada ekstremitas pada ekstremitas
bawah bawah, kaki sering
kesemutan

46
26. Harapan Keluarga

Tn.L dan Ny.W berpendapat bahwa masalah-masalah yang ada harus

segera dapat diatasi. Tn.L berharap masalah-masalah yang ada dapat

diatasi dan akan berjalan dengan lancar, terutama penyakit diabetes

mellitus yang diderita Ny.W dapat di control dengan pola makan dan

olahraga.

B. Analisa Data

Tabel 3.2 Analisa Data

No Data Etiologi Masalah Keperawatan


1. Faktor resiko: Hiperglikemia Risiko ketidakstabilan
1. Ny. W mengatakan kadar glukosa darah
sudah tidak ↓
kontrol gula lagi
Glukogenesis
sejak 6 bulan yang
lalu ↓
2. Ny. W diminta
berpantang Konpensasi Tubuh
makanan manis
tetapi kadang ↓
masih Rasa lapar
memakannya.
3. Ny.W mengatakan ↓
sering merasa
haus,sering Ketidakseimbangan
kencing, cepat kadar glukosa darah
lapar sehingga
pola makan tidak
tentu
4. Ny.W mengatakan
kakinya merasa
sering kesemutan
5. Ny. W mengeluh
badannya lemas
dan kesulitas
untuk beraktivitas
berat.
6. TTV :
TD :130/80 mmhg
N : 76x/m

47
RR :19 x /m
S :36 ◦c
7. GDS : 250 mg / dl

2. Data Subjektif : Hiperglikemia Defisit pengetahuan


1. Tn. L dan Ny. W
tidak mengatahui ↓
secara rinci dan
Neuropati
bertanya tentang
penyakitnya baik ↓
mengenai
pengertian, tanda Penurunan
dan gejala serta sensitivitas perifer
komplikasi jika
penyakitnya jika ↓
dibiarkan Perubahan status
2. Ny. W tidak penah kesehatan
lagi kontrol gula
sejak 6 bulan yang ↓
lalu.
3. Tn. L dan Ny.W Kurang informasi
mengatakan hanya tentang penyakit
ke fasilitas
kesehatan jika
sakit saja
4. Ny. W diminta
berpantang
makanan manis
tetapi kadang
masih
memakannya

Data Objektif :
TTV :
TD :130/80 mmhg
N : 76x/m
RR :19 x /m
S :36 ◦C
GDS : 250 mg / dl

C. Diagnosis Keperawatan

Masalah keperawatan yang ditemukan pada keluarga Tn. L ada 2

yaitu:

48
1. Risiko ketidakstabilan kadarglukosa darah dibuktikan dengan Ny. W

mengatakan sudah tidak kontrol gula lagi sejak 6 bulan yang lalu, diminta

berpantang makanan manis tetapi kadang masih memakannya, sering

merasa haus, sering kencing, cepat lapar sehingga pola makan tidak tentu,

kakinya sering kesemutan, badan lemas dan kesulitas untuk beraktivitas

berat, GDS : 250 mg / dl

2. Defisit pengetahuan tentang manajemen penyakit berhubungan dengan

kurang terpapar informasi, keluarga tidak mampu mengenal masalah

kesehatan ditandai dengan Tn. L dan Ny. W tidak mengatahui secara

rinci dan bertanya tentang penyakitnya baik mengenai pengertian,

tanda dan gejala serta komplikasi jika penyakitnya jika dibiarkan,

tidak penah lagi kontrol gula sejak 6 bulan yang lalu, hanya ke fasilitas

kesehatan jika sakit saja, diminta berpantang makanan manis tetapi

kadang masih memakannya

49
D. Intervensi Keperawatan

Tabel 3.3 RencanaIntervensi Keperawatan

Diagnosis Luaran Intervensi

Risiko ketidakstabilan Setelah dilakukan Manajemen


kadar glukosa darah asuhan keperawatan hiperglikemia
dibuktikan dengan : selama 3 x Kunjungan, 1. Monitor tanda
1. Ny. W mengatakan kestabilan kadar dan gejala
sudah tidak kontrol gula glukosa darah hiperglikemia
lagi sejak 6 bulan yang meningkat dengan 2. Konsultasi
lalu kriteria hasil : medis jika
2. Ny. W diminta - Kadar glukosa tanda dan
berpantang makanan darah membaik gejala
manis tetapi kadang - Keluhan sering hiperglikemia
masih memakannya. haus menurun tetap ada dan
3. Ny.W mengatakan - Keluhan sering memburuk
sering merasa haus, lapar/makan 3. Anjurkan
sering kencing, cepat menurun monitor kadar
lapar sehingga pola - Keluhan BAK glukosa darah
makan tidak tentu membaik 4. Anjurkan
4. Ny.W mengatakan - Status Nutrisi kepatuhan
kakinya merasa sering membaik terhadap diet
kesemutan - Tingkat dan olahraga
5. Ny. W mengeluh Pengetahuan
badannya lemas dan meningkat
kesulitas untuk
beraktivitas berat.
6. TTV :
TD :130/80 mmhg
N : 76x/m
RR :19 x /m
S :36 ◦c
7. GDS : 250 mg / dl

Defisit pengetahuan tentang Setelah dilakukan Edukasi Proses


manajemen penyakit tindakan keperawatan Penyakit
berhubungan dengan selama 3 x 8. Identifikasi
kurang terpapar informasi, Kunjungan,tingkat kesiapan dan
keluarga tidak mampu pengetahuan kemampuan
mengenal masalah meningkat, dengan menerima
kesehatan ditandai dengan kriteriahasil: informasi
Data Subjektif : - Perilaku sesuai 9. Sediakan
1. Tn. L dan Ny. W tidak anjuran meningkat materi dan
mengatahui secara rinci - Pertanyaan tentang media
dan bertanya tentang masalah menurun pendidikan
penyakitnya baik - Menjalani kesehatan

50
mengenai pengertian, pemeriksaan yang 10. Jadwalkan
tanda dan gejala serta tidak tepat pendidikan
komplikasi jika menurun kesehatan
penyakitnya jika - Pengetahuan sesuai
dibiarkan tentang penyakit kesepakatan
2. Ny. W tidak penah lagi meningkat 11. Jelaskan
kontrol gula sejak 6 penyebab dan
bulan yang lalu. fakto risiko
3. Tn. L dan Ny.W penyakit
mengatakan hanya ke 12. Jelaskan
fasilitas kesehatan jika tanda dan
sakit saja gejala penyakit
4. Ny. W diminta 13. Jelaskan
berpantang makanan kemungkinan
manis tetapi kadang terjadinya
masih memakannya. komplikasi
14. Anjurkan
Data Objektif : melapor jika
TTV : merasakan
TD :130/80 mmhg tanda dan
N : 76x/m gejala
RR :19 x /m memberat
S :36 ◦C
GDS : 250 mg / dl

51
E. Implementasi

Tabel 3.4 Implementasi Keperawatan

1. Implementasi Hari I : Senin, 13 April 2020

Diagnosa
Jam Implementasi Evaluasi SOAP
Keperawatan

Risiko 10.00 1. Monitor tanda dan S:


ketidakstabila gejala hiperglikemia
n kadar Hasil : O:
glukosa darah Ny.W mengatakan
sering merasa haus, 1. Kadar glukosa darah
sering kencing, cepat belum membaik
lapar sehingga pola 2. Keluhan sering haus
makan tidak tentu belum menurun
3. Keluhan sering
2. Konsultasi medis jika lapar/makan belum
tanda dan gejala menurun
hiperglikemia tetap 4. Keluhan BAK belum
ada dan memburuk membaik
Hasil : A:
Ny. W tidak penah
lagi kontrol gula sejak Masalah belum teratasi
6 bulan yang lalu dan
tidak tahu kapan akan P :
pergi kontrol
Lanjutkan intervensi 1,2,
3. Anjurkan monitor 3, 4
kadar glukosa darah
Hasil :
GDS 6 bulan lalu 250
mg/dlNy. W
mengatakan belum
tahu kapan periksa
lagi

4. Anjurkan kepatuhan
terhadap diet dan
olahraga
Hasil :
Ny. W masih kadang
masih makan
makanan manis dan
tidak pernah olahraga

Defisit 10.30 1. Identifikasi kesiapan S :


pengetahuan dan kemampuan
tentang menerima informasi O:
manajemen Hasil : keluarga
1. Perilaku sesuai

52
penyakit bersedia diberi anjuran belum
berhubungan pendidikan kesehatan meningkat
dengan kurang tentang penyakitnya 2. Pertanyaan tentang
terpapar masalah belum
informasi, 2.Jadwalkan pendidikan menurun
keluarga tidak kesehatan sesuai 3. Menjalani
mampu kesepakatan pemeriksaan yang
mengenal Hasil : keluarga tidak tepat belum
masalah setuju penyuluhan menurun
kesehatan dilakukan pada 4. Pengetahuan tentang
Selasa, 14 April 2020 penyakit belum
jam 10.30 di meningkat
rumahnya
A:
3. Sediakan materi dan
media pendidikan Masalah belum teratasi
kesehatan P:
Hasil : Menyiapkan
SAP dan leaflet Intervensi dilanjutkan

2. Implementasi Hari II : Selasa, 14 April 2020

Diagnosa
Jam Implementasi Evaluasi SOAP
Keperawatan

Risiko 10.15 1. Monitor tanda dan S:


ketidakstabila gejala hiperglikemia
n kadar Hasil : O:
glukosa darah Ny.W mengatakan
sering merasa haus, 1. Kadar glukosa darah belum
sering kencing, cepat membaik
lapar sehingga pola 2. Keluhan sering haus belum
makan tidak tentu menurun
3. Keluhan sering lapar/makan
2. Konsultasi medis jika belum menurun
tanda dan gejala 4. Keluhan BAK belum
hiperglikemia tetap membaik
ada dan memburuk A:
Hasil :
Ny. W mengatakan Masalah belum teratasi
akan kontrol gula
darah secara teratur P:

3. Anjurkan monitor Lanjutkan intervensi 1,3,4


kadar glukosa darah
Hasil :
GDS 6 bulan lalu 250
mg/dl. Ny. W
mengatakan akan

53
periksa dula ke
Puskesmas supaya
tahu berapa kadar
gula darahnya
sekarang

4. Anjurkan kepatuhan
terhadap diet dan
olahraga
Hasil :
Ny. W mengatakan
akan mengikuti
pantangan tidak
makan makanan yang
manis-manis supaya
gula darahnya tidak
meningkat

Defisit 10.30 1. Jelaskan penyebab S:


pengetahuan dan fakto risiko
tentang penyakit Ny. W mengatakan sudah
manajemen mengetahui tentang penyakit
penyakit 2. Jelaskan tanda dan yang dialami
berhubungan gejala penyakit
dengan kurang O:
terpapar 3. Jelaskan 1. Perilaku sesuai anjuran
informasi, kemungkinan cukupmeningkat
keluarga tidak terjadinya komplikasi 2. Pertanyaan tentang masalah
mampu menurun
mengenal 4. Anjurkan melapor jika 3. Menjalani pemeriksaan yang
masalah merasakan tanda dan tidak cukupbelum menurun
kesehatan gejala memberat 4. Pengetahuan tentang
penyakit cukupmeningkat

A:

Masalah belum teratasi

P:

Intervensi dilanjutkan

3. Implementasi Hari III : Rabu, 15 April 2020

Diagnosa
Jam Implementasi Evaluasi SOAP
Keperawatan

Risiko 09.00 1.Monitor tanda dan S :


ketidakstabila gejala hiperglikemia
n kadar Hasil : O:

54
glukosa darah Ny.W mengatakan 1. Kadar glukosa darah
sering merasa haus, cukupmembaik
sering kencing, tapi 2. Keluhan sering haus belum
sudah mengatur pola menurun
makan 3. Keluhan sering lapar/makan
cukupmenurun
2.Anjurkan monitor 4. Keluhan BAK belum membaik
kadar glukosa darah
Hasil : A:
GDS 175 mg/dl. Ny.
W mengatakan akan Masalah sudah teratasi
periksa gula darah di P :
Puskesmas secara
rutin Intervensi dihentikan

3. Anjurkan kepatuhan
terhadap diet dan
olahraga
Hasil :
Ny. W mengatakan
sudah mengurangi
makanan yang manis

Defisit 09.20 1. Jelaskan penyebab S:


pengetahuan dan fakto risiko
tentang penyakit Ny. W mengatakan sudah
manajemen mengertitentang penyakit yang
penyakit 2. Jelaskan tanda dan dialami dan dapat mnegulangi
berhubungan gejala penyakit informasi yang disampaikan
dengan kurang
terpapar 3. Jelaskan Ny. W mengatakan akan periksa
informasi, kemungkinan gula darah di Puskesmas secara
keluarga tidak terjadinya komplikasi rutin
mampu O:
mengenal 4. Anjurkan melapor jika
masalah merasakan tanda dan 1. Perilaku sesuai anjuran cukup
kesehatan gejala memberat meningkat
2. Pertanyaan tentang masalah
menurun
3. Menjalani pemeriksaan yang
tidak cukupmenurun
4. Pengetahuan tentang penyakit
meningkat

A:

Masalah teratasi

P:

Intervensi dihentikan

55
BAB IV

PEMBAHASAN

Proses keperawatan pada keluarga dilaksanakan selama tiga hari mulai


tanggal 13 – 15 April 2020 pada keluarga Tn. L dengan salah satu anggota
keluarga yang mengalami gangguan system endokrin : diabetes melitus di
Keluarahan Benua Nirae Kecamatan Abeli, dengan pembahasan sebagai berikut :
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 13 April 2020. Hampir seluruh
keterangan atau data berasal dari Tn. L dan Ny. W. Dalam memberikan
data kesehatan, Tn. L dan Ny. Wdapat berkomunikasi secara baik dengan
petugas serta mau terbuka dalam menyampaikan informasi atau masalah yang
sedang dihadapi sehingga sangat membantu dalam proses pengkajian. Hasil
pengkajian dari Tn. L dan Ny. Wdi Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Abeli
didapatkan: Ny.W jenis kelamin perempuan, umur 55 tahun, pasien menganut
agama islam, asal Benua Nirae, bekerja sebagai ibu rumah tangga.
Dari pengkajian yang telah dilakukan didapat bahwa masalah kesehatan
pada keluarga Tn. L adalah Ny. W yang menderita diabetes melitus. Pada
pemeriksaan kadar gula darah sewaktu didapat hasil GDS Ny. Wadalah 250
mg/dL, TD :130/80 mmHg, N : 76x/m, RR :19 x /m, S :36 ◦C. Ny. W mengatakan
sudah tidak kontrol gula lagi sejak 6 bulan yang lalu, diminta berpantang makanan
manis tetapi kadang masih memakannya, sering merasa haus, sering kencing,
cepat lapar sehingga pola makan tidak tentu, kakinya sering kesemutan, badan
lemas dan kesulitan untuk beraktivitas berat, GDS : 250 mg / dl.
Pengkajian fungsi keluarga diperoleh data bahwa keluarga tidak mampu
mengenal masalah kesehatan oleh karena Tn. L dan Ny. W tidak mengatahui
secara rinci dan bertanya tentang penyakitnya baik mengenai pengertian, tanda
dan gejala serta komplikasi jika penyakitnya jika dibiarkan, tidak pernah lagi
kontrol gula sejak 6 bulan yang lalu, hanya ke fasilitas kesehatan jika sakit saja,
diminta berpantang makanan manis tetapi kadang masih memakannya.

B. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang dirumuskan pada kelurga Tn. L dengan salah
satu anggota keluarga yang mengalami gangguan system endokrin :diabetes
melitus di Keluarahan Benua Nirae Kecamatan Abeli, adalah :
1. Risiko ketidakstabilan kadarglukosa darah dibuktikan dengan Ny. W
mengatakan sudah tidak kontrol gula lagi sejak 6 bulan yang lalu, diminta
berpantang makanan manis tetapi kadang masih memakannya, sering merasa
haus, sering kencing, cepat lapar sehingga pola makan tidak tentu, kakinya
sering kesemutan, badan lemas dan kesulitas untuk beraktivitas berat, GDS :
250 mg / dl
2. Defisit pengetahuan tentang manajemen penyakit berhubungan dengan
kurang terpapar informasi, keluarga tidak mampu mengenal masalah
kesehatan ditandai dengan Tn. L dan Ny. W tidak mengatahui secara rinci
dan bertanya tentang penyakitnya baik mengenai pengertian, tanda dan

56
gejala serta komplikasi jika penyakitnya jika dibiarkan, tidak penah lagi
kontrol gula sejak 6 bulan yang lalu, hanya ke fasilitas kesehatan jika
sakit saja, diminta berpantang makanan manis tetapi kadang masih
memakannya
Diagnosis keperawatan yang muncul pada penderita diabetes mellitus
menurut (SDKI, Edisi 1. 2018) sesuai dengan prioritas masalah antara lain :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (D.0077)
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri (D.0054)
3. Risiko Ketidakstabilan kadar glukosa darah (D.0027)
Terdapat kesenjangan antara diagnosis yang dirumuskan pada kasus dan
diagnosis secara teori.Kesenjangan antara teori dan studi kasus dapat terjadi, hal
ini sangat tergantung pada perkembangan penyakit serta respon individu terhadap
penyakit yang dialaminya.

C. Intervensi Keperawatan
Dalam menyusun perencanaan tindakan keperawatan ini penulis
melibatkan keluarga dalam penyusunannya telah merujuk kepada teori sesuai
rujukanSDKI, SLKI, SIKI (PPNI 2018). Penyusunan intervensi sangat
dipengaruhi oleh kondisi keluarga, ketersediaan sumber daya pada keluarga serta
mempertimbangan waktu implementasi yang cukup singkat.
Diagnosis 1.Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah. Tujuan/luaran
yang ingin dicapai adalah setelah asuhan keperawatan dilakukan selama 3 x
kunjungan, kestabilan kadar glukosa darah pada Ny. W dapat meningkat dengan
kriteria hasil yaitu kadar glukosa darah membaik, keluhan sering haus menurun,
keluhan sering lapar/makan menurun, keluhan BAK membaik, status nutrisi
membaik, tingkat pengetahuan meningkat kestabilan kadar gula darah klien dapat
meningkat. Intervensi yang direncanakan akan dilaksanakan untuk mencapai
tujuan dan mengatasi masalah adalah manajemen hiperglikemia dengan tindakan
berupa :
1. Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
2. Konsultasi medis jika tanda dan gejala hiperglikemia tetap ada dan memburuk
3. Anjurkan monitor kadar glukosa darah
4. Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga
Diagnosis 2.Defisit pengetahuan tentang manajemen penyakit
berhubungan dengan kurang terpapar informasi, keluarga tidak mampu mengenal
masalah kesehatan.Tujuan/luaran yang ingin dicapai adalah setelah asuhan
keperawatan dilakukan selama 3 x kunjungan, tingkat pengetahuan pada keluarga
Tn. L dapat meningkat dengan kriteria hasil yaitu perilaku sesuai anjuran
meningkat , pertanyaan tentang masalah menurun, menjalani pemeriksaan yang
tidak tepat menurun, pengetahuan tentang penyakit meningkat. Intervensi yang
direncanakan akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan dan mengatasi masalah
adalah edukasi proses penyakit dengan tindakan berupa :
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
2. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
3. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
4. Jelaskan penyebab dan fakto risiko penyakit
5. Jelaskan tanda dan gejala penyakit
6. Jelaskan kemungkinan terjadinya komplikasi

57
7. Anjurkan melapor jika merasakan tanda dan gejala memberat

D. Implementasi keperawatan
Implementasi dilakukan pada keluarga Tn. L di Wilayah Kerja Puskesmas
Abeli pada tanggal 13-15 April 2020 berlangsung di rumahklien.Selama
pelaksanaan implementasi, penulis tidak menemui kendala yang
berarti.Implementasi dilaksanakan mengikuti rencana intervensi yang telah
disusun dengan terlebih dahulu meminta persetujuan keluarga klien. Keluarga
klien dalam hal ini Tn. L dan Ny. W sangat kooperatif, terbuka dalam
menyampaikan informasi atau masalah yang sedang dihadapi sehingga proses
implementasi dapat terlaksana dengan baik meskipun dengan waktu yang cukup
terbatas.
Tanggal 13 – 15 April 2020 penulis melakukan implementasi diagnosis 1
yaitu manajemen hiperglikemia.Manajemen hiperglikemia bertujuan untuk
menjaga gula darah tetap stabil.Hal ini dapat terlaksana dengan baik jika klien dan
kelurga patuh terhadap anjuran diet.Menjalankan perilaku kepatuhan
terhadap diet adalah membiasakan diri untuk makan tepat waktu agar
tidak terjadi perubahan pada kadar glukosa darah. Dukungan dari anggota
keluarga merupakan faktor penting dalam menjalankan pogram kepatuhan diet
diabetes. Keluarga berperan mengurangi ketidakpedulian pasien dalam
menghadapi penyakit dan ketidaktaatan diet yang disebabkan oleh godaan dari
luar (Pratiwi & Endang, 2013).
Penderita Diabetes Melitus biasanya cenderung memiliki kadar gula
darah yang tidak terkontrol (Susanto, 2013). Kadar gula darah akan
meningkat dratis setelah mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung
karbohidrat dan/atau gula (Nurrahmani, 2012). Oleh karena itu, penderita
diabetes melitus perlu menjaga pengaturan diet dalam rangka pengendalian
kadar gula darah sehingga kadar gula darahnya tetap terkontrol sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan pada diagnosis 1.
Tanggal 13 – 15 April 2020 penulis melakukan implementasi diagnosis 2
yaitu defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi, kelurga
tidak mampu mengenal masalah kesehatan dengan intervensi yaitu edukasi proses
penyakit. Tindakan yang dilakukan adalah memberikan edukasi proses penyakit
berupa pendidikan kesehatan kepada keluarga Tn. L mengenai penyakit yang
dialami oleh anggota keluarganya yaitu Ny. W. Pendidikan kesehatan bertujuan
untuk meningkatkan pengetahuan keluarga. Pengetahuan klien dan keluarga
tentang diabetesmelitus yang dideritanya akan menjadi sarana dan solusi
bagiklien dan keluarganya dalam menangani penyakitnya. Semakin baik tingkat
pengetahuanklien dan keluarga tentang penyakitnya, makasemakin paham
mengapa dan bagaimana harus mengubah perilaku hidup menjadi lebih sehat
(Efendy, dkk 2009).

E. Evaluasi keperawatan
Hasil evaluasi pada diagnosis 1 yaitu risiko ketidakstabilan kadar glukosa
darah dapat teratasi pada implementasi hari ke 3 oleh karena tujuan/luaran
kestabilan kadar glukosa darah Ny. W mengalami peningkatan meskipun belum
mencapai batas normal (140 mg/dl). Tercapainya tujuan/luaran sesuai dengan
ketercapaiandari beberapa indikator yang telah ditetapkan pada rencana intervensi

58
yaitu adalah kadar glukosa darah cukup membaik, keluhan sering haus belum
menurun keluhan sering lapar/makan cukup menurun, keluhan BAK belum
membaik.
Hasil evaluasi pada diagnosis 2 yaitu defisit pengetuan berhubungan
dengan kurang terpapar informasi, keluarga tidak mampu mengenal masalah
kesehatan dapat teratasi pada impelemtenasi hari ke 3 oleh karena tujuan/luaran
tingkat pengetahuan keluarga Tn.L mengalami. Tercapainya tujuan/luaran sesuai
dengan ketercapaian dari beberapa indikator yang telah ditetapkan pada rencana
intervensi yaitu perilaku sesuai anjuran cukup meningkat, pertanyaan tentang
masalah menurun, menjalani pemeriksaan yang tidak cukup menurun,
pengetahuan tentang penyakit meningkat. Peningkatan pengetahuan pada keluarga
Tn. L dievaluasi melalui perubahan perubahan dari yang sebelumnya klien dan
keluarga hanya tahu diabete melitus adalah kecing maniskarena pengaruh makan
dan minum yang manis, kini klien dan keluarga tahu pengertian, penyebab tanda
dan gejala, serta komplikasi dari penyakit dari penyakitnya, serta klien dan suami
juga sudah mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dilingkungannya
dibuktikan dengan klien akan melakukan kontrol kadar gula darahsecara rutin di
fasilitas kesehatan.
Evaluasi berguna untuk mengetahui apakah tindakan yang telah
dilakukan dapat mengatasi masalah atau mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Keberhasilan implementasi sangat dipengaruhi oleh ketersediaan sumber daya
keluarga dan serta bagaimana respon klien dan keluarga terhadap intervensi yang
diimplementasikan. Implementasi yang dilakukan menunjukan ketercapaian yang
baik jika masalah pada klien dan keluarga dapat teratasi.Keberhasilan ini
didukung oleh petugas dalam mengimplementasikan semua rencana keperawatan,
serta terbangunnya komunikasi yang baik antara petugas dengan klien dan
keluarganya.

59
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik dari pelaksanaan studi kasus ini adalah :

1. Pengkajian

Hasil pengkajian pada keluarga Tn. L diperoleh data yaitu GDS Ny. W 250

mg/dL, Ny. W mengatakan sudah tidak kontrol gula lagi sejak 6 bulan yang

lalu, diminta berpantang makanan manis tetapi kadang masih memakannya,

sering merasa haus, sering kencing, cepat lapar sehingga pola makan tidak

tentu, kakinya sering kesemutan, badan lemas dan kesulitas untuk beraktivitas

berat, Tn. L dan Ny. W tidak mengatahui secara rinci dan bertanya tentang

penyakitnya baik mengenai pengertian, tanda dan gejala serta komplikasi jika

penyakitnya jika dibiarkan, tidak pernah lagi kontrol gula sejak 6 bulan yang

lalu, hanya ke fasilitas kesehatan jika sakit saja, diminta berpantang makanan

manis tetapi kadang masih memakannya.

2. Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan yang ditemukan yaitu risiko ketidakstabilan kadar

glukosa darah dan Defisit pengetahuan tentang manajemen penyakit

berhubungan dengan kurang terpapar informasi, keluarga tidak mampu

mengenal masalah kesehatan

3. Rencana Intervensi

Intervensi keperawatan pada diagnosis 1 yaitu manajemen hiperglikemia

untuk mencapai tujuan kestabilan kadar glukosa darah yang meningkat, berupa :

1. Monitor tanda dan gejala hiperglikemia

60
2. Konsultasi medis jika tanda dan gejala hiperglikemia tetap ada dan memburuk

3. Anjurkan monitor kadar glukosa darah

4. Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga

Intervensi keperawatan diagnosis 2 yaitu edukasi proses

penyakit untuk mencapai tujuan tingkat pengetahuan yang meningkat,berupa :

1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi

2. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan

3. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan

4. Jelaskan penyebab dan fakto risiko penyakit

5. Jelaskan tanda dan gejala penyakit

6. Jelaskan kemungkinan terjadinya komplikasi

7. Anjurkan melapor jika merasakan tanda dan gejala memberat

4. Implementasi

Implementasidilakukan pada keluarga Tn. L di Wilayah Kerja Puskesmas

Abeli pada tanggal 13-15 April 2020 berlangsung di rumah klien.

5. Evaluasi

Diagnosis 1 dan 2 pada keluarga Tn.L dapat teratasi sesuai dengan kriteria

hasil yang telah ditetapkan

B. Saran

1. Bagi Keluarga

Diharapkan Keluarga akan selalu melakukan tindakan yang telah di

ajarkan sampai dengan keadaan anggota keluarga yang sakit kembali

sehat. Serta bisa menjadi role model untuk keluarga lain di lingkungan

sekitar.

61
2. Bagi Puskesmas

Diharapkan puskesmas dapat memberikan lebih sering penyuluhan tentang

DM dan bagi Perawat diharapkan bagi perawat-perawat yang

melakukan home care bisa lebih memperhatikan dan menekankan

perawatan secara menyeluruh.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dengan adanya studi kasus ini, dapat meningkatkan kualitas

pembelajaran, khususnya pada keperawatan keluarga.

62
DAFTAR PUSTAKA
Achjar, H.A., Komang. 2010. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta:Sagung
Seto.

Ali, Zaidin. 2009. Dasar-dasar Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC.

AmericanDiabetesAssociation(ADA),(2013).Diaksestgl 20 April 2020 Diabetes


bacic. Http://www.diabetes.org/ diabetes-bacics.
Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Edisi 1.EGC. Jakarta.
Brunner & Suddarth. 2015. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta : ECG.
Carpenito-Moyet, L. J. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 10.
Jakarta: EGC.
Departemen Kesehatan RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor5.Jakarta: Depkes RI, p441-448.
http://repository.maranatha.edu/22971/9/1410035_References.pdf.

Friedman, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan keluarga: Riset, Teori, dan


Praktek.Edisi ke-5. Jakarta: EGC.
http://ainulinayah2.blogspot.com/2016/05/evaluasikeperawatan.html.

Kowalak, dkk. 2017. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Meirisa, Rohana. 2013. Asuhan Keperawatan Keluarga Bapak T Dengan
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas Pada Masalah Kesehatan
Tuberkulosis Paru Di Rw 01 Kelurahan Cisalak Pasar, Cimanggis, Depok
(Online).
http://ainulinayah2.blogspot.com/2016/05/evaluasikeperawatan.html.
Prov.Sultra. 2016.Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara Tahun 2016.
Kendari:Dinkes Sultra.
Puskesmas Abeli. 2019. Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Abeli.Kendari:
PuskesmasAbeli.
PPNI (2018).Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1.Jakarta:DPP PPNI
PPNI (2018).Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1.Jakarta:DPP PPNI
Prov.Sultra. 2016.Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara Tahun 2016.
Kendari:Dinkes Sultra.
Riskedas.2018. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS.Jakarta: Balitbang Depkes
RI Dinkes.

63
Susanto, Tantut. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Aplikasi Teori Pada
Praktik Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: Trans Info
Media.http://repository.unissula.ac.id/1505/3/Daftar%20Pustaka.pdf.

Smeltzer,SuzanneC.2015.BukuAjarKeperawatanMedikal-
BedahBurnnerandSuddarth.Ed.8. Vol. 3. Jakarta:(IDF).(2015).

Teli Margaretha. 2018. Pedoman Asuhan Keperawatan Individu, keluarga dan


Komunitas. Kupang: Lima Bintang.

64
65
66
INFORMED CONSENT

Setelah mendengarkan penjelasan dari peniliti tentang penelitian yang

berjudul “Asuhan keperawatan keluarga Tn. “L” dengan salah satu anggota

keluarga menderita gangguan sistem endokrin: diabetes melitus di kelurahan

Benua Nirae kecamatan abeli”.

Maka saya dengan sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia

menjadi responden dalam penelitian tersebut.

Kendari, April 2020


Responden

(................................)

67
SATUAN
ACARAPENYULUHANDIABETES
MELITUS (DM)DI KELURAHAN
BENUA NIRAE
KECAMATAN ABELI

a. LatarBelakang
Diabetes adalah penyakit kronis serius yang terjadi karena
pankreas tidak menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur
gula darah atau glukosa), atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif
menggunakan insulin yang dihasilkannya.Diabetes adalah masalah
kesehatan masyarakat yang penting, menjadi salah satu dari empat
penyakit tidak menular prioritas yang menjadi target tindak lanjut
oleh para pemimpin dunia. Jumlah kasus dan prevalensi diabetes terus
meningkat selama beberapa dekade terakhir..
Data yang diperoleh dari Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi
Tenggara Tahun 2016, prevalensi penyakit tidak menular berbasis
Rumah Sakit khususnya diabetes melitus menempati urutan kelima
dengan jumlah kasus sebanyak 7357 (BPS Sultra, 2016).Sedangkan
data yang peroleh dari UPTD Puskesmas Abeli angka
kejadian diabetes melitus (Kasus Lama + kasus Baru) tahun
2017 berjumlah 141 orang , tahun 2018 sebanyak 142 orang
sedangkan pada tahun 2019 jumlah pasien Diabetes
Melitus meningkat menjadi 283 orang.

b. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelahmengikutipenyuluhanini,diharapkanKlien dan keluarga
Mampu mengetahui dan merawat anggota keluarga yang sakit
dalam hal perawatan pasien Diabetes Melitus (DM)/ pemenuhan
diit) Untuk mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut.

68
2. Tujuan khusus
Setelah mengikuti penyuluhanKlien dan keluarga dapat :
1. Mengetahui pengertian DM
2. Mengetahui penyebab DM
3. Mengetahui tanda dan gejala DM
4. Mengetahui komplikasi DM
5. Mengetahui tentang penatalaksanaan pada pasien Diabetes
Melitus (DM)
c. Waktu danTempat

Waktu : Jam10.30-11.30,HariSelasa14 April2020


Tempat : Kediaman Tn,L
d. Sasaran
KeluargaTn.L
e. Metode
Ceramah dantanyajawab
f. Media/alat bantu
Leaflet/Lembar balik
g. Kegiatan
Tahap Kegiatan pemateri Kegiatan Peserta Waktu
Pembukaan 1.Menyampaikan salam 1. Membalas salam 10 Menit
2.Menjelaskan tujuan 2. Mendengarkan
3.Kontrak waktu 3. Memberi respon
4.Tes awal 4.Menjawab
Inti 1.Menjelaskan pengertiandan 1. Mendengarkan 20 Menit
Penyebab dari diabetes dan menyimak
melitus, tandadangejala dari 2. Mengajukan
Diabetes melitus, upaya pertanyaan
pencegahan dan pengobatan, 3. Mendengarkan
serta komplikasi dari
Diabetes melitus.
2.Memberikan
kesempatan
bertanya
3.Menjawab
Terminasi 1.Tes akhir 1. Menjawab 30 Menit
pertanyaan
2.Menyimpulkan 2. Aktif bersama
hasil menyimpulkan
penyuluhan 3. Membalas salam
3.Memberi salam penutup

h. Evaluasi
1.Evaluasi Persiapan
a.Materi sudah siap dan dipelajari 1 hari sebelum penyuluhan.
b.Mediasudah siap 1 hari sebelum penyuluhan.
c.Tempat sudah siap 1 jam sebelum penyuluhan.
d.SAP sudah siap 1 hari sebelumpenyuluhan.
2.Evaluasi Proses
a.Tn. L dan Ny. W memperhatikan penjelasan penyaji.
b.Tn. L dan Ny. Waktif bertanya.
c.Media dapat digunakan secara efektif.
3.Evaluasi Hasil
a.Menyebutkan kembali pengertian Diabetes melitus.
b.Menyebutkan kembali penyebab Diabetes melitus.
c.Menyebutkan kembali tanda dan gejala Diabetes melitus.
d.Menyebutkan kembali upaya pencegahan Diabetes melitus.
e.Menyebutkan kembali penatalaksanaan Diabetes melitus.
f. Menyebutkan kembali komplikasi Diabetes melitus.

70
MateriPenyuluhan
Diabetes Melitus(DM)

1. Definisi

Diabetesmelitusadalahgangguanmetabolikyang ditandai oleh


hiperglikemia(kenaikankadarglukosa) akibatkurangnya hormon
insulin, menurunnyaefek insulin atau keduanya. (kowalak,dkk.
2016). Diabetes Mellitus adalah penyakit metabolisme yang
merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
karena adanya peningkatan kadar glukosa darah di atas nilai normal.
Penyakit ini disebabkan gangguan metabolisme glukosa akibat
kekurangan insulin baik secara absolut maupun relatif.(Kemenkes,
2013).
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolism yang ditandai
dengan hiiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas
metabolism karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh
penurunan sekresi insulin atau aktivitas insulin atau keduanya dan
menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskuler, dan neuropati.
2. Penyebab
1) Diabetes Melitus tipe I (IDDM/ Insulin Dependent Diabetes
Mellitus)
a. Faktor genetik/ herediter
b. Faktor infeksi
c. Faktor imunologi
2) Diabetes Melitus tipe II (NIDDM/ Non Insulin Dependent Diabetes
Mellitus)
a. Obesitas.
e. Usia : cenderung meningkat diatas usia 65 tahun
f. Riwayat keluarga
g. Kelompok etnik
3. Gejala Diabetes Melitus
Manifestasi klinis diabetes melitus dikaitkan dengan konsekuensi
metabolik defisiensi insulin :

71
1) Kadar glukosa puasa tidak normal
2) Hiperglikemia berat berakibat glukosaria yang akan menjadi dieresis
osmotic yang meningkatkan pengeluaran urin (poliuria) dan timbul
rasa haus (polidipsia)
3) Rasa lapar yang semakin besar (polifagia), berat badan berkurang
4) Lelah dan mengantuk
5) Gejala lain yang dikeluhkan adalah kesemutan, gatal, mata gatal, mata
kabur, impotensi, peruritas vulva
4. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien dengan diabetes melitus terdiri dari :
1) Penatalaksanaan Medis
Ada lima komponen dalam penatalaksaan diabetes melitus yaitu :
a. Diet
a) Memperbaiki kesehatan umum penderita
b) Mengarahkan pada berat badan normal
c) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetic
d) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
e) Menarik dan mudah diberikan
f) Prinsip diet diabetes mellitus yaitu : jumlah sesuai kebutuhan, jadwal
diit ketat, jenis : boleh dimakan atau tidak
b.Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita diabetes
melitus, adalah :
1. Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 1 jam
sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada
penderita dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin
dan meningkatkan sensivitas insulin dengan reseptornya
2. Mencegah kegemukan bila ditambah latihan pagi dan sore
3. Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai oksigen
4. Meningkatkan kadar kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah
karena pembakaran asam lemak menjadi lebih baik
c. Penyuluhan

72
d. Obat
1. Obat OAD (Oral Anti Diabetes)/ obat hipoglikemik oral (OHO)
2. Insulin
3. Cangkok pancreas
5. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien diabetes melitus adalah:
1) Komplikasi akut beupa hipoglikemia, sindrom hiperglikemia Hiperosmolar
non ketotik, ketoasidosis diabetic
2) Komplikasi kronik (umumnya terjadi 10 – 15 tahun setelah awitan) :
a. Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai mata (retinopati)
dan ginjal (nefropati). Control kadar glukosa darah untuk memperlambat
atau menunda awitan baik komplikasi mikrovaskular maupun
makrovaskular
b. Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai sirkulasi
koroner, vascular perifer, dan vascular serebral
c. Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik motorik dan autonomi serta
menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki
d. Rentan infeksi, seperti tuberculosis paru dan infeksi saluran kemih
e. Ulkus/gangrene/kakidiabe

73
POLTEKKES KEMENKES KENDARI
JURUSAN DIII KEPERAWATAN
2020

DIABETES MELITUS
(DM)

OLEH :
WA ODE NAAFIA
P003200190263

74
DOKUMENTASI
ASUHAN KEPERAWATAN

Gambar 1 Tindakan pengkajian Kepada pasien

Gambar 2
Tindakan implementasi Kepada pasien

75
Gambar 3 Mengukur GDS Pasien

Gambar 4 Penyuluhan Mengenai Dm

76

Anda mungkin juga menyukai