STUDI KASUS
Studi kasus ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
AGAMA : ISLAM
RIWAYAT PENDIDIKAN
i
AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM I/BB PADANG
ABSTRAK
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga peneliti dapat menyusun dan menyelesaikan Studi Kasus dengan judul
Ruang Imam Bonjol RST. TK III Dr. Reksodiwiryo Padang Tahun 2023”. Peneliti
banyak mendapatkan bimbingan, saran serta bantuan dan dorongan dari berbagai
pihak. Maka untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan
1. Ibu Letkol Ckm (K) Ns.Hj. Yul Afni, S.Kep, M.Mkes, selaku Direktur
Studi Kasus ini dengan kesungguhan hati telah meluangkan waktu kepada
3. Ibu Letkol Ckm (K) Ns.Hj. Yul Afni, S.Kep, M.MKes selaku penguji I dan
ibu Ida Mariana S, S.SiT. M.Kes, selaku penguji II yang telah berkenan hadir
dalam siding studi kasus ini untuk memberikan kritik, masukan dan saran
pada penulis.
4. Bapak/Ibu dosen dan staf Akper Kesdam I/Bukit Barisan Padang yang telah
5. Teristimewa kepada kedua orang tua saya tercinta dan keluarga besar yang
telah memberikan semangat dan dorongan baik materil dan moril serta doa
iv
6. Terimakasih kepada Ezekiel Tanjiro yang sudah menemani saya dan selalu
menjadi support system saya pada hari yang tidak mudah selam proses
pengerjaan KTI ini, terimakasih telah menjadi telinga dan bahu yang kuat
untuk menampung semua keluh kesah dalam proses penulisan KTI ini,
Studi Kasus ini, karena keterbatasan ilmu dan kemampuan yang dimiliki. Untuk itu
kritik dan saran yang membangun sangat pengulis harapkan demi kesempurnaan
Peneliti
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN………………………………………..…………. i
PERNYATAAN PENGUJI………………………………………..…………. ii
DAFTAR BAGAN………………………………………………..……..…… xi
2.1.1 Pengertian…………………………………………….…….….. 7
vi
2.1.3 Etiologi…………………………………………….…….……..12
2.1.4 Klasifikasi…………………………………………..…….…….16
2.1.6 Patofisiologi……………………………………………...….…19
2.1.7 WOC…………………………………………..……………..…22
2.1.9 Komplikasi…………………………………………….....…….24
2.1.11 Penatalaksanaan…………………………………….…...…...…29
2.2.1 Pengkajian………………………………………...…..………..35
2.2.5 Evaluasi……………………………………………………...….54
3.6.1 Wawancara…………………………………………………......58
vii
3.6.3 Studi Dokumentasi……………………………….……,…..…..59
3.8.2 Anonymity………………………………………………………61
4.1.2 Pengkajian…………………………………………………..….62
4.2 Pembahasan…………………………………………………………….....116
viii
4.2.5 Evaluasi Keperawatan………………………………….…..…135
4.3 Keterbatasan……………………………………………………………….135
BAB V PENUTUP………………………………………………………..….136
5.1 Kesimpulan………………………………………………………………..136
5.2 Saran………………………………………………………………..…….138
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR BAGAN
xi
DAFTAR TABEL
xii
Tabel 4.27 Pemeriksaan Pengobatan……………………………………….…..87
Tabel 4.28 Analisa Data………………………………………………….….…89
Tabel 4.29 Diagnosa Keperawatan (SDKI) …………………………….….…..92
Tabel 4.30 Intervensi Keperawatan (SLKI) …………………………….….…..93
Tabel 4.31 Catatan Keperawatan Hari Pertama………………………….….…101
Tabel 4.32 Catatan Keperawatan Hari Kedua…………………………….…...106
Tabel 4.33 Catatan Keperawatan Hari Ketiga……………………………..…..111
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
menghasilkan insulin yang cukup sehingga kadar gula darah tidak terkontrol
dalam tubuh.3
Melitus Tipe I dan Diabetes Melitus Tipe 2 dimana pada Diabetes Melitus Tipe I
1
Asha Rizky Amanda, Atiek Murhayati. Asuahan Keperawatan pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II
dalam pemenuhan kebutuhan penyuluhan pembelajaran.
2
Sumiyati, Umami, and Marlina Simarnata 2021. Buku Pengelolaan Asuhan Keperawatan Di
Komunitas Dengan Diabetes Melitus, Kolesterol, dan Asam Urat.
3
Yuni Astuti, Dea Juvenia. Penatalaksanaan Edukasi Tentang Perawatan Kaki untuk Mencegah
terjadinya Ulkus pada Kaki Dibetes Melitus Tipe 2. Volume 2 Nomor 1 Tahun 2020. Jurnal
Kesehatan Akademi Keperawatan Sumber Waras.
4
Hardianto, D. 2021. Telaah Komprehensif Diabetes Melitus: Klasifikasi, Gejala, Diagnosis,
Pencegahan dan Pengobatan. Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI)
1
produksi insulin tersebut mengalami peningkatan yang mempengaruhi pada
sel yang dapat berlanjut menjadi penurunan kesadaran. Penurunan kesdaran dapat
terjadi secara progresif sehingga penderita dapat berada pada keadaan koma
ketika mengalami KAD berat oleh karena itu masalah keperawatan yang muncul
pada pasien Diabetes Melitus yaitu resiko syok. Untuk masalah resiko
penyebabnya antara lain sel-sel tubuh dan jaringan tidak memnfaatkan glukosa
tidak adanya hormone insulin. Biasanya pada pasien Diabetes Melitus terdapat
ulkus pada bagian kaki karena adanya tekanan berulang pada kaki dan disertai
sekitar 150 juta orang di dunia telah menderita Diabetes Melitus.7 Sedangkan
5
Hardianto, D. 2021. Telaah Komprehensif Diabetes Melitus: Klasifikasi, Gejala, Diagnosis,
Pencegahan dan Pengobatan. Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI)
6
Yustinal, Monisa Hi. A. Djafar 2, Rosmila Tuharea. Resiko Gejala Komplikasi Diabetes Melitus
Tipe II di UPTD Diabetes Center Kota Ternate.
7
Saputri, Setiani, & Dewanti, 2018. Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.9 No.2, Mei 2021.
2
Melitus global pada tahun 2021 sebanyak 10,5% (537 Juta orang dewasa) pada
umur 20-79 tahun atau 1 dari 10 orang hidup dengan Diabetes seluruh dunia.8
pada tahun 2020 yaitu sebanyak 9.471 jiwa hal ini menunjukkan kenaikan kasus
Diabetes Melitus pada tahun sebelumnya tahun 2019 penderita hanya tercatat
Tahun 2022 penyakit Diabetes Melitus dalam 3 bulan terakhir yaitu bulan
kasus, dan pada bulan Desember tercatat 46 kasus. Jadi total keseluruhan dalam 3
bulan terakhir di tahun 2022 sebanyak 141 kasus.11 Pada saat dilakukan
pengkajian pasien yang dirawat di ruang Imam Bonjol sebanyak 22 pasien, yang
menderita penyakit Diabetes Melitus (DM) sebanyak 4 pasien, dan yang setuju
untuk menjadi partisipan pada penelitian ini adalah Tn. F yang dirawat dikamar
Zaal Pria.
8
Ogurtsova et al.,2022. Absyara : Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat. Vol.3, No.1 Juli 2022
9
Shilvina Widi, 2023. Data Indonesia.id Penderita Diabetes Tipe 1 Indonesia Terbanyak di Asean
pada 2022
10
Dinkes, Padang 2022. Dinas Kesehatan Kota Padang
11
Medical Record RST TK III Dr. Reksodiwiryo Padang
3
Berdasarkan patofisiologi yang telah di uraikan masalah keperawatan yang
mungkin muncul pada pasien dengan Diabetes Melitus (DM) diantaranya adalah
perawat sangat dibutuhkan salah satunya adalah peran perawat untuk merawat
dari itu pentingnya peran perawat dalam mengurangi terjadnya komplikasi yang
akan terjadi pada pasien Diabetes Melitus. Peran perawat sebagai caregiver
sampai evaluasi.12
studi kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Diabetes Melitus
dengan Diabetes Melitus di Ruang Imam Bonjol RS. TK III Dr. Reksodiwiryo
12
Lelisma, Nofda. 2019. Penerapan Intervensi Latihan Senam Kaki Pada Ny. U Dengan Masalah
Diabetes Melitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Kumpulan
4
1.3 Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan dari studi kasus ini adalah untuk melakukan Asuhan
Ruang Imam Bonjol RS. TK III Dr. Reksodiwiryo Padang Tahun 2023.
Tahun 2023.
Tahun 2023.
5
1.4 Manfaat Penelitian
a. Bagi Peneliti
Studi kasus ini dapat menjadi bahan masukan yang bermanfaat dan
Dari hasul studi kasus ini dapat membantu program yang akan datang
Melitus (DM).
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada Sub-BAB ini penulis akan menjelaskan tentang konsep dasar penyakit
Melitus.
2.1.1 Pengertian
insulin sesuai kebutuhan tubuh. Tanpa insulin, sel-sel tubuh tidak dapat
7
beberapa organ tubuh terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh
darah.13
organ yang terdiri dari jaringan eksokrin dan endokrin. Bagian eksokrin
yang dikenal sebagai pulau (islets) Langerhans atau sel pankreas yang
pankreas yang terbanyak adalah sel beta, tempat sintesis dan sekresi
insulin, sel alfa yang menghasilkan glukagon. Sel delta, yang lebih jarang
8
Hormon yang di produksi oleh beberapa sel pankreas endokrin yang
a. Hormon
disebut islet Langerhans. Islet ini terdiri atas tiga tipe sel yang berbeda :
glukosa darah turun di bawah kadar tertentu ketika tubuh berpuasa atau
ke dalam sel untuk sintesis protein. Setelah di sekresi oleh sel beta,
9
berikatan dengan cepat ke sisi reseptor jaringan perifer (khususnya sel
otot dan lemak) atau dihancurkan oleh hati atau ginjal. Pelepasan
naik dalam hitungan menit, mencapai puncak dalam 3-5 menit, dan
kembali ke nilai dasar dalam 2-3 jam. Amylin adalah hormon pengatur-
glukosa yang juga di sekresikan oleh sel beta bersama insulin yang
10
meningkatkan penggunaan lemak dan asam amino untuk produksi energi.
dapat memasuki reaksi pada respirasi sel. Dengan demikian, efek glukagon
rendah dalam rendah. Hal ini dapat terjadi pada keadaan lapar atau selama
b. Insulin
hati, dan sel-sel ginjal tidak bergantung pada insulin untuk asupan
sel untuk mengambil asam lemak dan asam amino untuk digunakan dalam
Insulin merupakan hormon vital; kita tidak dapat bertahan hidup untuk
11
Sekresi insulin dirangsang oleh hiperglikemia, yaitu kadar glukosa darah
protein. Hormon ini menurunkan kadar glukosa, asam lemak dan asam
nutrient darah spesifik masuk ke dalam sel atau mengubah aktivitas enzim-
2.1.3 Etiologi
16
Subiyanto. 2019. Buku berdamai dengan diabetes, cetakan kedua, april 2019.
12
b. Obesitas
Obesitas atau kegemukan yaitu kelebihan berat badan > 20% dari berat
badan ideal atau BMI (Body Massa Index) > 27% / m2. Kegemukan
bekerja di dalam sel pada otot skeletal dan jaringan lemak. Hal ini
kemampuan sel beta untuk melepas insulin yang dapat bekerja di dalam
sel pada otot skeletal dan jaringan lemak. Hal ini dinamakan resistensi
darah berkurang, selain itu reseptor insulin pada sel seluruh tubuh
utama yang terdapat dalam otot rangka, yaitu komposisi asam lemak
dari struktur lipid membran otot dan proporsi relative serat otot utama.
cadangan glukosa dalam tubuh mencapai level yang tinggi. Selain itu
kadar kolestrol dalam darah serta kinerja jantung yang harus ekstra
13
c. Usia yang sudah mencapai 40 tahun
salah satu penyakit degenerative yang perlu kita waspadai. Pada usia
sel-sel otot juga mulai menurun. Hal ini berkaitan dengan peningkatan
energy untuk kita beraktivitas. Diabetes yang biasanya terjadi pada usia
d. Jenis Kelamin
lebih banyak pada wanita itu dikarenakan dampak dari diabetes yang
dialami selama kehamilan. usia harapan hidup wanita yang lebih tinggi,
serta angka obesitas dan hipertensi yang lebih banyak terjadi pada
Pola makan ditentukan dari 3J, yaitu jumlah makanan, jenis makanan
dan lemak inilah yang memicu naiknya glukosa darah. Jumlah makanan
kalori dalam sehari. Jenis makanan yang tidak bervariasi juga bukan
pola mkan yang sehat. Jenis makanan yang perlu diketahui adalah
14
sumber karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayur, buah, dan
susu. Jenis makanan yang tinggi kadar indeks glikemik, tinggi lemak,
makan yang tidak teratur seperti melewatkan sarapan dan sering makan
makan selama waktu tidur. Disamping itu, makan di waktu larut malam
Setiap hari kita danjurkan untuk makan. Makan merupakan salah satu
kebutuhan primer kita agar bisa hidup sehat dan produktif. Makanan
15
h. Riwayat Diabetes Gestasional
menderita Diabetes Melitus. Diabetes Melitus tipe ini terjadi ketika ibu
obesitas dan glukosuria. DM Tipe ini dijumpai pada 2-5% populasi ibu
cukup besar.
2.1.4 Klasifikasi
dari gangguan sekresi insulin yang progresif yang menjadi latar belakang
genetik pada fungsi sel β, gangguan genetik pada kerja insulin, penyakit
eksokrin pankreas (seperti cystic fibrosis), dan yang dipicu oleh obat atau
17
Diabetes Melitus Tipe 2. J.Majority
16
a. Diabetes melitus tipe 1
Diabetes melitus yang terjadi akibat kerusakan atau destruksi sel beta di
terjadi secara absolut. Penyebab dari kerusakan sel beta antara lain
resistensi insulin. Insulin dalam jumlah yang cukup tetapi tidak dapat
didalam tubuh. Defisiensi insulin juga dapat terjadi secara relatif pada
absolut.
tipe ini dapat disebabkan oleh defek genetik fungsi sel beta, defek
17
2.1.5 Tanda dan Gejala
Tabel 2.1
Setelah Pembebanan /
Makanan
yang menyebabkan dehidrasi berat pada sel di seluruh tubuh. Hal ini
18
Perkeni,2021. Diabetes Melitus Tipe 2. J.Majority
18
katabolisme protein di otot dan ketidakmampuan sebagian besar sel
kelelahan.
sembuh, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi (pria) dan pruritus (wanita).
kronis.
2.1.6 Patofisiologi
Pada diabetes tipe 1, sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses
terjadi karena produksi glukosa yang tidak dapat diukur oleh hati.
19
Meskipun glukosa dalam makanan tetap berada di dalam darah dan
cukup tinggi, ginjal tidak akan dapat menyerap kembali semua glukosa
yang telah di saring. Oleh karena itu, ginjal tidak dapat menyerap
akan disertai dengan eksreta dan elektrolit yang berlebihan. Kondisi ini
insulin pada otot dan hati merupakan efek utama yang terjadi.
19
Lestari, Zulkarnain & Sijid, 2021. Diabetes Melitus: Review etiologi, patofisiologi, gejala,
penyebab, cara pemeriksaan, cara pengobatan dan cara pencegahan. Prosiding Seminar
Nasional Biologi,
20
hiperglukagonemua, resistensi insulin di otak, peningkatan absorbsi
penyakit.
mengalami resiko infeksi diakibatkan dari adanya luka yang sukar atau
sulit untuk sembuh pada bagian kaki karena adanya tekanan berulang
20
Smeltzer & Bare .2018. Buku ajar keperawatan Medikal Bedah Bruner & suddarth edisi 9, Jakarta:
EGC
21
2.1.7 WOC21
DM Tipe 1 Etiologi DM Tipe 1 Etiologi (Usia,
(Genetic, imunologi, Obesitas, Riwayat Keluarga)
lingkungan)
Pengeluaran insulin
Distruksi sel beta di berlebihan
pulau pankreas akibat
proses autoimun.
Kegagalan relative sel Kerusakan Pankreas
beta. Resistensi insulin
Diabetes Melitus
BAK meningkat
ULKUS
MK : Resiko Infeksi
22
2.1.8 Manifestasi Klinis
kaki, gatal, mudah terkena infeksi bakteri atau jamur, penyembuhan luka
yang lama, dan mata kabur. Namun, pada beberapa kasus, penderita DM
a. Sering Kencing
b. Cepat Lapar
c. Sering haus
b. Kesemutan.
g. Penglihatan kabur.
h. Cepat lelah.
i. Mudah mengantuk.
22
Febrinasari, dkk. 2020. Hubungan Pengetahuan dan Tindakan Pelaksanaan Diet Dengan Kadar Gula
Darah Pasien Diabetes Melitus
23
j. Impotensi pada pria.
2.1.9 Komplikasi
pada hampir seluruh bagian tubuh kita. Dari mata hingga kaki tidak luput
a. Hiperglikemia
terlalu tinggi naik secara ekstrem hingga 600 mg/Dl. Dua masalah lain
suatu kenaikan glukosa darah antara jam 4 pagi dan jam 8 pagi yang
24iabetic
23
Syahdrajat .2019. The systemic complications in type 2 Diabetes Melitus
24
a. Hipoglikemia
tipe 1 terkadang terjadi pada DM tipe 2. Kondisi ini sering kali disebut
makan).
b. Kerontokan Rambut
vitamin C, mineral, dan obat penguat rambut, makan dalam waktu 2-3
mmHg.
b. Gangguan Jantung
tidak mampu masuk ke sel menjadi 25iabet. Jika demikian, tubuh pun
25
memberikan respon dengan memecah simpahan lemak secara besar –
c. Neuropati
terus menerus tinggi dalam jangka waktu yang lama akan merusak
d. Nefropati
sisa tidak dapat keluar dari tubuh dapat menggangu fungsi-fungsi organ
e. Renopati
pada retina mata. Kadar gula darah yang tinggi menyebabkan kerusakan
26
f. Katarak
tahun, namun pada penderita diabetes katarak biasa terjadi lebih dini.
Katarak ini ditandai dengan adanya selaput tipis yang menutupi lensa
operasi katarak.
g. Glaukoma
h. Ganggaun Hati
gemuk.
i. Gangguan Kulit
Yang diartikan sebagai keadaan tubuh dengan asam laktat yang tidak
27
2.1.10 Pemeriksaan Diagnostik
antara lain24 :
Cara screening ini cepat dan murah, caranya yakni dengan menusuk
ujung jari untuk mengambil tidak lebih dari setetes darah kapiler. Tes
ini juga disebut gula darah stick. Bisa dipakai untuk meriksa glukosa
darah puasa, 2 jam sesudah makan, maupun yang sewaktu atau acak.
Pada stick yang dipakai, sudah ada bahan kimia yang di tetesi darah
akan bereaksi dan dalam 1-2 menit sudah memberi hasil. Tes Gula
Darah Vena
gula darah setelah puasa minimal 8 jam dan gula darah 2 jam sesudah
makan.
Pada tes ini, merupakan tes yang paling teliti. Setelah 10 jam puasa,
lalu minum glukosa 75gr (kira-kira 2-3 kali lebih manis dari soft
drink). Untuk anak-anak, dosis glukosa adalah 1,75 gr/kg berat badan.
24
Tandra.H. (2017). Segala Seusatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Umum
28
c. Tes Glukosa Urine
Glukosa yang menimbun dalam darah akan keluar melalui urine dan
terdeteksi pada tes urine. Adanya gula dalam urine adalah indikasi
bahwa anda terkena diabetes. Namun, tes urine ini dapat dipakai untuk
itu sendiri, kadar gula dalam urine tergantung pada jumlah urine,
gula darah dalam 2-3 bulan terakhir. HbA1c normal adalah dibawah
2.1.11 Penatalaksanaan
penatalaksan DM yaitu25:
1. Pemberian Insulin
3. Pengaturan Makan
4. Olahraga
25
Varena, M. 2019. Asuhan Keperawatan Pada Tn.Z Dengan Diabetes Melitus dan Asuhan
Keperawatan Stroke, Cetakan Pertama Januari 2021
29
b. Penatalaksanaan keperawatan Diabetes Melitus Tipe 2 :
1. Diet
2. Olahraga
DM adalah :
30
resisten pada penderita dengan kegemukan atau menambah
dengan reseptornya
Rumus IMT
( )
( ) ( )
Tabel 2.2
Klasifikasi Obesitas
NHLBI Populer/Umum
31
5. Edukasi / penyuluhan
6. Pemberian obat-obatan
komplikasi.
luka pada luka kotor. Dengan tujuna untuk mencegah infeksi dan
hiperhidrasi
c. Penatalaksanaan medis
32
mempertahankan kontrol glikemik. Apabila terapi kombinasi oral
jenis insulin regular (R) dan insulin kerja sedang, Idealnya insulin
diberikan sekali untuk kebutuhan basal dan tiga kali dengan insulin
33
b. Obat antidiabetik oral
1. Sulfonilurea
yang lebih pendek atau metabolik tidak aktif yang lebih sesuai
(Varena, 2019).
(Varena, 2019).
34
Obat ini merupakan obat oral yang menghambat alfaglukosidase,
(Varena, 2019).
d. Thiazolidinediones
(Varena, 2019).
2.2.1 Pengakajian
35
lainnya. Kemudian perawat mengumpulkan data tentang stimulus fokal,
haus, sering buang air kecil, sering makan, berat badan yang menurun
munculnya sering buang air kecil (poliuria), sering lapar dan haus
yang salah atau tidak sehat saat sebelum sakit, yaitu memakan
36
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
37,4 ).
100x/menit).
24x/menit).
(composmentis).
37
Biasanya pada pasien dengan Diabetes Melitus warna rambut
2. Mata
3. Hidung
4. Telinga
kanan, tidak ada luka atau tidak terpasang alat bantu untuk
mendengar.
38
sekitar luka, kebersihan kulit kurang, tekstur rambut dan kuku
6. Leher
7. Thorax / Dada
a) Dada
normal 16 – 24x/i.
b) Kardiovaskular
teratur.
pekak.
39
8. Buah dada
9. Abdomen
parut.
35x/menit)
11. Ekstermitas
40
V. Aktivitas Sehari-Hari
a. Poli Eliminasi
begitu terganggu.
c. Nutrisi
d. Personal Hygiene
41
e. Riwayat Psikososial
keluarga baik.
f. Riwayat Spiritual
g. Riwayat Seksualitas
h. Data Penunjang
antara lain :
42
1. D.0027 Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah b.d resistensi insulin d.d
perifer
(SLKI)
43
- Lelah/lesu menurun kebutuhan insulin
darah, elektrolit,
tekanan darah
ortostatik dan
frekuensi nadi.
terapeutik :
44
oral
2. konsultasi dengan
edukasi :
1. anjurkan menghindari
250mg/dl
mandiri -anjurkan
dan olahraga
pentingnya pengujian
4. ajarkan pengelolaan
diabetes (mis.penggunaan
45
karbohidrat, dan bantuan
profesional kesehatan)
kolaborasi :
1. kolaborasi pemberian
2. kolaborasi pemberian
3. kolaborasi pemberian
(masukan dan
46
CRT)
4. monitor tingkat
pupil
terapeutik :
mempertahankan
perlu
perlu
edukasi :
1. jelaskan
penyebab/faktor risiko
syok
47
gejala awal syok
menemukan/merasaka
awal syok
4. anjurkan
memperbanyak asupan
cairan oral
5. anjurkan menghindari
alergen
kolaborasi :
1. kolaborasi pemberian
2. kolaborasi pemberian
perlu
3. kolaborasi pemberian
antiinfalamasi, jika
perlu
48
kriteria hasil : gejala lokal dan
meningkat terapeutik :
lingkungan pasien.
4. pertahankan teknik
berisiko tinggi
edukasi :
gejala infeksi
4. ajarkan cara
memeriksa kondisi
5. anjurkan
49
meningkatkan asupan
nutrisi
6. anjurkan
meningkatkan asupan
cairan
kolaborasi :
1. kolaborasi pemberian
50
2. lakukan pemijatan
3. bersihkan perineal
terutama selama
produk berbahan
ringan/alami dan
sensitive
4. hindari produk
Edukasi :
1. anjurkan
menggunakan
pelembab (mis.
Lotion, serum)
yang cukup
3. anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
51
4. anjurkan
meningkatkan asupan
5. anjurkan menghindari
6. anjurkan menggunkan
minimal 30 saat
menggunakan sabun
secukupnya.
52
menurun tidur
ketidaknyamanan
selama melakukan
aktivitas
Terapeutik :
1. sediakan lingkungan
suara, kunjungan)
2. lakukan latihan
dan/atau aktif
3. berikan aktivitas
distraksi yang
menenangkan
berjalan
Edukasi :
2. anjurkan melakukan
aktivitas secara
53
bertahap
3. anjurkan menghubungi
berkurang
untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi :
meningkatkan asupan
makanan.
diagnosis yang tepat, intervensi diharapkan dapat mencapi tujuan dan hasil
26
Khoir, Dilla, R, Clara, H.2019. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengsn Diabetes Melitus Tipe 2
54
2.2.5 Evaluasi
27
Ibid
55
BAB III
METODE PENELITIAN
Karya tulis ini menggunakan desain atau rancangan studi kasus. Studi kasus
aspek dimana dalam hal ini adalah individu secara menyeluruh sehingga dalam
II di Ruang Imam Bonjol Rs. TK III Dr. Reksodiwiryo Padang Tahun 2023.
Subyek dalam studi kasus ini adalah Tn. F dengan diagnosis Diabetes Melitus
(DM) Tipe II yang dirawat di Ruang Imam Bonjol Rs. TK III Dr. Reksodiwiryo
Fokus studi dari penelitian ini adalah penerapan asuhan keperawatan pada Tn.
28
Hidayat, A.Aziz Alimul, 2020. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data:
Yogyakarta. Salemba Medika
29
Soekidjo Notoatmodjo, 2020. Metodologi Penelitian Kesehatan: Jakarta. PT. Rineka Cipta
56
Asuhan keperawatan ini terdiri atas lima tahapan yang dimulai dari pengkajian,
apakah sudah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai atau belum berkaitan
oleh rusaknya pankreas yang menyebabkan kenaikan kadar glukosa dalam darah
Tempat dan waktu penelitian merupakan rencana tentang waktu dan tempat
yang akan dilakukannya penelitian ini oleh peneliti, penelitian studi kasus ini
dilakukan di Ruang Imam Bonjol Rs. TK III Dr. Reksodiwiryo Padang pada Mei
2023 dengan lama waktu penelitian 3 hari, yang dilaksanakan pada tanggal 19
Instrument yang digunakan dalam studi kasus ini yaitu format pengkajian
yang ditetapkan oleh pihak rumah sakit ataupun kampus. Adapun metode
pengumpulan data yang digunakan dalam studi kasus ini adalah sebagai berikut :
31
3.6.1 Wawancara
Meliputi data yang menyangkut semua aspek diri Tn. F, seperti identitas
30
Soekidjo Notoatmodjo, 2020. Metodologi Penelitian Kesehatan: Jakarta. PT. Rineka Cipta
31
Hidayat, A.Aziz Alimul, 2020. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
Yogyakarta Salemba Medika
57
kesehatan keluarga, keadaan psikososial, aktivitas sehari-hari, aspek sosial,
yang diperiksa mulai dari Head To Toe pada pasien dengan Diabetes
Melitus Tipe II
untuk mengetahui adanya hal yang tidak normal pada pasien dengan
beberapa bagian tubuh untuk mengetahui apakah ada hasil yang tidak
tambahan pada paru, bunyi jantung, dan bising usus pada pasien
dengan baik. Studi dokumentasi ini didapatkan dari Rekam Medis pasien,
32
Hidayat, A.Aziz Alimul, 2020. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
Yogyakarta
58
hasil laboratorium, hasil pemeriksaan diagnostik, dapat dilihat pada Rekam
Medis pasien. 33
data sampai pada saat semua data terkumpul. Analisa data dilakukan dengan
Penyaji data dapat dilakukan dengan tabel, bagan mampu teks naratif.
dari Tn. F.
33
Ibid
34
Ibid
59
3.6.4 Verifikasi Data / Kesimpulan
perilaku kesehatan.
F pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar
oleh peneliti. Hanya beberapa hal tertentu yang akan dilaporkan pada hasil
riset.
35
Hidayat, A. Aziz Alimul, 2020. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
Yogyakarta Salemba Medika
36
Hidayat, A. Aziz Alimul, 2020. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
Yogyakarta Salemba Medika
60
BAB IV
merupakan salah satu rumah sakit swasta milik TNI AD dan berada di
Kota Padang. Rumah Sakit ini juga merupakan rujukan yang berada di
diberikan. Sarana dan Prasana pokok terdiri dari rawat jalan dan rawat
inap. Rawat inap meliputi ruang Bagindo Aziz Chan, Ruang Rasuna
Said, Ruang Imam Bonjol, Ruang Agus Salim dan Ruang Sutan
4.1.2 Pengkajian
pasien.
61
a. Identitas pasien
Table 4.1
Nama Tn. F
Umur 26 Tahun
Pendidikan SMA
Agama Islam
Kuranji, Padang
No. MR 255120
62
Alasan Masuk Kaki sebelah kiri terasa kesemutan,
dihubungi
Pendidikan SMA
Pekerjaan Wirausaha
Berdasarkan tabel 4.1 diatas pada saat pengkajian yaitu pasien yang
medik Diabetes Melitus Tipe II, alasan masuk pasien karena kaki
dibagian kaki sebelah kiri yang sudah mengeluarkan nanah serta bau
tidak sedap serta gula darah Tn. F yang diatas batas normal.
63
b. Riwayat Kesehatan
Tabel 4.2
Riwayat Kesehatan
Diabetes Melitus
64
keturunan yaitu Diabetes Melitus.
sebelah kiri Tn. F dan juga ulkus pasien terus mengeluarkan nanah
dan bau tidak sedap dan Tn. F mengatakan sering BAK pada malam
hari dan selalu merasa lapar dan haus. Pada riwayat kesehatan dahulu,
65
c. Genogram
Bagan 4.3 Genogram
Keterangan :
: Laki - Laki
: Perempuan
: Tn. F
: Meninggal
menikah, Tn. F masih tinggal satu rumah dengan orang tuanya, Kakak
dan Abang dari Tn. F sudah menikah tetapi masih tinggal dalam satu
rumah. Ayah dari Tn. F sudah meninggal sejak Tn. F berumur 15 tahun.
66
d. Pemeriksaan fisik (Head To Toe)
1) Tanda-Tanda Vital
Tabel 4.3
Berat Badan 87 kg
Berdasarkan tabel 4.3 di atas, diperoleh tinggi Tn. F 166 cm, berat
Tabel 4.4
berwarna hitam
67
Keadaan Rambut Rambut Tn. F rontok
fisik rambut dan hygiene kepala pasien rambut Tn. F berbau dan
3) Mata
Tabel 4.5
Mata Pasien
kanan
kabur.
68
4) Hidung
Tabel 4.6
Hidung Pasien
Tn. F.
Tabel 4.7
69
Tonsil Pada tonsil Tn. F tidak ada
pembengkakan
6) Telinga
Tabel 4.8
Telinga Pasien
dan kanan
bantu pendengaran
dengan baik
Tn. F
70
7) Leher
Tabel 4.9
Leher Pasien
Tn. F
Tn. F
8) Dada / Thorax
a) Paru-paru
Tabel 4.10
Paru-paru Pasien
kanan
71
Palpasi Dada Tn. F teraba fremitus sama
b) Jantung
Tabel 4.11
Jantung Pasien
intercostal kiri ke V
72
9) Abdomen
Tabel 4.12
Abdomen Pasien
Tabel 4.13
genito urinaria
pekat
73
Berdasarkan tabel 4.12 di atas, didapatkan hasil pemeriksaan
fisik pada genito urinaria Tn. F mengeluh sering membuang air kecil
11) Ekstermitas
Tabel 4.14
Ekstermitas Pasien
normal tetapi pada sebelah kiri terdapat ulkus dan rasa nyeri skala 2,
74
sekitar 5-6 lubang dan diketahui dengan klasifikasi Grade 2 yaitu
luka melibatkan tendon atau kapsul dan Stage B yaitu Infeksi karena
12) Integumen
Tabel 4.15
Integumen Pasien
matang
(Grade 2 Stage B)
kehitaman pada kulit pasien dan pada kelainan pada kulit adanya
kerusakan pada kulit kaki sebelah kiri pasien karena adanya ulkus,
Stage B) dengan bau yang tidak sedap seperti bau amis dan bau
75
13) Sistem Moskuloskeletal
Tabel 4.16
Muskuloskeletal Pasien
Tn. F
kesemutan pada kaki sebelah kiri Tn. F dan adanya gerak terbatas
76
14) Sistem Persyarafan
Tabel 4.17
Persyarafan Pasien
yang baik
e. Aktivitas sehari-hari
Tabel 4.18
77
baik dan dapat nafsu makan menurun,
menghabiskan setengah
disediakan
pola nutrisi Tn. F pada waktu sehat tidak ada masalah, sedangkan
pada waktu sakit makan pasien 1 atau 2 kali dalam sehari dengan
pada saat sakit Tn. F meminum lebih dari 2 liter dan selalu merasa
haus.
Tabel 4.19
78
tidak menentu, BAK Tn. F waktu yang tidak menentu,
konsisten cair
pola eliminasi Tn. F pada saat sehat pasien BAK 2-5 x/hari pada
saat sakit BAK Tn. F lebih dari 10 kali dalam sehari pada waktu yang
tidak menentu dan berbau dan berwarna kuning pekat. Pada saat sehat
BAB Tn. F 1 kali sehari, sedangkan pada saat sakit BAB 1 kali dalam
2 hari.
Tabel 4.20
Istirahat
79
Malam Tn. F mengatakan saat Tn. F mengatakan waktu
pola tidur dan istirahat Tn. F pada saat sehat pasien tidak pernah tidur
siang karena bekerja sedangkan pada saat sakit Tn. F tidur sepanjang
hari. Pada saat sehat Tn. F tidur pada saat malam hari kurang lebih 7
jam sedangkan pada saat sakit hanya 3-4 jam karena nyeri pada kaki
bagian kiri Tn. F dan BAK selalu lebih sering pada malam hari.
Tabel 4.21
Latihan
80
bekerja kiri Tn. F terasa
karena ulkus.
sedangkan pada saat sakit Tn. F hanya bisa berbaring di atas tempat
tidur sepanjang hari dan tidak bisa berolahraga karena kaki sebelah
kiri Tn. F terasa kesemutan dan nyeri karena ulkus yang dimilikinya.
Tabel 4.22
Hygiene
pernah keramas
81
Berdasarkan tabel 4.22 di atas, hasil pengkajian personal
hygiene didaptkan bahwa saat sehat Tn. F mandi 2 kali sehari dipagi
dan sore hari, keramas 1 kali dalam sehari dan gosok gigi 2 kali sehari
yaitu pagi dan sore hari. Pada saat sakit Tn. F tidak mandi, hanya dilap
saja dibantu oleh keluarga dan tidak pernah keramas, Tn. F gosok gigi
Tabel 4.23
berkomunikasi
belum stabil
lain
82
Berdasarkan tabel 4.23 di atas, hasil pengkajian data psikososial di
Tabel 4.24
pasien
terasa lemas.
waktu, tetapi pada saat sakit Tn. F jarang melaksanakan ibadah karena
83
8). Data penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
Tabel 4.25
Pemeriksaan Laboratorium
Rujukan
2023
µL
400.000 µL
Sewaktu
84
9). Pemeriksaan Diagnostik
Tabel 4.26
Pemeriksaan Diagnostik
Tanggal
- Jantung tidak
membesar
- Aorta
mediastinum
superior tidak
melebar
- Kedua hilus
tidak
melebar/meneb
al
- Kedua
diafragma licin
- Kedua sinus
kostofrenikus
lancip
85
10). Data pengobatan
Tabel 4.27
Data Pengobatan
Pemberian
merelaksasikan otot
pembuluh darah.
lambung, mengatasi
peradangan pada
lambung dan
mencegah
pendarahan pada
saluran pencernaan
produksi asam
lambung seperti
muntah
86
serta mengobati mual
muntah
berguna untuk
pengobatan sejumlah
infeksi bakteri
Diabetes Melitus
mengandung Insulin
Diabetes Melitus,
untuk menurunkan
menit setelah
disuntikkan kedalam
tubuh
8. RL Untuk memenuhi
87
4.1.3 Analisa Data
Tabel 4.28
Analisa Data
haus
mengatakan efektif
nafsu makan
menurun
c. Pasien Hiperglikemia
mengatakan
badan terasa
lemah
DO:
a. Pasien tampak
lemah
b. Pasien tampak
kurang
beraktivitas
c. GDR : 317
mg/dL
88
TTV :
TD : 123/90 mmHg
RR : 25x/menit
N : 100x/menit
S : 36C
a. Pasien elektrolit
mengatakan
lubang di kaki
b. Pasien
lubang di kaki
mengeluarkan
nanah Infeksi
c. Pasien
mengatakan
lubang di sebelah
kaki kiri
mengeluarkan
d. sedap
89
DO:
a. Pasien tampak
tidak nyaman
karena ulkusnya
b. Pasien tampak
meringis
lemah
mengatakan
lemah
lemah
keluarganya
Mudah lelah
90
4.1.4 Diagnosa Keperawatan (SDKI)
Umur : 26 Tahun
No. Mr : 255120
Tabel 4.29
Diagnosa Keperawatan
Keperawatan
meningkat
Diabetes Melitus)
Aktivitas d.d
gangguan sirkulasi
91
4.1.5 Intervensi Keperawatan (SLKI)
Tabel 4.30
Intervensi Keperawatan
Keperawatan
(SDKI)
92
- Kesulitan bicara (mis. Poliuria,
menurun polidypsia,
darah, elektrolit,
tekanan darah
ortostatik dan
frekuensi nadi
Terapeutik
- Berikan asupan
cairan oral
- Konsultasikan
hiperglikemia tetap
- Fasilitasi ambulasi
93
ortostatik
Edukasi
- Anjurkan
menghindari
dari 250mg/dL
- Anjurkan monitor
secara mandiri
- Anjurkan kepatuhan
olahraga
pentingnya
pengujian keton
- Ajarkan pengelolaan
diabetes (mis.
Penggunaan insulin,
asupan cairan,
penggantian
karbohidrat, dan
94
bantuan
professional)
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian insulin,
jika perlu
- Kolaborasi,
pemberian cairan
meningkat pengunjung
lingkungan pasien.
95
- pertahankan teknik
berisiko tinggi
Edukasi
gejala infeksi
- ajarkan cara
mencuci tangan
dengan benar
- ajarkan cara
memeriksa kondisi
operasi
- anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
- anjurkan
meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi
- kolaborasi
pemberian
imunisasi, jika
96
perlu.
menurun ketidaknyamanan
- sediakan lingkungan
stimulus (mis.
Cahaya, suara,
kunjungan)
- lakukan latihan
97
dan/atau aktif
- berikan aktivitas
distraksi yang
menenangkan
- fasilitasi duduk di
berpindah atau
berjalan
Edukasi
- anjurkan tirah
baring
- anjurkan melakukan
aktivitas secara
bertahap
- anjurkan
menghubungi
tidak berkurang
- ajarkan strategi
koping untuk
mengurangi
kelelahan
98
Kolaborasi
- kolaborasi dengan
meningkatkan
asupan makanan.
99
4.1.6 Catatan Keperawatan
Umur : 26 Tahun
No. Mr : 255120
Tabel 4.31
. Keperawatan
darah b.d resistensi hiperglikemia (Diabetes - Pasien mengatakan sering Buang Air Kecil
100
darah/ urin kadar glukosa darah (GDS
O:
meningkat. : 317 mg/dL)
5. Ajarkan pengelolaan
A : Masalah belum teratasi
diabetes (penggunaan
6. melakukan pemeriksaan
TTV
TD : 123/90 mmHg
101
RR : 25x/menit
N : 100x/menit
S : 36C
4. pertahankan teknik O :
102
5. ajarkan cara memeriksa - Ada beberapa ulkus di bagian kaki sebelah
operasi
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
103
ketidaknyamanan - Pasien tampak tidak bisa begerak
P : Intervensi dilanjutkan
Tabel 4.32
. Keperawatan
104
darah b.d resistensi hiperglikemia (mis. segar
insulin d.d kadar Diabetes Melitus) - Pasien mengatakan masih sering Buang Air
darah/ urin kadar glukosa darah (GDS - Pasien mengatakan masih sering merasa haus
gejala hiperglikemia
(poliuria, polidipsi,
polifagia, kelemahan)
105
5. Berkolaborasi
(Novorapid)
(mis. Diabetes pada area adema - Pasien mengatakan luka Tn. F masih
melitus) 3. cuci tangan sebelum mengeluarkan nanah tetapi sedikit dan terasa
4. pertahankan teknik
O:
aseptic pada pasien
106
berisiko tinggi
- Ulkus pasien mengeluarkan bau tidak sedap
5. ajarkan cara memeriksa
- Ada beberapa ulkus di bagian kaki sebelah
kondisi luka atau luka
kiri pasien
operasi
- Kassa basah sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
ketidaknyamanan
107
selama melakukan
O:
aktivitas
P : Intervensi dilanjutkan
108
Tabel 4.33
. Keperawatan
insulin d.d kadar Diabetes Melitus) - Pasien mengatakan masih sering Buang Air
darah/ urin kadar glukosa darah (GDS - Pasien mengatakan masih sering merasa haus
109
makan yang harus
P : Intervensi dihentikan, Pasien Pulang.
dihindari)
gejala hiperglikemia
(poliuria, polidipsi,
polifagia, kelemahan)
5. Berkolaborasi
(Novorapid)
penyakit kronis 2. berikan perawatan kulit - Pasien mengatakan kaki sebelah kiri pasien
110
melitus) 3. cuci tangan sebelum - Pasien mengatakan luka sudah tidak
lingkungan pasien.
O:
4. pertahankan teknik
operasi
A : Masalah belum teratasi
111
sirkulasi tidur - Pasien mengatakan kaki rasa nyeri pada kaki
ketidaknyamanan
O:
selama melakukan
masih terbatas
112
4.2 Pembahasan
a. Identitas Pasien
kaki sebelah kiri dan mengeluarkan nanah serta bau tidak sedap.
b. Riwayat Kesehatan
sebelah kiri dan mengeluarkan nanah serta bau tidak sedap dan
113
diabetes melitus.37 Hal ini sesuai dengan teori menurut Ferawati,
adalah pola makan yang salah, pola makan yang salah dapat
37
Manurung, N. 2018. Keperawatan Medikal Bedah Konsep Mind Maping dan NANDA NIC NOC.
Jakarta: CV Trans Info Media
38
Ferawati,dkk.2020. Dinas Kesehatan Kota Padang Diakses Selasa, 1 Februari 2022 (Dinkes
Padang.go.id)
39
Manurung, N. 2018. Keperawatan Medikal Bedah Konsep Mind Maping dan Nanda NIc NOC
Jakarta: CV Trans Info Media
114
Manurung 2018 faktor genetic memegang peranan dalam proses
Melitus, rasio diabetes dan nondiabetes pada anak adalah 1:1 dan
c. Pemeriksaan Fisik
1) Tanda-tanda Vital
pernapasan 25x/menit.
Hal ini sesuai dengan teori Marabessy, Nur Bharia, dkk (2020)
3) Mata
lengkap kiri dan kanan, mata pasien tampak simetris kiri dan
40
Manurung, N. 2018. Keperawatan Medikal Bedah Konsep Mind Maping dan Nanda NIc NOC
Jakarta: CV Trans Info Media
41
Marasabessy, Nur Baharia, dkk.2020, Pencegahan Penyakit Diabetes Melitus (DM) Tipe II
115
tampak anemis, dan pupil mata pasien isokor, dan pasien
4) Hidung
pasien.
42
Syawal. 2019. Faktor Yang Berhubungan Dengan Ketajaman Penglihatan Pasien Diabetes Mellitus
Tipe 2 Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Biringkanaya Kota Makasar. Jurnal Media
Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makasar Vol 09 No 02
43
Maria, Insana.2021. Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus dan Asuhan Keperawatan Stroke
Yogyakarta; CV, Budi Utama
116
5) Mulut dan Tenggorokan
pasien, lidah pasien tampak kotor dan tonsil pasien tidak ada
pembengkakan.
6) Telinga
telinga pasien.
7) Leher
typoid pada leher pasien, dan tidak adanya kekauan pada leher
pasien.
8) Dada/Thorax
a) Paru-paru
kiri dan kanan, pada saat perkusi terdengar sonor, dan pada
117
b) Jantung
ataupun murmur.44
9) Abdomen
adanya nyeri tekan dan tidak ada pembesaran hepar, dan pada
44
Wijaya,Andra Saferi dan Yessie Mariza Putri. 2018.Keperawatan Medikal Bedah 2 Keperawatan
Dewasa Teoridan ContohAskep.Jogjakarta:Nuha Medika
118
pasien mengeluh sering membuang air kecil, dan urine berwarna
kuning pekat.
11) Ekstermitas
berbau amis dan bau nanah, dan terasa seperti kesemutan jika
45
Wijaya,Andra Saferi dan Yessie Mariza Putri. 2018.Keperawatan Medikal Bedah 2 Keperawatan
Dewasa Teoridan ContohAskep.Jogjakarta:Nuha Medika
119
kesemutan, baal/kebas dll.46 Hal ini membuktikan bahwa data
12) Integumen
46
Maria, Insana.2021. Asuhan Kperawatan Diabetes Melitus dan Asuhan Keperawatan Stroke.
Yogyakaerta: CV. Budi Utama
47
Wijaya,Andra Saferi dan Yessie Mariza Putri. 2018.Keperawatan Medikal Bedah 2 Keperawatan
Dewasa Teoridan ContohAskep.Jogjakarta:Nuha Medika
48
Maria, Insana.2021. Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus dan Asuhan Keperawatan Stroke.
Yogyakarta: CV. Budi Utama
120
musculoskeletal pasien, pasien mengalami gerakan terbatas
pada kaki sebelah kiri dan terasa kebas, dan pasien tidak
49
Wijaya,Andra Saferi dan Yessie Mariza Putri. 2018.Keperawatan Medikal Bedah 2 Keperawatan
Dewasa Teoridan ContohAskep.Jogjakarta:Nuha Medika
50
Hasanuddin, F.2020. Penerapan Asuhan Keperawatan pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Dalam
Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi. Journal Of Health, Education And Litercy (J-Health)
51
Parkemi.2018. Jurnal asuhan keperawatan pada pasien dengan Diabetes Melitus Tipe II
121
baik ataupun menurun bahkan koma, klien bisa pusing, merasa
a) Pola Nutrisi
52
Wijaya,Andra Saferi dan Yessie Mariza Putri. 2018.Keperawatan Medikal Bedah 2 Keperawatan
Dewasa Teoridan ContohAskep.Jogjakarta:Nuha Medika
53
Suyanto, A. 2018. Asuhan Keperawatan Keluarga Tn.T Dengan Ny.S menderita diabetes mellitus di
wilayah kerja puskesmas Mantrijeron Kota Yogyakarta.
54
Maria, Insana. 2021. Asuhan keperawatan Diabetes Melitus dan Asuhan Keperawatan Stroke.
Yogyakarta: CV. Budi Utama
122
Tipe II sering merasa haus (polidipsia) dikarenakan ginjal
gangguan lambung.56
b) Pola Eliminasi
pada saat malam hari. BAK pasien berwarna kuning pekat dan
Kondisi ini terjadi ketika kadar gula darah tinggi, tubuh akan
55
Nurmila.2017.Jurnal Kesehatan Dalam Keperawatan Diabetes Melitus
56
Mariana, Insana.2021. Asuhan keperawatan Diabetes Melitus dan Asuhan Keperawaran Stroke.
Yogyakarta: CV. Budi Utama
57
Irma. 2020. Identifikasi Kualitas Hidup Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Wilayah Kerja
Puskesmas Pucang Sewu Surabaya
123
didukung oleh penelitian Rudi Haryono (2019) menyatakan
58
Hasanuddin, F.2020. penerapan Asuhan Keperwatan Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Dalam
Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi. Jurnal Of Health, Education and Literacy (j-health)
59
Wijaya,Andra Saferi dan Yessie Mariza Putri. (2018).Keperawatan Medikal Bedah 2 Keperawatan
Dewasa Teoridan ContohAskep.Jogjakarta:Nuha Medika
60
Maria, Insana 2021. Asuhan Kperawatan Diabetes Melitus dan Asuhan Keperawatan Stroke,
Yogyakarta: CV. Budi Utama
124
16) Pola Aktivitas dan Latihan
mengatakan pada saat sakit hanya bisa diatas tempat tidur dan
125
baik, dan hubungan pasien dengan orang lain baik. Hal ini
a) Pemeriksaan Laboratorium
63
Parkemi.2018. Jurnal asuhan keperawatan pada pasien dengan Diabetes Melitus Tipe II
64
Haryono.2019. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gangguan Sistem Endokrin. Yogyakarta: PT.
Pustaka Baru
126
(>200 mg/dl).65 Hal ini membuktikan bahwa data yang peneliti
pasien eperison 2x1 obat oral, sucralfat syrup 3x1 obat oral,
lovemir 1x1 obat injeksi, novorapid 1x1 obat injeksi, dan RL.
d. Diagnosa Keperawatan
65
Adelin, Riski.2018. Jurnal Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Diabetes Melitus di RSUD
Bekasi
66
Ibid
67 st
PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik (1 ed.)
DPP PPNI.
127
dengan penyakit kronis (mis. Diabetes melitus). Menurut SDKI
e. Intervensi Keperawatan
68
Ibid
69
Najihah. 2020. Infeksi Luka Kaki Diabetik dan Faktor Resikonya : Literature Riview. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Pencerah, 09(2), 179-185.
70
Tim Pokja SDKI DPP PPNI,2018, Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1, Jakarta,
Persatuan Perawat Indonesia
71
Afisa, E. 2019. Tingkat Kelelahan Pasien Diabetes Mellitus Yang Berobat Di Poliklinik Rumah Sakit
Universitas Sumatera Utara.
128
direncanakan intervensi yaitu manajemen hiperglikemia, untuk
f. Implementasi Keperawatan
Observasi :
Teraputik :
129
3) Fasilitasi ambulasi jika ada hipotensi ortostatik
Edukasi :
bantuan professional)
Kolaborasi :
Observasi :
Teraputik :
lingkungan pasien.
130
Edukasi :
Observasi :
kelelahan
aktivitas
Terapeutik :
suara, kunjungan)
atau berjalan
131
Edukasi :
tidak berkurang
Kolaborasi :
makanan.
g. Evaluasi Keperawatan
pasien mengalami lemah, sering buang air kecil dan sering merasa
haus, gula darah sewaktu 317 mg/dL. Pada hari ke tiga pasien
mengatakan masih suka merasa haus dan masih sering Buang Air
132
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Bonjol RS TK III Dr. Reksodiwiryo Padang Tahun 2023, maka dapat ditarik
kesimpulan :
a. Pengkajian
sesuai dengan teori yaitu pasien mengalami ulkus pada ekstermitas bawah
b. Diagnosis Keperawatan
133
c. Intervensi Keperawatan
d. Implementasi Keperawatan
19 Mei 2023.
e. Evaluasi Keperawatan
Pada Tn. F didapatkan Gula Darah Tn. F sudah stabil, ulkus pasien sudah
tidak mengeluarkan bau dan kassa sudah tidak basah karena nanah yang
keluar dari ulkus Tn. F dan dapat peneliti atasi pada hari ketiga rawatan
134
5.2 Saran
a. Bagi Peneliti
Diabetes Melitus.
Intoleransi Aktivitas.
135
DAFTAR PUSTAKA
Adelin, Riski (2018). Jurnal Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Diabetes
Pembelajaran.
2020.
Ferawati, dkk (2020). Dinas Kesehatan kota Padang Diakes Selasa, 1 Februari 2020
(Dinkes Padang.go.id)
136
Khoir, Dilla, R, Clara, H.2019. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengsn Diabetes
Melitus Tipe 2
Lestari, Zulkarnain & Sijid, 2021. Diabetes Melitus: Review etiologi, patofisiologi,
(DM)Tipe II
Najihah. (2020). Infeksi Luka Kaki Diabetik dan Faktor Resikonya : Literature
Perkemi (2018). Jurnal Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Diabetes Melitus
Tipe II
137
Keluarga
Tandra.H. (2017). Segala Seusatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2018), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Saputri, Setiani, & Dewanti, 2018. Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.9 No.2, Mei 2021.
Smeltzer & Bare (2015). Buku ajar keperawatan Medikal Bedah Bruner & suddarth
Asam Urat.
Subiyanto. (2019). Buku berdamai dengan diabetes, cetakan kedua, april 2019.
Varena, M. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Tn.Z Dengan Diabetes Melitus dan
138
Asuhan Keperawatan Stroke, Cetakan Pertama Januari 2021
Yuni Astuti 1 , Dea Juvenia2. Pelaksanaan Edukasi Tentang Perawatan Kaki untuk
Tahun 2020.
139
140
141
142
143
144
145
146
147