SAMARINDA
Oleh :
SAMARINDA
Untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep)
Pada Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur
Oleh :
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Data Diri
Agama : Islam
B. Riwayat Pendidikan
Kalimantan Timur
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT serta shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada baginda kita Rasullullah SAW, atas berkat rahmat, dan
karunia- Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan
RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda”, sesuai dengan waktu yang telah
direncanakan.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini mendapat
banyak bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
3. Ns. Tini, S. Kep., M. Kep selaku Ketua Program Studi D-III Keperawatan
Ilmiah ini.
5. Ns. Hesti Prawita W., SST., M. Kes selaku Dosen Pembimbing 2 yang telah
Ilmiah ini.
v
6. Para dosen dan staff pendidikan di Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan
7. Kedua orang tua saya, Ayahanda Sarjono dan Ibunda Atik Setiyaningsih yang
menyemangati saya.
9. Sahabat saya, Ajeng Ayu Rengganis dan sahabat saya di Bontang yang telah
memotivasi dan menyemangati saya dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
10. Teman dekat saya Tutus, Elza, Bima, Linda, Purna, Rusti, Rosa, Yasmin, Aina,
Firda, Tasya, Mila, Silmy, dan Nanda yang telah memotivasi, memberikan
11. Serta teman-teman dan semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu
yang telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Akhir kata penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ilmiah ini
masih jauh dari sempurna. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun dan berharap semoga penulisan ini dapat bermanfaat bagi
Penulis
v
ABSTRAK
Kaltim
v
DAFTAR ISI
Surat Pernyataan........................................................................................................ii
Lembar Persetujuan..................................................................................................iv
Lembar Pengesahan...................................................................................................v
Kata Pengantar.........................................................................................................vi
Abstrak...................................................................................................................viii
Daftar Isi...................................................................................................................ix
Daftar Tabel...........................................................................................................xiii
Daftar Bagan..........................................................................................................xiv
Daftar Lampiran......................................................................................................xv
BAB 1 PENDAHULUAN
i
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian............................................................................................9
2.1.2 Etiologi..............................................................................................10
2.1.3 Klasifikasi..........................................................................................12
2.1.5 Patofisiologi.......................................................................................17
2.1.6 Pathway.............................................................................................19
2.1.7 Komplikasi........................................................................................20
2.1.10 Penatalaksanaan.................................................................................27
2.2.1 Pengkajian.........................................................................................38
4.1 Hasil................................................................................................................63
4.2 Pembahasan..................................................................................................129
5.2 Saran.............................................................................................................150
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN - LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR BAGAN
x
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB 1
PENDAHULUAN
macam kegagalan organ tubuh, hingga kematian (Putri & Waluyo, 2019).
disebutkan dua jenis strategi dalam penanggulangan PTM yakni strategi global
dan strategi regional. Strategi global antara lain : pencegahan PTM, penguatan
antara lain : advokasi & kemitraan, promkes & penurunan faktor risiko,
itu pada penduduk usia 15-59 tahun wajib mendapatkan pelayanan skrining
(Heryana, 2019).
1
2
dan ekonomi global. Sekitar 1 dari setiap 11 orang dewasa menderita diabetes
melitus tipe 2, dan sekitar 75% penderita diabetes melitus tinggal di negara
diabetes yang sering terjadi dan 85-90 % dari seluruh penderita diabetes yaitu
dengan angka kejadian, komplikasi dan mortalitas lebih tinggi pada lansia
yang sering terjadi adalah Diabetes Melitus Tipe 2 dan kejadiannya meningkat
melitus adalah 422 juta jiwa, sedangkan menurut data International Diabetes
Federation (IDF) pada tahun 2019, diperkirakan sebanyak 10,7 juta jiwa
tahun 2030 dan 2045, Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah
usia lebih dari 15 tahun sebesar 2%, data tersebut menunjukkan peningkatan
termasuk lima besar penyakit yang paling banyak terjadi. Penderita diabetes
kelompok usia yaitu kelompok dewasa akhir (46-65 tahun) sebesar 57,0%.
ditemukan adalah kategori buruk (> 8%) yaitu 56,0% (Irawan et al., 2022).
sulfonylurea dosis dua atau tiga kali sehari mencapai 57%. Selain faktor
karbohidrat, dan protein. Hal tersebut disebabkan oleh jadwal makan dan
jumlah porsi makan yang tidak tepat, sehingga penyerapan asupan zat gizi
Kemudian, diabetes melitus tipe 2 dapat terjadi akibat berat badan seseorang
melebihi batas IMT. IMT yang tinggi akan memiliki risiko 2 kali lebih besar
untuk terkena diabetes melitus tipe 2 dibandingkan dengan IMT yang rendah
keperawatan yang muncul pada pasien dengan diabetes melitus adalah sebagai
penyakit kronis. Program ini dijalankan melalui fasilitas kesehatan mulai dari
tingkat pertama yaitu puskesmas dan klinik pratama. Kegiatan prolanis terdiri
dari enam jenis yaitu konsultasi medis, edukasi peserta, reminder SMS
terdiri dari 3
5
risiko diabetes melitus (mereka yang belum menderita diabetes melitus tetapi
risiko tinggi.
mengontrol gula darah pada penderita diabetes melitus rendah, maka mampu
tantangan yang
6
besar agar tidak terjadi keluhan subjektif yang mengarah pada kejadian
komplikasi. Diabetes melitus bila tidak tertangani secara tepat, maka bisa
tindakan keperawata.
dalam studi kasus ini adalah “Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Samarinda.
7
Sjahranie :
Samarinda
Samarinda.
Samarinda.
8
Sjahranie.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
2018).
protein. Efek jangka panjang dari diabetes melitus dapat menyebabkan seperti
insulin, tetapi sel tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efisien untuk
kegagalan bahkan kerusakan organ pada mata, ginjal, pembuluh darah dan
9
1
2.1.2 Etiologi
berkaitan erat dengan peran penting hormon insulin dan reseptornya dalam
sel tubuh manusia. Ada dua etiologi yang berperan pada kejadian diabetes
melitus tipe 2. Di satu sisi, terjadi karena adanya penurunan sensitivitas dari
cukup, reseptor insulin tidak dapat bekerja dengan baik untuk menurunkan
kadar glukosa darah akibat kerusakan pada reseptor insulin di sel. Dengan
glukosa darah tidak dapat masuk ke dalam sel. Kedua karena penurunan
diabetes melitus tipe 2 belum diketahui secara jelas. Namun, terdapat faktor
melitus tipe ini. Faktor-faktor risiko inilah yang diduga kuat menyebabkan
lain :
1
1) Obesitas
dengan indeks massa tubuh (IMT) > 23 kg/ m2 atau 120% memiliki
(obesitas sentral), risiko diabetes melitus tipe 2 lebih besar daripada jika
2) Dislipidemia
3) Usia
terutama setelah usia 45 tahun. Hal ini terjadi karena orang cenderung
4) Pre-diabetes
diabetes. Pasien dengan riwayat glukosa darah puasa terganggu < 140
2.1.3 Klasifikasi
relatif.
ambilan glukosa oleh sel akibat defisiensi insulin. Ini menyebabkan sel
arteri yang menuju ke kaki. Adanya sumbatan arteri yang makin parah
pada tahap lanjut akan menyebabkan rasa nyeri. Bahkan, pada tahap
akhir dimana sel saraf perifer mengalami kerusakan dan kematian akan
Rasa gatal pada daerah genital dan keputihan pada wanita, luka
infeksi yang sulit sembuh atau bisul yang hilang timbul terjadi akibat
7) Mata kabur
8) Disfungsi ereksi
mencapai ereksi.
gatal, mudah terkena infeksi bakteri atau jamur, dan penyembuhan luka
yang lama. Namun, pada beberapa kasus, penderita diabetes melitus tidak
atas gula darah setelah berpuasa (minimal 8 jam), gula darah 2 jam setelah
makan, dan gula darah sewaktu. Selain ketiga pemeriksaan tersebut, dokter
2020).
1
2.1.5 Patofisiologi
dan obesitas yang menjadi sel beta pankreas sehingga merusak sekresi
sekresi intra sel membuat insulin tidak terikat dengan reseptor khusus pada
permukaan sel sehingga gula dalam darah tidak dapat dibawa masuk oleh
sel. Ketika gula tidak dapat diambil, mengakibatkan kadar glukosa darah
glukosa darah.
sel tubuh, sehingga terjadi peningkatan kadar glukosa darah sebesar 300-
melitus tipe 2, masih ada cukup insulin untuk mencegah pemecahan lemak
dan produksi badan keton secara bersamaan. Oleh karena itu, ketoasidosis
1
diabetes jarang terjadi pada pasien diabetes melitus tipe 2. Diabetes melitus
tipe 2 yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lain yang
2.1.6 Pathway
Obesitas, Usia
Ketidakstabil
an Kadar
Glukosa
Risi
ko
Infe
2
2.1.7 Komplikasi
dan kulit. Berbanding lurus dengan hasil penelitian oleh Dugan dan
Shubrook, studi terbaru dari LeMone et.al. (2016) juga mendapatkan hasil
trombosit.
ginjal kronik.
diabetes melitus :
1) Penyakit stroke
makanan. Bila hal ini diabaikan, maka penyakit ini juga bisa
glukosa darah sangat diperlukan ( kadar glukosa darah > 180 mg/ dL )
target glukosa darah untuk pasien stroke akut adalah 110-140 mg/ dL
penyembuhan.
2) Penyakit jantung
mengakibatkan otot
2
3) Kelainan mata
kelainan yang cukup serius pada mata. Kelainan mata yang dapat
terjadi akibat diabetes melitus antara lain adalah katarak, glaucoma, dan
produktif.
dan
2
darah dengan nilai satuan yang dinyatakan dalam milligram per desiliter
(mg/ dL) atau milimoles per liter (mmol/ L). Beberapa cara pemeriksaan
Sampel darah akan diambil pada waktu acak. Terlepas dari kapan
seseorang terakhir makan, kadar gula darah sewaktu ≥ 200 mg/ Dl (11,1
2
Sampel darah akan diambil setelah puasa semalam selama 8-10 jam.
Tingkat gula darah puasa kurang dari 100 mg/ dL (5,6 mmol/ L) adalah
normal. Tingkat gula darah puasa dari 100 hingga 125 mg/dL (5,6
L) atau lebih tinggi pada dua tes terpisah berarti pasien menderita
diabetes.
Untuk tes ini, pasien harus berpuasa semalam selama 8-10 jam,
minum air putih tanpa gula tetap diperbolehkan. Setelah diperiksa kadar
gula darah puasa, pasien diberi glukosa 75 gram yang dilarutkan dalam
air 250 cc, lalu diminum dalam waktu 5 menit, selanjutnya berpuasa
Pembacaan 200 mg/ dL (11,1 mmol/L) atau lebih tinggi setelah dua jam
dalam
2
sel darah merah. Semakin tinggi kadar gula darah, semakin banyak
Sumber : (PERKENI,2021)
3) Asam lemak bebas, kadar lipid dan kolestrol meningkat (data penting
8) Darah lengkap
9) Ureum/ Kreatinin
11) Urine
(glukosuria dan tanda DKA). Pada kondisi ini berat jenis dan
pernapasan serta infeksi pada luka yang perlu diidentifikasi jenis bakteri
13) EKG
2.1.10 Penatalaksanaan
baik apabila penderita tidak dapat mengelola dan mengontrol diri mereka
kegiatan jasmani atau olah raga. Apabila langkah tersebut belum tercapai
penggunaan obat-obatan baik obat oral atau insulin dan terakhir adalah
2.1.10.1 Edukasi
penyakinya.
secara berkelanjutan
pengobatan
mutakhir tentang DM
perbaikan kadar glukosa dan lemak darah pada pasien yang gemuk
(1) Karbohidrat
(2) Lemak
(3) Protein
tempe.
3
(4) Natrium
perhari.
(5) Serat
neotame.
2) Kebutuhan kalori
berikut :
berlaku rumus :
Keterangan :
- BB normal: ±10%
(2) Umur
dengan total 150 menit per minggu merupakan salah satu pilar
tipe 2.
melitus:
rendah.
- Sulfonilurea
- Glinid
- Metformin
- Tiazolidinedion (TZD)
(1) Insulin
terhadap insulin.
Efek samping yan mbul pada pemberian obat ini antara lain
dulaglutide.
3) Terapi Kombinasi
tiga obat oral. Terapi dapat diberikan kombinasi tiga obat anti-
hiperglikemia oral.
HbA1c.
1) Pemantauan Hb1Ac
hypoglycemic spells.
2.2.1 Pengkajian
atau orang yang merawat klien terkait kondisi atau persepsi masalah yang
objektif. Data subjektif merupakan data yang berasal dari pernyataan verbal
klien atau orang terdekat klien. Sedangkan data objektif adalah data yang
terukur dan berwujud seperti tanda-tanda vital, asupan dan luaran, serta
tinggi dan berat badan. Asal data dibedakan menjadi data primer (dari klien
1) Identitas Klien
urine serta rasa haus, dehidrasi, sakit kepala serta peningkatan suhu
tubuh.
kesadaran.
4
4) Riwayat Kesehatan
1. Pola Eliminasi
2. Pola Makan
lemak. Makan terlalu banyak karbohidrat dari nasi dan roti bisa
(glikogen)
3. Personal Hygiene
5) Pemeriksaan Fisik
posterior.
berminyak
4
- Inspeksi : tidak ada sianosis, jejas, dan jari tabuh, CRT dapat
- Palpasi : ictus cordis tidak teraba, nadi > 84x/ I, akral teraba
nyeri dada
Melitus tipe 2
dan pada sistem integument biasanya terdapat lesi atau luka pada
kulit yang lama sembuh. Kulit kering ada ulkus di kulit, luka yang
mengabsorbsi nutrient
regulasi
neuropati perifer
Melitus)
keperawatan. Pada tahap ini tujuan perlu ditetapkan, baik jangka pendek
kesehatan pasien agar sejalan dengan tujuan serta nilai perseorangan pasien
(PPNI, 2018).
No. Diagnosis
Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
Keperawatan
(SLKI) (SIKI)
(SDKI)
1. Ketidakstabilan kadar Setelah dilakukan Manajemen Hiperglikemia
glukosa darah (D.0027) intervensi selama 3x24 (I.03115)
b.d hiperglikemia jam diharapkan, Observasi
resistensi insulin Kestabilan Kadar 1.1 Identifikasi kemungkinan
Glukosa Darah penyebab hiperglikemia
Gejala dan Tanda Mayor (L.03022) meningkat 1.2 Identifikasi situasi yang
: dengan kriteria hasil : menyebabkan kebutuhan
Hiperglikemia 1. Lelah/ lesu menurun insulin meningkat
Subjektif 2. Kadar glukosa dalam 1.3 Monitor kadar glukosa
1. Lelah atau lesu darah membaik darah, jika perlu
Objektif
4
No. Diagnosis
Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
Keperawatan
(SLKI) (SIKI)
(SDKI)
1. Kadar glukosa 1.4 Monitor tanda dan gejala
dalam darah/ urin hiperglikemia
tinggi 1.5 Monitor intake dan ouput
cairan
Gejala dan Tanda Minor 1.6 Monitor keton urin, kadar
: analisa darah, elektrolit,
Hiperglikemia tekanan darah ortostatik
1. Mulut kering dan frekuensi nadi
2. Haus meningkat Teraupetik
Objektif 1.7 Berikan asupan cairan oral
1. Jumlah urin 1.8 Konsultasi dengan medis
meningkat jika tanda dan gejala
hiperglikemia tetap ada
atau memburuk
1.9 Fasilitasi ambulasi jika ada
hipotensi ortostatik
Edukasi
1.10 Anjurkan menghindari
olahraga saat kadar glukosa
darah lebih dari 250 mg/ dL
1.11 Anjurkan monitor kadar
glukosa darah secara
mandiri
1.12 Anjurkan kepatuhan
terhadap diet dan olahraga
1.13 Ajarkan indikasi dan
pentingnya pengujian keton
urine, jika perlu
1.14 Ajarkan pengelolaan
diabetes
Kolaborasi
1.15 Kolaborasi pemberian
insulin, jika perlu
1.16 Kolaborasi pemberian
cairan IV, jika perlu
1.17 Kolaborasi pemberian
kalium, jika perlu
Manajemen Hipoglikemia
(I.03115)
Observasi
1.18 Identifikasi tanda dan
gejala hipoglikemia
1.19 Identifikasi kemungkinan
penyebab hipoglikemia
Terapeutik
1.20 Berikan karbohidrat
sederhana, jika perlu
1.21 Berikan glukagon, jika
perlu
4
No. Diagnosis
Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
Keperawatan
(SLKI) (SIKI)
(SDKI)
1.22 Berikan karbohidrat
kompleks dan protein
sesuai diet
1.23 Pertahankan kepatenan
jalan napas
1.24 Pertahankan akses IV, jika
perlu
1.25 Hubungi layanan medis
darurat, jika perlu
Edukasi
1.26 Anjurkan membawa
karbohidrat sederhana
setiap saat
1.27 Anjurkan memakai
identitas darurat yang tepat
1.28 Anjurkan monitor kadar
glukosa darah
1.29 Anjurkan berdiskusi
dengan tim perawatan
diabetes tentang
penyesuaian
program
1.30 Jelaskan interaksi antara
diet, insulin/agen oral, dan
olahraga
1.31 Ajarkan pengelolaan
hipoglikemia (mis. tanda
dan gejala, faktor risiko,
dan pengobatan
hipoglikemia)
1.32 Ajarkan perawatan mandiri
untuk mencegah
hipoglikemia (mis.
mengurangi insulin/agen
oral dan/atau meningkatkan
asupan makanan untuk
berolahraga).
Kolaborasi
1.33 Kolaborasi pemberian
dekstrose, jika perlu
1.34 Kolaborasi pemberian
glukagon, jika perlu
2. Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan Perawatan Sirkulasi (I.02079)
efektif (D.0009) b.d intervensi selama 3x24 Observasi
hiperglikemia jam diharapkan, Perfusi 2.1 Periksa sirkulasi perifer
Perifer (L.02011) 2.2 Identifikasi faktor risiko
Gejala dan Tanda Mayor meningkat dengan kriteria gangguan sirkulasi
: hasil : 2.3 Monitor panas,
Subjektif 1. Denyut nadi perifer kemerahan, nyeri atau
(tidak tersedia) meningkat bengkak pada ekstremitas
Objektif 2. Penyembuhan luka Teraupetik
1. Pengisian kapiler >3 meningkat 2.4 Hindari pemasangan infus
detik 3. Warna kulit pucat atau pengambilan darah di
menurun area keterbatasan perfusi
4
No. Diagnosis
Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
Keperawatan
(SLKI) (SIKI)
(SDKI)
2. Nadi perifer 4. Pengisian kapiler 2.5 Hindari pengukuran
menurun atau membaik tekanan darah pada
meningkat ekstremitas dengan
3. Akral teraba dingin keterbatasan perfusi
4. Warna kulit pucat 2.6 Hindari penekanan dan
5. Turgor kulit pemasangan tourniquet
menurun pada area yang cedera
2.7 Lakukan pencegahan
Gejala dan Tanda Minor infeksi
: 2.8 Lakukan perawatan kaki
Subjektif dan kuku
1. Parastesia 2.9 Lakukan hidrasi
2. Nyeri ekstremitas Edukasi
(klaudikasi 2.10 Anjurkan berolahraga
intermiten) rutin
Objektif 2.11 Anjurkan mengecek air
1. Edema mandi untuk menghindari
2. Penyembuhan luka kulit terbakar
lambat 2.12 Anjurkan menggunakan
3. Indeks ankle- obat penurun tekanan
brachial <0,90 darah, antikoagulan, dan
4. Bruit femoral penurun kolestrol, jika
perlu
2.13 Anjurkan minum obat
pengontrol tekanan darah
secara teratur
2.14 Anjurkan menghindari
peenggunaan obat
penyekat beta
2.15 Anjurkan melakukan
perawatan kulit yang tepat
2.16 Anjurkan program
rehabilitasi vaskular
2.17 Ajarkan program diet
untuk memperbaiki
sirkulasi
2.18 Informasikan tanda dan
gejala darurat yang harus
dilaporkan
3. Defisit nutrisi (D.0019) Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi (I.03119)
b.d ketidakmampuan intervensi selama 3x24 Observasi
mengabsorbsi nutrient jam diharapkan, Status 3.1 Identifikasi status nutrisi
Nutrisi (L.03030) 3.2 Identifikasi alergi dan
Gejala dan Tanda Mayor membaik intoleransi makanan
: dengan kriteria hasil : 3.3 Identifikasi makanan
Subjektif 1. Berat badan membaik yang disukai
(tidak tersedia) 2. Indeks Massa Tubuh 3.4 Identifikasi kebutuhan
Objektif (IMT) kalori dan jenis nutrient
1. Berat badan 3.5 Identifikasi perlunya
menurun minimal penggunaan selang
10% di bawah nasogastrik
rentang ideal 3.6 Monitor asupan makanan
4
No. Diagnosis
Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
Keperawatan
(SLKI) (SIKI)
(SDKI)
3.7 Monitor berat badan
Gejala dan Tanda Minor 3.8 Monitor hasil
: pemeriksaan
Subjektif laboratorium
1. Cepat kenyang Teraupetik
setelah makan 3.9 Lakukan oral hygiene
2. Kram/ nyeri sebelum makan, jika
abdomen perlu
3. Nafsu makan 3.10 Fasilitasi menentukan
menurun pedoman diet
Objektif 3.11 Sajikan makanan secara
1. Bising usus menarik dan suhu yang
hiperaktif sesuai
2. Otot pengunyah 3.12 Berikan makanan tinggi
lemah serat untuk mencegah
3. Otot menelan lemah konstipasi
4. Membran mukosa 3.13 Berikan makanan tinggi
pucat kalori dan tinggi protein
5. Sariawan 3.14 Berikan suplemen
6. Serum albumin makanan, jika perlu
turun 3.15 Hentikan pemberian
7. Rambut rontok makan melalui selang
berlebihan nasogastric jika asupan
8. Diare oral dapat ditoleransi
Edukasi
3.16 Anjurkan posisi duduk,
jika mampu
3.17 Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
3.18 Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
3.19 Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan,
jika perlu
4. Hipovolemia (D.0023) Setelah dilakukan Manajemen Hipovolemia
b.d kegagalan intervensi selama 3x24 (I.03116)
mekanisme regulasi jam diharapkan, Status Observasi
Cairan (L.03028) 4.1 Periksa tanda dan gejala
Gejala dan Tanda Mayor membaik hipovolemia
: dengan kriteria hasil : 4.2 Monitor intake dan ouput
Subjektif 1. Kekuatan nadi Teraupetik
(tidak tersedia) meningkat 4.3 Hitung kebutuhan cairan
Objektif 2. Turgor kulit 4.4 Berikan asupan cairan oral
1. Frekuensi nadi meningkat meningkat Edukasi
meningkat 3. Output urine 4.5 Anjurkan memperbanyak
2. Nadi teraba lemah meningkat asupan cairan oral
3. Tekanan darah 4.6 Anjurkan menghindari
menurun perubahan posisi
mendadak
5
No. Diagnosis
Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
Keperawatan
(SLKI) (SIKI)
(SDKI)
4. Tekanan nadi Kolaborasi
menyempit 4.7 Kolaborasi pemberian
5. Turgor kulit cairan IV isotonis
menurun 4.8 Kolaborasi pemberian
6. Membrane mukosa cairan IV hipotonis
kering 4.9 Kolaborasi pemberian
7. Volume urin cairan koloid
menurun 4.10 Kolaborasi pemberian
8. Hematokrit produk darah
meningkat
No. Diagnosis
Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
Keperawatan
(SLKI) (SIKI)
(SDKI)
3. Nafsu makan 5.9 Monitor efek samping
berubah penggunaan analgetik
4. Proses berpikir Teraupetik
terganggu 5.10 Berikan teknik
5. Menarik diri nonfarmakologis untuk
6. Berfokus pada diri mengurangi rasa nyeri
sendiri 5.11 Kontrol lingkungan yang
7. Diaforesis memperberat rasa nyeri
5.12 Fasilitasi isttirahat dan
tidur
5.13 Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
5.14 Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu nyeri
5.15 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
5.16 Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
5.17 Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5.18 Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
5.19 Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
6. Gangguan integritas Setelah dilakukan Perawatan Luka (I.14564)
kulit/ jaringan (D. intervensi selama 3x24 Observasi
0192) b.d neuropati jam diharapkan, 6.1 Monitor karakteristik luka
perifer Integritas Kulit dan 6.2 Monitor tanda-tanda infeksi
jaringan (L.14125) Teraupetik
Gejala dan Tanda Mayor meningkat dengan kriteria 6.3 Lepaskan balutan dan
: hasil : plester secara perlahan
Subjektif 1. Kerusakan jaringan 6.4 Cukur rambut di sekitar
(tidak tersedia) menurun daerah luka, jika perlu
Objektif 2. Kerusakan lapisan 6.5 Bersihkan dengan cairan
1. Kerusakan jaringan kulit menurun NaCl atau pembersih
dan/ atau lapisan 3. Nyeri menurun nontoksik. Sesuai kebutuhan
kulit 4. Nekrosis menurun 6.6 Bersihkan jaringan nekrotik
6.7 Berikan salep yang sesuai ke
Gejala dan Tanda Minor kulit/ lesi, jika perlu
: 6.8 Pasang balutan sesuai jenis
Subjektif luka
(tidak tersedia) 6.9 Pertahankan teknik steril
Objektif saat melakukan perawatan
1. Nyeri luka
2. Perdarahan 6.10Ganti balutan sesuai jumlah
3. Kemerahan eksudat dan drainase
4. Hematoma
5
No. Diagnosis
Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
Keperawatan
(SLKI) (SIKI)
(SDKI)
6.11 Jadwalkan perubahan posisi
setiap 2 jam atau sesuai
kondisi pasien
6.12 Berikan diet dengan kalori
30-35 kkal/ kgBB/ hari dan
protein 1,25-1,5 g/KgBb/hari
6.13Berikan suplemen vitamin
dan mineral
Edukasi
6.14 Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
6.15 Anjurkan mengkonsumsi
makanan tinggi kalori dan
protein
6.16 Ajarkan prosedur perawatan
luka secara mandiri
Kolaborasi
6.17 Kolaborasi prosedur
debridement
6.18 Kolaborasi pemberian
antibiotik, jika perlu
7. Risiko cedera (D.0136) Setelah dilakukan Manajemen Keselamatan
intervensi selama 3x24 Lingkungan (I.14513)
Faktor risiko : jam diharapkan, Tingkat Observasi
Eksternal Cedera (L.14136) 7.1 Identifikasi kebutuhan
1. Terpapar pathogen menurun dengan kriteria keselamatan
2. Terpapar zat kimia hasil : 7.2 Monitor perubahan status
toksik 1. Toleransi aktivitas keselamatan
3. Terpapar agen meningkat Teraupetik
nosokomial 2. Kejadian cedera 7.3 Hilangkan bahaya
4. Ketidakamanan menurun keselamatan lingkungan
transportasi 3. Gangguan mobilitas 7.4 Modifikasi lingkungan
menurun untuk meminimalkan bahaya
Internal dan risiko
1. Ketidaknormalan 7.5 Sediakan alat bantu
profil darah keamanan lingkungan
2. Perubahan orientasi 7.6 Gunakan perangkat
afektif pelingdung
3. Perubahan sensasi 7.7 Hubungi pihak berwenang
4. Disfungsi autoimun sesuai masalah komunitas
5. Disfungsi biokimia 7.8 Fasilitasi relokasi ke
6. Hipoksia jaringan lingkungan yang aman
7. Kegagalan 7.9 Lakukan program skrining
mekanisme bahaya lingkungan
pertahanan tubuh Edukasi
8. Malnutrisi 7.10Ajarkan individu, keluarga,
9. Perubahan fungsi dan kelompok risiko tinggi
psikomotor bahaya lingkungan
10. Perubahan fungsi
kognitif
5
No. Diagnosis
Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
Keperawatan
(SLKI) (SIKI)
(SDKI)
8. Resiko infeksi (D.0142) Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi (I.14539)
d.d penyakit kronis intervensi selama 3x24 Observasi
(Diabetes Melitus) jam diharapkan, Tingkat 8.1 Monitor tanda dan gejala
Infeksi (L.14137) infeksi local dan sistemik
menurun dengan kriteria Teraupetik
hasil : 8.2 Batasi jumlah pengunjung
1. Kemerahan menurun 8.3 Berikan perawatan kulit
2. Nyeri menurun pada area edema
3. Cairan berbau busuk 8.4 Cuci tangan sebelum dan
menurun sesudah kontak dengan
4. Kadar sel darah putih pasien dan lingkungan
membaik pasien
8.5 Pertahankan teknik
aseptik pada pasien
berisiko tinggi
Edukasi
8.6 Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
8.7 Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
8.8 Ajarkan etika batuk
8.9 Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka
operasi
8.10 Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
8.11 Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
sudah disusun atau dibuat dengan cermat serta juga terperinci sebelumnya.
berpusat
5
yang dilakukan pada pasien sudah tercapai atau sudah sesuai dengan
perencanaan.
keperawatan pada pasien. Evaluasi ini harus dilakukan secepat atau segera
paripurna yang berisi apakah pasien pulang/ pindah dan perubahan status
1) S = Data Subjektif
keperawatan.
2) O = Data Objektif
3) A = Analisis
4) P = Planning
dipersiapkan sebelumnya.
BAB 3
METODE PENELITIAN
pada pasien dengan diabetes melitus tipe 2 di RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda.
tengah diteliti
data atau sampel yang telah terkumpul sebagaimana adanya. Pendekatan yang
Subjek penelitian pada studi kasus ini adalah pasien dengan diagnosa
medis diabetes melitus tipe II sebanyak dua responden yang dirawat di RSUD
Abdul Wahab Sjahranie. Dalam penelitian ini individu dengan kasus yang
sama akan diteliti secara rinci dan mendalam. Adapun subjek yang akan diteliti
56
5
dengan tim medis lainnya dalam upaya memberikan asuhan keperawatan yang
tindakan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan klien dan terdiri dari lima
umumnya adalah kadar glukosa darah yang meningkat. Diabetes Melitus Tipe
2 ditandai dengan defisiensi insulin relatif yang disebabkan oleh disfungsi sel
6 hari perawatan.
penulisan karya tulis ilmiah dengan menggunakan metode studi kasus. Setelah
1) Wawancara
tua/
5
wali, alasan masuk rumah sakit, keluhan utama yang dirasakan klien
2) Pengamatan (Observasi)
baik untuk melihat atau mendengar apa yang dikatakan pasien. Pada
tubuh, berat badan, postur dan kerapian pasien, gestur wajah dan
panca indera penciuman contohnya : bau tubuh atau bau napas. Dan
3) Pemeriksaan Fisik
rekam medis.
6
4) Dokumentasi
perawat dan keluarga pasien yang berkaitan dengan masalah yang ditulis.
6
sedang dialami oleh pasien. Contohnya yaitu data yang diperoleh melalui
atau rekam medis pasien yang merupakan riwayat penyakit pasien dan
dikumpulkan peneliti.
6
Data yang dikumpulkan tersebut dapat berupa data subjektif dan data
objektif. Data subjektif adalah data yang didapatkan dari klien berupa suatu
data yang dapat diobservasi dan diukur, yang diperoleh menggunakan panca
Pada bab ini akan diuraikan gambaran lokasi pengambilan subyek dan hasil
proses asuhan keperawatan pada dua orang pasien dengan diagnosa medis diabetes
dilakukan pada tanggal 01 – 06 Mei 2023, dengan jumlah sampel sebanyak dua
4.1 Hasil
Wahab Sjahranie ini antara lain instalasi rawat jalan, instalasi rawat
rawat jalan terdiri dari poliklinik, medical check up, dan resume medis.
Bedah Sentral (IBS), Laundry Farmasi, dan Gizi. Untuk instalasi rawat
63
6
ICCU, HCU, Stroke Center, dan Sakura. Dalam penelitian studi kasus
1) Pengkajian
Table 4.1 Hasil Pengkajian Pada Pasien I dan Pasien II dengan Diabetes Melitus
Tipe 2 di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
: Laki-laki : Laki-laki
: Perempuan : Perempuan
: Klien : Klien
X : Meninggal X : Meninggal
Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Fisik Pada Pasien I dan Pasien II dengan Diabetes
Melitus Tipe 2 di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
Kenyamanan/ Nyeri Tidak ada keluhan nyeri P : Nyeri pada kaki kiri
Q : Nyeri seperti teriris
R : Nyeri hanya menetap pada luka
di kaki kiri
S : skala 4
T : hilang timbul
Status Fungsional/ Total Skor 17 Total Skor : 12
Aktivitas dan Mobilisasi Interpretasi : Pasien dengan Interpretasi : Pasien dengan kategori
Barthel Indeks kategori ketergantungan ringan ketergantungan ringan
Pemeriksaan Fisik Kepala Kepala : Kepala :
Kulit kepala bersih tidak ada lesi, Kulit kepala bersih tidak ada lesi,
rambut lurus, penyebaran rambut rambut ikal, penyebaran rambut
merata, warna rambut hitam merata, warna rambut hitam
beruban, rambut cerah dan tidak beruban, rambut cerah dan tidak
bercabang, dan tidak ada kelainan bercabang, dan tidak ada kelainan
pada bagian kepala pasien pada bagian kepala pasien
Mata : Mata :
Sklera tidak ikterik, konjungtiva Sklera tidak ikterik, konjungtiva
tidak anemis, tidak ada edema pada anemis, tidak ada edema pada
palpebra, kornea jernih, reflek palpebra, kornea jernih, reflek
cahaya (+)/ (+), pupil mata isokor, cahaya (+)/ (+), pupil mata isokor,
dan tidak ada kelainan pada mata. dan tidak ada kelainan pada mata.
Hidung : Hidung :
Tidak ada pernapasan cuping Tidak ada pernapasan cuping
hidung, posisi septum nasal hidung, posisi septum nasal ditengah
ditengah atau simetris, tidak ada atau simetris, tidak ada secret di
secret di lubang hidung, ketajaman lubang hidung, ketajaman penciuman
penciuman baik, dan tidak ada baik, dan tidak ada kelainan pada
kelainan pada hidung. hidung.
Telinga : Telinga :
Daun telinga lengkap dan simetris Daun telinga lengkap dan simetris
kanan dan kiri, berukuran sedang, kanan dan kiri, berukuran sedang,
6
Pemeriksaan Fisik Leher Kelenjar getah bening tidak teraba, Kelenjar getah bening tidak teraba,
kelenjar tiroid tidak teraba, posisi kelenjar tiroid tidak teraba, posisi
trakea terletak di tengah, tidak ada trakea terletak di tengah, tidak ada
kelainan pada leher. kelainan pada leher.
Pemeriksaan Fisik Thorax Tidak terdapat keluhan sesak pada Tidak terdapat keluhan sesak pada
: Pernafasan pasien, batuk tidak produktif. pasien, batuk tidak produktif.
Inspeksi : Inspeksi :
Bentuk dada simetris, frekuensi Bentuk dada simetris, frekuensi
nafas 20x/ menit, irama nafas nafas 21x/ menit, irama nafas
teratur, tidak terdapat pernapasan teratur, tidak terdapat pernapasan
cuping hidung dan otot bantu cuping hidung dan otot bantu
pernapasan, tidak menggunakan pernapasan, tidak menggunakan alat
alat bantu napas. bantu napas.
Palpasi :
Vokal premitus getaran pada paru Palpasi :
kanan dan kiri teraba sama, dan Vokal premitus getaran pada paru
tidak ada kelainan pada paru kanan dan kiri teraba sama, dan
tidak ada kelainan pada paru
Perkusi :
Saat diperkusi terdengar sonor Perkusi :
Saat diperkusi terdengar sonor
Auskultasi :
Saat diauskultasi terdengar suara Auskultasi :
nafas vesikuler, tidak terdapat suara Saat diauskultasi terdengar suara
tambahan pada paru, suara ucapan nafas vesikuler, tidak terdapat suara
terdengar jelas saat berbicara tambahan pada paru, suara ucapan
terdengar jelas saat berbicara
Pemeriksaan Fisik Tidak ada keluhan nyeri dada pada Tidak ada keluhan nyeri dada pada
Jantung pasien pasien
Inspeksi : Inspeksi :
Tidak ada jejas, tidak ada pulsasi, Tidak ada jejas, tidak ada pulsasi,
CRT > 2 detik, tidak ada sianosis, CRT > 2 detik, tidak ada sianosis,
tidak ada jari tabuh tidak ada jari tabuh
Palpasi : Palpasi :
Iktus kordis teraba pada ICS V, dan Iktus kordis teraba pada ICS V, dan
akral teraba dingin akral teraba dingin
Perkusi : Perkusi :
Batas jantung berada di ICS II line Batas jantung berada di ICS II line
sternal kiri – ICS II line sternal sternal kiri – ICS II line sternal
kanan, pinggang jantung berada di kanan, pinggang jantung berada di
ICS IV line sternal kanan dan apeks ICS IV line sternal kanan dan apeks
jantung berada di ICS IV line jantung berada di ICS IV line sternal
sternal kanan kanan
6
Tidak ada kelainan pada jantung Tidak ada kelainan pada jantung
pasien pasien
Pemeriksaan Status Berat Badan : 65 Kg Berat Badan : 44 Kg
Pencernaan dan Status Tinggi Badan : 160 Cm Tinggi Badan : 152 Cm
Nutrisi IMT : 25,4 Kg/ m3 IMT : 19 Kg/ m3
Kategori : Gemuk/ Obesitas Kategori : Ideal/ Normal
Abdomen Abdomen
Inpeksi : Inpeksi :
Bentuk abdomen datar, tidak ada Bentuk abdomen datar, tidak ada
benjolan/ massa, tidak ada luka benjolan/ massa, tidak ada luka
operasi, tidak tampak bayangan operasi, tidak tampak bayangan vena
vena pada abdomen. pada abdomen.
Auskultasi : Auskultasi :
Saat di auskultasi terdengar bising Saat di auskultasi terdengar bising
usus 19x/ menit usus 9x/ menit
Palpasi : Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba
massa, tidak ada pembengkakan massa, tidak ada pembengkakan
pada hepar, tidak ada lien, tidak ada pada hepar, tidak ada lien, tidak ada
pembengkakan pada ginjal. pembengkakan pada ginjal.
Perkusi : Perkusi :
Tidak ada nyeri ketuk pada ginjal Tidak ada nyeri ketuk pada ginjal
Pemeriksaan Sistem Pasien dapat berkomunikasi dengan Pasien dapat berkomunikasi dengan
Persyarafan baik, memori panjang, perhatian baik, memori panjang, perhatian
dapat mengulang, Bahasa baik, dapat mengulang, Bahasa baik,
kognisi baik, orientasi (orang, kognisi baik, orientasi (orang,
tempat, waktu), saraf sensori baik, tempat, waktu), saraf sensori baik,
saraf kordinasi baik. saraf kordinasi baik.
Refleks fisiologis baik : Refleks fisiologis baik :
7
Tabel 4.3 Diagnosis Keperawatan Pada Pasien I dan Pasien II dengan Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD Abdul
Wahab Sjahranie Samarinda
2. Selasa, 02 Mei (D.0009) Perfusi Perifer Tidak Efektif 2. Selasa, 02 Mei (D.0009) Perfusi Perifer Tidak Efektif
2023 berhubungan dengan hiperglikemia 2023 berhubungan dengan hiperglikemia
7
Pasien I (Tn. Man) Pasien II (Ny. Mas)
No. Hari/ Tanggal Diagnosis Keperawatan No. Hari/ Tanggal Diagnosis Keperawatan
ditemukan ditemukan
3. Akral teraba dingin 3. Akral teraba dingin
4. CRT > 2 detik 4. Penyembuhan luka
5. TD : 132/ 75 mmHg lambat 5. TD : 140/ 75
mmHg
6. CRT > 2 detik
3. Selasa, 02 Mei (D.0018) Berat Badan Lebih 3. Selasa, 02 Mei (D.0077) Nyeri Akut
2023 berhubungan dengan faktor keturunan (obesitas) 2023 Berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
(neuropati)
Data Subjektif
1. Pasien mengatakan suka mengonsumsi nasi Data Subjektif
panas dan makanan/ minuman tinggi gula 1. Pasien mengeluh nyeri
2. Pasien mengatakan terkadang melakukan P : Nyeri pada kaki
olahraga seperti jogging 1x dalam seminggu kiri Q : Nyeri seperti
3. Pasien mengatakan memiliki keturunan obesitas teriris
dari keluarganya R : Nyeri hanya menetap pada luka di kaki
kiri S : Skala 4
T : Hilang timbul
Data Objektif
1. Berat badan : 65 Kg Data Objektif
2. Tinggi badan : 160 cm 1. Pasien terlihat meringis
3. IMT : 25,4 Kg/ m3 2. Pasien terlihat memegangi kaki kiri yang
Kategori : Gemuk/ Obesitas terasa nyeri
4. Selasa, 02 Mei (D.0111) Defisit Pengetahuan 4. Selasa, 02 Mei (D.0192) Gangguan Integritas Kulit/ Jaringan
202 berhubungan dengan kurang terpapar informasi 2023 berhubungan dengan neuropati perifer
7
Pasien I (Tn. Man) Pasien II (Ny. Mas)
No. Hari/ Tanggal Diagnosis Keperawatan No. Hari/ Tanggal Diagnosis Keperawatan
ditemukan ditemukan
3. Pasien mengatakan tidak mengetahui
pengelolaan diabetes melitus
Data Subjektif
1. Pasien mengatakan terdapat luka pada kaki
kiri tidak sembuh sejak 2 bulan ini
2. Pasien melakukan perawatan luka 1 kali setiap
hari
Data Objektif
1. Warna kulit sekitar luka kemerahan
2. Warna dasar luka kuning
3. Tidak ada edema luka
7
Pasien I (Tn. Man) Pasien II (Ny. Mas)
No. Hari/ Tanggal Diagnosis Keperawatan No. Hari/ Tanggal Diagnosis Keperawatan
ditemukan ditemukan
4. Terdapat slough pada luka
5. Luka berbau
6. Tipe eksudat purulent
7. Kadar leukosit : 18.63 10^3/µL
8. Kadar albumin 2.1 g/ dL
6. Selasa, 02 Mei (D.0111) Defisit Pengetahuan
2023 berhubungan dengan kurang terpapar informasi
Data Subjektif
1. Pasien mengatakan tidak mengetahui tanda
dan gejala hipoglikemia
2. Pasien mengatakan tidak mengetahui cara
tepat melakukan perawatan luka pada kaki
kirinya
Data Objektif
1. Pasien terlihat bingung saat ditanya
2. Pasien menunjukkan perilaku tidak sesuai
anjuran
7
3) Intervensi Keperawatan
Tabel 4.4 Intervensi Keperawatan Pada Pasien I dan Pasien II dengan Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD Abdul
Wahab Sjahranie
Tanggal
No. Diagnosis Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi
Ditemukan
1. Selasa, 02 Mei (D. 0027) Ketidakstabilan Kadar Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Hiperglikemia (I.03115)
2023 Glukosa Darah berhubungan dengan selama 3x8 jam maka diharapkan kestabilan Observasi
(Pasien I : resistensi insulin dibuktikan dengan kadar glukosa darah (L.03022) meningkat 1.1 Identifikasi kebiasaan pola hidup sehari-hari
Tn. Man) kadar glukosa darah tinggi dengan kriteria hasil : 1.2 Monitor kadar glukosa darah
1. Lelah/ lesu menurun (5) 1.3 Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
2. Rasa haus menurun (5) 1.4 Monitor intake dan output cairan
3. Kadar glukosa dalam darah membaik (5) Teraupetik
1.5 Konsultasi dengan medis jika tanda dan
gejala hiperglikemia tetap ada atau
memburuk
Edukasi
1.6 Berikan informasi mengenai penyakit
diabetes mellitus
1.7 Jelaskan mengenai tanda dan gejala
hiperglikemia
1.8 Ajarkan cara memonitor kadar glukosa darah
secara mandiri
1.9 Berikan edukasi mengenai diet
1.10Informasikan olahraga yang sesuai dengan
kebutuhan fisik
1.11 Informasikan kepatuhan terhadap diet dan
olahraga
1.12 Jelaskan mengenai perawatan kaki
Kolaborasi
1.13 Kolaborasi pemberian insulin Novorapid 3x8
ui
7
Tanggal
No. Diagnosis Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi
Ditemukan
Manajemen Hipoglikemia (I.03115)
Observasi
1.14 Identifikasi tanda dan gejala hipoglikemia
Teraupetik
1.15 Berikan glukagon, jika perlu
1.16Pertahankan akses IV
1.17 Hubungi layanan medis darurat, jika
Edukasi
1.18 Jelaskan mengenai tanda dan gejala
hipoglikemia
1.19 Ajarkan interaksi antara diet, insulin/ agen
oral, dan olahraga
1.20 Ajarkan pengelolaan hipoglikemia
1.21Ajarkan perawatan mandiri untuk mencegah
hipoglikemia
1.22Jelaskan olahraga yang tepat bagi penderita
DM
Kolaborasi
1.20 Kolaborasi pemberian dekstrose, jika perlu
2. Selasa, 02 Mei (D. 0027) Ketidakstabilan Kadar Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Hipoglikemia (I.03115)
2023 Glukosa Darah berhubungan dengan selama 3x8 jam maka diharapkan kestabilan Observasi
(Pasien II : resistensi insulin dibuktikan dengan kadar glukosa darah (L.03022) meningkat, 1.1 Identifikasi tanda dan gejala hipoglikemia
Ny. Mas) pasien terlihat gemetar dengan kriteria hasil : 1.2 Identifikasi penggunaan obat insulin
1. Lelah/ lesu menurun (5) Terapeutik
2. Gemetar menurun (5) 1.3 Berikan karbohidrat sederhana
3. Berkeringat menurun (5) 1.4 Berikan glukagon
4. Kadar glukosa darah membaik (5) 1.5 Berikan karbohidrat kompleks dan protein
sesuai diet
1.6 Pertahankan kepatenan jalan napas
1.7 Pertahankan akses IV
Edukasi
7
Tanggal
No. Diagnosis Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi
Ditemukan
1.8 Jelaskan mengenali tanda dan gejala
hipoglikemia
1.9 Ajarkan cara memantau glukosa darah
secara mandiri
1.10Jelaskan interaksi antara diet, insulin/ agen
oral, danolahraga
1.11Ajarkan pengelolaan hipoglikemia
1.12Ajarkan perawatan mandiri untuk mencegah
hipoglikemia (mis. mengurangi insulin/agen
oral dan/atau meningkatkan asupan makanan
untuk berolahraga).
Kolaborasi
1.13 Kolaborasi pemberian dekstrose
8
Tanggal
No. Diagnosis Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi
Ditemukan
1.21 Ajarkan memonitor kadar glukosa darah
secara mandiri
1.22 Jelaskan mengenai perawatan kaki
1.23Informasikan pentingnya kepatuhan terhadap
diet dan olahraga
Kolaborasi
1.24Kolaborasi pemberian insulin novorapid 3x8
ui
3. Selasa, 02 (D.0009) Perfusi Perifer Tidak Efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perawatan Sirkulasi (I.02079)
Mei 2023 berhubungan dengan hiperglikemia selama 3x8 jam maka diharapkan perfusi Observasi
(Pasien I : dibuktikan dengan akral teraba dingin perifer (L.02011) meningkat, dengan kriteria 2.1 Periksa sirkulasi perifer (mis. nadi perifer,
Tn. Man) hasil : edema, warna, suhu, ankle-brachial index)
1. Kram otot menurun (5) Teraupetik
2. Akral membaik (5) 2.1 Lakukan pencegahan infeksi
3. Tekanan darah sistolik cukup membaik 2.2 Lakukan perawatan kaki dan kuku
(4) Edukasi
4. Tekanan darah diastolik cukup membaik 2.3 Jelaskan manfaat berolahraga rutin
(4) 2.4 Informasikan pentingnya minum obat
pengontrol tekanan darah secara teratur
2.5 Ajarkan program diet untuk memperbaiki
sirkulasi
2.6 Informasikan tanda dan gejala darurat yang
harus dilaporkan
Kolaborasi
2.7 Kolaborasi pemberian amlodipine 1x5mg
8
Tanggal
No. Diagnosis Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi
Ditemukan
2.9 Sediakan materi dan media pendidikan
kesehatan berupa leaflet
2.10Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
2.11Jadwalkan senam kaki diabetes pada pukul
09.00 pagi
2.12 Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
2.13 Jelaskan manfaat kesehatan dan efek
fisiologis senam kaki diabetes
2.14 Jelaskan jenis latihan yang sesuai dengan
kondisi kesehatan
2.15 Jelaskan frekuensi, durasi, dan intensitas
program latihan senam kaki diabetes yang
diinginkan
2.16 Ajarkan latihan pemanasan dan pendinginan
yang tepat sebelum melakukan senam kaki
diabetes
2.17 Ajarkan teknik menghindari cedera saat
melakukan senam kaki diabetes
2.18 Ajarkan teknik pernapasan yang tepat untuk
memaksimalkan penyerapan oksigen selama
latihan fisik
4. Selasa, 02 Mei (D.0009) Perfusi Perifer Tidak Efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perawatan Sirkulasi (I.02079)
2023 berhubungan dengan hiperglikemia selama 3x8 jam maka diharapkan perfusi Observasi
( Pasien II : dibuktikan dengan akral teraba dingin perifer (L.02011) meningkat, dengan kriteria 2.1 Periksa sirkulasi perifer (mis. nadi perifer,
Ny. Mas) hasil : edema, warna, suhu, ankle-brachial index)
1. Penyembuhan luka cukup meningkat (4) Teraupetik
2. Akral membaik (5) 2.2 Lakukan pencegahan infeksi dengan
3. Tekanan darah sistolik cukup membaik perawatan luka
(4) 2.3 Lakukan perawatan kaki dan kuku
8
Tanggal
No. Diagnosis Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi
Ditemukan
4. Tekanan darah diastolik cukup membaik 2.4 Lakukan hidrasi
(4) Edukasi
2.5 Informasikan pentingnya minum obat
pengontrol tekanan darah secara teratur
2.6 Ajarkan program diet untuk memperbaiki
sirkulasi
2.7 Informasikan tanda dan gejala darurat yang
harus dilaporkan
Kolaborasi
2.8 Kolaborasi pemberian amlodipine 1x5mg
5. Selasa, 02 Mei (D.0077) Nyeri Akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nyeri (I.08238)
2023 dengan agen pencedera fisiologi selama 3x8 jam maka diharapkan tingkat Observasi
( Pasien II : (neuropati) dibuktikan dengan pasien nyeri (L.08066) menurun, dengan kriteria 3.1 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
Ny. Mas) mengeluh nyeri hasil : frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
1. Keluhan nyeri cukup menurun (4) 3.2 Identifikasi skala nyeri
2. Meringis menurun (5) 3.3 Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
3.4 Monitor efek samping penggunaan analgetik
(santagesik)
Teraupetik
3.5 Berikan teknik nonfarmakologis (teknik
relaksasi nafas dalam) untuk mengurangi
rasa nyeri
3.6 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri
3.7 Fasilitasi isttirahat dan tidur
Edukasi
3.8 Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
8
Tanggal
No. Diagnosis Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi
Ditemukan
3.9 Ajarkan strategi meredakan nyeri dengan
teknik relaksasi nafas dalam
3.10Ajarkan memonitor nyeri secara mandiri
3.11Ajarkan menggunakan analgetik secara tepat
Kolaborasi
3.12Kolaborasi pemberian analgetik santagesik
3x1
6. Selasa, 02 Mei (D.0018) Berat Badan Lebih Setelah dilakukan tindakan keperawatan Konseling Nutrisi (I.03094)
2023 berhubungan dengan faktor keturunan selama 3x8 jam maka diharapkan berat Observasi
(Pasien I : (obesitas) dibuktikan dengan IMT 25,4 badan (L.03018) membaik, dengan kriteria 3.1 Identifikasi kebiasaan makan dan perilaku
Tn. Man) Kg/ m3 hasil : makan yang akan diubah
1. Berat badan cukup membaik (4) 3.2 Identifikasi kemajuan modifikasi diet
2. Indeks massa tubuh cukup membaik (4) secara regular
3.3 Monitor nilai hemoglobin, tekanan darah,
dan kenaikan berat badan
Teraupetik
3.4 Sepakati lama waktu pemberian konseling
Edukasi
3.5 Jelaskan program gizi diet bubur BDM
selama di rumah sakit
3.6 Jelaskan program gizi bagi penderita DM
Kolaborasi
3.7 Rujuk pada ahli gizi
8
Tanggal
No. Diagnosis Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi
Ditemukan
3.11 Jelaskan hubungan antara asupan makanan,
aktivitas fisik, penambahan berat badan
dan penurunan berat badan
3.12 Jelaskan faktor risiko berat badan lebih dan
kurang
3.13 Ajarkan mencatat berat badan setiap
minggu
3.14 Ajarkan melakukan pencatatan asupan
makan, aktivitas fisik dan perubahan berat
badan
7. Selasa, 02 Mei (D.0192) Gangguan Integritas Kulit/ Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perawatan Luka (I.14564)
2023 Jaringan berhubungan dengan neuropati selama 3x8 jam maka diharapkan integritas Observasi
(Pasien II : perifer dibuktikan dengan kerusakan kulit dan jaringan (L.14125) meningkat, 4.1 Monitor karakteristik luka
Ny. Mas) jaringan dan/atau kulit dengan kriteria hasil : 4.2 Monitor tanda-tanda infeksi pada luka
1. Kerusakan jaringan cukup menurun (4) Teraupetik
2. Kerusakan lapisan kulit cukup menurun 4.3 Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
(4) 4.4 Bersihkan dengan cairan NaCl atau
pembersih nontoksik
4.5 Bersihkan jaringan nekrotik
4.6 Berikan salep yang sesuai ke kulit/ lesi
4.7 Pasang balutan sesuai jenis luka
4.8 Pertahankan teknik steril saat melakukan
perawatan luka
4.9 Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan
drainase
Edukasi
4.10Jelaskan tanda dan gejala infeksi
4.11Jelaskan makanan tinggi kalori dan protein
4.12Ajarkan prosedur perawatan luka secara
mandiri
Kolaborasi
4.13Kolaborasi prosedur debridement
8
Tanggal
No. Diagnosis Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi
Ditemukan
4.14Kolaborasi pemberian antibiotik ceftriaxone
2x1
8. Selasa, 02 Mei (D.0142) Risiko Infeksi dibuktikan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pencegahan Infeksi (I.14539)
2023 dengan luka diabetes melitus selama 3x8 jam maka diharapkan tingkat Observasi
(Pasien II : infeksi (L.14137) menurun, dengan kriteria 5.1 Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
Ny. Mas) hasil : sistemik
1. Kemerahan cukup menurun (4) Teraupetik
2. Kadar sel darah putih cukup membaik (4) 5.2 Batasi jumlah pengunjung
5.3 Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien dan lingkungan pasien
5.4 Pertahankan teknik aseptik pada pasien
berisiko tinggi
Edukasi
5.5 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
5.6 Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
5.7 Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau
luka operasi
5.8 Jelaskan asupan nutrisi penting bagi
penyembuhan luka
9. Selasa, 02 Mei (D.0111) Defisit Pengetahuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Edukasi Kesehatan (I.12383)
2023 berhubungan dengan kurang terpapar selama 3x8 jam maka diharapkan tingkat Observasi
(Pasien I dan informasi dibuktikan dengan perilaku pengetahuan (L.12111) membaik, dengan 6.1 Identifikasi kesiapan dan kemampuan
Pasien II) tidak sesuai anjuran kriteria hasil : menerima informasi
1. Perilaku sesuai anjuran meningkat (5) Terapeutik
2. Pertanyaan tentang masalah yang 6.2 Sediakan materi dan media pendidikan
dihadapi menurun (5) kesehatan leaflet diabetes melitus
6.3 Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
6.4 Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
6.5 Jelaskan perjalanan penyakit DM
8
Tanggal
No. Diagnosis Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi
Ditemukan
6.6 Ajarkan mengenali tanda dan gejala
hiperglikemia
6.7 Ajarkan mengenali tanda dan gejala
hipoglikemia
6.8 Ajarkan program diet bagi penderita DM
6.9 Jelaskan pentingnya latihan
jasmani 6.10Ajarkan perawatan kaki
6.11Ajarkan cara memantau glukosa darah secara
mandiri
8
88
5) Implementasi Keperawatan
Tabel 4.7 Evaluasi Keperawatan Pada Pasien I (Tn. Man) dan Pasien II (Ny. Mas) dengan Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
Pasien 1 (Tn. Man) Pasien II (Ny. Mas)
Hari
Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil
Ke-
Hari (D.0027) Ketidakstabilan Kadar S: (D.0027) Ketidakstabilan Kadar S:
Ke - 1 Glukosa Darah berhubungan - Pasien mengatakan merasa Glukosa Darah berhubungan - Pasien mengatakan badan terasa
dengan resistensi insulin lelah dengan hiperinsulinema lelah cukup menurun
dibuktikan dengan kadar glukosa - Pasien mengatakan sudah dibuktikan dengan pasien terlihat - Pasien mengatakan rasa
darah tinggi mengurangi minuman yang gemetar ngantuk cukup berkurang
mengandung tinggi gula
- Pasien mengatakan buang air
kecil dari pagi hingga siang ,
frekuensi : 5x
- Pasien mengatakan rasa haus
cukup menurun O:
- Pasien terlihat gemetar cukup
O: menurun
- Pasien terlihat lesu - Pasien terlihat mengeluarkan
- Kadar GDS : 240 mg/ dL keringat sedikit berlebih
- Kadar GD2PP : 205 mg/ dL - Kadar GDS : 248 mg/ dL
- Pasien mengatakan paham - Kadar GD2PP : 220 mg/ dL
cara mengontrol diabetes - Warna urine : kuning jernih
melitus - Bau : Khas amoniak
- Warna urine : kuning jernih - Intake : 607
- Bau : khas amoniak - Output : 627.5
- Intake : 660 - BC : -20.5
- Output : 640.6
- BC : +19.4
10
Pasien 1 (Tn. Man) Pasien II (Ny. Mas)
Hari
Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil
Ke-
A : Kestabilan kadar glukosa darah A : Kestabilan kadar glukosa darah
(L.03022) meningkat, dengan (L.03022) meningkat, dengan
kriteria hasil : kriteria hasil :
- Lelah/ lesu sedang (3) - Lelah/ lesu cukup menurun (4)
- Rasa haus cukup menurun (4) - Gemetar cukup menurun (4)
- Kadar glukosa dalam darah - Berkeringat cukup menurun (4)
sedang (3) - Kadar glukosa darah sedang (3)
10
Pasien 1 (Tn. Man) Pasien II (Ny. Mas)
Hari
Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil
Ke-
- Pasien mengatakan sudah
minum obat tekanan darah
O:
O: - TD : 138/ 80 mmHg
- TD : 128/ 80 mmHg - Akral teraba dingin
- Pasien dapat melakukan - CRT < 2 detik
senam kaki diabetes sesuai - Kulit sedikit kering
perintah - Tidak ada edema ekstremitas
- Pasien terlihat nyaman setelah - Tidak ada edema pada luka
melakukan senam kaki
diabetes
- Membuat jadwal senam kaki
diabetes setiap pagi pukul
09.00
- Akral teraba hangat
- CRT < 2 detik
- Kulit terhidrasi
- Tidak ada edema ekstremitas
A : Perfusi perifer (L.02011)
meningkat, dengan kriteria hasil :
A : Perfusi perifer (L.02011) - Penyembuhan luka sedang (3)
meningkat, dengan kriteria hasil : - Akral sedang (3)
- Kram otot cukup menurun (4) - Tekanan darah sistolik cukup
- Akral membaik (5) membaik (4)
- Tekanan darah sistolik cukup - Tekanan darah diastolik cukup
membaik (4) membaik (4)
- Tekanan darah diastolik cukup -
membaik (4)
P : Lanjutkan intervensi
P : Lanjutkan intervensi 2.1 Periksa sirkulasi perifer
2.1 Periksa sirkulasi perifer
2.6 Ajarkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi
10
Pasien 1 (Tn. Man) Pasien II (Ny. Mas)
Hari
Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil
Ke-
2.7 Informasikan tanda dan gejala 2.6 Ajarkan program diet untuk
darurat yang harus dilaporkan memperbaiki sirkulasi
2.16 Jelaskan frekuensi, durasi, 2.8 Kolaborasi pemberian
dan intensitas program amlodipine 1x5mg
latihan senam kaki diabetes
yang diinginkan
2.17 Ajarkan latihan pemanasan
dan pendinginan yang tepat
sebelum melakukan senam
kaki diabetes
2.18 Ajarkan teknik menghindari
cedera saat melakukan
senam kaki diabetes
(D.0018) Berat Badan Lebih S: (D.0077) Nyeri Akut S:
berhubungan dengan faktor - Pasien mengatakan bersedia Berhubungan dengan agen - Pasien mengeluh nyeri pada
keturunan (obesitas) dibuktikan mengikuti program diet untuk pencedera fisiologi (neuropati) kaki kiri
dengan IMT 25,4 Kg/ m3 menurunkan berat badan dibuktikan dengan pasien - P : Nyeri pada kaki kiri
- Pasien mengatakan harus mengeluh nyeri - Q : Nyeri seperti teriris
mengurangi makanan tinggi - R : Nyeri menetap pada luka
gula kaki kiri
- Pasien mengatakan mampu - T : Hilang timbul
mencatat berat badan setiap
hari
O: O:
- Pasien mengurangi makanan - Pasien terlihat meringis
yang tinggi gula - Pasien terlihat tidak nyaman
- Pasien kooperatif saat karena adanya luka pada kaki
diberikan informasi mengenai kiri
diet yang diberikan - S : Skala nyeri 4
- Porsi makan habis - Memberikan santagesik 3x1
10
Pasien 1 (Tn. Man) Pasien II (Ny. Mas)
Hari
Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil
Ke-
- Pasien menjalani diet rendah
gula dan garam A : Tingkat nyeri (L.08066)
- Jenis diet : bubur diabetes menurun, dengan kriteria hasil :
melitus rendah gula - Keluhan nyeri sedang (3)
- Kalori : 1700 Kkal - Meringis sedang (3)
- Berat badan : 64,3 Kg
- Tinggi badan : 160 cm P : Lanjutkan Intervensi
- IMT : 25,1 Kg m2 3.1 Identifikasi lokasi, karakteristik,
- Kategori obesitas durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
3.2 Identifikasi skala nyeri
A : Berat badan (L.03018) 3.8 Jelaskan penyebab, periode
membaik, dengan kriteria hasil : dan pemicu nyeri
- Berat badan cukup sedang (3) 3.10 Ajarkan memonitor nyeri secara
- Indeks massa tubuh sedang (3) mandiri
3.11 Ajarkan menggunakan
P : Lanjutkan intervensi analgetik secara tepat
3.2 Identifikasi kemajuan 3.12 Kolaborasi pemberian analgetik
modifikasi diet secara regular santagesik 3x1
3.6 Jelaskan program gizi bagi
penderita DM
3.9 Hitung berat badan ideal
3.11 Jelaskan hubungan antara
asupan makanan, aktivitas fisik,
penambahan berat badan dan
penurunan berat badan
10
Pasien 1 (Tn. Man) Pasien II (Ny. Mas)
Hari
Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil
Ke-
dengan perilaku tidak sesuai - Pasien mengatakan paham berhubungan dengan neuropati - Luka sejak 2 bulan yang lalu,
anjuran mengontrol diabetes melitus perifer dibuktikan dengan tidak sembuh
- Pasien bertanya mengenai kerusakan jaringan dan/atau kulit - Pasien mengatakan luka sering
makanan yang dapat terkena air
menurunkan gula darah - Pasien mengatakan kurang
paham mengobati luka pada
kaki kirinya
O:
- Pasien mampu menjawab O:
pertanyaan mengenai makanan - Luas luka 20x5x3 cm
yang harus di hindari oleh - Jaringan granulasi 15%
penderita diabetes melitus - Warna dasar luka merah
- Pertanyaan pasien cukup - Luka berbau
berkurang - Jumlah eksudat pada luka
berkurang
- Kemerahan pada kulit sekitar
luka cukup berkurang
A : Tingkat pengetahuan (L.12111) - Tidak terdapat edema luka
membaik, dengan kriteria hasil : - Skor bates Jensen 34
- Perilaku sesuai anjuran
meningkat (5)
A : Integritas kulit dan jaringan
- Pertanyaan tentang masalah
yang dihadapi cukup menurun (L.14125) meningkat, dengan
(4) kriteria hasil
- Kerusakan jaringan sedang (3)
P : Lanjutkan intervensi - Kerusakan lapisan kulit sedang
4.4 Berikan kesempatan untuk (3)
bertanya
4.5 Ajarkan pengelolaan diabetes
P : Lanjutkan Intervensi
4.1 Monitor karakteristik luka
10
Pasien 1 (Tn. Man) Pasien II (Ny. Mas)
Hari
Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil
Ke-
4.2 Monitor tanda-tanda infeksi
4.3 Lakukan perawatan luka
4.12 Ajarkan prosedur perawatan
luka secara mandiri
4.14Kolaborasi pemberian antibiotik
ceftriaxone 2x1
O:
- Kemerahan pada kulit sekitar
luka cukup menurun
- Slough pada luka cukup
berkurang
- Kadar leukosit : 18.63 10^3/µL
- Pasien dan keluarga paham
tanda dan gejala infeksi pada
luka
11
Pasien 1 (Tn. Man) Pasien II (Ny. Mas)
Hari
Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil
Ke-
P : Lanjutkan Intervensi
5.4 Pertahankan teknik aseptik pada
pasien berisiko tinggi
5.8 Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
O:
- Keinginan belajar pasien
meningkat
- Pasien sangat kooperatif
menerima informasi
11
Pasien 1 (Tn. Man) Pasien II (Ny. Mas)
Hari
Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil
Ke-
P : Lanjutkan Intervensi
6.4 Jekaskan faktor risiko yang
dapat mempengaruhi kesehatan
O:
O: - Pasien terlihat gemetar menurun
- Pasien terlihat lebih segar, lesu - Pasien terlihat mengeluarkan
menurun keringat menurun
- Kadar GDS : 200 mg/ dL - Pasien terlihat bertenaga
- Kadar GD2PP : 180 mg/ dL - Kadar GDS : 210 mg/ dL
- Pasien mengatakan paham - Kadar GD2PP : 199 mg/ dL
cara mengontrol diabetes - Pasien mampu memonitor kadar
melitus glukosa darah secara mandiri
- Pasien dapat memonitor kadar - Bau urine : khas amoniak
glukosa darah secara mandiri - Warna : kuning jernih
- Warna urine : kuning jernih - Intake : 657
- Bau : khas amoniak - Output : 627.5
- Intake : 610 - BC : +29.5
- Output : 640.6
11
Pasien 1 (Tn. Man) Pasien II (Ny. Mas)
Hari
Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil
Ke-
- BC : - 30.6
11
Pasien 1 (Tn. Man) Pasien II (Ny. Mas)
Hari
Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil
Ke-
senam kaki diabetes dibantu O:
oleh istrinya - TD : 125/ 80 mmHg
- Pasien mengatakan sudah - Akral teraba hangat
minum obat tekanan darah - CRT < 2 detik
- Kulit sedikit kering
- Tidak ada edema ekstremitas
O: - Tidak ada edema pada luka
- TD : 120/ 60 mmHg
- Pasien dapat melakukan
senam kaki diabetes sesuai A : Perfusi perifer (L.02011)
perintah meningkat, dengan kriteria hasil :
- Melakukan senam kaki - Penyembuhan luka sedang (3)
diabetes jam 09.00 selama 15 - Akral membaik (5)
menit - Tekanan darah sistolik cukup
- Pasien terlihat nyaman setelah membaik (4)
melakukan senam kaki - Tekanan darah diastolik cukup
diabetes membaik (4)
- Pasien dapat menyebutkan
manfaat melakukan senam
kaki diabetes P : Lanjutkan intervensi
- Akral teraba hangat 2.1 Periksa sirkulasi perifer
- CRT < 2 detik 2.8 Kolaborasi pemberian
- Kulit terhidrasi amlodipine 1x5mg
- Tidak ada edema ekstremitas
A : Perfusi perifer (L.02011)
meningkat, dengan kriteria hasil :
- Kram otot cukup menurun (4)
- Akral membaik (5)
- Tekanan darah sistolik cukup
membaik (4)
11
Pasien 1 (Tn. Man) Pasien II (Ny. Mas)
Hari
Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil
Ke-
- Tekanan darah diastolik cukup
membaik (4)
P : Lanjutkan intervensi
2.1 Periksa sirkulasi perifer
2.4 Jelaskan manfaat berolahraga
rutin
2.5 Informasikan pentingnya
minum obat pengontrol tekanan
darah secara teratur
2.16 Jelaskan frekuensi, durasi, dan
intensitas program latihan
senam kaki diabetes yang
diinginkan
11
Pasien 1 (Tn. Man) Pasien II (Ny. Mas)
Hari
Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil
Ke-
- Pasien menjalani diet yang - Pasien terlihat meringis cukup
diberikan menurun
- Porsi makan habis 1 porsi - Pasien dapat mengatasi rasa
yang disediakan nyeri yang muncul pada kaki
- Pasien menjalani diet rendah kiri dengan teknik relaksasi
gula dan garam napas dalam
- Jenis diet : bubur diabetes - S : Skala nyeri 3
melitus rendah gula - Memberikan santagesik 3x1
- Jumlah kalori = 1700 Kkal
- BB : 64 Kg A : Tingkat nyeri (L08066) menurun,
- Tinggi badan = 160 cm dengan kriteria hasil :
- IMT : 25 - Keluhan nyeri cukup menurun
- Kategori : Overweight (4)
- Meringis cukup menurun (4)
A : Berat badan (L.03018)
membaik, dengan kriteria hasil : P : Lanjutkan Intervensi
- Berat badan cukup membaik 3.1 Identifikasi lokasi, karakteristik,
(4) durasi, frekuensi, kualitas,
- Indeks massa tubuh cukup intensitas nyeri
membaik (4) 3.2 Identifikasi skala nyeri
3.12Kolaborasi pemberian analgetik
P : Lanjutkan intervensi santagesik 3x1
3.3 Monitor nilai hemoglobin,
tekanan darah, dan kenaikan berat
badan
3.9 Hitung berat badan ideal
3.14 Ajarkan melakukan pencatatan
asupan makan, aktivitas fisik dan
perubahan berat badan
11
Pasien 1 (Tn. Man) Pasien II (Ny. Mas)
Hari
Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil
Ke-
(D.0111) Defisit Pengetahuan S: (D.0192) Gangguan Integritas S:
berhubungan dengan kurang - Pasien mengatakan paham Kulit/ Jaringan - Pasien mengatakan terdapat
terpapar informasi dibuktikan mengontrol diabetes melitus berhubungan dengan neuropati luka pada kaki kiri
dengan perilaku tidak sesuai - Pasien bertanya mengenai perifer dibuktikan dengan - Pasien mengatakan mulai
anjuran makanan yang dapat kerusakan jaringan dan/atau kulit paham cara merawat luka
menurunkan gula darah diabetes dengan cara yang tepat
- Pasien mengatakan ingin
mengganti menu makanan
yang sering dirinya makan O:
dengan makanan yang - Luas luka 18x4x3 cm
dianjurkan - Warna dasar luka merah
- Pasien mengatakan dapat - Kemerahan pada kulit sekitar
memonitor secara mandiri luka cukup berkurang
kadar glukosa darah - Tipe eksudat serosangueneous,
O: encer, berair, merah pucat atau
- Pasien mampu menjawab pink
pertanyaan mengenai - Jumlah eksudat sedikit
- Pasien mampu mengenali - Tidak terdapat edema luka
tanda dan gejala hiperglikemia - Terdapat jaringan granulasi 16%
- Pertanyaan pasien berkurang - Skor bates Jensen 30
11
Pasien 1 (Tn. Man) Pasien II (Ny. Mas)
Hari
Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil
Ke-
4.4 Berikan kesempatan untuk P : Lanjutkan Intervensi
bertanya 4.1 Monitor karakteristik luka
4.2 Monitor tanda-tanda infeksi
4.3 Melakukan perawatan luka
4.11 Jelaskan makanan tinggi kalori
dan protein
4.14Kolaborasi pemberian antibiotik
ceftriaxone 2x1
O:
- Kemerahan pada kulit sekitar
luka cukup menurun
- Slough pada luka berkurang
- Kadar leukosit : 13.5 10^3/µL
- Pasien dan keluarga mampu
membantu dalam perawatan
luka
- Pasien dan keluarga
melaksanakan cuci tangan
dengan benar
11
Pasien 1 (Tn. Man) Pasien II (Ny. Mas)
Hari
Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil
Ke-
- Kadar sel darah putih sedang (3)
P : Lanjutkan Intervensi
5.4 Pertahankan teknik aseptik pada
pasien berisiko tinggi
O:
- Pasien dan keluarga bekerja
sama dalam merawat luka
diabetes
- Keinginan belajar pasien
meningkat
- Pasien sangat kooperatif
menerima informasi
11
Pasien 1 (Tn. Man) Pasien II (Ny. Mas)
Hari
Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil
Ke-
P : Lanjutkan Intervensi
6.4 Berikan kesempatan untuk
bertanya
Hari (D.0027) Ketidakstabilan Kadar S: (D.0027) Ketidakstabilan Kadar S:
Ke - 3 Glukosa Darah berhubungan - Pasien mengatakan rasa lelah Glukosa Darah berhubungan - Pasien mengatakan badan terasa
dengan resistensi insulin menurun dengan hiperinsulinema lelah menurun
dibuktikan dengan kadar glukosa - Pasien mengatakan sudah dibuktikan dengan pasien terlihat - Pasien mengatakan mampu
darah tinggi mengerti cara mengontrol gemetar mengontrol diabetes melitus
diabetes melitus dengan secara mandiri
makanan rendah gula dan rajin - Pasien mengatakan mampu
berolahraga memonitor kadar glukosa darah
- Pasien mengatakan buang air secara mandiri
kecil dari pagi hingga siang , - Pasien mengatakan mampu
frekuensi : 2x mengenali tanda dan gejala dari
- Pasien mengatakan rasa haus hipoglikemia maupun
menurun hiperglikemia
- Pasien mengatakan rasa
O: ngantuk berkurang
- Pasien terlihat lebih segar, lesu
menurun O:
- Kadar GDS : 170 mg/ dL - Pasien terlihat gemetar menurun
- Kadar GD2PP : 150 mg/ dL - Pasien terlihat mengeluarkan
- Pasien mampu mengenali keringat menurun
tanda dan gejala hiperglikemia - Kadar GDS : 185 mg/ dL
- Pasien dapat memonitor kadar - Kadar GD2PP : 160 mg/ dL
glukosa darah secara mandiri - Kadar HbA1C : 9.6%
- Warna urine : kuning jernih - Pasien dapat menjelaskan tanda
- Bau : khas amoniak dan gejala dari hipoglikemia
- Intake : 610 dan hiperglikemia
- Output : 690.6 - Bau urine ; khas amoniak
- BC : -80.6 - Warna urine : kuning jernih
12
Pasien 1 (Tn. Man) Pasien II (Ny. Mas)
Hari
Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil
Ke-
- Intake : 607
- Output : 577.5
A : Kestabilan kadar glukosa darah - BC : +29.5
(L.03022) meningkat, dengan
kriteria hasil :
- Lelah/ lesu menurun (5) A : Kestabilan kadar glukosa darah
- Rasa haus menurun (5) (L.03022) meningkat, dengan
- Kadar glukosa dalam darah kriteria hasil :
membaik (5) - Lelah/ lesu menurun (5)
- Gemetar menurun (5)
P : Lanjutkan intervensi - Berkeringat menurun (5)
1.7 Anjurkan menghindari olahraga - Kadar glukosa darah membaik
saat kadar glukosa darah lebih (5)
dari 250 mg/ dL
1.8 Anjurkan monitor kadar
glukosa darah secara mandiri P : Lanjutkan intervensi
1.9 Anjurkan kepatuhan terhadap 1.15 Monitor kadar glukosa darah
diet dan olahraga 1.16 Monitor intake dan ouput cairan
1.23 Informasikan pentingnya
kepatuhan terhadap diet dan
olahraga
1.24 Kolaborasi pemberian insulin
novorapid 3x8 ui
(D.0009) Perfusi Perifer Tidak S: (D.0009) Perfusi Perifer Tidak S:
Efektif berhubungan dengan - Pasien mengatakan rasa kram Efektif berhubungan dengan - Pasien mengatakan rasa lemas
hiperglikemia dibuktikan dengan otot pada kaki hilang penurunan konsentrasi berkurang
akral teraba dingin - Pasien mengatakan setiap pagi hemoglobin dibuktikan dengan - Pasien mengatakan sudah
dan sore rutin melakukan akral teraba dingin minum obat tekanan darah
senam kaki diabetes dibantu
oleh istrinya
- Pasien mengatakan sudah O:
minum obat tekanan darah - TD : 122/ 70 mmHg
12
Pasien 1 (Tn. Man) Pasien II (Ny. Mas)
Hari
Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil
Ke-
- Pasien mengatakan akan - CRT < 2 detik
melakukan senam kaki - Kulit sedikit kering
diabetes setiap hari setelah - Tidak ada edema ekstremitas
keluar dari rumah sakit - Tidak ada edema pada luka
- Kadar Hb : 12.2 gr/dL
O:
- TD : 125 / 70 mmHg A : Perfusi perifer (L.020111)
- Pasien dapat melakukan meningkat, dengan kriteria hasil :
senam kaki diabetes secara - Penyembuhan luka cukup
mandiri tanpa instruktur meningkat (4)
- Pasien dapat melakukan - Akral membaik (5)
pemanasan dan pendingan - Tekanan darah sistolik cukup
secara mandiri membaik (4)
- Melakukan senam kaki - Tekanan darah diastolik cukup
diabetes jam 09.20 selama 15 membaik (4)
menit
- Pasien terlihat nyaman setelah P : Lanjutkan intervensi
melakukan senam kaki 2.1 Periksa sirkulasi perifer
diabetes 2.5 Informasikan pentingnya
- Akral teraba hangat minum obat pengontrol tekanan
- CRT < 2 detik darah secara teratur
- Kulit terhidrasi 2.7 Informasikan tanda dan gejala
- Tidak ada edema ekstremitas darurat yang harus dilaporkan
- Kadar Hb : 13 gr/ dL 2.8 Kolaborasi pemberian
amlodipine 1x5mg
12
Pasien 1 (Tn. Man) Pasien II (Ny. Mas)
Hari
Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil
Ke-
A : Perfusi perifer (L.020111)
meningkat, dengan kriteria hasil :
- Kram otot menurun (5)
- Akral membaik (5)
- Tekanan darah sistolik cukup
membaik (4)
- Tekanan darah diastolik cukup
membaik (4)
P : Lanjutkan intervensi
2.1 Periksa sirkulasi perifer
2.5 Anjurkan berolahraga rutin
2.6 Anjurkan minum obat
pengontrol tekanan darah
secara teratur
12
Pasien 1 (Tn. Man) Pasien II (Ny. Mas)
Hari
Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil
Ke-
- Pasien dapat mengurangi napas dalam secara mandiri
makanan yang tinggi gula untuk mengurangi rasa nyeri
- Pasien menjalani diet yang - Pasien mengatakan teknik
diberikan nonfarmakologis untuk
- Porsi makan habis 1 porsi mengatasi rasa nyeri dengan
yang disediakan bershalawat
- Pasien menjalani diet rendah
gula dan garam
- Jenis diet : bubur diabetes O:
melitus rendah gula - Pasien terlihat meringis
- Kalori = 1700 Kkal menurun
- Berat badan awal pengkajian : - Pasien dapat melakukan strategi
65 Kg teknik relaksasi napas dalam
- Berat badan sekarang : 63,5 Kg tanpa instruktur
- Tinggi badan : 160 cm - S : Skala nyeri 2
- IMT : 24, 8 Kg m2
- Kategori : Overweight
- Kadar Hb : 13 gr/dL A : Tingkat nyeri (L.08066)
menurun, dengan kriteria hasil :
A : Berat badan (L.03018) - Keluhan nyeri cukup menurun
membaik, dengan kriteria hasil : (4)
- Berat badan cukup membaik (4) - Meringis menurun (5)
- Indeks massa tubuh cukup
membaik (4)
P : Lanjutkan intervensi
3.1 Identifikasi lokasi, karakteristik,
P : Lanjutkan intervensi durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
3.6 Jelaskan program gizi bagi nyeri
penderita DM 3.2 Identifikasi skala nyeri
3.9 Hitung berat badan ideal 3.10 Ajarkan memonitor nyeri
secara mandiri
12
Pasien 1 (Tn. Man) Pasien II (Ny. Mas)
Hari
Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil
Ke-
3.14 Ajarkan melakukan pencatatan
asupan makan, aktivitas fisik dan
perubahan berat badan
12
Pasien 1 (Tn. Man) Pasien II (Ny. Mas)
Hari
Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil
Ke-
A : Tingkat pengetahuan (L.12111) A : Integritas kulit dan jaringan
membaik, dengan kriteria hasil : (L.14125) meningkat, dengan
- Perilaku sesuai anjuran kriteria hasil :
meningkat (5) - Kerusakan jaringan cukup
- Pertanyaan tentang masalah menurun (4)
yang dihadapi menurun (5) - Kerusakan lapisan kulit cukup
menurun (4)
P : Lanjutkan intervensi
4.7 Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk meningkatkan P : Lanjutkan Intervensi secara
perilaku hidup bersih dan sehat mandiri
4.1 Monitor karakteristik luka
4.2 Monitor tanda-tanda infeksi
pada luka
4.3 Lakukan perawatan luka
4.10 Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
4.11 Jelaskan makanan tinggi kalori
dan protein
(D.0142) Risiko Infeksi S:
dibuktikan dengan luka diabetes - Pasien mengatakan mampu
melitus mengganti perban minimal 1x
sehari dengan cara yang benar
- Pasien mengatakan makan
makanan tinggi nutrisi
- Pasien mengatakan menambah
suplemen vitamin untuk
penyembuhan luka agar lebih
cepat
O:
12
Pasien 1 (Tn. Man) Pasien II (Ny. Mas)
Hari
Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil
Ke-
- Kemerahan pada kulit sekitar
luka cukup menurun
- Tidak ada eksudat pada luka
- Kadar leukosit : 10.2 10^3/µL
- Pasien dan keluarga mampu
membantu dalam perawatan
luka
- Pasien dan keluarga selalu
melaksanakan cuci tangan
sebelum menyentuh bagian kaki
yang terluka
- Pasien dan keluar dapat
membedakan tanda luka yang
terinfeksi
P : Lanjutkan intervensi
5.1 Monitor tanda dan gejala infeksi
lokal dan sistemik
5.4 Pertahankan teknik aseptik
pada pasien berisiko tinggi
12
Pasien 1 (Tn. Man) Pasien II (Ny. Mas)
Hari
Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil
Ke-
dengan perilaku tidak sesuai - Pasien mengatakan paham cara
anjuran merawat luka diabetes dengan
tepat
O:
- Pasien dan keluarga mampu
mengenali penyakit diabetes
melitus
- Pasien mampu
mempertahankan informasi
yang diberikan untuk
kesehatannya
P : Lanjutkan intervensi
6.5 Ajarkan 5 pilar pengelolaan
diabetes melitus
12
1
4.2 Pembahasan
resistensi insulin
mg/ dL, kadar HbA1C = 9%, disertai dengan keluhan badan terasa
lelah, kaki kram dan mati rasa, sering buang air kecil di malam hari
lebih dari 10 kali, sering merasa haus, didapatkan juga pola hidup yang
aktivitas fisik, dan terlalu banyak makan dengan gizi yang tidak
serius pada banyak sistem tubuh. Pola makan tidak sehat menyebabkan
jumlah, dan jenis makanan. Bila dibiarkan secara tidak sadar pasien
air kecil pada malam hari juga diakibatkan karena adanya glukosa di
dalam urin (glukosuria) yang dapat terjadi apabila kadar glukosa darah
akan sering buang air keci khususnya pada malam hari (Wahdi et al.,
2022).
oleh kelebihan pemakaian dosis obat, faktor usia lanjut dan ketidak
glukosa darah dan pemahaman hasil glukosa darah atau urin mandiri,
fisik seperti kegiatan sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur yang
2021).
kadar glukosa darah pada kedua pasien adalah karena adanya resistensi
insulin. Bahwa, kebiasaan pola hidup tidak sehat dari kedua pasien
diabetes. Pada
13
serta mengajarkan cara pemberian obat yang tepat dan sesuai dosis.
170 mg/ dL dan kadar GD2PP : 150 mg/ dL. Pasien mengatakan rasa
kadar GDS : 185 mg/ dL dan kadar GD2PP : 160 mg/ dL, pasien
mengatakan kaki kram dan mati rasa, akral teraba dingin, kadar glukosa
Sedangkan
13
pada pasien II ditandai dengan kadar glukosa darah sewaktu pada hari
kedua 235 mg/ dL, kadar hemoglobin 7.5 g/ dL, akral teraba dingin, dan
(Ratnasari, 2014).
ditandai dengan jumlah dan tipe eksudat (Wijayanti & Warsono, 2022).
gula darah. Senam kaki dilakukan pagi dan sore hari. Senam kaki
dilakukan
13
kaki, mereka merasa lebih segar dan merasakan badan lebih fit serta
darah karena senam kaki melalui kegiatan atau latihan gerakan yang
plasma, kadar gula darah, kadar keton, dan imbangan cairan tubuh.
Pada saat senam kaki tubuh memerlukan energi, sehingga pada otot
hangat, kadar
13
hemoglobin 13 gr/ dL, CRT < 2 detik, tekanan darah 125/ 70 mmHg.
CRT
< 2 detik, akral teraba hangat, dan tekanan darah 122/ 70 mmHg.
(neuropati)
akut yang ditandai dengan adanya keluhan nyeri karena luka pada kaki
kiri sejak 2 bulan lalu tidak kunjung sembuh, nyeri terasa seperti teriris,
nyeri menetap pada kaki kiri saja, nyeri hilang timbul, serta pasien
pada tubuh dan dapat ditangani dengan pemberian obat anti nyeri atau
atau
13
teknik relaksasi napas dalam. Teknik relaksasi napas dalam yaitu usaha
dengan tanda dan gejala luka diabetik yang muncul pada kaki pasien II
menurun.
badan pasien adalah 65 Kg dan Indeks massa tubuh yaitu 25,4 Kg/ m3.
melakukan diet sesuai dengan anjuran ahli gizi. Diet diabetes melitus
jumlah kalori
13
yaitu diet bubur diabetes melitus rendah gula dengan jumlah kalori
1700 Kkal.
Selain itu, aktivitas fisik adalah salah satu wujud dari perilaku
jantung dan pembuluh darah, aktivitas fisik atau olahraga yang teratur
simpanan
14
dengan berat badan pasien setelah mengikuti program diet 63.5 Kg,
IMT
perifer
Jaringan yang ditandai dengan adanya luka pada kaki kiri, luka sudah 2
bulan tidak sembuh, luas luka 20x5x3 cm, warna dasar luka kuning,
luka
14
jelas, batas tegas, tidak mencapai dasar luka, jaringan granulasi 15% ,
warna kulit di sekitar luka kemerahan, luka berbau, skor bates Jensen
34. Luka diabetik adalah luka yang terjadi pada pasien diabetes
Pasien dengan luka diabetik sangat berisiko terjadi luka kaki, yang
penderita diabetes melitus disebabkan oleh dua hal, yaitu aliran darah
yang buruk. Hal ini terjadi karena kerusakan pembuluh darah yang
disebabkan oleh kadar gula darah yang tinggi dalam waktu lama. Dan
atau oleh tenaga kesehatan yang meliputi menjaga kegiatan setiap hari,
memotong kuku kaki dengan benar, memilih alas kaki yang baik, dan
dan gawat darurat pada kaki. Perawatan kaki yang bruk bagi pasien
dikarenakan luka
14
menjaga suhu luka agar tetap lembab dan menjaga luka tidak
diabetik yang terjadi pada pasien II (Ny. Mas) adalah karena faktor
kurangnya perawatan kaki dan kuku yang baik, usia lanjut, kurangnya
darah yang disebabkan oleh kadar gula darah yang tinggi dalam waktu
mudah luka dan sukar sembuh jika terjadi luka. Untuk mencegah
dengan benar.
melakukan
14
Ditandai dengan luas luka menjadi 16x3x2 cm, warna dasar luka merah,
tidak ada eksudat pada luka, kemerahan pada sekitar luka menurun,
skor bates Jensen 26, dan pasien serta keluarga mampu melakukan
pada pasien II kadar leukosit 18.63 10^3/µL dan kadar albumin 2.1 g/
dL, serta terdapat luka pada kaki kiri disertai dengan eksudat yang
memiliki tipe purulent dan jumlah moderat, warna dasar luka kuning,
kerusakan fisik atau suhu serta dikelompokkan menjadi luka akut dan
perubahan fungsi leukosit dan risiko infeksi. Tidak ada hubungan antara
dan AGEs, selain itu terjadi penurunan imunitas, dan neuropati (Astuti,
2022).
al., 2022).
menyebabkan
14
informasi
ditanya.
tidak mengetahui tanda dan gejala dari hipoglikemia yang dialami dan
pasien tidak mengetahui cara tepat melakukan perawatan luka pada luka
kaki kiri yang sudah diderita sejak 6 bulan ini, serta pasien terlihat
hidup sehat dan memperhatikan gaya hidup dan pola makan. pada
memperhatikan gaya hidup dan pola makan serta apa yang harus
meliputi minum obat secara teratur dan sesuai dengan petunjuk yang
telah diberikan oleh petugas kesehatan meliputi dosis, jumlah dan jenis
14
obat sesuai resep dokter, serta yang perlu diperhatikan yaitu frekuensi
minum obat 2 kali dalam sehari, waktu minum obat pagi dan malam.
secara tepat waktu dan sesuai dosis. Pasien yang melakukan kepatuhan
minum obat tinggi akan mampu menjaga kadar gula darah dalam tubuh
membaik.
BAB 5
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Pengkajian
glukosa darah pasien I (Tn. Man) adalah 287 mg/dL. Dan kadar glukosa
darah pada pasien II (Ny.Mas) adalah 70 mg/ dL. Adapun perbedaan data
yang ditemukan yaitu pada pasien I (Tn. Man) keluhan utama adalah badan
terasa lelah dan kram kaki. Sedangkan pada pasien II (Ny. Mas) keluhan
utama yang didapatkan adalah badan terasa gemetar serta adanya nyeri
glukosa darah, perfusi perifer tidak efektif, berat badan lebih, dan defisit
akut, gangguan integritas kulit dan jaringan, risiko infeksi, dan defisit
pengetahuan.
148
14
pasien seperti, pada pasien I (Tn. Man) diberikan edukasi diet untuk
mengurangi rasa nyeri pada luka kaki pasien dan manajemen perawatan
luka untuk merawat luka kaki diabetes pada pasien. Serta, memberikan
edukasi pada pasien untuk melakukan cuci tangan dengan benar sebagai
pencegahan infeksi pada luka diabetes yang diderita oleh pasien II.
yang
15
pada kedua pasien dengan diabetes mellitus tipe 2. Untuk pasien I (Tn.
5.2 Saran
Hasil karya tulis ilmiah ini diharapkan menjadi acuan dan dapat
diberikan
15
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Wahdi and others, ‘Hubungan Kadar Gula Darah Dengan Kebutuhan
Tidur Pada Pasien Diabetes Mellitus’, Jurnal Keperawatan, 20.3 (2022), 1–
12 <https://doi.org/10.35874/jkp.v20i3.1039>.
Adelaide Bulu, Tavip Dwi Wahyuni, and Ani Sutriningsih, ‘Hubungan Antara
Tingkat Kepatuhan Minum Obat Dengan Kadar Gula Darah Pada Pasien
Diabetes Melitus Tipe II’, Ilmiah Keperawatan, 4.1 (2019), 181–89.
Ade Heryana, ‘Diabetes Melitus : Kebijakan Dan Program Pelayanan’, 2019, 1–8.
Asep Yusup Hidayat and Yossie Susanti Ekaputri, ‘Penerapan Tehnik Napas
Dalam Pada Pasien Diagnosis Keperawatan Ansietas Dengan Diabetes
Mellitus Serta Tubercolosis Paru Di Ruangan RSMM Bogor’, Jurnal
Keperawatan Jiwa, 3.2 (2019), 89–96.
Febrinasari & Ratih Puspita and others, ‘Buku Saku Diabetes Melitus’, UNS Press,
2020, 70.
Hana Nur Arini and others, ‘Dukungan Keluarga Pada Lansia Dengan Diabetes
Melitus Tipe II : Literature Review’, 7.2 (2021), 172–80.(Melitus et al.,
2022).
Iis Dian saviqoh, ‘Analisis Pola Hidup Dan Dukungan Keluarga Pada Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2 Di Wilayah Kerja Puskesmas Payung Sekaki’,
Health Care : Jurnal Kesehatan, 10.1 (2021), 181–93
<https://doi.org/10.36763/healthcare.v10i1.116>.
Kadek Resa Widiasari, I Made Kusuma Wijaya, and Putu Adi Suputra, ‘Diabetes
Melitus Tipe 2: Faktor Risiko, Diagnosis, Dan Tatalaksana’, Ganesha
Medicine, 1.2 (2021), 114 <https://doi.org/10.23887/gm.v1i2.40006>.
Made K. Murtiningsih, Karel Pandelaki, and Bisuk P. Sedli, ‘Gaya Hidup Sebagai
Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2’, E-CliniC, 9.2 (2021), 328
<https://doi.org/10.35790/ecl.v9i2.32852>.
Miftahul Adnan, Tatik Mulyati, and Joko Teguh Isworo, ‘Hubungan Indeks Massa
Tubuh (IMT) Dengan Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Mellitus (DM)
Tipe 2 Rawat Jalan Di RS Tugurejo Semarang’, Jurnal Gizi, 2.April (2013),
18–25.
Nuraeni Nuraeni and I Putu Dedy Arjita, ‘Pengaruh Senam Kaki Diabet Terhadap
Penurunan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus Type Ii’,
Jurnal Kedokteran, 3.2 (2019), 618
<https://doi.org/10.36679/kedokteran.v3i2.80>.
Paulus Subiyanto., Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan
Sistem Endokrin, Ke-1 (Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2019).
PPNI (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PNI.
Putra Wayan Ardha and Berawi Nisa Khairun, ‘Empat Pilar Penatalaksanaan
Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2’, Majority, 4.9 (2015), 8–12.
Qonita Putri Irawan, Kurniati Dwi Utami, and Sepsina Reski, ‘Hubungan Indeks
Massa Tubuh (IMT) Dengan Kadar HbA1c Pada Penderita Diabetes
Mellitus Tipe II Di Rumah Sakit Abdoel Wahab Sjahranie’, 1.5 (2022),
459– 68.
Rima Novia Putri and Agung Waluyo, ‘Faktor Resiko Neuropati Perifer Diabetik
pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 : Tinjauan Literatur’, Jurnal
Keperawatan Abdurrab, 3.2 (2019),17–25
<https://doi.org/10.36341/jka.v3i2.839>.(Heryana, 2019).
Sofi Ariani, Stop Gagal Ginjal Dan Gangguan-Gangguan Ginjal Lainnya, Ke-1
(Yogyakarta: Istana Media, 2016).
Sri Darmawan, Stikes Nani Hasanuddin Makassar, and Jl P Kemerdekaan, ‘Kota
Makassar, Indonesia, 90245 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar’, Jl. P.
Kemerdekaan VIII, 1.24 (2019), 90245.
Sri Wulan Megawati, Restu Utami, and Raden Siti Jundiah, ‘Senam Kaki Diabetes
Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Untuk Meningkatkan Nilai Ankle
Brachial Indexs’, Jnc, 3.2 (2020), 94–99
<http://jurnal.unpad.ac.id/jnc/article/view/24445>.
Tita Puspita Ningrum, Hudzaifah Al Fatih, and Nindi Tri Yuliyanti, ‘Hubungan
Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Perawatan Kaki Pada Pasien
Diabetes Melitus Tipe Ii’, Jurnal Keperawatan BSI, 9.2 (2021), 166–77.
Waode Azfari Azis, Laode Yusman Muriman, and Sri Rahayu Burhan, ‘Hubungan
Tingkat Pengetahuan Dengan Gaya Hidup Penderita Diabetes Mellitus’,
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, 2.1 (2020), 105–14
<https://doi.org/10.37287/jppp.v2i1.52>.
Wardani Sapta Indah Umayya Iranna Layus, ‘Hubungan Antara Diabetes Melitus
Dengan Glaukoma’, Jurnal Medika Hutama, Vol 04 (2022).
Yardi Saibi, Rizki Romadhon, and Narila Mutia Nasir, ‘Kepatuhan Terhadap
Pengobatan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Puskesmas Jakarta
Timur’, Jurnal Farmasi Galenika (Galenika Journal of Pharm acy) (e-
Journal),6.1(2020),94-103
<https://doi.org/10.22487/j24428744.2020.v6.i1.15002>.
Yulia Pratiwi, Dian Arsanti Palupi, and Rakhmi Hidayati, ‘Bijak Mengenal Obat
Diabetes Melitus (DM) Pada Masyarakat Kudus’, 6.1 (2023), 70–76.