Anda di halaman 1dari 171

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

DIABETES MELITUS TIPE II DI RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE

SAMARINDA

Oleh :

Rossi Arsetya Fatiqa Dewi


P07220120038

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN
SAMARINDA
2023
KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN

DIABETES MELITUS TIPE II DI RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE

SAMARINDA
Untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep)
Pada Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur

Oleh :

Rossi Arsetya Fatiqa Dewi


P07220120038

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN
SAMARINDA
2023

i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Data Diri

Nama : Rossi Arsetya Fatiqa Dewi

Tempat/ Tanggal Lahir : Sragen, 05 Agustus 2002

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Raden Patah RT. 01 Bontang Selatan

B. Riwayat Pendidikan

1. Tahun 2008 – 2017 : SD Negeri 010 Bontang

2. Tahun 2014 – 2017 : SMP Negeri 2 Bontang

3. Tahun 2017 – 2020 : SMA Negeri 2 Bontang

4. Tahun 2020 – sekarang : Mahasiswa Prodi D-III Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan

Kalimantan Timur

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT serta shalawat dan salam selalu

tercurahkan kepada baginda kita Rasullullah SAW, atas berkat rahmat, dan

karunia- Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan

judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Diabetes Melitus Tipe II di

RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda”, sesuai dengan waktu yang telah

direncanakan.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini mendapat

banyak bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Dr. M. H. Supriadi, S. Kp., M. Kep selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kementrian Kesehatan Kalimantan Timur.

2. Ns. Wiyadi, S. Kep., M. Sc selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik

Kesehatan Kementrian Kesehatan Kalimantan Timur.

3. Ns. Tini, S. Kep., M. Kep selaku Ketua Program Studi D-III Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Kalimantan Timur.

4. Ns. Arsyawina, SST., M. Kes selaku Dosen Pembimbing 1 yang telah

memberikan bimbingan, masukan, dan saran dalam penulisan Karya Tulis

Ilmiah ini.

5. Ns. Hesti Prawita W., SST., M. Kes selaku Dosen Pembimbing 2 yang telah

memberikan bimbingan, masukan, dan saran dalam penulisan Karya Tulis

Ilmiah ini.

v
6. Para dosen dan staff pendidikan di Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan

Kementrian Kesehatan Kalimantan Timur.

7. Kedua orang tua saya, Ayahanda Sarjono dan Ibunda Atik Setiyaningsih yang

mampu mendidik penulis, memotivasi, memberikan dukungan hingga penulis

mampu menyelesaikan studinya. Serta, Adik tercinta saya Adnan Narendra

Pasha yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan kepada saya.

8. Ibu Sundari dan Muhammad Rahmatullah yang selalu mendoakan dan

menyemangati saya.

9. Sahabat saya, Ajeng Ayu Rengganis dan sahabat saya di Bontang yang telah

memotivasi dan menyemangati saya dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

10. Teman dekat saya Tutus, Elza, Bima, Linda, Purna, Rusti, Rosa, Yasmin, Aina,

Firda, Tasya, Mila, Silmy, dan Nanda yang telah memotivasi, memberikan

dukungan untuk kelancaran penulisan karya tulis ilmiah ini.

11. Serta teman-teman dan semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu

yang telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Akhir kata penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ilmiah ini

masih jauh dari sempurna. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang

sifatnya membangun dan berharap semoga penulisan ini dapat bermanfaat bagi

penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Samarinda, 06 Juni 2023

Penulis

v
ABSTRAK

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIABETES


MELITUS TIPE 2 DI RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA”

Rossi Arsetya Fatiqa Dewi1), Arsyawina2), Hesti Prawita3)

1)Mahasiswa Prodi D-III Keperawatan Poltekkes Kemenkes

Kaltim 2),3)Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes

Kaltim

Pendahuluan : Diabetes melitus adalah penyakit kronis progresif yang ditandai


dengan ketidakmampuan tubuh untuk metabolisme karbohidrat, lemak dan protein
yang merupakan penyebab awal munculnya hiperglikemia (Tan et al., 2018). Studi
kasus ini bertujuan untuk mempelajari dan memahami mengenai asuhan
keperawatan pada pasien dengan diabetes melitus di Ruang Flamboyan RSUD
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
Metode : Penulisan karya tulis ilmiah ini menggunakan metode studi kasus dengan
pendekatan asuhan keperawatan dengan mengambil 2 responden yang dirawat di
ruang flamboyan RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Pengumpulan data
menggunakan format asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosis,
intervensi, implementasi, dan evaluasi keperawatan.
Hasil dan Pembahasan : Berdasarkan analisa data yang diperoleh melalui
pengkajian didapatkan hasil, pada pasien I dan II ditemukan masalah keperawatan
yang sama yaitu ketidakstabilan kadar glukosa darah, perfusi perifer tidak efektif,
dan defisit pengetahuan.
Kesimpulan : Pada pasien I dan II terdapat kesamaan yaitu kestabilan kadar
glukosa darah meningkat, perfusi perifer meningkat, dan tingkat pengetahuan
meningkat. Pada pasien I status nutrisi cukup membaik. Sedangkan pada pasien II
tingkat nyeri menurun, integritas kulit dan jaringan cukup meningkat, dan tingkat
infeksi menurun.
Saran : Diharapkan untuk kedepannya dapat menjadi literasi maupun wawasan
tambahan untuk meningkatkan keterampilan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan diabetes melitus khususnya pada diabetes melitus
tipe 2.

Kata Kunci : Asuhan Keperawatan, Diabetes Melitus Tipe 2

v
DAFTAR ISI

Halaman Sampul Depan

Halaman Sampul Dalam.............................................................................................i

Surat Pernyataan........................................................................................................ii

Daftar Riwayat Hidup..............................................................................................iii

Lembar Persetujuan..................................................................................................iv

Lembar Pengesahan...................................................................................................v

Kata Pengantar.........................................................................................................vi

Abstrak...................................................................................................................viii

Daftar Isi...................................................................................................................ix

Daftar Tabel...........................................................................................................xiii

Daftar Bagan..........................................................................................................xiv

Daftar Lampiran......................................................................................................xv

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................6

1.3 Tujuan Penelitian..............................................................................................6

1.3.1 Tujuan Umum......................................................................................6

1.3.2 Tujuan Khusus.....................................................................................7

1.4 Manfaat Penelitian............................................................................................8

1.4.1 Bagi Peneliti........................................................................................8

1.4.2 Bagi Tempat Penelitian.......................................................................8

1.4.3 Bagi Profesi Keperawatan...................................................................8

1.4.4 Bagi Klien/ Keluarga...........................................................................8

i
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Diabetes Melitus.......................................................................9

2.1.1 Pengertian............................................................................................9

2.1.2 Etiologi..............................................................................................10

2.1.3 Klasifikasi..........................................................................................12

2.1.4 Manifestasi Klinis..............................................................................14

2.1.5 Patofisiologi.......................................................................................17

2.1.6 Pathway.............................................................................................19

2.1.7 Komplikasi........................................................................................20

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang.....................................................................23

2.1.9 Pemeriksaan Diagnostik....................................................................25

2.1.10 Penatalaksanaan.................................................................................27

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan........................................................................38

2.2.1 Pengkajian.........................................................................................38

2.2.2 Diagnosis Keperawatan.....................................................................44

2.2.3 Perencanaan Keperawatan.................................................................45

2.2.4 Implementasi Keperawatan...............................................................53

2.2.5 Evaluasi keperawatan........................................................................54

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan (Desain Penelitian)......................................................................56

3.2 Subyek Penelitian...........................................................................................56

3.3 Batasan Istilah................................................................................................57

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian..........................................................................58

3.5 Prosedur Penelitian.........................................................................................58


x
3.6 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data.....................................................58

3.6.1 Teknik Pengumpulan Data................................................................58

3.6.2 Instrumen Pengumpulan Data...........................................................60

3.7 Keabsahan Data..............................................................................................60

3.7.1 Data Primer........................................................................................61

3.7.2 Data Sekunder...................................................................................61

3.7.3 Data Tersier.......................................................................................61

3.8 Analisis Data..................................................................................................61

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil................................................................................................................63

4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian.............................................................63

4.1.2 Data Asuhan Keperawatan................................................................64

4.2 Pembahasan..................................................................................................129

4.2.1 Ketidakstabilan kadar glukosa darah (D.0027) berhubungan dengan


resistensi insulin...........................................................................................129

4.2.2 Perfusi perifer tidak efektif (D.0009) berhubungan dengan


hiperglikemia.............................................................................................132

4.2.3 Nyeri akut (D.0077) berhubungan dengan agen pencedera fisiologis


(neuropati)....................................................................................................136

4.2.4 Berat Badan Lebih (D.0018) berhubungan dengan faktor keturunan


(obesitas) dibuktikan dengan IMT 25,4 Kg/ m3..........................................138

4.2.5 Gangguan integritas kulit/ jaringan berhubungan dengan neuropati


perifer 140

4.2.6 Risiko infeksi (D.0142) dibuktikan dengan luka diabetes..............143

4.2.7 Defisit pengetahuan (D.0111) berhubungan dengan kurang terpapar


informasi.......................................................................................................145

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN


x
5.1 Kesimpulan...................................................................................................148

5.2 Saran.............................................................................................................150

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN - LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Kadar Glukosa Darah.............................................................................25


Tabel 2. 2 Perencanaan Keperawatan......................................................................45
Tabel 4. 1 Hasil Pengkajian pada Pasien I dan Pasien II........................................64
Tabel 4. 2 Hasil Pemeriksaan Fisik pada Pasien I dan Pasien II67
Tabel 4. 3 Diagnosis Keperawatan pada Pasien I dan Pasien II74
Tabel 4. 4 Intervensi keperawatan pada Pasien I dan Pasien II78
Tabel 4. 5 Implementasi Keperawatan pada Pasien I88
Tabel 4. 6 Implementasi Keperawatan pada Pasien II95
Tabel 4. 7 Evaluasi Keperawatan pada Pasien I dan Pasien II104

x
DAFTAR BAGAN

Bagan 2. 1 Pathway Diabetes Melitus.....................................................................19

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Pengkajian Keperawatan Medikal Bedah


Lampiran 2 : Lembar Balance Cairan Pasien I dan Pasien II
Lampiran 3 : Lembar Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Senam Kaki Diabetes
Lampiran 4 : Lembar Satuan Acara Penyuluhan (SAP) DIIT Diabetes
Mellitus Lampiran 5 : Lembar Leaflet Senam Kaki Diabetes
Lampiran 6 : Lembar Penilaian Skor Bates
Jensen Lampiran 6 : Lembar Persetujuan
Responden
Lampiran 7 : Lembar Persetujuan Judul Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 8 : Lembar Surat Izin Praktek ASKEP dan Studi Kasus
Poltekkes Kemenkes Kaltim
Lampiran 9 : Lembar ND ASKEP dan Studi Kasus RSUD AWS Samarinda
Lampiran 10 : Lembar Menguji Proposal Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 11 : Lembar Menguji Hasil Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 12 : Lembar Konsultasi Bimbingan Proposal

x
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes Melitus Tipe 2 (DM Tipe 2) adalah penyakit tidak menular

dengan angka kejadian yang terus meningkat di dunia, menyebabkan berbagai

macam kegagalan organ tubuh, hingga kematian (Putri & Waluyo, 2019).

Menurut Permenkes RI No. 5 Tahun 2017 tentang Rencana Aksi Nasional

Penanggulangan Penyakit Tidak Menular 2015-2019. Pada peraturan ini

disebutkan dua jenis strategi dalam penanggulangan PTM yakni strategi global

dan strategi regional. Strategi global antara lain : pencegahan PTM, penguatan

sistem pelayanan kesehatan, dan surveilans PTM. Sedangkan strategi regional

antara lain : advokasi & kemitraan, promkes & penurunan faktor risiko,

penguatan sistem pelayanan kesehatan, dan surveilans-monev-riset.

Permenkes No. 43 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal

Bidang Kesehatan. Pada kebijakan ini dinyatakan bahwa setiap penderita

diabetes melitus mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar. Disamping

itu pada penduduk usia 15-59 tahun wajib mendapatkan pelayanan skrining

kesehatan untuk mendeteksi kemungkinan terkena diabetes melitus.

Penyusunan standar pelayanan mininam bidang kesehatan tersebut mengacu

pada Permendagri No.18 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyusunan,

Pengendalian, dan Evaluasi Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2017

(Heryana, 2019).

1
2

Diabetes melitus tipe 2 adalah krisis global yang mengancam kesehatan

dan ekonomi global. Sekitar 1 dari setiap 11 orang dewasa menderita diabetes

melitus tipe 2, dan sekitar 75% penderita diabetes melitus tinggal di negara

berkembang (Widiasari et al., 2021). Diabetes melitus tipe 2 merupakan tipe

diabetes yang sering terjadi dan 85-90 % dari seluruh penderita diabetes yaitu

kelompok lansia. Diabetes melitus merupakan masalah kesehatan global

dengan angka kejadian, komplikasi dan mortalitas lebih tinggi pada lansia

dibandingkan kelompok usia muda (Arini et al., 2021).

Menurut World Health Organization (WHO), tipe diabetes melitus

yang sering terjadi adalah Diabetes Melitus Tipe 2 dan kejadiannya meningkat

secara drastis di negara berpenghasilan rendah. Jumlah penderita diabetes

melitus adalah 422 juta jiwa, sedangkan menurut data International Diabetes

Federation (IDF) pada tahun 2019, diperkirakan sebanyak 10,7 juta jiwa

penderita berusia 20 – 79 tahun, diperkirakan meningkat sebesar 11,8 % pada

tahun 2030 dan 2045, Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah

penderita diabetes cukup tinggi, hasil Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa

prevalensi diabetes melitus di Indonesia menurut diagnosa dokter terjadi pada

usia lebih dari 15 tahun sebesar 2%, data tersebut menunjukkan peningkatan

dibandingkan Riskesdas 2013 (Arini et al., 2021).

Menurut data Riskesdas, Kalimantan Timur memiliki prevalensi

diabetes tertinggi kedua di Indonesia pada tahun 2018. Dengan persentase

sebesar 10,9% berusia 15 tahun keatas. RSUD Abdul Wahab Sjahranie

Samarinda merupakan salah satu rumah sakit rujukan milik Pemerintah

Provinsi Kalimantan Timut di


3

kota Samarinda. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD

Abdul Wahab Sjahranie Samarinda didapatkan penyakit diabetes melitus

termasuk lima besar penyakit yang paling banyak terjadi. Penderita diabetes

melitus tipe 2 di RSUD Abdul Wahab Sjahranie tahun 2020, Berdasarkan

kelompok usia yaitu kelompok dewasa akhir (46-65 tahun) sebesar 57,0%.

Berdasarkan jenis kelamin adalah kelompok perempuan yaitu 51,0%.

Selanjutnya berdasarkan kategori IMT, kelompok IMT normal (18,0-25) yaitu

49,0%. Dan terakhir berdasarkan kategori nilai HbA1c paling banyak

ditemukan adalah kategori buruk (> 8%) yaitu 56,0% (Irawan et al., 2022).

Dalam metabolisme tubuh, hormon insulin bertugas mengatur kadar

glukosa darah. Hormon ini diproduksi di pankreas dan dikeluarkan untuk

sumber energi tubuh. Jika di dalam tubuh kekurangan hormon insulin

menyebabkan seseorang mengalami hiperglikemia (Saibi et al., 2020).

Salah satu faktor penyebab kegagalan pengontrolan glukosa darah

pasien diabetes melitus adalah ketidakpatuhan pasien dalam berobat.

Ketidakpatuhaan terhadap pengobatan diabetes melitus masih menjadi isu

penting dalam penatalaksanaan diabetes melitus. Dari penelitan ditemukan

bahwa tingkat kepatuhan penderita diabetes melitus tipe 2 yang diberikan

sulfonylurea, dengan dosis sekali sehari adalah 94% sedangkan regimen

sulfonylurea dosis dua atau tiga kali sehari mencapai 57%. Selain faktor

medikasi, keberhasilan penatalaksanaan penderita diabetes melitus dapat dilihat

dari pengendalian berat badan, pengaturan asupan makanan dan faktor-faktor

penyerta lain yang


4

mempengaruhi perkembangan penyakit, pencegahan, komplikasi, dan

penatalaksanan diabetes melitus tipe II (Bulu et al., 2019).

Diabetes melitus disebabkan oleh ketidakseimbangan asupan energi,

karbohidrat, dan protein. Hal tersebut disebabkan oleh jadwal makan dan

jumlah porsi makan yang tidak tepat, sehingga penyerapan asupan zat gizi

seperti energi, karbohidrat dan lemak tidak sesuai dengan kebutuhan.

Kemudian, diabetes melitus tipe 2 dapat terjadi akibat berat badan seseorang

melebihi batas IMT. IMT yang tinggi akan memiliki risiko 2 kali lebih besar

untuk terkena diabetes melitus tipe 2 dibandingkan dengan IMT yang rendah

(Lukman, Aguscik, 2023).

Berdasarkan etiologi tentang diabetes melitus tipe 2 maka diagnosa

keperawatan yang muncul pada pasien dengan diabetes melitus adalah sebagai

berikut : ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan

hiperglikemia resistensi insulin; perfusi perifer tidak efektif berhubungan

dengan hiperglikemia; defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan

mengabsorbsi nutrient, dan gangguan integritas kulit berhubungan dengan

neuropati perifer (Devi Darliana, 2011).

Program pengendalian diabetes melitus di Indonesia untuk mengurangi

prevalensi diabetes melitus yaitu dengan prolanis atau program pengelolaan

penyakit kronis. Program ini dijalankan melalui fasilitas kesehatan mulai dari

tingkat pertama yaitu puskesmas dan klinik pratama. Kegiatan prolanis terdiri

dari enam jenis yaitu konsultasi medis, edukasi peserta, reminder SMS

gateway, kunjungan rumah, aktivitas senam, dan pemantauan status kesehatan.

Menurut konsensus Perkeni, program pencegahan diabetes melitus tipe 2

terdiri dari 3
5

pencegahan. Pencegahan primer, sasarannya yaitu kelompok dengan faktor

risiko diabetes melitus (mereka yang belum menderita diabetes melitus tetapi

berisiko). Tujuannya untuk mencegah kelompok tersebut menderita diabetes

melitus. Intervensi yang diberikan adalah program penurunan berat badan,

olahraga, berhenti merokok, dan intervensi farmakologis untuk kelompok

risiko tinggi.

Pencegahan sekunder, sasarannya untuk pasien yang terdiagnosis

diabetes melitus. Tujuannya untuk mencegah terjadinya komplikasi pada

pasien diabetes melitus dengan cara mengontrol kadar glukosa darah,

pengendalian faktor risiko komplikasi dengan pemberian obat, deteksi dini

adanya komplikasi sejak awal pengobatan diabetes melitus, dan penyuluhan

kepatuhan pasien dalam minum obat sejak pertemuan pertama.

Pencegahan terakhir yaitu pencegahan tersier, sasaran dengan

kelompok penderita diabetes melitus yang telah mengalami komplikasi.

Tujuannya adalah mencegah kecacatan lebih lanjut dan meningkatkan kualitas

hidup. Tindakan preventif meliputi rehabilitasi pasien sedini mungkin agar

tidak terjadi kecacatan menetap, serta penyuluhan kesehatan komprehensif dan

terintegrasi (Heryana, 2019).

Penderita diabetes melitus penting untuk mematuhi serangkaian

pemeriksaan seperti pengontrolan gula darah. Jika kepatuhan dalam

mengontrol gula darah pada penderita diabetes melitus rendah, maka mampu

mengakibatkan tidak terkontrolnya kadar gula darah yang akan menyebabkan

komplikasi. Mematuhi pengontrolan gula darah pada penderita DM adalah

tantangan yang
6

besar agar tidak terjadi keluhan subjektif yang mengarah pada kejadian

komplikasi. Diabetes melitus bila tidak tertangani secara tepat, maka bisa

menyebabkan banyak sekali macam komplikasi. Pentingnya peran perawat

dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah diabetes

melitus. Asuhan keperawatan yang professional diberikan melalui pendekatan

proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, penetapan diagnosis,

pembuatan intervensi, implementasi keperawatan, dan mengevaluasi hasil

tindakan keperawata.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengetahui dan

memahami asuhan keperawatan pada penyakit diabetes melitus tipe 2 melalui

karya tulis ilmiah berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan

Diabetes Melitus Tipe 2 Di RSUD Abdul Wahab Sjahranie”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, rumusan masalah

dalam studi kasus ini adalah “Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Pasien

Dengan Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD Abdul Wahab Sjahranie? ”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Secara umum untuk menggambarkan asuhan keperawatan pada

pasien dengan diabetes melitus tipe 2 di RSUD Abdul Wahab Sjahranie

Samarinda.
7

1.3.2 Tujuan Khusus

Mahasiswa mampu memahami gambaran asuhan keperawatan

pada pasien dengan diabetes melitus tipe 2 di RSUD Abdul Wahab

Sjahranie :

1.3.2.1 Melakukan pengkajian pasien dengan diabetes melitus tipe 2 di

RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda

1.3.2.2 Merumuskan diagnosis keperawatan pada pasien dengan

diabetes melitus tipe 2 di RSUD Abdul Wahab Sjahranie

Samarinda

1.3.2.3 Menyusun intervensi keperawatan pada pasien dengan diabetes

melitus tipe 2 di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda

1.3.2.4 Melaksanakan implementasi keperawatan pada pasien dengan

diabetes melitus tipe 2 di RSUD Abdul Wahab Sjahranie

Samarinda.

1.3.2.5 Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan diabetes

melitus tipe 2 di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda

1.3.2.6 Melakukan dokumentasi keperawatan pada pasien dengan

diabetes melitus tipe 2 di RSUD Abdul Wahab Sjahranie

Samarinda.
8

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman belajar

di lapangan dan meningkatkan pengetahuan serta informasi bagi peneliti

tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan diabetes melitus tipe 2 di

RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.

1.4.2 Bagi Tempat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat serta informasi atau

referensi khususnya untuk membantu peneliitian selanjutnya terkait asuhan

keperawatan pada pasien dengan diabetes melitus tipe 2 di RSUD Abdul

Wahab Sjahranie Samarinda.

1.4.3 Bagi Profesi Keperawatan

Hasil penelitian ini sebagai masukan untuk menambah pengetahuan

dan wawasan bagi perkembangan keperawatan dan juga sebagai acuan

untuk meningkatkan pemahaman khususnya tentang asuhan keperawatan

pada pasien dengan diabetes melitus tipe 2 di RSUD Abdul Wahab

Sjahranie.

1.4.4 Bagi Klien/ Keluarga

Penelitian ini diharapkan klien/ keluarga yang menerima asuhan

keperawatan yang diberikan untuk mengetahui komplikasi lebih lanjut dan

peningkatan pengetahuan kepada masyarakat luas dalam meningkatkan

kesadaran masyarakat khususnya tentang diabetes melitus.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Diabetes Melitus

2.1.1 Pengertian

Diabetes melitus merupakan penyakit kronis progresif yang ditandai

dengan ketidakmampuan tubuh untuk metabolisme karbohidrat, lemak dan

protein yang merupakan penyebab awal munculnya hiperglikemia (Tan et al.,

2018).

Diabetes melitus adalah sekelompok gangguan metabolisme yang ditandai

dan diidentifikasi dengan adanya hiperglikemia atau peningkatan kadar glukosa

darah. Kondisi hiperglikemia terjadi akibat gangguan sekresi insulin, kerja

insulin, atau keduanya, serta gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan

protein. Efek jangka panjang dari diabetes melitus dapat menyebabkan seperti

retinopati, nefropati, neuropati, atau komplikasi lainnya (Pratiwi et al., 2023).

Diabetes melitus tipe 2 adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan

hiperglikemia. Pada kondisi ini pankreas yang bertugas untuk memproduksi

insulin, tetapi sel tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efisien untuk

mengubah glukosa menjadi energi. Sehingga menyebabkan disfungsi,

kegagalan bahkan kerusakan organ pada mata, ginjal, pembuluh darah dan

saraf (Megawati et al., 2020).

9
1

2.1.2 Etiologi

Etiologi diabetes melitus tipe 2 menurut (Paulus Subiyanto., 2019)

berkaitan erat dengan peran penting hormon insulin dan reseptornya dalam

sel tubuh manusia. Ada dua etiologi yang berperan pada kejadian diabetes

melitus tipe 2. Di satu sisi, terjadi karena adanya penurunan sensitivitas dari

insulin (resistensi terhadap insulin). Artinya, meskipun jumlah insulin

cukup, reseptor insulin tidak dapat bekerja dengan baik untuk menurunkan

kadar glukosa darah akibat kerusakan pada reseptor insulin di sel. Dengan

demikian hormon insulin tidak dapat berikatan dengan reseptornya dan

glukosa darah tidak dapat masuk ke dalam sel. Kedua karena penurunan

produksi insulin oleh sel beta pankreas. Diabetes melitus tipe 2

diintervensikan dengan cara edukasi diet, latihan fisik/ olahraga, dan

pemantauan glukosa darah. Selain itu, perawatan dan pengobatan dapat

menggunakan hipoglikemia oral atau insulin sesuai dengan kebutuhan.

Sampai saat ini penyebab pasti dibalik orang yang menderita

diabetes melitus tipe 2 belum diketahui secara jelas. Namun, terdapat faktor

tertentu yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengidap diabetes

melitus tipe ini. Faktor-faktor risiko inilah yang diduga kuat menyebabkan

terjadinya resistensi insulin dan kegagalan sel beta pankreas dalam

memproduksi insulin sehingga terjadi hiperglikemia yang tidak

terkompensasi oleh insulin dari dalam tubuh. Faktor-faktor tersebut antara

lain :
1

1) Obesitas

Obesitas merupakan faktor risiko utama diabetes melitus tipe 2.

Semakin banyak jaringan lemak yang dimiliki seseorang, semakin

banyak reseptor insulin yang mengalami gangguan dan menyebabkan

terjadinya resistensi insulin. Namun, seseorang tidak harus mengalami

obesitas untuk mengembangkan diabetes melitus tipe 2. Seseorang

dengan indeks massa tubuh (IMT) > 23 kg/ m2 atau 120% memiliki

risiko tinggi diabetes. Jika tubuh menyimpan lemak terutama di perut

(obesitas sentral), risiko diabetes melitus tipe 2 lebih besar daripada jika

tubuh menyimpan lemak di tempat lain, seperti pinggul dan paha.

2) Dislipidemia

Seseorang dengan kadar kolestrol HDL ≤ 35 mg/ dL dana tau kadar

trigliserida ≥250 mg/ dL atau disebut dislipidemia memiliki risiko

tinggi diabetes melitus tipe 2.

3) Usia

Risiko diabetes melitus tipe 2 meningkat seiring bertambahnya usia,

terutama setelah usia 45 tahun. Hal ini terjadi karena orang cenderung

kurang berolahraga, kehilangan massa otot, dan mengalami peningkatan

berat badan seiring bertambahnya usia. Namun, jumlah penderita

diabetes melitus tipe 2 juga meningkat secara drastis di kalangan anak-

anak, remaja, dan orang dewasa muda.


1

4) Pre-diabetes

Pre-diabetes adalah kondisi dimana tingkat gula darah lebih tinggi

dari biasanya, namun tidak cukup tinggi untuk diklasifikasikan sebagai

diabetes. Pasien dengan riwayat glukosa darah puasa terganggu < 140

mg/ dL (GDPT) dan toleransi glukosa terganggu 140-199 mg/ dL

(TGT). Jika tidak segera ditangani, prediabetes dapat berkembang

menjadi diabetes melitus tipe 2.

5) Gaya hidup atau jarang melakukan aktivitas fisik

Seseorang yang tidak aktif secara fisik, memiliki kecenderungan

risiko diabetes melitus tipe 2 yang lebih tinggi. Aktivitas fisik

membantu mengendalikan berat badan, menggunakan glukosa sebagai

energi dan membuat sel lebih sensitif terhadap insulin.

6) Seorang ibu dengan riwayat diabetes gestasional dan pernah melahirkan

bayi dengan berat badan > 4000 gram.

7) Penderita hipertensi, PJK, dan hipertiroidisme diketahui juga

mempunyai risiko tinggi diabetes.

2.1.3 Klasifikasi

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2020,

diabetes melitus dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, antara lain

DM tipe 1, DM tipe 2, DM gestasional, dan DM tipe lainnya.

1) Diabetes Melitus Tipe 1 (DM Tipe 1)

DM tipe 1 merupakan tipe diabetes melitus yang terjadi akibat

adanya proses autoimun atau idiopatik yang dapat menyerang semua


1

kalangan masyarakat. Meskipun dapat menyerang semua kalangan,

DM tipe 1 ini lebih banyak ditemui pada anak-anak. DM tipe ini

disebut juga Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) yang

berhubungan dengan antibody berupa Islet Cell Antibodies (ICA),

Insulin Autoantibodies (IAA), dan Glutamic Acid Decarboxylase

Antibodies (GADA). Berdasarkan hal tersebut penderita DM tipe 1 ini

membutuhkan suntikan insulin setiap hari untuk mengontrol kadar

glukosa di dalam darah.

2) Diabetes Melitus Tipe 2 (DM Tipe 2)

DM tipe 2 atau biasa disebut Non Insulin Dependent Diabetes

Mellitus (NIDDM) merupakan tipe diabetes melitus yang paling sering

ditemui dengan kelompok umur tertinggi berada pada rentang 40 tahun

keatas. Keadaan hiperglikemik pada penyakit ini terjadi karena adanya

resistensi insulin dan/ atau dapat disertai dengan defisiensi insulin

relatif.

3) Diabetes Melitus Gestasional

DM gestasional merupakan diabetes melitus yang terjadi pada

wanita hamil dengan tidak ada riwayat diabetes melitus sebelumnya.

Diabetes melitus tipe ini biasanya diketahui pada usia kehamilan

memasuki trimester kedua ataupun ketiga.


1

4) Diabetes Melitus Tipe lainnya

Diabetes melitus tipe lainnya adalah semua jenis DM yang tidak

termasuk ke dalam kategori DM tipe 1, DM tipe 2, dan DM tipe

gestisonal. DM tipe lainnya ini meliputi :

(1) Diabetes yang diinduksi bahan kimia (pemakaian glukokortikoid

pada pengobatan HIV/ AIDS atau setelah transplantasi organ)

(2) Sindrom diabetes monogenik (Diabetes neonatal)

(3) Penyakit eksorin pankreas (fibrosis kistik).

2.1.4 Manifestasi Klinis

Seseorang yang menderita DM dapat memiliki gejala antara lain :

1) Poliuria (sering kencing)

Keadaan sering kencing atau poliuria disebabkan kadar glukosa

darah melebihi ambang batas ginjal dalam reabsorpsi glukosa di

tubulus ginjal. Hal tersebut menyebabkan glukosuria yang berdampak

pada terjadinya diuresis osmotik, yaitu pengenceran volume urine

sehingga volume urine yang dikeluarkan bertambah banyak. Adanya

glukosa dalam urine inilah kemudian muncul istilah kencing manis.

2) Polidipsia (sering merasa haus)

Keluhan sering haus dan sering minum ini berhubungan dengan

pengenceran plasma, yaitu penarikan cairan dari dalam sel akibat

hiperglikemia yang menyebabkan sel kekurangan cairan, serta adanya

hipovolemia akibat sering kencing.


1

3) Polifagia (sering merasa lapar)

Keluhan mudah lapar dan sering makan yang umumnya juga

disertai mudah lelah dan mengantuk, disebabkan adanya penurunan

ambilan glukosa oleh sel akibat defisiensi insulin. Ini menyebabkan sel

mengalami kelaparan karena kekurangan glukosa untuk digunakan

dalam pembentukan energi.

4) Berat badan menurun

Keluhan berat badan menurun sangat jelas terjadi akibat sel

kekurangan glukosa yang menyebabkan terjadinya gluconeogenesis,

yaitu pembentukan glukosa dan energi bukan berasal dari karbohidrat

berupa pemecahan protein dan lemak (liposis). Namun demikian,

keluhan penurunan berat badan ini sering diabaikan oleh pasien.

5) Kesemutan pada kaki

Keluhan kesemutan pada kaki merupakan tanda awal adanya

komplikasi Perifer Arterial Deasease (PAD), yaitu adanya sumbatan

arteri yang menuju ke kaki. Adanya sumbatan arteri yang makin parah

pada tahap lanjut akan menyebabkan rasa nyeri. Bahkan, pada tahap

akhir dimana sel saraf perifer mengalami kerusakan dan kematian akan

timbul rasa kebas, kebal dan mati rasa (neuropati).

6) Rasa gatal dan keputihan, infeksi, dan bisul

Rasa gatal pada daerah genital dan keputihan pada wanita, luka

infeksi yang sulit sembuh atau bisul yang hilang timbul terjadi akibat

penurunan daya tahan tubuh, yaitu penurunan fungsi leukosit dalam


1

melakukan fagositisis. Kerusakan fungsi leukosit ini terjadi akibat

glukotoksik, yaitu hiperglikemia yang terjadi menahun.

7) Mata kabur

Mata kabur umumnya terjadi akibat komplikasi kronis diabetes,

yaitu kerusakan mikrovaskuler yang menyebabkan pecahnya

pembuluh darah halus di retina. Hal tersebut mengurangi kekuatan

mata dan menghalangi proses penglihatan di retina.

8) Disfungsi ereksi

Disfungsi ereksi pada pria meski tidak selalu terjadi disebabkan

oleh gangguan sirkulasi darah du penis sehingga mengalami kesulitan

mencapai ereksi.

Selain hal-hal tersebut, gejala penderita diabetes melitus lain adalah

gatal, mudah terkena infeksi bakteri atau jamur, dan penyembuhan luka

yang lama. Namun, pada beberapa kasus, penderita diabetes melitus tidak

menunjukkan adanya gejala.

Apabila seseorang merasakan gejala-gejala tersebut, hendaknya

memeriksakan diri ke dokter. Apabila terdapat kecurigaan terhadap

diabetes melitus, dokter akan menyarankan pemeriksaan gula darah terdiri

atas gula darah setelah berpuasa (minimal 8 jam), gula darah 2 jam setelah

makan, dan gula darah sewaktu. Selain ketiga pemeriksaan tersebut, dokter

dapat merekomendasikan pemeriksaan laboratorium lainnya. Dari hasil

pemeriksaan dan didukung oleh hasil laboratorium, dokter akan

menentukan pasien terkena diabetes melitus atau tidak. (Puspita et al.,

2020).
1

2.1.5 Patofisiologi

Diabetes melitus tipe 2 (DM tipe 2) disebabkan oleh usia, genetik,

dan obesitas yang menjadi sel beta pankreas sehingga merusak sekresi

insulin yang seharusnya diterima oleh tubuh. Gangguan sekresi insulin

dapat mempengaruhi produksi insulin, dan sekresi insulin yang tidak

mencukupi menyebabkan penurunan produksi insulin. Kemudian

menyebabkan ketidakseimbangan dalam produksi insulin. Penurunan

sekresi intra sel membuat insulin tidak terikat dengan reseptor khusus pada

permukaan sel sehingga gula dalam darah tidak dapat dibawa masuk oleh

sel. Ketika gula tidak dapat diambil, mengakibatkan kadar glukosa darah

meningkat dan menyebabkan hiperglikemia. Pengobatan yang tidak teratur

dan ketidakpatuhan dalam diit DM mengakibatkan glukosa dalam darah

tidak dapat menjadi sumber energi sehingga terjadi ketidakstabilan kadar

glukosa darah.

Patofisiologi diabetes melitus dapat dikaitkan dengan salah satu

akibat kekurangan insulin yaittu penurunan penggunaan glukosa oleh sel-

sel tubuh, sehingga terjadi peningkatan kadar glukosa darah sebesar 300-

12000 mg/dL. Mobilisasi lemak yang meningkat menyebabkan

metabolisme lemak yang abnormal disertai dengan timbunan kolestrol pada

dinding pembuluh darah yang akan berakibat pada berkurangnya protein

pada jaringan tubuh.

Meskipun gangguan sekresi insulin yang menjadi ciri diabetes

melitus tipe 2, masih ada cukup insulin untuk mencegah pemecahan lemak

dan produksi badan keton secara bersamaan. Oleh karena itu, ketoasidosis
1

diabetes jarang terjadi pada pasien diabetes melitus tipe 2. Diabetes melitus

tipe 2 yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lain yang

disebut sindrom hiperglikemik hiperosmolar nonketorik.


1

2.1.6 Pathway

Obesitas, Usia

Ketidakstabil
an Kadar
Glukosa
Risi
ko
Infe
2

2.1.7 Komplikasi

Berdasarkan International Classification of Disease (ICD) Coding for

Diabetes menyebutkan bahwa diabetes melitus dapat menimbulkan

kerusakan pada berbagai sistem organ diantaranya hiperosmoralitas, ginjal,

pembuluh darah perifer, hipoglikemia, hiperglikemia, saraf, mata, sendi,

dan kulit. Berbanding lurus dengan hasil penelitian oleh Dugan dan

Shubrook, studi terbaru dari LeMone et.al. (2016) juga mendapatkan hasil

bahwa terdapat beberapa komplikasi yang ditimbulkan akibat diabetes

melitus yang tidak terkontrol, antara lain :

1) Komplikasi akut : hipoglikemia dan hiperglikemia

2) Komplikasi neurologis : neuropati somatik, neuropati visera,

retinopati diabetik, katarak, dan glaukoma

3) Komplikasi kardiovaskular : hipotensi ortostaik, percepatan

aterosklerosis, penyakit stroke, penyakit

arteri koroner (MI), penyakit vaskuler

perifer, gangguan viskositas darah dan

trombosit.

4) Komplikasi ginjal : hipertensi, albuminuria, edema, dan gagal

ginjal kronik.

5) Komplikasi muskuloskeletal : kontraktur sendi

6) Komplikasi integumen : ulkus, gangrene, dan perubahan atrofik.


2

Komplikasi penyakit serius yang akan muncul akibat dari penyakit

diabetes melitus :

1) Penyakit stroke

Angka kejadian penyakit diabetes melitus mengalami peningkatan

sejalan dengan perubahan gaya hidup, di antaranya konsumsi jenis

makanan. Bila hal ini diabaikan, maka penyakit ini juga bisa

menyebabkan munculnya penyakit lain seperti stroke.

Keadaan hiperglikemia sangat memengaruhi tingkat mortalitas

penyakit stroke dan penyembuhan pasca stroke. Hiperglikemia yang

berkelanjutan dapat meningkatkan ukuran infark. Pemantauan kadar

glukosa darah sangat diperlukan ( kadar glukosa darah > 180 mg/ dL )

pada stroke akut harus diobati dengan titrasi insulin. Rekomendasi

target glukosa darah untuk pasien stroke akut adalah 110-140 mg/ dL

tetapi tanpa terjadi keadaan hipoglikemia. Pemberian insulin regular

secara intravena berkesinambungan dianjurkan untuk menurunkan

variabilitas glukosa darah. Metode kontrol glikemik yang lain

( perubahan gaya hidup ) dapat diimplementasikan pada saat fase

penyembuhan.

2) Penyakit jantung

Penyakit jantung juga bisa timbul karena diabetes melitus. Penyakit

jantung coroner disebabkan oleh penumpukan lemak pada dinding

dalam pembuluh darah jantung atau pembuluh darah coroner. Lama-

kelamaan sumbatan akan menjadi semakin besar sehingga pembuluh

darah yang bersangkutan menjadi semakin sempit. Hal itu

mengakibatkan otot
2

jantung di daerah yang dialiri oleh pembuluh darah tersebut akan

mengalami kekurangan aliran darah.

Jika sumbatan menjadi total, maka orang yang bersangkutan akan

terkena serangan jantung yang dapat menyebabkan kematian

mendadak. Gejala dari sumbatan pembuluh darah koroner adalah nyeri

dada. Nyeri tersebut disertai dengan penjalaran ke tangan kiri atau

leher, terkadang disertai juga dengan sesak napas, mual, keringat

dingin, atau rasa mau pingsan.

3) Kelainan mata

Diabetes merupakan salah satu penyakit yang sering menimbulkan

kelainan yang cukup serius pada mata. Kelainan mata yang dapat

terjadi akibat diabetes melitus antara lain adalah katarak, glaucoma, dan

retinopati diabetika. Kelainan retinopati diabetika merupakan salah satu

penyebab kebutaan utama dan banyak menyerang orang pada usia

produktif.

Risiko terjadinya kebutaan pada penderita diabetes melitus

meningkat sejalan dengan lamanya menderita kencing manis, maka

sangatlah penting mengetahui usaha-usaha apa saja yang dapat

dilakukan sehingga dapat mengurangi risiko kebutaan yang dapat

terjadi akibat komplikasi kencing manis tersebut.

4) Gangguan pada sperma

Diabetes merupakan salah satu penyakit yang sering kali

menimbulkan gangguan fungsi seksual yaitu berupa disfungsi ereksi

dan
2

retrograde ejaculation. Disfungsi ereksi adalah ketidakmampuan

mengalami atau mempertahankan ereksi untuk melakukan hubungan

seksual dengan memuaskan. Disfungsi ereksi terjadi akibat gangguan

pembuluh darah yang disebut angiopati.

Retrograde ejaculation berarti ejakulasi terbalik, sperma tidak

dikeluarkan melalui penis, tetapi masuk ke dalam kandung kencing.

Biasanya pria yang mengalami retrograde ejaculation tidak melihat

adanya sperma yang keluar ketika orgasme.

Sperma tidak keluar karena masuk ke dalam kandung kencing,

bukan karena habis. Cairan sperma dan sel spermatozoanya tetap

diproduksi, tappi ketika mengalami ejakulasi, sperma masuk ke

kandung kencing karena otot di sekeliling lubang bagian bawah

kandung kencing tidak menutup dengan kuat. Keadaan ini disebabkan

gangguan saraf akibat diabetes (Ariani, 2016, 42).

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang

Menurut (PERKENI, 2021) untuk memastikan seseorang menderita

Diabetes Melitus Tipe 2 diperlukan skirining pemeriksaan kadar glukosa

darah dengan nilai satuan yang dinyatakan dalam milligram per desiliter

(mg/ dL) atau milimoles per liter (mmol/ L). Beberapa cara pemeriksaan

kadar glukosa darah untuk menegakkan diagnosis Dm sebagai berikut :

1) Tes gula darah acak atau sewaktu

Sampel darah akan diambil pada waktu acak. Terlepas dari kapan

seseorang terakhir makan, kadar gula darah sewaktu ≥ 200 mg/ Dl (11,1
2

mmol/ L) sudah dapat digunakan untuk menyatakan seseorang

menderita diabetes, terutama bila digabungkan dengan gejala khas dan

tidak khas dari diabetes.

2) Tes gula darah puasa

Sampel darah akan diambil setelah puasa semalam selama 8-10 jam.

Tingkat gula darah puasa kurang dari 100 mg/ dL (5,6 mmol/ L) adalah

normal. Tingkat gula darah puasa dari 100 hingga 125 mg/dL (5,6

hingga 6,9 mmol/ L) dianggap prediabetes. Jika 126 mg/ dL (7 mmol/

L) atau lebih tinggi pada dua tes terpisah berarti pasien menderita

diabetes.

3) Tes toleransi glukosa oral

Untuk tes ini, pasien harus berpuasa semalam selama 8-10 jam,

minum air putih tanpa gula tetap diperbolehkan. Setelah diperiksa kadar

gula darah puasa, pasien diberi glukosa 75 gram yang dilarutkan dalam

air 250 cc, lalu diminum dalam waktu 5 menit, selanjutnya berpuasa

kembali. Setelah 2 jam kemudian glukosa darah diperiksa. Kadar gula

darah 70 – 139 mg/ dL adalah normal. Pembacaan antara 140 - 199

mg/dL (7,8 mmol/L dan 11,0 mmol/ L) menunjukkan prediabetes.

Pembacaan 200 mg/ dL (11,1 mmol/L) atau lebih tinggi setelah dua jam

pembebanan glukosa dapat mengindikasi diabetes.

4) Tes hemoglobin glikosilasi atau glycohemoglobin (HbA1c)

Tes darah ini menunjukkan tingkat gula darah rata-rata selama 2

minggu hingga tiap bulan terakhir, mengukur persentase glukosa darah

yang melekat pada hemoglobin sebagai protein pembawa oksigen

dalam
2

sel darah merah. Semakin tinggi kadar gula darah, semakin banyak

glukosa yang menempel pada hemoglobin. Pemeriksaan HbA1c lebih

tepat digunakan untuk memantau tingkat pengendalian diabetes

daripada digunakan untuk menegakan diagnosis.

Tabel 2. 1 Kadar Glukosa Darah

Kadar Glukosa Darah (mg/ dL)


Normal Pre Diabetes
Diabetes
HbA1c (%) < 5,7 5,7 – 6,4 ≥ 6,5
Glukosa darah puasa 70 – 99 100 – 125 ≥ 126
(mg/ dL)
Glukosa plasma 2 jam 70 – 139 140 – 199 ≥ 200
Setelah TTGO ( mg/ dL )

Sumber : (PERKENI,2021)

2.1.9 Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat kondisi fisik pasien

Diabetes Melitus Tipe 2 secara umum :

1) Glukosa darah sewaktu, puasa, dan 2 jam setelah makan (sesuai

kebutuhan) untuk mengetahui tanda hiperglikemia

2) Aseton plasma dan urin (keton), tanda positif menunjukkan adanya

komplikasi akut (Diabetik Ketoasidosis/ DKA)

3) Asam lemak bebas, kadar lipid dan kolestrol meningkat (data penting

sejauhmana tingkat pengendalian diabetes selain kadar glukosa darah)


2

4) Osmolalitas serum, untuk mengetahui adanya dehidrasi sel akibat

hiperglikemia dan hipovolemia akibat diuresis osmotik

5) Kandungan elektrolit, sebagai dampak dari polyuria

(1) Natrium : mungkin normal, meningkat atau menurun

(2) Kalium: normal atau peningkatan semu (perpindahan selluler),

selanjutnya akan menurun

6) Hemoglobin glukolisat (HbA1c)

Kadar HbA1c jika mengalami peningkatan mencerminkan

kontrol diabetes melitus yang kurang selama 2-3 bulan terakhir

7) Gas darah arteri

Biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3

(asidosis metabolik) dengan kompetensi alkalosis respiratorik pada

keadaan komplikasi akut (Diabetik Ketoasidosis)

8) Darah lengkap

Hematokrit dan trombosit mungkin meningkat, akibat

hemokosentrasi dan dehidrasi. Leukositosis (tanda infeksi/ radanag)

9) Ureum/ Kreatinin

Bisa jadi meningkat atau mungkin dalam kondisi normal.

Ureum/ kreatinin meningkat terjadi pada kondisi dehidrasi atau

penurunan fungsi ginjal

10) Amilase darah

Amilase darah mungkin mengalami peningkatan. Hal ini

mengindikasikan adanya pankreatitis akut sebagai penyebab DKA.


2

11) Urine

Dalam urine positif ditemukan kandungan glukosa serta aseton

(glukosuria dan tanda DKA). Pada kondisi ini berat jenis dan

osmolalitas mungkin mengalami peningkatan

12) Kultur dan sensitivitas

Mungkin ada infeksi pada saluran kemih, infeksi pada saluran

pernapasan serta infeksi pada luka yang perlu diidentifikasi jenis bakteri

dan tingkat sensitivitasnya terhadap antibiotika

13) EKG

Pada keadaan hipokalemia akibat diuresis osmotik akan

mengalami perubahan gelombang.

2.1.10 Penatalaksanaan

Diabetes Melitus tidak akan mencapai pengendalian diabetes yang

baik apabila penderita tidak dapat mengelola dan mengontrol diri mereka

sendiri. Dalam mengelola diabetes melitus terdapat 5 pilar yaitu langkah

pertama yang harus dilakukan adalah edukasi/ penyuluhan baik pada

penyandang diabetes dan/ atau keluarganya, perencanaan makanan dan

kegiatan jasmani atau olah raga. Apabila langkah tersebut belum tercapai

untuk mengendalikan kadar gula darah, langkah berikutnya adalah dengan

penggunaan obat-obatan baik obat oral atau insulin dan terakhir adalah

pemantauan gula darah secara mandiri.


2

Penatalaksanaan 5 pilar pengendalian diabetes melitus tipe 2

menurut (PERKENI, 2021) adalah sebagai berikut :

2.1.10.1 Edukasi

Edukasi diabetes merupkan pendidikan mengenai

pengetahuan dan ketrampilan bagi pasien diabetes yang bertujuan

mengubah perilaku uuntuk meningkatkan pemahaman pasien akan

penyakinya.

Materi edukasi terdiri dari materi edukasi tingkat awal dan

materi edukasi tingkat lanjutan.

1) Materi edukasi pada tingkat awal dilaksanakan di Pelayanan

Kesehatan Primer yang meliputi :

- Materi tentang perjalanan penyakit

- Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM

secara berkelanjutan

- Penyulit DM dan risikonya

- Intervensi non-farmakologi dan farmakologis serta target

pengobatan

- Interaksi antara asupan makanan, aktivitas fisik, dan obat

antihiperglikemia oral atau insulin serta obat-obatan lain

- Cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman hasil

glukosa darah atau urin secara mandiri

- Mengenal gejala dan penanganan awal hipoglikemia

- Pentingnya latihan jasmani yang teratur


2

- Pentingnya perawatan kaki

- Cara menggunakan fasilitas perawatan kesehatan

2) Materi edukasi pada tingkat lanjut dilaksanakan di Pelayanan

Kesehatan Sekunder dan/ atau Tersier, yang meliputi :

- Mengenal dan mencegah penyulit akut DM

- Pengetahuan mengenai penyulit menahun DM

- Penatalaksanaan DM selama menderita penyakit lain

- Rencana untuk kegiatan khusus

- Kondisi khusus yang dihadapi (contoh : hamil, puasa,

kondisi rawat inap )

- Hasil penelitian dan pengetahuan masa kini dan teknologi

mutakhir tentang DM

- Pemeliharaan/ perawatan kaki

2.1.10.2 Terapi Nutrisi Medis (TNM)

Penyandang DM perlu diberikan penekanan mengenai

pentingnya keteraturan jadwal makan, jenis dan jumlah makan,

terutama pada mereka yang mengunakan obat penurun glukosa

darah atau insulin.

Intervensi gizi yang bertujuan untuk menurnkan berat badan,

perbaikan kadar glukosa dan lemak darah pada pasien yang gemuk

dengan DM tipe 2 mempunyai pengaruh positif pada morbiditas.


3

1) Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari :

(1) Karbohidrat

Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45 – 65% total

asupan energi. Terutama karbohidrat yang berserat tinggi.

Serta pembatasan karbohidrat total < 130 g/ hari tidak

dianjurkan. Bagi pasien DM tipe 2 dianjurkan makan tiga

kali sehari dan bila perlu dapat diberikan makanan selingan

seperti buah atau makanan lain sebagai bagian dari

kebutuhan kalori sehari.

(2) Lemak

Asupan lemak yang dianjurkan sekitar 20 – 25 %

dari kebutuhan kalori, dan tidak diperkenankan melebihi 30

% total asupan energi. Sedangkan, untuk konsumsi kolestrol

yang dianjurkan adalah < 200 mg/ hari.

(3) Protein

Pada pasien dengan nefropati diabetic perlu

penurunan asupan protein menjadi 0,8 g/ kg BB perhari atau

10 % dari kebutuhan energi, dengan 65% diantaranya

bernilai biologic tinggi. Sumber protein yang baik adalah

ikan, udang, cumi, daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit,

produk susu rendah lemak, kacang-kacangan, tahu dan

tempe.
3

(4) Natrium

Bagi pasien DM tipe 2 anjuran asupan natrium untuk

pasien DM sama dengan orang sehat yaitu < 1500 mg

perhari.

(5) Serat

Pada pasien DM dianjurkan mengonsumsi serat dari kacang-

kacangan, buah dan sayuran serta sumber karbohidrat yang

tinggi serat. Jumlah konsumsi serat yang disarankan adalah

20-35 gram perhari.

(6) Pemanis alternatif

Pemanis alternatif aman digunakan sepanjang tidak

melebihi batas aman (Accepted Daily Intake/ ADI). Pemanis

alternatif dikelompokkan menjadi pemanis berkalori dan

pemanis tak berkalori. Pemanis berkalori seperti glukosa

alkohol dan fruktosa. Sedangkan pemanis tak berkalori yaitu

aspartame, sakarin, acesulfame potassium, sucrose, dan

neotame.

2) Kebutuhan kalori

Perhitungan berat badan ideal dengan rumus Broca sebagai

berikut :

BB ideal = 90 x ( TB dalam cm – 100) x 1


Bagi pria dengan tinggi < 160 cm dan wanita < 150 cm,

berlaku rumus :

BB ideal = (TB dalam cm – 100) x 1 kg


3

Keterangan :

- BB normal: ±10%

- Kurus : < berat badan ideal – 10%

- Gemuk : > berat badan ideal + 10%

Beberapa faktor menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan

penderita diabetes melitus :

(1) Jenis kelamin

(2) Umur

(3) Aktivitas fisik

(4) Stres metabolik

(5) Berat badan

2.1.10.3 Latihan Fisik

Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara

teratur (3 - 5 kali seminggu selama kurang lebih 30 – 45 menit)

dengan total 150 menit per minggu merupakan salah satu pilar

dalam pengelolaan DM tipe 2. Kegiatan sehari-hari seperti berjalan

kaki, menggunakan tangga, dan berkebun dapat membantu

menurunkan kadar glukosa darah. Latihan jasmani selain untuk

menjaga kebugran juga dapat menurunkan berat badan dan

memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki

kendali glukosa darah.

Olahraga aerobik seperti senam, jalan kaki, jogging,

bersepeda, dan berenang yang dilakukan secara teratur dan

dikombinasikan dengan penurunan berat badan dapat mengurangi


3

kebutuhan insulin sebesar 100% pada penyandang diabetes melitus

tipe 2.

Berikut tips berolahraga aman bagi penderita diabetes

melitus:

1) Jangan melakukan olahraga jika kadar gula darah diatas 250.

Olahraga atau latihan fisik justru membuat kadar gula darah

tersebut semakin meningkat.

2) Makan 1-2 jam sebelum berolahraga

3) Bawa selalu tablet glukosa atau makanan cemilan (snack) bila

hendak berolahraga. Makanlah tablet atau cemilan tersebut jika

mulai mengalami gejala-gejala akibat kadar gula darah terlalu

rendah.

4) Kenakan sepatu olahraga yang tepat. Periksa ada tidaknya luka

atau lepuhan pada kaki setiap sebelum dan sehabis berolahraga.

5) Lakukan olahraga bersama dengan orang lain.

6) Minum banyak air putih sebelum dan sesudah berolahraga.

2.1.10.4 Terapi farmakologis

Terapi farmakologis terdiri atas obat oral dan suntikan :

1) Obat Antihiperglikemia Oral

Berdasarkan cara kerjanya, obat anti-hiperglikemia oral

dibagi menjadi 6 golongan :


3

(1) Pemacu sekresi insulin (Insulin Secretagogue)

- Sulfonilurea

Obat ini memiliki efek utama meningkatkan sekresi

insulin oleh sel beta pankreas. Efek samping utama

adalah hipoglikemia dan peningkatan berat badan.

Contoh obat dalam golongan ini adalah glibenclamide,

glipizide, glimepiride, gliquidone dan gliclazide.

- Glinid

Hasil dari obat ini berupa penekanan pada

peningkatan sekresi insulin fase pertama. Golongan ini

terdiri dari 2 macam obat yaitu Repaglinid (derivat asam

benzoate) dan Nateglinid (derivat fenilalanin).

(2) Peningkatan sensitivitas terhadap insulin (Insulin Sensitizers)

- Metformin

Obat ini mempunyai efek utama mengurangi

produksi glukosa hati (gluconeogenesis) dan

memperbaiki ambilan glukosa di jaringan perifer.

- Tiazolidinedion (TZD)

Golongan ini mempunyai efek menurunkan

resistensi insulin dengan meningkatkan jumlah protein

pengangkut glukosa, sehingga meningkatkan ambilan

glukosa di jaringan perifer.


3

(3) Penghambat Alfa Glukosidase

Obat ini bekerja dengan menghambat kerja enzim

alfa glukosidase di saluran pencernaan sehingga

menghambat absorpsi glukosa dalam usus halus. Contoh

obat golongan ini adalah acarbose.

(4) Penghambat enzim Dipeptidil Peptidase-4

Dipeptidil peptidase-4 (DPP-4) adalah suatu serin

protease, yang didistribusikan secara luas dalam tubuh.

DPP- 4 dapat memperbaiki toleransi glukosa, meningkatkan

respon insulin, dan mengurangi sekresi glukagon. Golongan

obat ini adalah vildagliptin, linagliptin, sitagliptin,

saxagliptin dan alogliptin.

(5) Penghambat enzim Sodium Glucose co- Transporter 2

Obat ini bekerja dengan cara menghambat reabsorpsi

glukosa di tubulus proksimal dan meningkatkan eksresi

glukosa melalui urin.

2) Obat Antihiperglikememia Suntik

(1) Insulin

Insulin digunakan pada keadaan ketika pemeriksaan

HbA1c pasien saat diperiksa ≥ 7,5 % dan sudah

menggunakan satu atau dua obat antidiabetes. Selain itu,

penurunan berat badan yang cepat , hiperglikemia berat yang

disertai ketosis, krisis hiperglikemia, gagal dengan

kombinasi OHO dosis


3

optimal, stress berat, kehamilan dengan diabetes melitus,

gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat, kontraindikasi

dana tau alergi terhadap OHO, dan kondisi perioperative

sesuai dengan indikasi.

Selain manfaat, adapun efek samping terapi insulin

seperti terjadinya hipoglikemia, penatalaksanaan

hipoglikemia dapat dilihat dalam bagian komplikasi akut

DM, dan efek samping yang lain berupa reaksi alergi

terhadap insulin.

(2) Agonis GLP-1/ Incretin Mimetic

Obat GLP-1 ini mempunyai efek menurunkan berat

badan, menghambat pelepasan glucagon, menghambat

nagfsu makan, dan memperlambat pengosongan langsung

sehingga menurunkan kadar glukosa darah postprandial.

Efek samping yan mbul pada pemberian obat ini antara lain

rasa sebah dan mntah obat yang termasuk golongan ini

adalah liraglutid, exenatide, albiglutide, lixisenatide dan

dulaglutide.

3) Terapi Kombinasi

Terapi kombinasi obat antihperglikemia oral, baik secara

terpisah ataupun fixed dose combination harus menggunakan

dua macam obat dengan mekanisme kerja yang berbeda. Pada

keadaan tertentu apabila sasaran kadar glukosa darah belum

tercapai dengan kombinasi dua macam obat, dapat diberikan


3

kombinasi dua obat antihiperglikemia dengan insulin. Pada

pasien yang disertai dengan alasan klinis dan insulin tidak

memungkinkan untuk dipakai, maka dapat diberikan kombinasi

tiga obat oral. Terapi dapat diberikan kombinasi tiga obat anti-

hiperglikemia oral.

4) Kombinasi Insulin basal dengan GLP-1 RA

Manfaat insuliln basal terutama adal menurunkan glukosa

darah puasa, sedangkan GLP-1 RA akan menurunkan glukosa

darah setelkah makan, dengan target akhir adalah penurunan

HbA1c.

2.1.10.5 Pemantauan gula darah

1) Pemantauan Hb1Ac

Pemeriksaan HbA1c dapat memperkirakan risiko

berkembangnya komplikasi diabetes. Tingginya nilai HbA1c

memberikan gambaran rendahnya pengiriman oksigen ke dalam

jaringan atau sel-sel tubuh.

HbA1c merupakan indikator jangka panjang kontrol glukosa

darah untuk memonitor efek diet, olahraga, dan terapi obat

terhadap gula darah pasien. Pemeriksaan ini dilakukan untuk

evaluasi awal setelah diagnosis diabetes dipastikan dan secara

periodik, yaitu setiap 3 bulan atau minimal 2 kali setahun. Di

Indonesia HbA1c < 6,5% menunjukkan tingkat pengendalian

diabetes yang baik, HbA1c


3

6,5%-8% tingkat pengendalian yang sedang, dan >8%

menunjukkan tingkat pengendalian yang buruk.

2) Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM)

Pemantauan kadar glukosa darah dapat dilakukan dengan

menggunakan darah kapiler. Saat ini banyak didapatkan alat

pengukur kadar glukosa darah dengan menggunakan reagen

kering yang sederhana dan mudah dipakai. PGDM dianjurkan

bagi pasien dengan pengobatan suntik insulin beberapa kali

perhari atau pada pengguna obat pemacu sekresi insulin. Waktu

yang dianjurkan adalah pada saat sebelum makan, 2 jam setelah

makan (untuk menilai ekskursi glukosa), menjelang waktu tidur

(untuk menilai risiko hipoglikemia), dan diantara siklus tidur

(untuk menilai adanya hipoglikemia nocturnal yang kadang

tanpa gejala), atau ketika mengalami gejala seperti

hypoglycemic spells.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian adalah langkah pertama dalam proses keperawatan yang

melibatkan keterampilan berpikir kritis dan pengumpulan data. Pengkajian

dilakukan dengan mengumpulkan informasi dari klien maupun keluarga

atau orang yang merawat klien terkait kondisi atau persepsi masalah yang

mereka hadapi/ alami (Rukmi Kartika Dwi, 2022).


3

Data yang dikumpulkan dapat berupa data subjektif maupun

objektif. Data subjektif merupakan data yang berasal dari pernyataan verbal

klien atau orang terdekat klien. Sedangkan data objektif adalah data yang

terukur dan berwujud seperti tanda-tanda vital, asupan dan luaran, serta

tinggi dan berat badan. Asal data dibedakan menjadi data primer (dari klien

sendiri) dan data sekunder (orang terdekat klien).

1) Identitas Klien

(1) Usia (DM tipe 2 umur diatas 45 tahun)

(2) Jenis kelamin ini sebagian besar dijumpai pada perempuan

dibandingkan laki-laki, karena faktor risiko terjadi diabetes melitus

pada perempuan 3-7 kali lebih tinggi.

2) Identitas Penanggung Jawab

3) Keluhan Utama/ Alasan Masuk Rumah Sakit

Pasien mengatakan mudah lelah, mudah mengantuk, kram otot,

sering kencing, penglihatan kabur, hingga penurunan kesadaran.

(1) Kondisi Hiperglikemia : kelelahan, penglihatan buram, peningkatan

urine serta rasa haus, dehidrasi, sakit kepala serta peningkatan suhu

tubuh.

(2) Kondisi Hipoglikemia: tremor, takikardi, resah, rasa lapar, sakit

kepala, sulit berkonsentrasi, vertigo, konfusi, memori menurun,

bibir mati rasa, pelo, gangguan emosional, serta menurunnya

kesadaran.
4

4) Riwayat Kesehatan

(1) Riwayat Penyakit Sekarang

Sering BAK, lapar serta haus. Berat badan naik. Pengidap

umumnya belum mengetahui apakah mereka mengalami penyakit

diabetes melitus samapi setelah mereka melakukan pemeriksaaan.

(2) Riwayat Penyakit Dahulu

Diabetes melitus tipe 2 bisa berkembang sebagai akibat dari

kehamilan, penyakit pankreas, terganggunya penerimaan insulin,

gangguan hormonal, mengonsumsi obat-obatan diantaranya

glukokortikoid, furosemide, thiazide, beta bloker, kontrasepsi yang

berisi estrogen, hipertensi, serta obesitas.

(3) Riwayat Penyakit Keluarga

Ditemukan adanya kelainan genetik yang menyebabkan

tubuh tidak bisa memproduksi insulin dengan baik.

(4) Riwayat Psikososial

Biasanya penderita akan mengalami stress, menolak

kenyataan, dan keputusasaan

(5) Pola Aktivitas Sehari-hari

1. Pola Eliminasi

BAK : Klien mengeluh sering buang air kecil


4

2. Pola Makan

Sering mengonsumsi makanan dengan tinggi gula serta

lemak. Makan terlalu banyak karbohidrat dari nasi dan roti bisa

menyebabkan penyimpanan dalam bentuk gula dalam darah

(glikogen)

3. Personal Hygiene

Menggambarkan kebersihan dalam merawat diri yang

yang menvakup mandi, BAB, BAK dan lain-lain.

5) Pemeriksaan Fisik

(1) Keadaan Umum

Kesadaran dapat composmentis sampai coma

(2) Tanda-Tanda Vital

Tekanan darah tinggi jika disertai hipertensi, pernapasan

regular atau ireguler, adanya bunyi napas tambahan, respirasi

normal 16-20x/ menit, pernapasan dalam atau dangka. Denyut nadi

regular atau ireguler. Adanya takikardia, denyutan kuat atau lema.

Suhu tubuh meningkat.

(3) Pemeriksaan Kepala dan Leher

- Kepala : normal, tulang kepala pada umumnya bulat dengan

tonjolan frontal dibagian anterior dan oksipital dibagian

posterior.

- Rambut : biasanya tersebar merata, tidak kering, dan tidak

berminyak
4

- Mata : simetris, refleks pupil terhadap cahaya (+), terdapat

gangguan penglihatan apabila sudah mengalami komplikasi

retinopati diabetik maupun katarak.

- Telinga : fungsi pendengaran mungkin menurun

- Hidung : adanya sekret, pernapasan cuping hidung, ketajaman

syaraf hidung menurun

- Mulut : mukosa bibir kering

- Leher : tidak terjadi pembengkakan kelenjar getah bening

(4) Sistem Pernafasan

- Inspeksi : bentuk dada simetris, tidak ada otot bantu

pernafasan, frekuensi napas >22x/ I

- Palpasi : vocal premitus kanan dan kiri teraba sama, tidak

ada krepitasi dan deviasi trakea

- Perkusi : terdengar sonor

- Auskultasi : suara nafas terdengar vesikuler, tidak ada suara

nafas tambahan, mungkin terjadi pernafasan cepat dan dalam,

frekuensi napas meningkat.

(5) Sistem Kardiovaskuler

- Inspeksi : tidak ada sianosis, jejas, dan jari tabuh, CRT dapat

kembali < 2 detik (bisa saja lebih >2 detik)

- Palpasi : ictus cordis tidak teraba, nadi > 84x/ I, akral teraba

hangat, CRT < 2 detik


4

- Perkusi : suara terdengar dullnes/ redup/ pekak, bisa terjadi

nyeri dada

- Auskultasi : bunyi jantung normal dan mungkin tidak ada suara

tambahan seperti murmur.

(6) Sistem Pencernaan/ Status Nutrisi

- BB : terkadang terjadi peningkatan atau penurunan berat

badan, polifagia, polidipsi

- IMT : IMT yang tinggi dapat menyebabkan Diabetes

Melitus tipe 2

- Abdomen : adanya nyeri tekan pada bagian pankreas, distensi

abdomen, suara bising usus yang meningkat

(7) Sistem Perkemihan : dapat terjadi poliuria, anuria, oliguria

(8) Sistem Muskuloskeletal dan Integumen : kekuatan otot dapat

menurun, pergerakan sendi dan tungkai bisa mengalami penurunan

dan pada sistem integument biasanya terdapat lesi atau luka pada

kulit yang lama sembuh. Kulit kering ada ulkus di kulit, luka yang

tidak kunjung sembuh, akral teraba dingin, capillary refill kurang

dari 2 detik, adanya pitting edema.

(9) Sistem Endokrin : kaji apakah terdapat gangrene, kedalaman,

bentuk, bau, terjadi polidipsi, polofagia, poliuria

(10) Sistem Reproduksi : lihat apakah terjadi Rabbas Vaguna,

keputihan, impotensi pada pria dan sulit orgasme pada wanita


4

2.2.2 Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai

respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang

dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis

keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu,

keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan.

Diagnosis keperawatan sejalan dengan diagnosis medis sebab dalam

mengumpulkan data-data saat melakukan pengkajian keperawatan yang

dibutuhkan untuk menegakkan diagnosa keperawatan ditinjau dari keadaan

penyakit dalam diagnose medis (Novieastari, 2014).

Berikut diagnosis keperawatan pada penyakit diabetes melitus tipe 2

sesuai dengan pedoman (PPNI, 2017):

1) Ketidakstabilan kadar glukosa darah (D.0027) berhubungan dengan

hiperglikemia resistensi insulin

2) Perfusi perifer tidak efektif (D.0009) berhubungan dengan hiperglikemia

3) Defisit nutrisi (D.0019) berhubungan dengan ketidakmampuan

mengabsorbsi nutrient

4) Hipovolemia (D.0023) berhubungan dengan kegagalan mekanisme

regulasi

5) Nyeri akut (D.0077) berhubungan dengan agen pencedera fisiologis

6) Gangguan integritas kulit/ jaringan (D. 0192) berhubungan dengan

neuropati perifer

7) Risiko cedera (D.0136) berhubungan dengan hipoksia jaringan


4

8) Resiko infeksi (D.0142) berhubungan dengan penyakit kronis (Diabetes

Melitus)

2.2.3 Perencanaan Keperawatan

Tindakan keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang

dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi

keperawatan. Pada tahap ini tujuan perlu ditetapkan, baik jangka pendek

maupun jangka panjang. Sasaran SMART yaitu spesific (spesifik),

measurable (terukur), achievable (dapat dicapai), realistic (realistis), dan

timely (tepat waktu) harus diidentifikasi saat menetapkan tujuan.

Sedangkan tindakan perawatan yang akan dilakukan perlu diprioritaskan

berdasarkan pada kebutuhan pasien dan keseriusan masalah yang telah

teridentifikasi (Hanif, 2020).

Tindakan keperawatan harus realistis dan penting bagi peningkatan

kesehatan pasien agar sejalan dengan tujuan serta nilai perseorangan pasien

(PPNI, 2018).

Tabel 2. 2 Perencanaan Keperawatan

No. Diagnosis
Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
Keperawatan
(SLKI) (SIKI)
(SDKI)
1. Ketidakstabilan kadar Setelah dilakukan Manajemen Hiperglikemia
glukosa darah (D.0027) intervensi selama 3x24 (I.03115)
b.d hiperglikemia jam diharapkan, Observasi
resistensi insulin Kestabilan Kadar 1.1 Identifikasi kemungkinan
Glukosa Darah penyebab hiperglikemia
Gejala dan Tanda Mayor (L.03022) meningkat 1.2 Identifikasi situasi yang
: dengan kriteria hasil : menyebabkan kebutuhan
Hiperglikemia 1. Lelah/ lesu menurun insulin meningkat
Subjektif 2. Kadar glukosa dalam 1.3 Monitor kadar glukosa
1. Lelah atau lesu darah membaik darah, jika perlu
Objektif
4

No. Diagnosis
Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
Keperawatan
(SLKI) (SIKI)
(SDKI)
1. Kadar glukosa 1.4 Monitor tanda dan gejala
dalam darah/ urin hiperglikemia
tinggi 1.5 Monitor intake dan ouput
cairan
Gejala dan Tanda Minor 1.6 Monitor keton urin, kadar
: analisa darah, elektrolit,
Hiperglikemia tekanan darah ortostatik
1. Mulut kering dan frekuensi nadi
2. Haus meningkat Teraupetik
Objektif 1.7 Berikan asupan cairan oral
1. Jumlah urin 1.8 Konsultasi dengan medis
meningkat jika tanda dan gejala
hiperglikemia tetap ada
atau memburuk
1.9 Fasilitasi ambulasi jika ada
hipotensi ortostatik
Edukasi
1.10 Anjurkan menghindari
olahraga saat kadar glukosa
darah lebih dari 250 mg/ dL
1.11 Anjurkan monitor kadar
glukosa darah secara
mandiri
1.12 Anjurkan kepatuhan
terhadap diet dan olahraga
1.13 Ajarkan indikasi dan
pentingnya pengujian keton
urine, jika perlu
1.14 Ajarkan pengelolaan
diabetes
Kolaborasi
1.15 Kolaborasi pemberian
insulin, jika perlu
1.16 Kolaborasi pemberian
cairan IV, jika perlu
1.17 Kolaborasi pemberian
kalium, jika perlu

Manajemen Hipoglikemia
(I.03115)
Observasi
1.18 Identifikasi tanda dan
gejala hipoglikemia
1.19 Identifikasi kemungkinan
penyebab hipoglikemia
Terapeutik
1.20 Berikan karbohidrat
sederhana, jika perlu
1.21 Berikan glukagon, jika
perlu
4

No. Diagnosis
Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
Keperawatan
(SLKI) (SIKI)
(SDKI)
1.22 Berikan karbohidrat
kompleks dan protein
sesuai diet
1.23 Pertahankan kepatenan
jalan napas
1.24 Pertahankan akses IV, jika
perlu
1.25 Hubungi layanan medis
darurat, jika perlu
Edukasi
1.26 Anjurkan membawa
karbohidrat sederhana
setiap saat
1.27 Anjurkan memakai
identitas darurat yang tepat
1.28 Anjurkan monitor kadar
glukosa darah
1.29 Anjurkan berdiskusi
dengan tim perawatan
diabetes tentang
penyesuaian
program
1.30 Jelaskan interaksi antara
diet, insulin/agen oral, dan
olahraga
1.31 Ajarkan pengelolaan
hipoglikemia (mis. tanda
dan gejala, faktor risiko,
dan pengobatan
hipoglikemia)
1.32 Ajarkan perawatan mandiri
untuk mencegah
hipoglikemia (mis.
mengurangi insulin/agen
oral dan/atau meningkatkan
asupan makanan untuk
berolahraga).
Kolaborasi
1.33 Kolaborasi pemberian
dekstrose, jika perlu
1.34 Kolaborasi pemberian
glukagon, jika perlu
2. Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan Perawatan Sirkulasi (I.02079)
efektif (D.0009) b.d intervensi selama 3x24 Observasi
hiperglikemia jam diharapkan, Perfusi 2.1 Periksa sirkulasi perifer
Perifer (L.02011) 2.2 Identifikasi faktor risiko
Gejala dan Tanda Mayor meningkat dengan kriteria gangguan sirkulasi
: hasil : 2.3 Monitor panas,
Subjektif 1. Denyut nadi perifer kemerahan, nyeri atau
(tidak tersedia) meningkat bengkak pada ekstremitas
Objektif 2. Penyembuhan luka Teraupetik
1. Pengisian kapiler >3 meningkat 2.4 Hindari pemasangan infus
detik 3. Warna kulit pucat atau pengambilan darah di
menurun area keterbatasan perfusi
4

No. Diagnosis
Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
Keperawatan
(SLKI) (SIKI)
(SDKI)
2. Nadi perifer 4. Pengisian kapiler 2.5 Hindari pengukuran
menurun atau membaik tekanan darah pada
meningkat ekstremitas dengan
3. Akral teraba dingin keterbatasan perfusi
4. Warna kulit pucat 2.6 Hindari penekanan dan
5. Turgor kulit pemasangan tourniquet
menurun pada area yang cedera
2.7 Lakukan pencegahan
Gejala dan Tanda Minor infeksi
: 2.8 Lakukan perawatan kaki
Subjektif dan kuku
1. Parastesia 2.9 Lakukan hidrasi
2. Nyeri ekstremitas Edukasi
(klaudikasi 2.10 Anjurkan berolahraga
intermiten) rutin
Objektif 2.11 Anjurkan mengecek air
1. Edema mandi untuk menghindari
2. Penyembuhan luka kulit terbakar
lambat 2.12 Anjurkan menggunakan
3. Indeks ankle- obat penurun tekanan
brachial <0,90 darah, antikoagulan, dan
4. Bruit femoral penurun kolestrol, jika
perlu
2.13 Anjurkan minum obat
pengontrol tekanan darah
secara teratur
2.14 Anjurkan menghindari
peenggunaan obat
penyekat beta
2.15 Anjurkan melakukan
perawatan kulit yang tepat
2.16 Anjurkan program
rehabilitasi vaskular
2.17 Ajarkan program diet
untuk memperbaiki
sirkulasi
2.18 Informasikan tanda dan
gejala darurat yang harus
dilaporkan
3. Defisit nutrisi (D.0019) Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi (I.03119)
b.d ketidakmampuan intervensi selama 3x24 Observasi
mengabsorbsi nutrient jam diharapkan, Status 3.1 Identifikasi status nutrisi
Nutrisi (L.03030) 3.2 Identifikasi alergi dan
Gejala dan Tanda Mayor membaik intoleransi makanan
: dengan kriteria hasil : 3.3 Identifikasi makanan
Subjektif 1. Berat badan membaik yang disukai
(tidak tersedia) 2. Indeks Massa Tubuh 3.4 Identifikasi kebutuhan
Objektif (IMT) kalori dan jenis nutrient
1. Berat badan 3.5 Identifikasi perlunya
menurun minimal penggunaan selang
10% di bawah nasogastrik
rentang ideal 3.6 Monitor asupan makanan
4

No. Diagnosis
Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
Keperawatan
(SLKI) (SIKI)
(SDKI)
3.7 Monitor berat badan
Gejala dan Tanda Minor 3.8 Monitor hasil
: pemeriksaan
Subjektif laboratorium
1. Cepat kenyang Teraupetik
setelah makan 3.9 Lakukan oral hygiene
2. Kram/ nyeri sebelum makan, jika
abdomen perlu
3. Nafsu makan 3.10 Fasilitasi menentukan
menurun pedoman diet
Objektif 3.11 Sajikan makanan secara
1. Bising usus menarik dan suhu yang
hiperaktif sesuai
2. Otot pengunyah 3.12 Berikan makanan tinggi
lemah serat untuk mencegah
3. Otot menelan lemah konstipasi
4. Membran mukosa 3.13 Berikan makanan tinggi
pucat kalori dan tinggi protein
5. Sariawan 3.14 Berikan suplemen
6. Serum albumin makanan, jika perlu
turun 3.15 Hentikan pemberian
7. Rambut rontok makan melalui selang
berlebihan nasogastric jika asupan
8. Diare oral dapat ditoleransi
Edukasi
3.16 Anjurkan posisi duduk,
jika mampu
3.17 Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
3.18 Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
3.19 Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan,
jika perlu
4. Hipovolemia (D.0023) Setelah dilakukan Manajemen Hipovolemia
b.d kegagalan intervensi selama 3x24 (I.03116)
mekanisme regulasi jam diharapkan, Status Observasi
Cairan (L.03028) 4.1 Periksa tanda dan gejala
Gejala dan Tanda Mayor membaik hipovolemia
: dengan kriteria hasil : 4.2 Monitor intake dan ouput
Subjektif 1. Kekuatan nadi Teraupetik
(tidak tersedia) meningkat 4.3 Hitung kebutuhan cairan
Objektif 2. Turgor kulit 4.4 Berikan asupan cairan oral
1. Frekuensi nadi meningkat meningkat Edukasi
meningkat 3. Output urine 4.5 Anjurkan memperbanyak
2. Nadi teraba lemah meningkat asupan cairan oral
3. Tekanan darah 4.6 Anjurkan menghindari
menurun perubahan posisi
mendadak
5

No. Diagnosis
Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
Keperawatan
(SLKI) (SIKI)
(SDKI)
4. Tekanan nadi Kolaborasi
menyempit 4.7 Kolaborasi pemberian
5. Turgor kulit cairan IV isotonis
menurun 4.8 Kolaborasi pemberian
6. Membrane mukosa cairan IV hipotonis
kering 4.9 Kolaborasi pemberian
7. Volume urin cairan koloid
menurun 4.10 Kolaborasi pemberian
8. Hematokrit produk darah
meningkat

Gejala dan Tanda Minor


:
Subjektif
1. Merasa lemah
2. Mengeluh haus
Objektif
1. Pengisian vena
menurun
2. Status mental
menurun
3. Suhu tubuh
meningkat
4. Konsentrasi urin
meningkat
5. Berat badan turun
tiba-tiba

5. Nyeri akut (D.0077) b.d Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (I.08238)


agen pencedera fisiologis intervensi selama 3x24 Observasi
jam diharapkan, Nyeri 5.1 Identifikasi lokasi,
Gejala dan Tanda Minor Akut (L.08066) menurun karakteristik, durasi,
: dengan kriteria hasil : frekuensi, kualitas,
Subjektif 1. Keluhan nyeri intensitas nyeri
Mengeluh nyeri menurun 5.2 Identifikasi skala nyeri
Objektif 2. Meringis menurun 5.3 Identifikasi respon nyeri
1. Tampak meringis 3. Gelisah menurun non verbal
2. Bersikap protektif 4. Kesulitan tidur 5.4 Identifikasi faktor yang
3. Gelisah menurun memperberat dan
4. Frekuensi nadi memperingan nyeri
meningkat 5.5 Identifikasi pengetahuan
5. Sulit tidur dan keyakinan tentang
nyeri
Gejala dan Tanda Minor 5.6 Identifikasi pengaruh
: budaya terhadap respon
Subjektif nyeri
(tidak tersedia) 5.7 Identifikasi pengaruh
Objektif nyeri pada kualitas hidup
1. Tekanan darah 5.8 Monitor keberhasilan
meningkat terapi komplementer yang
2. Pola napas berubah sudah diberikan
5

No. Diagnosis
Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
Keperawatan
(SLKI) (SIKI)
(SDKI)
3. Nafsu makan 5.9 Monitor efek samping
berubah penggunaan analgetik
4. Proses berpikir Teraupetik
terganggu 5.10 Berikan teknik
5. Menarik diri nonfarmakologis untuk
6. Berfokus pada diri mengurangi rasa nyeri
sendiri 5.11 Kontrol lingkungan yang
7. Diaforesis memperberat rasa nyeri
5.12 Fasilitasi isttirahat dan
tidur
5.13 Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
5.14 Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu nyeri
5.15 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
5.16 Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
5.17 Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5.18 Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
5.19 Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
6. Gangguan integritas Setelah dilakukan Perawatan Luka (I.14564)
kulit/ jaringan (D. intervensi selama 3x24 Observasi
0192) b.d neuropati jam diharapkan, 6.1 Monitor karakteristik luka
perifer Integritas Kulit dan 6.2 Monitor tanda-tanda infeksi
jaringan (L.14125) Teraupetik
Gejala dan Tanda Mayor meningkat dengan kriteria 6.3 Lepaskan balutan dan
: hasil : plester secara perlahan
Subjektif 1. Kerusakan jaringan 6.4 Cukur rambut di sekitar
(tidak tersedia) menurun daerah luka, jika perlu
Objektif 2. Kerusakan lapisan 6.5 Bersihkan dengan cairan
1. Kerusakan jaringan kulit menurun NaCl atau pembersih
dan/ atau lapisan 3. Nyeri menurun nontoksik. Sesuai kebutuhan
kulit 4. Nekrosis menurun 6.6 Bersihkan jaringan nekrotik
6.7 Berikan salep yang sesuai ke
Gejala dan Tanda Minor kulit/ lesi, jika perlu
: 6.8 Pasang balutan sesuai jenis
Subjektif luka
(tidak tersedia) 6.9 Pertahankan teknik steril
Objektif saat melakukan perawatan
1. Nyeri luka
2. Perdarahan 6.10Ganti balutan sesuai jumlah
3. Kemerahan eksudat dan drainase
4. Hematoma
5

No. Diagnosis
Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
Keperawatan
(SLKI) (SIKI)
(SDKI)
6.11 Jadwalkan perubahan posisi
setiap 2 jam atau sesuai
kondisi pasien
6.12 Berikan diet dengan kalori
30-35 kkal/ kgBB/ hari dan
protein 1,25-1,5 g/KgBb/hari
6.13Berikan suplemen vitamin
dan mineral
Edukasi
6.14 Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
6.15 Anjurkan mengkonsumsi
makanan tinggi kalori dan
protein
6.16 Ajarkan prosedur perawatan
luka secara mandiri
Kolaborasi
6.17 Kolaborasi prosedur
debridement
6.18 Kolaborasi pemberian
antibiotik, jika perlu
7. Risiko cedera (D.0136) Setelah dilakukan Manajemen Keselamatan
intervensi selama 3x24 Lingkungan (I.14513)
Faktor risiko : jam diharapkan, Tingkat Observasi
Eksternal Cedera (L.14136) 7.1 Identifikasi kebutuhan
1. Terpapar pathogen menurun dengan kriteria keselamatan
2. Terpapar zat kimia hasil : 7.2 Monitor perubahan status
toksik 1. Toleransi aktivitas keselamatan
3. Terpapar agen meningkat Teraupetik
nosokomial 2. Kejadian cedera 7.3 Hilangkan bahaya
4. Ketidakamanan menurun keselamatan lingkungan
transportasi 3. Gangguan mobilitas 7.4 Modifikasi lingkungan
menurun untuk meminimalkan bahaya
Internal dan risiko
1. Ketidaknormalan 7.5 Sediakan alat bantu
profil darah keamanan lingkungan
2. Perubahan orientasi 7.6 Gunakan perangkat
afektif pelingdung
3. Perubahan sensasi 7.7 Hubungi pihak berwenang
4. Disfungsi autoimun sesuai masalah komunitas
5. Disfungsi biokimia 7.8 Fasilitasi relokasi ke
6. Hipoksia jaringan lingkungan yang aman
7. Kegagalan 7.9 Lakukan program skrining
mekanisme bahaya lingkungan
pertahanan tubuh Edukasi
8. Malnutrisi 7.10Ajarkan individu, keluarga,
9. Perubahan fungsi dan kelompok risiko tinggi
psikomotor bahaya lingkungan
10. Perubahan fungsi
kognitif
5

No. Diagnosis
Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
Keperawatan
(SLKI) (SIKI)
(SDKI)
8. Resiko infeksi (D.0142) Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi (I.14539)
d.d penyakit kronis intervensi selama 3x24 Observasi
(Diabetes Melitus) jam diharapkan, Tingkat 8.1 Monitor tanda dan gejala
Infeksi (L.14137) infeksi local dan sistemik
menurun dengan kriteria Teraupetik
hasil : 8.2 Batasi jumlah pengunjung
1. Kemerahan menurun 8.3 Berikan perawatan kulit
2. Nyeri menurun pada area edema
3. Cairan berbau busuk 8.4 Cuci tangan sebelum dan
menurun sesudah kontak dengan
4. Kadar sel darah putih pasien dan lingkungan
membaik pasien
8.5 Pertahankan teknik
aseptik pada pasien
berisiko tinggi
Edukasi
8.6 Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
8.7 Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
8.8 Ajarkan etika batuk
8.9 Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka
operasi
8.10 Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
8.11 Anjurkan meningkatkan
asupan cairan

Sumber : (PPNI, 2016; PPNI, 2018; PPNI, 2018)

2.2.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan suatu penerapan atau juga sebuah

tindakan yang dilakukan dengan berdasarkan suatu rencana yang telah/

sudah disusun atau dibuat dengan cermat serta juga terperinci sebelumnya.

Implementasi mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,

pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. Tujuan dari implementasi

yaitu melakukan, membantu atau mengarahkan kinerja aktivitas kehidupan

sehari- hari. Memberikan asuhan keperawatan untuk mencapai tujuan yang

berpusat
5

pada pasien. Mencatat serta melakukan pertukaran informasi yang relevan

dengan perawatan kesehatan yang berkelanjutan dari klien.

2.2.5 Evaluasi keperawatan

Evaluasi adalah langkah terakhir pada proses keperawatan, evaluasi

keperawatan ini dilakukan untuk menandai apakah rencana keperawatan

yang dilakukan pada pasien sudah tercapai atau sudah sesuai dengan

perencanaan.

Evaluasi terdiri dari 2 yaitu evaluasi formatif dan sumatif. Evaluasi

formatif dilakukan pada saat setiap selesai melaksanakan tindakan

keperawatan pada pasien. Evaluasi ini harus dilakukan secepat atau segera

mungkin setelah perencanaan dilakukan terus menerus sampai tercapainya

tujuan. Sedangkan, evaluasi sumatif adalah rekapan terakhir secara

paripurna yang berisi apakah pasien pulang/ pindah dan perubahan status

kesehatan ataupun tindakan.

Evaluasi disusun menggunakan komponen SOAP sebagai berikut :

1) S = Data Subjektif

Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subjektif

oleh pasien ataupun keluarga setelah diberikan implementasi

keperawatan.

2) O = Data Objektif

Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat

menggunakan pengamatan yang objektif langsung kepada pasien.


5

3) A = Analisis

Suatu masalah atau diagnosis keperawatan yang masih terjadi atau

juga dapat dituliskan masalah diagnosis baru akibat perubahan status

kesehatan pasien yang telah teridentifikasi datanya dalam subjektif dan

objektif. Dengan skor meningkat, menurun, dan membaik.

4) P = Planning

Perencanaan keperawatan yang bisa saja dilanjutkan, dihentikan,

diubah, tambahkan dari rencana yang sudah atau yang telah

dipersiapkan sebelumnya.
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan (Desain Penelitian)

Jenis penulisan karya tulis ilmiah ini menggunakan metode deskriptif

dalam bentuk studi kasus untuk mengeksplor masalah asuhan keperawatan

pada pasien dengan diabetes melitus tipe 2 di RSUD Abdul Wahab Sjahranie

Samarinda.

Penelitian deskriptif adalah penelitian dengan metode untuk

menggambarkan suatu hasil penelitian yang memiliki tujuan untuk

memberikan deskripsi, penjelasan, juga validasi mengenai fenomena yang

tengah diteliti

Metode deskriptif merupakan metode yang berfungsi untuk

mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui

data atau sampel yang telah terkumpul sebagaimana adanya. Pendekatan yang

digunakan adalah pendekatan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian,

diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

3.2 Subyek Penelitian

Subjek penelitian pada studi kasus ini adalah pasien dengan diagnosa

medis diabetes melitus tipe II sebanyak dua responden yang dirawat di RSUD

Abdul Wahab Sjahranie. Dalam penelitian ini individu dengan kasus yang

sama akan diteliti secara rinci dan mendalam. Adapun subjek yang akan diteliti

sesuai dengan kriteria sebagai berikut :

56
5

3.2.1 Kriterian Inklusi

1) Berusia diantara 45 – 60 tahun

2) Pasien terdiagnosis Diabetes Melitus Tipe 2

3) Pasien dengan komplikasi yang sama

4) Pasien bersedia menjadi responden

3.2.2 Kriteria Ekslusi

1) Pasien yang telah dinyatakan meninggal sebelum penelitian

3.3 Batasan Istilah

Asuhan keperawatan adalah suatu tindakan dalam memberikan

pelayanan kesehatan dalam bentuk kolaboratif, yaitu melakukan kerja sama

dengan tim medis lainnya dalam upaya memberikan asuhan keperawatan yang

holistik atau menyeluruh sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab

perawat terhadap tatanan pelayanan. Asuhan keperawatan adalah suatu

tindakan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan klien dan terdiri dari lima

tahap yang berhubungan, yaitu pengkajian, diagnosa, perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi.

Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang temuan

umumnya adalah kadar glukosa darah yang meningkat. Diabetes Melitus Tipe

2 ditandai dengan defisiensi insulin relatif yang disebabkan oleh disfungsi sel

pankreas dan resistensi insulin (Widiasari et al., 2021).


5

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian asuhan keperawatan ini dilakukan di Ruang Flamboyan

RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda tanggal 01 - 06 Mei 2023 selama 3-

6 hari perawatan.

3.5 Prosedur Penelitian

Penyusunan penelitian ini diawali dengan penyusunan proposal usulan

penulisan karya tulis ilmiah dengan menggunakan metode studi kasus. Setelah

disetujui oleh tim penguji proposal maka penelitian dilanjutkan dengan

kegiatan pengumpulan data di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Data

penelitian berupa hasil pengukuran, observasi, wawancara terhadap kasus yang

dijadikan subjek penelitian.

3.6 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

3.6.1 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara,

observasi, dan pemeriksaan fisik, serta dokumentasi.

1) Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan

untuk mengumpulkan data penelitian. Wawancara adalah suatu

kejadian atau suatu proses interaksi antara pewawancara dan sumber

informasi melalui komunikasi langsung

Wawancara yang digunakan untuk mengumpulkan data secara

lisan dari responden, misalnya mengenai biodata klien, biodata orang

tua/
5

wali, alasan masuk rumah sakit, keluhan utama yang dirasakan klien

saat wawancara berlangsung, riwayat penyakit sekarang, riwayat

kesehatan dahulu, riwayat kesehatan keluarga, genogram, riwayat

sosial, kebutuhan dasar seperti nutrisi, aktivitas/ istirahat, personal

hygiene, eliminasi, pengkajian fisik dan mental.

2) Pengamatan (Observasi)

Observasi merupakan kegiatan yang melibatkan seluruh

kekuatan indera seperti pendengaran, penglihatan, perasa, sentuhan dan

cita rasa berdasarkan pada fakta-fakta peristiwa empiris. Selama

metode observasi berlangsung perawat melibatkan semua panca indera

baik untuk melihat atau mendengar apa yang dikatakan pasien. Pada

saat perawat menggunakan indera penglihatan contohnya : ukuran

tubuh, berat badan, postur dan kerapian pasien, gestur wajah dan

ekspresi pasien, apakah pasien tidak nyaman. Pada saat menggunakan

panca indera penciuman contohnya : bau tubuh atau bau napas. Dan

indera pendengaran contohnya : bunyi jantung, suara paru, bising usus,

kemampuan untuk berkomunikasi, Bahasa yang dipakai dan

kemampuan untuk memulai percakapan. Terakhir adalah indera peraba

contohnya : suhu dan kelembapan kulit.

3) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik merupakan tindakan berkelanjutan yang dapat

mengidentifikasi berbagai macam data yang dibutuhkan perawat

sebagai data dasar klien. Pemeriksaan tersebut akan dicatat dalam

rekam medis.
6

Pemeriksaan fisik akan membantu dalam menegakkan diagnosis dan

perencanaan pasien. Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis,

mulai dari bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak.

4) Dokumentasi

Dokumentasi adalah suatu catatan yang memuat seluruh data

yang dibutuhkan untuk menenukan diagnosis keperawatan, perencanaan

keperawatan, tindakan keperawatan, dan penilaian keperawatan yang

disusun secara sistematis, valid, dan dapat dipertanggung jawabkan

secara moral dan hukum.

3.6.2 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah format asuhan

keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnose, intervensi,

implementasi, dan evaluasi.

3.7 Keabsahan Data

Keabsahan data dimasudkan untuk membuktikan kualitas data atau

informasi yang diperoleh dalam penelitian sehingga menghasilkan data dengan

validasi tinggi. Disamping integritas peneliti (karena peneliti menjadi

instrument utama) yaitu dalam melakukan asuhan keperawatan secara

komprehensif pada klien dengan diabetes melitus, keabsahan data dilakukan

dengan memperpanjang waktu pengamatan atau tindakan, sumber informasi

tambahan menggunakan triangulasi dari tiga sumber utama yaitu pasien,

perawat dan keluarga pasien yang berkaitan dengan masalah yang ditulis.
6

3.7.1 Data Primer

Data yang didapatkan langsung dari pasien, dapat memberikan

informasi yang lengkap tentang masalah kesehatan dan keperawatan yang

sedang dialami oleh pasien. Contohnya yaitu data yang diperoleh melalui

hasil wawancara langsung dengan pasien.

3.7.2 Data Sekunder

Data yang dikumpulkan dari orang terdekat pasien yaitu seperti

keluarga, orangtua, saudara yang mengerti dan dekat dengan pasien.

3.7.3 Data Tersier

Data yang diperoleh dari catatan pasien yaitu dokumen perawatan

atau rekam medis pasien yang merupakan riwayat penyakit pasien dan

perawatan pasien sebelumnya.

3.8 Analisis Data

Setelah pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan studi

dokumentasi selanjutnya melakukan analisis data. Analisis data dilakukan sejak

penelitian dilahan penelitian, sewaktu pengumpulan data sampai dengan semua

data terkumpul. Teknik analisis data dapat dilakukan dengan cara

mengumpulkan jawaban-jawaban dari penelitian yang diperoleh dari hasil

wawancara mendalam yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah.

Kemudian dengan cara observasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya

dikumpulkan peneliti.
6

Data yang dikumpulkan tersebut dapat berupa data subjektif dan data

objektif. Data subjektif adalah data yang didapatkan dari klien berupa suatu

pendapat-pendapat suatu siatuasi atau kejadian. Sedangkan data objektif adalah

data yang dapat diobservasi dan diukur, yang diperoleh menggunakan panca

indera (melihat, mendengar, mencium, dan meraba) selama pemeriksaan fisik.

Dari data tersebut, selanjutnya peneliti menegakkan diagnosis keperawatan.

Kemudian peneliti menyusun intervensi atau perencanaan keperawatan,

melakukan implementasi atau penatalaksanaan serta mengevaluasi asuhan

keperawatan yang telah diberikan kepada klien.


BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan gambaran lokasi pengambilan subyek dan hasil

proses asuhan keperawatan pada dua orang pasien dengan diagnosa medis diabetes

melitus tipe 2 di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Pengambilan data

dilakukan pada tanggal 01 – 06 Mei 2023, dengan jumlah sampel sebanyak dua

pasien. Adapun hasil penelitiannya diuraikan sebagai berikut :

4.1 Hasil

4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian

Lokasi studi kasus ini dilakukan di RSUD Abdul Wahab

Sjahranie Samarinda yang terletak di Jl. Palang Merah Indonesia No. 1

Kelurahan Sidodadi Kecamatan Samarinda Ulu Kota Samarinda,

Kalimantan Timur. RSUD Abdul Wahab Sjahranie diresmikan pada

tanggal 22 Februari 1986. Fasilitas yang tersedia di RSUD Abdul

Wahab Sjahranie ini antara lain instalasi rawat jalan, instalasi rawat

inap, fisioterapi, dan Instalasi Gawat Darurat 24 jam. Untuk fasilitas

rawat jalan terdiri dari poliklinik, medical check up, dan resume medis.

Fasilitas pemeriksaan penunjang terdiri dari laboratorium Patologi

Klinik, Patologi Anatomi, Radiologi, Hemodialisa, CT-scan, Instalasi

Bedah Sentral (IBS), Laundry Farmasi, dan Gizi. Untuk instalasi rawat

inap terdapat beberapa ruangan yaitu Flamboyan, Seruni, Dahlia,

Angsoka, Tulip, Melati, Anggrek, Cempaka, Aster, Edelweis, Mawar,

Bougenvil, Teratai, ICU,

63
6

ICCU, HCU, Stroke Center, dan Sakura. Dalam penelitian studi kasus

ini menggunakan Ruang Flamboyan dari tanggal 01 – 06 Mei 2023.

Ruang Flamboyan memiliki 2 tim yang mengelola semua pasien.

Di dalam Ruang Flamboyan juga memiliki 11 kamar pasien, 1

diantaranya ruang isolasi, Nurse Station di tengah, 1 Ruang Kepala

Ruangan, 1 Ruang Perawat, 2 Kamar Mandi Perawat, 1 Ruang Obat, 1

Dapur, 1 Ruang CS dan 1 Gudang.

4.1.2 Data Asuhan Keperawatan

1) Pengkajian

Table 4.1 Hasil Pengkajian Pada Pasien I dan Pasien II dengan Diabetes Melitus
Tipe 2 di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda

Data Anamnesis Pasien I Pasien II


Nama Pasien Tn. Man Ny. Mas
Tanggal Lahir 12 Desember 1968 10 April 1966
Suku/ Bangsa Bugis/ Indonesia Banjar/ Indonesia
Agama Islam Islam
Pendidikan SMA SD
Pekerjaan Karyawan swasta Ibu rumah tangga
Alamat Jl. Antasari No. 90 Jl. Pelita No. 55
Diagnosa Medis Diabetes Melitus Tipe 2 Diabetes Melitus Tipe 2
No. Register 01.90.30.xx 62.95.xx
MRS 30 Mei 2023 02 Mei 2023
Tanggal Pengkajian 02 Mei 2023 02 Mei 2023
Keluhan Utama Badan terasa lelah dan kram kaki Badan terasa gemetar
Riwayat Penyakit Pada saat pengkajian pasien Pada saat pengkajian pasien mengeluhkan
Sekarang mengeluhkan badan lelah serta badan terasa gemetar. Pasien mengatakan
nafsu makan berkurang. Kadar tubuhnya lebih banyak mengeluarkan
GDS 287 mg/ dL. Pasien keringat. Pasien juga mengeluhkan
mengeluh kaki terasa kram bila adanya nyeri pada daerah luka di kaki
duduk terlalu lama dan mati rasa. kiri. Kadar GDS 70 mg/ dL. Pasien
Pasien mengatakan sering buang mengatakan tidak mengetahui tanda dan
air kecil lebih dari 10x sehari. gejala hipoglikemia. Pasien merasa sering
Pasien mengatakan ini pertama mengantuk walau sudah istirahat sudah
kali masuk rumah sakit. Pasien cukup.
mengatakan tidak mengetahui
dirinya mengidap diabetes
melitus.
Riwayat Penyakit Pasien datang ke UGD rumah Pasien datang ke UGD rumah sakit AWS
Dahulu sakit AWS pada 01 Mei 2023 pada 02 Mei 2023 pukul 03.00 WITA
6

Data Anamnesis Pasien I Pasien II


`dengan keluhan kaki terasa `dengan penurunan kesadaran dengan
kram bila duduk terlalu lama dan GCS : E1 M2 V2. Keluarga pasien
mati rasa sejak 1 bulan lalu, mengatakan penurunan kesadaran pada
disertai dengan badan terasa pasien (Ny. Mas) terjadi setelah
lelah. Pasien juga mengeluhkan pemberian insulin oleh anaknya.
adanya keluhan sering BAK Dilakukan cek GDS saat di IGD yaitu 42
lebih dari 10x sehari pada malam mg/ dL. Telah diberikan tindakan
hari. Pada awal masuk di IGD, farmakologis untuk menaikkan kadar gula
GDS pasien 400 mg/ dL Pasien darah. Jam 11. 00 WITA dilakukan cek
juga memiliki riwayat tekanan GDS ulang dan hasilnya 52 mg/ dL.
darah tinggi sejak tahun 2019. Pasien sadar dengan kondisi compos
Namun, tidak terkontrol. Pasien mentis. Pasien mengeluh badan terasa
mengatakan terkadang gemetar. Pasien juga mengatakan
melakukan olahraga seperti badannya lebih banyak mengeluarkan
jogging 1x dalam seminggu. keringat. Pasien juga mengeluhkan
Pasien mengatakan suka adanya luka pada kaki kiri sejak 2 bulan
mengonsumsi nasi panas dan ini. Namun, luka tersebut hingga saat ini
makanan/ minuman tinggi gula. tidak sembuh. Pasien mengatakan
Pasien tidak pernah memiliki riwayat hipertensi sejak tahun
mengonsumsi obat untuk 2013 dan terkontrol dengan mengonsumsi
menurunkan kadar glukosa obat amlodipine 5 gr. Pasien telah
darah. menderita diabetes melitus tipe 2 sejak
tahun 2016. Namun, 3 bulan terakhir
pasien sudah tidak lagi mengonsumsi obat
acarbose untuk mengontrol gula darah.
Dan pasien rutin menggunakan obat
insulin jenis noovorapid untuk mencegah
diabetes melitus. Pasien mengatakan
sering merasa lapar dan selalu mengantuk
walaupun istirahat sudah cukup.
Riwayat Penyakit Keluarga mengatakan tidak ada Keluarga mengatakan tidak ada riwayat
Keluarga riwayat penyakit diabetes penyakit diabetes melitus tipe 2 dalam
melitus tipe 2 dalam keluarga keluarga
6

Data Anamnesis Pasien I Pasien II


Genogram
Pasien I (Tn. Man) Pasien II (Ny. Mas)
X X X X
X X X X

: Laki-laki : Laki-laki

: Perempuan : Perempuan

: Klien : Klien

X : Meninggal X : Meninggal

: Garis perkawinan : Garis perkawinan

: Garis keturunan : Garis keturunan

: Garis serumah : Garis serumah


6

Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Fisik Pada Pasien I dan Pasien II dengan Diabetes
Melitus Tipe 2 di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda

Pemeriksaan Pasien I Pasien II


Keadaan Umum Sedang Sedang
Kesadaran Compos Mentis Compos Mentis
E4 M6 V5 E4 M6 V5
Tanda-Tanda Vital TD : 132/ 75 mmHg TD : 140/ 75 mmHg
Nadi : 79x/ menit Nadi : 81x/ menit
RR : 20x/ menit RR : 21x/ menit
Suhu : 36,5̊ C Suhu : 36.2̊ C

Kenyamanan/ Nyeri Tidak ada keluhan nyeri P : Nyeri pada kaki kiri
Q : Nyeri seperti teriris
R : Nyeri hanya menetap pada luka
di kaki kiri
S : skala 4
T : hilang timbul
Status Fungsional/ Total Skor 17 Total Skor : 12
Aktivitas dan Mobilisasi Interpretasi : Pasien dengan Interpretasi : Pasien dengan kategori
Barthel Indeks kategori ketergantungan ringan ketergantungan ringan
Pemeriksaan Fisik Kepala Kepala : Kepala :
Kulit kepala bersih tidak ada lesi, Kulit kepala bersih tidak ada lesi,
rambut lurus, penyebaran rambut rambut ikal, penyebaran rambut
merata, warna rambut hitam merata, warna rambut hitam
beruban, rambut cerah dan tidak beruban, rambut cerah dan tidak
bercabang, dan tidak ada kelainan bercabang, dan tidak ada kelainan
pada bagian kepala pasien pada bagian kepala pasien

Mata : Mata :
Sklera tidak ikterik, konjungtiva Sklera tidak ikterik, konjungtiva
tidak anemis, tidak ada edema pada anemis, tidak ada edema pada
palpebra, kornea jernih, reflek palpebra, kornea jernih, reflek
cahaya (+)/ (+), pupil mata isokor, cahaya (+)/ (+), pupil mata isokor,
dan tidak ada kelainan pada mata. dan tidak ada kelainan pada mata.

Hidung : Hidung :
Tidak ada pernapasan cuping Tidak ada pernapasan cuping
hidung, posisi septum nasal hidung, posisi septum nasal ditengah
ditengah atau simetris, tidak ada atau simetris, tidak ada secret di
secret di lubang hidung, ketajaman lubang hidung, ketajaman penciuman
penciuman baik, dan tidak ada baik, dan tidak ada kelainan pada
kelainan pada hidung. hidung.

Rongga Mulut : Rongga Mulut :


Warna bibir merah muda, tidak ada Warna bibir merah muda, tidak ada
gigi caries, lidah bewarna merah gigi caries, lidah bewarna merah
muda dan bersih, mukosa bibir muda dan bersih, mukosa bibir
kering, tidak ada peradangan pada lembab, tidak ada peradangan pada
tonsil, uvula terletak simetris di tonsil, uvula terletak simetris di
tengah dan tidak ada kelainan. tengah dan tidak ada kelainan.

Telinga : Telinga :
Daun telinga lengkap dan simetris Daun telinga lengkap dan simetris
kanan dan kiri, berukuran sedang, kanan dan kiri, berukuran sedang,
6

Pemeriksaan Pasien I Pasien II


lubang telinga bersih, tidak ada lubang telinga bersih, tidak ada
serumen, ketajaman pendengaran serumen, ketajaman pendengaran
baik, dan tidak ada kelainan pada baik, dan tidak ada kelainan pada
telinga telinga.

Pemeriksaan Fisik Leher Kelenjar getah bening tidak teraba, Kelenjar getah bening tidak teraba,
kelenjar tiroid tidak teraba, posisi kelenjar tiroid tidak teraba, posisi
trakea terletak di tengah, tidak ada trakea terletak di tengah, tidak ada
kelainan pada leher. kelainan pada leher.
Pemeriksaan Fisik Thorax Tidak terdapat keluhan sesak pada Tidak terdapat keluhan sesak pada
: Pernafasan pasien, batuk tidak produktif. pasien, batuk tidak produktif.

Inspeksi : Inspeksi :
Bentuk dada simetris, frekuensi Bentuk dada simetris, frekuensi
nafas 20x/ menit, irama nafas nafas 21x/ menit, irama nafas
teratur, tidak terdapat pernapasan teratur, tidak terdapat pernapasan
cuping hidung dan otot bantu cuping hidung dan otot bantu
pernapasan, tidak menggunakan pernapasan, tidak menggunakan alat
alat bantu napas. bantu napas.

Palpasi :
Vokal premitus getaran pada paru Palpasi :
kanan dan kiri teraba sama, dan Vokal premitus getaran pada paru
tidak ada kelainan pada paru kanan dan kiri teraba sama, dan
tidak ada kelainan pada paru
Perkusi :
Saat diperkusi terdengar sonor Perkusi :
Saat diperkusi terdengar sonor
Auskultasi :
Saat diauskultasi terdengar suara Auskultasi :
nafas vesikuler, tidak terdapat suara Saat diauskultasi terdengar suara
tambahan pada paru, suara ucapan nafas vesikuler, tidak terdapat suara
terdengar jelas saat berbicara tambahan pada paru, suara ucapan
terdengar jelas saat berbicara

Pemeriksaan Fisik Tidak ada keluhan nyeri dada pada Tidak ada keluhan nyeri dada pada
Jantung pasien pasien

Inspeksi : Inspeksi :
Tidak ada jejas, tidak ada pulsasi, Tidak ada jejas, tidak ada pulsasi,
CRT > 2 detik, tidak ada sianosis, CRT > 2 detik, tidak ada sianosis,
tidak ada jari tabuh tidak ada jari tabuh

Palpasi : Palpasi :
Iktus kordis teraba pada ICS V, dan Iktus kordis teraba pada ICS V, dan
akral teraba dingin akral teraba dingin

Perkusi : Perkusi :
Batas jantung berada di ICS II line Batas jantung berada di ICS II line
sternal kiri – ICS II line sternal sternal kiri – ICS II line sternal
kanan, pinggang jantung berada di kanan, pinggang jantung berada di
ICS IV line sternal kanan dan apeks ICS IV line sternal kanan dan apeks
jantung berada di ICS IV line jantung berada di ICS IV line sternal
sternal kanan kanan
6

Pemeriksaan Pasien I Pasien II


Auskultasi : Auskultasi :
Saat di auskultasi bunyi jantung I Saat di auskultasi bunyi jantung I
terdengar tunggal, irama regular. terdengar tunggal, irama regular.
Terdengar keras dan bunyi jantung Terdengar keras dan bunyi jantung II
II saat di auskultasi terdengar saat di auskultasi terdengar tunggal,
tunggal, irama regular, terdengar irama regular, terdengar keras dan
keras dan tidak ada bunyi jantung tidak ada bunyi jantung tambahan.
tambahan.

Tidak ada kelainan pada jantung Tidak ada kelainan pada jantung
pasien pasien
Pemeriksaan Status Berat Badan : 65 Kg Berat Badan : 44 Kg
Pencernaan dan Status Tinggi Badan : 160 Cm Tinggi Badan : 152 Cm
Nutrisi IMT : 25,4 Kg/ m3 IMT : 19 Kg/ m3
Kategori : Gemuk/ Obesitas Kategori : Ideal/ Normal

Pasien mengalami penurunan berat Pasien tidak mengalami penurunan


badan dalam 1 bulan terakhir berat badan dalam 3 bulan terakhir.
sebanyak 5 Kg dari berat badan pasien BAB terakhir tanggal 01 Mei
awal 70 Kg. Pasien BAB terakhir 2023, konsistensi BAB lunak, Jenis
tanggal 01 Mei 2023, konsistensi diet adalah bubur diabetes melitus
BAB lunak, Jenis diet adalah bubur (BDM) 1700 Kkal, pasien
diabetes melitus (BDM) 1700 Kkal, mengatakan nafsu makan baik
pasien mengatakan nafsu makan dengan frekuensi 3x dalam sehari
menurun dengan frekuensi 2x dan porsi makan habis.
dalam sehari dan porsi makan tidak
habis hanya ¼ dari piring makanan
pasien.

Abdomen Abdomen
Inpeksi : Inpeksi :
Bentuk abdomen datar, tidak ada Bentuk abdomen datar, tidak ada
benjolan/ massa, tidak ada luka benjolan/ massa, tidak ada luka
operasi, tidak tampak bayangan operasi, tidak tampak bayangan vena
vena pada abdomen. pada abdomen.

Auskultasi : Auskultasi :
Saat di auskultasi terdengar bising Saat di auskultasi terdengar bising
usus 19x/ menit usus 9x/ menit

Palpasi : Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba
massa, tidak ada pembengkakan massa, tidak ada pembengkakan
pada hepar, tidak ada lien, tidak ada pada hepar, tidak ada lien, tidak ada
pembengkakan pada ginjal. pembengkakan pada ginjal.

Perkusi : Perkusi :
Tidak ada nyeri ketuk pada ginjal Tidak ada nyeri ketuk pada ginjal
Pemeriksaan Sistem Pasien dapat berkomunikasi dengan Pasien dapat berkomunikasi dengan
Persyarafan baik, memori panjang, perhatian baik, memori panjang, perhatian
dapat mengulang, Bahasa baik, dapat mengulang, Bahasa baik,
kognisi baik, orientasi (orang, kognisi baik, orientasi (orang,
tempat, waktu), saraf sensori baik, tempat, waktu), saraf sensori baik,
saraf kordinasi baik. saraf kordinasi baik.
Refleks fisiologis baik : Refleks fisiologis baik :
7

Pemeriksaan Pasien I Pasien II


- Reflek patella (+2) normal - Reflek patella (+2) normal
- Reflek achilles (+2) normal - Reflek achilles (+2) normal
- Reflek bisep (+2) normal - Reflek bisep (+2) normal
- Reflek brankioradialis (+2) - Reflek brankioradialis (+2)
normal normal
Refleks patologis baik, tidak ada Refleks patologis baik, tidak ada
keluhan pusing, istirahat/ tidur 7-8 keluhan pusing, istirahat/ tidur 8-9
jam/ hari, dan tidak ada gangguan jam/ hari, dan tidak ada gangguan
tidur. tidur.

Pemeriksaan saraf kranial : Pemeriksaan saraf kranial :


- N1 : Pasien dapat mencium bau - N1 : Pasien dapat mencium bau
minyak kayu putih minyak kayu putih
- N2 : Pasien dapat membaca - N2 : Pasien dapat membaca dan
dan melihat orang yang melihat orang yang berjarak 30
berjarak 30 cm cm
- N3 : Pasien dapat - N3 : Pasien dapat
menggerakkan bola mata menggerakkan bola mata
- N4 : Pasien dapat melihat ke - N4 : Pasien dapat melihat ke
bawah dan ke atas bawah dan ke atas
- N5 : Pasien mampu mengunyah - N5 : Pasien mampu mengunyah
- N6 : Pasien dapat - N6 : Pasien dapat
menggerakkan mata ke samping menggerakkan mata ke samping
kanan dan kiri kanan dan kiri
- N7 : Pasien dapat merasakan - N7 : Pasien dapat merasakan
makanan asin, manis dan pahit makanan asin, manis dan pahit
- N8 : Pasien dapat mendengar - N8 : Pasien dapat mendengar
suara suara
- N9 : Pasien dapat menelan - N9 : Pasien dapat menelan
dengan baik dengan baik
- N10 : Pasien dapat berbicara - N10 : Pasien dapat berbicara
dengan baik dengan baik
- N11 : Pasien dapat - N11 : Pasien dapat
menggerakkan kepala menggerakkan kepala
- N12 : Pasien dapat - N12 : Pasien dapat menjulurkan
menjulurkan lidahnya ke kanan lidahnya ke kanan dan kiri
dan kiri
Pemeriksaan Sistem Pasien mengatakan sering BAK Kemampuan berkemih pasien
Perkemihan lebih dari 10x dalam sehari pada menggunakan alat bantu
malam hari, kemampuan berkemih - Jenis : folley chateter
pasien spontan, tidak ada distensi - Ukuran : 16
kandung kemih, tidak ada nyeri - Hari ke : 1
tekan pada kandung kemih - Produksi urine : 1.425 ml/ hari
Produksi urine : 1.536 ml/ hari - Warna : Kuning jernih
Warna : Kuning jernih - Bau : Khas amoniak
Bau : Khas amoniak Tidak ada keluhan kencing, tidak
ada distensi kandung kemih, tidak
ada nyeri tekan pada kandung kemih

Pemeriksaan Sistem - Pergerakan sendi bebas - Pergerakan sendi bebas


Muskuloskeletel - Kekuatan otot - Kekuatan otot
7

Pemeriksaan Pasien I Pasien II

- Tidak ada kelainan ektremitas, - Tidak ada kelainan ektremitas,


tidak ada kelainan tulang tidak ada kelainan tulang
belakang, tidak ada fraktur, belakang, tidak ada fraktur,
tidak terpasang traksi/ spalk/ tidak terpasang traksi/ spalk/
gips, tidak ada kompartemen gips, tidak ada kompartemen
sindrom, tidak ada luka, turgor sindrom,
kulit baik, tidak ada edema - turgor kulit baik
ekstremitas - terdapat luka pada kaki kiri
- Nilai risiko dekubitus 23. - luas luka 20 x 5 x 3 cm
Pasien dalam kategori low risk - derajat luka 2 dalam
untuk mengalami decubitus - warna dasar luka kuning
- tipe eksudat purulent dan
jumlah moderat
- luka berbau
- tidak ada goa
- tepi luka jelas, batas tegas, tidak
mencapai dasar luka
- jaringan granulasi : 15% luka
terisi jaringan granulasi
- warna kulit sekitar luka merah
- tidak ada edema luka
- terdapat infeksi pada luka
ditandai dengan adanya slough
- skor bates Jensen 34
- luka diganti perbannya setiap
hari 1x
- tidak terdapat edema ekstremitas
- tidak ada pitting edema
- Nilai risiko dekubitus 17. Pasien
dalam kategori low risk untuk
mengalami dekubitus
Pemeriksaan Sistem - Tidak ada pembesaran kelenjar - Tidak ada pembesaran kelenjar
Endokrin tiroid, tidak pembesaran tiroid, tidak pembesaran
kelenjar getah bening kelenjar getah bening
- Hiperglikemia GDA : 300 mg/ - Hipoglikemia GDA : 70 mg/ dL
dL - Jenis luka kaki DM : luka kronis
- Tidak ada luka ganggren - Lama luka : 2 bulan
- Warna : merah segar,
kekuningan
- Luas luka : 20x5x3 cm
- Kulit kaki : terdapat luka dan
kulit sedikit kering
- Kuku kaki : mengalami
penebalan
- Pada telapak kaki tidak terdapat
callus
- Jari kaki lengkap
- Terdapat infeksi
7

Pemeriksaan Pasien I Pasien II


- Tidak ada riwayat luka
sebelumnya
- Tidak ada riwayat amputasi
sebelumnya
Pemeriksaan Seksualitas Tidak ada kelainan pada prostat Tidak ada benjolan pada payudara,
dan Reproduksi tidak sedang hamil, genetalia bersih,
dan pasien sudah menopause
Pemeriksaan Risiko Total skor risiko jatuh pasien Total skor risiko jatuh pasien dengan
Jatuh dengan Skala dengan skala morse : 30 skala morse : 45
Morse Interpretasi : kategori pasien Interpretasi : kategori pasien
berisiko sedang berisiko jatuh
Persepsi klien terhadap penyakitnya Persepsi klien terhadap penyakitnya
Pengkajian Psikososial adalah cobaan Tuhan. Ekspresi adalah cobaan Tuhan. Ekspresi klien
klien terhadap terhadap penyakitnya adalah
penyakitnya adalah murung/ diam. Reaksi saat interaksi
murung/ diam. Reaksi saat interaksi adalah kooperatif, dan tidak
adalah kooperatif, dan tidak mengalami gangguan konsep diri
mengalami gangguan konsep diri Mandi 1x sehari (seka), keramas 3
Personal Hygiene & Mandi 1x sehari (seka), keramas 2 hari sekali, memotong kuku 1x
Kebiasaan hari sekali, memotong kuku 1x dalam seminggu, tidak merokok,
dalam seminggu, tidak merokok, tidak minum alkohol, ganti pakaian
tidak minum alkohol, ganti pakaian 1x dalam sehari, dan sikat gigi 2x
1x dalam sehari, dan sikat gigi 2x sehari
sehari
Pengkajian Spiritual Sebelum sakit pasien sering Sebelum sakit pasien sering
menjalankan ibadah. Setelah sakit menjalankan ibadah. Setelah sakit
pasien masih sering menjalankan pasien jarang melakukan ibadah
ibadahnya. salat, hanya berdzikir saja.
Pemeriksaan Penunjang
Pasien I (Tn. Man) Pasien II (Ny. Mas)
30 April 2023 02 Mei 2023

JenisHasil Nilai Normal 4.80-10.80 Jenis Hasil


Nilai Normal
PemeriksaanPemeriksaan 10^3/µL Pemeriksaan Pemeriksaan
Leukosit4.61 4.20-5.40 Leukosit 4.80-10.80
18.63 10^3/µL
Eritrosit4.09 10^6/µL
Hemoglobin11.5 12.0-16.0 Eritrosit 4.20-5.40
2.51 10^6/µL
Hematokrit35.3 g/dL 37.0-54.0
% 70-200 Hemoglobin 7.5 12.0-16.0 g/dL
mg/ dL 19.3-49.2 Hematokrit 22.4 37.0-54.0 %
mg/dL 0.5-1.1 Glukosa
mg/dL Sewaktu 35 70-200 mg/ dL
3
Glukosa Sewaktu Ureum Ureum 19.3-49.2
52.1 mg/dL
Kreatinin 2.4 0.5-1.1 mg/dL
23 Natrium 135-155
142 mmol/L
Kreatinin0.7
Kalium 3.6-5.5
3.5 mmol/L
Klorida 98-108
110 mmol/L
Albumin 2.1 3.5-5.5 g/dL
01 Mei 2023
Jenis Hasil Nilai
Pemeriksaan Pemeriksaan Normal
7

Pemeriksaan Pasien I Pasien II


HbA1C 9 < 5.7 %

Penatalaksanaan Terapi Farmakologis


Pasie Pasien

Nama Obat Dosis Rute Nama Obat Dosis Rute


NaCl 0.9% 20 tpm IV NaCl 0.9% 20 tpm IV
Ceftriaxone 2x1 IV Santagesik 3x1 IV
Novorapid 3x8 ui SC Ceftriaxone 2x1 IV
Lantus 10 ui SC Novorapid 3x8 ui SC
Acran 1x1 P.O Amlodipine 1x5 mg P.O
Amlodipin 1x5mg P.O
2) Diagnosis Keperawatan

Tabel 4.3 Diagnosis Keperawatan Pada Pasien I dan Pasien II dengan Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD Abdul
Wahab Sjahranie Samarinda

Pasien I (Tn. Man) Pasien II (Ny. Mas)


No. Hari/ Tanggal Diagnosis Keperawatan No. Hari/ Tanggal Diagnosis Keperawatan
ditemukan ditemukan
1. Selasa, 02 Mei (D. 0027) Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah 1. Selasa, 02 Mei (D. 0027) Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
2023 berhubungan dengan resistensi insulin 2023 berhubungan dengan resistensi insulin

Data Subjektif Data Subjektif


1. Pasien mengeluh lelah 1. Pasien mengeluh badan terasa gemetar
2. Pasien mengatakan sebelum di rawat di RS AWS 2. Pasien mengatakan sering merasakan lapar
sering buang air kecil lebih dari 10x dalam sehari 3. Pasien mengatakan sering merasa mengantuk
3. Pasien mengatakan tidak mengetahui jika 4. Pasien mengatakan menderita DM sejak tahun
menderita diabetes melitus tipe 2 2016

Data Objektif Data Objektif


1. Kadar glukosa darah sewaktu 287 mg/ dL 1. Kadar glukosa darah sewaktu 70 mg/ dL
2. Hasil Laboratorium HbA1C : 9 % 2. Pasien mengeluarkan keringat lebih banyak

2. Selasa, 02 Mei (D.0009) Perfusi Perifer Tidak Efektif 2. Selasa, 02 Mei (D.0009) Perfusi Perifer Tidak Efektif
2023 berhubungan dengan hiperglikemia 2023 berhubungan dengan hiperglikemia

Data Subjektif Data Subjektif


1. Pasien mengeluh kaki kram 1. Pasien mengatakan ada luka pada kaki kiri
2. Pasien mengeluh kaki seperti mati rasa sudah 2 bulan

Data Objektif Data Objektif


1. Kadar GDS : 287 mg/ dL 1. Hemoglobin : 7.5 gr/ dL
2. Hemoglobin : 11.5 gr/ dL 2. Kadar GDS : 70 mg/ dL

7
Pasien I (Tn. Man) Pasien II (Ny. Mas)
No. Hari/ Tanggal Diagnosis Keperawatan No. Hari/ Tanggal Diagnosis Keperawatan
ditemukan ditemukan
3. Akral teraba dingin 3. Akral teraba dingin
4. CRT > 2 detik 4. Penyembuhan luka
5. TD : 132/ 75 mmHg lambat 5. TD : 140/ 75
mmHg
6. CRT > 2 detik
3. Selasa, 02 Mei (D.0018) Berat Badan Lebih 3. Selasa, 02 Mei (D.0077) Nyeri Akut
2023 berhubungan dengan faktor keturunan (obesitas) 2023 Berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
(neuropati)
Data Subjektif
1. Pasien mengatakan suka mengonsumsi nasi Data Subjektif
panas dan makanan/ minuman tinggi gula 1. Pasien mengeluh nyeri
2. Pasien mengatakan terkadang melakukan P : Nyeri pada kaki
olahraga seperti jogging 1x dalam seminggu kiri Q : Nyeri seperti
3. Pasien mengatakan memiliki keturunan obesitas teriris
dari keluarganya R : Nyeri hanya menetap pada luka di kaki
kiri S : Skala 4
T : Hilang timbul

Data Objektif
1. Berat badan : 65 Kg Data Objektif
2. Tinggi badan : 160 cm 1. Pasien terlihat meringis
3. IMT : 25,4 Kg/ m3 2. Pasien terlihat memegangi kaki kiri yang
Kategori : Gemuk/ Obesitas terasa nyeri
4. Selasa, 02 Mei (D.0111) Defisit Pengetahuan 4. Selasa, 02 Mei (D.0192) Gangguan Integritas Kulit/ Jaringan
202 berhubungan dengan kurang terpapar informasi 2023 berhubungan dengan neuropati perifer

Data Subjektif Data Subjektif


1. Pasien mengatakan tidak mengetahui jika 1. Pasien mengatakan ada luka pada kaki kiri
menderita diabetes melitus tipe 2 sudah 2 bulan
2. Pasien mengatakan tidak mengetahui tanda dan 2. Luka menimbulkan rasa nyeri
gejala hiperglikemia

7
Pasien I (Tn. Man) Pasien II (Ny. Mas)
No. Hari/ Tanggal Diagnosis Keperawatan No. Hari/ Tanggal Diagnosis Keperawatan
ditemukan ditemukan
3. Pasien mengatakan tidak mengetahui
pengelolaan diabetes melitus

Data Objektif Data Objektif


1. Pasien terlihat bingung saat ditanya 1. Pasien terlihat meringis saat luka di periksa
2. Pasien menunjukkan perilaku tidak sesuai 2. Terdapat kerusakan jariingan dan/ atau lapisan
anjuran kulit
3. Warna kulit sekitar luka merah
4. Luas luka 20 x 5 x 3 cm
5. Warna dasar luka kuning
6. Luka berbau
7. Tidak ada goa
8. Tepi luka jelas, batas tegas, tidak mencapai
dasar luka
9. Jaringan granulasi 15%
10. Terdapat slough berwarna kuning
11. Skor bates Jensen 34
12. Tidak terdapat edema luka
5. Selasa, 02 Mei (D.0142) Risiko Infeksi
2023 dibuktikan dengan luka diabetes melitus

Data Subjektif
1. Pasien mengatakan terdapat luka pada kaki
kiri tidak sembuh sejak 2 bulan ini
2. Pasien melakukan perawatan luka 1 kali setiap
hari

Data Objektif
1. Warna kulit sekitar luka kemerahan
2. Warna dasar luka kuning
3. Tidak ada edema luka

7
Pasien I (Tn. Man) Pasien II (Ny. Mas)
No. Hari/ Tanggal Diagnosis Keperawatan No. Hari/ Tanggal Diagnosis Keperawatan
ditemukan ditemukan
4. Terdapat slough pada luka
5. Luka berbau
6. Tipe eksudat purulent
7. Kadar leukosit : 18.63 10^3/µL
8. Kadar albumin 2.1 g/ dL
6. Selasa, 02 Mei (D.0111) Defisit Pengetahuan
2023 berhubungan dengan kurang terpapar informasi

Data Subjektif
1. Pasien mengatakan tidak mengetahui tanda
dan gejala hipoglikemia
2. Pasien mengatakan tidak mengetahui cara
tepat melakukan perawatan luka pada kaki
kirinya

Data Objektif
1. Pasien terlihat bingung saat ditanya
2. Pasien menunjukkan perilaku tidak sesuai
anjuran

7
3) Intervensi Keperawatan

Tabel 4.4 Intervensi Keperawatan Pada Pasien I dan Pasien II dengan Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD Abdul
Wahab Sjahranie

Tanggal
No. Diagnosis Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi
Ditemukan
1. Selasa, 02 Mei (D. 0027) Ketidakstabilan Kadar Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Hiperglikemia (I.03115)
2023 Glukosa Darah berhubungan dengan selama 3x8 jam maka diharapkan kestabilan Observasi
(Pasien I : resistensi insulin dibuktikan dengan kadar glukosa darah (L.03022) meningkat 1.1 Identifikasi kebiasaan pola hidup sehari-hari
Tn. Man) kadar glukosa darah tinggi dengan kriteria hasil : 1.2 Monitor kadar glukosa darah
1. Lelah/ lesu menurun (5) 1.3 Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
2. Rasa haus menurun (5) 1.4 Monitor intake dan output cairan
3. Kadar glukosa dalam darah membaik (5) Teraupetik
1.5 Konsultasi dengan medis jika tanda dan
gejala hiperglikemia tetap ada atau
memburuk
Edukasi
1.6 Berikan informasi mengenai penyakit
diabetes mellitus
1.7 Jelaskan mengenai tanda dan gejala
hiperglikemia
1.8 Ajarkan cara memonitor kadar glukosa darah
secara mandiri
1.9 Berikan edukasi mengenai diet
1.10Informasikan olahraga yang sesuai dengan
kebutuhan fisik
1.11 Informasikan kepatuhan terhadap diet dan
olahraga
1.12 Jelaskan mengenai perawatan kaki
Kolaborasi
1.13 Kolaborasi pemberian insulin Novorapid 3x8
ui

7
Tanggal
No. Diagnosis Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi
Ditemukan
Manajemen Hipoglikemia (I.03115)
Observasi
1.14 Identifikasi tanda dan gejala hipoglikemia
Teraupetik
1.15 Berikan glukagon, jika perlu
1.16Pertahankan akses IV
1.17 Hubungi layanan medis darurat, jika
Edukasi
1.18 Jelaskan mengenai tanda dan gejala
hipoglikemia
1.19 Ajarkan interaksi antara diet, insulin/ agen
oral, dan olahraga
1.20 Ajarkan pengelolaan hipoglikemia
1.21Ajarkan perawatan mandiri untuk mencegah
hipoglikemia
1.22Jelaskan olahraga yang tepat bagi penderita
DM
Kolaborasi
1.20 Kolaborasi pemberian dekstrose, jika perlu

2. Selasa, 02 Mei (D. 0027) Ketidakstabilan Kadar Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Hipoglikemia (I.03115)
2023 Glukosa Darah berhubungan dengan selama 3x8 jam maka diharapkan kestabilan Observasi
(Pasien II : resistensi insulin dibuktikan dengan kadar glukosa darah (L.03022) meningkat, 1.1 Identifikasi tanda dan gejala hipoglikemia
Ny. Mas) pasien terlihat gemetar dengan kriteria hasil : 1.2 Identifikasi penggunaan obat insulin
1. Lelah/ lesu menurun (5) Terapeutik
2. Gemetar menurun (5) 1.3 Berikan karbohidrat sederhana
3. Berkeringat menurun (5) 1.4 Berikan glukagon
4. Kadar glukosa darah membaik (5) 1.5 Berikan karbohidrat kompleks dan protein
sesuai diet
1.6 Pertahankan kepatenan jalan napas
1.7 Pertahankan akses IV
Edukasi

7
Tanggal
No. Diagnosis Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi
Ditemukan
1.8 Jelaskan mengenali tanda dan gejala
hipoglikemia
1.9 Ajarkan cara memantau glukosa darah
secara mandiri
1.10Jelaskan interaksi antara diet, insulin/ agen
oral, danolahraga
1.11Ajarkan pengelolaan hipoglikemia
1.12Ajarkan perawatan mandiri untuk mencegah
hipoglikemia (mis. mengurangi insulin/agen
oral dan/atau meningkatkan asupan makanan
untuk berolahraga).
Kolaborasi
1.13 Kolaborasi pemberian dekstrose

Manajemen Hiperglikemia (I.03115)


Observasi
1.14 Identifikasi kemungkinan penyebab
hiperglikemia
1.15 Monitor kadar glukosa darah
1.16Monitor intake dan ouput cairan
Teraupetik
1.17 Konsultasi dengan medis jika tanda dan
gejala hiperglikemia tetap ada atau
memburuk
Edukasi
1.18 Berikan informasi mengenai
penyakit diabetes mellitus
1.19 Jelaskan mengenali tanda dan gejala
hiperglikemia
1.20 Informasikan olahraga yang sesuai dengan
kebutuhan fisik

8
Tanggal
No. Diagnosis Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi
Ditemukan
1.21 Ajarkan memonitor kadar glukosa darah
secara mandiri
1.22 Jelaskan mengenai perawatan kaki
1.23Informasikan pentingnya kepatuhan terhadap
diet dan olahraga
Kolaborasi
1.24Kolaborasi pemberian insulin novorapid 3x8
ui

3. Selasa, 02 (D.0009) Perfusi Perifer Tidak Efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perawatan Sirkulasi (I.02079)
Mei 2023 berhubungan dengan hiperglikemia selama 3x8 jam maka diharapkan perfusi Observasi
(Pasien I : dibuktikan dengan akral teraba dingin perifer (L.02011) meningkat, dengan kriteria 2.1 Periksa sirkulasi perifer (mis. nadi perifer,
Tn. Man) hasil : edema, warna, suhu, ankle-brachial index)
1. Kram otot menurun (5) Teraupetik
2. Akral membaik (5) 2.1 Lakukan pencegahan infeksi
3. Tekanan darah sistolik cukup membaik 2.2 Lakukan perawatan kaki dan kuku
(4) Edukasi
4. Tekanan darah diastolik cukup membaik 2.3 Jelaskan manfaat berolahraga rutin
(4) 2.4 Informasikan pentingnya minum obat
pengontrol tekanan darah secara teratur
2.5 Ajarkan program diet untuk memperbaiki
sirkulasi
2.6 Informasikan tanda dan gejala darurat yang
harus dilaporkan
Kolaborasi
2.7 Kolaborasi pemberian amlodipine 1x5mg

Edukasi Latihan Fisik (I.12389)


Observasi
2.8 Identifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi
Terapeutik

8
Tanggal
No. Diagnosis Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi
Ditemukan
2.9 Sediakan materi dan media pendidikan
kesehatan berupa leaflet
2.10Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
2.11Jadwalkan senam kaki diabetes pada pukul
09.00 pagi
2.12 Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
2.13 Jelaskan manfaat kesehatan dan efek
fisiologis senam kaki diabetes
2.14 Jelaskan jenis latihan yang sesuai dengan
kondisi kesehatan
2.15 Jelaskan frekuensi, durasi, dan intensitas
program latihan senam kaki diabetes yang
diinginkan
2.16 Ajarkan latihan pemanasan dan pendinginan
yang tepat sebelum melakukan senam kaki
diabetes
2.17 Ajarkan teknik menghindari cedera saat
melakukan senam kaki diabetes
2.18 Ajarkan teknik pernapasan yang tepat untuk
memaksimalkan penyerapan oksigen selama
latihan fisik
4. Selasa, 02 Mei (D.0009) Perfusi Perifer Tidak Efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perawatan Sirkulasi (I.02079)
2023 berhubungan dengan hiperglikemia selama 3x8 jam maka diharapkan perfusi Observasi
( Pasien II : dibuktikan dengan akral teraba dingin perifer (L.02011) meningkat, dengan kriteria 2.1 Periksa sirkulasi perifer (mis. nadi perifer,
Ny. Mas) hasil : edema, warna, suhu, ankle-brachial index)
1. Penyembuhan luka cukup meningkat (4) Teraupetik
2. Akral membaik (5) 2.2 Lakukan pencegahan infeksi dengan
3. Tekanan darah sistolik cukup membaik perawatan luka
(4) 2.3 Lakukan perawatan kaki dan kuku

8
Tanggal
No. Diagnosis Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi
Ditemukan
4. Tekanan darah diastolik cukup membaik 2.4 Lakukan hidrasi
(4) Edukasi
2.5 Informasikan pentingnya minum obat
pengontrol tekanan darah secara teratur
2.6 Ajarkan program diet untuk memperbaiki
sirkulasi
2.7 Informasikan tanda dan gejala darurat yang
harus dilaporkan
Kolaborasi
2.8 Kolaborasi pemberian amlodipine 1x5mg

5. Selasa, 02 Mei (D.0077) Nyeri Akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nyeri (I.08238)
2023 dengan agen pencedera fisiologi selama 3x8 jam maka diharapkan tingkat Observasi
( Pasien II : (neuropati) dibuktikan dengan pasien nyeri (L.08066) menurun, dengan kriteria 3.1 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
Ny. Mas) mengeluh nyeri hasil : frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
1. Keluhan nyeri cukup menurun (4) 3.2 Identifikasi skala nyeri
2. Meringis menurun (5) 3.3 Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
3.4 Monitor efek samping penggunaan analgetik
(santagesik)
Teraupetik
3.5 Berikan teknik nonfarmakologis (teknik
relaksasi nafas dalam) untuk mengurangi
rasa nyeri
3.6 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri
3.7 Fasilitasi isttirahat dan tidur
Edukasi
3.8 Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri

8
Tanggal
No. Diagnosis Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi
Ditemukan
3.9 Ajarkan strategi meredakan nyeri dengan
teknik relaksasi nafas dalam
3.10Ajarkan memonitor nyeri secara mandiri
3.11Ajarkan menggunakan analgetik secara tepat
Kolaborasi
3.12Kolaborasi pemberian analgetik santagesik
3x1
6. Selasa, 02 Mei (D.0018) Berat Badan Lebih Setelah dilakukan tindakan keperawatan Konseling Nutrisi (I.03094)
2023 berhubungan dengan faktor keturunan selama 3x8 jam maka diharapkan berat Observasi
(Pasien I : (obesitas) dibuktikan dengan IMT 25,4 badan (L.03018) membaik, dengan kriteria 3.1 Identifikasi kebiasaan makan dan perilaku
Tn. Man) Kg/ m3 hasil : makan yang akan diubah
1. Berat badan cukup membaik (4) 3.2 Identifikasi kemajuan modifikasi diet
2. Indeks massa tubuh cukup membaik (4) secara regular
3.3 Monitor nilai hemoglobin, tekanan darah,
dan kenaikan berat badan
Teraupetik
3.4 Sepakati lama waktu pemberian konseling
Edukasi
3.5 Jelaskan program gizi diet bubur BDM
selama di rumah sakit
3.6 Jelaskan program gizi bagi penderita DM
Kolaborasi
3.7 Rujuk pada ahli gizi

Manajemen Berat Badan (I.03097)


Observasi
3.8 Identifikasi kondisi kesehatan pasien yang
dapat mempengaruhi berat badan
Teraupetik
3.9 Hitung berat badan ideal
3.10 Fasilitasi menentukan target berat badan
yang realistis

8
Tanggal
No. Diagnosis Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi
Ditemukan
3.11 Jelaskan hubungan antara asupan makanan,
aktivitas fisik, penambahan berat badan
dan penurunan berat badan
3.12 Jelaskan faktor risiko berat badan lebih dan
kurang
3.13 Ajarkan mencatat berat badan setiap
minggu
3.14 Ajarkan melakukan pencatatan asupan
makan, aktivitas fisik dan perubahan berat
badan
7. Selasa, 02 Mei (D.0192) Gangguan Integritas Kulit/ Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perawatan Luka (I.14564)
2023 Jaringan berhubungan dengan neuropati selama 3x8 jam maka diharapkan integritas Observasi
(Pasien II : perifer dibuktikan dengan kerusakan kulit dan jaringan (L.14125) meningkat, 4.1 Monitor karakteristik luka
Ny. Mas) jaringan dan/atau kulit dengan kriteria hasil : 4.2 Monitor tanda-tanda infeksi pada luka
1. Kerusakan jaringan cukup menurun (4) Teraupetik
2. Kerusakan lapisan kulit cukup menurun 4.3 Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
(4) 4.4 Bersihkan dengan cairan NaCl atau
pembersih nontoksik
4.5 Bersihkan jaringan nekrotik
4.6 Berikan salep yang sesuai ke kulit/ lesi
4.7 Pasang balutan sesuai jenis luka
4.8 Pertahankan teknik steril saat melakukan
perawatan luka
4.9 Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan
drainase
Edukasi
4.10Jelaskan tanda dan gejala infeksi
4.11Jelaskan makanan tinggi kalori dan protein
4.12Ajarkan prosedur perawatan luka secara
mandiri
Kolaborasi
4.13Kolaborasi prosedur debridement

8
Tanggal
No. Diagnosis Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi
Ditemukan
4.14Kolaborasi pemberian antibiotik ceftriaxone
2x1
8. Selasa, 02 Mei (D.0142) Risiko Infeksi dibuktikan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pencegahan Infeksi (I.14539)
2023 dengan luka diabetes melitus selama 3x8 jam maka diharapkan tingkat Observasi
(Pasien II : infeksi (L.14137) menurun, dengan kriteria 5.1 Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
Ny. Mas) hasil : sistemik
1. Kemerahan cukup menurun (4) Teraupetik
2. Kadar sel darah putih cukup membaik (4) 5.2 Batasi jumlah pengunjung
5.3 Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien dan lingkungan pasien
5.4 Pertahankan teknik aseptik pada pasien
berisiko tinggi
Edukasi
5.5 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
5.6 Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
5.7 Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau
luka operasi
5.8 Jelaskan asupan nutrisi penting bagi
penyembuhan luka
9. Selasa, 02 Mei (D.0111) Defisit Pengetahuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Edukasi Kesehatan (I.12383)
2023 berhubungan dengan kurang terpapar selama 3x8 jam maka diharapkan tingkat Observasi
(Pasien I dan informasi dibuktikan dengan perilaku pengetahuan (L.12111) membaik, dengan 6.1 Identifikasi kesiapan dan kemampuan
Pasien II) tidak sesuai anjuran kriteria hasil : menerima informasi
1. Perilaku sesuai anjuran meningkat (5) Terapeutik
2. Pertanyaan tentang masalah yang 6.2 Sediakan materi dan media pendidikan
dihadapi menurun (5) kesehatan leaflet diabetes melitus
6.3 Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
6.4 Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
6.5 Jelaskan perjalanan penyakit DM

8
Tanggal
No. Diagnosis Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi
Ditemukan
6.6 Ajarkan mengenali tanda dan gejala
hiperglikemia
6.7 Ajarkan mengenali tanda dan gejala
hipoglikemia
6.8 Ajarkan program diet bagi penderita DM
6.9 Jelaskan pentingnya latihan
jasmani 6.10Ajarkan perawatan kaki
6.11Ajarkan cara memantau glukosa darah secara
mandiri

8
88

5) Implementasi Keperawatan

Tabel 4.5 Implementasi Keperawatan Pada Pasien I (Tn. Man) dengan


Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
Hari/ Waktu Implementasi Keperawatan Evaluasi
Tanggal
Selasa, 08.00 1.1 Menanyakan pola hidup pasien sehari- Ds:
02 Mei hari - Pasien mengatakan
2023 sering mengonsumsi
makan mengandung
tinggi gula, seperti nasi
putih panas dan es teh
manis
- Pasien mengatakan
hanya berolahraga
jogging 1x dalam
seminggu
Do :
- Pasien kooperatif
menjawab
08.20 2.1 Memeriksa CRT, edema, warna, suhu Ds :
dan akral pasien - Pasien mengatakan kaki
terasa kram dan mati rasa
Do :
- Tidak ada edema
- Warna kulit pucat
- Suhu 36,2̊ C
- CRT > 2 detik
- Akral teraba dingin
08.35 3.1;3.4Mengidentifikasi kebiasaan makan Ds :
dan perilaku makan yang akan diubah dan - Pasien mengatakan tidak
menyepakati lama waktu pemberian ada alergi terhadap
konseling makanan
- Pasien mengatakan
memiliki kebiasaan
memakan nasi panas dan
minuman tinggi gula
- Pasien mengatakan
bersedia
Do :
- Pasien kooperatif
menjawab
08.45 3.5 Menjelaskan program gizi diet bubur Ds :
BDM selama di rumah sakit - Pasien mengatakan
paham
Do :
- Pasien kooperatif
- Memberikan diet bubur
diabetes RG 1700 kkal
09.00 4.1 Melakukan kontrak waktu kepada Ds :
pasien dan keluarga untuk edukasi tentang - Pasien mengatakan
diabetes mellitus belum paham
mengontrol penyakit
diabetes melitus
8

Hari/ Waktu Implementasi Keperawatan Evaluasi


Tanggal
- Pasien mengatakan
bersedia menerima
informasi edukasi
Do :
- Pasien terlihat binggung
menjawab pertanyaan
mengenai penyakitnya
- Pasien terlihat
kooperatif menjawab
09.15 1.2; 1.3; 1.7 Memonitor kadar glukosa Ds :
darah, memonitor gejala klinis - Pasien mengatakan
hiperglikemia, dan menjelaskan mengenai sering BAK di malam
tanda dan gejala hiperglikemia hari
- Pasien merasa lelah
- Pasien mengatakan
belum paham mengenai
tanda dan gejala
hiperglikemia
Do :
- Pasien terlihat lesu
- Kadar GDS : 239 mg/ dL
- Pasien kooperatif
mendengarkan edukasi
yang diberikan
10.00 3.9; 3.10 Menghitung berat badan ideal, Ds:
memfasilitasi menentukan target berat - Pasien mengatakan
badan yang realistis bersedia
Do :
- Pasien koopepratif
- Kolaborasi dengan ahli
gizi pemberian diet
bubur diabetes melitus
rendah gula, jumlah
kalori : 1700 Kkal
- Berat Badan : 65 Kg
- Tinggi Badan : 160 Cm
- IMT : 25,4 Kg/ m3
- Kategori : Gemuk/
Obesitas
11.00 1.13 Memberikan injeksi insuli Novorapid Ds :
8ui secara subkutan - Pasien mengatakan
bersedia diberikan
insulin
Do :
- Memberikan insulin
novorapid 3x8 ui
- Setelah diberikan insulin
pasien makan
11. 25 2.14; 2.15 Menjelaskan jenis latihan fisik Ds :
yang sesuai dengan kondisi kesehatan - Pasien mengatakan
(senam kaki diabetes), dan menjelaskan paham
frekuensi, durasi, dan intensitas program
9

Hari/ Waktu Implementasi Keperawatan Evaluasi


Tanggal
latihan senam kaki diabetes yang Do :
diinginkan - Menjelaskan kepada
pasien manfaat
melakukan senam kaki
diabetes
- Pasien terlihat kooperatif
12.00 3.1 Mengajarkan pasien mencatat berat Ds :
badan setiap minggu - Pasien mengatakan
paham
Do :
- Pasien terlihat kooperatif
13.00 1.2 Memonitor kadar glukosa darah Ds :
GD2PP - Pasien mengatakan
bersedia
Do :
- Kadar glukosa darah 2
jam PP : 200 mg/ dL
13.00 2.4; 2.7 Menginformasikan pentingnya Ds :
minum obat pengontrol tekanan darah dan - Pasien mengatakan
memberikan amlodipine 1x5 mg paham
Do :
- Memberikan amlodipine
1x 5 mg per oral
- Pasien terlihat kooperatif

14. 30 1.10; 1.12; 2.3 Menjelaskan mengenai Ds :


perawatan kaki, menjelaskan manfaat - Pasien mengatakan
melakukan senam kaki diabetes, dan paham
membuat jadwal latihan fisik senam kaki - Pasien mengatakan rajin
diabetes setiap pagi jam 09.00 dan memotong kuku setiap
1x seminggu
Do :
- Pasien terlihat kooperatif
14.50 1.8 Mengajarkan cara memonitor kadar Ds :
glukosa darah secara mandiri - Pasien mengatakan
paham cara monitor
kadar glukosa secara
mandiri
Do :
- Pasien terlihat kooperatif
15.00 1.4 Memonitor intake dan ouput cairan Ds :
dengan menanyakan jumlah asupan - Pasien mengatakan
cairan yang masuk dan jumlah urin mengumpulkan urine di
yang ditampung dalam tabung urine dan
menghitung jumlah
urine selama 8 jam
- Pasien mengatakan rasa
haus cukup menurun
Do :
- Bau : khas amoniak
- Warna : kuning jernih
- Intake : 660
- Output : 640.6
9

Hari/ Waktu Implementasi Keperawatan Evaluasi


Tanggal
- BC : +19.4

Rabu, 03 08.00 1.2; 1.3 Memonitor kadar glukosa darah Ds :


Mei 2023 sewaktu dan memonitor tanda gejala - Pasien mengatakan rasa
klinis hiperglikemia lelah
Do :
- Kadar GDS : 219 mg/ dL
08.30 2.1 Memeriksa CRT, edema, warna, suhu Ds :
dan akral pasien - Pasien mengatakan rasa
kram otot dan mati rasa
cukup berkurang
Do :
- Kulit terhidrasi
- Tidak ada edema
ekstremitas
- Akral teraba
hangat CRT < 2 detik
09.00 2.16; 2.17;2.18 Mengajarkan latihan Ds :
pemanasan dan pendinginan yang tepat - Pasien mengatakan
sebelum melakukan senam kaki diabetes, paham setelah
teknik menghindari cedera, dan teknik melakukan senam kaki
pernapasan yang tepat dalam melakukan diabetes merasa lebih
senam kaki diabetes bugar
Do :
- Pasien kooperatif
- Pasien dapat mengikuti
arahan senam kaki
diabetes dengan baik
09.30 2.6 Mengajarkan program diet rendah Ds :
gula tinggi protein untuk memperlancar - Pasien mengatakan ingin
sirkulasi menjalani diet yang
telah dianjurkan
Do :
- Pasien memperhatikan
dengan baik

10.00 3.2;3.6Mengidentifikasi kemajuan Ds :


modifikasi diet secara regular dan - Pasien mengatakan porsi
menjelaskan program gizi bagi penderita makan habis
diabetes melitus - Pasien mengatakan
menaati diet diabetes
melitus
Do :
- Pasien terlihat kooperatif
- Pasien dapat
menyebutkan makanan
yang baik dikonsumsi
penderita DM

11.00 1.13Berkolaborasi pemberian insulin Ds :


novorapid 3x8ui secara subkutan - Pasien mengatakan rasa
lelah cukup menurun
Do :
9

Hari/ Waktu Implementasi Keperawatan Evaluasi


Tanggal
- Memberikan injeksi
insulin novorapid 8 ui
- Pasien setelah diberikan
insulin langsung makan
11. 25 1.18;1.19;1.21 Menjelaskan mengenai Ds :
tanda dan gejala hipoglikemia, - Pasien mengatakan
mengajarkan interaksi antara diet, insulin/ paham
agen oral, olahraga dan perawatan Do :
mandiri untuk mencegah hipoglikemia - Pasien terlihat kooperatif
- Pasien mampu
menyebutkan tanda dan
gejala hipoglikemia
12.00 3.9;3.11 Menghitung berat badan ideal Ds :
dan menjelaskan hubungan antara asupan - Pasien mengatakan
makanan, aktivitas fisik, penambahan paham
berat badan dan penurunan berat badan - Pasien mengatakan
sudah mencatat hasil
berat badan
Do :
- Pasien terlihat kooperatif
- Pasien mampu mengisi
table berat badan
- Berat badan : 64 Kg
- IMT : 25 Kg M2
- Kategori : Overweight
13.05 2.7 Berkolaborasi memberikan Ds :
amlodipine 1x 5 mg per oral - Pasien mengatakan
sudah meminum obat
yang diberikan
Do :
- Pasien taat meminum
obat pengontrol tekanan
darah amlodipine 1x5
mg secara teratur
- Tekanan darah 120/80
mmHg
14.25 1.9 Memberikan edukasi mengenai diet Ds :
diabetes melitus (3J) - Pasien mengatakan
paham
Do :
- Pasien terlihat kooperatif
- Pasien dapat
menyebutkan pola
makan bagi penderita
DM
15.00 1.4 Memonitor intake dan ouput cairan Ds :
dengan menanyakan jumlah asupan cairan - Pasien mengatakan rasa
yang masuk dan urin yang ditampung haus cukup menurun
Do :
- Bau urine : khas amoniak
- Warna urine : kuning
jernih
- Intake : 610
9

Hari/ Waktu Implementasi Keperawatan Evaluasi


Tanggal
- Output : 640.6
- BC : -30.6
Kamis, 08.15 2.1 Memeriksa CRT dan akral pasien Ds :
03 Mei - Pasien mengatakan rasa
2023 kram otot berkurang
Do :
- Tidak ada edema
ekstremitas
- Akral teraba hangat
- CRT < 2 detik
- Pasien terlihat nyaman
09.00 2.14 Melakukan latihan senam kaki Ds :
diabetes - Pasien mengatakan
dapat melakukan senam
kaki diabetes secara
mandiri melalui leaflet
yang diberikan
Do :
- Pasien dapat melakukan
garakan senam kaki
diabetes dengan benar
10.00 3.9 Menghitung berat badan ideal Do :
- Berat Badan : 63,5 Kg
- IMT : 24,8 Kg m2
- Kategori : Overweight

10.40 1.2;1.3 Memonitor kadar glukosa darah Ds :


sewaktu dan tanda gejala klinis - Pasien mengatakan
hiperglikemia dapat memonitor kadar
glukosa secara mandiri
Do :
- Kadar glukosa darah
sewaktu : 180 mg/ dL
11.00 1.13 Memberikan injeksi insulin Ds :
novorapid 3x8 ui secara subkutan - Pasien mengatakan
bersedia diberikan
insulin
Do :
- Pasien makan setelah
diberikan insulin
- Memberikan 3x8 ui
novorapid secara
subkutan
12.00 2.2 Melakukan pencegahan infeksi Ds :
dengan perawatan kaki - Pasien mengatakan rajin
memotong kuku
Do :
- Kuku pasien bersih dan
pasien selalu
menggunakan alas kaki
12.30 3.12 Menjelaskan faktor risiko berat Ds :
badan lebih dan kurang - Pasien mengatakan
paham
9

Hari/ Waktu Implementasi Keperawatan Evaluasi


Tanggal
Do :
- Pasien terlihat
koooperatif
13.00 2.7 Berkolaborasi memberikan Ds :
amlodipine 1x mg per oral - Pasien mengatakan rutin
meminum obat tekanan
darah
Do :
- Obat pengontrol tekanan
darah diminum pasien
dengan tepat
- Memberikan Amlodipin
1x5 mg per oral
14.15 4.4 Memberikan kesempatan untuk Ds :
bertanya mengenai pengelolaan diabetes - Pasien mengatakan
melitus sudah paham mengontrol
diabetes melitus
Do :
- Pasien dapat menjawab
beberapa pertanyaan
mengenai diabetes
melitus
15.00 1.4 Memonitor intake dan ouput cairan Ds :
dengan menanyakan jumlah asupan - Pasien mengatakan rasa
cairan dan urin yang ditampung haus menurun
- Pasien mengatakan
frekuensi ke kamar
mandi untuk buang air
kecil berkurang : 2x
selama pagi hingga
siang
Do :
- Bau urine : khas amoniak
- Warna : kuning jernih
- Intake : 610
- Output : 690.6
- BC : - 80.6
9

Tabel 4.6 Implementasi Keperawatan Pada Pasien II (Ny. Mas) dengan


Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda

Hari/ Waktu Implementasi Keperawatan Evaluasi


Tanggal
Selasa, 02 08.10 1.1 Menanyakan kebiasaan pola hidup Ds :
Mei 2023 pasien seperti makanan dan aktifitas - Pasien mengatakan
olahraga badan terasa gemetar
cukup menurun
- Pasien mengatakan
sering mengonsumsi
makanan manis seperti
kue
- Pasien mengatakan
tidak pernah
berolahraga
Do :
- Pasien terlihat
mengeluarkan keringat
berlebih
- Pasien kooperatif
menjawab
08.20 1.2 Menanyakan obat rutin untuk Ds :
menurunkan kadar glukosa darah - Pasien mengatakan
memiliki obat acarbose
namun tidak rutin
Do :
- Pasien kooperatif
menjawab
08.30 1.15 Memonitor kadar glukosa darah Do :
sewaktu - Kadar GDS : 261 mg/ dL
09.00 3.1, 3.2; 3.5 Mengidentifikasi lokasi, Ds :
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, - Pasien mengeluh nyeri
intensitas nyeri dan skala nyeri pada - P : Nyeri menetap pada
pasien dan berikan teknik luka di kaki kiri
nonfarmakologis (teknik relaksasi nafas - Q : Nyeri seperti teriris
dalam) untuk mengurangi rasa nyeri - R : Nyeri menetap pada
luka kaki kiri
- T : Hilang timbul
Do :
- Pasien terlihat meringis
saat luka di pegang
- Skala nyeri 4
09.20 3.4; 3.15; 4.14 Memberikan analgetik Ds :
yaitu santagesik 3x1 secara IV, antibiotik - Pasien mengatakan
ceftriaxone 2x1 dan memonitor efek bersedia
samping penggunaan analgetik Do :
(santagesik) - Pasien terlihat nyaman
saat diberikan analgetik
- Memberikan santagesik
3x1
- Tidak ada tanda bahaya
alergi obat analgetik
- Memberikan ceftriaxone
2x1
9

Hari/ Waktu Implementasi Keperawatan Evaluasi


Tanggal
09.30 2.1 Memeriksa CRT dan suhu pasien Do :
- CRT > 2 detik
- Suhu 36.4̊ C
- Akral teraba dingin
- Kulit sedikit kering
09.55 6.1; 6.3 Melakukan kontrak waktu pada Ds :
pasien untuk pendidikan kesehatan - Pasien mengatakan
bersedia menerima
informasi
- Pasien mengatakan
belum mengetahui cara
tepat perawatan luka
pada kaki
Do :
- Pasien terlihat kooperatif
- Pasien terlihat bingung
- Menjadwalkan latihan
senam kaki diabetes
setiap pagi jam 10.30
10.00 4.1 Memonitor karakteristik luka seperti Ds :
kedalaman luka, adanya eksudat, - Pasien mengatakan
jaringan granulasi, infeksi pada luka terdapat luka pada kaki
kiri sejak 2 bulan lalu,
tidak sembuh
Do :
- Luas luka 20x5x3 cm
- Warna dasar luka kuning
- Warna kulit sekitar luka
kemerahan
- Tidak ada edema luka
- 15% luka terisi jaringan
granulasi
- Terdapat slough
10.15 5.1 Memonitor tanda-tanda infeksi seperti Ds :
adanya slough dan kemerahan pada - Pasien mengatakan
kulit di sekitar luka mengganti perban
dirumah setiap 1x sehari
- Pasien mengatakan luka
sering terkena air
Do :
- Terdapat slough pada
luka
- Warna dasar luka kuning
10.25 3.9 Mengajarkan strategi meredakan nyeri Ds :
dengan teknik relaksasi nafas dalam - Pasien mengatakan
paham cara mengurangi
rasa nyeri dengan teknik
relaksasi napas dalam
Do :
- Pasien dapat mengikuti
dengan baik teknik
relaksasi napas dalam
9

Hari/ Waktu Implementasi Keperawatan Evaluasi


Tanggal
10.50 2.2; 2.3; 4.3; 4.10; 5.7 Melakukan Ds :
perawatan luka, menjelaskan tanda gejala - Pasien mengatakan
infeksi, dan ajarkan cara memeriksa terdapat luka pada kaki
kondisi luka kiri
- Pasien mengatakan
paham menegnali tanda
gejala infeksi
Do :
- Pasien kooperatif
- Terdapat nanah (slough)
pada luka berwarna
kuning
- Warna dasar luka kuning
- Luas luka 20x5x3 cm
- Membersihkan luka
dengan NaCl
- Menutup kembali luka
dengan perban steril

12.00 1.8; 1.24 Menjelaskan tanda gejala Ds :


hipooglikemia, memberikan injeksi - Pasien mengatakan rasa
novorapid 8 ui secara subkutan lelah
- Pasien mengatakan
paham
Do :
- Pasien terlihat kooperatif
memperhatikan
- Memberikan injeksi
novorapid 8 ui
- Pasien terlihat gemetar
12.35 1.11Mengajarkan pengelolaan Ds :
hipoglikemia dengan karbohidrat - Pasien mengatakan
sederhana sederhana yaitu snack paham
tinggi kadar gula dan air gula Do :
- Pasien memperhatikan
dengan baik
13.00 5.2; 5.6 Membatasi jumlah pengunjung Ds :
dan mengajarkan cara mencuci tangan - Pasien mengatakan
dengan benar paham
Do :
- Pasien memperhatikan
dengan baik
14.25 1.21 Mengajarkan memonitor kadar Ds :
glukosa darah secara mandiri - Pasien mengatakan
paham
Do :
- Pasien terlihat kooperatif
15.00 2.5; 2.8 Menginformasikan pentingnya Ds :
minum obat pengontrol darah secara - Pasien mengatakan
mandiri dan berkolaborasi memberikan paham
amlodipine 1x5 mg per oral D0 :
- Pasien terlihat kooperatif
9

Hari/ Waktu Implementasi Keperawatan Evaluasi


Tanggal
15.20 1.16Memonitor intake dan ouput cairan Do :
dengan menanyakan jumlah asupan - Intake : 607
cairan dan urine yang tertampung di - Output : 627.5
kateter - BC : -20.5
- Warna urine : kuning
jernih
- Bau : khas amoniak
Rabu, 03 08.15 1.1; 1.14 Menanyakan keluhan rasa lelah Ds :
Mei 2023 pada pasien - Pasien mengatakan rasa
lelah menurun
- Pasien mengatakan rasa
ngantuk berkurang
Do :
- Pasien terlihat badan
gemetar menurun
08.45 1.15Memonitor kadar glukosa darah Do :
sewaktu - Kadar GDS : 235 mg/ dL
- Kadar GD2PP : 225 mg/
dL
09.00 3.1, 3.2 Mengidentifikasi lokasi, Ds :
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, - Pasien mengeluh nyeri
intensitas nyeri dan skala nyeri pada - P : Nyeri pada kaki kiri
pasien - Q : Nyeri seperti teriris
- R : Nyeri menetap pada
luka di kaki kiri
- T : hilang timbul
Do :
- Pasien terlihat meringis
- Skala nyeri 3
09.15 3.12 ;4.14Berkolaborasi memberikan Ds :
santagesik 3x1 dan ceftriaxone 2x1 - Pasien bersedia
Do :
- Pasien terlihat kooperatif
- Memberikan santagesik
3x1 per IV
- Memberikan ceftriaxone
2x1 per IV
09.20 2.1 Memeriksa CRT dan suhu tubuh pasien Do
- CRT < 2 detik
- Suhu 36.2̊ C
- akral teraba hangat
- kulit terhidrasi
10.15 5.8 Menjelaskan asupan nutrisi penting Ds :
bagi penyembuuhan luka - pasien mengatakan
paham
Do :
- pasien terlihat
koooperatif
memperhatikan materi
yang diberikan
9

Hari/ Waktu Implementasi Keperawatan Evaluasi


Tanggal
11.00 4.1; 4.2; 4.3; 4.12 Memonitor Ds :
karakteristik luka dengan melihat luas - Pasien mengatakan luka
luka, jaringan granulasi pada luka, dan pada kaki kiri
tanda infeksi pada luka, melakukan - - pasien mengatakan
perawatan luka, dan mengajarkan paham melakukan
perawatan luka secara mandiri perawatan luka secara
mandiri
Do :
- Pasien terlihat kooperatif
- Terdapat luka pada kaki
kiri
- Eksudat berkurang
- Tidak ada goa
- Luas luka 19x4x3 cm
- Warna dasar luka merah
segar
- Warna kemerahan kulit
disekitar luka cukup
berkurang
- Terdapat jaringan
granulasi pada luka
- Tidak ada edema
ekstremitas dan edema
luka
- Membersihkan luka
dengan cairan NaCl
- Menerapkan teknik
aseptic dalam
melakukan perawatan
luka

12.00 1.10; 1.18; 1.19; 1.24 Memberikan injeksi Ds :


novorapid 8 ui secara subkutan , - Pasien mengatakan rasa
menjelaskan interaksi antara diet, insulin/ lelah cukup menurun
agen oral, dan olahraga, memberikan - Pasien mengatakan
informasi mengenai penyakit diabetes paham
melitus, dan menjelaskan tanda gejala Do :
hiperglikemia - Pasien terlihat
koooperatif
memperhatikan materi
yang diberikan
- Pasien terlihat gemetar
cukup menurun
- Injeksi novorapid 8ui
13.00 3.8; 3.10; 3.11 Menjelaskan penyebab, Ds :
periode dan pemicu nyeri, mengajarkan - Pasien mengatakan
memonitor nyeri secara mandiri, dan paham
mengajarkan menggunakan analgetik Do :
dengan tepat - Pasien terlihat kooperatif
menjawab pertanyaan
- Pasien mampu
menjelaskan cara
memonitor nyeri
10

Hari/ Waktu Implementasi Keperawatan Evaluasi


Tanggal
14.30 2.8 Berkolaborasi memberikan Ds :
amlodipine 1x5 mg per oral - Pasien mengatakan
paham
Do :
- Pasien taat meminum
obat pengontrol tekanan
darah
14.55 Mengajarkan program diet untuk Ds :
memperbaiki sirkulasi - Pasien mengatakan
paham
Do :
- Pasien terlihat kooperatif
memperhatikan materi
15.00 1.16Memonitor intake dan ouput cairan Do :
dengan menanyakan jumlah asupan - Intake : 657
cairan dan melihat urine tamping - Output : 627.5
pasien - BC : +29.5
- Bau : khas keton
- Warna : kuning jernih

Kamis, 08.25 3.1, 3.2 Mengidentifikasi lokasi, Ds :


04 Mei karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, - Pasien mengeluh nyeri
2023 intensitas nyeri dan skala nyeri pada pada kaki kiri menurun
pasien - P : Nyeri pada luka di
kaki kiri
- Q : Nyeri seperti teriris
- R : Nyeri menetap pada
luka di kaki kiri
- T : Hilang Timbul
Do :
- Pasien terlihat meringis
menurun
- Skala nyeri 2
09.10 3.12;4.14 Berkolaborasi memberikan Ds :
santagesik 3x1 dan ceftriaxone 2x1 per IV - Pasien bersedia
Do :
- Pasien terlihat kooperatif
- Memberikan santagesik
3x1 dan ceftriaxone 2x1
per IV
10.00 1.12 Mengajarkan perawatan mandiri Ds :
untuk mencegah hipoglikemia - Pasien mengatakan
paham
Do :
- Pasien dapat
menjelaskan cara
mencegah hipoglikemia
10

Hari/ Waktu Implementasi Keperawatan Evaluasi


Tanggal
10.30 2.1 Memeriksa CRT dan suhu
Do :
- CRT < 2 detik
- Akral teraba hangat
- Suhu 36.1̊ C
- kulit terhidrasi

11.00 4.1;4.2; 4.3 Memeriksa keadaan luas luka, Ds :


jaringan granulasi pada luka, dan tanda - Pasien mengatakan luka
infeksi pada luka , melakukan perawatan pada kaki kiri
luka - Pasien mengatakan
sudah meningkatkan
asupan nutrisi serta
meminum vitamin untuk
penyembuhan luka
- Pasien mengatakan
paham melakukan
perawatan luka secara
mandiri
Do :
- Luas luka 18x4x2 cm
- Warna dasar luka merah
segar
- Tidak ada goa pada luka
- Tidak ada edema pada
luka
- Terdapat jaringan
granulasi pada luka
- Warna kulit kemerahan
di sekitar luka menurun
- Eksudat pada luka
menurun
- Slough pada luka
menurun
- Membersihkan luka
dengan larutan NaCl
- Luka bersih , tidak ada
eksudat
- Terdapat jaringan
granulasi pada luka
11.40 1.1; 1.15 Menanyakan keluhan utama Ds :
yang dirasakan pasien terkait kondisi - Pasien mengatakan rasa
pasien dan memonitor kadar glukosa lelah menurun
darah GDS dan GD2PP serta melihat hasil - Pasien mengatakan rasa
laboratorium terbaru ngantuk berkurang
- Pasien mengatakan
dapat memonitor kadar
glukosa darah secara
mandiri
Do :
- Pasien terlihat badan
gemetar menurun
10

Hari/ Waktu Implementasi Keperawatan Evaluasi


Tanggal
- Pasien dapat
menjelaskan tanda
hipoglikemia dengan
benar
- Kadar GDS : 200 mg/ dL
- Kadar GD2PP : 180 mg/
dL
- Kadar HbA1C : 9.6%
12.20 1.24 Berkolaborasi memberikan insulin Ds :
novorapid 3x8 ui secara subkutan - Pasien mengatakan
bersedia
Do :
- Memberikan injeksi
insulin 3x8 uui secara
subkutan

13.00 6.4 Mengevaluasi edukasi yang telah Ds :


diberikan dengan memberikan - Pasien mengatakan
pertanyaan bagaimana cara paham mengontrol
pengelolaan diabetes penyakit diabetes
melitus
Do :
- Pertanyaan pasien
terhadap penyakitnya
berkurang
- Pasien dapat melakukan
semua yang sudah
diajarkan secara mandiri
- Pasien mampu
menjawab kelima pilar
diabetes melitus
14.25 4.11 Menjelaskan makanan tinggi kalori Ds :
yang baik bagi penderita diabetes - Pasien mengatakan
paham
Do :
- Pasien mampu
menjelaskan makan
tinggi kalori dan protein
yang baik bagi penderita
diabetes
- Pasien terlihat
koooperatif
memperhatikan
15.00 Berkolaborasi memberikan amlodipine Ds :
1x5 mg per oral - Pasien mengatakan
bersedia
Do :
- Memberikan amlodipine
1x5 mg per oral
10

Hari/ Waktu Implementasi Keperawatan Evaluasi


Tanggal
15.40 1.16 Memonitor intake dan ouput cairan Do :
dengan menanyakan jumlah asupan cairan - Intake : 607
dan urin yang tertampung di kateter - Output : 577.5
- BC : +29.5
- Bau urine : khas keton
- Warna urine : kuning
jernih
5) Evaluasi Keperawatan

Tabel 4.7 Evaluasi Keperawatan Pada Pasien I (Tn. Man) dan Pasien II (Ny. Mas) dengan Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
Pasien 1 (Tn. Man) Pasien II (Ny. Mas)
Hari
Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil
Ke-
Hari (D.0027) Ketidakstabilan Kadar S: (D.0027) Ketidakstabilan Kadar S:
Ke - 1 Glukosa Darah berhubungan - Pasien mengatakan merasa Glukosa Darah berhubungan - Pasien mengatakan badan terasa
dengan resistensi insulin lelah dengan hiperinsulinema lelah cukup menurun
dibuktikan dengan kadar glukosa - Pasien mengatakan sudah dibuktikan dengan pasien terlihat - Pasien mengatakan rasa
darah tinggi mengurangi minuman yang gemetar ngantuk cukup berkurang
mengandung tinggi gula
- Pasien mengatakan buang air
kecil dari pagi hingga siang ,
frekuensi : 5x
- Pasien mengatakan rasa haus
cukup menurun O:
- Pasien terlihat gemetar cukup
O: menurun
- Pasien terlihat lesu - Pasien terlihat mengeluarkan
- Kadar GDS : 240 mg/ dL keringat sedikit berlebih
- Kadar GD2PP : 205 mg/ dL - Kadar GDS : 248 mg/ dL
- Pasien mengatakan paham - Kadar GD2PP : 220 mg/ dL
cara mengontrol diabetes - Warna urine : kuning jernih
melitus - Bau : Khas amoniak
- Warna urine : kuning jernih - Intake : 607
- Bau : khas amoniak - Output : 627.5
- Intake : 660 - BC : -20.5
- Output : 640.6
- BC : +19.4

10
Pasien 1 (Tn. Man) Pasien II (Ny. Mas)
Hari
Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil
Ke-
A : Kestabilan kadar glukosa darah A : Kestabilan kadar glukosa darah
(L.03022) meningkat, dengan (L.03022) meningkat, dengan
kriteria hasil : kriteria hasil :
- Lelah/ lesu sedang (3) - Lelah/ lesu cukup menurun (4)
- Rasa haus cukup menurun (4) - Gemetar cukup menurun (4)
- Kadar glukosa dalam darah - Berkeringat cukup menurun (4)
sedang (3) - Kadar glukosa darah sedang (3)

P : Lanjutkan intervensi P : Lanjutkan Intervensi


1.2 Monitor kadar glukosa darah 1.1 Identifikasi tanda dan gejala
1.3 Monitor tanda dan gejala hipoglikemia
hiperglikemia 1.10Jelaskan interaksi antara diet,
1.4 Monitor intake dan ouput cairan insulin/ agen oral, dan olahraga
1.9 Berikan edukasi mengenai diet 1.14 Identifikasi kemungkinan
1.13 Kolaborasi pemberian insulin penyebab hiperglikemia
Novorapid 3x8 ui 1.15 Monitor kadar glukosa darah
1.18 Jelaskan mengenai tanda dan 1.16Monitor intake dan ouput cairan
gejala hipoglikemia 1.18Berikan informasi mengenai
1.19 Ajarkan interaksi antara diet, penyakit diabetes mellitus
insulin/ agen oral, dan olahraga 1.19 Jelaskan mengenali tanda dan
1.21 Ajarkan perawatan mandiri gejala hiperglikemia
untuk mencegah hipoglikemia 1.24 Kolaborasi pemberian insulin
novorapid 3x8 ui

(D.0009) Perfusi Perifer Tidak S: (D.0009) Perfusi Perifer Tidak S:


Efektif berhubungan dengan - Pasien mengatakan rasa kram Efektif berhubungan dengan - Pasien mengatakan rasa lemas
hiperglikemia dibuktikan dengan otot pada kaki cukup berkurang penurunan konsentrasi - Pasien mengatakan sudah
akral teraba dingin - Pasien mengatakan paham hemoglobin dibuktikan dengan minum obat tekanan darah
cara melakukan akral teraba dingin
senam kaki
diabetes

10
Pasien 1 (Tn. Man) Pasien II (Ny. Mas)
Hari
Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil
Ke-
- Pasien mengatakan sudah
minum obat tekanan darah
O:
O: - TD : 138/ 80 mmHg
- TD : 128/ 80 mmHg - Akral teraba dingin
- Pasien dapat melakukan - CRT < 2 detik
senam kaki diabetes sesuai - Kulit sedikit kering
perintah - Tidak ada edema ekstremitas
- Pasien terlihat nyaman setelah - Tidak ada edema pada luka
melakukan senam kaki
diabetes
- Membuat jadwal senam kaki
diabetes setiap pagi pukul
09.00
- Akral teraba hangat
- CRT < 2 detik
- Kulit terhidrasi
- Tidak ada edema ekstremitas
A : Perfusi perifer (L.02011)
meningkat, dengan kriteria hasil :
A : Perfusi perifer (L.02011) - Penyembuhan luka sedang (3)
meningkat, dengan kriteria hasil : - Akral sedang (3)
- Kram otot cukup menurun (4) - Tekanan darah sistolik cukup
- Akral membaik (5) membaik (4)
- Tekanan darah sistolik cukup - Tekanan darah diastolik cukup
membaik (4) membaik (4)
- Tekanan darah diastolik cukup -
membaik (4)
P : Lanjutkan intervensi
P : Lanjutkan intervensi 2.1 Periksa sirkulasi perifer
2.1 Periksa sirkulasi perifer
2.6 Ajarkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi

10
Pasien 1 (Tn. Man) Pasien II (Ny. Mas)
Hari
Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil
Ke-
2.7 Informasikan tanda dan gejala 2.6 Ajarkan program diet untuk
darurat yang harus dilaporkan memperbaiki sirkulasi
2.16 Jelaskan frekuensi, durasi, 2.8 Kolaborasi pemberian
dan intensitas program amlodipine 1x5mg
latihan senam kaki diabetes
yang diinginkan
2.17 Ajarkan latihan pemanasan
dan pendinginan yang tepat
sebelum melakukan senam
kaki diabetes
2.18 Ajarkan teknik menghindari
cedera saat melakukan
senam kaki diabetes
(D.0018) Berat Badan Lebih S: (D.0077) Nyeri Akut S:
berhubungan dengan faktor - Pasien mengatakan bersedia Berhubungan dengan agen - Pasien mengeluh nyeri pada
keturunan (obesitas) dibuktikan mengikuti program diet untuk pencedera fisiologi (neuropati) kaki kiri
dengan IMT 25,4 Kg/ m3 menurunkan berat badan dibuktikan dengan pasien - P : Nyeri pada kaki kiri
- Pasien mengatakan harus mengeluh nyeri - Q : Nyeri seperti teriris
mengurangi makanan tinggi - R : Nyeri menetap pada luka
gula kaki kiri
- Pasien mengatakan mampu - T : Hilang timbul
mencatat berat badan setiap
hari
O: O:
- Pasien mengurangi makanan - Pasien terlihat meringis
yang tinggi gula - Pasien terlihat tidak nyaman
- Pasien kooperatif saat karena adanya luka pada kaki
diberikan informasi mengenai kiri
diet yang diberikan - S : Skala nyeri 4
- Porsi makan habis - Memberikan santagesik 3x1

10
Pasien 1 (Tn. Man) Pasien II (Ny. Mas)
Hari
Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil
Ke-
- Pasien menjalani diet rendah
gula dan garam A : Tingkat nyeri (L.08066)
- Jenis diet : bubur diabetes menurun, dengan kriteria hasil :
melitus rendah gula - Keluhan nyeri sedang (3)
- Kalori : 1700 Kkal - Meringis sedang (3)
- Berat badan : 64,3 Kg
- Tinggi badan : 160 cm P : Lanjutkan Intervensi
- IMT : 25,1 Kg m2 3.1 Identifikasi lokasi, karakteristik,
- Kategori obesitas durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
3.2 Identifikasi skala nyeri
A : Berat badan (L.03018) 3.8 Jelaskan penyebab, periode
membaik, dengan kriteria hasil : dan pemicu nyeri
- Berat badan cukup sedang (3) 3.10 Ajarkan memonitor nyeri secara
- Indeks massa tubuh sedang (3) mandiri
3.11 Ajarkan menggunakan
P : Lanjutkan intervensi analgetik secara tepat
3.2 Identifikasi kemajuan 3.12 Kolaborasi pemberian analgetik
modifikasi diet secara regular santagesik 3x1
3.6 Jelaskan program gizi bagi
penderita DM
3.9 Hitung berat badan ideal
3.11 Jelaskan hubungan antara
asupan makanan, aktivitas fisik,
penambahan berat badan dan
penurunan berat badan

(D.0111) Defisit Pengetahuan S: (D.0192) Gangguan Integritas S:


berhubungan dengan kurang - Pasien mengatakan bersedia Kulit/ Jaringan - Pasien mengatakan terdapat
terpapar informasi dibuktikan menerima informasi tentang luka pada kaki kiri
kesehatannya

10
Pasien 1 (Tn. Man) Pasien II (Ny. Mas)
Hari
Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil
Ke-
dengan perilaku tidak sesuai - Pasien mengatakan paham berhubungan dengan neuropati - Luka sejak 2 bulan yang lalu,
anjuran mengontrol diabetes melitus perifer dibuktikan dengan tidak sembuh
- Pasien bertanya mengenai kerusakan jaringan dan/atau kulit - Pasien mengatakan luka sering
makanan yang dapat terkena air
menurunkan gula darah - Pasien mengatakan kurang
paham mengobati luka pada
kaki kirinya
O:
- Pasien mampu menjawab O:
pertanyaan mengenai makanan - Luas luka 20x5x3 cm
yang harus di hindari oleh - Jaringan granulasi 15%
penderita diabetes melitus - Warna dasar luka merah
- Pertanyaan pasien cukup - Luka berbau
berkurang - Jumlah eksudat pada luka
berkurang
- Kemerahan pada kulit sekitar
luka cukup berkurang
A : Tingkat pengetahuan (L.12111) - Tidak terdapat edema luka
membaik, dengan kriteria hasil : - Skor bates Jensen 34
- Perilaku sesuai anjuran
meningkat (5)
A : Integritas kulit dan jaringan
- Pertanyaan tentang masalah
yang dihadapi cukup menurun (L.14125) meningkat, dengan
(4) kriteria hasil
- Kerusakan jaringan sedang (3)
P : Lanjutkan intervensi - Kerusakan lapisan kulit sedang
4.4 Berikan kesempatan untuk (3)
bertanya
4.5 Ajarkan pengelolaan diabetes
P : Lanjutkan Intervensi
4.1 Monitor karakteristik luka

10
Pasien 1 (Tn. Man) Pasien II (Ny. Mas)
Hari
Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil
Ke-
4.2 Monitor tanda-tanda infeksi
4.3 Lakukan perawatan luka
4.12 Ajarkan prosedur perawatan
luka secara mandiri
4.14Kolaborasi pemberian antibiotik
ceftriaxone 2x1

(D.0142) Risiko Infeksi S:


dibuktikan dengan luka diabetes - Pasien mengatakan mampu
melitus mengganti perban minimal 1x
sehari dengan cara yang benar
- Pasien mengatakan jarang
mengonsumsi ikan

O:
- Kemerahan pada kulit sekitar
luka cukup menurun
- Slough pada luka cukup
berkurang
- Kadar leukosit : 18.63 10^3/µL
- Pasien dan keluarga paham
tanda dan gejala infeksi pada
luka

A : Tingkat infeksi (L.14137)


menurun, dengan kriteria hasil :
- Kemerahan cukup menurun (4)
- Kadar sel darah putih sedang (3)

11
Pasien 1 (Tn. Man) Pasien II (Ny. Mas)
Hari
Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil
Ke-
P : Lanjutkan Intervensi
5.4 Pertahankan teknik aseptik pada
pasien berisiko tinggi
5.8 Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi

(D.0111) Defisit Pengetahuan S:


berhubungan dengan kurang - Pasien mengatakan kurang
terpapar informasi dibuktikan paham mengenai makanan yang
dengan perilaku tidak sesuai dianjurkan bagi penderita
anjuran diabetes melitus
- Pasien mengatakan ingin belajar
merawat luka diabetes dengan
benar

O:
- Keinginan belajar pasien
meningkat
- Pasien sangat kooperatif
menerima informasi

A : Tingkat pengetahuan (L.12111)


membaik, dengan kriteria hasil :
- Perilaku sesuai anjuran cukup
meningkat (4)
- Pertanyaan tentang masalah
yang dihadapi cukup menurun
(4)

11
Pasien 1 (Tn. Man) Pasien II (Ny. Mas)
Hari
Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil
Ke-
P : Lanjutkan Intervensi
6.4 Jekaskan faktor risiko yang
dapat mempengaruhi kesehatan

Hari (D.0027) Ketidakstabilan Kadar S: (D.0027) Ketidakstabilan Kadar S:


Ke – Glukosa Darah berhubungan - Pasien mengatakan merasa Glukosa Darah berhubungan - Pasien mengatakan badan terasa
2 dengan resistensi insulin lelah cukup menurun dengan hiperinsulinema lelah cukup menurun
dibuktikan dengan kadar glukosa - Pasien mengatakan mengganti dibuktikan dengan pasien terlihat - Pasien mengatakan mampu
darah tinggi gula dengan gula yang biasa gemetar mengontrol diabetes melitus
pasien konsumsi dengan gula secara mandiri
khusus diabetes - Pasien mengatakan mampu
- Pasien mengatakan buang air mengenali tanda dan gejala dari
kecil dari pagi hingga siang , hipoglikemia maupun
frekuensi : 4x hiperglikemia
- Pasien mengatakan rasa haus - Pasien mengatakan rasa
cukup menurun ngantuk berkurang

O:
O: - Pasien terlihat gemetar menurun
- Pasien terlihat lebih segar, lesu - Pasien terlihat mengeluarkan
menurun keringat menurun
- Kadar GDS : 200 mg/ dL - Pasien terlihat bertenaga
- Kadar GD2PP : 180 mg/ dL - Kadar GDS : 210 mg/ dL
- Pasien mengatakan paham - Kadar GD2PP : 199 mg/ dL
cara mengontrol diabetes - Pasien mampu memonitor kadar
melitus glukosa darah secara mandiri
- Pasien dapat memonitor kadar - Bau urine : khas amoniak
glukosa darah secara mandiri - Warna : kuning jernih
- Warna urine : kuning jernih - Intake : 657
- Bau : khas amoniak - Output : 627.5
- Intake : 610 - BC : +29.5
- Output : 640.6

11
Pasien 1 (Tn. Man) Pasien II (Ny. Mas)
Hari
Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil
Ke-
- BC : - 30.6

A : Kestabilan kadar glukosa darah


(L.03022) meningkat, dengan
A : Kestabilan kadar glukosa darah kriteria hasil :
(L.03022) meningkat , dengan - Lelah/ lesu cukup menurun (4)
kriteria hasil : - Gemetar menurun (5)
- Lelah/ lesu cukup menurun (4) - Berkeringat menurun (5)
- Rasa haus cukup menurun (4) - Kadar glukosa darah cukup
- Kadar glukosa dalam darah membaik (4)
cukup membaik (4)

P : Lanjutkan intervensi P : Lanjutkan Intervensi


1.1 Monitor kadar glukosa darah 1.1 Identifikasi tanda dan gejala
1.2 Monitor tanda dan gejala hipoglikemia
hiperglikemia 1.12Ajarkan perawatan mandiri
1.4 Monitor intake dan ouput cairan untuk mencegah hipoglikemia
1.11 Informasikan kepatuhan 1.15 Monitor kadar glukosa darah
terhadap diet dan olahraga 1.16 Monitor intake dan ouput cairan
1.13 Kolaborasi pemberian insulin 1.24 Kolaborasi pemberian insulin
Novorapid 3x8 ui novorapid 3x8 ui

(D.0009) Perfusi Perifer Tidak S: (D.0009) Perfusi Perifer Tidak S:


Efektif berhubungan dengan - Pasien mengatakan rasa kram Efektif berhubungan dengan - Pasien mengatakan rasa lemas
hiperglikemia dibuktikan dengan otot pada kaki cukup berkurang penurunan konsentrasi cukup berkurang
akral teraba dingin - Pasien mengatakan setiap pagi hemoglobin dibuktikan dengan - Pasien mengatakan sudah
dan sore selalu melakukan akral teraba dingin minum obat tekanan darah

11
Pasien 1 (Tn. Man) Pasien II (Ny. Mas)
Hari
Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil
Ke-
senam kaki diabetes dibantu O:
oleh istrinya - TD : 125/ 80 mmHg
- Pasien mengatakan sudah - Akral teraba hangat
minum obat tekanan darah - CRT < 2 detik
- Kulit sedikit kering
- Tidak ada edema ekstremitas
O: - Tidak ada edema pada luka
- TD : 120/ 60 mmHg
- Pasien dapat melakukan
senam kaki diabetes sesuai A : Perfusi perifer (L.02011)
perintah meningkat, dengan kriteria hasil :
- Melakukan senam kaki - Penyembuhan luka sedang (3)
diabetes jam 09.00 selama 15 - Akral membaik (5)
menit - Tekanan darah sistolik cukup
- Pasien terlihat nyaman setelah membaik (4)
melakukan senam kaki - Tekanan darah diastolik cukup
diabetes membaik (4)
- Pasien dapat menyebutkan
manfaat melakukan senam
kaki diabetes P : Lanjutkan intervensi
- Akral teraba hangat 2.1 Periksa sirkulasi perifer
- CRT < 2 detik 2.8 Kolaborasi pemberian
- Kulit terhidrasi amlodipine 1x5mg
- Tidak ada edema ekstremitas
A : Perfusi perifer (L.02011)
meningkat, dengan kriteria hasil :
- Kram otot cukup menurun (4)
- Akral membaik (5)
- Tekanan darah sistolik cukup
membaik (4)

11
Pasien 1 (Tn. Man) Pasien II (Ny. Mas)
Hari
Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil
Ke-
- Tekanan darah diastolik cukup
membaik (4)

P : Lanjutkan intervensi
2.1 Periksa sirkulasi perifer
2.4 Jelaskan manfaat berolahraga
rutin
2.5 Informasikan pentingnya
minum obat pengontrol tekanan
darah secara teratur
2.16 Jelaskan frekuensi, durasi, dan
intensitas program latihan
senam kaki diabetes yang
diinginkan

(D.0018) Berat Badan Lebih S: (D.0077) Nyeri Akut S:


berhubungan dengan faktor - Pasien mengatakan diet yang Berhubungan dengan agen - Pasien mengeluh nyeri pada
keturunan (obesitas) dibuktikan dianjurkan bermanfaat bagi pencedera fisiologi (neuropati) kaki kiri cukup menurun
dengan IMT 25,4 Kg/ m3 kesehatannya dibuktikan dengan pasien - P : Nyeri pada kaki kiri
- Pasien mengatakan sudah mengeluh nyeri - Q : Nyeri seperti teriris
mengganti gula dapur dengan - R : Nyeri menetap pada luka
gula khusus diabetes kaki kiri
- Pasien mengatakan sudah - T : Hilang timbul
mengetahui makanan yang - Pasien mengatakan mampu
dianjurkan bagi penderita melakukan teknik relaksasi
diabetes napas dalam secara mandiri
untuk mengurangi rasa nyeri
O:
- Pasien mengurangi makanan
yang tinggi gula O:

11
Pasien 1 (Tn. Man) Pasien II (Ny. Mas)
Hari
Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil
Ke-
- Pasien menjalani diet yang - Pasien terlihat meringis cukup
diberikan menurun
- Porsi makan habis 1 porsi - Pasien dapat mengatasi rasa
yang disediakan nyeri yang muncul pada kaki
- Pasien menjalani diet rendah kiri dengan teknik relaksasi
gula dan garam napas dalam
- Jenis diet : bubur diabetes - S : Skala nyeri 3
melitus rendah gula - Memberikan santagesik 3x1
- Jumlah kalori = 1700 Kkal
- BB : 64 Kg A : Tingkat nyeri (L08066) menurun,
- Tinggi badan = 160 cm dengan kriteria hasil :
- IMT : 25 - Keluhan nyeri cukup menurun
- Kategori : Overweight (4)
- Meringis cukup menurun (4)
A : Berat badan (L.03018)
membaik, dengan kriteria hasil : P : Lanjutkan Intervensi
- Berat badan cukup membaik 3.1 Identifikasi lokasi, karakteristik,
(4) durasi, frekuensi, kualitas,
- Indeks massa tubuh cukup intensitas nyeri
membaik (4) 3.2 Identifikasi skala nyeri
3.12Kolaborasi pemberian analgetik
P : Lanjutkan intervensi santagesik 3x1
3.3 Monitor nilai hemoglobin,
tekanan darah, dan kenaikan berat
badan
3.9 Hitung berat badan ideal
3.14 Ajarkan melakukan pencatatan
asupan makan, aktivitas fisik dan
perubahan berat badan

11
Pasien 1 (Tn. Man) Pasien II (Ny. Mas)
Hari
Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil
Ke-
(D.0111) Defisit Pengetahuan S: (D.0192) Gangguan Integritas S:
berhubungan dengan kurang - Pasien mengatakan paham Kulit/ Jaringan - Pasien mengatakan terdapat
terpapar informasi dibuktikan mengontrol diabetes melitus berhubungan dengan neuropati luka pada kaki kiri
dengan perilaku tidak sesuai - Pasien bertanya mengenai perifer dibuktikan dengan - Pasien mengatakan mulai
anjuran makanan yang dapat kerusakan jaringan dan/atau kulit paham cara merawat luka
menurunkan gula darah diabetes dengan cara yang tepat
- Pasien mengatakan ingin
mengganti menu makanan
yang sering dirinya makan O:
dengan makanan yang - Luas luka 18x4x3 cm
dianjurkan - Warna dasar luka merah
- Pasien mengatakan dapat - Kemerahan pada kulit sekitar
memonitor secara mandiri luka cukup berkurang
kadar glukosa darah - Tipe eksudat serosangueneous,
O: encer, berair, merah pucat atau
- Pasien mampu menjawab pink
pertanyaan mengenai - Jumlah eksudat sedikit
- Pasien mampu mengenali - Tidak terdapat edema luka
tanda dan gejala hiperglikemia - Terdapat jaringan granulasi 16%
- Pertanyaan pasien berkurang - Skor bates Jensen 30

A : Tingkat pengetahuan (L.12111) A : Integritas kulit dan jaringan


membaik, dengan kriteria hasil : (L.14125) meningkat, dengan
- Perilaku sesuai anjuran kriteria hasil :
meningkat (5) - Kerusakan jaringan cukup
- Pertanyaan tentang masalah menurun (4)
yang dihadapi menurun (5) - Kerusakan lapisan kulit cukup
P : Lanjutkan intervensi menurun (4)

11
Pasien 1 (Tn. Man) Pasien II (Ny. Mas)
Hari
Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil
Ke-
4.4 Berikan kesempatan untuk P : Lanjutkan Intervensi
bertanya 4.1 Monitor karakteristik luka
4.2 Monitor tanda-tanda infeksi
4.3 Melakukan perawatan luka
4.11 Jelaskan makanan tinggi kalori
dan protein
4.14Kolaborasi pemberian antibiotik
ceftriaxone 2x1

(D.0142) Risiko Infeksi S:


dibuktikan dengan luka diabetes - Pasien mengatakan mampu
melitus mengganti perban minimal 1x
sehari dengan cara yang benar
- Pasien mengatakan makan
makanan tinggi nutrisi

O:
- Kemerahan pada kulit sekitar
luka cukup menurun
- Slough pada luka berkurang
- Kadar leukosit : 13.5 10^3/µL
- Pasien dan keluarga mampu
membantu dalam perawatan
luka
- Pasien dan keluarga
melaksanakan cuci tangan
dengan benar

A : Tingkat infeksi (L.14137)


menurun, dengan kriteria hasil :
- Kemerahan cukup menurun (4)

11
Pasien 1 (Tn. Man) Pasien II (Ny. Mas)
Hari
Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil
Ke-
- Kadar sel darah putih sedang (3)

P : Lanjutkan Intervensi
5.4 Pertahankan teknik aseptik pada
pasien berisiko tinggi

(D.0111) Defisit Pengetahuan S:


berhubungan dengan kurang - Pasien mengatakan paham
terpapar informasi dibuktikan mengenai makanan yang
dengan perilaku tidak sesuai dianjurkan bagi penderita
anjuran diabetes melitus
- Pasien mengatakan paham cara
merawat luka diabetes dengan
tepat

O:
- Pasien dan keluarga bekerja
sama dalam merawat luka
diabetes
- Keinginan belajar pasien
meningkat
- Pasien sangat kooperatif
menerima informasi

A : Tingkat pengetahuan (L.12111)


membaik, dengan kriteria hasil :
- Perilaku sesuai anjuran
meningkat (4)
- Pertanyaan tentang masalah
yang dihadapi menurun (4)

11
Pasien 1 (Tn. Man) Pasien II (Ny. Mas)
Hari
Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil
Ke-
P : Lanjutkan Intervensi
6.4 Berikan kesempatan untuk
bertanya
Hari (D.0027) Ketidakstabilan Kadar S: (D.0027) Ketidakstabilan Kadar S:
Ke - 3 Glukosa Darah berhubungan - Pasien mengatakan rasa lelah Glukosa Darah berhubungan - Pasien mengatakan badan terasa
dengan resistensi insulin menurun dengan hiperinsulinema lelah menurun
dibuktikan dengan kadar glukosa - Pasien mengatakan sudah dibuktikan dengan pasien terlihat - Pasien mengatakan mampu
darah tinggi mengerti cara mengontrol gemetar mengontrol diabetes melitus
diabetes melitus dengan secara mandiri
makanan rendah gula dan rajin - Pasien mengatakan mampu
berolahraga memonitor kadar glukosa darah
- Pasien mengatakan buang air secara mandiri
kecil dari pagi hingga siang , - Pasien mengatakan mampu
frekuensi : 2x mengenali tanda dan gejala dari
- Pasien mengatakan rasa haus hipoglikemia maupun
menurun hiperglikemia
- Pasien mengatakan rasa
O: ngantuk berkurang
- Pasien terlihat lebih segar, lesu
menurun O:
- Kadar GDS : 170 mg/ dL - Pasien terlihat gemetar menurun
- Kadar GD2PP : 150 mg/ dL - Pasien terlihat mengeluarkan
- Pasien mampu mengenali keringat menurun
tanda dan gejala hiperglikemia - Kadar GDS : 185 mg/ dL
- Pasien dapat memonitor kadar - Kadar GD2PP : 160 mg/ dL
glukosa darah secara mandiri - Kadar HbA1C : 9.6%
- Warna urine : kuning jernih - Pasien dapat menjelaskan tanda
- Bau : khas amoniak dan gejala dari hipoglikemia
- Intake : 610 dan hiperglikemia
- Output : 690.6 - Bau urine ; khas amoniak
- BC : -80.6 - Warna urine : kuning jernih

12
Pasien 1 (Tn. Man) Pasien II (Ny. Mas)
Hari
Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil
Ke-
- Intake : 607
- Output : 577.5
A : Kestabilan kadar glukosa darah - BC : +29.5
(L.03022) meningkat, dengan
kriteria hasil :
- Lelah/ lesu menurun (5) A : Kestabilan kadar glukosa darah
- Rasa haus menurun (5) (L.03022) meningkat, dengan
- Kadar glukosa dalam darah kriteria hasil :
membaik (5) - Lelah/ lesu menurun (5)
- Gemetar menurun (5)
P : Lanjutkan intervensi - Berkeringat menurun (5)
1.7 Anjurkan menghindari olahraga - Kadar glukosa darah membaik
saat kadar glukosa darah lebih (5)
dari 250 mg/ dL
1.8 Anjurkan monitor kadar
glukosa darah secara mandiri P : Lanjutkan intervensi
1.9 Anjurkan kepatuhan terhadap 1.15 Monitor kadar glukosa darah
diet dan olahraga 1.16 Monitor intake dan ouput cairan
1.23 Informasikan pentingnya
kepatuhan terhadap diet dan
olahraga
1.24 Kolaborasi pemberian insulin
novorapid 3x8 ui
(D.0009) Perfusi Perifer Tidak S: (D.0009) Perfusi Perifer Tidak S:
Efektif berhubungan dengan - Pasien mengatakan rasa kram Efektif berhubungan dengan - Pasien mengatakan rasa lemas
hiperglikemia dibuktikan dengan otot pada kaki hilang penurunan konsentrasi berkurang
akral teraba dingin - Pasien mengatakan setiap pagi hemoglobin dibuktikan dengan - Pasien mengatakan sudah
dan sore rutin melakukan akral teraba dingin minum obat tekanan darah
senam kaki diabetes dibantu
oleh istrinya
- Pasien mengatakan sudah O:
minum obat tekanan darah - TD : 122/ 70 mmHg

12
Pasien 1 (Tn. Man) Pasien II (Ny. Mas)
Hari
Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil
Ke-
- Pasien mengatakan akan - CRT < 2 detik
melakukan senam kaki - Kulit sedikit kering
diabetes setiap hari setelah - Tidak ada edema ekstremitas
keluar dari rumah sakit - Tidak ada edema pada luka
- Kadar Hb : 12.2 gr/dL

O:
- TD : 125 / 70 mmHg A : Perfusi perifer (L.020111)
- Pasien dapat melakukan meningkat, dengan kriteria hasil :
senam kaki diabetes secara - Penyembuhan luka cukup
mandiri tanpa instruktur meningkat (4)
- Pasien dapat melakukan - Akral membaik (5)
pemanasan dan pendingan - Tekanan darah sistolik cukup
secara mandiri membaik (4)
- Melakukan senam kaki - Tekanan darah diastolik cukup
diabetes jam 09.20 selama 15 membaik (4)
menit
- Pasien terlihat nyaman setelah P : Lanjutkan intervensi
melakukan senam kaki 2.1 Periksa sirkulasi perifer
diabetes 2.5 Informasikan pentingnya
- Akral teraba hangat minum obat pengontrol tekanan
- CRT < 2 detik darah secara teratur
- Kulit terhidrasi 2.7 Informasikan tanda dan gejala
- Tidak ada edema ekstremitas darurat yang harus dilaporkan
- Kadar Hb : 13 gr/ dL 2.8 Kolaborasi pemberian
amlodipine 1x5mg

12
Pasien 1 (Tn. Man) Pasien II (Ny. Mas)
Hari
Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil
Ke-
A : Perfusi perifer (L.020111)
meningkat, dengan kriteria hasil :
- Kram otot menurun (5)
- Akral membaik (5)
- Tekanan darah sistolik cukup
membaik (4)
- Tekanan darah diastolik cukup
membaik (4)

P : Lanjutkan intervensi
2.1 Periksa sirkulasi perifer
2.5 Anjurkan berolahraga rutin
2.6 Anjurkan minum obat
pengontrol tekanan darah
secara teratur

(D.0018) Berat Badan Lebih S: (D.0077) Nyeri Akut S:


berhubungan dengan faktor - Pasien mengatakan diet yang Berhubungan dengan agen - Pasien mengeluh nyeri pada
keturunan (obesitas) dibuktikan dianjurkan akan diterapkan pencedera fisiologi (neuropati) kaki kiri cukup menurun
dengan IMT 25,4 Kg/ m3 saat dirumah dibuktikan dengan pasien - P : Nyeri pada kaki kiri
- Pasien mengatakan sudah mengeluh nyeri - Q : Nyeri seperti teriris
mengganti gula dapur dengan - R : Nyeri menetap pada luka
gula khusus diabetes dan buah kaki kiri
- Pasien mengatakan sudah - T : Hilang timbul
mengetahui makanan yang - Pasien mengatakan mampu
dianjurkan bagi penderita memonitor nyeri secara mandiri
diabetes - Pasien mengatakan dapat
melakukan teknik relaksasi
O:

12
Pasien 1 (Tn. Man) Pasien II (Ny. Mas)
Hari
Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil
Ke-
- Pasien dapat mengurangi napas dalam secara mandiri
makanan yang tinggi gula untuk mengurangi rasa nyeri
- Pasien menjalani diet yang - Pasien mengatakan teknik
diberikan nonfarmakologis untuk
- Porsi makan habis 1 porsi mengatasi rasa nyeri dengan
yang disediakan bershalawat
- Pasien menjalani diet rendah
gula dan garam
- Jenis diet : bubur diabetes O:
melitus rendah gula - Pasien terlihat meringis
- Kalori = 1700 Kkal menurun
- Berat badan awal pengkajian : - Pasien dapat melakukan strategi
65 Kg teknik relaksasi napas dalam
- Berat badan sekarang : 63,5 Kg tanpa instruktur
- Tinggi badan : 160 cm - S : Skala nyeri 2
- IMT : 24, 8 Kg m2
- Kategori : Overweight
- Kadar Hb : 13 gr/dL A : Tingkat nyeri (L.08066)
menurun, dengan kriteria hasil :
A : Berat badan (L.03018) - Keluhan nyeri cukup menurun
membaik, dengan kriteria hasil : (4)
- Berat badan cukup membaik (4) - Meringis menurun (5)
- Indeks massa tubuh cukup
membaik (4)
P : Lanjutkan intervensi
3.1 Identifikasi lokasi, karakteristik,
P : Lanjutkan intervensi durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
3.6 Jelaskan program gizi bagi nyeri
penderita DM 3.2 Identifikasi skala nyeri
3.9 Hitung berat badan ideal 3.10 Ajarkan memonitor nyeri
secara mandiri

12
Pasien 1 (Tn. Man) Pasien II (Ny. Mas)
Hari
Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil
Ke-
3.14 Ajarkan melakukan pencatatan
asupan makan, aktivitas fisik dan
perubahan berat badan

(D.0111) Defisit Pengetahuan S: (D.0192) Gangguan Integritas S:


berhubungan dengan kurang - Pasien mengatakan paham Kulit/ Jaringan - Pasien mengatakan luka pada
terpapar informasi dibuktikan mengontrol diabetes melitus berhubungan dengan neuropati kaki kiri mengalami
dengan perilaku tidak sesuai - Pasien dapat melakukan perifer dibuktikan dengan perkembangan yang cukup baik
anjuran senam kaki diabetes secara kerusakan jaringan dan/atau kulit - Pasien mengatakan mampu
mandiri melakukan perawatan luka pada
- Pasien mengatakan dapat kaki kirinya secara mandiri
memonitor secara mandiri - Pasien mengatakan mengganti
kadar glukosa darah perban secara mandiri bila
- Pasien mengatakan dapat dirasa luka terkena air dan
menjalankan diet yang terasa basah
dianjurkan
O:
O: - Tidak terdapat Slough pada luka
- Pasien mampu menjawab - Kemerahan pada kulit sekitar
pertanyaan mengenai diabetes luka berkurang
melitus - Tidak ada eksudat
- Pasien mampu mengenali - Tidak terdapat edema luka
tanda dan gejala hiperglikemia - Terdapat jaringan granulasi 17%
- Pertanyaan pasien berkurang - Luas luka menjadi 16x3x2 cm
- Pengetahuan pasien tentang - Warna dasar luka merah
diabestes melitus sudah - Pasien dan keluarga mampu
meningkat melakukan perawatan luka
secara mandiri
- Skor bates Jensen 26

12
Pasien 1 (Tn. Man) Pasien II (Ny. Mas)
Hari
Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil
Ke-
A : Tingkat pengetahuan (L.12111) A : Integritas kulit dan jaringan
membaik, dengan kriteria hasil : (L.14125) meningkat, dengan
- Perilaku sesuai anjuran kriteria hasil :
meningkat (5) - Kerusakan jaringan cukup
- Pertanyaan tentang masalah menurun (4)
yang dihadapi menurun (5) - Kerusakan lapisan kulit cukup
menurun (4)
P : Lanjutkan intervensi
4.7 Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk meningkatkan P : Lanjutkan Intervensi secara
perilaku hidup bersih dan sehat mandiri
4.1 Monitor karakteristik luka
4.2 Monitor tanda-tanda infeksi
pada luka
4.3 Lakukan perawatan luka
4.10 Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
4.11 Jelaskan makanan tinggi kalori
dan protein
(D.0142) Risiko Infeksi S:
dibuktikan dengan luka diabetes - Pasien mengatakan mampu
melitus mengganti perban minimal 1x
sehari dengan cara yang benar
- Pasien mengatakan makan
makanan tinggi nutrisi
- Pasien mengatakan menambah
suplemen vitamin untuk
penyembuhan luka agar lebih
cepat

O:

12
Pasien 1 (Tn. Man) Pasien II (Ny. Mas)
Hari
Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil
Ke-
- Kemerahan pada kulit sekitar
luka cukup menurun
- Tidak ada eksudat pada luka
- Kadar leukosit : 10.2 10^3/µL
- Pasien dan keluarga mampu
membantu dalam perawatan
luka
- Pasien dan keluarga selalu
melaksanakan cuci tangan
sebelum menyentuh bagian kaki
yang terluka
- Pasien dan keluar dapat
membedakan tanda luka yang
terinfeksi

A : Tingkat infeksi (L.14137)


menurun, dengan kriteria hasil :
- Kemerahan cukup menurun (4)
- Kadar sel darah putih cukup
membaik (4)

P : Lanjutkan intervensi
5.1 Monitor tanda dan gejala infeksi
lokal dan sistemik
5.4 Pertahankan teknik aseptik
pada pasien berisiko tinggi

(D.0111) Defisit Pengetahuan S:


berhubungan dengan kurang - Pasien mengatakan paham
terpapar informasi dibuktikan mengenai cara mengontrol
diabetes melitus

12
Pasien 1 (Tn. Man) Pasien II (Ny. Mas)
Hari
Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil Diagnosis Keperawatan Evaluasi Hasil
Ke-
dengan perilaku tidak sesuai - Pasien mengatakan paham cara
anjuran merawat luka diabetes dengan
tepat

O:
- Pasien dan keluarga mampu
mengenali penyakit diabetes
melitus
- Pasien mampu
mempertahankan informasi
yang diberikan untuk
kesehatannya

A : Tingkat pengetahuan (L.12111)


membaik, dengan kriteria hasil :
- Perilaku sesuai anjuran
meningkat (5)
- Pertanyaan tentang masalah
yang dihadapi menurun (5)

P : Lanjutkan intervensi
6.5 Ajarkan 5 pilar pengelolaan
diabetes melitus

12
1

4.2 Pembahasan

4.2.1 Ketidakstabilan kadar glukosa darah (D.0027) berhubungan dengan

resistensi insulin

Hasil pengkajian pada kedua pasien dengan diagnosa diabetes

melitus tipe 2 menunjukkan adanya ketidakstabilan kadar glukosa

darah. Pada pasien I terjadi hiperglikemia, dimana GDS pasien I = 287

mg/ dL, kadar HbA1C = 9%, disertai dengan keluhan badan terasa

lelah, kaki kram dan mati rasa, sering buang air kecil di malam hari

lebih dari 10 kali, sering merasa haus, didapatkan juga pola hidup yang

tidak sehat yaitu sering mengonsumsi makanan dan minuman tinggi

gula, dan pasien (Tn. Man) hanya berolahraga 1x dalam seminggu.

Sedangkan pada pasien II terjadi hipoglikemia dimana GDS pasien II =

70 mg/ dL , disertai dengan keluhan badan terasa gemetar, sering

merasa lapar, sering mengantuk, mengeluarkan keringat berlebih, dan

pasien II mengatakan hipoglikemia terjadi setelah pemberian insulin.

Ketidakstabilan kadar glukosa darah terjadi akibat adanya

resistensi insulin yang mendahului terjadinya penurunan produksi

insulin. Faktor pemicu resistensi insulin adalah kegemukan, kurang

aktivitas fisik, dan terlalu banyak makan dengan gizi yang tidak

seimbang. Hiperglikemia pada pasien diabetes melitus merupakan efek

umum dari diabetes yang tidak terkontrol yang menyebabkan kerusakan

serius pada banyak sistem tubuh. Pola makan tidak sehat menyebabkan

ketidakseimbangan antara karbohidrat dan kandungan lain yang


1

dibutuhkan oleh tubuh. Akibatnya kandungan gula di dalam tubuh

menjadi tinggi melebihi kapasitas kerja pankreas dan berakibat

terjadinya diabetes melitus (Murtiningsih et al., 2021).

Kenaikan kadar glukosa darah yang tidak terkontrol karena

jumlah kalori yang tidak mencukupi tubuh mengakibatkan pasien

dengan diabetes melitus sering merasa lapar tanpa melihat jadwal,

jumlah, dan jenis makanan. Bila dibiarkan secara tidak sadar pasien

sudah mengonsumsi makanan yang melebihi jumlah kalori perhari dan

mengakibatkan diabetes melitus tipe 2. Selain itu keluhan sering buang

air kecil pada malam hari juga diakibatkan karena adanya glukosa di

dalam urin (glukosuria) yang dapat terjadi apabila kadar glukosa darah

melebih batas. Sehingga, ginjal akan mengalami kelebihan kapasitas

dalam mereabsorpsi glukosa. Ginjal akan membuang air tambahan

untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang. Karena ginjal

menghasilkan air kemih dalam jumlah yang berlebihan, maka penderita

akan sering buang air keci khususnya pada malam hari (Wahdi et al.,

2022).

Kondisi hipoglikemia pada pasien diabetes melitus diakibatkan

karena menurunnya kadar gula dalam darah yang biasanya disebabkan

oleh kelebihan pemakaian dosis obat, faktor usia lanjut dan ketidak

teraturan penderita dalam hal mengkonsumsi makanan sehabis

pemakaian obat (Shufyani et al., 2017).


13

Penatalaksanaan yang dapat diberikan yiatu dengan edukasi

mengenai 5 pilar pengelolaan diabetes melitus yaitu mengenal tanda

dan gejala hiperglikemia maupun hipoglikemia, cara pemantauan

glukosa darah dan pemahaman hasil glukosa darah atau urin mandiri,

pentingnya latihan jasmani secara teratur, pentingnya perawatan kaki,

dan cara menggunakan fasilitas perawatan kesehatan. Serta aktivitas

fisik seperti kegiatan sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur yang

dilakukan 3- 4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit merupakan

salah satu langkah dalam pengelolaan diabetes melitus tipe 2 (Perkeni,

2021).

Menurut asumsi penulis, penyebab terjadinya ketidakstabilan

kadar glukosa darah pada kedua pasien adalah karena adanya resistensi

insulin. Bahwa, kebiasaan pola hidup tidak sehat dari kedua pasien

dapat meningkatkan risiko terjadinya diabetes melitus tipe 2. Untuk

mengatasi ketidakstabilan kadar glukosa darah pada kedua pasien,

dilakukan pemberian terapi insulin sesuai dengan resep dokter. Kedua

pasien diberikan insulin novorapid dengan dosis 3x8ui. Novorapid

adalah jenis insulin rapid acting tunggal yang mengandung insulin

aspart. Novorapid ini cara kerjanya lebih cepat diabsorpsi, namun

membuat pemakainya mengalami hipoglikemia jika pemberian dosis

tidak tepat dan setelah pemberiannya diwajibkan untuk makan.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari yaitu

pada pasien I dilakukan memonitor kadar glukosa darah, memonitor

tanda dan gejala hiperglikemia, dan mengajarkan cara pengelolaan

diabetes. Pada
13

pasien II dilakukan memonitor kadar glukosa darah, memonitor tanda

dan gejala hipoglikemia, dan mengajarkan cara pengelolaan diabetes

serta mengajarkan cara pemberian obat yang tepat dan sesuai dosis.

Kemudian, diberikan terapi insulin selama 3 hari pada kedua pasien.

Hasil evaluasi tindakan keperawatan pada pasien I (Tn. Man) dengan

masalah keperawatan ketidakstabilan kadar glukosa darah adalah

kestabilan kadar glukosa darah meningkat ditandai dengan kadar GDS :

170 mg/ dL dan kadar GD2PP : 150 mg/ dL. Pasien mengatakan rasa

lelah menurun, rasa haus menurun, serta pasien dapat melakukan

pengelolaan diabetes melitus. Sedangkan hasil evaluasi pada pasien II

(Ny. Mas) dengan masalah keperawatan ketidakstabilan kadarglukosa

darah yaitu kestabilan kadar glukosa darah meningkat ditandai dengan

kadar GDS : 185 mg/ dL dan kadar GD2PP : 160 mg/ dL, pasien

mengatakan keluhan rasa lelah/ lesu menurun, rasa badan gemetar

menurun, dan pasien sudah tidak mengeluarkan keringat yang berlebih.

Serta pasien dan keluarga mampu memberikan obat diabetes melitus

dengan benar dan tepat dosis.

4.2.2 Perfusi perifer tidak efektif (D.0009) berhubungan dengan


hiperglikemia

Hasil pengkajian pada pasien I (Tn. Man) dan pasien II (Ny.

Mas) didapatkan adanya masalah keperawatan perfusi perifer tidak

efektif. Adanya masalah keperawatan tersebut ditandai dengan pasien

mengatakan kaki kram dan mati rasa, akral teraba dingin, kadar glukosa

darah sewaktu 287 mg/ dL dan kadar hemoglobin 11.5 g/ dL.

Sedangkan
13

pada pasien II ditandai dengan kadar glukosa darah sewaktu pada hari

kedua 235 mg/ dL, kadar hemoglobin 7.5 g/ dL, akral teraba dingin, dan

penyembuhan luka yang lambat.

Secara fisiologis fungsi hemoglobin adalah mengikat oksigen,

sehingga kebutuhan oksigen ke sel dan jaringan terpenuhi secara

adekuat. Pada kondisi pasien I dan pasien II kadar hemoglobin yang

rendah dapat menyebabkan gangguan perfusi yang ditandai dengan

CRT yang lambat, ekstremitas dingin, serta gangguan perbaikan luka

(Ratnasari, 2014).

Luka diabetik pada pasien II merupakan akibat lanjut dari

neuropati perifer. Proses perbaikan ulkus dipengaruhi oleh sirkulasi ke

area ulkus. Gangguan sirkulasi menyebabkan suplai oksigen dan nutrisi

ke area ulkus terganggu, sehingga menghambat proses perbaikan ulkus.

Sirkulasi pada pasien diabetes melitus dipengaruhi oleh usia, lamanya

sakit diabetes melitus, kadar gula darah, hemoglobin dan albumin.

Perfusi perifer tidak hanya mempengaruhi difusi oksigen dan nutrisi,

tetapi berpengaruh juga terhadap pengiriman antibiotik ke lokasi ulkus,

sehingga dapat menekan pertumbuhan bakteri penyebab infeksi yang

ditandai dengan jumlah dan tipe eksudat (Wijayanti & Warsono, 2022).

Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada pasien I yaitu

dengan melakukan senam kaki yang diberikan selama 3 hari, pasien

tetap diperbolehkan melakukan diit dan mengkonsumsi obat pengontrol

gula darah. Senam kaki dilakukan pagi dan sore hari. Senam kaki

dilakukan
13

selama 15 menit selama 2 kali dalam sehari, setelah melaksanan senam

kaki, mereka merasa lebih segar dan merasakan badan lebih fit serta

rasa kesemutan dikaki berkurang. Latihan jasmani yang dianjurkan

berupa jasmani yang bersifat aerobik seperti jalan kaki, bersepeda

santai, jogging, dan berenang (Perkeni, 2021).

Senam kaki dapat mempengaruhi penurunan kadar glukosa

darah karena senam kaki melalui kegiatan atau latihan gerakan yang

dilakukan oleh pasien diabetes melitus membantu melancarkan

peredaran darah bagian kaki, memperbaiki sirkulasi darah dan

memperkuat otot-otot dan mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki

(Nuraeni & Arjita, 2019).

Mekanisme perubahan (penurunan) kadar glukosa darah setelah

melakukan senam kaki disebabkan oleh perubahan metabolik yang

dipengaruhi oleh lama latihan, berat latihan, tingkatan kadar insulin

plasma, kadar gula darah, kadar keton, dan imbangan cairan tubuh.

Pada saat senam kaki tubuh memerlukan energi, sehingga pada otot

yang terjadinya tidak aktif menjadi aktif, karena terjadi peningkatan

kebutuhan glukosa. Kepekaan ini akan berlangsung lama, bahkan

hingga latihan telah berakhir. Pada latihan jasmani akan terjadi

peningkatan sirkulasi darah dalam tubuh.

Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien I dan II yaitu

dengan melakukan perawatan kaki (foot care). Perawatan kaki dapat

dilakukan dengan mudah seperti melakukan pemeriksaan kaki, menjaga

kebersihan kaki, menggunakan pelembab, memotong kuku, dan


13

pencegahan cidera pada kaki. Manfaat dilakukannya perawatan kaki

adalah membuat pasien merasa nyaman dan rileks, mengurangi stress,

mencegah kontraktur, membangun kekuatan otot serta melancarkan

peredaran darah sehingga aliran darah ke jantung dan seluruh tubuh

menjadi lancar, terutama pada peredaran darah di kaki.

Menurut asumsi penulis, gangguan perfusi perifer yang

berkepanjangan menyebabkan kematian saraf (neuropati) pada kaki

penderita diabetes melitus, sehingga menyebabkan sensasi peraba

menurun dan atau hilang. Sebagian besar penderita diabetes yang

mengalami penurunan atau bahkan hilang sensasi perabanya tidak sadar

bahwa kakinya telah terluka dan menimbulkan terjadinya ulkus. Jadi,

terdapat hubungan yang cukup erat antara lama seseorang menderita

diabetes melitus dengan tingkat resiko terjadinya komplikasi diabetes

melitus salah satunya berupa gangguan perfusi jaringan perifer kaki

hingga menimbulkan ulkus diabetik.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari berupa

memeriksa sirkulasi perifer, melakukan perawatan kaki dan kuku,

mengedukasi kepada pasien agar rutin mengonsumsi obat tekanan

darah, mengajarkan latihan fisik yaitu senam kaki diabetes, dan

mengajarkan teknik menghindari cedera saat berolahraga. Hasil

evaluasi yang didapatkan pada masalah keperawatan perfusi perifer

tidak efektif yaitu pada pasien I perfusi perifer meningkat ditandai

dengan pasien mengatakan keluhan kram kaki menurun, akral teraba

hangat, kadar
13

hemoglobin 13 gr/ dL, CRT < 2 detik, tekanan darah 125/ 70 mmHg.

Sedangkan pada pasien II perfusi perifer meningkat ditandai dengan

proses penyembuhan luka membaik, kadar hemoglobin 12.2 g/ dL,

CRT

< 2 detik, akral teraba hangat, dan tekanan darah 122/ 70 mmHg.

4.2.3 Nyeri akut (D.0077) berhubungan dengan agen pencedera fisiologis

(neuropati)

Hasil pengkajian pada pasien II (Ny. Mas) dengan diagnosa

diabetes melitus tipe 2 menunjukkan adanya masalah keperawatan nyeri

akut yang ditandai dengan adanya keluhan nyeri karena luka pada kaki

kiri sejak 2 bulan lalu tidak kunjung sembuh, nyeri terasa seperti teriris,

nyeri menetap pada kaki kiri saja, nyeri hilang timbul, serta pasien

terlihat meringis, memegangi kaki kiri dan skala nyeri 4.

Nyeri akut merupakan respon normal fisiologis akibat adanya

kerusakan jaringan, namun dapat menimbulkan gangguan fisik,

psikologis, maupun emosional dan tanpa manajemen yang adekuat

dapat berkembang menjadi nyeri kronik. Nyeri akut berlangsung dari

beberapa hari sampai beberapa minggu (Tanra, 2020).

Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien II terhadap masalah

keperawatan yaitu nyeri akut adalah dengan tindakan farmakologis dan

nonfarmakologis. Untuk farmakologis diberikan analgetik sesusi

dengan resep dokter. Nyeri merupakan sensasi tidak menyenangkan

pada tubuh dan dapat ditangani dengan pemberian obat anti nyeri atau

analgetik. Analgetik adalah obat yang digunakan untuk mengurangi

atau
13

menghilangkan rasa sakit atau obat-obat penghilang nyeri tanpa

menghilangkan kesadaran (Kesehatan et al., 2019).

Penatalaksanaan nonfarmakologis adalah dengan memberikan

teknik relaksasi napas dalam. Teknik relaksasi napas dalam yaitu usaha

menarik nafas dalam untuk meringankan rasa nyeri, insomnia, dan

mengurangi ansietas. Pemberian teknik relaksasi napas dalam pada

pasien akan menurunkan ketegangan sehingga mencapai keadaan rileks,

dapat memusatkan perhatian pada teknik pernapasan, dan

mengencangkan serta mengendurkan kumpulan otot secara bergantian

sehingga dapat mengurangi rasa nyeri pada pasien diabetes melitus

dengan luka (Hidayat & Ekaputri, 2019).

Menurut asumsi penulis, nyeri pada pasien dengan luka diabetik

muncul karena adanya luka yang menyebabkan rasa nyeri, dibuktikan

dengan tanda dan gejala luka diabetik yang muncul pada kaki pasien II

(Ny. Mas). Nyeri akan muncul sebagai reaksi ketidaknyamanan yang

dirasakan oleh tubuh.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari berupa

mengidentifikasi (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,

intensitas nyeri), mengidentifikasi skala nyeri, mengajarkan teknik

nonfarmakologis untuk meredakan nyeri dengan teknik relaksasi napas

dalam, menganjurkan memonitor nyeri secara mandiri, dan

berkolaborasi pemberian analgetik. Hasil evaluasi dari masalah

keperawatan nyeri akut yaitu tingkat nyeri menurun dengan keluhan


13

nyeri menurun dengan skala nyeri 2, dan pasien terlihat meringis

menurun.

4.2.4 Berat Badan Lebih (D.0018) berhubungan dengan faktor keturunan

(obesitas) dibuktikan dengan IMT 25,4 Kg/ m3

Hasil pengkajian didapatkan pada pasien I (Tn. Man) adanya

masalah keperawatan berat badan berlebih yang ditandai dengan berat

badan pasien adalah 65 Kg dan Indeks massa tubuh yaitu 25,4 Kg/ m3.

Pasien termasuk dalam kategori obesitas.

Masalah keperawatan pada pasien I yaitu berat badan berlebih.

Seseorang yang mengalami kelebihan berat badan, kadar leptin dalam

tubuh akan meningkat. Leptin adalah hormone yang berhubungan

dengan gen obesitas. Laptin berperan dalam hipotalamuss untuk

mengatur tingkat lemak tubuh, kemampuan untuk membakar lemak

menjadi energi, dan rasa kenyang. Kadar leptin dalam plasma

meningkat dengan meningkatnya berat badan. Leptin bekerja pada

sistem saraf perifer dan pusat. Peran leptin terhadap terjadinya

resistensi yaitu leptin menghambat forforilasi insulin receptor substrate-

1 (IRS) yang akibatnya dapat menghambat ambilan glukosa. Sehingga

mengalami peningkatan kadar gula dalam darah (Adnan et al., 2013).

Penatalaksanaan terhadap masalah keperawatan yaitu

melakukan diet sesuai dengan anjuran ahli gizi. Diet diabetes melitus

adalah pengaturan makanan yang diberikan kepada penderita penyakit

diabetes melitus tipe 2, dimana diet yang dianjurkan adalah tepat

jumlah kalori
13

yang dikonsumsi dalam sehari, tepat jadwal makan yaitu 3 kali

makanan utama dan 3 kali makanan selingan (Perkeni, 2021). Tujuan

diet penyakit diabetes melitus adalah membantu pasien memperbaiki

kebiasaan makan mendapatkan kontrol metabolik yang lebih

baik. Interaksi diet mempengaruhi pola

lemak tubuh yang memiliki peranan yang sangat signifikan dalam

menentukan sensitivitas insulin. Modifikasi diet dapat dilakukan

dengan menghindari asupan kalori yang berlebihan dan diet tinggi

lemak dengan mengonsumsi karbohidrat kompleks, buah, dan sayur-

sayuran (Darmawan et al., 2019). Pemilihan diet dilakukan dengan

berkolaborasi bersama ahli gizi di rumah sakit. Diet yang diberikan

yaitu diet bubur diabetes melitus rendah gula dengan jumlah kalori

1700 Kkal.

Selain itu, aktivitas fisik adalah salah satu wujud dari perilaku

sehat terkait dengan pengelolaan diabetes mellitus. Aktivitas fisik akan

bermanfaat dalam mengatur berat badan dan menguatkan sistem

jantung dan pembuluh darah, aktivitas fisik atau olahraga yang teratur

dapat mencegah berbagai macam penyakit tentunya diabetes mellitus

tipe 2. Orang yang rajin berolahraga, tubuhnya dapat mengubah

glukosa menjadi glikogen yang tersimpan dalam otot secara cepat,

daripada yang tidak melakukan aktivitas fisik secara teratur dapat

menambah glikogen otot (Azis et al., 2020).

Menurut asumsi penulis, keadaan penambahan berat badan

dapat disebabkan oleh asupan nutrisi berlebihan secara terus menerus,

sehingga terjadi simpanan lemak yang berlebihan. Konsekuensi jika

simpanan
14

lemak berlebih akan mengakibatkan terjadinya resistensi insulin, yang

dikompensasi dengan sintesis glukosa dari hati (gluconeogenesis), yang

justru dapat memperberat hiperglikemia.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari berupa

monitor berat badan, memfasilitasi menentukan program diet dengan

berkolaborasi bersama ahli gizi, mengajarkan mencatat berat badan

setiap minggu, mengajarkan melakukan pencatatan asupan makan,

aktivitas fisik dan perubahan berat badan dan menjelaskan tujuan

kepatuhan diet terhadap kesehatan. Hasil evaluasi dari masalah

keperawatan berat badan berlebih adalah berat badan membaik ditandai

dengan berat badan pasien setelah mengikuti program diet 63.5 Kg,

IMT

= 24.8 Kg m2 dengan kategori overweight, dan pasien dapat melakukan

penatalaksanaan diet meliputi 3 hal utama yang harus diketahui dan

dilaksanakan oleh penderita diabetes melitus, yaitu jumlah makan, jenis

makan,dan jadwal makan.

4.2.5 Gangguan integritas kulit/ jaringan berhubungan dengan neuropati

perifer

Hasil pengkajian pada pasien II (Ny. Mas) dengan diagnosa

diabetes melitus tipe II menunjukkan adanya gangguan integritas kulit.

Jaringan yang ditandai dengan adanya luka pada kaki kiri, luka sudah 2

bulan tidak sembuh, luas luka 20x5x3 cm, warna dasar luka kuning,

terdapat eksudat dengan tipe purulent, jumlah eksudat moderat, tepi

luka
14

jelas, batas tegas, tidak mencapai dasar luka, jaringan granulasi 15% ,

warna kulit di sekitar luka kemerahan, luka berbau, skor bates Jensen

34. Luka diabetik adalah luka yang terjadi pada pasien diabetes

melitus, yang melibatkan gangguan pada saraf perifer dan otonom.

Pasien dengan luka diabetik sangat berisiko terjadi luka kaki, yang

merupakan luka kronis yang sulit penyembuhannya. Masalah pada kaki

penderita diabetes melitus disebabkan oleh dua hal, yaitu aliran darah

yang buruk. Hal ini terjadi karena kerusakan pembuluh darah yang

disebabkan oleh kadar gula darah yang tinggi dalam waktu lama. Dan

kerusakan saraf yang menyebabkan kepekaan terhadap rasa nyeri

menjadi berkurang, sehingga pasien tidak sadar kakinya terluka. Para

ahli diabetes memperkirakan ½ sampai ¾

kejadian amputasi dapat

dihindarkan dengan perawatan kaki yang baik ( Djamaludin, 2016) .

Perawatan kaki adalah perilaku yang dilakukan secara mandiri

atau oleh tenaga kesehatan yang meliputi menjaga kegiatan setiap hari,

memotong kuku kaki dengan benar, memilih alas kaki yang baik, dan

pengelolaan cedera awal pada kaki termasuk kesehatan secara umum

dan gawat darurat pada kaki. Perawatan kaki yang bruk bagi pasien

diabetes melitus akan mengakibatkan masalah kesehatan yang serius

diantaranya adalah amputasi kaki (Ningrum et al., 2021).

Penatalaksanaan luka diabetik yang dilakukan dengan

perawatan luka menggunakan metode modern dressing. Perawatan luka

modern sangat aman pada saat sebelum dilakukan tindakan

dikarenakan luka
14

diobservasi dahulu baru dilakukan tindakan intensif dan tepat

dikarenakan setiap luka memiliki karakteristik yang berbeda- beda.

Perawatan luka dengan menggunakan metode modern dressing ini

dilakukan dengan prinsip moisture balance melihat tingkat kelembaban

dari luka. Lingkungan lembab yang seimbang pada luka memfasilitasi

pertumbuhan sel-sel pada luka. Perawatan luka dengan metode ini

menjaga suhu luka agar tetap lembab dan menjaga luka tidak

terkontaminasi (Subandi & Sanjaya, 2020).

Menurut asumsi penulis, faktor risiko yang menyebabkan luka

diabetik yang terjadi pada pasien II (Ny. Mas) adalah karena faktor

kurangnya perawatan kaki dan kuku yang baik, usia lanjut, kurangnya

pengendalian kadar gula darah, riwayat luka diabetik sebelumnya, dan

tingkat pengetahuan diabetes melitus kurang sehingga kepatuhan

kurang terhadap pengelolaan diabetes melitus. Kerusakan pembuluh

darah yang disebabkan oleh kadar gula darah yang tinggi dalam waktu

lama. Aliran darah yang terganggu menyebabkan kaki tidak

mendapatkan nutrisi yang cukup, sehingga kulit kaki menjadi lemah,

mudah luka dan sukar sembuh jika terjadi luka. Untuk mencegah

terjadinya masalah kaki pada pasien diabetes mellitus adalah dengan

mengendalikan kadar gula darah dan harus melakukan perawatan kaki

dengan benar.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari berupa

monitor karakteristik luka, monitor tanda-tanda infeksi, melakukan

perawatan luka setiap hari, mengajarkan pasien dan keluarga

melakukan
14

perawatan kaki dan mengajarkan pasien melakukan perawatan luka

secara mandiri. Hasil evaluasi dari masalah keperawatan gangguan

integritas kulit/ jaringan yaitu integritas kulit dan jaringan meningkat.

Ditandai dengan luas luka menjadi 16x3x2 cm, warna dasar luka merah,

tidak ada eksudat pada luka, kemerahan pada sekitar luka menurun,

skor bates Jensen 26, dan pasien serta keluarga mampu melakukan

perawatan luka secara mandiri dengan benar.

4.2.6 Risiko infeksi (D.0142) dibuktikan dengan luka diabetes

Hasil pengkajian pada pasien II (Ny. Mas) dengan diagnose

diabetes melitus tipe 2 menunjukkan adanya risiko infeksi yang

dibuktikan dengan kerusakan integritas kulit dan jaringan, yang ditandai

pada pasien II kadar leukosit 18.63 10^3/µL dan kadar albumin 2.1 g/

dL, serta terdapat luka pada kaki kiri disertai dengan eksudat yang

memiliki tipe purulent dan jumlah moderat, warna dasar luka kuning,

luka berbau, dan warna sekitar luka kemerahan.

Luka merupakan suatu keadaan yang mana terjadi suatu

kerusakan kontuinitas kulit atau mukosa yang diakibatkan dari

kerusakan fisik atau suhu serta dikelompokkan menjadi luka akut dan

kronik. Penyakit diabetes melitus tipe 2 dapat meningkatkan risiko

infeksi dan gangguan dalam penyembuhan luka. Pada pasien diabetes

melitus tingginya tingkat glukosa akan menghambat dan menghasilkan

perubahan fungsi leukosit dan risiko infeksi. Tidak ada hubungan antara

gula darah terhadap penyembuhan luka. Terhambatnya penyembuhan


14

luka pada penderita diabetes melitus dikarenakan terjadinya hipoksia

jaringan, disfungsi fibroblast dan sel epidermal, gangguan angiogenesis,

dan neovaskularisasi, tingginya tingkat MMPs, kerusakan akibat ROS

dan AGEs, selain itu terjadi penurunan imunitas, dan neuropati (Astuti,

2022).

Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada pasien dengan luka

diabetes melitus perlu adanya dukungan asupan yang baik maupun

tambahan untuk mendukung tingkat kesembuhan luka kaki diabetes

melitus. Pemenuhan nutrisi merupakan hal penting dalam proses

penyembuhan luka dimana protein mampu mempercepat proses dalam

penyembuhan luka. Pemenuhan protein yang mudah dan relatif

terjangkau dapat ditemukan pada ikan gabus. Ikan gabus memiliki

kandungan protein yang lebih tinggi dibanding dengan telur.

Berdasarkan terapi nutrisi medis pada 5 pilar diabetes melitus perlu

adanya perhatian terhadap prinsip pengaturan makan seperti jadwal

makan, jenis dan jumlah makan, maupun jumlah kandungan kalori

dengan tetap memperhatikan penggunaan terapi obat insulin (Intan et

al., 2022).

Menurut asumsi penulis, albumin merupakan bagian dari pada

protein yang memiliki peran yang sangat penting dalam penyembuhan

luka diabetes. Kurangnya protein menyebabkan komponen yang

penting fibrolast, kolagen, kapiler tidak dapat berkembang dan

menyebabkan
14

kegagalan dalam penyembuhan luka. Selain itu juga dapat

meningkatkan infeksi dikarenakan sistem imun menjadi menurun

(Sukarni et al., 2021). Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3

hari berupa membatasi jumlah pengunjung, mengajarkan pencegahan

infeksi dengan cuci tangan 6 langkah, dan menjelaskan tanda dan

gejala infeksi pada luka. Hasil evaluasi dari masalah keperawatan

risiko infeksi yaitu tingkat infeksi menurun ditandai dengan kadar

leukosit 10.2 10^3/µL cukup membaik, kemerahan pada sekitar luka

cukup menurun, pasien dan keluarga mampu melaksanakan cuci

tangan 6 langkah dengan benar

sebagai pencegahan penyebaran infeksi kepada pasien.

4.2.7 Defisit pengetahuan (D.0111) berhubungan dengan kurang terpapar

informasi

Hasil pengkajian pada pasien I dan pasien II dengan diagnosa

diabetes melitus tipe 2 menunjukkan adanya masalah defisit

pengetahuan yang ditandai pada pasien I (Tn. Man) mengatakan tidak

mengetahui jika menderita diabetes melitus dan baru pertama kali

masuk rumah sakit, serta pasien mengatakan kurang paham mengenai

penyakit diabetes melitus yang diderita, pasien terlihat bingung saat

ditanya.

Pada pasien II (Ny. Mas) ditandai dengan pasien mengatakan

tidak mengetahui tanda dan gejala dari hipoglikemia yang dialami dan

pasien tidak mengetahui cara tepat melakukan perawatan luka pada luka

kaki kiri yang sudah diderita sejak 6 bulan ini, serta pasien terlihat

bingung saat ditanya.


14

Tingkat pendidikan dan umur termasuk dalam faktor risiko

terjadinya penyakit diabetes melitus yang tidak dapat diubah/

dimodifikasi namun memiliki hubungan erat dengan kejadian diabetes

melitus, sehingga dengan mengetahui kedua faktor ini, orang yang

berisiko menderita diabetes melitus dapat melakukan pencegahan

dengan mengendalikan faktor lain yang berhubungan dengan kejadian

diabetes melitus. Dengan adanya pengetahuan tersebut orang akan

memiliki kesadaran dalam menjaga kesehatannya. Tingkat pengetahuan

juga mempengaruhi aktifitas fisik seseorang karena terkait pekerjaan

yang dilakukan (Nugroho & Sari, 2020).

Orang yang tingkat pendidikannya tinggi biasanya lebih banyak

bekerja diperkantoran dengan aktifitas fisik sedikit. Sementara itu,

orang yang tingkat pendidikannya rendah lebih banyak menjadi buruh

maupun petani dengan aktifitas fisik yang cukup atau berat.

Meningkatnya tingkat pendidikan akan meningkatkan kesadaran untuk

hidup sehat dan memperhatikan gaya hidup dan pola makan. pada

individu yang pendidikan rendah mempunyai risiko kurang

memperhatikan gaya hidup dan pola makan serta apa yang harus

dilakukan dalam mencegah diabetes melitus (Kemenkes 2013).

Untuk penatalaksanaan meningkatkan pengetahuan pasien,

tingkat kepatuhan yang perlu dilakukan pasien diabetes melitus tipe 2

meliputi minum obat secara teratur dan sesuai dengan petunjuk yang

telah diberikan oleh petugas kesehatan meliputi dosis, jumlah dan jenis
14

obat sesuai resep dokter, serta yang perlu diperhatikan yaitu frekuensi

minum obat 2 kali dalam sehari, waktu minum obat pagi dan malam.

Kepatuhan minum obat tinggi perlu didukung oleh peran keluarga

dengan selalu mengawasi dan mengingatkan pasien untuk minum obat

secara tepat waktu dan sesuai dosis. Pasien yang melakukan kepatuhan

minum obat tinggi akan mampu menjaga kadar gula darah dalam tubuh

tetap normal sehingga mempercepat penyembuhan penyakit diabetes

melitus tipe 2 (Dian saviqoh, 2021).

Menurut asumsi penulis, tingkat pendidikan seseorang yang

rendah akan susah mencerna pesan atau informasi yang disampaikan.

Masyarakat berpendidikan tinggi akan lebih mudah menerima pesan

atau informasi yang disampaikan orang lain karena berdasarkan

pengalaman dan budaya yang ada pada masyarakat (Sela, 2023).

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari pada

pasien I (Tn. Man) dan pasien II (Ny. Mas) berupa mengidentifikasi

kesiapan dan kemampuan menerima informasi, menyediakan materi

dan media pendidikan kesehatan, memberikan kesempatan untuk

bertanya. Serta menjelaskan 5 pilar pengelolaan diabetes melitus

didapatkan hasil evaluasi dari masalah defisit pengetahuan yaitu tingkat

pengetahuan pada pasien I (Tn. Man) dan pasien II (Ny. Mas)

membaik.
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil studi kasus asuhan keperawatan pada pasien I dan

pasien II dengan diabetes melitus tipe 2 di RSUD Abdul Wahab Sjahranie

Samarinda, penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :

5.1.1 Pengkajian

Pada pengkajian kedua pasien dengan diabetes melitus tipe 2

ditemukan ketidakstabilan kadar glukosa darah yang ditandai dengan kadar

glukosa darah pasien I (Tn. Man) adalah 287 mg/dL. Dan kadar glukosa

darah pada pasien II (Ny.Mas) adalah 70 mg/ dL. Adapun perbedaan data

yang ditemukan yaitu pada pasien I (Tn. Man) keluhan utama adalah badan

terasa lelah dan kram kaki. Sedangkan pada pasien II (Ny. Mas) keluhan

utama yang didapatkan adalah badan terasa gemetar serta adanya nyeri

pada luka kaki pasien (Ny.Mas).

5.1.2 Diagnosis Keperawatan

Pada pasien I terdapat masalah keperawatan ketidakstabilan kadar

glukosa darah, perfusi perifer tidak efektif, berat badan lebih, dan defisit

pengetahuan. Sedangkan pada pasien II terdapat masalah keperawatan

ketidakstabilan kadar glukosa darah, perfusi perifer tidak efektif, nyeri

akut, gangguan integritas kulit dan jaringan, risiko infeksi, dan defisit

pengetahuan.

148
14

5.1.3 Intervensi Keperawatan

Perencanaan keperawatan yang disusun berdasarkan Standar

Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dan disesuaikan dengan

diagnosis keperawatan yang ditegakkan berdasarkan kriteria mayor dan

minor serta kondisi terkini dari pasien.

Perencanaan keperawatan yang digunakan sama pada kedua pasien,

seperti monitor kadar glukosa darah, monitor tanda dan gejala

hiperglikemia, monitor tanda dan gejala hipoglikemia, ajarkan cara

pengelolaan diabetes melitus dan latih kedua pasien melakukan senam

kaki diabetes untuk meningkatkan sirkulasi dalam darah di kaki.

Perencanaan keperawatan yang digunakan berbeda pada kedua

pasien seperti, pada pasien I (Tn. Man) diberikan edukasi diet untuk

mengurangi berat badan yang berlebih (obesitas). Sedangkan, pada pasien

II (Ny. Mas) diberikan pemberian analgetik dan manajemen nyeri untuk

mengurangi rasa nyeri pada luka kaki pasien dan manajemen perawatan

luka untuk merawat luka kaki diabetes pada pasien. Serta, memberikan

edukasi pada pasien untuk melakukan cuci tangan dengan benar sebagai

pencegahan infeksi pada luka diabetes yang diderita oleh pasien II.

5.1.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan yang dilaksanakan disesuaikan dengan

rencana tindakan yang telah penulis susun. Implementasi keperawatan

yang dilakukan pada pasien I dan pasien II sesuai dengan intervensi

yang
15

telah direncanakan berdasarkan teori yang ada dan sesuai dengan

kebutuhan pasien dengan diabetes melitus tipe 2.

5.1.5 Evaluasi Keperawatan

Hasil evaluasi keperawatan dari pemberian asuhan keperawatan

pada kedua pasien dengan diabetes mellitus tipe 2. Untuk pasien I (Tn.

M) setelah dilakukan intervensi selama 3x8 jam didapatkan kestabilan

kadar glukosa darah meningkat, perfusi perifer meningkat, berat badan

membaik, dan tingkat pengetahuan membaik. Sedangkan pada pasien II

setelah dilakukan intervensi selama 3x8 jam didapatkan kestabilan kadar

glukosa darah meningkat, perfusi perifer meningkat, tingkat nyeri

menurun, integritas kulit dan jaringan meningkat, tingkat infeksi

menurun, dan tingkat pengetahuan membaik.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Penulis

Hasil karya tulis ilmiah ini diharapkan menjadi acuan dan dapat

meningkatkan wawasan dalam asuhan keperawatan serta menjadi bahan

pembanding pada penelitian selanjtunya pada pasien dengan diabetes

melitus tipe 2, terutama dalam memotivasi pasien untuk dapat mengelola

diabetes melitus dan monitoring gula darah.

5.2.2 Bagi Instansi Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan, referensi, maupun data tambahan bagi

manajemen keperawatan, khususnya terkait asuhan keperawatan pada

pasien dengan peenyakit diabetes mellitus agar pelayanan yang

diberikan
15

komprehensif sehingga dapat meningkatkan kualitas mutu dan

pelayanan di bidang keperawatan

5.2.3 Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

Hasil studi kasus ini diharapkan dapat menjadi literasi maupun

wawasan tambahan bagi perkembangan ilmu keperawatan untuk

meningkatkan pengetahuan dan pemahaman menganai asuhan

keperawatan pada pasien dengan penyakit diabetes mellitus, sekaligus

dapat dijadikan sebagai acuan serta pembanding bagi penelitian

selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad Wahdi and others, ‘Hubungan Kadar Gula Darah Dengan Kebutuhan
Tidur Pada Pasien Diabetes Mellitus’, Jurnal Keperawatan, 20.3 (2022), 1–
12 <https://doi.org/10.35874/jkp.v20i3.1039>.

Adelaide Bulu, Tavip Dwi Wahyuni, and Ani Sutriningsih, ‘Hubungan Antara
Tingkat Kepatuhan Minum Obat Dengan Kadar Gula Darah Pada Pasien
Diabetes Melitus Tipe II’, Ilmiah Keperawatan, 4.1 (2019), 181–89.

Ade Heryana, ‘Diabetes Melitus : Kebijakan Dan Program Pelayanan’, 2019, 1–8.

Agustini Atmara Venny Lukman, Aguscik, ‘Penerapan Manajemen Nutrisi Pada


Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus Tipe II Dengan Masalah
Keperawatan Defisit Nutrisi’, 8 (2023), 26–42.(Self et al., 2023).

A Husni Tanra, ‘Nyeri Akut Summary’, Kesehatan, 2020, 6.


Aner Sela, ‘Resource Allocations in the Best-of-k (K= 2 , 3 ) Contests’, Journal of
Economics/ Zeitschrift Fur Nationalokonomie, 5.September (2023), 146–53
https://doi.org/10.1007/s00712-023-00827-w

Asep Yusup Hidayat and Yossie Susanti Ekaputri, ‘Penerapan Tehnik Napas
Dalam Pada Pasien Diagnosis Keperawatan Ansietas Dengan Diabetes
Mellitus Serta Tubercolosis Paru Di Ruangan RSMM Bogor’, Jurnal
Keperawatan Jiwa, 3.2 (2019), 89–96.

Brunner & Suudarth, Keperawatan Medikal Bedah, EGC (Jakarta, 2015).


Devi Darliana, ‘Manajemen Asuhan Keperawatan Pada Pasien Diabetes Melitus’,
Jurnal PSIK - FK Unsyiah, 2.2 (2011), 132–36.

Devi Ratnasari, ‘Pengaruh Latihan Range Of Motion (ROM) Ekstremitas Bawah


Terhadap Perbaikan Ulkus Kaki Diabetik Pada Pasien Diabetes Melitus
Tipe 2 Di Ruang Rawat Inap Bedah Dewasa Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Ciamis’, Keperawatan, 2014, 43–52.

Dhia Ramadhani Wijayanti and Warsono Warsono, ‘Penerapan Buerger Allen


Exercise Meningkatkan Perfusi Perifer Pada Penderita Diabetes Melitus
Tipe II’, Ners Muda, 3.2 (2022) <https://doi.org/10.26714/nm.v3i2.8266>.
Endang Subandi and Kelvin Adam Sanjaya, ‘Efektifitas Modern Dressing
Terhadap Proses Penyembuhan Luka Diabetes Melitus Tipe 2’, Jurnal
Kesehatan, 10.1 (2020), 1273–84 <https://doi.org/10.38165/jk.v10i1.7>.

Enie Novieastari, ‘Diagnosa Keperawatan Sejahtera’, Jurnal Keperawatan


Indonesia, 7.2 (2014), 77–80 <https://doi.org/10.7454/jki.v7i2.137>.
Fahma Shufyani, Fatma Sri Wahyuni, and Khairil Armal, ‘Evaluasi Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Kejadian Hipoglikemia Pada Pasien Diabetes
Mellitus Tipe 2 Yang Menggunakan Insulin’, Scientia : Jurnal Farmasi Dan
Kesehatan, 7.1 (2017), 12 <https://doi.org/10.36434/scientia.v7i1.100>.

Febrinasari & Ratih Puspita and others, ‘Buku Saku Diabetes Melitus’, UNS Press,
2020, 70.

Hana Nur Arini and others, ‘Dukungan Keluarga Pada Lansia Dengan Diabetes
Melitus Tipe II : Literature Review’, 7.2 (2021), 172–80.(Melitus et al.,
2022).

Harwina Astuti, ‘Studi Literatur : Mekanisme Penyebab Timbulnya Infeksi Pada


Luka Kaki Diabetes Melitus D’, Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan
Penerbangan, 2.1 (2022), 1–9.

Iis Dian saviqoh, ‘Analisis Pola Hidup Dan Dukungan Keluarga Pada Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2 Di Wilayah Kerja Puskesmas Payung Sekaki’,
Health Care : Jurnal Kesehatan, 10.1 (2021), 181–93
<https://doi.org/10.36763/healthcare.v10i1.116>.

Jurnal Ilmiah Kesehatan and others, ‘Tingkat Pengetahuan Masyarakat Terhadap


Obat Analgesik Pada Swamedikasi Untuk Mengatasi Nyeri Akut’,
Association Between the Level of Public Knowledge Regarding Analgesic
Drugs And Self-Medication in Acute Pain, 10.2 (2019), 156
60<https://doi.org/10.35816/jiskh.v10i2.138>.

Kadek Resa Widiasari, I Made Kusuma Wijaya, and Putu Adi Suputra, ‘Diabetes
Melitus Tipe 2: Faktor Risiko, Diagnosis, Dan Tatalaksana’, Ganesha
Medicine, 1.2 (2021), 114 <https://doi.org/10.23887/gm.v1i2.40006>.

Made K. Murtiningsih, Karel Pandelaki, and Bisuk P. Sedli, ‘Gaya Hidup Sebagai
Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2’, E-CliniC, 9.2 (2021), 328
<https://doi.org/10.35790/ecl.v9i2.32852>.
Miftahul Adnan, Tatik Mulyati, and Joko Teguh Isworo, ‘Hubungan Indeks Massa
Tubuh (IMT) Dengan Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Mellitus (DM)
Tipe 2 Rawat Jalan Di RS Tugurejo Semarang’, Jurnal Gizi, 2.April (2013),
18–25.

Nuraeni Nuraeni and I Putu Dedy Arjita, ‘Pengaruh Senam Kaki Diabet Terhadap
Penurunan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus Type Ii’,
Jurnal Kedokteran, 3.2 (2019), 618
<https://doi.org/10.36679/kedokteran.v3i2.80>.
Paulus Subiyanto., Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan
Sistem Endokrin, Ke-1 (Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2019).

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI), ‘ Pedoman Pengelolaan dan


Pencegahan Diabetes melitus Tipe 2 Di Indonesia’, PB Perkeni, 2021.

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI), ‘Konsensus Pengelolaan Dan


Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Di Indonesia’, PB Perkeni, 2015.

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PNI

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PNI

PPNI (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PNI.

Propinsi Lampung Tahun and Djunizar Djamaludin, ‘Hubungan Perawatan Kaki


dengan Kejadian Luka Kaki Pada Penderita Diabetes Melitus Di RSUD Dr.
H. Abdul Moeloek', 10.1 (2016), 15–19.

Purwo Setiyo Nugroho and Yonita Sari, ‘HubunganTingkat Pendidikandan


Usiadengan Kejadian HipertensidiWilayah Kerja Puskesmas Palaran Tahun
2019’, Jurnal Dunia Kesmas, 8.4 (2020), 1–5
<https://doi.org/10.33024/jdk.v8i4.2261>.

Putra Wayan Ardha and Berawi Nisa Khairun, ‘Empat Pilar Penatalaksanaan
Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2’, Majority, 4.9 (2015), 8–12.

Qonita Putri Irawan, Kurniati Dwi Utami, and Sepsina Reski, ‘Hubungan Indeks
Massa Tubuh (IMT) Dengan Kadar HbA1c Pada Penderita Diabetes
Mellitus Tipe II Di Rumah Sakit Abdoel Wahab Sjahranie’, 1.5 (2022),
459– 68.

Rima Novia Putri and Agung Waluyo, ‘Faktor Resiko Neuropati Perifer Diabetik
pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 : Tinjauan Literatur’, Jurnal
Keperawatan Abdurrab, 3.2 (2019),17–25
<https://doi.org/10.36341/jka.v3i2.839>.(Heryana, 2019).

Rukmi Kartika Dwi, Metodologi Proses Asuhan Keperawatan, ed. by


Watrianthos Ronal, Ke-1 (yayasan Kita Menulis, 2022).

Sofi Ariani, Stop Gagal Ginjal Dan Gangguan-Gangguan Ginjal Lainnya, Ke-1
(Yogyakarta: Istana Media, 2016).
Sri Darmawan, Stikes Nani Hasanuddin Makassar, and Jl P Kemerdekaan, ‘Kota
Makassar, Indonesia, 90245 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar’, Jl. P.
Kemerdekaan VIII, 1.24 (2019), 90245.

Sri Wulan Megawati, Restu Utami, and Raden Siti Jundiah, ‘Senam Kaki Diabetes
Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Untuk Meningkatkan Nilai Ankle
Brachial Indexs’, Jnc, 3.2 (2020), 94–99
<http://jurnal.unpad.ac.id/jnc/article/view/24445>.

Sukarni and others, ‘Analisis Faktor Yang Memengaruhi Penyembuhan Luka


Diabetik’, Jurnal Luka Indonesia, 9.1 (2021), 14–21.

Tita Puspita Ningrum, Hudzaifah Al Fatih, and Nindi Tri Yuliyanti, ‘Hubungan
Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Perawatan Kaki Pada Pasien
Diabetes Melitus Tipe Ii’, Jurnal Keperawatan BSI, 9.2 (2021), 166–77.

Vita Intan and others, ‘LITERATUR ARTICLE Literatur Review ; Pengaruh


Pemberian Olahan Ikan Gabus Terhadap Proses Penyembuhan Luka
Diabetes Mellitus’, Jurnal Ilmiah …, 2022, 55–65
<http://journal.stikeshangtuah-sby.ac.id/index.php/JIK/article/view/169>.

Waode Azfari Azis, Laode Yusman Muriman, and Sri Rahayu Burhan, ‘Hubungan
Tingkat Pengetahuan Dengan Gaya Hidup Penderita Diabetes Mellitus’,
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, 2.1 (2020), 105–14
<https://doi.org/10.37287/jppp.v2i1.52>.

Wardani Sapta Indah Umayya Iranna Layus, ‘Hubungan Antara Diabetes Melitus
Dengan Glaukoma’, Jurnal Medika Hutama, Vol 04 (2022).

Yardi Saibi, Rizki Romadhon, and Narila Mutia Nasir, ‘Kepatuhan Terhadap
Pengobatan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Puskesmas Jakarta
Timur’, Jurnal Farmasi Galenika (Galenika Journal of Pharm acy) (e-
Journal),6.1(2020),94-103
<https://doi.org/10.22487/j24428744.2020.v6.i1.15002>.

Yulia Pratiwi, Dian Arsanti Palupi, and Rakhmi Hidayati, ‘Bijak Mengenal Obat
Diabetes Melitus (DM) Pada Masyarakat Kudus’, 6.1 (2023), 70–76.

Anda mungkin juga menyukai