S DENGAN
GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR CAIRAN
DAN NUTRISI PATOLOGI SISTEM ENDOKRIN: DIABETES
MELITUS TIPE II DI PAVILIUN MELATI RUMAH SAKIT
ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH
Assalamualaikum Wr.Wb
Pertama-tama kami panjatkan dengan kerendahan hati dan keikhlasan hati yang
mendalam, puji syukur kehadirat Allah SWT, dengan penuh kesadaran bahwa Dia
telah membalas dosa-dosa yang telah banyak kita lakukan dengan karunia nikmat
yang jauh lebih banyak lagi. Shalawat dan salam semoga tercurahkan Nya pada
junjungan kita, kekasih kita, manusia yang paling mulia yang pernah ada didunia
yaitu Nabi besar Muhammad SAW, tentu saja beserta keluarganya yang mulia,
para sahabatnya yang agung, serta kita dan para pengikutnya sampai akhir zaman
nanti, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyususnan makalah ilmiah yang
berjudul
‘’Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny.S Dengan Gangguan Pemenuhan
Kebutuhan Dasar Cairan dan Nutrisi Patologi Sistem Endokrin: Diabetes Melitus
Tipe II di Paviliun Melati Rumah Sakit Islam Jakarta Cempak Putih”.
i
4. Ibu Ns. Wati Jumaiyah, M.Kep.,Sp KMB selaku penguji dan pembimbing
yang selalu memberi bantuan dan saran-saran yang berguna dalam menyusun
karyatulis ini dengan penuh kesabaran dan ketulusan, semoga Allah selalu
melimpahkan rahmat-,ya kepada beliau beserta keluarganya.
5. Ibu Ns.Endang S.Kep Selaku penguji dan pembimbing lahan yang selalu
memberi masukan yang sangat berguna selama praktek lahan dan menyusun
karya tulis ini.
6. Para Dosen dan Staf Pendidikan Akademik yang telah memberi dukungan dan
saran selam praktek lahan dan menyususn karta tulis ilmiah.
7. Kepada Alm. Ibunda tercinta yang sudah mengajarkan banyak hal tentang arti
kehidupan yang sebenarnya baik senang maupun susah dan berkat motivasi di
awal perkuliahan sehingga sudah menyelesaikan pendidikan tinggi
universitas.
8. Kepada bapak tercinta yang telah memberi dukungan dan motivasi dari awal
hingga akhir, baik secara moril, spiritual serta bantuan materi sehingga dapat
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
9. Santi Kanisah tante yang aku sayang yang selalu mensuport dalam
menjalankan kuliah dan membuat karya tulis.
10. Haritsah Setiyanto, Rahul Pambudi dan Faizah Ahmad adik yang aku sayang
yang selalu mengerti disaat masa-masa sulit dan selalu mensuport.
11. Satrio Febri yang selalu setia menemani, mendengarkan keluh kesahku dan
memberi dukungan dari mulai awal perkuliahan sampai saat ini.
12. Sahabat-sahabatku Alpiah Baity, Ika Wahyuni, Phauel, Rifai Mahfudli, Rio
Ricardo, Indriyani dan Iamay Nurrahayu yang selalu mendukung dan
menghibur.
13. Medical surgical of nursing group that is extraordinary that Fitrah Rahman,
Vindi Dinda Larasati, Satya Wira Wijaksana place to share grievances in the
manufacture of secientific papers.
14. Rekan-rekan mahasiswa seperjuangan program DIII Keperawatan Rumah
Sakit Islam Jakarta Universitas Muhammadiyah Jakarta Angkatan 32 yang
selalu berjuang dan berusaha dalam segala hal, hingga akhirnya tersusunlah
karya tulis ilmuah ini, semogo sukses.
ii
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyususnan karya tulis ilmiah ini masih
hjauh dari sempurna oleh karena keterbatasan kemampuan penulis. Maka, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dan semoga
karya iliah ini dapat brguna bagi pembaca pada umumnya dan mahasiswa
keperawatan pada khususnya dalam meningkatkan mutu pelayanan Asuhan
Keparawatan di Rumah Sakit.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Jakarta,07 Juni 2017
Penulis
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERSETUJUAN
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………………….... 1
B. Tujuan Penulisan……………………………………………………….. 3
1. Tujuan Umum ………………………………………………… 3
2. Tujuan Khusus ………………………………………………... 3
C. Ruang Lingkup ……………………………………………………….… 4
D. Metode Penulisan ………………………………………………………. 4
E. Sistematika Penulisan ……………………………………………….….. 5
iv
8. Penatalaksanaan dan Terapi ……………………………………… 27
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Diabetes Melitus
1. Pengkajian Keperawatan ………………………………....… 31
2. Diagnosa Keperawatan ……………………………...……… 39
3. Perencanaan Keperawatan ………………………..………… 40
4. Pelaksanaan Keperawatan ………………………………….. 49
5. Evaluasi Keperawatan ……………………………………… 50
BAB 4 PEMBAHASAN
A. Pengkajian Keperawatan ……………………………………………... 82
B. Diagnosa Keperawatan …………………………………………….…. 83
C. Perencanaan Keperawatan ……………………………………….…… 85
D. Pelaksanaan Keperawatan ………………………………………….… 86
E. Evaluasi Keperawatan ………………………………………………… 87
BAB 5 PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………………………… 88
B. Saran …………………………………………………………………... 90
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) adalah Penyakit kronis progresif yang disebabkan oleh
penurunan sekresi pada insulin, kerja insulin atau keduanya. Penyakit ini ditandai
dengan ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat, lemak
dan protein yang mengarah ke hiperglikemia dikatakan hiperglikemia, yaitu
dengan gula darah lebih dari 200 mg/dL pada pemeriksaan gula darah sewaktu
(GDS) dan jika seseorang sudah dinyatakan DM, akan menimbulkan tanda dan
gejala yang khas seperti polifagi (banyak makan), polidipsi (banyak minum) dan
poliuria (banyak BAK). (Black & Hawks, 2014 & Susan C.Smeltzer, 2014).
Sedangkan menurut setiati (2015), Diabetes melitus (DM) merupakan suatu
kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi
karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. World Health
Organization (WHO) sebelumnya telah merumuskan bahwa DM merupakan
sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas dan singkat
tetapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kelompok problemanatomik
dan kimiawi akibat dari sejumlah faktor dimana didapat defisiensi insulin absolut
atau relatif dan gangguan fungsi insulin.
1
2
terbanyak yang mengidap DM, Indonesia berada pada urutan ke tujuh dengan
jumlah 10 juta orang.
Peningkatan gula darah yang terjadi pada klien dengan DM dapat mengakibatkan
gangguan pada keseimbangan pemenuhan kebutuhan nutrisi, klien mengalami
peningkatan nafsu makan yang berlebihan dikarenakan penggunaan cadangan
lemak akibat glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel. Gangguan pada kebutuhan
cairan dan elektrolit, terjadi karena kadar glukosa dalam darah meningkat sampai
melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis.
Selanjutnya gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien mengeluh
banyak kencing. Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi, klien mengalami
peningkatan kekentalan darah yang mengakibatkan aliran darah melambat dan
menyebabkan iskemik pada jaringan perifer. Gangguan pemenuhan kebutuhan
istirahat dan tidur, dikarenakan sumber energi menurun sehingga klien mengeluh
lemah, selain itu frekuensi BAK dimalam hari menyebabkan klien mengalami
gangguan pada pola tidur. Gangguan integritas kulit, diakibatkan karena
penurunan atau tidak adanya sensasi akibat neuropati, penurunan fungsi jaringan
akibat komplikasi kardiovaskular dan infeksi. Gangguan pemenuhan kebutuhan
aktivitas, dikarenakan klien mengalami penurunan kekuatan otot dan luka yang
sulit sembuh. Gangguan-gangguan tersebut apabila tidak segera ditangani akan
menyebabkan terjadinya komplikasi dari penyakit DM. (Riyadi & Sukarmin 2013
dan Doenges 2012).
Berdasarkan uraian di atas dan masalah keperawatan yang muncul, maka
keterkaitan peranan keperawatan dalam penanganan DM di RS dibutuhkan peran
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan DM. Peran
tersebut dapat dilaksanakan dengan upaya promotif, yaitu dengan memberikan
pendidikan (edukasi) kepada klien pada awal dan seterusnya tentang penyakit DM
dengan tujuan meningkatkan derajat dan status kesehatan, berupa pengetahuan
tentang penyakit DM, mempertimbangkan nutrisi yang tepat untuk DM, olahraga,
dan pengobatan DM. Kemudian upaya preventif merupakan upaya pencegahan
agar tidak terjadi komplikasi dari penyakit DM, yaitu dengan menjaga pola makan
teratur dan dan mengubah gaya hidup ke yang lebih sehat. Kemudian upaya
kuratif yaitu dengan berkolaborasi dalam melakukan pemberian terapi yang tepat
untuk pengendalian gula darah dan terapi diet untuk nutrisi. Serta upaya
rehabilitatif merupakan upaya untuk pemulihan setelah sakit dam
mempertahankan keadaan klien agar tidak bertambah parah dan mencegah
terjadinya komplikasi, dengan membuat perencanaan seperti minum obat secara
teratur dan kontrol secara rutin.
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
Diperoleh pengalaman nyata, memperoleh informasi/gambaran dan mampu
menerapkan teori dan konsep Asuhan Keperawatan pada kasus gangguan sistem
endokrin : Diabetes Mellitus pada pasien Ny.S di paviliun melati.
2. Tujuan Khusus
Tujuan dari penulis karya tulis ilmiah ini adalah agar penulis :
a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan Diabetes Mellitus tipe 2
b. Mampu menentukan masalah keperawatan pada psien dengan Diabetes
Mellitus tipe 2
c. Mampu merencenakan tindakan keperawatan pada pasien dengan Diabetes
Mellitus tipe 2
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan Diabetes
Mellitus 2
e. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan pada pasien dengan Diabetes
Mellitus tipe 2
f. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus
g. Mampu mengidentifikasi faktor-faktor pendukung dan penghambat serta
mencari solusinya
h. Mampu mendokumentasikan semua kegiatan keperawatan pada pasien dalam
bentuk narasi
C. Lingkup Masalah
Asuhan keperawatan yang penulis deskripsikan pada satu kasus kelolaan yaitu
pemenuhan kebutuhan dasar pada klien Ny.S dengan diabetes melitus di paviliun
melati Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih dengan lama asuhan
keperawatan 3x24 jam perawatan di mulai dari tanggal 23 - 25 mei 2017.
D. Metode Penulisan
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan studi kepustakaan
dan metode deskriptif, antara lain:
1. Studi kepustakaan
Studi kepustakaan adalah memepelajari data secara komporhensif melalui
buku-buku catatan kuliah, literatur atau referensi untuk mendapatkan data atau
bahan berhubungan dengan klien diabetes melitus dalam mendapatkan dasar yang
teoritis.
2. Metode deskriptif
Metode deskriptif yaitu menjabarkan hasil asuhan keperawatan dimulai dengan
pengkajian, menentukan diagnosa keperawatan, membuat rencana keperawatan,
menetukan tindakan keperawatan dan mengevaluasi.
E. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini terdiri dari lima BAB yaitu :
BAB I : Pendahuluan
Meliputi latar belakang, tujuan penulisan yang terdiri dari tujuan
umum dan tujuan khusus, ruang lingkup, metode penulisan, dan
sistematika penulisan.
BAB IV : Pembahasan
BAB V : Penutup
DAFTAR PUSTAKA
LEMBAR KONSULTASI
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Diabetes militus (DM) adalah penyakit kronis progresif yang ditandai dengan ketidak
mampuan tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein,
mengarah ke hiperglikemia (kadar glukosa darah tinggi), (black & hawks,2014).
Pengertian lain menurut LeMone (2015), Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit
kronis yang umum terjadi pada dewasa yang membutuhkan supervisi medis
berkelanjutan dan edukasi perawatan mandiri pada pasien. Selain itu, pengertian
menurut Setiati (2015), mengatakan Diabetes melitus (DM) merupakan suatu
kelompok penyakit metabolik dengan karakteristikhiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. World Health Organization
(WHO) sebelumnya telah merumuskan bahwa DM merupakan sesuatau yang tidak
dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas dan singkat tetapi secara umum
dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problem anatomik dan kimiawi akibat dari
sejumlah faktor di mana didapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan
fungsi insulin.
Dapat disimpulkan, Diabetes Melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolisme
yang disebabkan oleh defisiensi insulin atau akibat kerja insulin yang tidak adekuat
yang ditandai dengan glukosa dalam darah melebihi normal.
Tabel 2.1 Nilai Gula Darah Normal
Kadar gula darah Bukan Belum pasti Pasti
Kadar gula darah Plasma vena <100 100-199 ≥200
sewaktu (mg/dL) Darah kapiler <90 90-199 ≥200
Kadar gula darah Plasma vena <100 100-125 ≥126
puasa (mg/dL) Darah kapiler <90 90-99 ≥100
Sumber: Arisman, 2011
7
8
2. Klasifikasi
Klasifikasi Diabetes Melitus menurut Arisman (2011), adalah :
a. DM tipe 1, insulin dependent diabetes mellitus (IDDM )
Diabetes jenis ini terjadi akibat kerusakan sel pankreas. Dahulu DM tipe 1 disebut
juga diabetes onset anak (atau onset remaja ) dan diabetes rentan - kotosis (karena
sering menimbulkan ketosis) onset DM tipe 1 biasanya terjadi sebelum usia 25-30
tahun ( tetap tidak selalu demikian karena orang dewasa dan lansia yang kurus juga
dapat megalami diabetes jenis ini). Sekresi insulin mengalami defisensi (jumlahnya
sangat rendah atau tidak ada sama sekali).
Dengan demikian tanpa pengobatan dengan insulin (pengawasan dilakukan melalui
pemberian insulin bersamaan dengan adaptasi diet), pasien biasanya akan mudah
terjerumus ke dalam situasi ketoasidosis daibetik .
Gejala biasanya muncul secara mendadak, berat dan perjalanannya sangat progresif
jika tidak diawali, dapat berkembang menjadi ketoasidosis dan koma. Ketiga
diagnosis ditegakkan, pasien biasanya memiliki berat badan yang rendah, hasil tes
deteksi antibodi islet hanya bernilai sekitar 50-80% dan kadar gula darah puasa
>140mg/dl.
DM Tipe 1 DM Tipe 2
Onset Anak/dewasa muda (<25th) Biasanya setelah usia
pertengahan
Proporsi <10% dari semua >90% dari semua
penyandang DM penyandang DM
Riwayat keluarga Tidak lazim Sangat lazim
Gejala Akut/sub-akut Lambat
Ketoasidosis Sering kali Jarang, kecuali jika
sakit/stres
Antibodi ICA, GAD Sangat sering positif Biasanya negatif
Obesitas saat onset Tidak obes Obes sebelom onset
Kaitan dengan HLA Ada Tidak ada
tipe tertentu
Kaitan dengan penyakit Kadang-kadang ada Tidak ada
autoimun
C-peptida darah/urin Sangat rendah Rendah/normal/tinggi
Kegunaan insulin Penyelamatan nyawa Kadang-kadang
diperlukan sebagai
pengawas gula darah
Penyebab Pankreas tidak mampu Produksi insulin masih
membuat insulin ada, tetapi sel target tidak
tepat
Kegunaan diet Mengawasi gula darah Menurunkan BB (jadwal
(makan/jajan harus diatur tidak harus ketat, kecuali
seputar pemberian insulin kalau insulin juga
agar tidak terjadi diberikan
hipoglisemia
Kegunaan latihan fisik Merangsang sirkulasi dan Membuat tubuh menjadi
membantu tubuh dalam lebih peka terhadap
penggunaan insulin insulinnya sendiri, di
samping menggunakan
energi untuk mengurangi
BB
c. DM tipe 3
Diabetes jenis ini dahulu kerap disebut diabetes sekunder atau DM tipe lain. Etiologi
diabets jenis ini, meliputi (a) penyakit pada pangkreas yang merusak sel B seperti
hemokromarosis, pangkreatitis, (b) sindrom hormonal yang mengganggu sekresi dan
atau menghambat kerja insulin (fenitoin (dilantin) (c) obat-obat yang mengganggu
sekresi insulin atau menghambat kerja insulin
a. DM tipe 1
Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran sel-sel beta pankreas
yang disebabkan oleh :
1) Faktor genetik penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri, tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecenderungan genetik kearah terjadinya diabetes tipe 1
2) Faktor imunologi (autoimun)
3) Faktor lingkungan : virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun
yang menimbulkan estruksi sel beta.
b. DM tipe 2
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin. Faktor resiko yang
berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe II : usia, obesitas, riwayat dan
keluarga. Dan menurut etiologi Diabetes Melitus menurut Riyadi dan Sukarmin, 2013
adalah Diabetes mellitus yang disebabkan oleh penurunan produksi insulin oleh
sel-sel beta pulau langerhans jenis Juvenilis (usia muda) disebabkan oleh predisposisi
herediter terhadap perkembangan anti bodi yang merusak sel-sel beta atau degenerasi
sel beta. Tipe ini jelas disebabkan oleh degenerasi sel-sel beta sebagai akibat penuaan
yang cepat pada orang yang rentan dan obesitas mempredisposisi terhadap jenis
obesitas ini karena diperlukan insulin dalam jumlah besar untuk pengolahan
metabolisme pada orang kegemukan dibandingkan orang normal.
Hasil pemeriksaan glukosa darah 2 jam pasca pembedahan dibagi menjadi 3 yaitu :
b. Usia
Umumnya manusia mengalami penurunan fisiologis secara dramatis menurun dengan
capat pada usia setelah 40 tahun. Penurunan ini yang akan berisiko pada penurunan
fungsi endokrin pancreas untuk memproduksi insulin.
f. Infeksi
Masuknya bakteri atau virus kedalam pankreas akan berakibat rusaknya sel-sel
pankreas. Kerusakan ini berkibat pada penurunan pada fungsi pankreas.
d. Mode Interdependensi
Interaksi untuk saling memberi dan menerima cinta/ kasih sayang, perhatian dan
saling menghargai.
Interdependensi yaitu keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam
menerima sesuatu untuk dirinya. Ketergantungan ditunjukkan dengan kemampuan
untuk afiliasi dengan orang lain. Kemandirian ditunjukkan oleh kemampuan
berinisiatif untuk melakukan tindakan bagi dirinya. Interdependensi dapat dilihat dari
keseimbangan antara dua nilai ekstrim, yaitu memberi dan menerima.
Output dari manusia sebagai suatu sistem adaptif adalah respon inefektif.
Respon-respon yang adaptif itu mempertahankan atau meningkatkan integritas,
sedangkan respon yang tidak efektif atau maladaptif itu mengganggu integritas.
Melalui proses umpan balik respon-respon memberikan lebih lanjut masukan (input)
pada manusia sebagai suatu sisem.
Subsistem regulator dan kognator adalah mekanisme adaptasi atau koping dengan
perubahan lingkungan, dan diperlihatkan melalui perubahan biologis, psikologis, dan
social. Subsistem regulator adalah gambaran respon yang kaitannya dengan
perubahan pada sistem saraf, kimia tubuh dan organ endokrin serta subsistem
kognator adalah gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan kognitif dan
emosi, termasuk didalamnya persepsi, proses informasi, pembelajaran, dan membuat
alasan dan emosional, yang termasuk didalamnya mempertahankan untuk mencari
bantuan.
Berikut ini akan diuraikan gangguan pemenuhan kebutuhan dasar pada klien dengan
DM :
a. Kebutuhan oksigenasi
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk
kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai
organ atau sel.
1) Proses terjadinya masalah
Pada klien dengan DM akan terjadi vikositas (kekentalan cairan) makin tinggi
vikositas suatu cairan maka makin sulit molekul dari cairan tersebut untuk bergerak.
Bila hal ini terjadi pada molekul darah, maka tentu saja aliran darah akan terganggu.
Akibatnya dapat terjadi peningkatan resistensi pembuluh darah yang akan
mengakibatkan gangguan sirkulasi oksigen dalam darah dan akhirnya akan timbul
penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah. Vikositas mengakibatkan iskemik pada
jaringan perifer yang ditandai dengan rasa kesemutan dan rasa baal pada ekstermitas
bawah. Vikositas juga akan menyebabkan terhambatnya penyembuhan pada luka
karena aliran darah menuju luka menjadi lambat.
2) Manifestasi klinis
a) Kesemutan.
b) Baal pada ekstermitas bawah.
3) Penatalaksanaan
a) Olahraga.
b. Kebutuhan nutrisi
Kebutuhan nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh
tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh.
Secara umum faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi adalah faktor fisiologis
untuk kebutuhan metabolisme basal, faktor patologis seperti adanya penyakit tertentu
yang menganggu pencernaan atau meningkatkan kebutuhan nutrisi.
1) Proses terjadinya masalah
Pada klien dengan DM akan mengalami gangguan kebutuhan nutrisi dikarenakan
glukosa tidak dapat ditarik ke dalam sel dan terjadi penurunan massa sel.
2) Manifestasi
a) Polifagi (banyak makan).
b) Penurunan berat badan.
3) Penatalaksanaan
a) Diit.
b) Insulin.
5. Patofisiologi
Sebagian besar patologi diabetes melitus dapat dihubungkan dengan efek utama
kekurangan insulin yaitu :
a. Pengurangan glukosa oleh sel tubuh yang mengakibatkan peningkatan
konsentrasi glukosa darah sampai setinggi 300 sampai 1200 mg per 100 ml.
b. Peningkatan mobilisasi lemak dan daerah penyimpanan lemak sehingga
menyebabkan kelainan metabolisme lemak maupun pengendapan lipid pada
dinding vaskuler.
c. Pengurangan protein dalam jaringan tubuh. Keadaan patologi tersebut akan
berdampak :
1) Hiperglikemia
Hiperglikemia di definisikan sebagi kadar glukosa darah yang tinggi pada rentang
non puasa sekitar 140-160mg/100ml darah.
Dalam keadaan insulin normal asupan glukosa atau produksi glukosa dalam tubuh
akan difasilitasi (oleh insulin) untuk masuk kedalam sel tubuh. Glukosa itu kemudian
di olah untuk menjadi energi. Apabila bahan energi yang dibutuhkan masih ada sisa
akan disimpan sebagai glukogen dalam sel-sel hati dan sel-sel otak (sebagai massa sel
otot). Proses glikogenesis (pembentukan glikogen) dari unsur glukosa ini dapat
mencegah hiperglikemia. Pada penderita diabetes mellitus proses ini tidak dapat
berlangsung dengan baik sehingga glukosa banyak menumpuk didarah
(hiperglikemia).
Secara rinci proses terjadinya hiperglikemia karena defisit insulin tergambar pada
perubahan metabolik sebagai berikut :
a) Transport glukosa yang melintasi membran sel-sel berkurang.
b) Glukogenesis (pembentukan glikogen dari glukosa) berkurang dan tetap terdapat
glukosa pada darah.
c) Glikolisis (pemecahan glukosa) meningkat, sehingga cadangan glikogen
berkurang dan glukosa “Hati” dicurahkan kedalam darah secara terus menerus
melebihi kebutuhan.
d) Glukoneogenesis (pembentukan glukosa dari non karbohidrat) meningkat dan
lebih banyak lagi glukosa “Hati” yang tercurah kedalam darah hasil pemecahan
asam amino dan lemak
Hiperglikemia akan mengakibatkan pertumbuhan berbagai mikroorganisme dengan
cepat seperti jamur dan bakteri. Karena mikroorganisme tersebut sangat cocok
dengan daerah yang kaya glukosa. Setiap kali timbul peradangan maka akan terjadi
mekanisme peningkatan darah pada jaringan yang cidera. Kondisi itulah yang
membuat mikroorganisme mendapat peningkatan pasokan nutrisi. Kondisi ini akan
mengakibatkan penderita diabetes mellitus mengalami infeksi oleh bakteri dan jamur.
2) Hiperosmolaritas
Hiperosmolaritas adalah adanya kelebihan tekanan osmotik pada plasma sel karena
adanya penigkatan konsentrasi zat. Sedangkan tekanan osmosis merupakan tekanan
yang dihasilkan karena adanya penigkatan konsentrasi larutan pada zat cair. Pada
penderita diabetes mellius pada terjadinya hiperosmolaritas, karena peningkatan
konsentrasi glukosa dalam darah (yang notaben komposisi terbayak adalah zat cair).
Peningkatan glukosa dalam darah akan berakibat terjadinya kelebihan ambang pada
ginjal untuk memfilterasi dan reabsopsi glukosa (meningkat kurang lebih 225
mg/menit). Kelebihan ini kemudian menimbulkan efek pembuangan glukosa melalui
urine (glukosuria). Ekskresi molekul glukosa yang akut secara osmosis menyebabkan
kehilangan sejumlah besar air (biuresis osmotik dan berakibat peningkatan volume air
(poliuria). Proses seperti ini mengakibatkan dehidrasi dengan ekstra seluler dan juga
diruangan intraseluler.
Glukosuria dapat mencapai 5-10% dan osmolaritas serum lebih dan 370-380
mosmosls/dl dalam keadaan tidak terdapatnya keton darah. Kondisi ini dapat
berakibat koma hiperglikemik hiperosmolar nonmetabolik (KHHN).
3) Starvasi selluler
Starvasi selluler merupakan kondisi kelaparan yang dialami oleh sel karena glukosa
sulit masuk padahal disekeliling sel banyak sekali glukosa tetapi tidak bisa diolah.
Sulitnya glukosa masuk karena tidak ada yang memfasilitasi untuk masuk sel yaitu
insulin.
Dampak dari starvasi selluler akan terjadi proses kompensasi selluler untuk tetap
mempertahankan fungsi sel. Proses itu antara lain :
Defisiensi insulin gagal untuk melakukan asupan glukosa bagi jaringan-jaringan
peripheral yang terganung pada insulin (otot rangka dan jaringan lemak). Jika tidak
terdapat glukosa, sel-sel otot memetabolisme cadangan glikogen yang mereka miliki
untuk dibongkar menjadi glukosa dan energi mungkin juga akan menggunakan asam
lemak bebas (keton). Kondisi ini berdampak pada penurunan massa otot , kelemahan
otot dan rasa mudah lelah.
a) Starvasi seluller juga akan mengakibatkan peningkatan metabolisme protein dan
asam amino yang digunakan sebagai substrat yang diperlukan untuk glukoneogenosis
akan dijadikan untuk proses aktivitas sel tubuh.
Protein dan asam amino yang mengalami proses glukoneogenosis yang menggunakan
asam amino menyebabkan penipisan simpanan protein tubuh karena unsur nitrogen
(sebagai unsur pemecahan protein) tidak digunakan kembali untuk semua bagian
tetapi diubah menjadi urea dalam hepar dan dieksresikan dalam urine. Eksreksi
nitrogen yang banyak akan berakibat pada keseimbangan negatif nitrogen. Depresi
protein akan berakibat tubuh menjadi kurus, penurunan resistensi terhadap infeksi dan
sulitnya pengembalingan jaringan yang rusak (sulit sembuh kalau ada cidera).
Sumber :
Riyadi, Sujono.(2013). Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Gangguan
Eksokrin dan Endokrin pada pankreas. Yogyakarta : Graha Ilmu
6. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis dm menurut Lemon (2016), adalah:
a. DM tipe 1
Diuretik osmosis yang dihasilkan meningkatkan haluaran urine. Kondisi ini disebut
poliuria. Ketika kadar glukosa darah melebihi ambang batas glukosa-biasanya sekitar
180mg/dl glukosa diekskresikan ke dalam urine, suatu kondisi yang disebut
glukosuria. Penurunan volume intraselular dan peningkatan haluaran urine
menyebabkan dehidrasi. Mulut menjadi kering dan sensor haus diaktifkan, yang
menyebabkan organ tersebut minum jumlah air yang banyak polidipsia. Karena
glukosa tidak dapat masuk kedalam sel tanpa insulin, produksi energi menurun.
Penurunan energi ini menstimulus rasa lapar dan orang makan lebih banyak
polifagia. Meskipun asupan makanan meningkat, berat badan organ tersebut turun
saat tubuh kehilangan air dan memecah protein dan lemak sebagai upaya memulihkan
sumber energi. Malaise dan keletihan menyertai penurunan energi. Penglihatan yang
buram juga umum terjadi, akibat pengaruh osmotik yang menyebabkan
pembengkakan lensa mata.
Oleh sebab itu, manifestasi klasik meliputi poliuria, polidipsia, dan polifagia, disertai
dengan penurunan berat badan, malaise, dan keletihan. Bergantung pada tingkat
kekurangan insulin, manifestasinya bervariasi dari ringan himgga berat. Orang
dengan DM tipe1 membutuhkan sumber insulin eksogen(eksternal) untuk
mempertahankan hidup.
b. DM tipe2
Penyandang DM tipe 2 mengalami awitan manifestasi yang lambat dan sering kali
tidak menyadari penyakit sampai mencari perawatan kesehatan untuk beberapa
masalah lain. Hiperglikemia pada DM tipe 2 biasanya tidak seberat pada DM tipe 1,
tetapi manifestasi yang muncul, khususnya poliuria dan polidipsia. Polifagia jarang
dijumpai dan penurunan berat badan tidak terjadi. Manifestasi lain juga akbita
hiperglikemia: penglihatan buram, keletihan, parestesia, dan infeksi kulit.
Manifestasi klinis menurut Riyadi dan Sukarmin (2013), adalah :
7. Komplikasi
Menurut Pricilla (2015), komplikasi diabetes melitus diklasifikasian menjadi
komplikasi akut dan kronis.
a. Komplikasi akut:
1) Hipoglikemia merupakan rendahnya kadar gula dalam darah yaitu kurang
dari 70 mg/dL. Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat
oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit atau karena
aktivitas fisik yang berat.
2) Hiperglikemia adalah adalah peningkatan kadar gula dalam darah yaitu lebih
dari 200 mg/dL. Jika kadar gula darah makin lama makin meningkat dan tidak
terkontrol akan mengakibatkan ketoasidosis.
3) Diabetik ketoasidosis adalah tidak adanya atau kurangnya jumlah insulin
yang dihasilkan.
b. Komplikasi kronis:
1) Makrovaskuler (pembuluh darah besar) pada penyandang DM akan
mengalami perubahan akibat aterosklerosis, trombosit, sel darah merah, faktor
pembekuan yang tidak normal dan perubahan pada dinding arteri. Aterosklerosis
sering terjadi pada DMTII/NIDDM. Komplikasi makrovaskuler adalah penyakit
arteri koroner, penyakit vaskular serebral dan penyakit vaskular perifer.
2) Mikrovaskular (pembuluh darah kecil) yang mengenai retinopati diabetik,
nefropati diabetik dan neuropati diabetik. Perubahan-perubahan mikrovaskuler
yang ditandai dengan penebalan dan kerusakan membran diantara jaringan dan
pembuluh darah sekitar. Terjadi pada klien dengan DMTI/IDDM yang
diantaranya terjadi:
a) Retinopati
Retinopati adalah adanya perubahan dalam retina karena berkurangnya
aliran darah dalam retina, sehingga akan menyebabkan iskemik retina.
Perubahan ini dapat mengakibatkan gangguan dalam penglihatan.
b) Nefropati
Nefropati adalah penyakit ginjal yang ditandai dengan adanya albumin
dalam urine, hipertensi.
c) Neuropati
Neuropati adalah penyakit pada sistem saraf perifer dan sistem saraf otonom.
Neuropati disebabkan karena adanya penebalan pada dinding pembuluh
darah yang menekan saraf, sehingga akan menyebabkan penurunan nutrien.
Perubahan metabolik mengakibatkan fungsi sensorik dan motorik saraf
menurun kehilangan sensori mengakibatkan penurunan persepsi nyeri.
3) Rentan infeksi seperti tuberculosis paru, gingivitis, dan infeksi saluran
kemih.
4) Kaki diabetik
Kaki diabetik adalah kelainan tungkai kaki bawah akibat diabetes melitus yang
tidak terkendali. Kaki diabetes melitus dapat disebabkan kerena hilangnya
sensori pada kaki yang mengakibatkan trauma dan potensial untuk ulkus.
Perubahan makrovaskular dan mikrovaskular dapat mengakibatkan iskemia
jaringan dan sepsis sehingga akan menyebabkan gangren dan beresiko terhadap
tindakan amputasi.
8. Penatalaksanaan dan Terapi
Penatalaksanaan dan terapi pada klien dengan DM (Arisman,2011) yaitu:
a. Antidiabetik Oral (ADO)
Pemberian ADO dimulai jika olahraga dan diet tidak berhasil untuk menurunkan gula
darah dalam waktu 6-12 minggu. Berdasarkan cara kerjanya, ADO dibagi menjadi 3
kelompok, yaitu:
1) Obat yang berfungsi sebagai perangsang sekresi insulin, seperti: sulfonilurea.
2) Obat yang mempengaruhi kerja insulin, seperti: metformin dan tiazolidindion.
3) Obat yang menghalangi penyerapan glukosa, seperti: penghambat
alfa-glukosidase dan miglitol.
b. Insulin
Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi oleh sel beta pualu langerhans kelenjar
pankreas. Insulin meningkatkan penyimpanan lemak dan mencegah penggunaan
lemak sebagai bahan energi. Insulin menstimulasi pemasukan glukosa ke dalam sel
untuk digunakan sebagai sumber energi dan membantu penyimpanan glikogen di
dalam sel otot dan hati. Insulin endogen adalahinsulin yang dihasilkan oleh pankreas,
sedangkan insulin eksogen adalah insulin yang disuntikan dan merupakan suatu
produk farmasi.
1) Jenis-jenis insulin dibagi menjadi 2, yaitu:
a) Insulin reguler, insulin yang bereaksi cepat (jenis insulin kerja cepat) dan lebih
banyak digunakan sebagai pengendalian gula darah sesudah makan.
b) Insulin Neutral Protamine Hagedorn (NPH), insulin yang bereaksi lambat
(pengaruhnya juga berakhir lambat) dan lebih sering digunakan pada malam hari.
2) Lokasi pemberian insulin
Insulin pada umumnya diberikan dengan suntikan dibawah kulit (subkutan). Pada
keadaan khusus diberikan intramuskular atau intravena secara bolus atau drip.
Gambar 2.1 Lokasi Pemberian insulin
3) Dosis insulin
Dosis pemberian insulin dengan cara sliding scale dimaksudkan agar pemberiannya
lebih efisien dan tepat karena didasarkan pada kadar gula darah klien pada saat itu.
Gula darah diperiksa setiap 6 jam sekali.
Tabel 2.4 Dosis Insulin
Kadar Gula Darah Dosis Insulin
< 60 mg% 0 unit
< 200 mg% 5 – 8 unit
200 – 250 mg% 10 – 12 unit
250 – 300 mg% 15 – 16 unit
300 – 350 mg% 20 unit
> 350 mg% 20 – 24 unit
Sumber: Arisman, 2011
c. Diet
1. Tujuan umum penatalaksanaan diet pada diabetes melitus adalah :
a) Mencapai dan mempertahankan kadar gukosa darah mendekati kadar normal.
b) Mencapai dan mempertahankan lipid mendekati kadar yang optimal.
c) Mencegah komplikasi akut dan kronik.
d) Meningkatkan kualitas hidup.
2. Penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung Berat Badan Ideal (BBI) dan
Indeks Massa Tubuh (IMT), dengan rumus : (Kozier, 2011)
BBI=( TBdalam cm – 100) ± 10% (TB dalam cm – 100)
IMT = Berat dalam kg
(Tinggi dalam meter)2
Ketrangan :
a) Malnutrisi : kurang dari 16 kg
b) Berat badan kurang : 17-19 kg
c) Normal : 20-25 kg
d) Berat badan lebih : 26-30 kg
e) Kegemukan sedang sampai berat : 31-40 kg
f) Kegemukan yang tidak wajar : lebih dari 40 kg
Jenis diit DM dan komposisi zat gizi yang terkandung
Tabel 2.5 Jenis Diit DM
Jenis Kalori Karbohidrat Protein Lemak
Diit DM I 1100 160 50 30
Diit DM II 1300 195 55 35
Diit DM III 1500 225 60 40
Diit DM IV 1700 260 65 45
Diit DM V 1900 300 70 50
Diit DM VI 2100 325 80 55
Diit DM VII 2300 350 85 65
Diit DM VIII 2500 390 90 65
Sumber: Arisman, 2011
Keterangan:
a) Diit I, II, III: diberikan pada klien DM yang mengalami obesitas.
b) Diit IV, V : diberikan pada klien DM dengan BB normal.
c) Diit VI, VII, VIII: diberikan pada klien DM yang kurus, diabetes remaja, atau
penyandang DM dengan penyulit.
d. Olahraga
Dianjurkan latihan jasmani teratur 3-4 kali tiap minggu selama kurang lebih ½ jam.
Latihan dilakukan terus menerus tanpa berhenti, otot-otot berkontraksi dan relaksasi
secara teratur. Latihan minimal dilakukan selama 3 hari dalam seminggu. Adanya
kontraksi otot yang teratur akan merangsang peningkatan aliran darah dan penarikan
glukosa ke dalam sel.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Klien biasanya datang dengan keluhan badan terasa sangat lemas serta ditandai
dengan gangguan penglihatan, klien juga mengeluh banyak kencing (poliuria),
biasanya klien belum mengetahui salah satu tanda dan gejala dari penyakit DM.
2) Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit yang paling dominan pada DM, yaitu munculnya sering buang air
kencil (poliuria), sering lapar (polifagia) dan sering haus (polidipsi). Biasanya
penderita belum menyadari kalau itu merupakan perjalanan penyakit diabetes
mellitus. Penderita baru tahu kalau sudah memeriksakan diri kepelayanan kesehatan.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Diabetes dapat terjadi saat kehamilan, yang terjadi hanya saat hamil saja dan biasanya
tidak dialami setelah melahirkan namun perlu di waspadai akan kemungkinan
mengalami diabetes yang sesungguhnya di kemudian hari.
4) Riwayat kesehatan keluarga
DM dapat menurunkan silsilah keluarga yang mengidap diabetes, karena kelainan
gen yang mengakibatkan tubuh tidak dapat menghasilkan insulin dengan baik.
Eliminasi
Gejala Tanda
Perubahan pola berkimih (poliuria), Urine encer, pucat, kuning: poliuria
nokturia. (dapat berkembang menjadi
oliguria/anuria jika terjadi hipovolemia
Rasa nyeri atau terbakar, kesulitan
berat)
berkimih (infeksi), ISK baru/berulang.
Urine berkabut, bau busuk (infeksi)
Nyeri tekan abdomen
Abdomen keras, adanya asites
Diare
Bising usus lemah dan menurun:
hiperaktif (diare)
Makanan /cairan
Gejala Tanda
Hilang napsu makan Kulit kering/bersisik, turgor jelek
Mual atau muntah Kekakuan /distensi abdomen, muntah.
Tidak mengikuti diet: peningkatan Pembesaran tiroitd (peningkatan
masukan glukosa/karbohidat kebutuhan metabolik dangan
peningkatan gula darah)
Penurunan berat badan lebih dari periode
bebrapa hari/minggu Bau halitosis /manis, bau buah (napas
aseton)
Haus
Penggunaan diuretik (tiazid)
Neurosensori
Gejala Tanda
Pusing/pening Disorientasi: mengantuk, letargi,
stupor/koma (tahap lanjut).
Sakit kepala
Ganguan memori (baru, masa
Kesemutan, kebas kelemahan pada otot,
lalu):kacau mental
parestesia
Refleks tendon dalam (RTD) menurun
Gangguan penglihatan
(koma)
Aktivitas kejang (tahap lanjut dari
DKA.
Nyeri /keamanan
Gejala Tanda
Abdomen yang tengang atau nyeri Wajah meringis dengan palpitasi:
(sedang /berat) tampak berhati-hati.
Pernapasan
Gejala Tanda
Merasa kekurangan oksigen, batuk Lapar udara
dengan atau tanpa sputum purulen
Batuk, dengan/tanpa sputum purulen
(tergantung adanya infeksi atau tidak)
(infeksi)
Frekuensi pernapasan
Keamanan
Gejala Tanda
Kulit kering, gatal; ulkus kulit Demam
Kulit rusak, lesi/ulserasi
Menurunya kekuatan umum/rentang
gerak
Parastesia atau paralisis otot termasuk
otot-otot pernapasan (jika kdar kalium
menurun dengan cukup tajam)
Seksualitas
Gejala Tanda
Rabas vagina (cendurung infeksi) Tidak ada
Masalah impoten pada pria : kesulitan
oragasme pada wanita
Sumber: Doenges 2014
d. Pemeriksaan Fisik
1) Tingkat kesadaran : normal, letargi, stupor, koma.
2) Tanda-tanda vital
a) Tekanan darah : hipertensi (karena peningkatan viskositas darah oleh
glukosa sehingga terjadi peningkatan tekanan pada dinding pembuluh darah
dan risiko terbentuknya plak pada pembuluh darah).
b) Frekuensi nadi : takikardi (terjadi kekurangan energi sel sehingga jantung
melakukan kompensasi untuk meningkatkan pengiriman).
c) Frekuensi pernafasan : takhipnea (pada kondisi ketoasidosis).
d) Suhu tubuh : deman (pada penderita dengan komplikasi infeksi pada luka
atau pada jaringan lain), hipotermia (pada penderita yang tidak mengalami
infeksi atau penurunan metabolic akibat menurunnya masukkan nutrisi
secara drastis.
3) Berat badan: Kurus ramping (pada diabetes melitus fase lanjutan dan lama tidak
mengalami terapi), gemuk padat, gendut (pada fase awal penyakit atau penderita
lanjutan dengan pengobatan yang rutin dan pola makan yang masih tidak
terkontrol).
4) Kulit
a) Warna : perubahan-perubahan pada melanin, kerotenemia (pada penderita
yang mengalami peningkatan traumamekanik yang berakibat luka sehingga
menimbulkan ganggren. Tampak warna kehitam-hitaman disekitar luka.
Daerah yang sering terkena adalah ekstremitas bawah).
b) Kelembaban : lembab (pada penderita yang tidak mengalami diuresis
osmosis dan tidak mengalami dehidrasi), kering (pada pasien yang
mengalami diuresis osmosis dan dehidrasi).
c) Suhu : dingin (pada penderita yang tidak mengalami infeksi dan
menurunnya masukan nutrisi), hangat (mengalami infeksi atau kondisi
intake nutrisi normal sesuai aturan diet).
d) Tekstur : halus (cadangan lemak dan glikogen belum banyak di bongkar),
kasar (terjadi pembongkaran lemak, protein, glikogen otot untuk produksi
energi).
e) Turgor : menurun pada dehidrasi.
5) Kuku : warna pucat, sianosis (penurunan perfusi pada kondisi ketoasidosis atau
komplikasi infeksi saluran pernafasan).
6) Kepala
a) Kulit kepala : ada benjolan atau lesi, antara lain : kista pilar dan psoriasis
(yang rentan terjadi pada penderita diabetes melitus karena penurunan
antibody).
b) Wajah : termasuk simetris.
c) Mata
Inspeksi :
Sklera dan konjungtiva : sklera mungkin ikterik, konjungtiva anemis
pada penderita yang sulit tidur karena banyak kencing pada malam hari.
Kornea, iris dan lensa : penderita diabetes melitus sangat berisiko pada
kekeruhan lensa mata.
Pupil : miosis, midriosis atau anisokor.
d) Telinga
Lubang telinga : produksi serumen tidak sampai mengganggu diameter
lubang.
Gendang telinga : kalau tidak menutup serumen berwarna putih
keabuan, dan masih dapat bervibrasi dengan baik apabila tidak
mengalami infeksi sekunder.
Pendengaran : ketajaman pendengaran terhadap bisikan dapat
mengalami penurunan.
e) Hidung : tidak terjadi pembesaran polip.
f) Mulut
Bibir : sianosis, pucat (apabila mengalami asidosis atau penurunan
perfusi jaringan pada stadium lanjut).
Mukosa oral : kering (dalam kondisi dehidrasi akibat diuresis osmosis).
Gusi perlu diamati kalau ada gingivitis karena penderita memang rentan
terhadap pertumbuhan mikroorganisme.
Langit-langit mulut : mungkin terdapat bercak keputihan karena pasien
mengalami penurunan kemampuan personal hygiene akibat kelemahan
fisik.
g) Leher : pembesaran kelenjar limfe dapat muncul apabila ada infeksi sistemik.
7) Toraks dan paru-paru
a) Inspeksi frekuensi : irama, kedalaman dan upaya bernafas antara lain
takipnea, hipernea, dan pernafasan Chyne Stoke (pada kondisi ketoasidosis).
b) Bentuk dada : normal.
c) Dengarkan pernafasan : stridor (pada obstruksi jalan nafas), mengi (apabila
penderita sekaligus mempunyai riwayat asma atau bronkhitis kronik).
8) Dada
a) Inspeksi : deformitas atau asimetris.
b) Palpasi : adanya nyeri tekan atau tidak.
c) Perkusi : pada penderita normal area paru terdengar sonor.
e) Auskultasi : bunyi nafas vesikuler atau bronko vesikuler.
9) Aksila : inspeksi terhadap kemerahan, infeksi dan pigmentasi.
10) Abdomen
a) Inspeksi : pada kulit apakah ada strie dan simetris adanya pembesaran organ.
b) Auskultasi : bising usus apakah terjadi penurunan atau peningkatan
motilitas.
c) Perkusi : pada abdomen terhadap proporsi dan pola tympani serta kepekaan.
d) Palpasi : untuk mengetahui adanya nyeri tekan/massa.
11) Genetalia : inspeksi apakah ada kemerahan pada kulit skrotum.
12) Sistem Neurosensori : pada penderita diabetes melitus biasanya merasakan gejala
pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parestesia, dan
gangguan penglihatan.
e. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan menurut (Amin Huda & Hardhi Kusuma, 2015), antara
lain:
1) Kadar glukosa darah
a) Glukosa plasma sewaktu : lebih dari 200 mg/dL.
b) Glukosa plasma puasa : lebih dari 140 mg/dL.
c) Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi makanan (gula darah postprandial lebih dari 200 mg/dL).
2) Aseton plasma (keton) : Positif secara mencolok.
3) Asam lemak bebas : Kadar lipid dan kolesterol meningkat.
4) Hemoglobin glikosilasi (HbA1c) meningkat.
5) Urinalisis dapat menunjukkan aseton atau glukosa.
6) Osmolalitas serum: meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l.
7) Elektrolit
a) Natrium: mungkin normal, meningkat atau menurun.
b) Kalium: normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler), selanjutnya
akan menurun.
c) Fosfor: lebih seirng menurun.
8) Gula darah arteri: biasanya menunjukan pH rendah dan penurunan pada HCO3
(asidosis metabolik dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
9) Trombosit darah: Ht mungkin meningkat (dehidrasi), leukositosis,
hemokonsentrasi, merupakan respons terhadap stres atau infeksi.
10) Ureum/kreatinin: mungkin meningkat atau normal (dehidrasi/penurunan fungsi
ginjal).
11) Insulin darah: mungkin menurun/bahkan sampai tidak ada (pada tipe I) atau
normal sampai tinggi (tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi
insulin/gangguan dalam penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten insulin
dapat berkembang sekunder terhadap pembentukan antibodi.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu bagian integral dari proses keperawatan. Hal ini
merupakan suatu komponen dari langkah-langkah analisa, dimana perawat
mengidentifikasi respon-respon individu terhadap masalah-masalah kesehatan yang
aktual, resiko dan potensial.
Diagnosa menurut Amin Huda & Hardhi Kusuma Nanda NIC-NOC, (2015) dan
Doenges (2012), adalah :
3. Perencanaan Keperawatan
Rencana keperawatan menurut Amin Huda & Hardhi Kusuma Nanda NIC-NOC,
(2015) dan Doenges (2012), adalah :
1. Kekurangan volume cairan b.d diuresis osmotik (dari hiperglikemia)
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
Kriteria Hasil :
a. Tanda vital stabil
b. Nadi perifer dapat teraba
c. Turgor kulit dan pengisian kapiler baik
d. Haluran urine tepat secara individu
e. Kadar elektrolit dalam batas normal
Intervensi :
Intervensi :
Rencana keperawatan:
Rencana tindakan:
Rencana tindakan:
1) Observasi tanda infeksi dan inflamasi, seperti demam, kemerahan, adanya pus
pada luka.
R : pasien masuk kemungkinan dengan infeksi yang biasanya telah mencetus keadaan
ketosidosis atau dapat mengalami infeksi nosokomial.
2) Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif (seperti pemasangan infus,
kateter folley, dsb).
R : Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik bagi
pertumbuhan kuman.
3) Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan.
R : mencegah terjadinya infeksi.
4) Kolaborasi antibiotik sesuai indikasi.
R : penenganan awal dapat membantu mencegah timbulnya sepsis.
Intrervensi :
Intervensi
Intervensi
4. Pelaksanaan Keperawatan
Menurut Kozier (2010) pada proses keperawatan, implementasi adalah fase ketika
perawat mengimplementasikan intervensi keperawatan. Dalam pelaksanaan, perawat
mengkaji kembali klien, menentukan kebutuhan perawat terhadap bantuan,
mengimplementasikan intervensi keperawatan, melakukan supervisi kasus yang
didelegasikan, dan mendokumentasikan tindakan keperawatan dan respons klien
terhadap tindakan tersebut.
5. Evaluasi Keperawatan
Hasil yang diharapkan pada proses keperawatan dengan Diabetes Melitus adalah :
TINJAUAN KHUSUS
Dalam BAB ini penulis akan menyelesaikan sebuah laporan kasus Pemenuhan
Kebutuhan Dasar pada klien Ny.S dengan Diabetes Melitus Tipe 2 di paviliun Melati
RS. Islam Jakarta Cempaka Putih. Proses pelaksananaan Asuhan Keperawatan selama
tiga hari dari tanggal 23-25 mei 2017. dalam melengkapi data ini penulis mengadakan
wawancara dengan klien, keluarga klien, tim perawat diruangan, selain itu juga
memperoleh data-data catatan medis, catatan keperawatan, dan di dapatkan hasil
observasi langsung serta pemeriksaan fisik.
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian pada klien di lakukan pada tanggal 23 mei 2017 di Paviliun Melati Rumah
Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih.
1. Identitas klien
Klien berinisial Ny.S, jenis kelamin perempuan, usia 57 tahun, status pernikahan
menikah, beragama islam, suku bangsa jawa, pendidikan terakhir SMP, bahasa yang
digunakan adalah bahasa indonesia, pekerjaan saat ini ibu rumah tangga, alamat jalan
Rusun Damkar Blok F Lt1/8 kelurahan cengkareng barat, sumber biaya jaminan
perusahaan, sumber informasi diperoleh dari klien, keluarga klien, tim perawat
ruangan dan status klien.
2. Resume
Pada tanggal 20 mei 2017 jam 21:55 wib, Ny.S klien datang ke UGD dengan keluhan
lemas sejak 2 hari yang lalu, mata berkunang kunang, mual, muntah 3kali. Keluarga
klien mengatakan klien mempunya riwayat Diabetes Melitus sudah 3 tahun dan saat
di rumah jam 16:00 klien menyuntikan insulin 8 unit dan meminum obat metformin
500mg. Klien datang dengan kesadaran composmentis, GCS E:4 M:6 V:5, dan hasil
51
52
HEMATOLOGI RUTIN
Hematokrit L 25 % 35-47
MCV/VER L 68 fL 80-100
MCH/HER L 25 pg 26-34
DIABETES
Klien dipindahkan ke ruang melati kamar 03 pada jam 22:45 di pindahkan dengan
brankar. Sesampai nya di ruangan klien di kaji oleh perawat ruangan dan perawat
melaporkan pasien baru kepada dokter penanggung jawab dan di berikan intruksi SC
(sliding scale)/6 jam dan terapi insulin sesuai hasil.
21 mei 2017 : SC/ 6 jam dan terapi insulin sesuai hasil
Hasil SC 1
Glukosa jam 06:00 = 274 mg/dL
Glukosa jam 11:00 = 175 mg/dL
Glukosa jam 17:00 = 190 mg/dL
Glukosa jam 23:00 = 199 mg/dL
3. Data Dasar
a. Riwayat Keperawatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada tanggal 23 mei 2017 klien dilakukan pengkajian oleh mahasiswa dengan
keluhan utama lemas, mual, mata terasa kunang-kunang. Kronologis keluhan
penyakit klien mengatakan sudah 2 hari yang lalu dengan timbulnya keluhan bertahap
kemudian Ny.S dibawa ke ugd RS. Islam jakarta cempaka putih, sebelum dibawa
Ny.S menyuntikan insulin 8 unti dan meminum metformin.
2) Riwayat Kesehatan Masalalu
Klien mengatakan tidak ada alergi dengan obat, klien mengatakan tidak pernah
kecelakaan, klien mengatakan sudah pernah dirawat di RSIJ karna fatique intek sulit,
DM, GE pada tanggal 06 mei 2017.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Keterangan:
= Laki-laki
=Perempuan
= Meninggal
= Klien
= Tinggal
Serumah
= menikah
Ny.S adalah anak tunggal, kedua orang tua nya sudah meninggal karena sudah lanjut
usia, dari kedua orang tua Ny.S tidak ada yang mempunyai riwayat Diabetes Melitus.
Ny.S mempunyai suami Tn.A dan sekarang sudah di karuniai 3 orang anak
perempuan dan 2 orang anak laki-laki. Ny.S dan Tn.A sekarang hanya tinggal berlima
dengan 3 orang anak nya yang nomer 2, 4 dan 5. sedangkan anak 1 dan ke 3 sudah
tidak tinggal bersama kedua orang tuanya karena sudah menikah dan ikut bersama
dengan suaminya dan sekarang sudah punya anak dan mempunyai tempat tinggal
sendiri.
4) Riwayat Psikososial dan Spiritual
Orang terdekat Ny.S adalah suami dan semua anaknya, dalam keluarga sering
berkomunikasi, Ny.S dalam pola komunikasi jelas dan terarah, pembuat keputusan
dalam rumah tangga Ny.S menyerahkan semua nya kepada suami Tn.A. Ny.S dalam
kegiatan kemsayrakatan tidak mengikuti karna mengingat usia yang sudah masuk
lansia. Dan semenjak Ny.S sakit terjadi perubahan fungsi peran menjadi seorang istri,
ibu, nenek, dan keluarga. Tanggapan keluarga sendiri dengan penyakit istri/ibu
mengatakan pasrah dengan yang allah berikan terhadap penyakit istri/ibu (Ny.S).
Mekanisme koping yang di gunakan oleh Ny.S terhadap penyakitnya selalu minum
obat dan mencari pertolongan. Hal yang dipikirkan saat ini hanya ingin cepat sembuh
dan bisa beraktivitas kembali lagi karna semenjak sakit tidak bisa melakukan aktivitas
seperti biasa tidur terbaring saja tapi untuk aktivitas keagamaan seperti sholat dan
berdoa alhamdulillah semua tetap berjalan meskipun sakit tidak mengahalangi
kebutuhan keagamaan.
5) Pola Kebiasaan
a) Pola Nutrisi
(1) Sebelum sakit
Frekuensi makan klien 3x/hari. Nafsu makan klien baik. Tidak ada
mual, muntah, dan sariawan. Klien menghabiskan 1 porsi
makanannya, tidak ada makanan yang tidak disukai oleh klien,
tidak ada makanan yang membuat klien alergi, klien mempunyai
makanan pantangan yang manis-manis sejak memiliki penyakit
Diabetes Melitus, klien biasa makan nasi, tidak ada penggunaan
obat-obatan yang diminum sebelum makan, dan tidak
menggunakan alat bantu makan.
(2) Di Rumah Sakit
Frekuensi makan klien 3x/hari. Nafsu makan tidak baik dengan
alasan mual. Klien menghabiskan 1/2 porsi. Makanan yang disukai
klien sayur-sayuran, buah-buahan, tempe dan tahu, tidak ada
makanan yang membuat klien alergi. Klien mempunyai makanan
pantangan yang manis-manis sejak memiliki penyakit Diabetes
Melitus. Diit klien dengan bubur DM 1500 kkal, tidak ada
penggunaan obat obatan seblum makan, dan klien tidak
menggunakan alat bantu makan.
b) Pola Eliminasi
(1) Sebelum Sakit
Frekuensi mandi klien 2 x/hari, pada waktu pagi dan sore hari.
Klien menggosok gigi 2 x/hari pada waktu pagi dan sore hari
setelah mandi. Selama dirumah biasanya klien mencuci rambut 3 x
dalam seminggu.
(2) Di Rumah Sakit
Selama di Rumah Sakit klien mandi 2 x/hari, pada waktu sore hari.
Menggosok gigi 2 x/hari pada waktu sore hari setelah mandi.
Selama di Rumah Sakit klien belum pernah mencuci rambutnya.
2) Sistem Penglihatan
3) Sistem Pendengaran
4) Sistem Wicara
5) Sistem Pernafasan
6) Sistem Kardiovaskuler
a) Sirkulasi Perifer
b) Sirkulasi Jantung
9) Sistem Pencernaan
5555 5555
4444 4444
Pemeriksaan penunjang
(DIETERY HISTORY)
Makanan yang disukai klien sayur
sayuran, buah-buahan, tempe dan tahu.
Dan mengurangi makanan dan minuman
yang manis-manis.
Diit skarang saat dirumah sakit :
-Rendah gula
-TIM DM 1500 kkal (diit DM 3)
- makanan pendamping 2x200 cc
Kekuatan otot:
5555 5555
4444 4444
5. Analisa Data
Kulit tubuh :
Warna : tampak warna
kemerahan dan tidak ada
sianosis
Kelembaban : kulit tampak
lembab
Suhu : teraba hangat
Turgor : elastis
kuku : kuku klien tampak bersih
dan tidak panjang
(DIETERY HISTORY)
Makanan yang disukai klien
sayur sayuran, buah-buahan,
tempe dan tahu. Dan
mengurangi makanan dan
minuman yang manis-manis.
Diit skarang saat dirumah
sakit : -Rendah gula
-TIM DM 1500 kkal (diit DM 3)
- makanan pendamping 2x200cc
Nafsu makan klien tampak tidak
baik.
Porsi makan yang dihabiskan
1/2 porsi.
Klien tidak menggunakan alat
bantu makan.
Klien hanya memakan makanan
pendamping 2-3 sendok saja.
3. DS:
Klien mengatakan saat berjalan Kelelahan Penurunan produksi
ke kamar mandi dibantu oleh energi metabolik
anaknya.
Klien mengatakan bagian
bawah tubuhnya terasa lemas
dan kaku kaki kanan dan kiri.
DO:
Klien tampak kesadaran
komposmentis
Klien tampak pucat, lemas
Elektrolit 22 mei 2017
1. Natrium (Na) CL 117 mEq/L
2. Kalium (K) L 2,5 mEq/L
3. Klorida (CL) L 83 mEq/L
Kekuatan otot:
5555 5555
4444 4444
B. Diagnosa Keperawatan
Kulit tubuh :
Warna : tampak warna
kemerahan dan tidak ada
sianosis
Kelembaban : kulit tampak
lembab
Suhu : teraba hangat
Turgor : elastis
kuku : kuku klien tampak bersih
dan tidak panjang.
(DIETERY HISTORY)
Makanan yang disukai klien
sayur sayuran, buah-buahan,
tempe dan tahu. Dan
mengurangi makanan dan
minuman yang manis-manis.
Diit skarang saat dirumah
sakit : -Rendah gula
-TIM DM 1500 kkal (diit DM 3)
-Makanan pendamping 2x200 cc
Nafsu makan klien tampak
baik.
Porsi makan yang dihabiskan
1/2 porsi.
Klien tidak menggunakan alat
bantu makan.
Klien hanya memakan makanan
pendamping 2-3 sendok saja.
3. Kelelahan berhubungan dengan
penurunan fungsi metabolik, ditandi 23 mei 2017 25 mei 2017 ASRI NURUL
dengan: FALAH
DS:
Klien mengatakan saat berjalan
ke kamar mandi dibantu oleh
anaknya.
Klien mengatakan bagian
bawah terasa lemas dan kaku
kaki kanan dan kiri.
DO:
Klien tampak kesadaran
komposmentis
Klien tampak pucat, lemas
Elektrolit 22 mei 2017
1. Natrium (Na) CL 117 mEq/L
2. Kalium (K) L 2,5 mEq/L
3. Klorida (CL) L 83 mEq/L
Kekuatan otot:
5555 5555
4444 4444
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Asri
13:00 6. menjalankan program dokter
DS: klien mengatakan bersedia dan
terimakasih
DO: -memberikan NaCl oaps 500mg
-KSR 2 tablet
-infus NaCl/6jam : sisa cairan 200ml
Asri
Rabu/24 08:00 1. mengkaji asupan dan haluran (I&O)
mei 2017 DS: -klien mengatakan dalam 24 jam
minum habis 1,6 liter
- BAK dalam 24jam 11x/hari
DO: tampak menunjukan tempat botol
minum (1,5L) dan gelas yang baru di
minum
Asri
2. menkaji tanda-tanda vital, turgor kulit,
08:30
kelembaban, warna
DS: klien mengatakan bersedia dan terima
kasih.
DO: -TD: 120/80 mmHg
-N: 90x/menit
-R: 19 x/menit
-S: 37,0°C
- turgor kulit: elastis
- kelembaban: lembab
- warna : kemerahan
3. menimbang BB
12:08 DS: klien mengatakan senang karna BB Asri
naik 1kg
DO: bb=38kg
4. hasil akhir SC
13:50 Tgl hasil cetak 23/05/2017 22:48 Asri
Glukosa jam 05:00 = 218 mg/dL
Glukosa jam 11:00 = 311 mg/dL
Glukosa jam 19:00 = 131 mg/dL
Glukosa jam 23:00 = 273 mg/dL
5555 5555
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Berdasarkan tindakan yang telah dilakukan dari tanggal 23 mei sampai 25 mei
2017, didapatkan hasil evaluasi setiap hari adalah sebagai berikut:
NO. HARI/
JAM EVALUASI (SOAP) PARAF
DX TANGGAL
S: - klien mengatakan dalam 24jam
minum habis 1,650 ml/hari
- BAK dalam 24 jam 10x/hari
O: - klien tampak tidak lemas seperti
kemarin, sedikit lebih segar dari
Kamis/25 kemarin
1 14:00 Asri
mei 2017 - TD: 120/90mmHg
- N: 87x/menit
- R: 19x/menit
- S: 36,8°C
Hasil elektrolit:
- natrium (Na) : L 129 mEq/L
- kalium (K) : 4.2 mEq/L
- klorida (Cl) : 99 mEq/L
Memberikan terapi oral
- NaCl oaps 500mg
- KSR 2 tablet
- infus NaCl / 6 jam
A: masalah belum teratasi
P: - pantau asupan dan haluran (I&O)
- lanjutkan program dokter
S: - klien mengatakan makan habis 1
porsi karna sudah tidak mual seperti
kemarin
- klien mengatakan senang karna BB
Kamis/25 naik 1 kg
2 14:00 Asri
mei 2017 O: - tampak habis 1 porsi
- insulin 8 unit sudah masuk
- BB: 38kg
A: masalah teratasi
P: pertahankan intervensi
5555 5555
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada BAB ini penulis telah menguraikan permasalahan mengenai tinjauan teoritis
beserta laporan kasus penelitian. Dalam pembahasan ini penulis mencoba
membandingkan antar tinjauan teoritis dengan laporan kasus tentang pemenuhan
kebutuhan dasar pada Ny.S dengan gangguan sistem endokrin: Diabetes Mellitus
Tipe 2 di paviliun Melati Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih mulai dari
tanggal 23-25 Mei 2017. Pembahasan ini mengikuti tahap-tahap proses perawatan
mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, serta evaluasi
keperawatan.
1. Pengkajian Keperawatan
Pada tahap pengkajian penulis mengacu pada proses pengkajian yang terdapat
pada tinjauan teoritis. Dalam pengumpulan data penulis melakukan pengkajian
secara komprehensif yang mengacu pada tinjauan teoritis yang meliputi aspek bio,
psiko, sosial, dan spiritual yang dilakukan dengan memperhatikan kondisi klien.
Pada tahap pengkajian, penulis melakukan pengumpulan data yang didapatkan
dari hasil wawancara dengan klien, pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan
diagnostik, catatan medis, catatan keperawatan serta bekerja sama dengan perawat
ruangan, dan tim kesehatan lainnya yang mendukung dalam pengkajian.
Dari hasil pengkajian terhadap keluarga Ny.S terdiagnosis DM sejak 3 tahun yang
lalu. Dari hasil pengkajian didapatkan bahwa klien mengalami Diabetes Melitus
Tipe 2. Hal ini sesuai dengan teori pada tinjauan teoritis bahwa DM Tipe 2
banyak terjadi pada usia dewasa pertengahan 40 tahun dan lebih. Pada klien
dengan DM Tipe 2 terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor.
Kelainan ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor pada
membrane sel yang selnya responsif terhadap insulin atau akibat ketidak normalan
82
reseptor insulin dengan system transpor glukosa. Ketidak normalan post reseptor
dapat mengganggu kerja insulin. Pada akhirnya, timbul kegagalan sel beta dengan
menurunnya jumlah insulin yang beredar dan tidak lagi memadai untuk
mempertahankan glukosa dalam darah.
Faktor resiko yang ditemukan pada Ny.S adalah gaya hidup dan pola makan yang
salah serta keduanya adalah faktor menurunnya produksi insulin pada pankreas.
Manifestasi yang muncul pada Ny.S mengalami buang air kecil yang luar biasa
pada malam hari, mengeluh kencing terus menerus dan merasa haus terus
menerus. Hal ini sama halnya dengan manifestasi klinis pasien DM yang akan
menyebabkan nocturia, poliuri, dan polidipsi. Berdasarkan konsep, terjadinya
poliuri dan polidipsi di sebabkan oleh kadar glukosa dalam darah meningkat,
maka ginjal tidak dapat menyerap kembali glukosa yang keluar sehingga
mengakibatkan glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa
yang berlebihan di keluarkan melalui urine, maka pengeluaran urine akan disertai
pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan (diuresis osmotik). Akibat
kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan, maka pasien akan mengeluh
banyak kencing (poliuria) dan banyak minum (polidipsi).
2. Diagnosa Keperawatan
3. Perencanaan Keperawatan
Pada tinjauan teoritis, diagnosa yang dapat ditegakkan pada diagnosa pertama
adalah kekurangan volume cairan b.d diuresis osmotik, intervensi yang dibuat
dari diagnosa pertama adalah dapatkan riwayat klien atau orang terdekat tentang
lama frekuensi urin, Pantau asupan dan haluran (intake dan output), Pantau tanda
tanda vital dan catat adanya peruban tekanan darah, Kaji warna, turgor kulit dan
kelembaban nya, Anjurkan mempertahankan asupan cairan 2500-3000ml/hari,
Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan elektrolit ulang, dan jalnaknan
program dokter:-infus nacl/6jam -NaCl oaps: 3x500mg (06,12,18) -KSR: 3x2
tablet (06,12,18).
Diagnosa kedua yaitu perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan tidak adekuatnya produksi insulin, intervensi yang dibuat
dari diagnosa kedua adalah observasi dan catat asupan klien, Timbang berat badan
setiap 3hari sekali, Libatkan keluarga klien pada pernecanaan makan ini sesuai
dengan indikasi, Jalankan program dokter: -berikan terapi insulin 3x8 unit -
ranitidin injeksi : 2x1 (07 dan 19) - ondansentron : 3x1 (07,15 dan 23), Dan
kolaborasi dengan dokter dalam pemeriksaan curva harian.
Diagnosa ketiga yaitu kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi
metabolik. intervensi yang dibuat dari diagnosa ketiga adalah diskusikan dengan
klien kebutuhan aktivitasnya misalnya duduk ditempat tidur, berjalan ke kamar
mandi, buat jadwal perencanan dengan klien dengan indikasi aktivitas yang
menimbulkan kelelahan, berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang
cukup tanpa diganggu, pantau nadi, frekuensi pernapasan dan tekanan darah
sebelum atau sesudah melakukan aktifitas, pantau aktifitas klien dan jumlah
energi yang masuk, dan tekankan pentingnya mempertahankan periksaan gula
darah setiap hari.
4. Pelaksanaan Keperawatan
Pada tahap ini penulis melakukan implementasi kepada klien yang berlangsung
selama 3 hari yaitu mulai tanggal 23-25 Mei 2017. Implementasi yang dilakukan
penulis berdasarkan rencana keperawatan yang telah disusun bersama klien dan
perawat ruangan serta disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi klien saat ini.
Pada tahap pelaksanaan penulis bekerja sama dengan tim perawat di ruangan
untuk melaksanakan tindakan keperawatan yang mengacu pada rencana tindakan
sampai dengan hari ketiga. Tindakan keperawatan yang dilakukan pada Ny.S
yaitu mengkaji keluhan klien, mengobservasi tanda-tanda vital, dan memberikan
terapi obat.
Evaluasi merupakan hasil dari proses keperawatan dimana dalam tahap ini,
penulis akan melakukan evaluasi proses dan evaluasi akhir. Dalam membuat
evaluasi berdasarkan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan berdasarkan
perencanaan.
Pada kasus ada 1 diagnosa dalam analisa masalah belum teratasi, yaitu :
PENUTUP
Pada bab ini, penulis melakukan asuhan keperawatan pad Ny.S dengan Diabetes
Melitus Tipe 2, mulai dari tanggal 23 mei sampai dengan 25 mei 2017. Penulis
mengambil kesimpulan baik dari tinjauan teoritis maupun tinjauan kasus yaitu :
A. Kesimpulan
Asuhan keperawatan pada Ny.S dengan Diabetes Melitus Tipe II melalui proses
pengkajian, pemeriksaan fisik, observasi, dan wawancara ini dapat dilakukan
dengan baik. Ini disebabkan karena kooperatifnya keluarga dan dukungan yang
baik dari petugas ruangan dan sarana prasarana yang ada.
1. Pengkajian Keperawatan
Pada tahap ini penulis melakukan pengkajian pada klien Diabetes Melitus
yaitu pada Ny.S. Penulis mengkaji masalah keperawatan saat ini, riwayat
kesehatan keluarga, riwayat kesehatan masa lalu, pola kebiasaan sehari-hari
dan dilakukan pemeriksaan fisik terhadap klien secara menyeluruh.
Pada Ny.S didapatkan data bahwa klien mempunyai DM sudah 3tahun hal ini
dikatakan oleh keluarga. Diabetes Melitus merupakan sekumpulan gangguan
metabolisme yang disebabkan oleh defisiensi insulin atau akibat kerja insulin
yang tidak adekuat yang ditandai dengan glukosa dalam darah >200mg/dL
pada gula darah sewaktu.
Faktor resiko yang ditemukan pada Ny.S adalah gaya hidup stress dan pola
makan yang salah serta keduanya adalah faktor menurunnya produksi insulin
oleh pankreas. Manifestasi yang muncul pada kasus Ny.S yaitu Poliuria
(peningkatan pengeluaran urine), Polidipsia (peningkatan rasa haus), Rasa
lelah dan kelemahan otot. Manifestasi klinis tersebut terjadi karena kadar gula
darah sampai diatas 160-180mg/dL maka glukosa akan sampai ke air kemih.
Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang air tambahan untuk
88
89
2. Diagnosa Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Pendidikan Tambahan
1. Pelatihan Basic Trauma & Cardiac Life Support Tahun 2016
2. Pelatihan Dasar Kepemimpinan Mahasiswa Tahun 2014
Riwayat Organisasi
1. Ikatan Keluarga Mahasiswa Tahun 2015-2016