Anda di halaman 1dari 100

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY.

S DENGAN
GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR CAIRAN
DAN NUTRISI PATOLOGI SISTEM ENDOKRIN: DIABETES
MELITUS TIPE II DI PAVILIUN MELATI RUMAH SAKIT
ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH

Tanggal 23-25 Mei Tahun 2017

Disusun Oleh : ASRI


NURUL FALAH
2014750006

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
TAHUN 2017
1
2
i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Pertama-tama kami panjatkan dengan kerendahan hati dan keikhlasan hati yang
mendalam, puji syukur kehadirat Allah SWT, dengan penuh kesadaran bahwa Dia
telah membalas dosa-dosa yang telah banyak kita lakukan dengan karunia nikmat
yang jauh lebih banyak lagi. Shalawat dan salam semoga tercurahkan Nya pada
junjungan kita, kekasih kita, manusia yang paling mulia yang pernah ada didunia
yaitu Nabi besar Muhammad SAW, tentu saja beserta keluarganya yang mulia,
para sahabatnya yang agung, serta kita dan para pengikutnya sampai akhir zaman
nanti, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyususnan makalah ilmiah yang
berjudul
‘’Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny.S Dengan Gangguan Pemenuhan
Kebutuhan Dasar Cairan dan Nutrisi Patologi Sistem Endokrin: Diabetes Melitus
Tipe II di Paviliun Melati Rumah Sakit Islam Jakarta Cempak Putih”.

Makalah ilmiah ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan untuk


menyelesaikan pendidikan program DIII Keperawatan Rumah Sakit Islam Jakarta
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta. Oleh karena itu
penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Ucapan terima kasih ini penulis
tunjukkan kepada :

1. Bapak Dr. Muhammad Hadi, SKM,.M.Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu


Keperawatan UMJ.
2. Ibu Ns. Titin Sutini, M.Kep., Sp. Kep. An selaku Ka. Prodi DIII Keperawatan
RSIJ FIK-UMJ.
3. Bapak Drs. Dedi Muhdiana, M.Kes. Selaku wali tingkat yang selalu
membimbing, meningkatkan, dan mengarahkan mahasiswa Program DIII
Keperawatan RSIJ FIK-UMJ.

i
4. Ibu Ns. Wati Jumaiyah, M.Kep.,Sp KMB selaku penguji dan pembimbing
yang selalu memberi bantuan dan saran-saran yang berguna dalam menyusun
karyatulis ini dengan penuh kesabaran dan ketulusan, semoga Allah selalu
melimpahkan rahmat-,ya kepada beliau beserta keluarganya.
5. Ibu Ns.Endang S.Kep Selaku penguji dan pembimbing lahan yang selalu
memberi masukan yang sangat berguna selama praktek lahan dan menyusun
karya tulis ini.
6. Para Dosen dan Staf Pendidikan Akademik yang telah memberi dukungan dan
saran selam praktek lahan dan menyususn karta tulis ilmiah.
7. Kepada Alm. Ibunda tercinta yang sudah mengajarkan banyak hal tentang arti
kehidupan yang sebenarnya baik senang maupun susah dan berkat motivasi di
awal perkuliahan sehingga sudah menyelesaikan pendidikan tinggi
universitas.
8. Kepada bapak tercinta yang telah memberi dukungan dan motivasi dari awal
hingga akhir, baik secara moril, spiritual serta bantuan materi sehingga dapat
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
9. Santi Kanisah tante yang aku sayang yang selalu mensuport dalam
menjalankan kuliah dan membuat karya tulis.
10. Haritsah Setiyanto, Rahul Pambudi dan Faizah Ahmad adik yang aku sayang
yang selalu mengerti disaat masa-masa sulit dan selalu mensuport.
11. Satrio Febri yang selalu setia menemani, mendengarkan keluh kesahku dan
memberi dukungan dari mulai awal perkuliahan sampai saat ini.
12. Sahabat-sahabatku Alpiah Baity, Ika Wahyuni, Phauel, Rifai Mahfudli, Rio
Ricardo, Indriyani dan Iamay Nurrahayu yang selalu mendukung dan
menghibur.
13. Medical surgical of nursing group that is extraordinary that Fitrah Rahman,
Vindi Dinda Larasati, Satya Wira Wijaksana place to share grievances in the
manufacture of secientific papers.
14. Rekan-rekan mahasiswa seperjuangan program DIII Keperawatan Rumah
Sakit Islam Jakarta Universitas Muhammadiyah Jakarta Angkatan 32 yang
selalu berjuang dan berusaha dalam segala hal, hingga akhirnya tersusunlah
karya tulis ilmuah ini, semogo sukses.

ii
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyususnan karya tulis ilmiah ini masih
hjauh dari sempurna oleh karena keterbatasan kemampuan penulis. Maka, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dan semoga
karya iliah ini dapat brguna bagi pembaca pada umumnya dan mahasiswa
keperawatan pada khususnya dalam meningkatkan mutu pelayanan Asuhan
Keparawatan di Rumah Sakit.

Wassalamualaikum Wr.Wb
Jakarta,07 Juni 2017

Penulis

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERSETUJUAN

KATA PENGANTAR …………………………………………………………. i

DAFTAR ISI .………………………………………………………………….. iv

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………………….... 1
B. Tujuan Penulisan……………………………………………………….. 3
1. Tujuan Umum ………………………………………………… 3
2. Tujuan Khusus ………………………………………………... 3
C. Ruang Lingkup ……………………………………………………….… 4
D. Metode Penulisan ………………………………………………………. 4
E. Sistematika Penulisan ……………………………………………….….. 5

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS


A. Konsep Dasar
1. Pengertian …………………………………………………………. 7
2. Klasifikasi ……………………………………………………….… 8
3. Etiologi ………………………………………………………….... 11
4. Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Dasar ……………………….... 13
5. Patofisiologi ……………………………………………………… 18
6. Manifestasi Klinis ………………………………………………... 23
7. Komplikasi ……………………………………………………..… 25

iv
8. Penatalaksanaan dan Terapi ……………………………………… 27
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Diabetes Melitus
1. Pengkajian Keperawatan ………………………………....… 31
2. Diagnosa Keperawatan ……………………………...……… 39
3. Perencanaan Keperawatan ………………………..………… 40
4. Pelaksanaan Keperawatan ………………………………….. 49
5. Evaluasi Keperawatan ……………………………………… 50

BAB 3 TINJAUAN KASUS


A. Pengkajian Keperawatan ……………………………………………… 51
B. Diagnosa Keperawatan ……………………………………..……...…. 69
C. Perencanaan Keperawatan ……………………………………………. 73
D. Pelaksanaan Keperawatan ………………………………….…………. 75
E. Evaluasi Keperawatan …………………………………..…………….. 79

BAB 4 PEMBAHASAN
A. Pengkajian Keperawatan ……………………………………………... 82
B. Diagnosa Keperawatan …………………………………………….…. 83
C. Perencanaan Keperawatan ……………………………………….…… 85
D. Pelaksanaan Keperawatan ………………………………………….… 86
E. Evaluasi Keperawatan ………………………………………………… 87

BAB 5 PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………………………… 88
B. Saran …………………………………………………………………... 90

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) adalah Penyakit kronis progresif yang disebabkan oleh
penurunan sekresi pada insulin, kerja insulin atau keduanya. Penyakit ini ditandai
dengan ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat, lemak
dan protein yang mengarah ke hiperglikemia dikatakan hiperglikemia, yaitu
dengan gula darah lebih dari 200 mg/dL pada pemeriksaan gula darah sewaktu
(GDS) dan jika seseorang sudah dinyatakan DM, akan menimbulkan tanda dan
gejala yang khas seperti polifagi (banyak makan), polidipsi (banyak minum) dan
poliuria (banyak BAK). (Black & Hawks, 2014 & Susan C.Smeltzer, 2014).
Sedangkan menurut setiati (2015), Diabetes melitus (DM) merupakan suatu
kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi
karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. World Health
Organization (WHO) sebelumnya telah merumuskan bahwa DM merupakan
sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas dan singkat
tetapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kelompok problemanatomik
dan kimiawi akibat dari sejumlah faktor dimana didapat defisiensi insulin absolut
atau relatif dan gangguan fungsi insulin.

American Diabetes Association (ADA), 2015, mengklarifikasikan DM menjadi 4


tipe, yaitu DM tipe 1, DM tipe 2, DM gestasional dan DM tipe lain. Pemicu
terjadinya DM disebabkan oleh faktor genetik, usia, gaya hidup stres, pola makan
yang salah, obesitas dan infeksi pada pankreas. Dan International Diabetes
Federation (IDF), 2015, menyatakan penyandang DM pada usia dewasa (20-79
tahun) mencapai 415 juta orang dan diduga 1 dari 11 orang memiliki DM.
Diperkirakan pada tahun 2040 akan terjadi peningkatan mencapai 642 juta orang,
disetiap 10 orang didapatkan 1 orang mengalami DM. Dari sepuluh negara

1
2

terbanyak yang mengidap DM, Indonesia berada pada urutan ke tujuh dengan
jumlah 10 juta orang.

RISKESDAS (2013), Prevalensi DM di Indonesia berdasarkan wawancara


mengalami peningkatan dari 1,1 persen (2007) menjadi 2,1 persen (2013). Saat ini
DKI Jakarta menduduki urutan ke-2 terbanyak penyandang DM, setelah DI
Yogyakarta dengan jumlah (2,5%). Prevalensi diabetes melitus berdasarkan
diagnosis dokter dan gejala meningkat sesuai dengan bertambahnya umur, namun
mulai umur ≥65 tahun cenderung menurun. Prevalensi DM cenderung lebih tinggi
pada masyarakat dengan tingkat pendidikan tinggi dan dengan kuintil indeks
kepemilikan tinggi.

Peningkatan gula darah yang terjadi pada klien dengan DM dapat mengakibatkan
gangguan pada keseimbangan pemenuhan kebutuhan nutrisi, klien mengalami
peningkatan nafsu makan yang berlebihan dikarenakan penggunaan cadangan
lemak akibat glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel. Gangguan pada kebutuhan
cairan dan elektrolit, terjadi karena kadar glukosa dalam darah meningkat sampai
melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis.
Selanjutnya gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien mengeluh
banyak kencing. Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi, klien mengalami
peningkatan kekentalan darah yang mengakibatkan aliran darah melambat dan
menyebabkan iskemik pada jaringan perifer. Gangguan pemenuhan kebutuhan
istirahat dan tidur, dikarenakan sumber energi menurun sehingga klien mengeluh
lemah, selain itu frekuensi BAK dimalam hari menyebabkan klien mengalami
gangguan pada pola tidur. Gangguan integritas kulit, diakibatkan karena
penurunan atau tidak adanya sensasi akibat neuropati, penurunan fungsi jaringan
akibat komplikasi kardiovaskular dan infeksi. Gangguan pemenuhan kebutuhan
aktivitas, dikarenakan klien mengalami penurunan kekuatan otot dan luka yang
sulit sembuh. Gangguan-gangguan tersebut apabila tidak segera ditangani akan
menyebabkan terjadinya komplikasi dari penyakit DM. (Riyadi & Sukarmin 2013
dan Doenges 2012).
Berdasarkan uraian di atas dan masalah keperawatan yang muncul, maka
keterkaitan peranan keperawatan dalam penanganan DM di RS dibutuhkan peran
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan DM. Peran
tersebut dapat dilaksanakan dengan upaya promotif, yaitu dengan memberikan
pendidikan (edukasi) kepada klien pada awal dan seterusnya tentang penyakit DM
dengan tujuan meningkatkan derajat dan status kesehatan, berupa pengetahuan
tentang penyakit DM, mempertimbangkan nutrisi yang tepat untuk DM, olahraga,
dan pengobatan DM. Kemudian upaya preventif merupakan upaya pencegahan
agar tidak terjadi komplikasi dari penyakit DM, yaitu dengan menjaga pola makan
teratur dan dan mengubah gaya hidup ke yang lebih sehat. Kemudian upaya
kuratif yaitu dengan berkolaborasi dalam melakukan pemberian terapi yang tepat
untuk pengendalian gula darah dan terapi diet untuk nutrisi. Serta upaya
rehabilitatif merupakan upaya untuk pemulihan setelah sakit dam
mempertahankan keadaan klien agar tidak bertambah parah dan mencegah
terjadinya komplikasi, dengan membuat perencanaan seperti minum obat secara
teratur dan kontrol secara rutin.

Sehingga peneliti menganggap perlu asuhan keperawatan dengan judul Gangguan


Pemenuhan Kebutuhan Dasar Cairan dan Nutrisi pada Klien dengan DM Tipe II di
Paviliun Melati RS. Islam Jakarta Cempaka Putih.

B. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
Diperoleh pengalaman nyata, memperoleh informasi/gambaran dan mampu
menerapkan teori dan konsep Asuhan Keperawatan pada kasus gangguan sistem
endokrin : Diabetes Mellitus pada pasien Ny.S di paviliun melati.
2. Tujuan Khusus
Tujuan dari penulis karya tulis ilmiah ini adalah agar penulis :
a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan Diabetes Mellitus tipe 2
b. Mampu menentukan masalah keperawatan pada psien dengan Diabetes
Mellitus tipe 2
c. Mampu merencenakan tindakan keperawatan pada pasien dengan Diabetes
Mellitus tipe 2
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan Diabetes
Mellitus 2
e. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan pada pasien dengan Diabetes
Mellitus tipe 2
f. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus
g. Mampu mengidentifikasi faktor-faktor pendukung dan penghambat serta
mencari solusinya
h. Mampu mendokumentasikan semua kegiatan keperawatan pada pasien dalam
bentuk narasi

C. Lingkup Masalah
Asuhan keperawatan yang penulis deskripsikan pada satu kasus kelolaan yaitu
pemenuhan kebutuhan dasar pada klien Ny.S dengan diabetes melitus di paviliun
melati Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih dengan lama asuhan
keperawatan 3x24 jam perawatan di mulai dari tanggal 23 - 25 mei 2017.

D. Metode Penulisan
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan studi kepustakaan
dan metode deskriptif, antara lain:
1. Studi kepustakaan
Studi kepustakaan adalah memepelajari data secara komporhensif melalui
buku-buku catatan kuliah, literatur atau referensi untuk mendapatkan data atau
bahan berhubungan dengan klien diabetes melitus dalam mendapatkan dasar yang
teoritis.
2. Metode deskriptif
Metode deskriptif yaitu menjabarkan hasil asuhan keperawatan dimulai dengan
pengkajian, menentukan diagnosa keperawatan, membuat rencana keperawatan,
menetukan tindakan keperawatan dan mengevaluasi.
E. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini terdiri dari lima BAB yaitu :
BAB I : Pendahuluan
Meliputi latar belakang, tujuan penulisan yang terdiri dari tujuan
umum dan tujuan khusus, ruang lingkup, metode penulisan, dan
sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan Teoritis

Meliputi pengertian, klasifikasi, etologi, patofisiologi, manifestasi


klinik, komplikasi, penataksanaan dan terapi., pelaksanaan
(pemeriksaan diagnostic dan terapi), asuhan keperawatan
(pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan
keperawatan, pelaksanaan keperawatandan evaluasi keperawatan ).

BAB III : Tinjauan Kasus

Merupakan laporan hasil asuhan keperawatan pada psien dengan


Gangguan Sistem Endokrin : Diabetes Milletus tipe 2, selama 3x24
jam yang terdiri dari Pengkajian Keperawatan, Diagnosa
Keperawatan, Perencanaan, Pelaksanaan Keperawatan, dan Evaluasi
Keperawatan.

BAB IV : Pembahasan

Merupakan kesenjangan – kesenjangan yang terjadi antara teori dan


kasus dari mulai pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan,
perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi
keperawatan serta solusi-solusi untuk mengatasi
kesenjangan-kesenjangan yang terjadi.

BAB V : Penutup

Meliputi kesimpulan dan saran

Kesimpulan membahas tentang ringkasan asuhan keperawatan pada klien dengan


gangguan sistem endokrin : Diabetes Melitus tipe 2. Sedangkan saran berisi
tentang harapan dan masukan dari penulis yang berhubungan dengan asuhan
keperawatan
pada klien dengan Diabetes Melitus tipe 2 dengan tujuan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan.

DAFTAR PUSTAKA

LEMBAR KONSULTASI

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Diabetes militus (DM) adalah penyakit kronis progresif yang ditandai dengan ketidak
mampuan tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein,
mengarah ke hiperglikemia (kadar glukosa darah tinggi), (black & hawks,2014).
Pengertian lain menurut LeMone (2015), Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit
kronis yang umum terjadi pada dewasa yang membutuhkan supervisi medis
berkelanjutan dan edukasi perawatan mandiri pada pasien. Selain itu, pengertian
menurut Setiati (2015), mengatakan Diabetes melitus (DM) merupakan suatu
kelompok penyakit metabolik dengan karakteristikhiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. World Health Organization
(WHO) sebelumnya telah merumuskan bahwa DM merupakan sesuatau yang tidak
dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas dan singkat tetapi secara umum
dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problem anatomik dan kimiawi akibat dari
sejumlah faktor di mana didapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan
fungsi insulin.
Dapat disimpulkan, Diabetes Melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolisme
yang disebabkan oleh defisiensi insulin atau akibat kerja insulin yang tidak adekuat
yang ditandai dengan glukosa dalam darah melebihi normal.
Tabel 2.1 Nilai Gula Darah Normal
Kadar gula darah Bukan Belum pasti Pasti
Kadar gula darah Plasma vena <100 100-199 ≥200
sewaktu (mg/dL) Darah kapiler <90 90-199 ≥200
Kadar gula darah Plasma vena <100 100-125 ≥126
puasa (mg/dL) Darah kapiler <90 90-99 ≥100
Sumber: Arisman, 2011

7
8

2. Klasifikasi
Klasifikasi Diabetes Melitus menurut Arisman (2011), adalah :
a. DM tipe 1, insulin dependent diabetes mellitus (IDDM )
Diabetes jenis ini terjadi akibat kerusakan sel pankreas. Dahulu DM tipe 1 disebut
juga diabetes onset anak (atau onset remaja ) dan diabetes rentan - kotosis (karena
sering menimbulkan ketosis) onset DM tipe 1 biasanya terjadi sebelum usia 25-30
tahun ( tetap tidak selalu demikian karena orang dewasa dan lansia yang kurus juga
dapat megalami diabetes jenis ini). Sekresi insulin mengalami defisensi (jumlahnya
sangat rendah atau tidak ada sama sekali).
Dengan demikian tanpa pengobatan dengan insulin (pengawasan dilakukan melalui
pemberian insulin bersamaan dengan adaptasi diet), pasien biasanya akan mudah
terjerumus ke dalam situasi ketoasidosis daibetik .
Gejala biasanya muncul secara mendadak, berat dan perjalanannya sangat progresif
jika tidak diawali, dapat berkembang menjadi ketoasidosis dan koma. Ketiga
diagnosis ditegakkan, pasien biasanya memiliki berat badan yang rendah, hasil tes
deteksi antibodi islet hanya bernilai sekitar 50-80% dan kadar gula darah puasa
>140mg/dl.

b. DM tipe 2, non-insulin dependent diabetes mellitus (NIDDM)


Diabetes mellitus jenis ini disebut juga diabetes onset-matur (ata onset-dewasa) dan
diabetes resistan-ketosis (istilah NIDDM sebenarnya tidak tepat karena 25%
diabetesi, tapi pada kenyataannya harus diobati dengna insulin, bedanya mereka
tidak memerlukan insulin sepanjang usia ).
DM tipe 2 mempunyai onset ada usia pertengahan (40-an tahun) atau lebih tua lagi
dan cendrung tidak berkembang kearah ketosis. Kebanyakan pengidapnya memiliki
berat badan lebih. Atas dasar ini pula, penyandang DM jenis ini di kelompokkan
menjadi dua (1) kelompok obes (2) kelompok non-obes. Kemungkinan untuk
mengidap penyakit DM tipe 2 akan berlipat dua jika berat badan bertambah
sebanyak 20%. diatas berat badan ideal dan usia bertambah 10 tahun (di atas 40
tahun).
Gejala muncul perlahan-lahan dan biasanya ringan (kadang-kadang bahkan belum
menampakkan gejala selama bertahun-tahun). Progresivitas gejala berjalan lambat.
Koma hiperosmolar dapat terjadi pada kasus-kasus berat. Namun, ketoasidosis jarang
sekali muncul, kecuali pada kasus yang disertai setres atau infeksi. Kadar insulin
menurun (tetapi tidak sampai nol), atau bahkan tinggi atau mungkin juga insulin
bekerja tidak efektif.
Pengendilannya boleh jadi hanya berupa diet dan (jika tidak ada kontraindikasi)
olahraga atau dengan pemberian obat hipoglisemik (antidiabetik oral, ADO). Namun,
jika hiperglikemia tetap membandel, insulin terpaksa dibrikan.

Tabel 2.2 perbedaan antara DM tipe 1 dan 2

DM Tipe 1 DM Tipe 2
Onset Anak/dewasa muda (<25th) Biasanya setelah usia
pertengahan
Proporsi <10% dari semua >90% dari semua
penyandang DM penyandang DM
Riwayat keluarga Tidak lazim Sangat lazim
Gejala Akut/sub-akut Lambat
Ketoasidosis Sering kali Jarang, kecuali jika
sakit/stres
Antibodi ICA, GAD Sangat sering positif Biasanya negatif
Obesitas saat onset Tidak obes Obes sebelom onset
Kaitan dengan HLA Ada Tidak ada
tipe tertentu
Kaitan dengan penyakit Kadang-kadang ada Tidak ada
autoimun
C-peptida darah/urin Sangat rendah Rendah/normal/tinggi
Kegunaan insulin Penyelamatan nyawa Kadang-kadang
diperlukan sebagai
pengawas gula darah
Penyebab Pankreas tidak mampu Produksi insulin masih
membuat insulin ada, tetapi sel target tidak
tepat
Kegunaan diet Mengawasi gula darah Menurunkan BB (jadwal
(makan/jajan harus diatur tidak harus ketat, kecuali
seputar pemberian insulin kalau insulin juga
agar tidak terjadi diberikan
hipoglisemia
Kegunaan latihan fisik Merangsang sirkulasi dan Membuat tubuh menjadi
membantu tubuh dalam lebih peka terhadap
penggunaan insulin insulinnya sendiri, di
samping menggunakan
energi untuk mengurangi
BB

Sumber: Arisman (2011)

c. DM tipe 3
Diabetes jenis ini dahulu kerap disebut diabetes sekunder atau DM tipe lain. Etiologi
diabets jenis ini, meliputi (a) penyakit pada pangkreas yang merusak sel B seperti
hemokromarosis, pangkreatitis, (b) sindrom hormonal yang mengganggu sekresi dan
atau menghambat kerja insulin (fenitoin (dilantin) (c) obat-obat yang mengganggu
sekresi insulin atau menghambat kerja insulin

d. Diabets melitus kehamilan (DMK)


Daibetes mellitus kehamilan didefiniskan setiap intoleransi glukosa yang timbul atau
terdeteksi pada kehamilan pertama, tanpa memandang darajat intoleransi serta tidak
memperhatiakan apakah gejala ini lenyap atau menetap selepas melahirkan . diabetes
jenis ini biasnya muncul pada kehamilan trimester kedua atau ketiga. Kategori ini
mencakup DM yang terdiagnosis ketika hamil (sebelumnya tidak diketahui).
Wanita yang sebelumnya diketahui telah mengidap DM, kemudian hamil, tidak
termasuk ke dalam kategori ini.
e. Diabetes mellitus terkait malnutrisi (DMMal)
Kategori ini diusulkan oleh WHO karena kasusnya banyak sekali ditentukan di
negara-negara sedang berkembang, terutama di wilayah tropis. Diabetes jenis ini
biasanya menampakkan gejala pada usia muda, antara 10-40 tahun (lazimnya di
bawah 30 tahun), sebagian pasien mengalami nyeri perut yang menjalar ke daerah
punggung (pola jalaran nyeri ini mirip dengan pola jalaran nyeri akibat pankreatitis).

3. Etiologi dan Faktor Resiko

 Etiologi Diabetes Melitus menurut Nurarif (2015) adalah :

a. DM tipe 1

Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran sel-sel beta pankreas
yang disebabkan oleh :

1) Faktor genetik penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri, tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecenderungan genetik kearah terjadinya diabetes tipe 1
2) Faktor imunologi (autoimun)
3) Faktor lingkungan : virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun
yang menimbulkan estruksi sel beta.
b. DM tipe 2

Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin. Faktor resiko yang
berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe II : usia, obesitas, riwayat dan
keluarga. Dan menurut etiologi Diabetes Melitus menurut Riyadi dan Sukarmin, 2013
adalah Diabetes mellitus yang disebabkan oleh penurunan produksi insulin oleh
sel-sel beta pulau langerhans jenis Juvenilis (usia muda) disebabkan oleh predisposisi
herediter terhadap perkembangan anti bodi yang merusak sel-sel beta atau degenerasi
sel beta. Tipe ini jelas disebabkan oleh degenerasi sel-sel beta sebagai akibat penuaan
yang cepat pada orang yang rentan dan obesitas mempredisposisi terhadap jenis
obesitas ini karena diperlukan insulin dalam jumlah besar untuk pengolahan
metabolisme pada orang kegemukan dibandingkan orang normal.
Hasil pemeriksaan glukosa darah 2 jam pasca pembedahan dibagi menjadi 3 yaitu :

1) <140 mg/dL : normal


2) 140-<200 mg/dL : toleransi glukosa terganggu
3) >200 mg/dL : diabetes

 Faktor resiko menurut Riyadi dan Sukarmin (2013), adalah :


a. Kelainan Genetik
Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap penyakit diabetes.
Ini terjadi karena DNA pada orang diabetes melitus akan ikut diinformasikan pada
gen berikutnya terkait dengan penurunan produksi insulin.

b. Usia
Umumnya manusia mengalami penurunan fisiologis secara dramatis menurun dengan
capat pada usia setelah 40 tahun. Penurunan ini yang akan berisiko pada penurunan
fungsi endokrin pancreas untuk memproduksi insulin.

c. Gaya hidup stres


Stres kronis cendrung membuat seseorang mencari makanan yang cepat saji yang
kaya pengawet, lemak dan gula. Makanan ini berpengaruh besar terhadap kerja
pacreas. Stres juga akan meningkatkan kerja metabolisme dan meningkatkan
kebutuhan akan sumber energi yang berakibat pada kenaikan kerja pankreas. Beban
yang tinggi membuat pankreas mudah rusak hingga berdampak pada penurunan
insulin.

d. Pola makan yang salah


Kurang gizi atau kelebihan berat badan sama-sama meningkatkan resiko terkena
diabetes. Malnutrisi dapat merusak pankreas, seadngkan obesitas meningkatkan
gangguan kerja atau resistensi insulin. Pola makan yang tidak terarur dan cenderung
terlambat juga akan berperan pada ketidakstabilan kerja pankreas.
e. Obesitas
Obesitas mengakibatkan sel-sel beta pacreas mengalami hipertropi yang akan
berpengaruh terhadap penurunan produksi insulin. Hipertropi pancreas disebabkan
karena peningkatan beban metabolisme glukosa pada penderita obesitas untuk
mencukupi energi sel yang terlalu banyak.

f. Infeksi
Masuknya bakteri atau virus kedalam pankreas akan berakibat rusaknya sel-sel
pankreas. Kerusakan ini berkibat pada penurunan pada fungsi pankreas.

4. Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pada Diabetes Melitus


Menurut Hidayat (2014), kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang
dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun
psikologis, yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan
kesehatan. Berikut pendapat beberapa ahli tentang model kebutuhan dasar manusia.
Kebutuhan dasar menurut Sister Calista Roy mempunyai 4 model cara adaptasi,
antara lain:
a. Model Fungsi Fisiologi
Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya. Roy
mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi untuk
mempertahankan integritas, yang dibagi menjadi dua bagian, model fungsi fisiologis
tingkat dasar yang terdiri dari 5 kebutuhan dan fungsi fisiologis dengan proses yang
kompleks terdiri dari 4 bagian yaitu :
1) Oksigenasi : Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya, yaitu ventilasi,
pertukaran gas dan transpor gas.
2) Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk mempertahankan
fungsi, meningkatkan pertumbuhan dan mengganti jaringan yang injuri.
3) Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal dan ginjal.
4) Aktivitas dan istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik dan istirahat
yang digunakan untuk mengoptimalkan fungsi fisiologis dalam memperbaiki dan
memulihkan semua komponen-komponen tubuh.
5) Proteksi/ perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasuk proses imunitas
dan struktur integumen ( kulit, rambut dan kuku) dimana hal ini penting sebagai
fungsi proteksi dari infeksi, trauma dan perubahan suhu.
6) The sense / perasaan : Penglihatan, pendengaran, perkataan, rasa dan bau
memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungan . Sensasi nyeri penting
dipertimbangkan dalam pengkajian perasaan.
7) Cairan dan elektrolit. : Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalamnya termasuk
air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi sistemik. Sebaliknya
inefektif fungsi sistem fisiologis dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit.
8) Fungsi syaraf / neurologis : Hubungan-hubungan neurologis merupakan bagian
integral dari regulator koping mekanisme seseorang. Mereka mempunyai fungsi
untuk mengendalikan dan mengkoordinasi pergerakan tubuh, kesadaran dan proses
emosi kognitif yang baik untuk mengatur aktivitas organ-organ tubuh.
9) Fungsi endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran horman sesuai dengan
fungsi neurologis, untuk menyatukan dan mengkoordinasi fungsi tubuh. Aktivitas
endokrin mempunyai peran yang signifikan dalam respon stress dan merupakan dari
regulator koping mekanisme.

b. Model Konsep Diri


Model konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan penekanan spesifik pada
aspek psikososial dan spiritual manusia. Kebutuhan dari konsep diri ini berhubungan
dengan integritas psikis antara lain persepsi, aktivitas mental dan ekspresi perasaan.
Konsep diri menurut Roy terdiri dari dua komponen yaitu the physical self dan the
personal self.
1) The physical self, yaitu bagaimana seseorang memandang dirinya berhubungan
dengan sensasi tubuhnya dan gambaran tubuhnya. Kesulitan pada area ini sering
terlihat pada saat merasa kehilangan, seperti setelah operasi, amputasi atau hilang
kemampuan seksualitas.
2) The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri, moral- etik
dan spiritual diri orang tersebut. Perasaan cemas, hilangnya kekuatan atau takut
merupakan hal yang berat dalam area ini.

c. Model fungsi peran


Mode fungsi peran mengenal pola – pola interaksi sosial seseorang dalam
hubungannya dengan orang lain, yang dicerminkan dalam peran primer, sekunder dan
tersier. Fokusnya pada bagaimana seseorang dapat memerankan dirinya dimasyarakat
sesuai kedudukannya.

d. Mode Interdependensi
Interaksi untuk saling memberi dan menerima cinta/ kasih sayang, perhatian dan
saling menghargai.
Interdependensi yaitu keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam
menerima sesuatu untuk dirinya. Ketergantungan ditunjukkan dengan kemampuan
untuk afiliasi dengan orang lain. Kemandirian ditunjukkan oleh kemampuan
berinisiatif untuk melakukan tindakan bagi dirinya. Interdependensi dapat dilihat dari
keseimbangan antara dua nilai ekstrim, yaitu memberi dan menerima.
Output dari manusia sebagai suatu sistem adaptif adalah respon inefektif.
Respon-respon yang adaptif itu mempertahankan atau meningkatkan integritas,
sedangkan respon yang tidak efektif atau maladaptif itu mengganggu integritas.
Melalui proses umpan balik respon-respon memberikan lebih lanjut masukan (input)
pada manusia sebagai suatu sisem.
Subsistem regulator dan kognator adalah mekanisme adaptasi atau koping dengan
perubahan lingkungan, dan diperlihatkan melalui perubahan biologis, psikologis, dan
social. Subsistem regulator adalah gambaran respon yang kaitannya dengan
perubahan pada sistem saraf, kimia tubuh dan organ endokrin serta subsistem
kognator adalah gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan kognitif dan
emosi, termasuk didalamnya persepsi, proses informasi, pembelajaran, dan membuat
alasan dan emosional, yang termasuk didalamnya mempertahankan untuk mencari
bantuan.

Berikut ini akan diuraikan gangguan pemenuhan kebutuhan dasar pada klien dengan
DM :

a. Kebutuhan oksigenasi
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk
kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai
organ atau sel.
1) Proses terjadinya masalah
Pada klien dengan DM akan terjadi vikositas (kekentalan cairan) makin tinggi
vikositas suatu cairan maka makin sulit molekul dari cairan tersebut untuk bergerak.
Bila hal ini terjadi pada molekul darah, maka tentu saja aliran darah akan terganggu.
Akibatnya dapat terjadi peningkatan resistensi pembuluh darah yang akan
mengakibatkan gangguan sirkulasi oksigen dalam darah dan akhirnya akan timbul
penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah. Vikositas mengakibatkan iskemik pada
jaringan perifer yang ditandai dengan rasa kesemutan dan rasa baal pada ekstermitas
bawah. Vikositas juga akan menyebabkan terhambatnya penyembuhan pada luka
karena aliran darah menuju luka menjadi lambat.
2) Manifestasi klinis
a) Kesemutan.
b) Baal pada ekstermitas bawah.
3) Penatalaksanaan
a) Olahraga.

b. Kebutuhan nutrisi
Kebutuhan nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh
tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh.
Secara umum faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi adalah faktor fisiologis
untuk kebutuhan metabolisme basal, faktor patologis seperti adanya penyakit tertentu
yang menganggu pencernaan atau meningkatkan kebutuhan nutrisi.
1) Proses terjadinya masalah
Pada klien dengan DM akan mengalami gangguan kebutuhan nutrisi dikarenakan
glukosa tidak dapat ditarik ke dalam sel dan terjadi penurunan massa sel.
2) Manifestasi
a) Polifagi (banyak makan).
b) Penurunan berat badan.
3) Penatalaksanaan
a) Diit.
b) Insulin.

c. Kebutuhan cairan dan elektrolit


Keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh berfungsi untuk mempertahankan
kesehatan dan fungsi semua sistem tubuh. Dalam menyeimbangkan cairan dan
elektrolit, tubuh melakukan proses perpindahan pada cairan dan zat telarut salah
satunya proses osmosis.
Pada klien dengan DM akan mengalami hiperglikemia, jika kadar glukosa dalam
darah meningkat, maka ginjal tidak dapat menyerap kembali glukosa yang keluar
sehingga mengakibatkan glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika
glukosa yang berlebihan di keluarkan melalui urine, maka pengeluaran urine akan
disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan (diuresis osmotik). Akibat
kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan, maka pasien akan mengeluh banyak
kencing (poliuria) dan banyak minum (polidipsi).

d. Kebutuhan istirahat dan tidur


Istirahat merupakan keadaan relaks tanpa adanya tekanan emosional, bukan hanya
dalam keadaan tidak beraktivitas tetapi juga kondisi yang membutuhkan ketenangan.
Pada klien dengan DM akan mengalami gangguan istirahat dan tidur, dikarenakan
sumber energi menurun sehingga klien mengeluh lemah, selain itu banyaknya urine
yang keluar pada malam hari.

e. Kebutuhan gerak dan keseimbangan/aktivitas


Mobilisasi mengacu pada kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas dan
imobilisasi mengacu pada ketidakmampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas.
Imobilisasi mengganggu fungsi metabolik normal, antara lain laju metabolik;
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein; ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit; ketidakseimbangan kalsium; dan gangguan pencernaan.
Dapat pula mengalami penurunan gerak karena kelemahan fisik, kram otot dan
penurunan tonus otot. Klien juga dapat mudah jatuh karena penurunan glukosa pada
otak akan berakibat penurunan kerja pusat keseimbangan (di sereblum/otak kecil).
Pada kasus klien dengan DM Kelemahan tubuh, Penurunan energy metabolik yang
dilakukan oleh sel melalui proses glikolisis tidak dapat berlangsung secara optimal
karena sel kekurangan bahan untuk metabolisme akibatnya protein dan lemak yang
tersimpan dibakar yang menyebabkan penurunan berat badan, keletihan, lemah, dan
pusing.

5. Patofisiologi

Patofisiologi DM menurut sujono (2013), adalah :

Sebagian besar patologi diabetes melitus dapat dihubungkan dengan efek utama
kekurangan insulin yaitu :
a. Pengurangan glukosa oleh sel tubuh yang mengakibatkan peningkatan
konsentrasi glukosa darah sampai setinggi 300 sampai 1200 mg per 100 ml.
b. Peningkatan mobilisasi lemak dan daerah penyimpanan lemak sehingga
menyebabkan kelainan metabolisme lemak maupun pengendapan lipid pada
dinding vaskuler.
c. Pengurangan protein dalam jaringan tubuh. Keadaan patologi tersebut akan
berdampak :
1) Hiperglikemia
Hiperglikemia di definisikan sebagi kadar glukosa darah yang tinggi pada rentang
non puasa sekitar 140-160mg/100ml darah.
Dalam keadaan insulin normal asupan glukosa atau produksi glukosa dalam tubuh
akan difasilitasi (oleh insulin) untuk masuk kedalam sel tubuh. Glukosa itu kemudian
di olah untuk menjadi energi. Apabila bahan energi yang dibutuhkan masih ada sisa
akan disimpan sebagai glukogen dalam sel-sel hati dan sel-sel otak (sebagai massa sel
otot). Proses glikogenesis (pembentukan glikogen) dari unsur glukosa ini dapat
mencegah hiperglikemia. Pada penderita diabetes mellitus proses ini tidak dapat
berlangsung dengan baik sehingga glukosa banyak menumpuk didarah
(hiperglikemia).
Secara rinci proses terjadinya hiperglikemia karena defisit insulin tergambar pada
perubahan metabolik sebagai berikut :
a) Transport glukosa yang melintasi membran sel-sel berkurang.
b) Glukogenesis (pembentukan glikogen dari glukosa) berkurang dan tetap terdapat
glukosa pada darah.
c) Glikolisis (pemecahan glukosa) meningkat, sehingga cadangan glikogen
berkurang dan glukosa “Hati” dicurahkan kedalam darah secara terus menerus
melebihi kebutuhan.
d) Glukoneogenesis (pembentukan glukosa dari non karbohidrat) meningkat dan
lebih banyak lagi glukosa “Hati” yang tercurah kedalam darah hasil pemecahan
asam amino dan lemak
Hiperglikemia akan mengakibatkan pertumbuhan berbagai mikroorganisme dengan
cepat seperti jamur dan bakteri. Karena mikroorganisme tersebut sangat cocok
dengan daerah yang kaya glukosa. Setiap kali timbul peradangan maka akan terjadi
mekanisme peningkatan darah pada jaringan yang cidera. Kondisi itulah yang
membuat mikroorganisme mendapat peningkatan pasokan nutrisi. Kondisi ini akan
mengakibatkan penderita diabetes mellitus mengalami infeksi oleh bakteri dan jamur.
2) Hiperosmolaritas
Hiperosmolaritas adalah adanya kelebihan tekanan osmotik pada plasma sel karena
adanya penigkatan konsentrasi zat. Sedangkan tekanan osmosis merupakan tekanan
yang dihasilkan karena adanya penigkatan konsentrasi larutan pada zat cair. Pada
penderita diabetes mellius pada terjadinya hiperosmolaritas, karena peningkatan
konsentrasi glukosa dalam darah (yang notaben komposisi terbayak adalah zat cair).
Peningkatan glukosa dalam darah akan berakibat terjadinya kelebihan ambang pada
ginjal untuk memfilterasi dan reabsopsi glukosa (meningkat kurang lebih 225
mg/menit). Kelebihan ini kemudian menimbulkan efek pembuangan glukosa melalui
urine (glukosuria). Ekskresi molekul glukosa yang akut secara osmosis menyebabkan
kehilangan sejumlah besar air (biuresis osmotik dan berakibat peningkatan volume air
(poliuria). Proses seperti ini mengakibatkan dehidrasi dengan ekstra seluler dan juga
diruangan intraseluler.
Glukosuria dapat mencapai 5-10% dan osmolaritas serum lebih dan 370-380
mosmosls/dl dalam keadaan tidak terdapatnya keton darah. Kondisi ini dapat
berakibat koma hiperglikemik hiperosmolar nonmetabolik (KHHN).

3) Starvasi selluler
Starvasi selluler merupakan kondisi kelaparan yang dialami oleh sel karena glukosa
sulit masuk padahal disekeliling sel banyak sekali glukosa tetapi tidak bisa diolah.
Sulitnya glukosa masuk karena tidak ada yang memfasilitasi untuk masuk sel yaitu
insulin.
Dampak dari starvasi selluler akan terjadi proses kompensasi selluler untuk tetap
mempertahankan fungsi sel. Proses itu antara lain :
Defisiensi insulin gagal untuk melakukan asupan glukosa bagi jaringan-jaringan
peripheral yang terganung pada insulin (otot rangka dan jaringan lemak). Jika tidak
terdapat glukosa, sel-sel otot memetabolisme cadangan glikogen yang mereka miliki
untuk dibongkar menjadi glukosa dan energi mungkin juga akan menggunakan asam
lemak bebas (keton). Kondisi ini berdampak pada penurunan massa otot , kelemahan
otot dan rasa mudah lelah.
a) Starvasi seluller juga akan mengakibatkan peningkatan metabolisme protein dan
asam amino yang digunakan sebagai substrat yang diperlukan untuk glukoneogenosis
akan dijadikan untuk proses aktivitas sel tubuh.
Protein dan asam amino yang mengalami proses glukoneogenosis yang menggunakan
asam amino menyebabkan penipisan simpanan protein tubuh karena unsur nitrogen
(sebagai unsur pemecahan protein) tidak digunakan kembali untuk semua bagian
tetapi diubah menjadi urea dalam hepar dan dieksresikan dalam urine. Eksreksi
nitrogen yang banyak akan berakibat pada keseimbangan negatif nitrogen. Depresi
protein akan berakibat tubuh menjadi kurus, penurunan resistensi terhadap infeksi dan
sulitnya pengembalingan jaringan yang rusak (sulit sembuh kalau ada cidera).

b) Starvasi sel juga berdampak peningkatan mobilisasi dan metabolisme lemak


(lipolisis) asam lemak bebas, trigliserida dan griseral yang meningkat bersikulasi dan
menyediakan substrat bagi hati untuk proses ketogenesis yang digunakan sel untuk
melakukan aktifitas sel ketoorganik (keton), sementara keton menggunakan cadangan
alkali tubuh untuk buffer PH darah menurun. Pernapasan kusmaull dirangsang untuk
mengkompensasi keadaan asidosis metabolik. Diuresis osmotik menjadi bertambah
buruk dengan adanya ketoanemis dan dari katabolisme protein yang meningkatkan
asupan protein ke ginjal sehingga tubuh banyak kehilangan protein.
Adanya starvasi seluller akan meningkatkan mekanisme penyesuaian tubuh untuk
meningkatkan mekanisme penyesuaian tubuh untuk meningkatkan pemasukan
dengan munculnya rasa ingin makan terus (polifagi). Starvasi seluller juga akan
memunculkan gejalan klinis kelemahan tubuh karena terjadi penurunan produksi
energi dan kerusakan berbagai organ reproduksi yang salah satunya dapat timbul
impotensi dan organ tubuh yang lain seperti bersarafan perifer dabn mata (muncul
rasa baal dan mata kabur).
Patofisiologi Diabetes Mellitus

Sumber :
Riyadi, Sujono.(2013). Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Gangguan
Eksokrin dan Endokrin pada pankreas. Yogyakarta : Graha Ilmu
6. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis dm menurut Lemon (2016), adalah:
a. DM tipe 1
Diuretik osmosis yang dihasilkan meningkatkan haluaran urine. Kondisi ini disebut
poliuria. Ketika kadar glukosa darah melebihi ambang batas glukosa-biasanya sekitar
180mg/dl glukosa diekskresikan ke dalam urine, suatu kondisi yang disebut
glukosuria. Penurunan volume intraselular dan peningkatan haluaran urine
menyebabkan dehidrasi. Mulut menjadi kering dan sensor haus diaktifkan, yang
menyebabkan organ tersebut minum jumlah air yang banyak polidipsia. Karena
glukosa tidak dapat masuk kedalam sel tanpa insulin, produksi energi menurun.
Penurunan energi ini menstimulus rasa lapar dan orang makan lebih banyak
polifagia. Meskipun asupan makanan meningkat, berat badan organ tersebut turun
saat tubuh kehilangan air dan memecah protein dan lemak sebagai upaya memulihkan
sumber energi. Malaise dan keletihan menyertai penurunan energi. Penglihatan yang
buram juga umum terjadi, akibat pengaruh osmotik yang menyebabkan
pembengkakan lensa mata.
Oleh sebab itu, manifestasi klasik meliputi poliuria, polidipsia, dan polifagia, disertai
dengan penurunan berat badan, malaise, dan keletihan. Bergantung pada tingkat
kekurangan insulin, manifestasinya bervariasi dari ringan himgga berat. Orang
dengan DM tipe1 membutuhkan sumber insulin eksogen(eksternal) untuk
mempertahankan hidup.

b. DM tipe2
Penyandang DM tipe 2 mengalami awitan manifestasi yang lambat dan sering kali
tidak menyadari penyakit sampai mencari perawatan kesehatan untuk beberapa
masalah lain. Hiperglikemia pada DM tipe 2 biasanya tidak seberat pada DM tipe 1,
tetapi manifestasi yang muncul, khususnya poliuria dan polidipsia. Polifagia jarang
dijumpai dan penurunan berat badan tidak terjadi. Manifestasi lain juga akbita
hiperglikemia: penglihatan buram, keletihan, parestesia, dan infeksi kulit.
Manifestasi klinis menurut Riyadi dan Sukarmin (2013), adalah :

1. Poliuria (peningkatan pengeluaran urine) Ketika kadar glukosa darah melebihi


ambang batas glukosa-biasanya sekitar 180 mh/dl – glukosa dieksresikan ke dalam
urine, suatu kondisi yang disebut glukosuria
2. Polidipsia (peningkatan rasa haus ) Penurunan volume intraselular dan
peningkatan pengeluaran urien menyebabkan dehidrasi. Mulut menjadi kering dan
sensor haus diaktifkan yang menyebabkan orang tersebut minum jumlah air yang
banyak
3. Polifagia (peningkatan rasa lapar) Karena glukosa tidak dapat masuk ke dalam
sel tanpa insulin, produksi energi menurun. Penurunan energi ini menstilmulasi rasa
lapar dan orang akan makan lebih banyak
4. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran darah pada pasien diabetes
lama, katabolisme protein diotot dan ketidakmampuan sebagian besar sel untuk
menggunakan glukosa sebagai energi, dan BB berkurang.
5. Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan pembentukan
antibody, peningkatan konsentrasi glukosa disekresi mukus, gangguan imun dan
penurunan aliran darah pada penderita diabetes kronik.
6. Kelainan kulit : berupa gatal-gatal, bisul, biasanya terjadi didaerah ginjal. Lipatan
kulit seperti diketiak dan dibawah payudara. Biasanya akibat tumbuhnya jamur.
7. Kesemutan rasa baal akibat terjadinya neuropati. Pada penderita diabetes mellitus
regenerasi sel persarafan mengalami gangguan akibat kekurangan bahan dasar utama
yang berasal dari unsur protein. Akibat banyak sel persyarafan terutama perifer
mengalami kerusakan.
8. Luka atau bisul yang tidak sembuh-sembuh proses penyembuhan luka
membutuhkan bahan dasar utama dari protein dan unsur makanan yang lain. Pada
penderita diabetes mellitus bahkan protein banyak diformulasikan untuk kebutuhan
energi sel sehingga bahan yang dipergunakan untuk penggantian jaringan yang
rusak mengalami gangguan. Selain itu luka yang sulit sembuh juga dapat diakibatkan
oleh pertumbuhan mikroorganisme yang cepat pada penderita diabetes mellitus.
9. Pada laki-laki terkadang mengeluh impotensi Ejakulasi dan dorongan seksualitas
laki-laki banyak dipengaruhi oleh peningkatan hormom testosteron. Pada kondisi
optimal (periodik hari ke-3) maka secara otomatis akan meningkatkan dorongan
seksual. Penderita diabetes mellitus mengalami penurunan produksi hormone seksual
akibat kerusakan testosteron dan sistem yang berperanan.
10. Mata kabur yang disebabkan katarak atau gangguan refraksi akibat perubahan
pada lensa oleh hiperglikemia. Mungkin juga disebabkan kelianan pada corpus
vitreum.

7. Komplikasi
Menurut Pricilla (2015), komplikasi diabetes melitus diklasifikasian menjadi
komplikasi akut dan kronis.
a. Komplikasi akut:
1) Hipoglikemia merupakan rendahnya kadar gula dalam darah yaitu kurang
dari 70 mg/dL. Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat
oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit atau karena
aktivitas fisik yang berat.
2) Hiperglikemia adalah adalah peningkatan kadar gula dalam darah yaitu lebih
dari 200 mg/dL. Jika kadar gula darah makin lama makin meningkat dan tidak
terkontrol akan mengakibatkan ketoasidosis.
3) Diabetik ketoasidosis adalah tidak adanya atau kurangnya jumlah insulin
yang dihasilkan.

b. Komplikasi kronis:
1) Makrovaskuler (pembuluh darah besar) pada penyandang DM akan
mengalami perubahan akibat aterosklerosis, trombosit, sel darah merah, faktor
pembekuan yang tidak normal dan perubahan pada dinding arteri. Aterosklerosis
sering terjadi pada DMTII/NIDDM. Komplikasi makrovaskuler adalah penyakit
arteri koroner, penyakit vaskular serebral dan penyakit vaskular perifer.
2) Mikrovaskular (pembuluh darah kecil) yang mengenai retinopati diabetik,
nefropati diabetik dan neuropati diabetik. Perubahan-perubahan mikrovaskuler
yang ditandai dengan penebalan dan kerusakan membran diantara jaringan dan
pembuluh darah sekitar. Terjadi pada klien dengan DMTI/IDDM yang
diantaranya terjadi:
a) Retinopati
Retinopati adalah adanya perubahan dalam retina karena berkurangnya
aliran darah dalam retina, sehingga akan menyebabkan iskemik retina.
Perubahan ini dapat mengakibatkan gangguan dalam penglihatan.
b) Nefropati
Nefropati adalah penyakit ginjal yang ditandai dengan adanya albumin
dalam urine, hipertensi.
c) Neuropati
Neuropati adalah penyakit pada sistem saraf perifer dan sistem saraf otonom.
Neuropati disebabkan karena adanya penebalan pada dinding pembuluh
darah yang menekan saraf, sehingga akan menyebabkan penurunan nutrien.
Perubahan metabolik mengakibatkan fungsi sensorik dan motorik saraf
menurun kehilangan sensori mengakibatkan penurunan persepsi nyeri.
3) Rentan infeksi seperti tuberculosis paru, gingivitis, dan infeksi saluran
kemih.
4) Kaki diabetik
Kaki diabetik adalah kelainan tungkai kaki bawah akibat diabetes melitus yang
tidak terkendali. Kaki diabetes melitus dapat disebabkan kerena hilangnya
sensori pada kaki yang mengakibatkan trauma dan potensial untuk ulkus.
Perubahan makrovaskular dan mikrovaskular dapat mengakibatkan iskemia
jaringan dan sepsis sehingga akan menyebabkan gangren dan beresiko terhadap
tindakan amputasi.
8. Penatalaksanaan dan Terapi
Penatalaksanaan dan terapi pada klien dengan DM (Arisman,2011) yaitu:
a. Antidiabetik Oral (ADO)
Pemberian ADO dimulai jika olahraga dan diet tidak berhasil untuk menurunkan gula
darah dalam waktu 6-12 minggu. Berdasarkan cara kerjanya, ADO dibagi menjadi 3
kelompok, yaitu:
1) Obat yang berfungsi sebagai perangsang sekresi insulin, seperti: sulfonilurea.
2) Obat yang mempengaruhi kerja insulin, seperti: metformin dan tiazolidindion.
3) Obat yang menghalangi penyerapan glukosa, seperti: penghambat
alfa-glukosidase dan miglitol.

Tabel 2.3 Farmakoterapi

ADO Cara kerja Efek samping Cara Contoh obat


pemberian
Meningkatkan Berat badan 15 – 30 menit Glibenklami
Sulfonilurea
sekresi insulin. meningkat, sebelum d dan
hipoglikemia. makan. glimepirid.
Menurunkan Gangguan Sebelum/pada Metformin.
Metformin
produksi saluran saat/sesudah
glukosa oleh pencernaan, makan
hati dan asidosis laktat. karbohidrat.
meningkatkan
kepekaan
insulin dalam
otot.

Meningkat kan Berat badan Sesaat/sebelum Repaglinid


Glinid
sekresi insulin. meningkat, makan. dan
hipoglikemia. nateglinid.
Menghambat Flatulen, tinja Bersama Akarbose.
Hambat alfa
absorpsi lembek. suapan
glukosidase
glukosa. pertama.
Menambah Edema. Tidak Pioglitazon.
Tiazolidin
kepekaan tergantung
dion
terhadap jadwal makan.
insulin.
Sumber: Arisman, 2011

b. Insulin
Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi oleh sel beta pualu langerhans kelenjar
pankreas. Insulin meningkatkan penyimpanan lemak dan mencegah penggunaan
lemak sebagai bahan energi. Insulin menstimulasi pemasukan glukosa ke dalam sel
untuk digunakan sebagai sumber energi dan membantu penyimpanan glikogen di
dalam sel otot dan hati. Insulin endogen adalahinsulin yang dihasilkan oleh pankreas,
sedangkan insulin eksogen adalah insulin yang disuntikan dan merupakan suatu
produk farmasi.
1) Jenis-jenis insulin dibagi menjadi 2, yaitu:
a) Insulin reguler, insulin yang bereaksi cepat (jenis insulin kerja cepat) dan lebih
banyak digunakan sebagai pengendalian gula darah sesudah makan.
b) Insulin Neutral Protamine Hagedorn (NPH), insulin yang bereaksi lambat
(pengaruhnya juga berakhir lambat) dan lebih sering digunakan pada malam hari.
2) Lokasi pemberian insulin
Insulin pada umumnya diberikan dengan suntikan dibawah kulit (subkutan). Pada
keadaan khusus diberikan intramuskular atau intravena secara bolus atau drip.
Gambar 2.1 Lokasi Pemberian insulin

3) Dosis insulin
Dosis pemberian insulin dengan cara sliding scale dimaksudkan agar pemberiannya
lebih efisien dan tepat karena didasarkan pada kadar gula darah klien pada saat itu.
Gula darah diperiksa setiap 6 jam sekali.
Tabel 2.4 Dosis Insulin
Kadar Gula Darah Dosis Insulin
< 60 mg% 0 unit
< 200 mg% 5 – 8 unit
200 – 250 mg% 10 – 12 unit
250 – 300 mg% 15 – 16 unit
300 – 350 mg% 20 unit
> 350 mg% 20 – 24 unit
Sumber: Arisman, 2011
c. Diet
1. Tujuan umum penatalaksanaan diet pada diabetes melitus adalah :
a) Mencapai dan mempertahankan kadar gukosa darah mendekati kadar normal.
b) Mencapai dan mempertahankan lipid mendekati kadar yang optimal.
c) Mencegah komplikasi akut dan kronik.
d) Meningkatkan kualitas hidup.
2. Penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung Berat Badan Ideal (BBI) dan
Indeks Massa Tubuh (IMT), dengan rumus : (Kozier, 2011)
BBI=( TBdalam cm – 100) ± 10% (TB dalam cm – 100)
IMT = Berat dalam kg
(Tinggi dalam meter)2
Ketrangan :
a) Malnutrisi : kurang dari 16 kg
b) Berat badan kurang : 17-19 kg
c) Normal : 20-25 kg
d) Berat badan lebih : 26-30 kg
e) Kegemukan sedang sampai berat : 31-40 kg
f) Kegemukan yang tidak wajar : lebih dari 40 kg
 Jenis diit DM dan komposisi zat gizi yang terkandung
Tabel 2.5 Jenis Diit DM
Jenis Kalori Karbohidrat Protein Lemak
Diit DM I 1100 160 50 30
Diit DM II 1300 195 55 35
Diit DM III 1500 225 60 40
Diit DM IV 1700 260 65 45
Diit DM V 1900 300 70 50
Diit DM VI 2100 325 80 55
Diit DM VII 2300 350 85 65
Diit DM VIII 2500 390 90 65
Sumber: Arisman, 2011
Keterangan:
a) Diit I, II, III: diberikan pada klien DM yang mengalami obesitas.
b) Diit IV, V : diberikan pada klien DM dengan BB normal.
c) Diit VI, VII, VIII: diberikan pada klien DM yang kurus, diabetes remaja, atau
penyandang DM dengan penyulit.
d. Olahraga
Dianjurkan latihan jasmani teratur 3-4 kali tiap minggu selama kurang lebih ½ jam.
Latihan dilakukan terus menerus tanpa berhenti, otot-otot berkontraksi dan relaksasi
secara teratur. Latihan minimal dilakukan selama 3 hari dalam seminggu. Adanya
kontraksi otot yang teratur akan merangsang peningkatan aliran darah dan penarikan
glukosa ke dalam sel.

B. Konsep Dasar Keperawatan


1. Pengkajian keperawatan
Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal proses keperawatan yang sistematis
dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengindentifikasi status kesehatan klien.
Anamnesis menurut Arisman (2011), adalah :
Informasi yang perlu digali selama anamnesis, meliputi :
a. Identitas Klien
1) Nama, Jenis Kelamin, Agama, status perkawinan, alamat, orang terdekat yang
mudah dihubungi, hubungan dengan klien, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa
medis, dan nomer rekam medis.
2) Usia
Umumnya manusia mengalami perubahan secara drastis menurun dengan cepat
setelah memasuki usia 45 tahun terlebih pada orang denganoverweight.
3) Pendidikan dan pekerjaan
Pada orang dengan pendapatan tinggi cenderung untuk mempunyai pola hidup dan
pola makan yang salah. Cenderung untuk mengkonsumsi makanan yang banyak
mengandung gula dan lemak yang berlebihan, serta tingginya konsumsi makanan
yang berat serta aktifitas fisik yang sedikit.

b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Klien biasanya datang dengan keluhan badan terasa sangat lemas serta ditandai
dengan gangguan penglihatan, klien juga mengeluh banyak kencing (poliuria),
biasanya klien belum mengetahui salah satu tanda dan gejala dari penyakit DM.
2) Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit yang paling dominan pada DM, yaitu munculnya sering buang air
kencil (poliuria), sering lapar (polifagia) dan sering haus (polidipsi). Biasanya
penderita belum menyadari kalau itu merupakan perjalanan penyakit diabetes
mellitus. Penderita baru tahu kalau sudah memeriksakan diri kepelayanan kesehatan.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Diabetes dapat terjadi saat kehamilan, yang terjadi hanya saat hamil saja dan biasanya
tidak dialami setelah melahirkan namun perlu di waspadai akan kemungkinan
mengalami diabetes yang sesungguhnya di kemudian hari.
4) Riwayat kesehatan keluarga
DM dapat menurunkan silsilah keluarga yang mengidap diabetes, karena kelainan
gen yang mengakibatkan tubuh tidak dapat menghasilkan insulin dengan baik.

c. Pola pemenuhan kebutuhan

Tabel 2.6 Pengkajian sesuai kebutuhan dasar manusia


Aktivitas / istirahat
Gejala Tanda
Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan. Takikardia dan takipnea pada keadaan
istirahat atau dengan akitivitas
Keram otot, tonus otot menurun.
Letargi atau disorentasi, koma.
Gangguan tidur/istirahat.
Penurunan kekuatan otot.
Sirkulasi
Gejala Tanda
Adanya riwayat hipertensi: IM akut. Takikardia
Klaudikasi, kebas, dan kesemutan pada Perubahan tekanan darah postural:
ekstermitas. hipertensi
Ulkus pada kaki, penyembuhan yg lama. Nadi yang menurun atau tidak ada.
Disritmia
Krekels: gagal jantung kronis
Kulit panas, kering, dan kemerahan:
bola mata cekung.
Integritas ego
Gejala Tanda
Stres: tergantung pada orang lain. Ansietas, peka rangsang
Maslah finansial yang berhubungan
dengan kondisi.

Eliminasi
Gejala Tanda
Perubahan pola berkimih (poliuria), Urine encer, pucat, kuning: poliuria
nokturia. (dapat berkembang menjadi
oliguria/anuria jika terjadi hipovolemia
Rasa nyeri atau terbakar, kesulitan
berat)
berkimih (infeksi), ISK baru/berulang.
Urine berkabut, bau busuk (infeksi)
Nyeri tekan abdomen
Abdomen keras, adanya asites
Diare
Bising usus lemah dan menurun:
hiperaktif (diare)

Makanan /cairan
Gejala Tanda
Hilang napsu makan Kulit kering/bersisik, turgor jelek
Mual atau muntah Kekakuan /distensi abdomen, muntah.
Tidak mengikuti diet: peningkatan Pembesaran tiroitd (peningkatan
masukan glukosa/karbohidat kebutuhan metabolik dangan
peningkatan gula darah)
Penurunan berat badan lebih dari periode
bebrapa hari/minggu Bau halitosis /manis, bau buah (napas
aseton)
Haus
Penggunaan diuretik (tiazid)

Neurosensori
Gejala Tanda
Pusing/pening Disorientasi: mengantuk, letargi,
stupor/koma (tahap lanjut).
Sakit kepala
Ganguan memori (baru, masa
Kesemutan, kebas kelemahan pada otot,
lalu):kacau mental
parestesia
Refleks tendon dalam (RTD) menurun
Gangguan penglihatan
(koma)
Aktivitas kejang (tahap lanjut dari
DKA.

Nyeri /keamanan
Gejala Tanda
Abdomen yang tengang atau nyeri Wajah meringis dengan palpitasi:
(sedang /berat) tampak berhati-hati.
Pernapasan
Gejala Tanda
Merasa kekurangan oksigen, batuk Lapar udara
dengan atau tanpa sputum purulen
Batuk, dengan/tanpa sputum purulen
(tergantung adanya infeksi atau tidak)
(infeksi)
Frekuensi pernapasan
Keamanan
Gejala Tanda
Kulit kering, gatal; ulkus kulit Demam
Kulit rusak, lesi/ulserasi
Menurunya kekuatan umum/rentang
gerak
Parastesia atau paralisis otot termasuk
otot-otot pernapasan (jika kdar kalium
menurun dengan cukup tajam)

Seksualitas
Gejala Tanda
Rabas vagina (cendurung infeksi) Tidak ada
Masalah impoten pada pria : kesulitan
oragasme pada wanita
Sumber: Doenges 2014

d. Pemeriksaan Fisik
1) Tingkat kesadaran : normal, letargi, stupor, koma.
2) Tanda-tanda vital
a) Tekanan darah : hipertensi (karena peningkatan viskositas darah oleh
glukosa sehingga terjadi peningkatan tekanan pada dinding pembuluh darah
dan risiko terbentuknya plak pada pembuluh darah).
b) Frekuensi nadi : takikardi (terjadi kekurangan energi sel sehingga jantung
melakukan kompensasi untuk meningkatkan pengiriman).
c) Frekuensi pernafasan : takhipnea (pada kondisi ketoasidosis).
d) Suhu tubuh : deman (pada penderita dengan komplikasi infeksi pada luka
atau pada jaringan lain), hipotermia (pada penderita yang tidak mengalami
infeksi atau penurunan metabolic akibat menurunnya masukkan nutrisi
secara drastis.
3) Berat badan: Kurus ramping (pada diabetes melitus fase lanjutan dan lama tidak
mengalami terapi), gemuk padat, gendut (pada fase awal penyakit atau penderita
lanjutan dengan pengobatan yang rutin dan pola makan yang masih tidak
terkontrol).
4) Kulit
a) Warna : perubahan-perubahan pada melanin, kerotenemia (pada penderita
yang mengalami peningkatan traumamekanik yang berakibat luka sehingga
menimbulkan ganggren. Tampak warna kehitam-hitaman disekitar luka.
Daerah yang sering terkena adalah ekstremitas bawah).
b) Kelembaban : lembab (pada penderita yang tidak mengalami diuresis
osmosis dan tidak mengalami dehidrasi), kering (pada pasien yang
mengalami diuresis osmosis dan dehidrasi).
c) Suhu : dingin (pada penderita yang tidak mengalami infeksi dan
menurunnya masukan nutrisi), hangat (mengalami infeksi atau kondisi
intake nutrisi normal sesuai aturan diet).
d) Tekstur : halus (cadangan lemak dan glikogen belum banyak di bongkar),
kasar (terjadi pembongkaran lemak, protein, glikogen otot untuk produksi
energi).
e) Turgor : menurun pada dehidrasi.
5) Kuku : warna pucat, sianosis (penurunan perfusi pada kondisi ketoasidosis atau
komplikasi infeksi saluran pernafasan).
6) Kepala
a) Kulit kepala : ada benjolan atau lesi, antara lain : kista pilar dan psoriasis
(yang rentan terjadi pada penderita diabetes melitus karena penurunan
antibody).
b) Wajah : termasuk simetris.
c) Mata
Inspeksi :
 Sklera dan konjungtiva : sklera mungkin ikterik, konjungtiva anemis
pada penderita yang sulit tidur karena banyak kencing pada malam hari.
 Kornea, iris dan lensa : penderita diabetes melitus sangat berisiko pada
kekeruhan lensa mata.
 Pupil : miosis, midriosis atau anisokor.
d) Telinga
 Lubang telinga : produksi serumen tidak sampai mengganggu diameter
lubang.
 Gendang telinga : kalau tidak menutup serumen berwarna putih
keabuan, dan masih dapat bervibrasi dengan baik apabila tidak
mengalami infeksi sekunder.
 Pendengaran : ketajaman pendengaran terhadap bisikan dapat
mengalami penurunan.
e) Hidung : tidak terjadi pembesaran polip.
f) Mulut
 Bibir : sianosis, pucat (apabila mengalami asidosis atau penurunan
perfusi jaringan pada stadium lanjut).
 Mukosa oral : kering (dalam kondisi dehidrasi akibat diuresis osmosis).
 Gusi perlu diamati kalau ada gingivitis karena penderita memang rentan
terhadap pertumbuhan mikroorganisme.
 Langit-langit mulut : mungkin terdapat bercak keputihan karena pasien
mengalami penurunan kemampuan personal hygiene akibat kelemahan
fisik.
g) Leher : pembesaran kelenjar limfe dapat muncul apabila ada infeksi sistemik.
7) Toraks dan paru-paru
a) Inspeksi frekuensi : irama, kedalaman dan upaya bernafas antara lain
takipnea, hipernea, dan pernafasan Chyne Stoke (pada kondisi ketoasidosis).
b) Bentuk dada : normal.
c) Dengarkan pernafasan : stridor (pada obstruksi jalan nafas), mengi (apabila
penderita sekaligus mempunyai riwayat asma atau bronkhitis kronik).
8) Dada
a) Inspeksi : deformitas atau asimetris.
b) Palpasi : adanya nyeri tekan atau tidak.
c) Perkusi : pada penderita normal area paru terdengar sonor.
e) Auskultasi : bunyi nafas vesikuler atau bronko vesikuler.
9) Aksila : inspeksi terhadap kemerahan, infeksi dan pigmentasi.
10) Abdomen
a) Inspeksi : pada kulit apakah ada strie dan simetris adanya pembesaran organ.
b) Auskultasi : bising usus apakah terjadi penurunan atau peningkatan
motilitas.
c) Perkusi : pada abdomen terhadap proporsi dan pola tympani serta kepekaan.
d) Palpasi : untuk mengetahui adanya nyeri tekan/massa.
11) Genetalia : inspeksi apakah ada kemerahan pada kulit skrotum.
12) Sistem Neurosensori : pada penderita diabetes melitus biasanya merasakan gejala
pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parestesia, dan
gangguan penglihatan.

e. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan menurut (Amin Huda & Hardhi Kusuma, 2015), antara
lain:
1) Kadar glukosa darah
a) Glukosa plasma sewaktu : lebih dari 200 mg/dL.
b) Glukosa plasma puasa : lebih dari 140 mg/dL.
c) Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi makanan (gula darah postprandial lebih dari 200 mg/dL).
2) Aseton plasma (keton) : Positif secara mencolok.
3) Asam lemak bebas : Kadar lipid dan kolesterol meningkat.
4) Hemoglobin glikosilasi (HbA1c) meningkat.
5) Urinalisis dapat menunjukkan aseton atau glukosa.
6) Osmolalitas serum: meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l.
7) Elektrolit
a) Natrium: mungkin normal, meningkat atau menurun.
b) Kalium: normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler), selanjutnya
akan menurun.
c) Fosfor: lebih seirng menurun.
8) Gula darah arteri: biasanya menunjukan pH rendah dan penurunan pada HCO3
(asidosis metabolik dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
9) Trombosit darah: Ht mungkin meningkat (dehidrasi), leukositosis,
hemokonsentrasi, merupakan respons terhadap stres atau infeksi.
10) Ureum/kreatinin: mungkin meningkat atau normal (dehidrasi/penurunan fungsi
ginjal).
11) Insulin darah: mungkin menurun/bahkan sampai tidak ada (pada tipe I) atau
normal sampai tinggi (tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi
insulin/gangguan dalam penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten insulin
dapat berkembang sekunder terhadap pembentukan antibodi.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu bagian integral dari proses keperawatan. Hal ini
merupakan suatu komponen dari langkah-langkah analisa, dimana perawat
mengidentifikasi respon-respon individu terhadap masalah-masalah kesehatan yang
aktual, resiko dan potensial.

Diagnosa menurut Amin Huda & Hardhi Kusuma Nanda NIC-NOC, (2015) dan
Doenges (2012), adalah :

a. Kekurangan volume cairan b.d diuresis osmotik (dari hiperglikemia)


b. Perubahan nutrisis kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidak cukupan insulin
c. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan sirkulasi darah ke perifer,
proses penyakit (DM).
d. Kerusakan integritas jaringan b.d nekrosis kerusakan jaringan (nekrosis luka
gangrene).
e. Resiko infeksi b.d trauma pada jaringan, proses penyakit (DM).
f. Gangguan Rasa Nyaman Nyeri b.d inflamasi otot
g. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik,perubahan
kimia darah : insufisiensi insulin
h. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai penyakit, prognosis dan
kebutuhan pengobatan

3. Perencanaan Keperawatan
Rencana keperawatan menurut Amin Huda & Hardhi Kusuma Nanda NIC-NOC,
(2015) dan Doenges (2012), adalah :
1. Kekurangan volume cairan b.d diuresis osmotik (dari hiperglikemia)
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
Kriteria Hasil :
a. Tanda vital stabil
b. Nadi perifer dapat teraba
c. Turgor kulit dan pengisian kapiler baik
d. Haluran urine tepat secara individu
e. Kadar elektrolit dalam batas normal

Intervensi :

1) Dapatkan riwayat klien/orang terdekat sehubungan dengan lamanya/intensitas


dari gejala seperti muntah, pengeluaran urine yang sangat berlebihan.
R : membantu memperkirakan kekurangan volume total
2) Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TD ortostatik
R : hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardi
3) Pola napas seperti adanya pernapasan kussmaul atau pernapasan yang berbau
keton
R : paru-paru mengeluarkan asam karbonat melalui pernapasan yang menghasilkan
kompensasi alkalosis respiratoris terhadap keadaan ketoasidosis.
4) Frekuensi dan kualitas pernapasan, penggunaan otot bantu napas, dan adanya
periode apnea dan munculnya sianosis
R : koreksi hiperglikemia dan asidosis akan menyebabkan pola dan frekuensi
pernapasan mendekati normal
5) Kaji nadi perifer, pengisisan kapiler, turgor kulit dan membran mukosa
R : merupakan indrikator dan tingkat dehidrasi atau volume sirkulasi yang adekuat.
6) Pantau pemasukan dan pengeluaran, catat berat jenis urine
R : memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan
keefektifan dari terapi yang diberikan
7) Tingkatkan lingkungan yang dapat menimbulkan rasa nyaman, selimuti pasien
dengan selimut tipis
R : menghindari pemanasan yang berlebihan terhadap pasien lebih lanjut akan dapat
menimbulkan kehilangan cairan
8) Catat hal-hal yang dilaporkan seperti mual, nyeri abdomen, muntah dan distensi
lambung
R : kekurangan cairan dan elektrolit mengubah motilitas lambung, yang seringkali
menimbulkan muntah dan secara potensial akan menimbulkan kekurangan cairan atau
elektrolit

2. Perubahan nutrisis kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidak cukupan


insulin
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapakan
Kriteria Hasil :
a. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
b. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
c. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
d. Tidak terjadi penurunan berat badan

Intervensi :

1) Auskultras bisisng usus pasien


R : bising usus hiperaktif mencerminkan peningkatan motilitas lambung yang
menuunkan atau mengubah fungsi absorbsi
2) Catat dan laporkan adanya anoreksi, kelemahan umum/nyeri abdomen
R : peningkatan aktivitas adrenergik dapat menyebabkan gangguan sekresi insulin /
terjadi resisten yang mengakibatkan hiperglikemia. Polidipsi, poliuria, perubahan
kecepatan dan kedalaman pernafasan (tanda asidosis metebolik)
3) Timbang berat badan setiap 3 hari sekali atau sesuia dengan indikasi
R: mengkaji pemasukan makanan yang adekuat
4) Observasi dan catat asupan pasien
R : untuk mengkaji zat gizi yang dikonsumsi dan suplemen yang diperlukan
5) Monitor pemeriksaan laboratorium, seperti glukosa
R : gula darah akan menurun perlahan dengan panggantian cairan dan terapi insulin
terkontrol. Dengan pemberian insulin dosis optimal, glukosa kemudian dapat masuk
ke dalam sel dan digunakan untuk sumber kalori. Ketika hal ini terjadi, kadar aseton
akan menurun dan asidosis dapat dikoreksi.
6) Lakukan pemeriksaan gula darah dengna menggunakan ‘’finger stick’’
R : analisa terhadap gula darah lebih akurat (menunjukkan keadaan saat dialakukan
pemeriksaan ) dari pada memantau gula dalam urine yang tidak cukup akurat untuk
mendeteksi fluktuasi kadar gula darah dan dapat dipengaruhi oleh ambang ginjal
psien secara individual atau adanya retensi urine/ gagal ginjal.
7) Berikan pengobatan insulin secara teratur sesuai dengan program dokter
R : insulin reguler memliki awitan cepat dan karenannya dengan cepat pula dapat
membantu memindahkan glukosa ke dalam sel.
8) Berikan lingkungan yang menyenangkan pada waktu makan
R : untuk meningkatkan nafsu makan

3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan sirkulasi darah ke


perifer, proses penyakit (DM).
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
Kriteria hasil:
Mendemonstrasikan status sirkulasi yang ditandai dengan:
a. Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan.
b. Tidak ada ortostatik hipertensi.
c. Tidak ada tanda tanda peningkatan tekanan intrakranial (tidak lebih dari 15
mmHg).

Mendemonstrasikan kemampuan kognitif yang ditandai dengan:

1. Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan.


2. Menunjukkan perhatian, konsentrasi dan orientasi.
3. Memproses informasi.
4. Membuat keputusan dengan benar Menunjukkan fungsi sensori motori cranial
yang utuh : tingkat kesadaran membaik, tidak ada gerakan gerakan involunter.

Rencana keperawatan:

1) Pantau tekanan darah.


R : peningkatan tekanan darah dapat disebabkan oleh diabetes melitus.
2) Catat penurunan nadi: pengisian kapiler.
R : perubahan ini menunjukkan kemajuan/proses kronis
3) Berikan cairan IV sesuai indikasi.
R : mempertahankan volume sirkulasi untuk memaksimalkan perfusi jaringan
4) Tinggikan kaki bila di tempat tidur atau duduk, sesuai indikasi. Rasional:
menurunkan pembengkakan jaringan dan pengosongan cepat vena superfisial dan
tibial, mencegah distensi berlebihan dan sehingga meningkatkan aliran balik
vena.
5) Kolaborasi pemberian analgetik.
R : menurunkan rasa nyeri.

4. Kerusakan integritas jaringan b.d nekrosis kerusakan jaringan (nekrosis


luka gangrene).
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
Kriteria hasil:
a. Perfusi jaringan normal.
b. Tidak ada tanda-tanda infeksi.
c. Ketebalan dan tekstur jaringan normal.
d. Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya
cidera.

Rencana tindakan:

1) Observasi luka: lokasi, dimensi, kedalaman luka.


R : mengetahui perubahan pada luka tersebut.
2) Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada daerah yang tertekan.
R : untuk mencegah terjadinya iritasi.
3) Ajarkan keluarga tentang luka dan perawatan luka.
R : agar keluarga mengetahui cara perawatan luka.
4) Anjurkan pasien untuk tidak memakai baju yang sempit.
R : untuk mengurangi resiko geskan dan mepnurunan aliran darah.

5. Resiko infeksi b.d trauma pada jaringan, proses penyakit (DM).


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
Kriteria Hasil:
a. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi.
b. Mendiskripsikan proses penularan penyakit, faktor yang mempengaruhi
penularan serta pelaksanaannya.
c. Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi.
d. Jumlah leukosit dalam batas normal.
e. Menunjukan perilaku hidup sehat.

Rencana tindakan:

1) Observasi tanda infeksi dan inflamasi, seperti demam, kemerahan, adanya pus
pada luka.
R : pasien masuk kemungkinan dengan infeksi yang biasanya telah mencetus keadaan
ketosidosis atau dapat mengalami infeksi nosokomial.
2) Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif (seperti pemasangan infus,
kateter folley, dsb).
R : Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik bagi
pertumbuhan kuman.
3) Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan.
R : mencegah terjadinya infeksi.
4) Kolaborasi antibiotik sesuai indikasi.
R : penenganan awal dapat membantu mencegah timbulnya sepsis.

6. Gangguan Rasa Nyaman Nyeri b.d inflamasi otot.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
Kriteria Hasil :
a. Pasien mampu mengunghkapkan pesrasaan nyaman setelah nyeri berkurang
b. Klien mampu menggunkan tehnik non-farmakologi untuk mengurangi nyeri
c. Skala nyeri berkurang 0-1
d. TTV dalam batas normal

Intrervensi :

1) Kaji sekala nyeri, Lokasi, Durasi, Intensitas dan karakteristik Nyeri


R: pengkajian kembali yang kontinu memungkinkan modifikasi rencana perawatan
yang diperlukan.
2) Berikan obat anlagetik sesuai dengan kebutuhannya
R : membantu untuk memfokuskan kembali perhatian dan membnatu pasien untuk
mengatsi nyeri/rasa tidak nyaman secara lebih efektif.
3) Berikan lingkungan yang tenang , ruang agak gelap sesuai indikasi
R : menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari luar atau sensitivitas pada cahaya dan
meningkatkan istirahat/rileksasi.
4) Bantu pasien menemukan posisi nyaman
R :peninggian lengan, ukuran baju mempengaruhi kemampuan pasien untuk rileks
dan tidur/istirahat secara efektif.
5) Anjurkan pasien teknik relaksasi
R: membnatu untuk memfokuskan kembali perhatian dan membantu pasien untuk
mengatsi nyeri/rasa nyaman secara lebih efektif.
6) Periksa keefektifan pengobatan setelah 30 menit
R : untuk memantau pengurangan nyeri dan membina tigkat
kepercayaan yang diperlukan untuk hubungan terapeutik
7) Beri dorongan kepada pasien untuk menerima keterbatasan yang disebabkan oleh
nyeri dan untuk menggunakan aktivtas penglihatan dan tindakan pengurangan
nyeri
R: Unuk meningkatkan kualitas hidupnya
8) Anjurkan untuk mendistraksi ( mengalihkan ) seperti membaca, menonton
televisis dan kunjungan keluarga
R : untuk membantu menghindarkan pasien dari memfokuskan pada nyeri
9) Tinggikan bagian yang sakit dengan meningkatkan tangan menggunakan bantal /
guling
R : mengurangi terbentuknya edema dengan peningkatan aliran balik vena,
menurunkan kelelahan otot dan tekanan kulit / jaringan.

7. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi


metabolik,perubahan kimia darah : insufisiensi insulin.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
Kriteria Hasil :
a. Memvervalisasikan peningkatan energy dan merasa lebih baik
b. Glukosa darah adekuat
c. Istirahat cukup

Intervensi

1) Monitor nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum/sesudah


melakukan aktivitas.
R : mengindikasi tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara fisiologis.
2) Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup/tanpa diganggu.
R : mencegah kelelahan yang berlebihan
3) Diskusikan cara menghemat kalori, selama mandi, berpindah tempat dan
sebagainya.
R : pasien akan dapat melakukan lebih banyak kegiatan dengan penurunan kebutuhan
akan energi pada setiap kegiatan.
4) Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas, buat jadwal perencanaan
dengna pasien dan identifikasi aktivitas yang menimbulkan kelelahan
R : pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan tingkat aktivitas
meskipun pasien mungkin sangat lemah.
5) Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehai-hari sesuai dengan
yang dapat ditoleransi.
R : meningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang positif sesuai tingkat aktivitas
yang dapat ditoleransi pasien.

8. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai penyakit, prognosis


dan kebutuhan pengobatan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
Kriteria Hasil :
1) Mengungkapkan pemahaman tentang penyakit, misalnya secara konkrit
dicantumkan :
a. pasien dapat menyebutkan penyakit diabetes mellitus
b. pasien dapat menyebutkan dengan benar 2-3 gejala diabetes mellitus
c. pasien dapat menyebutkan komplikasi 2-3 komplikasi diabetes mellitus
d. pasien dapat mengetahui tanda dan gejala diabetes mellitus
e. pasien dapat melakukan perubahan gaya hidup da berpartisipasi dalam program
pengobatan.

Intervensi

1) kaji tingkat pengetahuan pasien mengenai penyakit, dan pengobatannya


R : untuk memberiakn informasi yang tepat pada pasien dan kejemuan informasi
2) lakukan pemberian pendidikan kesehatan secara bertahap dan sesuai rencana
pada satuan acara pembelajaran.
R : memberikan informasi yang akurat dan bermakana bagi pasien dan bagi perawat
dapat mengetahui perkembangan pengetahuan pasien dnegan pasti.
3) Ciptakan lingkungan saling percaya dengan mendengarkan penuh perhatian dan
selalu ada untuk pasien.
R : menanggapi dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum pasien bersedia
mengambil bagian dalam proses belajar
4) Diskusikan dengan pasien tentang penyakitnya.
R : memberikan pengetahuan dasar dimana pasien cepat membuat pertimbnagan
dalam memilih gaya hidup.
5) Tinjau ulang program pengobatan
R : pemahaman tentang semua aspek syang digunakan oabyt meningkatkan
penggunaan yang tepat.
6) Tekankan pentingnya mempertahankan pemriksaan gula darah setiap hari.
R : membantu dan menciptakan gambaran nyata dari keadaan pasien untuk
melakukan kontrol.
7) Pilih berbagai strategi belajar, seperti teknik demonstrasi yang memerlukan
keterampilan dan biarkan pasien mendemonstrasikan ulang, gabungkan
keterampilan baru ini ke dalam rutinitas rumah sakit sehari-hari.
R : penggunaan cara yang berbeda tentang mengakses informasi meningkatkan
penerapan pada individu yang belajar
8) Anjurkan pasien untuk menghentikan merokok :
R : Nikotin mengkontriksikan pembuluh darah kecil dan absorpsi insulin diperlambat
selama pembuluh darah ini yang mengalami konstriksi.
9) Identifikasi gejala hipoglikemia (mis, lemah, pusing, letargi, lapar, peka
rangsang, diaforesis, pucat, takikardia, tremor, sakit kepala dan perubahan
mental).
R : Dapat meningkatkan deteksi dan pengobatan lebih awal dan mencegah /
mengurangi kejadinnya.
Catatan : hiperglikemia saat bangun tidur dapat mencerminkan fenomena fajar
(indikasi perlunya insulin tambahan ) atau respon balik pada hipoglikemia selam tidur
(efek somogy) yeng memerlukan penurunan dosis insulin atau perubahan diet (mis,
pemberian makanan kudapan, pada malam hari). Pemeriksaan kadar gula darah pada
jam 3 pagi membantu dalam mengidentifikasi masalah yang spesifik.
10) Diskusikan topik-topik utama, seperti :
Apakah kadar glukosa normal itu dan bagaimana hal tersebut dibandingkan dengan
kadar gula darah pasien. DM tipe yang mengalami pasien, hubungna antara
kekurangan insulin dengan kadar gula darah yang tinggi.
R : memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pertimbangan
dalam memilih gaya hidup.
11) Rasional terjadinya serangan ketoasidosis
R : pengetahuan tentang faktor pencetus dapat membantu untuk menghindari
kambuhnya serangan tresebut

4. Pelaksanaan Keperawatan

Menurut Kozier (2010) pada proses keperawatan, implementasi adalah fase ketika
perawat mengimplementasikan intervensi keperawatan. Dalam pelaksanaan, perawat
mengkaji kembali klien, menentukan kebutuhan perawat terhadap bantuan,
mengimplementasikan intervensi keperawatan, melakukan supervisi kasus yang
didelegasikan, dan mendokumentasikan tindakan keperawatan dan respons klien
terhadap tindakan tersebut.

Adapun pelaksanaan keperawatan dengan Diabetes Melitus adalah : Lemone 2016

1) Mempertahankan keseimbangan volume cairan


2) Memenuhi kebutuhan nutrisi
3) Mempertahankan keseimbangan perfusi jaringan perifer
4) Mengurangi terjadinya kerusakan integritas jaringan
5) Mencegah terjadinya infeksi
6) Mengurangi terjadinya Nyeri
7) Tidak lagi Lelah
8) Memberikan pengetahuan

5. Evaluasi Keperawatan

Menurut Kozier (2010), mengevaluasi adalah menilai atau menghargai. Evaluasi


adalah fase kelima dan fase terakhir proses keperawatan. Dalam evaluasi, perawat
mengumpulkan data yang berhubungan dengan hasil; membandingkan data dengan
hasil; menghubungkan tindakan keperawatan dengan tujuan/hasil klien; menarik
kesimpulan tentang status masalah; dan melanjutkan, memodifikasi, atau mengakhiri
rencana asuhan klien.

Hasil yang diharapkan pada proses keperawatan dengan Diabetes Melitus adalah :

1) Volume cairan seimbang


2) Kebutuhan nutrisi terpenuhi
3) Perfusi jaringan perifer teratasi
4) Kerusakan integritas jaringan berkurang
5) Resiko tinggi terhadap infeksi tidak terjadi
6) Rasa nyeri hilang/berkurang
7) Kelelahan berkurang
8) Pengetahuan klien bertambah
BAB III

TINJAUAN KHUSUS

Dalam BAB ini penulis akan menyelesaikan sebuah laporan kasus Pemenuhan
Kebutuhan Dasar pada klien Ny.S dengan Diabetes Melitus Tipe 2 di paviliun Melati
RS. Islam Jakarta Cempaka Putih. Proses pelaksananaan Asuhan Keperawatan selama
tiga hari dari tanggal 23-25 mei 2017. dalam melengkapi data ini penulis mengadakan
wawancara dengan klien, keluarga klien, tim perawat diruangan, selain itu juga
memperoleh data-data catatan medis, catatan keperawatan, dan di dapatkan hasil
observasi langsung serta pemeriksaan fisik.

A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian pada klien di lakukan pada tanggal 23 mei 2017 di Paviliun Melati Rumah
Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih.
1. Identitas klien
Klien berinisial Ny.S, jenis kelamin perempuan, usia 57 tahun, status pernikahan
menikah, beragama islam, suku bangsa jawa, pendidikan terakhir SMP, bahasa yang
digunakan adalah bahasa indonesia, pekerjaan saat ini ibu rumah tangga, alamat jalan
Rusun Damkar Blok F Lt1/8 kelurahan cengkareng barat, sumber biaya jaminan
perusahaan, sumber informasi diperoleh dari klien, keluarga klien, tim perawat
ruangan dan status klien.
2. Resume
Pada tanggal 20 mei 2017 jam 21:55 wib, Ny.S klien datang ke UGD dengan keluhan
lemas sejak 2 hari yang lalu, mata berkunang kunang, mual, muntah 3kali. Keluarga
klien mengatakan klien mempunya riwayat Diabetes Melitus sudah 3 tahun dan saat
di rumah jam 16:00 klien menyuntikan insulin 8 unit dan meminum obat metformin
500mg. Klien datang dengan kesadaran composmentis, GCS E:4 M:6 V:5, dan hasil

51
52

TTV TD: 160/80mmHg, Nadi: 128x/menit, Pernafasan: 24x/menit, Suhu: 37,4°C.


Saat diugd klien dilakukan tindakan pemeriksaan hematologi rutin, aseton dan gula
darah sewaktu. Dan diberikan tindakan pemasangan infus dengan cairan Asering
500cc (loading250cc) dan exstra captropil 12,5mg pada jam 22:15.

Hasil cek lab 20-05-2017 22:38


Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan

HEMATOLOGI RUTIN

Hemoglobin L 9.3 g/dL 11.7-15.5

Jumlah leukosit 6.87 10³/uL 3.60-11.00

Hematokrit L 25 % 35-47

Jumlah trombosit 381 10³/uL 150-440

Eritrosit L 3.66 10³/uL 3.80-5.20

MCV/VER L 68 fL 80-100

MCH/HER L 25 pg 26-34

MCHC/KHER H 38 g/dL 32-36

DIABETES

Glukosa darah CH 336 mg/dL 70-200


sewaktu

Klien dipindahkan ke ruang melati kamar 03 pada jam 22:45 di pindahkan dengan
brankar. Sesampai nya di ruangan klien di kaji oleh perawat ruangan dan perawat
melaporkan pasien baru kepada dokter penanggung jawab dan di berikan intruksi SC
(sliding scale)/6 jam dan terapi insulin sesuai hasil.
21 mei 2017 : SC/ 6 jam dan terapi insulin sesuai hasil
Hasil SC 1
Glukosa jam 06:00 = 274 mg/dL
Glukosa jam 11:00 = 175 mg/dL
Glukosa jam 17:00 = 190 mg/dL
Glukosa jam 23:00 = 199 mg/dL

22 mei 2017 :1. Cek elektolit


Hasil 22 mei 2017
Natrium (Na) : CL 117 mEq/L 135-147
Kalium (K) : L 2.5 mEq/L 3.5-5.0
Klorida (Cl) : L 83 mEq/L 94-11
2. Instruksi Medis koreksi NaCl 3% / 12 jam 1kali

3. Data Dasar
a. Riwayat Keperawatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada tanggal 23 mei 2017 klien dilakukan pengkajian oleh mahasiswa dengan
keluhan utama lemas, mual, mata terasa kunang-kunang. Kronologis keluhan
penyakit klien mengatakan sudah 2 hari yang lalu dengan timbulnya keluhan bertahap
kemudian Ny.S dibawa ke ugd RS. Islam jakarta cempaka putih, sebelum dibawa
Ny.S menyuntikan insulin 8 unti dan meminum metformin.
2) Riwayat Kesehatan Masalalu
Klien mengatakan tidak ada alergi dengan obat, klien mengatakan tidak pernah
kecelakaan, klien mengatakan sudah pernah dirawat di RSIJ karna fatique intek sulit,
DM, GE pada tanggal 06 mei 2017.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga

Keterangan:

= Laki-laki

=Perempuan

= Meninggal

= Klien
= Tinggal
Serumah
= menikah

Ny.S adalah anak tunggal, kedua orang tua nya sudah meninggal karena sudah lanjut
usia, dari kedua orang tua Ny.S tidak ada yang mempunyai riwayat Diabetes Melitus.
Ny.S mempunyai suami Tn.A dan sekarang sudah di karuniai 3 orang anak
perempuan dan 2 orang anak laki-laki. Ny.S dan Tn.A sekarang hanya tinggal berlima
dengan 3 orang anak nya yang nomer 2, 4 dan 5. sedangkan anak 1 dan ke 3 sudah
tidak tinggal bersama kedua orang tuanya karena sudah menikah dan ikut bersama
dengan suaminya dan sekarang sudah punya anak dan mempunyai tempat tinggal
sendiri.
4) Riwayat Psikososial dan Spiritual
Orang terdekat Ny.S adalah suami dan semua anaknya, dalam keluarga sering
berkomunikasi, Ny.S dalam pola komunikasi jelas dan terarah, pembuat keputusan
dalam rumah tangga Ny.S menyerahkan semua nya kepada suami Tn.A. Ny.S dalam
kegiatan kemsayrakatan tidak mengikuti karna mengingat usia yang sudah masuk
lansia. Dan semenjak Ny.S sakit terjadi perubahan fungsi peran menjadi seorang istri,
ibu, nenek, dan keluarga. Tanggapan keluarga sendiri dengan penyakit istri/ibu
mengatakan pasrah dengan yang allah berikan terhadap penyakit istri/ibu (Ny.S).
Mekanisme koping yang di gunakan oleh Ny.S terhadap penyakitnya selalu minum
obat dan mencari pertolongan. Hal yang dipikirkan saat ini hanya ingin cepat sembuh
dan bisa beraktivitas kembali lagi karna semenjak sakit tidak bisa melakukan aktivitas
seperti biasa tidur terbaring saja tapi untuk aktivitas keagamaan seperti sholat dan
berdoa alhamdulillah semua tetap berjalan meskipun sakit tidak mengahalangi
kebutuhan keagamaan.

5) Pola Kebiasaan
a) Pola Nutrisi
(1) Sebelum sakit
Frekuensi makan klien 3x/hari. Nafsu makan klien baik. Tidak ada
mual, muntah, dan sariawan. Klien menghabiskan 1 porsi
makanannya, tidak ada makanan yang tidak disukai oleh klien,
tidak ada makanan yang membuat klien alergi, klien mempunyai
makanan pantangan yang manis-manis sejak memiliki penyakit
Diabetes Melitus, klien biasa makan nasi, tidak ada penggunaan
obat-obatan yang diminum sebelum makan, dan tidak
menggunakan alat bantu makan.
(2) Di Rumah Sakit
Frekuensi makan klien 3x/hari. Nafsu makan tidak baik dengan
alasan mual. Klien menghabiskan 1/2 porsi. Makanan yang disukai
klien sayur-sayuran, buah-buahan, tempe dan tahu, tidak ada
makanan yang membuat klien alergi. Klien mempunyai makanan
pantangan yang manis-manis sejak memiliki penyakit Diabetes
Melitus. Diit klien dengan bubur DM 1500 kkal, tidak ada
penggunaan obat obatan seblum makan, dan klien tidak
menggunakan alat bantu makan.

b) Pola Eliminasi
(1) Sebelum Sakit

Frekuensi BAK klien 8-10x/hari, dengan warna kuning jernih,


tidak ada keluhan, dan tidak menggunakan alat bantu. Klien BAB 1
x dalam satu hari, dengan waktu yang tidak menentu, warna
kuning, konsistensi lembek, tidak ada keluhan, dan tidak
menggunakan Laxatif/Pencahar.

(2) Di Rumah Sakit


Frekuesi BAK klien selama di Rumah Sakit 10-12x/hari, dengan
warna kuning jernih, tidak ada keluhan, dan tidak menggunakan
alat bantu. Selama di Rumah Sakit klien BAB 1x/hari, dengan
waktu yang tidak menentu, warna kuning, konsistensi lunak, tidak
ada keluhan, dan tidak menggunakan laxatif/pencahar.

c) Pola Personal Hygiene


(1) Sebelum Sakit

Frekuensi mandi klien 2 x/hari, pada waktu pagi dan sore hari.
Klien menggosok gigi 2 x/hari pada waktu pagi dan sore hari
setelah mandi. Selama dirumah biasanya klien mencuci rambut 3 x
dalam seminggu.
(2) Di Rumah Sakit

Selama di Rumah Sakit klien mandi 2 x/hari, pada waktu sore hari.
Menggosok gigi 2 x/hari pada waktu sore hari setelah mandi.
Selama di Rumah Sakit klien belum pernah mencuci rambutnya.

d) Pola Istirahat dan Tidur


(1) Sebelum Sakit
Selama di rumah klien tidur siang selama 2-3 jam/hari. Tidur
malam 7-8 jam/hari. Klien hanya mempunyai kebiasaan berdoa
pada saat akan tidur dan sesudah bangun tidur.
(2) Di Rumah Sakit
Selama di Rumah Sakit klien tidur siang 1-2 jam/hari. Tidur malam
7-8 jam/hari. Dan mempunyai kebiasaan berdoa pada saat akan
tidur dan sesudah bangun tidur.

e) Pola Aktivitas dan Latihan


(1) Sebelum Sakit
Selama dirumah klien menjalankan aktivitas sebagai ibu rumah
tangga. Klien berolahraga senam pada setiap hari minggu.
(2) Di Rumah Sakit

Aktivitas klien selama di Rumah Sakit terganggu, klien hanya


berbaring di tempat tidur karena lemas. Selama di Rumah Sakit
klien tidak berolah raga. Keluhan klien saat ini dalam beraktivitas
adalah kelemahan. Saat ke kamar mandi atau berjalan klien di
bantu oleh keluarga atau perawat.
f) Pola Kebiasaan yang Mempengaruhi Kesehatan

(1) Sebelum Sakit

Klien tidak merokok dan tidak mengkonsumsi minuman


keras/NAPZA.

(2) Di Rumah Sakit

Klien tidak merokok dan tidak mengkonsumsi minuman


keras/NAPZA.

b. Respon Fisik terhadap Perubahan Pemenuhan Kebutuhan Dasar


1) Pemeriksaan Fisik Umum
Kesadaran composmentis, keadaan umum klien sakit sedang. Berat
badan klien saat ini 37 kg, terdapat penurunan berat badan dalam 3
bulan terakhir 3kg. Tinggi badan 146 cm. Hasil pemeriksaan TTV,
TD : 120/80 mmHg, N : 88 x/menit, RR : 20 x/menit, S : 36,8˚C.
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.

2) Sistem Penglihatan

Posisi mata simetris, kelopak mata normal, pergerakan bola mata


normal, konjungtiva merah muda, kornea normal, sklera anikterik,
pupil isokor dengan ukuran 2 mm, otot-otot mata tidak ada
kelainan, fungsi penglihatan baik, tidak ada tanda-tanda radang,
klien tidak memakai kaca mata dan lensa kontak, reaksi terhadap
cahaya positif (+).

3) Sistem Pendengaran

Daun telinga normal. Karakteristik serumen berwarna coklat


kekuningan, konsistensi lunak, dan tidak berbau. Kondisi telinga
normal, tidak ada cairan dari telinga, tidak ada perasaan penuh di
telinga, tidak ada tinitus, fungsi pendengaran normal, tidak ada
gangguan keseimbangan, dan tidak memakai alat bantu.

4) Sistem Wicara

Sistem wicara normal, klien berbicara dengan jelas dan tidak


mengalami gangguan dalam bicara.

5) Sistem Pernafasan

Jalan nafas klien bersih, tidak ada sumbatan. Klien tidak


mengalami sesak dan tidak menggunakan otot-otot bantu
pernafasan dengan frekuensi nafas 20x/menit, irama teratur,
bernafas dengan spontan, dan bernafas dalam. Tidak ada batuk dan
tidak ada sputum. Palpasi dada dengan taktil fremitus getaran pada
dada bagian kanan dan kiri dengan hasil dada simetris. Perkusi
dada terdengar suara sonor pada dada bagian kanan dan kiri. Suara
nafas vasikuler, tidak ada nyeri saat bernafas, dan tidak ada
penggunaan alat bantu nafas.

6) Sistem Kardiovaskuler
a) Sirkulasi Perifer

Nadi 88 x/menit, irama teratur, denyut lemah. Tekanan darah :


120/80 mmHg, tidak ada distensi vena jugularis kanan dan kiri,
temperatur kulit hangat, warna kulit kemerahan, pengisian kapiler
<3 detik, dan ada tidak ada edema.

b) Sirkulasi Jantung

Kecepatan denyut apical : 80 x/menit, irama teratur, tidak ada


kelainan bunyi jantung, dan tidak ada sakit dada.
7) Sistem Hematologi
Tidak ada pucat dan tidak ada perdarahan. Hasil pemeriksaan
penunjang pada tanggal 20 mei 2017 adalah : hemoglobin L 9.3
g/dL, leukosit 6.87 10³/uL, hematokrit L 25%, trombosit 381
10³/uL, eritrosit L 3.66 10³/uL, MCV/VER L 68fL, MCH/HER L
25 pg, MCHC/KHER H 38 g/dL, gula darah sewaktu CH 336
mg/dL.
8) Sistem Saraf Pusat

Tidak ada keluhan sakit kepala, tingkat kesadaran compos mentis,


GCS : 15 (E : 4, V : 5, M : 6). Tidak ada tanda-tanda peningkatan
TIK, tidak ada gangguan sistem persyarafan, reflek fisiologis
normal, dan tidak ada reflek patologis.

9) Sistem Pencernaan

Pada keadaan mulut, tidak ada caries gigi, klien tidak


menggunakan gigi palsu, tidak ada stomatitis, lidah klien tidak
kotor, salifa normal, tidak ada mual dan muntah, tidak ada nyeri
pada daerah perut, bising usus klien terdengar 18 x/menit, tidak ada
diare dan konstipasi, tidak teraba pembesaran hati, dan abdomen
lembek.

10) Sistem Endokrin

Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, nafas klien tidak berbau


keton, tidak terdapat luka gangren.

11) Sistem Urogenital

Balance cairan intake : 3.700 ml, output : 3.654 ml. Terjadi


perubahan pola kemih nocturia, BAK berwarna kuning jernih, tidak
ada distensi/ketegangan kandung kencing, dan tidak ada keluhan
sakit pinggang.
Pemeriksaan penunjang hasil kalium

Hasil elektrolit 22 mei 2017


Natrium (Na) : CL 117 mEq/L 135-147
Kalium (K) : L 2.5 mEq/L 3.5-5.0
Klorida (Cl) : L 83 mEq/L 94-11

22 mei 2017 jam 20:00 Instruksi medis koreksi NaCl 3% / 12 jam


1kali

12) Sistem Integumen


Turgor kulit baik, temperatur kulit hangat, warna kulit kemerahan.
Keadaan kulit baik, tidak ada kelainan kulit, kondisi kulit daerah
pemasangan infus normal dan tidak tampak tanda-tanda infeksi.
Tekstur rambut klien baik dan tampak bersih.

13) Sistem Muskuloskeletal

Klien mengalami kesulitan dalam pergerakan sakit pada


tulang dan sendi. Tidak ada fraktur, tidak ada kelainan bentuk
tulang sendi, tidak ada kelainan struktur tulang belakang, keadaan
tonus otot baik, kekuatan otot

5555 5555

4444 4444

Keluhan lain pada fungsi muskuloskeletal, ekstermitas bagian bawah


terasa lemas.

Pemeriksaan penunjang

Hasil 22 mei 2017


Natrium (Na) : CL 117 mEq/L 135-147
Kalium (K) : L 2.5 mEq/L 3.5-5.0
Klorida (Cl) : L 83 mEq/L 94-111
4. Data Fokus

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF


 klien mengatakan lemas  Klien tampak kesadaran komposmentis
 Klien mengatakan merasa kunang  Klien tampak pucat, lemas
-kunang saat berjalan
 klien tampak BAK 10 - 12 kali perhari
 Klien mengatakan sering BAK lebih
dari 10 kali dalam satu hari  Balance cairan +146 ml

 Klien mengatakan merasa haus terus  IWL 554 cc/24jam


menerus  Elektrolit 22 mei 2017
 Klien mengatakan mual, tetapi tidak 1. natrium (Na) CL 117 mEq/L
ada muntah
2. Kalium (K) L 2,5 mEq/L
 Klien mengatakan tidak nafsu makan
3. Klorida (CL) L 83 mEq/L
 Klien mengatakan hanya
menghabisakan makanan nya 1/2  Klien tampak terpasang infus NaCl/6 jam
porsi.
 TTV
 Klien mengatakan berat badan turun
3 kg. TD : 120/80 mmHg

 Keluarga klien mengatakan Nd : 88 x/menit


mempunyai riwayat Diabetes Melitus RR : 20 x/menit
sejak 3 thn yang lalu.
Sh : 36,8oC
 Klien mengatakan saat berjalan ke
kamar mandi dibantu oleh anaknya. (ANTROPOMENTRI)
 Klien mengatakan bagian badan  BB 37 kg
bawah terasa lemas dan kaku kaki
kanan dan kiri.  TB 146 cm
 BBI = (TB-100) ± 10% (TB-100)
=(146-100) ± 10% (TB-100)
=46 - 10% x 46= 4,6
4,6 - 46= 41,4
4,6 + 46=50,6
Jadi , BBI 41,4 - 50,6
 IMT = BB/TB²
= 37/1,46²=37/2,13=17,37
( berat badan kurang)
(BIOCHEMICAL DATA)
 Hemoglobin : L 9.3 g/dL
 Hematokrit : L 25 %
 Eritrosit : L 3.66 10³/uL
 MCV/VER : L 68 fL
 MCH/HER : L 25 pg
 MCHC/KHER : H 38 g/dL
 Glukosa darah sewaktu pada tanggal 20
mei 2017 : 336 mg/dL
 Glukosa dara sewaktu pada tanggal 21
mei 2017
 Jam 06.00 : 274 mg/dL
 Jam 11.00 : 175 mg/dL
 Jam 17.00 : 190 mg/dL
 Jam 23.00 : 199 mg/dL
(CLINICAL SIGN)
Kepala :
 Rambut : rambut klien tampak bersih,
tidak rontok dan tidak ada benjolan
dikulit kepala
 Hidung : tampak bersih dan tidak ada
benjolan.
 Mata : tampak anemis
 Mulut : tampak mukosa mulut lembab,
mulut tampak bersih dan tidak bau.
 Gigi : tampak tidak ada careis gigi
 Telinga : klien tampak bersih tidak ada
benjolan
 Leher : tidak ada pembesaran kelenjar
limfe.
Kulit tubuh :
 Warna : tampak warna kemerahan dan
tidak ada sianosis
 Kelembaban : kulit tampak lembab
 Suhu : teraba hangat
 Turgor : elastis
 kuku : kuku klien tampak bersih dan tidak
panjang.

(DIETERY HISTORY)
 Makanan yang disukai klien sayur
sayuran, buah-buahan, tempe dan tahu.
Dan mengurangi makanan dan minuman
yang manis-manis.
 Diit skarang saat dirumah sakit :
-Rendah gula
-TIM DM 1500 kkal (diit DM 3)
- makanan pendamping 2x200 cc

 Nafsu makan klien tampak tidak baik.


 Porsi makan yang dihabiskan 1/2 porsi.
 Klien tidak menggunakan alat bantu
makan.
 Klien hanya memakan makanan
pendamping 2-3 sendok saja.

 Kekuatan otot:
5555 5555

4444 4444
5. Analisa Data

No Data Masalah Etiologi


1. DS: Kekurangan volume Diuresis osmotik
 Klien mengatakan lemas cairan
 Klien mengatakan merasa
kunang-kunang saat berjalan
 Klien mengatakan sering BAK
lebih dari 10 kali dalam satu
hari
 Klien mengatakan merasa haus
terus menerus
DO:

 Klien tampak kesadaran


komposmentis
 Klien tampak pucat, lemas
 klien tampak BAK 10 - 12 kali
perhari
 Balance cairan +146 ml
 IWL 554 cc/24jam
 TTV
TD : 120/80 mmHg
Nd : 88 x/menit
RR : 20 x/menit
Sh : 36,8oC
 Elektrolit 22 mei 2017
1. natrium (Na) CL 117 mEq/L
2. Kalium (K) L 2,5 mEq/L
3. Klorida (CL) L 83 mEq/L
 Klien tampak terpasang infus
NaCl/6 jam
2. DS: Perubahan nutrisi ketidak cukupan
kurang dari kebutuhan insulin
 klien mengatakan lemas tubuh
 Klien mengatakan mual, tetapi
tidak ada muntah
 Klien mengatakan tidak nafsu
makan
 Klien mengatakan hanya
menghabisakan makanan nya
1/2 porsi.
 Klien mengatakan berat badan
turun 3 kg.
 Keluarga klien mengatakan
mempunyai riwayat Diabetes
Melitus sejak 3 thn yang lalu.
DO:
(ANTROPOMENTRI)
 BB 37 kg
 TB 146 cm
 Lila :
 BBI = (TB-100) ± 10%
(TB-100)
=(146-100) ± 10%
(TB-100)
=46 - 10% x 46= 4,6
4,6 - 46= 41,4
4,6 + 46=50,6
Jadi , BBI 41,4 - 50,6
 IMT = BB/TB²
=
37/1,46²=37/2,13=17,37
( berat badan kurang)
(BIOCHEMICAL DATA)
 Hemoglobin : L 9.3 g/dL
 Hematokrit : L 25 %
 Eritrosit : L 3.66 10³/uL
 MCV/VER : L 68 fL
 MCH/HER : L 25 pg
 MCHC/KHER : H 38 g/dL
 Glukosa darah sewaktu pada
tanggal 20 mei 2017 : 336
mg/dL
 Glukosa dara sewaktu pada
tanggal 21 mei 2017
 Jam 06.00 : 274 mg/dL
 Jam 11.00 : 175 mg/dL
 Jam 17.00 : 190 mg/dL
 Jam 23.00 : 199 mg/dL
(CLINICAL SIGN)
Kepala :
 Rambut : rambut klien tampak
bersih, tidak rontok dan tidak
ada benjolan dikulit kepala
 Hidung : tampak bersih dan
tidak ada benjolan.
 Mata : tampak anemis
 Mulut : tampak mukosa mulut
lembab, mulut tampak bersih
dan tidak bau.
 Gigi : tampak tidak ada careis
gigi
 Telinga : klien tampak bersih
tidak ada benjolan
 Leher : tidak ada pembesaran
kelenjar limfe.

Kulit tubuh :
 Warna : tampak warna
kemerahan dan tidak ada
sianosis
 Kelembaban : kulit tampak
lembab
 Suhu : teraba hangat
 Turgor : elastis
 kuku : kuku klien tampak bersih
dan tidak panjang
(DIETERY HISTORY)
 Makanan yang disukai klien
sayur sayuran, buah-buahan,
tempe dan tahu. Dan
mengurangi makanan dan
minuman yang manis-manis.
 Diit skarang saat dirumah
sakit : -Rendah gula
-TIM DM 1500 kkal (diit DM 3)
- makanan pendamping 2x200cc
 Nafsu makan klien tampak tidak
baik.
 Porsi makan yang dihabiskan
1/2 porsi.
 Klien tidak menggunakan alat
bantu makan.
 Klien hanya memakan makanan
pendamping 2-3 sendok saja.
3. DS:
 Klien mengatakan saat berjalan Kelelahan Penurunan produksi
ke kamar mandi dibantu oleh energi metabolik
anaknya.
 Klien mengatakan bagian
bawah tubuhnya terasa lemas
dan kaku kaki kanan dan kiri.
DO:
 Klien tampak kesadaran
komposmentis
 Klien tampak pucat, lemas
 Elektrolit 22 mei 2017
1. Natrium (Na) CL 117 mEq/L
2. Kalium (K) L 2,5 mEq/L
3. Klorida (CL) L 83 mEq/L
 Kekuatan otot:
5555 5555

4444 4444
B. Diagnosa Keperawatan

No Masalah/Diagnosa Tanggal Tanggal Nama Jelas


Ditemukan Teratasi
1. Kekurangan volume cairan 23 mei 2017 ASRI NURUL
berhubungan dengan diuresis FALAH
osmotik, ditandai dengan:
DS:
 klien mengatakan lemas
 Klien mengatakan merasa
kunang -kunang saat berjalan
 Klien mengatakan sering BAK
lebih dari 10 kali dalam satu
hari
 Klien mengatakan merasa haus
terus menerus
DO:

 Klien tampak kesadaran


komposmentis
 Klien tampak pucat, lemas
 klien tampak BAK 10 - 12 kali
perhari
 Balance cairan +146ml
 IWL 554 cc/24jam
 Elektrolit 22 mei 2017
1. Natrium (Na) CL 117 mEq/L
2. Kalium (K) L 2,5 mEq/L
3. Klorida (CL) L 83 mEq/L
 Klien tampak terpasang infus
NaCl/6 jam
 TTV
TD : 120/80 mmHg
Nd : 88 x/menit
RR : 20 x/menit
Sh : 36,8oC
2. Perubahan nutrisi kurang dari 23 mei 2017 25 mei 2017 ASRI NURUL
kebutuhan tubuh berhubungan FALAH
dengan ketidak cukupan insulin,
ditandai dengan:
DS:
 Klien mengatakan mual, tetapi
tidak ada muntah
 Klien mengatakan hanya
menghabisakan makanan nya
1/2 porsi.
 Klien mengatakan berat badan
turun 3 kg dalam waktu 14 hari
 Keluarga klien mengatakan
mempunyai riwayat Diabetes
Melitus sejak 3 thn yang lalu.
DO:
(ANTROPOMENTRI)
 BB 37 kg
 TB 146 cm
 Lila :
 BBI = (TB-100) ± 10%
(TB-100)
=(146-100) ± 10%
(TB-100)
=46 - 10% x 46= 4,6
4,6 - 46= 41,4
4,6 + 46=50,6
Jadi , BBI 41,4 - 50,6
 IMT = BB/TB²
= 37/1,46 ² =37/2,13 =17,37
( berat badan kurang)
(BIOCHEMICAL DATA)
 Hemoglobin : L 9.3 g/dL
 Hematokrit : L 25 %
 Eritrosit : L 3.66 10³/uL
 MCV/VER : L 68 fL
 MCH/HER : L 25 pg
 MCHC/KHER : H 38 g/dL
 Glukosa darah sewaktu pada
tanggal 20 mei 2017 : 336
mg/dL
 Glukosa dara sewaktu pada
tanggal 21 mei 2017
 Jam 06.00 : 274 mg/dL
 Jam 11.00 : 175 mg/dL
 Jam 17.00 : 190 mg/dL
 Jam 23.00 : 199 mg/dL
(CLINICAL SIGN)
Kepala :
 Rambut : rambut klien tampak
bersih, tidak rontok dan tidak
ada benjolan dikulit kepala
 Hidung : tampak bersih dan
tidak ada benjolan.
 Mata : tampak anemis
 Mulut : tampak mukosa mulut
lembab, mulut tampak bersih
dan tidak bau.
 Gigi : tampak tidak ada careis
gigi
 Telinga : klien tampak bersih
tidak ada benjolan
 Leher : tidak ada pembesaran
kelenjar limfe.

Kulit tubuh :
 Warna : tampak warna
kemerahan dan tidak ada
sianosis
 Kelembaban : kulit tampak
lembab
 Suhu : teraba hangat
 Turgor : elastis
 kuku : kuku klien tampak bersih
dan tidak panjang.

(DIETERY HISTORY)
 Makanan yang disukai klien
sayur sayuran, buah-buahan,
tempe dan tahu. Dan
mengurangi makanan dan
minuman yang manis-manis.
 Diit skarang saat dirumah
sakit : -Rendah gula
-TIM DM 1500 kkal (diit DM 3)
-Makanan pendamping 2x200 cc
 Nafsu makan klien tampak
baik.
 Porsi makan yang dihabiskan
1/2 porsi.
 Klien tidak menggunakan alat
bantu makan.
 Klien hanya memakan makanan
pendamping 2-3 sendok saja.
3. Kelelahan berhubungan dengan
penurunan fungsi metabolik, ditandi 23 mei 2017 25 mei 2017 ASRI NURUL
dengan: FALAH
DS:
 Klien mengatakan saat berjalan
ke kamar mandi dibantu oleh
anaknya.
 Klien mengatakan bagian
bawah terasa lemas dan kaku
kaki kanan dan kiri.
DO:
 Klien tampak kesadaran
komposmentis
 Klien tampak pucat, lemas
 Elektrolit 22 mei 2017
1. Natrium (Na) CL 117 mEq/L
2. Kalium (K) L 2,5 mEq/L
3. Klorida (CL) L 83 mEq/L
 Kekuatan otot:
5555 5555

4444 4444
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN

No Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan Rasional


DX Hasil
1. Setelah dilakukan 1. Dapatkan riwayat klien 1. membantu dalam
tindakan keperawatan atau orang terdekat tentang memperkirakan kekurangan
kepada Ny.S selama lama frekuensi urin. volume total. Semakin tinggi dan
3X24 jam diharapkan frekuensi urin maka semakin
kekurangan volume 2. Pantau asupan dan banyak resiko kekurang cairan.
cairan teratasi, dengan haluran (intake dan output)
kriteria hasil: 2. Memberikan perkiraan
1. tanda tanda vital 3. Pantau tanda tanda vital kebutuhan akan cairan.
dalam batas normal: dan catat adanya peruban
TD:130-150/80-90 tekanan darah 3. Penurunan volume cairan darah
mmHg (hipovolemi) akibat diuresis
N:70-80 x/mnt 4. Kaji warna, turgor kulit osmosis dapat di manifestasikan
R:16-20 x/mnt dan kelembaban nya oleh hipotensi takikardi, nadi
S:36,6oC - 37,2 oC teraba lemah.
5. Anjurkan
2. -Turgor kulit : elastis mempertahankan asupan 4. Penurunan turgor kulit sebagai
-Kelembaban : cairan 2500-3000ml/hari indikasi penurunan volume cairan.
lembab
-Warna : kemerahan 6. Kolaborasi dengan 5. Mempertahankan komposisi
dokter untuk pemeriksaan cairan dalam tubuh
3. asupan cairan elektrolit ulang
2500-3000 ml/hari 6. Agar mengetahui perubahan
7. Jalnakan program elektrolit.
4. Elektrolit serum dan dokter:
hematokrit dalam batas - infus nacl/6jam 7. Agar elektrolit serum dalam
normal. - NaCl oaps: 3x500mg batas normal
- natrium(na) : 135-147 (06,12,18)
mEq/L - KSR: 3x2 tablet
- kalium (K) : 3.5 - 5.0 (06,12,18)
mEq/L
Klorida (Cl) : 94-111
mEq/L
2. Setelah dilakukan 1. Observasi dan catat 1. Agar mengetahui asupan yang
tindakan keperawatan asupan klien dihabiskan
kepada Ny.S selama
2x24 jam diharapkan 2. Timbang berat badan 2. Mengkaji pemasukan makanan
perubahan nutrisi setiap 3hari sekali yang adekuat
kurang dari kebutuhan
tubuh teratas, dengan 3. Libatkan keluarga klien 3. Meningkatkan rasa keterlibatan
kriteria hasil: pada pernecanaan makan keluarga
1. terdapat peningkatan ini sesuai dengan indikasi
berat badan atau berat 4. Agar insulin tetap terpenuhi dan
badan idela 41,4-50,6 kg 4. Jalankan program dokter tidak mual lagi
- berikan terapi insulin 3x8
2. Klien dapat unit 5. Agar mengetahui dosis insulin
mengahabiskan 1 porsi - ranitidin injeksi : 2x1 (07 untuk terapi selanjutnya
makan dan 19)
- ondansentron : 3x1 (07,15
3. Klien tidak mengeluh dan 23)
mual lagi
4. - Hemoglobin : 5. Kolaborasi dengan
11.7-11.5 g/dL dokter dalam pemeriksaan
- gula darah sewaktu : curva harian
70-22 mg/dL
3. Setelah dilakuakn 1. Diskusikan dengan klien 1. Meningkatkan motivasi dan
tindakan keperawatan kebutuhan aktivitasnya pastisipasi untuk dapat mencapai
kepada Ny.S selama misalnya duduk ditempat kebutuhan aktivitas
2x24 jam diharapkan tidur, berjalan ke kamar
kelelahan teratasi, mandi 2. Aktivitas akan lebih terarah dan
dengan kriteria hasil: menghindari kelelahan yang
1. klien mengatakan 2. Buat jadwal perencanan berlebihan
badannya tidak lemas dengan klien dengan
lagi
indikasi aktivitas yang 3. Untuk menunjukkan produksi
menimbulkan kelelahan mencukupkan energi untuk
2. Skor kekuatan otot
aktivitas
5555 5555 3. Berikan aktivitas
alternatif dengan periode 4. Mengindikasi tingkat
5555 5555 istirahat yang cukup tanpa kemampuan pemenuhan energi
diganggu dengan tingkat aktivitas

4. Pantau nadi, frekuensi 5. Aktivitas yang tidak sesuai


3. menunjukan
pernapasan dan tekanan dengan jumlah energi yang dapat
perbaikan kemampuan
darah sebelum atau sesudah diproduksi dapat meningkatkan
untuk berpartisipasi
melakukan aktifitas kelelahan
dalam aktivitas seperti
mampu berdiri dan jalan
5. Pantau aktifitas klien dan 6. Membantu menciptakan
sendiri
jumlah energi yang masuk gambaran nyata dari produksi
energi metabolik dari unsur
6. Tekankan pentingnya glukosa
mempertahankan periksaan
gula darah setiap hari
D. PELAKSANAAN KEPERAWATAN

Hari/Tang Jam No. Tindakan Keperawatan dan Hasil Paraf


gal Diag
nosa
Selasa/23 08:00 1 1. mengkaji riwayat klien atau orang Asri
mei 2017 terdekat tentang lama frekuensi:
DS: - Anak klien mengatakan klien sudah
memiliki riwayat Diabetes Melitus sudah
3thn yang lalu
- klien mengatakan jika di rumah sering
BAK 8-10x/hari
DO: saat di RS klien tampak sering kencing

08:05 2. mengkaji asupan dan haluran (I&O) Asri


DS: klien mengatakan dalam 24jam minum
habis 1,5 liter
DO: tampak menunjukkan tempat botol
minum yang kosong (1,5L)

3. menkaji tanda tanda vital, turgor kulit,


08:07 Asri
kelembaban dan warna.
DS: klien mengatakan terimakasih
DO: - TD: 120/80mmHg
- N: 88x/menit
- RR: 20x/menit
- S: 36,8°C
-turgor kulit: elastis
- kelembaban : tampak lembab
-warna: kemerahan

4. menganjurkan mempertahankan asupan


08:10 cairan 1500-2500 ml/hari Asri
DS: klien mengatakan mengerti dan
memahami kondisi tubuhnya
DO: klien tampak mengerti akan kondisi
tubuhnya

5. mengkolaborasikan dengan dokter untuk


12:00 pemeriksaan elektrolit ulang (koreksi NaCl Asri
3%/12jam)
DS:
DO: hasil elektrolit
- natrium (Na) : L 129 mEq/L
- kalium (K) : 4.2 mEq/L
- klorida (Cl) : 99 mEq/L

Asri
13:00 6. menjalankan program dokter
DS: klien mengatakan bersedia dan
terimakasih
DO: -memberikan NaCl oaps 500mg
-KSR 2 tablet
-infus NaCl/6jam : sisa cairan 200ml
Asri
Rabu/24 08:00 1. mengkaji asupan dan haluran (I&O)
mei 2017 DS: -klien mengatakan dalam 24 jam
minum habis 1,6 liter
- BAK dalam 24jam 11x/hari
DO: tampak menunjukan tempat botol
minum (1,5L) dan gelas yang baru di
minum
Asri
2. menkaji tanda-tanda vital, turgor kulit,
08:30
kelembaban, warna
DS: klien mengatakan bersedia dan terima
kasih.
DO: -TD: 120/80 mmHg
-N: 90x/menit
-R: 19 x/menit
-S: 37,0°C
- turgor kulit: elastis
- kelembaban: lembab
- warna : kemerahan

3. menjalankan program dokter Asri


12:00 DS: klien mengatakan terima kasih dan
akan meminum obatnya langsung
DO: memberikan obat oral :
- NaCl oaps 500mg
-KSR 2 tab

1. mengkaji asupan dan haluran (I&o) Asri


Kamis/25 08:00 DS: - klien mengatakan dalam 24jam
mei 2017 minum habis 1,650 ml/hari
- BAK dalam 24 jam 10x/hari
DO: klien tampak tidak lemas seperti
kemarin, sedikit lebih segar

2. mengkaji tanda tanda vital Asri


09:00 DS: klien mengatakan bersedia
DO: - TD:120/90mmHg
- N: 87x/menit
- R: 19x/menit
- S: 36,8°C
- turgor kulit : elastis
- kelembaban: tampak lembab
- warna : kemerahan
Asri
12:00 3. menjalankan program dokter
DS: klien mengatakan terima kasih
DO: memberikan obat oral
- NaCl Oaps 500mg
- KSR 2tablet
- infus NaCl/6 jam : sisa cairan 200ml
Selasa/23 08:30 2. 1. mengkaji asupan klien Asri
mei 2017 DS: klien mengatakan tidak nafsu makan,
makan hanya dihabiskan 1/2 porsi.
DO: Klien tampak menghabiskan 1/2 porsi
dan memakan snack 3 sendok.

09:00 2. menimbang BB Asri


DS: klien mengatakan BB turun 3 kg
DO: BB=37kg

09:02 3. menganjurkan keluarga untuk perncanan Asri


makan ini sesuai dengan indikasi
DS: klien mengatakan senang diperhatikan
anak nya
DO: klien klien tampak sedang memakan
buah

12:02 4. memberikan terapi insulin novorapid 8 Asri


unit
DS: klien mengatakan bersedia
DO: insulin sudah masuk 8 unit

11:30 1. mengkaji asupan klien Asri


Rabu/24
DS: klien mengatakan makan habis 1 porsi
mei 2017 karna sudah tidak mual seperti kemarin
DO: tampak habis 1 porsi

2. memberikan terapi insulin novorapid 8


12:00 Asri
unit
DS: klien mengatakan bersedia dan
terimakasih
DO: insulin 8 unit sudah masuk

3. menimbang BB
12:08 DS: klien mengatakan senang karna BB Asri
naik 1kg
DO: bb=38kg

4. hasil akhir SC
13:50 Tgl hasil cetak 23/05/2017 22:48 Asri
Glukosa jam 05:00 = 218 mg/dL
Glukosa jam 11:00 = 311 mg/dL
Glukosa jam 19:00 = 131 mg/dL
Glukosa jam 23:00 = 273 mg/dL

Selasa/23 09:00 3 1. mendiskusikan dengan klien kebutuhan Asri


mei 2017 aktivitasnya misalnya duduk ditempat tidur
berjalan ke kamar mandi
DS: klien mengatakan hanya bisa duduk di
tempat tidur
DO: klien tampak lemas

09:30 2. membuat jadwal perencanaan & indikasi Asri


aktivitas yang menimbulkan kelelahan
DS: klien mengatakan hanya bisa
berbaring/duduk saja jika berjalan klien
masih lemas
DO: jika ke kamar mandi klien dibantu oleh
anaknya

3. memberikan aktivitas alternatif dengan


09:40 Asri
periode istirahat yang cukup tanpa
diganggu
DS: klien mengatakan mengerti
DO: klien tampak cukup istirahat

4. mengkaji nadi, frekuensi pernapasan dan


10:10 Asri
tekanan darah sesudah berjalan ke kamar
mandi
DS: klien mengatakan kedua kaki sangat
lemas
DO: -N: 90x/menit
- R: 20x/menit
-TD: 120/80 mmHg

5. memantau aktifitas klien dan jumlah


10:20 energi yang masuk Asri
DS: klien mengatakan hanya berbaring dan
duduk saja, dan klien menghabiskan 1/2
porsi makanannya
DO: klien tampak berbaring

6. tekankan pentingnya mempertahankan


10:30 periksaan gula darah setiap hari Asri
DS: klien mengatakan jika dirumah cek
gula darah 3hari 1kali
DO: gula darah tampak terkontrol

1. mengkaji nadi, frekuensi pernapasan, dan


Rabu/24 09:00 tekanan darah sesudah berjalan ke kamar Asri
mei 2017
mandi
DS: klien mengatakan sudah tidak begitu
lemas
DO: klien tampak berjalan sendiri ke kamar
mandi tanpa dibantu
5555 5555

5555 5555

2. memantau aktivitas klien dan jumlah Asri


12:05 energi yang masuk
DS: klien mengatakan sudah ke kamar
mandi sendiri tanpa di bantu dan klien
menghabiskan 1 porsi maknan nya
DO: klien tampak tidak lemas lagi

E. EVALUASI KEPERAWATAN
Berdasarkan tindakan yang telah dilakukan dari tanggal 23 mei sampai 25 mei
2017, didapatkan hasil evaluasi setiap hari adalah sebagai berikut:
NO. HARI/
JAM EVALUASI (SOAP) PARAF
DX TANGGAL
S: - klien mengatakan dalam 24jam
minum habis 1,650 ml/hari
- BAK dalam 24 jam 10x/hari
O: - klien tampak tidak lemas seperti
kemarin, sedikit lebih segar dari
Kamis/25 kemarin
1 14:00 Asri
mei 2017 - TD: 120/90mmHg
- N: 87x/menit
- R: 19x/menit
- S: 36,8°C
Hasil elektrolit:
- natrium (Na) : L 129 mEq/L
- kalium (K) : 4.2 mEq/L
- klorida (Cl) : 99 mEq/L
Memberikan terapi oral
- NaCl oaps 500mg
- KSR 2 tablet
- infus NaCl / 6 jam
A: masalah belum teratasi
P: - pantau asupan dan haluran (I&O)
- lanjutkan program dokter
S: - klien mengatakan makan habis 1
porsi karna sudah tidak mual seperti
kemarin
- klien mengatakan senang karna BB
Kamis/25 naik 1 kg
2 14:00 Asri
mei 2017 O: - tampak habis 1 porsi
- insulin 8 unit sudah masuk
- BB: 38kg
A: masalah teratasi
P: pertahankan intervensi

S: -klien mengatakn sudah tidak lemas


lagi
- klien mengatakan sudah bisa ke kamar
mandi sendiri tanpa di bantu dan klien
mengahabiskan 1 porsi
Kamis/25
3 14:00 O: -klien tampak berjalan sendiri ke Asri
mei 2017
kamar mandi tanpa dibantu
5555 5555

5555 5555

- klien tampak tidak lemas lagi


A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi
82

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada BAB ini penulis telah menguraikan permasalahan mengenai tinjauan teoritis
beserta laporan kasus penelitian. Dalam pembahasan ini penulis mencoba
membandingkan antar tinjauan teoritis dengan laporan kasus tentang pemenuhan
kebutuhan dasar pada Ny.S dengan gangguan sistem endokrin: Diabetes Mellitus
Tipe 2 di paviliun Melati Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih mulai dari
tanggal 23-25 Mei 2017. Pembahasan ini mengikuti tahap-tahap proses perawatan
mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, serta evaluasi
keperawatan.

1. Pengkajian Keperawatan
Pada tahap pengkajian penulis mengacu pada proses pengkajian yang terdapat
pada tinjauan teoritis. Dalam pengumpulan data penulis melakukan pengkajian
secara komprehensif yang mengacu pada tinjauan teoritis yang meliputi aspek bio,
psiko, sosial, dan spiritual yang dilakukan dengan memperhatikan kondisi klien.
Pada tahap pengkajian, penulis melakukan pengumpulan data yang didapatkan
dari hasil wawancara dengan klien, pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan
diagnostik, catatan medis, catatan keperawatan serta bekerja sama dengan perawat
ruangan, dan tim kesehatan lainnya yang mendukung dalam pengkajian.

Dari hasil pengkajian terhadap keluarga Ny.S terdiagnosis DM sejak 3 tahun yang
lalu. Dari hasil pengkajian didapatkan bahwa klien mengalami Diabetes Melitus
Tipe 2. Hal ini sesuai dengan teori pada tinjauan teoritis bahwa DM Tipe 2
banyak terjadi pada usia dewasa pertengahan 40 tahun dan lebih. Pada klien
dengan DM Tipe 2 terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor.
Kelainan ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor pada
membrane sel yang selnya responsif terhadap insulin atau akibat ketidak normalan

82
reseptor insulin dengan system transpor glukosa. Ketidak normalan post reseptor
dapat mengganggu kerja insulin. Pada akhirnya, timbul kegagalan sel beta dengan
menurunnya jumlah insulin yang beredar dan tidak lagi memadai untuk
mempertahankan glukosa dalam darah.

Faktor resiko yang ditemukan pada Ny.S adalah gaya hidup dan pola makan yang
salah serta keduanya adalah faktor menurunnya produksi insulin pada pankreas.
Manifestasi yang muncul pada Ny.S mengalami buang air kecil yang luar biasa
pada malam hari, mengeluh kencing terus menerus dan merasa haus terus
menerus. Hal ini sama halnya dengan manifestasi klinis pasien DM yang akan
menyebabkan nocturia, poliuri, dan polidipsi. Berdasarkan konsep, terjadinya
poliuri dan polidipsi di sebabkan oleh kadar glukosa dalam darah meningkat,
maka ginjal tidak dapat menyerap kembali glukosa yang keluar sehingga
mengakibatkan glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa
yang berlebihan di keluarkan melalui urine, maka pengeluaran urine akan disertai
pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan (diuresis osmotik). Akibat
kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan, maka pasien akan mengeluh
banyak kencing (poliuria) dan banyak minum (polidipsi).

2. Diagnosa Keperawatan

Setelah melakukan proses pengkajian dan data telah terkumpul berdasarkan


masalahnya, maka penulis merumuskan diagnosa keperawatan sesuai dengan
data-data yang ada. Dari hasil analisa data, didapatkan diagnosa keperawatan
berdasarkan kondisi klien dan yang sesuai dengan teori adalah:

1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik, pada kasus


Ny.S sesuai dengan teori yang didukung oleh data kekurangan cairan
dikarenakan klien mengalami perubahan sering kencing (poliuri) dan rasa
haus terus menurus (polidipsi). Keadaan ini terjadi dikarenakan kadar gula
darah sampai diatas 160-180mg/dL maka glukosa akan sampai ke air kemih.
Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang air tambahan untuk
mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang. Karena ginjal
menghasilkan air kemih di dalam jumlah yang berlebihan, maka penderita
sering kemih dalam jumlah yang berlebihan (poliuri). Akibat poliuri maka
penderita sering haus yang berlebihan dehingga banyak minum (polidipsi).

2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak


cukupan insulin, pada kasus Ny.S terjadi perubahan nutrisi dikarenakan
glukosa darah tidak dapat seluruhnya masuk ke dalam sel karena tubuh
mengalami resistensi insulin atau kurangnya produksi insulin oleh tubuh. Hal
ini membuat tubuh tidak bisa mengubah semua glukosa menjadi energi.
Akbiatnya tubuh mulai menguraikan cadangan lemak untuk menghasilkan
energi yang pada kahirnya dapat berujung pada turunnya berat badan.

3) Kelelahan berhubungan dengan penurunan fungsi metabolik, pada Ny.S


diangkat diagnosa kelelahan selain yang menunjang pada pengkajian, pada
teori pun kasus DM akan terjaid kelelahan karena glukosa tidak berubah
menjadi energi, penderita akan merasa cepat letih dan kesulitan melakukan
rutinitas sehari-hari.

Faktor pendukung yang penulis temukan saat menemukan diagnosa adalah


terdapat data-data relevan yang memudahkan penulis dalam menemukan diagnosa
keperawatan. Faktor pendukung lain seperti adanya bimbingan dari pembimbing
yang mendukung terkumpulnya data mempermudah penulis mengangkat
diagnosa.

Sedangkan faktor penghambat yang penulis temukan adalah perbedaan dengan


teori seperti diagnosa, berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada klien,
diagnosa keperawatan yang tidak didapatkan pada klien tetapi ada di teori adalah:

A. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan sirkulasi darah ke


perifer, proses penyakit (DM). Pada Ny.S tidak di temukan gangguan perfusi
jaringan karena tekanan darah pada Ny.S masih dalam batas normal
120/90mmHg.
B. Kerusakan integritas jaringan b.d nekrosis kerusakan jaringan (nekrosis luka
gangrene). Pada Ny.S tidak di temukan luka gangren.
C. Resiko infeksi b.d trauma pada jaringan, proses penyakit (DM). pada Ny.S
tidak di temukan luka.
D. Gangguan Rasa Nyaman Nyeri b.d inflamasi otot. Pada Ny.S tidak ditemukan
data nyeri.
E. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai penyakit, prognosis dan
kebutuhan pengobatan. Ny.S dan keluarga sudah mengetahui dan dapat
menyebutkan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan pada Diabetes
Melitus.

3. Perencanaan Keperawatan

Setelah diagnosa kepererawatan muncul, penulis merumuskan prioritas masalah,


tujuan, dan kriteria hasil serta perencanaan berdasarkan kondisi klien. Prioritas
masalah yang dilakukan berdasarkan teori dan kondi. Pada tahap perencanaan,
penulis mengacu berdasarkan dengan tinjauan teoritis yang sesuai dengan kondisi
klien serta situasi ruangan. Perencanaan yang dibuat berdasarkan masalah klien
dengan berpedoman pada teori-teori yang didapatkan selama perkuliahan. Dalam
memprioritaskan masalah keperawatan terdapat berbagai kesenjangan antara
tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus.

Pada tinjauan teoritis, diagnosa yang dapat ditegakkan pada diagnosa pertama
adalah kekurangan volume cairan b.d diuresis osmotik, intervensi yang dibuat
dari diagnosa pertama adalah dapatkan riwayat klien atau orang terdekat tentang
lama frekuensi urin, Pantau asupan dan haluran (intake dan output), Pantau tanda
tanda vital dan catat adanya peruban tekanan darah, Kaji warna, turgor kulit dan
kelembaban nya, Anjurkan mempertahankan asupan cairan 2500-3000ml/hari,
Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan elektrolit ulang, dan jalnaknan
program dokter:-infus nacl/6jam -NaCl oaps: 3x500mg (06,12,18) -KSR: 3x2
tablet (06,12,18).
Diagnosa kedua yaitu perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan tidak adekuatnya produksi insulin, intervensi yang dibuat
dari diagnosa kedua adalah observasi dan catat asupan klien, Timbang berat badan
setiap 3hari sekali, Libatkan keluarga klien pada pernecanaan makan ini sesuai
dengan indikasi, Jalankan program dokter: -berikan terapi insulin 3x8 unit -
ranitidin injeksi : 2x1 (07 dan 19) - ondansentron : 3x1 (07,15 dan 23), Dan
kolaborasi dengan dokter dalam pemeriksaan curva harian.
Diagnosa ketiga yaitu kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi
metabolik. intervensi yang dibuat dari diagnosa ketiga adalah diskusikan dengan
klien kebutuhan aktivitasnya misalnya duduk ditempat tidur, berjalan ke kamar
mandi, buat jadwal perencanan dengan klien dengan indikasi aktivitas yang
menimbulkan kelelahan, berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang
cukup tanpa diganggu, pantau nadi, frekuensi pernapasan dan tekanan darah
sebelum atau sesudah melakukan aktifitas, pantau aktifitas klien dan jumlah
energi yang masuk, dan tekankan pentingnya mempertahankan periksaan gula
darah setiap hari.

4. Pelaksanaan Keperawatan

Pada tahap ini penulis melakukan implementasi kepada klien yang berlangsung
selama 3 hari yaitu mulai tanggal 23-25 Mei 2017. Implementasi yang dilakukan
penulis berdasarkan rencana keperawatan yang telah disusun bersama klien dan
perawat ruangan serta disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi klien saat ini.

Pada tahap pelaksanaan penulis bekerja sama dengan tim perawat di ruangan
untuk melaksanakan tindakan keperawatan yang mengacu pada rencana tindakan
sampai dengan hari ketiga. Tindakan keperawatan yang dilakukan pada Ny.S
yaitu mengkaji keluhan klien, mengobservasi tanda-tanda vital, dan memberikan
terapi obat.

Dalam pelaksanaan kegiatan, ada faktor-faktor yang mendukung dan menghambat


dalam implementasi yang dilakukan. Faktor yang mendukung antara lain klien
dapat bekerja sama dengan perawat maupun keluarga dalam mengatasi masalah
yang dihadapi, klien dan keluarga sudah mengerti pendidikan kesehatan tengang
Diabetes Melitus, klien dapat melakukan intervensi dengan baik, tersedianya
alat-alat kesehatan yang memudahkan tindakan keperawatan. Sedangkan tidak ada
faktor yang menghambat atau kesulitan dalam penulisan.
5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan hasil dari proses keperawatan dimana dalam tahap ini,
penulis akan melakukan evaluasi proses dan evaluasi akhir. Dalam membuat
evaluasi berdasarkan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan berdasarkan
perencanaan.

Pada kasus ada 1 diagnosa dalam analisa masalah belum teratasi, yaitu :

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik. Diagnosa ini


belum teratasi karena, klien mengatakan dalam 24jam minum habis 1,650 ml/hari
dan BAK dalam 24 jam 10x/hari. klien tampak tidak lemas seperti kemarin,
sedikit lebih segar dari kemarin, TD: 120/90mmHg, N: 87x/menit, R: 19x/menit,
S: 36,8°C.

Pada kasus ada 2 diagnosa dalam analisa masalah teratasi, yaitu :

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak


cukupan insulin. Diagnosa ini teratai karena, klien mengatakan makan habis 1 porsi
karna sudah tidak mual seperti kemarin dan klien mengatakan senang karna BB
naik 1 kg. Klien tampak habis 1 porsi, insulin 8 unit sudah masuk, BB: 38kg.

2. Kelelahan berhubungan dengan penurunan fungsi energi metabolik. Diagnosa ini


teratasi karena, klien mengatakn sudah tidak lemas lagi dan klien mengatakan sudah
bisa ke kamar mandi sendiri tanpa di bantu dan klien mengahabiskan 1 porsi.
Klien tampak berjalan sendiri ke kamar mandi tanpa dibantu.
BAB V

PENUTUP

Pada bab ini, penulis melakukan asuhan keperawatan pad Ny.S dengan Diabetes
Melitus Tipe 2, mulai dari tanggal 23 mei sampai dengan 25 mei 2017. Penulis
mengambil kesimpulan baik dari tinjauan teoritis maupun tinjauan kasus yaitu :

A. Kesimpulan
Asuhan keperawatan pada Ny.S dengan Diabetes Melitus Tipe II melalui proses
pengkajian, pemeriksaan fisik, observasi, dan wawancara ini dapat dilakukan
dengan baik. Ini disebabkan karena kooperatifnya keluarga dan dukungan yang
baik dari petugas ruangan dan sarana prasarana yang ada.
1. Pengkajian Keperawatan
Pada tahap ini penulis melakukan pengkajian pada klien Diabetes Melitus
yaitu pada Ny.S. Penulis mengkaji masalah keperawatan saat ini, riwayat
kesehatan keluarga, riwayat kesehatan masa lalu, pola kebiasaan sehari-hari
dan dilakukan pemeriksaan fisik terhadap klien secara menyeluruh.
Pada Ny.S didapatkan data bahwa klien mempunyai DM sudah 3tahun hal ini
dikatakan oleh keluarga. Diabetes Melitus merupakan sekumpulan gangguan
metabolisme yang disebabkan oleh defisiensi insulin atau akibat kerja insulin
yang tidak adekuat yang ditandai dengan glukosa dalam darah >200mg/dL
pada gula darah sewaktu.

Faktor resiko yang ditemukan pada Ny.S adalah gaya hidup stress dan pola
makan yang salah serta keduanya adalah faktor menurunnya produksi insulin
oleh pankreas. Manifestasi yang muncul pada kasus Ny.S yaitu Poliuria
(peningkatan pengeluaran urine), Polidipsia (peningkatan rasa haus), Rasa
lelah dan kelemahan otot. Manifestasi klinis tersebut terjadi karena kadar gula
darah sampai diatas 160-180mg/dL maka glukosa akan sampai ke air kemih.
Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang air tambahan untuk

88
89

mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang. Karena ginjal


menghasilkan air kemih di dalam jumlah yang berlebihan, maka penderita
sering kemih dalam jumlah yang berlebihan (poliuri). Akibat poliuri maka
penderita sering haus yang berlebihan dehingga banyak minum (polidipsi).
Manifestasi klinis yang di temukan pada Ny.S adalah kelelahan karena
glukosa tidak berubah menjadi energi, penderita akan merasa cepat letih dan
kesulitan melakukan rutinitas sehari-hari.

2. Diagnosa Keperawatan

Selanjutnya penulis membuat masalah keperawatan berkaitan dengan klien


yaitu Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik, diagnosa
kedua Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak
cukupan insulin, dan Kelelahan berhubungan dengan penurunan fungsi energi
metabolik.
3. Perencanaan Keperawatan
Dalam membuat perencanaan keperawatan, penulis mengcu pada tinjauan
teoritis yang terdapat dalam buku sumber/literatur dan menyesuaikannya
dengan kondisi yang ada pada klien.
4. Pelaksanaan Keperawatan
Pada tahap pelaksanaan penulis mengacu pada perencanaan keperawatan
sebelumnya. Selain itu, peran serta keluarga dalam melakukan tindakan
keperawatan sangat penting karena tindak lanjut untuk perawatan klien di
rumah menjadi tanggung jawab klien sendiri dan keluarga.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan dengan membandingkan hasil dengan
kriteria hasil yang diharapkan. Evaluasi pada klien dengan DM ditujukan
untuk mengetahuin keadaan gula darah klien, keadaan umum klien dan
kemungkinan keberhasilan terhadap asuhan keperawatan yang sudah
diberikan.
B. Saran
Setelah penulis melakukan pengkajian, menetukan diagnosa keperawatan,
menentukan rencana keperawatan, melakukan tindakan keperawatan, dan
mengevaluasi tindakan keperawatan selama tiga hari di Paviliun Melati Rumah
Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih. Maka penulis ingin menyampaikan
saran-saran untuk memperbaiki serta meningkatkan mutu pelayanan asuhan
keperawatan pada pasien dengan Diabetes Melitus Tipe 2, yaitu :
1. Bagi tim perawat di ruangan
Hendaknya menegakkan diagnosa sesuai dengan kondisi klien dan
mendokumentasikannya secara lengkap serta menyesuaikan semua tindakan
yang dapat dilakukan pada klien sesuai dengan kondisi klien saat ini.
2. Bagi mahasiswa
Sebaiknya sebelum melakukan asuhan keperawatan terhadap klien,
hendaknya lebih dalam membaca dan memahami konsep dasar terkait kasus
yang akan ditangani sehingga dalam melakukan asuhan keperawatan lebih
komprehensif dan sesuai dengan teori.
3. Untuk institusi pendidikan
Karya tulis ilmiah ini disusun dengan konsep pemenuhan kebutuhan dasar
manusia. Oleh sebab itu, hendaknya referensi untuk kebutuhan dasar manusia
pada gangguan sistem perlu diperbanyak.
91

DAFTAR PUSTAKA

Arisman.(2011).Obesitas,Diabetes Mellitus & Dislipedia : Konsep, Teori dan


Penanganan Aplikatif. Jakarta : EGC.
Black, Joyce M. Dan Jane H. H. (2014). Kepertawatan Medikal Bedah: Manajemen
Klinis untuk Hasil yang Diharapkan. Edisi 8 buku 2. Jakarta: ELSEVIER.
Brunner. (2013). Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 12. Alih
bahasa Devi Yulianti. Jakarta: EGC.
Doenges, Marilyn E. (2014). Rencana asuhan keperawatan: pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC.
IDF.(2015).Diabetes Atlas.SeventhEdition.belgia: Karakas Print.
Laporan Nasional Riskesdas (2013).Prevalensi Diabetes Melitus.
http://www.k4health.org/sites/default/files/laporanNasional%20Riskesdas%202
007.pdf
LeMon, Priscilla. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 5 volume 3.
Jakarta: EGC.
National Institutes of Health (NIH), (2008).
Nurarif, Amin H. & Hardhi K. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Edisi revisi jilid 2. Jogjakarta: Mediaction
Publishing.
Perry, Potter. (2010). Fundamental Keperawatan. Buku.2 Edisi: 7. Jakarta : EGC.
Riyadi, Sujono.(2013). Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Gangguan
Eksokrin dan Endokrin pada pankreas. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Taylor M.Cynthia. (2012). Diagnosa Keperawatan dengan Rencana Asuhan. Edisi 10.
Jakarta: EGC.
92

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama :Asri Nurul Falah


Tempat/tanggal lahir :Jakarta/10 Oktober 1995
Jenis kelamin :Perempuan
Agama :Islam
Status :Belum Menikah
Alamat :JL. Kampung Muara Bahari Gg Pelita 1 Rt012 Rw014
No.79B Kelurahan Tanjung priok, Kecamatan Tanjung
Priok, Jakarta Utara 14310

Riwayat Pendidikan Formal


1. SDN 02 Martadinata 2001-2007
2. SMP N 55 Jakarta Utara 2007-2010
3. SMA YAPPENDA Jakarta Utara 2010-2013
4. DIII Keperawatan FIK UMJ 2014-Sekarang

Pendidikan Tambahan
1. Pelatihan Basic Trauma & Cardiac Life Support Tahun 2016
2. Pelatihan Dasar Kepemimpinan Mahasiswa Tahun 2014

Riwayat Organisasi
1. Ikatan Keluarga Mahasiswa Tahun 2015-2016

Anda mungkin juga menyukai