Anda di halaman 1dari 49

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

DENGAN COMA KETOASIDOSIS DIABETIKUM

DI RUANG HIGH CARE UNIT (HCU)

Disusun oleh :

Inka Dewi Safitri, Amd.Kep

RUMAH SAKIT ISLAM PKU MUHAMMADIYAH TEGAL

JL. Singkil km 0,5 Adiwerna Tegal Jawa Tengah 52194

Telp. (0283) 3448131 fax (0283) 3448184


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT,


atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis mampu menyelesaikan laporan kasus
tentang “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny. I DENGAN COMA
KETOASIDOSIS DIABETIKUM DI RUANG HIGH CARE UNIT (HCU) RSI
PKU MUHAMMADIYAH TEGAL”.

Penelitian ini penulis susun untuk memenuhi tugas sebagai perawat


orientasi di RSI PKU Muhammadiyah Tegal. Dalam penyusunan penulisan
laporan ini penulis mendapatkan banyak dukungan, motivasi dan bantuan dari
berbagai pihak sehingga penulisan ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada :

1. dr. H. Achmad Shochibul Birri, MSI., MMR. selaku Direktur RSI PKU
Muhammadiyah Tegal.
2. dr. M. Abdurrokhman, MMR. selaku Wakil Direktur Pelayanan Medis RSI
PKU Muhammadiyah Tegal.
3. Ibu feni Kurniawati, SE selaku Manager SDI RSI PKU Muhammadiyah Tegal
4. Bapak Saliman, S.Kep.Ners., Manajer Keperawatan RSI PKU Muhammadiyah
Tegal.
5. Ibu Herni Sulastri, S.Kep. Ns., selaku Supervisor Diklat dan Mutu
Keperawatan RSI PKU Muhammadiyah Tegal.
6. Bapak Arif Budi Santoso, S.Kep. Ns., selaku Supervisor Asuhan Keperawatan
RSI PKU Muhammadiyah Tegal
7. Ibu Nur Mufliha, S.Kep. Ns. Selaku Supervisor Ruang HCU Marwah RSI PKU
Muhammadiyah Tegal.
8. Bapak ibu tercinta terimakasih atas doa dan segala dukungan yang telah
diberikan
9. Teman-teman perawat yang telah membantu dan memberikan dorongan kepada
penulis sehingga laporan ini dapat terselesaikan.
Karena keterbatasan waktu dan kemampuan penulis dalam penyusunan
penulisan ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan ini masih jauh
dari kata sempurna, oleh karena itu penulis dengan tulus mengharapkan kritik
dan saran, berkat adanya dukungan dari berbagai pihak karya tulis ini dapat
terselesaikan dan dapat digunakan untuk pengembangan lebih lanjut.
Akhir kata semoga penulisan ini dapat berguna bagi pembacanya
khususnya para karyawan mendatang yang akan melakukan penulisan pada
kajian yang mendatang.
.

20 desember 2022

Inka Dewi Safitri


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI ...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................
B. Tujuan Penulisan ....................................................................................
C. Manfaat Penulisan ..................................................................................
D. Metode Penulisan ..................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Definisi ...................................................................................................
B. Etiologi ...................................................................................................
C. Patofisiologi............................................................................................
D. Pathway ..................................................................................................
E. Manifestasi Klinis...................................................................................
F. Komplikasi .............................................................................................
G. Pemeriksaan Penunjang..........................................................................
H. Penatalaksanaan Medis...........................................................................
I. Konsep Teori Keperawatan ....................................................................
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian ..............................................................................................
B. Analisa Data ...........................................................................................
C. Diagnosa Keperawatan.......................... .................................................
D. Intervensi Keperawatan...........................................................................
E. Implementasi Keperawatan ....................................................................
F. Evaluasi Keperawatan ............................................................................
BAB IV LAPORAN KASUS
A. Pengkajian
B. Intervensi, implementasi, dan evaluasi
BAB V PENUTUP
A. Simpulan................................................................................................
B. Saran......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ketoasidosis diabetik (KAD) merupakan komplikasi akut yang mengancam
jiwa seorang penderita diabetes mellitus yang tidak terkontrol. Terutama
disebabkan oleh defisiensi insulin absolut atau relatif. Kondisi kehilangan urin, air,
kalium, amonium, dan natrium menyebabkan hipovolemia, ketidakseimbangan
elektrolit, kadar glukosa darah sangat tinggi, dan pemecahan asam lemak bebas
menyebabkan asidosis dan sering disertai koma.
Data komunitas di Amerika Serikat, Rochester, menunjukkan bahwa insiden
KAD sebesar 8/1000 pasien DM per tahun untuk semua kelompok umur,
sedangkan untuk kelompok umur kurang dari 30 tahun sebesar 13,4/1000 pasien
DM per tahun. Sumber lain menyebutkan insiden KAD sebesar 4,6– 8/1000 pasien
DM per tahun. KAD dilaporkan bertanggung jawab untuk lebih dari 100.000 pasien
yang dirawat per tahun di Amerika Serikat. Walaupun data komunitas di Indonesia
belum ada, agaknya insiden KAD di Indonesia tidak sebanyak di negara barat,
mengingat prevalensi DM tipe 1 yang rendah.
Laporan insiden KAD di Indonesia umumnya berasal dari data rumah sakit
dan terutama pada pasien DM tipe 2 (Tarwoto,2012).
Pasien dengan KAD sering di jumpai dengan penurunan kesadaran,
bahkan koma (10% kasus). Beberapa faktor yang dapat berperan dalam terjadinya
KAD yaitu diabetes mellitus yang tidak terkontrol, infeksi dan riwayat stroke
(Tarwoto, 2012).
Penatalaksanaan KAD bersifat multi faktorial sehingga memerlukan pendekatan
terstruktur oleh dokter dan paramedis yang bertugas. Terdapat banyak sekali
pedoman pelaksanaan KAD pada literatur kedokteran dan hendaknya semua itu
tidak diikuti secara ketat sekali disesuaikan dengan kondisi pasien. Dalam
pelaksanaan KAD setiap rumah sakit hendaknya memiliki pedoman atau disebut
sebagai integrated care pathway. Pedoman ini harus dilaksanakan sebagaimana
mestinya dalam rangka mencapai tujuan terapi. Studi akhir menunjukkan sebuah
integrated care pathway dapat memperbaiki hasil akhir penatalaksanaan KAD
secara signifikan (ADA, 2018).
Terapi insulin merupakan salah satu penatalaksanaan pada kegawatan
KAD. Insulin harus segera dimulai sesaat setelah diagnosis KAD dan rehidrasi
yang memadai (Soewondo, 2006). Pemberian insulin akan menurunkan kadar
hormon glukagon, sehingga menekan produksi benda keton di hati, pelepasan asam
lemak bebas dari jaringan otot meningkat utisasi glukosa oleh jaringan (Wisman,
2007).
Keberhasilan penatalaksanaan KAD membutuhkan koreksi dehidrasi,
hiperglikemia, asidosis dan kelainan elektrolit, identifikasi faktor presipitasi 3
komorbid, dan yang penting adalah pemantauan adanya perubahan hemodinamika
tubuh pasien secara terus menerus (ADA, 2018).
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan
pengelolaan pasien DM dengan Coma Ketoasidosis Diabetikum di RSI PKU
Muhammadiyah Tegal

B. Tujuan studi kasus

1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah agar pembaca memahami
asuhan keperawatan yang dapat diberikan pada pasien-pasien dengan penyakit
diabetes melitus.

2. Tujuan khusus
Tujuan khusus dari penulisan makalah ini antara lain:
a. Memaparkan tentang konsep penyakit diabetes melitus
b. Memaparkan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit
diabetes mellitus

C. Manfaat studi kasus


Sebagai gambaran pengetahuan bagi para perawat agar dapat memberikan
pengetahuan, bimbingan dan konseling terhadap pasien diabetes agar mendapatkan
asuhan keperawatan yang tepat dan sesuai dengan standar keperawatan.

D. METODE PENULISAN
1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Studi Kasus
a. Tempat Pelaksanaan
Studi kasus ini di lakukan di Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Tegal
b. Waktu Pelaksanaan
Studi kasus ini di lakukan pada tanggal 06-08 desember 2022
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada studi kasus Ny. I yang menderita ketoasidosis
diabetik di Ruang HCU di lakukan dengan menggunakan metode:
a. Studi Kepustakaan
Mempelajari isi literatur-literatur yang berhubungan dengan Studi Kasus
ketoasidosis diabetik
b. Studi Kasus
Menggunakan pendekatan proses keperawatan pada klien dan keluarga yang
meliputi : pengkajian, analisa data, penerapan diagnosa keperawatan, penyusunan
rencana tindakan dan evaluasi asuhan keperawatan. Untuk melengkapi
data/informasi dalam pengkajian menggunakan beberapa cara antara lain :
1) Observasi
Mengadakan pengamatan langsung pada klien dengan cara melakukan pemeriksaan
yang berkaitan dengan perkembangan dan keadaan klien.
2) Wawancara
Mengadakan wawancara dengan klien dan keluarga, dengan mengadakan
pengamatan langsung.
3) Pemeriksaan Fisik
Melakukan pemeriksaan terhadap klien melalui: inspeksi, palpasi, auskultasi dan
perkusi.
4) Studi Dokumentasi
Penulis memperoleh data dari medikal record dan hasil pemeriksaan Laboratorium.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Ketoasidosis diabetik merupakan komplikasi diabetes melitus yang ditandai dengan


tingginya kadar keton di dalam tubuh. Salah satu tanda khas dari kondisi ini adalah
munculnya bau mulut yang beraroma buah. Jika tidak segera ditangani, ketoasidosis
diabetik dapat berakibat fatal.
Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah keadaan dekompensasi metabolik yang ditandai
oleh hiperglikemia, asidosis dan ketosis, terutama disebabkan oleh defisiensi insulin
absolut atau relatif.
KAD merupakan komplikasi akut diabetes melitus yang serius dan
membutuhkan pengelolaan gawat darurat (Tarwoto,2012).
Diabetes melitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai
oleh kenaikan kadar gula dalam darah atau hiperglikemia (Brunner & Suddart,
2002).
Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit yang di sebabkan karna adanya
hiperglikemi yang di karenakan organ pankreas tidak mampu memproduksi insulin atau
kurangnya sensitifitas insulin pada sel target tersebut. Abnormalitas yang ditemukan pada
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang ada pada penderita penyakit-penyakit
diabetes mellitus dikarenakan aktivitas insulin pda sel target kurang (kerner and bruckel,
2014)

B. Etiologi
a. Diabetes mellitus tergantung insulin ( DM Tipe 1 )
1) Genetik
Umumnya pada penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe 1
namun mewarisi sebuah predisposis atau kecenderungan genetik ke
arah terjadinya diabetes tipe 1. Kecenderungan diabetes ini
ditentukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA ( Human
Levcocyte Antigen ) tertentu. HLA ialah kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan proses imunnya.
2) Imunologi
Pada diabetes tipe 1 terdapat fakta adanya sebuah respon autoimun.
Ini adalah respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan
normal tubuh secara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggapnya sebagai jaringan asing (Smelzer dan Bare, 2015).
3) Lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang
menimbulkan distruksi sel beta.

b. Diabetes mellitus tidak tergantung insulin ( DM tipe II )


Menurut smehzel 2015, mekanisme yang tepat yang menyebabkan
resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih
belum diketahui. faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya
resistensi insulin. faktor-faktor resiko yang berhubungan dengan proses
terjadinya diabetes tipe II yaitu usia (resistensi insulin cenderung meningkat
pada usia di atas 65 tahun) obesitas, riwayat keluarga.

C. Patofisiologi
Patofisiologi yang mendasari ketoasidosis diabetik (KAD) atau diabetic
ketoacidosis adalah penurunan aktivitas insulin yang bersirkulasi disertai adanya
peningkatan kontra-regulator hormon stres seperti glukagon, epinefrin, norepinefrin,
kortisol, dan growth hormone.
Berdasarkan konsentrasi yang bersirkulasi, insulin memiliki beberapa efek. Pada
konsentrasi sangat rendah, insulin menghambat lipolisis dan menghentikan produksi keton.
Pada konsentrasi yang lebih tinggi, insulin menstimulasi penyerapan glukosa ke dalam sel,
menghambat glikogenolisis, dan menstimulasi sintesis glikogen.
Dengan demikian, jika tidak terdapat insulins seperti pada diabetes mellitus tipe
1, atau jika hormon kontra-regulator (kortisol, katekolamin, atau glukagon) tinggi, seperti
adanya penyakit akut, maka penyerapan glukosa ke dalam sel akan menurun, dan
memerlukan substrat energi alternatif. Defisiensi insulin meningkatkan aktivitas hormon
lipase sensitif. Hal ini menyebabkan pemecahan trigliserida dan pelepasan asam lemak
bebas.
Ketoasidosis diabetik yang terus berlanjut akan menyebabkan terjadinya edema
serebral atau edema otak. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti dehidrasi,
asidosis, dan rendahnya kadar karbondioksida pada darah (PaCO2). Faktor-faktor tersebut
bersama dengan proses inflamasi yang terjadi akibat ketoasidosis diabetik akan
menurunkan aliran darah ke otak sehingga terjadi risiko edema serebral saat terapi
rehidrasi dilakukan. Edema serebral ini akan meningkatkan tekanan intrakranial sehingga
berpotensi menyebabkan kematian.

D. Pathway
E. MANIFESTASI KLINIS

Keluhan dan gejala KAD timbul akibat adanya keton yang meningkat dalam
darah, antara lain :

1. Nafas yang cepat dan dalam

2. Nafas bau keton ( seperti baunya buah atau sweet)

3. Nafsu makan turun

4. Mual muntah

5. Demam

6. Nyeri perut

7. Berat badan turun

8. Capek lemah

9. Bingung, mengantuk

10. Kesadaran menurun sampai coma

Di samping itu, sebelumnya ada tanda-tanda hiperglikemia, yaitu rasa haus,


banyak kencing, capek, lemah, luka sulit sembuh dan lain-lain

Tanda- tanda hiperglikemia:

- Rasa lelah

- Nafsu makan bertambah

- Rasa haus berlebihan

- Penglihatan kabur

- Kulit kering

- Sering kencing

- Luka yang sukar sembuh

- Berat badan menurun


F. KOMPLIKASI

Komplikasi dari ketoasidoisis diabetikum dapat berupa :

1. Ginjal diabetik ( nefropati Diabetik ) nefropati diabetik atau ginjal diabetik


dapat dideteksi cukup dini. 3ila penderita mencapai stadium nefropati diabetik,
didalam air kencingnya terdapat protein. Dengan menurunnya fungsiginal akan
disertai naiknya tekanan darah. Pada kurun waktu yang lama penderita
nefropati diabetik akan berakhir dengan gagal ginjal dan harus melakukan cuci
darah. Selain itu nefropatidiabetik bisa menimbulkan gagal jantung kongesif

2. Kebutaan ( Fetinopati Diabetik )Kadar glukosa darah yang tinggi bisa


menyebabkan sembab pada lensa mata penglihatan menjadi kabur dan dapat
berakhir dengan kebutaan.

3. Syaraf ( &europati Diabetik ) &europati diabetik adalah akibat kerusakan pada


saraf. menderita bisa stres, perasaan berkurangsehingga apa yang dipegang
tidak dapat dirasakan (mati rasa).

4. Kelainan jantung terganggunya kadar lemak darah adalah satu faktor


timbulnya aterosklerosis pada pembuluh darah jantung. bila diabetesi
mempunyai komplikasi jantung koroner dan mendapat serangan kematian otot
jantung akut, maka serangan tersebut tidak disertai rasa nyeri. ini merupakan
penyebab kematian mendadak.

5. Hipoglikemia terjadi bila kadar gula darah sangat rendah. Bila penurunan
kadar glukosa darah terjadi sangat cepat, harus diatasi dengan segera.
Keterlambatan dapat menyebabkan kematian. segala yang timbul mulai dari
rasa gelisah sampai berupa koma.

6. Karena harus membuang kelebihan glokosa darah melalui air seni, ginjal
penderita diabetes harus bekerja ekstra berat. Selain itu tingkat kekentalan
darah pada diabetisi juga lebih tinggi. Ditambah dengan kerusakan-kerusakan
pembuluh kapiler serta penyempitan yang terjadi, secaraotomatis syaraf akan
mengirimkan signal ke otak untuk menambah takanan darah.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Diagnostik meliputi :
1. Glukosa darah : meningkat 200 – 100 mg/dl atau lebih
2 .Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
3. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkaat
4. Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330
mOsm/lPemeriksaan Osmolalitas = 2[Na+K] + [GDR/18] + [UREUM/6]
5. Elektrolit : Natrium : mungkin normal , meningkat atau menurun
6. Kalium : normal atau peningkatan semu (perpindahan selular),selanjutnya akan
menurun
7. Fosfor : lebih sering menurun
8. Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normalyang
mencerminkan kontrol DM yang kurang selama 4 bulan terakhir
9.Gas darah arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan padaHCO3
(asidosis metabolik) dengan kompensasi alkalosis respiratorik
10.Trombosit darah : Ht mungkin meningkat atau normal (dehidrasi),leukositosis,
hemokonsentrasi sebagai rrespons terhadap stress atauinfeksi
11.Ureum/kreatinin: Mungkn meningkaatt atau normal(dehidrasi/penurunanfungsi
ginjal)
12.Amilase darah : mungkin meningkat yang mengindikasikan adanyapankreatitis
akut sebagai penyebab DKA
13. Urin : gula dan aseton positif , berat jenis dan osmolalitas
mungkinmeningkat14.Kultur dan sensitifitas : kemungkinan adanya infeksi
saluran kemih,pernafasan dan pada luka

H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan diabetes dititikberatkan pada 4 pilar penatalaksanaan diabates,
yaitu edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani dan interfensi farmakologis.
a. Edukasi
Tim kesehatan mendampingi pasien pada perubahan perilaku sehat yang
memerlukan partisipasi efektif dari klien dan keluarga pasien. Tujuan dari
pemberian edukasi pada pasien DM dan keluarga adalah harapan dimana
pasien dan keluarga akan mengerti bagaimana cara penanganan yang tepat
dilakukan pada pasien DM. Edukasi yang dilakukan pada pasien meliputi
pemantauan kadar gula darah, perawatan luka, kepatuhan dalam
mengonsumsi obat, peningkatan aktifitas fisik, pengurangan asupan
kaloridan juga pengertian serta komplikasi dari penyakit tersebut ( Suzanna,
2014 )
b. Terapi gizi
Pasien DM harus mampu memenuhi prinsip 3J pada dietnya meliputi
jumlah makanan yang dikonsumsi, jadwal diet yang ketat, dan jenis
makanan yang dianjurkan dan pantangan makanan.
c. Olahraga
Olahraga secara teratur 3-4 kali dalam seminggu kurang lebih 30 menit.
Kegunaan olahraga teratur bagi penderita DM adalah meningkatkan
kepekaan insulin, apabila dilakukan 1-2 jam sesudah makan maka
mengurangi insulin resisten pada penderita dengan kegemukan atau
menambah jumlah reseptor insulin dan meningkatkan sensitivitas insulin
dengan reseptornya.
d. Terapi farmakologis
1) Terapi dengan insulin
2) Obat anti diabetik oral
Sulfoniluera, golongan biguanid metformi, penghambat alfa
glukosidase/acarbose, thiazolidinediones.
I. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Asuhan keperawatan pada tahap pertama yaitu pengkajian. Dalam pengkajian
perlu dikaji biodata pasien dan data lain untuk menunjang diagnosa.
a) Identitas pasien
Identitas pasien meliputi nama, usia, jenis kelamin, agama, status perkawinan,
tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis.

b) Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama
Pada pasien diabetes mellitus biasanya akan merasa lemas, terkadang juga
muncul keluhan berat badan turun. Pada pasien dengan ulkus diabetes
muncul luka yang tidak kunjung sembuh.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien biasanya merasakan nyeri, parasthesia ekstremitas bawah, luka
yang susah sembuh, nyeri kepala, mual muntah.
3. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya hipertensi dan DM, pengobatan yang dijalani berupa kontrol
rutin
4. Riwayat kesehatan keluarga
Muncul akibat adanya keturunan dari keluarga yang menderita DM

c) Pola sehari-hari
1. Pola persepsi
Persepsi pasien biasanya akan mengarah pada pemikiran negatif terhadap
dirinyayang cenderung tidak patuh berobat dan perawatan
2. Pola nutrisi metabolik
Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya kurang insulin maka
kadar gula darah tidak bisa dipertahankan sehingga menyebabkan keluhan
banyak makan, banyak minum, BB menurun. Keadaan tersebut dapat
menyebabkan terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang
mempengaruhi status kesehatan.
3. Pola eliminasi
adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmobik yang
menyebabkan pasien sering kencing (poliuri) dan pengeluaran glukosa
pada urine.
4. Pola aktivitas dan latihan
Kelemahan, sush berjalan/bergerak, kram otot
5. Pola tidur dan istirahat
Istirahat kurang efektif karna adanya poliuri.
6. Pola kognitif persepsi
pasien dengan gangren cenderung mengalami neuropati/mati rasa pada
luka sehingga tidak peka terhadap nyeri, pengecapan mengalami
penurunan, gangguan penglihatan.
7. Pola persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita
mengalami gangguan pada gambaran diri.
8. Pola peran dan hubungan
9. Pola seksual
10. Pola koping toleransi
Waktu perawatan yang lama, perjalanan penyakit kronik, tidak berdaya
karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif
seperti marah, cemas, mudah tersinggung, dapat mengakibatkan penderita
kurang mampu menggunakan mekanisme koping yang konstruktif/adaptif.
11. Pola nilai kepercayaan
perubahan struktur kesehatan, turunnya fungsi tubuh tidak menghambat
penderita dalam melakukan ibadah tetapi mempengaruhi pola ibadahnya.

d) Pemeriksaan fisik
1. Tanda-tanda vital
terdiri dari tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu. tekanan darah
biasanya hipertensi dan hipotensi, nadi dalam batas normal, pernafasan
biasanya takipnea, suhu akan mengalami peningkatan jika terjadi infeksi.
2. Kepala dan leher
wajah : kaji simetris
mata : kaji lapang pandang pasien, biasanya mengalami resinopasi atau
katarak, penglihatan kabur
telinga : kaji adakah gangguan pendengaran
hidung : tidak ada pembesaran polip dan tidak ada sumbatan
mulut : bibir sianosis, muka kering, gusi mudah berdarah
leher : pembesaran kelenjar limfe dapat muncul jika ada infeksi sistemik
3. Thorak dan paru-paru
inspeksi : bentuk dada simetris, irama pernafasan, kaji kedalaman
palpasi : lihat adanya nyeri tekan atau adanya masa
perkusi : suara sonor
auskultasi : suara vesikuler atau bronkovesikuler
4. Abdomen
inspeksi : amati bentuk simetris, cekung atau cembung
auskultasi : dengarkan bising usus
perkusi : timpani
palpasi : adakah nyeri tekan atau adanya massa
5. Integumen
Biasanya kulit kering, turgor menurun karna adanya dehidrasi, kuku
sianosis
6. Genetalia
Adanya perubahan pada proses berkemih.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang biasanya muncul pada pasien diabetes mellitus
adalah:
a) ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d resistensi insulin
b) nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
c) resiko infeksi b.d penyakit kronis
d) resiko gangguan integritas kulit

3. Intervensi
a) Ketidakstabilan kadar glukosa darah
Manajemen hiperglikemia
Observasi
1. Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
2. Monitor kadar gula darah
3. Monitor tanda gejala hiperglikemia
Terapeutik
1. Berikan asupan cairan oral
Edukasi
1. Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga
2. Ajarkan pengelolaan diabetes
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian insulin
2. Kolaborasi pemberian cairan iv
3. Kolaborasi pemberian kalium

b) Nyeri akut
Manajemen nyeri
Observasi
1. Identifikasi lokasi, karakteristik durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri nonverbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
Terapeutik
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
Edukasi
1. Jelaskan strategi meredakan nyeri
2. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik

c) Resiko infeksi
Pencegahan infeksi
Observasi
1. Monitor tanda gejala infeksi
Terapeutik
1. Batasi jumlah pengunjung
2. Berikan perawatan kulit pada area edema
3. pertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko tinggi
Edukasi
1. jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan teknik batuk
3. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian imunisasi

d) Resiko gangguan integritas kulit


Perawatan integritas kulit
Observasi
1. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
Terapeutik
1. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
2. Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada kulit kering
3. Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergikpada kulit
sensitif
4. Hindari produk berbahan alkohol pada kulit kering
Edukasi
1. Anjurkan minum air yang cukup
2. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
3. Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem
BAB III

TINJAUAN KASUS

Asuhan keperawatan pada Ny. I dengan Coma Ketoasidosis Diabetikum

A. PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian : 6 desember 2022
Ruang : HCU
Oleh : Inka dewi safitri

1. Identitas Pasien
Nama : Ny. I
Umur : 56th
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Bengle 011/003 talang
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Tanggal masuk : 06 desember 2022
No register : 1084107
Diagnosa medis : Coma Ketoasidosis Diabetikum

Penanggung jawab
Nama : Tn. B
Alamat : Bengle 011/003 talang
Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan dengan pasien : Suami

2. Riwayat kesehatan
Keluhan utama : Lemas
Riwayat kesehatan sekarang :
Pasien datang ke IGD RSI PKU Muhammadiyah Tegal pada
tanggal 06 desember 2022 jam 14:05 dengan keluhan lemes sejak 3
hari memberat sejak pagi ini dan sakit kepala. Demam (+) riwayat DM
tidak terkontrol, pasien riwayat berobat DM dengan dr. Maretina sp.
Pd.
Saat diperiksa GDS pasien High.
Ku : lemas
TTV:
TD : 152/88 mmHg
HR :140x/menit
RR : 30x/menit
SB :38
SPO2 : 97%
Therapy IGD :
O2 NK 3 lpm
IVFD Nacl 0,9% loading 500cc

Pengkajian nyeri
P : Pasien mengatakan nyeri timbul ketika aktivitas
Q : Pasien mengatakan nyeri teraasa tajam
R : Pasien mengeluh nyeri pada kepalanya
S : Skala 2
T : Nyeri intermiten

3. Riwayat kesehatan masalalu :


pasien memiliki riwayat penyakit DM yang tidak terkontrol. Pasien
mengetahui penyakitnya kurang lebih 10 tahun yang lalu, namun pasien
jarang kontrol ke dokter sehingga penyakitnya tidak terkontrol

4. Riwayat kesehatan keluarga


Keluarga pasien mengatakan didalam keluarganya tidak memiliki riwayat
DM

5. Riwayat penyakit lingkungan


Pasien mengatakan lingkungannya bersih dan tidak memiliki penyakit.

6. Pola fungsi kesehatan


a) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pasien beranggapan bahwa penyakitnya saat ini adalah cobaan dari
Allah Swt.

b) Pola aktivitas dan latihan


Sebelum sakit
Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi
Berpakaian
Eliminasi
Mobilisasi
Pindah
Ambulasi

Keterangan :
0 : Mandiri
1 : Alat bantu
2 : Bantuan orang lain
3 : Bantuan orang lain dan alat
4 : Tergantung total

Selama sakit
Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi
Berpakaian
Eliminasi
Mobilisasi
Pindah
Ambulasi

c) Pola nutrisi
Sebelum sakit : makan 3x sehari dengan porsi normal, pasien suka
makan buah-buahan.
Selama sakit : makan 3x sehari tidak menghabiskan 1 porsi
d) Pola eliminasi
Sebelum sakit : BAB 1-2 kali sehari, tidak ada gangguan atau
keluhan
BAK 5-6 kali sehari, bau khas warna kuning pucat
Selama sakit : pasien mengatakan belum BAB selama di rumah
sakit

e) Pola istirahat tidur


Sebelum sakit : Pasien mengatakan pola tidur baik tidak ada
gangguan dan keluhan
Selama sakit : Pasien mengatakan tidak ada gangguan tidur

f) Pola persepsi kognitif


Pasien dapat menjawab pertanyaan dengan baik, penglihatan jelas,
pasien dapat merangsang nyeri, tidak ada gangguan pendengaran

g) Pola peran dan hubungan


Pasien berperan sebagai ibu rumah tangga, hubungan dengan
keluarga dan lingkungan baik

h) Pola toleransi dan koping stres


Pasien mengatakan jika memiliki permasalahan maka akan
berdiskusi dengan suami/keluarga

i) Persepsi diri/konsep diri


Gambaran diri : Pasien meras jika dirinya sakit dan membutuhkan
bantuan
Ideal diri : Pasien mengatakan ingin segera sembuh
Harga diri : Pasien tidak merasa minder dan menerima kondisinya
Peran diri : Pasien berperan sebagai ibu rumah tangga
Identitas diri : Pasien mampu mengenali dirinya sebagai ibu rumah
tangga

j) Pola seksual dan reproduksi


Pasien sudah menikah dan memiliki 4 anak serta 3 cucu
k) Pola nilai dan keyakinan
Pasien beragama islam dan selalu berdoa atas kesembuhannya
7. PEMERIKSAAN FISIK
a) Survey umum
Keadaan umum : sedang
Kesadaran : composmentis
TTV
TD 150/100 mmHg
HR 130x/menit
RR 30x/menit
SB 38
SPO 97%

Antopometri
TB : 150cm
BB : 65kg

b) Kulit rambut dan kuku


Kulit : turgor kulit elastis, warna kulit sawo matang
Rambut : rambut lurus beruban
Kuku : Kuku bersih dan tidak panjang

c) Kepala dan leher


Kepala : mesochepal, tidak ada lesi
Mata : simetris, konjungtiva ananemis
Telinga : simetris, telinga bersih, tidak ada serumen berlebih
Hidung : tidak ada sekret, tidak ada masalah pada tulang hidung
Mulut : mukosa bibir lembab, tidak ada stomatitis
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

d) Thorak dan paru-paru


Thorak
Jantung
I : ictus kordis tidak tampak, bentuk dada simetris, tidak ada luka
P : teraba denyutan, tidak ada nyeri tekan
P : bunyi pekak
A : terdengar suara jantung 1 > 2,

Paru-paru
I : bentuk dada simetris, tidak ada kelainan struktur tulang
P : ekspansi paru simetris, tidak ada nyeri tekan
P : suara ketuk sonor
A : suara nafas vesikuler

e) Abdomen
I : bentuk simetris, tidak ada luka
A : bising usus 13x/menit
P : tidak ada nyeri tekan
P : suara timpani

f) Genetalia
Terpasang kateter urine

g) Rektum dan anus


Tidak ada hemoroid

h) Ekstremitas
Atas : terpasang infus di tangan kiri, tidak ada edema, tidak ada
luka, kekuatan otot baik
Bawah : tidak ada edema, tidak ada luka, kekuatan otot baik
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 06 desember 2022

Nama test hasil satuan Nilai rujukan metode

HEMATOLOGI

Darah lengkap:

Hemoglobin 16.0 g/dl 11.5-16.5

Lekosit 27700 /mm3 3500-10000

Hematokrit 41.5 % 35.0-55.0

Trombosit 388000 /mm3 150000-


400000

Eritrosit 5.29 Juta/uL 3.50-5.50

Index eritrosit:

MCV 78.4 fl 75.0-100.0

MCH 30.2 pg 25.0-35.0

MCHC 38.5 g/dl 31.0-38.0

RDW 12.9 % 11.0-16.0

MPV 7.9 fL 8.0-11.0

PDW 10.8 fL 0.1-99.9

Hitung jenis
(diff)

Limfosit 6.9 % 15.0-50.0

MID% 5.6 % 2.0-15.0

Granulosit (GRA 87.5 % 35-80


%)

KIMIA KLINIK
Glukosa sewaktu high Mg/dl 70-120

Ureum 76.3 Mg/dl 16-41

Creatinin 2.06 Mg/dl 0.6-1.3

SGOT 14 U/L 5-40

SGPT 18 U/L 5-41

ELEKTROLIT

Kalium 5.23 mEq/L 3.5-5.0

Natrium 138.1 mEq/L 135-147

Clorida 107.4 Mmol/L 95-105

ANALISA DATA
No Tgl/jam Data Masalah Penyebab
1 6/12/2022 DS : pasien mengatakan Ketidakstabilan Resistensi
Jam 17.50 lemas kadar glukosa insulin
DO : GDS 520 darah
TTV :
TD : 150/100
HR : 130
RR : 30
SB : 38,7
SPO : 97
2 6/12/2022 DS : pasien mengeluh Nyeri akut Agen
Jam 17.50 sakit kepala pencedera
P : aktivitas fisiologis
Q : tajam
R : kepala
S:2
T:I
TTV :
TD : 150/100
HR : 130
RR : 30
SB : 38,7
SPO : 97

DO : Pasien tampak lemas

3 6/12/2022 DS : Pasien mengatakan Pola nafas Berhubungan


Jam 17.50 sesek dengan
DO: pasien tampak penurunan
gelisah kemampuan
TTV bernafas
TD: 150/100
HR: 130
RR: 30
SB: 38
SPO: 97
4 6/12/2022 DS : Pasien mengatakan Hipertermi Proses
badannya panas infeksi
DO :
TTV
TD: 150/100
HR: 130
RR: 30
SB: 38
SPO: 97

Diagnosa keperawatan
1. Ketidakstabilan kadar glukosa b.d resistensi insulin
2. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
3. Ketidakefektifan pola nafas b.d penurunan kemampuan bernafas
4. Hipertermi b.d proses infeksi
Intervensi keperawatan
No Tgl/jam Tujuan/kriteria hasil intervensi
dx
1 6/12/2022 Setelah dilakukan Observasi
tindakan keperawatan 1. Identifikasi
selama 3x24 jam, kemungkinan
maka kestabilan kadar penyebab
gula darah meningkat, hiperglikemi
dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi
1. pusing situasi yang
menurun menyebabkan
2. lelah/lesu kebutuhan insulin
menurun meningkat ( misal
3. kadar glukosa penyakit kambuhan)
dalam darah 3. Monitor kadar
membaik glukosa darah
4. Monitor tanda
dan gejala
hiperglikemi
( kelemahan,
pandangan kabur)
5. Monitor intake
dan output cairan

Terapeutik
1. Berikan asupan
cairan oral
2. Konsultasi
dengan medis jika
tanda dan gejala
hiperglikemi tetap
ada atau memburuk
Edukasi
1. Anjurkan
menghindari
olahraga saat kadar
glukosa darah lebih
dari 250mg/dl
2. Anjurkan monitor
kadar glukosa darah
secara mandiri
3. Anjurkan
kepatuhan terhadap
diet dan olahraga
4. Anjurkan indikasi
dan pentingnya
pengujian keton
urine, jika perlu
5. Ajarkan
pengelolaan diabetes
( misal penggunaan
insulin, obat oral,
monior asupan cairan
penggantian
karbohidrat, dan
bantuan profesiona
kesehatan)

Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian insulin,
jika perlu
2. Kolaborasi
pemberian cairan IV,
jika perlu
3. Kolaborasi
pemberian kalium,
jika perlu

2 6/12/2022 Setelah dilakukan Observasi


tindakan keperawatan 1. Monitor ku dan ttv
selama 3x24 jam 2. cek suhu /4 jam
diharapkan masalah 3. kaji ulang keluhan
teratasi dengan kriteria
hasil : Terapeutik
1. Ttv dbn 1. Konsultasi dengan
medis jika gejala
tidak membaik

Edukasi
1. Anjurkan
memakai pakaian
tipis jika demam
2. Anjurkan minum
cukup sesuai
intake

Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
antibiotik jika
perlu
3 6/12/2022 Setelah dilakukan Observasi
tindakan keperawatan 1. Monitor pola nafas
selama 3x24 jam 2. Monitor bunyi nafas
diharapkan masalah tambahan
teratasi dengan kriteria 3. Monitor sputum
hasil:
1. Pola nafas Terapetik
pasien kembali 1. Pertahankan
teratur kepatenan jalan nafas
2. RR pasien 2. Posisikan semi
kembali normal fowler
3. Pasien mudah 3. Beri minuman hangat
untuk bernafas 4. Berikan oksigen, jika
perlu

Edukasi
1. Anjurkan asupan
cairan
2000ml/hari, jika
tidak
kontraindikasi
2. Ajarkan teknik
batuk efektif

Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik,
jika perlu
4 6/12/2022 Setelah dilakukan Observasi
tindakan keperawatan 1. Identifikasi lokasi,
selama 3x24 jam karakteristik, durasi,
diharapkan masalah frekuensi,kualitas
teratasi dengan kriteria dan intensitas nyeri
hasil : 2. Identifikasi skala
1. Keluhan nyeri nyeri
menurun 3. Identifikasi respon
2. meringis nyeri
menurun
Terapeutik
1. Konsultasi
dengan medis
jika tanda tetap
ada atau
memburuk

Edukasi
1. Anjurkan
relaksasi jika
nyeri
2. Ciptakan
lingkungan
nyaman

Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
obat anti
nyeri jika
perlu
2. Kolaborasi
pemberian
cairan IV,
jika perlu

Implementasi keperawatan

N Tgl/jam implementasi Respon


o
dx
1 6/12/2022 1. menerima serah terima S : Pasien lemes sudah
pasien 3hr yang lalu, pusing
2. Mengobservasi ku dan demam
ttv O : ku lemah
3. memonitor kadar glukosa GCS : E4V5M6
darah Akral hangat nadi kuat
4. memberikan SP insulin TD 152/90
novorapid sesuai GDS
5. memberikan cairan infus HR 125
Nacl 0,9% 20 tpm RR 29
6. memberikan obat injeksi SB 39
ceftazidime 2x1, pamol Spo 97 ( O2 nasal )
3x1gr, pantoprazole A : ketidakstabilan kadar
1x40mg, citicolin ekstra glukosa darah
500mg P : lanjutkan intervensi
1. observasi ku dan
ttv
2. jaga airway
oksigenasi
3. observasi tingkat
kesadaran
4. cek suhu
badan/4jam
5. bantu ADL pasien
6. SP novorapid
sesuai GDS
2 6/12/2022 1. mengoservasi ku dan S : pasien mengatakan
ttv kepala masih pusing
2. kaji ulang keluhan P : aktivitas
3. identifikasi lokasi, Q : tajam
karakteristik, durasi, R : kepala
frekuensi, kualitas S : 2
dan intensitas nyeri T : Intermiten
4. Ajarkan terapi non O : ku lemah
farmakologi untuk Pasien tampak meringis
mengurangi nyeri menahan rasa nyeri
5. ciptakan lingkungan GCS E4V5M6
nyaman Akral hangat nadi kuat
6. kolaborasi dengan TD 152/90
dokter dalam HR 125
pemberian terapi RR 29
SB 39
Spo 97 ( O2 nasal )
A: nyeri akut
P : lanjutkan intervensi
1. observasi ku dan
ttv
2. kaji ulang skala
nyeri
3. berikan terapi non
farmakologi
4. berikan terapi
sesuai advice

3 6/12/2022 1. mengobservasi ku S : pasien mengatakan


dan ttv sesak
2. beri posisi semi O : ku: lemah
fowler GCS E4V5M6
Akral hangat nadi kuat
Pasien tampak gelisah
TTV
TD: 152/91
HR: 136
RR: 33
SB: 39
SPO: 97 ( O2 nasal)
A : pola nafas tidak
efektif
P : Lanjutkan intervensi
1. Observasi
ku dan ttv
2. Beri
posisi
semi
fowler
3. pertahank
an
oksigenasi
4. Bantu
ADL
pasien
4 6/12/2022 1. mengobservas S : pasien mengatakan
i ku dan ttv masih demam
2. memberikan O : ku lemah
kompres GCS E4V5M6
hangat Akral hangat nadi kuat
3. kolaborasi Dahi teraba hangat
dengan dokter TTV
untuk TD: 152/91
pemberian HR: 136
terapi obat RR: 33
SB: 39
SPO: 97 ( O2 nasal)
A : hipertermi
P : lanjutkan intervensi
1. observasi ku dan
ttv
2. cek suhu /4jam
3. monitor intake
1 7/12/2022 1. memonito S : Pasien bersedia
r kadar O : ku lemah
glukosa Insulin telah diberikan
darah GCS E4V5M6
2. memberik Akral hangat nadi kuat
an SP TD 160/100
novorapid HR 120
sesuai RR 26
GDS SB 38
SPO 97
A : ketidakstabilan kadar
glukosa darah
P : lanjutkan intervensi
1. obs ku dan ttv
2.

1 6/12/2022 1. Mengobservasi ku dan S : pasien mengatakan


ttv pasien demam
2. Memberikan minum O : ku : sedang
hangat Kesadaran composmentis
3. Kolaborasi pemberian TTV
terapi obat TD: 152/91
HR: 136
RR: 33
SB: 39
SPO: 97 ( O2 nasal)
A : hipertermi
P : lanjutkan intervensi
5. Obs ku
dan ttv
6. Kaji ulang
keluhan
pasien
7. Ciptakan
lingkunga
n yang
nyaman
8. Kolaboras
i
pemberian
terapi
2 6/12/2022 1. Mengobservasi ku dan S : pasien mengatakan
ttv sesak
2. Kaji ulang keluhan O : ku: lemah
pasien TTV
3. Beri posisi semi fowler TD: 152/91
4. Beri O2 HR: 136
5. Beri terapi sesuai advice RR: 33
SB: 39
SPO: 97 ( O2 nasal)
A : pola nafas tidak
efektif
P : Lanjutkan intervensi
9. Obs ku
dan ttv
10. Beri
posisi
semi
fowler
11. Bantu
ADL
pasien
12. Beri terapi
sesuai
advice
3 6/12/2022 1. Mengobservasi ku dan S : pasien mengatakan
ttv lemas
2. Cek GDS sesuai advice O: ku: lemah
3. Beri terapi sesuai advice Pasien tampak lesu
TTV
TD: 152/91
HR: 136
RR: 33
SB: 39
SPO: 97 ( O2 nasal)
GDS: 467 masuk insulin
5ui
A: ketidakstabilan kadar
glukosa darah
P : lanjutkan intervensi
1. Obs ku dan ttv
2. Batasi makanan
mengandung gula
3. Cek GDS sesuai
sliding

1 7/12/2022 1. Mengobservasi ku dan S : pasien mengatakan


ttv pasien masih demam
2. Memberikan minum O : ku : sedang
hangat Kesadaran composmentis
Kolaborasi pemberian TTV
terapi obat TD: 173/98
HR: 123
RR: 28
SB: 39
SPO: 97 ( O2 nasal)
A : hipertermi
P : lanjutkan intervensi
13. Obs ku
dan ttv
14. Kaji ulang
keluhan
pasien
15. Ciptakan
lingkunga
n yang
nyaman
16. Kolaboras
i
pemberian
terapi
2 7/112/202 1. Mengobservasi ku S : pasien mengatakan
2 dan ttv masih sesak
2. Kaji ulang keluhan O : ku: lemah
pasien TTV
3. Beri posisi semi TD: 173/98
fowler HR: 123
4. Beri O2 RR: 28
Beri terapi sesuai advice SB: 39
SPO: 97 ( O2 nasal)
A : pola nafas tidak
efektif
P : Lanjutkan intervensi
17. Obs ku
dan ttv
18. Beri
posisi
semi
fowler
19. Bantu
ADL
pasien
20. Beri terapi
sesuai
advice
3 7/12/2022 1. Mengobservasi ku dan S : pasien mengatakan
ttv lemas
2. Cek GDS sesuai advice O: ku: lemah
3. Beri terapi sesuai advice Pasien tampak lesu
TTV
TD: 173/98
HR: 123
RR: 28
SB: 39
SPO: 97 ( O2 nasal)
GDS: 338 masuk insulin
3ui
A: ketidakstabilan kadar
glukosa darah
P : lanjutkan intervensi
1. Obs ku dan ttv
2. Batasi makanan
mengandung gula
3. Cek GDS sesuai
sliding

1 8/12/2022 1. Mengobservasi ku dan S : pasien mengatakan


ttv pasien masih demam
2. Memberikan minum O : ku : sedang
hangat Kesadaran composmentis
3. Kolaborasi pemberian TTV
terapi obat TD: 172/93
HR: 115
RR: 24
SB: 38
SPO: 97 ( O2 nasal)
A : hipertermi
P : lanjutkan intervensi
21. Obs ku
dan ttv
22. Kaji ulang
keluhan
pasien
23. Ciptakan
lingkunga
n yang
nyaman
Kolaborasi pemberian
terapi
2 8/12/2022 1. Mengobservasi ku dan ttv S : pasien mengatakan
2. Kaji ulang keluhan pasien sesak berkurang
3. Beri posisi semi fowler O : ku: lemah
4. Beri O2 TTV
Beri terapi sesuai advice TD: 172/93
HR: 115
RR: 24
SB: 38
SPO: 97 ( O2 nasal)
A : pola nafas tidak
efektif
P : Lanjutkan intervensi
24. Obs ku
dan ttv
25. Beri
posisi
semi
fowler
26. Bantu
ADL
pasien
27. Beri terapi
sesuai
advice
3 8/12/2022 1. Mengobservasi ku dan ttv S : pasien mengatakan
2. Cek GDS sesuai advice lemas berkurang
3. Beri terapi sesuai advice O: ku: lemah
Pasien tampak berbaring
TTV
TD: 172/93
HR: 115
RR: 24
SB: 38
SPO: 97 ( O2 nasal)
GDS: 299 masuk insulin
2ui
A: ketidakstabilan kadar
glukosa darah
P : lanjutkan intervensi
4. Obs ku dan ttv
5. Batasi makanan
mengandung gula
6. Cek GDS sesuai
sliding
Evaluasi Keperawatan

No Tgl/jam Evaluasi
dx
1 6/12/2022 S : pasien mengatakan demam
O : ku : sedang
Kesadaran composmentis
TTV
TD: 152/91
HR: 136
RR: 33
SB: 39
SPO: 97 ( O2 nasal)
A : hipertermi
P : lanjutkan intervensi
28. Obs ku dan ttv
29. Kaji ulang keluhan pasien
30. Ciptakan lingkungan yang nyaman
31. Kolaborasi pemberian terapi
2 6/12/2022 S : pasien mengatakan sesak
O : ku: lemah
TTV
TD: 152/91
HR: 136
RR: 33
SB: 39
SPO: 97 ( O2 nasal)
A : pola nafas tidak efektif
P : Lanjutkan intervensi
32. Obs ku dan ttv
33. Beri posisi semi fowler
34. Bantu ADL pasien
35. Beri terapi sesuai advice
3 6/12/2022 S : pasien mengatakan lemas
O: ku: lemah
Pasien tampak lesu
TTV
TD: 152/91
HR: 136
RR: 33
SB: 39
SPO: 97 ( O2 nasal)
A: ketidakstabilan kadar glukosa darah
P : lanjutkan intervensi
1. Obs ku dan ttv
2. Batasi makanan mengandung gula
3. Cek GDS sesuai sliding

1 7/12/2022 S : pasien mengatakan masih demam


O : ku : sedang
Kesadaran composmentis
TTV
TD: 173/98
HR: 123
RR: 28
SB: 39
SPO: 97 ( O2 nasal)
A : hipertermi
P : lanjutkan intervensi
36. Obs ku dan ttv
37. Kaji ulang keluhan pasien
38. Ciptakan lingkungan yang nyaman
39. Kolaborasi pemberian terapi
2 7/12/2022 S : pasien mengatakan masih sesak
O : ku: lemah
TTV
TD: 173/98
HR: 123
RR: 28
SB: 39
SPO: 97 ( O2 nasal)
A : pola nafas tidak efektif
P : Lanjutkan intervensi
40. Obs ku dan ttv
41. Beri posisi semi fowler
42. Bantu ADL pasien
43. Beri terapi sesuai advice
3 7/12/2022 S : pasien mengatakan lemas
O: ku: lemah
Pasien tampak lesu
TTV
TD: 173/98
HR: 123
RR: 28
SB: 39
SPO: 97 ( O2 nasal)
A: ketidakstabilan kadar glukosa darah
P : lanjutkan intervensi
1. Obs ku dan ttv
2. Batasi makanan mengandung gula
3. Cek GDS sesuai sliding

1 8/12/2022 S : pasien mengatakan masih demam


O : ku : sedang
Kesadaran composmentis
TTV
TD: 172/93
HR: 115
RR: 24
SB: 38
SPO: 97 ( O2 nasal)
A : hipertermi
P : lanjutkan intervensi
44. Obs ku dan ttv
45. Kaji ulang keluhan pasien
46. Ciptakan lingkungan yang nyaman
47. Kolaborasi pemberian terapi
2 8/12/2022 S : pasien mengatakan sesak berkurang
O : ku: lemah
TTV
TD: 172/93
HR: 115
RR: 24
SB: 38
SPO: 97 ( O2 nasal)
A : pola nafas tidak efektif
P : Lanjutkan intervensi
48. Obs ku dan ttv
49. Beri posisi semi fowler
50. Bantu ADL pasien
51. Beri terapi sesuai advice
3 8/12/2022 S : pasien mengatakan lemas berkurang
O: ku: lemah
Pasien tampak berbaring
TTV
TD: 172/93
HR: 115
RR: 24
SB: 38
SPO: 97 ( O2 nasal)
A: ketidakstabilan kadar glukosa darah
P : lanjutkan intervensi
1. Obs ku dan ttv
2. Batasi makanan mengandung gula
3. Cek GDS sesuai sliding

Keterangan :
Pasien di rawat di ruang HCU, pasien mengalami demam sejak 3hari yang lalu,
TD: 152/88 HR: 137 RR: 33 SB 37 SPO: 97. Dari hasil lab kimia klinik gula
darah sewaktu high, URCR pasien tinggi, ureum 76.3 creatinin 2.06. pasien terus
dikontrol untuk pemberian insulin.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Ny. I dengan coma
ketoasidosis diabetikum di ruang hcu Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah
Tegal, maka dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut:
52. hasil pengkajian pada Ny. I mengalami lemes, pasien tampak berbaring,
GDS pasien tinggi.
53. diagnosa keperawatan yang ditemukan Ketidakstabilan kadar glukosa
darah berhubungan dengan resistensi insulin, nyeri akut b.d agen pencedera
fisiologis, pola nafas tidak efektif b.d penurunan kemampuan bernafas,
hipertermi b.d proses infeksi.
54. perencanaan keperawatan pada kasus coma ketoasisdosis diabetikum
mencegah terjadinya komplikasi, serta pemberian pemahaman pada klien
55. tahap pelaksanaan tindakan keperawatan implementasi dilakukan selama
3hari dari tanggal 06-08 desember 2022
56. evaluasi keperawwatan pada klien coma ketoasidosis diabetikum mengacu
pada tujuan menstabilkan kadar glukosa darah.

B. Saran
57. bagi penulis
di harapkan dapat menggunakan dan memanfaatkan waktu seefektif
mungkin sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien
secara menyeluruh
58. bagi masyarakat/pasien
diharapkan pasien dan keluarga dapat meningkatkan pengetahuan tentang
penyakit coma ketoasidosis diabetikum
59. bagi rumah sakit
untuk meningkatkan dan mempertahankan mutu pelayanan kesehatan

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. jakarta :
EGC.
Doengoes, Marulin E. 2000. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi
3. Jakarta: EGC
Ramainah, Savitri. 2003. Diabetes. Jakarta : PT. bhuana Ilmu Populer
Smeltzer, Suszanne, C. 2001. Buku Ajar Medikal Bedah Edisi 8 Vol 3 . Jakarta : EGC
Price Sylvia, A. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Jilid 2 Edisi 4.
Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai