Anda di halaman 1dari 16

BRAINSTORMING NUTRISI

PASIEN GAGAL JANTUNG


dengan pendekatan
Chronic Care Model

TUGAS KELOMPOK
KEPERAWATAN KRONIS

Oleh : Kelompok 4

Siswo Margo Handoyo 185070209111001


Dodi Sagita Setiawan 185070209111007
Chairunnisa Permata Sari 185070209111012
Kharisma Hadi 185070209111014
Maria Rosari Tjeme 185070209111015
Sagung Manik Dwi P.D. 185070209111033
Ema Drakel 185070209111042
Ainur Rohmah 185070209111046

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


JURUSAN ILMU KEPERAWATAN PROGRAM ALIH JENJANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Assalamualikum Wr.Wb
Puji syukur senantiasa selalu kita ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
limpahan Rahmat, Taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah menunjukan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan
akhirat kepada umat manusia. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Kronis dan juga untuk teman mahasiswa keperawatan sebagai bahan
penambah ilmu pengetahuan serta informasi yang semoga bermanfaat. Makalah ini kami
susun dengan segala kemampuan kami dan semaksimal mungkin. Namun, kami menyadiri
bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu tidaklah sempurna dan masih banyak
kesalahan serta kekurangan. Maka dari itu kami sebagai penyusun makalah ini mohon
kritik, saran dan pesan dari semua yang membaca makalah ini terutama Dosen Mata Kuliah
Keperawatan Kronis yang kami harapkan sebagai bahan koreksi untuk kami.
Wa’alaikumsalam Wr.Wb

Malang, 11 November 2018

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i


DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................................ 1
B. Masalah .......................................................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................................. 2
D. Manfaat .......................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORI .......................................................................................... 3
A. Gagal Jantung ................................................................................................. 3
B. Chronic Care Model ........................................................................................ 5
C. Metode Edukasi .............................................................................................. 7
BAB III Aplikasi ........................................................................................................ 9
A. Aplikasi Chronic Care Model ........................................................................... 9
B. Aplikasi Metode Edukasi ................................................................................. 10
BAB IV PENUTUP .................................................................................................... 11
Kesimpulan ............................................................................................................. 11
Saran ...................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 12
LAMPIRAN .............................................................................................................. 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gagal jantung merupakan masalah kesehatan yang progresif dengan angka
mortalitas dan morbiditas yang tinggi di negara maju maupun negara berkembang
termasuk Indonesia. Di Indonesia, usia pasien gagal jantung relatif lebih muda
dibanding Eropa dan Amerika disertai dengan tampilan klinis yang lebih berat.
WHO (2016), mencatat 17,5 juta orang di dunia meninggal akibat gangguan
kardiovaskular. Lebih dari 75% penderita kardiovaskular terjadi di negara-negara
berpenghasilan rendah dan menengah, dan 80% kematian kardiovaskuler disebabkan
oleh serangan jantung dan stroke. Asia Tenggara menunjukkan Indonesia termasuk
kelompok dengan jumlah kejadian tertinggi yaitu 371 per 100.000 orang lebih tinggi
dibandingkan Timur Leste sebanyak 347 per 100.000 orang dan jauh lebih tinggi
dibandingkan Thailand yang hanya 184 per 100.000 orang (WHO, 2016).
Berdasarkan data Riskesdas Tahun 2013, prevalensi gagal jantung di Indonesia
sebesar 0,3%. Data prevalensi penyakit ditentukan berdasarkan hasil wawancara pada
responden umur ≥ 15 tahun berupa gabungan kasus penyakit yang pernah didiagnosis
dokter atau kasus yang mempunyai gejala penyakit gagal jantung (Riskesdas, 2013).
Salah satu untuk mencegah perburukan gagal jantung, mengurangi gejala dan
meningkatkan kualitas hidup dipertimbangkan pengurangan berat badan.
Pengurangan berat badan pasien obesitas (IMT > 30 kg/m2) salah satunya dengan
menjaga asupan nutrisi.
Meningkatnya harapan hidup disertai makin tingginya angka survival setelah
serangan infark miokard akut akibat kemajuan pengobatan dan penatalaksanaanya,
mengakibatkan semakin banyak pasien yang hidup dengan disfungsi ventrikel kiri yang
selanjutnya masuk ke dalam gagal jantung kronis.
Model Keperawatan Kronis yaitu suatu model yang mungkin paling tepat untuk
merawat pasien dengan penyakit kronis. Fokus model ini adalah terbentuknya
interaksi yang produktif antara pasien yang mengalami penyakit kronis dengan tim
lintas profesi yang proaktif. Titik berat pelayanan ini lebih mengutamakan pada
pelayanan di luar rumah sakit.
Model keperawatan kronis yang direkomendasikan ada 6 elemen yang menjadi

1
sentral penting untuk meningkatkan pelayanan keperawatan kronis. Elemen tersebut
adalah: Community, Health systems, Self management support, Decision support,
Delivery system redesign, dan Clinical information systems.
Pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha untuk
menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan
harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut, masyarakat, kelompok atau individu
dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Akhirnya
pengetahuan tersebut diharapkan dapat berpengaruh terhadap perilakunya. Dengan
kata lain, dengan adanya pendidikan tersebut dapat membawa akibat terhadap
perubahan perilaku sasaran.
Faktor-faktor yang mempengaruhi suatu proses pendidikan disamping
masukannya sendiri juga metode materi atau pesannya, pendidik atau petugas yang
melakukannya, dan alat-alat bantu/ alat peraga pendidikan. Agar tercapai suatu hasil
yang optimal maka faktor-faktor tersebut harus bekerjasama secara harmonis. Untuk
sasaran kelompok, metodenya harus berbeda dengan sasaran massa dan sasaran
individual.

B. Masalah
Bagaimana metode edukasi nutrisi pada pasien gagal jantung dengan pendekatan
chronic care model, khususnya self management dan decision support?

C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk menjelaskan metode edukasi nutrisi
dengan brainstorming pada pasien gagal jantung dengan pendekatan chronic care
model, khususnya self management dan decision support.

D. Manfaat
Mahasiswa mampu memahami metode edukasi nutrisi dengan brainstorming pada
pasien gagal jantung dengan pendekatan chronic care model, khususnya self
management dan decision support.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Gagal Jantung
Gagal jantung adalah kumpulan gejala yang kompleks dimana seorang pasien
harus memiliki tampilan berupa: Gejala gagal jantung (nafas pendek yang tipikal saat
istrahat atau saat melakukan aktifitas disertai / tidak kelelahan); tanda retensi cairan
(kongesti paru atau edema pergelangan kaki); adanya bukti objektif dari gangguan
struktur atau fungsi jantung saat istrahat.
Gagal jantung adalah keadaan di mana jantung tidak mampu memompa darah
untuk mencukupi kebutuhan jaringan melakukan metabolisme dengan kata lain,
diperlukan peningkatan tekanan yang abnormal pada jantung untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan. Pada kondisi gagal jantung kongestif adanya
peningkatan tekanan vaskular pulmonal akibat gagal jantung kiri menyebabkan
overload tekanan serta gagal jantung kanan.
Penyebab umum gagal jantung kongestif adalah rusaknya atau berkurangnya
massa otot jantung karena iskemi akut atau kronik, peningkatan resistensi vaskuler
karena hipertensi, atau karena takiaritmia. Faktor resiko yang menjadi pemicu
tingginya angka penderita kardiovaskuler adalah diet yang tidak sehat, kurangnya
aktivitas, merokok, dan minum-minuman yang beralkohol untuk jangka waktu yang
lama. Salah satu diet yang dianjurkan pasien gagal jantung adalah diet rendah natrium.
Pembatasan natrium ditujukan untuk mencegah, mengatur dan mengurangi edema
seperti pada hipertensi atau gagal jantung.
Pola makan yang baik pada pasien penyakit jantung merupakan hal yang sangat
penting. Namun dalam kenyataannya pola makan pada pasien gagal jantung kongestif
belum dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Kendala utama penanganan diet
penderita kardiovaskuler adalah kejenuhan atau ketidakpatuhan dalam menjalankan
diet. Kepatuhan diet dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan, pendidikan, sosial
ekonomi, dan dukungan keluarga.
Terapi gizi bagi pasien –pasien gagal jantung harus berfokos pada keseimbangan
status cairan dan elektrolit :
 Pemantauan status kalium jika pasien mendapatkan terapi deuretik; pada
hipokalemia, kalium dapat diberikan dalam bentuk makanan yang banyak

3
mengandung kalium seperti kacang hijau atau suplemen kalium.
 Pembatasan asupan garam (natrium) hingga 2-3 g natrium perhari (konsumsi
garam yang berlebihan dapat menyebabkan retensi cairan sehingga
menambah berat gejala edema yang biasa terjadi pada decompensasi
jantung). Diet rendah natrium merupakan kontraindikasi pada salt-depleting
renal diseases seperti pielenofritis yang menggangu fungsi tubulus ginjal
dalam menyerap natrium.
 Penyusuaian pembatasan cairan dilakukan menurut : respons pasien
terhadap pengobatan, kepatuhan terhadap pembatasan natrium, intensitas /
prorestifitas penyakit
Pasien gagal jantung kongestif harus dianjurkan untuk membaca label pada
kemasan makanan sehingga mengetahui adanya natrium yang tersembunyi dlam
bentuk bahan – bahan aditif / pengawet makanan. Obat – obatan juga dapat
mengandung natrium dalam jumlah yang berarti ( barbiturat, antibiotik, alkalires
lambung, dll ) dan dengan demikian pasien harus berkonsultasi dengan dokter
tentang kandungan natrium dalam obat – obatan yang digunakan .
Terapi nutrisi harus di tujukan kepada hal-hal berikut ini:
 Lakukan penimbangan berat badan dengan memperhatikan lingkaran perut
 Kurangi asupan kolesterol hingga <300 mg/dL.
 Kurangi asupan total lemak hingga kurang-lebih 20% dari total kalori.
 Kurangi asupan lemak jenuh hingga di bawah 5% dari total kalori.
 Tingkatkan asupan serat, khususnya serat larut,hingga 25-35 gram per hari
untuk mengikat kolesterol yang di hasilkan oleh tubuh sendiri dalam bentuk
garam empedu sehingga kolesterol ini tidak di serap kembali oleh usus.
 Tingkatkan konsumsi ikan,khususnya ikan laut yang kaya akan asam lemak
omega-3,paling tidak 2-3 kali seminggu.
 Ganti konsumsi daging merah dengan daging putih seperti ayam kampung dan
ikan atau dengan protein nabati seperti tempe atau tahu (kedelai
mengandung soya-lecithine dan isoflavon yang dapat menurunkan kadar LDL
kolesterol.)
 Terapi diet dan olahraga harus di coba terlebih dahulu sebelum menggunakan
obat-obat penurun kolesterol

4
Pengaturan diet
Pembatasan kalori sangat penting bagi pasien overweight karena penurunan berat
badan menurunkan kebutuhan jantung dan dapat mengurangi gejala penyakit
(Crawford, 2009). Namun berbeda halnya menurut pendapat Gray et.al (2002) dimana
terdapat beberapa pasien chronic heart failure memiliki risiko malnutrisi karena nafsu
makan yang jelek, malabsorpsi, dan peningkatan metabolik basal (sekitar 20%)
sehingga memerlukan nutrisi yang cukup. Penelitian lain yang dilakukan oleh Cook et
al. (2007) mengemukakan bahwa pembatasan konsumsi garam akan membantu
mengurangi retensi air, di mana hal ini juga berefek menurunkan kerja jantung. Diet
yang dianjurkan yaitu rendah garam 1,5-2 gram/hari, sangat penting untuk
mendapatkan efek terapi yang optimal.

B. Chronic Care Model


Model Keperawatan Kronis yaitu suatu model yang mungkin paling tepat untuk
merawat pasien dengan penyakit kronis. Fokus model ini adalah terbentuknya
interaksi yang produktif antara pasien yang mengalami penyakit kronis dengan tim
lintas profesi yang proaktif. Titik berat pelayanan ini lebih mengutamakan pada
pelayanan di luar rumah sakit. Model keperawatan kronis yang direkomendasikan ada
6 elemen yang menjadi sentral penting untuk meningkatkan pelayanan keperawatan
kronis. Elemen tersebut adalah: Community, Health systems, Self management
support, Decision support, Delivery system redesign, dan Clinical information systems.
 Self manajemen
Menurut Gantina (2011) mengatakan bahwa self management
merupakan prosedur pada individu untuk mengatur prilakunya sendiri.
Pendapat tersebut senada dengan pendapat Gie (2000) self management
berarti mendorong diri sendiri untuk maju, mengatur kemampuan dirinya,
mengendalikan kemampuan untuk mencapai hal-hal yang baik, dan
mengembangkan berbagai segi dari kehidupan pribadi. Self management
diperlukan bagi seseorang agar mampu menjadikan dirinya sebagai pribadi
yang berkualitas dan bermanfaat dalam menjalani kehidupannya. Self
management juga membantu orang-orang untuk mengarahkan setiap
prilakunya kepada hal-hal positif dan dapat mengatur dirinya ke arah yang
lebih baik dalam mencapai tujuan yang diinginkan.

5
Self management dan self-regulated merupakan istilah yang sering
dijumpai dalam literatur psikologi, khususnya dalam psikologi pendidikan.
menurut Rismanto (2016) self management merupakan kemampuan untuk
mengatur dan mengelola dirinya. Sedangkan menurut Zimmerman (Woolfolk,
2004) mengatakan bahwa self-regulation merupakan sebuah proses dimana
seseorang peserta didik mengaktifkan dan menopang kognisi, perilaku, dan
perasaannya yang secara sistematis berorientasi pada pencapaian suatu
tujuan. Dapat dikatakan bahwa self management menjadi aspek dalam
membentuk selfregulated learning. Jadi ketika individu sudah meregulasi
dirinya, maka individu tersebut memiliki self management, namun ketika
individu mampu memanajemen dirinya belum tentu individu tersebut sudah
meregulasi dirinya.
Dengan tahapan yaitu mengkaji masalah atau mengidentifikasi masalah,
membuat planning, management strategi, monitoring, multidisiplin tim.

 Decision Support
Mempromosikan perawatan klinis yang konsisten dengan bukti ilmiah
dan preferensi pasien, dengan menanamkan pedoman berbasis bukti ke
dalam praktik klinis sehari-hari, membagikan panduan dan informasi berbasis
bukti dengan pasien untuk mendorong partisipasi mereka, menggunakan
metode pendidikan penyedia yang terbukti, mengintegrasikan spesialis dan
perawatan primer.
Keputusan pengobatan harus didasarkan pada pedoman yang terbukti
dan yang didukung oleh penelitian klinis. Pedoman juga harus didiskusikan
dengan pasien, sehingga mereka dapat memahami prinsip dibalik perawatan
mereka. Mereka yang membuat keputusan pengobatan membutuhkan
pelatihan berkelanjutan untuk tetap up-to-date pada bukti terbaru,
menggunakan model baru penyedia pendidikan yang meningkatkan
pendidikan medis berkelanjutan. Untuk mengubah praktik, pedoman harus
diintegrasikan melalui pengingat, umpan balik, perintah, dan metode lain
yang tepat waktu untuk meningkatkan visibilitas mereka pada saat keputusan
klinis dibuat. Keterlibatan spesialis mendukung dalam perawatan primer
pasien yang lebih kompleks adalah modalitas pendidikan yang penting.

6
C. Metode Edukasi
Dalam memilih metode pendidikan kelompok, harus mengingat besarnya
kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal pada sasaran. Untuk kelompok
yang besar, metodenya akan lain dengan kelompok kecil. Efektivitas suatu metode
akan tergantung pula pada besarnya sasaran pendidikan. Apabila peserta kegiatan itu
kurang dari 15 orang biasanya kita sebut kelompok kecil. Metode-metode yang cocok
untuk kelompok kecil antara lain: diskusi kelompok, curah pendapat (brainstorming),
bola salju (snow balling), kelompok kecil-kecil (buzz group), memainkan peranan (role
play).
Curah Pendapat (Brainstorming)
Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok. Prinsipnya sama dengan
metode diskusi kelompok. Bedanya, pada permulaannya pemimpin kelompok
memancing dengan satu masalah kemudian tiap peserta memberikan jawaban-
jawaban atau tanggapan (cara pendapat). Tanggapan atau jawaban-jawaban tersebut
ditampung dan ditulis dalam flipchart atau papan tulis. Sebelum semua peserta
mencurahkan pendapatnya, tidak boleh diberi komentar oleh siapa pun. baru setelah
semua anggota mengeluarkan pendapatnya, tiap anggota dapat mengomentari dan
akhirnya terjadilah diskusi.
Brainstorming adalah piranti perencanaan yang dapat menampung kreativitas
kelompok dan sering digunakan sebagai alat pembentukan konsensus maupun untuk
mendapatkan ide-ide yang banyak. Teknik brainstorming merupakan salah satu cara
mendapatkan sejumlah ide yang mudah dan menyenangkan para pesertanya. Karena
mereka boleh bebas menyampaikan pendapatnya tanpa ragu-ragu atau takut salah
sepanjang masih dalam topik bahasan. Setiap peserta mendapatkan kesempatan atau
giliran untuk berpartisipasi melontarkan idenya sampai habis. Ada beberapa alasan
mengapa brainstorming digunakan oleh suatu team untuk menghasilkan ide, yaitu
meningkatkan kepedulian dan partisipasi anggota Team, menghasilkan banyak ide-ide
dalam waktu yang relatif singkat, mengurangi keinginan anggota Team untuk merasa
paling mampu dalam memberi jawaban yang benar, mengurangi kemungkinan
berkembangnya pemikiran negatif (negative thinking) di antara mereka.
Brainstorming atau sumbang saran memiliki tujuan untuk mendapatkan sejumlah ide
dari anggota team dalam waktu relatif singkat tanpa sikap kritis yang ketat. Ada

7
beberapa manfaat yang bisa diperoleh suatu Team atau organisasi dengan melakukan
teknik brainstorming, diantaranya adalah:
 Mengidentifikasi masalah
 Mencari sebab-sebab yang mengakibatkan terjadinya masalah
 Menentukan alternatif pemecahan masalah
 Mengimplementasikan pemecahan masalah
 Merencanakan langkah-langkah dalam melaksanakan suatu aktivitas
 Mengambil keputusan ketika masalah terjadi
 Melakukan perbaikan (improvements)
Pencatat melakukan pencatatan ide yang dilontarkan setiap peserta. Diusahakan
setiap peserta dapat melihat apa yang dicatat , sebaiknya digunakan flip chart, OHP
transparency atau screen. Papan tulis dan block note dapat digunakan sebagai
alternatif. Dilakukan konfirmasi apakah yang ditulis pencatat sama dengan ide yang
dimaksudkan peserta yang melontarkannya.

8
BAB III
APLIKASI

A. Aplikasi Self Management dan Decision Support


1. Self Management
Self management merupakan kemampuan pasien gagal jantung dalam mengelola
dirinya, ini dapat ditingkatkan dengan edukasi dari perawat, disini khususnya
bagaimana asupan pasien gagal jantung. Pasien harus mempunyai pengetahuan
tentang penyakit yang dialaminya, dengan Self management yang baik maka
pasien gagal jantung akan mempunyai motivasi dalam penanganan penyakitnya,
mencegah perburukan gagal jantung, mengurangi gejala dan meningkatkan
kualitas hidup.
Menurut penelitian Alexander (2009) bahwa pelaksanaan Self Management
pasien gagal jantung tidak cukup hanya mengandalkan pengetahuan melalui
pemberian pendidikan kesehatan terhadap pasien. Pemberian perawatan
informal tidak cukup untuk menjadikan pasien dapat melakukan manajemen
dalam melakukan perawatan pada dirinya sendiri. Kebutuhan adanya
pendamping yang mendukung pasien gagal jantung dalam melakukan Self-care
dalam suatu program yang terdapat dalam Self-management. Keberhasilan Self
Management pasien gagal jantung tidak terlepas dari monitoring secara teratur
dan berkelanjutan baik oleh petugas kesehatan maupun keluarga.
2. Decision Support
Pengambilan keputusan secara natural oleh individu (pasien gagal jantung) dalam
berperilaku untuk mempertahankan kestabilan fisiologis tubuhnya (tidak
memperparah penyakit gagal jantungnya) dan sebagai respon terhadap tanda
dan gejala yang terjadi pada diri individu.
Beberapa hal yang dapat dilakukan petugas kesehatan antara lain
 Mempromosikan diet jantung yang dapat dilakukan pasien dan ada bukti
ilmiah keberhasilan diet tersebut.
 Membagikan panduan dan informasi dapat berupa leaflet, video dan lain
lain yang terbukti dapat membantu diet pasien gagal jantung.
 Mendorong partisipasi pasien untuk mengungkapkan ide untuk
membantu diet tersebut

9
B. Aplikasi Brainstorming
Teknik dan Tahapan Brainstorming
1. Pastikan semua anggota (pasien gagal jantung) yang ikut Brainstorming diberi
tahu terlebih dahulu dengan jelas tujuan dari brainstorming tersebut yaitu
mengetahui diet atau asupan nutrisi yang penting bagi pasien, sehingga semua
orang yang hadir bisa mempersiapkan diri
2. Pastikan bahwa anggota yang ikut dalam brainstorming mengerti ruang lingkup
permasalahannya yaitu tentang asupan nutrisi pasien atau diet.
3. Suasana harus santai dan nyaman, agar semua orang dapat mengungkapkan ide
atau gagasan mereka dengan lebih terbuka
4. Setiap orang yang ikut harus berpikiran positif, walaupun masalah yang
dihadapinya berat, ketika kesulitan merubah kebiasaan makan makanan yang
tidak sehat dan tidak memikirkan kandungannya.
5. Setiap orang harus tahu peraturan dasar dari brainstorming (sesi waktu antara
15-30 menit untuk mengungkapkan pendapat) dan dapat mengendalikan diri
masing-masing.
6. Permasalahan tentang nutrisi pasien gagal jantung harus diurai dengan jelas dan
bersama-sama, agar semua anggota mengerti dan berpikir atas dasar itu bukan
yang lain
7. Setiap ide atau gagasan yang diajukan (baik spontan ataupun bergantian) harus
cukup jelas latar belakangnya dan rasionalnya dalam konteks ini ada benang
merah antara permasalahan diet yang buruk dan ide yang diajukan, misalnya
perubahan asupan sehari-hari.
8. Mencatat semua ide bisa di papan tulis/sticky notes yang dapat dilihat dengan
jelas oleh seluruh tim.
9. Setelah selesai semua anggota tim mengeluarkan ide, gagasan dan pendapat.
Seluruh tim me-review semua ide dan memastikan semua peserta memahami
apa yang dimaksud dan mengevaluasi seluruh daftar, menghilangkan duplikasi
dan mengkombinasi yang sejenis.
10. Brainstorming akan berhasil apabila semua orang dapat mengali ide kreatif dalam
suasana bebas, tanpa kritik dan mau mendengarkan pendapat yang berbeda dari
perspektif kita.

10
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Diet jantung atau diet pada penderita penyakit jantung dan pembuluh darah
secara umum adalah, pengaturan pola makan khusus terhadap penderita penyakit
jantung baik kuantitas maupun jenis makanan. Dengan melakukan diet secara benar
dan rutin, pasien bisa menurunkan tekanan darah dan penyakit lainnya. Diet ini
meliputi makanan rendah sodium (garam), biji-bijian utuh, buah-buahan, sayuran, dan
produk susu rendah lemak. Diet ini bertujuan untuk memberikan makanan
secukupnya tanpa memberatkan kerja jantung, menurunkan berat badan bila terlalu
gemuk, mencegah atau menghilangkan penimbunan garam atau air.
Menyampaikan edukasi tentang diet ini dapat menggunakan metode
brainstorming yaitu tiap pasien mengutarakan pendapatnya tentang diet ini,
mendiskusikan masalahnya, dan mendapatkan kesimpulan yang diinginkan. Prinsip
edukasi ini melewati dua elemen chronis care model yaitu self management,
kemampuan diri untuk mengatur dirinya sendiri dan decision support untuk
menentukan keputusan selanjutnya demi kesehatan pasien.

B. Saran
1. Bagi Pasien Gagal Jantung
Pasien gagal jantung hendaknya meningkatkan kepatuhannya dalam
melaksanakan diet makanan sehingga dengan diet tersebut tingkat kekambuhan
menurun dan kualitas hidup pasien gagal jantung dapat meningkat.
2. Bagi Perawat
Perawat hendaknya meningkatkan perannya di masyarakat dengan melakukan
upaya-upaya peningkatan pengetahuan masyarakat yaitu dengan melakukan
kegiatan-kegiatan pendidikan kesehatan kepada masyarakat.

11
DAFTAR PUSTAKA

Aaronson, I. Philip. and Ward, P.T. Jeremy., 2010. At a Glance Sistem Kardiovaskuler.
Jakarta : EGC.
PERKI, 2015, Pedoman Tatalaksana Hipertensi pada Penyakit Kardiovaskular, edisi pert.,
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia, Jakarta
Riset Kesehatan Dasar(Riskesdas). (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian RI tahun 2013
Saputra, Lyndon, Dr., 2013, Buku Saku Harrison Kardiologi (diterjemahkan oleh: Fajar Arifin
Gunawijaya), Tangerang: Karisma Publishing Group
www.improvingchroniccare.org
Brainstorming oleh Dr, Eliezer H. Hardjo, PH.D, CM tertanggal 30 Desember 2011

12
LAMPIRAN

13

Anda mungkin juga menyukai