Disusun Oleh:
Putri Anggraeni
02127064
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya
saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan “Tugas Keperawatan Gerontik Asuhan
Keperawatan Dengan Hipertensi”. Tidak lupa saya ucapkan kepada dosen pembimbing dan
teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah UAS ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari sempurna dan disana sini
masih banyak kekurangan dan, oleh sebab itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca.
Pada kesempatan ini juga kami tak lupa mengucapkan terima kasih.Dan semoga dengan
selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman.Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN
B. Tujuan ....................................................................................................................... 2
A. Pengkajian ................................................................................................................ 9
B. Diagnosa .................................................................................................................... 9
C. Intervensi .................................................................................................................9
D. Implementasi ...........................................................................................................9
E. Evaluasi .................................................................................................................... 9
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 10
B. Saran ....................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini, diseluruh dunia jumlah orang lanjut usia diperkirakan ada 500 juta dengan
usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan
mencapai 1,2 milyar. Di Negara maju seperti amerika serikat pertambahan orang lanjut usia
diperkirakan 1000 orang per hari pada tahun1985 dan diperkirakan 50% dari penduduk berusia
di atas 50 tahun sehingga istilah baby boom pada masa lalu berganti menjadi “ledakan
penduduk lanjut usia” (lansia) (Padila, 2017).
Sering kali keberadaan lanjut usia dipersepsikan secara negative, dianggap sebagai
beban keluarga dan masyarakat sekitarnya. Kenyataan mendorong semakin berkembangnya
anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin banyaknya masalah kesehatan yang
dialami oleh lanjut usia. Lanjut usia cenderung dipandang masyarakat tidak lebih dari
sekelompok orang yang sakit-sakitan. Banyak pula lanjut usia yang justru berperan aktif,
tidak saja dalam keluarganya, tetapi juga dalam masyarakat sekitarnya (Nugroho, 2012)
Perubahan yang wajar dalam usia lanjut dalam proses berfikir, mengingat serta
dalam proses menangkap maupun merespon sesuatu sudah mulai mengalami penurunan
secara berkala. Proses menua secara individu mengakibatkan beberapa masalah baik masalah
secara fisik, biologis, mental maupun social ekonominya. Hal ini dapat dilihat terkait dengan
masalah kesehatan yang paling banyak dialami adalah penyakit tidak menular salah satu
diantaranya penyakit hipertensi, salah satu penyakit hipertensi yang paling banyak
menyerang pada lanjut usia (Diantri dan Candra, 2018).
Menurut RISKESDES 2013 pravlensi penyakit hipertensi pada usia 55-64 tahun
45,05%, usia 67-74 tahun 51,9%, usia >75 tahun 54,8%. Penyakit darah tinggi yang sering
dialami oleh golongan lanjut usia.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
C. Metode Penulisan
Dalam penulisan laporan ini pnulis menggunkan metode deskriptif dengan pendekatan
studi kasus yang menggunakan teknik:Wawancara dan Pemeriksaan fisik
BAB II
TINJAUAN TEORI
Usia yang dijadikan patokan untuk lanjut usia berbeda-beda umumnya berkisar antara 60-65
tahun. Beberapa pendapat para ahli tentang batasan usia menurut adalah sebagai berikut:
Di indonesia batasan usia lanjut adalah 60 tahun ke atas terdapat dalam UU no 13 tahun 1998
tentang kesejahteraanlanjut usia. Menurut UU tersebut diatas lanjut usia adalah seseorang
yang mencapai usia 60 tahun ke atas, baik pria maupun wanita (Padila,2013).
Secara individu, pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah fisik
baik secara fisik-biologik, mental maupun sosial ekonomis. Dengan semakin lanjut usia
seseorang, mereka akan mengalami kemunduran terutama di bidang kemampuan fisik, yang
dapat mengakibatkan penurunan pada peranan-peranan sosialnya. Hal ini mengkibatkan pula
timbulnya gangguan di dalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya sehingga dapat
meningkatkan ketergantunga yang memerlukan bantuan orang lain. Lanjut usia tidak saja di
tandai dengan kenunduran fisik, tetapi dapat pula berpengaruh terhadap kondisi mental.
Semakin lanjut seseorang, kesibukan sosialnya akan semakin berkurang hal mana akan dapat
mengakibatkan berkurangnya integrasi dengan lingkungannya. Hal ini dapat memberikan
dampak pada kebahagiaan seseorang (Stanley,2017)
Pada usia mereka yang telah lanjut, sebagian diri mereka masih mempunyai kemanpuan
untuk bekerja. Permasalahannya yang mungkin timbul adalah bagaiman memfungsikan tenaga
dan kemampunan mereka tersebut di dalam situasi keterbatasan kesempatan kerja. Masalah –
masalah pada lanjut usia di kategorikan ke dalam empat besar penderitaan lanjut usia yaitu
imobilisasi, ketidakstabilan, gangguan mental, dan inkontinensia. Imobilisasi dapat disebabkan
karena alasan psikologis dan fisik. Alasan psikologis diantaranya apatis, depresi, dan
kebingungan. Setelah faktor psikologis, masalah fisik akan terjadi sehingga memperburuk
kondisi imobilisasi tersebut dan menyebabkan komplikasi sekunder (Watson, 2016).
Tekanan darah tinggi (hipertensi) terjadi ketika tekanan darah seseorang berada di atas
batas normal. Berdasarkan pedoman umum yang dikeluarkan oleh American Heart
Association, tekanan darah tinggi dapat dibagi menjadi beberapa kategori:
Prehipertensi: Tekanan sistolik antara 120-139 mmHg atau tekanan diastolik antara 80-89
mmHg.
Hypertensi Stage 1 (Tingkat 1): Tekanan sistolik antara 140-159 mmHg atau tekanan
diastolik antara 90-99 mmHg.
Hypertensi Stage 2 (Tingkat 2): Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih tinggi atau tekanan
diastolik 100 mmHg atau lebih tinggi.
3 Macam-macam hipertensi
A. Hipertensi primer
B. Hipertensi sekunder
B . Konsep Medis Penyakit Hipertensi
1. Pengertian Hipertensi
Suatu kondisi ketika tekanan darah terhadap dinding arteri terlalu tinggi.
Biasanya hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah di atas 140/90, dan dianggap parah
jika tekanan di atas 180/120.
1. Klasifikasi hipertensi
Klasifikasi Hipertensi ; Normal. < 120. dan ; Pra-hipertensi. 120 - 139. atau ; Hipertensi
tingkat 1. 140 - 159. atau ; Hipertensi tingkat 2. > 160. atau.
2. Etiologi Hipertensi
Tekanan darah tinggi sering kali tidak menunjukkan gejala. Seiring waktu, jika tidak
diobati, dapat menyebabkan masalah kesehatan, seperti penyakit jantung dan stroke.
3. Patofisiologi Hipertensi
Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara yaitu
jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya
arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku sehingga mereka tidak dapat
mengembang pada saat jantung memompa.
tekanan darah sistolik diatas 140 mmHg atau tekanan darah diastolik diatas 90 mmHg,
sakit kepala bagian belakang, epitaksis/mimisan, rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata
berkunang- kunang, lemah dan lelah.
5. Komplikasi hipertensi
6. Penatalaksanaan hipertensi
Adapun asuhan keperawatan dasar yang di berikan, disesuaikan pada kelompok lanjut usia,
apakah lanjut usia aktif atau pasif, antara lain:
1. Untuk lanjut usia yang masih aktif asuhan keperawatan dapat berupa dukungan tentang
personal hygine, kebersihan lingkungan serta makanan yang sesuai dan kesegaran jasman
2. Untuk lanjut usia yang telah mengalami pasif, yang tergantung pada orang lain. Hal yang
perlu diperhatikan dalam memberikan asuhan keperawatan pada lanjut usia pasif pada
dasarnya sama sama seperti pada lanjut usia aktif, dengan bantuan penuh oleh anggota
keluarga atau petugas. Khususnya bagi yang lumpuh, perlu dicegah agar tidak terjadi stroke
akibat hipertensi.
Lanjut usia mempunyai potensi besar untuk terjadi stroke karena hipertensi berkaitan dengan
bertambahnya usia.
1. Pendekatan fisik
Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia dapat dibagi atas dua bagian, yakni:
A. Klien lanjut usia yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih mampu bergerak tanpa
bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhan sehari-hari masih mampu melakukan sendiri.
B. Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun, yang keadaan fisiknya mengalami
kelumpuhan atau sakit. perawat harus mengetahui dasar perawatan klien lanjut usia ini
terutama tentang hal-hal yang berhubunga dengan keberhasilan perorangan
untuk mempertahankan kesehatannya. kebersihan perorangan (personal hygiene) sanga
penting dalam usaha mencegah timbulnya peradangan, mengingat sumber infeksi dapat
timbul bila keberihan kurang mendapat perhatian.
2. Pendekatan psikis
Bila perawat ingin mengubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap kesehatan,
perawat bisa melakukannya secara perlahan dan bertahap, perawat harus dapat mendukung
mental mereka kea rah pemuasan pribadi sehingga seluruh pengalaman yang dilaluinya tidak
menambah beban, bila perlu diusahakan agar dimasa lanjut usia ini mereka dapat merasa
pua dan bahagia.
3. Pendekatan sosial
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercarita merupakan salah satu upaya
perawat dalam pendekatan social. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama dengan
sesame klien lanjut usia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Pendekatan social ini
merupakan suatu pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya adalh mahluk
social yang membutuhkan orang lain. Dalam pelaksanaannya perawat dapat menciptakan
hubungan social antara lanjut usia dan lanjut usia maupun lanjut usia dan perawat sendiri.
Perawat memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para lajut usia untuk
mengadakan komunikasi dan melakukan rekreasi, misalnya jalan pagi, menonton film, atau
hiburan-hiburan lain. Para lanjut usia perlu dirangsang untuk mengetahui dunia luar, seperti
menonton tv, mendengar radio, atau membaca majalah dan surat kabar. Dapat disadari
bahwa pendekatan komunikasi dalam perawatan tidak kalah pentingnya dengan upaya
pengobatan medis dalam proses penyembuhan atau ketenangan para klien lanjut usia.
1. Pengkajin
Tujuan:
NIM 02127064
I. Data Umum
1. Kepala Keluarga (KK) : Tn. R
2. Jenis Kelamin : laki-laki
3. Umur/ tanggal lahir : 75 tahun, 14-April-1948
4. Agama : islam
5. Pendidikan : smk
6. Pekerjaan : karyawan swasta
7. Alamat : Jl. Tipar Timur RT.002 / RW.004 , Jakarta Utara 14130
II. Susunan Anggota Keluarga
No Nama Umur Jn. Hub Pendidika Pekerja Status
kelamin dengan KK n an kesehatan
1. Burhan 55 Laki-laki Sd Karyawa Baik
nswasta
2. Asep 60 Laki-laki Smp IRT Baik
3. Siti 70 Perempua Sma Karyawa Baik
n nswasta
4. Amel 75 Perempua Smk IRT Baik
n
1. Genogram:
C. Aktifitas Olahraga
1. Apakah keluarga senang olah raga ?
( ) Tidak (√) Ya, Sebutkan jenisnya = lari pagi
2. Kapan olah raga biasa dilakukan ?
( ) Setiap hari (√) Tidak tentu ( ) Setiap minggu
( ) Lain-lain
3. Apakah sumua anggota keluarga mengikutinya
(√ ) Ya ( ) Tidak, alasannya
D. Kebersihan Diri
1. Mandi : 2 X per hari
2. Sikat gigi :3 X per hari
3. Cuci rambut : 3 X per minggu
IV. Status Sosial Ekonomi
1. Apakah setiap anggota keluarga sudah mempunyai penghasilan sendiri
( ) Ya (√ ) Tidak
2. Apakah penghasilan digunakan untuk kepentingan keluarga
(√ ) Ya ( ) Tidak
3. Bila digabung pendapatan keluarga sebulan
( ) Kurang dari Rp. 500.000,- ( √) Rp. 500.000,- s/d Rp. 8.000.000,-
( ) Lebih dari Rp. 8.000.000,-
4. Apakah penghasilan keluarga mencukupi untuk biaya hidup sehari-hari
(√) Ya ( ) Tidak
5. Bila tidak apa yang dilakukan
6. Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai tabungan
( ) Tidak (√) Ya, Siapa ? ibu
7. Siapakah pengelola keuangan dalam keluarga
( ) Ayah (√) Ibu ( ) Lain-lain
B. Fungsi sosial
C. Fungsi pendidikan
E. Fungsi religius
F. Fungsi reproduksi
G. Fungsi Afeksi
Tn. R Mengatakan saat melakukan aktifitas yang berlebihan, Merasa terganggu karena
seringnya sakit kepala seperti tertusuk-tusuk jarum di persendian kaki. Tn. R mengatakan
suka mengkonsumsi daging-dagingan, susu dan makanan lemak lainya. Tn. R tidak tahu
bagaimana cara mengurangi hipertensi saat penyakitnya kambuh kembali. Tn. R mengatakan
periksa terakhir kali tanggal 8 Agustus 2023.
: Laki-laki
: Perempuan
: Tinggal Serumah
: Perempuan meninggal
: Laki-laki meninggal
Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
Keperawatan
1 DS : Tn. R mengatakan sering sulit Kurang Kontrol Gangguan Pola
tidur dimalam hari dikarenakan Tidur Tidur
merasa pusing dan (SDKI, D.0055, Hal:
pegal di belakang kepala. Durasi tidur 126)
Tn. R pada malam hari pukul 01.00
WIB
sampai pukul 04.00 WIB. Sedangkan
durasi tidur siang Tn. R pukul 10.00
WIB
sampai pukul 11.30 WIB, seteah itu
tidur kembali pukul 13.00 WIB dan
bangun pukul
15.00 WIB
DO :
a. Tampak lingkaran dibawah mata
b. TD: 170/90 mmHg
c. Nadi: 94 ×/menit
d. Repirasi: 20 ×/menit
e. Tampak lelah dan lesu
f. Mata sayup
2 DS : Tn. R mengatakan memiliki Faktor Risiko: Resiko Gangguan
riwayat penyakit hipertensi dan Faktor Mekanis Integritas Kulit
diabetes mellitus. (garukkan) (SDKI, D.0139, Hal:
Keluahan yang dirasakan Tn. R dalam 300)
3 bulan terakhir adalah merasa gatal
pada area
punggung dan lengan, serta
pergelangan kaki kanan terdapat luka
yang baru sembuh.
DO :
a. Terdapat bekas lesi/luka pada
pergelangan kaki kanan tektur bekas
luka kasar
dan kering.
b. Terdapat bekas garukan berwarna
merah pada lengan kiri dan punggung,
kulit
Tn. R tampak kering.
3 DS : Tn. R mengatakan tidak Konflik Manajemen
mengikuti senam pagi bersama, lebih Pengambilan Kesehatan
suka berada Keputusan Tidak Efektif
didalam kamar. (SDKI, D.0116, Hal:
DO : 256)
a. Tn. R sering berada di dalam kamar
dan jarang melakukan aktivitas
b. TD: 170/90 mmHg
c. Nadi: 94 ×/menit
d. Repirasi: 20 ×/menit
e. Suhu: 36,4oC
4 DS : Tn. R mengatakan pandangannya Faktor Risiko: Risiko Jatuh
sedikit kabur. Gangguan (SDKI, D.0143,
DO : Penglihatan Hal:306)
a. Tn. R mengalami perubahan
penglihatan yaitu kabur dan terlihat
selaput putih
pada lensa mata sebelah kanan.
b. Hasil TUG 11 detik, yang artinya
Tn. R memilki keseimbangan yang
masih baik
Evaluasi
Tgl Diagnosis Evaluasi Sumatif
Keperawatan
16-01-22 Gangguan Pola S:
Tidur b.d Kurang Tn. R mengatakan
Kontrol Tidur mengatakan sudah mulai
(SDKI, D.0055, dapat tidur
Hal: 126) malam karena pusing dan
pegal dibelakang kepala
berkurang, Tn. R juga
mengatakan melakukan
relaksasi
otot progresif membantunya
tertidur. Tn. R juga
mengatakan tidur kemarin
malam tidur pukul 21.00
WIB sampai pukul 04.00
WIB dan tadi siang tidur
pukul 13.00-14.00 WIB.
O:
1. Tn. R Tidur siang pukul
12.00-14.00 WIB.
2. Menetapkan tidur malam
pukul 21.00-04.00 WIB,
dan tidur siang pukul 13.00-
14.00 WIB.
3. Tn. R mau menepati
jadwal yang telah dibuat.
4. Tn. R mau dan mampu
melakukan relaksasi
progresif seelum tidur.
5. Tn. R mampu
menyebutkan faktor-faktor
penyebab
gangguan tidur
6. Tampak segar dan
lingkaran hitam dibawah
berkurang
A:
Masalah Teratasi Sebagian
P:
Lanjutkan Intervensi
Dukungan Tidur No. 1, 5, 7
S:
Manajemen Tn. R mengatakan tadi ikut
Kesehatan Tidak senam, makan pagi dan
Efektif b.d Konflik siang dihabiskan, juga
pengambilan meminum obat yang
keputusan (SDKI, diberikan.
D.0116, Hal: 256) O:
1. Tn. R merasa nyaman dan
senang dengan kehadiran
mahasiswa perawat.
2. Tn. R mau menerima
pendidikan mengenai
hipertensi.
3. Menyediakan media
berupa poster.
4. Tn. R mengerti mengenai
faktor yang dapat
meningkatkan tekanan darah
tinggi.
5. Tn. R mengerti mengenai
strategi untuk mengontrol
tekanan darah tinggi.
6. Tn. R sudah mau
beraktivitas diluar kamar.
7. TD: 152/90 mmHg; Nadi:
94 ×/menit; Repirasi: 20
×/menit; Suhu: 36,6oC.
A: Masalah Teratasi
Sebagian
P:
Lanjutkan Intervensi
Dukungan Tanggung jawab
Pada
Diri Sendiri No. 2,3
S:
Risiko Jatuh d.d
Gangguan Tn. R mengatakan akan
penglihatan mengoleskan minyak zaitun
(SDKI, D.0143, secara teratur 2x sehari pada
Hal:306) area yang gatal, merah dan
kering serta pada bekas luka
dipergelangan kaki kanan
atau saat merasa gatal
maupun saat kulit terasa
kering.
Tn. R mengatakan sudah
tidak gatal-gatal pada area
punggung dan lengan.
O:
1. Bekas garukan berwarna
merah pada lengan kiri
dan punggung berkurang.
2. Bekas lesi/luka pada
pergelangan kanan tektur
bekas luka berkurang.
3. Kulit mulai lembab.
4. Tn. R menerima anjuran
mahasisa perawat untuk
mengoleskan minyak zaitun.
5. Tn. R menerima anjuran
mahasisa perawat untuk
minum air secukupnya.
6. Tn. R menerima anjuran
mahasisa perawat untuk
mandi dan menggunakan
sabun secukupnya.
Masalah Teratasi
P:
Hentikan Intervensi
Perawatan Integrital Kulit
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik lebih
dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg, pada dua kali pengukurn
dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat atau tenang (Kementrian
Kesehatan RI,2018).
Berdasarkan uraian bab sebelumnya penulis meyimpulkan asuhan keperawatan dimulai dari
pengkajian hingga evaluasi keperawatan.
2. Saran
A. Bagi institusi
Harapan saya bagi institusi pendidikan yaitu dapat memberikan informasi yang tepat, aktual,
akurat dan mudah dipahami. Alangkah lebih baik lagi jika institusi tersebut memberikan
layanan penempatan jurnal ilmiah pada kasus medis yang dapat digunakan oleh mahasiswa
sebagai bahan penambah referensi, sebagai sarana dalam peningkatan pengetahuan tentang
masalah asuhan keperawatan nyeri akut pada hipertensidan berbagai jurnal ilmiah tentang
aplikasi air rebusan daun salam untuk menurunkan nyeri pada hipertensi.
Bagi masyarakat atau keluarga diharapkan dapat memberikan penanganan utama bagi
penderita hipertensi yang mengalami nyeri menggunakan aplikasi air rebusan daun salam
DAFTAR PUSTAKA
Adam, L. (2019). Determinan hipertensi pada lanjut usia. Jambura Health and Sport Journal,
1(2), 82–89.
Andrea, G. Y. (2013). Korelasi Derajat Hipertensi dengan Stadium Penyakit Ginjal Kronik di
RSUP dr. Kariadi Semarang Periode 2018-2012 [Universitas Diponegoro].
http://eprints.undip.ac.id/43896/
Andrian, N. (2016). Hubungan Konsumsi Makanan dan Kejadian Hipertensi pada Lansia di
Puskesmas Ranomuut Kota Manado. E-Journal Keperawatan, 4(1).
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/view/12132
Anggraeni, N., & Nasution, J. D. (2020). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Lansia Dengan
Riwayat Hipertensi Dalam Pengendalian Tekanan Darah Pada Lansia Di Puskesmas Sibolangit
Kabupaten Deli Serdang Tahun 2019. Jurnal Poltekkes Kemenkes Medan.
http://repo.poltekkes-medan.ac.id/jspui/handle/123456789/2065
Ardhiatma, F., Rosita, A., & Lestariningsih, R. E. M. (2017). Hubungan Antara Pengetahuan
Tentang Gout Arthitis Terhadap Perilaku Pencegahan gout Arthitis Pada Lansia. Global Health
Science, 2(2), 111–116. http://jurnal.csdforum.com/index.php/ghs
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Aripin. (2015). Pengaruh Aktivitas Fisik, Merokok, dan Riwayat Penyakit Dasar terhadap
Terjadinya Hipertensi di Puskesmas Sempu Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015. Universitas
Udayana.
Armilawaty, A. H., & Amirudin, R. (2007). Hipertensi dan Faktor Resikonya dalam Kajian
Epidemiologi. Bagian Epidemiologi Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas
Hasanuddin Makassar.
Azwar, S. (2008). Sikap Manusia : Teori dan Pengukurannya (4th ed.). Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Azzahroh, P., & Oktriani, L. (2018). Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil, Peran Bidan, dan
Peran Suami terhadap Perilaku Pencegahan Hipertensi pada
102
Kehamilan di Puskesmas Pancoran Mas Depok Jawa Barat. Dinamika Kesehatan, 9(1).
.