Anda di halaman 1dari 58

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN


DIABETES MELITUS

Disusun Oleh:
Sariatun Nasiah
02127070

YAYASAN JAYA HUSADA


AKADEMI KEPERAWATAN HUSADA KARYA JAYA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan “Tugas
Keperawatan Gerontik Asuhan Keperawatan Dengan Diabetes Melitus”. Tidak lupa
saya ucapkan kepada dosen pembimbing n teman-teman yang telah memberikan
dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari sempurna dan
disana sini masih banyak kekurangan dan, oleh sebab itu saya sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Pada kesempatan ini juga kami tak lupa mengucapkan terima kasih.Dan semoga
dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman
Amin.

Jakarta, 25 Oktober 2023

Penulia

ii
DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG .............................................................................. 1
B. TUJUAN ................................................................................................... 3
C. RUANG LINGKUP .................................................................................. 3
D. METODE PENULISAN ........................................................................... 4
E. SISTEMATIKA PENULISAN ................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP LANSIA ................................................................................... 5
B. KONSEP MEDIS ...................................................................................... 10
BAB III KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Kegiatan Asuhan keperawatan bagi lansia ................................................ 16
B. Pendekatan keperawatan lansia ................................................................. 17
C. Tujuan asuhan keperawatan lansia ............................................................ 19
D. Fokus asuhan keperawatan ........................................................................ 20
E. Konsep asuhan keperawatan lansia ........................................................... 20
BAB IV LAPORAN KASUS
A. Pengkajian ................................................................................................. 32
B. Diagnosa.................................................................................................... 44
C. Intervensi ................................................................................................... 45
D. Implementasi ............................................................................................. 47
E. Evaluasi ..................................................................................................... 47
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 54
B. Saran .......................................................................................................... 54

\\

iii
BAB I
PENDAHALUAN

A. Latar Belakang
Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang terjadi baik saat pankreas tidak
menghasilkan cukup insulin atau bila tubuh tidak dapat secara efektif
menggunakan insulin yang dihasilkan. Peningkatan glukosa darah yang tidak
terkontrol dapat menyebabkan kerusakan serius pada jantung, pembuluh
darah, mata, ginjal dan saraf (WHO, 2016). Banyak orang yang masih
menganggap penyakit ini merupakan penyakit orang tua atau penyakit yang
hanya timbul karena faktor keturunan. Banyak orang yang tidak menyadari
dirinya mengidap penyakit ini (Shanty, 2011: 23).
Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), terutama
dibidang kedokteran, termasuk penemuan obat-abatan seperti antibiotika yang
mampu “melenyapkan” berbagai penyakit infeksi, berhasil menurunkan angka
kematian bayi dan anak, memperlambat kematian, memperbaiki gizi dan
sanitasi sehingga kualitas dan umur harapan hidup meningkat. Akibatnya,
jumlah penduduk lanjut usia semakin bertambah banyak, bahkan cenderung
lebih cepat dan pesat (Nugroho,2012).
Saat ini, diseluruh dunia jumlah orang lanjut usia diperkirakan ada 500
juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun dan
diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Di Negara maju
seperti amerika serikat pertambahan orang lanjut usia diperkirakan 1000 orang
per hari pada tahun1985 dan diperkirakan 50% dari penduduk berusia di atas
50 tahun sehingga istilah baby boom pada masa lalu berganti menjadi
“ledakan penduduk lanjut usia” (lansia) (Padila, 2013).
Sering kali keberadaan lanjut usia dipersepsikan secara negative, dianggap
sebagai beban keluarga dan masyarakat sekitarnya.kenyataan mendorong
semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan
semakin banyaknya masalah kesehatan yang dialami oleh lanjut usia. Lanjut
usia cenderung dipandang masyarakat tidak lebih dari sekelompok orang yang

1
sakit-sakitan. Banyak pula lanjut usia yang justru berperan aktif, tidak saja
dalam keluarganya, tetpi juga dalam masyarakat sekitarnya (Nugroho, 2012).
Permasalahan pada lansia dalam pemeliharaan kesehatan: hanya 5% yang
di urus oleh institusi, 25% dari semua resep obat-obatan adalah untuk lanjut
usia, penyakit-penyakit mungkin ganda dan kronis hampir 40% melibatkan
lebih dari satu penyakit (komplikasi sering erjadi), akiba-akibat dari
ketidakmampuan akan lebih dari satu penyakit (komplikasi sering terjadi),
akibat-akibat dari ketidakmampuan akan lebih dari satu penyakit (komplikasi
sering terjadi), akbat-akibat dan ketidakmampuan akan lebih cepat terjadi
apabila lanju usia lebih rendah karena proses ketuaan sehingga seorang lanjut
usia lebih mudah terkena penyakit, lanjut usia kurang tahan terhadap tekanan
mental lingkungan dan fisik, pemeliharaan kesehatan yang buruk umumnya
terjadi: kurang dari 1/3 tidak dilakukan check up kesehatan tahunan, banyak
terlihat pemeliharaan kesehatan sebagai pelayanan yang digunakan hanya
selama krisis hidup, banyak terlihat lebih dari satu orang dokter yang melihat
secara terpisah. Ketakutan-ketakutan yang dialami oleh lanjut usia meliputi:
Ketergantungan fisik dan ekonomi, sakit-sakitan yang kronis misalnya
(Arthritis 44%, hipertensi 39%, berkurangnya pendengaran atau tuli 28%, dan
penyakit jantung 27%), kesepian, kebosanan yang disebabkan rasa tidak
diperlukan (Padila,2013).
Perubahan yang wajar dalam usia lanjut dalam proses berfikir, mengingat
serta dalam proses menangkap maupun merespon sesuatu sudah mulai
mengalami penurunan secara berkala. Proses menua secara individu
mengakibatkan beberapa masalah baik masalah secara fisik, biologis, mental
maupun social ekonominya. Hal ini dapat dilihat terkait dengan masalah
kesehatan yang paling banyak dialami adalah penyakit tidak menular salah
satu diantaranya penyakit kronis, salah satu penyakit kronis yang paling
banyak menyerang pada lanjut usia adalah asam urat (Diantri dan Candra,
2013).
Menurut RISKESDES 2013 pravlensi penyakit sendi pada usia 55-64
tahun 45,05%, usia 67-74 tahun 51,9%, usia >75 tahun 54,8%. Penyakit sendi
yang sering dialami oleh golongan lanjut usia yaitu penyakit arthritis gout,

2
osteoritis, dan remothoid arthritis. Sedangkan dari hasil pengumpulan data
penulis di desa percut kecamatan percut sei tuan kabupaten deli serdang pada
bulan desember 2015 terdapat 1,90% penduduk yang menderita gout arthritis.
Banyak masalah yang akan terjadi pada lansia, baik dalam fisik maupun
dalam psikososialnya. Maka masalah yang akan terjadi pada lansia harus
dicegah melalui hal-hal yang berkaitan dengan lingkungan seperti latihan fisik
melatih pergerakan, modifikasi lingkungan untuk mencegah terjadinya cidera
pada lansia dan melatih kebiasaan pasien.
Hail pendataan jumlah lansia yang telah dilakukan pada tanggal 1-3
desember 2015 di Dusun XI Desa Percut kecamatan Percut Sei Tuan yaitu
berjumlah 52 orang. Lansia awal 46-55 tahun sekitar 24 orang dengan
persentase 46,15%, lansia akhir 56-65 tahun sekitar 17 orang dengan
persentase 32,69% sedangkan lansia manula sekitar 11 orang dengan
persentase 21,15%.
Berdasarkan data di atas dan untuk mengaplikasikan mata kuliah gerontik
penulis melakukan pengkajian di kelurahan papanggo jakarta utara. Dengan
kewajiban mengambil 1 kasus, membawa kasus kelolaan yang dibahas dari
BAB 1- BAB 5 yang penulis angkat yaitu Asuhan Keperawatan Gerontik
Dengan Gout Arthritis Pada Ny.A di lansia di balai/pos RT. 02-03 RW 07
Kel.Papanggo, Jakarta Utara.

B. Tujuan Penulisan
1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu untuk melakuakan asuhan keperawatan gerontik
dengan gout arthritis
2 Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan gerontik
dengan gout arthritis
b. Mahasiswa mampu menegakkan diagnose keperawatan dengan gout
arthritis
c. Mahasiswa mampu membuat rencana keperawatan gerontik dengan
gout arthritis

3
d. Mahasiswa mampu melakukan implementasi keperawatan gerontik
dengangout arthritis
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada klien dengan gout
arthritis.
C. Ruang Lingkup
Dalam penulisan laporan ini, penulis membahas asuhan keperawatan gerontik
dengan gout arthritis pada pasien lansia di balai/pos RW 07 Kel.Papanggo,
Jakarta Utara.
D. Metode Penulisan
Dalam penulisan laporan ini penulis menggunakan metode deskriptif
dengan pendekatan studi kasus yang menggunakan teknik:
1. Wawancara
2. Pemeriksaan fisik
3. Studi kepustakaan
E. Sistematika penulisan
BAB I :Pendahuluan meliputi latar belakang, tujuan penulisan, ruang
lingkup, metode penulisan.
BAB II :Tinjauan teoritis terdiri dari konsep lansia dan konsep medis
BAB III :Konsep Dasar Asuhan Keperawatan meliputi pengkajian,
diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi
BAB IV :Laporan Kasus
BAB V :Penutup

4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Lansia
1 Defenisi
Usia lanjut adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu
proses perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade (
Notoatmojo, 2011). Menurut WHO, 1998 dikatakan usia lanjut
tergantung dari konteks kebutuhan yang tidak bisa dipisah-pisahkan,
konsep kebutuhan tersebut dihubungkan seecara biologis sosial dan
ekonomi. Lanjut usia atau usia tua adalah suatu periode dalam tentang
hidup seseorang, yaitu suatu periodedi mana seseorang ’’beranjak jauh’’
dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari
waktu yang penuh bermanfaat (Hurlock, 2009).
2 Batasan-batasan Lanjut Usia
Usia yang dijadikan patokan untuk lanjut usia berbeda-beda umumnya
berkisar antara 60-65 tahun. Beberapa pendapat para ahli tentang batasan
usia menurut adalah sebagai berikut:
a. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) adalah empat tahapan
yaitu:
1) Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun
2) Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun
3) Lanjut usia tua (old) 75-90 tahun
4) Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun
Di indonesia batasan usia lanjut adalah 60 tahun ke atas terdapat
dalam UU no 13 tahun 1998 tentang kesejahteraanlanjut usia.
Menurut UU tersebut diatas lanjut usia adalah seseorang yang
mencapai usia 60 tahun ke atas, baik pria maupun wanita
(Padila,2013).
3 Masalah-masalah Pada Lanjut Usia
Secara individu, pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai
masalah fisik baik secara fisik-biologik, mental maupun sosial ekonomis.

5
Dengan semakin lanjut usia seseorang, mereka akan mengalami
kemunduran terutama di bidang kemampuan fisik, yang dapat
mengakibatkan penurunan pada peranan-peranan sosialnya. Hal ini
mengkibatkan pula timbulnya gangguan di dalam hal mencukupi
kebutuhan hidupnya sehingga dapat meningkatkan ketergantunga yang
memerlukan bantuan orang lain. Lanjut usia tidak saja di tandai dengan
kenunduran fisik, tetapi dapat pula berpengaruh terhadap kondisi mental.
Semakin lanjut seseorang, kesibukan sosialnya akan semakin berkurang
hal mana akan dapat mengakibatkan berkurangnya integrasi dengan
lingkungannya. Hal ini dapat memberikan dampak pada kebahagiaan
seseorang (Stanley, 2007).
Pada usia mereka yang telah lanjut, sebagian diri mereka masih
mempunyai kemanpuan untuk bekerja. Permasalahannya yang mungkin
timbul adalah bagaiman memfungsikan tenaga dan kemampunan mereka
tersebut di dalam situasi keterbatasan kesempatan kerja. Masalah –
masalah pada lanjut usia di kategorikan ke dalam empat besar
penderitaan lanjut usia yaitu imobilisasi, ketidakstabilan, gangguan
mental, dan inkontinensia. Imobilisasi dapat disebabkan karena alasan
psikologis dan fisik. Alasan psikologis diantaranya apatis, depresi, dan
kebingungan. Setelah faktor psikologis, masalah fisik akan terjadi
sehingga memperburuk kondisi imobilisasi tersebut dan menyebabkan
komplikasi sekunder (Watson, 2003).
Faktor fisik yang menyebabkan imobilisasi mencakup fraktur
ekstremitas, nyeri pada pergerakan artrithis, paralis dan penyakit
serebrovaskular, penyakit kardiovaskular yang menimbulkan kelelahan
yang ekstrim selama latihan, sehingga terjadi ketidakseimbangan. Selain
itu penyakit seperti parkinson dengan gejala tomor dan ketidakmampuan
untuk berjalan merupakan penyebab imobilisasi. Masalah yang nyata dari
ketidakstabilan adalah jatuh karena kejadian ini sering dialami oleh lanjut
usia dimana wanita yang jatuh, dua kali lebih sering dibanding pria
(Watson, 2003).

6
Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi
mata yang melihat kejadian, yang mengakibatkan seseorangmendadak
terbaring dan terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan
atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka yang akibat jatuh dapat
menyebabkan imobilisasi (Reuben, 1996 dalam Darmojo, 2000).
Gangguan mental merupakan yang sering terjadi sehubungan
dengan terjadinya kemerosotan daya ingat. Beberapa kasus ini
berhubungan dengan penyakit – penyakit yang merusak jaringan otak,
sehingga kebanyakan masalah turunnya daya ingat lanjut usia bukanlah
sebagai akibat langsung proses penuaan tetapi karena penyakit. Sebagian
besar lanjut usia memerlukan perawatan karena menderita gangguan
mental. Konfusi (kebingungan) adalah masalah utama yang memfunyai
konsekuensi untuk semua aktivitas sehari – hari. Lanjut usia yang
mengalami konfusi tidak akan mampu untuk makan, tidak
mampumengontrol diri, bahkan menunjukkan perilaku yang agresif
sehingga lanjut usia memerlukan perawatan lanjutan untuk mengatasi
ketidakmampuan dan keamanan lingkungan tempat tinggal lanjut usia
secara umum. Bantuan yang di berikan adalah melalui petugas panti dan
dukungan keluarga. Insiden inkontinensia biasanya meningkat pada
lanjut usia yang kehilangan kontrol berkemih dan defekasi. Hal ini
berhubungan dengan faktor akibat penuaan dan faktor nutrisi seperti yang
telah di jelaskan diatas adalah efek dari imobilisasi (Darmojo, 2000).
Inkontinensia lebih banyak diderita oleh perempuan dari pada laki-
laki. Wanita yang melahirkan anak dengan otot dasar panggul yang
lemas, menjadi penyebab inkontinensia. Pada laki-laki, penyebab
umumnya adalah pembesaran kelenjar prostat dan diperlukan prosedur
bedah untuk menangani kondisi tersebut (Watson, 2003).
4 Teori-teori Proses Menua
Teori – teori penuaan ada 2 jenis yaitu teori biologis dan teori psikologis.
Teori biologis meliputi teori seluler, sintesis protein, sintesis imun, teori
pelepasan, teori aktivitas, dan teori berkelanjutan.
a. Teori Biologis

7
Teori seluler mengemukakan bahwa sel di program hanya untuk
membelah pada waktu yang terbatas serta kemampuan sel yang
hanya dapat membelah dalam jumlah yang tertentu dan kebanyakan
diprogram membelah sekitar 50 kali. Jika sebuah sel pada lanjut usia
dilepas dari tubuh dan di biakkan dari laboratorium, lalu diobservasi,
jumlah sel yang akan membelah akan terlihat sedikit, pembelahan sel
lebih lanjut mungkin terjadi untuk pertumbuhan dan perbaikan
jaringan sesuai dengan berkurangnya umur.
b. Teori sintesis protein mengemukakan bahwa proses penuaan terjadi
ketika protein tubuh terutama kolagen dan elastin menjadi kurang
fleksibel dan kurang elastis. Pada lanjut usia, beberapa protein di
buat oleh tubuh dengan bentuk dan struktur yang berbeda dari pritein
tubuh orang yang lebih muda. Banyak kolagen pada kartilago dan
elastin pada kulit yang kehilangan fleksibilitasnya serta menjadi
tebal, seiring dengan bertambahnya usia.
c. Teori sistem imun mengemukakan bahwa kamampuan sistem imun
mengalami kemunduran pada masa penuaan dan mengakibatkan
terjadinya peningkatan infeksi, penyakit autoimun, dan kanker.
Terdapat juga perubahan yang progresif dalam kemampuan tubuh
untuk berespon secara adaptif (Homeostasis), seiring dengan
pengunduran fungsi dan penurunan kapasitas untuk beradaptasi
terhadap stres biologis dehidrasi, hipotermi, dan proses penyakit akut
dan kronik.
d. Teori Pelepasan. Teori ini memberikan pandangan bahwa
penyesuaian diri lanjut usia merupakan suatu proses yang secara
berangsur – angsur sengaja di lakukan mereka dengan mengurangi
aktivitasnya untuk bersama – sama melepaska diri atau menarik diri
dari masyarakat.
e. Teoti Aktivitas. Teori ini berlawanan dengan teori pelepasan dimana
teori ini berpandangan bahwa walaupun lanjut usia pasti terbebas
dari aktivitas, tetapi mereka secara bertahap mengisi waktu luangnya
dengan melakukan aktivitas lain sebagai kompensasi dan

8
penyesuaian. dengan kata lain sebagai orang yang telah berumur,
mereka meninggalkan bentuk aktivitas yang pasti dan
mengkompensasikan dengan melakukan banyak aktivitas yang baru
untuk mempertahankan hubungan antara sitem sosial dan individu
daru usia pertengahan kelanjut usia.
f. Teori Berkelanjutan. Teori ini menjelaskan bahwa sebagaimana
dengan bertambahnya usia, masyarakat berupaya secara terus
menerus mempertahankan kebiasaan, pernyataan, dan pilihan yang
tepat sesuai dengan dnegan kepribadiannya (Darmojo, 1999 dalam
Watson, 2003).
5 Perubahan-Perubahan Pada Lanjut Usia
Menua (menjadi tua ) adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memeperbaiki
diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak
dapat bertahan terhadap infeksi dan memeperbaiki kerusakan yang
diderita (constantinides, 1994). Proses menua merupakan proses yang
terus menerus (berlanjut) secara alamiah. Dimulai sejak lahir dan
umumnya pada semua mahkluk hidup. Menua bukanlah suatu penyakit
tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam
menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh. Bagi
sebagian orang besar, proses manua adalah suatu proses perubahan
klinikal yang didasarkan pada pengalaman dan observasi yang di
defenisikan (Nugroho, 2012) yaitu;
a. Penuaan pada kemikal dengan manifestasi perubahan struktur kristal
atau pada makromolekular,
b. Penuaan ekstraseluler dengan manifestasi progresif pada jaringan
kolagen dan jaringan elastis atau kekurangan amiloid,
c. Penuaan intraseluler dengan menifestasi perubahan komponen sel
normal atau akumulasi substansi
d. Penuaan pada organism
Pada lansia sering terjadi komplikasi penyakit atau multiple
penyakit. Hal ini di pengaruhi berbagai faktor, terutama oleh

9
perubahan-perubahan dalam diri lansia tersebut secara fisiologis.
Lansia akan lebih sensitive terhadap penyakit seperti terhadap nyeri,
temperature, dan penyakit berkemih.
6 Penyakit umum pada lanjut usia
Ada 4 penyakit yang sangat erat hubungannya dengan proses menua
(Watson,2003) yakni:
a. Gangguan sirkulasi darah misalnya hipertensi
b. Gangguan metabolisme hormonal misalnya diabetes
melitus,klimakterium,hipertiroid dan hipotiroid
c. Gangguan pada persendian misalnya osteoartritis,gout ataupun
penyakit kolagen lainnya
d. Berbagai macam neoplasma
Penyakit yang sering di jumpai pada lansia menurut NOPWC di
inggris:
a. Gangguan pendengaran
b. Bronkhitis kronis
c. Gangguan tungkai
d. Gangguan pada sendi
e. Dimensia
f. DM,osteomalasia,hipotiroidisme.
B. Konsep Penyakit Gout Arthiritis
1 Pengertian
Gout adalah penyakit metabolic yang ditandai dengan penumpukan
asam urat yang nyeri pada tulang dan sendi, sangat sering ditemukan
pada kaki bagian atas, pergelangan dan kaki bagian tengah ( Merkie,
Carrie, 2009 ).
Gout merupakan kelompok keadaan heterogenous yang
berhubungan dengan defek genetic pada metabolisme purin atau
hiperuricemia ( Brunner & Suddarth, 2009 : 1810 ). Jadi, Gout atau
sering disebut asam urat adalah suatu penyakit metabolik dimana tubuh
tidak dapat mengontrol asam urat sehingga terjadi penumpukan asam urat
yang menyebabkan rasa nyeri pada tulang dan sendi.

10
2 Klasifikasi
a. Gout primer
Merupakan akibat langsung pembentukan asam urat tubuh yang
berlebih atau akibat penurunan ekresi asam urat.
b. Gout sekunder
Disebabkan karena pembentukan asam urat yang berlebih atau
ekresi asam urat yang bekurang akibat proses penyakit lain atau
pemakaian obat tertentu.
3 Etiologi
Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya
deposit/penimbunan Kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan asam
urat sering terjadi pada penyakit dengan metabolisme asam urat abnormal
dan kelainan metabolic dalam pembentukan purin dan eksresi asam urat
yang kurang dari ginjal. Beberapa faktor lain yang mendukung seperti :
a. Faktor genetic seperti gangguan metabolisme purin yang
menyebabkan asam urat berlebihan ( Hiperuricemia ), retensi asam
urat atau keduanya.
b. Penyebab sekunder yaitu akibat obesitas, diabetes mellitus,
hipertensi, gangguan ginjal yang kan menyebabkan :
1) Pemecahan asam yang dapat menyebabkan hiperuricemia
2) Karena penggunaan obat – obatan yang menurunkan eksresi
asam urat seperti : aspirin, diuretic, levodopa, diazoksid, asam
nikotinat, aseta zolamid dan etambutol.
3) Pembentukan asam urat yang berlebih :
a) Gout primer metabolic disebabkan sistensi langsung yang
bertambah.
b) Gout sekunder metabolic disebabkan pembentukan asam
urat berlebih karena penyakit lain seperti leukemia.
4) Kurang asam urat melalui ginjal
a) Gout primer renal terjadi karena eksresi asam urat di
tubulus distal ginjal yang sehat.

11
b) Gout sekunder renal disebabkan oleh karena kerusakan
ginjal misalnya glomeronefritis kronik atau gagal ginjal
kronik. 95 % penderita gout ditemukan pada pria. Gout
sering menyerang wanita pada post menopause usia 50 – 60
tahun. Juga dapat menyerang laki – laki usia pubertas dan
atau usia diatas 30 tahun. Penyakit ini paling sering
mengenai sendi metarsofaringeal, ibu jari kaki, sendi lutut
dan pergelangan kaki.

4 Patofisiologi
Adanya gangguan metabolisme purin dalam tubuh, intake bahan
yang mengandung asam urat tinggi dan system eksresi asam urat yang
tidak adekuat akan menghasilkan akumulasi asam urat yang berlebihan di
dalam plasma darah ( hiperuricemia ), sehingga mengakibatkan Kristal
asam urat menumpuk dalam tubuh. Pennimbunan ini menimbulkan iritasi
lokal dan menimbulkan responinflamasi.
Hiperuricemia merupakan hasil :
a. Meningkatnya produksi asam urat akibat metabolisme purine
abnormal.
b. Menurunnya eksresi asam urat.
c. Kombinasi keduanya.
Saat asam urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh
lain, maka asam urat tersebut akan mengkristal dan akan membentuk
garam – garam urat yang berakumulasi atau menumuk di jaringan
konectif diseluruh tubuh, penumpukan ini disebut tofi. Adanya Kristal
memicu respon inflamasi akut dan netrofil melepaskan lisosomnya.
Lisosom tidak hanya merusak jaringan, tapi juga menyebabkan inflamasi.
Banyak faktor yang berperan dalam mekanisme serangan gout.
Salah satunya yang telah diketahui peranannya adalah konsentrasi asam
urat dalam darah. Mekanisme serangan gout akan berlangsung melalui
beberapa fase secara berurutan, sebagai berikut :

12
a. Presipitasi Kristal monosodium urat. Dapat terjadi dalam jaringan bila
konsentrasi dalam plasma lebih dari 9 mg/dl. Prseipitasi ini terjadi di
rawan, sonovium, janringan para – artikuler misalnya bursa, tendon
dan selaputnya. Kristal urat yang bermuatan negatif akan dibungkus (
coate ) oleh berbagai macam protein. Pembungkusan dengan IgG akan
merangsang netrofil untuk berespon terhadap pembentukan Kristal.
b. Respon leukosit polimorfonukuler ( PMN ). Pembentukan Kristal
menghasilkan faktor kemotaksis yang menimbulkan respon leukosit
PMN dan selanjutnya akan terjadi fagositosis Kristal oleh leukosit.
5 Pathway

6 Manifestasi Klinis
Gout akut berupa :
a. Nyeri hebat
b. Bengkak dan berlangsung cepat pada sendi yang terserang

13
c. Sakit kepala
d. Demam
Gangguan kronik berupa :
a. Serangan akut
b. Hiperurisemia yang tidak diobati
c. Terdapat nyeri dan pegal
d. Pembengkakan sendi membentuk noduler yang disebut tofi (
penumpukan monosodium asam urat dalam jaringan)
7 Komplikasi
a. Deformitas (perubahan bentuk) sendi yang terjadi akibat serangan
berulang yang akhirnya merusak kartilago artikuler (Tulang yang
berada pada sekitar sendi).
b. Batu ginjal
c. Gagal ginjal kronis
d. Hipertensi
8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ditujukan untuk mengakhiri serangan akut secepat
mungkin, mencegah serangan berulang dan pencegahan komplikasi.
a. Medikasi
1) Pengobatan serangan akut dengan Colchine 0,6 mg PO, Colchine
1,0 – 3,0 mg ( dalam Nacl/IV), phenilbutazon, Indomethacin.
2) Terapi farmakologi ( analgetik dan antipiretik )
3) Colchines ( oral/iv) tiap 8 jam sekali untuk mencegah fagositosis
dari Kristal asam urat oleh netrofil sampai nyeri berkurang.
4) Nostreoid, obat – obatan anti inflamasi ( NSAID ) untuk nyeri
dan inflamasi.
5) Allopurinol untuk menekan atau mengontrol tingkat asam urat
dan untuk mencegah serangan.
6) Uricosuric untuk meningkatkan eksresi asam urat dan
menghambat akumulasi asam urat.
7) Terapi pencegahan dengan meningkatkan eksresi asam urat
menggunakan probenezid 0,5 g/hrai atau sulfinpyrazone (

14
Anturane ) pada pasien yang tidak tahan terhadap benemid atau
menurunkan pembentukan asam urat dengan Allopurinol 100 mg
2x/hari.
b. Perawatan
1) Anjurkan pembatasan asupan purin : Hindari makanan yang
mengandung purin yaitu jeroan ( jantung, hati, lidah, ginjal, usus
), sarden, kerang, ikan herring, kacang – kacangan, bayam, udang,
dan daun melinjo.
2) Anjurkan asupan kalori sesuai kebutuhan : Jumlah asupan kalori
harus benar disesuaikan dengan kebutuhan tubuh berdasarkan
pada tinggi dan berat badan.
3) Anjurkan asupan tinggi karbohidrat kompleks seperti nasi,
singkong, roti dan ubi sangat baik di konsumsi oleh penderita
gangguan asam urat karena akan meningkatkan pengeluaran asam
urat melalui urin.
4) Anjurkan asupan rendah protein, rendah lemak
5) Anjurkan pasien untuk banyak minum.
6) Hindari penggunaan alkohol.

BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Kegiatan Asuhan Keperawatan Dasar Bagi Lanjut Usia

15
Kegiatan ini menurut Depkes (1993 1b), dimaksudkan untuk memberikan
bantuan, bimbingan, pengawasan, perlindungan dan pertolongan kepada
lanjut usia secara individu maupun kelompok, seperti di rumah/lingkungan
keluarga, Panti Werda maupun Puskesmas, yang di berikan perawat. Untuk
asuhan keperawatan yang masih dapat dilakukan oleh anggota keluarga atau
petugas sosial yang bukan tenaga keperawatan, diperlukan latihan
sebelumnya atau bimbingan langsung pada waktu tenaga keperawatan
melakukan asuhan keperawatan di rumah atau panti. (Depkes, 1993 1b).
Adapun asuhan keperawatan dasar yang di berikan, disesuaikan pada
kelompok lanjut usia, apakah lanjut usia aktif atau pasif, antara lain:
1 Untuk lanjut usia yang masih aktif, asuhan keperawatan dapat berupa
dukungan tentang personal hygine, kebersihan lingkungan serta makanan
yang sesuai dan kesegaran jasmani.
2 Untuk lanjut usia yang telah mengalami pasif, yang tergantung pada orang
lain. Hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan asuhan keperawatan
pada lanjut usia pasif pada dasarnya sama sama seperti pada lanjut usia
aktif, dengan bantuan penuh oleh anggota keluarga atau petugas.
Khususnya bagi yang lumpuh, perlu dicegah agar tidak terjadi dekubitus.
Lanjut usia mempunyai potensi besar untuk terjadi dekubitus karena
perubahan kulit berkaitan dengan bertambahnya usia, antara lain:
1 Berkurangnya jaringan lemak subkutan.
2 Berkurangnya jaringan kolagen dan elastisitas.
3 Menurunnya efisiensi kolateral kapital pada kulit sehingga kulit menjadi
lebih tipis dan rapuh.
4 Ada kecendrungan lansia imobisasi sehingga potensi terjadinya
dekubitus.
Disamping itu, faktor intrinsik (tubuh sendiri) juga berperan untuk terjadinya
dekubitus, yakni:
1 Status gizi
2 Anemia
3 Adanya hipoalbunemia
4 Adanya penyakit-penyakit neurologik

16
5 Adanya penyakit-penyakit pembuluh darah
6 Adanya dehidrasi
Faktor ekstrinsik, yakni:
1 Kurang kebersihan tempat tidur
2 Alat-alat tenun yang kusut dan kotor
3 Kurangnya perawaatan yang baik dari perawatan

B. Pendekatan Keperawatan Lanjut Usia


1 Pendekatan fisik
Perawatan yang memperhatikan kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian-
kejadian yang dialami klien lanjut usia semasa hidupnya, perubahan fisik
pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dan
dikembangkan, dan penyakit yang dapat dicegah atau ditekan
progresivitasnya.
Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia dapat dibagi atas dua
bagian, yakni:
a. Klien lanjut usia yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih
mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhan
sehari-hari masih mampu melakukan sendiri.
b. Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun, yang keadaan
fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit. perawat harus
mengetahui dasar perawatan klien lanjut usia ini terutama tentang
hal-hal yang berhubunga dengan keberhasilan perorangan untuk
mempertahankan kesehatannya. kebersihan perorangan (personal
hygiene) sanga penting dalam usaha mencegah timbulnya
peradangan, mengingat sumber infeksi dapat timbul bila keberihan
kurang mendapat perhatian.
2 Pendekatan psikis
Di sini perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan
pendekatan adukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan
sebagai supporter, interpreter terhaadap segala sesuatu yang asing,
sebagai penamung rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab.

17
Perawat hendaknnya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam
memberikan kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima
berbagai bentuk keluhan agar para lanjut usia merasa puas. Perawat harus
selalu memegang prinsip “Triple S”, yaitu sabar, simpatik, dan service.
Bila perawat ingin mengubah tingkah laku dan pandangan mereka
terhadap kesehatan, perawat bisa melakukannya secara perlahan dan
bertahap, perawat harus dapat mendukung mental mereka kea rah
pemuasan pribadi sehingga seluruh pengalaman yang dilaluinya tidak
menambah beban, bila perlu diusahakan agar dimasa lanjut usia ini
mereka dapat merasa pua dan bahagia.
3 Pendekatan social
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercarita merupakan salah satu
upaya perawat dalam pendekatan social. Memberi kesempatan untuk
berkumpul bersama dengan sesame klien lanjut usia berarti menciptakan
sosialisasi mereka. Pendekatan social ini merupakan suatu pegangan bagi
perawat bahwa orang yang dihadapinya adalh mahluk social yang
membutuhkan orang lain. Dalam pelaksanaannya perawat dapat
menciptakan hubungan social antara lanjut usia dan lanjut usia maupun
lanjut usia dan perawat sendiri.
Perawat memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para lajut
usia untuk mengadakan komunikasi dan melakukan rekreasi, misalnya
jalan pagi, menonton film, atau hiburan-hiburan lain. Para lanjut usia
perlu dirangsang untuk mengetahui dunia luar, seperti menonton tv,
mendengar radio, atau membaca majalah dan surat kabar. Dapat disadari
bahwa pendekatan komunikasi dalam perawatan tidak kalah pentingnya
dengan upaya pengobatan medis dalam proses penyembuhan atau
ketenangan para klien lanjut usia.
4 Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam
hubungannya dengan Tuhan atau agama yang di anutnya, terutamabila
klien lanjut usia dalam keadaan sakit atau mendekati kematian.
Sehubungan dengan pendekatan spiritual bagi klien lanjut usia yang

18
menghadapi kematian, DR. Tony Setyabudhi mengemukakan bahwa
maut seringkali menggugah rasa takut. Rasa takut semacam ini didasari
oleh berbagai macam factor, seperti tidakpastian akan pengalaman
selanjutnya, adanya rasa sakit / penderitaan yang sering menyertainya,
kegelisahan untuk tidak kumpul lagi dengan keluarga / lingkungan
sekitarnya.
C. Tujuan Asuhan Keperawatan Lanjut Usia
1 Agar lanjut usia dapat melakukan kegiatan sehari–hari secara mandiri
dengan:
a. Peningkatan kesehatan (Health Promotion).
b. Pencegahan penyakit
c. Pemeliharaan kesehatan.
Sehingga memiliki ketenengan hidup dan produktif sapai akhir hidup.
2 Mempertahankan kesehatan serta kemampuan dari mereka yang usianya
telah lanjut dengan jalan perawatan dan pencegahan.
3 Membantu mempertahankan serta membesarkan daya hidup atau
semangathidup klien lanjut usia (Life Support ).
4 Menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita penyakit /
mengalami gangguan tertentu ( kronis maupun akut ).
5 Merangsang para petugas kesehatan ( dokter, perawat )untuk dapat
mengenal dan menegakkan diagnosa yang tepat dan dini, bila mereka
menjumpai suatu kelainan tertent.
6 Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para klien lanjut usia yang
menderita suatu penyakit / gangguan, masih dapat mempertahankan
kebebasan yang maksimal tanpa perlu suatu pertolongan (Memelihara
kemandirian secara maksimal ).

D. Fokus Asuhan Keperawatan Lanjut Usia


1 Peningkatan kesehatan (health promotion)
2 Pencegahan penyakit (preventif)
3 Mengoptimalkan fungsi mental.

19
4 Mengatasi gangguan kesehatan yang umum.
E. Konsep Asuhan Keperawatan
1 Pengkajian
Tujuan:
a. Menentukan kemampuan klien untuk memelihara diri sendiri.
b. Melengkapi dasar – dasar rencana perawatan individu.
c. Membantu menghindarkan bentuk dan penandaan klien.
d. Memberi waktu kepada klien untuk menjawab.
Meliputi aspek:
a. Fisik
Wawancara
1) Pandangan lanjut usia tentang kesehatan.
2) Kegiatan yang mampu di lakukan lanjut usia.
3) Kebiasaan lanjut usia merawat diri sendiri.
4) Kekuatan fisik lanjut usia: otot, sendi, penglihatan, dan
pndengaran.
5) Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, BAB/BAK.
6) Kebiasaan gerak badan / olahraga /senam lanjut usia.
7) Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna
dirasakan.
8) Kebiasaan lanjut usia dalam memelihara kesehatan dan
kebiasaan dalam minum obat.
9) Masalah-masalah seksual yang telah di rasakan.
Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksanaan di lakukan dengan cara inspeksi, palpilasi,
perkusi, dan auskultasi untuk mengetahui perubahan sistem
tubuh.
2) Pendekatan yang di gunakan dalam pemeriksanaan fisik,yaitu:
a) Head to tea
b) Sistem tubuh
b. Psikologis
1) Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan.

20
2) Apakah dirinya merasa di butuhkan atau tidak.
3) Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan.
4) Bagaimana mengatasi stress yang di alami.
5) Apakah mudah dalam menyesuaikan diri.
6) Apakah lanjut usia sering mengalami kegagalan.
7) Apakah harapan pada saat ini dan akan datang.
8) Perlu di kaji juga mengenai fungsi kognitif: daya ingat, proses
pikir, alam perasaan, orientasi, dan kemampuan dalam
penyelesaikan masalah.
c. Sosial ekonomi
1) Darimana sumber keuangan lanjut usia
2) Apa saja kesibukan lanjut usia dalam mengisi waktu luang.
3) Dengan siapa dia tinggal.
4) Kegiatan organisasi apa yang di ikuti lanjut usia.
5) Bagaimana pandangan lanjut usia terhadap lingkungannya.
6) Berapa sering lanjut usia berhubungan dengan orang lain di luar
rumah.
7) Siapa saja yang bisa mengunjungi.
8) Seberapa besar ketergantungannya.
9) Apakah dapat menyalurkan hoby atau keinginannya dengan
fasilitas yang ada.
d. Spiritual
1) Apakah secara teratur malakukan ibadah sesuai dengan
keyakinan agamanya.
2) Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam
kegiatan keagamaan, misalnya pengajian dan penyantunan anak
yatim atau fakir miskin.
3) Bagaimana cara lanjut usia menyelesaikan masalah apakah
dengan berdoa.
4) Apakah lanjut usia terlihat tabah dan tawakal.
e. Pemeriksaan fisik
1) Temperatur

21
Mungkn serendah 95° F(hipotermi) ±35°C dan lebih teliti di
periksa di sublingual.
2) Pulse (denyut nadi)
Kecepata, irama, volume, Apikal, radial, pedal.
3) Respirasi (pernapasan)
Kecepatan, irama, dan kedalaman dan tidak teratutnya
pernapasan.
4) Tekanan darah
Saat baring, duduk, berdiri, Hipotensi akibat posisi tubuh,
5) Berat badan perlahan – lahan hilang pada tahun-tahun terakhir,
6) Tingkat orientasi, Memori (ingatan),
7) Pola tidur
8) Penyesuaian psikososial.
f. Pemeriksaan persistem
1) Sistem persyarafan
a) Kesemetrisan raut wajah, Tingkat kesadaran adanya
perubahan-perubahan dari otak, Tidak semua orang mnjadi
snile, Kebanyakan mempunyai daya ingatan menurun atau
melemah,
b) Mata: pergerakan, kejelasan melihat, adanya katarak
c) Pupil: kesamaan, dilatasi
d) Ketajaman penglihatan menurun karena menua: Jangan di
tes depan jendela, Pergunakan tangan atau gambar, Cek
kondisi mata
e) Sensory deprivation ( gangguan ssensorik )
f) Ketajaman pendengaran: Apakah menggunakan alat bantu
dengar, inutis, Serumen telinga bagian luar, jangan di
bersihkan
g) Adanya rasa sakit atau nyeri.
2) Sistem kardiovaskuler
a) Sirkulasi periper, warna, dan kehangatan
b) Auskultasi denyut nadi apikal

22
c) Periksa adanya pembengkakan veba jugularis
d) Pusing
e) Sakit
f) Edema
3) Sistem Gastrointestinal
a) Status gizi
b) Pemasukan diet
c) Anoreksia, tidak di cerna, mual, dan muntah
d) Mengunyah dan menelan
e) Keadaan gigi, rahang dan rongga mulut
f) Auskultasi bising usus
g) Palpasi apakah perut kembung ada pelebaran kolon
h) Apakah ada konstipasi (sembelit), diare, dan inkontinensia
alvi
4) Sistem Genitourinarius
a) Warna dan bau urine
b) Distensi kandung kemih, inkontinensia (tidak dapat
menahan untuk BAK )
c) Frekwensi, tekanan, desakan
d) Pemasukan dan pengeluaran cairan
e) Disuria
f) Seksualitas: Kurang minat untuk melaksanakan hubungan
seks, Adanya kecacatan sosial yang mengarah ke aktivitas
seksual
5) Sistem Kulit / Integumen
a) Kulit: Temperatur, tingkat kelembaban, Keutuhan luka, luka
terbuka, robekan, Perubahan pigmen
b) Adanya jaringan parut
c) Keadaan kuku
d) Keadaan rambut
e) Adanya gangguan-gangguan umum
6) Sistem Muskuloskeletal

23
a) Kontraktur: Atrofi otot, Mengecilkan tendo dan
Ketidakadekuatannya gerakan sendi
b) Tingkat mobilisasi: Ambulasi dengan atau tanpa bantuan /
peralatan, Keterbatasan gerak, Kekuatan otot dan
Kemampuan melangkah atau berjalan.
c) Gerakan sendi
d) Paralisis
e) kifosis
g. Psikososial
1) Menjauhkan tanda-tanda meningkatnya ketergantungan
2) Fokus-fokus pada diri bertambah
3) Memperlihatkan semakin sempitnya perhatian
4) Membutuhkan bukti nyata akan rasa kasih sayang yang
berlebihan
2 Diagnosa Keperawatan
a. Fisik / Biologi
1) Gangguan nutrisi: kurang / berlebihan dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan pemasukan yang tidak adekuat.
2) Gangguan persepsi sensorik: pendengaran, penglihatan
sehubungan dengan hambatan penerimaan dan pengiriman
rangsangan.
3) Kurangnya perawatan diri sehubungan dengan penurunan minat
dalam merawat diri.
4) Gangguan pola tidur berhubungan dengan kecemasan atau
nyeri.
5) Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan penyempitan
jalan nafas atau adanya sekret pada jalan nafas.
b. Psikososial
1) Isolasi sosial berhubungan dengan perasaan curiga.
2) Menarik diri dari lingkungan berhubungan dengan perasaan
tidak mampu.
3) Depresi berhubungan dengan isolasi sosial.

24
4) Harga diri rendah berhubungan dengan perasaan ditolak.
5) Coping tidak adekuat berhubungan dengan ketidakmampuan
mengemukakan pendapat secara tepat.
6) Cemas berhubungan dengan sumber keuangan yang terbatas.
c. Spiritual
1) Reaksi berkabung / berduka berhubungan dengan ditinggal
pasangan.
2) Penolakan terhadap proses penuaan berhubungan dengan
ketidaksiapan menghadapi kematian.
3) Marah terhadap Tuhan berhubungan dengan kegagalan yang
dialami.
4) Perasaan tidak tenang berhubungan dengan ketidakmampuan
melakukan ibadah secara tepat.
3 Rencana Keperawatan
Meliputi:
a. Melibatkan klien dan keluarganya dalam perencanaan.
b. Bekerja sama dengan profesi kesehatan lainnya.
c. Tentukan prioritas: Klien mungkin puas dengan situasi demikian,
Bangkitkan perubahan tetapi jangan memaksakan, Keamanan atau
rasa aman adalah utama yang merupakan kebutuhan.
d. Cegah timbulnya masalah-masalah.
e. Sediakan klien cukup waktu untuk mendapat input atau pemasukan.
f. Tulis semua rencana dan jadwal.
Perencanaan:
Tujuan tindakan keperawatan lanjut usia diarahkan pada pemenuhan
kebutuhan dasar, antara lain:
a. Pemenuhan kebutuhan nutrisi
Penyebab gangguan nutrisi pada lanjut usia:
1) Penurunan alat penciuman dan pengecapan.
2) Pengunyahan kurang sempurna.
3) Gigi yang tidak lengkap
4) Rasa penuh pada perut dan susah buang air besar.

25
5) Melemah otot-otot lambung dan usus.
Masalah gizi yang timbul pada lanjut usia:
1) Gizi berlebihan
2) Gizi kurang
3) Kekurangan vitamin
4) Kelebihan vitamin
Kebutuhan nutrisi pada lanjut usia:
1) Kalori pada lansia: laki-laki = 2.100 Kal sedangkan perempuan:
1.700 kalori. Dapat dimodivikasi tergantung keadaan lansia.
Misalnya gemuk / kurus atau disertai penyakit demam.
2) Karbohidrat, 60% dari jumlah kalori yang dibutuhkan.
3) Lemak, tidak dianjukan karena menyebabkan hambatan
pencernaan dan terjadi penyakit. 15%-20% dari total kalori yang
dibutuhkan.
4) Protein, untuk mengganti sel-sel yang rusak, 20%-25% dari total
kalori yang dibutuhkan.
5) Vitamin dan mineral sama dengan usia muda kebutuhannya.
6) Air, 6-8 gelas perhari.
Rencana makanan untuk lansia:
1) Berikan makanan porsi kecil tapi sering
2) Banyak minum dan kurangi makanan yang terlalu asin.
3) Berikan makanan yang mengandung serat.
4) Batasi pemberian makanan yang tinggi kalori.
5) Batasi minum kopi dan teh.
Meningkatkan keamanan dan keselamatan lansia:
Penyebab kecelakaan pada lansia:
1) Fleksibilitas kaki yang berkurang.
2) Fungsi pengindraan dan pendengaran menurun.
3) Pencahayaan yang berkurang.
4) Lantai licin dan tidak rata.
5) Tangga tidak ada pengaman.
6) Kursi atau tempat tidur yang mudah bergerak.

26
Tindakan mencegah kecelakaan:
Klien (lansia)
1) Biarkan lansia menggunakan alat bantu untuk meningkatkan
keselamatan.
2) Latih lansia untuk pindah dari tempat tidur ke kursi.
3) Biasakan menggunakan pengaman tempat tidur jika tidur.
4) Bila mengalami masalah fisik misalnya reumatik latih klien
untuk menggunakan alat bantu berjalan.
5) Bantu klien kekamar mandi terutama untuk lansia yang
mrnggunakan obat penenang / deuretik.
6) Meggunakan kaca mata jika berjalan atau melakukan sesuatu.
7) Usahakan ada yang menemani jika berpergian.
Lingkungan
1) Tempatkan lansia diruangan yang mudah dijangkaui.
2) Letakkan bel didekat klien dan aja rkan cara penggunaannya.
3) Gunakan tempat tidur yang tidak terlalu tinggi.
4) Letakkan meja kcil didekat tempat tidur agar lansia
menempatkan alat-alat yang biasa digunakannya.
5) Upayakan lantai bersih, rata dan tidak licin/basah.
6) Pasang pegangan dikamar mandi / WC
7) Hindari lampu yang redup / menyilaukan, sebaiknya gunakan
lampu 70-100 watt.
8) Jika pindah dari ruangan terang ke gelap ajarkan lansia untuk
memejamkan mata sesaat.
b. Memelihara Kebersihan Diri
Penyebab kurangnya perawatan diri pada lansia adalah:
1) Penurunan daya ingat
2) Kurangnya motivasi
3) Kelemahan dan ketidak mampuan fisik
Upaya yang dilakukan untuk kebersihan diri, antara lain:
1) Mengingatkan / membantu lansia untuk melakukan upaya
kebersihan diri

27
2) Menganjurkan lansia untuk menggunakan sabun lunak yang
mengandung minyak atau berikan skin lotion
3) Mengingatkan lansia untuk membersihkan telinga, mata, dan
gunting kuku
c. Memelihara Keseimbangan Istirahat Tidur
Upaya yang dilakukan, antara lain:
1) Menyediakan tempat / waktu tidur yang nyaman
2) Mengatur lingkungan yang cukup ventilasi, bebas dari bau-
bauan
3) Melatih lansia untuk latihan fisik ringan untuk memperlancar
sirkulasi dan melenturkan otot (dapat disesuaikan dengan hobi)
4) Memberikan minum hangat sebelum tidur, misalnya susu hangat
d. Meningkatkan hubungan interpersonal melalui komunikasi
Masalah umum yang dikemukakan pada lansia adalah daya ingat
menurun, depresi, lekas marah, mudah tersinggung dan curiga. Hal
ini disebabkan hubungan interpersonal yang tidak adekuat Upaya
yang dilakukan antara lain:
1) Berkomunikasi dengan lansia dengan kontak mata
2) Memberi stimulus / mengingatkan lansia terhadap kegiatan yang
akan dilakukan
3) Menggunakan Menyediakan waktu untuk berbincang-bincang
pada lansia
4) Memberikan kesempatan pada lansia untuk menekspresikan atau
tanggap terhadap respond an verbal lansia
5) Melibatkan lansia untuk keperluan tertentu sesuai dengan
kemampuan lansia
6) Menghargai pendapat lansia
4 Implementasi Keperawatan
Meliputi:
a. Tumbuhkan dan bina rasa saling percaya
b. Sediakan cukup penerangan: Penerangan alam lebih baik,
Hindarkan cahaya yang menyilaukan, Penerangan malam sepanjang

28
waktu dikamar mandi dan ruangan, Tingkatkan rangsangan panca
indra melalui: Buku-buku yang dicetak besar, Perubahan
lingkungan, Berikan warna-warna yang dapat dilihat klien,
Pertahankan dan latih daya orientasi nyata, dapat menggunakan:
Kalender atau penanggalan,Jam
c. Saling mengunjungi: Berikan perawatan sirkulasi
d. Hindarkan pakaian yang menekan yang mengikat atau sempit
e. Ubah posisi: Berikan kehangatan dengan selimut pakaian, Berikan
dorongan dalam melakukan aktivitas untuk meningkatkan sirkulasi,
Berikan bantuan, dukungan dan gunakan tindakan yang aman selama
perpindahan, Lakukan penggosokan pada waktu mandi
f. Berikan perawatan pernapasan: Bersihkan nostril atau kotoran
hidung, Lindungi dari angin, Tingkatkan aktivitas
pernapasan dengan latihan-latihan seperti: Bernapas dalam (deep
breathing), Latihan batuk dan latihan menghembuskan napas
g. Hati hati dengan terapi O2, cek terjdinya CO2 narkosis,
yang biasanya ditandai dengan: Gelisah, Keringat berlebihan,
Gangguan pengelihatan, Kejang otot, Tekanan darah renda
(hipotensi) dan Kerja otot menurun
h. Berikan perawatan pada alat pencernaan
1) Ransangan nafsu makan: Berikan makanan porsi sedikit-sedikit
tapi sering dan kualitasnya bergizi, Berikan makanan yang
menarik, Bisa minum anggur bila dibolehkan, Sediakan
makanan yang hangat-hangat, Sediakan makanan jika mungkin
yang sesuai dengan pilihannya
2) Cegah terjadinya gangguan pencernaan: Berikan sikap fowler
waktu makan, Pertahankan keasamn lmbung, Berikan makanan
yang tidak membentuk gas dan Cukup cairan
3) Cegah konstipasi / sembelit: Jamin kecukupan cairan dalam diet,
Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas, Fasilitas gerakan
usus dalam mencerna, Berikan kebebasan dan posisi tubuh

29
normal, Berikan laksatif atau supositorial , jika hal hal diatas tak
efektif
i. Berikan perawatan genitorinaria :Cukup cairan masuk 2000-3000 ml
per hari, Cegah ankontinensia dengan Jelaskan dan berikan
dorongan pada klien untuk BAK tiap 2 jam, Pertahankan
penerangan dikamar mandi un tuk mencegah jatuh, Observasi jumlah
urine untuk hasil maksimum selama siang hari dan Batasi cairan
terutama mendekati waktu tidur.
1) Seksualitas: Sediakan waktu untuk diskusi atau konsultasi,
Berikan kesempatan untuk mengekspresikan perasaanya
terhadap keinginan seksual, Berikan dorongan untuk
menumbuhkan rasa persahabatan dan Berikan perawatan kulit.
2) Mandi: Jelaskan dan berikan dorongan pada klien untuk mandi
bersih hanya 2x seminggu untuk mencegah kekeringan kulit,
Gunakan sabun superfot atau lotion yang mengandung lemak
untuk menambah kesehatan kulit, Potong kuku kaki jika tidak
ada kontra indikasi, missal: ada jamur dikuku atau adanya
gangguan medic atau bedah
j. Berikan perawatan muskuluskeletal
1) Bergerak dengan keterbatasan
2) Ganti posisi tiap 2 jam, luruskan dan hati-hati
3) Cegah osteoporosis dari tulang panjang dengan menberikan
latihan
4) Lakukan latihan aktif dan pasif misalnya waktu istirahat atau
pada waktu waktu tertentu
5) Berikan arah dan latihan gerak pada sendi 3x.
6) Anjurkan dan berikan dorongan pada keluarga untuk
memandirikan klien contohnya membiarkan klien duduk tanpa
dibantu
k. Berikan perawatan psikososial
1) Jelaskan dan berikan dorongan untuk melakukan aktivitas
psikososial agar tercipta suasana normal

30
2) Bantu dalam memilih dan mengikuti aktivitasFasilitas
pembicaraan
3) Pertahankan sentuhan yang merupakan suatu alat yang sangat
berguna dalam menetapkan atau memelihara kepercayaan.
4) Berikan penghargaan dan rasa empathi: Pelihara Keselamatan
5) Berikan penyangga sewaktu berdiri bila diperlukan
6) Klien diberikan pegangan di kamar mandi / WC
7) Tempat tidur dalam posisi rendah
8) Usahakan ada pagar tempat tidur jika tempat tidur dalam posisi
tinggi
9) Kamar dan lantai terhindar dari keadaan licin.
5 Evaluasi
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan
keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan
kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses
keperawatan.

BAB IV
LAPORAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
a. Nama : Ny. S.
b. Umur : 65 Tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Suku : Jawa
e. Agama : Islam
f. Pendidikan : SD

31
g. Status Perkawinan : Cerai Mati
h. Tanggal MRS : -
i. Tanggal Pengkajian : 27 November 2018
j. Alamat : Jl. Warakas I Gg 23 No.11 RT.003 RW 007
Kelurahan Papanggo Kec Tanjung Priok Jakarta Utara.
2. Status Kesehatan Saat ini
Ny. S Mengatakan seluruh persendian kaki kiri terasa sakit saat melakukan
aktifitas yang berlebihan. Sakitnya seperti tertusuk-tusuk jarum di
persendian kaki. Ny. S mengatakan suka mengkonsumsi melinjo, kacang-
kacangan dan jeroan daging. Ny. S tidak tahu bagaimana cara
mengurangi rasa sakit saat penyakit asam uratnya kambuh. Tn.B
mengatakan periksa terakhir kali tanggal 4 Desember 2018, kadar asam
urat dalam darahnya 6,3 mg/dl.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Keluarga Ny. S mengatakan bahwa Ny. S mempunyai penyakit Vertigo
sejak 2 tahun yang lalu dan mempunyai riwayat gout artritis.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga Ny. S mengatakan di rumah Ny. S mempunyai riwayat hipertensi
pada almarhum suaminya.
5. Pemeriksaan Tanda-tanda Vital
a. Tekanan darah : 110/80 mmHg
b. Nadi : 86 kali/menit
c. Suhu : 37.6 oC
d. Respirasi : 20 kali/menit
e. Kesadaran : CM
6. Genogram

32
Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien

------------ : Tinggal Serumah

: Perempuan meninggal
: Laki-laki meninggal
7. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
1) Kebersihan : Bersih
2) Kerontokan rambut : Tidak ada
3) Warna : Putih
4) Keluhan : Tidak ada
b. Mata
1) Konjungtiva : Tidak anemis
2) Sklera : Tidak ikterik
3) Strabismus : Tidak
4) Penglihatan : Penglihatan menurun dibuktikan
dengan klien tidak bisa membaca tulisan kecil dengan jelas jika
tidak memakai kacamata
5) Riwayat katarak :Tidak
6) Pandangan kabur :Ya
7) Penggunaan kacamata : tidak
c. Hidung
1) Bentuk : Simetris
2) Peradangan : Tidak ada
3) Penciuman : Tidak terganggu
4) Pernafasan cuping hidung : Tidak ada
5) Nyeri tekan : Tidak
6) Obstruksi : Tidak
7) Keluhan : Tidak ada
d. Mulut dan tenggorokan
1) Kebersihan : Baik
2) Mukosa : Lembab
3) Peradangan/stomatitis : Tidak
4) Gigi geligi : Ompong
5) Radang gusi : Tidak
6) Kesulitan mengunyah : Ya
7) Kesulitan menelan : Tidak

33
8) Keluhan : Jika makan-makanan yang keras
klien tidak bisa mengunyah
e. Telinga
1) Kebersihan : Bersih
2) Peradangan : Tidak
3) Pendengaran : Terganggu
4) Jika terganggu, jelaskan :ketika diajak berbicara dengan
volume suara yang pelan kadang klien tidak bisa mendengar
pertanyaan yang diajukan oleh perawat sehingga perawat harus
mengulangi pertanyaan dengan volume suara agak keras dan
sedikit mendekat kepada klien.
f. Leher
1) Pembesaran kelenjar thyroid: Tidak ada
2) JVD : Tidak ada
3) Kaku kuduk : Tidak ada
4) Nyeri tekan : Tidak
5) Benjolan/massa : tidak ada
6) Keluhan : Tidak ada
a. Dada
1) Bentuk dada : Normal chest
2) Retraksi : Tidak
3) Wheezing : - -
- -
4) Ronchi : - -
- -
5) Suara jantung tambahan : Tidak ada
6) Ictus cordis : (+), tidak ada pelebaran
7) Keluhan : Tidak ada
b. Abdomen
1) Bentuk : supel
2) Nyeri tekan : Tidak
3) Auskultasi : Tympani
4) Supel : Ya
5) Bising usus : Ada
6) Frekwensi: 18 kali/menit
7) Massa : Tidak ada
8) Keluhan : Tidak ada
c. Genetalia
Kebersihan : Tidak terkaji
Haemoroid : Tidak ada
Keluhan : Tidak ada
d. Ekstremitas
Kekuatan otot :
5 5
4 3
.
Postur tubuh : tegak
Rentang gerak : Maksimal

34
Deformitas : Tidak
Tremor : Tidak
Nyeri : Iya, pada lutut dan pinggang
Pembengkakan sendi : Tidak

Edema -: -
--
- -
Penggunaan alat bantu : Tidak
Refleks
Area Kanan Kiri
Biceps + +
Triceps + +
Knee + +
Achiles + +
Keterangan:
Refleks + : normal
Refleks - : menurun/meningkat
e. Integumen
Kebersihan : Baik
Warna : tidak ada kemerahan
Kelembaban : Lembab
Lesi : Tidak ada
Turgor : 2 detik
Akral : Hangat
Pruritus : Tidak ada
Perubahan tekstur : keriput
Gangguan pada kulit : Tidak ada

f. Hasil Pemeriksaan Penunjang


Kadar asam urat : 6,3 mg/dl
kadar gula darah sebelum makan: 90 mg/dl
kadar gula darah setelah makan :123 mg/dl

8. Pengkajian Psikososial & Spiritual


a. Psikososial
Keluarga Ny. S mengatakan bahwa pasien ada hambatan dalam
berhubungan dengan keluarga dan bersosialisasi karena terasa nyeri
bagian ekstremitas dan pinggangnya.
b. Spiritual
Ny. S beragama islam dan rajin menjalankan solat 5 waktu. Ny. S selalu
meminta dukungan doa dari anak-anak dan keluarganya agamanya
karena kondisi sakit yang dideritanya.

35
9. Pengkajian Fungsional Pasien
a. Katz index
Bantuan Bantuan
No. Kegiatan Mandiri
Sebagian Penuh
1. Mandi 
2. Berpakaian 
3. Ke Kamar Kecil 
4. Berpindah Tempat 
5. BAK/BAB 
6. Makan/Minum 

Ny. S dapat beraktivitas secara mandiri meliputi kegiatan aktivitas


mandi, berpakaian, ke kamar kecil, BAK/BAB, Makan dan minum.
Tetapi untuk berpindah tempat pasien kadang-kadang memerlukan
bantuan karena terasa nyeri bagian kaki dan lutut sehingga
pengawasan, pengarahan, atau bantuan aktif dari orang lain. Semua
ADL dapat di lakukan dengan baik dan mandiri.
b. Barthel index

No. Kegiatan Dengan Mandiri


Bantuan
1. Makan/Minum 0 10
3. Kebersihan diri (cuci muka, gosok gigi, 0 10
menyisir rambut)
4 Keluar masuk kamar mandi (menyeka 0 10
tubuh, menyiram, mencuci baju)
5. Mandi 0 10
6. Jalan-jalan di permukaan datar 0 5
7. Naik turun tangga 0 5
8. Memakai baju 0 10
9. Kontrol BAK 0 10
10. Kontrol BAB 0 10
Jumlah 90
Kesimpulan: ADL dibantu total

36
Jumlah skor 80= termasuk ketergantungan moderat pasien kepada
keluarga dan tenaga kesehatan.
Interpretasi hasil:
0 – 20 : Ketergantungan penuh
21 – 61 : Ketergantungan berat/sangat tergantung
62 – 90 : Ketergantungan moderat
91 – 99 : Ketergantungan ringan
100 : Mandiri
10. Pengkajian Status Mental
Short Portable Mental Status Questioner (SPSMQ)
Benar Salah No. Pertanyaan
1 0 1. Tanggal berapa hari ini?
1 0 2. Hari apa sekarang?
1 0 3. Apa nama tempat ini?
1 0 4. Dimana alamat anda?
1 0 5. Berapa umur anda?
0 0 6. Kapan anda lahir?
1 0 7. Siapa presiden Indonesia sekarang?
1 0 8. Siapa presiden Indonesia sebelumnya?
1 0 9. Siapa nama ibu anda?
1 0 10. Kurangi 3 dari 20 & tetap pengurangan 3 dari
setiap angka baru, semua secara berurutan
9 0 Jumlah
Total Skor:
Salah: 1 Benar: 9
Hasil: 9
Salah :1
Fungsi kognitif pasien mempunyai fungsi intelektual utuh.
Interpretasi:
Salah 0 – 3 : Fungsi intelektual utuh
Salah 4 – 5 : Fungsi intelektual kerusakan ringan
Salah 6 – 8 : Fungsi intelektual kerusakan sedang
Salah 9 – 10 : Fungsi intelektual kerusakan berat

11 Pengkajian Keseimbangan Untuk Lansia

37
Pengkajian Posisi Dan Keseimbangan (Sullivan)
No Tes koordinasi Keterang Nilai
an
1 Berdiri dengan postur normal 3
2 Berdiri dengan postur normal, menutup mata 3
3 Berdiri dengan kaki rapat 3
4 Berdiri dengan satu kaki 3
5 Berdiri, fleksi trunk dan berdiri ke posisi netral 3
6 Berdiri, lateral dan fleksi trunk 3
7 Berjalan, tempatkan tumit salah satu kaki 3
didepan jari kaki yang lain
8 Berjalan sepanjang garis lurus 3
9 Berjalan mengikuti tanda gambar pada lantai 3
10 Berjalan menyamping 3
11 Berjalan mundur 3
12 Berjalan mengikuti lingkaran 3
13 Berjalan pada tumit 2
14 Berjalan dengan ujung kaki 2
Jumlah 40
Keterangan
4 : mampu melakukan aktifitas dengan lengkap
3: mampu melakukan aktifitas dengan bantuan
2 : mampu melakukan aktifitas dengan bantuan maksimal
1 : tidak mampu melakukan aktifitas

Nilai
42-54 : mampu melakukan aktifitas
28-41 : mampu melakukan sedikit bantuan
14-27 : mampu melakukan bantuan maksimal
14 : tidak mampu melakukan

13 IDENTIFIKASI ASPEK KOGNITIF


a. MMSE (Mini Mental Status Exam)
No Aspek Kognitif Nilai Maksimal Nilai Kriteria
Klien
1 Orientasi 5 4 Menyebutkan dengan
benar
Tahun : 2014
Musim : Hujan
Tanggal: 4
Hari : Rabu
Bulan : Juni
2 Orientasi 5 5 Dimana sekarang kita
berada?

38
Negara : Indonesia
Propinsi: Jawa Timur
Kabupaten/kota: Malang
Kelurahan: Pandanwangi
Gang : Mungil
3 Registrasi 3 3 Sebutkan 3 nama obyek
(misal: kursi, meja, kertas),
kemudian ditanyakan
kepada klien, menjawab:
a. kursi
b. meja
c. kertas
4 Perhatian dan 5 2 Meminta klien berhitung
kalkulasi mulai dari 100 kemudian
kurangi 7 sampai 5 tingkat.
Jawaban:
1. 93
2. 86
3. 79
4. 72
5. 65
5 Mengingat 3 1 Minta klien untuk
mengulangi ketiga obyek
pada poin ke 2 (tiap poin
nilai 1).
a. Kursi
b. Meja
c. Kertas
6 Bahasa 9 1 a. Menanyakan pada klien
tentang benda (sambil
menunjukan benda
tersebut):
2 Lantai
b. Minta klien untuk
mengulangi kata
3 berikut:
tidak ada, dan, jika/
tetapi
c. Minta klien untuk
mengikuti perintah
berikut yang terdiri 3
langkah:
1 1. Ambil kertas
ditangan anda
2. Lipat dua
3. Taruh di lantai
0 d. Perintahkan pada klien
untuk hal berikut (bila

39
aktifitas sesuai perintah
nilai satu poin).
“tutup mata anda”
e. Perintahkan kepada
klien untuk menulis
kalimat dan menyalin
gambar.
Klien dapat menulis
Total nilai 30 22

Interpretasi hasil :
24 – 30 : tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : gangguan kognitif sedang
0 - 17 : gangguan kognitif berat

Kesimpulan:
Dari ke 6 poin yang diajukan, klien mendapatkan skor 30 yang artinya klien tidak
memiliki gangguan kognitif.
b. Inventaris Depresi Beck (IDB)

Skor Pernyataan
A. (Kesedihan):
3 Saya sangat sedih/tidak bahagia dimana saya tidak dapat
2 menghadapinya.
1 Saya galau/sedih sepanjang waktu dan tidak dapat keluar darinya.
0 Saya merasa sedih atau galau.
Saya tidak merasa sedih.

3 B. (Pesimisme):
2 Saya merasa bahwa masa depan adalah sia-sia dan sesuatu tidak dapat
1 membaik.
0 Saya merasa saya tidak mempuyai apa-apa untuk memandang ke
depan.
Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan.
3 Saya tidak begitu pesimis atau kecil tentang masa depan.
2
C. (Rasa kegagalan):
1 Saya merasa saya benar-benar gagal sebagai seseorang (orang tua,
0 suami, istri).
Seperti melihat ke belakang hidup saya, semua yang dapat saya lihat
hanya kegagalan.
3 Saya merasa saya telah gagal melebihi orang pada umumnya.
2 Saya tidak merasa gagal.
1
0 D. (Ketidakpuasan):
Saya tidak puas dengan segalanya.
Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun.
3 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan.

40
2 Saya tidak merasa tidak puas.
1
0 E. (rasa bersalah):
Saya merasa seolah-olah saya sangat buruk atau tidak berharga.
Saya merasa sangat bersalah.
3 Saya merasa buruk atau tidak berharga sebagai bagian dari waktu
2 yang baik.
1 Saya tidak merasa benar-benar bersalah.
0
F. (Tidak menyukai diri sendiri):
Saya benci diri saya sendiri.
3 Saya muak dengan diri saya sendiri.
2 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri.
1 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri.
0
G. (Membahayakan diri sendiri):
Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai
3 kesempatan.
Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri.
2 Saya merasa lebih mati.
Saya tidak mempunyai pikiran mengenai membahayakan diri sendiri.
1
0 H. (Menarik diri dari sosial):
Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak
peduli pada mereka semua.
3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan
2 mempunyai sedikit perasaan pada mereka.
1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya.
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain.

I. (Keragu-raguan):
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali.
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan.
Saya berusaha mengambil keputusan.
1 Saya membuat keputusan yang baik.
0
J. (Perubahan gambaran diri):
Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikkan.
3 Saya merasa bahwa ada perubahan yang permanen dalam penampilan
2 saya, dan ini membuat saya tidak menarik.
1 Saya kuatir bahwa saya tampak tua atau tidak menarik.
0 Saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk dari pada
sebelumnya.

3 K. (Kesulitan kerja):
2 Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali.
1 Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk
0 melakukan sesuatu.

41
Ini memerlukan upaya tambahan untuk mulai melakukan sesuatu.
Saya dapat bekerja kira-kira sebaik sebelumnya.

L. (Keletihan):
Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu.
Saya lelah untuk melakukan sesuatu.
Saya lelah lebih dari yang biasanya.
Saya tidak lebih lelah dari biasanya.

M. (Anoreksia):
3 Saya tidak lagi mempunyai nafsu makan sama sekali.
2 Nafsu makan saya sangat memburuk sekarang.
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya.
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya.
Penilaian:
0-4 Depresi tidak ada atau minimal.
5-7 Depresi ringan.
8-15 Depresi sedang.
≥16 Depresi berat.

Kesimpulan:
Dari beberapa pertanyaan di atas tentang depresi didapatkan nilai 2 yang artinya
klien tidak mengalami depresi atau depresi minimal.

Interpretasi hasil:
0 – 20 : Ketergantungan penuh
21 – 61 : Ketergantungan berat/sangat tergantung
62 – 90 : Ketergantungan moderat
91 – 99 : Ketergantungan ringan
100 : Mandiri

Kesimpulan: Skor indeks barthel klien yaitu 65 yang artinya klien ketergantungan
moderat dalam memenuhi aktivitasnya sehari-hari

1 ANALISA MASALAH
No Data Etiologi Masalah
1 DS: Proses Nyeri persendian pada
Ny. S Mengatakan inflamasi Tn.B b/d
seluruh persendian kaki destruksi ketidakmampuan
kiri terasa sakit saat persendiaan keluarga melakukan
melakukan aktifitas yang perawatan pada anggota
berlebihan seperti keluarga yang sakit
ditusuk-tusuk. (Gout Artritis)
DO:
1. Seluruh bagian
persendian kaki
2. kiri masih tampak

42
kaku
3. Kadar asam urat 6,2
mg/dl
4. TTV : TD : 120/80
mmHg
5. N : 88 x/m
6. RR : 20 x/m
7. S : 36,3°C
8. Skala nyeri 5 (0-10)
9. Wajah tampak
meringis

2 DS: Kurangnya Kurang pengetahuan


 Klien mengatakan informasi (kebutuhan belajar)
“Saya tidak tahu sus mengenai mengenai kondisi dan
kenapa bisa asam urat penyakit pengobatan
dan tidak tahu Artritis gout
bagaimana cara
memilih makanan yang
boleh dan tidak boleh
dimakan biar linuya
tidak kambuh lagi”
 Klien mengatakan
“ Saya sering makan
tape, daun bayam,
melinjo, kacang-
kacangan, daging jeroan
dan daun singkong
namun setelah itu lutut
kaki dan punggung saya
terasa linu sekal”
 Klien mengatakan
“Kalau kaki saya terasa
linu klien saya hanya
membiarkan saja rasa
linu tersebut dan hanya
memberikan obat untuk
asam urat sus”

DO:
 Sering bertanya
mengenai makanan apa
yang boleh dimakan
untuk mengurangi linu
serta cara-cara untuk
mengurangi linu
 Klien bertanya mengenai

43
pencegahan agar linu
tidak kambuh lagi
 Klien terlihat bingung
dan menggeleng saat
ditanya diit yang baik
untuk asam urat serta saat
ditanya klien tidak bisa
mnjawab
 Usia 75 tahun
 Kadar asam urat: 6,2
mg/dl
 Pasien tidak koorperatif

B. Diagnosa Prioritas Keperawatan


1 Nyeri persendian pada Tn.B b/d proses inflamasi destruksi persendian.
2 Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai
penyakit Artritis gout

44
F. Intervensi

NO Diagnosa Keperawatan NOC NIC


1 Nyeri persendian pada Tn.B Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Mmonitor skala nyeri
b/d proses inflamasi 3x24 jam, nyeri terkontrol dengan kriteria: 2. monitor TTV
destruksi persendian 3. observasi reaksi nonverbal dan ketidaknyamanan
1. Mampu mengontrol nyeri dengan teknik (Grimmace +)
non-farmakologi, skala nyeri 2 (0-10) 4. ajarkan teknik non-farmakologi untuk
2. Menyatakan nyeri berkurang mengurangi (relaksasi nafas dalam, kompres
3. TTV dalam batas normal TD= 120/80 hangat dan massase)
mmHg N= 60-100x/menit RR= 16- 5. kolaborasi dengan tim medis pemberian
20x/menit, s:36,5-37,5 analgesik
4. Seluruh bagian persendian kaki kiri masih 6. evaluasi pemberian analgesik dan teknik
tidak tampak kaku nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri
5. Kadar asam urat 2-6 mg/dl
6. Wajah tampak rileks

2 Kurang pengetahuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Jelaksan tanda dan gejala yang biasa muncul
(kebutuhan belajar) 1x30 menit, klien mengerti dan memahami pada penyakit
mengenai kondisi dan mengenai penatalaksanaan penyakit hipertensi 2. Jelaskan tentang proses penyakit
pengobatan berhubungan dan Diabetes Mellitus dengan kriteria: 3. Identifikasi kemungkinan penyebab penyakit
dengan kurangnya 4. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin
informasi mengenai No NOC Skor diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa
penyakit Artritis gout 1 Klien memahami tanda 10 yang akan datang dan atau proses pengontrolan
gejala, penyebab, proses penyakit
penyakit, serta 5. Diskusikan tentang rencana diet yang sesuai
penatalaksanaan penyakit dengan kondisi klien
seperti pengobatan dan diet 6. Jelaskan tentang penggunaan obat

45
yang sesuai 7. Tanyakan kembali tentang penjelasan yang telah
2 Klien mampu menjelaskan 10 diberikan untuk mengetahui pemahaman klien
kembali apa yang telah tentang penjelasan yang telah diberikan
dijelaskan oleh perawat
3 Tampak koorperatif 10
4 Tidak bingung 10

46
G. Implementasi dan Evaluasi

DIAGNOSA
TGL JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN
28 Gangguan rasa 09.00 1. Memonitor skala nyeri S: Tn.B mengatakan masih terasa
November nyaman yeri 09.30 R/Skala: 4 (0-10), wajah tampak rileks, nyeri seluruh persendian kaki kiri
2018 persendian pada 10.00 nyeri tekan dan terasa ditusuk-tusuk masih terasa sakit saat melakukan
Tn.B b/d proses diekstremitas kaki kiri dan pinggang. aktifitas yang berlebihan .
inflamasi destruksi 11.00 2. Memonitor TTV
persendian. R/TD:125/80mmHg, DN:80x/m O: wajah tampak meringis, Seluruh
3. Mengobservasi reaksi nonverbal dan bagian persendian kaki kiri masih
14.00 ketidaknyamanan (Grimmace +) tampak kaku, Kadar asam urat 6,3
R/masih terasa nyeri seperti tertusuk- mg/dl, TD: 125/80mmhg, DN:80x/m,
tusuk, nyeri tekan dan menjalar dari kaki skala nyeri 4 (0-10)
ke pinggang A:
4. Mengajarkan teknik non-farmakologi Nyeri belum teratasi
16.00 untuk mengurangi (relaksasi nafas P:
dalam, kompres hangat dan massase) Lanjutkan intervensi kolaborasi
R/ pasien tampak rileks pemberian obat dan teknik nafas
5. Mengkolaborasi dengan tim medis dalam. Motivasi keluarga untuk
pemberian analgesik membantu klien dalam memberikan
 Ibuprofen 3x100 mg diit yang tepat untuk asam urat
 Allopurinol 3x100 mg Motivasi klien untuk minum obat dan
 Natrium deflofenak 3x100mg teknik nafas dalam.
6. Mengevaluasi pemberian analgesik dan
teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri

47
R/ nyeri berkurang, skala nyeri 4 (0-10).
29 2. Kurang 10.00 1. Menjelaskan tanda dan gejala yang biasa S: pasien mengatakan masih belum
November pengetahuan muncul pada penyakit mengerti dan tahu penyakit asam urat
2018 (kebutuhan belajar) R/pasien masih tampak binggung dan makan-makanan yang harus
mengenai kondisi 2. Menjelaskan tentang proses penyakit dihindari, serta terapi yang harus
dan pengobatan R/pasien mendengarkan dengan baik dilakukan sendiri ketika linu
berhubungan 3. Mengidentifikasi kemungkinan O:
dengan kurangnya penyebab penyakit Pasien tampak binggung, tampak
informasi mengenai R/pasien mengeluhkan semua apa yang tidak koorperatif, tidak mampu
penyakit Artritis dirasakan. menjelaskan apa saja yang ditanyakan
gout 4. Mendiskusikan perubahan gaya hidup oleh petugas dan masih bertanya-
yang mungkin diperlukan untuk tanya mengenai penyakit.
mencegah komplikasi di masa yang akan A:
datang dan atau proses pengontrolan Masalah belum teratasi
penyakit
R/ Pasien tampak berdiskusi dengan P: lanjutkan intervensi pendidikan
perawat kesehatan kepada pasien Gout artritis.
5. Diskusikan tentang rencana diet yang
sesuai dengan kondisi klien
R/pasien mendengarkan dengan penuh
perhatian
6. Jelaskan tentang penggunaan obat
R/pasien menaatin perintah meminum
obat
7. Instruksikan pasien mengenai tanda dan
gejala untuk melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan cara yang
tepat.

48
R/pasien mendengarkan dengan penuh
perhatian.
30 Gangguan rasa 08.00 1. Menanyakan bagaimana keadaan S: Tn.B mengatakan masih terasa
November nyaman nyeri Wib- kesehatannya sekarang nyeri seluruh persendian kaki kiri
2018 persendian pada 16.00 R/masih terasa sakit di bagian masih terasa sakit saat melakukan
Tn.B b/d proses Wib ekstremitas dan pinggangnya aktifitas yang berlebihan .
inflamasi destruksi 2. Memonitor skala nyeri (skala 5)
persendian. R/skala nyeri 5 (0-10) O: wajah tampak meringis, Seluruh
3. Memonitor TTV bagian persendian kaki kiri masih
TD: 125/80mmHg, DN: 80x/m, RR: tampak kaku, Kadar asam urat 6,3
21x/m mg/dl, TD: 125/80mmhg, DN:80x/m,
4. Mengobservasi reaksi nonverbal dan skala nyeri 4 (0-10)
ketidaknyamanan (Grimmace +) A:
R/pasien mengatakan masih nyeri Nyeri belum teratasi
dibagian eketremitas sebelah kiri dan P:
pinggangnya terasa ditusuk-tusuk Lanjutkan intervensi kolaborasi
5. Mengajarkan teknik non-farmakologi pemberian obat dan teknik nafas.
untuk mengurangi (relaksasi nafas Motivasi keluarga untuk membantu
dalam, kompres hangat dan massase) klien dalam memberikan diit yang
R/ Masih terasa nyeri tepat untuk asam urat
6. Mengkolaborasi dengan tim medis Motivasi klien untuk minum obat dan
pemberian analgesik teknik nafas dalam.
 Ibuprofen 3x100 mg
 Allopurinol 3x100 mg
 Natrium deflofenak 3x100mg
7 Mengevaluasi pemberian analgesik dan
teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri

49
R/ skala nyeri 2 (0-10)
3 Kurang 08.00- S: pasien mengatakan masih belum
Desember pengetahuan 16.00 1. Menjelaskan tanda dan gejala yang biasa mengerti dan tahu penyakit asam urat
2018 (kebutuhan belajar) muncul pada penyakit dan makan-makanan yang harus
mengenai kondisi R/pasien masih tampak binggung dihindari, serta terapi yang harus
dan pengobatan 2 Menjelaskan tentang proses penyakit dilakukan sendiri ketika linu
berhubungan R/pasien mendengarkan dengan baik O:
dengan kurangnya 3 Mengidentifikasi kemungkinan penyebab Pasien tampak binggung, tampak
informasi mengenai penyakit tidak koorperatif, tidak mampu
penyakit Artritis R/pasien mengeluhkan semua apa yang menjelaskan apa saja yang ditanyakan
gout dirasakan. oleh petugas dan masih bertanya-
4 Mendiskusikan perubahan gaya hidup tanya mengenai penyakit.
yang mungkin diperlukan untuk A:
mencegah komplikasi di masa yang akan Masalah belum teratasi
datang dan atau proses pengontrolan
penyakit P: lanjutkan intervensi pendidikan
R/ Pasien tampak berdiskusi dengan kesehatan kepada pasien Gout artritis.
perawat
5 Diskusikan tentang rencana diet yang
sesuai dengan kondisi klien
R/pasien mendengarkan dengan penuh
perhatian
6 Jelaskan tentang penggunaan obat
R/pasien menaatin perintah meminum
obat
7 Instruksikan pasien mengenai tanda dan
gejala untuk melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan cara yang

50
tepat.
R/pasien mendengarkan dengan penuh
perhatian.
04 Gangguan rasa 08.00- 1. Menanyakan bagaimana keadaan S: Tn.B mengatakan sudah tidak
Desember nyaman yeri 16.00 kesehatannya sekarang nyeri lagi seluruh persendian kaki kiri
2018 persendian pada R/masih terasa sakit di bagian saat melakukan aktifitas yang
Tn.B b/d proses ekstremitas dan pinggangnya berlebihan karena sudah minum obat
inflamasi destruksi 2. Memonitor skala nyeri (skala 5) secara teratur .
persendian. R/skala nyeri 5 (0-10)
3. Memonitor TTV O: wajah tampak rileks, Seluruh
TD: 125/80mmHg, DN: 80x/m, RR: bagian persendian kaki kiri tidak
21x/m tampak kaku, Kadar asam urat 5,5
4. Mengobservasi reaksi nonverbal dan mg/dl, TD: 125/80mmhg, DN:80x/m,
ketidaknyamanan (Grimmace +) skala nyeri 2 (0-10)
R/pasien mengatakan masih nyeri A:
dibagian eketremitas sebelah kiri dan Nyeri teratasi
pinggangnya terasa ditusuk-tusuk P: Motivasi keluarga untuk
5. Mengajarkan teknik non-farmakologi membantu klien dalam memberikan
untuk mengurangi (relaksasi nafas diit yang tepat untuk asam urat
dalam, kompres hangat dan massase) Motivasi klien untuk minum obat dan
R/ Masih terasa nyeri teknik nafas dalam.
6. Mengkolaborasi dengan tim medis
pemberian analgesik
 Ibuprofen 3x100 mg
 Allopurinol 3x100 mg
 Natrium deflofenak 3x100mg
8 Mengevaluasi pemberian analgesik dan
teknik nonfarmakologi untuk

51
mengurangi nyeri

07 Kurang 08.00- 1. Mendorong klien untuk mengeluh S: pasien mengatakansudah mengerti


Desember pengetahuan 16.00 kesahkan apa yang dirasakan dan tahu penyakit asam urat dan
2018 (kebutuhan belajar) R/pasien tampak mengeluarkan keluh makan-makanan yang harus
mengenai kondisi kesahnya. dihindari, serta terapi yang harus
dan pengobatan 2. Menjelaskan tanda dan gejala yang biasa dilakukan sendiri ketika linu
berhubungan muncul pada penyakit O:
dengan kurangnya R/pasien masih tampak binggung Pasien tampak tidak binggung,
informasi mengenai 3 Menjelaskan tentang proses penyakit tampak koorperatif, mampu
penyakit Artritis R/pasien mendengarkan dengan baik menjelaskan apa saja yang ditanyakan
gout 4 Mengidentifikasi kemungkinan penyebab oleh petugas dan masih bertanya-
penyakit tanya mengenai penyakit.
R/pasien mengeluhkan semua apa yang A:
dirasakan. Kurang pengetahuan mengenai
5 Mendiskusikan perubahan gaya hidup kondisi dan pengobatan teratasi
yang mungkin diperlukan untuk
mencegah komplikasi di masa yang akan P: lanjutkan intervensi motivasi klien
datang dan atau proses pengontrolan untuk melakukan apa saja yang sudah
penyakit di pelajari selama penyuluhan dan
R/ Pasien tampak berdiskusi dengan berikan penghargaan positif terhadap
perawat klien
6 Diskusikan tentang rencana diet yang
sesuai dengan kondisi klien
R/pasien mendengarkan dengan penuh
perhatian
7 Jelaskan tentang penggunaan obat
R/pasien menaatin perintah meminum

52
obat
8 Instruksikan pasien mengenai tanda dan
gejala untuk melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan cara yang
tepat.
R/pasien mendengarkan dengan penuh
perhatian.

53
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sesuai dengan UU 36 2009 dijelaskan bahwa “manusia lansia adalah seseorang yang
karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial, perubahan ini
akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan, termasuk kesehatannya. Oleh
karena itu, kesehatan lansia perlu mendapat perhatuan khusus dengan tetap dipelihara
dan ditingkatkan agar selama mungkin dapat hidup secara produktif sesuai dengan
kemampuannya sehingga dapat ikut serta berperan aktif dalam pembangunan”.
Gout merupakan kelompok keadaan heterogenous yang berhubungan dengan defek
genetic pada metabolisme purin atau hiperuricemia ( Brunner & Suddarth, 2009 : 1810 ).
Jadi, Gout atau sering disebut asam urat adalah suatu penyakit metabolik dimana tubuh
tidak dapat mengontrol asam urat sehingga terjadi penumpukan asam urat yang
menyebabkan rasa nyeri pada tulang dan sendi.
Kegiatan ini menurut Depkes (1993 1b), dimaksudkan untuk memberikan bantuan,
bimbingan, pengawasan, perlindungan dan pertolongan kepada lanjut usia secara
individu maupun kelompok, seperti di rumah/lingkungan keluarga, Panti Werda maupun
Puskesmas, yang di berikan perawat. Untuk asuhan keperawatan yang masih dapat
dilakukan oleh anggota keluarga atau petugas sosial yang bukan tenaga keperawatan,
diperlukan latihan sebelumnya atau bimbingan langsung pada waktu tenaga keperawatan
melakukan asuhan keperawatan di rumah atau panti. (Depkes, 1993 1b).
Adapun asuhan keperawatan dasar yang di berikan, disesuaikan pada kelompok lanjut
usia, apakah lanjut usia aktif atau pasif, antara lain:
3 Untuk lanjut usia yang masih aktif, asuhan keperawatan dapat berupa dukungan
tentang personal hygine, kebersihan lingkungan serta makanan yang sesuai dan
kesegaran jasmani.
4 Untuk lanjut usia yang telah mengalami pasif, yang tergantung pada orang lain. Hal
yang perlu diperhatikan dalam memberikan asuhan keperawatan pada lanjut usia pasif
pada dasarnya sama sama seperti pada lanjut usia aktif, dengan bantuan penuh oleh
anggota keluarga atau petugas. Khususnya bagi yang lumpuh, perlu dicegah agar
tidak terjadi dekubitus.
B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan bagi pembaca khususnya mahasiswa/i
Jurusan Keperawatan akper Husada Karya Jaya, hendaknya memberikan asuhan
54
keperawatan lansia dengan benar dan tepat sehingga dapat sesuai dengan evaluasi yang
diharapkan.

55

Anda mungkin juga menyukai