DENGAN
MASALAH MUSKULOSKELETAL : ASAM URAT DI
RUANG CEMPAKA PANTI SOSIAL TRESNA
WERDHA BUDI MULIA 1 CIPAYUNG
DI SUSUN OLEH
Antika Nisa Sifa (20191500)
Davidson (20191500)
Nadia Dara Tamara Saputri (201915007)
Nur Intan Marliana (20191500)
JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan segala
rahmat kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
tepat waktu tanpa ada halangan sedikit pun. Kami mengucapkan banyak terima
kasih kepada pembimbing yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan
makalah yang membahas tentang “Asuhan Keperawatan pada Lansia dengan
Masalah Muskuloskeletal : Asam Urat”. Ucapan terima kasih juga kami
sampaikan kepada orang tua yang telah memberikan dukungan bagi kami. Serta
tak lupa teman-teman yang ikut bekerja sama dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa penulisan tugas makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca
demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna dan
membantu dalam proses pembelajaran.
Kelompok
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Tujuan Penulisan....................................................................................................3
C. Ruang Lingkup.......................................................................................................3
D. Metode Penulisan...................................................................................................3
E. Sistematika Penulisan.............................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................5
A. Konsep Dasar.........................................................................................................5
1. Pengertian Lansia...........................................................................................5
2. Batasan Usia Lansia.......................................................................................5
3. Proses Menua.................................................................................................6
4. Karakteristik Lansia.......................................................................................9
5. Perubahan yang Terjadi pada Lansia..............................................................9
B. Konsep Sistem Muskuloskeletal...........................................................................13
1. Pengertian Sistem Muskuloskeletal..............................................................13
2. Sistem Muskuloskeletal yang Normal..........................................................14
3. Perubahan Sistem Muskuloskeletal pada Lansia dan Dampak yang Muncul16
4. Asuhan Keperawatan Terkait Sistem Muskuloskeletal.................................18
C. Konsep Gout Arthritis (Asam Urat).....................................................................19
1. Definisi.........................................................................................................19
2. Etiologi.........................................................................................................20
3. Manifestasi Klinik........................................................................................21
4. Komplikasi...................................................................................................21
5. Masalah Kesehatan dikatikan dengan Gerontologi.......................................22
6. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Asam Urat..................................22
BAB III TINJAUAN KASUS..........................................................................................30
A. Kasus....................................................................................................................30
B. Asuhan Keperawatan............................................................................................33
BAB IV PEMBAHASAN...............................................................................................72
A. Pengkajian............................................................................................................72
B. Diagnosa Keperawatan.........................................................................................73
C. Intervensi Keperawatan........................................................................................74
D. Implementasi Keperawatan..................................................................................75
E. Evaluasi Keperawatan..........................................................................................75
BAB V PENUTUP..........................................................................................................76
ii
A. Simpulan..............................................................................................................76
B. Saran....................................................................................................................76
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................- 1 -
A.
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penuaan adalah proses alamiah memasuki tahap akhir kehidupan yang akan
dialami setiap individu yang berusia lanjut (lansia). Lansia pada tahap ini
mengalami proses penuaan yang membuat individu mengalami kemunduran
dalam fungsi fisiologis maupun psikologis. Proses penuaan ini membuat
manusia memiliki banyak penyakit degeneratif seperti hipertensi, diabetes,
asam urat dan kanker yang akan menyebabkan berakhirnya hidup dengan
episode terminal (Rini, 2017). Lansia dibagi menjadi empat yaitu usia
pertengahan (middle age) antara 45 sampai 59 tahun, usia lanjut (elderly)
antara 60 sampai 74 tahun, usia tua (old) antara 75 sampai 90 tahun, dan usia
sangat tua (very old) di atas 90 tahun (Fatmawati, 2010). Menurut Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2004, lansia adalah seseorang
yang berusia 60 (enam puluh) tahun ke atas (Kemenkes RI, 2017).
Masalah kesehatan yang paling banyak dialami lansia adalah penyakit tidak
menular dimana salah satunya adalah penyakit asam urat (Gout). Penyakit
asam urat (Gout) adalah penyakit yang terjadi karena penumpukan asam
urat/kristal asam urat pada jaringan sendi akibat dari gangguan metabolism
purin dalam tubuh sehingga membuat kadar asam urat dalam darah meningkat
dan lebih dari normal (Wijayanti, 2017). Purin itu sendiri adalah turunan dari
protein yang terkandung di dalam tubuh. Purin juga didapatkan dari makanan
yang kita konsumsi. Patokan untuk menyatakan keadaan seseorang terkena
asam urat apabila kadar asam urat dalam tubuh mencapai >7 mg/dL pada laki–
laki dan >6 mg/dL pada perempuan.
2
Dalam kondisi normal, asam urat yang dihasilkan akan dikeluarkan oleh tubuh
dalam bentuk urine dan feses. Proses pembuangan ini diatur oleh ginjal, yang
berfungsi mengatur kestabilan kadar asam urat dalam tubuh. Namun jika kadar
asam urat berlebihan, ginjal tidak sanggup mengaturnya sehingga kelebihan
kristal asam urat tersebut akan menumpuk pada sendi dan jaringan.
Pengendapan ini menyebabkan sendi mengalami peradangan yang ditandai
dengan tanda dan gejala seperti nyeri, bengkak, dan kemerahan pada
persendian (Farida, 2015).
Gejala khas dari serangan asam urat adalah serangan akut, biasanya bersifat
menyerang satu sendi saja dengan gejala pembengkakan, kemerahan, nyeri
hebat dan panas. Selain itu juga terjadi gangguan gerak dari sendi yang
terserang yang terjadi secara mendadak (akut). Intervensi keperawatan yang
dilakukan untuk menangani jika serangan asam urat terjadi di antaranya
pemberian manejemen nyeri, immobilisasi sendi, kompres air hangat,
Pemberian anti asam urat, (analgesik, antiinflamasi, colchicine, diuretik,
allopurinol, kortikosteroid), minum vitamin C, terapi minum air putih (Smart,
2010).
3
Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung adalah salah satu
sarana pelayanan kesejahteraan sosial bagi para lanjut usia (jompo). Kondisi
lansia yang ada di PSTW Budi Mulia1 Cipayung bermacam-macam, ada yang
tinggal atas keinginan sendiri, ada yang dibawa oleh petugas, serta ada yang
diantar oleh keluarga. Kondisi kesehatan lansia juga bermacam-macam ada
yang sehat, ada yang memiliki penyakit kronis, ada pula yang sudah
mengalami demensia sehingga untuk melakukan aktifitas sehari-hari sehingga
memerlukan bantuan dari petugas panti. Oleh karena itu, kelompok mengambil
kasus gout artritis karena hampir kebanyakan pasien lansia di Panti Sosial
Tresna Werdha (PSTW) Cipayung mengalami kasus gout artritis.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan pembelajaran, diharapkan Mahasiswa mampu memahami
tentang penyakit dan asuhan keperawatan pada lansia dengan asam urat.
2. Tujuan khusus
a) Dapat memahami konsep dasar lansia.
b) Dapat memahami konsep sistem muskuloskeletal.
c) Dapat memahami konsep penyakit gout arthritis (asam urat)
d) Dapat memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam masalah ini membahas tentang asuhan keperawatan pada
lansia dengan masalah asam urat di ruang Cempaka Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Mulia 1 Cipayung.
D. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan yaitu deskriptif, kajian pustaka dilakukan
dengan mencari sumber literature melalui internet dan buku panduan.
4
E. Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan
Bab ini berisi tentang latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup, metode
penulisan dan sistematika penulisan.
BAB IV Pembahasan
Bab ini berisi tentang pembahasan mengenai asuhan keperawatan lansia yang
akan disesuaikan dengan teori dan penelitian serta mencari kesenjangan antara
tinjauan kasus dengan teori dan penelitian.
BAB V Penutup
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari makalah ini dan saran bagi mahasiswa,
institusi pendidikan dan lahan praktik.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar
1. Pengertian Lansia
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua
bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur
mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunnya daya
tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh,
seperti didalam Undang-Undang No. 13 tahun 1998 yang menyatakan
bahwa pelaksanaan pembangunan nasional yang bertujuan mewujudkan
masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945 telah menghasilkan kondisi sosial masyarakat yang makin
membaik dan usia harapan hidup makin meningkat, sehingga jumlah lanjut
usia makin bertambah (Kholifah, 2016).
3. Proses Menua
Proses penuaan merupakan proses alamiah setelah tiga tahap kehidupan,
yaitu masa anak, masa dewasa, dan masa tua yang tidak dapat dihindari
oleh setiap individu. Pertambahan usia akan menimbulkan perubahan-
perubahan pada struktur dan fisiologis dari berbagai sel/jaringan/organ dan
sistem yang ada pada tubuh manusia. Proses ini menjadi kemunduran fisik
maupun psikis. Kemunduran fisik ditandai dengan kulit mengendur, rambut
memutih, penurunan pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan lambat,
dan kelaianan berbagai fungsi organ vital. Sedangkan kemunduran psikis
terjadi peningkatan sensitivitas emosional, penurunan gairah, bertambahnya
minat terhadap diri, berkurangnya minat terhadap penampilan,
meningkatkan minat terhadap material, dan minat kegiatan rekreasi tidak
berubah (hanya orientasi dan subyek saja yang berbeda) (Mubarak, 2009).
Namun, hal di atas tidak menimbulkan penyakit. Oleh karena itu, Lansia
harus senantiasa berada dalam kondisi sehat, yang diartikan sebagai kondisi
:
a. Bebas dari penyakit fisik, mental, dan sosial.
b. Mampu melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
c. Mendapatkan dukungan secara sosial dari keluarga dan masyarakat.
Adapun dua proses penuaan, yaitu penuaan secara primer dan penuaan
secara sekunder. Penuaan primer akan terjadi bila terdapat perubahan pada
tingkat sel, sedangkan penuaan sekunder merupakan proses penuaan akibat
faktor lingkungan fisik dan sosial, stres fisik atau psikis, serta gaya hidup
dan diet dapat mempercepat proses penuaan (Mubarak, 2009).
7
Terdapat beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu teori
biologi, teori psikologis, teori sosial dan teori konsekuensi personal.
a. Teori biologi
1) Teori Jam Genetik
Teori genetik menyebutkan bahwa manusia secara genetik sudah
terprogram bahwa material didalam inti sel di katakan bagaikan
memiliki jam genetis terkait dengan frekuensi mitosis. Teori ini di
dasarkan pada kenyataan bahwa spesies-spesies tertentu memiliki
harapan hidup (lifespan) yang tertentu. Manusia memiliki rentang
kehidupan maksimal sekitar 110 tahun, sel- sel di perkirakan
hanya mampu membela sekitar 50 kali, sesudah itu akan
mengalami deteriorasi (Padila, 2013).
2) Wear and Tear Theory
Menurut teori wear and tear disebutkan bahwa proses menua
terjadi akibat kelebihan usaha dan stres yang menyebabkan sel
tubuh menjadi lelah dan tidak mampu meremajakan fungsinya
(Padila, 2013)
3) Teori Stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel – sel yang biasa digunakan
tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan
lingkungan internal, kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-
sel tubuh telah terpakai (Padila, 2013).
4) Slow Immunology Theory
Sistem imun menjadi kurang efektif dalam mempertahankan diri,
regulasi dan responbilitas. Didalam proses metabolisme tubuh,
suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu
yang tidak dapat bertahan sehingga zat tersebut menjadi jaringan
lemah.
5) Teori Radikal Bebas
Radikal bebas terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal
bebas mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik
seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel
8
4. Karakteristik Lansia
Menurut Padila (2013), lansia memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 Ayat (2) UU No. 13
tentang kesehatan).
b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai
sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi
adaptif hingga kondisi maladaptif.
c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.
2) Sistem Intergumen
Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis kering dan
berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan
berbercak. Kekeringan kulit disebabkan atropi glandula sebasea
dan glandula sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada kulit
dikenal dengan liver spot.
3) Sistem Muskuloskeletal
Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia: Jaringan
penghubung (kolagen dan elastin), kartilago, tulang, otot dan
sendi.. Kolagen sebagai pendukung utama kulit, tendon, tulang,
kartilago dan jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi
bentangan yang tidak teratur. Kartilago: jaringan kartilago pada
persendian menjadi lunak dan mengalami granulasi, sehingga
permukaan sendi menjadi rata. Kemampuan kartilago untuk
regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjadi cenderung kearah
progresif, konsekuensinya kartilago pada persendiaan menjadi
rentan terhadap gesekan. Tulang: berkurangnya kepadatan tulang
setelah diamati adalah bagian dari penuaan fisiologi, sehingga akan
mengakibatkan osteoporosis dan lebih lanjut akan mengakibatkan
nyeri, deformitas dan fraktur. Otot: perubahan struktur otot pada
penuaan sangat bervariasi, penurunan jumlah dan ukuran serabut
otot, peningkatan jaringan penghubung dan jaringan lemak pada
otot mengakibatkan efek negatif. Sendi; pada lansia, jaringan ikat
sekitar sendi seperti tendon, ligament dan fasia mengalami penuaan
elastisitas.
4) Sistem kardiovaskuler
Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada lansia adalah massa
jantung bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertropi sehingga
peregangan jantung berkurang, kondisi ini terjadi karena perubahan
jaringan ikat. Perubahan ini disebabkan oleh penumpukan
lipofusin, klasifikasi SA Node dan jaringan konduksi berubah
menjadi jaringan ikat.
11
5) Sistem respirasi
Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas
total paru tetap tetapi volume cadangan paru bertambah untuk
mengkompensasi kenaikan ruang paru, udara yang mengalir ke
paru berkurang. Perubahan pada otot, kartilago dan sendi torak
mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu dan kemampuan
peregangan toraks berkurang.
6) Pencernaan dan Metabolisme
Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan
produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata karena kehilangan
gigi, indra pengecap menurun, rasa lapar menurun (kepekaan rasa
lapar menurun), liver (hati) makin mengecil dan menurunnya
tempat penyimpanan, dan berkurangnya aliran darah.
7) Sistem perkemihan
Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan. Banyak
fungsi yang mengalami kemunduran, seperti laju filtrasi, ekskresi,
dan reabsorpsi oleh ginjal.
8) Sistem saraf
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi
yang progresif pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami
penurunan koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktifitas
sehari-hari.
9) Sistem reproduksi
Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya
ovary dan uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki testis
masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya
penurunan secara berangsur-angsur.
10) Perubahan Kognitif
a) Memory (Daya ingat, Ingatan).
b) IQ (Intellegent Quotient).
c) Kemampuan Belajar (Learning).
d) Kemampuan Pemahaman (Comprehension).
12
sendi yang memungkinkan gerakan tubuh dua atau tiga dimensi otot yang
memungkinkan gerakan tubuh dan internal tendon dan ligamen yang
menghubungkan tulang dengan otot (Octavian, 2019). Sistem
muskuloskeletal adalah seluruh kerangka manusia dengan seluruh otot yang
menggerakkannya dengan tugas melindungi organ vital dan bertanggung
jawab atas pergerakan berbagai otot yang dapat menggerakkan anggota
badan dalam lingkup gerakkan sendir `tertentu (Risnanto, 2014).
b. Masalah keperawatan
Masalah keperawatan pada lansia dengan gangguan pada sistem
musculoskeletal adalah sebagai berikut:
1) Gangguan aktivitas sehari-hari.
2) Kurangnya perawatan diri.
3) Imobilisasi.
4) Kurangnya pengetahuan.
5) Resiko cedera: jatuh.
19
6) Cemas.
7) Nyeri sendi dan tulang.
c. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan untuk lansia dengan gangguan sistem
musculoskeletal adalah sebagai berikut:
1) Identifikasi faktor-faktor penyebab.
2) Anjurkan untuk menggunakan alat-alat bantu berjalan, misalnya
tongkat, atau kursi roda.
3) Gunakan kaca mata jika berjalan atau melakukan aktivitas.
4) Lakukan kegiatan fisik sesuai kemampuan.
5) Lakukan latihan gerak aktif dan pasif.
6) Latih pasien untuk pindah dari tempat tidur kekursi dan sebaliknya
dari kursi ke tempat tidur.
7) Sediakan penerangan yang cukup.
8) Sediakan pegangan pada tangga dan kamar mandi.
9) Beri motivasi dan reinforcement.
10) Pertahankan lingkungan yang aman.
11) Pertahankan kenyamanan, baik dalam keadaan istirahat maupun
beraktivitas.
12) Kolaborasi untuk pengobatan lebih lanjut
2. Etiologi
Menurut (Aspiani, 2014), penyebab utama terjadinya gout adalah karena
adanya deposit atau penimbunan kristal asam urat dalam sendi.
Penimbunan asam urat sering terjadi pada penyakit dengan metabolisme
asam urat abnormal dan kelainan metabolik dalam pembentukan purin dan
ekskresi asam urat yang kurang dari ginjal. Faktor pencetus terjadinya
pengendapan kristal asam urat adalah :
a. Diet tinggi purin, seperti jeroan, daging, kacang-kacangan, bayam,
jamur, kembang kol, sarden dan kerang dapat memicu terjadinya gout
pada orang yang mempunyai kelainan bawaan dalam metabolisme
purin sehingga terjadi peningkatan produksi asam urat.
b. Penurunan filtrasi glomerulus merupakan penyebab penurunan
ekskresi asam urat yang paling sering dan mungkin disebabkan oleh
banyak hal.
c. Pemberian obat diuretik seperti tiazid dan furosemid, salisilat dosis
rendah dan etanol juga merupakan penyebab penurunan ekskresi asam
urat yang sering dijumpai.
d. Produksi yang berlebihan dapat disebabkan oleh adanya defek primer
pada jalur penghematan purin (mis, defisiensi hipoxantin fosforibasil
transferase), yang menyebabkan peningkatan pergantian sel (mis,
sindrom lisis tumor) menyebabkan hiperuresemia sekunder.
e. Minum alkohol dapat menimbulkan serangan gout karena alkohol
meningkatkan produksi urat. Kadar laktat darah meningkat akibat
produk sampingan dari metabolisme normal alkohol. Asam laktat
21
3. Manifestasi Klinik
Arthritis gout muncul sebagai serangan radang sendi yang timbul berulang-
ulang. Gejala khas dari serangan arthritis gout menurut Ode (2012) adalah:
a. Nyeri sendi.
b. Menyerang satu sendi saja.
c. Kemerahan dan bengkak pada sendi, panas.
d. Tofi pada ibu jari, mata kaki dan pina telinga.
e. Kesemutan dan linu.
f. Nyeri terutama malam hari atau pagi hari saat bangun tidur.
g. Gangguan gerak dari sendi yang terserang yang terjadi mendadak.
4. Komplikasi
Menurut Noviyanti (2015), komplikasi penyakit asam urat meliputi :
a. Komplikasi pada ginjal
Secara garis besar, gangguan-gangguan pada ginjal yang dosebabkan
oleh asam urat mencakup dua hal yaitu terjadinya batu ginjal dan
resiko kerusakan ginjal. Batu ginjal terbentuk ketika urine
mengandung substansi yang membentuk kristal, seperti kalsium
oksalat dan asam urat. Pada saat yang sama urine kekurangangan
substansi yang mencegah kristal menyatu sehingga menjadikan batu
ginjal terbentuk.
b. Komplikasi pada jantung
Kelebihan asam urat dalam tubuh membuat seseorang berpotensi
terkena serangan jantung dan stroke. Hubungan antara asam urat
22
dengan penyakit jantung adalah adanya kristal asam urat yang dapat
merusak endotel atau pembuluh darah koroner.
c. Komplikasi pada hipertensi
Hipertensi terjadi karena asam urat menyebabkan renal vasokontriksi
melalui penurunan enzim nitrit oksidase di endotel kapiler sehingga
terjadi aktivitas sistem.
d. Komplikasi pada diabetes mellitus
Meningkatnya kadar asam urat darah juga beresiko terkena penyakit
diabetes mellitus. Pada penderita diabetes ditemukan 19% lebih tinggi
kadar asam urat yang tidak terkontrol.
b. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis.
2) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakmauan
untuk melakukan pergerakan.
3) Resiko injury berhubungan dengan ketidakmampuan dalam
bergerak.
4) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.
24
c. Intervensi Keperawatan
NO Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, maka a. Manajemen Nyeri (1400)
dengan agens cedera diharapkan nyeri pada pasien dapat teratasi, dengan indikator : b. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif,
biologis. 1. Tingkat Nyeri (2102) yang meliputi lokasi, karakteristik, frekuensi,
a. Nyeri yang dilaporkan kualitas dan intensitas nyeri.
1 5 ketidaknyamanan.
1 5 kompres hangat).
e. Beri matras atau kasur keras, bantal kecil.tinggikan
c. Ekspresi nyeri wajah
linen tempat tidur sesuai kebutuhan.
Saat dikaji Tujuan
f. Biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman saat
1 5
tidur atau duduk di kursi
g. Anjurkan pasien untuk istirahat.
2. Kontrol Nyeri (1605)
h. Dorong untuk sering ubah posisi.
a. Menggunakan tindakan pengurangan nyeri tanpa analgesic
i. Bantu passien bergerak di tempat tidur.
Saat dikaji Tujuan
j. Sokong sendi yang sakit di atas dan di bawah,
1 5
hindari gerakan yang mennyentak.
b. Melaporkan nyeri yang terkontrol
k. Anjurkan pasien mandi air hangat atau air pancur
Saat dikaji Tujuan
saat bangun pagi.
1 5
25
aktif.
n. Kolaborasi, beri lingkungan yang aman dan
anjurkan untuk menggukan alat bantu.
o. Kolaborasi obat – obatan sesuai indikasi (steroid).
3 Resiko injury Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, maka 1. Pencegahan Jatuh (6490)
berhubungan dengan diharapkan tidak terjadi injury pada pasien, dengan indikator: a. Kaji pengetahuan pasien dan keluarga terhadap
ketidakmampuan dalam 1. Perilaku Pencegahan Jatuh (1909) perubahan fisik pada lanjut usia dan akibatnya.
bergerak. a. Meminta bantuan b. Monitor tanda-tanda jatuh pada pasien .
Saat dikaji Tujuan c. Diskusikan dengan pasien dan keluarganya
1 5 mengenai perubahan pada lanjut usia proses
b. Menggunakan pegangan tangan menua, batasan lanjut usia, perubahan pada sistem
Saat dikaji Tujuan tubuh, akibat perubahan.
1 5 d. Gali pengetahuan pasien dan keluarga mengenai
c. Menggunakan alat bantu dengan benar upaya pencegahan agar pasien tidak jatuh.
Saat dikaji Tujuan e. Monitor sumber-sumber dalam keluarga yang ada
1 5 dan dan dapat digunakan peralatan biaya tenaga.
f. Kaji faktor pendukung terjadinya jatuh: kondisi
rumah, kondisi penderita.
g. Sediakan alat bantu untuk menyeimbangkan gaya
berjalan.
h. Ajarkan pasien bagaimana jika jatuh, untuk
memaksimalkan cedera.
i. Diskusikan cara-cara pencegahan jatuh pada pasien
27
modifikasi lingkungan.
j. Beri motivasi pasien dan keluarga untuk
mempraktekkan cara pencegahan.
k. Beri pujian atas usaha yang dilakukan.
4 Defisiensi pengetahuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, maka 1. Pengajaran : Proses Penyakit (5602)
berhubungan dengan diharapkan defisiensi pengetahuan pada pasien dapat teratasi, dengan a. Kaji tingkat pengetahuan terkait dengan proses
kurang informasi. indikator: penyakit.
1. Pengetahuan : Manajemen Arthritis (1831) b. Kaji kemampuan pasien dalam mengungkapkan
a. Tanda dan gejala awal penyakit instruksi yang diberikan oleh dokter atau perawat.
Saat dikaji Tujuan c. Identifikasi penyebab dari sakit.
1 5 d. Jelaskan tanda dan gejala penyakit.
b. Sumber informasi arthritis e. Identifikasi kemungkinan penyebab.
Saat dikaji Tujuan f. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan.
1 5 g. Jelaskan komplikasi yang mungkin akan terjadi.
c. Tahu kapan mendapatkan bantuan dari petugas kesehatan h. Edukasi pasien mengenai tindakan untuk
d. Potensi perubahan tubuh akibat penyakit harus dilaporkan kepada petugas kesehatan.
j. Berikan Jadwal obat yang harus di gunakan
Saat dikaji Tujuan
meliputi nama obat, dosis, tujuan dan efek samping
1 5
k. Bantu pasien dalam merencanakan program latihan
dan istirahat yang teratur.
28
d. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk
mencapai tujuan yang spesifik, tahap implementasi dimulai setelah
rencana intervensi disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk
membantu pasien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu
rencana intervensi yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi
faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan pasien
(Nursalam, 2013).
e. Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan keberhasilan dari diagnosis
keperawatan, rencana intervensi dan implementasinya. Tahap evaluasi
memungkinkan perawat untuk memonitor “kealpaan” yang terjadi
selama tahap pengkajian, analisis, perencanaan, dan implementasi
intervensi. Meskipun tahap evaluasi diletakkan pada akhir proses
keperawatan tetapi tahap ini merupakan bagian integral pada setiap
tahap proses keperawatan (Nursalam, 2013).
29
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Kasus
Seorang perempuan (Ny. T) berusia 51 tahun beragama islam dengan
pendidikan terakhir SMA dengan tinggi badan 146 cm dan berat badan 64 kg
masuk ke panti sosial tresna werdha budi mulia 1 cipayung pada tanggal 27
Agustus 2019. Pasien terlihat bersih, dengan ciri-ciri pada kaki kanan bagian
jempol kaki terdapat bekas tonjolan dan berwarna kemerahan. Pasien
mengeluhkan sering merasa kesemutan dan linu pada bagian kaki kanan, jika
sedang jalan pasien merasakan pegal dan jalannya harus pelan-pelan. Pada saat
dilakukan pengkajian didapatkan data bahwa pasien pernah dilakukan
pengecekan kadar asam urat pada tanggal 01 Februari 2020 dengan hasil 8
mg/dL. Pasien mengatakan mengalami asam urat sejak 6 bulan yang lalu.
Pasien saat ini mengeluhkan nyeri yang dirasakan karena asam urat. Pasien
mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk dan linu. Pasien mengatakan nyeri
dirasakan pada kaki kanan bagian dengkul sampai telapak kaki dan jari-jari.
Pasien mengatakan nyeri dirasakan pada skala 5. Pasien mengatakan nyeri
dirasakan setiap siang hari pukul 12.00 sampai sore hari pukul 15.00 WIB.
Pasien terlihat sedang mengusap-usap daerah yang nyeri dan adanya tonjolan
di bagian sendi jempol kaki kanan. Pasien mengatakan tidak ada riwayat
penyakit dari keluarga. Pasien mengatakan tidak memiliki alergi terhadap obat-
obatan, makanan ataupun lingkungan.
juga tidak mengalami penyakit diabetes mellitus karena pada saat di cek kadar
gula darah pasien yaitu 125 mg/dL.
Pasien tinggal di ruang cempaka dengan 39 WBS lainnya. Kasur pasien dilapisi
dengan seprai, ruangan di sapu dan dibersihkan setiap pagi harinya.
Penerangan di panti baik, sudah cukup terang. Terdapat lampu disetiap ruangan
seperti ruang kamar, toilet dan pantry. Sinar matahari dapat masuk melalui
jendela ruangan. Lantai terbuat dari kramik. Kondisi lantai bersih dan tidak
licin. Tidak ada genangan air dan di setiap turunan terdapat pegangan. Lantai
kamar mandi terbuat dari kramik. Kondisi kamar mandi tidak licin dan terdapat
lampu. Terdapat pegangan di dinding kamar mandi. Ruangan tertata rapih,
tidak berbau dan bersih. Terdapat 2 orang perawat yang bertugas dan terdapat
klinik di dalam dilingkungan PSTW Budi Mulya 1 Cipayung. Jika WBS
sedang sakit maka mendapatkan rujukan ke RSKD Duren Sawit. Pasien aktif
mengikuti kegiatan di panti seperti sholat dimasjid, mengaji dan senam pagi.
Pasien mengatakan menyukai kajian islam seperti mendengarkan ceramah.
Pasien juga akrab dengan WBS lainnya dan terlihat sering mengobrol.
ingin menelpon anaknya serta ingin dijenguk oleh anaknya. Pasien mengatakan
setiap kali ia mengeluhkan nyeri di daerah dengkulnya, pasien hanya tiduran
saja dan berbicara dengan temannya. Pasien juga bercerita tentang keluarganya
bahwa ia menikah dengan suaminya memiliki 3 orang anak. Anak pertama
berjenis kelamin laki-laki dan kedua anak lainnya berjenis kelamin perempuan.
Pasien juga bercerita bahwa suaminya sudah meninggal. Jika sedang ada
masalah pasien hanya tiduran saja. Pasien mengatakan mandi 2 x sehari
menggunakan sabun dan jika keramas menggunakan shampoo.
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
Ruangan : Cempaka Tanggal Pengkajian : 03 Maret 2020
a. Data Biografi
1) Nama : Ny. T
2) Tempat dan Tanggal Lahir : Bandung, 01 Juli 1968
3) Pendidikan Terakhir : SMA
4) Agama : Islam
5) Status Perkawinan : Janda
6) TB/BB : 146 cm / 64 kg
7) Penampilan : Tubuh bersih, dengan ciri-ciri pada
kaki kanan bagian jempol kaki terdapat bekas tonjolan dan
berwarna kemerahan.
8) Alamat : Cikarang selatan B2 No. 23 RT.06
RW. 08
9) Orang yang dapat dihubungi : Tidak ada
a) Hubungan dengan lansia : -
b) Alamat :-
c) Tanggal masuk panti : 27 Agustus 2019
4) Severity Scale :
Pasien mengatakan nyeri dirasakan pada skala 5.
5) Timming :
Pasien mengatakan nyeri dirasakan setiap siang hari pukul 12.00
sampai sore hari pukul 15.00
3) Dimensia :
Pasien tidak mengalami dimensia, karena pada saat ditanyakan
mengenai keluarga dan jumlah anaknya pasien masih mengingatnya
dan pasien juga masih ingat masa kecilnya dahulu.
4) Diabetes Mellitus :
Pasien tidak mengalami penyakit diabetes mellitus, karena pada saat
di cek kadar gula darah pasien yaitu 125 mg/dL. Pasien juga tidak
merasakan sering lapar, tidak merasakan sering BAK pada malam
hari dan tidak merasa sering haus pada malam hari.
5) Masalah Psikososial :
Pasien aktif mengikuti kegiatan di panti seperti sholat dimasjid,
mengaji dan senam pagi. Pasien juga akrab dengan WBS lainnya
dan terlihat sering mengobrol.
6) Lain-lain, sebutkan jika ada (Asam Urat) :
Pasien mengatakan kaki kanan sering merasa linu dari bagian
dengkul hingga telapak kaki. Terlihat bengkak pada bagian dengkul
dan terdapat tonjolan di bagian sendi jempol kaki kanan dan
berwarna kemerahan dengan hasil asam urat 8 mg/dL pada tanggal
01 Februari 2020.
i. Lingkungan
1) Kondisi tempat tinggal atau lingkungan :
Pasien tinggal di ruang cempaka dengan 39 WBS lainnya. Kasur
pasien dilapisi dengan seprai. Ruangan di sapu dan dibersihkan
setiap pagi harinya.
2) Penerangan
Penerangan di panti baik, sudah cukup terang. Terdapat lampu
disetiap ruangan yaitu ruang kamar, toilet dan pantry. Sinar
matahari dapat masuk melalui jendela ruangan.
3) Lantai
Lantai terbuat dari kramik. Kondisi lantai bersih dan tidak licin.
Tidak ada genangan air dan di setiap turunan terdapat pegangan.
36
4) Kamar mandi
Lantai kamar mandi terbuat dari ubin atau kramik. Kondisi kamar
mandi tidak licin dan terdapat lampu. Terdapat pegangan di dinding
kamar mandi.
5) Lainnya
Ruangan tertata rapih, tidak berbau dan bersih. Terdapat pegangan
dikamar mandi.
j. Riwayat Rekreasi
1) Hobby atau minat : Tidak ada hobby, pasien hanya
duduk saja di kamar.
2) Kegiatan di panti : Pasien mengatakan mengikuti
kegiatan islam seperti sholat, mengaji di dalam masjid.
3) Liburan : Hanya di kamar.
k. Sistem Pendukung
1) Perawat/Dokter/Fisioterapi : Terdapat 2 orang perawat yang
bertugas.
2) Klinik : Terdapat klinik di dalam
dilingkungan PSTW Budi Mulya 1 Cipayung.
3) Rumah sakit : Jika WBS sedang sakit maka
mendapatkan rujukan ke RSKD Duren Sawit.
l. Diskripsi Kekhususan
1) Kebiasaan atau ritual atau hal lainnya
Pasien mengatakan menyukai kajian islam seperti mendengarkan
ceramah. Pasien juga melakukan kegiatan sholat dan mengaji.
n. Pengkajian Fisik
1) Keadaan umum : Bersih, rapih, memakai kerudung.
2) Tingkat kesadaran : Composmentis
3) Skala koma glasgow : E4V5M6
4) Tanda-tanda vital
a) Tekanan darah : 110/70 mmHg.
b) Nadi : 75 x/menit.
c) Pernafasan : 20 x/menit.
d) Suhu : 36,3 OC.
5) Kepala dan bentuk leher
Bentuk kepala bulat, tidak terdapat lesi, kulit kepala bersih, rambut
bersih dan beruban. Pasien mengatakan tidak merasakan nyeri saat
menelan.
6) Sistem kardiovaskuler (B1 : Bleeding)
Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 70 x/menit dengan irama
teratur, CRT <3 detik, distensi vena jugularis (-), kulit hangat, bunyi
jantung S1 (lub), edema (-), tidak terdapat pembesaran jantung.
7) Sistem pernafasan (B2 : Breathing)
Pernafasan 20x/menit dengan irama teratur, pernafasan spontan,
bunya nafas vesikuler, retraksi dada (-), bentuk dada simetris,
pergerakan dada simetris, jalan nafas bersih, penggunaan otot bantu
pernafasan (-).
8) Sistem persyarafan (B3 : Brain)
Tingkat kesadaran composmentis dengan GCS 15, keluhan sakit
kepala (-), tanda-tanda peningkatan TIK (-), kejang (-), pelo (-),
mulut mencong (-), disorientasi (-), pasien dapat membedakan bau-
bauan seperti minyak kayu putih, pasien dapat melihat dengan jelas
dengan jarak <1 meter, pasien mampu mendengar dengan jelas,
39
p. Data Penunjang
1) Radiologi : Tidak ada
2) EKG : Tidak ada
3) Laboratorium : Tidak ada
4) Lain-lain : Kadar asam urat 8 mg/dL (01 Februari
2020)
q. Informasi Tambahan
Kadar asam urat pasien yaitu 5,9 mg/dL (06 Maret 2020).
2. Diagnosa Keperawatan
Hari/Tanggal DATA PROBLEM ETIOLOGI
Selasa, 03 Data Subjektif :
Maret 2020 1. Pasien mengatakan nyeri Nyeri Kronis Gangguan
dirasakan karena asam urat. Muskuloskeletal
2. Pasien mengatakan nyeri Kronis
seperti ditusuk-tusuk dan linu.
3. Pasien mengatakan nyeri
dirasakan pada kaki bagian
dengkul sampai telapak kaki
dan jari-jari.
41
Data Objektif :
1. Pasien terlihat meringis
kesakitan.
2. Pasien terlihat menggosok
area nyeri.
3. Terlihat adanya bengkak di
bagian dengkul dan adanya
tonjolan di bagian sendi
jempol kaki kanan.
4. Hasil kadar asam urat pada
tanggal 01 Februari 2020 yaitu
8 mg/dL.
Selasa, 03 Data Subjektif :
Maret 2020 1. Pasien mengatakan suka Hambatan Mobilitas Kaku Sendi
merasa kesemutan dan sakit Fisik
pada sendi.
2. Pasien mengatakan jika jalan
jauh suka merasa pegal.
3. Pasien mengatakan jika
sedang jalan harus pelan-pelan
karena kakinya suka sakit.
Data Objektif :
1. Terlihat adanya bengkak pada
bagian dengkul kaki kanan
dan kiri.
2. Terlihat adanya benjolan pada
bagian sendi jempol kaki.
3. Kekuatan otot pasien
5555 5555
5555 5555
42
Data Objektif :
1. Pasien terlihat bingung dengan
sakit yang sedang
dirasakannya.
2. Pasien terlihat menanyakan
kembali tentang asam urat.
3. Intevensi Keperawatan
NO Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1 Nyeri kronik Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 10x24 jam, maka 1. Manajemen Nyeri (1400)
berhubungan dengan diharapkan nyeri pada pasien dapat teratasi, dengan indikator : a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif,
gangguan 1. Kepuasan Pasien : Manajemen Nyeri (3016) yang meliputi lokasi, karakteristik, frekuensi,
muskuloskeletal kronik. a. Nyeri terkontrol kualitas dan intensitas nyeri.
Saat dikaji Tujuan b. Observasi adanya petunjuk non verbal mengenai
2 4 ketidaknyamanan.
b. Tingkat nyeri di pantau secara regular c. Ajarkan tenknik non farmakologi untuk
Saat dikaji Tujuan mengurangi nyeri (relaksasi nafas dalam dan
2 4 kompres hangat).
c. Memberikan pilihan-pilihan untuk manajemen nyeri d. Gali bersama pasien mengenai faktor-faktor yang
2 4 nyeri.
e. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat
2 5 nafas dalam.
f. Anjurkan pasien untuk menggunakan teknik
relaksasi nafas dalam jika sedang merasakan nyeri
2 Hambatan mobilitas fisik Selelah dilakukan tindakan keperawatan selama 10x24 jam, diharapkan 1. Terapi Latihan : Mobilitas Sendi (0224)
berhubungan dengan hambatan mobilitas fisik pada pasien dapat teratasi, dengan indikator : a. Dukung latihan ROM aktif sesuai jadwal yang
kaku sendi. 1. Pergerakan Sendi : Lutut (0217) teratur.
a. Ekstensi 0O b. Inisiasi pengukuran kontrol nyeri sebelum memulai
Saat dikaji Tujuan latihan sendi.
3 4 c. Pakaikan baju yang tidak menghambat pergerakan
b. Fleksi 130O pasien.
Saat dikaji Tujuan d. Bantu pasien mendapatkan posisi tubuh yang
3 4 optimal untuk pergerakan sendi pasif maupun aktif.
45
c. Tahu kapan mendapatkan bantuan dari petugas kesehatan harus dilaporkan kepada petugas kesehatan.
Saat dikaji Tujuan
1 5
d. Potensi perubahan tubuh akibat penyakit
Saat dikaji Tujuan
1 5
e. Manfaat olahraga secara teratur
Saat dikaji Tujuan
1 5
47
4. Implementasi Keperawatan
No Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Keperawatan TTD
1 Rabu, 04 Nyeri kronis berhubungan 1. Manajemen Nyeri (1400) Kelompok
Maret 2020 dengan gangguan a. Mengobservasi adanya petunjuk non
muskuloskeletel kronis. verbal ketidaknyamanan.
Hasil : Pada saat dilakukan palpasi di
daerah lutut atau dengkul, ekspresi
wajah pasien terlihat meringis
kesakitan dan pasien terlihat
memegangi lututnya.
2. Terapi Relaksasi (6040)
a. Menggambarkan rasional dan manfaat
relaksasi nafas dalam.
Hasil : Pasien terlihat memahaminya
yang dibuktikan dengan pasien
mengangguk dan mengatakan sudah
jelas saat diberikan informasi mengenai
manfaat relaksasi nafas dalam.
b. Menentukan apakah ada intervensi di
masa lalu.
Hasil : Pasien mengatakan belum
pernah diajarkan mengenai nafas dalam
yang benar.
c. Menganjurkan pasien untuk mengambil
posisi yang nyaman.
Hasil : Pasien berada di posisi fowler.
d. Menunjukkan dan praktikkan teknik
relaksasi nafas dalam.
Hasil : Pasien terlihat memperhatikan.
e. Menganjurkan pasien untuk mengulang
teknik relaksasi nafas dalam.
Hasil : Pasien terlihat mampu
mengulanginya kembali.
f. Menganjurkan pasien untuk
menggunakan teknik relaksasi nafas
dalam jika sedang merasakan nyeri.
Hasil : Pasien mengatakan akan
menggunakannya.
48
pergerakan sendi.
Hasil : Pasien mampu menambahkan
gerakan latihan ROM aktif dan
dimasukkan ke dalam jadual latihan.
Pasien terlihat mengikuti latihan ROM.
8 Kamis, 12 Nyeri kronis berhubungan 1. Manajemen Nyeri (1400) Kelompok
Maret 2020 dengan gangguan a. Melakukan pengkajian nyeri secara
muskuloskeletal kronis. komprehensif.
Hasil : Pasien mengatakan merasakan
nyeri kembali dengan skala nyeri 3.
Pasien mengatakan nyeri dirasakan
hilang timbul di bagian lutut dan sendi
jempol kaki pasien. Pasien mengatakan
nyeri seperti ditusuk-tusuk.
b. Melakukan teknik non farmakologi
(kompres hangat).
Hasil : Pasien mengatakan nyaman
setelah dilakukan kompres. Pasien
mengatakan nyeri sedikit berkurang
setelah dilakukan kompres dengan
skala nyeri 2. Terlihat adanya bengkak
pada bagian lutut.
Defisiensi pengetahuan 1. Pengajaran : Proses Penyakit (5602)
berhubungan dengan kurang a. Mengevaluasi tingkat pengetahuan
informasi. pasien (terkait yang disampaikan pada
hari rabu)
Hasil : Pasien masih mengingat dan
mampu menyebutkan pengertian,
penyebab, tanda dan gejala serta
komplikasi dari asam urat.
Hambatan mobilitas fisik 1. Terapi Latihan : Mobilitas Sendi (0224)
berhubungan dengan kaku a. Mendukung latihan ROM aktif yang
sendi. terjadual.
Hasil : Pasien mengatakan hari ini
belum melakukan latihan ROM aktif,
karena kakinya sudah lebih nyaman
dan pasien mengatakan sudah tidak
merasa kaku.
53
5. Evaluasi Keperawatan
No Hari/Tanggal/Jam Diagnosa Keperawatan Evaluasi Keperawatan (SOAP) TTD
1 Rabu, 04 Maret Nyeri kronis 1. Subjektif : Kelompok
2020 / 17.00 berhubungan dengan a. Pasien mengatakan sedikit sakit jika
gangguan dilakukan penekanan di daerah
muskuloskeletal kronis. lutut.
b. Pasien mengatakan nyeri yang
dirasakan sudah sedikit berkurang
dengan skala nyeri 4.
c. Pasien mengatakan nyeri dirasakan
karena asam urat.
d. Pasien mengatakan nyeri dirasakan
pada bagian lutut dan sendi jempol
kakinya.
e. Pasien mengatakan nyeri seperti
ditusuk-tusuk.
f. Pasien mengatakan nyeri timbul
pada saat siang dan sore hari.
2. Objektif :
a. Pasien terlihat meringis kesakitan.
b. Pasien terlihat memegangi daerah
lutut.
c. Terlihat adanya bengkak pada kaki
pasien yang berwarna kemerahan.
3. Analisis :
Masalah keperawatan nyeri kronis pada
55
ROM aktif.
2. Objektif :
a. Pasien terlihat mampu melakukan
ROM aktif.
b. Kaki pasien terlihat masih sedikit
kaku.
3. Analisis :
Masalah keperawatan hambatan
mobilitas fisik pada pasien belum
teratasi.
4. Planning :
Lanjutkan intervensi :
a. Terapi Latihan : Mobilitas Sendi
(0224)
1) Dukung latihan ROM aktif
sesuai jadwal yang teratur.
2) Bantu pasien mendapatkan
posisi tubuh yang optimal
untuk pergerakan sendi pasif
maupun aktif.
3) Lakukan latihan ROM aktif.
4) Anjurkan pasien untuk
melakukan ROM aktif.
4 Sabtu, 07 Maret Defisiensi pengetahuan 1. Subjektif : Kelompok
2020 / 13.00 berhubungan dengan a. Pasien mengatakan asam urat
kurang informasi. merupakan nyeri pada sendi.
b. Pasien mengatakan tanda dan gejala
yang dijelaskan sama dengan yang
dirasakannya, seperti nyeri pada
lutut, bengkak, sulit bergerak ketika
jalan.
2. Objektif :
a. Pasien terlihat mampu
menyebutkan 3 penyebab asam
urat.
b. Pasien terlihat mampu
menyebutkan 3 tanda dan gejala
61
asam urat.
c. Pasien terlihat mampu
menyebutkan 2 komplikasi asam
urat.
3. Analisis :
Masalah keperawatan defisiensi
pengetahuan pada pasien teratasi.
4. Planning :
Lanjutkan intervensi :
a. Pengajaran : Proses Penyakit (5602)
1) Evaluasi kembali pengetahuan
pasien terkait informasi yang
telah diberikan.
5 Senin, 09 Maret Nyeri kronis 1. Subjektif : Kelompok
2020 / 17.30 berhubungan dengan a. Pasien mengatakan saat ini sudah
gangguan tidak merasakan nyeri lagi.
muskuloskeletal kronis. b. Pasien mengatakan tidak
mengetahui pada saat apa nyeri
timbul tetapi paling sering terjadi
nyeri pada siang dan sore hari.
2. Objektif :
a. Pasien terlihat mampu melakukan
teknik relaksasi nafas dalam.
b. Terlihat adanya bengkak pada
kedua lutut pasien.
3. Analisis :
Masalah keperawatan nyeri kronis pada
pasien belum teratasi.
4. Planning :
Lanjutkan intervensi :
a. Manajemen nyeri (1400)
1) Lakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif, yang
meliputi lokasi, karakteristik,
frekuensi, kualitas dan
intensitas nyeri.
2) Observasi adanya petunjuk non
verbal mengenai
62
ketidaknyamanan.
3) Ajarkan tenknik non
farmakologi untuk mengurangi
nyeri (kompres hangat).
4) Gali bersama pasien mengenai
faktor-fakto yang dapat
menurunkan nyeri atau yang
memperberat nyeri.
5) Anjurkan pasien untuk
istirahat.
6 Selasa, 10 Maret Hambatan mobilitas fisik 1. Subjektif : Kelompok
2020 / 17.30 berhubungan dengan a. Pasien mengatakan melakukan
kaku sendi. pergerakan sendi (ROM aktif)
setiap sore hari.
b. Pasien mengatakan lebih nyaman
jika telah melakukan ROM aktif.
2. Subjektif :
c. Pasien terlihat mampu melakukan
ROM aktif.
a. Pasien terlihat nyaman setelah
melakukan ROM aktif.
b. Terlihat masih sedikit kaku pada
kaki pasien.
3. Analisis :
Masalah keperawatan hambatan
mobilitas fisik pada pasien belum
teratasi.
4. Planning :
Lanjutkan intervensi :
a. Terapi Latihan : Mobilitas Sendi
(0224)
1) Evaluasi jadual kegiatan ROM.
2) Dukung latihan ROM aktif.
3) Inisiasi pengukuran kontrol
nyeri sebelum memulai latihan
sendi.
4) Bantu pasien mendapatkan
posisi tubuh yang optimal
untuk pergerakan sendi pasif
63
maupun aktif.
5) Lakukan latihan ROM aktif.
7 Rabu, 11 Maret Nyeri kronis 1. Subjektif : Kelompok
2020 / 17.00 berhubungan dengan a. Pasien mengatakan sudah tidak
gangguan merasakan nyeri setelah dilakukan
muskuloskeletal kronis. tindakan kompres hangat.
b. Pasien mengatakan lebih rileks dan
lebih nyaman setelah dilakukan
tindakan kompres hangat.
c. Saat dikompres pasien mengatakan
kakinya seperti diurut-urut.
2. Objektif :
a. Pasien terlihat lebih nyaman dari
sebelumnya yang dibuktikan
dengan pasien tidak memegang
daerah lutut lagi.
b. Terlihat adanya bengkak pada
kedua lutut pasien.
3. Analisis :
Masalah keperawatan nyeri kronis pada
pasien belum teratasi.
4. Planning :
Lanjutkan intervensi :
a. Manajemen Nyeri (1400)
1) Lakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif, yang
meliputi lokasi, karakteristik,
frekuensi, kualitas dan
intensitas nyeri.
2) Ajarkan tenknik non
farmakologi untuk mengurangi
nyeri (kompres hangat).
3) Anjurkan pasien untuk
istirahat.
Defisiensi pengetahuan 1. Subjektif :
berhubungan dengan a. Pasien mengatakan asam urat
kurang informasi. merupakan nyeri pada sendi.
b. Pasien mengatakan tanda dan gejala
yang dijelaskan sama dengan yang
64
(0224)
1) Dukung latihan ROM aktif
sesuai jadwal yang teratur.
2) Bantu pasien mendapatkan
posisi tubuh yang optimal
untuk pergerakan sendi pasif
maupun aktif.
3) Lakukan latihan ROM aktif.
8 Kamis, 12 Maret Nyeri kronis 1. Subjektif : Kelompok
2020 / 17.00 berhubungan dengan a. Pasien mengatakan masih
gangguan merasakan nyeri.
muskuloskeletal kronis. b. Pasien mengatakan nyeri sedikit
berkurang setelah dilakukan
kompres hangat.
c. Pasien mengatakan nyeri
dikarenakan asam urat.
d. Pasien mengatakan nyeri seperti
ditusuk-tusuk dan linu.
e. Pasien mengatakan nyeri dirasakan
dibagian lutut dan sendi jempol
kaki.
f. Pasien mengatakan nyeri dengan
skala nyeri 2.
g. Pasien mengatakan nyeri dirasakan
hilang timbul.
h. Pasien mengatakan nyaman setelah
dilakukan kompres.
2. Objektif :
a. Terlihat adanya bengkak pada
bagian lutut.
b. Pasien terlihat lebih nyaman dan
kooperatif.
3. Analisis :
Masalah keperawatan nyeri kronis pada
pasien belum teratasi.
4. Planning :
Lanjutkan intervensi :
a. Manajemen Nyeri (1400)
1) Lakukan pengkajian nyeri
66
kaki pasien.
e. Pasien mengatakan merasakan nyeri
dengan skala nyeri 3.
f. Pasien mengatakan nyeri dirasakan
hilang timbul.
g. Pasien mengatakan nyaman setelah
dilakukan tindakan kompres.
2. Objektif :
a. Pasien terlihat lebih nyaman yang
dibuktikan dengan tidak memegang
daerah nyeri.
b. Terlihat masih sedikit bengkak pada
bagian lutut pasien.
3. Analisis :
Masalah keperawatan nyeri akut pada
pasien belum teratasi.
4. Planning :
Lanjutkan intervensi :
a. Manajemen Nyeri (1400)
1) Lakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif, yang
meliputi lokasi, karakteristik,
frekuensi, kualitas dan
intensitas nyeri.
2) Observasi adanya petunjuk non
verbal mengenai
ketidaknyamanan.
3) Ajarkan tenknik non
farmakologi untuk mengurangi
nyeri (relaksasi nafas dalam,
distraksi, terapi musik dan
kompres hangat).
4) Anjurkan pasien untuk
istirahat..
Hambatan mobilitas fisik 1. Subjektif :
berhubungan dengan a. Pasien mengatakan merasa lebih
kaku sendi. rileks.
b. Pasien mengatakan kakinya sudah
69
4. Planning :
Hentikan intervensi.
71
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Pada kasus kelompok didapatkan data pasien adalah seorang perempuan
dengan usia 51 tahun. Berdasarkan sumber literature, dijelaskan bahwa pada
asam urat terjadi pada seorang perempuan setelah menopause atau berusia ≥50
tahun. Hal ini terjadi karena pada usia ini perempuan mengalami gangguan
produksi hormon estrogen.
Pada kasus kelompok, pasien mengatakan sejak 6 bulan yang lalu pasien
merasakan nyeri pada lutut dan sendi jempol kakinya, kaki terasa kaku, sulit
untuk digerakkan, terasa ngilu dan seperti ditusuk-tusuk. Berdasarkan hasil
pengkajian sendi jempol pasien terlihat berwarna kemerahan dan lutut pasien
terlihat bengkak. Hal ini sesuai dengan sumber literature yang menjelaskan
bahwa tanda dan gejala asam urat diantaranya yaitu nyeri yang hebat pada
bagian sendi, kesemutan dan linu, nyeri terutama malam hari atau pagi hari saat
bangun tidur dan gangguan gerak dari sendi yang terserang yang terjadi
mendadak. Sendi membengkak dan kulit diatasnya tampak kemerahan atau
keunguan, kencang dan licin serta teraba hangat. Menyentuh kulit di atas sendi
yang terkena dapat menimbulkan sensasi nyeri yang luar biasa. Penyakit ini
juga sering menyerang pada bagian pergelangan kaki, lutut, pergelangan
tangan dan siku. Serangan pertama biasanya hanya mengenai satu sendi dan
berlangsung selama beberapa hari. Gejalanya menghilang secara bertahap,
72
sendi kembali berfungsi dan tidak timbul gejala sampai terjadi serangan
berikutnya. Hal ini terjadi karena adanya penumpukan kristal asam urat di
daerah sendi tubuh pasien sehingga pasien merasakan nyeri yang luar biasa.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang ditegakkan berdasarkan teori sebanyak 4 diagnosa keperawatan,
sedangkan pada kasus kelompok menegakkan 3 diagnosa. Berdasarkan sumber
literature, diagnosa prioritas yang ditegakkan yaitu nyeri akut berhubungan
dengan agens cedera biologis. Hal ini tidak sesuai dengan kasus kelompok
dimana diagnosa prioritas yang kelompok tegakkan yaitu nyeri kronis
berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal. Kelompok menegakkan
diagnosa tersebut dikarena terdapat data bahwa pasien mengalami nyeri selama
6 bulan terakhir.
C. Intervensi Keperawatan
Berdasarkan sumber literatur, intervensi di buat per manajemen tindakan
berdasarkan NOC dan NIC serta sesuai dengan diagnosa keperawatan. Pada
kasus, intervensi di buat per manajemen tindakan dan sesuai dengan diagnosa
keperawatan. Sementara untuk tujuan dan kriteria hasil pada kasus diambil dari
keluhan yang ada dan sesuai dengan buku NIC dan NOC. Kelompok
menegakkan 3 intervensi dari 3 diagnosa.
Pada kasus kelompok, diagnosa prioritas yang kelompok tegakkan yaitu nyeri
kronis berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal kronis dengan
intervensi yaitu lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, yang meliputi
lokasi, karakteristik, frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri; observasi adanya
petunjuk non verbal mengenai ketidaknyamanan; ajarkan tenknik non
farmakologi untuk mengurangi nyeri (relaksasi nafas dalam dan kompres
hangat); kaji kadar asam urat untuk mengetahui penumpukan purin di dalam
tubuh; anjurkan pasien untuk istirahat; anjurkan pasien untuk mengambil posisi
yang nyaman; tunjukkan dan praktikkan teknik relaksasi nafas dalam;
anjurkan pasien untuk mengulangi teknik relaksasi nafas dalam.
74
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan
keperawatan. Implementasi keperawatan yang kelompok lakukan yaitu
berdasarkan intervensi yang telah kelompok susun dan kelompok melakukan
tindakan keperawatan selama 10 hari. Pada tanggal 06 Maret 2020 pasien
dilakukan pemeriksaan kadar asam urat dengan hasil 5,9 mg/dL. Hasil kadar
asam urat pasien mengalami penurunan sebanyak 2,1 mg/dL. Hal ini
dikarenakan pasien rutin mengkonsumsi obat allopurinol yang telah disedikaan
oleh perawat PSTW.
E. Evaluasi Keperawatan
Pada kasus, evaluasi dilakukan setiap hari selama 10 hari pengkajian dengan
format SOAP (subjekif, objekif, analisis dan planning). Evaluasi dibuat sesuai
dengan diagnosa yang sudah ditegakkan dan berdasarkan intervensi yang telah
dilakukan. Pada diagnosa prioritas yang kelompok tegakkan selama 10 hari
belum teratasi, hal ini dikarenakan pasien merasakan nyeri secara hilang timbul
dan nyeri yang dirasakan pasien sudah kronis. Pada diagnosa kedua yang
kelompok tegakkan selama 10 hari sudah teratasi pada hari ke 10, tetapi
kelompok ingin mengevaluasi lebih lanjut apakah pasien mengalami kekakuan
sendi kembali dan apakah pasien melakukan latihan ROM sesuai dengan jadual
yang telah dibuat. Pada diagnosa terakhir yang kelompok tegakkan selama 10
hari sudah teratasi pada hari ke 10 dengan melakukan evaluasi kembali
mengenai pengetahuan pasien terkait asam urat.
75
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
2. Bagi Institusi Pendidikan
3. Bagi Lahan Praktik
DAFTAR PUSTAKA
2
Lampiran 1
INDEKS KATZ
Indeks Kemandirian pada Aktivitas Kehidupan Sehari-Hari
Skore Kriteria
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen (BAK/BAB), berpindah, kekamar
kecil, mandi dan berpakaian.
Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali satu dari
B
fungsi tersebut.
Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi dan
C
satu dari fungsi tambahan.
Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
D
berpakaian dan satu dari fungsi tambahan.
Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
E
berpakaian, kekamar kecil dan satu dari fungsi tambahan.
Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
F
berpakaian, kekamar kecil, berpindah dan satu dari fungsi tambahan.
G Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut.
Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat diklasifikasikan
Lain-Lain
sebagai C, D, E atau F.
3
Lampiran 2
Analisis Hasil:
Skore benar 8-10 : Tidak ada gangguan
Skore benar 0-7 : Terdapat gangguan
4
Lampiran 3
5
III. Perhatian dan Perhitungan (skor Pertanyaan Nomor Pertanyaan Poin
maksimal 5)
Minta pasien untuk menghitung mundur 93 14
dari 100 dengan selisih 7. 86 15
Berhenti setelah 5 jawaban. Berilah skor 79 16
1 untuk setiap jawaban yang benar. 72 17
65 18
Bila pasien tidak mampu berhitung, Jumlah huruf 19 5
mintalah padanya untuk mengeja suatu yang
kata dari arah belakang (seperti, RUMAH ditempatkan
--- H-A-M-U-R). sesuai
6
katakan : “Ambil kertas ini dengan tangan Lipat menjadi 27 1
kanan, lipat dua dan letakkan di lantai”. dua
Letakkan 28 1
Beri skor 1 poin untuk setiap langkah dilantai
yang benar.
Membaca : Membaca 29 1
Pada kertas yang tercetak kalimat
“Pejamkan mata anda” dengan huruf
yang cukup besar. Minta pasien untuk
membacanya dan melakukan apa yang
tertilis. Skor benar hanya bila pasien
memang memejamkan matanya.
Menulis : Menulis 30 0
Dengan secarik kertas, minta pasien kalimat
menulis sebuah kalimat yang harus
ditulisnya secara spontan. Kalimat harus
mengandung subjek dan kata kerja serta
berarti. Tata bahasa dan tanda baca
dikecualikan.
Meniru gambar : Menggambar 31 0
Pada secarik kertas kosong yang segi lima
bergambar dua segi lima yang saling
bersentuhan seperti berikut ini, tiap sisi
berukuran 2 cm.
7
Skoring :
Jumlahkan semua skor yang benar. Pada bagian III, masukan butir 14-18 atau 19, jangan keduanya.
Total skor maksimal 30.
Nilai maksimum 30 (nilai 21 atau kurang indikasi ada kerusakan kognitif sehingga perlu
penyelidikan lanjut).
8
Lampiran 4
9
ada harapan?
Apakah bapak/ibu pikir bahwa orang lain lebih baik Tidak
15 Ya*
keadaannya dari bapak/ibu?
Keterangan :
1. Setiap jawaban yang bertanda * (bintang) dihitung satu point
2. Interpretasi:
a. Skor <5 : Menunjukkan depresi tidak ada.
b. Skor 5-9 : Menunjukkan kemungkinan besar depresi.
c. Skor >10 : Menunjukkan depresi.
10
Lampiran 5
Keterangan nilai:
1. Total nilai <3 menandakan disfungsi keluarga yang
sangat tinggi.
2. Total nilai 4-6 menandakan disfungsi keluarga sedang.
3. Total nilai 7-10 menandakan tidak ada disfungsi keluarga.
11