Dosen : Ns.SUAIB,S,kepM,kes.
TAHUN 2022
KATA PENGATAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Sistem Pendengaran Pada Pasien Usia Lanjut”.
Tidak lupa, penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen yang telah
membimbing dan membantu penulis dalam proses penyusunan makalah ini.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman yang telah
membantu baik secara moral maupun material sehingga makalah ini dapat
terwujud.
Kelompok II
DAFTAR ISI
KATA PENGATAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................3
A. LATAR BELAKANG.................................................................................3
A. TUJUAN PENULISAN..............................................................................6
A. PENGERTIAN..........................................................................................14
B. ANATOMI................................................................................................14
C. KLASIFIKASI..........................................................................................18
D. ETIOLOGI................................................................................................19
E. TANDA GEJALA.....................................................................................20
F. PEMERIKSAAN......................................................................................20
G. PENATALAKSANAAN..........................................................................20
H. ASUHAN KEPERAWATAN...................................................................21
BAB IV PENUTUP...................................................................................................27
A. KESIMPULAN.........................................................................................27
B. SARAN.....................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................28
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Menjadi tua adalah suatu proses natural dan kadang-kadang tidak tampak
mencolok. Penuaan akan terjadi pada hampir semua sistem tubuh manusia dan
tidak semua sistem akan mengalami kemunduran pada waktu yang sama.
Meskipun proses menjadi tua merupakan gambaran yang universal, tidak
seorangpun mengetahui dengan pasti penyebab penuaan dan mengapa
manusia menjadi tua pada usia yang berbeda-beda. Dahulu para ilmuan telah
membuat teori tentang penuaan seperti Aristoteles dan Hipocrates yang berisi
tentang suatu penurunan suhu tubuh dan cairan secara umum. Sekarang
dengan seiring jaman banyak orang yang melakukan penelitian dan penemuan
dengan tujuan supaya ilmu itu dapat semakin jelas, komplek dan variatif. Ahli
teori telah mendeskripsikan proses biopsikososial penuaan yang kompleks.
Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu
proses kehidupan yang ditandai dengan kemampuan tubuh untuk beradaptasi
dengan stress lingkungan. Penurunan kemampuan berbagai organ, fungsi dan
sistem tubuh itu bersifat alamiah/fisiologis. Penurunan tersebut disebabkan
berkurangnya jumlah dan kemampuan sel tubuh. Pada umumnya tanda proses
menua mulai tampak sejak usia 45 tahun dan akan menimbulkan masalah
pada usia sekitar 60 tahun. Lansia akan mengalami masalah kesehatan seperti
penurunan pendengaran dikarenakn fungsi dalam pendengaran yang menurun.
Penurunan pendengaran tersebut di sebut prsbikus dimana presbikus adalah
gangguan sensoroneural terjadi karena usia yang mulai bertambag yang
menyababkan penurunan fungsi pendengaran Dimasa datang, jumlah lansia di
Indonesia semakin bertambah. Tahun 1990 jumlah lansia 6,3 % (11,3 juta
orang), pada tahun 2015 jumlah lansia diperkirakan mencapai 24,5 juta orang
dan akan melewati jumlah balita yang ada pada saat itu diperkirakan mencapai
18,8 juta orang. Tahun 2020 jumlah lansia di Indonesia diperkirakan akan
menempati urutan ke 6 terbanyak di dunia dan melebihi jumlah lansia di
Brazil, Meksiko dan Negara Eropa. Terjadinya gangguan pendengaran pada
usia diatas 65 tahun lima kali lebih banyak dibandingkan usia kurang dari 65
tahun.
Menurut World Health Organization (WHO) saat ini ada sekitar 360 juta
(5,3%) orang di dunia mengalami gangguan pendengaran, 328 juta (91%)
adalah orang dewasa terdiri dari 183 juta laki-laki dan 145 juta perempuan.7
Prevalensi gangguan pendengaran meningkat seiring dengan pertambahan
usia. Prevalensi gangguan pendengaran pada orang diatas usia 65 tahun
bervariasi dari mulai 18 hingga hampir 50% di seluruh dunia. Hasil Survei
Nasional Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran di 7 provinsi tahun
1993-1996, prevalensi gangguan pendengaran 16,8% yang disebabkan oleh
presbikusis sebesar2,6%. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hoffman
pada tahun 2016, sebesar 51,1% orang dewasa berusia 60-69 tahun di
Amerika Serikat mengalami gangguan pendengaran bilateral pada nada tinggi.
Secara nasional, di Indonesia menurut hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2013 diperoleh prevalensi gangguan pendengaran tertinggi pada
kelompok umur 75 tahun ke atas yaitu sebesar 36,6%, disusul oleh kelompok
umur 65-74 tahun sebesar 17,1%. Prevalensi responden dengan gangguan
pendengaran pada perempuan cenderung sedikit lebih tinggi daripada laki-laki
dan prevalensi tertinggi untuk ketulian Oleh karena itu dalam penyusunan
makalah ini penulis akan membahas tentang proses penuaan pada penurun
fungsi sensori. Berdasarkan jenis kelamin penurunan pendengaran lebih cepat
terjadi pada laki-laki perempuan. dibandingkan Hal ini juga dihubungkan
dengan kadar hormon estrogen dan androgen yang semakin rendah maka
semakin mudah timbul penurunan pendengaran terutama pada penderita DM,
kardiovaskuler, hipertensi, dan kebiasaan hidup yang buruk dapat terjadi
penurunan pendengaran seperti kurangnya olahraga, merokok, dan diet yang
tidak sehat serta faktor psikologis yang memudahkan terjadinya penurunan
pendengaran dan depresi serta mengganggu kehidupan sosial dari lansia.
Pada lansia hal lain yang sering berkontribusi terhadap penurunan
pendengaran adalah terdapatnya serumen di dalam saluran telinga luar.
Kekakuan silia Telinga dan kandungan keratin yang tinggi pada serumen
menyebabkan mudahnya terjadi obstruksi yang menghalangi hantaran suara
ke dalam telinga (Siti dan Purwita, 2015). Perawat memiliki peranan yang
penting dalam memberikan asuhan keperawatan pada para lansia dengan
melakukan pengkajian pada aspek biopsikososiospiritual. Asuhan
keperawatan untuk mengatasi gangguan pendengaran adalah dengan berbicara
dengan jarak dekat, berhadapan, suara agak keras, dan menggunakan gerakan
tangan dan kepala, tulisan yang ditulis dikertas serta menggunakan alat bantu
dengar bagi lansia yang mengalami gangguan tuli ketika berada dirumah
ataupun ditempat ramai (Padila, 2013).
A. TUJUAN PENULISAN
a) TUJUAN UMUM
b) TUJUAN KHUSUS
d) BAGI PERAWAT
Menambah wawasan dan ilmu untuk menjadi ilmu dan dapat dimanfaatkan
oleh banyak orang
f) RUANG LINGKUP
1. PENGERTIAN
Menurut Setianto (2004) Lansia dikatakan lanjut usia apabila usia nya
berusian 65 tahun keatas.menurut (Muhith & Siyoto, 2016) lansia adalah
keadaan ditandai dengan kegagalan seseorang dalam mempertahankan
keseimbangan terhadapp kondisi stres fisiologis kegagalan ini berkaitan
dengan penurunan kemampuan hidup karena bertambahnya usia lansia.
2. KLASIFKASI
c.) Membatu lansia yang tidak bisa disembuhkan untuk menyadari kelebihan
dari dirinya
5. TEORI LANSIA
C. Prebiakusis
kata.
atrofi daerah apical dan tengah dari kohlea. Prebiakusis jenis ini
biasanya terjadi pada usia yang lebih muda disbanding jenis lain.
D. Tinitus
PRESBIKUSIS
A. PENGERTIAN
B. ANATOMI
Daun telinga atau pinna merupakan bagian dari telinga luar yang
paling menonjol dan mudah terlihat. Setiap manusia normalnya
memiliki dua daun telinga yang terletak pada dua sisi yaitu sisi kanan
dan sisi kiri. Daun telinga terbentuk dari tulang rawan.Fungsi daun
telinga adalah untuk mengumpulkan gelombang suara dan
menyalurkannya ke liang atau saluran telinga. Selain itu, fungsi dari
daun telinga adalah untuk melakukan lokalisasi suara yakni dengan
merasakan daun telinga pada sisi mana yang lebih dekat dengan suara.
Bagian selanjutnya dari telinga luar setelah daun telinga adalah liang
atau saluran telinga. Saluran telinga orang dewasa memiliki panjang
sekitar 3 cm. Bentuk lubang telinga ini menyerupai huruf S. Pada
bagian awal saluran/ lubang telinga tersusun dari tulang rawan dan
pada bagian selanjutnya tersusun dari tulang keras. Fungsi lubang
atau liang telinga adalah untuk menyalurkan getaran suara menuju
telinga bagian tengah.
Telinga bagian tengah terletak di antara telinga bagian luar dan telinga
bagian dalam. Batas telinga tengah dengan telinga luar ditandai dengan
membran timpani atau gendang telinga. Bentuk dari telinga tengah
menyerupai kubah dengan enam sisi.Fungsi telinga tengah adalah untuk
memindahkan getaran suara dari gendang telinga menuju cairan telinga
yang ada di telinga bagian dalam. Ada beberapa bagian pada telinga
bagian tengah yang mendukung pemindahan getaran suara. Berikut ini
adalah beberapa bagian yang ada di telinga tengah.
Berikut ini adalah beberapa bagian yang ada di telinga tengah:
2. Rongga timpani
C. Tulang pendengaran
1. Maleus (martil)
2. Incus (landasan )
4. Otot pendengaran
b. Ruang koklea
c. Organ korti
C. KLASIFIKASI
a. Prebiakusis Sensorik
b. Prebiakusis Neural
Abnormalitas vaskularis striae berupa atrofi daerah apical dan tengah dari
kohlea. Prebiakusis jenis ini biasanya terjadi pada usia yang lebih muda
disbanding jenis lain.
D. ETIOLOGI
a. Jenis kelamin
b. Genetik : Genetik berperan dalam terjadinya presbikusis karena terdapat
gen C57BL/6J merupakan protein pembawa mutasi gen cadherin 23
(cdh23) yang mengkode komponen ujung sel koklea yang menyebabkan
terjadinya apotosis strain yang mengakibatkan penurunan pendengaran.
c. Hipertensi
d. Diabetes militus hiperkolesterol
E. TANDA GEJALA
Ada beberapa gejala yang diderita oleh lansia yang menderita presbikusis
(fatmawati & Dewi, 2016) yaitu:
F. PEMERIKSAAN
G. PENATALAKSANAAN
A. PENGKAJIAN
1. BIODATA
2. Kebiasaan promosi kesehatan, misal : kebiasaan membersihkan
mata/telinga, aktivitas rekreasi, kebiasaan dalam bekerja misalnya
orang yang bekerja dalam suatu keadaan yang terdapat kemungkinan
terjadi cedera mata, misalnya terpapar zat kimia, pengelasan,
penggosokan gelas atau batuan.
3. Orang yang berisiko : lansia, jenis pekerjaan,gangguan jiwa
4. Kemampuan untuk melakukan perawatan diri. Perawat mengkaji
kemampuan fungsional klien di lingkungan rumah mereka maupun
dalam pelayanan kesehatan. Meliputi aktivitas makan, berpakaian,
perawatan diri dan berdandan.
5. Lingkungan, terkait dengan kondisi bahaya. Misalnya: tangga, kran air
panas/dingin yang tidak bertanda, lantai yang licin, benda tajam.
6. Tingkat sosialisasi klien dan metode komunikasi
7. Status mental, meliputi : Penampilan dan perilaku fisik, Aktifitas
motorik, Postur, Ekspresi wajah, Kebersihan, Kemampuan kognitif,
Tingkat kesadaran, Alasan abstrak, Kalkulasi, Alas k melakukan
percakapan, kemampuan untuk membaca, menulis, an abstrak,
Kalkulasi, Perhatian, Penilaian, Kemampuan untudan mengkopi
gambar, memori yang baru dan mengingat memori, stabilitas
emosional, agitasi, euforia, iritabilitas, tidak ada harapan atau suasana
hati yang melebar, halusinasi, auditori, visual, dan taktil, ilusi, delusi.
8. Pemeriksaan fisik pada panca indera Untuk mengidentifikasi deficit
sensori, perawat mengkaji penglihatan, pendengaran, olfaksi, rasa dan
kemampuan untuk membedakan cahaya, sentuhan, temperatur, nyeri
dan posisi.
9. Pendengaran Melakukan tes suara bisik atau garputala
10.Kaji persepsi klien gangguan kemampuan pendengaran dan riwayat
tinnitus
11.Observasi pasien yang berbincang-bincang dengan orang lain
12.Inspeksi adanya serumen yang keras pada saluran
pendengaranDiagnosa
A. Diagnosa
B. Intervensi
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita. Seiring dengan proses
menua tersebut tubuh akan mengalami berbagai masalah kesehatan atau yang
biasa disebut penyakit degeneratif.
Sensori adalah stimulus atau rangsangan yang datang dari dalam maupun luar
tubuh. Stimulus tersebut masuk ke dalam tubuh melalui organ sensori ( panca
indera). Stimulus yang sempurna memungkinkan seseorang untuk belajar
berfungsi secara sehat dan berkembang dengan normal.
B. SARAN
Saran agar apa yang telah dibuat oleh mahasiswa dapat diterpkan dan sangat
membantu bagi lansia.
DAFTAR PUSTAKA
intan , N. S., & Devi, T. R. (2013). Nursing Interventoins Clasification (NIC) edisi
6. Singapore : Elsevier.
Singapore: Elsevier.
Mickey, & Stanley. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edidi 2. Jakarta: EGC.
Wahyudi, & Nugroho. (2008). Keperawatan gerontik dan Geriartik . Jakarta: EGC.
intan , N. S., & Devi, T. R. (2013). Nursing Interventoins Clasification (NIC) edisi
6. Singapore : Elsevier.
Singapore: Elsevier.
Mickey, & Stanley. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edidi 2. Jakarta: EGC.
Wahyudi, & Nugroho. (2008). Keperawatan gerontik dan Geriartik . Jakarta: EGG