DAN KATARAK
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatan Gerontik
Dosen Pembimbing:
Nandang Jamiat, S.Kep., Ners., M.Kep., Sp. Kep. Kom
Disusun oleh :
Shelly Latifah Sutisna (302018058)
Shofiatinn Nur Azizah (302018078)
Muhammad Rizal (302018102)
Hasna Nurul Hikmah (302018104)
Salsabila (302018109)
Aini Novitasari (302018111)
Dengan nama Allah SWT yang melimpahkan kasih dan sayangnya kepada
kita semua khususnya kepada penulis, sehingga penulis dapat membuat makalah
ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan
kepada nabi besar kita nabi Muhammad SAW.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Gerontik. Dalam penyusunannya pun kami mendapatkan bantuan
dari dosen mata kuliah yang bersangkutan, dari teman-teman dan referensi buku
serta artikel di media massa.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
C. Tujuan ............................................................................................................. 3
C. Konsep Katarak............................................................................................. 11
iv
iii
A. Kesimpulan ................................................................................................... 45
iv
2
Khususnya pada lanjut usia dengan masalah multi patologinya yang secara
langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi asupan zat gizi dan
menimbulkan berbagai macam masalah gizi. Selain itu, kurangnya pengetahuan
asupan makanan yang baik merupakan faktor risiko terjadinya kurang gizi.
Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku
dalam pemilihan makanan dan selanjutnya akan berpengaruh pada keadaan gizi
individu yang bersangkutan. Peningkatan pengetahuan lansia tentang kesehatan
dan gizi juga diperlukan sehingga lansia dapat menjaga dirinya sendiri agar tetap
sehat.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan rumusan pertanyaan yang akan diajukan dalam
makalah. Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai
berikut:
C. Tujuan
Tujuan penulisan adalah kalimat yang menjawab rumusan masalah yang akan dibahas.
Adapun tujuan penulisan sebagai berikut:
2. Etiologi malnutrisi
a. Penyebab langsung:
iv
5
Masalah gizi disebabkan oleh banyak faktor yang saling terkait baik secara
langsung maupun tidak langsung. Kemiskinan dan kurang gizi merupakan suatu
fenomena yang saling terkait, oleh karena itu meningkatkan status gizi suatu
masyarakat erat kaitannya dengan peningkatan ekonomi. Tingkat social ekonomi
mempengaruhi kemampuan berpengaruh tidak saja pada macam makanan
tambahan dan waktu pemberian, tetapi juga pada kebiasaan hidup sehat dan
kualitas sanitasi lingkungan (Azwar 2004).
3. Patofisiologis
Sebenarnya malnutrisi merupakan suatu sindrom yang terjadi akibat banyak
faktor. Faktor- faktor ini dapat digolongkan atas tiga faktor penting yaitu: tubuh
sendiri (host), agent (kuman penyebab), environment (lingkungan). Memang
faktor diet (makanan) memegang peranan penting tetapi faktor lain ikut
menentukan.
Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk
mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi.
kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak
merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan;
karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan
bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit,
sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme
protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang
segera diubah jadi karbohidrat di hati dan di ginjal.
Selama puasa jaringan lemak dipecah jadi asam lemak, gliserol dan badan
keton. Otot dapat meningkatkan asam lemak dan tubuh keton bodies sebagai
sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan
mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi setelah kira-kira
kehilangan separuh dari tubuh. Pada Malnutrisi di dalam tubuh sudah tidak ada
lagi cadangan makanan untuk digunakan sebagai sumber energi. Sehingga tubuh
akan mengalami defisiensi nutrisi yang sangat berlebihan dan akan
mengakibatkan kematian
7
B. Konsep Polifarmasi
1. Definisi
Istilah polifarmasi berasal dari kata Yunani ‘poly’ dan ‘pharmacon’. Kata
‘poly’ bermakna lebih dari satu dan ‘pharmacon’ berarti obat. Definisi
alternatif dari polifarmasi penggunaan obat yang melebihi kebutuhan, yang
mencakup obat yang tidak di indikasikan, obat yang tidak efektif, dan obat
yang merupakan duplikasi efek terapi obat lain (Maheret et al, 2014).
Penggunaan beberapa obat dapat disebut sebagai polifarmasi, namun
terdapat definisi yang berbeda dalam literatur. Beberapa definisi ini yaitu:
penggunaan obat yang tidak sesuai dengan diagnosis, pengunaan beberapa
obat secara bersamaan untuk pengobatan satu atau lebih penyakit yang
munvul beriringan, penggunaan 5-9 obat secara bersamaan, dan penggunaan
obat-obatan ssecara tidak tepat yang dapat meningkatkan risiko kejadian
buruk obat.
Salah satu definisi polifarmasi yang paling umum adalah penggunaan
bersamaan enam obat atau lebih olah seorang pasien. Penggunaan 0-4 obat
dinamakan non-polifarmasi, penggunaan 5-9 obat didefinisikan sebagai
polifarmasi, dan penggunaan 10 atau lebih obat disebut polifarmasi eksesif.
Obat-obatan topikal, herbal, vitamin, dan mineral tidak termasuk dalam
polifarmasi.
2. Etiologi
Polifarmasi banyak terjadi pada usia lanjutnamun beberapa kelompok usia
lainnya juga telah menunjukkan adanya peningkatan prevalensi. Peningkatan
prevalensi polifarmasi dapat disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya
dalah perubahan rekomendasi atau guideline peresepan obat dan pengenalan
obat yang lebih spesifik untuk mengatasi suatau kondisi atau penyakit. Selain
9
C. Konsep Katarak
1. Definisi
Katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata yang biasanya jernih dan
bening menjadi keruh. Lensa terletak dibelakang manik mata bersifat
membiaskan dan memfokuskan cahaya pada retina atau selaput jala pada
bintik kuning. Bila lensa menjadi keruh atau cahaya tidak dapat difokuskan
pada bintik kuning dengan baik, penglihatan akan menjadi kabur. Katarak
merupakan keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi keruh akibat
hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa, sehingga pandangan seperti
tertutup air terjun atau kabut merupakan penurunan progresif kejernihan
lensa, sehingga ketajaman penglihatan berkurang. Katarak adalah kekeruhan
12
lensa. Katarak memiliki derajat kepadatan yang sangat bervariasi dan dapat
disebabkan oleh berbagi hal, tetapi biasanya berkaitan dengan penuaan
(Puspita 2017).
2. Etiologi
Katarak bisa disebabkan karena kecelakaan atau trauma.Sebuah benda
asing yang merusak lensa mata bisa menyebabkan katarak. Namun, katarak
paling lazim mengenai orang orang yang sudah berusia lanjut. Biasanya
kedua mata akan terkena dan sebelah mata dulu baru mata yang satunya lagi.
Katarak juga bisa terjadi pada bayi-bayi yang lahir Katarak juga bisa
terjadi pada bayi-bayi yang lahir prematur atau baru mendapatkannya
prematur atau baru mendapatkannya kemudian karena warisan dari orang
tuanya. Namun kembali lagi, katarak hanya lazim terjadi pada orang-orang
yang berusia lanjut. Coba perhatikan hewan yang berumur tua,terkadang bisa
kita melihat pengaburan lensa di matanya. Semua ini karena faktor
degenerasi. kita melihat pengaburan lensa di matanya.Semua ini karena faktor
degenerasi.
Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain
(Corwin,2014)
a. Usia lanjut dan proses penuaan
b. Congenital atau bisa diturunkan.
c. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti
merokok atau bahan beracun lainnya.
d. Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik
(misalnya diabetes) dan obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroi).
Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti:
a. Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada
mata.
b. Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti:ain,
seperti: penyakit/gangguan metabolisme, proses peradangan pada mata,
atau diabetes melitus.
c. Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi.
13
3. Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju dan mempunyai kekuatan refraksi yang besar.
Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat
nukleus, di perifer ada korteks dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul
anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus
mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Disekitar opasitas
terdapat densitas seperti duri dianterior dan posterior nukleus. Opasitas pada
kapsul posterior merupakan bentuk katarak yangpaling bermakna, nampak
seperti kristal salju pada jendela.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
transparansi. Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang
memanjang dari badan silier ke sekitar daerah diluar lensa, misalnya dapat
menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Perubahan kimia dalam amui
distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi,
sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke
retina.
Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi
disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang
tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu
enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah
14
enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada
kebanyakan pasien yang menderita katarak ( Puspita 2017)
4. Manefestasi klinis
Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain
a. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau
serta gangguan fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan
penglihatan tadi.
b. Menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari
Gejala objektif biasanya meliputi:
a. Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina
tak akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak,
cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam
menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan
menjadi kabur atau redup.Pupil yang normalnya hitam cakan tampak abu-
abu atau putih. Pengelihatan seakan-akan melihat asap dan pupil mata
seakan akan bertambahan putih.
b. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak
benar-benar putih.
Gejala umum gangguan katarak meliputi:
c. Koroid: Lapisan mata bagian dalam yang membentang dari ujung otot
silier ke saraf optikus di bagian belakang mata.
Sebagian atau seluruh uvea bisa mengalami peradangan. Peradangan yang
terbatas pada iris disebut iritis, jika terbatas pada koroid disebut koroiditis.
Juga operasi katarak akan dilakukan bila berbarengan dengan glaukoma, dan
retinopati diabetikum. Selain itu jika hasil yang didapat setelah operasi jauh
lebih menguntungkan dibandingkan dengan risiko operasi yang mungkin
terjadi. Pembedahan lensa dengan katarak dilakukan bila mengganggu
kehidupan sosial atau atas indikasi medis lainnya. Indikasi operasi katarak:
1) Indikasi sosial: Jika pasien tidak mengalami gangguan penglihatan
dalam melakukan rutinitas pekerjaan.
2) Indikasi medis: Bila ada komplikasi seperti glaukoma.
3) Indikasi optic: Jika dari hasil pemeriksaan visus dengan hitung jari
dari jarak 3m didapatkan hasil visus 3/60.
iv
19
1. Intervensi Keperawatan
2. Keluhan utama
c. berasap
PRE-OPERASI
Edukasi:
1. Jelaskan tujuan, manfaat
dan tujuan dilakukan
operasi
2. Jelaskan secara rinci
intervensi yang dipilih
29
matahari.
(SIKI, 2018)
POST-OPERASI
H. Implementasi katarak
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan
yang telah disusun pada tahap perencanaan dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan klien secara optimal. Pada tahap ini perawat menerapkan
pengetahuan intelektual, kemampuan hubungan antar manusia (komunikasi) dan
kemampuan teknis keperawatan, penemuan perubahan pada pertahanan daya
tahan tubuh, pencegahan komplikasi, penemuan perubahan sistem tubuh,
pemantapan hubungan klien dengan lingkungan, implementasi pesan tim medis
serta mengupayakan rasa aman, nyaman dan keselamatan klien.
I. Evaluasi katarak
Evaluasi merupakan perbandingan yang sistemik dan terencana mengenai
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan secara
berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.
Penilaian dalam keperawatan bertujuan untuk mengatasi pemenuhan kebutuhan
klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan. (Nusatirin,
2018)
operasi.
2. uniarti, Darwin, & Huda, N. (2016). Pemberian intervensi yaitu tindakan
Efektifitas Teknik Relaksasi relaksasi nafas dalam dan terapi
Napas Dalam dan Dzikir Terapi dzikir dapat mempengaruhi skala
Terhadap Nyeri Post Op Katarak.
nyeri. Berdasarkan hasil uji
Jurnal Online Mahasiswa (JOM)
Wilcoxxon diperoleh kelompok
Bidang Ilmu Keperawatan.
eksperiment p value 0,000 < α (0,05)
Universitas Riau.
dan kelompok kontrol p value 0,034
< α (0,05), menunjukkan bahwa
penurunan skala nyeri kelompok
eksperimen yang diberikan
intervensi (relaksasi nafas dalam dan
terapi dzikir) lebih besar daripada
kelompok kontrol yang tidak
diberikan intervensi (relaksasi nafas
dalam dan terapi dzikir). Kelompok
eksperimen memiliki penurunan
skala nyeri yang lebih signifikan
dibandingkan dengan kelompok
kontrol. Berdasarkan hasil uji Mann-
Whitney didapat nilai p value 0,000
< α (0,05%). Dapat disimpulkan
bahwa terapi relaksasi nafas dalam
dan terapi dzikir efektif terhadap
penurunan skala nyeri pada pasien
post operasi katarak. Perbandingan
yang didapat antara perubahan skala
nyeri pada kelompok eksperim.
O. Evaluasi polifarmasi
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan, dilakukan secara
terus-menerus yang melibatkan klien, perawat dan anggota tim kesehatan
lainnya untuk menilai intervensi yang dilakukan dan mengukur hasil dari
proses keperawatan.
iv
DAFTAR PUSTAKA
iv
v