Anda di halaman 1dari 30

KARYA TULIS ILMIAH

EVIDENCE BASE PRACTICE NURSING PADA KASUS PASIEN KRITIS


JEJUNAL TUBE FEEDING

Disusun oleh:
Kelompok 2

Aprilia Sartika Suratman (302018064)


Fikri Nurul Padhli (302018071)
Imam Nurhakim (302018077)
Lailasari Sabila (302018082)
Annisa Sabila (302018087)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PRODI SARJANA KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita nikmat yang tiada terhitung
jumlahnya. Tidak lupa shalawat serta salam semoga tercurahkan ke pada Nabi
Muhammad SAW. Khususnya kepada penyusun serta selalu memberikan hidayah
dan inayahnya sehingga penyusun dapat membuat makalah ini dengan penuh rasa
syukur dan dapat mengumpulkan karya tulis ilmiah ini tepat pada waktunya.
Karya tulis ilmiah yang penyusun buat ini untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Keperawatan Kritis. Dalam penyusunanya pun penyusun mendapat
dukungan dari dosen pembimbing, teman-teman, referensi serta dukungan dari
pihak lain.
Adapun karya tulis ilmiah yang penyusun buat belum sepenuhnya sempurna,
sehingga penyusun dengan lapang dada menerima kritik dan saran dari pembaca
yang bersifat membangun sehingga dikemudian hari penyusun dapat membuat
karya tulis ilmiah jauh lebih baik dari makalah ini. Penyusun berharap dengan
karya tulis ilmiah ini dapat menambah pengetahuan pembaca serta menjadi
inspirasi pembaca.

Bandung, November 2021

Kelompok 2

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
DAFTAR TABEL..................................................................................................iii
BAB PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................3
C. Tujuan...........................................................................................................3
D. Manfaat.........................................................................................................3
BAB II METODE PENELITIAN............................................................................4
BAB III HASIL PENELITIAN...............................................................................7
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................21
BAB V KESIMPULAN.........................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA

2
DAFTAR TABEL

Table 1. PICO..........................................................................................................4
Table 2 Matriks Sintesis Artikel Penelitian yang Relevan......................................7
Table 3 Deskripsi Topik Flushing..........................................................................20

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pemberian nutrisi pada pasien sakit kritis yang menggunakan ventilasi mekanik
di Intensive Care Unit (ICU) memiliki banyak tantangan. Menurut Fagusyanti
dalam Hutagaol & Hamidi (2020), Angka kejadian malnutrisi pada pasien yang
dirawat di ICU cukup tinggi, yaitu mencapai 50%. Kebutuhan nutrisi yang tidak
terpenuhi pada pasien sakit kritis dapat menyebabkan peningkatan morbiditas dan
mortalitas. Kejadian hospital malnutrition di luar negeri maupun dalam negeri
masih tinggi. Studi epidemiologis di Amerika Latin melaporkan bahwa 25-50,2%
pasien kritis menderita malnutrisi, sedangkan dari 25 rumah sakit di Brazil
terdapat 27% pasien malnutrisi mengalami komplikasi. Menurut J Powers dalam
Hutagaol & Hamidi (2020), Sebuah penelitian menunjukkan bahwa terdapat 52%
prevalensi malnutrisi pada pasien bedah. Menurut penelitian Ancer-rodrigues
dalam Hutagaol & Hamidi (2020), Persentase angka malnutrisi pada pasien kritis
di Spanyol menunjukkan 62% dan prevalensi pasien dengan resiko malnutrisi di
rumah sakit sebesar 54% dengan prevalensi tertinggi adalah pasien ICU sebanyak
96%.
Penelitian lain juga menunjukkan sebanyak 40% pasien intensive care unit
(ICU) mengalami malnutrisi. Prevalensi malnutrisi pada tiga rumah sakit di
Indonesia, yaitu RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, RSUP Jamil Padang, dan RSUD
Sanglah Bali sebesar 56,9%. Prevalensi malnutrisi pada anak balita di RSUP
Sanglah Bali sebesar 30,1%, sedangkan pada anak usia 0-18 tahun di RS Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar sebesar 8,9%. Malnutrisi terjadi pada 40-60%
pasien rawat inap dengan penyakit akut dan pasien yang saat awal masuk tanpa
masalah gizi sering menunjukkan penurunan status gizi dalam kurun waktu tiga
minggu. Menurut Purba dalam Hutagaol & Hamidi (2020) Tingginya prevalensi
malnutrisi yang terjadi di Rumah Sakit dihubungkan dengan ketidakmampuan dan
kurangnya kesadaran tenaga kesehatan di Rumah Sakit dalam mengidentifikasi
dan mengatasi masalah malnutrisi yang memiliki dampak sangat besar.

4
2

Metode Pemberian early enteral feeding pada pasien sakit kritis dapat
mencegah timbulnya komplikasi yang berhubungan dengan underfeeding dalam
bentuk morbiditas antara lain infeksi, meningkatnya waktu penggunaan ventilasi
dan mortalitas. Terapi nutrisi mempunyai tiga tujuan utama yaitu untuk
mempertahankan massa tubuh, menjaga fungsi kekebalan tubuh, dan mencegah
komplikasi metabolik. Konsep nutrisi pada pasien ICU adalah untuk menyediakan
kalori dan protein yang cukup selama fase katabolik. Nutrisi dapat diberikan
melalui selang makan langsung ke saluran gastrointestinal yang disebut nutrisi
enteral. Pemberian nutrisi enteral lebih dipilih dibanding dengan parenteral karena
lebih mudah pemberiannya, mengurangi biaya, menurunkan risiko komplikasi
infeksi yang berhubungan dengan pemasangan jalur kateter vena sentral, dan lama
perawatan di ICU dapat berkurang.
Metode pemberian nutrisi enteral ada berbagai cara, antara lain continuous,
cyclic, intermittent feeding, dan gravity drip (Hutagaol & Hamidi, 2020). Salah
satu metode enteral feeding adalah jejunostomy. Jejunostomy adalah Tindakan
suatu pembedahan untuk membuat fistula (jejunum) bagian dari usus halus ke
sebuah lubang dibagian depan perut. Feeding tube dimasukan ke dalam usus halus
melalui abdomen yang bertujuan untuk menjaga terpenuhinya nutrisi karena
adanya obstruksi pada bagian proksimal usus halus.
Pada pasien yang terpasang jejunostomy tube sering mengalami clogging atau
penyumbatan pada jejunostomy tube dikarenakan tube yang jarang dibersihkan
dan menempelnya sisa obat atau nutrisi yang dimasukan melalui jejunostomy
tube. Saat terjadi penyumbatan ini obat atau nutrisi tidak akan masuk secara
efektif melalui jejunostomy tube. Untuk mencegah terjadinya clogging maka
dilakukan flushing (pemberian air atau normal saline) untuk menghilangkan
penyumbatan pada jejunostomy tube.
Menurut penelitian (Broekaert et al., 2019), Flushing dilakukan dengan
menggunakan air hangat sebelum dan setelah melakukan pemberian nutrisi atau
obat melalui jejunostomy tube. Dan saat akan dilakukan penggantian tube
jejunostomy. Flushing akan lebih efekti dilakukan dengan air hangat meggunakan
syringe 1, 2 atau 5 ml agar tekanan air yang keluarnya lebih tinggi.
3

Menurut (Woten et al., 2016), Flushing umumnya direkomendasikan dengan


memberi 30 ml air hangat sebelum dan sesudah pemberian obat. Dan 15 ml
sebelum dan sesudah enteral feeding. Untuk orang dewasa menggunakan syringe
ukuran 30 ml. normal saline dengan kandungan 0.9% sodium chloride bisa
digunakan untuk mengganti air yang digunakan saat melakukan tindakan flushing.
Dalam kasus clogging, Tube harus diganti. Saat penggantian tube harus
dipastika bahwa ukuran tube yang akan digunakan setelah clogging tidak terlalu
kecil. Jika memungkinkan digantikan dengan tube yang ukuran diameternya lebih
besar. Clogging bisa dihilangkan dengan proses flushing. Jika clogging tidak
dapat dihentikan parenteral nutrisi direkomendasikan jika memungkinkan.
(Chavan et al., 2020). Kejadian medication error yang paling banyak terjadi pada
tahap pemberian obat adalah tidak melakukan flush dengan air diantara pemberian
obat (91,51%). (Sari, 2021)
Karena banyaknya kejadian clogging pada proses pemberian enteral feeding
terutama dengan jejenostomy tube maka kami memilih flushing sebagai intervensi
yang dilakukan saat terjadi penyumbatan/clogging pada enteral feeding tube.
Tindakan flushing sangat diperlukan dalam proses penggunakan enteral feeding
untutk mencegah terjadinya clogging. Kami berharap penelitian ini dapat
bermanfaat bagi perawat sebagai ilmu pengetahuan atau sebagai referensi jika
terjadi clogging pada enteral feeding tube.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut didapatkan pokok permasalahan
yang akan diteliti yaitu Berdasarkan latar belakang masalah tersebut
didapatkan pokok permasalahan yang akan diteliti yaitu “Bagaimana intervensi
keperawatan terhadap pasien yang terpasang Enterel Tube Feeding
Jejunostomy”
C. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah adalah untuk
mengetahui bagaimana intervensi keperawatan terhadap pasien yang terpasang
Enteral Tube Feeding Jejunostomy.
D. Manfaat
1. Karya tulis dapat dimanfaatkan sebagai referensi
4

2. Karya tulis dapat dimanfaatkan sebagai intervensi keperawatan


BAB II
METODE PENELITIAN

Pencarian literatur menggunakan metode pencarian dari jurnal dan artikel dalam
PubMed, Google Scholar, dan ProQuest berhubungan dengan intervensi flushing
meliputi SOP intervensi flushing menggunakan kata kunci: clogging, flushing,
enteral tube feeding.
Kriteria inklusi yang digunakan adalah: (1) Jurnal terbitan tahun 2016-2021, (2)
Jurnal dalam bahasa inggris dan bahasa Indonesia, (3) menggunakan intervensi
flushing
Kriteria eksklusi yang digunakan adalah: (1) tidak hanya menggunakan flushing
sebagai intervensi, (2) tidak hanya pada kasus enteral tube jejunostomy.

Table 1. PICO

Judul P I C O
(Problem, (Intervention, (Comparison (Outcome)
Population, Prognostoc factor, atau Control)
Patient) Exposure)
The Use of Penelitian Teknik Flushing - Untuk
Jejunal Tube menggunakan agar tidak terjadi mempertahankan
Feeding in Teknik leteratur clogging pada kepatenan, enteral
Children: A review dengan enteral tube. tube harus di
Position pencarian jurnal Clogging pada berikan Teknik
Paper by the dari PubMed, the enteral tube terjadi flushing saat
Gastroenterology MEDLINE, dan karena adanya sebelum dan
and Nutrition Cochrane Database penyumbatan oleh sesudah pemberian
Committees of of Sysytematic obat-obat an atau obat dengan
the European Reriews. Dengan sisa makanan. menggunakan 10 –
Society for pencarian ‘‘jejunal, 20 ml air steril.
Paediatric postpyloric, Flushing akan
Gastroenterology, transpyloric, lebih efektif
Hepatology, and jejunostomy, dilakukan dengan

4
Nutrition feeding, nutrition, pemberian air
(Broekaert et al., food.’ hangat
2019) menggunakan
syringe kecil (1, 2
atau 5 ml) agar
tekanannya
menjadi lebih kuat
Enteral feeding Dalam beberapa Jika tabung - Gunakan air untuk
tubes: an tahun terakhir telah tersumbat, ada cara pembilasan.
overview of ada sejumlah besar untuk perawatan Untuk
nursing care panduan tentang mengatasinya orang dewasa,
penyisipan yang dengan aman. gunakan
(Anderson, 2019)
aman dan Simons dan setidaknya 30 ml
perawatan umum Remington (2013) air sebelum dan
dari selang telah sesudah pemberian
makanan enteral. merekomendasika obat untuk
Namun, perawat n bahwa membersihkan
terus menggulung selang Pastikan
memperhatikan selang di antara tidak ada makanan
banyak aspek. ibu jari dan jari yang mengalir
Artikel ini telunjuk dapat pada saat
memberikan membantu pemberian obat
beberapa strategi memecah Ketika selang
untuk menangani penyumbatan apa digunakan untuk
beberapa masalah pun. Pembilasan memberikan
paling umum yang pulsatil secara beberapa obat,
akan dihadapi bersamaan dengan mereka harus
perawat saat air hangat dalam diberikan secara
merawat pasien jarum suntik juga terpisah dan
dengan selang telah diketahui setidaknya 5-10 ml
makanan enteral membantu. air harus
digunakan untuk
menyiram selang

5
antara pemberian
setiap obat

6
BAB III
HASIL PENELITIAN

Table 2 Matriks Sintesis Artikel Penelitian yang Relevan

No Penulis dan Tujuan Metode Sampel Temuan Kesamaan Keunikan


Tahun
1 Penulis: Penelitian ini Metode Sampel yang V1: Setelah dilakukan 1. Jurnal
(Broekaert et al., bertujuan untuk penelitian yang digunakan adalah Secara paralel, analisis, artikel menggunakan
2019) mencari digunakan adalah hasil penelitian yang sejumlah artikel ini sejalan dengan tema metode literatur
intervensi yang A systematic relevan pada artikel dan lainnya juga yang diambil review dengan
Judul sesuai berkaitan literature melalui pencarian melaporkan penulis dalam menggunakan
Penelitian: The dengan penelitian dengan literatur sistematis keamanan, penulisan karya tulis analisis grading
Use of Jejunal pemberian nutrisi pencarian jurnal dilakukan kemanjuran, dan ini. Artikel untuk
Tube Feeding in pada pasien yang dari PubMed, the menggunakan keterbatasan yang berisikan intervensi menentukan hasil
Children: A menggunakan MEDLINE, dan PubMed, terkait dengannya (10- flushing pada pasien evaluasi.
Position enteral tube Cochrane MEDLINE, dan 12). Studi retrospektif yang terpasang 2. Referensi yang
Paper by the jejunal. Database of Database Cochrane menunjukkan bahwa enteral tube dipilih dalam
Gastroenterology Sysytematic dari pemberian makanan jejenum. Intervensi penelitian ini
and Nutrition Reriews. Dengan Tinjauan Sistematis melalui selang ini dilakukan untuk dimulai dari tahun

7
Committees of pencarian dari tahun 1982 gastrojejunal (GJT) mengatasi terbit 1982 hingga
the European ‘‘jejunal, hingga November adalah metode yang sumbatan/ clogging november 2018
Society for postpyloric, 2018 menerapkan aman untuk setelah pasien
Paediatric transpyloric, istilah ''jejunal, meningkatkan status diberikan obat atau
Gastroenterology jejunostomy, postpyloric, gizi; namun, karena makan.
, Hepatology, and feeding, transpyloric, seringnya kebutuhan
Nutrition nutrition, jejunostomy, akan pemeliharaan
food.’’ Referensi feeding, nutrition, dan penggantian
dalam jurnal food.” selang yang
diteliti untuk Sampel yang menyebabkan
memastikan ke digunakan sebanyak peningkatan
relevanan data. 150 referensi. morbiditas, pemberian
Penilaian GJT lebih merupakan
rekomendasi, alternatif sementara,
pengkajian, misalnya, jejunostomi
perkembangan, Roux-en-Y atau
dan evaluasi di operasi antirefluks
gunakan untuk (10-12).
mengevaluasi Sepengetahuan kami,

8
hasil outcome. ada sedikit panduan
Pembuktian yang jelas mengenai
literatur indikasi penggunaan
menggunakan JTF atau aspek praktis
system grading yang terkait dengan
dengan GRADE kegunaannya dalam
system. manajemen klinis.
Artikel ini berusaha
untuk mengatasi
beberapa masalah ini.
Namun, sejumlah
faktor harus
dipertimbangkan
sebelum penempatan
JT, atau bahkan GJT.
Gejala kegagalan
makan seperti mual,
muntah, tersedak,
muntah, dan

9
intoleransi volume
dapat disebabkan oleh
masalah anatomi atau,
bahkan, masalah non-
gastrointestinal, yang
perlu ditangani
sebelum
mempertimbangkan
penempatan JT.
Kesimpulan: Artikel
ini berusaha untuk
mengatasi beberapa
masalah ini. Namun,
sejumlah faktor harus
dipertimbangkan
sebelum penempatan
JT, atau bahkan GJT

V2:

10
Di bawah naungan
ESPGHAN, sebuah
kelompok kerja (WG)
terdiri dari anggota
dari gastrointestinal
(GI) dan Nutrisi
Komite dan ahli di
bidangnya, termasuk
ahli gastroenterologi
anak, ahli gizi,
perawat, dan ahli
bedah anak, dibentuk
pada bulan September
2016 untuk
merumuskan klinis
berbasis bukti saat ini
pedoman praktek JTF.
Sebuah pencarian
literatur sistematis

11
dilakukan
menggunakan
PubMed, MEDLINE,
dan Database
Cochrane dari
Tinjauan Sistematis
dari tahun 1982
hingga November
2018 menerapkan
istilah ''jejunal,
postpyloric,
transpyloric,
jejunostomy, feeding,
nutrisi, food.''
Kesimpulan:
Prosedur dan
ketentuannya
dijelaskan secara
detail dan dapat

12
dibuktikan.

V3:
Pemilihan sampel
dalam penelitian ini
menggunakan
referensi dari tahun
1982 hingga
November 2018
menerapkan istilah
''jejunal, postpyloric,
transpyloric,
jejunostomy, feeding,
nutrisi, food.''
Kesimpulan:
Sampel hanya berupa
hasil penelitian dari
penelitian
sebelumnya.

13
V4:
Analisa data
menggunakan
Grading
Rekomendasi,
Penilaian,
Pengembangan, dan
Evaluasi diterapkan
pada mengevaluasi
hasil. Tingkat bukti
untuk setiap
pernyataan adalah
berdasarkan penilaian
literatur.
Menggunakan sistem
GRADE, kualitas
bukti dinilai sebagai
berikut:

14
1. Tinggi: Penelitian
lebih lanjut tidak
mungkin
mengubah
kepercayaan kita
terhadap perkiraan
efek.
2. Sedang: Penelitian
lebih lanjut
kemungkinan akan
berdampak pada
keyakinan dalam
perkiraan efek dan
dapat berubah
perkiraan.
3. Rendah: Penelitian
lebih lanjut
kemungkinan akan
berdampak pada

15
keyakinan dalam
perkiraan efek dan
kemungkinan akan
berubah perkiraan.
4. Sangat rendah:
Setiap perkiraan
efek tidak pasti.

Kesimpulannya:
Analisa data
menggunakan sistem
Grading dari kategori
tinggi, sedang, rendah
dan sangat rendah.

V5:
Jurnal ini merupakan
jurnal literatur review,
sample diambil dari
PubMed, the

16
MEDLINE, Cochrane
Database Systematic
Review. Dalam
penelitian ini terdapat
sekitar 150 referensi
yang digunakan.
Sehingga
penelitiannya dapat
digeneralisasi.
Pada penelitian ini
pembahasan
dijelaskan secara logis
/ masuk akal. Dan
penelitiannya sesuai
dengan penelitian
yang sebelumnya.
Dalam penelitian ini
dijelaskan setiap
intevensi memiliki

17
kesamaan antara
referensi dengan
referensi yang lainnya
sehingga hasilnya
konsisten. Penelitian
ini merekomendasikan
flushing untuk
dilakukan selama
menggunakan enteral
tube. Flushing
dilakukan saat
sebelum dan sesudah
baik pemberian obat
maupun pemberian
nutrisi.
Penelitian ini
menggunakan
penilaian (SoRs) the
strength of

18
recommendations
untuk menilai apakah
intervensi sangat
direkomndasikan atau
tidak.
Intervensi flushing
mendapat nilai SoR
yang tinggi (very
strong) sehingga
sangat
direkomendasikan
untuk dilakukan
intervensinya.
Kesimpulan:
Terdapat internal
validity, dan eksternal
validity sehingga
kesimpulan dapat
digeneralisasikan

19
20
Table 3 Deskripsi Topik Flushing

Penulisan dan Tahun Deskripsi Topik/issue yang sedang di review


Penulis: (Broekaert et Terapi Flushing idealnya untuk mencegah terjadinya
al., 2019) clogging pada jejunal feeding. Pengobatan harus diberikan
dalam bentuk cairan dan setelah pemberian obat dilakukan
Judul Penelitian: The flushing pada enteral feeding menggunakan air untuk
Use of Jejunal Tube mengirim obat ke mukosa intestinal.
Feeding in Children: A The ESPGHAN group merekomendasikan untuk
Position memberikan Teknik flushing dengan menggunakan sedikit
Paper by the air hangat. Air diberikan sebelum dan sesudah pemberian
Gastroenterology and nutrisi melalui enteral feeding dan pemberian obat. Atau
Nutrition saat mengganti kantung jejunostomy tube.
Committees of the Untuk mempertahankan kepatenan, enteral tube harus di
European Society for berikan Teknik flushing saat sebelum dan sesudah
Paediatric pemberian obat dengan menggunakan 10 – 20 ml air steril
Gastroenterology, Beberapa obat cair mengakibatkan tube feeding bisa
Hepatology, and terhalang obat. Saat memberikan obat dua atau lebih dalam
Nutrition satu waktu, flushing direkomendasikan dilakukan diantara
sesudah pemberian obat pertama dan sebelum pemberian
obat kedua untuk mencegah clogging pada tube.
Flushing akan lebih efektif dilakukan dengan pemberian air
hangat menggunakan syringe kecil (1, 2 atau 5 ml) agar
tekanannya menjadi lebih kuat (Dandeles, 2011)

20
BAB IV
PEMBAHASAN

Nutrisi enteral/ Enteral Nutrition (EN) adalah nutrisi yang diberikan pada
pasien yang tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya melalui rute oral,
formula nutrisi diberikan melalui tube ke dalam lambung (gastric tube),
nasogastrik tube (NGT), atau jejunum dapat secara manual maupun dengan
bantuan pompa mesin (gastrostomy dan jejunum percutaneous).
Teknik pemasangan selang untuk memberikan nutrisi secara enteral yaitu
terdapat beberapa teknik untuk memasukkan selang nasoenterik melalui
nasogastric, nasoduodenum, atau nasojejunum, namun sebaiknya menggunakan
teknik PEG (Percutaneous Endoscopic Gastrostomy) karena komplikasinya lebih
sedikit. Teknik lain yang dapat digunakan adalah laparoskopi jejunustomi atau
gastrojejunustomy. Akan tetapi, sebagian besar pasien toleran terhadap
pemasangan selang nasoenteric secara manual.
Metode pemberian nutrisi enteral ada 2 yaitu gravity drip (pemberian
menggunakan corong yang disambungkan ke selang nasogastric dengan kecepatan
mengikuti gaya gravitasi) dan intermittent feeding (pemberian nutrisi secara
bertahap yang diatur kecepatannya menggunakan syringe pump). Metode
intermittent feeding lebih efektif dibandingkan metode gravity drip, hal ini dilihat
dari nilai mean volume residu lambung yang dihasilkan pada intermittent feeding
lebih sedikit dibandingkan gravity drip yaitu 2,47 ml: 6,93 ml. Hal ini
dikarenakan kondisi lambung yang penuh akibat pemberian secara gravity drip
akan memperlambat motilitas lambung dan menyebabkan isi lambung semakin
asam sehingga akan mempengaruhi pembukaan spinkter pylorus.
Nutrisi enteral sebaiknya diberikan pada semua pasien kritis kecuali pasien
mengalami distensi abdomen, perdarahan gastrointestinal, diare dan muntah.
Nutrisi enteral yang diberikan pada pasien dengan gangguan gastrointestinal dapat
menyebabkan ketidakcukupan pemenuhan nutrisi dan berisiko terjadi malnutrisi.
Penelitian lain mengenai banyaknya penggunaan nutrisi enteral bagi pasien
kritis juga dilakukan oleh Jonqueira et al. (2012) bahwa terdapat protokol tentang
pemberian nutrisi bagi pasien kritis dengan algoritma jika hemodinamik pasien

21
telah stabil, lakukan penghitungan kebutuhan nutrisi dengan memilih pemberian
nutrisi secara enteral. Penggunaan nutrisi enteral juga dapat meningkatkan status
nutrisi pasien.
Jejunostomy tube adalah tube plastic yang lembut yang dimasukan melalui
kulit abdomen kedalam bagian tengah usus halus. Jejunostomy tube digunakan
untuk memasukan obat atau nutrisi langsung ke usus halus dan digunakan selama
pasien kritis atau belum dapat menggunakan mulutnya untuk makan.
Pada pasien yang terpasang selang enteral sering terjadi kasus clogging atau
penyumbatan pada selang enteral. Penyumbatan ini bisa terjadi karena sisa
makanan dan obat yang masih ada pada selang enteral dan tidak di bersihkan.
Perawat perlu melakukan tindakan dalam perawatan selang enteral. Tindakan
yang dilakukan adalah flushing atau pembilasan. Hal ini dimaksudkan dapat
mempermudah untuk memenuhi nutrisi yang dibutuhkan pasien. Teknik flushing
dilakukan saat sebelum dan sesudah pemberian makan atau obat dengan
menggunakan 10 – 20 ml air steril. Flushing akan lebih efektif dilakukan dengan
pemberian air hangat menggunakan syringe kecil (1, 2 atau 5 ml) agar tekanannya
menjadi lebih kuat.

22
BAB V
KESIMPULAN

Jejunostomy adalah Tindakan suatu pembedahan untuk membuat fistula


(jejunum) bagian dari usus halus ke sebuah lubang dibagian depan perut. Feeding
tube dimasukan ke dalam usus halus melalui abdomen yang bertujuan untuk
menjaga terpenuhinya nutrisi karena adanya obstruksi pada bagian proksimal usus
halus. Nutrisi enteral sebaiknya diberikan pada semua pasien kritis kecuali pasien
mengalami distensi abdomen, perdarahan gastrointestinal, diare dan muntah.
Nutrisi enteral yang diberikan pada pasien dengan gangguan gastrointestinal dapat
menyebabkan ketidakcukupan pemenuhan nutrisi dan berisiko terjadi malnutrisi.
Pada pasien yang terpasang selang enteral sering terjadi kasus clogging atau
penyumbatan pada selang enteral. Penyumbatan ini bisa terjadi karena sisa
makanan dan obat yang masih ada pada selang enteral dan tidak di bersihkan.
Perawat perlu melakukan tindakan dalam perawatan selang enteral. Tindakan
yang dilakukan adalah flushing atau pembilasan. Teknik flushing dilakukan saat
sebelum dan sesudah pemberian makan atau obat dengan menggunakan 10 – 20
ml air steril. Flushing akan lebih efektif dilakukan dengan pemberian air hangat
menggunakan syringe kecil (1, 2 atau 5 ml) agar tekanannya menjadi lebih kuat.

23
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L. (2019). Enteral feeding tubes: An overview of nursing care. British


Journal of Nursing, 28(12), 748–754.
https://doi.org/10.12968/bjon.2019.28.12.748
Broekaert, I. J., Falconer, J., Bronsky, J., Gottrand, F., Dall’Oglio, L., Goto, E.,
Hojsak, I., Hulst, J., Kochavi, B., Papadopoulou, A., Ribes-Koninckx, C.,
Schaeppi, M., Werlin, S., Wilschanski, M., & Thapar, N. (2019). The use of
jejunal tube feeding in children: A position paper by the gastroenterology
and nutrition committees of the European Society for paediatric
Gastroenterology, hepatology, and nutrition 2019. Journal of Pediatric
Gastroenterology and Nutrition, 69(2), 239–258.
https://doi.org/10.1097/MPG.0000000000002379
Chavan, R., Nabi, Z., & Reddy, D. N. (2020). Adverse events associated with
third space endoscopy: Diagnosis and management. International Journal of
Gastrointestinal Intervention, 9(2), 86–97.
https://doi.org/10.18528/ijgii200010
Hutagaol, R., & Hamidi, N. S. (2020). Efektifitas Pemberian Nutrisi Enteral
Metode Intermittent Feeding dan Gravity Drip Terhadap Volume Residu
Lambung pada Pasien Kritis di Ruangan ICU Aulia Hospital Pekanbaru.
Jurnal IKesehatan Tambusai, 1(4), 25–33.
Sari, S. I. (2021). EVALUASI PEMBERIAN OBAT MELALUI ENTERAL
FEEDING TUBE DI RUMAH SAKIT: LITERATURE REVIEW. Universitas
Gadjah Mada.
Woten, M., Systems, C. I., Pilgrim, J., Systems, C. I., Caple, C., Systems, C. I.,
Kornusky, J., Systems, C. I., Executive, N., Council, P., Adventist, G.,
Pravikoff, D., & Systems, C. I. (2016). NURSING Enteral Nutrition : an
Overview.

Anda mungkin juga menyukai