ILEUS PARALISTIK
Disusun oleh:
Matakuliah:Berpikir kritis
TAHUN 2022-2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga
makalah dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini
bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini
ii
DAFTAR ISI
SAMPULAN DEPAN..............................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
KATA PENGANTAR..............................................................................................iii
DAFTAR ISI.............................................................................................................IV
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................1
2.1.2 Etiologi.......................................................................................................5
2.1.3 Klasifikasi..................................................................................................11
2.1.6 Komplikasi.................................................................................................14
iii
2.2.5 Implementasi keperawatan.........................................................................29
3.1 Pengkajian.....................................................................................................30
3.3 Intervensi.......................................................................................................30
BAB 4 PENUTUP.....................................................................................................56
4.1 Kesimpulan...................................................................................................56
4.2 Saran..............................................................................................................56
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................57
iv
v
BAB 1
PENDAHULUAN
1
terjadinya paralitik. Adapun penyebab lain dari ilues paralitik yaitu tindakan
operasi terutama diarea abdomen, penyakit Parkinson, radang usus buntu, infeksi
saluran pencernaan seperti penyakit crohn, gastroenteritis dan divertikkulitis.
(Mansjoer,2001). Salah satu penanganannya adalah dengan tindakan pembedahan
yaitu tindakan Laparatomi, penyayatan pada dinding abdomen atau peritoneal
(Fossum, 2002). Gangren dan perforasi adalah komplikasi yang menunggu jika
permasalahan semakin berat, maka pasien yang sudah di diagnosa ileus paralitik
harus siap dilakukan tindakan pembedahan karena keterlambatan pembedahan
menyebabkan berbagai masalah pada organ cema, diantaranya perforasi
appendiks, peritonitis, pileflebitis, dan bahkan kematian.
Tujuan umum dari penulis studi kasus ini adalah untuk memberikan
Asuhan Keperawatan pada Tn. P dengan diagnosa medis Ileus Paralitik di
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya dengan menggunakan proses
keperawatan dari pengkajian sampai dengan evaluasi keperawatan.
2
1.3.2.1 Mahasiswa dapat mengidentifikasi pengkajian pada Tn.P dengan
diagnose medis Ileus Paralitik di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya.
Klien dan keluarga mengerti cara perawatan pada penyakit secara benar dan
bisa melakukan keperawatan di rumah dengan mandiri.
3
1.4.3 Bagi Institusi
4. Bagian iptek
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Ileus paralitik adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus yang sama sekali
menutup atau menganggu jalannya isi usus (Emedicine. 2009).
Ileus paralitik adalah obstruksi yang terjadi karena suplai saraf otonom
mengalami paralysis dan peristaltic usus terhenti sehingga tidak mampu
mendorong isi sepanjang usus. Contoh nya amiloidosis, distropi otot, gangguan
endokrin seperti diabetes melitus atau gangguan neurologis seperti penyakit
Parkinson. (Mansjoer, 2011)
Ileus paralitik adalah gangguan pergerakan usus akibat kelumpuhan otot usus.
Terganggunya pergerakan usus membuat makanan tidak dapat dicerna, sehingga
terjadi penyumbatan di usus. Penyumbatan atau obstruksi usus akibat ileus
paralitik sering disebut dengan pseudo- obstruction. Ileus paralitik akan
menyebabkan penumpukan makanan di dalam usus. Akibatnya, penderita dapat
mengalami sembelit, begah, mual, dan muntah. (Tim, et al. 2017).
Sistem pencernaan yang terdiri atas saluran pencernaan dan organ asesoris.
Saluran pencernaan dimulai dari mulut sampai usus halus bagian distal,
sedangkan organ asesoris terdiri atas hati, kantong empedu, dan pankreas. Ketiga
organ ini membantu terlaksananya pencernaan makanan secara kimiawi.
(AAA.Hidayat.2006:52).
5
1. Saluran Pencernaan
1 Mulut
3.Lambung
6
sebagai pencampur adalah memecah makanan menjadi partikel - partikel kecil
yang dapat bercampur dengan asam lambung. Fungsi sekresi dan pencernaan
adalah mensekresi pepsin dan HCl yang akan memecah protein menjadi
pepton, amilase memecah amilum menjadi maltosa, lipase memecah lemak
menjadi asam lemak, dan gliserol membentuk sekresi gastrin, mensekresi
faktor intrinsik yang memungkinkan absorbsi vitamin B12 yaitu di ileum, dan
mensekresi mukus yang bersifat protektif. Makanan berada pada lambung
selama 2 - 6 jam, kemudian bercampur dengan getah lambung (cairan asam
bening tak berwarna) yang mengandung 0,4% HCI untuk mengasamkan
semua makanan serta bekerja sebagai antiseptik dan desinfektan. Dalam getah
lambung terdapat beberapa enzim, diantaranya pepsin, dihasilkan oleh
pepsinogen serta berfungsi mengubah makanan menjadi bahan yang lebih
mudah larut dan renin, berfungsi mengubah makanan menjadi bahan yang
lebih dari karsinogen yang dapat larut.
4.Usush halus
5.Usus Besar
Usus besar atau juga disebut sebagi kolon merupakan sambungan dari
usus halus yang dimulai dari aktup ileokolik yang merupakan tempat lewatnya
makanan. Usus besar memilki panjang kurang lebih 1,5 meter. Kolon terbagi
atas desenden, sigmoid, dan berakhir di rektum yang panjangnya kira kira 10
cm dari usus besar, dimulai dari kolon sigmoideus dan berakhir pada saluran
anal. Tempat kolon asenden membentuk belokan tajam di abdomen atas
bagian kanan disebut fleksura hepatis, sedang tempat kolon transversum
membentuk belokan tajam di abdomen atau bagian kiri disebut fleksura
lienalis. Fungsi utama usus besar adalah mengabsorbsi air (kurang lebih 90%)
7
elektrolit, vitamin, dan sedikit glukosa. Kapasitas absorbsi air kurang lebih
5000 cc/hari. Flora yang terdapat pada usus besar berfungsi untuk menyintesis
vitamin K dan B serta memungkinkan pembusukan sisa sisa makanan.
6.Anus
1. Organ Asesoris
1.Hati
2.Kantong empedu
8
(dihasilkan oleh pigmen empedu). Cairan empedu mengandung air, garam,
empedu, lemak, kolesterol, pigmen fosfolipid, dan sedikit protein.
3.Prankes
3. Etiologi
1. Sepsis.
5. Infark miokard.
6. Pneumonia.
7. Trauma (misalnya: patah tulang iga, cedera spina), Bilier dan ginjal kolik.
9
Ileus pada pasien rawat inap ditemukan pada:
1. Proses intraabdominal seperti pembedahan perut dan saluran cerna atau
iritasi dari peritoneal (peritonitis, pankreatitis, perdarahan);
2. Sakit berat seperti pneumonia, gangguan pernafasan yang memerlukan
intubasi, sepsis atau infeksi berat, uremia, dibetes ketoasidosis, dan ketidak
seimbang elektrolit hipomagnesemia, hipofosfatemia)
3. Obat-obatan yang mempengaruhi motilitas usus (opioid, antikolinergik,
fenotiazine). Setelah pembedahan, usus halus biasanya pertama kali yang
kembali normal (beberapa jam), diikuti lambung (24-48 jam) dan kolon (48-
72 jam).
Ileus terjadi karena hipomotilitas dari saluran pencemaan tanpa adanya
obstruksi usus mekanik. Diduga, otot dinding usus terganggu dan gagal untuk
mengangkut isi usus. Kurangnya tindakan pendorong terkoordinasi
menyebabkan akumulasi gas dan cairan dalam usus. Meskipun ileus
disebabkan banyak faktor, keadaan pascaoperasi adalah keadaan yang paling
umum untuk terjadinya ileus. Memang, ileus merupakan konsekuensi yang
diharapkan dari pembedahan perut. Fisiologisnya ileus kembali nomal spontan
dalam 2-3 hari, setelah motilitas sigmoid kembali normal. Ileus yang
berlangsung selama lebih dari 3 hari setelah operasi dapat disebut ileus
adynamic atau ileus paralitik pascaoperasi. Sering, ileus terjadi setelah operasi
intraperitoneal, tetapi mungkin juga terjadi setelah pembedahan
retroperitoneal dan extra- abdominal. Durasi ter-panjang dari ileus tercatat
terjadi setelah pembedahan kolon. Laparoskopi reseksi usus dikaitkan dengan
jangka waktu yang lebih singkat daripada reseksi kolon ileus terbuka.
Konsekuensi klinis ileus pasca operasi dapat mendalam. Pasien dengan
ileus merasa tidak nyaman dan sakit, dan akan meningkatkan risiko
komplikasi paru. Ileus juga meningkatkan katabolisme karena gizi buruk.
Secara keseluruhan, ileus meningkatkan biaya perawatan medis karena
memperpanjang rawat inap di rumah sakit. Penyakit/keadaan yang
menimbulkan ileus paralitik dapat diklasi-fikasikan seperti yang tercantum
dibawah ini:
1.Neurogenik. Pasca operasi, kerusakan medulla spinalis, keracunan ureter.
iritasi persarafan splanknikus, pankreatitis.
2. Metabolik. Gangguan keseimbangan elektrolit (terutama hipokalemia),
uremia, komplikasi DM, penyakit sistemik seperti SLE, sklerosis multiple.
10
3. Obat-obatan. Narkotik, antikolinergik, katekolamin, fenotiazin
antihistamin.
5. Iskemia usus
4. Klasifikasi
11
5 Patofisiologi (Pathways)
12
penurunan absorbs cairan dan peningkatan sekresi cairan ke dalam
usus. Efek local peregangan usus adalah iskemia akibat distensi dan
peningkatan permeabilitas akibat nekrosis, disertai absorbsi toksin-
toksin bakteri kedalam rongga peritoneum dan sirkulasi sistemik untuk
menyebabkan bakteriemia.
13
Pasien ileus paralitik akan mengeluh perutnya kembung
(abdominal distention), anoreksia, mual dan obstipasi. Muntah
mungkin ada, mungkin pula tidak ada. Keluhan perut kembung pada
ileus paralitik ini perlu dibedakan dengan keluhan perut kembung pada
ileus obstruksi. Pasien ileus paralitik mempunyai keluhan perut
kembung, tidak disertai nyeri kolik abdomen yang paroksismal. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan adanya distensi abdomen, perkusi
timpani dengan bising usus yang lemah dan jarang bahkan dapat tidak
terdengar sama sekali. Pada palpasi, pasien hanya menyatakan
perasaan tidak enak pada perutnya. Tidak ditemukan adanya reaksi
peritoneal (nyeri tekan dan nyeri lepas negatif). Apabila penyakit
primernya peritonitis, manifestasi klinis yang ditemukan adalah
gambaran peritonitis.
4. Pada palpasi ringan perut, ada nyeri ringan, tanpa defans muskuler.
7. Komplikasi
14
6. Pneumonia aspirasi dari proses muntah.
7. Nekrosis us
8. Gangguan elektrolit, refluk muntah dapat terjadi akibat distensi
abdomen. Muntah mengakibatkan kehilangan ion hidrogen dan kalium
dari lambung. serta menimbulkan penurunan klorida dan kalium dalam
darah.
8. Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi
3. CT-Scan
Pemeriksaan ini dikerjakan jika secara klinis dan foto polos abdomen
dicurigai adanya strangulasi. CT-Scan akan mempertunjukkan secara lebih
teliti adanya kelainan-kelainan dinding usus, mesenterikus, dan peritoneum,
CT-Scan harus dilakukan dengan memasukkan zat kontras kedalam pembuluh
darah. Pada pemeriksaan ini dapat diketahui derajat dan lokasi dari obstruksi.
15
2. Pemeriksaan laboratorium
9. Penatalaksanaan Medis
1. Konservatif
2. Penderita dipuasakan
2 Farmakologis
3 Operatif
16
1. Manajemen Asuhan Keperawatan
2. Pengkajian Keperawatan
1) Identitas Klien
Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin,
suku bangsa, agama, pekerjaan, pendidikan terakhir, status perkawinan,
alamat, nomor registrasi/MRS, dan diagnosa medis.
2) Keluhan Utama
3) Riwayat Penyakit
17
b. Riwayat Penyakit Dahulu
d. Riwayat Psikososial
1)Keadaan umum
2) Pernafasan
18
3) Kardiovaskuler
Asukultasi: suara jantung normal $1 lup. $2 dup, tidak ada suara jantung
tambahan.
4) Persyarafan
5) Perkemihan
6) Pencernaan
19
dan jarang bahkan dapat tidak terdengar sama sekali, ketidakmampuan
defekasi dan flatus dikarenakan akibat kelumpuhan otot usus, sehingga terjadi
penyumbatan gangguan pergerakan usus dalam mencema makanan. Pada
pemeriksaan abdomen dapat dilakukan IAPP didapatkan yaitu:
Auskultasi : bising usus lemah dan jarang bahkan dapat tidak terdengar
sama sekali.
3 . Diagnosa Keperawatan
20
6 .Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan absorbsi nutrisi ditandai dengan mual muntah.
4 . Intervensi Keperawatan
2.Kriteria hasil :
✓ Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan
(N:70-80 x/menit, S: 36-37 C, TD: 110/70 - 120/80 mmHg)
3.Rencana Tindakan :
Intervensi rasional
1. kaji kebutuhan pasien 1.mengetahui kebutuhan
2. observasi tanda-tanda vital Cairan pasien
3. observasi tingkst kesadaran dan tanda-tanda syok Perubahan yang drastic
4. observasi bising usus pasien tiap1-2 jam pada tanda-tanda vital
5. .monitor intake dan outpur secara ketat merupakan indikasi
6. pantau hasil labolaterium serum elektrolit,hematocrit kekurangan cairan
7. kaloborasi dengan medic untuk pemberian suplemen 3.kekurangan cairan dan
elektrolit intravena elektrolit dapat
mempengaruhi tingkat
kesadaran dan
21
mengakibatkan syok.
4.menilai fungsi usus
5.menilai keseimbangan
cairan
6.untuk menilai
keseimbangan cairan dan
elektrolit
7untuk meningkatkan
pengetahuan pasien dan
kelurga serta kerja sama
antara perawat-pasien-
keluarga
8.memenuhi kebutuhan
cairan dan elektrolit pasien
2.kriteria hasil:
Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama
nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas
abnormal).
Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi,
pernafasan).
Volume cairan tubuh seimbang
Intake cairan terpenuhi
3) rencana tindakan:
Intervensi rasional
1. kajian kebutuhan cairan 1. mengetahui kebutuhan cairan
pasien pasien
2. observasi tanda-tanda vital 2. .perubahan yang drastic pada
3. observasi tingkat kesadaran tanda-tanda vital merupakan
dan tanda-tanda syok indikasi kekurangan cairan
4. observasi bising usus pasian 3. kekurangan cairan dan elektrolit
tiap 1-2 jam dapat mempengaruhi tingkat
22
5. monitor intake dan outpur kesadaran dan mengakibatkan
secara ketat syok
6. pantau hail labolaterium 4. menilai fungsi usus
serum elektrolit, hematorik 5. menilai keseimbangan cairan
7. kaloborasi dengan medic 6. untuk menilai keseimbangan
untuk pemberian suplemen cairan elektrolit
elektrolit intravena 7. untuk meningkatkan pengetahuan
pasien dan keluarga serta kerja
sama antar perawat-pasien-
keluarga
Memenuhi kebutuhan cairan
dan elektrolit pasien
Diagnosa lll:ketidak efektif pola nafsu makan berhubungan dengan distensi
abdomen.
2.kriteria hasil:
Menunjukan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama,
nafas, frekuensi, pernapasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas
abnormal).
Tanda-tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan).
3) Rencana tindakan:
Intervensi Rasional
1. Monitor kecepatan,irama, bunyi 1. Mengetahui perkembangan
nafas, kedalaman dan kesulitan satatus kesehatan pasien.
bernafas. 2. Perubahan ttv akan memberikan
2. Monitor tanda-tanda fital dampak pada resiko asidosis yang
3. Kaji distensi abdomen bertambah berat dan berindikasi
4. Catat pergerakan dada, catatan pada intervensi untuk secepatnya
ketidak simestrisan, pengunaan melakukan koreksi asidosis.
otot-otot bantu nafas, dan retraksi 3. Memudahkan ventilasi dengan
pada otot supraclaviculas menurunkan tekanan abdomen
intercostal. terhadap diagfragma sehingga
5. Posisikan semi-flower ekspansi maksimal, dengan
6. Asukultasi suara nafas, catat area mengukur lilitan atau lingkar
yanf vebtilasinya menurun atau abdomen.
tidak adanya suara nafas bantuan. 4. Untuk mengetahuiperkembangan
23
7. Kolaborasi status kesehatan pasien dan
Pemberian oksigen 4 liter mencegah komplikasi lanjutan.
/menit dengan metode kanul 5. Posisi semi-flower atau flower
atau dungkup non dapat mengurangi sesak nafas dan
rebreathing. ekspansi paru.
Pemberian inhalasi terapi bila 6. Untuk mengetahui perkmbangan
diperlukan status kesehatan pasien dan
mencegah komplikasi jantung
7. Kolaborasi
Bekerja sama dengan dokter dalam
pemberian terapi pemeliharan untuk
kebutuhan asupan oksigen dan
tindakan dependen perawat, dimana
oksigenasi dan tindakan berfungsi
untuk meningkatkan kadar oksigen
dalam tubuh terpenuhi sehingga
fungsi organ berjalan lancar. Untuk
mencegah hipoksia, memudahkan
pernafasan dengan menurukan
tekanan pada diagfragma.
Kriteria hasil:
3.Rencana tindakan
Intervensi Rasionnal
1. Identifikasi 1.Selalu memantau
lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi, perkembangan nyeri.
intenitas nyery.
2. Identifikasi factor yang memperberat 2. Mencari tahu faktor
24
dan memper ringan nyeri. memperberat dan
3. Kontrol lingkungan yang memperingan nyeri agar
memperberat rasa nyeri. mempercepat proses
4. Berikan teknik nonfarmakologis kesembuhan.
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri. 3. Memberikan kondisi
6. Kolaborasi dengan dokter pemberian lingkungan yang nyaman
analgetik, jika perlu. untuk membantu
meredakan nyeri.
2.kriteria hasil:
25
3.rencana tindakan
Intervensi rasional
1. Kaji dan catat frekuensi, warna 1. Mengetahui ada atau tidaknya
dan konsistensi feses kelainan yang terjadi pada
2. Auskultasi bising usus eliminasi fekal.
3. Kaji adanya flatus 2. Untuk mengetahui normal atau
4. Kaji adanya distensi abdomen tidaknya pergerakan usus
5. Berikan penjelasan kepada pasien 3. Adanya flatus menunjukan
dan keluarga penyebab terjadinya perbaikan usus
gangguan dalam BAB 4. Gangguan motilitas usus daoat
6. Kolaborasi dalam pemberian menyebabkan akumulasi gas di
terapi pencahar (laxatif) dalam lumen usus sehingga terjadi
distensi badomen
5. Untuk meningkatkan pengetahuan
pasien dan keluarga serta untuk
meningkatkan kerja sama antara
perawat –pasien dan keluarga
6. Untuk membantu dalam
pemenuhan kebutuhan eliminasi
2)kriteria hasil:
3)Rencana tindakan
Intervensi rasional
1. Identikasi status 1. Mengedentikasi derajat kurang
nutrisi nutrisi dan menentukan pilihan
2. Identikasi makanan interfensi.
yang disukai 2. Makanan kesukaan biasanya
3. Monitor asupan meningkatkan selera makan.
makanan, kandungan 3. Kandungan nutrisi yang tepat
nutrisi dan kalori untuk meningkatkan klien
berat badan, dan beraktifitas .
26
frekunsi muntah. 4. Untuk mengawasi keefektifan
4. Monitor berat badan rencan diet.
5. Berikan makanan 5. Makanan tinggi kalori di
tinggi kalori dan butuhkan pada keanyakan
tinggi protein pasien yang pemasukannya
6. Berikan makanan / dibatasi, karbohidrat
minuman sedikit tapi memberikan emerge siap
sering. pakai.protei di perlukan pada
7. Ajarkan diet yang di perbaikan kadar protein
programkan. seserum untuk menurunkan
8. Kolaborasi dengan edema dan untuk
ajlu gizi (jika perlu) meningkatkan regenasi sel
jumlah kalori dan jeni hati.
zat gizi yang di 6. Makan sedikit demi sedikit
butuhkan. tapi sering dapat membantu
untuk meminimalkan
anoreksia dan menurunkan
rangsangan muntah
7. Dalam memenuhi kebutuhan
nutrisi individu dengan diet
yang paling tepat dan
mendorong regenerasi jaringan
area cedera permukaan tubuh
8. Berguna dalam memenuhi
kebutuhan nutrisi individu
dengan diet yang paling tepat.
2).kriteria hasil:
Interfensi Rasional
1. Observasi adanya peningkata 1.rasa cemas yang dirasakan
27
kecemasa: wajah tegang, gelisa. pasien dapat telihat diekspresi
2. Kaji adanyarasa cemas yang wajah dan tingka laku.
dirasakan pasien 2. untuk mengetahui tingkat
3. Berikan penjelasan kepada pasien kecemasan pasien.
dan keluarga tentang tindakan 3. dengan mengetahui tindakan
yang akan dilakukan sehubungan yang akan dilakukan akan
dengan keadaan penyakit pasien mengurangi tinkat kecemasan
4. Berikan kesempatan pada pasien pasien dan meningkatkan kerja
untuk mengungkapkan rasa takut sama
atau kecemasan yang dirasakan 4. dengan mengungkapkan
5. Pertahankan lingkungan yang kecemasan akan mengurangi rasa
tenang dan tanpa setres takut/ cemas pasien.
6. Dorong dukungan keluarga dan 5. lingkungan yang tenang dan
orang derdekat untuk memberikan dan nyaman dapat mengurangi
support pada pasien setres pasien berhadapan dengan
penyakitnya.
6. support system dapay
mengurangi rasa cemas dan
menguatkan pasien dalam
menerima keadaan sakit.
28
Intervensi rasional
1. Identifikasi gangguan 1. Mengetahui perkembangan
fungsi tubuh yang status kesehatan klien
mengakibatkan kelelahan menghindri adanya keluhan
2. Monitor kelehan fisik dan lain
emosinal 2. Meminimalkan atrofi
3. Lakukan latihan rentang oto,meningkatkan sirkulasi,
gerak pasif dan /aktif membantu mencegah
4. Anjurkan tirah baring kontraktur
5. Kolaborasi dengan ahli 3. Memperbaiki mekanika tubuh
gizi tentagcara dan melatih otot-otot
meningkatksan asupan ketahanan otot
makanan 4. Istirahat menurunkan mobilitas
dan juga mempercepat
penyembuhan
5. Memenuhi kebutuhan nutrisi
individu agar lebih berenergi
2.2.5 Evaluasimkeperawatan
BAB 3
29
ASUHAN KEPERAWATAN
Nim : 2018.C.10a.0964
3.1 Pengkajian
Nama : Tn.P
Umur : 65 Tahun
Agama : Kriten
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Petani
Diagnosa medis:
30
3.1.2.3 Keluhan utama:
Pasien mengatakan sejak dua bulan yang lalu perut kembung dan kaki
bengkak, keluarga membawa klien ke Puskesmas Menteng dan mendapat
pengobatan namun tidak tahu obat apa yang didapat. Satu minggu yang lalu
klien tidak kontrol lagi sehingga kaki bengkak, perut makin kembung. Pada
tanggal 28 September 2020 pukul 08.00 W 30 sien datang ke RSUD dr. Doris
Sylvanus dibawa oleh keluarganya dengan keluhan nyeri perut, tidak bisa
buang air besar, dan flatus (kentut). Pada saat dikaji tampak perut kembung
dan kaki bengkak. pasien masih mengalami nyeri perut, nyeri berat dengan
skala 7 (1-10), nyeri melilit dari perut sekitar pusar menyebar ke bagian atas,
disertai dengan muntah 2 kali, nyeri timbul setiap 5 menit, nyeri bertambah
jika tidur terlentang atau dalam posisi miring, dan nyeri berkurang dalam
posisi setengah duduk (semi fowler).
Pasien sudah 3 hari di RS pasien tidak bisa BAB dan flatus, BAK
melalui catheter, warna urin kekuningan, jumlah plus/minus 900 * cc / 24 jam.
Di rumah sakit klien menggunakan obat untuk merangsang BAB/pencahar
(dulcolax supp, per rectal). Di IGD Tn.P mendapatkan pemasangan infus IV
Ringer Laktat 500 cc 20 tpm. Cefotaxine 2xlgr / l * V Ranitidin 2 * 1
ampul/IV, Ketorolac 2 * 1 ampul dan Furosemid 2 * 20mg / I * V Dokter
memutuskan Tn. P harus dirawat di ruang Bougenville untuk perawatan lebih
lanjut.
31
Klien mengatakan pernah mempunyai riwayat penyakitnya sebelumya.
Genogram keluarga
Keterangan:
: Hubungan keluarga
: Tinggal rumah
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
3.1.3 pemeriksaan
1. Keadaan Umum
2. Status Mental:
32
Berdasarkan hasil pemeriksaan dan pengkajian pasien. Kesadarannya compos
menthis, berbicara dengan jelas dan kooperatif, ekspresi wajah Pasien
meringis, bentuk tubuh Pasien mesomorph, Pasien berbaring dengan cara
semi-fowler, suasana hati Pasien gelisah dan Pasien tampak kurang rapi. Pada
saat pengkajian orientasi, Pasien mampu membedakan pagi, siang dan malam.
Pasien mampu membedakan antara keluarga dan tenaga kesehatan (Dokter.
Perawat), dan Pasien mengetahui bahwa ia berada di Rumah sakit, insight
klien baik, dan mekanisme pertahanan diri klien adaptif.
3. Tanda-tanda Vital:
4. Pernapasan (Breathing)
Bentuk dada pasien teraba simetris. Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok,
tidak ada batuk berdarah, tidak ada batuk, tidak ada sianosis, tidak ada nyeri
dada, tidak ada sesak napas, tidak tampak pernapasan cuping hidung, tipe
pemafasan dada dan perut, irama pemapasan teratur, suara napas vesikuler,
dan tidak ada suara nafas tambahan.
Masalah keperawatan:
5.Cardiovascular ( Bleeding)
Pasien tidak ada nyeri dada, tidak ada kram kaki, tidak pucat, tidak ada pusing
tidak ada cubling finger, tidak sianosis, tidak ada sakit kepala, tidak, tidak ada
palpitasi, tidak pingsan. Capillary refill 2 detik, ada edema pada bagian
ekstremitas bawah, ictus cordis tidak terlihat, tidak ada peningkatan vena
jugularis, suara jantung normal $1 lup. S2 dup.
6. Persyarafan (Brain)
33
Nilai GCSE E = 4 (membuka mata spontan), V = 5 (komunikasi verbal baik),
M = 6 (mengikuti perintah), total nilai GCS = 15 (normal), kesadaran klien
tampak normal, pupil isokor, reflex cahaya kanan positif dan kiri positif, klien
merasakan nyeri perut ditusuk-tusuk dan melilit dari perut sekitar pusar
menyebar ke bagian atas, tidak vertigo, tampak gelisah, tidak aphasia, klien
tidak merasakan kesemutan, tidak bingung, tidak dysarthria dan tidak
mengalami kejang.
2. Nervus Kranial II (Optik): Pasien dapat melihat dengan jelas orang yang
ada disekitarnya.
Uji Koordinasi :
34
Ekstremitas atas dari jari ke jari sebelah kiri (+), sebelah kanan positif,
jari kehidung sebelah kanan dan kiri positif, Ektremitas bawah tumit ke
jempol kaki positif, dan uji kestabilan positif. Pemeriksaan tes reflek pada
bisep pada tanan kanan positif (+) skala 5, pada kiri negatif(+) dengan skala
kiri 5. Pada reflek trisep pada tangan kanan positif (+) dengan skala 5. pada
tangan kiri positif (+) dengan skala 5. Pada brachioradialis kanan positif (+)
dengan skala 5, tangan kiri positif (+) dengan skala 5. Pada patella pada kaki
kanan negatif (+) skala 5 dan pada kaki kiri positif (+) dengan skala 5. Pada
aciles pada kaki kanan positif (+) dengan skala 5, dan pada kaki kiri (+)
dengan skala 5. Pada babinski negatif (+) dan kiri positif(+).
Bibir klien tampak kering, turgor kulit tidak elastis/regang, tidak ada
perlukaan di sekitar bibir, jumlah gigi klien lengkap tidak ada karies, gusi
klien normal tampak kemerahan, lidah klien tidak ada lesi, mukosa klien tidak
ada pembengkakan, tidak ada peradangan, tidak mengalami haemoroid, klien
tidak dapat BAB dan flatus, warna feses kuning, terdapat perubahan selama
sakit yaitu klien BAB 1 kali dalam 3-4 hari, konsistensi keras, mengalami
konstipasi, muntah 2 kali, perut kembung, mengejan saat defekasi, bising usus
klien terdengar 3x/menit, dan terdapat nyeri tekan.
35
Keluhan lainnya: Pasien tidak bisa BAB dan Flatus (kentut). Pengeluaran
feces lama dan sulit.
Klien tidak memiliki riwayat alergi baik dari obat, makanan, dan kosmetik
dan lainnya. Suhu kulit klien teraba panas, warna kulit coklat tua, turgor tidak
elastis/regang, tidak ada tampak terdapat lesi, tidak tampak terdapat jaringan,
tekstur rambut halus, tidak terdapat distribusi rambut dan bentuk kuku
simetris.
a.Mata/Penglihatan
Fungsi penglihatan klien normal tidak ada masalah, gerakan bola mata klien
tampak bergerak normal dengan visus: mata kanan (VOD) = 6/6 dan mata kiri
(VOS) = 6/6 sclera klien putih, wama konjungtiva anemis, kornea putih, tidak
terdapat alat bantu penglihatan pada klien dan tidak terdapat adanya nyeri.
b. Telinga/Pendengaran
Pendengaran klien normal dan tidak ada berkurang, tidak berdengung dan
tidak tuli.
c. Hidung/Penciuman
36
Bentuk hidung klien teraba simetris, tidak terdapat lesi, tidak terdapat patensi,
tidak terdapat obstruksi, tidak terdapat nyeri tekan sinus, tidak terdapat
transluminasi, cavum nasal normal, septum nasal tidak ada masalah, sekresi
kuning lumayan kental, dan tidak ada polip.
Leher klien tampak tidak ada massa, tidak ada jaringan parut, tidak ada teraba
kelenjar limfe, tidak ada teraba kelenjar tyroid, dan mobilitas leher klien
bergerak bebas.
13 Sistem Reproduksi
1. Reproduksi Pria
Bagian reproduksi klien tidak tampak adanya kemerahan, tidak ada gatal-
gatal, tidak ada gatal-gatal, gland penis baik/ normal, meatus uretra baik/
normal, tidak ada discharge, srotum normal, tidak ada hernia, dan tidak ada
keluhan lainnya.
1. Kemampuan berkomunikasi
2. Bahasa sehari-hari
37
Hubungan klien dengan keluarga baik, dibuktikan dengan kelurga
setiap saat selalu memperhatikan dan mendampingi Tn.P selama
diarawat di rumah sakit.
5. Orang berarti/terdekat :
Menurut klien orang yang terdekat dengannya adalah istri dan anak-
anaknya.
38
1 Hemaglobin 9,8 g/dL 14-18 ( laki-laki
2 Hematokrit 23,1 % 35-47
3 Eritrosit 2,98 / uL 4,50-6,20
4 Leuksoit 2000/mm3 5000-10.000
5 GDS 73mg/dL 80-160
6 LED ( laju elap darah) 40mm/jam 0-20
7 Natrium 135 135-148
mm0l/L
8 Kalium 1,5 3,5-5,3 mmol/L
9 Chlorida 98 98-106mml/L
1o Calcium 94 94-111 mmol/L
11 Albumi 1,6 mg/L 3.5-5.2 mg/L
39
mik. terhadap penderitaan
Ringer
lakta
juga
dapat
mengga
ntikan
cairan
tubuh
yang
hilang
serta
mening
katkan
diuresis,
yaitu
penamb
ahan
cairan
kencing
(urine),
baik
pada
individu
dewasa
maupun
anak-
anak
2 Infus ringer 500 cc 20 IV Hipovolemik. Rencana: edeman Reaksi-reaksi yang
laktat tpm Ringer laktat juga jaringan pada penggunaan mungkin terjai karena
dapat volume yang besar, larutnya atau cara
mengantikan biasanya paru-paru pemberiannya
cairan tubuh yang termasuk timbulnya
hilang serta panas, infeksi pada
meningkatkan tempat penyuntikan,
diuresis, yaitu trombosis vena atau
penambahan flebitis yang meluas
cairan kencing dari tempat
( urine ), baik penyuntikan, ektravasi
pada individu Bila terjadi reaksi efek
dewasa maupun samping, pemakaian
anak-anak harus dihentikan dan
40
lakukan evaluasi
terhadap penderitaan
3 Kalium 2 x2,5 IV Infus intravena Kalium klorida Kalium klorida
klorida mEq/L kalium klorida dikontrandikasikan pada memiliki efek samping
dan natrium pasien yang yang berupa hiperkalemia
klorida digunakan memiliki riwayat jika pemberian terlalu
untuk mengatasi hipersensitivitas berat cepat atau melebihi
hypokalemia terhadap sedia kalium dosis terapeutik
berat dan bila jenis apapun. Selain itu, hiperkalemia jantung
asupan kaliumper pasien yang mengalami yang berunjung pada
oral tidak hiperkalemia juga kematian
memadai dan kontraindikasi untuk
mengembalikan mengkonsumsi kalium
ketidak klorida. Pasien dengan
seimbangan kelainan struktual saluran
elektrolit cema yang dapat
menghambat waktu transit
di usus juga tidak
disarankan
mengkonsumsi kalium
klorida karena dapat
meningkatkan risiko
ulserasi.
4 Katerolak 2x8 mg IV Klorida adalah Katerolac dikontrak Uleorasi peptic,
(amp)/ obat anti infalasi indikasi untuk pasien pendarahan dan
nonstreroid dengan riwayat gagal perlubangan lambung
(OAINS). ginjal, penderita dengan Gangguan atau kegagalan
7 jam riwayat porferia akut. depresi volume pada
Pengunaan Hal-hal ginjal, granulosittopenia,
katerlac adalah pengunaan pada pansitopenia,trombosittope
untuk inflamasi ibu menyusui nia.
akut jangka waktu Khasiat dan Lain-lain kasus
pendek keamanan hiperrsentivitas
merendakan nyeri pengunaan pada yang jarang
dan peradangan anak-anak belum contohnya :
dengan tingkat terbukti. demam,
keperahan dari Pemberian pada
sedang samoai wanita hamil jika anafilaksis.
berat. benar-benar
sangat dibutuhkan edema
sedikit
41
angioneurotik.
peningkatan
kadar dalam
kreatinin scrum.
bronkospasme,
cosinofilia,
5 Furosemide 2x20 mg IV Furosemide Gagal ginjal dengan berpotensi menyebabkan
adalah golongan anura. prekoma dan koma sejumlah efek sumping, antara
diuretik hepatik, defisiensi lain:
elektrolit hipovolemia,
bermanfaat obat
hipersensitivita Pusing
yang untuk
Vertigo
mengeluarkan Pasien dengan Mual dan muntah
kelebihan cairan kelumpuhan otot usus, Diare
dari dalam tubuh penyumbatan usus, Penglihatan buram
melalui urine. Sembelit
Obat ini sering Sejumlah
digunakan. untuk
mengatasi edema.
(penumpukan
cairan di dalam
tubuh) atau
hipertensi
(tekanan darah
tinggi)
6 Dulcolax sup 2x1 gr Pare Dukolax adalah Pasien dengan Sejumlah efek samping yang
ntal obat untul kelumpuhan hotot usus, dapat muncul akibat
(tabl mengatasi penyumbatan usus, i baru penggunaan Dulcolax adalah:
sembelit atau mengalami pembedahan
et
susah tbuang air di bagian perut seperti Sensasi terbakar di
sup) besar, Obat in ) usus buntu, penyakit dubur
tersedia dalam radang usus akut, nyeri Lemas
bentuk table yang perut yang parah. i Diare
diminum dan dehidrasi Nyeri atau kram peru
kapsul yang Mual dan muntah
dimasukkan parah. Kram otot
melalui dubu hipersensitivitas terhadap Gangguan elektro
Urine yang keluar
42
(supositoria). bisacodyl, terdapat luka sedikit
Menangan dan peradangan pada Vertigo
konstipasi akut anus. Jantung berdeba
maupun kronis H
dan untuk
mengosongkan
usus t sebelum
operasi atau
prosedur E
radiologis
7 Ranitidin 2x50 mg IV Ranitidin adalah Penderita yang Takikardi (jarang). agitasi
(1 ampul) obat untuk dan hipersensitif ranitidine. gangguan penglihatan,
mencegah diketahui terhadap alopesia nefritis interstisial
mengobati dan Ranitidine. (jarang sekali). Mual dan
berbagai penyakit muntah, Sakit kepala
perut yang Insomnia, Vertigo, Ruam
disebabkan terlalu Konstipasi, Diare.
banyak produksi
asam lambung.
Tukak lambung
dan tukak
duodenum,
refluks esofagitis,
dispepsia episodik
kronis, tukak
akibat AINS. tu
kak duodenum
karena
H.pylori,sindrom
Zollin ger-Ellison,
kondisi lain
dimana
pengurangan
asam lambung
akan bermanfaat
Hari,tanggal : kamis, 1 oktober 2020
43
dehidrasi dan syoka asidosis laktat atau cara
hipovolemik Ringer Adverse pada pemberiannya
laktat A cairan tubuh penggunaan volume termasuk timbulnya
yang hilang serta yang besar, panas, infeksi padu
meningkatkan diuresis, biasanya pani- paru tempat penyuntikan,
yaitu p penambah cairan trombosis vena atau
kencing (urine), baik flebitis yang
pada individu. dewasa meluas- dari tempat
maupun anak-anak. penyuntikan.
ekstravasasi.
44
kontraindikasi
mengkonsumsi
Kalium
klond. Pasien denga
kelainan struktura
salurancemayang
dapat menghambat
waktu transit di
usus juga tidak
disaranka
mengkonsumsi
kalium klorida
karena dapat
meningkatkan
risiko ulserasi
Hari,tanggal : jumat, 2 oktober 2020
ANALISA DATA
45
bengkak
- Tampak gelisah
Memegang perutnya dan
menghindari nyeri,
- Peristaltik usus 3x/menit
Cara berbaring klien tamp
ak semi-fowler
- Terpasang infus Ringer L
actate 500 ml 20 tpm dita
ngan sebelah kiri klien.
- TTV:
- TD: 90/70 mmHg
- S : 37,0 0C
- N 120 x/menit
- RR: 22 x/menit
Data Subjektif: Risiko Ketidakseimbangan Risiko ketidak
Elektrolit seimbangan elektrolit
Pasien mengatakan badannya
lemas dan muntah 2 kali..
Data Objektif:
- Tampak lemas
- TTV
N: 120 x/menit
46
S : 37,0 °C
RR: 22 x/menit
Data Subjektit: Pasie Distensi abdomen Gangguan eliminasi
mengatakan tidak bisa konstipasi
BAB dan kentut (flatus). dan Tekanan intra lumen
pengeluaran BAB lama dan menurun
sulit
Data Objektif: Iskemia dinding usus
- BAB hanya 1 kali
dalam 6 hari Kehilangan cairan menuju
- Mengejan saat rongga peritonium
defekasi
- Bibir tampak kering Penyempitan ruang
Turgor kulit tidak ekstrasel
- elastis/regang
- Ekspresi klien tampak Fungsi sekresi dan
meringis
absorbsi menurun Motilitas
- Feces berwarna
usus menurun
kuning
- kecokelatan.. Kelumpuhan peristaltik
Konsistensi feces Konstipasi
keras
- Mual muntah
- Distensi abdomen
- Peristaltik usus
menurun 3x/menit
- Perut tampak
kembung dan kaki
bengkak
- Terdapat nyeri tekan
daerah abdomen
- TTV TD : 90/70 * n
- N: 120*/ menit
- S : 37 deg * C
- RR: 22 x/menit
PRIORITAS MASALAH
1. Nyeri berhubungan dengan distensi abdomen ditandai dengan nyeri pada bagian
perut, timbul saat tidur terlentang dan posisi miring. Nyeri yang saya rasakan seperti
47
terasa sedang ditusuk-tusuk dan melilit dari perut sekitar pusar menyebar ke bagian
atas. Skala nyeri yang saya rasakan pada rentang 7 (skala berat) dengan berlangsung
sekitar 5 menit, ekspresi tampak meringis. sulit tidur, gelisah. tampak memegang
perutnya dan menghindar nyeri, terpasang infus Ringer Lactate 500 ml 20 tpm
ditangan sebelah kiri klien dan hasil pemeriksaan TTV = TD / 90 / 70 mmHg .N: 120
x/menit, S / 38, 0 deg * C RR: 22 x/menit.
Nama : Tn.P
48
nyeri -3(1-10) memper berat kondisi
2. Ekpresi leks dan lingkungan
3. TTV normal memperingan yang nyaman
nyeri. untuk
3. Kontrol membantu
lingkungan meredakar
yang memp пусті
erberat rasa 4. Salah satu
nyeri. cara
4. Berikan mengurangi
teknik nyeri
nonfarmakolo 5. atau keluarga
gi dapat Agar
5. Ajurkan klien atau
teknik melakukan
nonfarmakolo secara
gi s untuk mandiri
mengurangi ketika nyer
rasa nyeri. kumbuh.
6. Kolaborasi 6. Bekerja sama
dengan dokter dengan
pemb crian dokter
analgetik, jika dalama
perlu. pemberian
dosis obat
dan t indakan
dependen
perawat,
dimana
analgetik
berfungsi
untuk
memblok
stimulasi
2. Gangguan Pola Sedah Manajemen 1. Mengetahui
Eliminasi dilakukan Konstipasi tanda dan gejala
Konstipasi asuhan (104155, konstipasi din
berhubungan kepenwatan halaman 193) penyebab yang
dengan disfungsi 2x7 jam 1. Periksa muncul agar
motilitas ditandai diharapkan tanda dan mempercepat
dengan tidak pola eliminasi gejala proses
dapat BAB dan kembali konstipasi kesembuhan.
flatus, pola BAB normal dengan 2. Periksa 2. Untuk
hanya 1 kali kriteria hasil: pergerakan mengetahui
49
dalam 6 hari, 1. Pola usus (bising normal atau
mengejan sant elimina usus tidaknya
defekasi, ekspresi si BAB 3. Kaji dan pergerakan usus,
tampak meringis. nomma catat
peristaltik usus Ix har kamktenstik 3. Mengetahui ada
menurun dengan feses (mis atau tidaknya
3x/menit, mual konsist konsistensi, kelanan yang
muntah, distensi ens bentuk, terjadi pada
absomen, terdapat lembek volume dan eliminasi fekal.
nyeri tekan 2. Bising warna) 4. Gangguan
abdomen, perut usus 4. Monitor motilitas usus
tampak kembung, normal tanda dan dapat
dan kaki bengkak 535x/m gejala rupture menyebabkan
enit usus dan akumulasi gas di
3. Bising peritonitis dalam lumen usus
dapat 5. Anjurkan sehingga terjadi
flatus diet tinggi distensi
4. Motilita serat abdomen.
s usus 6. Anjurkan 5. Nutrisi tinggi
berfung peningkatan serat untuk
si asupan cairan melancarkan
5. Tidak jika tidak ada eliminasi fekal dan
ada kontraindikasi memfasilitasi
distensi 7. Latih buang refleks defekasi
abdome air besar 6.Peningkatan
n secara teratur asupan cairan
6. Elimina 8. Kolaborasi dapat melunakkan
s feses penggunaan eliminasi feces.
tanpa terapi obat 7. Mengembalikan
pedu pencahar. keteraturan pola
mengej (laksatif) defekasi
an 8. Bekerja sama
berlebi dengan dokter
han dalam pemberian
dosis obat dan
tindakan dependen
perawat. Untuk
membantu dalam
pemenuhan
kebutuhan
eliminasi fekal
3. Risiko keperawatan Manajemen 1. Selalu
2x7 Elektrolit memantauperkemb
1. Ketidakseimbang (103102, angan
an Elektrolit Setelah alaman 168) ketidakseimbangan
50
berhubungan: dilakukan 1. Identifikasi elektrolit
dengan badan tindakan jam tanda dan 2.mencari tahu
lemas. muntah 2 diharapkan gejala pada penyebab ketidak
kali, tampak perut intake dan ketidakseimba seimbangan
kembung, kaki. ouput caiman ngan elektrolit agar
bengkak, tidak menjadi kadar mempercepat
dapat BAB dan seimbang. elektrolit proses
kentut. (Manus). dengan kriteria 2 Identifikasi kesembuhan
urine 500cc han hasil: penyebab 3. Selalu
dan Hasil 1. TTV ketidakseimba memantau kadar
laboratorium: Na Normal ngan elektrolit elektrolit agar
- 135 mmol/L, 2. Mukosa 3. Monitor tidak terjadi
Kalium- 1,5 Lembab kadar kekurangan
mmol/L, 3. Elektrolit elektrolit volume cairan
Chlorida- 05 dalam batas 4. Berikan pada penyebab
mmol/L dan normal cairan ketidak
Calcium-94 (Na: 135-147 5. Anjurkan seimbangan
mmol/ mmol/l, K: 3.5- pasien diet elektrolit dan
5.5 mmol/L yang tepat Menilai fungsi
CE 98-106 (mis. Tinggi usus
mmol/L, Cal kalium, 4. Untuk
94-11 rendah memenuhi
mmol/L). natrium) keseimbangan
6. Pasang cairan dan
akses elektrolit pasien
intravena 7. 5. Peningkatan
Jelaskan jenis, asupan diet yang
penyebab, dan tepat akan dalam
penanganan tubuh
ketidakseimba mengembalikan
ngan elektrolit kebutuhan
8. Kolaborasi elektrolit
pemberian 6. Mempermudah
suplemen dalam pemberian
elektrolit per kebutuhan
IV elektrolit pada
pasien
7. Untuk
meningkatkan
pengetahuan
pasien dan
keluarga serta
kerjasama
antara perawat-
51
pasien-keluarga.
8. Bekerja sama
dengan dokter
dalam pemberian
dosis obat dan
tindakan dependen
perawat. Untuk
membantu pasien
dalam pemenuhan
kebutuhan
keseimbangan
elektrolit.
52
dengan pasien. kembung
4. Berkaloborasi dengan - Pasien tumpak
dokter pemberian a posisi
nalgetik (Katerolac 8 mg semifowler
pemberian injcks i - Sikap
diberikan melalui IV, 3-4 menghindar
kali hari, klien nyeri dan
mengatakan nyeri - memegang
berkuarang menjadi ska la perut.
3 (1-10) - Klie
- menggu
nakan teknik
relaksasi nafas
dalam saat
nyeri
- Klien dan
keluarga klien
dapat melak
ukan terapi
musik secara
mandiri dis aat
nyeri dating
- Sudah di beri
Injeksi
Katerolac 8 mg
(IV)
- Sudah diberi
injeksi
Ranitidine 50
mg per IV
- TTV belum
batas normal
TD: 90/70 mmHg
N: 120 x/menit
S:37 °C
RR: 22 x/menit
A-Masalah belum
teratasi.
P- lanjutkan intervensi
no 1-4
2. Kamis ,0 1. Memeriksa S - Klien mengatakan
1 oktober tanda dan tidak dapat BAB dan
2020 gejala kentut, dan masih sulit
pukul konstipasi . mengeluarkan feces.
53
10.00 Memeriksa O-
WIB 2. pergerakan - Peritaltik usus
Diagnosa usus (bising 3x/menit
keperaw usus) - Tampak masih
atan II 3. Mengkaji dan lemas
catat - Ekspresi Dhea
karakteristik tampak permatas
feses (mis. meringis mal ari
konsistensi, muntah, iskandar
bentuk, volume - Terdapat nyeri
dan warna) tekan abdomen
4. Memonitor Perut tampak
tanda dan kembung dan
gejala ruptur kaki bengkak
usus dan - Tampak
peritonitis mengikuti
5. Menganjurkan anjuran dict
diet tinggi serat tinggi scrat
6. Melatih buang - Sudah diberi
air besar secara tempi obat
teratur. pencahar
7. Berkolaborasi (laksatif)
penggunaan Dulcollax
terapi obat suppositoria
Pencahar 2x1 gr per IV
- Sudah diberi
Furosemid
2x50 mg IV
untuk
mengatasi
edema pada
kaki dan injeksi
Ceftriaxone 1
gr per IV
- TTV dalam
batas normal
- TD: 90/70 *
mmHg N100
x/menit
- S : 37 deg * C
- RR: 22x/menit
A- Masalah belum
teratasi
B- Lanjutkan
54
intervensi 1-7
Jumat, 02 1. Mengidentifikasi S - Klien menytatakan
oktober 2020 tanda dan gejala badan masih lemas dan
pada ketidak muntah Dhea
Pukul 08.00 seimbangan kadar O- permatas
WIB elektrolit - Kaki masih ari
Diagnose 2. Mengidentifikasi bengkak iskandar
keperawatan III ketidakseimbangan - Mukosa lembab
elektrolit - Tampak pucat
3. Memonitor kadar - Distensi
elektrolit abdomen Perut
4. Memberikan kembung
cairan - Tampak
5. Menganjurkan Muntah
pasien diet yang - Tidak dapat
tepat (mis. Tinggi BAB dan Flatus
kalium, rendah - Urine
natrium) 500ce/hari
6. Memasang akses - Sudah diberi
intravena terapi obat KCI
7. Menjelaskan jenis 2,5 mEq/L per
penyebab, dan IV
penanganan - Sudah diberi
ketidakseimbangan Furosemid
elektrolit 2x50 mg IV
8. Berkolaborasi - Hasil
pemberan laboratorium
suplemen elektrolit Na-135
per IV penyebab mmol/L K
(Kalium)-1,5
mmol/L.
(dibawah
normal)
Chlorida: 95
mmol/L
(dibawah
normal)
Calcium 94
mmol/L
- TTV
- TD: 90/70
mmHg
- N100 x/menit
- S : 37 deg * C
55
- RR: 22 x/menit
A = Masalah belum
teratasi
P= Lakukan semua
intervensi
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Ileus paralitik adalah obstruksi yang terjadi karena suplai saraf otonom
mengalami paralysis dan peristaltic usus terhenti sehingga tidak mampu
mendorong isi sepanjang usus. Contoh nya amiloidosis, distropi otot,
gangguan endokrin seperti diabetes melitus atau gangguan neurologis seperti
penyakit Parkinson.
4.2 Saran
56
Dalam melakukan perawatan pasien dengan ileus paralitik hendaknya
denga n hati-hati, cermat dan teliti serta selalu menjaga kesterilan alat, maka
akan memp ercepat proses penyembuhan. Perawat perlu mengetahui tanda
gejala adanya nyeri. perawat harus mampu mengetahui kondisi pasien secara
keseluruhan sehingga int ervensi yang diberikan bermanfaat untuk
kemampuan fungsional pasien, perawat harus mampu berkolaborasi dengan
tim kesehatan lain dan keluarga untuk mendu kung adanya proses
keperawatan serta dalam pemberian asuhan keperawatan dipe rlukan
pemberian pendidikan kesehatan pada keluarga tentang penyakit, penyebab
nyeri, pencegahan, dan penanganannya.
DAFTAR PUSTAKA
57
Mansjoer, Arif, dkk. (2011). Kapita Seleka Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1.
Jakarta: Media Aesculapius.
Mubarak, Wahid Iqbal. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:
EGC.
NANDA. 2012. NANDA International Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC.
NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017
Edisi 10 editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC.
Potter & Perry. 2010. Buku Ajar Fundamental, Buku 1 Edisi 7. Jakarta: EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
58