Anda di halaman 1dari 39

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN

KEBUTUHAN NUTRISI DAN CAIRAN : HIPOVOLEMIA


PADA Ny. M DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN :
ILEUS OBSTRUKTIF DI BANGSAL CEMPAKA I
RSUD TEMANGGUNG

Disusun Oleh :
1. Cindi Agustin (AK2520973)
2. Inang Setiaji (AK2520983)
3. Sansia Putri Maerani (AK25201001)
4. Sunia Kaesi (AK25201002)

AKADEMI KEPERAWATAN ALKAUTSAR TEMANGGUNG


Komplek INISNU, Jl. Suwandi-Suwardi Km. 01, Temanggung
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN

“Laporan Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi dan Cairan :


Hipovolemia pada Ny. M dengan Gangguan Sistem Pencernaan : Ileus Obstruksi
di Bangsal Cempaka 1 RSUD Kabupaten Temanggung”, telah disahkan oleh
pembimbing lahan untuk Seminar Kasus Kelompok Praktik Keperawatan Medikal
Bedah I.

Temanggung, 2022

Pembimbing Lahan Praktik

Sri Wahyuni, S.Kep., Ns

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan dengan judul
“Laporan Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi dan Cairan :
Hipovolemia pada Ny. M dengan Gangguan Sistem Pencernaan : Ileus Obstruksi
di Bangsal Cempaka 1 RSUD Kabupaten Temanggung”. Laporan ini disusun
untuk memenuhi tugas praktik klinik Keperawatan Medikal Bedah I.

Atas tersusunnya Laporan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak,
untuk itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Allah SWT yang selalu memberikan kemudahan, kelancaran dan


senantiasa melindungi setiap waktu.
2. Kepada kedua orang tua yang selalu mendukung secara moral maupun
materil, membimbing dan membantu memberi semangat.
3. Ibu Tri Suraning Wulandari, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Direktur Akper
Alkautsar Temanggung.
4. Ibu Parmilah, S.Kep., Ns., M.Kep selaku pembimbing akademik yang
sudah memberikan arahan, saran dan masukan yang positif serta
memberikan semangat untuk tersusunnya laporan ini.
5. Ibu Sri Wahyuni, S.Kep., Ns selaku pembimbing klinik yang sudah
memberikan arahan, saran dan masukan yang positif serta memberikan
semangat untuk tersusunnya laporan ini.
6. Seluruh Dosen dan Staff Akademi Keperawatan Akautsar Temanggung.
7. Teman – teman seperjuangan Angkatan XXV yang dari awal sampai akhir
berjuang bersama dan memberi semangat satu sama lain dan semua pihak
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan
dukungun dan bantuan selama menyelesaikan Laporan ini.

Demikian Laporan ini telah penulis susun dan penulis selesaikan. Penulis
menyadari bahwa Laporan ini tidak luput dari kekurangan, oleh karena itu penulis
sangat mengharapkan masukkan yang bersifat membangun. Penulis berharap
semoga penulisan Laporan ini dapat bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan
dibidang kesehatan.

Temanggung, Mei 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Tujuan...............................................................................................................1
C. Manfaat.............................................................................................................1
BAB II......................................................................................................................2
TINJAUAN TEORI.................................................................................................2
A. Definisi..............................................................................................................2
B. Etiologi..............................................................................................................2
C. Klasifikasi.........................................................................................................3
D. Pemeriksaan Diagnostik....................................................................................4
E. Penatalaksanaan Medis.....................................................................................4
F. Patofisiologi......................................................................................................5
G. Manifestasi Klinis.............................................................................................6
H. Pathways Keperawatan.....................................................................................7
I. Fokus Pengkajian..............................................................................................7
J. Fokus Intervensi................................................................................................8
BAB III....................................................................................................................9
TINJAUAN KASUS................................................................................................9
A. Pengkajian.........................................................................................................9
1. Identitas/ Biodata..........................................................................................9
2. Riwayat Kesehatan.......................................................................................9
3. Pengkajian Pola Fungsional Menurut Gordon...........................................11
4. Pemeriksaan Fisik......................................................................................14
5. Data Hasil Pemeriksaan Penunjang............................................................19
B. Pengelompokan Data......................................................................................20

iii
C. Analisa Data....................................................................................................21
D. Diagnosa Keperawatan...................................................................................22
E. Rencana/ Intervensi Keperawatan...................................................................23
F. Catatan Tindakan/ Implementasi Keperawatan..............................................25
G. Catatan Perkembangan/ Evaluasi Keperawatan..............................................31
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................34

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usus merupakan bagian penting dari salah satu saluran pencernan. Usus
berfungsi dalam mengabsorpsi nutrisi. Salah satu permasalahan pada usus
yang dapat menyerang anak-anak bahkan orang dewasa dan dapat
menyebabkan komplikasi yang membahayakan nyawa adalah ileus. Ileus
dapat dibagi menjadi dua yaitu ileus paralitik dan ileus obstruktif (Veronica,
2018). Ileus Obstruktif adalah penyumbatan mekanis isi usus oleh massa,
adhesi, hernia, atau penyumbatan fisik lainnya. Sekitar 20% pasien ke rumah
sakit datang dengan keluhan nyeri perut. Nyeri biasanya menyebar dan gejala
umum lainnya adalah mual dan muntah, serta ketidakmampuan untuk buang
air besar dan perut buncit. (Beach, Elsworth. & De Jesus, 2021). Ileus
obstruktif biasanya sering ditemukan pada usus halus maupun usus besar.
Penyebab terjadinya pada usus halus antara lain hernia inkarserata 15%,
adhesi atau perlekatan usus 65%, sedangkan penyebab terjadinya
penyumbatan pada usus besar adalah tumor atau kanker 70%, perlengketan
berulang 10%, dan hernia 2,5% (Vilz, 2017)

Ileus dapat terjadi pada setiap usia, perbandingan antara pria dan wanita
mempunyai kemungkinan yang sama untuk menderita penyakit ini. Oleh
karena itu, pada pasien yang sudah terdiagnosa Ileus obstruktif, maka harus
segera dilakukan tindakan pembedahan sewaktu-waktu. Keterlambatan
pembedahan dapat menyebabkan berbagai komplikasi, diantaranya 20%
mengalami perforasi appendiks, peritonitis, abses appendiks dan bahkan
kematian. Proses pembedahan yang paling sering dilakukan dalam kasus
dengan ileus obstruktif adalah laparatomi (Vilz, 2017). Laparatomi merupakan
tindakan pembedahan dengan membuka rongga abdomen melalui sayatan
(Cipta, 2021). Tindakan pembedahan laparatomi pada kasus ileus obstruktif
digolongkan dalam operasi besar yang menghabiskan waktu 2-3 jam (Maulana
& Bratasena, 2018).

B. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan ileus obstruksi pada
pasien yang mengalami post operatif laparatomi di RSUD Kab. Temanggung.

1
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Ileus adalah gangguan/ hambatan pasase isi usus yang merupakan tanda
adanya obstruksi usus akut yang segera membutuhkan pertolongan atau
tindakan. Ileus ada 2 macam yaitu ileus obstruktif dan ileus paralitik. Ileus
obstruktif atau disebut juga ileus mekanik adalah keadaan dimana isi lumen
saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena adanya
sumbatan/ hambatan mekanik yang disebabkan kelainan dalam lumen usus,
dinding usus atau luas usus yang menekan atau kelainan vaskularisasi pada
suatu segmen usus yang menyebabkan nekrose segmen usus tersebut.
Sedangkan ileus paralitik atau adynamic ileus adalah keadaan dimana usus
gagal/ tidak mampu melakukan konstraksi peristaltik untuk menyalurkan
isinya akibat kegagalan neurogenik atau hilangnya peristaltik usus tanpa
adanya obstruksi mekanik (Margaretha Indrayani, 2013).

B. Etiologi
Penyebab terjadinya ileus obstruksi pada usus halus menurut (Margaretha
Indrayani, 2013) antara lain

1. Hernia inkarserata
Hernia inkarserata timbul karena usus yang masuk ke dalam kantung
hernia terjepit oleh cincin hernia sehingga timbul gejala obstruksi
(penyempitan) dan strangulasi usus (sumbatan usus menyebabkan
terhentinya aliran darah ke usus).
2. Non hernia inkarserata, antara lain :
a. Adhesi atau perlekatan usus
Adhesi bisa disebabkan oleh riwayat operasi intra abdominal
sebelumnya atau proses inflamasi intra abdominal. Dapat berupa
perlengketan mungkin dalam bentuk tunggal maupun multiple, bisa
setempat atau luas.
b. Askariasis
Cacing askaris hidup di usus halus bagian yeyunum, biasanya
jumlahnya puluhan hingga ratusan ekor. Obstruksi bisa terjadi di
mana-mana di usus halus, tetapi biasanya di ileum terminal yang

2
merupakan tempat lumen paling sempit. Obstruksi umumnya
disebabkan oleh suatu gumpalan padat terdiri atas sisa makanan dan
puluhan ekor cacing yang mati atau hampir mati akibat pemberian obat
cacing. Segmen usus yang penuh dengan cacing berisiko tinggi untuk
mengalami volvulus, strangulasi, dan perforasi.
c. Volvulus
Merupakan suatu keadaan di mana terjadi pemuntiran usus yang
abnormal dari segmen usus sepanjang aksis usus sendiri, maupun
pemuntiran terhadap aksis sehingga pasase (gangguan perjalanan
makanan) terganggu. Pada usus halus agak jarang ditemukan kasusnya.
Kebanyakan volvulus didapat di bagian ileum.
d. Tumor
Tumor usus halus agak jarang menyebabkan obstruksi Usus, kecuali
jika ia menimbulkan invaginasi . Hal ini terutama disebabkan oleh
kumpulan metastasis (penyebaran kanker) di peritoneum atau di
mesenterium yang menekan usus.
e. Batu empedu yang masuk ke ileus
Inflamasi yang berat dari kantong empedu menyebabkan fistul
(koneksi abnormal antara pembuluh darah, usus, organ, atau struktur
lainnya) dari saluran empedu ke duodenum atau usus halus yang
menyebabkan batu empedu masuk ke raktus gastrointestinal.

C. Klasifikasi
Dipaparkan oleh (Margaretha Indrayani, 2013) klasifikasi dari ileus
obstruksi dibedakan berdasarkan lokasi obstruksinya, antara lain :

1. Ileus obstruktif letak tinggi obstruksinya mengenai usus halus (dari gaster
sampai ileum terminal).
2. Ileus obstruktif letak rendah obstruksinya mengenai usus besar (dari
ileum terminal sampai rectum).

Selain itu, ileus obstruktif dapat dibedakan menjadi 3 berdasarkan


stadiumnya, yaitu :

1. Obstruksi sebagian (partial obstruction) : obstruksi terjadi sebagian


sehingga makanan masih bisa sedikit lewat, dapat flatus dan defekasi
sedikit.
2. Obstruksi sederhana (simple obstruction) : obstruksi/sumbatan yang tidak
disertai terjepitnya pembuluh darah (tidak disertai gangguan aliran darah).

3
3. Obstruksi strangulasi (strangulated obstruction) : obstruksi disertai
dengan terjepitnya pembuluh darah sehingga terjadi iskemia yang akan
berakhir dengan nekrosis atau gangren.

D. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan menurut Pasaribu dalam
(N. P. A. S. Dewi, 2021), antara lain :

1. Hb (hemoglobin), PCV (volume sel yang ditempati sel darah merah) :


meningkat akibat dehidrasi
2. Leukosit : normal atau sedikit meningkat ureum + elektrolit, ureum
meningkat, Na+ dan Cl- rendah.
3. Rontgen toraks : diafragma meninggi akibat distensi abdomen
a. Usus halus (lengkung sentral, distribusi nonanatomis, bayangan
valvula connives melintasi seluruh lebar usus) atau obstruksi besar
(distribusi perifer/bayangan haustra tidak terlihat di seluruh lebar
usus)
b. Mencari penyebab (pola khas dari volvulus, hernia, dll)
4. Enema kontras tunggal (pemeriksaan radiografi menggunakan suspensi
barium sulfat sebagai media kontras pada usus besar) : untuk melihat
tempat dan penyebab.
5. CT Scan pada usus halus : mencari tempat dan penyebab, sigmoidoskopi
untuk menunjukkan tempat obstruksi.

E. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan pasien dengan ileus obstruktif dijelaskan oleh (Nurarif
& Kusuma, 2015) adalah:

1. Persiapan
Pipa lambung harus dipasang untuk mengurangi muntah, mencegah
aspirasi danmengurangi distensi abdomen (dekompresi). Pasien
dipuasakan, kemudian dilakukan juga resusitasi cairan dan elektrolit
untuk perbaikan keadaan umum. Setelah keadaan optimum tercapai
barulah dilakukan laparatomi. Pada obstruksi parsial atau karsinomatosis
abdomen dengan pemantauan dan konservatif
2. Operasi
Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-organ
vital berfungsi secara memuaskan. Tetapi yang paling sering dilakukan
adalah pembedahan sesegera mungkin. Tindakan bedah dilakukan bila :
a. Strangulasi
b. Obstruksi lengkap

4
c. Hernia inkarserata
d. Tidak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif (dengan
pemasangan NGT, infus,oksigen dan kateter)
3. Pasca bedah
Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan dan
elektrolit. Kita harus mencegah terjadinya gagal ginjal dan harus
memberikan kalori yang cukup. Perlu diingat bahwa pasca bedah usus
pasien masih dalam keadaan paralitik.

F. Patofisiologi
Ileus mengarah pada akumulasi cairan dan gas pada tekanan intraluminal
yang meningkat, disfungsi mikrosirkulasi dinding usus, dan gangguan
penghalang mukosa, selanjutnya dapat menyebabkan pergeseran cairan,
peritonitis transmigrasi, dan hipovolemia. Fisiologi normal usus halus terdiri
dari pencernaan makanan dan penyerapan nutrisi. Usus besar turut membantu
pencernaan dan bertanggung jawab untuk sintesis vitamin, penyerapan air, dan
pemecahan bilirubin. Mekanisme obstruksi apapun akan menghalangi
komponen fisiologis ini (K. F. P. Dewi, 2020).

Obstruksi usus halus akut menghasilkan gangguan fisiologis dan


patologis sistemik serta lokal. Obstruksi partial atau komplit yang signifikan
terkait dengan peningkatan insiden migrating clustered contractions (MCC)
dari proksimal ke lokasi obstruksi. Kontraksi ini berhubungan dengan kram
perut. Obstruksi parsial, MCC mendorong konten intraluminal dan
membiarkannya melewati titik obstruksi ke distal. Obstruksi total yang tidak
teratasi mengakibatkan isi usus tidak dapat melewati distal, dengan akumulasi
cairan intraluminal yang progresif dan distensi usus proksimal, kemudian
memulai retrograde giant contractions (RGC) di usus halus sebagai fase
pertama muntah. Dalam migratory motorcomplexes (MMC) ileus adinamik
dan kontraksi dihambat (kontraksi yang dimulai di lambung dan usus halus
proksimal hampir secara bersamaan dan menyebar secara distal untuk
membersihkan usus). Ketika tekanan intraluminal di usus proksimal terhadap
obstruksi meningkat, aliran vena di dinding usus dan mesenterium yang
berdekatan berkurang, dan berhenti jika tekanan mencapai tekanan sistolik.
Aliran darah ke mukosa berkurang, diikuti oleh ruptur kapiler dan infiltrasi
hemoragik. Sentuhan mesenterium atau tekanan langsung pada pembuluh
mesenterika menyebabkan oklusi vena dan arteri. Epitel usus sangat rentan
terhadap anoksia sehingga menjadi yang pertama mengalami nekrosis (K. F.
P. Dewi, 2020).

5
Perforasi dapat terjadi sebagai akibat dari nekrosis, iskemik atau karena
tekanan. Nekrosis tekanan dapat terjadi pada bagian di mana adhesi pita ketat
melewati usus, atau di mana batu empedu atau fecaloma yang terkena
menghasilkan ulserasi stercoral dan perforasi berikutnya. Pada obstruksi
sederhana usus proksimal akan tampak berat, edematosa, dan bahkan sianosis.
Dalam kasus lanjut, serosal tears muncul di batas antimesenterik usus (K. F. P.
Dewi, 2020).

Obstruksi usus halus akut menghasilkan penurunan volume dan


gangguan elektrolit. Kehilangan volume lebih lanjut terjadi ketika isi usus
tertahan di bagian usus yang tersumbat, muntah, atau keluar di dinding usus
atau rongga peritoneum. Kehilangan air disertai dengan kehilangan elektrolit
tergantung pada tingkat obstruksi. Dengan meningkatnya tekanan
intraluminal, penyerapan air dan natrium berkurang dan sekresi luminal air,
natrium, dan kalium meningkat. Selain itu dapat terjadi edema dinding usus
dan kebocoran protein (K. F. P. Dewi, 2020).

Strangulasi mengakibatkan eksudat kaya protein dan elektrolit


terakumulasi dalam rongga peritoneum dan sekuestrasi infark darah di dinding
usus terjadi. Eksudat cairan peritoneum berubah dari cairan bening seperti
plasma menjadi darah (eksudat menggelap). Terdapat perubahan dalam
ekologi populasi bakteri dengan meningkatnya tipe koloni bakteri tinja di usus
proksimal terhadap obstruksi dan mengubah gradien proksimal ke distal pada
flora bakteri. Penguraian bakteri pada isi usus yang terhenti menyebabkan
terbentuknya "cairan feculent". Dengan strangulasi, perubahan fisiologis
diperumit oleh kehilangan darah di usus yang mengalami infark, kematian
jaringan, translokasi usus bakteri dan racun, serta hasil akhir perforasi (K. F.
P. Dewi, 2020).

Pengaruh obstruksi kolon tidak sehebat pada obstruksi usus halus. Pada
kolon hampir tidak pernah terjadi strangulasi kecuali oleh volvulus.
Kehilangan cairan dan elektrolit di kolon berjalan lambat pada obstruksi distal
akibat dari fungsinya sebagai tempat penyimpanan feses yang secara relatif
sebagai alat penyerap sedikit sekali (K. F. P. Dewi, 2020).

G. Manifestasi Klinis
Dijelaskan oleh (Margaretha Indrayani, 2013) manifestasi klinis ileus
obstruktif adalah :

1. Obstruksi sederhana
Obstruksi usus halus merupakan obstruksi saluran cerna tinggi, artinya
disertai dengan pengeluaran banyak cairan dan elektrolit baik di dalam

6
lumen usus bagian oral dari obstruksi,maupun oleh muntah. Gejala
penyumbatan usus meliputi nyeri kram pada perut, disertai kembung.
Pada obstruksi usus halus proksimal akan timbul gejala muntah yang
banyak, yang jarang menjadi muntah fekal walaupun obstruksi
berlangsung lama. Nyeri bisa berat dan menetap. Nyeri abdomen sering
dirasakan sebagai perasaan tidak enak di perut bagian atas. Semakin distal
sumbatan, maka muntah yang dihasilkan semakin fekulen. Tanda vital
normal pada tahap awal, namun akan berlanjut dengan dehidrasi akibat
kehilangan cairan dan elektrolit. Suhu tubuh bisa normal sampai demam.
Distensi abdomen dapat dapat minimal atau tidak ada pada obstruksi
proksimal dan semakin jelas pada sumbatan di daerah distal. Bising usus
yang meningkat dan “metallic sound” dapat didengar sesuai dengan
timbulnya nyeri pada obstruksi di daerah distal.
2. Obstruksi disertai proses strangulasi
Gejalanya seperti obstruksi sederhana tetapi lebih nyata dan disertai
dengan nyeri hebat. Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya skar bekas
operasi atau hernia. Bila dijumpai tanda-tanda strangulasi berupa nyeri
iskemik dimana nyeri yang sangat hebat, menetap dan tidak menyurut,
maka dilakukan tindakan operasi segera untuk mencegah terjadinya
nekrosis usus.
3. Obstruksi mekanis di kolon timbul perlahan-lahan dengan nyeri akibat
sumbatan biasanya terasa di epigastrium. Nyeri yang hebat dan terus
menerus menunjukkan adanya iskemia atau peritonitis. Borborygmus
dapat keras dan timbul sesuai dengan nyeri. Konstipasi atau obstipasi
adalah gambaran umum obstruksi komplit. Muntah lebih sering terjadi
pada penyumbatan usus besar. Muntah timbul kemudian dan tidak terjadi
bila katup ileosekal mampu mencegah refluks. Bila akibat refluks isi
kolon terdorong ke dalam usus halus, akan tampak gangguan pada usus
halus. Muntah akan terjadi kemudian. Pada keadaan valvula Bauchini
yang paten, terjadi distensi hebat dan sering mengakibatkan perforasi
sekum karena tekanannya paling tinggi dan dindingnya yang lebih tipis.
Pada pemeriksaan fisik akan menunjukkan distensi abdomen dan timpani,
gerakan usus akan tampak pada pasien yang kurus, dan akan terdengar
metallic sound pada auskultasi. Nyeri yang terlokasi, dan terabanya massa
menunjukkan adanya strangulasi.

H. Pathways Keperawatan
I. Fokus Pengkajian
Fokus pengkajian pada pasien post op laparostomi dengan ileus obstruksi
dilakukan sejak pasien mulai dipindakan dari kamar operasi ke ruang

7
pemulihan. Pengkajian di ruang pemulihan berfokus pada jiwa pasien
(Muttaqin, 2020) yaitu meliputi :

1. Status respirasi, meliputi : kebersihan jalan nafas, kedalaman pernafasaan,


kecepatan dan sifat pernafasan dan bunyi nafas.
2. Status sirkulatori, meliputi : nadi, tekanan darah, suhu dan warna kulit.
3. Status neurologis, meliputi tingkat kesadaran.
4. Balutan, meliputi : keadaan drain dan terdapat pipa yang harus disambung
dengan sistem drainage.
5. Kenyamanan, meliputi : terdapat nyeri, mual dan muntah
6. Keselamatan, meliputi : diperlukan penghalang samping tempat tidur,
kabel panggil yang mudah dijangkau dan alat pemantau dipasang dan
dapat berfungsi.
7. Perawatan, meliputi : cairan infus, kecepatan, jumlah cairan, kelancaran
cairan.
8. Sistem drainage : bentuk kelancaran pipa, hubungan dengan alat
penampung, sifat dan jumlah drainage.
9. Nyeri, meliputi : waktu, tempat, frekuensi, kualitas dan faktor yang
memperberat /memperingan nyeri.

J. Fokus Intervensi

8
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

1. Identitas/ Biodata
a. Identitas Pasien
1) Nama : Ny. M
2) TTL : Temanggung, 21 Maret 1994
3) Usia : 28 tahun
4) Jenis kelamin : Perempuan
5) Pendidikan : SD/ Sederajat
6) Alamat : Banaran, Tembarak Tmg
7) Agama : Islam
8) Tanggal masuk : 14 Mei 2022 (11.56 WIB)
9) No. Register : 169553
10) Diagnosa medis : Ileus Obstruktif
11) Tanggal pengkajian : 18 Mei 2022 (12.00 WIB)
b. Identitas Penanggung Jawab
1) Nama : Tn. S
2) Umur : 40 tahun
3) Pekerjaan : Petani
4) Pendidikan : SMP/ Sederajat
5) Agama : Islam
6) Alamat : Banaran, Tembarak Tmg
7) Hubungan dengan pasien : Suami

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Klien mengeluh lemas dan sangat haus karena sedang diit puasa post
operasi laparotomi.

9
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien diantar suami ke IGD RSUD Temanggung dengan keluhan
lemas dan diare sejak 11 Mei 2022, pasien mengeluh sakit di perut
sebelah kiri dari atas ke bawah, pasien juga mual muntah. Kemudian
dilakukan tindakan medis berupa operasi laparotomi pada tanggal 16
Mei 2022.
Saat dilakukan pengkajian pada 18 Mei 2022, klien juga mengeluh
nyeri pada luka didaerah post op dengan skala 4, nyeri seperti ditusuk-
tusuk dan hilang timbul, nyeri semakin bertambah jika berubah posisi
secara mendadak.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan baru pertama kali dirawat di Rumah Sakit, dan
belum pernah menderita penyakit yang sama sebelumnya.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
1) Genogram

Keterangan :
= Laki-laki
= Perempuan
= Pasien
= meninggal
= tinggal serumah

10
2) Riwayat kesehatan keluarga
Pasien dan keluarga mengatakan tidak ada keluarga yang
menderita penyakit serupa, dan tidak ada penyakit keturunan
dikeluarganya.
e. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Pasien mengatakan merasa nyaman tinggal dilingkungan fisik maupun
sosialnya. Pasien tinggal di pedesaan dengan rumah permanen yang
tergolong rumah sehat, ventilasi udara baik. Sumber air minum berasal
dari PDAM dan sarana pembuangan air limbah menggunakan septik
tank.
f. Status Ekonomi dan Sosial
Pasien berhubungan baik dengan tetangga sekitarnya, pendapatan
sehari-hari didapatkan dari suaminya yang bekerja sebagai petani.

3. Pengkajian Pola Fungsional Menurut Gordon


a. Persepsi Kesehatan dan Pola Pemeliharaan Kesehatan
- Pasien menganggap bahwa menjaga kesehatan itu penting.
- Pasien mengatakan dalam menjaga kesehatannya pasien menjaga
pola makan dan melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala
di puskesmas terdekat.
- Pasien mengatakan bila sakit, pasien berobat ke puskesmas atau ke
dokter terdekat.
- Pasien mengatakan tidak mengonsumsi kopi, obat-obatan maupun
alkohol.
- Pasien mengatakan jarang berolahraga.
b. Pola Nutrisi – Metabolik
1) Sebelum sakit :
- Pasien mengatakan makan teratur 3x sehari dengan nasi, sayur
dan lauk pauk.
- Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap makanan
tertentu.

11
- Pasien mengatakan sangat menyukai bakso.
- Pasien mengatakan tidak mengonsumsi vitamin/ penambah
nafsu makan.
- Pasien mengatakan rutin minum air putih 5-7 gelas perhari.
2) Setelah sakit :
- Pasien mengatakan setelah operasi belum makan/ minum.
- Pasien terpasang infus, infus habis 3 flabote perhari (@500
ml).
- Pasien mengatakan tidak ada penurunan BB selama ±6 bulan
terakhir.
- Pasien mendapat injeksi IV ±20ml selama 5 jam terakhir
- Kantung NGT terisi 50ml.
- Kantung drainage terisi 25ml.
c. Pola Eliminasi BAB dan BAK
1) Pola Eliminasi BAB
Sebelum sakit
- Pasien mengatakan BAB normal 1-2x sehari dengan
konsistensi lunak.
Setelah sakit
- Pasien mengatakan sesudah operasi tidak diare, dan tidak BAB
karena belum ada asupan oral.
2) Pola Eliminasi BAK
Sebelum sakit
- Pasien mengatakan BAK normal 6-7x sehari dengan warna
kuning jernih.
Setelah sakit
- Pasien terpasang kateter urine.
- Keluarga mengatakan urine bag sudah dikosongkan jam
±07.00 WIB.
- Urine bag terisi 350ml.

12
d. Pola Aktivitas – Latihan
1) Sebelum sakit
- Pasien mengatakan tidak ada kesulitan dalam melakukan
aktivitas sehari-hari dan perawatan diri.
2) Setelah sakit
- Pasien mengeluh tubuhnya lemah/ lemas.
- Pasien mengatakan semua kegiatan perawatan diri dibantu
keluarganya.
- Pasien mengatakan hanya terbaring ditempat tidur.
e. Pola Istirahat –Tidur
1) Sebelum sakit
- Pasien mengatakan sehari tidur ±6-8 jam.
- Pasien mengatakan tidak ada keluhan dalam istirahatnya.
2) Setelah sakit
- Pasien mengatakan sulit memulai tidur dan sering terbangun.
- Pasien mengatakan tidur ±5jam perhari selama dirawat.
f. Pola Kognitif – Persepsif
- Pasien mengeluh pahit dan kering didaerah mulutnya.
- Pasien tidak menggunakan alat bantu melihat maupun mendengar.
- Kemampuan kognitif pasien bagus.
- Persepsi terhadap nyeri
P : nyeri terasa saat melakukan pergerakan.
Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk
R : nyeri didaerah post op
S : nyeri skala 4
T : nyeri hilang timbul
- Pasien mengatakan sering merasa kepanasan dan berkeringat.
g. Pola Persepsi Diri – Konsep Diri
- Pasien mengatakan setelah menjalani perawatan dirinya dapat
sembuh dan beraktivitas seperti biasanya.
- Pasien mengatakan sedih dengan kondisinya saat ini.

13
- Pasien mengatakan bersyukur dengan tubuhnya karena tidak ada
yang cacat.
- Pasien mengatakan senang sudah mempunyai 2 orang anak.
- Pasien merasa sedih dirawat di RS karena harus meninggalkan
anak-anaknya dirumah.
- Pasien berharap cepat sembuh dan segera pulang.
- Pasien tidak merasa rendah diri dengan keadaannya sekarang,
pasien menganggap ini cobaan dari Tuhan.
h. Pola Peran – Hubungan
Hubungan pasien dengan keluarga, nakes dan pasien lain baik. Pasien
lancar dalam berkomunikasi dan mampu mengekspresikan
perasaannya dengan baik. Pasien mengatakan paling dekat dengan
suaminya,
i. Pola Seksualitas
Pasien mengatakan tidak ada gangguan dalam hubungan seksual.
Pasien berjenis kelamin perempuan dan mempunyai 2 anak.
j. Pola Toleransi – Koping Stress
Pasien mengatakan jika ada masalah dia akan bercerita kepada
suaminya, dan mengambil keputusan bersama-sama. Dalam
masalahnya sekarang pasien berupaya menjalani perawatan dengan
baik agar segera sembuh.
k. Pola Nilai – Keyakinan
Pasien beragama Islam, selama sakit pasien belum bisa menjalankan
ibadah wajibnya dengan normal.

4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum/ Penampilan
Pasien tampak gelisah dan meringis kesakitan, ekspresi wajah kurang
rileks.
b. Tingkat Kesadaran
Composmentis, GCS 15 (E4, V5, M6)

14
TB : 154cm BB : 47kg
c. Tanda – Tanda Vital
1) Tekanan darah: 106/76 mmHg
2) Nadi : 124x/ menit
3) Suhu : 37,50C
4) RR : 26x/menit
5) SPO2 : 97%
d. Pemeriksaan Kepala dan Leher
1) Kepala
- Bentuk kepala normal
- Tidak ada luka
- Tidak ada benjolan
2) Rambut
- Rambut berwarna hitam
- Terlihat kusut
3) Mata :
- Fungsi penglihatan normal
- Pupil tidak dilatasi
- Pupil merespon terhadap cahaya
- Konjungtiva tidak anemis
- Tidak menggunakan alat bantu melihat
- Tidak ada secret
- Tidak ada edema palpebra
4) Hidung
- Tidak ada septum devisiasi
- Terdapat sekret
- Tidak mimisan/ epitaktis
- Tidak ada napas cuping hidung
- Tidak memakai oksigen
- Terpasang NGT

15
5) Mulut
- Mukosa bibir kering
- Gigi bersih
- Keadaan bibir kering dan pecah-pecah
- Tidak ada stomatitis
- Tidak ada kelainan kongenital
6) Telinga
- Kemampuan pendengaran baik
- Tidak ada nyeri
- Tidak ada sekret
- Bentuk telinga normal
- Tidak ada edema
- Tidak menggunakan alat bantu dengar
7) Leher
- Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
- Nyeri saat menelan
- Tidak ada pembesaran tonsil
- Tidak ada pembesaran vena jugularis
e. Dada dan Paru-Paru
1) Inspeksi
- Bentuk dada simetris
- RR : 26x/ menit
- Kulit dada normal
- Tidak ada luka/ jaringan parut
2) Palpasi
- Gerakan dinding dada sama
- Taktil fremitus kedua sisi paru sama
3) Perkusi
- Suara sonor/ resonan
4) Auskultasi
- Suara dasar paru normal

16
- Tidak ada suara tambahan
f. Jantung
1) Inspeksi
- Iktus kordis tidak tampak
2) Perkusi
- Konfigurasi jantung dalam batas normal
- Tidak ada kardiomegali
3) Palpasi
- Iktus kordis teraba pada SIC V
4) Auskultasi
- Bunyi jantung S1 S2
- Tidak ada suara tambahan
- Irama jantung normal
g. Abdomen
1) Inspeksi
- Bentuk abdomen supel
- Warna kulit merata
- Kontur permukaan : distensi abdomen
- Terdapat luka post op tertutup perban
- Terpasang drainage
2) Auskultasi
- Bising usus 36x/ menit
3) Perkusi
- Terdapat nyeri ketuk
- Suara timpani
4) Palpasi
- Tidak ada pembesaran hati
- Terdapat nyeri tekan
- Tidak ada massa

17
h. Genetalia
Genetalia bersih, terpasang kateter urine, tidak ada tanda-tanda infeksi
pada pemasangan kateter
i. Anus
Anus bersih, tidak ada luka, tidak ada bejolan, tidak ada kelainan pada
anus.
j. Ekstremitas
1) Atas
- Kuku bersih
- Tidak ada edema
- CRT < 2 detik
- Gerakan bebas
- Kekuatan otot dan koordinasi gerak seimbang
- Tidak menggunakan alat bantu
- Terpasang infus di tangan kanan, tidak ada tanda-tanda infeksi
pada luka tusukan infus, tidak ada nyeri tekan yang berlebihan
pada daerah tusukan infus
2) Bawah
- Kuku bersih
- Tidak ada edema
- Kemampuan mobilitas baik
- Kekuatan otot dan koordinasi gerak seimbang
- Tidak menggunakan alat bantu
k. Kulit
- Kulit bersih
- Warna sawo matang
- Kelembapan kulit rendah
- Tidak ada edema
- Terdapat luka post op di abdomen, luka tertutup balutan,
balutan tidak rembes.

18
5. Data Hasil Pemeriksaan Penunjang
a. Hasil Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium 16 Mei 2022
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI
RUJUKAN
Urine Lengkap
Makroskopis
Warna Kuning tua kuning
Kekeruhan Keruh jernih
pH 5,5 4,5- 8,0
Berat Jenis 1.030 1.003 – 1.030
Glukosa -
Protein POS (1+)
Keton -
Bilirubin POS (2+)
Urrobilinogen +
Tes Benzidine POS (3+)
Nitrit -
Lekosit -
Mikroskopis
Epithel 1-2
Lekosit 1-2
Eritrosit 70-80
Silinder -
Bakteri POS (3+)
Kristal -
Lain-Lain -

Elektrolit Darah
pH 7,32 mmol/L 7.35-7.45
Natrium 127,3 mmol/L 135.0-145.0
Kalium 3,69 mmol/L 3.50-5.50
Chorida 90 mmol/L 96.0-106.0
Ion Calcium 1,0 mmol/L 1.1-1.35
Imunologi
Anti HIV Non-Reaktif Non-Reaktif

b. Diet yang Diperoleh


(klien masih puasa post op Laparotomi)
c. Therapi

Nama Obat Sediaan Dosis Waktu Cara Pemberian


Ranitidine 25mg ampul 2x1 18 – 06 IV
Ketorolac 10mg ampul 3x1 06 – 12 – 18 IV
Ondancentron 8mg ampul 3x1 06 – 12 – 18 IV

19
Cefotaxime 1g vial 2x1 18 – 06 IV
B. Pengelompokan Data
Data Subjektif Data Objektif
 Klien mengeluh lemas dan sangat  Pasien terpasang infus, infus habis
haus karena sedang diit puasa post 4 flabote perhari (@500 ml).
operasi laparotomi.  Pasien mendapat injeksi IV ±20ml
 Pasien mengatakan setelah operasi selama 5 jam terakhir
belum makan/ minum.  Kantung NGT terisi 50ml.
 Pasien mengatakan sesudah operasi  Kantung drainage terisi 25ml.
tidak diare, dan tidak BAB karena  Pasien terpasang kateter urine.
belum ada asupan oral.  Urine bag terisi 350ml.
 Keluarga mengatakan urine bag  TB : 154cm
sudah dikosongkan jam ±07.00  BB : 47kg
WIB.  Perhitungan balance cairan (5jam)
 Pasien mengeluh tubuhnya lemah/ Input
lemas. Infus : 500ml
 Pasien mengatakan semua kegiatan Injeksi : 20ml
perawatan diri dibantu Total = 520ml
keluarganya. Output
 Pasien mengatakan hanya terbaring NGT : 50ml
ditempat tidur. BAK : 350ml
 Pasien mengatakan sulit memulai Drainage : 25ml
tidur dan sering terbangun. IWL : (15x47)/24 = 29,4ml/jam
 Pasien mengatakan tidur ±5jam IWL 5 jam : 29,4ml x 5 =
perhari selama dirawat. 147ml
 Pasien mengeluh pahit dan kering Total = 572
didaerah mulutnya. Balance cairan 622-520 = -52ml
 Persepsi terhadap nyeri  Pasien tampak gelisah dan meringis
P : nyeri terasa saat melakukan kesakitan, ekspresi wajah kurang
pergerakan. rileks
Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk  TTV
R : nyeri didaerah post op TD : 106/76 mmHg
S : nyeri skala 4 Nadi : 124x/ menit
T : nyeri hilang timbul Suhu : 37,50C
 Pasien mengatakan sering merasa RR : 26x/menit
kepanasan dan berkeringat. SPO2 : 97%
 Pasien mengatakan sedih dengan  Terpasang NGT
kondisinya saat ini.  Mukosa bibir kering
 Pasien merasa sedih dirawat di RS  Keadaan bibir kering dan pecah-
karena harus meninggalkan anak- pecah
anaknya dirumah.  Nyeri saat menelan
 Kontur permukaan : distensi
abdomen
 Terdapat luka post op tertutup
perban
 Balutan tidak rembes
 Terpasang drainage
 Bising usus 36x/ menit

20
 Terdapat nyeri ketuk
 Suara timpani
 Terdapat nyeri tekan
 Terpasang kateter urine
 Kelembapan kulit rendah
 Therapi
Ranitidine 25mg amp 2x1 (18-06)
IV
Ketorolac 10mg amp 3x1 (18-06-
12) IV
Ondancentron 8mg amp 3x1 (18-
06-12) IV
Cefotaxime 1g vial 2x1 (18-06) IV

C. Analisa Data
No Data Klien Etiologi Problem
1 DS : Kekurangan intake Hipovolemia
 Klien mengeluh lemas dan cairan
sangat haus karena sedang diit
puasa post operasi laparotomi.
 Pasien mengeluh tubuhnya
lemah/ lemas.
DO :
 TTV
TD : 106/76 mmHg
Nadi : 124x/ menit
Suhu : 37,50C
RR : 26x/menit
SPO2 : 97%
 Balance cairan -52ml
 Mukosa bibir kering
 Keadaan bibir kering dan
pecah-pecah
 Kelembapan kulit rendah

2 DS : Risiko defisit
 Pasien mengatakan setelah nutrisi
operasi belum makan/ minum.
DO :
 TTV
TD : 106/76 mmHg
Nadi : 124x/ menit
Suhu : 37,50C
RR : 26x/menit
SPO2 : 97%
 Balance cairan -52ml

21
 Bising usus 36x/ menit
 Nyeri saat menelan
 Kontur permukaan : distensi
abdomen

3 DS : Gejala penyakit Gangguan rasa


 Pasien mengatakan sulit nyaman
memulai tidur dan sering
terbangun.
 Pasien mengatakan sesudah
operasi tidak diare, dan tidak
BAB karena belum ada
asupan oral.

DO :
 Pasien tampak gelisah dan
meringis kesakitan, ekspresi
wajah kurang rileks
 Pasien terpasang kateter
urine.
 Urine bag terisi 350ml.

D. Diagnosa Keperawatan
1. Hipovolemia b.d kekurangan intake cairan d.d frekuensi nadi meningkat,
tekanan darah menurun, turgor kulit menurun, membran mukosa kering,
merasa lemas, mengeluh haus dan suhu tubuh meningkat.
2. Gangguan rasa nyaman b.d gejala penyakit d.d gelisah, mengeluh sulit
tidur, tidak mampu rileks, mengeluh kepanasan, tambah merintih dan pola
eliminasi berubah.
3. Risiko defsit nutrisi d.d ketidakmampuan mencerna makanan.

22
E. Rencana/ Intervensi Keperawatan
No.
Tgl/ Jam Luaran Intervensi
DK
19-21 Mei I Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipovolemia (I.03116)
2022 keperawatan selama 3x24 jam Observasi
diharapkan status cairan  Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. Frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah,
membaik, dengan kriteria tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa
hasil: kering, volume urin menurun, hematokrit meningkat, haus, lemah)
 Turgor kulit meningkat  Monitor intake dan output cairan
 Output urin meningkat Terapeutik
 Perasaan lemah menurun  Hitung kebutuhan cairan
 Keluhan haus menurun  Berikan posisi modified trendelenburg
 Frekuensi nadi membaik  Berikan asupan cairan oral
 Tekanan darah membaik Edukasi
 Membran mukosa membaik  Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
 Intake cairan membaik  Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
 Suhu tubuh membaik Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian cairan IV issotonis (mis. cairan NaCl, RL)
 Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
 Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. albumin, plasmanate)
 Kolaborasi pemberian produk darah

19-21 Mei II Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (I. 08238)


2022 keperawatan selama 3x24 jam Observasi
diharapkan status kenyamanan  Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
meningkat, dengan kriteria  Identifikasi skala nyeri
hasil:  Identifikasi respon nyeri non verbal
 Perawatan sesuai kebutuhan  Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
meningkat  Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
 Kebebasan melakukan  Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
ibadah meningkat  Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
 Rileks meningkat  Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
 Keluhan tidak nyaman  Monitor efek samping penggunaan analgetik

23
menurun Terapeutik
 Gelisah menurun  Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis,
 Keluhan sulit tidur menurun akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing,
 Keluhan kepanasan menurun kompres hangat/dingin, terapi bermain)
 Lelah menurun  Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
 Merintih menurun kebisingan)
 Pola eliminasi membaik  Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pola tidur membaik  Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

19-21 Mei III Setelah dilakukan tindakan Pemantauan Cairan (I. 03121)
2022 keperawatan selama 3x24 jam Observasi
diharapkan status nutrisi  Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
membaik, dengan kriteria  Monitor frekuensi nafas
hasil:  Monitor tekanan darah
 Porsi makanan yang  Monitor berat badan
dihabiskan meningkat  Monitor waktu pengisian kapiler
 Kekuatan otot pengunyah  Monitor elastisitas atau turgor kulit
meningkat  Monitor jumlah, waktu dan berat jenis urine
 Kekuatan otot menelan  Monitor kadar albumin dan protein total
meningkat  Monitor hasil pemeriksaan serum (mis. Osmolaritas serum, hematocrit, natrium, kalium,
 Nyeri abdomen menurun BUN)
 Frekuensi makan membaik  Identifikasi tanda-tanda hipovolemia (mis. Frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah,
 Bising usus membaik tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membrane mukosa
 Membran mukosa membaik kering, volume urine menurun, hematocrit meningkat, haus, lemah, konsentrasi urine
meningkat, berat badan menurun dalam waktu singkat)
 Identifikasi factor resiko ketidakseimbangan cairan (mis. Prosedur pembedahan mayor,

24
trauma/perdarahan, luka bakar, apheresis, obstruksi intestinal, peradangan pankreas, penyakit
ginjal dan kelenjar, disfungsi intestinal)
Terapeutik
 Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
 Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

F. Catatan Tindakan/ Implementasi Keperawatan


No. Respon Pasien
Tgl/ Jam Implementasi TTD
DK (S dan O)
19 Mei I  Memonitor tanda dan gejala hipovolemia (mis. S: Sunia,
2022 frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan  Pasien mengatakan merasa lemah Sansia
08.30 WIB darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit  Pasien mengeluh haus
menurun, membran mukosa kering, volume urin  Keluarga mengatakan kantung NGT, urine bag dan
menurun, hematokrit meningkat, haus, lemah) drainage dikosongkan jam 07.00 WIB
 Memonitor intake dan output cairan O:
 Melakukan kolaborasi pemberian cairan IV issotonis  Kantung NGT, urine bag dan drainage masih kosong
(inf. Asering)  Mukosa bibir kering
 Pasien masih puasa
 Terpasang infus Asering 20tpm
 Nadi masih lemah
 TTV :
TD: 106/76 mmhg
N: 118x/mnt
S: 37,3⁰ c
RR: 23x/mnt
SPO2: 96%

25
10.00 WIB II  Menjelaskan strategi meredakan nyeri S: Cindi
 Mengidentifikasi respon nyeri non verbal  Pasien mengatakan semalam masih kesulitan tidur
 Menganjurkan memonitor nyeri secara mandiri karena tidak nyaman dengan kondisinya
 Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk  Pasien mengatakan lebih rileks setelah melakukan
mengurangi rasa nyeri (nafas dalam) latihan pernapasan
O:
 Pasien tampak lebih rileks
 Pasien tidak gelisah
12.00 WIB II  Melakukan kolaborasi pemberian analgetik (inj. S:-
Ketorolac 10mg) O: Inang
 Pasien tampak rileks dan tidur siang setelah diberi
injeksi

 Memonitor frekuensi dan kekuatan nadi S:-


13.00 WIB III O:- Sansia,
 Memonitor frekuensi nafas
 Nadi teraba lemah Cindi
 Memonitor tekanan darah
 Memonitor waktu pengisian kapiler  Turgor kulit kering
 Memonitor elastisitas atau turgor kulit  CRT < 2 detik
 Bising usus 33x/ menit
 TTV :
TD: 121/79 mmhg
N: 102x/mnt
S: 36.9⁰ c
RR: 21x/mnt
SPO2: 98%
Sunia
13.50 WIB I  Memonitor intake dan output cairan S :
 Mengitung kebutuhan cairan (balance cairan)  Pasien mengatakan tidak muntah
 Pasien mengatakan BAB cair 2x (@50ml)
O:
 Pasien habis infus asering 1 flabote (@500ml)
 NGT 20ml
 Urine bag 230ml

26
 IWL 7 jam : 205.8ml
 BAB 100ml
 Balance cairan : 510 – 555.8 = -45.8

20 Mei I  Memonitor tanda dan gejala hipovolemia (mis. S: Inang,


2022 frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan  Pasien mengatakan lemas sudah berkurang Sansia
08.30 WIB darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit  Keluarga mengatakan kantung NGT, urine bag dan
menurun, membran mukosa kering, volume urin drainage dikosongkan jam 07.00 WIB
menurun, hematokrit meningkat, haus, lemah) O:
 Memonitor intake dan output cairan  Kantung NGT, urine bag dan drainage masih kosong
 Melakukan kolaborasi pemberian cairan IV issotonis  Mukosa bibir kering
(inf. Asering)  Pasien diit susu peptisol (@250ml) dan putih telur
(@30ml)
 Terpasang infus Asering 20tpm
 Nadi masih lemah
 TTV :
TD: 120\82 mmhg
N: 93x/mnt
S: 37,4⁰ c
RR: 23x/mnt
SPO2: 93%
 Mengidentifikasi respon nyeri non verbal S:
10.00 WIB II  Menganjurkan memonitor nyeri secara mandiri  Pasien mengatakan semalam bisa tidur nyenyak Sunia
 Memonitor keberhasilan terapi komplementer yang  Pasien mengatakan melalukan napas dalam tiap kali
sudah diberikan merasa nyeri/ tidak nyaman
O:
 Pasien tampak rileks
 Pasien tidak gelisah
 Melakukan kolaborasi pemberian analgetik (inj.
12.00 WIB II
Ketorolac 10mg) S:-
 Menganjurkan menghindari perubahan posisi O:
I Cindi
mendadak  Pasien tampak rileks
 Pasien sudah latihan mobilisasi duduk

27
13.00 WIB III  Memonitor frekuensi dan kekuatan nadi S:- Cindi,
 Memonitor frekuensi nafas O: Inang
 Memonitor tekanan darah  Nadi teraba lemah
 Memonitor waktu pengisian kapiler  Turgor kulit kering
 Memonitor elastisitas atau turgor kulit  CRT < 2 detik
 Bising usus 27x/ menit
 TTV :
TD: 119/81 mmhg
N: 96x/mnt
S: 37.1⁰ c
RR: 20x/mnt
SPO2: 95%
13.50 WIB I  Memonitor intake dan output cairan S : Sunia,
 Pasien mengatakan tidak muntah Sansia
 Mengitung kebutuhan cairan (balance cairan)
 Pasien mengatakan belum BAB
 Pasien sudah makan siang susu peptisol (@250ml) dan
putih telur (@30ml)
O:
 Pasien habis infus asering 1 flabote (@500ml)
 NGT 35ml
 Urine bag 300ml
 IWL 7 jam : 205.8ml
 Diit : susu 500ml, putih telur 60ml
 Balance cairan : 1.070 – 540.8 = 529.2

21 Mei I&  Memonitor tanda dan gejala hipovolemia (mis. S: Sunia,


2022 III frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan  Pasien mengatakan sudah lebih bertenaga setelah diit Inang
14.30 WIB darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit masuk
menurun, membran mukosa kering, volume urin O:
menurun, hematokrit meningkat, haus, lemah)  Membran mukosa cukup lembab
 Melakukan kolaborasi pemberian cairan IV issotonis  Turgor kulit membaik
(inf. Asering)  Terpasang infus Asering 20tpm

28
 Nadi teraba normal
 TTV :
TD: 119\78 mmhg
N: 90x/mnt
S: 36.7⁰ c
RR: 23x/mnt
SPO2: 97%

17.45 WIB II  Melakukan kolaborasi pemberian analgetik S: Sansia


I  Memonitor intake dan output cairan  Pasien mengatakan minum ait putih habis 2 gelas
(@250ml)
O:
 Klien tampak rileks
 Klien makan habis 1 porsi susu peptisol (@250ml) dan
putih telur (@30ml)

18.00 WIB II  Memonitor frekuensi dan kekuatan nadi S:- Inang


 Memonitor frekuensi nafas O:
 Memonitor tekanan darah  Nadi teraba kuat
 Memonitor waktu pengisian kapiler  Turgor kulit membaik
 Memonitor elastisitas atau turgor kulit  CRT < 2 detik
 Bising usus 24x/ menit
 TTV :
TD: 121/81 mmhg
N: 99x/mnt
S: 36.4⁰ c
RR: 20x/mnt
SPO2: 96%
Sunia
 Memonitor intake dan output cairan S :
20.50 WIB I
 Mengitung kebutuhan cairan (balance cairan)  Pasien mengatakan tidak muntah
 Pasien mengatakan BAB cair 1x (@70ml)
 Pasien sudah makan sore susu peptisol (@250ml) dan

29
putih telur (@30ml)
O:
 Pasien habis infus asering 1 flabote (@500ml)
 NGT 50ml
 Urine bag 400ml
 IWL 7 jam : 205.8ml
 Air putih 500ml
 Injeksi masuk 50ml
Balance cairan : 1.330 – 725.8 = 604.2ml
21.00 WIB II S: Cindi
 Memfasilitasi istirahat tidur  Pasien mengatakan nyaman dengan kondisi lingkungan
 Mengontol lingkungan yang memperberat rasa nyeri O:
(suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)  Lingkungan dan pasien lain tampak kooperatif

30
G. Catatan Perkembangan/ Evaluasi Keperawatan
No.
Tanggal Catatan Perkembangan Pasien TTD
DK
19 Mei I S: Cindi,
2022  Keluhan haus cukup meningkat Inang,
 Perasaan lemah sedang Sansia,
O: Sunia
 Turgor kulit cukup menurun
 Output urine cukup menurun
 Frekuensi nadi sedang
 Tekanan darah sedang
 Membran mukosa memburuk
 Intake cairan cukup memburuk
 Suhu tubuh cukup membaik
A : Masalah hipovolemia belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
 Manajemen hipovolemia

II S: Cindi,
 Keluhan tidak nyaman Inang,
 Keluhan sulit tidur cukup meningkat Sansia,
 Keluhan kepanasan cukup meningkat Sunia
O:
 Perawatan sesuai kebutuhan sedang
 Kebebasan melakukan ibadah cukup menurun
 Rileks cukup menurun
 Gelisah cukup menurun
 Lelah cukup meningkat
 Merintih sedang
 Pola eliminasi cukup memburuk
 Pola tidur cukup memburuk
A : Masalah gangguan rasa nyaman belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
 Manajemen nyeri

S:
III Cindi,
 Kekuatan otot pengunyah menurun
Inang,
 Kekuatan otot menelan menurun Sansia,
 Nyeri abdomen sedang Sunia
O:
 Porsi makanan yang dihabiskan menurun
 Frekuensi makan memburuk
 Bising usus cukup memburuk
 Membran mukosa memburuk
A : Masalah risiko defisit nutrisi belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
 Pemantauan cairan

31
20 Mei I S: Cindi,
2022  Keluhan haus cukup membaik Inang,
 Perasaan lemah cukup membaik Sansia,
O: Sunia
 Turgor kulit cukup sedang
 Output urine cukup sedang
 Frekuensi nadi sedang
 Tekanan darah sedang
 Membran mukosa cukup memburuk
 Intake cairan sedang
 Suhu tubuh cukup membaik
A : Masalah hipovolemia teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
 Manajemen hipovolemia

II S: Cindi,
 Keluhan tidak nyaman sedang Inang,
 Keluhan sulit tidur cukup menurun Sansia,
 Keluhan kepanasan cukup menurun Sunia
O:
 Perawatan sesuai kebutuhan sedang
 Kebebasan melakukan ibadah cukup menurun
 Rileks sedang
 Gelisah sedang
 Lelah cukup menurun
 Merintih cukup menurun
 Pola eliminasi sedang
 Pola tidur sedang
A : Masalah gangguan rasa nyaman teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
 Manajemen nyeri

S:
III Cindi,
 Kekuatan otot pengunyah cukup meningkat
Inang,
 Kekuatan otot menelan cukup meningkat Sansia,
 Nyeri abdomen cukup menurun Sunia
O:
 Porsi makanan yang dihabiskan cukup meningkat
 Frekuensi makan cukup membaik
 Bising usus cukup membaik
 Membran mukosa sedang
A : Masalah risiko defisit nutrisi teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
 Pemantauan cairan

21 Mei I S: Cindi,
2022  Keluhan haus menurun Inang,
 Perasaan lemah menurun Sansia,

32
O: Sunia
 Turgor kulit cukup meningkat
 Output urine cukup meningkat
 Frekuensi nadi membaik
 Tekanan darah membaik
 Membran mukosa cukup membaik
 Intake cairan cukup membaik
 Suhu tubuh membaik
A : Masalah hipovolemia teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
 Manajemen hipovolemia
II
S:
Cindi,
 Keluhan tidak nyaman cukup menurun Inang,
 Keluhan sulit tidur menurun Sansia,
 Keluhan kepanasan menurun Sunia
O:
 Perawatan sesuai kebutuhan cukup meningkat
 Kebebasan melakukan ibadah cukup menurun
 Rileks meningkat
 Gelisah menurun
 Lelah cukup menurun
 Merintih menurun
 Pola eliminasi cukup membaik
 Pola tidur cukup membaik
A : Masalah gangguan rasa nyaman teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
 Manajamen nyeri
III S: Cindi,
 Kekuatan otot pengunyah meningkat Inang,
Sansia,
 Kekuatan otot menelan meningkat
Sunia
 Nyeri abdomen cukup menurun
O:
 Porsi makanan yang dihabiskan meningkat
 Frekuensi makan cukup membaik
 Bising usus cukup membaik
 Membran mukosa cukup membaik
A : Masalah risiko defisit nutrisi teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
 Pemantauan cairan

H.

33
DAFTAR PUSTAKA

Beach, Elsworth., C., & De Jesus, O. (2021). ‘Ileus’, in StatPearls. StatPearls


Publishing, 58. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK558937/
Cipta, P. (2021). Prosedur Diagnostik dan Operasi Pada Ginekolog. Media Sains
Indonesia.
Dewi, K. F. P. (2020). KARAKTERISTIK ILEUS OBSTRUKTIF DIRSUP DR.
WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR TAHUN 2018 [Universitas
Hasanuddin]. http://repository.unhas.ac.id/id/eprint/1221/
Dewi, N. P. A. S. (2021). ASUHAN KEPERAWATAN HIPOTERMIA PADA
PASIEN YANG MENGALAMI POST OPERATIF LAPARATOMI DI RUANG
OPERASI RSUD SANJIWANI GIANYAR TAHUN 2021 [Poltekkes
Kemenkes Denpasar]. http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/7525/
Margaretha Indrayani, N. (2013). Diagnosis dan Tata Laksana Ileus Obstruktif. R-
Jurnal Medika Udayana, 4(2), 1–21.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/view/5113/3903
Maulana, P., & Bratasena. (2018). Perbedaan Efektifitas Terapi Cairan Hangat
dan Selimut Penghangat terhadap Perubahan Suhu Tubuh pada Pasien Pasca
Operasi di Ruang Pulih Instalasi Bedah RSI Yatofa. Prima, 4(1), 96–102.
Muttaqin, A. (2020). Pengkajian Keperawatan: Aplikasi pada Praktik Klinik.
Salemba Medika.
Nurarif, & Kusuma. (2015). Aplikasi asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc (Revisi Jil). Mediaction.
Veronica, D. (2018). Obstruksi Usus. Alodokter; Alodokter.
http://www.alodokter.com/obstruksi-usus
Vilz, T. O. (2017). Ileus in adults. Dtsch Arztebl Int, 114(29–30), 508–518.

34

Anda mungkin juga menyukai