Anda di halaman 1dari 14

PENERAPAN PIJAT PERUT SEBAGAI EVIDENCE BASED

NURSING UNTUK MENURUNKAN VOLUME RESIDU LAMBUNG


PADA PASIEN KRITIS

KEPERAWATAN KRITIS

OLEH :

KELOMPOK 5

TINGKAT IV.A

1. Luh Putu Cahyani Kurnia Paramitha 17C10029


2. Endang Ayu Putri Kermana 17C10030
3. Putu Mitha Frianca Wulandewi 17C10031
4. Anak Agung Putri Kusuma Dewi 17C10032
5. Ni Kadek Diah Ayu Malinda 17C10033
6. I Gusti Ayu Indah Partiani 17C10034

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah “PENERAPAN PIJAT PERUT SEBAGAI EVIDENCE BASED
NURSING UNTUK MENURUNKAN VOLUME RESIDU LAMBUNG
PADA PASIEN KRITIS” ini tepat waktu.

Adapun penyusunan makalah ini, bertujuan untuk memenuhi tugas mata


kuliah Keperawatan Kritis . Selain itu penulis menyusun makalah ini, dengan
tujuan untuk memberikan informasi dan edukasi tentang Evidence Based Nursing
pada Pijat Perut untuk menurunkan volume residu lambung pada pasien kritis.

Atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan tugas
ini, maka penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Ibu Ns Ni Made Dewi Wahyunadi, S.Kep., M.Kep selaku dosen koordinator


mata kuliah Keperawatan Kritis di Fakultas Kesehatan Institut Tekonologi
dan Kesehatan Bali, yang memberikan bimbingan dan saran.
2. Teman-teman kelas A Program Studi Sarjana Keperawatan di Fakultas
Kesehatan Institut Tekonologi dan Kesehatan Bali, yang memberikan
kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung.
3. Teman-teman kelompok 5 yang telah berusaha dengan maksimal untuk
membuat dan menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu masukkan dan kritikan sangat penulis nantikan demi kesempurnaan makalah
ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi setiap pihak.
Denpasar, 30 November 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................

DAFTAR ISI..........................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang........................................................................


1.2 Rumusan Masalah...................................................................
1.3 Tujuan.....................................................................................
1.4 Manfaat...................................................................................
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konsep Teori .........................................................................


2.2 Hasil Temuan..........................................................................
2.3 Pembahasan Hasil Temuan.....................................................
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.............................................................................
3.2 Saran.......................................................................................

DAFTAR PUSTAKA............................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pasien yang dirawat di Ruang ICU (Intensive Care Unit)
cenderung mengalami berbagai masalah yang dapat mengganggu proses
penyembuhannya. Masalah ini dapat membuat pasien mengalami
perpanjangan dalam proses penyembuhan bahkan dapat menyebabkan
kematian. Salah satu masalah yang sering muncul pada pasien ICU yaitu
masalah pencernaan akibat stress, peningkatan volume residu, diare,
sembelit, dan kekurangan gizi (Gacoin A et al, 2010 dalam (Rahmawati et
al., 2020).

Pemberian nutrisi enternal melalui nasogastrik, memiliki berbagai


macam keuntungan bagi para pasien kritis.Namun, pemberian nutrisi
melalui nasogastrik ini juga memiliki kemungkinan terjadinya komplikasi
pada pasien kritis, akibat dari ketidakpatenan dalam pemberian nutrisi
diantaranya yaitu, retensi lambung, aspirasi paru, nausea, dan muntah.
Penundaan pengosongan lambung, posisi baring pasien selama pemberian
nutrisi, peningkatan kecepatan, volume dan konsentrasi, kemungkinan
menjadi penyebab dari masalah komplikasi pada pasien kritis tersebut.

Untuk meningkatkan toleransi makan dan mengurangi residu


lambung, salah satu pengobatan non-farmakologi pada pasien kritis yang
dapat menurunkan volume residu lambung ialah terapi pijat, tepatnya pijat
pada bagian perut. Jenis-jenis pengobatan komplementer mulai
diaplikasikan dan telah dipertimbangkan terutama di peduli paliatif
khususnya pijat perut. Pijat adalah metode terapi dengan sejarah panjang
dalam pengobatan dan itu sebagian besar digunakan pada akhir abad 19
dan awal abad 20 (Dehghan M et al, 2017 dalam (Rahmawati et al., 2020).
Pijat adalah metode terapi dengan sejarah panjang dalam pengobatan.
Beberapa ratus tahun yang lalu, penggunaan massage perut diakui sebagai
metode efektif untuk mengurangi sembelit dan meningkatkan motilitas
sistem pencernaan (Uysal N, 2017 dalam Rahmawati et al., 2020).

Pijat Perut (Massase Abdomen) adalah intervensi non invasive


yang merangsang peristaltik usus melalui kegiatan menepuk dan memberi
pijatan lembut pada abdomen serarah jarum jam (Turan & Asti, 2016
dalam Waluyo & Ohorella, 2019). Pijat perut adalah merupakan salah satu
jenis terapi komplementer yang mampu mencegah dan mengurangi
gangguan pada sistem gastrointestinal (Kahraman & Ozdemir, 2015 dalam
Rahmawati et al., 2020). Mekanisme kerja perut adalah menurunkan
kontraksi dan tegangan pada otot abdomen, meningkatkan motilitas pada
sistem pencernaan, meningkatkan sekresi pada sistem intestinal serta
memberikan efek pada relaksasi sfringter sehingga mekanisme kerja
tersebut akan mempermudah dan memperlancar pengeluaran feses
(Sinclair, 2011 dalam Rahmawati et al., 2020). Pijat perut ditemukan
berpengaruh terhadap isu-isu motilitas, seperti peningkatan volume
residual lambung dan distensi abdomen pada pasien dengan makanan
enteral (Uysal et al, 2012 dalam Rahmawati et al., 2020), sehingga
berguna mengurangi resiko aspirasi atau residu lambung (Lamas et al,
2010 dalam Rahmawati et al., 2020).
Dari beberapa penelitian, didapatkan bahwa massase abdomen
yang dilakukan dapat memberikan pengaruh besar pada pasien ICU.
Terapi ini digunakan untuk memfasilitasi penyembuhan dan kesehatan.
Upaya menurunkan atau mengurangi jumlah dari volume residu lambung
ini dapat memberikan efek meningkatkan fungsi pencernaan dengan baik
yang dapat membantu pasien selama berada di ICU.Sehingga hal ini yang
melandasi penyusun untuk mengambil topik mengenai Penerapan Pijat
Perut Sebagai Evidence Based Nursing Untuk Menurunkan Volume
Residu Lambung Pada Pasien Kritis.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pengaruh penerapan pijat perut sebagai evidence
based nursing untuk menurunkan volume residu lambung pada
pasien kritis?
2. Bagaimanakah penatalaksanaaan pijat perut sebagai evidence
based nursing untuk menurunkan volume residu lambung pada
pasien kritis?

1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, adapun tujuan dari pembuatan
makalah ini yakni sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dan memberikan informasi tentang pengaruh
penerapan pijat perut sebagai evidence based nursing untuk
menurunkan volume residu lambung pada pasien kritis.
2. Untuk meengetahui bagaimana penatalaksanaaan pijat perut
sebagai evidence based nursing untuk menurunkan volume
residu lambung pada pasien kritis.

1.4 Manfaat
Dari tujuan di atas, adapun manfaat dari pembuatan makalah ini
yaitu sebagai berikut:
1. Sebagai mahasiswa kita dapat mempelajari atau memahami
bagaimana tentang pengaruh penerapan pijat perut sebagai
evidence based nursing untuk menurunkan volume residu
lambung pada pasien kritis.
2. Sebagai tenaga kesehatan atau mahasiswa bisa menerapkan
terapi pijat perut sebagai evidence based nursing untuk
menurunkan volume residu lambung pada pasien kritis.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Teori


2.1.1 Definisi Pasien Kritis
Pasien kritis menurut AACN (American Association of
Critical Care Nursing, 2010) didefinisikan sebagai pasien yang
berisiko tinggi untuk masalah kesehatan aktual ataupun potensial yang
mengancam jiwa (AACN, 2010). Pasien-pasien kritis yang dirawat di
ruang perawatan intensif menghadapi beberapa masalah pencernaan
akibat stress, peningkatan volume residu, diare, sembelit, dan
kekurangan gizi (Gacoin A et al, 2010). Pasien kritis yang mendapat
nutrisi enteral melalui nasogastrik memiliki banyak keuntungan.
Pemberian nutrisi nasogastrik pada pasien kritis juga memiliki
kemungkinan komplikasi akibat ketidaktepatan dalam pemberian
nurisi diantaranya retensi lambung, aspirasi paru, nausea, muntah.
Kemungkinan penyebabnya adalah karena penundaan pengosongan
lambung, posisi baring pasien selama pemberian nutrisi, peningkatan
kecepatan, volume dan konsentrasi. Untuk meningkatkan toleransi
makan dan mengurangi residu lambung, salah satu pengobatan non-
farmakologi pada pasien kritis yang dapat menurunkan volume residu
lambung ialah terapi pijat, tepatnya pijat pada bagian perut. Jenis-jenis
pengobatan komplementer mulai diaplikasikan dan telah
dipertimbangkan terutama di peduli paliatif khususnya pijat perut.

2.1.2 Definisi Pijat Perut


Pijat adalah metode terapi dengan sejarah panjang dalam
pengobatan dan itu sebagian besar digunakan pada akhir abad 19 dan
awal abad 20 (Dehghan M et al, 2017). Pijat adalah metode terapi
dengan sejarah panjang dalam pengobatan. Beberapa ratus tahun yang
lalu, penggunaan massage perut diakui sebagai metode efektif untuk
mengurangi sembelit dan meningkatkan motilitas sistem pencernaan
(Uysal N, 2017).
Pijat adalah terapi sentuh yang paling tua dan populer yang
dikenal manusia. Pijat merupakan seni perawatan dan pengobatan
yang telah dipraktekkan sejak berabad-abad silam dari awal kehidupan
manusia di dunia. Kedekatan ini mungkin disebabkan oleh karena
pijat berhubungan erat dengan proses kehamilan dan proses kelahiran
manusia (Roesli, 2001). Pijatan secara umum akan membantu
menyeimbangkan energi dan mencegah penyakit. Secara fisiologis,
pijatan merangsang dan mengatur tubuh, memperbaiki aliran darah
dan kelenjer getah bening, sehingga oksigen, zat makanan, dan sisa
makanan dibawa secara efektif ke dan dari jaringan tubuh anda dan
plasenta. Dengan mengendurkan ketegangan dan membantu
menurunkan emosi pijat juga merelaksasi dan menenangkan saraf,
serta membantu menurunkan tekanan darah. Bila kita sedang merasa
tidak sehat, pijatan dapat meningkatkan kemampuan diri kita untuk
menyembuhkan diri sendiri dan cara ini dapat digunakan untuk
melengkapi terapi alami (Balaskas, 2005).

2.1.3 Manfaat pijat


Manfaat pijat punggung dalam persalinan antara lain
memberikan kenyamanan, mengurangi rasa sakit, membantu relaksasi
pada ibu saat proses persalinan, memperbaiki sirkulasi darah,
mengembalikan kemampuan berkontraksi, dan meningkatkan kerja
system organ, sehingga dapat mengeluarkan zat-zat beracun lebih
lancar baik melalui urine maupun keringat.
Pijat perut juga merupakan salah satu jenis terapi komplementer
yang mampu mencegah dan mengurangi gangguan pada sistem
gastrointestinal (Kahraman & Ozdemir, 2015). Mekanisme kerja perut
adalah menurunkan kontraksi dan tegangan pada otot abdomen,
meningkatkan motilitas pada sistem pencernaan, meningkatkan sekresi
pada sistem intestinal serta memberikan efek pada relaksasi sfringter
sehingga mekanisme kerja tersebut akan mempermudah dan
memperlancar pengeluaran feses (Sinclair, 2011). Selain itu, pijat perut
ditemukan berpengaruh terhadap isu-isu motilitas, seperti peningkatan
volume residual lambung dan distensi abdomen pada pasien dengan
makanan enteral (Uysal et al, 2012) sehingga berguna mengurangi
resiko aspirasi atau residu lambung (Lamas et al, 2010).

2.1.4 Teknik pemijatan


Pijat berdasarkan prinsip tensegritas digunakan, dan hasil
utamanya adalah perubahan GRV setelah pijat perut. Periode
intervensi untuk kelompok kasus adalah 3 hari. Pasien-pasien
menerima intervensi pijat perut selama 20 menit dua kali sehari, dan
interval antara dua pijat adalah 2 jam. Setiap hari, sebelum intervensi
dan 1 jam setelah pijat kedua, GRV diukur dan diselidiki.
Teknik pijat jenis ini terdiri dari lima langkah yaitu:
1. Tahap pertama pijatan dimulai dengan gerakan seperti menyikat
kulit di area perut.

2. Tahap kedua, deformasi elastis dari fasia torakolumbar akan


dilakukan dalam bentuk perpindahan, tangan dominan diletakkan
di atas kulit perut, dan tangan lainnya diletakkan di atasnya, dan
dengan tekanan tangan yang memadai, kulit di bawah area tekanan
diperas.
3. Pada tahap ketiga, kulit kulit perut berubah bentuk secara elastis
dengan pijatan, kulit perut diambil, dan diremas dengan jari
(seperti adonan adonan).

4. Tahap keempat melibatkan gerakan kejut di sepanjang ketiak dari


atas ke bawah dan dari bawah ke atas.
5. Tahap terakhir berisi deformasi otot di ruang interkostal tulang
rusuk palsu (jari ditempatkan di antara ruang interkostal dan
ditarik pada kulit dengan tekanan yang sesuai) gel pelumas
digunakan untuk memfasilitasi pemijatan.

Posisi pasien tidur telentang saat menjalani pijatan. Sudut antara


tempat tidur dan pasien kepala 30 sampai 45 derajat, dan kaki pasien
diletakkan di atas bantal. Kondisi ini membantu mengendurkan otot perut.
Pasien yang dirawat di unit perawatan intensif dipukul setiap 3 jam sesuai
dengan protokol, dan pasien yang diteliti diberi makan dengan cara yang
sama. Pertama, menggunakan syringe khusus 50 ml gavage, 5 cc udara
dengan cepat disuntikkan ke dalam perut, dan menggunakan stetoskop,
suara di dalam perut terdengar, dan setelah konfirmasi pemasangan NG
tube, lavage pertama dilakukan dan volume sisa lambung diukur, dan
jumlah ini dikembalikan ke lambung dengan jumlah berapapun yang
dimilikinya, dan sejumlah makanan dimasukkan ke dalam lambung
sedemikian rupa sehingga volume akhir pada setiap pasiennya harus
mencapai 300 cc.
Pengumpulan data dari kelompok intervensi Setelah konfirmasi
penempatan tabung NGT di lambung, dilakukan lavage, dan jumlah sisa
lambung diukur dan dicatat, kemudian jumlah makanan yang dibilas
dikembalikan ke lambung. Tahap selanjutnya, pijat perut dilakukan pada
jam 8 pagi, jam di pagi hari selama 20 menit, dan setelah pijat, lavage
dilakukan, dan volume lambung ditingkatkan menjadi 300. Setelah 2 jam,
tahap kedua pijat perut dilakukan, dan akhirnya, 1 jam setelah pijat kedua,
pada 12 jam, GRV diperiksa. Pengumpulan data dari kelompok kontrol
Setelah konfirmasi penyisipan NG tube ke dalam lambung, dilakukan
lavage untuk tiap pasien pada jam 8 pagi, dan GRV diukur dan dicatat,
kemudian jumlah makanan yang dibilas dikembalikan ke perut, dan
akhirnya, volume makanan di perut ditingkatkan menjadi 300 cc dengan
lavage, dan 3 jam kemudian, pada 12 jam, GRV diperiksa dan dicatat.

2.1.5 Hasil Temuan


2.1.6 Pembahasan Hasil Temuan
DAFTAR PUSTAKA

Rahmawati, W., Kristinawati, B., & Kurniasari. (2020). PENERAPAN PIJAT


PERUT SEBAGAI EVIDENCE BASED NURSING UNTUK
MENURUNKAN VOLUME RESIDU LAMBUNG PADA PASIEN
KRITIS. Avicenna : Journal of Health Research, 3(1), 2019–2021.
Waluyo, A., & Ohorella, U. B. (2019). THE BENEFICIAL EFFECTS OF
ABDOMINAL MASSAGE ON CONSTIPATION AND QUALITY OF LIFE :
A LITERATUR REVIEW. 4(2), 72–82.

Anda mungkin juga menyukai