Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PROJEK INOVASI

PEMASANGAN DAN PERAWATAN INFUS UNTUK MENCEGAH


TERJADINYA FLEBITIS DI BANGSAL PENYAKIT DALAM
RSUD DR. ABDUL AZIZ SINGKAWANG

NAMA KELOMPOK :

A. Muhamad Zulkhairi I4052151001


Debby Hatmalyakin I4051151006
Denni Ismantoro I4051151007
Devy Permata Sari I4051151009
Dian Lestari I4051151010
Dwi Astuti I4051151012
Ibnu Wahyu Najatullah I4052151005
Ika Wahyu Widyastuti I4051151016
Ricca Anggareyni I4051151024
Rifda Angelina Wulan I4051151025
Rini Darmayanti I4052151010
Sulistyorini F. S I4052151011

PROGRAM PROFESI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2016
PELAKSANAAN PROJEK INOVASI BERBASIS BUKTI SEBAGAI
APLIKASI PROJECT BASED LEARNING

1. Referensi jurnal/artikel
http://www.e-jurnal.com/2014/10/hubungan-perawatan-infus-dengan.html diakses pada
tanggal 24 Januari 2016.
2. Jenis program inovasi
Pemasangan Infus dan perawatan infus untuk mencegah terjadinya flebitis pada pasien yang
terpasang infus di Bangsal Penyakit Dalam RSUD Dr. Abdul Aziz Singkawang
3. Latar belakang program
Infus cairan intravena (Intravenous fluids infution) adalah pemberian sejumlah cairan
kedalam tubuh melalui sebuah jarum ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk
menggantikan kehilangan cairan atau zat - zat makanan dari tubuh. Pemberian terapi cairan
intravena merupakan suatu keharusan untuk di berikan pada pasien yang mengalami
kehilangan darah atau kehilangan cairan, gangguan kesadaran, dan dehidrasi
(M.Bouwhuizen 2002). Menurut Hinlay dalam Asrin, Triyanto, & Upoyo (2006), 60 %
pasien yang dilakukan rawat inap mendapatkan terapi cairan melalui infus. Akan tetapi
pemberian terapi cairan intravena dapat menimbulkan berbagai bahaya, termasuk
komplikasi local maupun sistemik. Komplikasi lokal yang sering terjadi adalah flebitis
(Brunner &Suddartths, 2001). Di Bangsal Penyakit Dalam di RSUD Dr. Abdul Aziz
Singkawang diketahui bahwa masih banyak pasien yang mengalami flebitis saat
mendapatkan terapi cairan melalui infus.
Mempertahankan suatu infuse intravena yang sedang terpasang merupakan tugas
perawat yang menuntut pengetahuan serta keterampilan tentang pemasangan dan perawatan
infus, prinsip prinsip aliran, selain itu pasien harus dikaji dengan teliti baik komplikasi
local mau pun sistemik (Brunner & Suddrths, 2001). Jika flebitis terjadi maka masukan
terapi cairan intravena akan tersumbat dan tidak dapat terpenuhi, untuk itu selama
pemberian terapi cairan intravena pasien harus mendapat pengawasan dan observasi yang
ketat (Kusyati Eni.NS. 2006). Penyebab flebitis adalah iritasi vena oleh alat alat intravena,
obat - obatan, dan infeksi (Brunner &Suddarths, 2001).
Meskipun setiap ruangan mempunyai protap cara pemasangan dan perawatan infus,
namun dalam pelaksanaannya perawatan infus seperti memeriksa tempat penusukan setiap
hari, mengganti balutan pada pasien yang terpasang infus, dan lain - lain, dalam
kenyataannya masih ada yang tidak melakukannya. Perawatan infus merupakan tindakan
yang tepat untuk mencegah terjadinya flebitis. Pencegahan flebitis tidak hanya berfokus
pada saat pemasangan infuse saja, akan tetapi sesudah pemasangan infus harus di lindungi
sepenuhnya dari terjadinya komplikasi. Mencegah dan minimalkan efek dari terapi intravena
terutama terjadinya flebitis maka perawatan infuse harus di upayakan secara optimal.
Perawat yang memperhatikan prinsip aseptik, dapat mengurangi kejadian flebitis (Brunner
& Suddarths, 2001).
4. Tujuan program
Meminimalisir terjadinya infeksi nasokimial berupa terjadinya flebitis pada pasien yang
terpasang infus di Bangsal Penyakit Dalam di RSUD Dr. Abdul Aziz Singkawang
5. Sasaran pencapaian program tersebut
Pasien yang terpasang infus di Bangsal Penyakit Dalam RSUD Dr. Abdul Aziz
Singkawang dengan masa rawat lebih dari 3 hari.
6. Parameter/tolak ukur
Setelah dilakukannya tindakan perawatan infus serta penggantian set infus secara rutin
kejadian flebitis di Bangsal Penyakit Dalam RSUD Dr. Abdul Aziz Singkawang berkurang
hingga 70%. Dan tindakan perawatan infus dapat berlangsung minimal 3 hari perawatan.
Pasien menyatakan tidak ada keluhan (nyeri dan kebocoran) pada area akses vena.
7. Pelaksanaan
PJ: 1. A. M. Zulkhairi
2. Dian Lestari
Koordinator : 1. Debby Hatmalyakin
2. Sulistyorini
3. Dwi Astuti
Anggota : 1. Rini Darmayanti
2. Ika Wahyu Widyastuti
3. Devy Permata Sari
4. Ibnu Wahyu Najatullah
5. Denni Ismantoro
6. Rifda Angelina Wulan
7. Ricca Anggareyni
8. Prosedur pelaksanaan program
A. Pemasangan infus
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Hubungkan cairan dan infus set dengan memasukkan ke bagian karet atau akses
selang ke botol infuse
4. Isi cairan ke dalam set infus dengan menekan ruang tetesan hingga terisi sebagian
dan buka klem slang hingga cairan memenuhi selang dan udara selang keluar
5. Letakkan pangalas di bawah tempat ( vena ) yang akan dilakukan penginfusan
6. Lakukan pembendungan dengan torniker ( karet pembendung ) 10-12 cm di atas
tempat penusukan dan anjurkan pasien untuk menggenggam dengan gerakan sirkular
( bila sadar )
7. Gunakan sarung tangan steril
8. Disinfeksi daerah yang akan ditusuk dengan kapas alkohol
9. Lakukan penusukan pada vena dengan meletakkan ibu jari di bagian bawah vena dan
posisi jarum ( abocath ) mengarah ke atas
10. Perhatikan keluarnya darah melalui jarum ( abocath / surflo ) maka tarik keluar
bagian dalam ( jarum ) sambil meneruskan tusukan ke dalam vena
11. Setelah jarum infus bagian dalam dilepaskan atau dikeluarkan, tahan bagian atas
vena dengan menekan menggunakan jari tangan agar darah tidak keluar. Kemudian
bagian infus dihubungkan atau disambungkan dengan slang infus
12. Buka pengatur tetesan dan atur kecepatan sesuai dengan dosis yang diberikan
13. Lakukan fiksasi dengan kasa steril dan plester
14. Tuliskan tanggal dan waktu pemasangan infus serta catat ukuran jarum
15. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
B. Perawatan Infus
Perawatan terapi Intravena Adalah suatu upaya atau cara untuk mencegah
masuknya mikroorganisme pada vasikuler sehingga tidak menimbulkan terjadinya
infeksi, saat terpasang infus dengan cara :
1. Memakai sarung tangan,
2. Membasahi plester dengan alkohol
3. Buka balutan dengan menggunakan pinset,
4. Mebersihkan bekas plaster,
5. Perawat memeriksa tempat penusukan IV setiap hari,
6. Perawat mengganti seluruh infus set sedikitnya setiap 3 hari,
7. Membersihkan daerah tusukan dan sekitarnya dengan NaCL,
8. Mengolesi tempat tusukan dengan iodin,
9. Menutup dengan kasa steril dengan rapi
Sementara itu perawatan pada tempat penusukan juga harus dilakukan, antara lain :
1. Balutan steril diperlukan untuk menutup tempat masuk kanula IV periver.
2. Balutan harus di ganti jika balutan menjadi basah, kotor, atau lepas.
3. Beberapa jenis balutan, meliputi balutan trasparan, perban steril, kasa, dan plaster,
dapat digunakan sepanjang sterilisasi dapat di pertahankan
9. Persiapan
Standar infus
Set infus
Cairan sesuai program medik
Jarum infus dengan ukuran yang sesuai
Pengalas
Torniket
Kapas alkohol
Plester
Gunting
Kasa steril
Betadin
Sarung tangan
10. Pelaksanaan
Tanggal: 25 Januari sampai dengan tanggal 30 Januari 2016
Kegiatan : Melakukan perawatan infus pada pasien yang terpasang infus
11. Evaluasi
Pada proses melakukan projek inovasi yang diterapkan pada 20 pasien terpasang infus
didapatkan 18 pasien merasa nyaman dan tidak terjadi tanda-tanda infeksi maupun
kebocoran pada slang infus. Pada 2 pasien lainnya terjadi kebocoran slang dikarenakan
dilakukan penusukan pemberian obat pada daerah karet slang infus dan jumlah jenis obat
yang diberikan lebih dari 3 jenis sehingga terjadi penusukan berkali-kali pada area slang
namun tidak tampak tanda-tanda infeksi (flebitis). Sehingga dapat disimpulkan bahwa
tindakan pemasangan infus secara steril dan perawatan infus sangat berpengaruh terhadap
pencegahan terjadinya flebitis.
12. Hambatan
Kebanyakan pasien merasa keberatan jika dilakukan penusukan ulang kateter infus,
sehingga perawat terpaksa melakukan perawatan infus sesuai hari pemasangan infus
sebelumnya.
Pasien takut adanya biaya tambahan jika jarum infus di ganti.
Kurangnya pengetahuan pasien sehingga pasien merasa tidak perlu dilakukannya
perawatan infus setiap hari, karena saat perawatan banyak pasien yang merasa sakit
ataupun takut melihat daerah tusukan vena.
13. Respon perawat dan tim kesehatan lain
Perawat di Bangsal Penyakit Dalam merasa penerapan pemasangan infus secara steril dan
perawatan infus secara rutin merupakan inovasi yang bagus dan merupakan tanggung jawab
perawat bangsal yang merawat pasien secara holistik serta sangat berpengaruh terhadap
pencegahan terjadinya flebitis sehingga perlu diterapkan baik pada bangsal penyakit dalam
maupun bangsal lainnya, dan menurut tim kesehatan lain tindakan ini sangat membantu
dalam akses pemberian obat intravena sehingga dapat memastikan obat masuk seluruhnya,
mengurangi perkembangan mikroorganisme yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi.
Singkawang, Januari 2016
Mengetahui, Kepala Ruangan
Preceptor Klinik, Bangsal Penyakit Dalam

Sukarni, Ns., M.Kep. Sahida Ahmad, A. Md. Kep.

Anda mungkin juga menyukai