Anda di halaman 1dari 7

ANALISA TINDAKAN

RUANG KELAS II / III


DI RSP UNIVERSITAS HASANUDDIN
TAHUN 2019

Nama Mahasiswa : Yulianti Rizal

Nim : R014191035

CI LAHAN CI INSTITUSI

[ Ayu Virmayana, S.Kep.,Ns ] [Ilkafah, S.Kep., Ns., M.Kep]

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
PEMASANGAN IV CATHETER (INFUS)
(18 Juni 2019)

A. Tindakan
Tindakan yang dikerjakan adalah pemasangan infus pada By. Ny. W dengan
diagnosa medis community acquired pneumonia yang berumur 3 bulan.

B. Justifikasi terhadap tindakan


Tindakan ini dilakukan guna mempertahankan cairan dan elektrolit klien dan sebagai
jalur masuk pemberian obat-obat kedalam tubuh klien.

C. Teori singkat tindakan


Pemasangan infus intravena (intravenous fluids infusion) adalah tindakan yang
dilakukan pada pasien yang memerlukan masukan cairan atau obat langsung ke dalam
pembuluh darah vena dalam jumlah dan waktu tertentu dengan menggunakan infus set
[ CITATION Mub151 \l 1057 ].
SOP Pemasangan infus (Jacob, Rekha, & Tarachnand, 2014) :
Tujuan pemasangan infus:
1. Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit,
vitamin, protein lemak, dan kalori yang tidak dapat dipertahankan secara adekuat
melalui oral.
2. Memperbaiki keseimbangan asam basa.
3. Memperbaiki volume komponen-komponen darah.
4. Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan ke dalam tubuh.
5. Memonitor tekan Vena Central (CVP).
6. Memberikan nutrisi pada saat system pencernaan di istirahatkan
Langkah-langkah pemasangan infuse:
1. Mencuci tangan
2. Memberitahu tindakan yang akan dilakukan
3. Mengisi selang infuse
4. Membuka plastik infus set dengan benar
5. Tetap melindungi ujung selang steril
6. Menggantungkan infus set dengan cairan infus dengan posisi cairan infus mengarah
keatas
7. Menggantung cairan infus di standar cairan infuse
8. Mengisi cairan infus set dengan cara menekan (tapi jangan sampai terendam)
9. Mengisi selang infus dengan cairan yang benar
10. Menutup ujung selang dan tutup dengan mempertahankan kesterilan
11. Cek adanya udara dalam selang
12. Pakai sarung tangan bila perlu
13. Memilih vena yang tepat dan benar menggunakan penlight
14. Memasang tourniquet
15. Desinfeksi vena dengan alcohol dari atas kebawah dengan sekali hapus
16. Buka abocath dan mengecek apakah ada kerusakan atau tidak
17. Menusukan abocath pada vena yang telah dipilih
18. Menyambungkan dengan ujung selang yang telah terlebih dahulu dikeluarkan
cairannya sedikit, dan sambil dibiarkan menetes sedikit
19. Memberikan plester pada ujung abocath tapi tidak menyentuh area penusukan untuk
fiksasi
20. Memberi plester dengar benar dan mempertahankan keamanan abocath agar tidak
tercabut
21. Mengatur cairan tetesan infus sesuai kebutuhan pasien
Indikasi pemasangan infus yaitu sebagai berikut.
1. Keadaan emergency (misal pada tindakan RJP), yang memungkinkan pemberian obat
langsung ke dalam Intravena
2. Untuk memberikan respon yang cepat terhadap pemberian obat (seperti furosemid,
digoxin)
3. Pasien yang mendapat terapi obat dalam dosis besar secara terus-menerus melalui
Intra vena
4. Pasien yang membutuhkan pencegahan gangguan cairan dan elektrolit
5. Pasien yang mendapatkan tranfusi darah
6. Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya pada operasi
besar dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena untuk persiapan jika
terjadi syok, juga untuk memudahkan pemberian obat)
7. Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya risiko dehidrasi
(kekurangan cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum pembuluh darah kolaps
(tidak teraba), sehingga tidak dapat dipasang jalur infus.
8. Untuk menurunkan ketidaknyamanan pasien dengan mengurangi kebutuhan dengan
injeksi intramuskuler.
Daerah Pemasangan Infus pada Anak

Gambar 1.1 Tempat yang dipilih untuk akses vena pada bayi
Gambar 1.2 Tempat yang dipilih pada tangan untuk akses vena pada bayi

Kontraindikasi pemasangan infuse yaitu sebagai berikut.


1. Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi di lokasi pemasangan infuse.
2. Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan digunakan
untuk pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada tindakan hemodialisis (cuci
darah).
3. Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil yang aliran
darahnya lambat (misalnya pembuluh vena di tungkai dan kaki).

D. Hasil tindakan
Hasil dari tindakan yaitu terpasangnya infus Dextrose 5 % 8 TPM, dengan tujuan
untuk mencegah terjadinya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit pada klien serta
sebagai transportasi obat dapat tercapai. Hal-hal yang harus diperhatikan saat melakukan
tindakan adalah selang infus tidak berisi udara dengan ujung dalam kondisi steril dan posisi
jarum saat menusuk menghadap ke atas. Mempertahankan posisi 15o-30o pada saat
penusukan dimulai dan apabila sudah masuk ke vena posisi jarum harus sejajar dengan
kulit untuk mengurangi risiko tusukan terhambat. Selain itu, menggunakan teknik one hand
saat menutup jarum untuk menghindari tertusuk jarum.

Tindakan yang dilakukan dimulai dengan persiapan alat yang akan digunakan,
setelah itu ke pasien. Menyambungkan infus set dengan konekta dan dextrosa 5 % lalu
mengalirkan cairan tersebut agar infus set tidak berisi udara didalamnya. Selanjutnya,
menginspeksi atau mencari vena pasien yang memungkinkan untuk dipasangkan infus
dengan menggunakan penlight dengan lampu kamar dimatikan agar vena dapat jelas
dilihat. Setelah vena sudah didapat, usap terlebih dahulu dengan alkohol swab dengan
tekhnik sekali usap lalu dekatkan IV Catheter ke pasien dengan posisi jarum saat menusuk
menghadap ke atas, dengan posisi 15o-30o tusuk vena pasien yang telah di usap
menggunakan alkohol swab. Setelah terdapat darah dalam IV Catheter dan kondisi vena
baik (tidak bengkak) maka sambungkan infus set dengan IV Catheter lalu alirkan
cairannya. Selanjutnya yaitu memberikan pleseter hypafix ke IV Catheher tersebut agar
tidak goyang. Memasangkan spalak di tangan pasien lalu di plester kembali. Atur tetesan
infus pasien dengan melihat rekam medik pasien.

E. Analisa tindakan
Pemasangan infus antara yang dilakukan di rumah sakit dengan teori secara umum
telah sesuai. Alat-alat yang digunakan lengkap, prosedur telah sesuai, dan prinsip-prinsip
dalam pemasangan infus juga diperhatikan sehingga aman (safety) bagi klien dan petugas
kesehatan. Pemasangan infus merupakan prosedur invasif dan merupakan tindakan yang
sering dilakukan di rumah sakit. Namun, hal ini resiko tinggi terjadinya infeksi yang akan
menambah tingginya biaya perawatan dan waktu perawatan. Tindakan pemasangan infus
akan berkualitas apabila dalam pelaksanaannya selalu mengacu pada standar yang telah
ditetapkan, sehingga kejadian infeksi atau berbagai permasalahan akibat pemasangan infus
dapat dikurangi, bahkan tidak terjadi (Priharjo, 2008).

F. Hambatan
Selama tindakan pemasangan infus dilakukan, tidak ada kendala yang dapat
menghambat proses tindakan dari peralatannya karena telah disediakan selengkapnya.
Hanya saja butuh fokus yang baik dikarenakan bayi bergerak pada saat melakukan
pemasangan infus.

G. Kesimpulan dan saran


Pemasangan infus adalah hal dasar yang perlu dilakukan pada klien yang
mengalami sakit untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit klien. Tindakan
pemasangan infus yang dilakukan di rumah sakit pada By. Ny. W sesuai dengan teori,
baik komunikasi terapeutik, peralatan yang digunakan, maupun prosedur yang dilakukan
sehingga untuk ke depannya diharapkan prosedur tersebut tetap dipertahankan dan dapat
ditingkatkan. Perawat juga perlu memerhatikan teknik aseptik agar mengurangi risiko
terjadinya plebitis pada anak dan petugas kesehatan dalam melakukan tindakan sebaiknya
menyiapkan kembali alat dan memastikan alat siap untuk digunakan karena pada pasien
anak sangat susah untuk diajak bekerjasama sehingga harus meminimalkan waktu
tindakan.

Anda mungkin juga menyukai