Anda di halaman 1dari 6

ANALISA TINDAKAN

PEMASANGAN INFUS

Disusun Oleh :

KIKI ALFILLATURROHMAN

190104045

PRAKTIK PROFESI NERS STASE KEPERAWATAN DASAR

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA

2019
ANALISA TINDAKAN

“PEMASANGAN INFUS”

1. Indikasi tindakan keperawatan

a. Keadaan emergency, yang memungkinkan pemberian obat langsung ke

dalam intra vena

b. Pasien yang mendapat terapi obat dalam dosis besar secara terus-

menerus melalui Intra vena

c. Pasien yang membutuhkan pencegahan gangguan cairan dan elektrolit.

d. Pasien yang mendapatkan tranfusi darah

e. Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya

pada operasi besar dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus

intravena untuk persiapan jika terjadi syok, juga untuk memudahkan

pemberian obat)

f. Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya risiko

dehidrasi (kekurangan cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum

pembuluh darah kolaps (tidak teraba), sehingga tidak dapat dipasang

jalur infus.

2. Rasionalisasi tindakan keperawatan

Tindakan pemsangan infus diberikan untuk membantu klien dalam

memenuhi kebutuhan cairan dalam tubuhnya yang terhambat, membantu

memudahkan pemberian obat secara terus menerus.


3. Anatomi dan fisiologi dari organ yang dilakukan tindakan

keperawatan

a. Anatomi

b. Fisiologi

Pemberian cairan infuse ke dalam vena (pembuluh darah pasien) di

antaranya pada vena lengan (vena safalika basilea dan mediana kabiti),

pada tungkai (vena sakena), atau pada vena yang ada di kepala, seperti

: vena temporalis krontolis (khusus untuk anak-anak). Pemberian

cairan dihubungan melalui selang infus.

4. Alat dan bahan

a. Infus set

b. Aboket

c. Kapas

d. Alkohol

e. Torniquet

f. Cairan infus

g. Plaster

h. Gunting

i. Perlak
j. Bengkok

k. Sarung tangan

l. Standar infus

5. Prinsip tindakan keperawatan

a. Pada anak/paediatrik

1) vena klien sangat rapuh hindari tempat-tempat yang mudah

digerakkan atau digeser dan gunakan alat pelindung sesuai

kebutuhan.

2) Vena-vena kluit kepala sangat mudah pecah dan memerlukan

perlindungan agar tidak mudah mengalami infiltrasi.

b. Pada lansia

1) Pada lansia sedapat mengkin gunakan kateter/jarum dengan ukuran

paling kecil (24-26).

2) Kestabilan vena menjadi hilang dan vena akan bergeser dari jarum

3) Penggunaan sudut 5-15o saat memasukkan jarum.

6. Prosedur tindakan keperawatan

a. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan

b. Cuci tangan

c. Hubungkan cairan dan infus set dengan memasukkan ke bagian karet

atau akses selang ke botol infus.


d. Isi cairan ke dalam set infus dengan menekan ruang tetesan hingga

terisi sebagian dan buka klem selang sehingga cairan memenuhi selang

dan udara keluar.

e. Letakkan pengalas dibawah tempat (vena) yang akan dilakukan

penginfusan.

f. Lakukan pembendungan dengan tornikuet 10-12 cm diatas tempat

penusukkan dan anjurkan pasien untuk menggenggam dengna gerakan

sirkular.

g. Gunakan sarung tangan steril

h. Desinfeksi daerah yang akan ditusuk dengan kapas alcohol.

i. Lakukan penusukkan pada vena dengan meletakkan ibu jari di bagian

bawah vena dengan posisi jarum mengarah keatas.

j. Perhatikan keluarnya darah melalui jarum maka tarik keluar bagian

dalam sambil meneruskan tusukkan ke dalam vena.

k. Setelah jarum infus bagian dalam dilepas atau dikeluarkan, tahan

bagian atas vena dengan menekan menggunakan jari tangan agar darah

tidak keluar. Kemudian bagian infus dihubungkan/disambungkan

dengan selang infuse.

l. Buka pengatur tetesan dan atur kecepatan sesuai dengan dosis yang

diberikan.

m. Lakukan fiksasi dengan kasa steril

n. Tuliskan tanggal dan waktu pemasangan infus serta catat ukuran jarum

o. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan


7. Respon subjektif dan objektif pasien terhadap tindakan keperawatan

a. Respon subjektif : Klien merasakan efek dari pemasangan infus

(sedikit nyeri setelah dimasukan jarum abket)

b. Respon objektif : Terpasang infus pada tangan klien.

8. Menganalisa keberhasilan tindakan keperawatan

Pemasangan infus berhasil dilakukan dengan tidak terjadinya

pembengkakan dan lain sebagainya.

9. Refleksi diri dari kekurangan tindakan keperawatan yang dilakukan

a. Kekurangan fase pra interaksi

1) Tidak mengenalkan diri

b. Kekurangan fase kerja

1) Tidak menggunakan perlak

c. Kekurangan fase terminasi

1) Tidak ada

d. Kekurangan selama fase setelah interaksi

Tidak ada

Anda mungkin juga menyukai