Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN

ANALISA SINTESA KEPERAWATAN DASAR PROFESI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Stase Keperawatan Dasar Profesi

Dosen pembimbing: H. Rudi Kurniawan, Ners., M.Kep

Disusun oleh :

RESTI ARISTA

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
CIAMIS
2021
ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN KANULASI INTRAVENA

1. Tindakan keperawatan yang dilakukan :

Pemasangan Infus
Pemasangan infus dilakukan untuk memasukkan bahan-bahan larutan ke
dalam tubuh secara kontinyu atau sesaat untuk mendapatkan efek pengobatan
secara cepat. Bahan yang dimasukkan dapat berupa darah, cairan atau obat-
obatan. Istilah khusus untuk infus darah adalah transfusi darah. Pemasangan
infus atau terapi cairan intravena merupakan tindakan memasukkan jarum
melalui transkutan yang kemudian disambungkan dengan selang infus
(Silviawaty and Putri 2019)

Infus intravena (IV) merupakan instilasi cairan, elektrolit, obat-obatan,


darah, atau zat nutrien ke vena. Terapi infus intravena adalah tindakan terapi
yang paling sering dilakukan dirumah sakit (Moniung, Rompas, and Lolong
2016). Pemberian cairan intravena adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam
tubuh masuk ke pembuluh darah vena untuk memperbaiki atau mencegah
gangguan cairan dan elektrolit, darah, maupun nutrisi. Pemberian cairan
intravena disesuaikan dengan kondisi kehilangan cairan pada klien, seberapa
besar cairan tubuh yang hilang (Silviawaty and Putri 2019)
Diagnose medis : Diare

2. Diagnosa Keperawatan :
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan ditandai
dengan defekasi feses cair > 3 kali dalam 24 jam.

3. Prinsip - prinsip Tindakan dan rasional :

Tindakan Rasional
Cuci tangan Mencegah transisi microorganisme
Dekatkan alat Mempermudah perawat melakukan
Tindakan
Jelaskan kepada klien tentang Mengurangi rasa cemas
prosedur dan sensasi yang akan
dirasakan selama pemasangan
infus
Atur posisi pasien / berbaring Membuat keadaan klien rilek
Siapkan cairan dengan Mempermudah dalam pemasangan
menyambung botol cairan dengan infus
selang infus dan gantungkan pada
standar infus
Menentukan area vena yang akan Vena yang sesuai akan mengurangi
ditusuk Nyeri
Pasang alas Menjaga kebersihan
Pasang tourniket pembendung ± Untuk mempermudah vena yang akan
15 cm diatas vena yang akan ditusuk
ditusuk
Pakai sarung tangan Mencegah penyebaran microorganisme
Desinfeksi area yang akan ditusuk Mencegah penyebaran microorganisme
dengan diameter 5-10 cm
Tusukan IV catheter ke vena Menjalankan sesuai prosedur
dengan jarum menghadap ke
jantung
Pastikan jarum IV masuk ke vena Memastikan catheter sudah masuk
Sambungkan jarum IV dengan Untuk memastikan infus lancer
selang infus
Lakukan fiksasi ujung jarum IV Meminimalisir pemasangan terlepas
ditempat insersi Kembali
Tutup area insersi dengan kasa Menjalankan prosedur Tindakan
kering kemudian plester
Atur tetesan infus sesuai program Menjalan kan prosedur tindakan
medis
Lepas sarung tangan Mencegah penyebaran mikroorganisme
Pasang label pelaksanaan tindakan Memudahkan perawat
yang berisi : nama
pelaksana,tanggal dan jam
pelaksanaan
Bereskan alat Menjaga kebersihan
Cuci tangan Mencegah penyebaran microorganisme
Observasi dan evaluasi respon Melaksanakan etika keperawatan
pasien, catat pada dokumentasi
keperawatan

Tindakan pemasangan infus akan berkualitas apabila dalam pelaksanaannya


selalu patuh pada standar yang telah ditetapkan demi terciptanya pelayanan
kesehatan yang bermutu (Kaloa, Kumaat, and Mulyadi 2017)
Pasien dengan tindakan infus lebih dari 3 hari berisiko terkena infeksi nosokomial
bila dibandingkan dengan pasien yang menggunakan infus kurang dari 3 hari, hal
tersebut dikarenakan lokasi penusukan/ insersi infus yang lebih dari 3 hari akan
menyebabkan organisme flora normal tumbuh secara berlebih sehingga
menyebabkan infeksi (Radne and Putri 2016)
4. Bahaya – bahaya yang mungkin terjadi akibat Tindakan tersebut dan cara
pencegahanya :
- Flebitis
Flebitis merupakan peradangan pada intima tunika dari vena dangkal yang
disebabkan oleh iritasi mekanik, kimia atau sumber bakteri (mikro organisme)
yang dapat menyebabkan pembentukan trombus (Fauzia and Risna 2020)
Pencegahan : Ukuran jarum yang sesuai dengan vena
- Infiltrasi
Pencegahan : Mengobservasi daerah pemasangan infus secara kontinu
- Iritasi vena
Pencegahan : Encerkan obat sebelum diberikan
- Hematoma
Pencegahan : memasukan jarum secara hati-hati

5. Tujuan Tindakan tersebut dilakukan :


a. Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang mengandung air,
elektrolit, protein, lemak dll
b. Mengoreksi dan mencegah gangguan cairan dan elekrolit
c. Menyediakan medium untuk pemberian obat intravena
d. Membantu memberikan nutrisi parental

6. Hasil yang didapat dan maknanya :


- Pemberian cairan infus menyeimbangkan kondisi klien, pemberian cairan
dilakukan sampai kondisi klien dalam batas normal.

7. Identifikasi Tindakan keperawatan lainya yang dapat dilakukan untuk


mengatasi masalah/ diagnosa tersebut :
a. Pemberian cairan melalui oral
b. Pemberian obat
Referensi

Fauzia, Neila, and Risna. 2020. “Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melaksanakan Standar
Operasional Prosedur Pemasangan Infus.” Jurnal Real Riset 2(2).
Kaloa, T., L. Kumaat, and N. Mulyadi. 2017. “Hubungan Karakteristik Perawat Dengan
Kepatuhan Terhadap Standar Operasional Prosedur Pemasangan Infus Di Instalasi
Gawat Darurat Rsup Prof.Dr.R.D.Kandou Manado.” Jurnal Keperawatan UNSRAT
5(1):112624.
Moniung, F., S. Rompas, and J. Lolong. 2016. “Hubungan Lama Kerja Dengan Kepatuhan
Perawat Dalam Melaksanakan Sop Pemasangan Infus Di Rsu Gmim Pancaran Kasih
Manado.” Jurnal Keperawatan UNSRAT 4(2):106686.
Radne, Imram, and Rimba Putri. 2016. “Pengaruh Lama Pemasangan Infus Dengan
Kejadian Flebitis Pada Pasien Rawat Inap Di Bangsal Penyakit Dalam Dan Syaraf
Rumah Sakit Nur Hidayah Bantul The Effect of Infusion Duration with The
Incidence of Phlebitis in Patients.” Jurnal Ners Dan Kebidanan Indonesia 4(2):90–
94.
Silviawaty, Marlina, and Dian Utama Pratiwi Putri. 2019. “Hubungan Cairan Infus Dan
Lokasi Pemasangan Infus Dengan Kejadian Phlebitis.” IEEE International
Conference on Acoustics, Speech, and Signal Processing (ICASSP) 2017 41(2):84–
93.
ANALISIS SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN
MEMBERIKAN MEDIKASI MELALUI INTRAMUSKULAR,
INTRAVENA, SUBKUTAN DAN INTRAKUTAN (KEAMANAN DAN
KENYAMANAN)

A. Intravena
1. Tindakan keperawatan yang dilakukan :
Injeksi intravena melalui saluran infus
Diagnosa medis :Ileus Obstruktif
2. Diagnosa keperawatan :

Nyeri akut b.d agen cedera biologis


3. Prinsip-prinsip tindakan dan rasional :
a. Mengucapkan salam pada klien, perkenalan diri, jelaskan prosedur,
informed consent, kontrak waktu.
Rasional : menerapkan etika keperawatan

b. Cuci tangan

Rasional : mencegah transmisi mikroorganisme dari terjadinya infeksi.

c. Mencaga privasi pasien, posisi tempat tidur dalam tinggi yang tepat,
dan atur posisi sesuai kenyamanan pasien
Rasional : memastikan keamanan dan kenyamanan pasien selama
dilakukan tindakan
d. Handscoon bersih

Rasional : mencegah transmisi mikroorganisme dari terjadinya infeksi.

e. Mengecek kembali identitas klien (identifikasi klien)

Rasional : mencegah terjadinya kesalahan tindakan

f. Menerapkan 6 B ; Benar obat, benar pasien, benar dosis, benar rute


pemberian, benar waktu, benar dokumentasi (Lediana Tampubolon,
2018)
4. Bahaya-bahaya yang mungkin terjadi akibat tindakan tersebut dan
cara pencegahannya :

a. Kesalahan dalam pemberian obat IV


Pencegahannya : perawat harus lebih jeli dalam menerapkan 6 Benar
dalam pemberian obat
b. Nyeri ketika memasukkan obat jenis tertentu

Pencegahannya : memasukkan obat secara perlahan-lahan dengan


sambil mengajak pasien berbicara
c. Pemberian obat intravena secara langsung menyebabkan plebitis
Pencegahan : melakukan pemberian obat intravena melalui selang
infus (Sedgwick, 2015)
5. Tujuan tindakan tersebut :

a. Tujuan dapat digunakan untuk keadaan gawat darurat pada pasien


kritis yang tidak stabil
b. Memperoleh reaksi obat yang lebih cepat dibandingkan dengan metode
pemnerian obat lainya (Andrayani, 2016)
6. Hasil yang didapatkan dan maknanya :

Pemberian obat intravena mempermudah dalam tindakan pemberian obat.


Dan juga pemberian obat intravena mempercepat reaksi dan penyerapan
dibanding oral maupun IM.
7. Identifikasi tindakan keperawatan lainnya yang dapat dilakukan
untuk mengatasi masalah/ diagnosa tersebut (mandiri dan kolaborasi)
a. Melakukan kompres dingin
b. Melakukan pengecekan hasil lab darah
c. Pemberian obat antibiotik jika diperlukan

B. Intramuskular

1. Tindakan keperawatan yang dilakukan :

Injeksi intramuskular (memasukkan obat pada otot skeletal). Rute


intramuskular memungkinkan absorbsi obat yang lebih cepat dari pada rute
SC karena pembuluh darah lebih banyak terdapat di otot (Laodikia &
Tambunan, 2017).
Diagnosa medis : CKS ( Cidera Kepala Sedang )

2. Diagnosa keperawatan :

Resiko tinggi infeksi b.d. adanya luka terbuka


3. Prinsip-prinsip tindakan dan rasional :
a. Mengucapkan salam pada klien, perkenalan diri, jelaskan prosedur,
informed consent, kontrak waktu.
Rasional : menerapkan etika keperawatan

b. Cuci tangan

Rasional : mencegah transmisi mikroorganisme.

c. Menjaga privasi pasien, posisi tempat tidur dalam tinggi ynag tepat,
dan atur posisi sesuai kenyamanan pasien
Rasional : memastikan keamanan dan kenyamanan pasien selama
dilakukan tindakan
d. Pakai sarung tangan

Rasional : mencegah transmisi mikroorganisme.

e. Mengecek kembali identitas klien (identifikasi klien)

Rasional : mencegah terjadinya kesalahan tindakan

f. Menerapkan 6 B ; Benar obat, benar pasien, benar dosis, benar rute


pemberian, benar waktu, benar dokumentasi. (Lediana Tampubolon,
2018)
g. Area penusukan yaitu daerah gluteal 1/3 bagian atas dan sebelum
dilakuakan penusukan harus dilakukan disinfeksi pada area penusukan
(Tambunan et al., 2014).
h. Memasukkan spuit 90º

4. Bahaya-bahaya yang mungkin terjadi akibat tindakan tersebut dan


cara pencegahannya :
a. Dalam melakukan tindak IM sangat perlu untuk memperhatikan letak
penusukan
b. Resiko infeksi jika tindakan tidak bersih

5. Tujuan tindakan tersebut :

f. Tujuan dapat digunakan untuk keadaan gawat darurat pada pasien


kritis yang tidak stabil
g. Mempercepat reaksi obat sehingga obat langsung masuk ke sistem
sirkulasi darah.
h. Untuk memasukkan obat dalam jumlah besar.

6. Hasil yang didapatkan dan maknanya :

Selesai pemberian obat nyerinya akan berkurang.

7. Identifikasi tindakan keperawatan lainnya yang dapat dilakukan


untuk mengatasi masalah/ diagnosa tersebut (mandiri dan kolaborasi)
a. Pemberian non farmakologi

C. Subkutan

1. Tindakan keperawatan yang dilakukan :

Injeksi subkutan (pemberian terapi obat insulin yang dilakukan pada


bawah kulit/lengan atas bagian luar/deltoid) (Fadinie et al., 2016).
Diagnosa medis : subarahnoid hematom
Intraventrikuler hematom
DM tipe 2

2. Diagnosa keperawatan :

Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah

3. Prinsip-prinsip tindakan dan rasional :


a. Mengucapkan salam pada klien, perkenalan diri, jelaskan prosedur,
informed consent, kontrak waktu.
Rasional : menerapkan etika keperawatan

b. Cuci tangan

Rasional : mencegah transmisi mikroorganisme.

c. Menjaga privasi pasien, posisi tempat tidur dalam tinggi ynag tepat,
dan atur posisi sesuai kenyamanan pasien
Rasional : memastikan keamanan dan kenyamanan pasien selama
dilakukan tindakan
d. Pakai sarung tangan

Rasional : mencegah transmisi mikroorganisme.

e. Mengecek kembali identitas klien (identifikasi klien)


Rasional : mencegah terjadinya kesalahan tindakan

f. Menerapkan 6 B ; Benar obat, benar pasien, benar dosis, benar rute


pemberian, benar waktu, benar dokumentasi.(Lediana Tampubolon,
2018)
4. Bahaya-bahaya yang mungkin terjadi akibat tindakan tersebut dan
cara pencegahannya :

a. Dalam melakukan tindak IM sangat perlu untuk memperhatikan letak


penusukan
b. Resiko infeksi jika tindakan tidak bersih

5. Tujuan tindakan tersebut :

a. Memasukkan sejumlah obat ke dalam jaringan dibawah kulit untuk


diabsorpsi (penyerapan).
b. Mempertahankan glukosa darah tetap normal
c. Mempercepat reaksi obat sehingga obat langsung masuk ke sistem
sirkulasi darah.
6. Hasil yang didapatkan dan maknanya :

Selesai pemberian obat nyerinya akan berkurang.

7. Identifikasi tindakan keperawatan lainnya yang dapat dilakukan


untuk mengatasi masalah/ diagnosa tersebut (mandiri dan kolaborasi)
b. Pemberian non farmakologi

D. Intrakutan

1. Tindakan keperawatan yang dilakukan :

Injeksi intrakutan (bisa disebut juga skin test, dilakukan dengan


memasukkan sedikit obat ke dalam jaringan intracutan atau dibawah kulit)
(Rahayu et al., 2017).
Diagnosa medis :

2. Diagnosa keperawatan :

3. Prinsip-prinsip tindakan dan rasional :


a. Mengucapkan salam pada klien, perkenalan diri, jelaskan prosedur,
informed consent, kontrak waktu.
Rasional : menerapkan etika keperawatan

b. Cuci tangan

Rasional : mencegah transmisi mikroorganisme.

c. Menjaga privasi pasien, posisi tempat tidur dalam tinggi ynag tepat,
dan atur posisi sesuai kenyamanan pasien
Rasional : memastikan keamanan dan kenyamanan pasien selama
dilakukan tindakan

d. Pakai sarung tangan

Rasional : mencegah transmisi mikroorganisme.

e. Mengecek kembali identitas klien (identifikasi klien)

Rasional : mencegah terjadinya kesalahan tindakan

f. Menerapkan 6 B ; Benar obat, benar pasien, benar dosis, benar rute


pemberian, benar waktu, benar dokumentasi.
4. Bahaya-bahaya yang mungkin terjadi akibat tindakan tersebut dan
cara pencegahannya :
a. Dalam melakukan tindak IM sangat perlu untuk memperhatikan letak
penusukan
b. Resiko infeksi jika tindakan tidak bersih

5. Tujuan tindakan tersebut :

a. Memasukkan sejumlah obat ke dalam jaringan dibawah kulit untuk


diabsorpsi (penyerapan).
b. Tindakan ini merupakan tes terhadap reaksi obat tertentu, apakah
orang tersebut alergi atau tidak.
c. Mempercepat reaksi obat sehingga obat langsung masuk ke sistem
sirkulasi darah.
6. Hasil yang didapatkan dan maknanya :

Selesai pemberian obat nyerinya akan berkurang.

7. Identifikasi tindakan keperawatan lainnya yang dapat dilakukan


untuk mengatasi masalah/ diagnosa tersebut (mandiri dan kolaborasi)
Karena tindakan ini merupakan tindakan yang berupa pengetesan dan bukan
untuk menyelesaikan masalah maka tidak ada tindakan lain yang dapat
dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada.
REFERENSI

Andrayani, L. W. (2016). PEMBERIAN OBAT INTRAVENA Amita Novia


Wisudayanti P Firman Indrawan Hasmi Layang Sari L . M Muchtar A M
. Rizki Umran Nurhaidah Suriyanah KEMENTRIAN KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA.

Fadinie, W., Arifin, H., & Wijaya, D. W. (2016). Perbandingan Penilaian Visual
Analog Scale dari Injeksi Subkutan Morfin 10 mg dan Bupivakain 0,5
% Pada Pasien Pasca Bedah Sesar Dengan Anestesi Spinal. Jurnal Anestesi
Perioperatif, 4(2), 117–123.

Laodikia, C., & Tambunan, E. (2017). Teknik Injeksi Intramuskular Tanpa


Aspirasi Untuk Menurunkan Intensitas Nyeri Saat Prosedur Injeksi
Vitamin Neurobion 5000 Pada Pasien Poli Rawat Jalan Rumah Sakit
Advent Bandung. Jurnal Skolastik Keperawatan, 3(2), 105–113.

Lediana Tampubolon, P. (2018). Analisis Penerapan Prinsip Keselamatan Pasien


Dalam Pemberian Obat Terhadap Terjadinya Medication Error di Rawat
Inap Rumah Sakit X Tahun 2018. Jurnal ARSI, 4(3), 173–183.

Rahayu, A., & Kadri, H. (2017). Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Perawat
Tentang Terapi Intravena Dengan Pencegahan Plebitis Di Ruang Rawat
Inap RSUD Raden Mattaher Kota Jambi. Jurnal Akademika Baiturahim,
6(1), 86–100.

Sedgwick, P. (2015). Cross sectional studies. BMJ (Online), 340(7743), 109–

118. https://doi.org/10.1136/bmj.c846

Tambunan, E. H., & Wulandari, S. (2014). Penggunaan Tehnik Z-Track Dan Air
Lock Untuk Menurunkan Rasa Nyeri Pada Teknik Menyuntik
Intramuskuler. Jurnal Kesehatan, 4(1), 215–222
ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN
PENGAMBILAN DARAH VENA

1. Tindakan keperawatan yang dilakukan : Pengambilan Darah Vena


Diagnosa medis : Sindrom Stasis Vena
2. Diagnosa keperawatan : Obstruksi aliran vena berhubungan kerusakan
pembuluh vena.(Ashrani dkk., 2010)
3. Prinsip-prinsip tindakan dan rasional :
a. Jarum yang digunakan untuk menembus vena itu hendaknya cukup besar,
sedangkan ujungnya harus runcing, tajam dan lurus
b. Dianjurkan untuk memakai jarum dan semprit/spuit yang disposable
c. Baik semprit/spuit maupun jarum hendaknya dibuang setelah dipakai,
janganlah disterilkan lagi guna pemakaian berulang
c. Memilih pembuluh darah, pilih vena yang terlihat jelas, dapat diraba dan
terfiksasi pada jaringan sekitarnya sehingga vena tidak melenceng. (Rohmawati
dkk., 2018)
4. Bahaya-bahaya yang mungkin terjadi akibat tindakan tersebut dan cara
pencegahannya :
1. Pengambilan darah vena dapat menyebabkan rasa nyeri sedang sampai berat,
terutama pada anak usia prasekolah
Pencegahannya : menerapkan atraumatic care agar anak mendapat
pengalaman hospitalisasi yang positif. (Faizah dkk., 2019)
2. kegagalan dalam akses penusukan atau pengambilan darah sehingga
membutuhkan penusukan yang berulang kali hingga pengambilan darah
vena berhasil dilakukan
Pencegahannya : Hindari penusukan berkali-kali dan jangan menarik jarum
sebelum tourniquet dilepas. (Faizah dkk., 2019)
3. Pembendungan pembuluh darah vena akan menyebabkan perubahan pada
beberapa komponen dalam darah jika tourniquet dibiarkan lebih dari satu
menit. (Bastian dkk., 2018)
Pembendungan dalam waktu yang lama dan terlalu keras dapat
menyebabkan hemokonsentrasi. Hemokonsentrasi adalah pengentalan darah
akibat perembesan plasma (komponen darah cair non seluler) ditandai
dengan meningginya kadar hematokrit, waktu normal pemasangan
tourniquet adalah < 1menit. (Hasibuan, 2018)
Pencegahannya : pemasangan tourniquet harus sedemikian rupa agar mudah
dilepaskan dengan satu tangan pada saat jarum sudah memasuki dinding
vena.(Bastian dkk., 2018)
5. Tujuan tindakan tersebut dilakukan :
Tujuannya agar dapat dilakukan pemeriksaan seperti pemeriksaan darah rutin,
laju endap darah, elektrolit, Hb pasien. agar dapat dilakukan pemeriksaan
seperti pemeriksaan darah rutin, laju endap darah, elektrolit, Hb pasien.
(Rohmawati dkk., 2018)
6. Hasil yang didapat dan maknanya :
Memperoleh sampel darah dalam volume yang cukup untuk pemeriksaan yang
di butuhkan. (Rohmawati dkk., 2018)
7. Identifikasi tindakan keperawatan lainnya yang dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah/diagnosa tersebut. (mandiri dan kolaborasi) :
a. Kaji tingkat nyeri
b. Tahan bagian yang di tusuk menggunakan alkohol swab selama beberapa
menit untuk menghentikan pendarahan
b. Observasi tanda-tanda vital
c. Kolaborasi pemberian obat anti nyeri
REFERENSI

Ashrani, A. A., Silverstein, M. D., Rooke, T. W., Lahr, B. D., Petterson, T. M.,
Bailey, K. R., Melton, L. J., & Heit, J. A. (2010). Impact of venous
thromboembolism, venous stasis syndrome, venous outflow obstruction and
venous valvular incompetence on quality of life and activities of daily living:
A nested case-control study. Vascular Medicine, 15(5), 387–397.
https://doi.org/10.1177/1358863X10379672
Bastian, Marson, F. A., Asmarani, & Pariyana. (2018). Perbedaan Teknik
Pemasangan Tourniquet Terhadap Kadar Kalium Serum. Jurnal Kesehatan,
11(2), 91. https://doi.org/10.24252/kesehatan.v11i2.6328
Faizah, Indriati, G., & Arneliwati. (2019). Studi Kasus Gambaran Skala Nyeri Anak
Prasekolah Dengan Menggunakan Wong-Baker Faces Pain Rating Scale
(Wbfprs) Saat Prosedur Pengambilan Darah Vena. 6(2), 1–6.
Hasibuan, N. S. (2018). Pengaruh Lama Pembendungan Pada Pengambilan Darah
Vena Terhadap Kadar Hematokrit Pada Mahasiswa Tingkat Iii Poltekkes
Jurusan Analis Kesehatan. Computers and Industrial Engineering, 2(January),
6. http://ieeeauthorcenter.ieee.org/wp-content/uploads/IEEE-
ReferenceGuide.pdf%0Ahttp://wwwlib.murdoch.edu.au/find/citation/ieee.ht
ml%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.cie.2019.07.022%0Ahttps://github.com/ethe
reum/wiki/wiki/White-Paper%0Ahttps://tore.tuhh.de/handle/11420
Rohmawati, A., Santosa, B., & Ariyadi, T. (2018). Different Technique Of Transfer
Of Bood Samples To Erytrocytes Morphology On K3edta Vacutainer Tube. 6–
19.
ANALISIS SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN
PEMFIS
1. Tindakan keperawatan yang dilakukan :
Pemeriksaan Fisik
Diagnosa medis : post sc
2. Diagnosa keperawatan : Keletihan b/d kelesuhan fisiologi (Intoleransi
Aktivitas)
3. Prinsip-prinsip tindakan dan rasional :
a. Informed Consent sebelum melakukan tindakan pemeriksaan fisik
Rasional : aspek penting dari perawatan pasien, dan pemahaman pasien
adalah kunci untuk memastikan bahwa persetujuan benar-benar sah
atau valid (Richardson, 2013).
b. Tindakan pemeriksaan fisik ini dilakukan dengan berurutan (Head to
toe) dan per sistem.
Rasional : Lebih mudah untuk melakukan pemeriksaan fisik
c. Cuci tangan terlebih dahulu sebelum melakukan pemeriksaan fisik pada
pasien
Rasional : Untuk mencegah penyebaran penyakit melalui kuman yang
menempel di tangan
d. Tindakan pemeriksaan fisik dengan inspeksi, auskultasi, palpasi dan
perkusi.
Rasional : Untuk mengetahui keadaan pasien dengan cara dilihat,
didengarkan (pada jantung, napas, dan bising usus), diraba, dan diketuk.
(Fadilah, Rusjdi, & Aprilia, 2019) (Kesehatanetal.,2021)
4. Bahaya-bahaya yang mungkin terjadi akibat tindakan tersebut dan
cara pencegahannya :
a. Privasi klien yang tidak dijaga
Pencegahannya : sebelum melakukan tindakan kepada klien pastikan
privacy klien dijaga (Muhammad, 2021).
b. Terjadinya pelecehan seksual kepada klien
Pencegahannya : Ketika tindakan dampingi pemfis dengan keluarga
5. Tujuan tindakan tersebut :
a. Menentukan klainan fisik yang berhubungan dengan penyakit pasien
b. Mengklarifikasi dan memastikan kelainan sesuai dengan keluhan dan
riwayat kesehatan pasien.
c. Mendapatkan data untuk menegakkan diagnosa
keperawatan.
d. Mendapatkan data fisik untuk menetukan status kesehatan pasien.

6. Hasil yang didapatkan dan maknanya :


Dari pemeriksaan pemfis dapat mengetahui keadaann fisik klien
7. Identifikasi tindakan keperawatan lainnya yang dapat dilakukan
untuk mengatasi masalah/ diagnosa tersebut (mandiri dan kolaborasi)
a. Observasi tanda-tanda vital
REFERENSI
Ayu,Anita(2020). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Dengan Isolasi Sosial
Di Ruang Nakula Rs dr. Arif Zaenudin Surakarta X(1),25–37.

Fadilah, I., Rusjdi, D. A., & Aprilia, D. (2019). Gambaran Pemeriksaan


Ultrasonografi pada Pasien Struma di Bagian /SMF Radiologi
RSUPDR.M.Djamil Periode Januari–Desember2019.41–47.
Kesehatan, J. I., Juli, B., Website, P., Unram, P., Keperawatan,S.,
Yarsi,S.,&Email,
M.(2021).Tekanan Darah Pada Pasien Stroke Non Hemoragik Di wilayah Kerja
Puskesmas Penimbun Gstro ketidak terjadi. Hipertensi merupakan
salah satu faktor resiko utama stroke. Hipertensi tidak secara
langsung membunuh penderitanya , akan tetapi hipertensi memicu
munculnyapenyakitlainyangmematikan (Pudiastuti,2013).11(2),97–
103.
Muhammad,M.(2021).Pengetahuan Perawat Dalam Melakukan Pemeriksaan
Fisik Pada Kasus Kardiovaskuler.01(1),1–6.
Oxyandi, Miming. (2020). Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas Dan Latihan Rom
(Range Of Motion) Pada Asuhan Keperawatan Pasien Stroke Non
Hemoragik, jurnal kesehatan
Richardson, V. (2013). Patient Comprehension Of Informed Consent. Journal
Perioperative Practice, 23 (1-2), 26-30,
https://doi.org/10.1177/1750458913023001-204
ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN
PEMASANGAN EKG
1. Tindakan Keperawatan yang dilakukan :
Pemasangan EKG
Elektrokardiograph (EKG) merupakan tindakan mengukur aktivitas listrik
yang dihasilkan oleh jantung yang kemudian dapat mendeteksi terjadinya
kelainan jantung (Utari, 2016).
Diagnosa medis: STEMI
ST-elevation myocardial infarction (STEMI) merupakan bagian dari Sindrom
Koroner Akut (SKA) yang pada umumnya diakibatkan oleh rupturnya plak
aterosklerosis yang mengakibatkan oklusi total pada arteri koroner dan disertai
dengan tanda dan gejala klinis iskemi miokard seperti munculnya nyeri dada,
adanya J point yang persistent, adanya elevasi segmen ST serta meningkatnya
biomarker kematian sel miokardium yaitu troponin (cTn)(Wahyunadi,
Sargowo, & Suharsono, 2017) (Wahyunadi et al., 2017).
2. Diagnosa Keperawatan
Penurunan curah jantung b/d perubahan irama jantung
3. Prinsip-prinsip tindakan dan rasional:
No Prinsip Rasional
1 Mencuci Tangan Meminimalkan tranmisi patogen
2 Memperkenalkan diri kepada Membina hubungan saling percaya
klien
3 Menjelaskan tujuan prosedur Memberikan pemahaman tentang
tindakan Tindakan yang akan dilakukan
4 Menanyakan kesiapan pasien Memastikan ketersediaan pasien
5 Atur posisi klien Memudahkan dalam melakukan
tindakan
6 Membuka dan melonggarkan Memudahkan Tindakan Perekaman
pakaian klien dapat dilakukan dengan benar
7 Membersihkan kotoran dan Hasil perekaman didapatkan dengan
menggunakan kapas alcohol baik
8 Menyambungkan kabel EKG Pemasangan alat-alat EKG kepada
pada kedua pergelangan pasien
tangan dan kedua tungkai
pasien, untuk merekam
ekstremitas lead (Lead I, II,
III, aVR, aVF, AVL) dengan
carasbb:warna merah pada
tangan kanan warna hijau
pada kaki kiri warna hitam
pada kaki kanan warna kuning
pada tangan kiri
9 Pemasang Elektrode dada Pemasangan alat-alat EKG kepada
untuk rekaman Precordial pasien
Lead sbb :
V1 : Spatium Interkostal (SIC)
ke IV pinggir kanan sternum
V2 : SIC ke IV sebelah pinggir
kiri sternum
V3 : ditengah diantara V2 dan
V4
V4 : SIC ke V garis mid
klavikula kiria
V5 : Sejajar V4 garis aksilaris
kiri
V6 : Sejajar V6 garis mid
aksilaris
V7 : Sejajar V6 pada garis
postaksilaris (jarang dipakai)
V8 : Sejajar V7 garis ventrikel
ujung scapula(jarang dipakai)
V9 : Sejajar V8 pada kiri
ventrikel (jarang dipakai)
10 Memberi identitas pasien Nama, umur, tanggal lahir dan ID
11 Melakukan Kalibrasi 10mm Jangan menyentuh klien dan bed
dengan keadaan 25 mm/volt/ klien agar kalibrasi dapat berjalan
detik dengan benar
12 Melakukan evaluasi tindakan Mengetahui respon pasien setelah
tindakan dilakukan
13 Mencuci tangan Meminimalkan transmini patogen

4. Bahaya-bahaya yang mungkin terjadi akibat tindakan tersebut dan cara


pencegahannya :

a. Bahaya
Jika memasang EKG tidak tepat dan benar, akan memperoleh hasil
interpretasi rekam jantung yang salah (Maulana et al, 2018).
b. Pencegahan
Memastikan pemasangan setiap lead tepat dan benar untuk menghindari
kesalahan.

5. Tujuan tindakan tersebut dilakukan :


Pemeriksaan EKG bertujuan untuk mengetahui gelombang listrik jantung ada
dan tidaknya abnormal fungsi maupun struktur organ jantung Pemeriksaan ekg
dapat membantu menegakan diagnosis kondisi syndrome coroner akut. (Putri
et al, 2017)
6. Hasil yang didapat dan maknanya :
S : mengatakan masih merasa lelah dan sakit kepala
O : TTV
TD : 110/70 mmhg
N : 105x/menit
S : 36,5oC
RR : 23 x/menit
Hasil EKG : sinus takikardi ST elevasi V1-V2
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
7. Identifikasi tindakan keperawatan lainnya yang dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah/ diagnosa tersebut. (mandiri dan kolaborasi)

a. Observasi TTV
b. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi
c. monitor respon pasien terhadap efek pengobatan anti
trombotikuntuk mencegah trombus perifer (Mertami et al., 2020).
REFERENSI

Maulana, Et Al. (2018). Rancang Bangun Instrumentasi Elektrokardiograf (EKG)


Dan Klasifikasi Kenormalan Jantung Pada Pola Sinyal EKG Menggunakan
Learning Vector Quantization (LVQ). Journal On Information Technology
And Computer Engineering, 2(01), 19–26.
Https://Doi.Org/10.25077/Jitce.2.01.19-26.2018
Mertami, P. A., Supartini, K. B., Armika, K. E., Satian, N. M. D., Dewi, P. I. S., &
Purnamayanti, N. K. D. (2020). Studi Kasus: Analisis Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Acut Coronary Syndrome (Acs) Dengan St Elevation Myocard
Infarct (Stemi) Di Ruang Iccu Rsu Kertha Usada Singaraja Putu, 5(1).
Putri, R. A., Et Al. (2017). Rancang Bangun Wireless Elektrokardiogram (EKG).
Jurnal Ilmu Dan Inovasi Fisika, 1(1), 58–64.
Https://Doi.Org/10.24198/Jiif.V1n1.8
Utari, E. L. (2016). Analisa Deteksi Gelombang Qrs Untuk Menentukan Kelainan
Fungsi Kerja Jantung. Teknoin, 22(1), 27–37.
Https://Doi.Org/10.20885/Teknoin.Vol22.Iss1.Art4
Wahyunadi, N. M. D., Sargowo, D., & Suharsono, T. (2017). Perbedaan
Keberhasilan Terapi Fibrinolitik Pada Penderita St-Elevation Myocardial
Infarction (Stemi) Dengan Diabetes Dan Tidak Diabetes Berdasarkan
Penurunan St-Elevasi. Paper Knowledge . Toward A Media History Of
Documents, 5(1).

Anda mungkin juga menyukai