Anda di halaman 1dari 5

ANALISA TINDAKAN

PENYUNTIKAN OBAT JALUR INTRAVENA DENGAN BOLUS PADA PASIEN


DIRUANG PERAWATAN LONTARA 1 BAWAH DEPAN

OLEH :

ANDI FEBRINA SOSIAWATI


R014191047

Mengetahui:

Preseptor Klinik Preseptor Institusi

Abdul Majid, M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.MB

PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN DASAR


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
ANALISA TINDAKAN

NAMA : ANDI FEBRINA SOSIAWATI

NIM : R014191047

A. Tindakan
Tindakan yang dianalisa adalah tindakan penyuntikan obat jalur intravena dengan
bolus.
Nama : Ny. DW
Tanggal Lahir : 17 Februari 1975
Diagnosa medis : Anemia Mikrostik Hipokrom
Tanggal analisis : 10 Agustus 2019
B. Justifikasi terhadap tindakan
Tindakan penyuntikan obat jalur intravena dengan bolus dilakukan karena injeksi
intravena dapat memberikn reaksi yang cepat, karena obat yang dimasukkan melalui
satu pembuluh darah langsung bereaksi menuju sel dan jaringan, sehingga efeknya
lebih cepat dan kuat (Bachtiar & Madjid, 2014).
C. Teori tentang tindakan
Pemberian obat secara injeksi (parenteral) merupakan pemberian obat yang
dilakukan dengan menyuntikkan obat tersebut ke jaringan tubuh atau pembuluh darah
dengan menggunakan spuit. Injeksi sendiri merupakan sediaan steril berupa larutan,
emulsi suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu
sebelum digunakan (Ambarwati, 2009).
Ada berbagai macam cara untuk menginjeksikan obat ke dalam tubuh, salah
satunya dengan intravena. Terapi intravena adalah menempatkan cairan steril melalui
jarum langsung ke vena pasien. Biasanya cairan mengandung elektrolit (natrium,
kalsium, kalium), nutrient (glukosa), vitamin ataupun obat. Terapi intravena juga suatu
terapi memasukkan jarum/kanula ke dalam vena untuk dilewati cairan infus atau obat
dengan tujuan agar obat dapat masuk ke dalam tubuh dalam jangka waktu tertentu
(Firmansyah, 2016).
Tujuan pemberian obat dengan bolus :
1. Untuk mendapatkan reaksi obat yang cepat diabsorbsi
2. Untuk menghindari kerusakan jaringan
3. Untuk mengurangi risiko infeksi
Perangkat alat
1. Spuit steril
2. Obat injeksi (vial atau ampul)
3. Daftar pemberian obat

Prinsip pemberian obat dengan bolus :

1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan (pastikan tidak ada gelembung
udara pada spuit)
2. Mencuci tangan sebelum ke pasien
3. Memasang sampiran
4. Memberikan salam dan menjelaskan pada pasien serta keluarganya tentang prosedur
yang akan dilakukan
5. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
6. Mengklem cairan infus
7. Lepaskan nedle spuit
8. Buka penutup bolus (konekta)
9. Sambungkan spuit dengan konekta
10. Memasukkan obat perlahan-lahan kedalam vena (untuk obat-obatan yang pekat
sebaiknya dicampurkan dengan menggunakan water steril/Nacl)
11. Lepaskan spuit dari konekta
12. Tutup kembali konekta agar tidak terjadi infeksi
13. Alirkan kembali infus sambil periksa kecepatan tetesannya.
14. Membereskan alat
15. Melakukan evaluasi dan respon pasien setelah tindakan dilakukan
16. Dokumentasi tindakan yang telah dilakukan
D. Hasil tindakan
Setelah proses pemberian obat dengan bolus, tidak ada efek samping yang timbul
pada pasien. Pemberian obat pada Ny.DW bertujuan untuk memasukkan obat yaitu vit.
K yang merupakan bahan pembentuk faktor pembekuan darah, hal ini dilakukan agar
obat yang masuk dapat tereabsorbsi dengan cepat. Tidak lupa perawat juga tetap
mempertahan prinsip 7 benar dalam pemberian obat.
E. Analisa tindakan
Secara keseluruhan prosedur pemberian obat dengan bolus sudah sesuai
dengan teori yang ada. Terapi obat yang diberikan kepada pasien memiliki jenis yang
berbeda, sehingga beresiko pada kekeliruan pengobatan, sedangkan jumlah pasien
cukup banyak dalam satu kali perawatan di bangsal dengan jenis obat yang berbeda dari
masing-masing pasien. Pemberian obat disebabkan karena kurang sesuainya tindakan
yang dilakukan perawat dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku
dirumah sakit, memiliki potensi peningkatan kejadian terkait kesalahan pengobatan dari
tahun ke tahun. Berdasarkan Kemenkes (2008) kesalahan dalam pemberian obat
menduduki peringkat pertama (24,8%) dari 10 besar insiden yang dilaporkan.
Kesalahan pemberian obat diperkirakan 1 dari 10 pasien diseluruh dunia (Hughes,
2010). Tipe kesalahan yang menyebabkan kematian pada pasien meliputi 40,9%, salah
dosis, 16% salah obat, dan 9,5% salah rute pemberian. Upaya lain untuk mencegah dan
mengevaluasi kesalahan yang sering terjadi terkait pengobatan yaitu dengan
mengobservasi kemampuan perawat saat pemberian obat berdasarkan SOP rumah sakit.
Pelaksanaan prinsip 7 benar pemberian obat oleh perawat menjadi hal yang sangat
penting dalam upaya mengurangi dampak negatif akibat kesalahan pengobatan pasien
yang memperlambat proses penyembuhan pasien dan adanya kemungkinan terjadinya
medication erros yang dilakukan perawat (Pranasari, 2016).
F. Hambatan
Pada prosedur pemberian obat dengan bolus ini, tidak ada hambatan yang berarti,
hanya saja pasien merasakan sedikit nyeri pada saat obat dimasukkan kedalam venanya.
G. Kesimpulan dan Saran
Tindakan pemberian obat dengan bolus pada Ny.DW sudah sesuai dengan teori
yang ada, dimana pada saat sebelum melakukan tindakan perawat terlebih dahulu
melakukan pengecekan dengan prinsip 7 benar pemberian obat.
Daftar Pustaka
Ambarwati, E. R. (2009). KDKP Kebidanan dan Teori Aplikasi. Jakarta: PT. Kawan
Pustaka.
Bachtiar, R. R., & Madjid, B. (2014). Buku Panduan Keterampilan Menyuntik. In
Buku Panduan Keterampilan Klinik 1. Makassar: Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin.
Djaharuddin, I., Tabri, N. A., Iskandar, M. H., & Santoso, A. (2017). Terapi Inhalasi
Nebulisasi. In Buku Keterampilan Klinis. Makassar: Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin.
Firmansyah, L. (2016). Pengaruh Teknik Relaksasi Genggam Jari Untuk
Menurunkan Nyeri Saat Insersi Intravena Pada Pasien Di Ruang IGD RSUD
DR. R. Goeteng Taroen Adibrata Purbalingga, (Iv), 10–32.
Pranasari, R. (2016). Gambaran Pemberian Obat Dengan Prinsip 7 Benar oleh
Perawat Di RSU PKU Muhammadiyah Bantul, 1–2.

Anda mungkin juga menyukai