Anda di halaman 1dari 5

ANALISA SINTESA

PADA Tn. H DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN


OKSIGENASI DI RS INDRIATI

Disusun Oleh :
NAMA : FAUZIAH TRISKA
NIM : SN211055

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2021
ANALISA SINTESA PADA Tn. H DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
OKSIGENASI DI RS INDRIATI

Hari : Senin
Tanggal : 8 November 2021
Jam : 15.00

A. Keluhan Utama
Susah mengeluarkan dahak
B. Diagnosa medis
PPOK
C. Diagnosa keperawatan
Bersihan jalan napas tidak efektif b.d Sekresi yang tertahan d.d batuk tidak
efektif D.0001
D. Data yang mendukung diagnosa keperawatan
DS :
 Tn. H mengatakan batuk berdahak susah keluar
 Mengatakan susah bernafas
DO :
 Ny. I mendengar saat tn. H menarik napas ada seperti suara mengi,
 Terlihat sesak
 Tampak retraksi dinding dada
 Pola nafas berubah tidak teratur
 Frekuensi nafas berubah RR : 25x/ menit dengan bantuan nasal kanul 4
tpm.
 Tampak sputum berlebih
E. Dasar pemikiran (ceriterakan pathway dalam bentuk narasi dari penyakitnya
sampai dengan dilakukan tindakan tersebut)
Suatu kasus obstruksi aliran udara ekspirasi dapat digolongkan sebagai
PPOK jika obstruksi aliran udara tersebut cenderung progresif. Masalah utama
yang menyebabkan terhambatnya arus udara tersebut bisa terletak pada
saluran pernapasan (Bronkitis kronik) maupun pada parenkim paru
(Emfisema). Kedua penyakit dapat dimasukkan ke dalam kelompok PPOK
jika keparahan penyakitnya telah berlanjut dan obstruksinya bersifat progresif
(Darmanto,2009). Pemberian terapi nebulizer merupakan pemberian obat
secara langsung ke dalam saluran nafas melalui penghisapan, dengan
keuntungan berupa obat bekerja langsung pada saluran nafas, onset kerjanya
cepat, dosis yang digunakan kecil, serta efek samping yang minimal karena
konsentrasi obat di dalam darah sedikit atau rendah (Supriyanto, 2012).

F. Prinsip tindakan keperawatan


Pra interaksi
1. Melihat program terapi pasien
2. Mengecek urutan prosedur
3. Menyiapkan peralatan
Fase Orientasi
1. Mencuci tangan
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
4. Memastikan identitas : cek gelang pasien( nama, TTL,alamat, usia)
5. Menanyakan kesediaan
6. Mempertahankan privasi
Fase kerja
1. Mendekatkan alat
2. Mendengarkan suara napaas menggunakan stetoskop
3. Mengambil obat kemudian memasukkan ke dalam tempat obat pada mesin nebulizer
4. Memasang tutup adaptor kemudian menyalakan dengan menekan tombol ON
5. Memasang masker pada hidung pasien
6. Menganjurkan pasien napas panjang sambil menghisap udara yang keluar dari
nebulizer
dan melalui mulut sebanyak 10 kali
7. Mematikan nebulizer dan melakukan clapping untuk mempermudah mengeluarkan
sekret
8. Melepaskan masker, menganjurkan pasien untuk batuk dan mengeluarkan dahak
mendengarkan lagi suara napas dengan stetoskop
9. Mengulangi prosedur no 6-10 s.d obat habis
10. Membersihkan area sekitar mulut pasien dengan tissue
11. Membereskan alat
Fase terminasi
1. Mengevaluasi respon pasien
2. Membereskan alat & mencuci tangan
3. Melakukan dokumentasi
Penampilan selama tindakan
1. Ketenangan
2. Ketelitian
3. Menjaga keamanan pasien dan perawat
Jumlah nilai

G. Analisa tindakan
Nebulizer bekerja langsung pada saluran nafas, onset kerjanya cepat, dosis
yang digunakan kecil, serta efek samping yang minimal karena konsentrasi
obat di dalam darah sedikit atau rendah (Supriyanto, 2012). Alat bantu
pernapasan ini bekerja dengan cara mengubah obat cair menjadi uap. Udara
yang mengandung uap obat kemudian akan ditekan naik melalui selang ke
masker. Dari situ, Anda akan menghirup obat Anda. Obat yang dihantarkan
oleh nebulizer akan diserap perlahan, dan Anda mungkin harus duduk diam
selama 10 sampai 15 menit. Nebulizer lebih sering digunakan dalam serangan
asma dan PPOK karena alat ini tidak memerlukan teknik pernapasan yang
rumit. Pasalnya, saat menggunakan inhaler, Anda perlu mengambil napas
dalam terlebih dulu sebelum menyemprotkan obat. Hal tersebut akan
menyulitkan orang yang sedang mengalami serangan asma atau PPOK. Itu
sebabnya alat ini menjadi pilihan yang lebih efektif untuk menghantarkan obat
dibandingkan inhaler dalam situasi memburuknya gejala PPOK

H. Bahaya dilakukannya tindakan


Berikut adalah beberapa efek dari pemakaian bronkodilator:
1. tangan gemetar
2. sakit kepala
3. detak jantung tidak beraturan
4. kram otot
5. mual
6. mulut kering
7. batuk
8. diare

I. Tindakan keperawatan lain yang dilakukan


Batuk efektif

J. Hasil yang didapatkan setelah dilakukan tindakan


S:
 Tn. H mengatakan sudah bisa batuk efektif
O:
 suara mengi berkurang
 sesak berkurang
 TD 125/87mmHg,
 Nadi 95x/menit,
 Suhu 36,7oC
 RR 21x/menit,
 SPO2 : 96%
 Tampak rileks
A : masalah teratsi
P : hentikan intervensi
K. Evaluasi diri
Dengan dilakukan asuhan keperawatansaya menjadi tahu tentang tatalaksana
keperawatan untuk mengatasi masalah keperawatan bersihan jalan nafas yaitu
dengan pemberian tindakan nebulizer.
Evaluasi diri dari tindakan yang saya lakukan adalah pemantauan vital sign
setelah dilakukan tindakan sangat penting karena untuk mengetahui kondisi
pasien setelah dilakukan tindakan ada evek positif atau negaatif pada pasien.
L. Daftar pustaka/ referensi
Nurmayanti. 2019. PENGARUH FISIOTERAPI DADA, BATUK EFEKTIF
DAN NEBULIZER TERHADAP PENINGKATAN SATURASI
OKSIGEN DALAM DARAH PADA PASIEN PPOK. Jurnal
Keperawatan Silampari Volume 3, Nomor 1.

Nursalam. (2016). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Perry. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC Morton.


2012. Keperawatan Kritis Pendekatan Asuhan Holistik Vol . Jakarta:
EGC.

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan


Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

PPNI (2016). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan


tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

PPNI (2016). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria


Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai