0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
129 tayangan5 halaman
Laporan ini menganalisis pemberian nebulizer pada pasien laki-laki berusia 54 tahun dengan diagnosa bronkopneumonia. Nebulizer dilakukan dengan combivent dan flixotid untuk mengurangi sesak napas. Hasilnya, sesak berkurang dan saturasi oksigen meningkat. Analisis menunjukkan nebulizer efektif mengatasi masalah pernapasan pasien.
Laporan ini menganalisis pemberian nebulizer pada pasien laki-laki berusia 54 tahun dengan diagnosa bronkopneumonia. Nebulizer dilakukan dengan combivent dan flixotid untuk mengurangi sesak napas. Hasilnya, sesak berkurang dan saturasi oksigen meningkat. Analisis menunjukkan nebulizer efektif mengatasi masalah pernapasan pasien.
Laporan ini menganalisis pemberian nebulizer pada pasien laki-laki berusia 54 tahun dengan diagnosa bronkopneumonia. Nebulizer dilakukan dengan combivent dan flixotid untuk mengurangi sesak napas. Hasilnya, sesak berkurang dan saturasi oksigen meningkat. Analisis menunjukkan nebulizer efektif mengatasi masalah pernapasan pasien.
PEMBERIAN NEBULIZER DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT
RSUD AMBARAWA SEMARANG
Inisial pasien : Tn. E (54 tahun)
No RM : 0918440 Diagnosa medis : Bronkopneumonia Tanggal masuk : 12 Desember 2015
1. Diagnosa keperawatan dan dasar pemikiran
a. Diagnosa keperawatan DS: Klien mengatakan bahwa ia merasakan sesak nafas ketika batuk, batuk berdahak tapi agak susah dikeluarkan. DO: - GCS : E3 V4 M5, Compo mentis - Klien terlihat lemah - TD : 140/86 mmHg, N : 100x/m, RR : 26x/m, S : 37 0C - Spo2 : 85% - Klien tampak sesak, RR=26x/menit, tidak ada suara tambahan Diagnosa keperawatan: ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan volume paru b. Dasar pemikiran Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan bronkus atau bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercak-bercak (patchy distribution) (Bennete, 2013).Pneumonia merupakan penyakit peradangan akut pada paru yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme dan sebagian kecil disebabkan oleh penyebab non-infeksi yang akan menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan oleh virus penyebab Bronkopneumonia yang masuk ke saluran pernafasan sehingga terjadi peradangan bronkus dan alveolus. Inflamasi bronkus ini ditandai dengan adanya Emergency & Critical Care Departement : Sintesa Analisys Nebulizer Institute of Heatlh and Science Karya Husada Semarang 1 penumpukan sekret, sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Bila penyebaran kuman sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang terjadi adalah kolaps alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis. Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak napas, dan napas ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru dan penurunan produksi surfaktan sebagai pelumas yang berpungsi untuk melembabkan rongga fleura. Emfisema ( tertimbunnya cairan atau pus dalam rongga paru ) adalah tindak lanjut dari pembedahan. Atelektasis mengakibatkan peningkatan frekuensi napas, hipoksemia, acidosis respiratori, pada klien terjadi sianosis, dispnea dan kelelahan yang akan mengakibatkan terjadinya gagal napas. Oleh sebab itu, diperlukan suatu terapi untuk mengatasi masalah tersebut, yaitu dengan terapi inhalasi atau nebulizer. Terapi inhalasi merupakan suatu metode yang mengubah obat cair menjadi aerosol, dihisap melalui masker/mouthpiece dan bekerja secara langsung ke target organ di saluran napas. 2. Tindakan keperawatan yang dilakukan Melakukan nebuliser combivent 1 amp dan flixotid 1 amp 3. Prinsip-prinsip tindakan Nebuliser merupakan tindakan keperawatan dengan prinsip bersih karena bukanlah tidakan invasif. Prinsip-prinsip pelaksanaan nebulizer, seperti menyiapkan alat-alat dan bahan (mesin nebulizer dan masker, obat), klien diposisikan fowler/duduk. Suara nafas, denyut nadi, status respirasi, dan saturasi oksigen diukur sebelum dan sesudah tindakan. Ajarkan klien cara menghirup yang benar. 4. Analisa tindakan keperawatan Tujuan dilakukan nebulizer adalah mengencerkan secret, mengobati peradangan saluran napas atas, melegakan saluran napas. Terapi nebulizer dapat diberikan langsung pada tempat/sasaran aksinya (seperti paru) oleh karena itu dosis yang diberikan rendah, dosis yg rendah dapat menurunkan absorpsi sistemik dan efek samping sistemik, pengiriman obat melalui nebulizer ke paru sangat cepat, sehingga aksinya lebih cepat dari pada rute lainnya seperti subkutan atau oral, udara yang dihirup melalui nebulizer telah lembab, yang dapat membantu mengeluarkan sekresi bronchus.
Emergency & Critical Care Departement : Sintesa Analisys Nebulizer
Institute of Heatlh and Science Karya Husada Semarang 2 Perawat langsung menyiapkan alat-alat untuk nebuliser seperti alat nebuliser, masker oksigen disambungkan dengan selang pada mesin nebuliser, obat yang dimasukkan (combivent 1 amp dan flixotid 1 amp) .Sakelar dalam mesin nebuliser dihubungkan dengan sumber listrik. Tn. E diposisikan fowler, combivent dan flixotid kemudian dimasukkan dalam tabung di dalam nebuliser. Memasang masker oksigen pada klien, kemudian menekan tombol on. Maka uap obat akan mengalir dari mesin nebuliser ke masker oksigen dan akhirnya akan dihirup oleh klien. Perawat mengajarkan cara menghirup yang benar. Setelah obat habis, nebulizer dimatikan dan klien kembali memakai kanul oksigen. Ketika hendak melakukan nebuliser, perawat tidak cuci tangan terlebih dahulu, dan tidak menggunakan sarung tangan, paling tidak sarung tangan bersih. Wadah nebulizer untuk cairan obat tidak dibersihkan. Wadah dalam nebulizer sebaiknya dibersihkan setelah dipakai, yaitu dengan membuang sisa obatnya, dibersihkan dengan air panas dan sabun setelah dipakai, dibersihkan dengan disinfektan setiap 24 jam bila penggunaan setiap hari. Perawat juga hanya mengkaji frekuensi nafas, dan suara napas sebelum dan sesudah tindakan. 5. Bahaya yang dapat terjadi a. Pengendapan aerosol di dalam saluran pernapasan b. Mual c. Muntah d. Tremor e. Bronkospasme f. Takikardi 6. Hasil yang didapat dan maknanya S : Pasien mengatakan sudah lega, sesak napas berkurang, rasa ingin batuk berkurang. O : Irama napas teratur, frekuensi 20x/menit, suara nafas vesikuler tidak ada bunyi nafas tambahan - GCS : E3 V4 M5, Compo mentis - Klien terlihat lemah - TD : 140/86 mmHg, N : 100x/m, RR : 26x/m, S : 37 0C - Spo2 : 97% - Klien tampak sesak, RR : 24x/menit, tidak ada suara tambahan Emergency & Critical Care Departement : Sintesa Analisys Nebulizer Institute of Heatlh and Science Karya Husada Semarang 3 A : Masalah teratasi P : Lanjutkan intervensi Anjurkan pasien untuk napas dalam, batuk efektif, minum air putih hangat 7. Tindakan keperawatan lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi diagnosa di atas (mandiri dan kolaboratif) a. Pemeriksaan suara napas b. Memposisikan semifowler/fowler c. Melakukan fisioterapi dada d. Pemberian bronkodilator 8. Evaluasi diri Dalam mempersiapkan alat-alat sampai melakukan nebuliser, akan lebih baik jika cuci tangan terlebih dahulu. Membersihkan masker oksigen dengan kapas alkohol, membuang sisa obat dan membersihkan wadah dalam nebuliser dengan air hangat dan sabun. Suara nafas, denyut nadi, status respirasi, dan saturasi oksigen diukur sebelum dan sesudah tindakan 9. Kepustakaan a. Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUI. Terapi Inhalasi. Upload: 1 Mei 2009. http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/7001abad927d536232531639aaf2b156d9e1e a62.pdf . Diakses tanggal 10 Desember 2015. b. Layman, ME. Nebuliser Therapy, dalam buku Emergency Nursing Procedures. Edisi ke-2 oleh Jean A Proehl. USA: W.B. Saunders Company. c. Kusyati, E. et al. Keterampilan dan prosedur Keperawatan Dasar. Semarang: Kilat Press. 2003. d. Winariani. Perbedaan Fungsi Paru Pasien PPOK Yang Menggunakan Terapi Nebulizer Dengan Terapi Intravena di Ruang Paviliun Cempaka RSUD Jombang. Update: Minggu, 04 Desember 2011. http://kti-skripsi-kedokteran.blogspot.com/2011/12/perbedaan-fungsi- paru-pasien-ppok-yang.html. Diakses tanggal 22 November 2012. e. Bennete M.J. 2013. Pediatric Pneumonia. http://emedicine.medscape.com/article/967822- overview. (9 Marert 2013) f. Bradley J.S., Byington C.L., Shah S.S, Alverson B., Carter E.R., Harrison C., Kaplan S.L., Mace S.E., McCracken Jr G.H., Moore M.R., St Peter S.D., Stockwell J.A., and Emergency & Critical Care Departement : Sintesa Analisys Nebulizer Institute of Heatlh and Science Karya Husada Semarang 4 Swanson J.T. 2011. The Management of Community-Acquired Pneumonia in Infants and Children Older than 3 Months of Age : Clinical Practice Guidelines by the Pediatric Infectious Diseases Society and the Infectious Diseases Society of America. Clin Infect Dis. 53 (7): 617-630 Mengetahui
Clinical Instructure Mahasiswa / Practitioner
_____________________ Satya Putra Lencana
NIP. NIM. 1508166
Emergency & Critical Care Departement : Sintesa Analisys Nebulizer
Institute of Heatlh and Science Karya Husada Semarang 5