Anda di halaman 1dari 79

PENGALAMAN PASIEN TB PARU DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS MERDEKA
PALEMBANG 2018

Oleh

SAFIYAH KAMILAH
14.14201.32.38

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA
PALEMBANG
2018
PENGALAMAN PASIEN TB PARU DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS MERDEKA
PALEMBANG TAHUN 2018

Oleh

SAFIYAH KAMILAH
14.14201.32.38

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA
PALEMBANG
2018
ABSTRAK
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIK)
BINA HUSADA PALEMBANG
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Skripsi, Agustus 2018

Safiyah Kamilah

Pengalaman Pasien TB Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Merdeka Palembang


Tahun 2018
(xix + 60 Halaman, 1 tabel, 1 bagan, 6 lampiran)

ABSTRAK
Tuberculosis paru adalah penyakt infeksi yang disebabkan oleh penghisapan liur yang
berisi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Tuberculosis paru merupakan salah satu
penyakit yang sagat sering terjadi dan salah satu penyakit yang menjadi perhatian
secara global. Berdasarkan data dari World Health Statistic yang dilaporkan oleh
WHO pada tahun 2015, diperkirakan terdapat 9,6 juta orang menderita TB par 1,2
juta diantaranya mengalami kematia pada tahun 2014. Negara-negara berkemabng
seperti India 23%, Indonesia 10%, dan China 10% dari seluruh penderita TB paru
didunia. Berdasarkan data dari puskesmas merdeka Palembang dengan kejadian TB
paru mengalami peningkatan di tahun 2016 yaitu sebanyak 48 orang. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Partisipan dalam
penelitian ini di ambil menggunakan teknik purposive sampling yang memenuhi
sesuai dengan kriteria yang ditentukan, penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 23
April sampai dengan 23 juni 2018 di wilayah kerja puskesmas merdeka Palembang.
Informasi dalam penelitian diperoleh dengan cara wawancara mendalam, selanjutnya
selanjutnya dilakukan analisa data wawancara dengan cara membaca transkrip secara
berulang, menentukan kategori, lalu mementukan sub tema dan tema yang kemudian
divalidasikan. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh pengetahuan partisipan
mengenai TB paru, dampak melakukan pengobatan, respon fisiologis, respon
psikologis, tindakan yang dlakukan partisipan dan bentuk dukungan yang diperoleh
partisipan selama sakit. Diharapkan kepada pihak puskesmas setempaat dapat
memberikan pendidikan kesehatan yang lebih baik lagi kepada masyarakat setempat.

Daftar pustaka : 40 (2009-2017)


Kata kunci : Pengalaman , Fenomenologi, TB paru

iii
ABSTRACT
BINA HUSADA COLLEGE OF HEALTH SCIENCES
NURSING SCIENCE STUDY PROGRAM
Student Thesis, August 2018

Safiyah Kamilah

TB Patients’s Experience in The Working Area of Public Health Merdeka


Palembang in 2018
(xvi + 58 pages, 1 table, 8 appendixes)

ABSTRACT
Pulmonary Tubercuosis is a disease of infecton caused by suctioning of saliva
containing the Bacterium Tuberculosis. Pulmonary tuberculosis in one of the most
common diseases and one the diseases that has become a global concern. Based of
data from World Health statistics reported by WHO in 2015, an estimated 9,6 million
people suffered from parenteral TB 1,2 million of them experienced death in 2014.
Developing countries the persentage of patients pulmonary tuberculosis liked India
23%, Indonesia 10% and China 10% of all pulmonary TB suffers in the world. Based
on data from the Merdeka Health Centre in Palembang, with pulmonary tuberculosis
incidence has increasing increased in 2016 as meany as 48 people. This study used
qualitative methods with a phenomenology approach. Participants in this study were
taken using purposive sampling technique that accordance with specified criteria,
this study was conducted on 23 April to 23 June 2018 in the working area of the
Merdeka Health Centre in Palembang. Information in the study was obtained by way
of indepth interviews, then data analysis was conducted using the colaizzi method.
Based on the result of the study, obtained 7 themes in mainly participants knowledge
about pulmonary response, psychological response, action taken by participants and
the form of support obtained by partisipants during illness. It is expected to the health
centre can provide better health education to the community about pulmonary
tuberculosis.

Bibliography : 40 (2009-2017)
Keywords : Experience, phenomenology, Pulmonary tuberculosis

iv
RIWAYAT HIDUP PENULIS

A. Identitas

Nama : Safiyah Kamilah

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal, Lahir : Palembang, 04 Juni 1996

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Alamat : JL.H.Sanusi Lrg.Masjid No.525 Palembang

Email : safiyah.kamilah.if@gmail.com

B. Riwayat Pendidikan

 Tahun 2001-2002 : TK YP.Indra Palembang

 Tahun 2002-2008 : SD N 188 Palembang

 Tahun 2008-2011 : MTs N 1 Palembang

 Tahun 201102014 : SMA Muhammadiyah 1 Palembang

 Tahun 2014-2018 : STIK Bina Husada Palembang

vii
PERSEMBAHAN DAN MOTTO

Kupersembahkan kepada :

Dengan segala sembah sujud dan syukurku kepada-Mu ya RABB Tuhan yang
Maha pengasih dan Maha penyayang dan atas karunia-Mu kupersembahkan
karya ini kepada malaikatku, separuh hidupku
 Ayah tercinta (H.Ibrahim Fauzi) dan Umi tercinta (HJ.Suryati)
Aku sadar, Aku tak akan mampu membayar semua pengorbanan, cinta dan
kasih sayang yang telah kalian berikan untukku sampai saat ini, Ayah dan
umi.. Aku persembahkan karya tulis yang sederhana ini untuk kalian sebagai
tanda cinta dan baktiku kepada kalian yang kucapai dengan penuh doa,
semangat Dan ridho kalian untukku…
 Abangku tersayang Dr. Ian Kurniawan, ST., M.Eng. Terimakasih telah
menjadi sosok abang yang sempurna untukku dan telah menjadi panutan yang
baik untukku Ayundaku tercinta (Indri Apriani, SH dan Irma Iliyani, S.Farm.,
Apt) Terimakasih telah menjadi sosok penguatku, dan penyemangatku dalam
segala hal.

Motto :

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu.

Dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu

ALLAH mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”

(Surat Al-Baaqarah : 216)

viii
UCAPAN TERIMA KASIH

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji dan syukur senantiasa kita sampaikan atas kehadiran Allah SWT atas

segala rahmat hidayah serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul ”Pengalaman Pasien TB Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas

Merdeka Palembang Tahun 2018 ”.

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar

Sarjana Keperawatan (S.Kep) Program Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Bina Husada Palembang.

Keberhasilan penelitian dan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan

dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis

mengucarkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. dr. Chairil Zaman. Msc. Selaku ketua STIK Bina Husada Palembang.

2. Dr. Hj. Desty Aryani, M.Kes. selaku kepala puskesmas merdeka

Palembang.

3. Anggi Pratiwi, S.Kep, Ners., M.Kep., selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan STIK Bina Husada Palembang.

4. Sutrisari Sabrina Nainggolan, S.Kep., Ners., M.Kes., M.Kep., selaku

dosen pembimbing yang dengan sabar memberikan bimbingan serta

motivasi kepada penulis sampai penyusunan skripsi ini selesai.

ix
5. Tim penguji skripsi terdiri dari Penguji I, H.Budi Santoso S.Kep., Ners.,

M.Kep., Sp.Kom dan penguji II, Anggi Pratiwi. S.Kep, Ners, M.Kep.

yang telah memberikan saran dan motivasinya dalam penyusunan skripsi

ini.

6. Untukmu Muhammad Al-kadavi, S.Pd. yang selalu memberikan

dukungan, dan menjadi tempat keluh kesahku selama ini serta yang telah

banyak membantuku dari awal penyusunan sampai skripsi ini selesai.

7. Sahabat-sahabatku Lulu Inex Innany, Lili Marlina, Iin Sutami, Indah Sari,

Sri Depi, Miftahuljannah, Evi Marni, Novita Kemala Dewi, Fenny Rizky

Anggiani, Ayu Anggraini dan Yulia Sofiani yang telah memberikan

dukungan dan bantuan kepadaku.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu kritik dan saran dari pembaca dan semua pihak yang bersifat

membangun akan diterima dengan tangan terbuka demi kemajuan dan

kesempurnaan penuisan di msa yang akan datang. Akhirulkalam penulis

mohon maaf dengan ketulusan hati seandainya penulis skripsi ini terdapat

kekhilafan, dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat membawa

manfaat bagi masyarakat pada umumnya serta perkembangan dan

kemajuan ilmu pengetahuan. Aamiin..

Palembang, 15 Agustus 2018

Penulis

x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL DENGAN SPESIFIKASI ............................................................. ii
ABSTRAK ......................................................................................................................... iii
ABSTRACT ....................................................................................................................... iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN................................................................................... v
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI ............................................................................. vi
RIWAYAT HIDUP PENULIS......................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO ............................................................. viii
UCAPAN TERIMAKASIH.............................................................................................. ix
DAFTAR ISI...................................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................... xiv
DAFTAR ISTILAH .......................................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah ..................................................................................................... 5
1.3 Pertanyaan Penelitian ................................................................................................... 5
1.4 Tujuan Penelitian ......................................................................................................... 5
1.5 Manfaat Penelitian ...................................................................................................... 6
1.5.1 Bagi Puskesma Merdeka..................................................................................... 6
1.5.2 Bagi STIK Bina Husada Palembang................................................................... 6
1.5.3 Bagi Peneliti........................................................................................................ 6
1.6 Ruang Lingkup Penelitian............................................................................................. 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Konsep dasar tuberculosis paru..................................................................................... 8
2.1.1 Definisi Tuberculosis ............................................................................................ 8
2.1.2 Etiologi .................................................................................................................. 8
2.1.3 Tanda dan Gejala................................................................................................... 9
2.1.4 Patofisiologi........................................................................................................... 10
2.2 Klasisfikasi TB Paru ..................................................................................................... 11
2.3 Penularan dan fakor resiko............................................................................................ 13
2.4 Penelitian Terkait .......................................................................................................... 14
2.5 Dampak-dampak TB Paru............................................................................................. 16
2.5.1 Dampak Psikologis................................................................................................ 16
2.5.2 Dampak Sosial....................................................................................................... 17

xi
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian........................................................................................................... 19
3.2 Setting dan konteks Penelitian ...................................................................................... 19
3.3 Partisipan Penelitian...................................................................................................... 20
3.4 Metode dan Alat Pengumpulan Data ............................................................................ 21
3.4.1 Metode Pengumpulan Data ................................................................................... 21
3.4.2 Alat Pengumpulan Data......................................................................................... 21
3.5 Analisa Data .................................................................................................................. 23
3.6 Keabsahan Data............................................................................................................. 26
3.7 Etika Penelitian ............................................................................................................. 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Karakteristik Partisipan................................................................................................. 31
4.2 Hasil Penelitian ............................................................................................................. 31
4.2.1 Pengetahuan Partisipan tentang TB Paru .............................................................. 32
4.2.2 Dampak Melakukan Pengobatan........................................................................... 34
4.2.3 Respon Fisiologis Partisipan ................................................................................. 35
4.2.4 Respon Psikologis Partisipan ................................................................................ 36
4.2.5 Kendala Selama Pengobatan ................................................................................. 37
4.2.6 Tindakan Partisipan ............................................................................................... 38
4.2.7 Bentuk Dukungan.................................................................................................. 39
4.3 Pembahasan dalam Penelitian ....................................................................................... 40
4.4 Keterbatasan Penelitian................................................................................................. 55

BAB V SIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 56
5.2 Saran.............................................................................................................................. 57

DAFTAR PUSTAKA

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Karakteristik Partisipan ......................................................................... 31

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Izin Pengambilan Data Awal dan Izin Penelitian dari STIK

Bina Husada Palembang

Lampiran 2 : Surat Izin Melakukan Penelitian dan Pengambilan Data Awal dari

Kesbangpol Kota Palembang

Lampiran 3 : Surat Izin Melakukan Penelitian dan Pengambilan Data Awal dari

Dinas Kesehatan Kota Palembang

Lampiran 4 : Surat Keterangan Selesai Melakukan Penelitian dari Puskesmas

Merdeka Palembang

Lampiran 5 : Surat Undangan Ujian Proposal

Lampiran 6 : Surat Undangan Ujian Skripsi

Lampiran 7 : Surat Persetujuan (Informed Concent)

Lampiran 8 : Pedoman Wawancara

Lampiran 7 : Matriks Wawancara Mendalam

Lampiran 8 : Dokumentasi Wawancara

xiv
DAFTAR ISTILAH

ISTILAH ARTI
Dak Tidak
Keno Kena
Yo Iya
Baek Baik
Apo Apa
Makmano Bagaimana
Cak itu Seperti itu
Agek Nanti
Pulo Juga
Galak Suka/Mau
Mendep Berdiam
Perobatan Peralatan
Segalo Segala
Dak papo Tidak apa-apa
Ngingon Memelihara
Sesek Sesak
Galo Semua
Kalo Kalau
Cakmano Bagaimana
Kayak Seperti
Kerno Karena
Uji Kata
Wong Istilah
Gemoroh Berisik
Tedok Tidur
Nak Mau
Dak katek Tidak ada
Apo dio Maksudnya
Perolehan Pendapatan
Nyatoke Mengatakan
Adek-beradek Saudara-saudara
Kelakar Becanda
Mecem-mecem Macam-macam
Naek Naik
Campo adok Semua jadi satu
Besak Besar
Ngenjok Memberi

xv
Ngambek Mengambil
Abes Habis
Nyampor Campur
Kito Kita
Cubo Coba
Budak Orang
Gede Besar
Pas Saat
Kenceng BAK
Edop Hidup
Nyingok Melihat
Dak dianuke Tidak dilakukan
Lemes Lemas
Kau Kamu
Amper Hampir
Dak nyangko Tidak menyangka
Pacak Bisa
Lemak Enak
Tetep Tetap
Kemano Kemana
Nemen Sering
Nyenggol Menyentuh
Nyaoh Menjauh
Tesenggong Tersinggung
Perekso Periksa
Biaso Biasa
Borok Buruk/Jelek
Bae Saja
Kek Seperti

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuberculosis paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh penghisapan

air liur yang berisi bakteri Mycobacterium Tuberculosis. Seseorang yang terkena

infeksi dapat menyebarkan partikel kecil melalui batuk, bersin atau berbicara.

Berhubungan dekat dengan penderita TB paru meningkatkan kesempatan untuk

kuman bertransmisi. Begitu terhisap, organisme secara khas diam di dalam paru-paru,

tetapi dapat menginfeksi organ tubuh lainnya (DiGiulio dan Donna2014: 125).

Tuberculosis Paru merupakan salah satu penyakit yang sangat sering terjadi

dan salah satu penyakit yang menjadi perhatian secara global. World Health Statitic

yang dilaporkan oleh WHO pada tahun 2015, diperkirakan terdapat 9,6 juta orang

menderita TB paru 1,2 juta diantaranya mengalami kematian pada tahun 2014.

Negara-negara berkembang seperti India 23%, Indonesia 10% dan China 10% dari

seluruh penderita TB paru di dunia. Indonesia sendiri pada tahun 2015 jumlah kasus

TB paru sebanyak 330.910 kasus, angka kejadian ini meningkat dibandingkan pada

tahun 2014 dengan angka kejadian sebesar 324.539 kasus. Hasil laporan yang di

dapatkan jumlah kasus TB paru terbesar berada di provinsi Jawa Barat, Jawa Timur

dan Jawa Tengah. Kasus TB paru pada provinsi tersebut sebanyak 38% dari seluruh

jumlah kasus baru yang ada di Indonesia. (Profil Kesehatan Indonesia, 2015).

1
2

Laporan yang didapatkan dari profil kesehatan kota Palembang pada tahun

2014 jumlah kasus TB paru yang tercatat sebanyak 1.972 kasus. (Profil Kesehatan

Kota Palembang, 2014). Berbeda halnya dengan laporan Profil Dinas Kesehatan

Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2015, angka kejadian kasus TB paru yang

tercatat sebanyak 1.305 kasus. Dinas kesehatan kota Palembang menyatakan kejadian

kasus TB paru ini pada tahun 2014 kejadian tertinggi terjadi pada daerah di seputaran

kecamatan Bukit Kecil dengan kasus yang tercatat di puskesmas Merdeka kota

Palembang sebanyak 334 kasus.(Profil Kesehatan Kota Palembang 2014). Pada tahun

2015 kasus TB paru terbanyak masih berada pada daerah kecamatan Bukit Kecil

tepatnya di puskesmas Merdeka Palembang dengan kasus yang tercatat sebanyak 559.

(Profil Kesehatan Kota Palembang, 2015).

Hasil laporan yang diperoleh dari Puskesmas Merdeka Palembang penderita

TB paru yang tercatat pada tahun 2015 yaitu sebanyak 40 orang, mengalami

peningkatan pada tahun 2016 dengan penderita yang tercatat sebanyak 48 orang

sedangkan di tahun 2017 penderita TB paru ini mengalami penurunan yang sangat

sedikit yaitu 47 orang, dan pada tahun 2018 data yang tercatat pada puskesmas

setempat sampai dengan bulan maret ini yaitu sebanyak 7 orang (Medical Record

Puskesmas Merdeka, 2015-2018).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Thohari et.al (2016), hasil dari

penelitiannya analisis yang dilakukan dari ketiga informannya menghasilkan bahwa

kondisi fisik pasien TB paru mengalami perubahan yaitu kedua informan tubuhnya
3

menjadi kurus dan satu dari kedua informan yang sama kondisi tubuhnya lemah cepat

capek.

Asiah et.al (2014), dalam hasil penelitiannya didapatkan dari pengalaman

penelitiannya sendiri masih didapatkan ada pasien yang memperoleh informasi yang

negatife teNtang penyakitnya sehingga menyebabkan pasien merasa malu dengan

kondisi penyakit yang dideritanya.

Penelitian yang dilakukan oleh Sulistiawati (2012), didapatkan hasil bahwa

seseorang yang menderita TB paru sering beranggapan dengan adanya pengobatan

yang lama dijalaninya selama ini, akan menimbulkan tekanan psikologis pada dirinya

berupa cemas. Bahkan ada sebagian dari mereka dikucilkan dari masyarakat sekitar,

hal ini sangat mempengaruhi harga diri penderita TB paru.

Penelitian yang dilakukan oleh Rejeki et.al (2012) dalam hasil penelitiannya

mengatakan bahwa dampak spiritual yang dirasakan oleh partisipan selama menjalani

pengobatannya yaitu kedekatan partisipan ada yang Maha Kuasa semakin meningkat.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Feijao, et.al (2016) menyatakan

bahwa pasien tuberculosis mengalami penurunan aktivitas seksual yang diakibatkan

rasa takut partisipan akan bertransmisinya kuman jika melakukan hubungan seksual.

Bersamaan dengan hal tersebut aspek lain yang memengaruhi penurunan aktivitas

seksual adalah kelemahan fisik yang diakibatkan oleh penyakit tuberculosis.


4

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam

berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang kurang

baik seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap

obyek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang sangat

mendalam dan membekas, yang akhirnya akan membentuk sikap positif dalam

kehidupan (mubarak, dkk, 2007: 30).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada 7 April 2018 di

Wilayah kerja Puskesmas Merdeka Palembang didapatkan hasil penderita yang

menderita TB Paru yang baru tercatat sampai dengan bulan Maret hingga April

kisaran 7 orang. Peneliti melakukan proses wawancara dengan salah satu penderita

TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Merdeka Palembang pada tanggal 10 April

2018, dan ditemukan bahwa penderita TB Paru mengalami banyak perubahan yang

dirasakan olehnya baik itu secara fisiknya, psikogis emosi yang sering mengalami

naik turun, ketakutan yang dirasakan akan penyakit, dan pasien mengatakan sudah

lelah melakukan pengobatan yang diakibatkan teralu lamanya proses pengobatan ini.

Berdasarkan fenomena di atas, dapat disimpulkan bahwasannya tampak

permasalahan yang cukup signifikan pada pengalaman pasien TB paru, sehingga

menjadi hal yang penting untuk melakukan penelitian ini dengan menggunakan

pendekatan fenomenologi yang berguna untuk mengetahui lebih mendalam tentang


5

pengalaman pasien TB paru Di wilayah kerja puskesmas merdeka Palembang tahun

2018.

1.2 Perumusan Masalah

Semakin meningkatnya angka kejadian TB paru dari tahun ketahun yang

menjadi salah satu permasalahan didunia. Dampak yang terjadi dari TB paru ini yaitu

salah satunya adalah kematian. Selain dari kematian hal yang serius, TB paru ini

dapat memengarui berbagai aspek lain seperti psikologis, sosial, dan fisik dari

penderitanya.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas, maka pertanyaan penelitian ini adalah

bagaimana pengalaman pasien TB paru Di wilayah kerja Puskesmas Merdeka

Palembang tahun 2018.

1.4 Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini adalah bertujuan untuk diperolehnya informasi

lebih dalam mengenai pengalaman pasien TB di wilayah kerja puskesmas merdeka

Palembang tahun 2018.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.5.1 Bagi Puskesmas Merdeka

Setelah melakukan penelitian ini harapannya hasil dari penelitian ini

nantinya dapat memberikan informasi lebih dalam mengenai bagaimana


6

cara penularan penyakit TB paru ini dan penting bagi masyarakat sekitar

untuk mengetahui hal tersebut.

1.5.2 Bagi STIK Bina Husada Palembang

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan yang

bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan

dalam bidang keperawatan untuk membentuk suatu praktik keperawatan

yang sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan dan dapat bersikap

profesional, terutama dalam lingkup keperawatan komunitas dan keluarga

khususnya pada pengalaman pasien TB paru.

1.5.3 Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan,

informasi, serta pengalaman baru bagi peneliti sehingga mampu

menerapkan teori-teori yang berkaitan dengan pengalaman pasien TB

paru.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini termasuk kedalam area keperawatan komunitas dan keluarga.

Masalah yang akan diteliti adalah pengalaman pasien TB paru. Penelitian ini

dilakukan untuk diperolehnya lebih dalam mengenai bagaimana pengalaman pasien

TB paru. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2018 di wilayah

kerja Puskesmas Merdeka Palembang. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif


7

kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, dengan menggunakan teknik

pengambilan sampel secara sengaja sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan

(purposive sampling). Data diperoleh dengan melakukan wawancara mendalam

dengan memberikan pertanyaan yang diajukan selama proses wawancara. Adapun

alat yang digunakan dalam proses pengumpulan data menggunakan handphone

smartphone merk S yang hanya digunakan untuk merekam sebuah pembicaraan

dengan informan dan tidak digunakan dalam kegiatan lainnya dan dibantu alat tulis

untuk mencatat. selanjutnya informasi yang telah diperoleh dilakukan proses

keabsahan data dengan uji credibility, transferability, dependability dan

confirmability.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Tuberculosis Paru

2.1.1 Definisi Tuberculosis

Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh

mycobacterium tuberculosis yang menyerang paru-paru dan hampir seluruh organ

tubuh lainnya. Bakteri ini dapat masuk melalui saluran pernapasan dan saluran

pencernaan (GI) dan luka terbuka pada kulit (Sylvia A.price dalam (Nurarif, 2015:

209)

Tuberculosis (TB) merupakan contoh lain infeksi pada saluran pernapasan

bawah. Penyakit ini disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis, yang biasanya

ditularkan melalui inhalasi percikan ludah (droplet) dari satu orang ke orang lainnya,

dan membentuk kolonasi di bronkiolus atau alveolus. Kuman ini juga dapat masuk ke

dalam tubuh melalui saluran pencernaan, dan terkadang juga masuk melalui lesi pada

kulit (Corwin, 2009: 545).

2.1.2 Etiologi

Tuberculosis paru merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh basil

Mycobacterium tuberculosis tipe humanus, sejenis kuman berbentuk batang dengan

panjang 1-4 mm dan tebal 0,3-0,6 mm. struktur kuman ini terdiri atas lipid (lemak)

yang membuat kuman ini lebih tahan terhadap asam, serta berbagi gangguan kimia

dan fisik. Kuman ini juga tahan berada di udara yang kering dan keadaan dingin

8
9

(misalnya di dalam lemari es) karena sifatnya yang dormant, yaitu dapat bangkit

kembali dan menjadi lebih aktif. Selain itu, kuman ini juga bersifat aerob.

Tuberculosis paru merupakan penyakit infeksius pada saluran pernapasan

yang vital. Basil Mycobacterium tuberculosis masuk ke dalam jaringan paru melalui

saluran napas (droplet infection) sampai alveoli dan terjadilah infeksi primer (Ghon).

Kemudian, di kelenjar getah benung terjadilah primer kompleks yang disebut

tuberculosis primer. Dalam sebagian besar kasus, bagian yang terinfeksi ini dapat

mengalami penyembuhan. Peradangan terjadi sebelum tubuh mempunyai kekebalan

yang spesifik terhadap basil Mycbacterium pada usia 1-3 tahun. Sedangkan, post

primer tuberculosis (reinfection) adalah peradangan yang terjadi pada jaringan paru

yang disebabkan oleh penularan ulang (Ardiansyah, 2014 : 300-301).

2.1.3 Tanda dan Gejala

Tuberculosis sering dijuluki “the great imitator” yaitu suatu penyakit yang

mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala

umum seperti lemah dan demam.

Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala

respiratorik dan gejala sistemik.

a. Gejala respiratorik, meliputi:

1. Batuk : gejala batuk timbul paling dini, mula-mula bersifat non produktif

kemudian berdahak bahkan bercampur dengan darah bila sudah ada

kerusakan jaringan.
10

2. Sesak napas : gejala ini ditemukan apabila terjadi kerusakan parenkim paru

sudah luas atau karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura,

pneumothorax, anemia dan lain-lain.

3. Nyeri dada : nyeri dada ada TB paru termasuk nyeri yang ringan. Gejala ini

timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena.

b. Gejala sitemik, meliputi:

1. Demam : gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan malam

hari mirip dengan demam influenza, hilang dan timbul dan makin lama

makin panjang serangannya sedang masa bebas serangan makin pendek.

2. Gejala sistemik lain : keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan

serta malaise (Wijaya, 2013 : 140-141).

2.1.4 Patofisiologi

Port de entry kuman Mycobacterium tuberculosis adalah saluran pernapasan,

saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi terjadi melalui

udara (airbone), yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil

tuberkel yang terinfeksi.

Basil tuberkel yang mencapai alveolus dan diinhalasi biasanya terdiri atas

satu sampai tiga gumpalan. Basil yang lebih besar cenderung bertahan disaluran

hidung dan cabang besar bronkus, sehingga tidak menyebabkan penyakit. Setelah

berada dalam ruang alveolus, kuman akan mulai mengakibatkan peradangan.

Leukosit polimorfonuklear tampak memfagosit bakteri ditempat ini, namun tidak

membunuh organisme tersebut.


11

Sesudah hari pertama, maka leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang

terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia

selular ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal

atau proses dapat berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak

didalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju getah bening regional.

Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu,

sehingga membentuk sel tuberkel epiteloit yang dikelilingi oleh fosit. Reaksi ini

biasanya membutuhkan waktu 10-20 hari (Ardiansyah, 2012 : 305-306).

2.2 Klasifikasi TB paru

1. Tuberculosis Primer

TB adalah infeksi bakteri Tb dari penderita yang belum mempunyai

reaksi spesifik terhadap bakteri TB. Bila bakteri TB telah terhirup dari udara

melalui saluran pernapasan dan mencapai alveoli atau bagian terminal dalam

saluran pernapasan, maka bakteri akan ditangkap dan dihancurkan oleh

makrofag yang berada di alveoli. Jika pada proses ini bakteri di tangkap oleh

makrofag yang lemah maka bakteri yang berkembang biak di tubuh makrofag

itu sendiri. Dalam hal ini, dihasilkan bahkan kemotaksis yang menarik

monosit (makrofag) dari aliran darah dan membentuk tuberkel. Ebelum

menghancurkan bakteri, makrofag harus diaktifkan terlebih dahulu oleh

limfokin yang dihasilkan oleh limfosit T.


12

Bakteri TB menyebar ke saluran pernapasan melalui getah bening

regional (bilus) dan membentuj epitiolit granuloma. Bakteri TB yang berada

dalam alveoli akan membentuk fokus local (fokus ghon), sedangkan fokus

inisial bersama-sama dengan limfa denopati bertempat di hilus (kompleks

primer ranks) dan hal ini disebut juga TB primer. Fokus primer paru biasanya

unilateral dengan subpleura interlobaris atau dibagian basal dari lobus inferior.

Bakteri ini menyebar lebih lanjut melalui kelenjar limfe atau aliran darah, dan

tersangkut pada bagian organ. Jadi, TB primer merupakan infeksi yang

bersifat sistematis.

2. Tuberculosis Sekunder

Reaktifasi penyakit TB (TB pascaprimer/TB sekunder) terjadi bila daya

tahan tubuh menurun, pecandu alkohol akut, silicosis, dan pada penderita

penderita diabetes mellitus serta AIDS.

Berbeda dengan TB primer, pada TB sekunder, kelenjar limfe regional

dan organ lainnya jarang terkena, lesi lebih terbatas, dan terlokalisir. Reaksi

imunologis terjadi dengan adanya pembentukan granuloma, mirip dengan

yang terjadi pada TB primer. Tetapi nekrosis jaringan lebih mencolok dan

menghasilkan lesi kaseosa (perkejuan) yang luas dan disebut dengan

tuberkulema. Secara umum, TB sekunder adalah akibat dari reaksi nekrotik

yang dikenal sebagai hipersensitivitas (Ardiansyah, 2014 : 302-304).


13

2.3 Penularan dan faktor-faktor resiko

Tuberculosis ditularkan dari orang ke orang lain oleh transmisi melalui

udara. Individu terinfeksi melalui berbicara, batuk, bersin, tertawa atau bernyanyi,

melepaskan droplet. Droplet yang besar menetap, sementara droplet yang kecil

tertahan di udara dan terhirup oleh individu yang rentan. Individu yang beresiko

tinggi untuk tertular teburculosis adalah:

1. Mereka yang kontak dekat dengan seseorang yang mempunyai TB aktif.

2. Individu imunosupresif (termasuk lansia, pasien dengan kanker, mereka yang

dalam terapi kortikosteroid atau mereka yang terinfeksi dengan HIV)

3. Pengguna obat-obat IV dan Alkoholik

4. Setiap individu tanpa perawatan kesehatan yang adekuat (tunawisma ; tahanan ;

etnik dan ras minoritas, terutama anak-anak dibawah usia 15 tahun dan dewasa

muda antara yang berusia 15 sampai 44 tahun).

5. Imigran dari Negara dengan insiden TB yang tinggi (Asia Tenggara, Afrika,

Amerika Latin, Karibia).

6. Individu yang tinggal di daerah substandard kumuh

7. Resiko untuk tertular TB juga tergantung pada banyaknya organisme yang

terdapat di udara (Wijaya, 2012 : 138).


14

2.4 Penelitian Terkait

Berikut ini beberapa penelitian terkait yang diperoleh sebagai referensi

adalah sebagai berikut:

1. Kusnanto et.al (2011), dengan judul penelitian spiritual emotional freedom

technique terhadap kualitas hidup penderita TB paru. Penelitian ini

dilakukan pada bulan Januari sampai April 2015. Dengan desain penelitian

quasi eksperimental dengan rancangan pretest dan posttest. Dalam

penelitiannya didapatkan hasil pada domain sosial, hasil uji statistic

menggunakan Wilcoxon signed rank test, pada kelompok perlakuan adalah

p = 0,046 berarti p ≤ 0,05 maka hipotesis diterima artinya ada pengaruh

yang signifikan dari terapi SEFT terhadap peningkatan kualitas hidup

(domain sosial) pada penderita tuberkulosis paru. Pada domain sosial, hasil

uji statistik menggunakan Wilcoxon signed rank test, pada kelompok

kontrol adalah p = 0,157 berarti tidak ada perbedaan kualitas hidup

(domain sosial) pada penderita tuberkulosis paru. Perbedaan rata-rata

kualitas hidup (domain sosial) saat pretest pada kelompok perlakuan dan

kelompok kontrol dengan menggunakan uji Mann Whitney U test

didapatkan p = 0,061, hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

rata-rata antara kelompok control dan kelompok perlakuan kontol dengan

menggunakan uji Mann Whitney U test didapatkan p = 0,015, hal ini

menunjukkan ada peningkatan kualitas hidup (domain sosial) antara

kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.


15

2. Tsani et.al (2012), dengan judul penelitiannya gambaran klinis tuberculosis

paru di RSUP Dr. kariadi semarang periode januari sampai juni 2011,

penelitian ini menggunakan pendekatan retreospektif disajikan dalam

bentuk deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran klinis TB

paru serta menegakkan diagnose klinis pasien TB paru di RSUP Dr.kariadi

semarang yang akan dlakukan pada buan januari sampai juni 2011.

Berdasarkan hasil penelitiannya didapatkan hasil anamnesis yang paling

banyak dikeluhkan penderita TB Paru adalah batuk lebih dari dua minggu

dan demam sub febris dengan prosentase 100 % seperti dalam tabel 3

dibawah ini. Nyeri dada sebanyak 139 penderita (99,3 %),selanjutnya batuk

darah sebanyak 138 penderita prosentasenya 98,6 %. Selanjutnya keringat

malam hari dengan jumlah 135 penderita (96,4 %), malaise sebanyak 136

penderita ( 97,1 %), nyeri dada sebanyak 124 penderita (88,6 %), sesak

nafas sebanyak 120 penderita (85,7 %), penderita yang merasa badannya

lemas berjumlah 100 penderita (71,4 %) dan dengan jumlah yang paling

sedikit yaitu suara serak 5 penderita dengan prosentase 3,6 %.

3. Jaji (2010), dengan judul penelitiannya upaya keluarga dalam pencegahan

penularan tuberculosis (TB) paru ke anggota keluarga lainnya di wiayah

kerja puskesmas siderejo pagaralam tahun 2010. dengan menggunakan

desain kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Yang bertujuan untuk

mengeksplorasi pengalaman keluarga penderita TB Paru dalam pencegahan

penularan penyakit ke anggota keluarga lain sesuai dengan perspektif


16

informan. Dalam hasil penelitiannya didapatkan dari hasil wawancara

tentang pengertian TB Paru menurut informan TB Paru merupakan suatu

penyakit dengan gejala batuk-batuk, batuk berdarah, sesak nafas, lemas dan

berkurangnya nafsu makan serta membutuhkan waktu yang lama dalam

proses penyembuhannya.

2.5 Dampak – Dampak TB paru

2.5.1 Dampak Psikologis

1. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Septia et.al (2014), dengan

judul penelitian hubugan dukungan keluarga dengan kepatuhan

minum obat pada penderita TB paru pada tahun 2014. Dalam

penelitiannya didapatkan hasil bahwa pasien TB mengatakan mereka

sudah bosan dengan penyakit yang mereka derita dan merasa hanya

membebani keluarga saja bahkan dengan adanya penyakit ini mereka

sangat sulit untuk melakukan aktifitas kesehariannya, mereka juga

merasa kurang mendapatkan suatu perhatian dari keluarganya.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Aryal et.al (2012). Dengan judul

penelitian stigma related to tuberculosis among patients attending

DOTS clinics of dharan munipality pada tahun 2012. dalam

penelitiannya didapatkan hasil bahwa sebagian besar para penderita

TB paru mengalami masalah gangguan harga diri rendah, merasa

malu, merasa tidak di hormati oleh orang-orang sekitarnya dan


17

terkadang ada yang sampai memperlakukan hal buruk pada

pasangannya.

3. Menurut Novitasari (2014), dengan judul penelitian hubungan antara

dukungan keluarga terhadap konsep diri pada penderita tuberculosis

paru dalam proses pengobatan di wilayah kerja puskesmas bendosari

pada tahun 2014. Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa

masalah-masalah yang dirasakan oleh penderita TB paru adalah

kurangnya dukukungan sosial dari keluarga, hal ini diakibatkan

karena seringnya penderita batuk-batuk dan karena hal tersebut yang

membuat perselisihan antara penderita dan keluarga, dengan

adanyanya hal ini membuat penderita merasa dirinya tidak berguna,

emosional yang tidak terkontrol, putus asa dan bahkan sampai isolasi

sosial.

2.5.2 Dampak Sosial

Sedjati (2013), dengan judul penelitiannya hubungan antara efikasi diri

dan dukungan sosial dengan kebermaknaan hidup pada penderita

Tuberkulosis Paru di balai pengobatan penyakit paru-paru (BP4)

Yogyakarta, Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik analisis regresi ganda, Teknik pengambilan sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Hasil yang

didapatkan dalam penelitiannya sebanyak 20 subjek atau 37,73% dari 53

subjek penelitian memiliki dukugan sosial yang sedang. Sedangkan 33


18

subjek penelitian atau 62,26% dari 53 subjek penelitian memiliki efikasi

diri yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pada umumnya subjek

mendapatkan dukungan sosial yang cenderung tinggi dari keluarga dan

lingkungan sekitarnya, karena individu memperoleh perhatian, motivasi,

dan arahan dari orang-orang terdekat dalam menghadapi pemasalahan

dalam hidupnya.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan

fenomenologi yang bertujuan untuk mengetahui secara mendalam bagaimana

pengalaman pasien TB paru di wilayah kerja puskesmas merdeka Palembang tahun

2018. Tujuan menggunakan pendekatan fenomenologi adalah untuk

mendeskripsikan, menginterprestasikan, dan menganalisis data secara mendalam,

lengkap, dan terstruktur sehingga memperoleh intisari pengalaman hidup individu

(Afiyanti & Rachmawati, 2014: 68).

3.2 Setting dan Konteks Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kecamatan Bukit Kecil Palembang tepatnya di

wilayah kerja Puskesmas Merdeka Palembang, karena menurut angka kejadian yang

tercatat di Dinas Kesehatan Kota Palembang pada daerah tersebut terdapat 557 kasus

penyakit TB paru. Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai Juni 2018.

20
21

3.3 Partisipan Penelitian

Partisipan dalam penelitian ini akan diseleksi menggunakan teknik purposive

sampling (partisipan yang memiliki pengalaman sesuai dengan fenomena yang

diteliti). Adapun kriteria yang diinginkan peneliti :

1. Pasien yang pernah menderita TB paru

2. Mampu berbahasa yang mudah dimengerti peneliti

3. Mampu bekerja sama dalam penelitian dan menyatakan kesediaannya sebagai

partisipan.

Tabel 3.1

Karakteristik pasien WM Menurut Pendidikan, Pekerjaan, Jenis Kelamin, Umur,

dan Status Pernikahan

No. Inisial Umur Pendidikan Pekerjaan Jenis Status Kode


(thn) Kelamin Pernikahan Partisipan

1. Ny. N 41 SD Ibu RT Perempuan Menikah P1


2. Tn. M 55 SD Buruh Laki-Laki Menikah P2
3. Ny. H 49 SD Buruh Perempuan Menikah P3
4. Ny. T 32 SKM Ibu RT Perempuan Menikah P4
5. Ny.N 56 SD Ibu RT Perempuan Menikah P5
6. Ny.S 47 SMP Pegawai Perempuan Menikah P6
swasta

Sampel yang diperlukan pada studi kualitatif perlu menyesuaikan pada

masalah dan tujuan penelitian yang dilakukan. Pada studi kualitatif disesuaikan

dengan ketercapaian kelengkapan informasi atau data yang diperlukan peneliti

dengan kata lain telah tercapai kejenuhan (saturated) atau tidak terdapat informasi
22

baru yang ditemukan. Penelitian ini menggunakan 6 sampel partisipan karena saturasi

data diperoleh pada partisipan ke-6. Jumlah sampel disesuaikan dengan sampel yang

direkomendasikan oleh Dukes (1984 dalam Afiyanti & Rachmawati, 2014) 1 sampai

10 partisipan (Afiyanti & Rachmawati, 2014 : 108).

3.4 Metode, Alat, dan Prosedur Pengumpulan Data

3.4.1 Metode Pengumpulan Data

Informasi penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik

wawancara mendalam. Wawancara mendalam dalam penelitian ini bertujuan untuk

diperoleh secara mendalam mengenai pengalaman pasien TB paru di wilayah kerja

puskesmas merdeka Palembang. Bentuk pertanyaan yang diajukan selama proses

wawancara dalam penelitian ini bersifat open ended question. Bentuk pertanyaan

terbuka yang dipilih berdasarkan fenomena yang terjadi dilapangan. Informasi yang

digali secara mendalam sesuai dengan sudut pandang partisipan sehingga partisipan

mempunyai kebebasan penuh dalam memberikan setiap informasi.

3.4.2 Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data dalam penelitian kualitatif ini adalah peneliti sendiri,

pedoman wawancara, alat bantu perekam suara dan kamera. Peneliti sebagai alat

pengumpulan data maksudnya adalah sebagai human instrumen yang berfungsi

menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan

pegumpulan data, menilai kualitas data, analisa data, menafsirkan data, dan membuat

kesimpulan atas temuannya (Sugiono, 2015: 222).


23

Peneliti sebagai instrument atau alat penelitian karena mempunyai ciri-ciri sebagai

berikut:

1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari

lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian.

2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan

dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.

3. Tiap situasi merupakan keseluruhan artinya tidak ada suatu instrumen berupa test

atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi kecuali manusia.

4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia tidak dapat dipahami dengan

pengetahuan semata dan untuk memahaminya, kita perlu sering merasakannya,

menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.

5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat

menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah

pengamatan, untuk mentest hipotesis yang timbul seketika.

6. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data

yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk

memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau perlakuan (Sugiyono 2015:

224).
24

Alat Perekam suara yang digunakan dalam penelitian ini ialah handphone

smartphone merk S yang hanya digunakan untuk merekam sebuah pembicaraan

dengan partisipan dan tidak digunakan dalam kegiatan lainnya. Dengan kekuatan

baterai 1400MAH yang tahan dalam waktu 8 jam/hari dengan kapasitas ruang

memori 64 Gb. Hasil wawancara haruslah didukung dengan adanya bukti hasil

dari rekaman wawancara dengan partisipan guna untuk mendukung kredibilitas

data yang telah ditemukan oleh peneliti selama proses wawancara sehingga data

yang telah didapatkan lebih terpercaya karena dilengkapi juga dengan hasil

dokumentasi seperti foto-foto yang dilampirkan.

3.5 Analisis Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

metode Colaizzi (Polit & Beck, 2012: 566) yang merupakan salah satu metode

analisa data yang direkomedasikan untuk studi fenomenologi dimana dalam proses

penganalisaan data, metode ini memberikan langkah-langkag yang jelas, sistematis,

dan sederhana.

Pada penelitian ini, analisa data dilakukan segera setelah wawancara selesai.

Analisa data dilakukan bersamaan dengan proses pembuatan transkrip wawancara.

Peneliti membaca berulang-ulang kali data-data yang terkait dengan pengalaman

pasien TB Paru. Kemudian peneliti menemukan data yang sesuai dengan tujuan

penelitian dan membuang data yang tidak dibutuhkan. Selama proses wawancara,

seluruh partisipan menyatakan kesediaanya melakukan wawancara dengan

menggunakan alat bantu perekam suara.


25

Proses analisa data tersebut, meliputi:

1. Membaca Tanskrip Wawancara ( Read Protocol)

Peneliti mendengar rekaman dan membaca transkrip wawancara

mengenai pernyataan-pernyataan yang diberikan oleh partisipan secara

berualang-ulang, yang bertujuan untuk menemukan pernyataan yang sesuai

dengan tujuan penelitian, yaitu pengalaman pasien TB Paru. Setelah seuam

hasil rekaman di verbatim, peneliti kembali kepada partisipan untuk

melakukan proses member check.

2. Memilih prnyataan yang signifikan (Review and Extract Significant

Statement)

Peneliti melakukan penarikan pernyataan dari partisipan yang signifikan

dengan membaca kembali transkrip wawancara secara berulang-ulang.

Peneliti telah memilih pernyataan yang signifikan dari partisipan

3. Mengartikulasi makna dari setiap pernyataan yang signifikan (Formulate

Meaning of Each Significant Statement)

Tahap berikutnya adalah peneiti mengartikulasi makna dari setiap

penyataan yang signifikan dari partisipan. Peneliti membaca ulang

pernyataan yang signifikan dari partisipan. Lalu peneliti membentuk

beberapa developing meaning atau kata kunci setiap pernyataan yang

signifikan.
26

4. Mengelompokkan makna kedalam kelompok tema (Organize Formulated

Meaning Into Cluters of Theme)

Pada tahapan ini, peneliti menyusun makna pernyataan signifikan yang

telah ditemukan dan merusmuskannya kedalam kata kunci. Selanjutnya,

peneliti mengidentifikasi tema dari developing meaning kedalam kelompok

sub tema dan tema.

5. Mengintegrasi hasil analisa menjadi uraian lengkap dari fenomena

(Integrated Result Into Exhaaustive Description oh the Phenomenon)

Secara lengkap dan mendalam, peneliti mengubah hasi kedalam bentuk

deskripsi, memberi gambaran analisa dari perasaan, perseptif yang terdapat

dalam tema-tema yang muncul. Dalam analisis ini tentang pengalama

pasien TB Paru diperoleh integrasi narasi dari semua tema dan sub tema.

Deskripsi hasil penelitian tersebut dituangkan ke dalam hasil penelitian.

6. Merumuskan uraian lengka sebagai striktur dasar fenomena (Formulate

Exchaustive Description Into Statements of Identification of its

Fundamental Structure)

Tahap ini, merumuskan deskrisi fenomena sebagai struktur dasar dari

fenomena penelitian ag menjelaskan tentang proses serta makna yang ada

yang telah melalui tahapan0tahapan anaslisi. Peneliti menggambarkan

struktur fenomena partisipan, sehingga pembaca mendapatkan gambaran

dari fenomena tersebut. Dapat merasakan dan memaknnai makna yang

terkandung dalam pengalaman pasien TB Paru.


27

7. Kembali ke partisipan untuk validasi hasil (Return to Participants for

Validation og Findings)

Tahap terakhir dari analisa data ini adalah memvalidasi hasil yang

telah ditemukan peneliti dari partisipan. Peneliti memvalidasikan hasil

tema yang diperoleh kepada keenam partisipan dalam penelitian. Hasil

validasi menunjukkan kesepakatan dari partisipan, bahwa hasil yang ada

sesuai dengan yang dimaksudkan dan dialami oleh partisipan. Pada tahap

ini tidak ada data baru yang didapatkan dari partisipan.

3.6 Keabsahan Data

Untuk menetapkan keabsahan data (trustworthiness) adat diperlukan teknik

pemeriksaan. Teknik pemeriksaaan didasarkan sejumlah kriteria tertentu. (Menurut

sugiyono, 2016: 270 - 277) ada empat kriteria yang digunakan yaitu kepercayaan

(Credibility), keteralihan (transferability), kebergantugan (dependability), dan

kepastian (confirmability).

1. Credibility (Keterpercayaan)

Uji kredibilitas atau uji kebenaran mengacu pada keercayaan terhadap data ynag

didapatkan. Menurut Sugiono (2016: 276), data yang valid adalah data yang

diperoleh oleh peneliti sesuai dengan data yang telah diberikan oleh partisipan.

Untuk mengetahui validnya data, peneliti perlu untuk melakukan member check.

Pada penelitian ini, peneliti melakukan member check dengan cara memberikan

hasil dari transkrip wawancara dan hasil rekaman kepada massing-masing

partisipan. Member check dilakukan terhadap enam partisipan yang dilakukan


28

pada beberapa hari setela proses wawancara dilakukan. Data yang telah

disepakati oleh partisipan ditandatangani oleh pastisipan sebagai bukti member

check peneliti.

2. Transferability (Keteralihan Data)

Transferability dalam penelitian kualitatif ini merupakan validitas eksternal

yang dapat menunjukkan ketepatan dan layak atau tidaknya hasil penelitian

yang diterapkan kepada orang lain. Dalm hal ini yakni partisipan tu diambil

(Sugiono, 2016: 276). Pada penelitian ini, peneliti merupakan hasil penelitian

berupa tema kepada salah satu orang pasien TB Paru yang tidak dijadikan

partisipan dalam penelitian ini dan didapatkan bahwa pasien TB Paru

menyetujui ketujuh tema yng juga telah sesuai dengan pengalam pasien TB

Paru tersebut.

3. Dependabillity (Ketergantungan)

Dependability mengacu pada tingkat konsistensi atau stabilitas data dari waktu

ke waktu. Dependability disebut juga dengan reliabilitas yaitu dengan

melakukan audit pada seluruh poroses dan aktivitas peneliti. Audit dilakukan

oleh auditor yang indepeden, dalam hal ini adalah pembimbing peneliti itu

sendiri. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan prinsip dependability dalam

proses menganalisa data, sehingga dari hasil tersebut dapat diambil kesimpulan.

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah pengalaman pasien TB Paru. Peneliti

menyerahkan dokumen transkrip wawancara dan analisis tema yang sudah

disusun kepada pembimbing peneliti.


29

4. Comfirmability ( kriteria kepastian)

Menurut (Sugiono, 2016: 277) uji Comfirmabilility mempunyai arti menguji

hasil penelitian yang akan dikaitkan dengan proses penelitian. Dalam penelitian

ini, peneliti sebagai pakar kualitatif menganalisis kembali transkrip wawancara

dan memberikan saran untuk perbaikan.

3.7 Etika Penelitian

Prinsip-prinsip etik pada pendekatan kualitatif

Prinsip dasar etik merupakan landasan untuk mengatur kegiatan suatu

penelitian. Pengaturan ini dilakukan untuk mencapai kesepakatan sesuai kaidah

penelitian antara peneliti dan subjek penelitian. Adapun prinsip dasar dan

pertimbangan etik atas hak-hak partisipan selama dilakukan penelitian:

a. Prinsip menghargai harkat dan martabat partisipan

Prinsip ini dapat dilakukan peneliti untuk memenuhi hak-hak partisipan dengan

cara menjaga kerahasian identitas partisipan dengan cara menginisialkan nama

partisipan (anonymity), dengan menjaga kerahasian setiap data yang telah

didapatkan (confidentiality), menghargai privacy dan dignity, dan menghormati

otonomi (respect for autonomy). Partisipan memiliki hak untuk menentukan

keputusannya secara sadar, sukarela dan tanpa paksaan untuk berpartisipasi

dalam penelitian yang dilakukan. Peneliti juga harus memberikan informasi

lengkap mengenai tujuan, manfaat, dan proses penelitian yang akan dilakukan

sehingga partisipan memahami seluruh proses yang akan diikutinya. Partisipan

memiliki hak untuk berhenti melanjutkan keikut sertaannya dalam penelitian


30

tanpa ada sanski apapun. Peneliti wajib menjaga kerahasian informasi yang telah

diperoleh dari partisipannya dan untuk menjaga kerahasian (confidentiality) data,

peneliti wajib menyimpan seluruh dokumen hasil pengumpulan data seperti

lembar persetujuan mengikuti penelitian, biodata, hasil rekaman dan transkip

wawancara ditempat khusus yang hanya bisa di akses oleh peneliti.

b. Prinsip memerhatikan kesejahteraan partisipan

Prinsip ini dilakukan peneliti untuk memenuhi hak-hak partisipan dengan cara

memerhatikan kemanfaatan (beneficience) dan meminimalkan risiko

(nonmaleficience) dari kegiatan penelitian yang dilakukan dengan memerhatikan

kebebasan dari bahaya (free from harm) eksploitasi (free from exploitation), dan

ketidak nyamanan (free from discomfort).

c. Prinsip keadilan (justice) untuk semua partisipan

Prinsip ini memberikan semua partisipan hak yang sama untuk dipilih atau

berkontribusi dalam penelitian tanpa diskriminasi . semua partisipan dalam

penelitian ini memeroleh perlakuan dan kesempatan yang sama dengan

menghormati seluruh persetujuan yang telah disepakati. Prinsip ini menyatakan

bahwa setiap partisipan dalam penelitian memiliki hak untuk diperlakukan secara

adil dan tidak dibeda-bedakan selama proses penelitian dilakukan.


31

d. Persetujuan setelah penjelasan (informed consent)

Pendekatan kualitatif umumnya menggunakan manusia sebagai subjek

penelitian yang diteliti. Integritas manusia sebagai subjek yang dipelajari perlu

dihormati dan dihargai hak-haknya. Pernyataan persetujuan diberikan para

partisipan setelah memperoleh berbagai informasi berupa tujuan penelitian,

prosedur penelitian, durasi keterlibatan partisipan, hak-hak partisipan dan bentuk

partisipasinya dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti (Afiyanti &

Rachmawati, 2014: 29 - 33).


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Partisipan

Partisipan dalam penelitian ini adalah pasien yang pernah mengalami sakit TB

Paru. Untuk lebih terperinci mengenai karakteristik partisipan data dilihat pada tabel

berikut ini :

Table 4.1
Karakteristik pasien WM Menurut Pendidikan, Pekerjaan, Jenis Kelamin,
Umur, dan Status Pernikahan

No. Inisial Umur Pendidikan Pekerjaan Jenis Status Kode


(thn) Kelamin Pernikahan Partisipan

1. Ny. N 41 SD Ibu RT Perempuan Menikah P1


2. Tn. M 55 SD Buruh Laki-Laki Menikah P2
3. Ny. H 49 SD Buruh Perempuan Menikah P3
4. Ny. T 32 SKM Ibu RT Perempuan Menikah P4
5. Ny.N 56 SD Ibu RT Perempuan Menikah P5
6. Ny.S 47 SMP Pegawai Perempuan Menikah P6
swasta

4.2 Hasil Penelitian (Wawancara Mendalam)

Pada penelitian ini didapatkan 7 tema yaitu: (1) Pengetahuan partisipan tentang

TB paru, (2) Dampak dari partisipan melakukan pengobatan (3) Respon fisiologis

partisipan, (4) Respon psikologis partisipan, (5) Kendala yang dialami partisipan

selama proses pengobatan, (6) Tindakan yang dilakukan pertisipan sebelum

31
32

terdiagnosa TB paru, (7) Bentuk dukungan yang didapatkan partisipan selama proses

pengobatan. Berikut penjelasannya.

4.2.1 Pengetahuan Partisipan Tentang TB Paru

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada partisipan mengenai

pengetahuan tentang TB paru didapatkan 3 subtema yaitu : pengetahuan tentang

pengertian TB paru, tanda dan gejala yang dirasakan dan resiko apabila tidak

melakukan pengobatan. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Sub Tema Pertama : pengertian TB paru

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada keenam partisipan

mengenai pengetahuan tentang TB paru ditemukan 2 kategori yaitu tidak tahu

dan tahu. Dari keenam partisipan didapatkan tiga partisipan yang menyatakan

tidak tahu. Berikut petikan wawancaranya.

“..tidak tahu tapi waktu itu anak aku pernah keno penyakit cak itu di rontgen
kan dio nyo nah...” (P1)
“..kurang tau tapi yo masalah inikan yang sekitar ado istilah yang pernah
keno penyakit ini..” (P2)
“..penyakit TB aku nih dak tau apo dio pertamo itu..” (P5)

Sedangkan tiga partisipan lainnya menyatakan tahu tentang pengertian TB

Paru. Berikut petikan wawancaranya.

“..Tau, batuk-batuk kan sudah batuk menges..” (P3)


“..Tau sedikit ya mungkin penyakit TB paru tuh ya dikarenakan penyakit
menular yah dari eh pernapasan..” (P4)
“..sudah tau, sejenis penyakit dalam..” (P6)
33

2. Sub tema kedua : tanda dan gejala TB Paru

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada keenam partisipan

mengenai tanda dan gejala TB Paru ditemukan 8 kategori yaitu batuk, sesak,

nafsu makan kurang, pusing, demam, badan menggigil, darah turun, BAK

sering. Berikut petikan wawancaranya.

“..batuk kering yang sering dirasakan pada saat malam hari, pusingnya tuh
kayak abis duduk itu nah melayang-layang gitu darah turun sampe
80/60..” (P1)
“..yo apo cak menggigil keno angin menggigil cuman itu bae, batuk
berdahak apan batuk keluar banyak darah berwarna item cak gumpalan
cak itu, batuk sering terjadi waktu badan meriang merinding malem hari,
yo makan tadi nafsunyo berkurang..” (P2)
“..batok sudah batok tuh eh radang sini rasonyo (menunjuk kearah dada),
sudah tuh batok berdahak warna kuning, sering nian batok pas pagi kito
nak mandi itu na kalo naek ke pocok ini nah menges, Cuma kalo bejalan
biaso idak menges nah pas aku batok-batok itu kurang aku galak makan..”
(P3)
“..kadang seringlah batok tuh karena saket yah jadi kan minum obat dak
semboh, sesaknyo tuh sampe ke belakang itu kan saket nyo tuh, kadangan
tuh dak biso nak nafasnyo..” (P4)
“..sering boleh anu dak teanu dak teetong lah batuk tuh batuk terus sering
nian siang, malam, sehari-hari itu dak berenti, ngenceng-ngenceng tuh
aman batok ngenceng men cak keadaan wong ngandong itu nah nunggu
bulan itulah..” (P5)
“..memang kalo batok tuh kurang nafsu makan.. sering waktu malam hari
kareno cuaca dingin nah batok terus itulah ga tahan, demam kadang
demam kayak mendadak cak itu terus tuh kalo terlalu kecapekan cakitu
sesak nafas nah itu, sesak cuma kalo waktu sedang kerja misalnyo
nyapu..” (P6)
34

3. Sub tema ketiga : resiko tidak melakukan pengobatan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada keenam partisipan

mengenai resiko tidak melakukan pengobatan ditemukan 2 kategori yaitu

kematian dan tidak tahu resiko jika tidak melakukan pengobatan. Dari keenam

partisipan didapatkan kelima partisipan yang menyatakan kematian. Berikut

petikan wawancaranya.

“..yo biso kematian kan, terus makmano yeh idak sehat lah badannyo tuh
idak sembuh-sembuh cak itu..” (P1)
“..yolah jelas penyakit ini nih apo bahayo mak uji kito tuh bisa menimbulkan
kematian..” (P2)
“..meninggal iyo meninggal..” (P3)
“..ya resikonya mugkin bisa kematian ya…”(P4)
“..yo pasti kan kematian yang lah pasti..” (P6)

Dari keenam partisipan didapatkan satu partisipan yang menyatakan tidak


tahu resiko jika tidak melakukan pengobatan. Berikut petikan wawancaranya.

“..dak tau abis kito iyo wong awam”.(P5)

4.2.2 Dampak apabila melakukan pengobatan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada partisipan mengenai

dampak melakukan pengobatan didapatkan 1 subtema yaitu : keuntungan

melakukan pengobatan. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Sub tema pertama : keuntungan melakukan pengobatan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada keenam partisipan

mengenai resiko tidak melakukan pengobatan ditemukan 6 kategori yaitu berat


35

badan naik, nafsu makan bertambah, batuk berkurang, sesak berkurang, demam

berkurang, darah berkurang. Berikut petikan wawancaranya.

“..ada sih naik turun kan ini tempo hari sebelum minum obat tuh 35 naik 40,
yo sebulan naik sekilo 2 kilo ga langsung naik, Nafsu makan jadi kuat
makannyo kan..” (P1)
“..ado perobahan darah tuh biaso kan banyak berkurang sedikit-sedikit
batuknyo sedikit-sedikit perlahan-lahan hilang, badan tuh istilahnyo
berangsur-angsur istilahnyo tuh naek..” (P2)
“..nah lah sudah menjalani obat itu lah jarang kan batok malam nah pas
makan obat dari puskesmas itu nak makan bae aku kau dak katek beraso
kenyang itu eh, dulu pas batok itu dek kurus nian badan aku setelah minum
obat itu gemuk..” (P3)
“..selama melakukan pengobatan itu Alhamdulillah yeh berangsur badan itu
sudah berisi Alhamdulillah beberapa bulan pengobatan batuk menghilang
sesak menghilang..” (P4)
“..Yo sehatlah fit balik semula balik asal badan kito gemuk tadinyo kurus
kayak tengkorak, Iyo beguyur-beguyur angsur ado enakan tenggorakan
idak raso radang raso anu pedih segalo lah (P5)
“..yo jelas pasti ado berobah lah badan yang biaso kurus berangsur kan
naik kembali seperti semula, makan lah mulai nasfsu, sesak berkurang,
batok jugo berkurang demam apo lagi demam..” (P6)

4.2.3 Respon fisiologis partisipan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada partisipan mengenai

respon fisiologis partisipan didapatkan 1 subtema yaitu : perubahan fisikyang

dialami selama sakit. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Sub tema pertama : Perubahan fisik yang dialami selama sakit

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada keenam partisipan

mengenai perubahan fisik selama sakit ditemukan 5 kategori yaitu lemah,

berat badan turun, mengas, radang didaerah dada, pucat. Berikut petikan

wawancaranya.
36

“..lemah cak dak katek tenago cak itu nah raso lesu cak wong kurang darah
Berat badan turun secara sedikit-sedikit dari 50kg jadi 39kg setelah
sakit..” (P1)
“..lemes istilahnyo kurang apo yo dengan ado fisik lemah tuh kan semangat
kurang, berat badan kurang dari 64 jadi 50an setelah sakit..” (P2)
“..radang seluruh ini nah yeh (menunjuk kearah dada) cak kito abis makan
cabe itu nah pedes nian cak itu menges dulu pas aku batok-batok itu dek
kuuurus nian badan aku 50 biasonyo 70an..” (P3)
“..mungkin bawakan yeh lesu kareno badan tadi dak fit kalo pas sebelom
sakit tuh normal 45 50, Cuma pas saket tuh 34 33 sih paling itu kan paling
toron..” (P4)
“..bejalan nih lemes nian dak katek daya nian raso raso melayang-layang
koros pokoknyo tulang tuh kejingokan nian abes anu dageng nih sudah ini
nyo kendor galo dek (menunjuk kearah lengan) dari sebelom sakit tuh 75
berapo bulan sakit di bawah 55..” (P5)
“..iyo turun kurus kayak itu kan biasonyo cerah wajah ini lesu pucat cak
itu..” (P6)

4.2.4 Respon psikologis partisipan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada partisipan mengenai

respon psikologis partisipan didapatkan 1 subtema yaitu : perasaan yang dialami.

Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Sub tema pertama : Perasaan yang dialami selama sakit

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada keenam partisipan

mengenai perasaan yang dialami partisipan selama sakit ditemukan 6 kategori

yaitu sedih, takut, panik, malu, minder, tidak semangat. Berikut petikan

wawancaranya.

“..sedihlah pokoknyo cakmano kalo aku pendek umur, anak siapo yang jago
takut kematian jugo, yo tapi makmano yo eem penyakit itu kan penyakit
mematikan itu jadi takot agek aku meninggal..” (P1)
“..pertamo kito panik, yo takut kematian itulah yang takotnyo, yo sedeh
istilahnyo drop istilahnyo kito penyaket inikan biaya nyo besak, mumpung
pengobatan gratis jading kito tuh apo jalani bae..” (P2)
37

“..sedih lah, sedih apo lagi di omongi kan uji nyo pereng jangan nyampor
pisah, sedihlah dek nenger cak itu, takutlah kagek itu, penyakit ku dak
sembuh-sembuh..” (P3)
“..sedihnyo tuh kito jauh dari anak kan, keluargo yang pastinyo takut
bakalan sembuh apo idak..” (P4)
“..yo takutlah istilahnyo, lambat semboh takotnyo, yo kalu gawat lah dek cak
itu oleh nyo dak pernah baru inilah, mentalnyo yeh yo cuit cak itu nah
haha istilahnyo dak katek ibaratnyo tuh semangat edop raso yolah ciut
namonyo..” (P5)
“..ya setidaknya ado raso malu kan, ado raso minder, cakitu terutama
dengan keluarga, takotnyo malu kan anak-anak jugo takut tertular cak
itukan itulah jadi sekarang waktu sakit itu segala piring apa gelas tuh
harus sendiri..” (P6)

4.2.5 Kendala dalam pengobatan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada partisipan mengenai

kendala selama pengobatan didapatkan 2 subtema yaitu : kendala dari

partisipannya dan tidak ada kendala. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Sub tema pertama : Kendala dari partisipannya

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada keenam partisipan

mengenai kendala dari partisipannya ditemukan 4 kategori yaitu makan obat

sering mual, tempatnya jauh, kendala waktu dan lesu periksa rutin. Berikut

petikan wawancaranya.

“..kendalanyo kalo makan pagi galak mual, yo aku tuh kan wongnyo dak
bisolah namonyo makan obat tuh yo kadangan telat ngambil obatnyo itu
kan sehari, begawe ini kan repot begawe siang missal ke puskesmas nutup
jam 11 yo namonyo itu tempat nyo jauh itu kan, itukan kadangnyo bejalan
kesitu capek, suruh berobat kan suruh rutin perikso kadangan aku lesu..”
(P1)
“..yo kalo kendala tuh cuman waktu itulah kadang itu kan kesiangan yo jelas
kendalanyo jarak tulah jauh istiahnyo..” (P2)
“..kendalanyo kadangan obat itu kelupoan kan itu harus jam 5 pagi
kadangan kesiangan yo kadangan tuh nak kontrol ke puskesmas kan
berhubung puskesmas yo jauh, kadangan katek yang nganter..” (P6)
38

2. Sub tema kedua : Tidak ada kendala

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada keenam partisipan

mengenai tidak ada kendala selama pengobatan ditemukan 1 kategori yaitu

tidak ada kendala. Berikut petikan wawancaranya.

“..kendala katek aku kendala selamo pengobatan...” (P3)


“..Alhamduillah ya kalo minum obat lancer ya, ga da sih Alhamdulillah
karena niat nak sembuh Alhamdulillah ga ada kendalanya (mata menatap
peneliti)...”(P4)
“..Alhamdulillah lancar obatnyo, Katek Alhamdulillah..”(P5)

4.2.6 Tindakan Partisipan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada partisipan mengenai

tindakan partisipan didapatkan 1 subtema yaitu : Upaya untuk mencapai

kesembuhan. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Sub tema pertama : upaya untuk mencapai kesembuhan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada keenam partisipan

mengenai respon yang dihadapi partisipan sebelum terdiagnosa TB paru

ditemukan 4 kategori yaitu minum obat warung, pemeriksaan dahak, rontgen,

dan bawa kedokter. Berikut petikan wawancaranya.

“..Pertamo kan minum obat warung dak mempan ke puskesmas nah dari
puskesmas itu disuruh perekso dahak nah dari perekso dahak tadi kan
hasilnyo 10 hari baru tau positif itu terjangkit TB..” (P1)
“..langsung bawak ke dokter lagsung bawak ke dokter iyo perikso dokter kan
dokter umum uji dokter kalu kemungkinan panas dalem pas lah perikso
sano ruponyo ado yang luko nah disaranke langsung ntuk berobat sano
kan selamo 6 bulan..” (P2)
“..langsung berobat aku ke puskesmas, langsung diperikso disano cek darah
kan langsung di perikso dahak seminggu tuh kan di panggil lagi ke
puskesmas katonyo positif TB..” (P3)
39

“..awalnya kita tuh periksa ke puskesmas kan dari puskesmas dirujuk ke


rumah saket umum, di rumah saket umum pemeriksaan rontgen ya dari itu
baru tau terkena TB paru…”(P4)
“..iyo pertamo disuruh rontgen dulu, kedua dicek hasilnya, sudah itu yo
memang pertam nyo itu taunyo itu dari situlah sejak rontgen tulah...” (P5)
“..yo itu kan sering batuk, demam, sesak nafas jadi berobat ke puskesmas,
puskesmas menganjurkan perikso dahak setelah 1 minggu keluar yo itulah
ayuk terkena penyakit TB..” (P6)

4.2.7 Bentuk Dukungan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada partisipan mengenai

bentuk dukungan didapatkan 3 subtema yaitu : dukungan emosional, dukungan

spiritual dan dukungan instrumental. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Sub tema pertama : Dukungan Emosional

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada keenam partisipan

mengenai dukungan emosional ditemukan 4 kategori yaitu hanya diomongi saja,

marah, dapat masukan, diberikan semangat. Berikut petikan wawancaranya.

“..Cuma ngomongin bae kan jago-jago makan katonyo, jago kesehatan,


jangan terlalu deket samo wong agek nular..” (P1)
“..setelah kito keno penyakit ini yo istilahnyo marahlah keluarga tuh
istilahnyo mak inilah hasilnyo perolehannyo banyaklah ngenjok masukan,
seluruh kawan ngenjok masokan tetanggo ngenjok msokan kito nerimo..”
(P2)
“..yo cak itulah keluargo cak kakak aku kan disuruhnyo berobat ujinyo
rajin-rajin berobat..” (P3)
“..yo paling-paling di support disuruh banyak-banyak makan kan, dikasih
semangat lah samo keluarga jangan pesimis..” (P4)
“..oh dukungan, yo biaso ngenjok support ini sabar biasa namonyo manusio
ini termasok musibah..” (P5)
“..yo mendukung, kayak obat kan suami aku yang ngurus, anak-anak
memberikan dukungan supaya sembuhlah yo pasti anak-anak kayak itulah
pasti kan nyuruh orang tua nya sembuh sehat cak itu..” (P6)
40

2. Sub tema kedua : Dukungan Instrumental

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada keenam partisipan

mengenai dukungan intrimental ditemukan 2 kategori yaitu diantarkan untuk

berobat, diberikan ongkos. Berikut petikan wawancaranya.

“..pertamo dukungan itu berobat sudah tuh ado yang sampe istilahnyo
bangso dak katek kendaraan kadang ado yang nganter yang ongkos-
ongkos yeh yang ngenjok ongkos iyo kadangan melihke susu, ado yang
ngenjok buah-buahan..” (P2)
“..yo dukungan dari suami kan, kadangan suami tuh ngomong banyak-
banyak makan pekerke anak ni, biasonyo jugo anter jemput berobat kan,
konsul, ambil obat..” (P4)
“..kiriman-kiriman entah kue, buah cak itu bae..” (P6)

3. Sub tema ketiga : Dukungan Spiritual

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada keenam partisipan

mengenai dukungan spiritual ditemukan 1 kategori yaitu dukungan Doa’.

Berikut petikan wawancaranya.

“..dukungan dengan ini bae doa semoga cepet sembuh cak itu kan..” (P1)

4.3 Pembahasan

Adapun pembahasan dalam hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

4.3.1 Pengetahuan partisipan tentang penyakit TB Paru

Dari hasil wawancara mendalam yang telah dilakukan peneliti dengan ke 6

partisipan terbentuklah 3 sub tema yang didapatkan yaitu pengertian TB paru, tanda

dan gejala yang dirasakan dan resiko tidak melakukan pengobatan.

Hasil dari penelitian yang peneliti lakukan bahwasannya penderita TB yang

sudah peneliti wawancarai termasuk ke dalam kategori ketingkat tahu, hal ini
41

disebabkan karena kurangnya informasi yang penderita dapatkan karena kurangnya

penyuluhan yang dilakukan oleh pihak puskesmas setempat, faktor lain yang

mendukung ialah kurangnya partisipan melihat iklan-iklan di TV atau pooster

mengenai TB Paru.

Studi kualitatif yang dilakukan oleh Suyatno (2009). Pengetahuan partisipan

dalam peneliannya terkait tentang TB paru relative kurang baik. Hasil wawancara

yang dilakukannya dengan partisipan TB Paru terungkap bahwa penyebab seseorang

terserang penyakit TB Paru adalah karena Kecapaian, kerja keras, istirahat kurang,

banyak pikiran, merokok, kena angin malam, sering tidur larut malam, keturunan dan

minum-minuman keras. Partisipan banyak mengaitkan kejadian TB Paru ini dengan

aktvitas terakhir yang meraka lakukan. Pengetahuan partisipan tentang etiologi dari

TB Paru ini belum sepenuhnya dipahami.

Hal yang sama dilakukan oleh Nugroho (2011). Didapatkan dari partisipan

yang diwawancarainya hampir ketujuh partisipannya mempunyai pengetahuan yang

cukup karena dapat menjawab setiap pertanyaan dengan benar walaupun tidak dapat

menyebutkan secara lengkap dan detail mengenai penyebab TB, gejala, cara

penularan, cara mengobati dan lamanya pengobatan.

Berbeda halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Djannah et.al (2009).

Hasil pengukuran dalam penelitiannya mengenai pengetahuan responden tentang

TBC menunjukkan bahwa pengetahuan tentang TBC responden kebanyakan baik,

dimana dengan jumlah 37 responden yang digunakan didapatkan penderita yang

pengetahuannya baik sebanyak 20 orang dengan persentase (54,1%), sedangkan


42

responden paling sedikit dengan kategori sedang sebanyak 17 responden (49,9%),

tidak ada responden yang memiliki pengetahuan yang buruk dalam penelitian ini.

Penelitian yang dilakukan oleh Dhewi et.al (2012). Menunjukkan bahwa

pengetahuan responden tentang TB paru termasuk kedalam kategori baik sebanyak 30

responden dengan persentase (75,0%). Pengetahuan masyarakat di BKPM pati

tentang TB paru sudah baik dikarenakan adanya penyuluhan-penyuluhan yang telah

dilakukan oleh tenaga kesehatan setempat dan juga dengan adanya iklan-iklan yang

tampil baik dalam bentuk cetak maupun elektronik.

Menurut Notoadmodjo (2014:27). Pengetahuan merupakan hasil dari

peginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang

dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu

penginderaan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh

intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan

seseorang diperoleh melalui indra pendengaran (telinga) dan indra penglihatan

(mata). Sedangkan menurut Mubarak (2012:81). Pengetahuan adalah kesan di dalam

pikiran manusia sebgai hasil penggunaan panca inderanya. Pengetahuan sangat

berbeda engan kepercayaan (beliefs), takhayul (superstition), dan penerangan-

penerangan yang keliru (misinformation). Pengetahuan adalah segala apa yang

diketahui berdasarkan pengalaman yang didapatkan oleh setiap manusia. Pengetahuan

seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda.

Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan yakni:


43

1. Tahu (know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada

sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

2. Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak

sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat

menginterprestasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang telah memahami objek yang dimaksud

dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut

pada situasi yang lain.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau

memisahkan, kemudian mecari hubungan antara komponen-komonen

yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau

meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen

pengetahuan yang dimiliki.


44

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini

dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri.

Dari uraian di atas, maka asumsi peneliti sangat penting pengetahuan

dimiliki oleh seseorang hal ini dikarenakan semakin banyak pengetahuan

dan informasi-informasi yang didapatkan seseorang maka akan semakin

baik juga sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Adapun faktor yang

dapat memengaruhi tingkat pengetahuan seseorang antara lain faktor

pendidikan, pengalaman dan kurangnya informasi yang didapatkan.

4.3.2 Dampak melakukan pengobatan

Dari hasil wawancara mendalam yang telah dilakukan peneliti dengan ke 6

partisipan terbentuklah 1 sub tema yang didapatkan yaitu keuntungan melakukan

pengobatan.

Hasil dari penelitian yang peneliti lakukan bahwasannya penderita TB paru

yang sudah peneliti wawancarai mengalami perubahan yang positif bagi tubuh

penderitanya hal ini sejalan dengan teori yang diatas hal tersebut dikarenakan obat-

obat TB diantaranya Isoniazid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z), Streptomisin (S),

Etambutol (E) dimana obat-obat TB tersebut bersifat Bakterisidal yang artinya

membunuh bakteri secara langsung namun berbeda hal nya dengan Etambutol yang

bersifat Bakteriostatik yang artinya mengahambat pertumbuhan bakteri tersebut.


45

Dengan adanya mengonsumsi obat tersebut maka secara otomatis tanda gejala yang

dirasakan oleh penderita akan beragsur-angsur menghilang.

Sependapat dengan penelitian yang dilakukan oleh Rejeki et.al (2012).

didapatkan hasil bahwasannya dampak fisik yang dirasakan oleh pasien setelah

melakukan pengobatan ialah merasa badan lebih sehat dan keluhan yang dirasakan

berkurang dengan adanya diberikan obat dengan suntikan, namun tetapi kejadian ini

membuat pasien berhenti untuk melakukan pengobatan dikarenakan mereka merasa

tubuhnya sudah lebih sehat.

Dari uraian di atas, maka asumsi peneliti ialah setelah penderita mengonsumsi

obat TB maka akan menimbulkan dampak positif bagi tubuh penderita itu sendiri.

Dampak positif yang dirasakan oleh penderita diakibatkan karena penderita memiliki

respon tubuh yang dapat menerima mekanisme dari reaksi obat yang diminum.

4.3.3 Respon Fisiologis

Dari hasil wawancara mendalam yang telah dilakukan peneliti dengan ke 6

partisipan terbentuklah 1 sub tema yang didapatkan yaitu perubahan fisik yang

dialami partisipan selama sakit.

Hasil dari penelitian yang peneliti lakukan bahwasannya penderita TB paru

yang telah peneliti wawancarai mengalami perubahan fisik sejalan dengan terori

diatas, adapun perubahan fisik yang dialami penderita yaitu batuk berdarah, lemah,

berat badan menurun, kurangnya nafsu makan dan sesak nafas. gejala tersebut

dikarenakan adanya efek dari bakteri Mycobacterium Tuberculosis itu sendiri yang
46

akan memengaruhi tubuh penderita dengan menimbulkan reaksi-reaksi tersebut ke

tubuh penderita.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Chrisnawati et.al (2017).

Secara umum menemukan bahwa kondisi fisik para partisipan banyak mengeluhkan

gangguan kondisi fisik sejak menderita tuberkulosis seperti kelelahan, batuk terus

menerus, sesak napas, gangguan tidur, kepala pusing, mual-mual, dan nafsu makan

berkurang. Keluhan-keluhan ini dialami para partisipan sebelum menjalani

pengobatan OAT (Obat Anti Tuberkulosis). Gangguan kondisi fisik seperti ini

merupakan gejala dari penyakit tuberkulosis itu sendiri yang dapat menimbulkan

penurunan kualitas hidup pada partisipan.

Teori dari Digiulio (2014:126) yang menyatakan bahwa adapun perubahan

fisik yang dialami oleh penderita TB paru ini seperti berat badan menurun dan

anoreksia, berkeringat dingin, demam, batuk produktif dengan dahak tak berwarna,

bercak darah, nafas pendek karena perubahan paru-paru, lesu dan lelah karena

aktivitas paru-paru terganggu.

Dari uraian diatas maka asumsi peneliti bahwasannya penderita yang

terdiagnosa TB paru akan menimbulkan perubahan fisik hal itu disebabkan oleh

bakteri penyebab TB itu sendiri dan setiap penderita yang terdiagnosa TB paru

tersebut akan hampir sama gejala yang dirasakan oleh masing-masing penderita

namun tetapi hal tersebut kembali lagi ke reaksi imunitas pada tubuh masing-masing.
47

4.3.4 Respon Psikologis

Dari hasil wawancara mendalam yang telah dilakukan peneliti dengan ke 6

partisipan terbentuklah 1 sub tema yang didapatkan yaitu perasaan yang dialami

partisipan.

Hasil dari penelitian yang peneliti lakukan bahwasannya penderita TB paru

yang sudah peneliti wawancarai untuk faktor emosi yang timbul dari partisipan

dikarenakan adanya kondisi kesehatan yang menurun dengan reaski emosi yang

timbul seperti sedih, khawatir, dan takut. Hal ini disebabkan karena kurangnya

informasi yang didapatkan serta kurnangnya koping dari individunya sendiri.

Penelitian yang dilakukan oleh Rejeki et.al (2012). Beberapa partisipan dalam

penelitiannya mengeluhkan bosan terhadap situasi kesehatan yang dihadapinya, bosan

disuntik, bosan minum obat, dan pasien juga mengeluhkan sudah putus asa dengan

pengobatan yang telah dijalaninya karena penyakitnya tidak kunjung sembuh dan

memakan waktu yang lama untuk proses pengobatannya.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Saraswati et.al (2016).

Penelitian yang telah dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Gombong didapatkan

distribusi frekuensi responden berdasarkan konsep diri prosentase terbesar adalah

penderita TB paru yang memiliki konsep diri kurang yaitu sejumlah 26 orang

(83.9%). Hal ini terjadi karena responden merasa cemas dan takut akan perubahan

fisik yang dialami, belum bisa menerima dengan perubahan yang dialami dan merasa

tidak dapat melaksanakan tugas sesuai perannya, merasa tidak berguna untuk orang
48

lain dan merasa tidak percaya diri untuk berinteraksi dengan orang lain karena

perubahan fisik yang dialami.

Berbeda halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuliana et.al (2014).

Bahwasannya penderita TB paru memiliki harga diri rendah berjumlah 19 responden

(63,3%). Pada proses pengumpulan data peneliti menemukan gangguan harga diri

pada responden. Responden berpenampilan tidak rapi, pada saat berkomunikasi

responden menghindari kontak mata responden tampak marah berlebihan dengan

alasan tidak ada lagi keluarga yang peduli dengannya, dan responden menangis tiba-

tiba pada saat menceritakan bahwa keluarganya tidak menghargai dan tidak peduli

dengan responden lagi.

Teori dari Feldman, R.S (2012 : 5) yang menyatakan psikologis adalah studi

ilmiah tentang proses mental dan tingkah laku seseorang yang mencakup dalam hal

emosi, persepsi, proses penalaran, memori dan bahkan aktivitas biologis yang

mengatur fungsi tubuh.

Menurut Notoatmodjo (2014:44). Emosi adalah keadaan atau peristiwa

kejiwaan yang dirasakan atau dinilai dengan : senang atau tidak senang, suka atau

tidak suka, baik atau tidak baik, setuju atau tidak setuju dan sebagainya selain itu ada

juga faktor-faktor yang dapat memngaruhi emosi antara lain kondisi kesehatan,

pembawaan dan kondisi serta situasi lingkungan. Adapun juga reaksi dari emosi yang

akan timbul dari berbagai faktor yang dialami tersebut seperti terkejut, sedih, bahagia,

takut, khawatir, giris, gelisah, marah dan heran.


49

Dari uraian di atas, maka asumsi peneliti bahwasannya respon psikologis yang

dialami penderita akan berbeda-beda hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor

pengetahuan dan koping dari individunya sedniri dalam menghadapi hal tersebut. Jika

dilihat dari pengetahuan apabila seseorang memiliki pengetahuan yang baik maka

akan semakin baik juga sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Begitu juga dengan

koping yang dilakukan semakin baik koping yang dapat dilakukan oleh partisipan

maka akan semakin baik juga reaksi yang diberikan oleh partisipan dalam

menghadapi sesuatu.

4.3.5 Kendala selama pengobatan

Dari hasil wawancara mendalam yang telah dilakukan peneliti dengan ke 6

partisipan terbentuklah 2 sub tema yang didapatkan yaitu kendala dari partisipannya

dan tidak ada kendala selama pengobatan.

Hasil dari penelitian yang peneliti lakukan bahwasannya penderita TB paru

yang sudah peneliti wwancarai kendala yang timbul dari penderita ialah jauhnya jarak

tempuh ke pelayanan serta tuntutan waktu untuk bekerja. Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Utami (2016). Didapatkan dua dari lima partisipan

menyatakan tidak tuntas menjalankan pengobatan saat pertama kali terkena TB Paru.

Hal ini dikarenakan tuntutan waktu dan pekerjaan merupakan hal-hal yang

menghalangi mereka untuk melanjutkan pengobatan.

Penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2009). Didapatkan dari wawancara

yang dilakukan bahwasannya dari beberapa partisipannya banyak mengeluhkan

kendala yang dihadapi berupa faktor waktu yaitu lamanya waktu pengobatan yang
50

dilakukan, selain itu efek samping dari OAT itu sendiri yang memberikan efek seperti

badan terasa lemas, kepala pusing, nafsu makan hilang, perut terasa mual. Faktor

biaya dan jarak pun menjadi permasalahan dikarenakan jauhnyajarak tempuh rumah

partisipan ke pusat pelayanan kesehatan.

Berbeda halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Bagiada et.al (2010).

Setelah dilakukan wawancara lebih dalam mengenai alasan mangkir minum obat anti

tuberkulosis, sebagian besar penderita (86,7%) mengeluhkan efek samping obat

sebagai penyebanya mangkir berobat. Sedangkan sisanya masing-masing 1 penderita

mengungkapkan biaya dan over-estimated sebagi alasan mangkir berobat. Efek

samping yang paling sering dikeluhkan oleh penderita TB mangkir adalah keluhan

pada pencernaan (10 penderita). Sedangkan sisanya (3 penderita) mengeluhkan

timbulnya gatal pada kulit setelah minum obat anti tuberculosis.

Dari uraian diatas, maka asumsi peneliti bahwasannya ketika penderita

melakukan pengobatan berbagai macam kendala yang dihadapinya. Kendala ini

seharusnya dapat diminimalisir oleh penderita itu sendiri dengan cara meluangkan

waktunya untuk melakukan proses pengobatan dan upaya motivasi besar yang harus

ada dari diri sendiri guna untuk mencapai kesembuhan.


51

4.3.6 Tindakan partisipan

Dari hasil wawancara mendalam yang telah dilakukan peneliti dengan ke 6

partisipan terbentuklah 1 sub tema yang didapatkan yaitu upaya yang dilakukan untuk

proses pengobatan. Hasil dari penelitian yang peneliti lakukan bahwasannya

penderita TB paru yang sudah peneliti wawancarai masuk ke dalam kategori praktik

secara mekanisme.

Sejalan dengan Penelitian yang dilakukan oleh Arivany (2017). Didapatkan

ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan tindakan pemeriksaan

sputum (dahak) yang artinya pendidikan responden mempengaruhi tindakan

pemeriksaan dahak. Pasien yang melakukan tindakan pemeriksaan dahak memiliki

peluang 0,156 kali lebih besar pada pasien dengan pendidikan tinggi dibandingkan

dengan yang berpendidikan rendah. Antara tingkat pengetahuan dengan tindakan

pemeriksaan sputum (dahak) terdapat hubungan yang bermakna yang artinya tingkat

pengetahuan responden mempengarhi tindakan pemeriksaan dahak.

Menurut teori Notoatmodjo (2014:140). Tindakan adalah hal apa yang

dilakukan oleh responden terhadap terkait dengan kesehatan (pencegahan penyakit),

cara peningkatan kesehatan, cara memperoleh pengobatan yang tepat dan sebagainya.

Sikap tidak otomatis terwujud menjadi suatu tindakan (overt behavior),

untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung

atau suatu kondisi yang memungkinkan. (Mubarak, 2012:84).


52

Menurut (Notoatmodjo, 2014:31). Sikap adalah kecenderungan untuk

bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk

terwujudnya tindakan perlu faktor lain antara lain adanya fasilitas sarana dan

prasarana. praktik atau tindakan ini dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut

kualitasnya, yakni :

1. Praktik terpimpin (guided response)

Apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih

tergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan.

2. Praktik secara mekanisme (mechanism)

Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau mempraktikkan

sesuatu hal secara otomatis maka disebut praktik atau tindakan mekanis.

3. Adopsi (adoption)

Adopsi adalah suatu tindakan atau praktim yang sudah berkembang

artinya, apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja,

tetapi sudah dilakukan modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang

berkualitas.

Dari uraian diatas, maka asumsi peneliti tindakan yang dilakukan oleh

penderita dalam proses penyembuhan TB paru ini sangat penting

dilakukan untuk kesembuhan penderita itu sendiri dan juga untuk

meminimalisir terjadinya penyakit TB yang kronis.


53

4.3.7 Bentuk Dukungan

Dari hasil wawancara mendalam yang telah dilakukan peneliti dengan ke 6

partisipan terbentuklah 3 sub tema yang didapatkan yaitu dukungan emosional,

dukungan instrumental dan dukungan spiritual.

Hasil dari penelitian yang peneliti lakukan bahwasannya penderita TB paru

yang sudah peneliti wawancarai setiap partisipan mendapatkan dukungan dari

keluarga dan orang-orang terdekatnya, dukungan yang didapatkan mereka antara lain

dukungan emosional, dukungan instrumental, dan dukungan spiritual. Sejalan dengan

Penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2011). Bahwasannya dari partisipan yang

telah diwawancarai beberapa dari partisipan tersebut mengatakan mendapatkan

dukungan dari keluarganya. Wujud dari dukungan tersebut berupa dukungan

penghargaan, dukungan informative, dukungan penghargaan dan dukungan

instrumental.

Penelitian yang dilakukan Siswanto el.al (2016). Penderita TB paru yang

patuh dalam minum obat jauh lebih tinggi adanya dukungan dari keluarga (85,0%)

dibandingkan dengan yang tidak mendapatkan dukungan dari keluarga (16,7%). Hasil

uji statistik diperoleh nilai p<0,05 (p = 0,04), yang berarti terdapat hubungan yang

bermakna antara dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat di Puskesmas

Andalas Kota Padang.


54

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pasambuna et.al (2016).

Didapatkan dari perhitungan mengunakan analisis uji Chi Square didapatkan hasil

dengan nilai P = 0,000 < 0,05 yang menunjukan terdapat hubungan yang bermakna

antara dukungan keluarga dan kepatuhan dalam program pengobatan tuberkulosis

paru. Dikarenakan semakin tinggi motivasi dan dukungan keluarga maka semakin

patuh responden dalam mengikuti program pengobatan. Pada penelitian ini, sebagian

besar penderita memiliki dukungan keluarga yang tinggi untuk mengikuti program

tuberkulosis paru. Dimana penderita memiliki dorongan dari keluarga dan memiliki

hubungan erat dengan keluarga sangat diperlukan, pengobatan yang diawasi secara

langsung lebih sukses dalam tahap pengobatan. Keberadaan keluarga sangat

menunjang terhadap keberhasilan pengobatan TB paru.

Dari uraian di atas, maka asumsi peneliti bahwasannya sangat penting

dukungan didapatkan oleh penderita TB paru karena dengan adanya dukungan yang

diberikan dari keluarga dan orang-orang terdekat mereka dapat membuat dan

menimbulkan dorongan semangat dari dalam diri penderita itu sendiri untuk proses

pengobatan dan dapat membuat penderita merasa jauh lebih berarti.


55

4.4 Keterbatasan Penelitian

Penelitian yang telah dilakukan ini masih memiliki kekurangan dan

keterbatasan, di antaranya sebagai berikut:

1. Peneliti mengalami keterbatasan saat melakukan pendekatan dengan

pasien TB paru

2. Peneliti megalami keterbatasan sulitnya mengatur waktu untuk melakukan

proses wawancara dengan pasien TB Paru.

3. Peneliti mengalami keterbatasan sulitnya partisipan untuk memahami

makna dari pertanyaan yang disampaikan oleh peneliti

4. Peneliti mengalami keterbatasan sulit bagi peneliti untuk memilah

perkataan yang agar mudah dimengerti oleh partisipan

5. Peneliti mengalami keterbatasan kebisingan (gangguan-gangguan suara) di

sekitar tempat proses wawancara mendalam.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengelaman pasien TB paru di wilayah

kerja pukesmas merdeka Palembang tahun 2018. Dari hasil wawancara

mendalam dengan partisipan dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai berikut:

1. Pengetahuan partisipan tentang TB paru terbentuklah 3 sub tema yaitu

pengertian TB paru, tanda dan gejala TB paru dan resiko apabila tidak

melakukan pengobatan.

2. Dampak melakukan pengobatan TB paru terbentuklah 1 sub tema yaitu

keuntungan melakukan pengobatan.

3. Respon fisiologis partisipan terbentuklah 1 sub tema yaitu perubahan fisik

yang dialami partisipan.

4. Respon psikologis partsipan terbentuklah 1 sub tema yaitu perasaan yang

dialami partisipan.

5. Kendala yang dihadapi oleh partisipan terbentuklah 2 sub tema yaitu kendala

dari partisipannya sendiri dan tidak ada kendala yang dirasakan selama

proses pengobatan.

56
57

6. Tindakan partisipan terbentuklah 1 sub tema yaitu respon yang dihadapi

partisipan saat terdiagnosa TB paru.

7. Bentuk dukungan yang partisipan dapatkan terbentuklah 3 sub tema yaitu

dukungan emosional, dukungan instrumental dan dukungan spiritual.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Puskesmas Merdeka Palembang

Sesuai dengan hasil penelitian yang didapatkan, dihararapakan pada

pihak puskesmas merdeka Palembang dapat meminimasilis untuk

tenggang waktu layaknya dari pukul 08.00 pagi sampai dengan 12.00

siang pada penderita yang ingin mengambil obat TB tersebut, dan

pihak puskesmas dapat memfasilitaskan untuk penderita agar

mendapatkan pendidikan kesehatan dan adakan upaya untuk

melakukan home visit ke rumah penderita setidaknya 1 minggu 1 kali

melakukan kunjungan kerumah-rumah pasien.

5.2.2 Bagi STIK Bina Husada Palembang

Sesuai dengan hasil penelitian yang didapatkan, diharapkan dari adaya

penelitian ini pihak STIK Bina Husada dapat memasukkan ke dalam

mata kuliah atau ke peminatan ekstrakulikuler terkait penelitian

kualitatif, sehingga mahasiswa ketika akan melakukan penelitian

terkait penelitian kualitatif mereka sudah paham mengenai penelitian

kualitatif.
58

5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Sesuai dengan hasil penelitian yang didapatkan, diharapkan bagi

peneliti selanjutnya dapat menggali informasi mengenai aktivitas

keseharian penderita TB paru tersebut menggunakan desain kualitatif

dengan menggunakan pendekatan Etnografi untuk mengetahui secara

utuh bagaimana keseharian yang dilakukan oleh penderita.


DAFTAR PUSTAKA

Afiyanti, Yati dan Rachmawati, Imani. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif


Dalam Riset Keperawatan. Jakarta: Rajawali Pers.
Ardiansyah, Muhamad. 2012. Medikal Bedah untuk Mahasiswa. Yogyakarta:
Divapress.
Arivany, Febriana Puteri. 2017. Pengetahuan Suspek TB Paru dalam Melakukan
Pemeriksaan Sputum Di Puskesmas Kamoning Tahun 2017. Jurnal
Kesehatan, (Online), (http://e-journal.unair.ac.id, diakses 29 juni 2018).
Aryal, S., Badhu, A., Pandey, S., Bhandari, Khatiwoda, P., Khatoweda et.al 2012.
Stigma Related To Tuberculosis Among Patients Attending DOTS Clinics of
Dhoran Munipality. Khatmandu University Medical Journal. Vol.10/
No.1/ISSUE/37 (diakses 12 Maret 2018).
Asiah, Iklima; Suryanto; dan Munir Melati Sri. 2014. Gambaran Perilaku Pasien TB
Paru Terhadap Upaya Pencegahan Penyebaran Penyakit TB Paru Pada
Pasien yang Berobat Di Poli Paru RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau
Tahun 2014. Jurnal kesehatan, (Online), (http://jom.unri.ac.id, diakses 10
Maret 2018)
Bagiada, I Made; Primasari Putri Luh Ni. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
tingkat Ketidakpatuhan Penderita Tuberkulosis dalam Berobat Di
Poliklinik DOTS RSUP Sanglah Denpasar Tahun 2010. Jurnal Kesehatan,
(Online), (http://ojs.unud.ac.id, diakses 5 Juli 2018).
Chrisnawati, Beda Maria Virginius, Maratning Anatasia. 2017. Pengalaman Hidup
Pasien Tuberkulosis yang Menjalani Pengobatan OAT (Obat Anti
Tuberkulosis) D i Wilayah Kerja Puskesmas Pekauman Banjarmasin Tahun
2017. Junal Kesehatan, (Online), (http://journal.stikessuakainsan.ac.id,
diakses pada tanggal 2 April 2018).
Dhewi, Indra Gendhis; Armiyati yunie; Supriyono Mamat. 2012. Hubungan Atara
Pengetahuan Sikpa Pasien dan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan
Mium Obat Pada Pasien TB Paru Di BKPM Pati Tahun 2012. Jurnal
Kesehatan, (Online), (http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id, diakses 5 Juli
2018).
Djannah, Nur Siti; Suryani Dyah; Purwati Asih Dian. 2009. Hubungan Tingkat
Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku Pencegahan Penularan TBC pada
Mahasiswa Di Asrama Maokwari Sleman Yogyakarta Tahun 2009. Jurnal
Kesehatan, (Online), (http://uad.ac.id, diakses 5 Juli 2018).
Corwin, J. Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Digiulio, Mary dan Donna Jackson. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta:
Rapha Publishing.
Feijao, A., R., Gir, E., & Galvao, M., T., G., (2016). Quality of Life of Patients with
HIV/ Tuberculosis Confection Experiencing Nursing Consultasion.
International archives of Medicine Section: Infectious diseases ISSN: 1755-
7682. Jurnal Kesehatan, (Online)
(http://imed.pub.ojs.index.php/iam/article/view/1529, diakses pada tanggal 3
April 2018).
Feldman, S Robert. 2012. Pengantar Psikologi Edisi 10. Jakarta : Salemba Humanika
Jaji. 2010. Upaya Keluarga Dalam Pencegahan Tuberkulosis (TB) Paru ke Anggota
Keluarga Lainnya Di Wilayah Kerja Puskesmas Sidorejo Pagaralam Tahun
2010. Jurnal Kesehatan, (Online), (http://eprints.unsri.ac.id, diakses 3 maret
2018).
Kusnanto; Pradanic Retnayu; Karima Alifi Inas. 2011. Spirituaal Emotional Freedom
Technique (SEFT) Terhadap Kualitas Hiduo Penderita Tuberkulosi Paru
Tahun 2011. Jurnal Kesehatan, (Online), (http://jkp.fkep.unpad.ac.id, diakses
25 Februari 2018).
Medical Record Puskesmas Merdeka Palembang Tahun 2015-2018.
Mubarak, Iqbal Wahit. 2012. Promosi Kesehatan untuk Kebidanan. jakarta: Salemba
Medika.
Mubarak, Wahit Iqbal. 2007. Promosi Kesehatan: Sebuah Pengantar Proses Belajar
Mengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Notoadmodjo, Soekidjo. 2014. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nugroho, Adhi Randy. 2011. Studi Kualitatif Faktor yang Melatarbelakangi Drop
Out Pengobatan Tuberkulosis Paru tahun 2011. Jural Kesehatan (Online),
(https://journal.unnes.ac.id/index.php/kemas, diakses 24 Agustus 2018).
Nurarif, Huda Amin dan Kusuma Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatab
Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda. Yogyakarta: Mediaction.
Novitasari, Ayu Indah; Irdawati; Hudiyawati Dian. 2014. Hubungan Antara
Dukungan Keluarga Terhadap Konsep Diri Pada Penderita TBC Dalam
Proses Pengobatan Di Wilayah Kerja Puskesmas Bendosari Tahun 2014.
Jurnal Kesehatan, (Online), (http://eprints.ums.ac.id, diakses 10 Maret
2018).
Pasambuna, Hasdiky; Kolibu K Febi; Ratag T Budi. 2016. Hubungan Antara
Pengetahuan dan Dukugan Keluarga Penderita dengan Keatuhan dalam
Program Pengobatan Tuberkulosis Pari di Wilayah Kerja Puskesmas
Modayag dan Modayag Barat Kabupaten Boolang Mongondow Timur
Tahun 2016. Jurnal Kesehatan (Online), (http://ejournalhealth.com, diakses
30 juni 2018).
Polit F. Denise dan Beck Tatano Cheryl. 2012. Nursing Research : Generating And
Assessing Evidence For Nursing Practice Ninth Edition.
Profil Dinas Kesehatan Kota Palembang. 2015. Tentang Tuberculosis Paru. (Online),
(http://dinkes.palembang.go.id , diakses 25 Februari 2018).
Profil Kesehatan Indonesia. 2015. Tentang Tuberculosis Paru. (Online),
(http://depkes.go.id , diakses 25 Februari 2018).
Rejeki, Herni; Nursari Yuni Astuti; Permatasari Henny, 2012. Pengalaman
Menajalani Pengobatan TB Kategori II di Wilayah Kabupaten Pekalongan
Jawa Tengah Tahun 2012. Jurnal Kesehatan, (Online),
(http://id.portalgaruda.org, diakses 3 April 2018).
Saraswati, Rina; Hasanah Nur; Al Ummah Basirum M. 2016. Konsep Diri Penderita
TB Paru Di RS PKU Muhammadiyah Gomong Tahun 2016. Jurnal
Kesehatan (Online), (http://ejounal.stikesgombong.ac.id, diakses 5 Juli
2018).
Septia, Asra; Rahmalia Siti; Sabrian Febriana, 2014. Hubungan Dukungan Keluarga
dengan Kepatuhan Minum Obat pada Penderita TB Paru Tahun 2014.
Jurnal Kesehatan, (Online), (http://neliti.com, diakses 10 Maret 2018).
Sedjati, Fitria 2013. Hubungan Antara Efikasi Diri dan Dukungan Sosial dengan
Kebermaknaan Hidup Pada Penderita Tuberculosis Paru Di Balai
Pengobatan Penyakit paru-paru (BP-4) Yogyakarta Tahun 2013. Jurnal
Fakultas Psikologi, (Online), (http://jogjapress.com, diakses 12 Maret
2018).
Siswanto, Putra Ivan; Yanwirasti; Usman Elly, 2016. Hubungan Pengetahuan dan
dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis di
Puskesmas Andalas Kota Padang Tahun 2016. Jurnal kesehatan, (Online),
(http://jurnal.fk.unand.ac.id, diakses 30 juni 2018).
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.

Sulistiyawati. 2012. Hubungan Dukugan Keluarga dengan Tingkat Stres Pada


Pasien Tuberculosis Usia Produktidif Di RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta Tahun 2012. (Online), (http://digilib.unisayogyakarta.ac.id,
diakses 12 Maret 2018).
Suyatno, 2009. Studi Etnografi Terfokus pada Penyakit Tuberculosis Di Kabupaten
Kebumen Jawa Tengan Tahun 2009. Juenal kesehatan (Online),
(http://portalgaruda.org, diakses 24 Agustus 2018).
Thohari, Imam; Istiningtyas; Kismanto Joko. 2016. Konsep Diri Pada Pasien TB Di
RSUD Kota Surakarta Tahun 2016. Jurnal Kesehatan, (Online),
(http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id, diakses 15 Juli 2018).
Tsani, Mutiara Rosy; Kasno. 2012. Gambaran Klinis Tuberkulosi Paru Di RSUP
Dr.Kariadi Semaarang Periode Jauari – Juni 2011 Tahun 2012. Jurnal
Kesehatan, (Online), (http://jurnal.unimus.ac.id, diakses 12 Maret 2018).
Utami, Oktavia Devi; Parjo dan Arina Nurfianti. 2016. Studi Kualitatif Terjadinya
Default Pengobatan tuberculosis Paru Di Unit Pengobatan Penyakit Paru-
Paru Di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016. Jurnal Kesehatan,
(Online), (http://untan.ac.id, diakses 5 Juli 2018).
Wijaya, Andra Saferi dan Yessie Mariza Putri. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 1
(Keperawatan Dewasa). Yogyakarta : Nuha Medika.
Yuliana; Nauli Annis Fathar; Novayelinda Riri. 2014. Hubungan Antara Harga Diri
dengan Perilaku Pada Penderita Tuberculosis (TB) Paru Tahun 2014.
(Online), (http://jom.unri.ac.id, diakses 25 Februari 2018).

Anda mungkin juga menyukai