X DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN
DI UGD RUMAH SAKIT JIWA
I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. X
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 25 Tahun
Alamat : Kp Cikole, Ds Cikole, Kec Lembang. Kab Bandung Barat
Agama : Islam
No RM : 00658
Pendidikan : SLTA
IV.FAKTOR PRESIPITASI
Keluarga klien mengatakan klien mengalami gangguan jiwa sejak 2 tahun yang
lalu, berawal dari skripsinya yang tidak selesai – selesai. Setelah satu tahun berlalu
klien sudah terlihat dan membaik lalu klien kuliah lagi dan menyelesaikan
skripsinya namun tak selesai-selesai juga sampe sekarang skripsinya dari situ klien
mengamuk lagi dan ingin menyakiti dirinya sendiri dengan melukai nandinya
dengan pisa. Klien sudah pernah di bawa UGD RS Jiwa sebelumnya dengan
keluhan yang sama namun dengan cara yang berbeda, pengobatan kurang berhasil.
V. PERSEPSI DAN HARAPAN KLIEN DAN KELUARGA
1. Persepsi klien atas masalahnya
Klien mengatakan awalnya malu sama keluarga dan teman – temannya karena
klien tidak lulus – lulus juga kuliahnya.
2. Persepsi keluarga atas masalahnya
Keluarga mengatakan “awal tau Tn. X sakit sangat sedih , terpukul, tidak bisa
menerima, tapi dengan berjalannya waktu keluarga menerima keadaan saat ini,
namanya sakit kan dari Allah jadi saya cuma bisa berdoa semoga diberikan
V. KELUARGA
1. Genogram
2. Konsep diri:
a. Citra tubuh
Klien mengatakan anggota tubuhnya baik. Klien sangat bersyukur terhadap
keadaan tubuhnya.
b. Identitas diri
Klien mengatakan anak ke 2 dari 3 bersaudara.
c. Peran diri
Klien mengatakan berperan sebagai anak ke-2 dalam keluarga.
d. Ideal diri
Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan ingin cepat menyelesaikan tugas
skripsinya biar cepet lulus.
e. Harga diri
Klien mengatakan merasa sosialisasi dengan orang lain sangat penting.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
3. Hubungan social
a) Orang yang terdekat
Klien mengatakan orang yang sangat dekat dengannya yaitu kakaknya yang
bernama farhan.
b) Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat :
Klien ikut berperan aktif dalam kegiatan kelompok atau kegiatan
organisasi di kampusnya.
c) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
Klien mengatakan komunikasi dengan orang lain penting.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
4. Spriritual
a. Nilai dan keyakinan
Nilai dan keyakinan yang dipegang oleh klien adalah nilai – nilai islam dan
klien mengatakan shalat 5 waktu itu wajib.
b. Kegiatan Ibadah
Kegiatan ibadah klien adalah shalat, ngaji dan tidak pernah lalai untuk
shalat
Masalah Keperawatan : Tidak Ada masalah
B. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Penampilan klien cukup rapi, rambut ikal, kemudian menggunakan baju yang
seharusnya.
2. Pembicaraan
Klien berbicara dengan nada keras.
Masalah keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan
3. Aktivitas motorik
Klien terlihat sehat dan selalu mengikuti kegiatan yang ada di UGD RS Jiwa.
4. Alam perasaan
Klien mengatakan merasa senang sudah membagi ceritanya dengan perawat.
5. Afek
Afek klien labil, cepat marah dan tersinggung.
Masalah keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan
6. Interaksi selama wawancara
Interaksi selama wawancara klien baik, namun kontak mata tajam.
Masalah Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan
7. Persepsi
Klien mengatakan tidak pernah mendengar bisikan-bisikan aneh ataupun
melihat bayangan-bayangan aneh juga.
8. Proses pikir
Proses fikir klien adalah flight of ideas karena sering megganti topic
pembicaraan tanpa menyelesaikan topic pertama.
Masalah keperawatan : Waham
9. Isi Pikir
Klien mengatakan dirinya malu sama keluarga dan teman- teman bahwa
dirinya tidak lulus-lulus juga kuliahnya dan sudah lama juga menjadi
mahasiswa kampusnya itu.
Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah
10. Tingkat kesadaran
Compos mentis (Klien sadar akan dirinya)
Tingkat kesadaran klien baik dan klien tidak mengalami disorientasi terhadap
waktu, tempat dan orang. Buktinya klien masih mengingat bahwa klien
sekarang sedang ada di UGD RS Jiwa.
11. Memori
Klien tidak mengalami gangguan daya ingat karena klien mampu
menceritakan masalahnya sehingga klien di bawa ke UGD RS Jiwa.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Tingkat konsentrasi klien baik karena masih dapat berhitung dan dapat
menjawab perhitungan sederhana yang diberikan perawat seperti 10+10= 20
dan 15x5=75.
13. Kemampuan penilaian
Kemampuan penilaian klien mengalami gangguan penilaian ringan. Klien bisa
tidak bisa memilih antara dua pilihan.
14. Daya tilik diri
Klien mengatakan dirinya sudah sehat dan ingin cepat – cepat kuliah lagi biar
cepat menyelesaikan sekeripsinya itu.
D. MEKANISME KOPING
Mekanisme koping maladaptif karena klien mengatakan saat dia mengalami
masalah biasanya klien ingin menghabisi dirinya sendiri.
Masalah Keperawatan : Perilaku Kekerasan
G. ASPEK MEDIK
Diagnosa Medik : Skizofrenia
Terapi medik : Resperidone 2 x 1
H. ANALISA DATA
N DATA MASALAH KEPERAWATAN
O
1 DS : Klien mengatakan marah ke
dirinya sendiri karena skeripsinya
tidak selesai – selesai dan klien
mencoba melukai nadinya dengan Perilaku Kekerasan
pisau.
DO : Klien berbicara keras, cepat
tersinggung, emosi labil, kontak
mata tajam.
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
J. INTERVENSI
Nama Pasien : Tn. X
Umur : 25 Tahun
Diagnosa Medis : Skizofrenia
Dx Perencanaan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Keperawatan
Resiko melukai Tujuan umum :
diri sendiri b.d klien tidak 1. Klien 1. Bina hubungan saling
Perilaku menunjukan resiko menunjukkan percaya dengan:
Kekerasan perilaku kekerasan tanda-tanda o Beri salam setiap
Tujuan khusus percaya kepada berinteraksi
1. Klien dapat perawat: o Perkenalkan nama,
membina o Wajah cerah, nama panggilan
hubungan tersenyum perawat dan tujuan
saling percaya o Mau perawat berkenalan
berkenalan o Tanyakan dan
o Ada kontak panggil nama
mata kesukaan klien
o Bersedia o Tunjukkan sikap
menceritakan empati, jujur dan
perasaan menepati janji
setiap kali
berinteraksi
o Tanyakan perasaan
klien dan masalah
yang dihadapi klien
o Buat kontrak
interaksi yang jelas
o Dengarkan dengan
penuh perhatian
ungkapan perasaan
klien
PERILAKU KEKERASAN
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Pasien
a) Data Subjektif
Klien mengatakan :
Saya mudah marah bila keinginan saya tidak terpenuhi.
Saya langsung mengamuk dan ingin bunuh diri.
b) Data Objtektif
Klien mudah tersinggung dan cepat marah.
Nada suara tinggi dan cepat
Muka merah dan tegang
Pandangan tajam
Tangan mengepal
2. Diagnosa Keperawatan
Perilaku kekerasan
3. Tujuan
a. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
b. Pasin dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
c. Pasien dapat nyebutkan jenis perilaku kekerasan yng pernah dilakukannya.
d. Pasien dapat nyebutkan cara mencegah atau mengontrol perilaku kekerasan.
e. Pasien dapat mencegah atau mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik,
spritual, sosisal, dan dengan terapi psikofarmaka.
4. Tindakan
1) Bina hubunan saling percaya
Dalam membina hubngan saling percaya perlu di bertimbangkan agar pasien
merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan sodra. Tindakan yang harus
saudara lakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya adalah :
a. Mengucapkan salam terapeutik
b. Berjabatan tangan
c. Menjelaskan tujuan interaksi
d. Membuat kontak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien
2) Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saaat ini dan yang lalu
3) Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan
a. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik
b. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis
c. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial
d. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual
e. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual
4) Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada saat
marah secara :
a. Verbal
b. Terhadap orang lain
c. Terhadap diri sendiri
d. Terhadap lingkungan
5) Diskusikan bersama passien akibat perilakunya
6) Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara :
a. Fisik : pukul kasur dan bantal, tarik nafas dalam
b. Obat
c. Social/verbal : menyatakan secara asertif rasa marahnya
d. Spritual : sholat, berdoa sesuai keyakinan pasien
7) Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik :
a. Latihan nafas alam dan pukul kasur dan bantal
b. Susun jadwal latihan dalam dan pukul kasur dan bantal
8) Latih pasien engontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal
ORIENTASI:
“Selamat pagi pak, perkenalkan nama saya Deni Ramdani, panggil saya deni, saya perawat yang
dinas di ugd. Nama masnya siapa, senangnya dipanggil apa?”
“Bagaimana perasaan bapak saat ini?, Masih ada perasaan kesal atau marah?”
“Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang tentang perasaan marah masnya”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang?” Bagaimana kalau 10 menit?
“Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, pak? Bagaimana kalau di ruang
taman?”
KERJA:
“Apa yang menyebabkan masnya marah?, Apakah sebelumnya bapak pernah marah? Terus,
penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang?. O..iya, apakah ada penyebab lain yang
membuat bapak marah”
“Pada saat penyebab marah itu ada, seperti mas stress karena pekerjaan atau masalah uang atau
pendidikan (misalnya ini penyebab marah pasien), apa yang bapak rasakan?” (tunggu respons
pasien)
“Apakah bapak merasakan kesal kemudian dada bapak berdebar-debar, mata melotot, rahang
terkatup rapat, dan tangan mengepal?”
“Setelah itu apa yang bapak lakukan? O..iya, jadi bapak marah-marah, suka melukai dirinya
sendiri ya bapak, apakah dengan cara ini stress bapak hilang? Iya, tentu tidak. Apa kerugian cara
yang bapak lakukan? Betul,keluarga jadi sedih. Menurut bapak adakah cara lain yang lebih baik?
Maukah bapak belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan
kerugian?”
”Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, bapak. Salah satunya adalahlah
dengan cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkan rasa marah.”
”Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?”
”Begini bapak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah mas rasakan maka bapak berdiri, lalu tarik
napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiupu perlahan –lahan melalui mulut seperti
mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui
mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, bapak sudah bisa melakukannya. Bagaimana
perasaannya?”
“Nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa marah
itu muncul mas sudah terbiasa melakukannya”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang kemarahan bapak?”
”Iya jadi ada 2 penyebab bapak marah ........ (sebutkan) dan yang bapak rasakan ........ (sebutkan)
dan yang bapak lakukan ....... (sebutkan) serta akibatnya ......... (sebutkan)
”Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah bapak yang lalu, apa yang bapak
lakukan kalau marah yang belum kita bahas dan jangan lupa latihan napas dalamnya ya bapak.
‘Sekarang kita buat jadwal latihannya ya bapak, berapa kali sehari bapak mau latihan napas
dalam?, jam berapa saja bapak?”
”Baik, bagaimana kalau 2 jam lagi saya datang dan kita latihan cara yang lain untuk
mencegah/mengontrol marah. Tempatnya disini saja ya pak, Selamat pagi”
ORIENTASI
“Selamat pagi pak, sesuai dengan janji saya tiga jam yang lalu sekarang saya datang lagi”
“Bagaimana perasaan bapak saat ini, adakah hal yang menyebabkan bapak marah?”
“Baik, sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah dengan kegiatan fisik untuk cara
yang kedua”
“sesuai janji kita tadi kita akan berbincang-bincang sekitar 20 menit dan tempatnya disini di
ruangan,bagaimana pak setuju?”
KERJA
“Kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal, berdebar-debar, mata
melotot, selain napas dalam bapak dapat melakukan pukul kasur dan bantal”.
“Sekarang mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar bapak? Jadi kalau nanti pak
kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan tersebut dengan memukul
kasur dan bantal. Nah, coba pak lakukan, pukul kasur dan bantal. Ya, bagus sekali pak
melakukannya”.
“Kekesalan lampiaskan ke kasur atau bantal.”
“Nah cara inipun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah. Kemudian jangan lupa
merapikan tempat tidurnya.
TERMINASI
“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan cara menyalurkan marah tadi?”
“Ada berapa cara yang sudah kita latih, coba bapak sebutkan lagi?Bagus!”
“Mari kita masukkan kedalam jadwal kegiatan sehari-hari bapak. Pukul kasur bantal mau jam
berapa? Bagaimana kalau setiap bangun tidur? Baik, jadi jam 05.00 pagi. dan jam jam 15.00 sore.
Lalu kalau ada keinginan marah sewaktu-waktu gunakan kedua cara tadi ya bapak. Sekarang kita
buat jadwalnya ya pak, mau berapa kali sehari pak latihan memukul kasur dan bantal serta tarik
nafas dalam ini?”
“Besok pagi kita ketemu lagi kita akan latihan cara mengontrol marah dengan belajar bicara yang
baik. Mau jam berapa pak? Baik, jam 10 pagi ya. Sampai jumpa&istirahat y pak”
ORIENTASI
“Selamat pagi pak, sesuai dengan janji saya kemarin sekarang kita ketemu lagi”
“Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam dan pukul kasur bantal?, apa yang
dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?”
“Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya.”
“Bagus. Nah kalau tarik nafas dalamnya dilakukan sendiri tulis M, artinya mandiri; kalau
diingatkan perawat baru dilakukan tulis B, artinya dibantu atau diingatkan. Nah kalau tidak
dilakukan tulis T, artinya belum bisa melakukan
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah marah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat yang sama?”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?”
KERJA
“Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah. Kalau marah sudah
dusalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan bantal, dan sudah lega, maka kita
perlu bicara dengan orang yang membuat kita marah. Ada tiga caranya pak :
1. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak menggunakan
kata-kata kasar. Kemarin mas bilang penyebab marahnya karena sekeripsinya tidak selesai –
selesai maka bapak coba minta bantuan ke dosen pembimbingan dengan baik,Bu, saya perlu
bantuan ibu supaya sekeripsi saya cepat beres.” Nanti bisa dicoba di sini untuk meminta baju,
minta obat dan lain-lain. Coba pak praktekkan. Bagus pak.”
2. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan mas tidak ingin melakukannya, katakan:
‘Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada kerjaan’. Coba pak praktekkan. Bagus
pak”
3. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat kesal pak dapat
mengatakan:’ Saya jadi ingin marah karena perkataanmu itu’. Coba praktekkan. Bagus”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan pak setelah kita bercakap-cakap tentang cara mengontrol marah dengan
bicara yang baik?”
“Coba pak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari”
“Bagus sekali, sekarang mari kita masukkan dalam jadwal. Berapa kali sehari mas mau latihan
bicara yang baik?, bisa kita buat jadwalnya?”
Coba masukkan dalam jadwal latihan sehari-hari, misalnya meminta obat, uang, dll. Bagus nanti
dicoba ya pak!”
“Bagaimana kalau dua jam lagi kita ketemu lagi?”
“Nanti kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah pak yaitu dengan cara
ibadah, bapak setuju? Mau di mana pak? Di sini lagi? Baik sampai nanti ya”
ORIENTASI
“Selamat pagi bapak, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu sekarang saya datang lagi”
Baik, yang mana yang mau dicoba?”
“Bagaimana pak, latihan apa yang sudah dilakukan?Apa yang dirasakan setelah melakukan
latihan secara teratur? Bagus sekali, bagaimana rasa marahnya”
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah rasa marah yaitu dengan
ibadah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat tadi?”
“Berapa lama mas mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?
KERJA
“Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa bapaklakukan! Bagus. Baik, yang mana
mau dicoba?
“Nah, kalau pak sedang marah coba bapak langsung duduk dan tarik napas dalam. Jika
tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil air wudhu
kemudian sholat”.
“mas bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan kemarahan.”
“Coba pak sebutkan sholat 5 waktu? Bagus. Mau coba yang mana?Coba sebutkan caranya (untuk
yang muslim).”
TERMINASI
Bagaimana perasaan pak setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang ketiga ini?”
“Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari? Bagus”.
“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadual kegiatan mas. Mau berapa kali pak sholat.
Baik kita masukkan sholat ....... dan ........ (sesuai kesepakatan pasien)
“Coba pak sebutkan lagi cara ibadah yang dapat pak lakukan bila pak merasa marah”
“Setelah ini coba mas lakukan jadwal sholat sesuai jadwal yang telah kita buat tadi”
“Besok kita ketemu lagi ya pak, nanti kita bicarakan cara keempat mengontrol rasa marah, yaitu
dengan patuh minum obat.. Mau jam berapa pak? Seperti sekarang saja, jam 10 ya?”
“Nanti kita akan membicarakan cara penggunaan obat yang benar untuk mengontrol rasa marah
mas, setuju pak?”
ORIENTASI
“Selamat pagi pak, sesuai dengan janji saya kemarin hari ini kita ketemu lagi”
“Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam, pukul kasur bantal, bicara
yang baik serta sholat?, apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?.
Coba kita lihat cek kegiatannya”.
“Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan tentang cara minum obat yang benar
untuk mengontrol rasa marah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat kemarin?”
“Berapa lama mas mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara minum obat yang
benar?”
“Coba bapak sebutkan lagi jenis obat yang Bapak minum! Bagaimana cara minum obat
yang benar?”
“Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari?. Sekarang kita
tambahkan jadual kegiatannya dengan minum obat. Jangan lupa laksanakan semua
dengan teratur ya”.
“Baik, Besok kita ketemu kembali untuk melihat sejauhma mana bapak melaksanakan
kegiatan dan sejauhmana dapat mencegah rasa marah. Sampai jumpa”