SKRIPSI
Oleh
Siska Damayanti
NIM.1501011010
SKRIPSI
Oleh
Siska Damayanti
NIM.1501011010
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan dan belum
dapat dikatakan sepenuhnya sempurna karena adanya keterbatasan kemampuan dan
pengetahuan yang dimiliki peneliti. Namun kekurangan tersebut akan dijadikan
perbaikan untuk sesuatu yang jauh lebih baik kedepannya. Peneliti juga menyadari
bahwa usaha yang peneliti lakukan tidak terlepas dari adanya keterlibatan dari
berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Baik materi maupun
non materi. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada yang terhormat:
1. Ibu Dra.Hj. Elviana, M.Si, selaku Pembina Yayasan Amanah Ampang Kuranji
Universitas Dharmas Indonesia.
2. Bapak Dr. Dharmansyah, ST. M.Pd selaku Rektor Universitas Dharmas
Indonesia.
3. Bapak Amar Salahuddin, M.Pd selaku Wakil Rektor I Universitas Dharmas
Indonesia.
4. Bapak Dr. Gunawan Ali, M.Kom selaku Wakil Rektor II Universitas Dharmas
Indonesia.
5. Ibu Dr. Rahmatul Hayati, M.pd selaku Wakil Rektor III Universitas Dharmas
Indonesia.
6. Ibu Ita Dwi Aini, S.Farm., Apt., M.Sc. selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Dharmas Indonesia.
7. Bapak Ns. Candra Syah Putra, M.Kep, selaku Ketua Program Studi S1
Keperawatan Universitas Dharmas Indonesia.
8. Ibu Ns. Sri Fawziyah, M.Kep selaku Dosen Pembimbing I. Terima kasih atas
bimbingan dan kebesaran hatinya dalam memberikan masukan dan pengarahan
kepada peneliti selama menyusun skripsi ini.
9. Ibu Ns. Risma Dewi, S.Kep. selaku Dosen Pembimbing II. Terima kasih karena
telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan serta
pengarahan dan pemahaman kepada peneliti selama menyusun skripsi ini.
10. Seluruh Dosen Program Studi S1 Keperawatan yang telah banyak memberikan
ilmu pengetahuan, bimbingan, pengalaman, dan nasehat selama pendidikan.
11. Pimpinan Puskesmas Koto Baru yang telah memberikan izin peneliti mengambil
data survei awal sehubungan masalah yang diangkat dalam skripsi ini.
12. Kepada seluruh pihak baik yang secara langsung maupun tidak langsung telah
ikut bekerja sama dalam menyelesaikan skripsi ini saya ucapkan terima kasih.
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala kebaikan yang telah
diberikan, semoga skripsi ini bermanfaat bagi peneliti, pembaca, maupun pihak lain
yang memanfaatkannya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,,,
Peneliti
Katakanlah “Dialah Allah Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung
kepada-Nya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak
ada seorangpun yang setara dengan Dia. (QS Al-Ikhlas 1-4)
Seikhlas hatiku Ucapkan syukur kepada ALLAH SWT Tuhan semesta alam, berkat
rahmat dan karuniaNya saya bisa bernafas, berfikir dan selalu sehat. Berkat rahmatNya
juga lah saya dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi saya ini, sholawat beriringan salam
saya kirimkan kepada baginda Rosulullah “Nabi Muhammad SAW” karena dengan
jasa beliau lah bumi ini terisi dengan pengetahuan.
“Keluarga Besarku”
Untuk kakak-kakakku “Adi Hendri, Yusmaida,Amd.Kep, Miftahul Irwan”
Terimakasih atas semua dukungan, motivasi, inspirasi, dan do’a keluarga besarku, atas
do’a dan dukungan kalian saya bisa mencapai gelar sarjana dan hanya karya kecil ini
yang dapatku persembahkan untuk kalian semua.
“Dosen Pembimbing”
Ibu Ns.Sry Fawziyah,M.Kep dan ibu Ns.Risma Dewi,S.Kep selaku pembimbing saya
dalam menyelesaikan tugas akhir ini, terimakasih untuk ibu yang telah membantu,
membimbing, menasehati, dan mengajari saya sehingga saya bisa menyelesaikan tugas
akhir ini, jasa-jasa ibu tidak akan pernah saya lupakan selama hidup saya, dan semoga
Allah membalas semua jasa-jasa ibu.
“Dosen dan Staf Akademik UNDHARI”
Terimakasih saya ucapkan kepada Bapak Candra, Ibuk Reni, Ibuk Ita, Ibuk Cici, Ibuk
Astuti, Ibuk Risma, Ibuk Erma, Ibuk Dewi, dan seluruh staf akademik UNDHARI
yang telah memberikan saya ilmu sehingga saya bisa menyandang gelar ini, semoga
ibuk dan bapak selalu diberi rahmat oleh Allah SWT dan selalu dalam lindungannya.
Salam Hormat,
Siska Damayanti
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS DHARMAS INDONESIA
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SISKA DAMAYANTI
1501011010
Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Tentang HIV / AIDS Dengan Stigma
Masyarakat Tentang ODHA Di Jorong Pasar Koto Baru Wilayah Kerja
Puskesmas Koto Baru Tahun 2019.
XVI + 89 halaman + 5 tabel + 1 gambar + 13 lampiran
ABSTRAK
Stigma atau cap buruk adalah tindakan memvonis seseorang buruk
moral/perilakunya sehingga mendapatkan penyakit tersebut. Pengetahuan tentang
HIV/AIDS sangat mempengaruhi bagaimana individu tersebut akan bersikap terhadap
penderita HIV/AIDS. Berdasarkan data dari puskesmas Koto Baru pada tahun 2018
didapatkan 4 orang yang menderita HIV/AIDS. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui
hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap tentang HIV/AIDS dengan stigma
masyarakat tentang ODHA.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan desain
penelitian cross sectional study, dan pengambilan sampel dengan teknik accidental
sampling yang pengambilan sampel dilakukan pada bulan Januari 2019, didapatkan
sampel 47 orang dari 462 populasi. Analisa data menggunakan uji statistik univariat dan
bivariat dengan menggunakan program komputerisasi yang menggunakan SPSS.
Berdasarkan analisis univariat ditemukan 42,6% responden yang memiliki
pengetahuan rendah, 48,9% responden yang memiliki sikap negatif, dan 48,9%
responden yang memiliki stigma negatif. Berdasarkan analisis bivariat dengan
menggunakan uji chi square menunjukkan ada hubungan antara tingkat pengetahuan
tentang HIV/AIDS dan stigma masyarakat tentang ODHA di mana p-value adalah 0,000
< (ɑ = 0,05), dan ada juga hubungan antara sikap tentang HIV/AIDS dengan stigma
masyarakat tentang ODHA di mana p-value adalah 0,000 < (ɑ = 0,05).
Kesimpulannya adalah bahwa stigma masyarakat tentang ODHA dipengaruhi
oleh tingkat pengetahuan dan sikap tentang HIV/AIDS. Dengan demikian perlunya
peran petugas kesehatan untuk memberikan informasi tentang HIV/AIDS kepada
masyarakat sehingga masyarakat dapat memahami mekanisme penularan HIV,
pencegahan, dan tanda-tanda gejala penderita HIV. Sehingga stigma masyarakat tentang
ODHA dapat dihilangkan.
SISKA DAMAYANTI
1501011010
Relationship between Knowledge Levels and Attitudes About HIV / AIDS With
Community Stigma About PLWHA In Jorong Pasar Koto Baru Working Area of Koto
Baru Health Center in 2019.
XVI + 89 pages + 5 tables + 1 picture + 13 attachments
ABSTRACT
Stigma or bad stamp is the act of verifying someone bad moral / behavior so that
they get the disease. Knowledge about HIV / AIDS greatly influences how these
individuals will behave towards people with HIV / AIDS. Based on data from the Koto
Baru Community Health Center in 2018 there were 4 people suffering from HIV / AIDS.
The purpose of this study was to determine the relationship between the level of
knowledge and attitudes about HIV / AIDS with the community's stigma about PLWHA.
The research method used was descriptive analytic with a cross sectional study
design, and sampling with an accidental sampling technique in which sampling was
conducted in January 2019, obtained a sample of 47 people from 462 populations. Data
analysis using univariate and bivariate statistical tests using computerized programs
that use SPSS.
Based on univariate analysis found 42.6% of respondents who have low
knowledge, 48,9% of respondents who have a negative attitude, and 48,9% of
respondents who have a negative stigma. Based on bivariate analysis using the chi
square test showed there was a relationship between the level of knowledge about HIV /
AIDS and community stigma about PLWHA where the p-value was 0,000 <(ɑ = 0.05),
and there was also a relationship between attitudes about HIV / AIDS and community
stigma about PLWHA where the p-value is 0,000 <(ɑ = 0.05).
The conclusion is that the community's stigma about PLWHA is influenced by the
level of knowledge and attitudes about HIV / AIDS. Thus the need for the role of health
workers to provide information about HIV / AIDS to the community so that people can
understand the mechanism of HIV transmission, prevention, and signs of symptoms of
HIV sufferers. So that the community's stigma about PLWHA can be eliminated.
Halaman
HALAMAN JUDUL LUAR.......................................................................... i
HALAMAN JUDUL DALAM……………………………………..……..... ii
LEMBAR PERSETUJUAN..........……………………………….………... iii
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................... iv
LEMBAR BEBAS PLAGIATISME…………………………….……….... v
KATA PENGANTAR…………………………………………………….... vi
KATA PERSEMBAHAN…………..…………………………….……….... viii
ABSTRAK…………………………..…………………………….……….... x
ABSTRACT……………………………………………………….………....xi
DAFTAR ISI…………………………………………………………..……. xii
DAFTAR TABEL………………………...……………………………..….. xiv
DAFTAR GAMBAR………………………...………………………….….. xv
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………..……. xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah.…………………..……………………………. 9
1.3 Tujuan Penelitian…….………………………………………...…. 9
1.4 Manfaat Penelitian……….………………………….……………. 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Pengetahuan…...................……….……...………………. 12
2.2 Konsep Sikap………….............……….……...…….……………. 18
2.3 Konsep HIV/AIDS…….............……….……...…….……………. 22
2.4 Konsep Stigma…………...............……….……...…….…………. 45
BAB III KERANGKA KONSEP
3.1 Kerangka Konsep……….…….………………….…….…………. 61
3.2 Hipotesis Penelitian……….…..…………………….……….……. 61
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian…………………………………….……………. 63
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian….…………………………………. 63
4.3 Populasi dan Sampel …….…….…………………………………. 63
4.4 Variabel Penelitian……………………………..……....…………. 66
4.5 Defenisi Operasional…………………………….…......………….
xii 66
4.6 Alat atau Instrumen Penelitin.…..……..……………………….…. 68
4.7 Teknik Pengumpulan Data.…..……..…………………….………. 68
4.8 Teknik Pengolahan Data…….……………….……...……………. 68
4.9 Analisa Data.........……….………………………….…….………. 70
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1 Analisa Univariat….…...................……….……...………………. 72
5.2 Analisa Bivariat………….............…….……...…….……………. 73
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Pembahasan Analisa Univariat……….…………………...……….77
6.2 Pembahasan Analisa Bivariat……….…..……..…...……….……. 82
BAB VII PENUTUP
7.1 Kesimpulan………………….…….……..…………….…………. 88
7.2 Saran……….…..……………………..…………….……….……. 89
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Definisi Operasional.............………………….…………. 66
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan tentang
HIV/AIDS..............…………………………….….…….. 72
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi sikap tentang HIV/AIDS................... 72
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi stigma masyarakat tentang ODHA… 73
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi hubungan tingkat pengetahuan tentang
HIV/AIDS dengan stigma masyarakat tentang
ODHA.............……………………….……….…………. 73
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi hubungan sikap tentang HIV/AIDS
dengan stigma masyarakat tentang ODHA...………….... 75
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Kerangka Konsep.............……………......…….…………. 61
DAFTAR LAMPIRAN
PENDHULUAN
penyakit ini lambat dan gejala-gejala AIDS rata-rata baru timbul 10 tahun
sesudah terjadinya infeksi, bahkan dapat lebih lama lagi (Noviana, 2013).
masuk kedalam tubuh. Keadaan tersebut membuat individu yang terinfeksi HIV
rentan terkena infeksi oportunistik. Ada beberapa dampak akibat dari infeksi
virus HIV yakni infeksi TBC (Tubercolosis), infeksi herpes, radang kulit,
meningitis (peradangan selaput otak), kanker, gagal ginjal dan diikuti penyakit
seksual lawan jenis (heteroseksual), hubungan sejenis melalui lelaki seks lelaki
(LSL), penggunaan alat suntik secara bergantian, transfusi darah dan penularan
dengan persentase tertinggi pada kasus AIDS yaitu 69.6%, diikuti penggunaan
alat suntik tidak steril sebesar 9.1% dan homosksual sebesar 5.7% (Kemenkes
RI, 2017). Sebagian besar (75%) penularan terjadi melalui hubungan seksual
(Noviana,2013)
dan menjadi masalah global yang melanda dunia. Menurut data (WHO,2015)
penemuan kasus HIV (Human Immunodeficiency vyrus) mencapai 2,3 juta kasus,
Indonesia dari bulan Oktober sampai dengan Desember 2017 sebanyak 14.640
orang. Persentase HIV tertinggi dilaporkan pada kelompok umur 25-49 tahun
(69,2%), diikuti kelompok umur 20-24 tahun (16,7%), dan kelompok umur ≥ 50
tahun (7,6%). Sedangkan penderita AIDS dari bulan Oktober sampai dengan
kelompok umur 30-39 tahun (35,2%), diikuti kelompok umur 20-29 tahun
tahun 2006 (7.195), tahun 2007 (6.048), tahun 2008 (10.362), tahun 2009
(9.793), tahun 2010 (21.591), tahun 2011 (21.031), tahun 2012 (21.511), tahun
2013 (29.037), tahun 2014 (32.711), tahun 2015 (30.935), tahun 2016 (41.250)
dan tahun 2017 ( 14.640). Jumlah kumulatif infeksi HIV yang dilaporkan sampai
sampai dengan tahun 2005 dilaporkan sebanyak 5.239 tahun 2006 (3.680), tahun
2007 (4.828), tahun 2008 (5.298), tahun 2009 (6.744), tahun 2010 (7.470), tahun
2011 (8.279), tahun 2012 (10.862), tahun 2013 (11.741), tahun 2014 (7.963),
tahun 2015 (7.185), tahun 2016 (7.491) dan tahun 2017 ( 4.725). Jumlah
Pada provinsi dengan peringkat tertinggi di Indonesia yaitu Jawa Timur dengan
jumlah kasus HIV tahun 2014 (1 orang), tahun 2015 (0), tahun 2016 (3 orang)
AIDS tahun 2014 (0), tahun 2015 (0), tahun 2016 (1 orang) tahun 2017 (7
orang), dan Januari-Agustus 2018 (10 orang). Meninggal dunia tahun 2014 (0),
tahun 2015 (0), tahun 2016 (1 orang) tahun 2017 (3 orang), dan Januari-Agustus
2018 (1 orang), jumlah komulatif kejadian HIV/AIDS yang dilaporkan ke Dinas
kelamin laki-laki 5 orang, dan perempuan 10 orang. Dari 15 orang ODHA satu
orang bekerja sebagai ibu rumah tangga, PNS 2 orang, penjajah seks 3 orang,
lintas Sumatera dan berbatasan langsung dengan provinsi Riau dan provinsi
(2) screening usia resiko tinggi 2 kali pertahun namun, yang terlaksana baru satu
Dharmasraya, 2018).
(Nursalam, 2013).
Stigma yang salah akan berdampak terhadap perkembangan fisik dan psikis
HIV/AIDS tidak bisa terjadi dan belum pernah ada kasus yang terjadi karena
(ODHA) bisa memiliki positif regard bagi dirinya dalam kehidupannya agar bisa
menerima keadaan ini dengan lebih baik melalui penghargaan yang didapatkan
dari masyarakat dan keluarganya (khususnya). Tidak hanya itu, harapan lain
adalah keluarga dan masyarakat juga bisa menerima kehadiran ODHA tanpa
mereka yang tidak taat terhadap norma masyarakat dan agama yang berlaku.
Implikasi dari stigma dan diskriminasi bukan hanya pada diri orang atau
kelompok tertentu tetapi juga pada keluarga dan pihak-pihak yang terkait dengan
Stigma masyarakat terbagi menjadi dua, yaitu stigma positif dan negatif
permasalahan adalah bagaimana kita dapat menggeser stigma agar hilang atau
terkait HIV adalah suatu tindakan yang tidak adil pada seseorang yang secara
nyata atau diduga mengidap HIV. Ketika ODHA didiskriminasi ia akan merasa
penularan HIV, perkiraan risiko tertular yang berlebihan melalui kontak biasa
dan sikap negatif terhadap kelompok sosial yang dipengaruhi oleh epidemi
seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga,
tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan
jelas dikatakan bahwa sikap itu suatu sindrom atau kumpulan gejala dalam
merespon stimulus atau objek. Sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan,
perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain (Wawan, 2011). Dengan pengetahuan
akan dapat menciptakan kondisi yang dapat mengurangi stigma dan diskriminasi
program diatas hasil yang didapatkan masyarakat sudah ada yang datang ke
puskesmas untuk konseling meskipun secara diam-diam, dan dari hasil screening
orang (66,6%).
penularan, over estimasi tentang resiko penularan, dan sikap negatif terhadap
ODHA. Kata lainnya yaitu, semakin rendah tingkat pengetahuan tentang HIV
mereka.
2018, di wilayah kerja puskesmas Koto Baru terdapat 4 orang yang positif
memiliki perilaku yang buruk seperti (penjajah seks komersial dan pengguna
narkoba) dan ODHA itu melanggar ajaran agama dan melanggar norma
terhadap ODHA. Itu semua dikarenakan tidak adanya pendidikan kesehatan yang
tentang ODHA di Jorong Pasar Koto Baru Wilayah Kerja Puskesmas Koto Baru
Tahun 2019”.
merumuskan masalah adalah apakah ada “Hubungan tingkat pengetahuan dan sikap
tentang HIV/AIDS dengan stigma masyarakat tentang ODHA di Jorong Pasar Koto
sikap tentang HIV/AIDS dengan stigma masyarakat tentang ODHA di Jorong Pasar
HIV/AIDS di Jorong Pasar Koto Baru Wilayah Kerja Puskesmas Koto Baru
Tahun 2019.
terhadap di Jorong Pasar Koto Baru Wilayah Kerja Puskesmas Koto Baru
Tahun 2019.
Pasar Koto Baru Wilayah Kerja Puskesmas Koto Baru Tahun 2019.
terntang ODHA di Jorong Pasar Koto Baru Wilayah Kerja Puskesmas Koto
Hasil penelitian ini dapat memberi informasi bagi petugas kesehatan yang
berkerja di Puskesmas Koto Baru, terhadap perilaku yang terjadi diwilayah kerja agar
tentang hubungan tingkat pengetahuan dan sikap tentang HIV/AIDS dengan stigma
masyarakat, serta dapat dijadikan sebagai bahan ajar pada mata kuliah HIV/AIDS.
1.4.3 Bagi Responden
dengan stigma masyarakat tentang ODHA. Supaya masyarakat dapat merubah cara
kesehatan khususnya keperawatan. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data
awal dalam melaksanakan penelitian lebih lanjut yang berhubungan dengan tingkat
pengetahuan dan sikap tentang HIV/AIDS dengan stigma masyarakat tentang ODHA.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan
ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2011), pengetahuan adalah sesuatu yang
berbagai faktor dari dalam, seperti motivasi dan faktor luar berupa sarana
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang
suatu objek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu pengindraan sampai
orang menghadapi perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi proses
sebagai berikut:
2. Merasa (Interest), tertarik terhadap stimulasi atau obyek tersebut disini sikap
tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng
daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan yang cukup
sebelumnya, pada tingkat ini reccal (mengingat kembali) terhadap sesuatu yang
spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsang yang diterima. Oleh
sebab itu tingkatan ini adalah yang paling rendah Misalnya: Masyarakat Koto
2. Memahami (comprehension)
3. Aplikasi (Aplication)
yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat
4. Analisis (Analysis)
tersebut dan masih ada kaitan satu sama lain, kemampuan analisis ini dapat
Dengan kata lain sintesis ini suatu kemampuan untuk menyusun, dapat
telah ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
ada.
1. Pengetahuan implisit
bentuk pengalaman seseorang dan berisi faktor-faktor yang tidak bersifat nyata,
seseorang sulit untuk di transfer ke orang lain baik secara tertulis maupun lisan.
Pengetahuan implisit sering kali berisi kebiasaan dan budaya bahkan bisa tidak
yang berdampak fatal bagi kesehatan, tetapi ia masih saja melakukan hubungan
2. Pengetahuan eksplisit
Pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan yang telah didokumentasikan
atau tersimpan dalam wujud nyata, bisa dalam wujud perilaku kesehatan.
yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat
1. Tinggi
yang lain, serta mampu untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek.
2. Sedang
menganalisa, dan menghubungkan suatu materi dengan yang lain serta mampu
55%-75%.
3. Rendah
Pengetahuan rendah apabila individu tidak mampu untuk mengetahui,
(Notoatmodjo, 2011).
1. Tingkat Pendidikan
mudah dalam menerima hal-hal baru sehingga akan lebih mudah pula untuk
2. Informasi
3. Budaya
4. Pengalaman
5. Sosial Ekonomi
Tingkatan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup disesuaikan
sarana kesehatan yang ada dan harus disesuaikan dengan pendapatan yang ada.
2.2.1 Pengertian
tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan
jelas disini dikatakan bahwa sikap itu suatu sindrom atau kumpulan gejala dalam
merespons stimulus atau objek. Sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan,
a. Sikap positif
b. Sikap negatif
Menurut (Azwar, 2000) sikap itu terdiri dari 3 komponen yang saling
menunjang yakni :
pengaruh-pengaruh.
sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisi tendesi atau
yang utuh (total attitude). Dalam menentukan sikap yang utuh ini, kepercayaan,
b. Menanggapi (responding)
c. Menghargai (valuing)
resiko bila ada orang lain yang mencemoohkan atau adanya risiko lain
(Wawan, 2011).
1. Pengalaman Pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi
haruslah meninggal kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah
tersebut.
3. Pengaruh Kebudayaan
masyarakat asuhannya.
4. Media Massa
konsumen.
6. Faktor Emosional
Hasil ukur untuk variable sikap adalah positif dan negatif. Digunakan
skala sikap yaitu skala liker yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat
1. Sikap Positif
Setuju (S) =3
2. Sikap Negatif
Setuju (S) =2
Perjalanan penyakit ini lambat dan gejala-gejala AIDS rata-rata timbul 10 tahun
sesudah terjadinya infeksi, bahkan dapat lebih lama lagi. Virus masuk ke dalam
tubuh manusia terutama melalui perentara darah, semen dan secret vagina.
2013).
Human Imunodeficiency Virus (HIV), dimana virus ini menyerang sel-sel darah
putih atau sistem kekebalan tubuh manusia, sehingga orang yang terserang
penyakit ini tidak dapat melawan berbagai jenis penyakit yang menyerang
tubuhnya. AIDS dapat didefinisikan sebagai suatu sindrom atau kumpulan gejala
adalah tahap lanjut dari infeksi HIV yang menyebabkan beberapa infeksi
lainnya. Virus akan memperburuk sistem kekebalan tubuh, dan penderita
RNA-nya dan DNA penjamu untuk membentuk virus DNA dan dikenali selama
periode inkubasi yang panjang. Seperti retrovirus lain, HIV menginfeksi tubuh
tanda dan gejala AIDS. HIV menyebabkan beberapa kerusakan sytem imun dan
dan limfosit untuk mereplikasi diri. Dalam proses itu, virus tersebut
2.3.2 Etiologi
AIDS disebabkan oleh virus yang disebut HIV, virus ini ditemukan oleh
Lymphotropic Virus), yang juga adalah penyebab dari AIDS. Pada penelitian
lebih lanjut dibuktikan bahwa kedua virus ini sama, sehingga berdasarkan hasil
pertemuan International Committee on Taxonomy of viruses (1986) WHO
seksual lawan jenis (heteroseksual), hubungan sejenis melalui lelaki seks lelaki
(LSL), penggunaan alat suntik secara bergantian, transfusi darah dan penularan
dengan persentase tertinggi pada kasus AIDS yaitu 69.6%, diikuti penggunaan
alat suntik tidak steril sebesar 9.1% dan homosksual sebesar 5.7% (Kemenkes
RI, 2017). Sebagian besar (75%) penularan terjadi melalui hubungan seksual
(Noviana,2013)
dimana antibodi terhadap virus ini berubah dari negatif menjadi positif.
Rentang waktu sejak virus HIV masuk kedalam tubuh sampai antibodi
sampai 6 bulan. Dalam fase ini umumnya seseorang yang telah terinfeksi
HIV masih tampak dan merasa sehat-sehat saja, tanpa menunjukan gejala
apapun bahwa ia sudah tertular HIV, akan tetapi orang tersebut sudah
patokan bahwa itu adalah AIDS, karena itu masih gejala umum yang juga
kedokter.
kekebalan tubuh semakin menurun sehingga tidak ada lagi perlawanan tubuh
tubuh yang baik, sulit bagi seseorang untuk mempertahankan hidupnya dari
yang dideritanya.
2.3.4 Patofisiologi
Sistem imun melindungi tubuh dengan cara mengenali bakteri atau virus
yang masuk ke dalam tubuh, dan bereaksi terhadapnya. Ketika sistem imun
melemah atau rusak oleh virus seperti virus HIV, tubuh akan lebih mudah
terkena infeksi oportunistik. Sistem imun terdiri atas organ dan jaringan
1) Sel B
2) Limfosit T
CD8+, dan CD3+, yang membedakannya dengan sel lain. Sel CD4+ adalah
sel yang membantu mengaktivasi sel B, killer sel dan makrofag saat
terdapat antigen target khusus. Sel CD8+ membunuh sel yang terinfeksi
oleh virus atau bakteri seperti sel kanker, Fagosit dan Komplemen.
komponen fungsional dan structural. Tiga gen tersebut yaitu gag, pol, dan
env. Gag berarti group antigen, pol mewakili polymerase, dan env adalah
kepanjangan dari envelope. Gen gag mengode protein inti. Gen pol mengode
structural HIV yang dikenal dengan glikoprotein. Gen lain yang ada dan juga
penting dalam replikasi virus, yaitu : rev, nef, vif, vpu, dan vpr (Nursalam,
2013).
Sel pejamu yang terinfeksi oleh HIV memiliki waktu hidup sangat
pendek; hal ini berarti HIV secara terus-menerus menggunakan sel pejamu
harinya. Serangan pertama HIV akan tertangkap oleh sel dendrite pada
membrane mukosa dan kulit pada 24 jam pertama setelah paparan. Sel yang
terinfeksi tersebut akan membuat jalur ke nodus limfa dan kadang-kadang ke
pembuluh darah perifer selama 5 hari setelah papran, dimana replikasi virus
2) Reverse transkripstase
3) Replikasi
4) Budding
Ada 2 tipe HIV yang menyebabkan AIDS: HIV-1 yang HIV-2. HIV-1
bermutasi lebih cepat karena reflikasi lebih cepat. Berbagai macam subtype
dari HIV-1 telah d temukan dalam daerah geografis yang spesifik dan
kelompok spesifik resiko tinggi Individu dapat terinfeksi oleh subtype yang
10) Sub tipe C: Sekarang ini terhitung lebih dari separuh dari semua infeksi
primer berkaitan dengan periode waktu di mana HIV pertama kali masuk ke
dalam tubuh. Pada waktu terjadi infeksi primer, darah pasien menunjukkan
jumlah virus yang sangat tinggi, ini berarti banyak virus lain di dalam darah.
Sejumlah virus dalam darah atau plasma per millimeter mencapai 1 juta.
akut. Tanda dan gejala dari sindrom retrovirol akut ini meliputi : panas, nyeri
otot, sakit kepala, mual, muntah, diare, berkeringat di malam hari, kehilangan
berat badan, dan timbul ruam. Tanda dan gejala tersebut biasanya muncul dan
terjadi 2-4 minggu setelah infeksi, kemudian hilang atau menurun setelah
beberapa hari dan sering salah terdeteksi sebagai influenza atau infeksi
mononucleosis.
dengan cepat. Target virus ini adalah limfosit CD4+ yang ada di nodus limfa
dan thymus. Keadaan tersebut membuat individu yang terinfeksi HIV rentan
(Nursalam, 2013).
2.3.5 Tanda dan Gejala
Menurut Noviana (2013). Gejala orang yang terinfeksi HIV menjadi AIDS
bisa dilihat dari 2 gejala yaitu gejala mayor (umum terjadi) dan gejala minor
1) Gejala Mayor:
e. Demensia/HIV ensefalopati.
2) Gejala Minor:
b. Dermatitis generalisata.
d. Kandidias orofaringeal.
f. Limfadenopati generalisata.
2.3.6 Komplikasi
1. Oral Lesi
Karena kandidiasis, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis,
2. Neurologik
isolasi social.
maranik endokarditis.
3. Gastrointestinal
1) Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma,
atritis.
3) Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal
yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri
4. Respirasi
5. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena
xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa
6. Sensorik
Menurut Noviana (2013). Cara penularan HIV/AIDS melalui tiga cara yaitu:
sekitar 5-10%, sewaktu persalinan 10-20%, dan saat pemberian ASI 10-
20%. Virus dapat ditemukan dalam ASI sehingga ASI merupakan perantara
penularan HIV dari ibu ke bayi pascanatal. Bila mungkin pemberian air
diberbagai belahan dunia. Virus ini dapat ditemukan dalam cairan semen,
seksual lewat anus merupakan Transmisi infeksi HIV yang lebih mudah
karena pada anus hanya terdapat membrane mukosa rectum yang tipis dan
mudah robek, sehingga anus mudah terjadi lesi, bila terjadi lesi maka akan
2) Secara horizontal yaitu kontak antar darah atau produk darah yang
terinfeksi darah dan produk darah adalah media yang sangat baik untuk
transmisi HIV. Untuk bisa menular, cairan tubuh harus masuk secara
langsung ke dalam peredaran darah. Hal ini dapat terjadi pada individu
yang menerima transfusi darah atau produk darah yang mengabaikan tes
melalui:
a. Melaui darah, misalnya: tranfusi darah, terkena darah HIV+ pada kulit
atau pengaman lainnya, dan oral sex. Melalui cairan vagina pada
c. Melalui air susu ibu (ASI). Misalnya: bayi minum ASI dari wanita
c. Air mata.
d. Air keringat.
melalui berbagai cara yaitu: secara vertical, horizontal, dan transeksual. Jadi HIV
dapat mencapai sirkulasi sistemik secara langsung dan diperantai benda tajam
yang mampu menembus dinding pembuluh darah atau secara tidak langsung
melalui kulit dan mukosa yang tidak intake seperti yang terjadi kontak seksual.
Begitu mencapai atau berada dalam sirkulasi sistemik,4-11 hari sejak paparan
2) HIV mudah mati diluar tubuh karena terkena air panas, sabun dan bahan
pencuci hama.
3) Cara hubungan seksual yang paling rawan bagi penularan HIV dan AIDS
dubur pasangan.
b. Anogenital aktif penis masuk ke lubang dubur mitra seksual pengidap
HIV.
5) Infeksi Opertunistik
b. Kandidiasis esofagus
m. Sarkoma Kaposi.
paru.
s. Mycobacterium, spesies lain atau spesies tidak dikenal, tersebar atau luar
paru.
u. Pneumonia berulang.
6) Kasus Dewasa:
Bila seorang dewasa (>12 tahun) dianggap AIDS apabila menunjukan
tes HIV positif dengan strategi pemeriksaan yang sesuai dengan sekurang-
kurangnya 2 gejala mayor dan 1 gejala minor, dan gejala ini bukan
disebabkan oleh keadaan lain yang tidak berkaitan dengan infeksi HIV. Pada
orang yang telah terinfeksi HIV tidak bisa lansung terlihat secara fisik.
Yaitu masa dari masuknya virus, sampai ketika dilakukan tes, hasilnya
Masa tanpa gejala ini berkisar antara 5-12 tahun, di mana seseorang
telah benar-benar terinfeksi HIV tetapi tidak ada gejala apapun secara fisik
d. Tahap AIDS
Tahap akhir atau yang sering disebut full blown AIDS, pada umumnya
muncul gejala yang khas, yaitu adanya gejala mayor dan minor. Gejala
mayor antara lain: Demam berkepanjangan, diare kronis yang berulang dan
terus menerus, penurunan berat badan lebih dari 10% dalam satu bulan.
Sedangkan gejala minor antara lain: Batuk kronis, infeksi jamur pada mulut
Waktu antara HIV masuk ke dalam tubuh sampai gejala pertama AIDS
disebut juga masa inkubasi HIV adalah bervariasi antara setengah tahun
sampai lebih dari tujuh tahun. HIV (antigen) hanya dapat dideteksi dalam
waktu singkat kira-kira setengah bulan sampai dengan 2,5 bulan sesudah HIV
HIV tidak dianjurkan karena mahal, memakan waktu lama dan hanya dapat
perjalanan yang panjang dan hingga saat ini belum ditemukan obat yang
1) Faktor Agent
sehingga sulit untuk menemukan obat yang dapat membunuh, virus tersebut.
Daya penularan pengidap HIV tergantung pada sejumlah virus yang ada di
Virus HIV atau AIDS, sebagaimana virus lainnya sebenarnya sangat lemah
dan mudah mati di luar tubuh. Virus akan mati bila dipanaskan sampai
temperatur 60° selama 30 menit, dan lebih cepat dengan mendidihkan air.
Seperti kebanyakan virus lain, virus AIDS ini dapat dihancurkan dengan
2) Faktor Host
manusia dengan cepat dan hidup di aliran darah, cairan semen dan cairan
vagina. Air susu ibu yang terinfeksi HIV juga rentan mengandung virus ini.
Daya tahan tubuh ODHA (orang dengan HIV-AIDS) harus selalu dijaga
dengan makanan yang sehat dan mengonsumsi obat Anti retroviral untuk
sehat layaknya host yang tidak mengidap HIV dengan pengobatan teratur.
Psikologis host juga harus tetap terjaga, mereka butuh diperhatikan dan
3) Faktor Environment
genetalis, Herpes Simpleks dan STS (Serum Test for Sypphilis) yang positif
masuknya HIV. Faktor biologis lainnya HIV. Faktor biologis lainnya adalah
penggunaan obat KB. Pada para WTS di Naiobi terbukti bahwa kelompok
Untuk mengidentifikasi antibodi terhadap HIV, tes ELISA sangat sensitif, tapi
tidak selalu spesifik, karena penyakit lain bisa juga menunjukkan hasil positif.
Beberapa penyakit yang bisa menyebabkan false positif, antara lain adalah
bisa menyebabkan false positif. Tes yang lain biasanya digunakan untuk
(RIPA).
digunakan untuk mendeteksi rantai protein yang spesifik terhadap DNA. Jika
tidak ada rantai protein yang ditemukan, berarti hasil tes negatif. Sedangkan
hampir atau semua rantai protein ditemukan, berarti Western blot positif. Tes
ini mungkin juga harus diulangi lagi setelah dua minggu dengan sampel yang
sama. Jika tes Western blot tetap tidak bisa disimpulkan, maka tes harus
diulangi lagi setelah 6 bulan. Jika tes tetap negatif maka pasien dianggap HIV
2.3.11 Pengobatan
kombinasi Antiretroviral (ART) yang terdiri dari 3 atau lebih obat ART. Namun,
ART ini bukan merupakan obat yang dapat menyembuhkan HIV, tetapi hanya
kekebalan tubuh sehingga infeksi HIV tidak menjadi lebih parah. Pada akhir
anak. Cakupan pemakaian ART pada anak-anak masih rendah yaitu hanya 1 dari
4 anak yang menerima ART dibandingkan dengan 1 dari 3 orang dewasa. Dari
semua orang dewasa HIV-positif 37% yang menerima pengobatan ART, namun
dari semua anak yang hidup dengan HIV hanya 23% yang menerima pengobatan
perubahan RNA virus menjadi DNA (proses ini dilakukan oleh virus HIV
Abacavir,dsb.
memotong DNA yang dibentuk oleh virus dengan ukuran yang benar untuk
memproduksi virus baru, contoh obat golongan ini adalah indinavir (IDV),
laponavir/ritonavir (LPV/r).
(Nursalam, 2013).
lainnya. Bahkan bila virus masuk kedalam tubuh nyamuk atau serangga yang
HIV/AIDS ?
menggunakan toilet yang sama atau minum dari gelas yang sama dengan
narkoba saja ?
hubungan seks yang tidak terlindungi, berbagi penggunaan alat suntikan atau
HIV/AIDS ?
bisa saja tampak sehat dan merasa baik-baik saja, namun merekan tetap dapat
perkembangan virus, namun tetap virus tersebut tetap ada didalam tubuh
dengan vonis dan stigma buruk baginya. Hukuman sosial itu bagi penderita
2017).
Stigma dan diskriminasi terjadi karena adanya persepsi bahwa ODHA
mereka yang tidak taat terhadap norma masyarakat dan agama yang berlaku.
Implikasi dari stigma dan diskriminasi bukan hanya pada diri orang atau
kelompok tertentu tetapi juga pada keluarga dan pihak-pihak yang terkait
dan penggunaan narkoba melalui suntikan. Secara global ada kemajuan dalam
justru karena aspek non medis, yaitu soal stigma dan diskriminasi yang masih
terus terjadi terhadap mereka yang hidup dengan virus tersebut. Masih ada
bermoral” karena tertular melalui hubungan seks, dan para pecandu narkotika.
sekarang kita melihat kenyataan tentang ibu rumah tangga dan anak yang
tertular dari ibu sejak di kandungan. Apakah kita bisa menyebutkan sebagai
penyakit ini akan meluas secara diam-diam. Kita harus ingat bahwa isu
(Katiandagho, 2017).
disayangkan. HIV bukanlah vonis mati bagi pengidapnya, HIV adalah virus
HIV bukanlah suatu hal yang harus ditakuti hingga menjadi momok yang
seakan-akan mengancam kehidupan manusia, selama pengidap tersebut
menjaga kondisi tubuhnya maka ia akan hidup dengan sehat dan wajar, dan
mau melakukan tes. ODHA dapat juga menerima perlakuan yang tidak
Mereka jadi tidak mencari pengobatan dan dukungan, juga tidak berpartisipasi
sebagainya
ODHA.
seringkali sebagai akibat rasa takut tertular yang salah kaprah. Contoh
dari stigma dan diskriminasi yang dihadapi ini adalah: alasan dan
berarti secara lansung telah ditolak), isolasi, pemberian label nama atau
kata-kata dan bahasa tubuh yang negatif oleh pekerja kesehatan, juga
2017).
a. Pengetahuan.
mempengaruhi perilaku dan sikap terhadap orang tersebut. Cocok dan kawan-
rasa malu dan menyalahkan orang yang memiliki penyakit seperti HIV
c. Tingkat Pendidikan
tingkat pendidikan tinggi maka tingkat pengetahuan juga akan tinggi. Hal ini
sesuai dengan penelitian Walusimbi dan Okonsky dalam Erkki dan Hedlund
akan memiliki rasa ketakutan penularan HIV yang rendah dan sikap positif
d. Lama Bekerja
untuk melaksanakan tugasnya (Suganda dalam Paryati et al, 2012). Maka dari
itu, seseorang yang sudah berpengalaman akan memiliki rasa percaya diri.
e. Umur
dalam Paryati et al, 2012). WHO (2013) membagi umur seseorang terbagi
atas 4, yaitu balita (di bawah 1 tahun), anak-anak (2-9 tahun), remaja (10-19
tahun), dan dewasa (lebih dari 19 tahun). Elizabeth dalam Jahja (2011)
menyebutkan masa dewasa terbagi menjadi 3, yaitu masa dewasa awal (20-40
tahun), masa dewasa madya (40-60 tahun), dan masa dewasa lanjut (60 tahun
masa ini memiliki emosi yang tidak stabil serta belajar menjaga sebuah
komitmen dan tanggung jawab. Masa dewasa madya adalah masa seseorang
lebih mendekatkan dirinya terhadap agama. Masa dewasa lanjut adalah masa
f. Pelatihan
g. Jenis Kelamin
h. Dukungan Institusi
institusi, sarana dan fasilitas, serta penggunaan APD (Alat Pelindung Diri)
i. Kepatuhan Agama
Seseorang yang patuh pada nilai-nilai agama bisa mempengaruhi peran dalam
al, 2012).
Wanita pun juga menjadi korban terkena stigma karena berhubungan seksual
dengan lawan jenis yang diduga memiliki HIV. Maka dari itu, stigma bisa
muncul dari kata-kata kasar, gosip, dan menjauhi atau mendiskriminasi orang
Van Brakel dalam Fiorillo, Volpe, dan Bhugra (2016) mengungkapkan ada 5
keluarga atau teman yang sakit fisik ataupun mental. Salah satu contoh
kata-katanya adalah “saya tidak mau tinggal bersama dengan orang HIV”.
pekerja HIV.
dari orang lain. Contohnya seperti pasien HIV diperlakukan tidak ramah
tenaga kesehatan.
f. Label avoidance, dimana seseorang tidak berpartisipasi dalam pelayanan
kesehatan. Maka dari itu, stigma HIV memiliki alat pengukuran untuk
dari Holzemer et al, internalized stigma scale dari Sayles et al, dan measuring
HIV stigma and discrimination among health facility staff dari Nyblade et al
yang dikembangkan Health Policy Project. Alat ukur stigma dari Nyblade et
Hasil ukur untuk variable stigma adalah positif dan negatif. Skala yang
digunakan yaitu skala likert yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat
dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang kejadian tertentu atau
fenomena sosial.
1. Pertanyaan Positif
Setuju (S) =3
2. Pertanyaan Negatif
Setuju (S) =2
(Hidayat, 2013).
dan kematian, banyak orang yang tidak peduli, tidak menerima, dan takut
terhadap penyakit ini di hampir seluruh lapisan masyarakat (Katiandagho,
2017).
2017).
ODHA dan memberikan alat yang kuat mengurangi pengaruh buruk stigma
dan diskriminasi. Namun, stigma dan diskriminasi tidak bisa diatasi hanya
(Katiandagho, 2017).
melindungi hak dan kebebasan ODHA dan untuk melindungi mereka dari
dilatih agar pelaksanaan tes dan konseling HIV dapat berjalan sesuai
seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga,
2018).
tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan
jelas dikatakan bahwa sikap itu suatu sindrom atau kumpulan gejala dalam
merespon stimulus atau objek. Sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan,
penularan HIV, perkiraan risiko tertular yang berlebihan melalui kontak biasa
dan sikap negatif terhadap kelompok sosial yang dipengaruhi oleh epidemi
Puskesmas Koto Baru Tahun 2019. Dibawah ini peneliti tuangkan dalam bagan
sebagai berikut:
Independen Dependen
Pengetahuan
Stigma Masyarakat
Tentang ODHA
Sikap
Tahun 2019.
Ha :
1. Ada Hubungan tingkat pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan stigma
tentang ODHA di Jorong Pasar Koto Baru Wilayah Kerja Puskesmas Koto
METODE PENELITIAN
stigma masyarakat tentang ODHA di Jorong Pasar Koto Baru Wilayah Kerja
Penelitian ini dilakukan di Jorong Pasar Koto Baru Wilayah Kerja Puskesmas
Penelitian telah dilakukan selama tujuh hari dimulai pada tanggal 15-21 Januari
2019.
4.3.1 Populasi
tertentu yang akan diteliti. Bukan hanya objek dan subjek yang dipelajari saja
tetapi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki subjek atau objek tersebut
(Hidayat, 2013).
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan
diteliti. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam
atau penelitiannya juga disebut studi populasi atau studi sensus (Arikunto,
2013).
yang berada di Jorong Pasar Koto Baru Wilayah Kerja Puskesmas Koto Baru
4.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah
dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel juga dianggap sebagai
Berdasarkan sampel yang akan diambil dari jumlah populasi jika <1000
N.Z2.p.q
n =
d (N-1)+Z.p.q
Keterangan:
n= N.Z2.p.q
d (N-1)+Z.p.q
462.(1,96)2.0,5.0,5
n=
0,05 (462-1)+1,96.0,5.0,5
462.3,84.0,25
n=
0,05 (461)+1,96.0,25
443,52
n=
5,8
n = 76,46
n = 76 orang (dibulatkan)
Acidental Sampling yaitu cara ini dilakukan dengan mengambil kasus atau
responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat paa saat penelitian
memenuhi kriteria inklusi, dengan kriteria, responden yang tidak berada saat
yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel terikat pada penelitian ini
adalah stigma masyarakat tentang ODHA dan variabel bebasnya adalah tingkat
dalam penelitian ini adalah kuesioner atau lembar pertanyaan yang diberikan
adalah alat ukur berupa kuesioner dengan beberapa pertanyaan (Hidayat, 2012)
menjadi responden.
atau door too door dan dalam mengumpulkan data saya dibantu oleh asisten.
penelitian kepada responden, serta kerahasian data yang diberikan, lalu peneliti
oleh peneliti dan jika responden telah selesai mengisi kuesioner diperbolehkan
melanjutkan tugasnya. Penelitian ini dilakukan mulai pada hari selasa sampai
hari senin.
item-item untuk pengetahuan, sikap dan stigma sudah diisi dan dijawab sesuai
bantuan computer yang dimasukan kedalam master tabel sesuai dengan nomor
pembetulan dan koreksi untuk memastikan apakah data tersebut sudah bersih
dari kesalan.
1. 100 % = Seluruhnya
Data yang telah telah diolah akan dianalisa secara univariat dan bivariat
Rumus :
f
P= x 100 %
N
F = Frekuensi
N = Jumlah responden
Keterangan :
∑ = Jumlah total
Tetapi jika P Value > (0,05) maka h0 diterima, ha ditolak artinya tidak ada hubungan
Tabel 5.1
Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan tentang HIV/AIDS di Jorong Pasar
Koto Baru Wilayah Kerja Puskesmas Koto Baru Tahun 2019.
No Pengetahuan frekuensi %
1 Rendah 20 42,6
2 Sedang 18 38,3
3 Tinggi 9 19,1
Total 47 100
5.1.2 Sikap tentang HIV/AIDS di Jorong Pasar Koto Baru Wilayah Kerja
Puskesmas Koto Baru Tahun 2019.
Tabel 5.2
Distribusi frekuensi sikap tentang HIV/AIDS di Jorong Pasar Koto Baru
Wilayah Kerja Puskesmas Koto Baru Tahun 2019.
No Sikap frekuensi %
1 Negatif 23 48,9
2 Positif 24 51,1
Total 47 100
Tabel 5.3
Distribusi frekuensi stigma masyarakat tentang ODHA di Jorong Pasar Koto
Baru Wilayah Kerja Puskesmas Koto Baru Tahun 2019.
No Stigma frekuensi %
1 Negatif 23 48,9
2 Positif 24 51,1
Total 47 100
Tabel 5.4
Distribusi frekuensi hubungan tingkat pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan
stigma masyarakat tentang ODHA di Jorong Pasar Koto Baru Wilayah Kerja
Puskesmas Koto Baru Tahun 2019.
Stigma Total
N
Pengetahuan Negatif Positif P-Value
o f %
f % f %
1 Rendah 17 85 3 15 20 100
2 Sedang 6 33,3 12 66,7 18 100
0,000
3 Tinggi 0 0 9 100 9 100
Total 26 48,9 21 51,1 47 100
X2 hitung = 20,788 X2 tabel = 5,991
Berdasarkan tabel 5.4 di atas dapat dilihat bahwa dari 20 responden yang
memiliki stigma negatif, dan sebagian kecil 3 (15%) responden memiliki stigma
positif.
tentang HIV/AIDS dengan stigma masyarakat tentang ODHA di Jorong Pasar Koto
Baru didapatkan p-value = 0,000 berarti p-value ≤ (0,05) yang artinya ada hubugan
masyarakat tentang ODHA di Jorong Pasar Koto Barau Wilayah Kerja Puskesmas
tabel = 5,991 dengan demikian nilai X2 hitung > X2 tabel maka Ha diterima H0
ditolak, ini menunjukan ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan
tentang HIV/AIDS dengan stigma masyarakat tentang ODHA di Jorong Pasar Koto
Stigma Total
N
Sikap Negatif Positif P-Value
o f %
f % f %
1 Negatif 19 82,6 4 17,4 23 100
2 Positif 4 16,7 20 83,3 24 100 0,000
Total 26 48,9 21 51,1 47 100
2
X hitung = 20,437 X2 tabel = 3,841
Berdasarkan tabel 5.5 di atas dapat dilihat bahwa dari 23 responden yang
stigma negatif, dan sebagian kecil 4 (17,4%) responden memiliki stigma positif.
Dari hasil uji statistik analisa Chi-Square, hubungan sikap tentang HIV/AIDS
dengan stigma masyarakat tentang ODHA di Jorong Pasar Koto Baru didapatkan p-
value = 0,000 berarti p-value ≤ (0,05) yang artinya ada hubugan yang bermakna
antara sikap tentang HIV/AIDS dengan stigma masyarakat tentang ODHA di Jorong
Pasar Koto Barau Wilayah Kerja Puskesmas Koto Baru Tahun 2019.
Berdasarkan hasil uji statistik Chi-Square nilai X2 hitung = 20,437 dengan
tabel = 3,8411 dengan demikian nilai X2 hitung > X2 tabel maka Ha diterima H0
ditolak, ini menunjukan ada hubungan yang bermakna antara sikap tentang
HIV/AIDS dengan stigma masyarakat tentang ODHA di Jorong Pasar Koto Baru
Baru Wilayah Kerja Puskesmas Koto Baru Tahun 2019. Dapat dilihat dari tabel
manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya
seseorang diperoleh melalui indra pendengaran dan indra penglihatan yaitu mata
(Notoatmodjo, 2011).
Perjalanan penyakit ini lambat dan gejala-gejala AIDS rata-rata timbul 10 tahun
sesudah terjadinya infeksi, bahkan dapat lebih lama lagi. Virus masuk ke dalam
tubuh manusia terutama melalui perentara darah, semen dan secret vagina.
Sebagian besar (75%) penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana
2013).
seksual lawan jenis (heteroseksual), hubungan sejenis melalui lelaki seks lelaki
(LSL), penggunaan alat suntik secara bergantian, transfusi darah dan penularan
dengan persentase tertinggi pada kasus AIDS yaitu 69.6%, diikuti penggunaan
alat suntik tidak steril sebesar 9.1% dan homosksual sebesar 5.7% (Kemenkes
RI, 2017). Sebagian besar (75%) penularan terjadi melalui hubungan seksual
(Noviana, 2013)
Penelitian ini sama dengan yang dilakukan oleh Dwi Melina Sari dengan
maupun penyuluhan dari tenaga kesehatan. Hal ini sesuai dengan pernyataan
tindak lanjut yang dilakukan oleh tenaga kesehatan sehingga dapat memberikan
informasi mengenai HIV/AIDS informasi tersebut diperlukan agar masyarakat
mengetahui cara penularan HIV. Hal ini dapat dilihat dari hasil kuesioner
seperti pada pertanyaan yang paling sukar dikerjakan yaitu soal nomor 16 dengan
salah dalam pergaulan bebas. Responden banyak yang tidak tahu tanda dan
gejala dari orang yang menderita HIV hal ini dibuktikan dari hasil kuesioner
dari hasil kuesioner dengan jumlah soal sebanyak 20 soal dan yang paling mudah
Virus adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh) dengan total
Baru Wilayah Kerja Puskesmas Koto Baru Tahun 2019. Dapat dilihat dari tabel
sikap negatif.
tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan
(senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya). Jadi
jelas disini dikatakan bahwa sikap itu suatu sindrom atau kumpulan gejala dalam
merespons stimulus atau objek. Sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan,
(Khairiyah, 2018).
Hasil penelitian ini sama dengan yang dilakukan oleh Dwi Melina Sari
tahun 2018 yang memperoleh hasil sebagian besar responden (56,7%) yang
masyarakat yang cuek dan tidak peduli sama apa yang terjadi disekitarnya juga
sangat mempengaruhi sikap masyarakat di Jorong Pasar Koto Baru. Hal ini dapat
dilihat dari hasil kuesioner nomor 6 dengan persentase jawaban paling rendah
yang menolak untuk bekerja dengan orang yang menderita HIV/AIDS, sikap
negatif responden sebagian besar terlihat pada sikap tidak setuju untuk menerima
kehadiran ODHA dilingkungan tempat tinggal, mereka beranggapan jika tinggal
bahkan tidak mengetahui jika dilingkungan tempat tinggal mereka ada yang
menderita HIV/AIDS.
Baru Wilayah Kerja Puskesmas Koto Baru Tahun 2018. Dapat dilihat dari tabel
sebuah penyakit kutukan. Musibah bagi ODHA dibutuhkan dukungan moril dari
Penelitian ini sama dengan yang dilakukan oleh Dwi Melina Sari dengan
sehingga mendorong mereka untuk berstigma negatif, selain itu juga disebabkan
bahwa ODHA itu memiliki perilaku yang tidak baik. Hal ini dapat dilihat dari
tidak boleh memusuhi Orang Dengan HIV/AIDS karena tidak semua orang
dengan HIV/AIDS tertular AIDS karena tingkah lakunya yang buruk, dan
Baru. Dapat dilihat dari tabel 5.4 di dapatkan bahwa dari 20 responden yang
memiliki stigma negatif tentang ODHA, dan sebagian kecil 3 (15%) responden
Koto Baru didapatkan p-value = 0,000 berarti p-value ≤ (0,05) yang artinya ada
stigma masyarakat tentang ODHA di Jorong Pasar Koto Barau Wilayah Kerja
= tabel = 5,991 dengan demikian nilai X2 hitung > X2 tabel maka Ha diterima
Jorong Pasar Koto Baru Wilayah Kerja Puskesmas Koto Baru Tahun 2019.
seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga,
2018).
Hasil penelitian ini sama dengan yang dilakukan oleh Dwi Melina Sari
dengan judul hubungan pengetahuan dan sikap tentang HIV/AIDS dengan stigma
dengan nilai p-value sebesar 0,021 yang berarti bahwa pengetahuan memiliki
berpengetahuan kurang lebih besar dari responden yang memiliki stigma tinggi
dibandingkan 45,8%.
terpapar informasi mengenai bagaimana HIV ditularkan dan juga belum pernah
dapat dilihat dari jawaban responden tentang penularan seperti pada pertanyaan
HIV/AIDS dapat ditularkan melalui ciuman bibir, melalui air liur, melalui gigitan
nyamuk, dan penggunaan pakaian yang sama didapatkan nilai skor jawaban
tenaga kesehatan.
Baru. Dapat dilihat dari tabel 5.5 di atas dapat dilihat bahwa dari 23 responden
stigma positif.
HIV/AIDS dengan stigma masyarakat tentang ODHA di Jorong Pasar Koto Baru
didapatkan p-value = 0,000 berarti p-value ≤ (0,05) yang artinya ada hubugan
Tahun 2019.
= tabel = 3,8411 dengan demikian nilai X2 hitung > X2 tabel maka Ha diterima
H0 ditolak, ini menunjukan ada hubungan yang bermakna antara sikap tentang
tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan
jelas dikatakan bahwa sikap itu suatu sindrom atau kumpulan gejala dalam
merespon stimulus atau objek. Sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan,
penularan HIV, perkiraan risiko tertular yang berlebihan melalui kontak biasa
dan sikap negatif terhadap kelompok sosial yang dipengaruhi oleh epidemi
dengan judul hubungan pengetahuan dan sikap tentang HIV/AIDS dengan stigma
yang memperoleh hasil Hasil uji statistik variabel sikap tentang HIV/AIDS
Surakarta tahun 2018 didapatkan hasil nilai p-value sebesar 0,029 yang berarti
stigma rendah terhadap ODHA bersikap positif lebih besar dari responden yang
sangat mempengaruhi stigma masyarakat terhadap ODHA. Hal ini terlihat dari
hasil jawaban kuesioner sikap negatif masyarakat terhadap ODHA yaitu menolak
Padahal HIV/AIDS tidak bias ditularkan melalui kontak sosial biasa. Dan juga
disembuhkan.
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
ODHA di jorong pasar koto baru wilayah kerja puskesmas koto baru tahun
7.1.5 Ada hubungan yang bermakna antara sikap tentang HIV/AIDS dengan
sebagai berikut :
keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Kepada Yth :
Saudara/i Responden
Di tempat
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Mahasiswa S1 Keperawatan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Dharmas Indonesia.
Nim : 1501011010
Dharmasraya,........... 2019
Peneliti
Siska Damayanti
Nim : 1501011010
Lampiran 3
PERNYATAAN PERSETUJUAN
(INFORMED CONSENT)
Nim : 1501011010
Dharmasraya, ........2019
Yang membuat pernyataan
Responden
Lampiran 4
KUISIONER PENELITIAN
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP
TENTANG HIV/AIDS DENGAN STIGMA MASYARAKAT TENTANG
ODHA
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTO BARU
TAHUN 2019.
I. Biodata Responden
1. Nama :
2. Umur :
Tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
4. Pendidikan : SD SMP SMA D3-
S1
5. Pernah mendapat informasi tentang penularan penyakit HIV/AIDS?
a. Ya b. Tidak
6. Sebelumya dari mana anda mendapat informasi tentang HIV/AIDS
a. Televisi
b. Radio
c. Koran atau Majalah
d. Internet
e. Petugas Kesehatan
f. Lainnya…………………..
II. PENGETAHUAN TENTANG
HIV/AIDS
Jawablah pernyataan berikut ini dengan cara menjawab BENAR atau SALAH
dengan memberi tanda checklist (√) pada kolom yang menutut anda benar
NO. PERNYATAAN BENAR SALAH
1. Berilah tanda checklist (√) pada kolom yang tersedia dan pilih sesuai
keadaan yang sebenarnya
Variabel Stigma Instrumental ODHA
Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak
Setuju (STS)
PILIHAN JAWABAN
NO. PERNYATAAN
SS S TS STS
Pas photo
Nim : 1501011010
No. Hp : 082269151689
Agama : Islam
Orang Tua
Ayah : Lukman, Yn
Riwat Pendidikan :
Dharmasraya, 2015-20