Anda di halaman 1dari 24

PROPOSAL TERAPI BERMAIN BERCERITA

DI RUANG RAWATAN ANAK


RSUD.H.HANAFIE MUARA BUNGO

Disusun oleh :
Siska Damayanti,S.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKes PERINTIS PADANG
T.A 2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asuhan keperawatan pada pasien anak, umumnya memerlukan
tindakan invasif, seperti injeksi atau pemasangan infus. Anak yang
mengalami prosedur yang menimbulkan nyeri cenderung memperlihatkan
reaksi-reaksi perilaku negatif, diantaranya anak menjadi lebih agresif dan
tidak kooperatif atau bermusuhan, dan apabila kondisi ini berkelanjut akan
mempersulit pelaksanaan prosedur tindakan medis. Coba tanyakan pada
anak, tempat apa saja yang takut ia kunjungi. pasti salah satu jawabannya
adalah tempat kesehatan. Tenaga kesehatan yang berseragam putih,
lengkap dengan masker dan sarung tangan sepertinya menakutkan di mata
anak. Meski anda telah berusaha menenangkan dan menjelaskan kepada si
kecil tentang yang ia lihat, belum tentu hal itu mampu mengurangi rasa
takutnya (Wirawan,2013).
Di ruangan kebanyakan anak yang dirawat mengalami kecemasan
saat pemberian tindakan medis yang dapat ditunjukkan dengan reaksi
mereka yaitu takut, bereaksi agresif, marah, berontak, menangis, dan tidak
kooperatif terhadap perawat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
meminimalkan pengaruh hospitalisasi pada anak yaitu dengan melakukan
kegiatan bermain. Bermain merupakan suatu tindakan yang dilakukan
secara sukarela untuk memperoleh kesenangan dan kepuasan. Bermain
merupakan aktivitas yang dapat menstimulasi pertumbuhan dan
perkembangan anak dan merupakan cerminan kemampuan fisik,
intelektual, emosional dan sosial sehingga bermain merupakan media yang
baik untuk belajar karena dengan bermain anak-anak akan belajar
berkomunikasi, menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru,
melakukan apa yang dapat dilakukannya, dan dapat mengenal waktu, jarak
serta suara.Ada beberapa jenis terapi bermain, salah satunya adalah terapi
bermain teknik bercerita, dengan bercerita kita bisa menyampaikan pesan
tertentu pada anak, dalam cerita dapat bermanfaat sebagai obat
menyembuhkan sakit (Handayani,2008).
Dengan bermain anak dapat menstimulasi pertumbuhan otot-
ototnya, kognitifnya dan juga emosinya karena mereka bermain dengan
seluruh emosinya, perasaannya dan pikirannya. Elemen pokok dalam
bermain adalah kesenangan dimana dengan kesenangan ini mereka
mengenal segala sesuatu yang ada disekitarnya sehingga anak yang
mendapat kesempatan cukup untuk bermain juga akan mendapatkan
kesempatan yang cukup untuk mengenal sekitarnya sehingga ia akan
menjadi orang dewasa yang lebih mudah berteman, kreatif dan cerdas, bila
dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kurang mendapat
kesempatan bermain.

Terapi bermain yang akan dilaksanakan yaitu terapi bercerita.


Salah satu alasan memilih terapi bermain bercerita, berdasarkan penelitian
yang dilakukan di RSUD.H.Hanafie Muara Bungo. Perawat anak sangat
memperhatikan bagaimana menyapa anak dengan baik dan tidak
menggunakan kata-kata kasar. Perawat anak memberikan sugesti pada
anak untuk bisa sembuh. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh yang
signifikan pada pemberian terapi bermain dengan tehnik bercerita terhadap
kecemasan akibat hospitalisasi pada di ruang perawatan anak.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti terapi bermain bercerita diharapkan dapat
mengurangi dampak stress hospitalisasi pada anak
1.2.2 Tujuan Instruksional Khusus
Dengan mengikuti terapi bermain bercerita, diharapkan dapat:
1) Melatih kemampuan kognitif anak.
2) Mengurangi kejenuhan anak pada saat menjalani perawatan.
3) Meningkatkan adaptasi efektif pada anak terhadap stress karena
penyakit dan dirawat
4) Meningkatkan kemampuan daya tangkap atau konsentrasi anak.
5) Melatih kemampuan sosial personal anak.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian Dongeng


Menurut kamus besar bahasa Indonesia dongeng diartikan sebagai cerita
yang tidak benar-benar terjadi. Dongeng adalah suatu kisah fiktif yang bisa
juga diambil dari kisah asli atau sejarah kuno yang ibentuk dari unsur teetentu.
Dongeng adalah cerita rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi oleh
yang empunya cerita dan dongeng tidak terikat oleh waktu maupun tempat.
Dongeng diceritakan terutama untuk hiburan, walaupun banyak juga dongeng
yang melukiskan kebenaran, berisi ajaran moral, bahkan sindiran (Agus,
2008).
Dongeng juga merupakan dunia hayalan dan imajinasi dari pemikiran
seseorang yang kemudian diceritakan secara turun-temurun dari generasi ke
generasi. Terkadang kisah dongeng bisa membawa pendengarnya terhanyut ke
dalam dunia fantasi, tergantung cara penyampaian dongeng tersebut dan pesan
moral yang disampaikan.
Jadi dongeng yang disampaikan harus bersifat positif agar baik untuk
perkembangan mental anak.Dongeng dapat digunakan sebagai media
mendidik serta membentuk karakter positif pada anak oleh orang tua maupun
guru. Dalam dongeng ditanamkan nila-nilai yang baik bagi anak melalui
penghayatan terhadap maksud dari dongeng. Oleh karena itu dari pengertian
dongeng sendiri, melatih kognisi, afeksi secara iamjinatif.
Anak akan lebih kreatif, selain itu melalui dongeng anak akan terlatih
komunikasi dengan mendengarkan kosa kata dari pendongeng. Lewat pesan
dongeng yang disampaikan dengan tema-tema tertentu, anak menjadi lebih
peka terhadap lingkungan sekitarnya baik itru tema, orangtua dan guru.

2.2 Macam Dongeng


1. Mite
Mite menurut Poerwadarminto (1985) adalah “cerita yang berhubungan
dengan kepercayaan masyarakat yang tidak dapat dibuktikan
kebenarannya”. Sedangkan menurut Sarikata Bahasa Indonesia (2007).
Mite didefinisikan sebagai: “dongeng yang berhubungan dengan
kepercayaan masyarakat”. Jadi mite merupakan cerita tentang kepercayaan
suatu masyarakat yang diyakini oleh masyarakat tetapi tidak dapat
dibuktikan kebenarannya
2. Dongeng Futuristik (modern)
Dongeng Futuristik (modern) disebut juga dongeng fantasi. Dongeng ini
biasanya bercerita tentang sesuatu yang fantastik atau tentang masa depan.
Seperti Aladin, Cinderella dan lain sebagainya.
3. Fabel
Fabel merupakan dongeng tentang binatang yang digambarkan seperti
manusia (perilaku kehidupan hewan yang menyindir tentang kehidupan
manusia). Binatang-binatang dalam cerita ini dapat berbicara dan berakal
budi pekerti seperti manusia (Mal, 2008).
4. Dongeng Sejarah
Dongeng sejarah biasanya terkait dengan suatu peristiwa sejarah. Dongeng
ini banyak yang bertema tentang kepahlawanan. Seperti kisah Rasulullah
SAW, perjuangan merebut kemerdekaan Indonesia dan sebagainya.
Dongeng sejarah disebut juga sebagaisage. Menurut sari kata Bahasa
Indonesia 2007sage yaitu dongeng yang mengandung unsur sejarah.Sage
menurut Poerwadarminto (1985)adalah “Cerita yang mendasar peristiwa
sejarah yang telah bercampur dengan fantasi rakyat”,
5. Dongeng Terapi (Traumatic Healing)
Dongeng ini ditujukan pada anak-anak yang telah mengalami bencana atau
anak-anak yang sedang sakit. Dngeng ini membuat rileks saraf-saraf otak
dan menenangkan hati mereka.

2.3 Manfaat Dongeng


Dongeng memberikan beberapa manfaat bagi anak antar lain untuk
mengembangkan kosa kata, memberi teladan, pesan moreal, dan problem
solving. Dengan demikian, diharapkan anak dapat menerapkan apa yang
sudah mereka dengarkan dalam kehidupan sehari-hari.
Berikut adalah beberapa manfaat lain dari dongeng bagi anak.
1. Media Menanamkan Nilai dan Etika
Dongeng merupakan media yang sangat efektif untuk menanamkan
berbagai nilai dan etika kepada anak, termasuk menimbulkan rasa empati
dan simpati anak. Nilai-nilai yang bisa dipetik dari dongeng adalah nilai
kejujuran, rendah hati, kesetiakawanan, kerja keras, dan lain sebagainya.
2. Memperkenalkan Bentuk Emosi
Dari dongeng yang diberika, pastinya memiliki karakter dan tokoh yang
berbeda-beda. Sebagai orang tua, Anda harus memahami makna daro
dingeng tersebut, sehingga Anda bisa memberikan penekanan tertentu
pada dialog dan ekspresi. Selain itu, Anda juga bisa menceritakan emosi
para tokoh seperti emosi negatif dan positif. Hal ini akan membantu anak
dengan masalah agresifitas dan mengajarkan untuk berempati pada sesama
temannya.
3. Mempererat Ikatan Batin
Bagi orang tua yang memiliki kesibukan yang padat, mendongeng adalah
salah satu trik untuk mendekatkan diri pada anak Anda. Kesibukan Anda
membuat Anda tidak dapat bermain dengan si kecil setiap saat. Oleh
karena itu, pergunakan waktu senggang Anda dirumah untuk memberikan
cerita atau dongeng pada anak Anda.
4. Memperluas Kosa Kata
Semakin banyak membaca, semakin banyak tahu. Orang tua bisa
menggunakan dongeng sebagai media untuk memperkenalkan kosa kata
asing pada anak yang pastinya akan berguna disekolahan nantinya.
5. Merangsang Daya Imaginasi
Selain membacakan cerita atau dongeng dari buku, Anda bisa membuat
cerita singkat tanpa panduan buku. Kemudian, pandulah anak Anda untuk
melanjutkan cerita tersebut  berdasarkan imaginasi mereka sendiri. Ajukan
juga beberapa pertanyaan untuk memancing daya imaginasinya.

Puspita (2009) menyatakan terdapat empat manfaat dari dongeng, yaitu:


1. Dongeng dapat mengasah imajinasi dan daya pikir anak. Ketika
berhadapan dengan dongeng, anak akan memvisualisasikan cerita tersebut
sesuai dengan imajinasinya.
2. Dongeng dapat mempererat ikatan komunikasi antara pendongeng dan
audiens.
3. Dongeng merupakan media efektif untuk menanamkan berbagai nilai dan
etika.
4. Dongeng dapat membantu menambah perbendaharaan kata pada anak.

2.4 Manfaat Metode Bercerita


Metode bercerita dalam kegiatan pengajaran mempunyai beberapa
manfaat penting bagi pencapaian tujuan pendidikan antara lain:
1. Untuk menanamkan kejujuran, keberanian, kesetiaan, keramahan,
ketulusan dan dan sikap-sikap positif yang lain dalam kehidupan
lingkungan keluarga, sekolah dan luar sekolah.
2. Dapat memberikan sejumlah pengetahuan sosial, nilai-nilai moral, dan
keagamaan.
3. Kegiatan bercerita dapat memberikan pengalaman belajar untuk berlatih
mendengarkan.
4. Kegiatan bercerita dapat memberikan pengalaman belajar yang unik dan
menarik, serta dapat menggetarkan  perasaan, membangkitkan semangat
dan dan menimbulkan keasyikan tersendiri maka kegiatan bercerita
memungkinkan mengembangkan dimensi perasaan anak.
5. Untuk memberikan informasi tentang kehidupan sosial anak dengan orang
yang ada disekitarnya dengan bermacam pekerjaan.
6. Dapat membantu anak membangun bermacam kemungkinan propesi yang
dipilih anak dan bermacam layanan jasa yang ingin disumbangkan anak
kepada masyarakat.
7. Kegiatan bercerita dalam kaitan kehidupan sosial anak dapat dipergunakan
guru untuk menuturkan bermacam pekerjaan yang ada dalam masyarakat
yang beraneka ragam yang dapat menimbulkan sikap pada diri anak yang
dapat menghargai bermacam-macam pekerjaan.
8. Melatih daya serap anak, artinya anak usia dini dapat dirangsang, untuk
mampu memahami isi atau ide-ide pokok dalam cerita secara keseluruhan.
9. Melatih daya pikir anak, artinya anak dapat terlatih untuk memahami
proses cerita, mempelajari hubungan sebab akibatnya termasuk hubungan-
hubungan dalam cerita.
10. Melatih daya konsentrasi anak, untuk memusatkan perhatiannya kepada
keseluruhan cerita.
11. Melatih daya imajinasi anak.
12. Membantu perkembangan bahasa anak dalam berkomunikasi secara
efektif dan efisien sehingga proses percakapan menjadi komunikatif.

Menurut Tadkiroatun Musfiroh, (2005:95) ditinjau dari beberapa aspek,


manfaat metode bercerita sebagai berikut:
1. Membantu pembentukan pribadi dan moral anak,
2. Menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi,
3. Memacu kemampuan verbal anak,
4. Merangsang minat menulis anak,
5. Merangsang minat baca anak,
6. Membuka cakrawala pengetahuan anak
Sedangkan menurut Bachri (2005: 11), manfaat bercerita adalah “dapat
memperluas wawasan dan cara berfikir anak, sebab dalam bercerita anak
mendapat tambahan pengalaman yang bisa jadi merupakan hal baru baginya”.

2.5 Kelebihan dan Kekurangan Metode Bercerita


Adapun kelebihan dan kekurangan daripada metode bercerita (Dhieni,
2006 : 6.9) antara lain :
1. Dapat menjangkau jumlah anak yang relatif banyak,
2. Waktu yang tersedia dapat dimanfaatkan dengan efektif dan efisien,
3. Pengaturan kelas menjadi lebih sederhana,
4. Guru dapat menguasai kelas dengan mudah,
5. Secara relatif tidak banyak memerlukan biaya,
6. Anak didik menjadi pasif, karena lebih banyak mendengarkan atau
menerima penjelasan dari guru,
7. Kurang merangsang perkembangan kreativitas dan kemampuan siswa
untuk mengutarakan pendapatnya,
8. Daya serap atau daya tangkap anak didik berbeda dan masih lemah
sehingga sukar dipahami tujuan pokok isi cerita,
9. Cepat menumbuhkan rasa bosan terutama apabila penyajiannya tidak
menarik.

2.6 Media Metode Bercerita


Menurut Hi,Titi Surtiati dan Sri Rejeki,1991:1 Media Pendidikan dalam
pengertian yang luas adalah semua benda, tindakan atau keadaan yang sengaja
diusahakan\diadakan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan PAUD dalam
rangka dan tujuan. Sedangkan sarana adalah merupakan media pendidikan
untuk mencapai tujuan yang dimaksud. Salah satu dari sarana tersebut adalah
alat peragaan atau alat bermain. Untuk alat atau benda langsung
memperhatikan kebersihan, keamanan dan kemudahan bagi guru maupun
untuk anak saat mempergunakan.Untuk media tiruan gambar atau benda harus
memiliki nilai seni gambar.

2.7 Bentuk Bercerita


Bentuk-bentuk metode bercerita tersebut terbagi dua yaitu:
1. Bercerita tanpa alat peraga.
2. Bercerita dengan alat peraga.
Bentuk bercerita dengan alat peragaan terbagi dua yaitu:
a. Bercerita dengan alat peragaan langsung.
b. Bercerita dengan alat peraga tak langsung\benda tiruan.

2.10 Katagori Bermain


Bermain harus seimbang, artinya harus ada keseimbangan antara
bermain aktif dan  yang pasif yang biasanya disebut hiburan. Dalam
bermain aktif kesenangan diperoleh dari apa yang diperbuat oleh mereka
sendiri, sedangkan bermain pasif kesenangan didapatkan dari orang lain.
1. Bermain aktif
a. Bermain mengamati /menyelidiki (Exploratory play)
Perhatikan pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat
permainan tersebut. Anak memperhatikan alat permainan,
mengocok-ngocok apakah ada bunyi mencuim, meraba, menekan,
dan kadang-kadang berusaha membongkar.
b. Bermain konstruksi (construction play)
Pada anak umur 3 tahun, misalnya dengan menyusun balok-balok
menjadi rumah-rumahan. Dll.
c. Bermain drama (dramatik play)
Misalnya main sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan
saudara-saudaranya atau dengan teman-temannya
d. Bermain bola, tali, dan sebagainya
2. Bermain pasif
Dalam hal ini anak berperan pasif, antara lain dengan melihat dan
mendengar. Bermain pasif ini adalah ideal, apabila anak sudah lelah
bermain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan
dan keletihannya.
Contohnya:
a. Melihat gambar- gambar dibuku- buku/ majalah
b. Mendengarkan cerita atau music
c. Menonton televisi

2.12 Hal-hal yang Harus Diperhatikan


1. Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.
2. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.
3. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat
pada keterampilan yang lebih majemuk.
4. Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin 
bermain. Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau
sedikit.

2.13 Bentuk-bentuk Permainan Menurut Usia


1. Usia 0 – 12 bulan
Tujuannya adalah :
a. Melatih reflek-reflek (untuk anak bermur 1 bulan), misalnya
mengisap, menggenggam.
b. Melatih kerjasama mata dan tangan.
c. Melatih kerjasama mata dan telinga.
d. Melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak kelihatan.
e. Melatih mengenal sumber asal suara.
f.  Melatih kepekaan perabaan.
g. Melatih keterampilan dengan gerakan yang berulang-ulang.
Alat permainan yang dianjurkan :
a. Benda-benda yang aman untuk dimasukkan mulut atau dipegang.
b. Alat permainan yang berupa gambar atau bentuk muka.
c. Alat permainan lunak berupa boneka orang atau binatang.
d. Alat permainan yang dapat digoyangkan dan keluar suara.
e. Alat permainan berupa selimut dan boneka.
2.  Usia 13 – 24 bulan
Tujuannya adalah :
a. Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara.
b. Memperkenalkan sumber suara.
c. Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik.
d.  Melatih imajinasinya. 
e. Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam
bentuk kegiatan yang menarik
Alat permainan yang dianjurkan:
a. Genderang, bola dengan giring-giring didalamnya.
b. Alat permainan yang dapat didorong dan ditarik.
c. Alat permainan yang terdiri dari: alat rumah tangga(misal: cangkir
yang tidak mudah pecah, sendok botol plastik, ember, waskom, air),
balok-balok besar, kardus-kardus besar, buku bergambar, kertas
untuk dicoret-coret, krayon/pensil berwarna.
3. Usia 25 – 36  bulan
Tujuannya adalah :
a. Menyalurkan emosi atau perasaan anak.
b. Mengembangkan keterampilan berbahasa.
c. Melatih motorik halus dan kasar.
d. Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung,
mengenal dan membedakan warna).
e. Melatih kerjasama mata dan tangan.  
f. Melatih daya imajinansi.
g. Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda.
Alat permainan yang dianjurkan :
a. Alat-alat untuk menggambar.
b. Lilin yang dapat dibentuk
c. Pasel (puzzel) sederhana.
d. Manik-manik ukuran besar.
e. Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang
berbeda.
f. Bola.

4. Usia 32 – 72 bulan
Tujuannya adalah  :
a. Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan.
b. Mengembangkan kemampuan berbahasa.
c. Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah,
mengurangi.
d. Merangsang daya imajinansi dsengan berbagai cara bermain pura-
pura (sandiwara).
e. Membedakan benda dengan permukaan.
f. Menumbuhkan sportivitas.
g. Mengembangkan kepercayaan diri
h. Mengembangkan kreativitas.
i. Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari,
dll).
j. Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan
kasar.
k. Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang
diluar rumahnya.
l. Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan,
misal : pengertian mengenai terapung dan tenggelam.
m. Memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong.
Alat permainan yang dianjurkan :
a. Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-
anak, alat gambar & tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air,
dll.
b. Teman-teman bermain : anak sebaya, orang tua, orang lain diluar
rumah.

2.14Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain


1. Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi / keterbatasan
2. Status kesehatan, anak sakit à perkembangan psikomotor kognitif
terganggu
3. Jenis kelamin
4. Lingkungan, lokasi, negara, kultur
5. Alat permainan senang dapat menggunakan
6. Intelegensia dan status sosial ekonomi

2.15Tahap Perkembangan Bermain


a. Tahap eksplorasi
Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain
b. Tahap permainan
Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap permainan
c. Tahap bermain sungguhan
Anak sudah ikut dalam permainan
d. Tahap melamun
e. Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan
berikutnya.

2.16Prinsip Bermain Di Rumah Sakit


1. Tidak banyak energi, singkat dan sederhana
2. Tidak mengganggu jadwal kegiatan keperawatan dan medis
3. Tidak ada kontra indikasi dengan kondisi penyakit pasien
4. Permainan harus sesuai dengan tahap tumbuh kembang pasien
5. Jenis permainan disesuaikan dengan kesenangan anak
6. Permainan melibatkan orang tua untuk melancarkan proses kegiatan

2.17Hambatan Yang Mungkin Muncul


1. Usia antar pasien tidak dalam satu kelompok usia
2. Pasien tidak kooperatif atau tidak antusias terhadap permainan
3. Adanya jadwal kegiatan pemeriksaan terhadap pasien pada waktu yang
bersamaan.

2.18Antisipasi hambatan
1. Mencari pasien dengan kelompok usia yang sama
2. Libatkan orang tua dalam proses terapi bermain
3. Jika anak tidak kooperatif, ajak anak bermain secara perlahan-lahan
4. Perawat lebih aktif dalam memfokuskan pasien terhadap permainan
5. Kolaborasi jadwal kegiatan pemeriksaan pasien dengan tenaga
kesehatan lainnya.
BAB III
SAP TERAPI BERMAIN

Pokok Bahasan  : Terapi Bermain Bercerita Pada Anak Usia Pra


Sub Pokok Bahasan : Terapi Barmain Anak Usia 3-5 tahun
Tujuan                       : Mengoptimalkan Tingkat Perkembangan Anak
Tanggal / Jam           : Sabtu / 18 Juli 2020
Pukul. 10.00 sd selesai
Tempat Bermain       : Ruang Rawatan Anak
Peserta                     : Untuk kegiatan ini peserta yang dipilih adalah pasien di
Ruang anak yang memenuhi kriteria :
- Anak usia 3 – 5 tahun
- Tidak mempunyai keterbatasan fisik
- Dapat berinteraksi dengan perawat dan keluarga
- Pasien kooperatif
Peserta terdiri dari :
- Anak usia pra sekolah sebanyak 3 orang didampingi
keluarga
Target : 3 orang

3.1 Sarana dan Media


Sarana:
1. Ruangan tempat bermain
2. Kursi untuk duduk

Media:

1. Boneka
2. Gambar

3.2 Pengorganisasian
Jumlah leader 1 orang, co leader 1 orang, fasilitator 2 orang dan 1 orang
observer dengan susunan sebagai berikut:
Co leader : Rezita Dwi Oetari, S.Kep

Leader        : Siska Damayanti, S.Kep

Observer       : Wahyu Setyawan, S.Kep

Fasilitator     : Febri Syahriani, S.Kep

Reza Kurnia, S.Kep

3.3 Pembagian Tugas


1. Peran Leader
a. Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan
jalan menciptakan situasi dan suasana yang memungkinkan klien
termotivasi untuk mengekspresikan perasaannya
b. Auxilery Ego, sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau
mendominasi
c. Koordinator, yaitu mengarahkan proses kegiatan kearah pencapaian
tujuan dengan cara memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat
dalam kegiatan
2. Peran Co Leader
a. Mengidentifikasi issue penting dalam proses
b. Mengidentifikasi strategi yang digunakan Leader
c. Mencatat modifikasi strategi untuk kelompok pada sesion atau
kelompok yang akan dating
d. Memprediksi respon anggota kelompok pada sesion berikutnya
3. Peran Fasilitator
a. Mempertahankan kehadiran peserta
b. Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta
c. Mencegah gangguan atau hambatan terhadap kelompok baik dari luar
maupun dari dalam kelompok
4. Peran Observer
a. Mengamati keamanan jalannya kegiatan play therap
b. Memperhatikan tingkah laku peserta selama kegiatan
c. Memperhatikan ketepatan waktu jalannya kegiatan play therapy
d. Menilai performa dari setiap tim terapis dalam memberikan terapi

3.4 Setting Tempat

Keterangan :
: Co-Leader

: Leader

: Observer

: Fasilitator

: Peserta

3.5 Susunan Kegiatan

No Waktu Terapy Anak


1 5 menit Pembukaan :

- Co-Leader membuka dan Menjawab salam


mengucapkan salam
Mendengarkan
- Memperkenalkan diri
- Memperkenalkan pembimbing Mendengarkan

- Memperkenalkan anak satu Mendengarkan dan saling


persatu dan anak saling berkenalan
berkenalan dengan temannya Mendengarkan
- Kontrak waktu dengan anak Mendengarkan
- Mempersilahkan Leader

2 20 menit Kegiatan bermain :

- Leader menjelaskan cara Mendengarkan


permainan
Menjawabpertanyaan
- Menanyakan pada anak, anak
mau bermain atau tidak
- Memulai permainan (Bercerita) Menerima permainan
- Leader ,co-leader, dan Fasilitator (Mendengarkan dan
memahami)
memotivasi anak
Bermain
- Fasilitator mengobservasi anak
- Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan perasaan

3 5 menit Penutup :

- Leader Menghentikan permainan Selesai bermain


- Menanyakan perasaan anak
Mengungkapkan perasaan
- Menyampaikan hasil permainan
- Memberikan hadiah pada anak Mendengarkan
yang cepat dan tepat menjawab Senang
pertanyaan sesuai dari cerita yang
dibacakan
- Membagikan souvenir/kenang- Senang
kenangan pada semua anak yang
bermain
Mengungkapkan perasaan
- Menanyakan perasaan anak
- Co-leader menutup acara Mendengarkan
- Mengucapkan salam
Menjawab salam
3.5 Evaluasi
1. Evaluasi struktur yang diharapkan
a. Alat-alat yang digunakan lengkap
b. Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana
2. Evaluasi proses yang diharapkan
a. Terapi dapat berjalan dengan lancar
b. Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik
c. Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi
d. Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai
tugasnya
3. Evaluasi hasil yang diharapkan
a. Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik
b. Anak merasa senang
c. Anak tidak takut lagi dengan perawat
d. Orang tua dapat mendampingi kegiatan anak sampai selesai
e. Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan aktifitas
bermain
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Bermain merupakan aspek penting dalam kehidupan anak yang
mencerminkan kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan sosial anak
tersebut, salah satunya adalah dengan bercerita dogeng, Dongeng diceritakan
terutama untuk hiburan, walaupun banyak juga dongeng yang melukiskan
kebenaran, berisi ajaran moral, bahkan sindirian. (agus, 2008).

Berdasarkan pengertian tentang dongeng, maka dapat disimpulkan


bahwa media dongeng bermanfaat buat anak untuk menghidupkan imajinasi
anak, mengajarkan nilai kehidupan, menanamkan akar budaya kepada anak,
meningkatkan kemampuan verbal anak, mengembangkan kemampuan
mendengar, meningkatkan kreativitas, menajamkan pikiran, meningkakan
kecerdasan emosional anak, memperkenalkan anak pada rasa empati,
membangun minat baca anak, mempererat ikatan dengan orang tua, melatih
daya ingat anak, mempermudah pendidikan anak, memperbaiki kemampuan
berkomunikasi, dan mengajarkan anak menghadapi berbagai situasi.

4.2 Saran
1. Orang tua
Sebaiknya orang tua lebih selektif dalam memilih buku cerita bagi
anak agar anak dapat tumbuh dengan optimal. Pemilihan buku cerita
yang tepat dapat menjadi poin penting dari stimulus yang akan didapat
bacaan tersebut.
2. Rumah sakit
Sebagai tempat pelayanan kesehatan, sebaiknya rumah sakit dapat
meminimalkan trauma yang akan anak dapatkan dari hospitalisasi
dengan menyediakan ruangan khusus untuk melakukan tindakan,
seperti membaca buku.
3. Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dapat tetap membantu anak untuk
mengurangi dampat hospitalisasi dengan terapi bermain yang sesuai
dengan tahap tumbuh kembang anak karena dengan terapi bermain
yang tepat, maka anak dapat terus melajutkan tumbuh kembang anak
walaupun dirumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA

Wirawan, made. 2013. Kesehatan bayi dan anak. Jakarta; Noura Books
Handayani, Puspitasari. 2008. Jurnal kesehatan. Yogyakarta; surya medika
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
Supartini, Yupi. (2004). Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.
Suryaning, Eka. 2009. Pengaruh terapi bercerita terhadap kecemasan pada anak.
Yogyakarta ; Surya medika
DIALOG TERAPI BERMAIN
Pada hari sabtu, dipagi hari yang cerah. Seperti yang telah direncanakan
sebelumnya bahwa hari ini akan diadakan terapi bermain di ruang rawatan anak
kelas III melati, sehari sebelumnya perawat sudah kontrak waktu dengan keluarga
dan menanyakan pasien bersedia atau tidak untuk dilakukan terapi bermain,
pasien terdiri dari tiga orang anak, yaitu An.A, An.B dan An.C. Tepat pukul 10.00
WIB semua persiapan sudah siap dan pasien didampingi oleh orang tua juga
sudah siap, dan acarapun dimulai.

Co-Leader : “Assalamualikum wrwb,... “(tersenyum)


Peserta : “Waalaikumsalam..”(tersenyum)
Co-Leader : “Selamat pagi semuanya, (Lanjut kata-kata mukadimah dan
pembukaan) pada pagi hari ini kita akan melakukan terapi bermain yaitu
menderngarkan cerita. Sebelum kita mulai ada baiknya kita saling berkenalan,
perkenalkan nama kakak rezita dwi oetari tapi biasanya dipanggil tari (lanjut
memperkenalkan perawat yang lain), dan sekarang giliran adik-adik yang
perkenalkan dirinya masing-masing. ..”(tersenyum)
An.A : “Hallo semua perkenalkan nama saya ari”(tersenyum)
An.B : “Hallo semua perkenalkan nama saya ben”
An.C : “Hai perkenalkan nama saya cinta”(tersenyum)
Co-Leader : Sekarang kakak mintak adik-adik berkenalan satu sama lain ya,
Peserta : Baik kak, (saling berkenalan)
Co-Leader : Kita kan mau bermain mendengarkan cerita jadi kakak mintak
waktunya 30 menit kedepan untuk kita bermain bersama ya, apakah adik-adik
setuju?
Peserta : Setuju kak.
Co-Leader : Baiklah, lansung saja kita mulai bermainnya, kepada leader
dipersilahkan.
Leader : Terimakasih co-leader, baiklah adik-adik perkenalkan nama kakak
siska damayanti, adik-adik bisa pangil kakak kak,siska. Kakak akan bercerita
tentang sikancil dan siput, apakah adik-adik mau mendengarkan kakak bercerita?
Peserta : Mau kak.
Leader : Bagus, (mulai bercerita tentang sikancil dan siput)
Peserta : (mendengarkan)
Pasilitator : (memotifasi anak agar focus mendengarkan cerita), adik ayo focus
dengarkan ceritanya, nanti ditanya loh sama kakak nya kalau bisa jawab dikasih
hadiah.
Observer : (mengamati jalannya permainan)
Leader : kakak sudah selesai bercerita, apakah adik-adik suka mendengar
cerita sikancil dan siput?
Peserta : Suka kak suka….
Leader : sekarang kakak akan bertanya siapa yg bisa jawab angkat tangannya
ok. (memberi pertanyaan)
An.A : (Dengan semangat menjawab pertanyaan)
Leader : (semus audiens tangan) bagus sekali An.A jawaban nya benar
Leader : sekarang kakak akan bertanya lagi (memberi pertanyaan)
An.C : (Dengan semangat menjawab pertanyaan)
Leader : (semus audiens tangan) bagus sekali An.C jawaban nya benar
Leader : karena adik-adik mendengarkan kakak bercerita dengan baik dan
bisa menjawab pertanyaan kakak, jadi adik-adik semua kakak kasih hadiah.
Peserta : Asik dapat hadiah (tersenyum)
Co-Leader : Terimakasih leader, baiklah adik-adik apakah adik-adik senang
dengan terapi bermain hari ini?
Peserta : Sangat senang kak…
Co-Leader : para orang tua gimana perasaan nya?
Orang tua : kami sangat berterimakasih buk, kegiatan ini sangat membantu dan
anak kami tampak lebih bersemangat dan lebih ceria.
Co-Leader : Demikianlah acara kita pada hari ini, saya sebagai moderator mohon
maaf jika ada kesalahan, Wassalamualikum.

Anda mungkin juga menyukai