Anda di halaman 1dari 47

TUGAS MAKALAH

ILMU DASAR KEPERAWATAN


ASUHAN KEPERAWATAN PITIRIASIS VERSIKOLOR

DISUSUN OLEH:
Kelompok 3 / Kelas 2A
1. Siti Rahmawati (1130022038)
2. Husni Mubarok (1130022056)
3. Elly Arnovi Ibrahim M. (1130022075)
4. Isnaini Nanda Az Zahro (1130022079)
5. Inne Febriyanti (1130022105)
6. Rezza Nur Amalia Baitin (1130022146)
7. Afifah Salsabillah (1130022161)

DOSEN FASILITATOR:
Erika Martining Wardani, S.Kep.Ns., M.Ked.Trop.

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Agama yang berjudul
“Bersuci dan Shalat Bagi Musafir dan Maridh” dapat selesai seperti waktu yang
telah direncanakan.

Tersusunnya makalah ini tentunya tidak lepas dari peran berbagai pihak
yang memberikan bantuan secara materil dan spiritual, baik secara langsung atau
tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dosen fasilitator mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan, Ibu Erika Martining
Wardani, S.Kep.Ns., M.Ked.Trop
2. Orang tua yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada kami sehingga
laporan ini dapat terselesaikan.
3. Teman-teman yang telah membantu dan memberikan dorongan semangat agar
makalah ini dapat kami selesaikan.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas budi baik yang tulus dan ikhlas
kepada semua pihak yang kami sebutkan di atas. Tak ada gading yang tak patah,
untuk itu kami pun menyadari bahwa makalah yang telah kami susun masih
memiliki banyak kelemahan serta kekeliruan baik dari segi teknis maupun non
teknis.

Untuk itu penulis membuka pintu yang selebar-lebarnya kepada seluruh


pihak, agar dapat memberikan saran dan kritik yang membangun demi
penyempurnaan penulisan-penulisan mendatang. Apabila dalam makalah ini
terdapat hal-hal yang kurang berkenan di hati pembaca, mohon dimaafkan.
Penyusun sangat berharap agar makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi
mahasiswa.

Surabaya, 25 Februari 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. v
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 7
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 7
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 8
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 8
1.4 Manfaat ..................................................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 9
2.1 Konsep Dasar Pitiarisis Versicolor .......................................................... 9
2.1.1 Definisi .............................................................................................. 9
2.1.2 Etiologi .............................................................................................. 9
2.1.3 Tanda dan Gejala............................................................................. 10
2.1.4 Patofisiologi .................................................................................... 11
2.1.5 Pathway ........................................................................................... 12
2.1.6 Manifestasi Klinis ........................................................................... 12
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang .................................................................. 13
2.1.8 Penatalaksanaan .............................................................................. 14
2.1.1 Pencegahan ...................................................................................... 15
2.1.10 Prognosis ......................................................................................... 16
2.2 Konsep Dasar Asuhan Kperawatan ........................................................ 16
2.2.1 Pengkajian ....................................................................................... 16
2.2.2 Diagnosa Keperawatan/Kemungkinan Masalah ............................. 18
2.2.3 Intervensi ......................................................................................... 19
2.2.4 Implementasi ................................................................................... 19
2.2.5 Evaluasi ........................................................................................... 19
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN .............................................................. 20
3.3 Pengkajian .............................................................................................. 21
3.2 Diagnosa Keperawatan ........................................................................... 34
3.3 Tindakan Keperawatan ........................................................................... 35
3.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan ............................................... 38
BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 44
4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 44
4.2 Saran ....................................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 46

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kemampuan Ambulasi...........................................................................23


Tabel 3.1 Activity Daily Living ..............................................................................24
Tabel 3.1 Analisa Data ...........................................................................................33
Tabel 3.3 Intervensi Keperawatan..........................................................................35
Tabel 3.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan ..............................................38

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Pathway Pityriasis Versicolor .............................................................. 12

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Pertanyaan dan Jawaban Hasil Diskusi .................................. 47

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jamur termasuk tumbuh-tumbuhan filum thallophyta yang tidak
mempunyai akar, batang, dan daun. Jamur tidak bisa menghisap makanan dari tanah
dan tidak mempunyai klorofil sehingga tidak bisa mencerna makanan sendiri oleh
karenanya hidup sebagai parasit atau saprofit pada organisme yang lain. Jamur
dapat menyebabkan penyakit pada manusia. Hingga saat ini ada kurang lebih
200.000 spesies jamur, tetapi hanya 50 spesies yang patogen pada manusia, yaitu
20 spesies menyerang kulit, 12 spesies menyerang subkutis, dan 18 spesies
menyerang alat dalam atau sistemik. Masuknya jamur dalam tubuh dapat melalui
luka kecil pada kulit, melalui saluran nafas, dan melalui kontak (Siregar, 2005).
Pitiriasis versicolor (juga dikenal sebagai tinea versicolor) adalah salah satu
infeksi jamur superfisial yang umum terjadi pada kulit. Pasien dengan pitiriasis
versikolor biasanya datang dengan hipopigmentasi atau hiperpigmentasi
asimtomatik, makula/bercak halus, bersisik, oval atau bulat yang biasanya muncul
pada punggung, leher, dan lengan atas. Pasien terkadang mengeluh gatal, terutama
bila kondisinya lebih luas (Leung et al., 2022).
Pitiriasis versicolor atau yang disebut dengan panu paling banyak dijumpai
pada remaja usia belasan. Meskipun begitu panu juga bisa ditemukan pada
penderita berumur yang lebih tua atau lebih muda. Penyakit ini biasanya menyerang
kulit di daerah yang menghasilkan banyak keringat. Biasanya panu terdapat pada
bagian atas dada, lengan, leher, perut, kaki, ketiak, lipatan paha, punggung, muka
dan kepala. Panu terutama ditemukan di daerah yang lembab dan dilindungi
pakaian. Selain menyebakan gatal pada kulit, panu juga membuat penderitanya
menjadi tak percaya diri (Andareto, 2015).
Untuk mencegah timbulnya penyakit panu, yang sering menimbulkan rasa
malu ini dapat dilakukan dengan banyak cara, yang diantaranya yaitu dengan
menjaga kebersihan anggota tubuh, selalu mengganti pakaian setelah beraktivitas,
tidak menggunakan peralatan mandi maupun pakaian secara bergantian dengan
orang lain, dan memperbanyak konsumsi vitamin C (Andareto, 2015).

7
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, diangkat beberapa
masalah :
1. Bagaimana konsep dasar pitiarisis versicolor?
2. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan pitiriasis versikolor?
3. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan pitiarisis versicolor?

1.3 Tujuan
A. Tujuan Umum
Untuk memperoleh pengetahuan dan memahami askep pada pasien
pitiarisis versicolor. Serta untuk melaksanakan tugas mata kuliah Ilmu
Dasar Keperawatan.

B. Tujuan Khusus
1. Dapat memahami dan menjelaskan kembali mengenai konsep dasar
pitiarisis versicolor (pengertian, etiologi, manifestasi klinis,
patofisiologi, dan penatalaksanaan).
2. Dapat memahami dan menjelaskan kembali mengenai konsep dasar
asuhan keperawatan pitiriasis versicolor.
3. Dapat memahami dan menjelaskan kembali mengenai asuhan
keperawatan pada pasien pitiarisis versicolor.

1.4 Manfaat
1. Bermanfaat bagi mahasiswa dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan
dimiliki khususnya mengenai askep pitiarisis versicolor.
2. Dapat dijadikan sarana untuk menambah pengetahuan bagi pembaca.

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Pitiarisis Versicolor


2.1.1 Definisi
Menurut Siregar (2005), pitiriasis versicolor adalah adalah suatu penyakit
jamur kulit yang kronik dan asimtomatik serta ditandai dengan bercak putih sampai
coklat yang bersisik. Kelainan ini umunya menyerang badan dan kadang-kadang
terlihat di ketiak, sela paha, tungkai atas, leher, muka, dan kulit kepala.
Pitiriasis versikolor atau dikenal dengan panu adalah infeksi jamur
superfisial ditandai dengan perubahan pigmen kulit akibat kolonisasi stratum
korneum oleh ragi lipofilik dari genus Malassezia, Malassezia furfur (dikenal juga
sebagai Pityrosporum orbiculare, Pityrosporum ovale, Malassezia ovalis).
Malassezia furfur merupakan flora normal pada kulit yang dapat berubah menjadi
bentuk patogen dalam kondisi tertentu, seperti lingkungan dengan suhu dan
kelembaban tinggi, produksi kelenjar sebum dan keringat, genetik, keadaan
imunokompromais, dan keadaan malnutrisi. Malassezia menghasilkan berbagai
senyawa yang mengganggu melanisasi kulit sehingga menyebabkan perubahan
pigmentasi kulit (Januwarsih, 2022).
Pitiriasis versicolor banyak ditemukan di daerah tropis karena suhu dan
kelembaban lingkungan yang tinggi. Diperkirakan 40-50% penduduk negara tropis
menderita penyakit ini. Penyakit ini dapat menyerang semua usia, namun mayoritas
berusia antara 16 hingga 20 tahun. Di Indonesia sendiri belum ada informasi
prevalensi pityriasis versikolor, namun di Asia dan Australia secara umum survei
dilakukan pada tahun 2008 dan ditemukan cukup tinggi karena iklim kawasan Asia
yang mendukung (Pramono, 2018).

2.1.2 Etiologi
Panu disebabkan oleh organisme lipofilik dimorfik, M. furfur, yang hanya
dapat dikultur pada media yang diperkaya dengan asam lemak berukuran C12-
sampai C14. M. furfur, merupakan salah satu anggota dari flora kulit manusia

9
normal (normal human cutaneous flora) dan ditemukan pada bayi (infant) sebesar
18% sedangkan pada orang dewasa mencapai 90-100% (Wahyuni, 2021).
Pityrosporon orbiculare, Pityrosporon ovale, dan Malassezia ovalis
merupakan nama lain (sinonim) dari M. furfur. Sebelas spesies M furfur telah
teridentifikasi, dan Malassezia globosa merupakan salah satu organisme yang biasa
ditemukan pada penderita panu. Organisme ini dapat ditemukan pada kulit yang
sehat dan pada area kulit yang terkena penyakit kulit (Cutaneous disease). Pada
penderita dengan penyakit klinis, organisme ini ditemukan baik pada tingkat
spora/ragi (yeast/spore stage) dan bentuk filamentosa (hyphal).
Penyebab lain penyakit panu:
a. Lembap dan panas dari lingkungan, dari pakaian ketat, dan pakaian tak
menyerap keringat.
b. Keringat berlebihan. karena berolahraga atau karena kegemukan.
c. Friksi atau trauma minor, misalnya gesekan pada paha orang gemuk.
d. Keseimbangan flora tubuh normal terganggu, antara lain karena pemakaian
antibiotik, atau hormonal dalam jangka panjang.

Faktor pada diri seseorang yang bisa memicu kemunculan penyakit ini, di antaranya
(Wahyuni, 2021):
a. Memiliki jenis kulit berminyak.
b. Tinggal di daerah lembap yang bersuhu hangat.
c. Berusia remaja atau awal 20-an Sering mengeluarkan keringat berlebihan.
d. Memiliki tingkat kekebalan tubuh yang rendah Mengalami perubahan hormon.

2.1.3 Tanda dan Gejala


Pada awalnya tidak ada gejala yang menunjukkan seseorang akan menderita
panu. Kemudian timbul bercak-bercak di kulit yang terasa gatal. Ada yang unik dari
panu, bila diderita orang yang berkulit putih, maka bercak yang tampak adalah
berwarna kemerahan. Bila diderita orang berkulit gelap, maka bercak yang tampak
adalah warna keputihan (Pityriasis versicolor). Bila terdapat di daerah kulit yang
tertutup, maka akan tampak sebagai bercak kecokelatan atau hitam (Pityriasis

10
versicolor nigra). Karena terdapat beberapa warna itulah maka panu disebut
sebagai Pityriasis versicolor.
Gejala yang biasanya timbul, adanya bercak-bercak entah itu. putih, cokelat
atau merah, tergantung warna kulit. Kemudian teraba seperti bersisik halus. Sisik
itu bila digaruk, akan keluar putih-putih kecil seperti butiran bedak. Selain itu, bila
sedang berkeringat akan terasa sangat gatal. Bagaimanapun juga, penderita panu
dan subjek kontrol tidak memperlihatkan perbedaan kuantitatif atau kualitatif pada
lemak di permukaan kulit. Faktor kausatif lainnya yang juga signifikan adalah
sistem kekebalan tubuh/imun penderita (Wahyuni, 2021).

2.1.4 Patofisiologi
Pitiriasis versicolor disebabkan oleh meningkatnya jumlah flora normal
kulit yaitu Pityrosporum ovale dengan sifat lipofilik atau menyukai lemak yang
termasuk dalam genus Malassezia sp. Penyakit ini sering terjadi pada remaja,
namun anak-anak dan orang dewasa tidak luput dari infeksi. Pada pria dan wanita
angka kejadiannya seimbang dan tidak dipengaruhi oleh ras (Januwarsih, 2022).
Tinea versicolor timbul bila M. Furfur berubah bentuk menjadi bentuk
misellia karena adanya faktor predisposisi, baik eksogen maupun endogen. Faktor
eksogen meliputi panas dan kelembaban. Hal ini ialah penyebab sehingga pityriasis
versicolor banyak dijumpai di daerah tropis dan pada musim panas di daerah
subtropis. Faktor eksogen lain adalah penutupan kulit oleh pakaian atau kosmetik
di mana mengakibatkan peningkatan konsentrasi CO2, mikro flora, dan pH.
Faktor endogen berupa malnutrisi, dermatitis seboroik, syndrome cushing,
terapi imunosupresan, hiperhidrosis, dan riwayat keluarga yang positif. Di samping
itu diabetes melitus, pemakaian steroid jangka panjang, kehamilan, dan penyakit-
penyakit berat memudahkan timbulnya pitiriasis versicolor.
Patogenesis dari makula Hipopigmentasi oleh terhambatnya sinar matahari
yang masuk ke dalam lapisan kulit yang akan mengganggu proses pembentukan
melanin, adanya toksin yang langsung menghambat pembentukan melanin, dan
adanya asam azaleat yang dihasilkan oleh pityrosporum dari asam lemak dalam
sebum yang merupakan inhibitor kompetitif dari tirosinase (Partogi, 2008).

11
2.1.5 Pathway

Gambar 1 Pathway Pityriasis Versicolor

2.1.6 Manifestasi Klinis


Menurut Murlistyarini (2018), gambaran khas berupa makula berbatas tegas
yang tersebar pada area badan, leher, punggung maupun lengan atas. Perubahan
warna dapat bervariasi dari putih hingga merah kecoklatan. Pada kondisi lanjut, lesi
akan menjadi bercak luas yang berkonfluen. Skuama yang ada bersifat halus (dust
like) dan untuk memastikan dapat dilakukan goresan pada lesi yang kering sehingga
lesi dan skuama akan terlihat jelas (finger nail sign).
Lesi pityriasis versicolor terutama dijumpai di bagian atas dada dan meluas
ke lengan atas, leher, tengkuk, perut atau tungkai atas/bawah. Dilaporkan adanya
kasus-kasus yang khusus di mana lesi hanya dijumpai pada bagian tubuh yang
tertutup atau mendapatkan tekanan pakaian, misalnya pada bagian yang tertutup
pakaian dalam. Dapat pula dijumpai lesi pada lipatan aksila dan pada kulit muka.
Penderita pada umumnya hanya mengeluhkan adanya bercak/makula
berwarna putih (hipopigmentasi) atau kecoklatan (hiperpigmentasi) dengan rasa
gatal ringan yang umumnya muncul saat berkeringat. Ukuran dan bentuk lesi sangat
bervariasi tergantung lama sakit dan luasnya lesi. Pada Lesi baru sering dijumpai
makula skuamosa folikular. Sedangkan Lesi primer tunggal berupa makula dengan
batas sangat tegas tertutup skuama halus. Pada kulit hitam atau coklat umumnya
berwarna putih sedangkan pada kulit putih atau terang cenderung berwarna coklat

12
atau kemerahan. Makula umumnya khas berbentuk bulat atau oval tersebar pada
daerah yang terkena. Pada beberapa lokasi yang selalu lembab, misalnya pada
daerah dada, kadang batas lesi dan skuama menjadi tidak jelas.
Pada kasus yang lama tanpa pengobatan lesi dapat bergabung membentuk
gambaran seperti pulau yang luas berbentuk polisiklik. Beberapa kasus di daerah
berhawa dingin dapat sembuh total. Pada sebagian besar kasus pengobatan akan
menyebabkan lesi berubah menjadi makula hipopigmentasi yang akan menetap
hingga beberapa bulan tanpa adanya skuama (Partogi, 2008).

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan mikroskopis dapat dilakukan dengan bahan kerokan kulit dari
pusat lesi. Kerokan kulit diratakan pada kaca preparat, pertama dilarutkan dengan
kalium hidroksida 10-20% kemudian diwarnai dengan pewarnaan biru metilen,
tinta parker atau biru laktofenol. Ciri khas dari pemeriksaan mikroskopik pitiriasis
versicolor adalah gambaran “spaghetti and meat balls”. Sementara itu, morfologi
koloni yang tumbuh pada media kultur bervariasi tergantung pada spesies
Malassezia. Permukaannya bisa kusam atau berkilau, halus atau kasar, cembung
atau rata dengan tepi yang sedikit berlipat atau beralur. Teksturnya bisa gembur,
kasar ataupun keras. Warnanya pun bervariasi dari krem hingga putih. Pemeriksaan
mikroskopis dari kultur jamur juga menunjukkan gambaran yang bervariasi
tergantung dari spesies Malassezia. Sel biasanya unipolar, bisa besar atau kecil,
bulat atau silindris.
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan untuk menunjang diagnosis
pitiriasis versikolor adalah pemeriksaan dengan lampu wood dan uji biokimia. Pada
pemeriksaan menggunakan sinar wood tampak fluoresensi kuning keemasan atau
kuning cerah. Pemeriksaan dengan lampu wood tidak dapat mengkonfirmasi
diagnosis pitiriasis versikolor, pemeriksaan ini hanya sebagai penunjang dalam
diagnosis. Cahaya wood diproduksi oleh lampu merkuri bertekanan tinggi yang
memancarkan ultraviolet A. Cahaya ini akan diserap oleh melanin dan
menghasilkan fluoresensi karakteristik dalam kondisi patologis. Pada pemeriksaan
biokimia biasanya dilakukan pada spesimen kultur dan tidak dilakukan secara
langsung pada kerokan kulit. Pada uji katalase menunjukan hasil positif, ada

13
produksi gelembung gas saat ditambahkan setets hidrogen peroksida pada spesimen
kultur. Pada pemeriksaan asimilasi, spesies Malassezia biasanya tumbuh pada
Tween 20, 40, 60 dan 80. Pemeriksaan asimilasi glisin hanya positif pada
Malassezia furfur (Pramono, 2018).

2.1.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pitiriasis versikolor sebagai berikut (Hald et al.,
2015 dalam Januwarsih, 2022) :
1. Non-Medikamentosa
a. Memberitahu pasien bahwa penyakit ini memerlukan waktu yang cukup
lama untuk repigmentasi.
b. Memberitahu pasien agar menjaga kulit selalu kering.
c. Memberitahu pasien untuk mengurangi aktivitas agar tidak menimbulkan
keringat yang berlebih.
d. Memberitahu pasien agar menghindari penggunaan handuk dan pakaian
secara bergantian dengan orang lain.
e. Memberitahu pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar dan lebih
baik yang menyerap keringat.
2. Medikamentosa
Ada beberapa jenis obat yang digunakan untuk pengobatan pitiriasis versikolor
yaitu sebagai berikut :
a. Topikal
1) Sampo ketokonazol 2% dioleskan 5 menit sebelum mandi pada daerah
yang terinfeksi/seluruh badan sekali/hari berturut-turut selama 3 hari.
2) Sampo selenium sulfida 2,5% sekali/hari selama 15-20 menit 3 hari
dan ulangi seminggu kemudian. Terapi rumatan setiap 3 bulan sekali.
3) Sampo zinc pyrithione 1% dioleskan 7-10 menit sebelum mandi di
seluruh daerah yang terinfeksi/ seluruh badan, dapat dilakukan 3-4 kali
seminggu atau sekali/hari.
4) Vehikulum solutio atau golongan azol yang topikal (krim mikonazol 2
kali/hari) dipilih untuk daerah wajah dan genital.

14
5) Krim terbinafin 1% dioleskan 2 kali/hari selama 7 hari pada daerah
yang terinfeksi.
b. Sistemik
Ketokonazol 200 mg/hari selama 10 hari sebagai terapi sistemik untuk lesi
luas atau sulit disembuhkan.
c. Alternatif
1) Itrakonazol 100 mg/hari selama 2 minggu atau 200 mg/hari selama 7
hari.
2) Flukonazol dosis tunggal 400 mg atau 2-3 minggu dengan dosis 300
mg/minggu.
Bila pemeriksaan klinis, lampu wood, dan pemeriksaan mikologis langsung
berturut-turut selang seminggu telah negatif obat dapat dihentikan. Terapi
pemeliharaan gunakan topikal setiap 1-2 minggu atau ketokonazol 2x200 mg/hari
sekali sebulan untuk terapi sistemik pada kasus kronik berulang.

2.1.1 Pencegahan
Untuk pencegahan dapat disarankan pemakaian 50% propilen glikol dalam
air atau sistemik ketokonazole 400 mg/hari sekali sebulan. Pada daerah endemik
untuk pencegahan penyakit dapat disarankan pemakaian ketokonazole 200 mg/hari
selama 3 hari setiap bulan atau intrakonazol 200mg sekali sebulan atau pemakaian
shampo selenium sulfit sekali seminggu (Partogi, 2008).
Panu juga bisa dihindari dengan cara-cara sederhana dan berkaitan dengan
pola kebiasaan sehari-hari, antara lain (Wahyuni, 2021):
a. Mandi 2 kali dalam sehari.
b. Jemurlah handuk segera setelah digunakan.
c. Hindari menggunakan pakaian atau handuk bergantian.
d. Ganti pakaian atau handuk sesering mungkin • Segera cucilah pakaian atau
handuk yang sudah kotor.

Panu menular dari kebiasaan-kebiasaan seperti berikut:


a. Keringat berlebihan kemudian mengering di kulit sehingga mengakibatkan rasa
lengket pada kulit.

15
b. Kebiasaan jarang mandi atau kurang menjaga kebersihan badan.
c. Tertular panu dari penderita lainnya melalui media seperti pakaian atau handuk
yang digunakan bersama.

2.1.10 Prognosis
Prognosis baik bila pengobatan dilakukan menyeluruh, tekun dan konsisten.
Pengobatan harus diteruskan dua minggu setelah fluoresensi negatif dengan
pemeriksaan lampu wood dan sediaan langsung negatif.
Jamur penyebab pityriasis versicolor merupakan bagian dari flora normal
dan kadang-kadang Tertinggal dalam folikel rambut. Hal ini yang mengakibatkan
tingginya angka kekambuhan, sehingga diperlukan pengobatan profilaksis untuk
mencegah kekambuhan.
Masalah lain adalah menetapnya hipofigmentasi dan diperlukan waktu yang
cukup lama untuk rapigmentasi. Namun hal tersebut bukan akibat kegagalan terapi,
sehingga penting untuk memberi informasi kepada pasien bahwa bercak putih
tersebut akan menetap beberapa bulan setelah terapi dan akan menghilang secara
perlahan (Partogi, 2008).

2.2 Konsep Dasar Asuhan Kperawatan


Proses asuhan keperawatan adalah pendekatan yang teorinya digunakan
dalam praktik keperawatan. Tujuan dari strategi ini adalah untuk memenuhi
tuntutan klien, keluarga, dan masyarakat dengan membutuhkan keahlian teknis atau
keterampilan seseorang untuk memecahkan masalah. Proses keperawatan dibagi
menjadi lima tahap yang saling berhubungan: pengkajian, diagnosis, perencanaan
tindakan, dan evaluasi. Tingkat ini menggabungkan proses mental pemecahan
masalah saat memberikan asuhan keperawatan (Nursalam, 2011).

2.2.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan
mengadakan kegiatan mengumpulkan data-data atau mendapatkan data yang akurat
dari klien sehingga akan diketahui berbagai permasalahan yang ada. Untuk
melakukan langkah pertama ini diperlukan berbagai pengetahuan dan kemampuan

16
yang harus dimiliki oleh perawat diantaranya pengetahuan tentang kebutuhan atau
sistem biopsikososial dan spiritual bagi manusia yang memandang manusia dari
aspek biologis, psikologis, sosial, dan tinjauan dari aspek spiritual. Kemudian
pengetahuan akan kebutuhan perkembangan manusia (tumbuh kembang dari
kebutuhan dasarnya), pengetahuan konsep sehat dan sakit, pengetahuan tentang
patofisiologi dari penyakit yang dialami, pengetahuan tentang sistem keluarga dan
kultur budaya, serta nilai-nilai keyakinan yang dimiliki klien (Hidayat, 2021).
Data tentang kebiasaan klien diperoleh pada tahap pengkajian prosedur
keperawatan. Berdasarkan kebiasaan dan pola hidup klien, data asesmen digunakan
untuk memulai, mengindividualisasikan, merencanakan, mengevaluasi, dan
mengubah perawatan.

2.2.1.1 Identitas Klien


Meliputi identitas klien (nama, umur, jenis kelamin, status, suku, agama,
alamat, pendidikan, diagnosa medis, tanggal MRS, dan tanggal pengkajian diambil)
dan identitas penanggung jawab (nama, umur, pendidikan, agama, suku, hubungan
dengan klien, pekerjaan, alamat).

2.2.1.2 Riwayat Kesehatan


Langkah awal dalam mengevaluasi kebutuhan dan masalah klien adalah
memastikan riwayat medis mereka. Riwayat kesehatan menyeluruh diperlukan jika
ada pergeseran atau perubahan status baru-baru ini. Riwayat kesehatan meliputi
riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan dahulu, dan riwayat kesehatan
keluarga. Riwayat kesehatan ini adalah catatan tentang penyakit dan kondisi
kesehatan pasien. Dari kumpulan catatan riwayat kesehatan, dokter dapat
menemukan informasi tentang risiko masalah kesehatan tertentu, terutama bila ada
kerabat dengan kondisi sesuai dengan gejala yang sedang dirasakan.

2.2.1.3 Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau
hanya bagian tertentu yang dianggap perlu untuk memperoleh data yang sistematis
dan komprehensif, memastikan atau membuktikan hasil anamnesa, menentukan

17
masalah, dan merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi klien. Tujuan
umum dari pemeriksaan fisik bertujuan untuk mengumpulkan data dasar tentang
kesehatan klien, menambah atau menyangkal data yang diperoleh dalam riwayat
keperawatan, mengkonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosa keperawatan,
membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan klien dan
penatalaksanaan, serta mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan. Dalam
pemeriksaan fisik terdapat empat teknik yang dilakukan, yaitu inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskultasi (Hastuti, 2017).

2.2.2 Diagnosa Keperawatan/Kemungkinan Masalah


Diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan pitiriasis versicolor
berfokus terutama pada kerusakan kulit dan citra tubuh akibat klien merasa kurang
percaya diri. Diagnosa keperawatan umum terkait dengan M. furfur yang berada di
kulit manusia meliputi:
1. Gangguan integritas kulit/jaringan b.d. penurunan mobilitas, suhu lingkungan
yang ekstrim, kelembaban, perubahan pigmentasi, dan perubahan hormonal.
2. Gangguan citra tubuh b.d. perubahan struktur/bentuk tubuh, perubahan fungsi
tubuh, perubahan fungsi kognitif, dan gangguan psikososial.

(SDKI, Edisi I)

18
2.2.3 Intervensi
Intervensi keperawatan adalah salah satu standar profesi yang dibutuhkan
untuk menjalankan praktik keperawatan di Indonesia. Intervensi merupakan segala
bentuk terapi yang dilakukan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan
penilaian klinis dalam mencapai peningkatan, pencegahan, serta pemulihan
kesehatan pada klien individu, keluarga, serta komunitas (PPNI, 2018).
Pada intervensi atau perencanaan, ada empat hal yang harus diperhatikan
dalam memberikan asuhan keperawatan, yaitu: menentukan prioritas masalah,
menentukan tujuan, kriteria hasil, serta merumuskan intervensi dan aktivasi
perawatan (Melliany, 2019).

2.2.4 Implementasi
Implementasi Keperawatan merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana
tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien
mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik
dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah
kesehatan klien (SIMAMORA, 2019).

2.2.5 Evaluasi
Perencanaan evaluasi memuat kriteria keberhasilan proses dan keberhasilan
tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan
membandingkan antara proses dengan pedoman/rencana proses tersebut.
Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara
tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah di rumuskan sebelumnya (SIMAMORA,
2019).

19
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Tn. AF usia 23 tahun dengan berat badan 61kg dan tinggi badan 165cm
datang ke poliklinik kulit dan kelamin RSUD Syaiful Anwar pada tanggal 26
Februari 2023 pukul 09.00 WIB dengan keluhan bercak putih di punggung kanan
atas sejak ± 1 minggu yang lalu. Awalnya jumlah bercak putih di punggung sedikit.
Lama kelamaan, bercak putih bertambah banyak dan menyebar ke seluruh
permukaan punggung. Pasien juga mengeluhkan bercak putih menjadi bersisik jika
digores dengan jari. Pasien memiliki kebiasaan tidak segera mengganti baju
sesampainya di rumah jika bepergian. Bercak dirasakan tidak gatal. Keluhan bercak
putih merupakan kali kedua pada pasien.

20
3.3 PENGKAJIAN
Ruang : Anggrek Tanggal Pengkajian : 26 Feb 2023
Tanggal MRS : 26 Feb 2023 Jam Pengkajian : 11.00
Register Medik : 532xxxx
Diagnosa Medis : Pitiriasis
Versikolor

IDENTITAS KLIEN
Pasien Penanggung Jawab
Nama : Tn. AF Nama : Ny. F
Usia : 21 tahun Umur : 57 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Jawa Suku/Bangsa : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Mahasiswa Pekerjaan : Wiraswasta
Status Pernikahan : Belum Menikah Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Jl. Melati No.02 Alamat : Jl. Melati No.02
Hubungan dgn klien : Ibu

3.3.1 STATUS KESEHATAN SAAT INI


a. Keluhan utama : Bercak putih di punggung
b. Lama keluhan : ± 1 minggu
c. Kualitas keluhan : Berat
d. Faktor pencetus : Malas mengganti baju
e. Faktor pemberat : Keringat berlebihan
f. Upaya yang dilakukan : Dirawat di rumah

3.3.2 RIWAYAT KESEHATAN


3.3.2.1 Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien datang ke poliklinik kulit dan kelamin RSUD Syaiful Anwar pada
tanggal 26 Februari 2023 pukul 09.00 WIB dengan keluhan bercak putih di

21
punggung kanan atas sejak ± 1 minggu yang lalu. Awalnya jumlah bercak
putih di punggung sedikit. Lama kelamaan, bercak putih bertambah banyak
dan menyebar ke seluruh permukaan punggung. Pasien juga mengeluhkan
bercak putih menjadi bersisik jika digores dengan jari. Pasien memiliki
kebiasaan tidak segera mengganti baju sesampainya di rumah jika
bepergian. Bercak dirasakan gatal. Keluhan bercak putih merupakan kali
kedua pada pasien.

3.3.2.2 Riwayat Kesehatan Dahulu


1. Penyakit yang pernah dialami
a. Kecelaakan (jenis & waktu) : tidak pernah mengalami kecelakaan
b. Pernah dirawat : Pernah dirawat sebelumnya
c. Operasi (jenis & waktu) : tidak pernah melakukan operasi
d. Penyakit
1) Hipertensi : tidak ada riwayat penyakit kronis
2) DM : tidak ada riwayat penyakit akut
e. Terakhir masuki RS : 4 bulan lalu
2. Alergi (obat, makanan, plester, dll) : tidak ada alergi obat
3. Merokok/alkohol : tidak
4. Imunisasi
( ) BCG ( ) Hepatitis
( ) Polio ( ) Campak
( ) DPT ( ) Lengkap
5. Kebiasaan
Pasien memiliki kebiasaan tidak segera mengganti baju sesampainya di
rumah jika bepergian.
6. Riwayat Pengobatan
Pasien menggunakan salep 88 selama dua hari. Tidak ada perbaikan dari
keluhan setelah penggunaan salep.
7. Riwayat Atopi
Riwayat munculnya reaksi-reaksi setelah meminum obat, mengi jika
terkena udara dingin atau debu, disangkal oleh pasien.

22
3.3.2.3 Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat keluhan yang sama pada keluarga disangkal.

3.3.2.4 Geonogram

Keterangan gambar:

= Laki-laki = Pasien

= Perempuan = Tinggal serumah

= Meninggal = Berhubungan

3.3.3 BASIC PROMOTING PHYSIOLOGY OF HEALTH


3.3.3.1 Aktivitas dan latihan
Kemampuan ambulasi dan activity daily living
Tabel 3.1 Kemampuan Ambulasi
Rumah Rumah sakit
Makan/minum 0 0
Mandi 0 0
Berpakaian/berdandan 0 0
Toileting 0 0
Mobilitas di tempat
0 0
tidur
Berpindah 0 0
Berjalan 0 0
Naik tangga 0 0

23
Pemberian Skor: 0 = mandiri, 1 = alat bantu, 2 = dibantu orang lain, 3 =
tidak mampu

Tabel 3.1 Activity Daily Living


Rumah Rumah sakit
Pekerjaan Mahasiswa Tidak bekerja
Olah raga rutin Tidak berolahraga Tidak berolahraga
Tidak menggunakan Tidak menggunakan
Alat bantu jalan
alat bantu jalan alat bantu jalan
Kemampuan
Mampu Mampu
melakukan ROM

3.3.3.2 Istirahat tidur


1. Lama tidur : 6-8 jam
2. Tidur siang : ( ) Ya (√) Tidak
3. Kesulitan tidur di RS : ( ) Tidak (√) Ya, alasan: kurng nyaman
4. Kesulitan tidur : (√) Menjelang tidur
( ) Mudah/sering terbangun
( ) Merasa tidak segar saat bangun

3.3.3.3 Kenyamanan dan nyeri


Nyeri : Tidak ada nyeri

3.3.3.4 Nutrisi
1. Frekuensi makan : 3x sehari
2. BB/TB : 61kg/165cm
3. BB 1 bulan terakhir : (√) tetap
( ) meningkat: ___Kg, alasan______
( ) menurun:
4. Jenis makanan : Nasi, lauk, dan sayur
5. Makanan yang disukai : Roti tawar selai kacang
6. Pantangan/alergi : Tidak ada
7. Nafsu makan : (√) baik
( ) kurang baik, alasan :

24
8. Masalah pencernaan : ( ) mual ( ) muntah ( ) kesulitan menelan
( ) stomatitis
9. Riwayat operasi/trauma gastrointestinal : tidak ada riwayat operasi
10. Diit RS :
(√) habis ( ) ½ porsi
( ) ¾porsi ( ) tidak habis
11. Kebutuhan pemenuhan makan (√) mandiri
( ) tergantung
( ) dengan bantuan

3.3.3.5 Cairan, elektrolit, dan asam basa


1. Frekuensi minum : 5–8 gelas/hari
2. Konsumsi air/hari : 1000-1500cc
3. Turgor kulit : Normal
4. Support IV line : ( ) Ya (√) Tidak
Jenis: Dosis: _______________

3.3.3.6 Oksigenisasi
1. Sesak napas : ( ) Ya ( √ ) Tidak
a. Frekuensi : Tidak ada
b. Kapan terjadinya : Tidak ada
c. Faktor pencetus : Tidak ada
d. Faktor pemberat : Tidak ada
2. Batuk : ( ) Ya (√) Tidak
3. Sputum : ( ) Ya (√) Tidak
4. Nyeri dada : ( ) Ya (√) Tidak
5. Riwayat penyakit : ( ) Asma ( ) TB ( ) Batuk darah
( ) Chest Surgery/Trauma dada
( ) Paparan dengan penderita TB
(√) Tidak ada riwayat penyakit
6. Riwayat merokok : ( ) Pasif (√) Aktif

25
3.3.3.7 Eliminasi
1. Eliminasi alvi
a. Frekuensi : 3x/hari
b. Warna/darah : Kuning kecoklatan/tidak ada darah
c. Konsistensi : Lembek
d. Waktu : (√) Pagi ( ) Siang ( ) Sore ( ) Malam
e. Penggunaan pencahar : ( ) Ya (√) Tidak
f. Gangguan eliminasi : ( ) Konstipasi
( ) Diare
( ) Inkontinensia bowel
(√) Tidak ada gangguan eliminasi alvi
g. Kebutuhan pemenuhan eliminasi alvi: (√) mandiri
( ) tergantung
( ) dg bantuan

2. Eliminasi urin
a. Frekuensi : 5x/hari
b. Warna : (√) Normal ( ) Hematuria ( ) Seperti teh
c. Darah : Tidak ada darah
d. Keluhan : ( ) Nokturia
( ) Retensi urin
( ) Inkontinensia urine
(√) Tidak ada keluhan
e. Ggn. Eliminasi bladder : ( ) Nyeri saat BAK
( ) Burning sensation
( ) Bladder terasa penuh setelah BAK
( ) Inkontinensia bladder
(√) Tidak ada gangguan eliminasi bladder
f. Riwayat penyakit : ( ) Penyakit ginjal ( ) Trauma
(√) Tidak ada riwayat penyakit
g. Penggunaan kateter : ( ) Ya (√) Tidak

26
h. Kebutuhan pemenuhan eliminasi urin: (√) mandiri
( ) tergantung
( ) dg bantuan

3.3.3.8 Sensori, persepsi dan kognitif


1. Ggn. Penglihatan : ( ) Ya (√) Tidak
2. Ggn. Pendengaran : ( ) Ya (√) Tidak
3. Ggn. Penciuman : ( ) Ya (√) Tidak
4. Ggn. Sensasi taktil : ( ) Ya (√) Tidak
5. Ggn. Pengecapan : ( ) Ya (√) Tidak
6. Riwayat penyakit : ( ) eye surgery
( ) otitis media
( ) luka sulit sembuh
(√) Tidak ada riwayat penyakit

3.3.4 PEMERIKSAAN FISIK


3.3.4.1 Keadaan umum
E: 4 V: 5 M:6
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan umum : Baik

3.3.4.2 Tanda vital, tinggi badan, berat badan


1. Suhu : 36,8°C (√) axilla ( ) rectal ( ) oral
2. Nadi : 80x/menit
(√) teratur ( ) tidak teratur
( ) kuat (√) lemah
3. RR : 20x/menit
(√) normal ( ) cyanosis ( ) cheynestoke ( ) kusmaul
(√) teratur ( ) tidak teratur
4. TD : 110/79 mmHg

27
3.3.4.3 Pemeriksaan Fisik Head To Toe
1. Kepala
a. Kulit (√) normal ( ) hematoma ( ) lesi ( ) kotor
b. Rambut ( ) normal (√) kotor ( ) rontok
( ) kering/kusam
c. Muka (√) normal ( ) bells palsy ( ) hematom ( ) lesi
d. Mata
1) Konjungtiva ( ) normal (√) anemis ( ) hiperemis
2) Sklera (√) normal ( ) ikterik
3) Pupil (√) isokor ( ) anisokor
4) Palpebra (√) normal ( ) oedema ( ) hordeolum
5) Lensa (√) normal ( ) keruh
6) Visus (√) normal ka/ki
( ) miopi ka/ki
( ) hipermetropi ka/ki
( ) astigmatisme ka/ki
( ) kebutaan ka/ki
e. Hidung (√) normal
( ) polip
( ) epitaksis
( ) septum defiasi
( ) gangguan indra penghidu
( ) sekret
f. Mulut - Gigi (√) normal
( ) caries dentis, di___
( ) gisi palsu, di___
g. Bibir ( ) normal
(√) kering
( ) stomatitis
( ) sianosis

28
h. Telinga (√) simetris ( ) asimetris
(√) bersih ( ) kotor
( ) tidak ada gangguan pendengaran

2. Leher (√) normal


( ) hematom
( ) lesi
( ) kaku kuduk
( ) pembesaran thyroid
( ) pelebaran JVP

3. Tenggorokan (√) normal


( ) hiperemis
( ) nyeri telan
( ) pembesaran tonsil

4. Dada
Bentuk (√) normal ( ) barrel chest ( ) funnel chest ( ) pigeon chest
a. Pulmo
Inspeksi : Dada kanan kiri simetris, tidak ada pembesaran
dada, tidak ada odem.
Palpasi : Fremitus taktil ka/ki : menurun
Perkusi : ka/ki : lapang dada
Auskultasi : (√) vesikuler ka/ki ( ) wheezing ( ) ronkhi
b. Cor
Inspeksi : Dada simetris sisi kiri dan kanan, tidak ada
pembengkakan sekitar dada
Palpasi : Ictus cordis : tidak ada nyeri tekan sekitar dada
Perkusi : batas jantung : terdengar redup
Auskultasi : Bunyi jantung I (SI): Normal
Bunyi jantung II (SII) : Normal
Bunyi jantung III (SIII): Normal

29
Murmur : Tidak ada

5. Abdomen
Inspeksi : (√) normal ( ) ascites
Palpasi : (√) normal ( ) hepatomegali ( ) splenomegali
( ) tumor
Perkusi : (√) normal ( ) hypertimpani ( ) pekak
Auskultasi : Peristaltik : 10x/mnt

6. Genetalia
Pria (√) normal ( ) hypospadia ( ) epispadia ( ) hernia
( ) tumor ( ) hydrocell
Perempuan ( ) normal ( ) kondiloma ( ) prolapsus uteri
( ) perdarahan ( ) keputihan

7. Rectum (√) normal ( ) hemoroid ( ) prolaps ( ) tumor

8. Ektremitas
Kekuatan otot: 5555 5555
5555 5555

a. Extremitas atas
ROM ka/ki :
capilary refile : < 2 detik
b. Extremitas bawah
ROM ka/ki :
capilary refile : < 2 detik

3.3.5 PSIKOSOSIAL SPIRITUAL


1. Psikososial
a. Sosial interaksi
(√) kenal ( ) tidak kenal ( ) lainnya, __________________

30
b. Dukungan keluarga
(√) aktif ( ) kurang ( ) tidak ada
c. Dukungan kelompok/teman/masyarakat
(√) aktif ( ) kurang ( ) tidak ada
d. Reaksi saat interaksi
( ) tidak kooperatif ( ) bermusuhan ( ) mudah tersinggung
( ) defensif ( ) curiga (√) kontak mata
( ) lainnya, _________________________
e. Konflik yang terjadi
( ) peran ( ) nilai ( ) lainnya, _________

2. Spiritual
a. Konsep tentang penguasaan kehidupan
(√) Allah ( ) Tuhan ( ) Dewa ( ) Lainnya, __
b. Sumber kekuatan/harapan saat sakit
(√) Allah ( ) Tuhan ( ) Dewa ( ) Lainnya, __
c. Ritual agama yang bermakna saat ini
(√) shalat ( ) baca kitab suci ( ) lainnya, _______________
d. Sarana/peralatan/orang yang diperlukan untuk melaksanakan ritual
agama
(√) lewat ibadah ( ) rohaniawan ( ) lainnya, _________
e. Upaya kesehatan yang bertentangan dengan keyakinan agama
( ) makanan ( ) tindakan ( ) obat ( ) lainnya, ___
f. Keyakinan bahwa Tuhan akan menolong dalam menghadapi situasi
saat ini
(√) ya ( ) tidak
g. Keyakinan bahwa penyakit dapat disembuhkan
(√) ya ( ) tidak
h. Persepsi terhadap penyebab penyakit
( ) hukuman (√) cobaan ( ) peringatan ( ) lainnya, ___

31
3.3.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
Tidak terlampir
2. Rontgen
Tidak terlampir
3. USG
Tidak terlampir
4. EKG
Tidak terlampir

3.3.7 TERAPI MEDIK


1. Cairan IV
………………………………………………………………………......
2. Obat peroral
………………………………………………………………………......
3. Obat parenteral
………………………………………………………………………......
4. Obat topikal
Salep88

32
ANALISA DATA

Nama klien : Tn. AF Register medik : 532xxxx


Umur : 21 tahun Diagnosa medik : Pitiarisis Versikolor
Ruang rawat : Anggrek Alamat : Jl. Melati No. 02

Tabel 3.1 Analisa Data


Tgl/Jam Data Fokus Etiologi Problem
26 Feb 2023 DS : Malassezia furfur Gangguan
11.00 - Klien mengatakan di kulit manusia integritas kulit
terdapat bercak putih di ↓
punggung kanan atas Menjadi patogen
sejak ± 1 minggu yang ↓
lalu. Merangsang sel
- Klien mengatakan mast basophil
bercak putih menjadi migrasi ke dermis
bersisik jika digores ↓
dengan jari. Granulasi
- Klien mengatakan ada ↓
rasa gatal pada bercak Pelepasan
di punggungnya. histamin

DO : Gatal
- TD: 110/70mmHg ↓
N: 80x/menit Gangguan
S: 36,8 integritas kulit
RR: 20x/menit
- Tampak adanya bercak
putih di punggung
klien.

33
- Klien tampak sering
menggaruk
punggungnya.
- Bercak putih tampak
bersisik ketika digores
dengan jari.

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan integritas kulit b.d. perubahan pigmentasi d.d. tampak adanya
bercak putih di punggung klien, klien tampak sering menggaruk
punggungnya, dan bercak putih tampak bersisik ketika digores dengan jari.

34
3.3 TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama klien : Tn. AF Register medik : 532xxxx


Umur : 21 tahun Diagnosa medik : Pitiarisis Versikolor
Ruang rawat : Anggrek Alamat : Jl. Melati No.02

Tabel 3.3 Intervensi Keperawatan


Diagnosa
No. Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional Paraf
Keperawatan
1. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Intervensi Utama: Intervensi Utama:
integritas kulit b.d. keperawatan selama 3x24 Perawatan Integritas Kulit Perawatan Integritas Kulit
perubahan jam diharapkan integritas (I.11353)
pigmentasi d.d. kulit meningkat dengan
tampak adanya kriteria hasil: Observasi Observasi
bercak putih di 1) Kerusakan jaringan a. Identifikasi penyebab a. Mendeteksi penyebab dan
punggung klien, menurun gangguan integritas kulit tindakan yang diberikan
klien tampak sering 2) Kerusakan lapisan kulit (mis. kelembaban, suhu dalam perawatan luka.
menggaruk menurun lingkungan ekstrem, dan
punggungnya, dan 3) Pigmentasi abnormal penurunan mobilitas).
bercak putih nenurun
tampak bersisik 4) Gatal menurun

35
ketika digores Terapeutik Terapeutik
dengan jari. a. Gunakan produk berbahan a. Menjaga kelembaban kulit.
petrolium atau minyak pada b. Mencegah iritasi pada kulit.
kulit kering. c. Mencegah kekeringan pada
b. Gunakan produk berbahan kulit.
ringan/alami dan
hipoalergik pada kulit
sensitif.
c. Hindari produk berbahan
dasar alkohol pada kulit
kering.

Edukasi Edukasi
a. Anjurkan menggunakan a. Menjaga kelambaban kulit.
pelembab (mis. lotion, b. Mencegah dehidrasi yang
serum). menyebabkan kulit kering.
b. Anjurkan minum air yang c. Mengurangi iritasi pada kulit
cukup. d. Menjaga kelembaban kulit.

36
c. Anjurkan menghindari
terpapar sushu ekstrem.
d. Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya.

Intervensi Pendukung: Intervensi Pendukung:


Edukasi Pola Perilaku Edukasi Pola Perilaku
Kebersihan (I.12439) Kebersihan

Edukasi Edukasi
a. Jelaskan masalah yang dapat a. Untuk meningkatkan
timbul akibat tidak menjaga pengetahuan klien mengenai
kebersihan diri dan dampak tidak menjaga
lingkungan. kebersihan diri dan
b. Ajarkan cara menjaga lingkungan.
kebersihan diri dan b. Agar pasien mampu menjaga
lingkungan. kebersihan diri dan
lingkungannya.

37
3.4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Nama klien : Tn. AF Register medik : 532xxxx


Umur : 21 tahun Diagnosa medik : Pitiriasis Versikolor
Ruang rawat : Anggrek Alamat : Jl. Melati No.02

Tabel 3.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


No.
Tanggal Jam Implementasi Evaluasi Paraf
Dx
1. 26 Feb 12.00 - Mengidentifikasi penyebab gangguan S : Pasien mengatakan bercaknya lama
2023
integritas kulit sembuhnya.
Pasien mengatakan punggung terasa gatal.
12.10 - Menggunakan produk berbahan Pasien mengatakan kulitnya menjadi
petrolium atau minyak pada kulit bersisik jika digores dengan jari.
kering.
O : Tampak adanya bercak putih
12.15 - Menggunakan produk berbahan dipunggung pasien.
ringan/alami dan hipoalergik pada kulit Pasien tampak sering menggaruk
sensitif. punggungnya, dan bercak putih tampak
bersisik ketika digores dengan jari.

38
12.20 - Menghindari produk berbahan dasar A : Gangguan integritas kulit belum
alkohol pada kulit kering. teratasi.

15.00 - Menganjurkan menggunakan pelembab P : Intervensi dilanjutkan


(mis. lotion, serum).

15.10 - Menganjurkan minum air yang cukup.

15.15 - Menganjurkan menghindari terpapar


sushu ekstrem.

15.20 - Menganjurkan mandi dan


menggunakan sabun secukupnya.

19.30 - Menjelaskan masalah yang dapat


timbul akibat tidak menjaga kebersihan
diri dan lingkungan.

39
19.40 - Mengajarkan cara menjaga kebersihan
diri dan lingkungan.

27 Feb 08.00 - Mengidentifikasi penyebab gangguan S : Pasien mengatakan bercaknya masih


2023
integritas kulit . ada, rasa gatal pada punggungnya mulai
berkurang, dan kulitnya masih bersisik
08.10 - Menggunakan produk berbahan ketika digores dengan jari.
petrolium atau minyak pada kulit
kering. O : Tampak masih ada bercak putih
dipunggung pasien, pasien tidak lagi
08.15 - Menggunakan produk berbahan sering menggaruk punggungnya, dan
ringan/alami dan hipoalergik pada kulit bercak putih masih bersisik ketika digores
sensitif. dengan jari.

08.20 - Menghindari produk berbahan dasar A : Gangguan integritas kulit teratasi


alkohol pada kulit kering. sebagian.

P : Intervensi dilanjutkan.

40
14.00 - Menganjurkan menggunakan pelembab
(mis. Lotion, serum).

14.10 - Menganjurkan minum air yang cukup.

14.15 - Menganjurkan menghindari terpapar


sushu ekstrem.

14.20 - Menganjurkan mandi dan


menggunakan sabun secukupnya.

16.00 - Menjelaskan masalah yang dapat


timbul akibat tidak menjaga kebersihan
diri dan lingkungan.

16.10 - Mengajarkan cara menjaga kebersihan


diri dan lingkungan.

41
28 Feb 08.00 - Mengidentifikasi penyebab gangguan S : Pasien mengatakan bercaknya mulai
2023
integritas kulit pudar, rasa gatal pada punggung hilang,
dan kulitnya sudah tidak bersisik lagi
08.10 - Menggunakan produk berbahan ketika digores dengan jari.
petrolium atau minyak pada kulit
kering. O : Pasien tampak tidak lagi menggaruk
punggungnya, bercak putih mulai pudar,
08.15 - Menggunakan produk berbahan dan bercaknya pun sudah tidak bersisik
ringan/alami dan hipoalergik pada kulit lagi ketika di gores dengan jari.
sensitif.
A : Gangguan integritas kulit teratasi
08.20 - Menghindari produk berbahan dasar
alkohol pada kulit kering. P : Intervensi dihentikan dan pasien
diperbolehkan pulang.
14.00 - Menganjurkan menggunakan pelembab
(mis. Lotion, serum).

14.10 - Menganjurkan minum air yang cukup.

42
14.15 - Menganjurkan menghindari terpapar
sushu ekstrem.

14.20 - Menganjurkan mandi dan


menggunakan sabun secukupnya.

16.00 - Menjelaskan masalah yang dapat


timbul akibat tidak menjaga kebersihan
diri dan lingkungan.

16.10 - Mengajarkan cara menjaga kebersihan


diri dan lingkungan.

43
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Penyakit kulit karena infeksi jamur secara umum dapat terbagi atas dua
bentuk. bentuk superfisial dan bentuk yang dalam (deep mycosis). Bentuk
superfiasial terbagi atas golongan dematofitosis yang disebabkan oleh jamur
dermatofita (antara lain: Tinea kapitis, tinea korporis, tinea unguium, tinea cruris,
tinea fasialis, tinea barbae, tinea manus, tinea pedis) dan yang kedua golongan non
dermatofitosis (pitiriasis versikolor, piedra, tinca nigra palmaris, kandidiasis).
Perbedaan antara dermatofitosis dan non dermatofitosis adalah pada dermatofitosis
melibatkan zat tanduk (keratin) pada stratum korneum epidermis, rambut dan kuku
yang disebabkan oleh dermatofit. Sedangkan non dermatofitosis disebabkan oleh
jenis jamur yang tidak dapat mengeluarkan zat yang dapat mencerna keratin kulit
tetapi hanya menyerang lapisan kulit yang paling luar.
Biasanya tidak ada keluhan (asimtomatis), tetapi dapat dijumpai gatal pada
keluhan pasien. Pasien yang menderita PV biasanya mengeluhkan bercak
pigmentasi dengan alasan kosmetik. Predileksi pitiriasis vesikolor yaitu pada tubuh
bagian atas, lengan atas, leher, abdomen, aksila, inguinal, paha, genitalia. Diagnosa
ditegakkan dengan gejala klinis, penemuan klinis berupa makula, berbatas tegas,
bulat atau oval dengan ukuran yang bervarisasi. Mikroskopi langsung, Pemeriksaan
dengan Wood's Lamp.
Karena koloni jamur ini pada permukaan kulit, maka pengobatan topikal
sangat efektif.Ketokonazol termasuk kelas antijamur imidazoles. Ketokonazol
bekerja dengan memperlambat pertumbuhan jamur yang menyebabkan infeksi.
Prognosis baik bila pengobatan dilakukan menyeluruh, tekun, dan konsisten
Pengobatan harus diteruskan 2 minggu setelah fluoresensi negatif dengan
pemeriksaan lampu wood dan sediaan langsung negatif

4.2 Saran
Untuk meningkatkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan maka
penulis dapat memberikan saran sebagai berikut:

44
1. Bagi keluarga dan Tn. Af agar tetap mempertahankan kerjasama yang telah
terbina dalam memberikan asuhan keperawatan dan tetap melaksanakan
tindakan sesuai dengan kemampuan yang telah dicapai.
2. Agar asuhan keperawatan berkelanjutan diharapkan petugas puskesmas
bekerjasama dengan kader kesehatan untuk menindak lanjuti asuhan
keperawatan keluarga yang telah dilakukan oleh penulis dan memotivasi pasien
untuk tetap memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk mengatasi masalah
kesehatan yang di alaminya.

45
DAFTAR PUSTAKA

Andareto Obi. (2015). Penyakit Menular di Sekitar Anda (Begitu Mudah Menular
dan Berbahaya, Kenali, Hindari, dan Jauhi Jangan Sampai Tertular). Pustaka
Ilmu Semesta.

Hastuti, D. T. (2017). Keterampilan Dasar Tindakan Keperawatan 1. Pilar Utama


Mandiri.

Hidayat, A. A. (2021). Proses Keperawatan; Pendekatan NANDA, NIC, NOC dan


SDKI (N. A. Aziz (ed.)). Health Books Publishing.

Januwarsih, S. (2022). Pitiriasis Versikolor. Pedoman Diagnosis Dan Terapi


Bag/SMF Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin, 68–71.

Leung, A. K., Barankin, B., Lam, J. M., Leong, K. F., & Hon, K. L. (2022). Tinea
versicolor: an updated review. Drugs in Context, 11, 1–20.
https://doi.org/10.7573/dic.2022-9-2

Melliany, O. (2019). Konsep Dasar Proses Keperawatan Dalam Memberikan


Asuhan Keperawatan ( Askep ) Pendahuluan. In Askep.

Murlistyarini, S. (2018). Intisari Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin (S. Prawitasari
(ed.)). UB Press.

Nursalam. (2011). Proses dan Dokumentasi Keperawatan, Konsep dan Praktik.


Salemba Medika.

Partogi, D. (2008). Pityriasis Versikolor Dan Diagnosis Bandingnya (Ruam-Ruam


Bercak Putih Pada Kulit). Research Journal of Pharmaceutical, Biological
and Chemical Sciences, 1–15.

Pramono, A. (2018). Pitiriasis Versikolor: Diagnosis dan Terapi. Agromedicine,


5(154), 443–444. https://doi.org/10.1093/nq/s8-VI.154.443

SIMAMORA, N. F. (2019). SIFAT DAN TAHAP-TAHAP DALAM PROSES


KEPERAWATAN.

Siregar. (2005). Penyakit Jamur Kulit (2nd ed.). EGC.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Wahyuni, D. (2021). Buku Ajar Dasar Biomedik Lanjutan. DEEPUBLISH.

46
Lampiran 1 Daftar Pertanyaan dan Jawaban Hasil Diskusi

Nama
No. Pertanyaan Jawaban
Mahasiswa
1. Aulia Aprilia Apakah panu bisa Panu bisa terdapat di semua
Putri menular lewat keringat? bagian tubuh, misalnya di
(1130022074) leher, badan, tangan, kaki, dan
lainnya. Meskipun penyakit
ini tidak menimbulkan nyeri
atau membahayakan nyawa,
warna kulit yang tidak merata
dapat memengaruhi rasa
percaya diri seseorang.
Penyakit ini juga tidak
menular.
2. Putri Emelda Di dalam askep untuk Roti mengandung karbohidrat
(1130022029) bagian nutrisi kelompok yang memiliki indeks
mengatakan bahwa glikemik tinggi. Akibatnya,
pasien menyukai roti bahan pangan ini mampu
selai kacang. Apakah ada memicu kenaikan gula darah
hubungan antara yang bisa berujung pada
makanan yang disukai meningkatnya peradangan di
pasien tersebut dengan tubuh. Selain itu, produksi
penyakit panu yang minyak di kulit pun akan
dikeluhkan? bertambah, sehingga jamur
yang menyebabkan panu jadi
lebih rentan muncul.
Sedangkan kacang, kacang
mengandung racun yang dapat
menyebabkan pertumbuhan
jamur semakin menjadi-jadi.

47

Anda mungkin juga menyukai