DISUSUN OLEH:
Kelompok 3 / Kelas 2A
1. Siti Rahmawati (1130022038)
2. Husni Mubarok (1130022056)
3. Elly Arnovi Ibrahim M. (1130022075)
4. Isnaini Nanda Az Zahro (1130022079)
5. Inne Febriyanti (1130022105)
6. Rezza Nur Amalia Baitin (1130022146)
7. Afifah Salsabillah (1130022161)
DOSEN FASILITATOR:
Erika Martining Wardani, S.Kep.Ns., M.Ked.Trop.
PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Agama yang berjudul
“Bersuci dan Shalat Bagi Musafir dan Maridh” dapat selesai seperti waktu yang
telah direncanakan.
Tersusunnya makalah ini tentunya tidak lepas dari peran berbagai pihak
yang memberikan bantuan secara materil dan spiritual, baik secara langsung atau
tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dosen fasilitator mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan, Ibu Erika Martining
Wardani, S.Kep.Ns., M.Ked.Trop
2. Orang tua yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada kami sehingga
laporan ini dapat terselesaikan.
3. Teman-teman yang telah membantu dan memberikan dorongan semangat agar
makalah ini dapat kami selesaikan.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas budi baik yang tulus dan ikhlas
kepada semua pihak yang kami sebutkan di atas. Tak ada gading yang tak patah,
untuk itu kami pun menyadari bahwa makalah yang telah kami susun masih
memiliki banyak kelemahan serta kekeliruan baik dari segi teknis maupun non
teknis.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
7
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, diangkat beberapa
masalah :
1. Bagaimana konsep dasar pitiarisis versicolor?
2. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan pitiriasis versikolor?
3. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan pitiarisis versicolor?
1.3 Tujuan
A. Tujuan Umum
Untuk memperoleh pengetahuan dan memahami askep pada pasien
pitiarisis versicolor. Serta untuk melaksanakan tugas mata kuliah Ilmu
Dasar Keperawatan.
B. Tujuan Khusus
1. Dapat memahami dan menjelaskan kembali mengenai konsep dasar
pitiarisis versicolor (pengertian, etiologi, manifestasi klinis,
patofisiologi, dan penatalaksanaan).
2. Dapat memahami dan menjelaskan kembali mengenai konsep dasar
asuhan keperawatan pitiriasis versicolor.
3. Dapat memahami dan menjelaskan kembali mengenai asuhan
keperawatan pada pasien pitiarisis versicolor.
1.4 Manfaat
1. Bermanfaat bagi mahasiswa dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan
dimiliki khususnya mengenai askep pitiarisis versicolor.
2. Dapat dijadikan sarana untuk menambah pengetahuan bagi pembaca.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Etiologi
Panu disebabkan oleh organisme lipofilik dimorfik, M. furfur, yang hanya
dapat dikultur pada media yang diperkaya dengan asam lemak berukuran C12-
sampai C14. M. furfur, merupakan salah satu anggota dari flora kulit manusia
9
normal (normal human cutaneous flora) dan ditemukan pada bayi (infant) sebesar
18% sedangkan pada orang dewasa mencapai 90-100% (Wahyuni, 2021).
Pityrosporon orbiculare, Pityrosporon ovale, dan Malassezia ovalis
merupakan nama lain (sinonim) dari M. furfur. Sebelas spesies M furfur telah
teridentifikasi, dan Malassezia globosa merupakan salah satu organisme yang biasa
ditemukan pada penderita panu. Organisme ini dapat ditemukan pada kulit yang
sehat dan pada area kulit yang terkena penyakit kulit (Cutaneous disease). Pada
penderita dengan penyakit klinis, organisme ini ditemukan baik pada tingkat
spora/ragi (yeast/spore stage) dan bentuk filamentosa (hyphal).
Penyebab lain penyakit panu:
a. Lembap dan panas dari lingkungan, dari pakaian ketat, dan pakaian tak
menyerap keringat.
b. Keringat berlebihan. karena berolahraga atau karena kegemukan.
c. Friksi atau trauma minor, misalnya gesekan pada paha orang gemuk.
d. Keseimbangan flora tubuh normal terganggu, antara lain karena pemakaian
antibiotik, atau hormonal dalam jangka panjang.
Faktor pada diri seseorang yang bisa memicu kemunculan penyakit ini, di antaranya
(Wahyuni, 2021):
a. Memiliki jenis kulit berminyak.
b. Tinggal di daerah lembap yang bersuhu hangat.
c. Berusia remaja atau awal 20-an Sering mengeluarkan keringat berlebihan.
d. Memiliki tingkat kekebalan tubuh yang rendah Mengalami perubahan hormon.
10
versicolor nigra). Karena terdapat beberapa warna itulah maka panu disebut
sebagai Pityriasis versicolor.
Gejala yang biasanya timbul, adanya bercak-bercak entah itu. putih, cokelat
atau merah, tergantung warna kulit. Kemudian teraba seperti bersisik halus. Sisik
itu bila digaruk, akan keluar putih-putih kecil seperti butiran bedak. Selain itu, bila
sedang berkeringat akan terasa sangat gatal. Bagaimanapun juga, penderita panu
dan subjek kontrol tidak memperlihatkan perbedaan kuantitatif atau kualitatif pada
lemak di permukaan kulit. Faktor kausatif lainnya yang juga signifikan adalah
sistem kekebalan tubuh/imun penderita (Wahyuni, 2021).
2.1.4 Patofisiologi
Pitiriasis versicolor disebabkan oleh meningkatnya jumlah flora normal
kulit yaitu Pityrosporum ovale dengan sifat lipofilik atau menyukai lemak yang
termasuk dalam genus Malassezia sp. Penyakit ini sering terjadi pada remaja,
namun anak-anak dan orang dewasa tidak luput dari infeksi. Pada pria dan wanita
angka kejadiannya seimbang dan tidak dipengaruhi oleh ras (Januwarsih, 2022).
Tinea versicolor timbul bila M. Furfur berubah bentuk menjadi bentuk
misellia karena adanya faktor predisposisi, baik eksogen maupun endogen. Faktor
eksogen meliputi panas dan kelembaban. Hal ini ialah penyebab sehingga pityriasis
versicolor banyak dijumpai di daerah tropis dan pada musim panas di daerah
subtropis. Faktor eksogen lain adalah penutupan kulit oleh pakaian atau kosmetik
di mana mengakibatkan peningkatan konsentrasi CO2, mikro flora, dan pH.
Faktor endogen berupa malnutrisi, dermatitis seboroik, syndrome cushing,
terapi imunosupresan, hiperhidrosis, dan riwayat keluarga yang positif. Di samping
itu diabetes melitus, pemakaian steroid jangka panjang, kehamilan, dan penyakit-
penyakit berat memudahkan timbulnya pitiriasis versicolor.
Patogenesis dari makula Hipopigmentasi oleh terhambatnya sinar matahari
yang masuk ke dalam lapisan kulit yang akan mengganggu proses pembentukan
melanin, adanya toksin yang langsung menghambat pembentukan melanin, dan
adanya asam azaleat yang dihasilkan oleh pityrosporum dari asam lemak dalam
sebum yang merupakan inhibitor kompetitif dari tirosinase (Partogi, 2008).
11
2.1.5 Pathway
12
atau kemerahan. Makula umumnya khas berbentuk bulat atau oval tersebar pada
daerah yang terkena. Pada beberapa lokasi yang selalu lembab, misalnya pada
daerah dada, kadang batas lesi dan skuama menjadi tidak jelas.
Pada kasus yang lama tanpa pengobatan lesi dapat bergabung membentuk
gambaran seperti pulau yang luas berbentuk polisiklik. Beberapa kasus di daerah
berhawa dingin dapat sembuh total. Pada sebagian besar kasus pengobatan akan
menyebabkan lesi berubah menjadi makula hipopigmentasi yang akan menetap
hingga beberapa bulan tanpa adanya skuama (Partogi, 2008).
13
produksi gelembung gas saat ditambahkan setets hidrogen peroksida pada spesimen
kultur. Pada pemeriksaan asimilasi, spesies Malassezia biasanya tumbuh pada
Tween 20, 40, 60 dan 80. Pemeriksaan asimilasi glisin hanya positif pada
Malassezia furfur (Pramono, 2018).
2.1.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pitiriasis versikolor sebagai berikut (Hald et al.,
2015 dalam Januwarsih, 2022) :
1. Non-Medikamentosa
a. Memberitahu pasien bahwa penyakit ini memerlukan waktu yang cukup
lama untuk repigmentasi.
b. Memberitahu pasien agar menjaga kulit selalu kering.
c. Memberitahu pasien untuk mengurangi aktivitas agar tidak menimbulkan
keringat yang berlebih.
d. Memberitahu pasien agar menghindari penggunaan handuk dan pakaian
secara bergantian dengan orang lain.
e. Memberitahu pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar dan lebih
baik yang menyerap keringat.
2. Medikamentosa
Ada beberapa jenis obat yang digunakan untuk pengobatan pitiriasis versikolor
yaitu sebagai berikut :
a. Topikal
1) Sampo ketokonazol 2% dioleskan 5 menit sebelum mandi pada daerah
yang terinfeksi/seluruh badan sekali/hari berturut-turut selama 3 hari.
2) Sampo selenium sulfida 2,5% sekali/hari selama 15-20 menit 3 hari
dan ulangi seminggu kemudian. Terapi rumatan setiap 3 bulan sekali.
3) Sampo zinc pyrithione 1% dioleskan 7-10 menit sebelum mandi di
seluruh daerah yang terinfeksi/ seluruh badan, dapat dilakukan 3-4 kali
seminggu atau sekali/hari.
4) Vehikulum solutio atau golongan azol yang topikal (krim mikonazol 2
kali/hari) dipilih untuk daerah wajah dan genital.
14
5) Krim terbinafin 1% dioleskan 2 kali/hari selama 7 hari pada daerah
yang terinfeksi.
b. Sistemik
Ketokonazol 200 mg/hari selama 10 hari sebagai terapi sistemik untuk lesi
luas atau sulit disembuhkan.
c. Alternatif
1) Itrakonazol 100 mg/hari selama 2 minggu atau 200 mg/hari selama 7
hari.
2) Flukonazol dosis tunggal 400 mg atau 2-3 minggu dengan dosis 300
mg/minggu.
Bila pemeriksaan klinis, lampu wood, dan pemeriksaan mikologis langsung
berturut-turut selang seminggu telah negatif obat dapat dihentikan. Terapi
pemeliharaan gunakan topikal setiap 1-2 minggu atau ketokonazol 2x200 mg/hari
sekali sebulan untuk terapi sistemik pada kasus kronik berulang.
2.1.1 Pencegahan
Untuk pencegahan dapat disarankan pemakaian 50% propilen glikol dalam
air atau sistemik ketokonazole 400 mg/hari sekali sebulan. Pada daerah endemik
untuk pencegahan penyakit dapat disarankan pemakaian ketokonazole 200 mg/hari
selama 3 hari setiap bulan atau intrakonazol 200mg sekali sebulan atau pemakaian
shampo selenium sulfit sekali seminggu (Partogi, 2008).
Panu juga bisa dihindari dengan cara-cara sederhana dan berkaitan dengan
pola kebiasaan sehari-hari, antara lain (Wahyuni, 2021):
a. Mandi 2 kali dalam sehari.
b. Jemurlah handuk segera setelah digunakan.
c. Hindari menggunakan pakaian atau handuk bergantian.
d. Ganti pakaian atau handuk sesering mungkin • Segera cucilah pakaian atau
handuk yang sudah kotor.
15
b. Kebiasaan jarang mandi atau kurang menjaga kebersihan badan.
c. Tertular panu dari penderita lainnya melalui media seperti pakaian atau handuk
yang digunakan bersama.
2.1.10 Prognosis
Prognosis baik bila pengobatan dilakukan menyeluruh, tekun dan konsisten.
Pengobatan harus diteruskan dua minggu setelah fluoresensi negatif dengan
pemeriksaan lampu wood dan sediaan langsung negatif.
Jamur penyebab pityriasis versicolor merupakan bagian dari flora normal
dan kadang-kadang Tertinggal dalam folikel rambut. Hal ini yang mengakibatkan
tingginya angka kekambuhan, sehingga diperlukan pengobatan profilaksis untuk
mencegah kekambuhan.
Masalah lain adalah menetapnya hipofigmentasi dan diperlukan waktu yang
cukup lama untuk rapigmentasi. Namun hal tersebut bukan akibat kegagalan terapi,
sehingga penting untuk memberi informasi kepada pasien bahwa bercak putih
tersebut akan menetap beberapa bulan setelah terapi dan akan menghilang secara
perlahan (Partogi, 2008).
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan
mengadakan kegiatan mengumpulkan data-data atau mendapatkan data yang akurat
dari klien sehingga akan diketahui berbagai permasalahan yang ada. Untuk
melakukan langkah pertama ini diperlukan berbagai pengetahuan dan kemampuan
16
yang harus dimiliki oleh perawat diantaranya pengetahuan tentang kebutuhan atau
sistem biopsikososial dan spiritual bagi manusia yang memandang manusia dari
aspek biologis, psikologis, sosial, dan tinjauan dari aspek spiritual. Kemudian
pengetahuan akan kebutuhan perkembangan manusia (tumbuh kembang dari
kebutuhan dasarnya), pengetahuan konsep sehat dan sakit, pengetahuan tentang
patofisiologi dari penyakit yang dialami, pengetahuan tentang sistem keluarga dan
kultur budaya, serta nilai-nilai keyakinan yang dimiliki klien (Hidayat, 2021).
Data tentang kebiasaan klien diperoleh pada tahap pengkajian prosedur
keperawatan. Berdasarkan kebiasaan dan pola hidup klien, data asesmen digunakan
untuk memulai, mengindividualisasikan, merencanakan, mengevaluasi, dan
mengubah perawatan.
17
masalah, dan merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi klien. Tujuan
umum dari pemeriksaan fisik bertujuan untuk mengumpulkan data dasar tentang
kesehatan klien, menambah atau menyangkal data yang diperoleh dalam riwayat
keperawatan, mengkonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosa keperawatan,
membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan klien dan
penatalaksanaan, serta mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan. Dalam
pemeriksaan fisik terdapat empat teknik yang dilakukan, yaitu inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskultasi (Hastuti, 2017).
(SDKI, Edisi I)
18
2.2.3 Intervensi
Intervensi keperawatan adalah salah satu standar profesi yang dibutuhkan
untuk menjalankan praktik keperawatan di Indonesia. Intervensi merupakan segala
bentuk terapi yang dilakukan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan
penilaian klinis dalam mencapai peningkatan, pencegahan, serta pemulihan
kesehatan pada klien individu, keluarga, serta komunitas (PPNI, 2018).
Pada intervensi atau perencanaan, ada empat hal yang harus diperhatikan
dalam memberikan asuhan keperawatan, yaitu: menentukan prioritas masalah,
menentukan tujuan, kriteria hasil, serta merumuskan intervensi dan aktivasi
perawatan (Melliany, 2019).
2.2.4 Implementasi
Implementasi Keperawatan merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana
tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien
mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik
dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah
kesehatan klien (SIMAMORA, 2019).
2.2.5 Evaluasi
Perencanaan evaluasi memuat kriteria keberhasilan proses dan keberhasilan
tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan
membandingkan antara proses dengan pedoman/rencana proses tersebut.
Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara
tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah di rumuskan sebelumnya (SIMAMORA,
2019).
19
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Tn. AF usia 23 tahun dengan berat badan 61kg dan tinggi badan 165cm
datang ke poliklinik kulit dan kelamin RSUD Syaiful Anwar pada tanggal 26
Februari 2023 pukul 09.00 WIB dengan keluhan bercak putih di punggung kanan
atas sejak ± 1 minggu yang lalu. Awalnya jumlah bercak putih di punggung sedikit.
Lama kelamaan, bercak putih bertambah banyak dan menyebar ke seluruh
permukaan punggung. Pasien juga mengeluhkan bercak putih menjadi bersisik jika
digores dengan jari. Pasien memiliki kebiasaan tidak segera mengganti baju
sesampainya di rumah jika bepergian. Bercak dirasakan tidak gatal. Keluhan bercak
putih merupakan kali kedua pada pasien.
20
3.3 PENGKAJIAN
Ruang : Anggrek Tanggal Pengkajian : 26 Feb 2023
Tanggal MRS : 26 Feb 2023 Jam Pengkajian : 11.00
Register Medik : 532xxxx
Diagnosa Medis : Pitiriasis
Versikolor
IDENTITAS KLIEN
Pasien Penanggung Jawab
Nama : Tn. AF Nama : Ny. F
Usia : 21 tahun Umur : 57 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Jawa Suku/Bangsa : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Mahasiswa Pekerjaan : Wiraswasta
Status Pernikahan : Belum Menikah Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Jl. Melati No.02 Alamat : Jl. Melati No.02
Hubungan dgn klien : Ibu
21
punggung kanan atas sejak ± 1 minggu yang lalu. Awalnya jumlah bercak
putih di punggung sedikit. Lama kelamaan, bercak putih bertambah banyak
dan menyebar ke seluruh permukaan punggung. Pasien juga mengeluhkan
bercak putih menjadi bersisik jika digores dengan jari. Pasien memiliki
kebiasaan tidak segera mengganti baju sesampainya di rumah jika
bepergian. Bercak dirasakan gatal. Keluhan bercak putih merupakan kali
kedua pada pasien.
22
3.3.2.3 Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat keluhan yang sama pada keluarga disangkal.
3.3.2.4 Geonogram
Keterangan gambar:
= Laki-laki = Pasien
= Meninggal = Berhubungan
23
Pemberian Skor: 0 = mandiri, 1 = alat bantu, 2 = dibantu orang lain, 3 =
tidak mampu
3.3.3.4 Nutrisi
1. Frekuensi makan : 3x sehari
2. BB/TB : 61kg/165cm
3. BB 1 bulan terakhir : (√) tetap
( ) meningkat: ___Kg, alasan______
( ) menurun:
4. Jenis makanan : Nasi, lauk, dan sayur
5. Makanan yang disukai : Roti tawar selai kacang
6. Pantangan/alergi : Tidak ada
7. Nafsu makan : (√) baik
( ) kurang baik, alasan :
24
8. Masalah pencernaan : ( ) mual ( ) muntah ( ) kesulitan menelan
( ) stomatitis
9. Riwayat operasi/trauma gastrointestinal : tidak ada riwayat operasi
10. Diit RS :
(√) habis ( ) ½ porsi
( ) ¾porsi ( ) tidak habis
11. Kebutuhan pemenuhan makan (√) mandiri
( ) tergantung
( ) dengan bantuan
3.3.3.6 Oksigenisasi
1. Sesak napas : ( ) Ya ( √ ) Tidak
a. Frekuensi : Tidak ada
b. Kapan terjadinya : Tidak ada
c. Faktor pencetus : Tidak ada
d. Faktor pemberat : Tidak ada
2. Batuk : ( ) Ya (√) Tidak
3. Sputum : ( ) Ya (√) Tidak
4. Nyeri dada : ( ) Ya (√) Tidak
5. Riwayat penyakit : ( ) Asma ( ) TB ( ) Batuk darah
( ) Chest Surgery/Trauma dada
( ) Paparan dengan penderita TB
(√) Tidak ada riwayat penyakit
6. Riwayat merokok : ( ) Pasif (√) Aktif
25
3.3.3.7 Eliminasi
1. Eliminasi alvi
a. Frekuensi : 3x/hari
b. Warna/darah : Kuning kecoklatan/tidak ada darah
c. Konsistensi : Lembek
d. Waktu : (√) Pagi ( ) Siang ( ) Sore ( ) Malam
e. Penggunaan pencahar : ( ) Ya (√) Tidak
f. Gangguan eliminasi : ( ) Konstipasi
( ) Diare
( ) Inkontinensia bowel
(√) Tidak ada gangguan eliminasi alvi
g. Kebutuhan pemenuhan eliminasi alvi: (√) mandiri
( ) tergantung
( ) dg bantuan
2. Eliminasi urin
a. Frekuensi : 5x/hari
b. Warna : (√) Normal ( ) Hematuria ( ) Seperti teh
c. Darah : Tidak ada darah
d. Keluhan : ( ) Nokturia
( ) Retensi urin
( ) Inkontinensia urine
(√) Tidak ada keluhan
e. Ggn. Eliminasi bladder : ( ) Nyeri saat BAK
( ) Burning sensation
( ) Bladder terasa penuh setelah BAK
( ) Inkontinensia bladder
(√) Tidak ada gangguan eliminasi bladder
f. Riwayat penyakit : ( ) Penyakit ginjal ( ) Trauma
(√) Tidak ada riwayat penyakit
g. Penggunaan kateter : ( ) Ya (√) Tidak
26
h. Kebutuhan pemenuhan eliminasi urin: (√) mandiri
( ) tergantung
( ) dg bantuan
27
3.3.4.3 Pemeriksaan Fisik Head To Toe
1. Kepala
a. Kulit (√) normal ( ) hematoma ( ) lesi ( ) kotor
b. Rambut ( ) normal (√) kotor ( ) rontok
( ) kering/kusam
c. Muka (√) normal ( ) bells palsy ( ) hematom ( ) lesi
d. Mata
1) Konjungtiva ( ) normal (√) anemis ( ) hiperemis
2) Sklera (√) normal ( ) ikterik
3) Pupil (√) isokor ( ) anisokor
4) Palpebra (√) normal ( ) oedema ( ) hordeolum
5) Lensa (√) normal ( ) keruh
6) Visus (√) normal ka/ki
( ) miopi ka/ki
( ) hipermetropi ka/ki
( ) astigmatisme ka/ki
( ) kebutaan ka/ki
e. Hidung (√) normal
( ) polip
( ) epitaksis
( ) septum defiasi
( ) gangguan indra penghidu
( ) sekret
f. Mulut - Gigi (√) normal
( ) caries dentis, di___
( ) gisi palsu, di___
g. Bibir ( ) normal
(√) kering
( ) stomatitis
( ) sianosis
28
h. Telinga (√) simetris ( ) asimetris
(√) bersih ( ) kotor
( ) tidak ada gangguan pendengaran
4. Dada
Bentuk (√) normal ( ) barrel chest ( ) funnel chest ( ) pigeon chest
a. Pulmo
Inspeksi : Dada kanan kiri simetris, tidak ada pembesaran
dada, tidak ada odem.
Palpasi : Fremitus taktil ka/ki : menurun
Perkusi : ka/ki : lapang dada
Auskultasi : (√) vesikuler ka/ki ( ) wheezing ( ) ronkhi
b. Cor
Inspeksi : Dada simetris sisi kiri dan kanan, tidak ada
pembengkakan sekitar dada
Palpasi : Ictus cordis : tidak ada nyeri tekan sekitar dada
Perkusi : batas jantung : terdengar redup
Auskultasi : Bunyi jantung I (SI): Normal
Bunyi jantung II (SII) : Normal
Bunyi jantung III (SIII): Normal
29
Murmur : Tidak ada
5. Abdomen
Inspeksi : (√) normal ( ) ascites
Palpasi : (√) normal ( ) hepatomegali ( ) splenomegali
( ) tumor
Perkusi : (√) normal ( ) hypertimpani ( ) pekak
Auskultasi : Peristaltik : 10x/mnt
6. Genetalia
Pria (√) normal ( ) hypospadia ( ) epispadia ( ) hernia
( ) tumor ( ) hydrocell
Perempuan ( ) normal ( ) kondiloma ( ) prolapsus uteri
( ) perdarahan ( ) keputihan
8. Ektremitas
Kekuatan otot: 5555 5555
5555 5555
a. Extremitas atas
ROM ka/ki :
capilary refile : < 2 detik
b. Extremitas bawah
ROM ka/ki :
capilary refile : < 2 detik
30
b. Dukungan keluarga
(√) aktif ( ) kurang ( ) tidak ada
c. Dukungan kelompok/teman/masyarakat
(√) aktif ( ) kurang ( ) tidak ada
d. Reaksi saat interaksi
( ) tidak kooperatif ( ) bermusuhan ( ) mudah tersinggung
( ) defensif ( ) curiga (√) kontak mata
( ) lainnya, _________________________
e. Konflik yang terjadi
( ) peran ( ) nilai ( ) lainnya, _________
2. Spiritual
a. Konsep tentang penguasaan kehidupan
(√) Allah ( ) Tuhan ( ) Dewa ( ) Lainnya, __
b. Sumber kekuatan/harapan saat sakit
(√) Allah ( ) Tuhan ( ) Dewa ( ) Lainnya, __
c. Ritual agama yang bermakna saat ini
(√) shalat ( ) baca kitab suci ( ) lainnya, _______________
d. Sarana/peralatan/orang yang diperlukan untuk melaksanakan ritual
agama
(√) lewat ibadah ( ) rohaniawan ( ) lainnya, _________
e. Upaya kesehatan yang bertentangan dengan keyakinan agama
( ) makanan ( ) tindakan ( ) obat ( ) lainnya, ___
f. Keyakinan bahwa Tuhan akan menolong dalam menghadapi situasi
saat ini
(√) ya ( ) tidak
g. Keyakinan bahwa penyakit dapat disembuhkan
(√) ya ( ) tidak
h. Persepsi terhadap penyebab penyakit
( ) hukuman (√) cobaan ( ) peringatan ( ) lainnya, ___
31
3.3.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
Tidak terlampir
2. Rontgen
Tidak terlampir
3. USG
Tidak terlampir
4. EKG
Tidak terlampir
32
ANALISA DATA
33
- Klien tampak sering
menggaruk
punggungnya.
- Bercak putih tampak
bersisik ketika digores
dengan jari.
34
3.3 TINDAKAN KEPERAWATAN
35
ketika digores Terapeutik Terapeutik
dengan jari. a. Gunakan produk berbahan a. Menjaga kelembaban kulit.
petrolium atau minyak pada b. Mencegah iritasi pada kulit.
kulit kering. c. Mencegah kekeringan pada
b. Gunakan produk berbahan kulit.
ringan/alami dan
hipoalergik pada kulit
sensitif.
c. Hindari produk berbahan
dasar alkohol pada kulit
kering.
Edukasi Edukasi
a. Anjurkan menggunakan a. Menjaga kelambaban kulit.
pelembab (mis. lotion, b. Mencegah dehidrasi yang
serum). menyebabkan kulit kering.
b. Anjurkan minum air yang c. Mengurangi iritasi pada kulit
cukup. d. Menjaga kelembaban kulit.
36
c. Anjurkan menghindari
terpapar sushu ekstrem.
d. Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya.
Edukasi Edukasi
a. Jelaskan masalah yang dapat a. Untuk meningkatkan
timbul akibat tidak menjaga pengetahuan klien mengenai
kebersihan diri dan dampak tidak menjaga
lingkungan. kebersihan diri dan
b. Ajarkan cara menjaga lingkungan.
kebersihan diri dan b. Agar pasien mampu menjaga
lingkungan. kebersihan diri dan
lingkungannya.
37
3.4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
38
12.20 - Menghindari produk berbahan dasar A : Gangguan integritas kulit belum
alkohol pada kulit kering. teratasi.
39
19.40 - Mengajarkan cara menjaga kebersihan
diri dan lingkungan.
P : Intervensi dilanjutkan.
40
14.00 - Menganjurkan menggunakan pelembab
(mis. Lotion, serum).
41
28 Feb 08.00 - Mengidentifikasi penyebab gangguan S : Pasien mengatakan bercaknya mulai
2023
integritas kulit pudar, rasa gatal pada punggung hilang,
dan kulitnya sudah tidak bersisik lagi
08.10 - Menggunakan produk berbahan ketika digores dengan jari.
petrolium atau minyak pada kulit
kering. O : Pasien tampak tidak lagi menggaruk
punggungnya, bercak putih mulai pudar,
08.15 - Menggunakan produk berbahan dan bercaknya pun sudah tidak bersisik
ringan/alami dan hipoalergik pada kulit lagi ketika di gores dengan jari.
sensitif.
A : Gangguan integritas kulit teratasi
08.20 - Menghindari produk berbahan dasar
alkohol pada kulit kering. P : Intervensi dihentikan dan pasien
diperbolehkan pulang.
14.00 - Menganjurkan menggunakan pelembab
(mis. Lotion, serum).
42
14.15 - Menganjurkan menghindari terpapar
sushu ekstrem.
43
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Penyakit kulit karena infeksi jamur secara umum dapat terbagi atas dua
bentuk. bentuk superfisial dan bentuk yang dalam (deep mycosis). Bentuk
superfiasial terbagi atas golongan dematofitosis yang disebabkan oleh jamur
dermatofita (antara lain: Tinea kapitis, tinea korporis, tinea unguium, tinea cruris,
tinea fasialis, tinea barbae, tinea manus, tinea pedis) dan yang kedua golongan non
dermatofitosis (pitiriasis versikolor, piedra, tinca nigra palmaris, kandidiasis).
Perbedaan antara dermatofitosis dan non dermatofitosis adalah pada dermatofitosis
melibatkan zat tanduk (keratin) pada stratum korneum epidermis, rambut dan kuku
yang disebabkan oleh dermatofit. Sedangkan non dermatofitosis disebabkan oleh
jenis jamur yang tidak dapat mengeluarkan zat yang dapat mencerna keratin kulit
tetapi hanya menyerang lapisan kulit yang paling luar.
Biasanya tidak ada keluhan (asimtomatis), tetapi dapat dijumpai gatal pada
keluhan pasien. Pasien yang menderita PV biasanya mengeluhkan bercak
pigmentasi dengan alasan kosmetik. Predileksi pitiriasis vesikolor yaitu pada tubuh
bagian atas, lengan atas, leher, abdomen, aksila, inguinal, paha, genitalia. Diagnosa
ditegakkan dengan gejala klinis, penemuan klinis berupa makula, berbatas tegas,
bulat atau oval dengan ukuran yang bervarisasi. Mikroskopi langsung, Pemeriksaan
dengan Wood's Lamp.
Karena koloni jamur ini pada permukaan kulit, maka pengobatan topikal
sangat efektif.Ketokonazol termasuk kelas antijamur imidazoles. Ketokonazol
bekerja dengan memperlambat pertumbuhan jamur yang menyebabkan infeksi.
Prognosis baik bila pengobatan dilakukan menyeluruh, tekun, dan konsisten
Pengobatan harus diteruskan 2 minggu setelah fluoresensi negatif dengan
pemeriksaan lampu wood dan sediaan langsung negatif
4.2 Saran
Untuk meningkatkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan maka
penulis dapat memberikan saran sebagai berikut:
44
1. Bagi keluarga dan Tn. Af agar tetap mempertahankan kerjasama yang telah
terbina dalam memberikan asuhan keperawatan dan tetap melaksanakan
tindakan sesuai dengan kemampuan yang telah dicapai.
2. Agar asuhan keperawatan berkelanjutan diharapkan petugas puskesmas
bekerjasama dengan kader kesehatan untuk menindak lanjuti asuhan
keperawatan keluarga yang telah dilakukan oleh penulis dan memotivasi pasien
untuk tetap memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk mengatasi masalah
kesehatan yang di alaminya.
45
DAFTAR PUSTAKA
Andareto Obi. (2015). Penyakit Menular di Sekitar Anda (Begitu Mudah Menular
dan Berbahaya, Kenali, Hindari, dan Jauhi Jangan Sampai Tertular). Pustaka
Ilmu Semesta.
Leung, A. K., Barankin, B., Lam, J. M., Leong, K. F., & Hon, K. L. (2022). Tinea
versicolor: an updated review. Drugs in Context, 11, 1–20.
https://doi.org/10.7573/dic.2022-9-2
Murlistyarini, S. (2018). Intisari Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin (S. Prawitasari
(ed.)). UB Press.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Dewan Pengurus Pusat PPNI.
46
Lampiran 1 Daftar Pertanyaan dan Jawaban Hasil Diskusi
Nama
No. Pertanyaan Jawaban
Mahasiswa
1. Aulia Aprilia Apakah panu bisa Panu bisa terdapat di semua
Putri menular lewat keringat? bagian tubuh, misalnya di
(1130022074) leher, badan, tangan, kaki, dan
lainnya. Meskipun penyakit
ini tidak menimbulkan nyeri
atau membahayakan nyawa,
warna kulit yang tidak merata
dapat memengaruhi rasa
percaya diri seseorang.
Penyakit ini juga tidak
menular.
2. Putri Emelda Di dalam askep untuk Roti mengandung karbohidrat
(1130022029) bagian nutrisi kelompok yang memiliki indeks
mengatakan bahwa glikemik tinggi. Akibatnya,
pasien menyukai roti bahan pangan ini mampu
selai kacang. Apakah ada memicu kenaikan gula darah
hubungan antara yang bisa berujung pada
makanan yang disukai meningkatnya peradangan di
pasien tersebut dengan tubuh. Selain itu, produksi
penyakit panu yang minyak di kulit pun akan
dikeluhkan? bertambah, sehingga jamur
yang menyebabkan panu jadi
lebih rentan muncul.
Sedangkan kacang, kacang
mengandung racun yang dapat
menyebabkan pertumbuhan
jamur semakin menjadi-jadi.
47