Disusun oleh :
Npm : 20025010007
Golongan : A1
SEMESTER II
FAKULTAS PERTANIAN
JAWA TIMUR
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah
Nya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan laporan resmi praktikum Dasar Budidaya
Tanaman.
Tidak lupa juga saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. F. Deru Dewanti, Sp, MP dan
juga kak Porfirian Yudith Milenia selaku asisten praktikum Dasar Budidaya Tanaman ini.
Tentunya laporan ini tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai
pihak.
Sebagai penyusun, saya menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik dari penyusunan
hingga tata bahasa penyampaian dalam laporan ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati
menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Kami
berharap semoga laporam yang saya susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk
pembaca.
Vira Triana
DAFTAR ISI
Tabel 3.1 Hasil Pengamatan Pertumbuhan Tanaman Jagung Dan Kacang Hijau……………….32
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan pada cangkok tanaman jeruk nipis………………………………...43
Tabel 6.1 hasil pengamatan stek pada tanaman jambu biji dan lidah mertua……………………65
DAFTAR GAMBAR
PERTUMBUHAN TANAMAN
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan tanaman merupakan hasil dari berbagai proses fisiologi, melibatkan faktor
genotipe yang berinteraksi dalam tubuh tanaman dengan faktor lingkungan. Proses tersebut yaitu
pertambahan ukuran, bentuk, dan jumlah.Ciri-ciri pertumbuhan pada tanaman yang tampak
sebagai fenotipe utamanya dipengaruhi oleh faktor genotipe, sedangkan ciri-ciri lainnya
ditentukan oleh pengaruh lingkungan sehingga pertumbuhan merupakan fungsi dari genotipe x
lingkungan.
Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh faktor internal (gen, hormon) dan faktor eksternal
(nutrisi, cahaya matahari, air dan kelembaban, suhu, tanah). Hormon merupakan senyawa
organik yang dapat meningkatkan, mengurangi, atau merubah proses fisiologis dalam tanaman.
Zat pengatur tumbuh terdiri dari senyawa kimia buatan dan senyawa-senyawa yang disintesis
oleh tanaman itu sendiri. Secara umum ada 5 jenis hormon yang berperan dalam pertumbuhan
tanaman yaitu auksin, giberelin, sitokinin, asam absisat, dan etilen. Untuk pertumbuhan normal
dalam tubuh tanaman dibutuhan keseimbangan dari 5 hormon tersebut.
Pertumbuhan dapat diamati dengan mengukur tinggi tanaman, jumlah daun, lingkar batang,
dan berat kering tanaman. Pengukuran dapat dilakukan sejak tanaman baru tumbuh hingga
mencapai pertumbuhan yang maksimum. Untuk mengukur pertumbuhan tanaman digunakan alat
yang disebut busur tumbuh atau auksanometer. Pertumbuhan tanaman mula-mula lambat,
kemudian berangsur cepat hingga mencapai titik maksimum, dan akhirnya laju pertumbuhan
akan konstan. Apabila digambarkan pada grafik dalam jangka waktu tertentu maka akan
terbentuk kurva sigmoid
Secara umum, faktor pertumbuhan tanaman meliputi faktor internal (genetik) dan faktor
eksternal (lingkungan). Faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah 1)
ketahanan terhadap tekanan iklim, tanah dan biologis, 2) laju fotosintesis, 3) respirasi, 4)
pembagian hasil asimilasi dan nitrogen, 5) klorofil, karoten, dan kandungan pigmen lainnya, 6)
tipe dan letak meristem. Faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah
sebagai berikut 1) faktor iklim, meliputi cahaya, temperature, air, panjang hari, angin, dan gas, 2)
faktor edafik meliputi tekstur, struktur, bahan organic, kapasitas pertukaran kation, pH,
kejenuhan basa, dan ketersediaan nutrisi, 3) factor biologis, 4) faktor pembatas.
Pertumbuhan pada tumbuhan berlangsung terbatas pada beberapa bagian tertentu, yang
terdiri dari sejumlah sel yang baru saja dihasilkan melalui proses pembelahan sel di meristem.
Pertumbuhan (menurut batasan diatas, yaitu pertumbuhan ukuran) mudah dirancukan dengan
pembelahan sel di meristem. Pembelahan itu sendiri tidak menyebabkan pertumbuhan. Ujung
akar dan ujung tajuk (apeks) mempunyai meristem.
Syarat tumbuh untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, kacang hijau
menghendaki curah hujan optimal 50 - 200 mm/bln dengan temperatur 25- 270C dengan
kelembaban udara berkisar 50 - 80% dan cukup mendapat sinar matahari (Humaedah, 2011).
Tanaman kacang hijau merupakan tanaman golongan C3 yang mempunyai tingkat kejenuhan
cahaya lebih rendah dibandingkan dengan tanaman C4. Radiasi yang terlalu terik tidak
diinginkan oleh tanaman kacang hijau karena dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan laju
fotorespirasi dimana sebagian stomata daun menutup sehingga terjadi hambatan masuknya CO2
dan menurunkan aktifitas fotosintesis akibatnya dapat mengurangi kemampuan enzim RuBp
karboksilase untuk mengikat CO2. Selain menghambat aktivitas fotosintesis, cekaman
kekeringan juga menghambat sintesis protein dan dinding sel (Salisbury and Ross, 1995).
Panjang hari yang diperlukan minimum 10 jam/ hari.
Tekstur tanah yang cocok untuk tanaman kacang hijau adalah tanah liat berlempung
banyak mengandung bahan organik, aerasi dan drainase yang baik. Struktur tanah gembur,
dengan tingkat keasaman (pH) 5,8 - 7,0 optimal 6,7 (Humaedah, 2011). Kacang hijau dapat
tumbuh pada semua jenis tanah sepanjang 10 kelembaban dan tersedianya unsur hara yang
cukup. Lahan yang akan dipergunakan harus dipersiapkan sebaik-baiknya.
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.2.1 Alat
Cangkul
Cetok
Sekop
Gembor
Jangka sorong
Timbangan
Kertas label
Meteran / penggaris
3.2.2 Bahan
Benih Monokotil dan Dikotil
Tanah tanam
Polibag
Pupuk urea
Pupuk SP-36
3.3 Prosedur Kerja
1. Menyediakan polibag dan mengisi dengan tanah tanam 3⁄4 bagian dari polibag.
2. Menanam benih monokotil dan dikotil 2 biji per polibag per lubang dengan kedalaman 4
cm.
3. Memberikan pupuk urea (N) dan pupuk P (SP-36) pada saat tanam. N1 = 1 gram/polibag
dan SP-36 = 1 gram/polibag.
4. Memberikan pupuk N yang kedua pada saat tanaman jagung dan kacang hijau berumur
20-25 hari setelah tanam (N2 = 2 garm/polibag).
- Mengukur tinggi tanaman (cm) dari permukaan tanah dampai ke titik tumbuh
(tanaman dikotil).
- Mengukur panjang tanaman (cm) dari permukaan tanah sampai bagian
tanaman yangt terpanjang (monokotil).
4.2 Pembahasan
Pertumbuhan tanaman merupakan suatu proses kehidupan tanaman yang
menghasilkan pertambahan ukuran atau bentuk volume. Pertumbuhan tanaman dapat
diketahui dengan cara mengukur beberapa parameter terutama jumlah daun, jumlah
cabang dan tinggi tanaman untuk fase pertumbuhan vegetatif, serta dapat didefinisikan
sebagai penggandaan protoplasma, perbanyakan sel, pertambahan ukuran, pertambahan
bobot kering dan morfologi tanaman (Fajrin dkk, 2015).
Pada pertumbuhan jagung, mulai tumbuh pada minggu ke-1 dan memiliki 2 helai
daun, tinggi sekitar 23 cm, jumlah cabang 2 dan diameter batang 0,2 cm. Pada minggu
pertama ini belum nampak adanya kendala. Lalu pada minggu ke-2 tinggi tanaman
sekitar 27 cm, jumlah daun tetap sama, jumlah cabang 2 dan diameter batang 0,4 cm.
Kendala dari minggu kedua ini adalah tanaman kurang sinar matahari karena cuaca yang
mendung. Menurut (Herlina dan Fitriani, 2017) Jagung adalah tanaman tipe C4 yang
sangat membutuhkan penyinaran dengan intensitas yang cukup tinggi. Memasuki minggu
ke-3 tinggi tanaman sekitar 30 cm, jumlah helai daun 4 helai, jumlah cabang 4 dan
diameter batangnya 0,6 cm Kendala pada minggu ketiga ini adalah cuaca tidak
mendukung tanaman kurang sinar matahari lagi. Pada minggu ke-4 terjadi peningkatan,
tinggi tanaman sekitar 32 cm, helai daun bertambah menjadi 5 helai, jumlah cabang 5 dan
diameter batang 0,8 cm. Pada minggu ini juga terjadi pemupukan yaitu memberi pupuk
NPK sebanyak 1 gram. Pada minggu ke-5 tinggi tanaman bertambah sekitar 34 cm, helai
daun tetap sama, jumlah cabangnya tetap 5 dan diameter batangnya 1 cm.
Pada pertumbuhan tanaman kacang hijau ini, awal penanaman dilakukan
bersamaan dengan waktu penanaman tanaman jagung. Pada minggu ke-1 tanaman mulai
tumbuh baik dengan tinggi tanaman 17 cm, jumlah daun 2 dan jumlah cabangnya 0. Pada
minggu ke-2 pertumbuhan tanaman kacang hijau mulai subur dengan tinggi tanaman 25
cm, jumlah daun 4 dan jumlah cabangnya 2, pada minggu ini tidak ada kendala yang
terjadi. Memasuki minggu ke-3 terlihat adanya pertumbuhan tinggi sedikit yaitu 27 cm,
jumlah daun 5 dan jumlah cabangnya 2, lalu ada sedikit kendala yaitu tanaman menjadi
miring karena pada saat penanaman, memasukkan biji kacang hijau kurang dalam,
tindakan yang dilakukan adalah memberi penyangga pada tanaman. Pada minggu ke-4
terlihat adanya pertumbuhan tinggi sedikit yaitu 30 cm, jumlah daun 9 dan jumlah
cabangnya 3. Memasuki minggu ke-5 pertumbuhan tanaman kacang hijau mulai subur
dengan tinggi tanaman 35 cm, jumlah daun 12 dan jumlah cabangnya 4. Berdasarkan
pengamatan pertumbuhan yang saya lihat, pertumbuhan yang terjadi pada polybag
tanaman kacang hijau ini adalah tanaman yang tumbuh selalu konstan dan jika tanaman
menjadi mati saat pemberian pupuk NPK yang berlebih. Tanaman kacang hijau lebih
cepat tumbuh dan perubahan setiap minggunya terlihat jelas. Menurut (Maghfiroh, 2017)
tanaman kacang hijau dalam pertumbuhannya tidak membutuhkan waktu lama sehingga
disebut tanaman berumur genjah.
Proses pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh lingkungannya.
Lingkungan merupakan faktor eksternal yang sangat mengganggu pertumbuhan tanaman
apabila kondisi lingkungan tidak sesuai dengan sifat tumbuh tanaman. Kondisi
lingkungan ini meliputi intensitas sinar matahari, temperatur, dan tekanan udara serta
adanya mikroorganisme yang mengganggu tanaman. Selain lingkungannya proses
pertumbuhan juga dipengaruhi pemberian pupuk yang teratur dan tidak berlebih supaya
tanaman dapat tumbuh dengan baik.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pelaksanaan praktikum pertumbuhan tersebut dapat disimpulkan bahwa :
Pertumbuhan adalah manifestasi yang paling jelas. Pertumbuhan yaitu hasil dari
jaringan proses metabolik yang berjalan pada tumbuhan. Dibawah kondisi yang
normal, kondisi dan bentuk proses lebih besar daripada destruktif dengan hasil
yang meningkat pada zat dari tumbuhan.
Pertumbuhan tanaman dapat diketahui dengan cara mengukur beberapa parameter
terutama jumlah daun, jumlah cabang dan tinggi tanaman untuk fase pertumbuhan
vegetatif, serta dapat didefinisikan sebagai penggandaan protoplasma,
perbanyakan sel, pertambahan ukuran, pertambahan bobot kering dan morfologi
tanaman
Pertumbuhan tanaman jagung dan kacang hijau mengalami penetapan dan
peningkatan di setiap minggunya.
Proses pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh lingkungannya.
Lingkungan merupakan faktor eksternal yang sangat mengganggu pertumbuhan
tanaman apabila kondisi lingkungan tidak sesuai dengan sifat tumbuh tanaman.
Kondisi lingkungan ini meliputi intensitas sinar matahari, temperatur, dan tekanan
udara serta adanya mikroorganisme yang mengganggu tanaman. Selain
lingkungannya proses pertumbuhan juga dipengaruhi pemberian pupuk yang
teratur dan tidak berlebih supaya tanaman dapat tumbuh dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Erawati, B. T., dan Hipi, A. 2016. Pengaruh Jarak Tanam terhadap Pertumbuhan
Edamame Terhadap Perbedaan Jenis Pupuk dan Ukuran Jarak Tanam. Jurnal
Agrovigor. Vol 8 (2).
Hastuti. D.P, Supriyono, S. Hartati. 2018. Pertumbuhan Dan Hasil Kacang Hijau
(Vigna radiata, L.) Pada Beberapa Dosis Pupuk Organik Dan Kerapatan Tanam. Caraka
Tani: Journal Of Sustainable Agriculture. 33 (2): 89- 95.
Bunga Jantan Terhadap Hasil Tanaman Jagung (Zea mays L.). Jurnal Biodjati. 2 (2):
115 – 125.
Husna. 2016. Respons Tanaman Kacang Hijau (Phaseolus Radiatus L.) Terhadap
Aplikasi Fungi Mikoriza Arbuskular Dan Dosis Bahan Organik Yang Berbeda Pada
Tanah Ultisols. Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Indrianto, A. 2021. Pengaruh Konsentrasi Compost Tea terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Kacang Hijau. Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian. Vol 10 (1).
Paeru, R.H., dan T.Q. Dewi. 2017. Panduan Praktis Budidaya Jagung. Penebar
Sinaga, A., dan Ma’ruf, A. 2016. Tanggapan Hasil Pertumbuhan Tanaman Jagung
Akibat Pemberian Pupuk Urea, SP-36 Dan KCL. BERNAS Agricultural Research
Journal. Vol 12 (3)
LAMPIRAN
1.
2.
PERKEMBANGAN TANAMAN
I. PENDAHULUAN
Tumbuhan adalah makhluk hidup yang mempunyai ciri sebagaimana makhluk hidup
lainnya. Salah satu ciri tumbuhan adalah mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
Pertumbuhan pada tanaman dapat dilihat dari bertambahnya ukuran, berat tanama, tetapi tidak
dapat kembali ke bentuk semula atau bersifat irreversible, pertumbuhan dapat diukur dan
dinyatakan dengan angka. Sedangkan perkembangan adalah proses perubahan dalam bentuk,
perkembangan tidak dapat dinyatakan dalam besaran angka (Priadi, 2010)
Pertumbuhan dan perkembangan senantiasa berjalan secara bersamaan. Pada kedua proses
tersebut terjadi fase pembelahan sel, pembesaran ukuran sel, dan pematangan (diferensiasi) sel.
Pada fase diferensiasi terjadi perubahan sifat sel yang disesuaikan dengan fungsinya. Contohnya
yaitu perubahan dari fase vegetatif menuju fase generatif (Daradjat,2005)
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui fase perkembangan tanaman
setelah tanaman mengalami fase pertumbuhan pada tanaman Jagung (Zae mays) dan tanaman
Kacang hijau (Vigna radiata).
II. TINJAUAN PUSTAKA
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum oerkembangan tanaman ini meliputi
Polybag dengan tanaman Jagung dan Kacang hijau pada praktikum pertumbuhan, Pupuk urea,
dan Kertas coklat.
4.1 Hasil
- Belum berbunga -
- 3 nodus -
4.2 Pembahasan
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh dua faktor, yakni faktor
dalam dan luar tanaman. Faktor dalam sering digambarkan sebagai kemampuan genetis yang
dimiliki oleh suatu tanaman. Faktor luar adalah faktor yang berasal dari luar tanaman, seperti
faktor lingkungan. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman erat hubungannya dengan kedua
faktor tersebut, apabila salah satu atau semua faktor tidak mendukung maka pertumbuhan dan
perkembangan tanaman tidak dapat berjalan dengan baik sehingga menurunkan produksi
tanaman (Buntoro, 2014). Pada kedua tanaman terlihat jelas perkembangannya sangat lambat
dari pada umumnya. Tanda masa perkembangan berbeda sesuai jenis tanaman yang diamati,
contohnya adalah tanaman jagung akan muncul bunga sedangkan masa perkembangan tanaman
kacang hijau ditandai dengan munculnya nodus produktif.
5.1 Kesimpulan
Perkembangan adalah suatu proses kemajuan yang terjadi secara berangsur-angsur dari
kompleksitas rendah ke kompleksitas tinggi dan terjadi diferensiasi.Perkembangan
dapat dinyatakan melalui berbagai cara, mulai dari bagian tertentu suatu tanaman
sampai jumlah total perkembangan tanaman.
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh dua faktor, yakni faktor
dalam dan luar tanaman. Faktor dalam sering digambarkan sebagai kemampuan
genetis yang dimiliki oleh suatu tanaman. Faktor luar adalah faktor yang berasal dari
luar tanaman, seperti faktor lingkungan
Pada kedua tanaman terlihat jelas perkembangannya sangat lambat dari pada
umumnya. Tanda masa perkembangan berbeda sesuai jenis tanaman yang diamati,
contohnya adalah tanaman jagung akan muncul bunga sedangkan masa perkembangan
tanaman kacang hijau ditandai dengan munculnya nodus produktif.
Setelah 4 minggu pengamatan yang dilakukan tanaman jagung tidak memunculkan
adanya tanda-tanda jagung mulai berbunga. Kondisi fisiologis tanaman yang tidak
sesuai dengan masa pertumbuhan maka masa berkembang tidak akan normal juga.
Kekurangan air menjadi factor penghambat tanaman jagung untuk berkembang. Faktor
lingkungan juga menjadi pengaruh terhadap lambatnya pertumbuhan tanaman jagung
seperti cuaca yang panas dan hujan yang terus menerus sehingga kebutuhan air dalam
tanah menjadi berkurang dan kelebihan akibat cuaca yang tidak menentu. Sedangkan
tanaman kacang hijau ditandai dengan adanya nodus yang berada di beberapa titik
pada tanaman. Pada pengamatan yang dilakukan, mendapatkan hasil bahwa jumlah
tumbuhan yang berkembang memiliki perbedaan
DAFTAR PUSTAKA
Soekarto. 2014. Hubungan Jumlah Baris-Baris Kacang terhadap Pertumbuhan. Jurnal Ilmiah
Pertanian. Vol. 1(4):66-69.
Sukarman. 2011. Karakter Morfologi dan Fisiologi Tanaman. Jurnal Ittri. Vol.9(5):67-72.
Suparmuji. 2013. Insight Pertumbuhan dan Perkembangan. Diktat Pembelajaran. Nunukan
Selatan.
Syafrudin, dkk. 2013. Morfologi tanaman tan fase pertumbuhan tamanam jagung.balai
penelitian tanaman serealia.
Tim Penyusun. 2016. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Bengkulu : Fakultas
Pertanian Universitas Bengkulu.
Wibowo, A. 2012. Mekanisme Pertumbuhan Tanaman. Jurnal Penelitian Tanaman
Pangan. Vol.10 (6):105-107.
Yulisma. 2011. Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Jagung pada Berbagai Jarak
Tanaman. Jurnal Penelitian Tanaman Pangan. Vol.30(3):197-203.
MATERI III.
KURVA SIGMOID
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan tanaman merupakan suatu peristiwa bertambahnya ukuran tanaman yang
dapat diukur dari bertambah besar dan tingginya organ tumbuhan (Agustina dkk., 2018).
Pertumbuhan pada tanaman bersifat irreversible atau tidak dapat kembali. Pertumbuhan
berikutnya disebut perkembangan. Perkembangan didefenisikan sebagai suatu proses menuju
keadaan yang lebih dewasa. Laju pertumbuhan tanaman adalah kecepatan pertambahan
suatu pertumbuhan tanaman. Laju pertumbuhan tanaman dapat diukur dengan alat yang
dikenal dengan sebutan busur tubuh atau auksanometer. Laju tumbuh suatu tumbuhan atau
bagiannya berubah menurut waktu. Oleh sebab itu, apabila laju tumbuhan digambarkan
dengan suatu grafik, maka grafik yang tampak merupakan suatu kurva berbentuk S atau
kurva sigmoid (Mardina, 2014).
Kurva sigmoid merupakan pencerminan kemampuan suatu tanaman untuk
mengaktualisasikan diri sekaligus sebagai ukuran akan berkembangnya bagian - bagian tubuh
sampai mencapai ukuran maksimal (dewasa) pada kondisi lingkungan yang ada. Lingkungan
tersebut dapat berupa level produksi individu, kuantitas dan kualitas pakan, lokasi dan
lingkungan secara umum. Pertumbuhan tiap-tiap individu secara umum diperlihatkan sebagai
bentuk sigmoid. Kurva sigmoid ini menggambarkan suatu bentuk percepatan dan bentuk
perlambatan. Oleh karena itu, untuk lebih mengetahui tentang laju pertumbuhan dan kurva
sigmoid diperlukan pengamatan ini.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pengamatan ini adalah untuk meneliti laju pertumbuhan tanaman jagung
(zea mays) dan tanaman kacang hijau (Vigna radiate).
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pertumbuhan Tanaman
Pertumbuhan adalah pertambahan yang tidak dapat dibalikkan dalam ukuran pada
sistem biologi (Wayan, 2016). Secara umum, pertumbuhan berarti gejala berupa
pertambahan ukuran karena organisme multisel tumbuh dari zigot, pertumbuhan itu
bukan hanya dalam bentuk volume, tetapi juga dalam bobot, jumlah sel, banyaknya
protoplasma, dan tingkat kerumitannya. Proses pertumbuhan ini diatur oleh pesan
hormonal dan respon dari lingkungan (panjang hari, temperatur rendah, perubahan
persediaan air. Pertambahan volume sel merupakan hasil sintesa dan akumulasi protein,
sedangkan pertambahan jumlah sel terjadi dengan adanya pembelahan sel (Lia dkk,
2015).
Pertumbuhan berikutnya disebut (perkembangan) diferensiasi, yang didefinisikan
sebagai pengontrolan gen dan hormonal serta lingkungan yang merubah struktur dan
biokimiawi perubahan ini terjadi pada tanaman saat berkembang Proses ini juga
melibatkan ekspansi ukuran atau perubahan bentuk atau konformasi tubuh, termasuk
kemampuan dan komposisi tubuh. Perkembangan selalu berkaitan dengan pertumbuhan.
Selama pertumbuhan dan perkembangan, bagian-bagian dan komponen tubuh mengalami
perubahan. Jaringan-jaringan tubuh mengalami pertumbuhan yang berbeda dan mencapai
pertumbuhan maksimal dengan kecepatan berbeda pula (Fauziyah, 2014).
3.2.2 Bahan
Kertas Milimeter
Data pengamatan pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung dan kacang
hijau
Tabel 3.1 Hasil Pengamatan Pertumbuhan Tanaman Jagung Dan Kacang Hijau
Minggu ke Jagung Kacang Hijau
1. 23 cm 2 17 cm 2
2. 27 cm 2 25 cm 4
3. 30 cm 4 27 cm 5
4. 32 cm 5 30 cm 9
5. 34 cm 5 35 cm 12
4.2 Pembahasan
Praktikum ini membahas mengenai pertumbuhan tanaman berbentuk
kurva sigmoid pada tanaman jagung dan kacang hijau. Kurva sigmoid ini
menggunakan data rerata tinggi/panjang tanaman dan jumlah daun. Berdasarkan
tabel dan grafik diatas menunjukkan angka yang meningkat dan menetap setiap
minggu pengamatan. Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa jumlah daun
dan tinggi tanaman mengalami peningkatan dan penetapan baik pada tanaman
jagung maupun tanaman kacang hijau. Pada fase linier, pertambahan ukuran
berlangsung secara konstan. Fase penuaan dicirikan oleh laju pertumbuhan yang
menurun saat tumbuhan sudah mencapai kematangan dan mulai menua.
Pada fase penuaan belum dapat ditentukan dikarenakan adanya
keterbatasan waktu dalam pengamatan. Fase penuaan ditandai dengan laju
pertumbuhan yang menurun dari fase sebelumnya karena tumbuhan sudah
mencapai kematangan dan mulai menua. Hal ini diperkuat oleh Perwtasari dkk.
(2012) yang menyatakan bahwa kurva pertumbuhan pada fase vegetatif sampai
titik tertentu akibat pertumbuhan sel tanaman dan kemudian melambat. Tanaman
tidak hanya dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara (mikro/makro) secara
cukup, tetapi juga faktor lingkungan seperti suhu, pH, dan kelembaban
(Nugraheni dkk., 2018).
Kurva pertumbuhan yang ideal berbentuk S (sigmoid). Namun, pada hasil
pengamatan kurva diatas tidak membentuk huruf S. hal tersebut dapat disebabkan
karena beberapa faktor. Kurva lima genotip tidak semuanya berbentuk sigmoid,
ini diduga karena pengaruh faktor lingkungan seperti adanya organisme
pengganggu tanaman yang menyebabkan terganggunya pertumbuhan tanaman.
faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan, secara luas dapat dibagi menjadi
2 yaitu faktor eksternal (lingkungan) dan faktor internal (genetik).
V. PENUTUP
4.3 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum mengenai kurva sigmoid
ialah sebagai berikut:
Kurva sigmoid merupakan pencerminan kemampuan suatu tanaman untuk
mengaktualisasikan diri sekaligus sebagai ukuran akan berkembangnya
bagian - bagian tubuh sampai mencapai ukuran maksimal (dewasa) pada
kondisi lingkungan yang ada.
Berdasarkan tabel dan grafik diatas menunjukkan angka yang meningkat
dan menetap setiap minggu pengamatan. Dari hasil pengamatan
menunjukkan bahwa jumlah daun dan tinggi tanaman mengalami
peningkatan dan penetapan baik pada tanaman jagung maupun tanaman
kacang hijau. Pada fase linier, pertambahan ukuran berlangsung secara
konstan.
kurva pertumbuhan pada fase vegetatif sampai titik tertentu akibat
pertumbuhan sel tanaman dan kemudian melambat. Tanaman tidak hanya
dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara (mikro/makro) secara cukup,
tetapi juga faktor lingkungan seperti suhu, pH, dan kelembaban
DAFTAR PUSTAKA
Abigail, Britani. 2020. Kurva Sigmoid. Surabaya.
Budimulyati, Lia, Salman., dkk. 2014. KURVA PERTUMBUHAN SAPI PERAH FRIES
HOLLANDS DARI LAHIR SAMPAI UMUR KAWIN PERTAMA DENGAN MODEL
MATEMATIKA LOGISTIC. Bogor.
Budimulyati, Lia, Salman, dkk. 2015. Kurva Pertumbuhan Sapi Friesian Holstein dari Lahir
Sampai Siap Kawin Berdasarkan Tingkat Kelahiran. Bogor.
Irnaningtyas. 2018. Biologi untuk SMA/MA Kelas XII Kurikulum 2013 Revisi. Jakarta: Erlangga.
Nugraheni, F., T., Sri H., & Erma P. 2018. Pengaruh Perbedaan Kedalaman Tanam dan Volume
Perwtasari, B., Mustika T., Catur W. 2012. Pengaruh Media Tanam dan Nutrisi terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Pakchoi (Brassica juncea L.) dengan SIstem
Hidroponik. Agrovigor, Volume 5 Nomer 1.
Prayitno, Joko. 2016. Pola Pertumbuhan dan Pemanenan Biomassa dalam Fotobioreaktor
Mikroalga untuk Penangkapan Karbon. Jakarta Pusat.
Tri, Agustina, Hapsari., Sri, Darmanti., dan Endah, Dwi, Hastuti. 2018. Pertumbuhan Batang,
Akar dan Daun Gulma Katumpangan (Pilea microphylla (L.) Liebm.) . Semarang.
Trias, Febiasasti, Nugraheni., Sri Haryanti., dan Erma Prihastanti. 2018. Pengaruh Perbedaan
Kedalaman Tanam dan Volume Air terhadap Perkecambahan dan Pertumbuhan Benih
Sorgum (Sorghum Bicolor (L.) Moench). Malang.
Budimulyati, Lia, Salman, dkk. 2015. Kurva Pertumbuhan Sapi Friesian Holstein dari Lahir
Sampai Siap Kawin Berdasarkan Tingkat Kelahiran. Bogor.
MATERI IV
CANGKOK
I. PENDAHULUAN
Tanaman dan tumbuhan dapat diperbanyak dengan dua cara, yaitu generatif dan
vegetatif. Perbanyakan vegetatif menggunakan bahan tanaman selain biji. Akar, batang dan
daun dapat digunakan sebagai bahan untuk perbanyakan tanaman. Cangkok bertujuan untuk
mendapatkan tanaman baru yang mempunyai sifat baik yang sama dengan induknya
misalnya rasa buah dan agar tanaman lebih kuat terhadap hama penyakit.
Tanaman yang biasa dicangkok umumnya memiliki kambium atau zat hijau daun, seperti
mangga (Mangifera indica), sukun (Artocarpus communis), jeruk nipis (Citrus aurantifolia),
alpukat (Persea americana), dan lain-lain. Tanaman lain yang tidak berkambium dan bisa
diperbanyak dengan sistem cangkok adalah salak dan jenis-jenis bambu.
1.3 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah Menjelaskan tujuan dan manfaat dari perbanyakan vegetatif
tanaman berupa cangkok dan mengetahui cara mencangkok yang baik dan memenuhi syarat.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pegertian Mencangkok
Dalam hal ini mencangkok yakni berasal dari kata cangkok yang berarti ialah cara
perkembangbiakan pada tumbuhan dengan menanam batang atau dahan yang
diusahakan berakar terlebih dahulu sebelum di potong dan ditanam di tempat yang
lain. Dalam hal ini tidak semua tumbuhan dapat dicangkok, tumbuhan yang dapat di
cangkok hanyalah pada tumbuhan dikotil dan tumbuhan biji yang terbuka.
Tanaman asal cangkok bisa ditanam pada tanah yang letak air tanahnya tinggi
atau di pematang kolam ikan. Itulah beberapa keuntungan dari mencangkok.
Kerugian Dari Mencangkok Disamping keuntungan, terdapat juga beberapa
kekurangan/ kerugian pembibitan dengan sistem cangkok. Pada musim kemarau
panjang tanaman tidak tahan kering. Tanaman mudah roboh bila ada angin kencang
karena tidak berakar tunggang. Pohon induk tajuknya menjadi rusak karena banyak
cabang yang dipotong. Dalam satu pohon induk kita hanya bisa mencangkok
beberapa batang saja, sehingga perbanyakan tanaman dalam jumlah besar tidak bisa
dilakukan dengan cara ini.
Beberapa manfaat jeruk nipis yang sudah banyak orang tahu, misalnya untuk
meningkatkan daya tahan tubuh, obat batuk tradisional, campuran jamu tradisional,
dan lain-lain. Buah ini juga terkenal dengan kandungan vitamin C nya yang tinggi.
Nah, pada artikel kali ini kita akan sepenuhnya mengetahui kandungan jeruk nipis
lainnya beserta manfaatnya, baik bagi kesehatan maupun kecantikan.
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.2.1 Alat
Pisau yang tajam
sabit
botol aqua
selang kecil
3.2.2 Bahan
Batang atau cabang yang tidak begitu tua atau muda (umur sedang), kuat, sehat
dan subur.
Tanah, humus, pupuk kandang atau kompos.
Pembungkus dapat berupa plastik, sabut kelapa, dan lain-lain.
Tali rafia
4.2 Pembahasan
Mencangkok merupakan salah satu cara pembiakan vegetatif buatan yang
bertujuan untuk memperbanyak tanaman yang memiliki sifat yang sama dengan
induknya dan cepat menghasilkan. Selain itu, pohonnya juga tidak terlalu tinggi.
Mencangkok dilakukan dengan cara menguliti hingga bersih dan menghilangkan
kambium pada cabang atau ranting sepanjang 5-10 cm pada tanaman dikotil untuk
kemudian dipindahkan ke dalam wadah lain saat akar telah tumbuh. Pada saat
mencangkok, kambium pada cabang atau ranting harus dihilangkan agar kulit
tidak terbentuk kembali. Bila kulit terbentuk kembali, maka akar tidak akan dapat
terbentuk. Sebaliknya, jika lapisan cambium tersebut bersih, maka hasil
fotosintesis akan terkumpul di tempat cambium yang telah dibersihkan dan
pertumbuhan akar dapat terangsang dengan baik.
Dari hasil praktikum diketahui bahwa penggunaan media cangkok dengan
tanah dan dibalut dengan plastik memberikan hasil yang baik, hal itu dikarenakan
sistim perakaran pada cangkokan memperoleh air yang cukup karena tanah dapat
menyimpan air yang lebih lama dibanding media yang lain dan juga bahannya
mudah untuk didapatkan. Akar pada luka pencangkokan mulai tumbuh pada
minggu ke 5 setelah dilakukan pencangkokan.
Tiap media yang digunakan untuk melakukan pembudidayaan tanaman
mempunyai karakteristik yang berbeda-beda antara media satu dengan media lain.
Tiap media yang digunakan mempunyai kandungan unsur hara, tidak hanya unsur
hara yang menjadikan media tanam tersebut sebagai media yang baik, diantaranya
mampu menjaga kelembaban, memiliki aerasi dan drainasi yang baik, tidak
memiliki salinitas yang tinggi serta bebas dari hama dan penyakit. Selain itu
bahwa pembentukan akar pada cangkok tingkat keberhasilannya lebih ditentukan
oleh sifat fisik media dibandingkan dengan sifat kimia yang terkandung dalam
media, karena sifat fisik ini berkenaan dengan ketersediaan air dan adanya
kelancaran sirkulasi udara dalam media yang dibutuhkan dalam proses
pembentukan akar
Mekanisme pembentukan akar pada tanaman jeruk sangatlah sederhana,
mulai dari pelukaan, pengikatan, etiolasi dan penyalaharahan dari batang
(disorientasi), dapat dipermudah dengan penumpukan enzim auksin serta
karbohidrat pada bagian batang tersebut. pencangkokan dilakukan untuk
mendapatkan keturunan yang lebih baik pada suatu tumbuhan, sehingga
pemanfaatan terhadap tumbuhan tersebut menjadi lebih optimal. Pada tumbuhan
jeruk proses pencangkokan sebenarnya adalah suatu peristiwa translokasi, yaitu
dengan menyayat batang pada bagian floemnya, sedangkan xylem dibiarkan utuh.
Setelah beberapa lama akan terjadi penggembungan pada bagian yang di sayat
karena ada timbunan bahan organik. Bagian bekas luka yang menggembung
disebut kalus. Pada batang atau akar tumbuhan dikotil, jika mengalami luka maka
akan ada usaha untuk memperbaiki bagian tesebut dengan pembentukan kalus dan
dengan bantuan hormon luka atau kambium luka (asam traumalin) (Diasdari
2013).
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum mengenai perbanyakan
vegetatif dengan cara cangkok ialah sebagai berikut:
Layerage yang istilah Indonesianya cangkok merupakan salah satu teknik
pembiakan tanaman secara vegetatif. Teknik perbanyakan yag paling
mudah untuk memperbanyak tanaman hortikultura sehingga, cangkok
sering diaplikasikan oleh para penangkar maupun hobiis.
Jeruk nipis (Lat Citrus aurantifolia; Famili: Rutaceae) merupakan jenis
tumbuhan yang masuk kedalam suku jeruk-jerukan, tersebar di Asia Dan
Amerika Tengah dikenal juga sebagai jeruk pecel. Pohon jeruk nipis dapat
mencapai tinggi 3—6 meter, bercabang banyak dan berduri, daun lonjong,
tangkai daun bersayap kecil.
Dari hasil praktikum diketahui bahwa penggunaan media cangkok dengan
tanah dan dibalut dengan plastik memberikan hasil yang baik, hal itu
dikarenakan sistim perakaran pada cangkokan memperoleh air yang cukup
karena tanah dapat menyimpan air yang lebih lama dibanding media yang
lain dan juga bahannya mudah untuk didapatkan. Akar pada luka
pencangkokan mulai tumbuh pada minggu ke 5 setelah dilakukan
pencangkokan.
Mekanisme pembentukan akar pada tanaman jeruk sangatlah sederhana,
mulai dari pelukaan, pengikatan, etiolasi dan penyalaharahan dari batang
(disorientasi), dapat dipermudah dengan penumpukan enzim auksin serta
karbohidrat pada bagian batang tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Bambang B Santoso. 2014. Pembiakan Vegetatif Cangkok.
Hoeve.
Gambar 4.1 hasil cangkok pada pengamatan 25 Mei 2021 yang diambil dari inangnya Dan siap untuk di tanam di media tanam
MATERI V
SAMBUNG
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman dan tumbuhan dapat diperbanyak dengan dua cara, yaitu generatif dan
vegetatif. Perbanyakan vegetatif menggunakan bahan tanaman selain biji. Akar, batang dan
daun dapat digunakan sebagai bahan untuk perbanyakan tanaman. Cangkok bertujuan untuk
mendapatkan tanaman baru yang mempunyai sifat baik yang sama dengan induknya
misalnya rasa buah dan agar tanaman lebih kuat terhadap hama penyakit.
Sambung pucuk merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan menggabungkan
batang. Batang bawah dari pohon induk terseleksi dan adaptif di daerah setempat dengan
batang atas (entres) dari varietas unggul yang berproduksi tinggi. Sambung pucuk juga
ditujukan untuk memperbaiki sifat batang atas dan memperoleh tanaman yang cepat
berproduksi. Bibit tanaman hasil dari perbanyakan vegetatif asal sambungan akan
menghasilkan pertumbuhan dan produksi yang lebih seragam dibandingkan dengan
perbanyakan generatif. Perbanyakan secara sambung pucuk persentase tumbuh lebih tinggi
jika dibandingkan dengan cara perbanyakan vegetatif lainnya.
Dalam penyambungan, calon batang bawah dipotong berbentuk huruf v sedangkan
batang atasnya dipotong menyerong kiri-kanan agar dapat diselipkan secara tepat pada
batang bawah tapi pada batang bawang yang besar dan sudah tua dengan penyisipan Setelah
diselipkan secara tepat, sambungan ini lalu di ikat membentuk satu tanaman utuh dilanjutkan
penutupan dengan plastic kantong transparan untuk menjaga kelembaban. Tanaman
sambungan dibiarkan hingga tumbuh menyatu dan siap dilepas plastiknya kurang lebih
setelah 3 minggu/ sudah tumbuh tunas dan daun. Pada teknik okulasi, mata tunas (mata
tempel) harus diambil dari tanaman yang memiliki pertumbuhan yang baik, sehat serta cukup
umur untuk diambil sebagai mata entres, mata tunas diambil dari cabang yang tumbuh keatas
(tunas air), yang merupakan cabang-cabang muda dari bagian yang telah dewasa, sedangkan
untuk batang bawah, umur batang bawah harus sama dengan umur cabang mata entres.
Batang bawah berasal dari tanaman yang ditanam dari biji dan mempunyai system perakaran
yang baik, sedangkan batang atas diambil dari pohon yang mempunyai keunggulan produksi,
tahan hama dan penyakit serta minimal sudah berumur 5 tahun.
1.2 Rumusan Masalah
3. Apa saja tujuan dan manfaat dari perbanyakan vegetatif tanaman berupa sambung?
4. Bagaimana cara menyambung yang baik dan memenuhi syarat?
1.3 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah Menjelaskan tujuan dan manfaat dari perbanyakan vegetatif
tanaman berupa sambung dan mengetahui cara menyambung yang baik dan memenuhi syarat.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pegertian Menyambung
Pengertian penyambungan pada masyarakat pelaku utama terjadi salah tafsir
karena pada sebagian besar masyarakat menyambung adalah menyetek. Padahal
pengertian menyetek adalah mengambil sebagian tanaman secara vegetative untuk
menjadi tanaman baru baik stek batang, atau stek pucuk pada tanaman tehh (single
leaf cutting)
Penyambungan/Grafting atau ent, istilah asing yang sering kita dengar itu, adalah
menghubungkan batang bawah dan batang atas dari tanaman yang berberda, sehingga
membentuk persenyawaan dan kombinasi ini akan terus tumbuh membentuk
percabangan. Penyambungan (Grafting) serta Okulasi atau Penempelan Mata Tunas
(Budding) merupakan teknik penggabungan dua tanaman satu family yang dilakukan
secara vegetatif.
Teknik perbanyakan secara Grafting perlu disediakan bagian tanaman sebagai
calon batang atas (entrees) dan bagian tanaman sebagai calon batang bawah (under
stem) dari tanaman sejenis/satu famili. Calon batang atas adalah tanaman yang
diutamakan produksinya sedangkan batang bawah adalah batang yang memiliki
ketahanan terhadap faktor internal dan eksternal seperti tahan terhadap hama,
penyakit, kekeringan dan sebagainya.
Jeruk nipis (Lat Citrus aurantifolia; Famili: Rutaceae) merupakan jenis tumbuhan
yang masuk kedalam suku jeruk-jerukan, tersebar di Asia Dan Amerika Tengah
dikenal juga sebagai jeruk pecel. Pohon jeruk nipis dapat mencapai tinggi 3—6 meter,
bercabang banyak dan berduri, daun lonjong, tangkai daun bersayap kecil.
Perbungaan muncul dari ketiak daun dan bunga kecil, putih berbau harum. Buah bulat
sampai bulat telur, berwarna hijau sampai kuning dan kulit buah tipis mengandung
banyak minyak atsiri. Daging buah berwarna putih kehijauan, sangat asam,
mengandung banyak vitamin C dan asam sitrat. Biji banyak, kecil, bersifat
poliembrioni. Di Indonesia dapat hidup di dataran rendah sampai ketinggian 1000 m
dari permukaan laut. Tumbuh baik di tanah alkali, di tempat-tempat yang terkena
sinar matahari langsung. Perbanyakan dengan biji, okulasi atau cangkok. Buah
digunakan untuk membuat minuman, obat batuk dan penyedap masakan dan juga
sering dipakai untuk menghilangkan karatan dan mencuci rambut.
Beberapa manfaat jeruk nipis yang sudah banyak orang tahu, misalnya untuk
meningkatkan daya tahan tubuh, obat batuk tradisional, campuran jamu tradisional,
dan lain-lain. Buah ini juga terkenal dengan kandungan vitamin C nya yang tinggi.
Nah, pada artikel kali ini kita akan sepenuhnya mengetahui kandungan jeruk nipis
lainnya beserta manfaatnya, baik bagi kesehatan maupun kecantikan
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.3.1 Alat
Pisau okulasi
pisau yang tajam
3.2.2Bahan
Cara kerja :
1. Menyediakan tanaman yang akan dipakai sebagai batang bawah.
2. Menyiapkan mata tunas dari pohon induk yang sudah dipilih dan diseleksi.
3. Pohon yang dipakai sebagai batang bawah setinggi 15-20 cm dari permukaan
tanah dibuat sayatan melintang pada waktu menyayat, pisau sayat agak
dimiringkan.
4. Kulit pohon dikelupas dengan cara menarik kebawah kira-kira 3-5 cm
panjangnya.
5. Menempelkan mata tunas dari pohon induk yang sudah dipilih dan diseleksi.
6. Mengikat erat dengan tali rafia.
7. Mengamati pertumbuhan mata tunas yang sudah ditempelkan.
IV. HASIL PENGAMATAN
4.2 Pembahasan
Jeruk nipis selain digunakan untuk melengkapi kebutuhan dapur seperti untuk
bahan masakan yang dapat meningkatkan rasa dan kualitas masakan, ternyata buah ini
memiliki banyak sekali manfaat yang bisa kita manfaatkan dalam kehidupan sehari-hari,
baik itu kesehatan, kecantikan, dan keperluan rumah tangga. Selain itu jeruk nipis juga
memiliki kandungan vitamin C yang tinggi sehingga membuatnya lebih unggul
dibandingkan dengan jenis jeruk yang lain. Dalam membudidayakan tanaman jeruk nipis
ini, masa berbuah tanaman merupakan hal yang paling ditunggu, maka dari itu
gunakanlah bibit jeruk nipis hasil pembibitan secara vegetatif seperti sambung pucuk atau
grafting agar lebih cepat berbuah.
Pada prinsipnya, sambung pucuk atau grafting adalah menggabungkan dua bagian
tanaman yang masih hidup sedemikian rupa sehingga keduanya dapat bergabung menjadi
satu tanaman yang utuh yang memiliki sifat kombinasi antara dua organ atau jaringan
yang digabungkan tersebut. Dua bagian tanaman yang disatukan pada umumnya adalah
batang bawah/rootstock dan batang atas/entres. Sambung pucuk ini juga dapat diterapkan
pada tanaman jeruk nipis yang tentunya untuk memperbaiki kualitas, seperti contoh jeruk
nipis biasa dapat diperbaiki kualitasnya dengan menyambungkan entres jeruk nipis
berkualitas pada batang bawah jeruk nipis tersebut.
Dalam pembuatan bibit jeruk nipis melalui grafting ada dua bagian penting yang
harus siap dalam waktu bersamaan, bagian yang pertama adalah batang bawah yang
bertugas untuk bertanggung jawab dalam sistem perakaran dan yang kedua adalah batang
atas yang didapatkan dari pohon induk untuk kemudian disambungkan ke batang bawah.
Batang bawah yang digunakan untuk grafting adalah bibit tanaman jeruk nipis yang
berasal dari persemaian biji yang berumur kurang lebih 6 bulan, atau diameter batang
sudah sebesar pensil, bibit biasanya ditanam di polybag.
Pada hasil pengamatan, Pada hari ke 26 setelah penyetekan, stek mulai
tersambung. Setelah stek mulai tersambung dilakukan pemeliharaan tanaman seperti
menyiram air yang cukup dan cahaya matahari untuk pertumbuhan tanaman. Pengikatan
pada batang tanaman jeruk nipis saat disambung, diikat dengan kuat supaya Untuk
membentuk jaringan kambium baru pada kalus, membutuhkan adanya tekanan mekanis.
Tekanan tersebut bisa datang dari pengikatan yang dilakukan dengan benar dan erat.
Tingkat keeratan dan jenis tali yang digunakan dapat berpengaruh terhadap tingkat
keberhasilan proses penyambungan. Selain pengikatan, proses penyambungan
dipengaruhi oleh suhu, umur, batang atas, dan batang bawah.
V. PENUTUP
4.3 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum mengenai perbanyakan vegetatif
dengan cara sambung ialah sebagai berikut:
Teknik perbanyakan secara Grafting perlu disediakan bagian tanaman sebagai
calon batang atas (entrees) dan bagian tanaman sebagai calon batang bawah
(under stem) dari tanaman sejenis/satu famili. Calon batang atas adalah tanaman
yang diutamakan produksinya sedangkan batang bawah adalah batang yang
memiliki ketahanan terhadap faktor internal dan eksternal seperti tahan terhadap
hama, penyakit, kekeringan dan sebagainya.
Pohon jeruk nipis dapat mencapai tinggi 3—6 meter, bercabang banyak dan
berduri, daun lonjong, tangkai daun bersayap kecil. Perbungaan muncul dari
ketiak daun dan bunga kecil, putih berbau harum. Buah bulat sampai bulat telur,
berwarna hijau sampai kuning dan kulit buah tipis mengandung banyak minyak
atsiri.
Dalam pembuatan bibit jeruk nipis melalui grafting ada dua bagian penting yang
harus siap dalam waktu bersamaan, bagian yang pertama adalah batang bawah
yang bertugas untuk bertanggung jawab dalam sistem perakaran dan yang kedua
adalah batang atas yang didapatkan dari pohon induk untuk kemudian
disambungkan ke batang bawah.
Pada hasil pengamatan, Pada hari ke 26 setelah penyetekan, stek mulai
tersambung. Setelah stek mulai tersambung dilakukan pemeliharaan tanaman
seperti menyiram air yang cukup dan cahaya matahari untuk pertumbuhan
tanaman. Pengikatan pada batang tanaman jeruk nipis saat disambung, diikat
dengan kuat supaya Untuk membentuk jaringan kambium baru pada kalus,
membutuhkan adanya tekanan mekanis. Tekanan tersebut bisa datang dari
pengikatan yang dilakukan dengan benar dan erat. Tingkat keeratan dan jenis tali
yang digunakan dapat berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan proses
penyambungan. Selain pengikatan, proses penyambungan dipengaruhi oleh suhu,
umur, batang atas, dan batang bawah.
DAFTAR PUSTAKA
LPP AGRO NUSANTARA. 2020. FAKTOR-FAKTOR YANG HARUS DIPERHATIKAN
Nugroho,et al. 2006. Teknik Pembibitan dan Perbanyakan VegetatifTanaman Buah. World
Sarwono. 2009. Khasiat dan Manfaat Jeruk Nipis . Agromedia Pustaka, Jakarta.
Gambar 5.2 batang tanaman jeruk nipis yang tersambung pada pengamatan tanggal 20 Mei
MATERI VI
STEK
I. PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah Menjelaskan tujuan dan manfaat dari perbanyakan vegetatif
tanaman berupa stek dan mengetahui cara stek tanaman yang baik dan memenuhi syarat.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stek
Setek atau stek adalah metode perbanyakan tanaman dengan menggunakan
potongan tubuh tanaman (akar, daun, batang). Setiap bagian tubuh tanaman memiliki
sifat totipotensi di mana satu sel dapat membelah menjadi sel lain. Sehingga meski
Streptocarpus ditumbuhkan dari potongan daun, sel akar dan batang dapat terbentuk.
Stek merupakan perkembangbiakan yang dilakukan dengan cara menanam di bagian
tertentu dari tumbuhan tanpa menunggu munculnya akar baru pada bagian tanaman
tersebut. Ada berbagai jenis tanaman yang bisa dilakukan secara stek atau
penyetekan. Salah satu keuntungan dari metode stek adalah tanaman yang tumbuh
memiliki sifat yang sama dengan sifat induknya. Perkembangbiakan tanaman dengan
metode ini termasuk perkembangbiakan dengan cara vegetatif yang berarti tanpa
melakukan perkawinan. Cara seperti ini lebih mudah jika dibandingkan dengan cara
perkembangbiakan vegetatif yang lain.
Metode perkembangbiakan stek memiliki beberapa macam diantaranya stek
batang, stek daun dan juga stek akar. Untuk lebih lanjut mengenai masing-masing
stek, berikut ini adalah penjelasan lengkapnya.
Stek batang merupakan cara paling umum digunakan sampai dengan saat ini. Ciri-
ciri tanaman yang dapat dilakukan stek batang ialah potongan batang tumbuhannya
memiliki ruas-ruas atau memiliki mata yang kemudian dapat tumbuh tunas baru.
Batang yang akan dilakukan stek harus yang sudah tua jadi tunas baru dapat tumbuh
di bagian ruas-ruasnya. Batang tanaman yang sudah dipotong hendaknya ditanam
pada tanah yang gembur agar lebih mudah tumbuh kemudian tanahnya juga harus
cukup lembab.
Sama seperti stek batang, kamu perlu daun yang sudah tua tapi masih berwarna
hijau dan segar. Setelahnya, kamu bisa potong hanya daunnya saja. Namun, kamu
juga bisa memotong bersama dengan tangkai di bagian bawahnya. Hal ini dilakukan
agar akar yang baru bisa lebih mudah tumbuh. Setelah daun dipotong, kamu perlu
merendam bagian bawah daun dalam larutan auksin dengan rasio 100-200 cc per liter
air.
Beberapa hal perlu diperhatikan ketika menggunakan stek akar dalam
perbanyakan tanaman salah satunya ialah jangan sampai penanamannya terbalik.
Umumnya stek akar disemai sejajar dengan permukaan tanah atau sedikit masuk ke
dalam tanah/ media tanam. Sebagai contoh tanaman yang menggunakan stek akar
ialah tanaman apel, sukun, albesia dan beberapa jenis tanaman hias.
Nama ilmiah jambu biji adalah psidium guajava. Psidium berasal dari bahasa
yunani yaitu ―psidium‖ yang berarti delima, ―guajava‖ berasal dari nama yang
diberikan oleh orang spanyol. Adapun taksonomi tanaman jambu biji
diklasifikasikan sebagai berikut.
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Myrtales
Family : Myrtaceae
Genus : Psidium
Jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan salah satu produk hortikultura
yang termasuk komoditi unggulan yang telah banyak dikembangkan oleh petani
Indonesia. Meningkatnya pembudidayaan jambu biji sejalan dengan kebutuhan
bibit yang berkualitas baik dalam jumlah banyak. Pada awal pertumbuhan
vegetatif, tanaman jambu biji membutuhkan media tanam yang mendukung
perkembangan tanaman dan ketersediaan unsur hara yang cukup.
3.2.2 Bahan
Tabel 6.1 hasil pengamatan stek pada tanaman jambu biji dan lidah mertua
4.2 pembahasan
Jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan salah satu produk hortikultura yang
termasuk komoditi unggulan yang telah banyak dikembangkan oleh petani Indonesia.
Permintaan buah jambu biji semakin meningkat di pasar dalam negeri terutama di kota-
kota besar, karena manfaat yang diberikan oleh jambu biji sehingga jambu biji memiliki
nilai ekonomi dan sosial yang cukup tinggi untuk dikembangkan dan dijadikan
komoditas perdagangan. Pembudidayaan jambu biji dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu dengan menggunakan biji atau benih dan dengan cara stek.
Pada praktikum kali ini, perbanyakan vegetatif dengan cara stek dilakukan pada
tanaman jambu biji merah dan lidah mertua yang dilakukan pada tanggal 01 Mei 2021.
Stek batang adalah metode perbanyakan tanaman dengan menanam potongan batang
tnaman induk sehingga akan tumbuh menjadi tanaman yang baru. Berdasarkan hasil
pengamatan stek batang tanaman jambu biji sudah mengalami pertumbuhan pada hari ke
5 sedangkan pada tanaman lidah mertua mulai tumbuh akar pada daunnya pada hari ke
10. Apabila hanya satu tunas yang tumbuh, pertumbuhannya lebih maksimal karena
cadangan karbohidrat hanya mendukung pertumbuhan sebuah tunas (Simangunsong et
al. 2014). Kandungan karbohidrat, C dan N pada stek sangat mempengaruhi
pertumbuhan akar dan tunas. Stek yang memiliki C tinggi dengan N cukup
mempermudah terbentuknya akar dan tunas (Wulandari dkk, 2017). Perkembangbiakan
dengan stek mudah dilakukan tanpa menggunakan peralatan khusus dan pelaksanaan
yang rumit. Penyetekan merupakan suatu perlakuan pemisahan, pemotongan beberapa
bagian dari tanaman seperti akar, batang, daun, dan tunas. Tujuan penyetekan adalah
mendapatkan tanaman yang baru dalam waktu relatif singkat dan memiliki sifat yang
serupa dengan induknya serta dipergunakan untuk mengekalkan klon tanaman unggul
dan mempercepat perbanyakan tanaman.
Pertumbuhan stek mempunyai kelemahan yaitu adanya pertumbuhan akar yang
berbeda untuk masing-masing bagian cabang karena adanya perbedaan kandungan
karbohidrat dan auksin. Bahan stek memiliki keterkaitan dengan tersedianya cadangan
makanan pada masing-masing bagian bahan stek yang akan menentukan potensi
pertumbuhan dan perkembangan stek. Pembentukan akar pada tanaman stek dipengaruhi
oleh kandungan karbohidrat dan keseimbangan hormon dalam masing–masing bahan
stek. Pembentukan akar terjadi karena adanya pergerakan auksin dari atas ke bawah,
serta adanya karbohidrat dan rooting co-factor dari tunas maupun daun, sehingga
merangsang pertumbuhan akar pada stek (Pradani dkk., 2018).
Media merupakan salah satu faktor luar yang sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan pembibitan stek. Hal ini disebabkan media dalam pembibitan merupakan
salah satu faktor yang sangat berperan terhadap pertumbuhan awal, terutama
terbentuknya akar. Sebagian unsur hara yang dibutuhkan tanaman tersebut dipasok dari
media tanam. Media tanam yang baik memiliki komposisi yang tepat. Komposisi media
tanam mempunyai kemampuan menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman
dalam menunjang kebutuhan hidup stek. Media yang baik untuk pertumbuhan stek yaitu
beraerasi baik dan bebas hama penyakit, mengandung cukup bahan organik dan mampu
menahan air yang tinggi, sehingga air yang diperlukan selama pertumbuhan awal selalu
terpenuhi (Istiqomah dkk., 2017)
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum mengenai perbanyakan vegetatif dengan
cara stek ialah sebagai berikut:
Setek atau stek adalah metode perbanyakan tanaman dengan menggunakan potongan
tubuh tanaman (akar, daun, batang). Setiap bagian tubuh tanaman memiliki sifat
totipotensi di mana satu sel dapat membelah menjadi sel lain
Pada praktikum kali ini, perbanyakan vegetatif dengan cara stek dilakukan pada tanaman
jambu biji merah dan lidah mertua yang dilakukan pada tanggal 01 Mei 2021. Stek
batang adalah metode perbanyakan tanaman dengan menanam potongan batang tnaman
induk sehingga akan tumbuh menjadi tanaman yang baru. Berdasarkan hasil pengamatan
stek batang tanaman jambu biji sudah mengalami pertumbuhan pada hari ke 5 sedangkan
pada tanaman lidah mertua mulai tumbuh akar pada daunnya pada hari ke 10. Apabila
hanya satu tunas yang tumbuh, pertumbuhannya lebih maksimal karena cadangan
karbohidrat hanya mendukung pertumbuhan sebuah tunas
DAFTAR PUSTAKA
Agrotek. 2019. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Lidah Mertua
Kumparan. 2020. Contoh Tumbuhan Stek dan Cara Menanam Menggunakan Metode Stek
Romi Subhan. 2021. Perbanyak Tumbuhanmu dengan Metode Stek Tanaman, Caranya
Gampang!.
Duaja, Made Deviani, dkk. 2020. Pembiakan Tanaman Secara Vegetatif. Jambi: Fakultas
Istiqomah, dkk. 2017. Efektivitas Pemberian ZPT dan Kombinasi Media Pada Perbanyakan
Naipospos, N. 2015. Teknik Grafting untuk Perbanyakan Tanaman. Penyuluhan PKK desa
Pradani, Ismiterra Cahya, dkk. 2018. Pengaruh Macam Bahan Stek dan Konsentrasi Filtrat
Bawang Merah (Allium cepa fa. ascalonicum, L.) Terhadap Pertumbuhan Bibit Jambu
Air (Syzygium aqueum, Burm) Varitas Citra. Jurnal Ilmu Pertanian Tropika dan
Subtropika. 4(1): 24-28.
Tambunan S, NicoS, dan Wahzi A. 2018. Keberhasilan Pertumbuhan Stek Jambu Madu dengan
Pemberian Zat Pengatur Tumbuh Kimiawi dan Zat Pengatur Tumbuh Alami Bawang
Merah (Allium cepa L). Universitas Gunung Leuser Kutacane. Vol 6 (1). Hal 45-52.
Wulandari, dkk. 2017. Pengaruh Jumlah Daun dan Macam Media Tanam Pada Pertumbuhan
Stek Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia Swingle). Jurnal Ilmu Pertanian Tropika dan
Subtropika.2(2): 48–51.
LAMPIRAN
Gambar 6.1 hasil pengamatan stek batang tanaman jambu biji pada tanggal 25 mei 2021
Gambar 6.1 hasil pengamatan stek daun tanaman lidah mertua pada tanggal 25 mei 2021