PENGANTAR BIOTEKNOLOGI
OLEH :
IKA WAHYUNINGSIH
2006126296
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
PEKANBARU
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala nikmatNya
sehingga saya diberi kesempatan untuk menyelesaikan laporan akhir praktikum ini
dengan tepat waktu.
Saya menyadari bahwa laporan yang saya buat ini masih jauh dari kata
sempurna baik dari segi penyusunan, Bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena
itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pembaca guna menjadai acuan agas saya bisa menjadi lebih baik di masa
mendatang.
Semoga laporan ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa
bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
Ika Wahyuningsih
ii
DATAR ISI
iv
DAFTAR GAMBAR
v
I. PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Praktikum 1
Praktikum pertama ini bertujuan untuk memberikan pemahaman dan
penjelasan kepada praktikan dalam melakukan praktikum bioteknologi seperti
kontrak praktikum dan sebagainya.
2
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bioteknologi
Bioteknologi adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang
penggunaan teknik atau cara pemanfaatan mahkluk hidup serta komponen-
komponennya dalam hal meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Menurut
Bull et al. (1982), bioteknologi merupakan penerapan asas-asas sains (ilmu
pengetahuan alam) dan rekayasa (teknologi) untuk pengolahan suatu bahan
dengan melibatkan aktivitas jasad hidup untuk menghasilkan barang dan/atau
jasa. Bioteknologi dikenal sebagai ilmu yang bersifat multidispliner dan aplikatif
sehingga membutuhkan penguasaan konsep-konsep dasar yang cukup, dan
perkembangannya sangat pesat karena manfaat Bioteknologi bersentuhan
langsung dengan peningkatan taraf hidup manusia (Purwaningsih, 2009). Salah
satu perkembangannya yaitu dengan penemuan PCR (Polymerase Chain
Reaction) sebagai teknik atau alat perbanyakan segmen DNA yang menghasilkan
ratusan bahkan jutaan kali segmen DNA yang dapat diperbanyak bahkan
dimodifikasi sesuai yang diinginkan. Pengetahuan mengenai penggunaan PCR
serta penerapannya menjadi kompetensi yang harus dikuasai mahasiswa dalam
mempelajari materi Isolasi, Amplifikasi dan Visualisasi DNA pada mata kuliah
Bioteknologi.
3
2.2 Pembuatan Kompos
Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-
bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai
macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau
anaerobik (Modifikasi dari J.H. Crawford, 2003).Pengomposan adalah proses
dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh
mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi.
Proses pengomposan akan segera terjadi dan berlangsung setelah bahan-bahan
mentah tercampur. Proses pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi
dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap pematangan. Selama tahap awal, oksigen
dan senyawa-senyawa lainnya yang muda terdegradasi akan segera dimanfaatkan
oleh mikroba mesofik, sehingga suhu pada tumpukan kompos akan meningkat
dengan cepat, diikuti dengan meningakatnya pH pada kompos. Pada saat proses
dekomposisi berlangsung maka suhu akan meningkat diatas 500-70oC. Suhu ini
akan tetap tinggi selama waktu tertentu, dan mikroba yang aktif pada kondisi suhu
tinggi ini adalah mikroba Termofik. Pada saat inilah terjadi proses
dekomposisi/penguraian bahan-bahan organic sangat aktif oleh mikroba. Dengan
bantuan oksigen mikrobamikroba yang berada didalam tumpukan kompos
menguraikan bahan organic menjadi CO2, uap air sehingga tumpukan kompos
menjadi panas.
Setelah sebagian besar bahan terurai, maka suhu secara berangsur-angsur akan
mengalami penurunan, dan pada saat inilah terjadi proses pematangan kompos.
Pematangan kompos tingkat lanjut akan membentuk kompleks liat humus.
Proses pengomposan yang terjadi secara alami berlangsung lama hingga 3
bulan. Sehingga di akhir-akhir ini banyak dikembangkan pupuk organik yang
dibuat secara cepat dengan sengaja menambahkan mikroba dekomposer yang
telah diketahui sifat-sifatnya. Mikroba tanah juga berperan penting dalam proses
pelarutan mineral-mineral yang tadinya berada dalam bentuk senyawa kompleks
menjadi bentuk ion, maupun garam-garam yang dapat diserap oleh akar. Sebagai
contoh unsur fosfor dalam senyawa kompleks batuan akan terlarutkan oleh
kelompok pelarut fosfat sehingga menjadi tersedia bagi tanaman (Nyoman P.
Aryantha.dkk,2010).
4
2.3 Pembuatan Larutan Stok Media
Dalam pembuatan media, langkah pertama adalah membuat stok dari media
terpilih. Penggunaan larutan stok menghemat pekerjaan menimbang bahan yang
berulang–ulang setiap kali membuat media.“Untuk membuat medium kultur
jaringan, biasanya menimbang setiap komponen bahan kimia yang terdapat pada
resep medium dasar. Langkah ini kurang praktis karena memakan banyak waktu
dan mengurangi kecepatan. Selain itu timbangan yang digunakan untuk
menimbang sejumlah kecil bahan kimia kadang-kadang tidak tersedia. Kendala ini
dapat dibatasi dengan pembuatan larutan stok terlebih dahulu, kecuali untuk unsur
mikronya. Jadi perlu membuat larutan stok untuk unsur mikro, besi, vitamin,
hormon, dan mio-inositol (Hendaryono dan Wijayani, 2007)“. Setiap larutan stok
dapat dipergunakan sampai 100 liter media, bahkan larutan stok mikro dapat
dipergunakan sampai 100 liter media. Larutan stok dapat disimpan ditempat yang
bertemperatur rendah dan gelap.
Larutan stok merupakan larutan yang berisi satu atau lebih komponen
media yang konsentrasinya lebih tinggi daripada konsentrasi kompenen tersebut
dalam formulasi media yang akan dibuat. Larutan stok biasanya dibuat dengan
konsentrasi 10, 100 atau 1000 kali lebih pekat. Jika larutan stok dibuat, pembuatan
media dapat dilakukan dengan cara mengambil sejumlah larutan stik sehingga
konsentrasinya menjadi sesuai dengan yang terdapat pada formulasi media yang
dikehendaki (Yusnita, 2003).
Dalam pembuatan larutan stok, yang perlu diperhatikan adalah
penyatuan beberapa komponen media sekaligus dalam suatu larutan stok dan
harus mempertimbangkan kecocokan dan kestabilan dari sifat kimianya. Dalam
larutan stok yang berisi beberapa komponen media jangan sampai ada endapan.
Hal ini erat kaitannya dengan ketersediaan hara dalam media eksplan atau
tanaman yang dikulturkan. Setelah larutan stok dibuat, pengambilanya untuk
media dapat dilakukan dengan cara memipet atau menakarnya dengan gelas ukur
(Yusnita, 2003). Selain itu hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan larutan
stok adalah penyimpanan (daya simpan) larutan. Larutan yang sudah mengalami
pengendapan, tidak dapat digunakan lagi.
5
2.4 Pengenalan Alat Dan Bahan Serta Pembuatan Media
Ketrampilan dalam menggunakan alat laboratorium sangat diperlukan. Hal
tersebut harus dibarengi dengan ketelitian dalam melakukan suatu percobaan
ataupun penelitian sehingga didapatkan hasil yang maksimal. Penggunaan alat-
alat laboratorium merupakan suatu cara untuk mengetahui nama dan fungsi alat-
alat laboratorium. Dalam menggunakan alat-alat laboratorium, sebaiknya
pengguna melakukan sterilisasi alat-alat laboratorium yang akan digunakan.
Sterilisasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menghilangkan mikroba
yang tidak di inginkan (Suriawi dan Unus, 2005).
Pemilihan larutan stok pada medi terpilih merupakan langkah awal
pembuatan media. Penggunaan larutan stok menghemat pekerjaan menimbang
bahan yang berulang–ulang setiap kali membuat media. Untuk membuat medium
kultur jaringan, biasanya menimbang setiap komponen bahan kimia yang terdapat
pada resep medium dasar. Langkah ini kurang praktis karena memakan banyak
waktu dan mengurangi kecepatan. Selain itu, timbangan yang digunakan untuk
menimbang sejumlah kecil bahan kimia kadang-kadang tidak tersedia. Kendala ini
dapat dibatasi dengan pembuatan larutan stok terlebih dahulu, kecuali untuk unsur
mikronya. Jadi perlu membuat larutan stok untuk unsur mikro, besi, vitamin,
hormon, dan mio-inositol (Hendaryono dan Wijayani, 2007).
Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan di laboratorium
memerlukan perlakuan khusus sesuai sifat dan karakteristik masing-masing.
Perlakuan yang salah dalam membawa, menggunakan dan menyimpan alat dan
bahan di laboratorium dapat menyebabkan kerusakan alat dan bahan, terjadinya
kecelakaan kerja serta dapat menimbulkan penyakit. Cara memperlakukan alat
dan bahan di laboratorium secara tepat dapat menentukan keberhasilan dan
kelancaran kegiatan. Adapun perlakuan terhadap alat-alat di laboratorium seperti
membawa alat sesuai petunjuk penggunaan, menggunakan alat sesuai petunjuk
penggunaan, menjaga kebersihan alat dan menyimpan alat (Yuwono triwibowo,
2008).
Pembuatan media dikelompokan berdasarkan jenis bahan kimia yang
digunakan, sehingga jika bahan kimia tersebut dicampur tidak terjadi interaksi
yang menghasilkan senyawa baru. Biasanya pengelompokan dilakukan
berdasarkan stok hara makro, stok hara mikro, vitamin dan stok hormone,
6
terutama jika larutan stok tidak disimpan terlalu lam. Stok hara baik mikro maupu
makro dapat disimpan dalam waktu yang relative lam yaitu 4-8 minggu,
sedangkan stok hormone biasanya disimpan dalam jangka waktu 2-4 minggu
(Marlin dkk, 2007).
7
2.6 Subkultur Dan Pengamatan Kultur Jaringan
Subkultur adalah usaha untuk menggantikan media dalam kultur jaringan
dengan media yang baru, sehingga kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan
kalus dapat terpenuhi. Subkultur merupakan salah satu tahap dalam perbanyakan
tanaman melalui kultur jaringan. Pada dasarnya subkultur adalah memotong,
membelah dan menanam kembali eksplan yang telah tumbuh sehingga jumlah
tanaman akan bertambah banyak. Waktu pelaksanaan subkultur tergantung pada
beberapa hal, misalnya eksplan yang ada dalam botol sudah tumbuh setinggi
botol, atau eksplan tersebut sudah berada lama di dalam botol sehingga
pertumbuhannya sudah mulai berkurang akibat mulai kekurangan hara
(Yuwono,2008).
Penggunaan media tumbuh yang cocok merupakan salah satu faktor yang
menentukan keberhasilan perbanyakan tanaman dengan teknik kultur
jaringanmelalui teknik subkultur media murashige dan Skoog (MS)
yang merupakanmedia yang dasar untuk tanman. Kunci keberhasilan baik pada
tahapi n d u k s i maupun elongasi pada tunas Dalam
p r o s e s i n d u k s i u m u m n y a menggunakan zat pengatur tumbuh
golongan sitokinin seperti Benzylaminopurine (BAP) media kultur dapat dibuat
lebih padat dengan penambahan agar dan gula serta pH media pada 5,8. Esplan
yang sudah menjadi planlet dengan ukuran 1-2 cm . Indikasi pada tahap
induksi yang dapat digunakan untuk tahap selanjutnya dengan
terbentuknya kalus kompak pada bagian dasar batan g umur biakan pada
tahap induksi tunas (planlet) berumur sekitar 3 minggu. Pada umur t e r s e bu t
s ud a h b e r ad a p ad a k on di s i o pt im a l u nt uk di pin d ah k an p a d a
t a h ap elongasi untuk dapat dilakukan proses subkultur (Rossa, 2011).
Teknik dalam subkultur adalah untuk memisahkan, memotong,membelah,
dan menanam kembali eksplan yang telah tumbuh sehingga jumlah tanamannya
dapat bertambah banyak. Pada teknik subkultur mempunyai tujuan supaya kultur
atau planlet mendapatkan unsur hara atau nutrisi dalam rangka pertumbuhannya.
Sehingga subkultur mempunyai tahapan yang lebih mudah dibandingkan tahapan
lain dalam dibandingkan tahapan lain dalam kultur jaringan (Hendaryono dan
Wijayani, 1997).
8
2.7. Aklimatisasi
Media aklimatisasi sendiri harus baik agar tanaman dapat menyesuaikan diri
dan tidak mati, hal tersebut sesuai dengan literatur Wardani (2009), Media tumbuh
bagi bibit merupakan lingkungan baru dalam proses aklimatisasi. Menurut Deden
(2003), hal lain yang perlu diperhatikan dalam proses aklimatisasi adalah faktor
lingkungan, seperti sinar matahari, kelembaban nisbi, dan temperatur serta
pemeliharaan. Sehingga plantlet perlu diperhatikan pemeliharaannya agar
lingkungan aklimatisasi tidak terlalu berbeda jauh dengan lingkungan yang
terdapat dalam botol kultur.
Aklimatisasi dalam kultur in-vitro adalah suatu proses adaptasi dari tanaman
hasil kultur in-vitro (plantlet) terhadap cekaman lingkungan baru sebelum ditanam
di lapang. Kondisi lingkungan baru tersebut meliputi suhu, cahaya dan
kelembaban. Tahap aklimatisasi ini juga merupakan tahap yang krusial dalam
kultur jaringan. Kematian plantlet setelah aklimatisasi seringkali terjadi sehingga
tahap ini perlu dilakukan secara hati-hati.
Aklimatisasi merupakan salah satu tahapan penting dalam penelitian yang
melibatkan kultur in vitro (Husni et al. 2004a). Pada tanaman tertentu, seperti padi
dan tanaman obat (daun dewa dan tangguh), aklimatisasi relatif mudah dan
berhasil memperoleh persentase tanaman hidup yang tinggi, yaitu lebih dari 90%
(Lestari et al. 1999 ; Lestari dan Purnama Ningsih 2005). Namun, tata cara
aklimatisasi tanaman yang ada tidak berlaku umum ; masing-masing tanaman
hasil regenerasi.
9
Ⅲ METODOLOGI
10
kultur, cawan petri, pipet tetes, lampu Bunsen, lumpang dan alu, peralatan diseksi,
hotplate, magnetic bar, timbangan analitik, Laminar Air Flow Cabinet (LAFC),
enkas, rak kultur, autoclave, dan lemari pendingin/kulkas.
3.2.7 Aklimatisasi
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan praktikum
aklimatisasi ialah berupa botol eksplan, eksplan yang akan diaklimatisasi, erta
media tanam baru untuk proses aklimatisasi.
11
3.3.2 Pembuatan Kompos
Adapun cara kerja dalam kegiatan praktikum pembuatan kompos dan
aktivator adalah sebagai berikut:
1. Campurkan bahan – bahan aktivator dalam wadah tertutup
2. Simpan kurang lebih selam 12 jam (overnight)
Pembuatan kompos
1. Siapkan berbagai peralatan dan bahan yng dibutuhkan untuk membuat kompos
2. Cacah limbah pertanian dan rumah tangga menggunakan pisau atau gunting ,
lalu tambahkan sekam atau bubuk gergaji dalam wadah
3. Aduk bahan kompos, lalu semprotkan atau tuangkan larutan aktivator EM4
yang sudah diaktifkan
4. Masukkan sampah sayuran kedalam komposer ( luabng atau drup/ kantong)
lalu tutup dengan rapat.
5. Bahan kompos diaduk setiap 2 hari sekali
6. Jika sedikit berbau, semprotkan sesekali bahan dengan larutan EM4
7. Kompos dapat dipanen setelah 14 – 21 hari. Tergantung jenis sampah dan
kandungan bahan yang digunakan
2. Siapkan wadah larutan stok (erlen meyer) sebanyak jenis atau macam larutan
stok.
3. Timbang bahan kimia yang telah ditentukan sesuai dengan kebutuhan. Misal,
untuk membuat stok G (vitamin) :Sediakan erlenmeyer sesuai ukuran (100ml),
tambahkan akuades steril 50 ml. Timbang Tiamin-HCl, Asam nikotinat dan
Pyrodoxin-HCl masingmasing 0,005 g. Masukkan ke dalam erlen meyer. Aduk
hingga larut. Tambahkan akuades steril hingga dicukupkan menjadi 100 ml
(volume larutan stok). Tutup dengan aluminium foil dan beri label. Simpan
stok pada lemari pendingin.
12
3.3.4 Pengenalan Alat dan Bahan serta Pembuatan Media
Adapun langkah kerja dalam pengenalan alat ialah, dengan cara
memperlihatkan setiap alat-alat yang terdapat didalam laboratorium kultur
jaringan melalui zoom meeting. Untuk pembuatan media dalam perbanyakan
tanaman secara kultur jaringan, adapun langkah kerja yang dilakukan sebagai
berikut:
13
3.3.5 Sterilisasi dan Penanaman Media
Adapun langkah kerja dalam kegiatan praktikum sterilisasi dan penanaman
media adalah sebagai berikut:
Langkah Sterilisasi
1. Cucilah eksplan dengan air mengalir dan gunakan detergen
2. Kemudian rendam dan kocok eksplan dalam larutan klorox
3. Rendam dan kocok pada larutan klorox 30 0/0 dan ditambahkan 3 – 5 tetes
tulen
4. Rendam dalam fungisisda
5. Bilas dengan aquades steril
14
7. Tutup dan ikat rapat
Untuk pengamatan kultur jaringan dilakukan sesuai data kelompok yang telah
dibagikan kepada masing masing praktikan.
3.3.7 Aklimatisasi
Adapun langkah kerja dalam proses aklimatisasi adalah sebagai berikut:
15
Ⅳ HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Botol Kondisi Jenis Kondisi Eksplan Waktu Jumlah Jumlah
ke botol Eksplan 1 MST muncul tunas baru buku
setelah 1 tunas 4 MST baru 4
minggu baru (per botol) MST
(HST)
1 Embrio
Steril Hijau 10 3 7
jeruk
2 Embrio
Steril Hijau 10 3 10
jeruk
3 Embrio
Steril Hijau 7 2 7
jeruk
4 Embrio
Steril Hijau 7 1 6
jeruk
5 Embrio
Steril Hijau 8 3 4
jeruk
6 Terdapat Embrio
miselium jeruk Kuning 13 1 5
putih
7 Embrio
Steril Kuning 10 2 6
jeruk
8 Embrio
Steril Kuning 10 2 7
jeruk
9 Embrio
Steril Kuning 9 3 5
jeruk
10 Embrio
Steril Kuning 7 1 6
jeruk
11 Embrio
Steril Bersih 7 2 7
jeruk
16
12 Embrio
Steril Bersih 10 3 3
jeruk
13 Embrio
Steril Bersih 13 3 5
jeruk
14 Embrio Eksplan terdapat
Steril - - -
jeruk miselium putih
15 Embrio Eksplan terdapat
Steril - - -
jeruk miselium putih
Table 1Pengamatan Kelompok 10
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pembuatan Kompos
17
4.2.2 Pembuatan Larutan Stok Media
4.2.6 Aklimatisasi
18
Ⅴ PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Pembuatan Kompos
19
5.1.6 Aklimatisasi
20
DAFTAR PUSTAKA
Edhi Sandra .2013. Cara Mudah Memahami dan Menguasai Kultur Jaringan. IPB
Press. Bogor.
LAMPIRAN
22
• CuSO4.5H2O ►Kebutuhan bahan kimia/l = 0,025
Kepekatan = 250
Volume air yang digunakan = 100 ml
23
(a) Kebutuhan bahan kimia = Kebutuhan bahan kimia/l × Kepekatan
= 0,025 mg × 250
= 6,25 mg
= 0,00625 gr
(b) Kebutuhan larutan stok = Kebutuhan bahan kimia/l × Volume air yang
digunakan
= 0,00625 × 100 ml
= 0,625 CuSO4.5H2O untuk 25 liter media
(Yang dipipet untuk setiap 1 liter media adalah 4ml)
• Na2MoO4.2H2O ►Kebutuhan bahan kimia/l = 0,25 mg
Kepekatan = 250
Volume air yang digunakan = 100 ml
(a) Kebutuhan bahan kimia = Kebutuhan bahan kimia/l × Kepekatan
= 0,25 mg × 250
= 62,5 mg
= 0,0625 gr
(b) Kebutuhan larutan stok = Kebutuhan bahan kimia/l × Volume air yang
digunakan
= 0,0625 × 100 ml
= 6,25 Na2MoO4.2H2O untuk 25 liter media
(Yang dipipet untuk setiap 1 liter media adalah 4ml)
24
2. Komposisi Larutan Media Perliter
Berikut komposisi Medium Murashige dan Skoog (MS) / 1 liter.
3. Dokumentasi
25
Gambar 3. Eksplan Gambar 4. Praktikum online
mengalami browning
26
33